<<

WARUNG PECEREN TAHUN 1950-2000

Skripsi Sarjana Dikerjakan O

L

E

H

NAMA : AMIN NATALIUS A TARIGAN

NIM : 110706032

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

1

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI WARUNG WAJIK PECEREN TAHUN 1950-2000

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan OLEH

AMIN NATALIUS A TARIGAN 110706032

Pembimbing

Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum NIP. 19570711985031003 Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah.

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI WARUNG WAJIK PECEREN TAHUN 1950-2000

Yang Diajukan Oleh :

Nama : Amin Natalius A Tarigan NIM : 110706032 Telah Disetujui Untuk Diajukan Dalam Ujian Skripsi Oleh : Pembimbing

Drs.Wara Sinuhaji, M.Hum Tanggal, NIP. 19570711985031003

Ketua Program Studi

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal, NIP.196409221989031001

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

3

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PERSETUJUAN KETUA DEPARTEMEN

Disetujui Oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

Ketua Program Studi Ilmu Sejarah,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001

Medan,

4

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI OLEH DEKAN DAN PANITIA UJIAN

PENGESAHAN :

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera UtaraUntuk MelengkapiSalah Satu Syarat Ujian Sarjana Ilmu BudayaDalam Bidang Ilmu Sejarah Pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Hari :

Tanggal :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S NIP.196008051987031001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan 1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum ( ...... )

2. Dra. Nina Karina, M.SP ( ...... )

3. Drs.Wara Sinuhaji, M.Hum ( ...... )

4. Dra. Junita Setiana Ginting, Msi ( ...... )

5. Dra. Ratna, M.S ( ...... )

5

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penulisan skripsi ini diberi judul Warung Wajik Peceren Tahun 1950-2000, menjelaskan bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jawa yang ada di Kecamatan Berastagi tepatnya di Desa Peceren. Wajik yang merupakan salah satu makanan khas tradisional asal Jawa yang tentunya sudah tidak asing di telingadan di masyarakat Jawa yang berada di Pulau Jawa pada umumnya. Tetapi hal ini menjadi sebuah keunikan di Tanah Karo karna Wajik dapat di kenalkan dan terus berkembang meskipun di derah yang masyarakatnya bukan mayoritas masyarakat Jawa melain kanmasyarakat Karo. Makanan tradisional ini awalnya di kenalkan oleh etnis Jawa yang bermigrasi ke Tanah Karo, yang sebelumnya bekerja menjadi buruh tani di ladang masyarakat Karo di sekitaran Desa Peceren ,dan mencoba usaha sampingan berjualan pecal dan keliling. Lambat laun kue Wajik di gemari oleh pembeli hingga usaha ini terus berkembang dan kue Wajik menjadi Ikon yang terkenal di tengah-tengah masyarkat hingga rumah makan yang di bangun di berinama Warung Wajik Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejarah WarungWajik yang ada di Desa Peceren dan menjelaskan bagaimana tahapan kedatangan masyarakat Jawa ke Tanah Karo yang merupakan pelaku di perkenalkannya makanan tradisonal Jawa terhadap masyarakat Karo melalui usaha mereka yaitu berdagang. Yang kemudian usaha ini dapat berkembang maju di Tanah Karo khususnya di Kota Berastagi dengan menjual berbagai jenis makanan tradisional Jawa, khususnya Wajik yang menjadi ikon usaha rumah makan khas Jawa atau Warung Wajik. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menceritakan secara kronologis bagaimana usaha ini dapat berkembang hingga menjadi salah satu tempat wista kuliner di Kota Berastagi. mendapatkan fakta-fakta masa lalu tersebut penulis menggunakan metode kualitatif untuk medapatkan sumber utama dan sumber pendukung tentang Warung Wajik yang ada di Peceren ini. Setelah fakta-fakta masa lalu tentang usaha etnis Jawa ini didapat, penulis menggunakan metode deskriptif untuk menceritakan secara kronologis awal kemunculan usaha Warung Wajik Peceren dan perkembangannya hingga menjadi tujuan wisata kuliner di kota wisata Berastagi. Pada akhirnya tulisan ini berkesimpulan Bahwa Warung Wajik Peceren ada karna adanya keahlian memasak oleh kaum wanita etnis jawa di Desa Peceren yang mencoba peruntungan dengan membuat usaha sampingan dengan berjualan pecal keliling dan menjual makanan tradisional Jawa di tengah-tengah masyarakat Karo sehingga mulai berkembang dan di kenal masyarakat dengan nama Warung Wajik Peceren. Kata Kunci: Wajik, Kuliner, Berastagi

6

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta karunia-

Nya yang dilimpahkan dengan memberikan kesehatan, ketabahan serta ketekunan kepada penulis sehingga pada akhirnya penulisan skripsi yang berjudul: WARUNG

WAJIK PECEREN TAHUN 1950-2000 ini dapat diselesaikan. Skripsi ini penulis ajukan untuk meraih gelar sarjana di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara. Penulis sangat bersyukur karena mendapat dukungan dan dorongan yang tidak henti-hentinya diberikan oleh berbagai pihak selama ini untuk segera menyelesaikannya skripsi ini walaupun melalui proses yang tersendat-sendat, mulai dari proses pengumpulan data sampai pada akhir penulisan.

Dalam Skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima kritikan dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa sejarah.

Medan, … Agustus 2017 Penulis,

Amin Natalius A.Tarigan NIM. 110706032

i

Universitas Sumatera Utara UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya penulis dapat menjalani hari-hari selama masa perkuliahan dan dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam melakukan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan baik materi maupun moral dan arahan dari berbagi pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara, dan juga kepadaWakil Dekan beserta seluruh pegawai Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Atas bantuan dan fasilitas yang

penulis peroleh selama kuliah di Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, juga kepada Ibu Dra. Nina

Karina Purba, M.SP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara dan Dosen Penasehat Akademik dari

penulis.Terimakasih untuk semua masukan dan motivasi yang telah diberikan

kepada penulis.

ii

Universitas Sumatera Utara 3. BapakWaraSinuhaji M.Hum,selaku Dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan ilmu kepada penulis dan dukungan mulai dari awal hingga

akhir penyusunan skripsi ini sehingga penulis tetap semangat untuk menyelesaikan

skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan

bimbingannya kepada penulis baik ilmu pengetahuan dan motivasi selama masa

perkuliahan. Terimakasih juga kepada Abang Amperawira selaku staf

administrasi Program Studi Ilmu Sejarah yang membantu kelancaran penelitian

dan kegiatan akademik penulis.

5. Keluarga Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Konde Tarigan dan

Asnah br.Surbakti yang telah membesarkan, mendidik dan menyekolahkan

penulis serta tidak henti-hentinya memberikan doa, perhatian dan kasih sayang

kepada penulis hingga sampai menyelesaikan perkuliahan. Juga kepada kedua

saudari penulis Yuni Santa Klara br.Tarigan.Amd dan Santa Novri Yanti

br.Tarigan.

6. Informan penulis, yang telah membagikan waktu dan pengalaman masa lalunya.

Tanpa kerjasama dan kerelaan dari Bapak dan Ibu skripsi ini tidak mungkin dapat

penulis diselesaikan.

7. Seluruh kawan-kawan Himpinan Mahasiswa Ilmu Sejarah USU dari abang senior

maupun adik-adik junior yang selama ini menemani penulis bercerita, berdiskusi,

beryanyi bersama hingga bercanda tawa dari pagi sampai malam di sekretariat

iii

Universitas Sumatera Utara HIMIS FIB USU. Terlebih Kepada Pengurus HIMIS karena telah memberikan

tempat kepada penulis untuk mengerjakan skripsi ini dengan lancar.

8. Saudara dan Saudariku Satu angkatan penulis Stambuk 2011 Moga, Rio, Rudi,

Erikson, Orlando, Andre, Surya, Adi, Bona, Evelida, Jeni, Susan, Jan, Alda, Wani,

Devi, Kiki, Wahyu,Wisnu, Alex, Winarti, Nelly, Rindi dan lainnya.

9. Kepada seseorang yang terkasih Devi Permata Sari br. Situmorang yang selalu

ada disisi penulis dan telah banyak membantu penulis dalam penyelesain skripsi

ini.Terimaksih untuk kesetian dan kebersamaannya.

Medan, ... Agustus2017

Amin Natalius A.Tarigan NIM. 110706032

iv

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ...... i

UCAPAN TERIMAKASIH ...... ii

ABSTRAK ...... v

DAFTAR ISI ...... vi

DAFTAR TABEL...... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ...... 8

1.4 Tinjauan Pustaka ...... 10

1.5 Metode Penelitian...... 12

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Letak Geografis Desa Sempa Jaya (Peceren)...... 15

2.2 Demografis Desa Sempa Jaya ...... 17

BAB III SEJARAH BERDIRINYA WARUNG WAJIK PECEREN

3.1 Kedatangan Etnis Jawa ke Tanah Karo pada Masa Kolonial...... 21

3.2 Masuknya Etnis Jawa Ke Tanah Karo pada ProgramTransmigrasi

Pemerintah Tahun 1950 ...... 26

v

Universitas Sumatera Utara 3.3 Kehidupan Sosial dan Ekonomi Etnis Jawa di Tanah Karo ………... 30

3.4 Sejarah Berdirinya Warung Wajik di Desa Peceren 1950–2000...... 32

3.4.1Latar Belakang Berdirinya Warung Wajik...... 32

3.4.2 Berdirinya Warung WajikPeceren dan Perkembangannya.. 35

BAB IV PERKEMBANGAN WARUNG WAJIK PECEREN 1980 – 2000

4.1 Usaha Warung Wajik Peceren 1980 – 2000...... 42

4.1.1 PeralihanUsaha Rumahan Menjadi Usaha Rumah Makan… 44

4.1.2Warung Wajik Peceren Sebagai Destinasi Wisata Kuliner… 56

4.2 Peranan Warung Wajik Peceren

4.2.1 Peranan Warung Wajik Peceren Bagi Pemerintah ...... 66

4.2.2 Peranan Warung Wajik Peceren Bagi Masyarakat ...... 67

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ...... ….. 69

5.2 Saran ...... 72

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….….…74

DAFTAR INFORMAN……………………………………………………… 76

LAMPIRAN ………………………………………………………….……. .. 78

vi

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di DesaSempa Jaya...... 17

Tabel 2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di DesaSempa Jaya....18

Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di DesaSempa Jaya...... 19

Tabel 2.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di DesaSempa Jaya...... 20

Tabel 4.1 Daya Tarik Wisata Alam di Kabupaten Karo...... 58

Tabel 4.2 Daya Tarik Agrowisata di Kabupaten Karo...... 59

Tabel 4.3 Daya Tarik Wisata Sejarah di Kabupaten Karo...... 60

Tabel 4.4 Daya Tarik Wisata Budaya di Kabupaten Karo...... 61

Tabel 4.5 Daya Tarik Wisata Khusus di Kabupaten Karo...... 62

Tabel 4.6 Daya Tarik Wisata Kuliner di Kabupaten Karo...... 63

vii

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang besar dari alamnya.

Negara yang didalamnya terdapat keanekaragaman suku bangsa dan budaya dengan kekayaan dari segala macam unsur tradisinya, salah satunya adalah makanan tradisional.

Makanan tradisional merupakan aset dari tiap suku bangsa yang ada di , dan merupakan aset yang harus di lestarikan. Wajik dan pecal merupakan makanan tradisional asli dari Suku Jawa. Penyebaran dan eksistensinya makanan tradisional Jawa ini awalnya di sebabkan oleh orang-orang Jawa yang bermigrasi ke Tanah Karo yang terkenal dengan wilayah dataran tinggi yang subur. Keberadaan etnis Jawa di Tanah

Karo ini disebabkan oleh di bukanya Perkebunan Di wilayah Sumatera Timur pada tahun 1863 oleh Nienhuys.1 Ekspansi onderneming yang besar-besaran menyebabkan percampuran komposisi penduduk di Sumatra Timur dan sebagian besar pekerja di perkebunan Belanda itu adalah orang-orang etnis Jawa.

Kedatangan orang-orang Jawa ke Tanah Karo ini kebanyakan bertujuan untuk memperbaiki taraf hidup mereka karena kemunduran yang dialami perkebunan- perkebunan di Sumatera Timur dan jumlah mereka semakin bertambah karena program transmigrasi oleh pemerintah. Majunya pertanian di Tanah Karo menyediakan

1Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal. 51

1

Universitas Sumatera Utara banyaknya lowongan pekerjaan untuk mereka, dan untuk menjadi buruh pertanian di

Tanah Karo sangat mudah karna hanya membutuhkan kemauan dan tenaga untuk bekerja. Kehidupan sosial ekonomi orang-orang etnis Jawa yang tinggal di Tanah Karo khususnya di Kecamatan Berastagi ini semakin maju dan berkembang dengan banyaknya usaha yang didirikan sekitaran Kota Berastagi. Selain mendirikan usaha warung kelontong etnis Jawa juga mengkelola rata usaha menjual makanan khas Jawa seperti, mie , sarapan pagi dan warung pecal.

Warung wajik Peceren merupakan sebutan pada sebuah tempat dimana berkumpulnya rumah makan yang menyediakan makanan tradisional khas Jawa yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat luas khususnya masayarakat di Tanah Karo.

Kawasan warung-warung tersebut berada di Desa Peceren yang sekarang bernama Desa

Sempa Jaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Sedikitnya ada empat buah warung yang berkonsep sama dan juga memiliki nama usaha yang hampir sama yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Kawasan yang dikunjungi oleh banyak orang dan wisatawan di setiap akhir pekan ini terkenal dengan kue wajiknya yang merupakan ikon yang merupakan asal-usul dari nama rumah makan khas Jawa yang terdapat di Desa

Sempa Jaya ini.2 Kenikmatan resep asli tradisional Jawa yang kaya rasa dan harga yang terjangkau merupakan ciri khas dan faktor utama mengapa Warung Wajik Peceren dapat maju dan berkembang di Tanah Karo.

2Wawancara, Suparman di Desa SempaJaya pada 14 Februari 2017

2

Universitas Sumatera Utara Tradisional memilikimakna sebagai sesuatu yang sifatnya turun temurun dan menurut adat suatu daerah atau kawasan, sedangkan makanan memiliki arti sesuatu yang dimasukkan melalui mulut yang berfungsi memberi nutrisi kepada tubuh sehingga pengertian makanan tradisional secara sederhana berarti sebagai segala sesuatu yang dikonsumsi masyarakat suatu daerah secara turun temurun guna memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuhnya.3 Penyajian menu-menu makanan di Warung Wajik Peceren ini pun masih sederhana dengan resep yang asli, nilai keaslian sangat di pertahankan oleh pemilik agar kesan tradisonal dapat tersampaikan kepada konsumen. Begitu juga dengan keaslian cita rasanya yang merupakan resep turun-temurun yang masih di pertahankan. Selain pecal dan wajik yang menjadi andalan rumah makan ini konsumen juga mengidolakan minuman yang juga minuman tradisional suku Jawa yaitu, minuman dan atau dawet. Tetapi terkhusus pada kue wajik dari awal berdirinya warung ini, selalu melekat di lidah setiap konsumen dan menjadi sebuah ikon oleh-oleh setiap orang yang berkunjung ke Warung Wajik Peceren ini.

Wajik sendiri adalah kue tradisional suku Jawa yang pada umumnya berbahan dasar ketan, santan kelapa dan gula merah.4 Daun pisang yang di gunakan sebagai alasnya tak pernah ketinggalan untuk melapisi kue ini untuk menambah aroma dari daun pisang yang khas pada kue ini. Kue tradisional wajik memiliki beberapa sebutan yang berbeda-beda di setiap tempat. Di Sumatera Utara khususnya kue wajik di kenal dengan sebutan Pulut manis, dan di Tanah Karo sendiri kue wajik di kenal dengan sebutan kue

3https://kbbi.web.id/di akses tanggal 20 Maret 2017 4https://id.wikipedia.org/wiki/Wajik di akses tanggal 12 Februari 2017

3

Universitas Sumatera Utara wajit.5 Kue ini di sukai oleh setiap kalangan terutama kalangan orang dewasa dan lansia.

Kemunculan Warung Wajik yang ada di Desa Peceren ini adalah salah satu bentuk usaha yang dirintis oleh masyarakatetnis Jawa yang sebelumnya sudah lama menetap di daerah Tanah Karo. Awalnya usaha ini hanyalah bentuk usaha sampingan yang di lakukan oleh beberapa etnis Jawa khususnya kaum perempuan. Mereka mencoba berjualan pecal yang bahan-bahanya telah tertata rapi di atas tampah kemudian di bawa berkeliling. Mereka berkeliling ke berbagai tempat khususnya areal perladangan, mengingat pekerjaan mayoritas masyarakat Karo adalah bertani dan pada masa itu kebanyakan aktifitasnya di area perladangan.

Usaha berjualan Pecal berkeliling ini sudah di mulai sejak tahun 1947 yang di lakukan oleh kaum wanita Jawa di Desa Peceren Kecamatan Berastagi.6 Tempat yang sering di datangi oleh penjual pecal keliling ini adalah areal perladangan yang terdapat banyak buruh tani yang beretnis Jawa. Usaha ini terus berkembang dari tahun ke tahun di dukung karena masyarakat setempat khususnya masyarakat etnis Jawa dan tidak adanya warung ataupun kedai sebagai tempat membeli makanan ataupun jajanan di sekitar areal perladangan. Tidak hanya pecal yang di jual oleh para penjual pecal keliling ini, beberapa jenis kue tradisional Jawa juga di bawamemakai keranjang

5Wawancara, Suparman di Desa Sempa Jaya pada 14 Februari 2017 6Wawancara, Hj.Arsini Siregar di Desa Sempa Jaya pada tanggal 27 Maret 2017

4

Universitas Sumatera Utara sebagai makanan pelengkap. Kue yang di jual penjual pecal keliling ini antara lain seperti wajik, onde-onde, kacang hijau, pulut panggang, gelang dan .

Pada tahun 1950 warung wajik kemudian didirikan untuk yang pertama di Desa

Peceren. Warung ini masih terbilang sangat sederhana karena masih berdindingkan tepas dan berlantaikan langsung ke tanah.7Jenis makanan yang di jual di warung ini masih sama dengan jenis makanan yang awalnya dijual saat berkeliling. Hanya saja ada penambahan jenis minuman tradisional seperti bandrek dan cendol atau dawet yang mulai di jual untuk melengkapi menu di warung sederhana ini. Karena makanan pecal bisanya di sandingkan dengan minuman cendol oleh masyarakat etnis Jawa.

Eksistensi Warung Wajik di Desa Peceren mulai berkembang pada kurun tahun

1970-1980, dimana mulai bermunculan rumah makan serupa dengan konsep yang sama.

Usaha rumah makan tradisional ini di anggap sangat menjanjikan oleh sebab itu etnis

Jawa yang ada di sekitaran warung wajik Peceren mencoba mendirikan usaha yang sama. Usaha warung wajik yangmereka didirikan pun berdekatan dengan warung wajik yang sebelumnya telah berkembang. Ramainya pengunjung yang terus bertambah dan tidak menimbulkan persaingan yang berat diantara pemilik warung wajik yang ada di kawasan tersebut.

Dengan munculnya rumah makan yang baru dapat menampung semua konsumen yang berkunjung yang jumlahnya terusmeningkat dari tahun ke tahun. Hal ini

7Wawancara, Rendy di Desa Sempa Jaya pada tanggal l2 Maret 2017

5

Universitas Sumatera Utara membuat lokasi warung wajik peceren ini menjadi pusat keramaian, karena menumpuknya konsumen yang berkunjung ke warung-warung wajik yang berjejeran di sisi kiri dan kanan Jalan Protokol Jamin Ginting Desa Peceren Kecamatan

Berastagi.8Hingga tahun 2000 warung wajik yang ada di desa peceren ini terus berkembang maju dengan semua fasilitas dan bangunan yang selalu di tingkatkan setiap tahun demi kenyamanan para pengunjung. Lambat laun warung wajik pun menjadi salah satu tempat untuk membeli oleh-oleh khususnya wajik dan Desa Peceren menjadisalah satu tujuan wisata kuliner di kota wisata Berastagi.

Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

Warung Wajik Peceren sebagai obyek penelitian sejarah ilmiah. Penelitian ini akan di fokuskan kepada sejarah berdiri dan perkembangan warung wajik Peceren sebagai usaha keluarga yang turun-temurun dan didirikan oleh etnis Jawa yang ada di Desa

Peceren Kecamatan Berastagi.

Atas dasar pemikiran diatas maka penulisan ini diberi judul Warung Wajik

Peceren Tahun 1950-2000. Alasan pembatasan periodesasi penelitian dari tahun 1950-

2000. Karen apada tahun 1950 usaha warung wajik ini didirikan untuk pertama kali oleh etnis Jawa yang tinggal di Desa Peceren, awalnya usaha ini hanya sebagai usaha sampingan oleh kaum wanita untuk menambah penghasilan keluarga mereka. Tahun

2000 adalah masa dimana warung wajik yang ada di desa Peceren ini sudahmeningkat eksistensinya dan semakin berkembang. Hingga saat ini usaha ini di kelola oleh

8Wawancara, Wagino, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 21 Februari 2017

6

Universitas Sumatera Utara generasi yang ke-3 yang sebelumnya di kelola secara turun-temurun. Warung wajik yang ada di desa Peceren ini mengalami perkembangan yang pesat dan membawa nama

Desa Peceren menjadi salah satu tujuan tempat wisata kuliner yang ada di kota wisata

Berastagi. Wajik yang menjadi ikon karena kepopulerannya di telinga masyarakat dan wisatawan menciptakan suatu kebiasaan untuk tak lupa membeli oleh-oleh kue wajik, karena jika berwisata ke kota Berastagi tak afdol rasanya jika tidak singgah dan membeli oleh-oleh kue wajik di Desa Peceren Kecamatan Berastagi.

1.2 Rumusan Masalah

Keobyektifan suatu penelitian tidak terlepas dari pemilihan topik tertentu sebagai landasan pembahasan. Pemilihan topik tersebut harus dibatasi dan dikonsep dalam rumusan masalah yang nantinya menjadi alur dalam penulisan. Adapun rumusan masalah dari penulisan Warung Wajik Peceren Tahun 1950–2000 adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Warung Wajik Peceren?

2. Bagaimana perkembangan Warung Wajik Pecerensehingga menjadi tujuan

wisata kuliner?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah merumuskan masalah yang menjadi landasan pembahasan oleh penulis.

Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan dan manfaat dari penelitian. Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

7

Universitas Sumatera Utara a) Mengetahui latar belakang berdirinya Warung Wajik Peceren.

b) Mengetahui perkembangan Warung Wajik Peceren sehingga menjadi tujuan

wisata kuliner.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, tentunya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

sejarah perkembangan sebuah usaha rumahan yang mengandung unsur

tradisional sekaligus juga mengembangkan penelitian dalam sebuah penulisan

karya ilmiah.

2. Bagi masyarakat luas, khususnya bagi para masyarakat Tanah Karo, dengan

adanya penelitian ini diharapkan bisa lebih mengetahui sejarah berdirinya

warung wajik yang merupakan salah satu usaha para pendatang yakni etnis

Jawa, yang selama ini hadir dan berbaur di tengah-tengah masyarakat Karo yang

ada di Kabupaten Karo.

3. Bagi wisatawan, akan menambah wawasan akan keunikan dari latar belakang

berdirinya rumah makan tradisional Jawa di kota wisata Berastagi yaitu Warung

Wajik Peceren yang merupakan rumah makan khas Jawa yang dapat maju dan

populer di Tanah Karo, dan Warung Wajik Peceren sebagaitempat tujuan wisata

kuliner.

4. Bagi pemilik dan pengelola Warung Wajik yang ada di Peceren, penelitian ini

sebagai media promosi pada masyarakat luas untuk mendukung semakin

meningkatnya jumlah konsumen yang berkunjung ke Warung Wajik Peceren.

8

Universitas Sumatera Utara Khususnya pada masyarakat yang belum mengetahui tentang informasi Warung

Wajik yang ada di Desa Sempa Jaya ini, agar menimbulkan rasa penasaran akan

kenikmatan wajik yang menjadi ikon dari warung wajik yang ada di Desa

Peceren.

5. Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah

khasanah penelitian di bidang Pariwisata dan kehidupan sosial etnis Jawa di

Tanah Karo khususnya di Kecamatan Berastagi.

6. Dapat menjadi bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang akan

membahas permasalahan yang sama.

1.4 Tinjauan Pustaka

Sebuah penelitian ilmiah tentu tidak terlepas dari tinjauan pustaka yang berguna sebagai informasi dan menentukan sumber-sumber yang relevan dengan objek penelitian. Sumber-sumber ini bisa berupa karya ilmiah, buku-buku, ataupun dokumen- dokumen terkait. Seperti buku karangan

Karl J. Pelzer, dalam bukunya “Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan

Perjuangan Agraria”,menyatakan bahwa orang-orang Jawa didatangkan ke daerah

Sumatera Timur pada masa Hindia Belanda, tepatnya pada masa tumbuh dan berkembangnya onderdeming-onderdeming Belanda dan bangsa-bangsa asing Eropa lainnya untuk dijadikan sebagai pekerja dalam perkebunan-perkebunan tersebut.

Mereka didatangkan dari kampung-kampung miskin di Jawa yang sedang mengalami

9

Universitas Sumatera Utara paceklik, melalui werk atau agen pencari kuli dengan menggoda mereka agar mau bekerja ke Sumatera Timur.Buku ini sangat berguna dalam penulisan ini karena memberikan suatu gambaran mengenai sejarah latar belakang kedatangan orang-orang

Jawa ke Sumatera terutama ke Sumatera Timur dan kemudian menyebar ke berbagai daerah di sekitaran wilayah keresidenan Sumatera Timur.

Kuntowijoyo dalam Metodologi Sejarah (1994), menjelaskan tentang menyusun sejarah suatu tempat apabila masih ada data yang kurang lengkap sekiranya bisa menggunakan sumber lisan. Misalnya menyusun sejarah perkembangan suatu desa, maka tidak mungkin data-data yang digunakan adalah data tertulis semua. Yang berupa data tertulis tetap bisa digunakan, akan tetapi sumber lisan juga tidak kalah pentingnya, karena adanya sumber lisan adalah sumber yang bisa menceritakan dan membahasakan dari bukti-bukti tertulis. Hal ini membantu penulis di dalam penulisan skripsi agar lebih berhati-hati dalam pengumpulan sumber dan mengkritik sumber dengan benar sebelum diinterpretasikan dan di tulis dalam bentuk skripsi.

Wara Sinuhaji, dalam bukunya “Aktivitas Ekonomi dan Enterpreneurship

Masyarakat Karo Pasca Revolusi”, membantu menjelaskan kepada penulis bahwa di dalam masyarakat Karo terdapat sistem sosial dan nilai-nilai yang mendorong kemajuan ekonomi Kabupaten Karo sendiri. Dalam buku ini menegaskan bahwa bertani adalah pekerjaan utama masyarakat Karo sebagai mata pencaharian mereka, sebagaimana bertani adalah pekerjaan terhormat bagi masyarakat Karo karena dalam pertanian modern dapat memberikan hasil yang setidaknya cukup dan setara dengan pekerjaan

10

Universitas Sumatera Utara umum lainnya. Pasca revolusi ekonomi masyarakat Karo telah begitu maju di bandingkan masyarakat yang lainnya, hal ini kemudian menarik perhatian orang dari luar wilayah Karo untuk datang berharap dapat merubah kehidupannya menjadi lebih baik, termasuk etnis Jawa dan etnis lainnya setelah masa perkebunan.

Dalam skripsinya, Seselia Dormauli yang berjudul, “Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Etnis Jawa di Berastagi 1968-1986, menjelaskan bahwa kedatangan orang

Jawa yang di latar belakangi oleh pembukaan perkebunan yang besar-besaran di

Sumatera Timur, yang menjadi titik awal penyebaran Orang Jawa keberbagai daerah di sekitar wilayah Sumatera Timur termasuk Tanah Karo. Hal inidi tandai telah adanya orang Jawa yang bernama Wagimin yang dikenal sebagai orang Jawa Pertama yang menginjakkan kakinya di kota Berastagi yaitu di desa Rumah Berastagi pada tahun

1935. Skripsi ini membantu penulis dalam memperjelas informasi tentang awal keberadaan etnis Jawa dan kehidupan sosial mereka di Kota Berastagi.

G. Kartasapoetra, dkk dalam bukunya Administrasi Perusahaan Industri, menjelaskan bagaimana teknik tentang pembangunan perusahaan industri, teknik perencanaan dan penyusunan anggaran. Juga dijelaskan dalam buku ini bagaimana perusahaan industri menentukan kebijaksanaan dalam admnistrasi barang baku, perencanaan produksi, alat dan peralatan. Buku ini dapat digunakan untuk membantu penulis dalam menjelaskan perkembangan usaha Warung Wajik Peceren.

11

Universitas Sumatera Utara 1.5 Metode Penelitian

Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan ke dalam historiografi, maka harus menggunakan metode sejarah.Metode sejarah dimaksudkan untuk merekontruksi kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman peninggalan masa lampau.9Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah antara lain:

a) Heuristik, yaitu tahap awal yang dilakukan untuk mencari data-data melalui

berbagai sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap

heuristik sumber data dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu studi lapangan

(field research) dan studi kepustakaan (library research). Data dari hasil studi

lapangan dapat diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan yang

terkait dengan penelitian yang dilakukan. Sedangkan studi kepustakaan dapat

diperoleh dari berbagai buku, dokumen, arsip, dan lain sebagainya.

b) Kritik Sumber, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai

kebenaran data sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif. Dimana dalam

tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik itu kritik

intern maupun kritik ekstern.Kritik internal merupakan kritik yang dilakukan

untuk mencari kesesuain data dengan permasalahan yang diteliti, sedangkan

kritik ekstern merupakan kritik yang mencari kebenaran sumber pustaka yang

9Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosutanto, Jakarta UI Press, 1985, hal.32

12

Universitas Sumatera Utara diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari wawancara yang

dilakukan dengan informan.Data yang terkumpul tersebut baik merupakan data

hasil wawancara maupun data tulisan/pustaka akan disaring dan diseleksi guna

mengetahui keontetikan serta keabsahannya.10

c) Interpretasi, yaitu hasil pengamatan dan penganalisaan terhadap sumber-

sumber yang telah di selidiki. Dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisis

sehingga sifatnya lebih objektif dan ilmiah. Dengan perkataan lain data-data

yang diperoleh dianalisis sehingga data menjadi fakta. Jauhnya objek kajian

yaitu antara peristiwa dengan peneliti maka sebelum melakukan penelitian, lebih

dahulu dibutuhkan interpretasi. Interpretasi menjadi vital dan sangat dibutuhkan

keakuratannya karena interpretasi mengarahkan peneliti kepada objek yang

sesungguhnya. Untuk itu peneliti dalam melakukan penelitian harus dibantu

ilmu-ilmu lain antara lain ilmu geografi, sosiologi dan antropologi budaya

d) Historiografi, proses ini adalah tahapan terakhir dalam langkah- langkah

penulisan sejarah dimana melakukan pemaparan atas hasil sintesa dengan

merangkum semuanya menjadi sebuah tulisan ilmiah. Dimana dibuat

penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi satu kisah atau

kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya.

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis yaitu dengan

menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan

sejarah yang kritis dan ilmiah.

10Kuntowijaya, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hal. 99

13

Universitas Sumatera Utara BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1. Letak Geografis Desa SempaJaya

Desa Sempa Jayamerupakan salah satu desa di Kecamatan Berastagi yang berada di Kabupaten Karo dengan ibukota provinsi Medan Sumatera Utara. Letak Desa

Sempa Jaya ini tidak jauh dari Kota Berastagi kurang lebih berjarak 1 km yang di lintasi Jln. Jamin Ginting yang merupakan jalan lintas penghubung Medan ke Tanah

Karo dan ke Kabupaten lainnya di Provinsi Sumatera Utara.Batas-batas administrasi

Desa SempaJaya antara lain:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Negara

 Sebelah Selatan Desa Rumah Berastagi

 Sebelah Timur Desa Dolat Rakyat

 Sebelah Barat Kelurahan Gundaling

Sumber: Pemerintah Kecamatan BerastagiTahun 2000

Desa SempaJaya sendiri jarang di sebut oleh warga setempat, mereka lebih sering menamai desa tersebut dengan sebutan Desa Peceren yang merupakan nama asli dari desa tersebut. Hal serupa juga di ikuti oleh masyarakat yang tinggal di sekitaran

Kota Berastagi, tetapi tetap mengetahui nama awal Desa Sempa Jaya tersebut.

14

Universitas Sumatera Utara Perubahan nama Desa Peceren menjadi Desa Sempa Jaya di sebabkan olah penyatuan dua Desa yaitu Desa Lau Gumba dan Desa Peceren menjadisatu Desa. Nama Sempa

Jaya di berikan oleh tokoh-tokoh adat untuk mempersatukan desa ini menjadi satu kelurahan, Desa Sempa Jaya terdiri dari dua suku kata yaitu Sempa yang berarti

Bersama dan Jaya yang berarti Kejayaan, jadi jika di satukan Sempa Jaya artinya bersama menuju kejayaan, kedua desa tersebut disatukan bersama-sama diharapkan akan menuju kejayaan.11

Hingga saat Desa Lau Gumba mengalami perkembangan dan layak memenuhi kriteria sebuah desa, akhirnya Desa Lau Gumba memisahkan diri dari Desa Sempa Jaya yang sebelumnya bernama Desa Peceren. Kedua desa tersebut masing-masing memakai nama desa mereka yang awal, yaitu Desa Lau Gumba dan Desa Peceren. Tetapi nama

Sempa Jaya masih melekat pada Desa Peceren sehingga muncul stigma pada masyarakat yaitu, kantor kepala Desa Sempa Jaya di Desa Peceren. Dalam hal ini masyarakat Desa Sempa Jaya sendiri sudah memahami masalah penamaan desa dan sudah mengerti latar belakang nama desa ini yang memiliki dua buah nama. Hingga saat ini nama Peceren lebih sering di gunakan oleh masyarakat Desa Sempa Jaya dan masyarakat sekitar, terlihat penamaan pada gapura pintu masuk desa ini tercantum nama

Desa Peceren.

11Wawancara, Bantu Purba, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 8 Juli 2017

15

Universitas Sumatera Utara 2.2 Demografis Desa SempaJaya

Penduduk Desa Sempa Jaya berjumlah 8.023 jiwa dengan 1780 Kepala keluarga, untuk lebih jelas dapat di lihat di tabel 2.1 di bawah ini,

Tabel2.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Sempa Jaya Tahun 2000

No Golongan Umur Jumlah

(Tahun)

1 0-1 263

2 2-5 1210

3 5-7 900

4 7-14 613

5 15-24 2400

6 25-54 2464

7 55 tahun keatas 173

Jumlah 8.023

Sumber: pemerintahan Kecamatan Berastagi Tahun 2000

Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa golongan umur yang paling banyak adalah

25-54 tahun dengan jumlah 2464, hal ini dikarenakan banyaknya pendatang yang berumur berkisar 25-54 tahun untuk bekerja dan menetap, kebanyakan para pendatang adalah orang Jawa yang memilih Desa Peceren menjadi tempat untuk menetap dikarenakan faktor keluarga ataupun faktor kesamaan suku Jawa yang sebelumnya sudah lama menetap di Desa Peceren.

16

Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Sempa Jaya Tahun 2000

No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 Belum sekolah 652

2 Tidak tamat SD 66

3 Tamat SD 726

4 Tamat SLTP 1619

5 Tamat SLTA 2800

6 Tamat Perguruan Tinggi 2160

Jumlah 8.023

Sumber: Pemerintah Kecamatan Berastagi Tahun 2000

Dari tabel 2.2 diatas dapat dilihat distribusi penduduk berdasarkan pendidikan.

Tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tamat SLTA dengan jumlah 2.800 jiwa dengan sudah meningkatnya pola pikir masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk kehidupan. Masyarakat di Tanah Karo khususnya masyarakat Karo selalu memprioritaskan atau mengutamakan pendidikan anak-anaknya karena menjadi suatu tolak ukur kesuksesan orang tua di tengah-tengah masyarakat jika anak mereka dapat disekolahkan setinggi-tingginya hingga keperguruan tinggi.12 Kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk kehidupan telah di terapkan oleh masyarakat Desa Sempa

Jaya dengan sedikitnya jumlah masyarakatnya yang tidak tamat sekolah dasar sebanyak

66 Jiwa.

12Wawancara, Asnah br.Surbakti di Desa Sempa Jaya pada Tanggal 24 juni 2017

17

Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Sempa Jaya Tahun 2000

No Agama Jumlah

1 Islam 5.683

2 Kristen 2.513

3 Budha 20

4 Lain-lain 7

Jumlah 8.023

Sumber: Pemerintah Kecamatan Berastagi Tahun 2000

Dari tabel2.3 dapat dilihat distribusi penduduk berdasarkan agama. Agama yang mendominasi di Desa Sempa Jaya adalah Islam karna di desa ini banyak didiami oleh masyarakat etnis Jawa yang identik dengan penganut agama Islam dengan jumlah 5.683 jiwa. Masyarakat Karo sendiri kebanyakan menganut agama Kristen Protestan dan

Katholik sebanyak 2.513 Jiwa. paling sedikit adalah agama tradisional karo yaitu

Pemena atau Perbegu13 atau tidak memeluk agama yang di sahkan pemerintah

Indonesia sebanyak 7 orang.

13Perbegu atau Pemena adalah suatu kepercayaan yang pertama atau kepercayaan awal masyarakat suku Karo yang meyakini kekuatan alam dan roh nenek moyang mereka.

18

Universitas Sumatera Utara Tabel2.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Desa Sempa Jaya Tahun 2000

No Suku Jumlah

1 Karo 4.032

2 Jawa 3.043

3 Tapanuli Utara 120

4 Tapanuli Selatan 126

5 Nias 195

6 Alas 220

7 Tionghoa 287

Jumlah 8.023

Sumber: Pemerintah Kecamatan Berastagi Tahun 2000 Dari tabel 2.4 dapat dilihat distribusi penduduk berdasarkan suku-suku yang mendominasi di Desa Sempa Jaya adalah Karo dengan jumlah 4.032, dimana penduduk asli Desa Sempa Jaya adalah masyarakat Karo. Dimana Pemantek Kuta14desa iniadalah marga Purba sebagaipenghuni pertama daerah tersebut di buka oleh kelompok yang bermarga Purba.Kemudian di ikutioleh suku Jawa berjumlah 3.043 yang merupakan pendatang terbanyak yang tinggal dan menetap di Desa Sempa Jaya,dan yang paling sedikit adalah Tapanuli Utara sebanyak 120 orang.

14Pemantek Kuta jika diartikan dalam bahasa Indonesia artinya adalah pembuka perdana atau penghuni pertama sebuah tempat yang tidak berpenghuni kemudian di ikuti dengan bertambahnya populasi di tempat tersebut hingga menjadi kampung.

19

Universitas Sumatera Utara BAB III

SEJARAH BERDIRINYA WARUNG WAJIK PECEREN

3.1 Kedatangan Etnis Jawa ke Tanah Karo pada Masa Kolonial

Etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa

Jawa, bertempat tinggal di Jawa Tengah dan JawaTimur.15Semua orang Jawa berbudaya satu dan mempunyai satu orientasi kepada kultur Surakarta danYogyakarta sebagai sentral kebudayaan mereka. Etnis Jawa merupakan etnis yang paling besar jumlahnya di

Indonesia dan secara umum banyak mendiami Pulau Jawa. Dari hal tersebutdapat dikatakan bahwa suku Jawa dan kebudayaannya adalah katakunci untuk memahami

Indonesia.16

Kedatangan orang-orang Jawa ke Pulau Sumatera awalnya adalah akibat pembukaan perkebunan secara besar-besaran oleh pihak Belanda di wilayah Sumatra

Timur. Kedatangan Nienhuys pada tahun 1863 telah membawa banyak dampak perubahan yang besar pada wilayah Sumatera Timur dengan di bukanya lahan-lahan perkebunan yang semakin berkembang. Hal ini mengakibatkan banyaknya muncul perusahaan penanaman modal bagi usaha-usaha perkebunan tersebut dan tentu saja menumpuknya tenaga kerja yang di datangkan dari luar wilayah Sumatera Timur.

Ekspansi pertanian onderneming yang cepat di Sumatera adalah pelaku besar atas

15Budiono Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa, Yogyakarta: Hanindita Graha Widia, 2000, hal.37.

16Marbangun Hardjowirogo, Manusia Jawa, Jakarta: Idayu, 1983, hal.116.

20

Universitas Sumatera Utara penyebaran dan pertumbuhan komposisi penduduk di Sumatera Timur, karena dalam waktu yang terbilang singkat jumlah penduduk pribumi dapat terlampaui oleh banyaknya buruh Jawa dan Cina.17 Untuk mengatasi masalah tenaga kerja Cina yang semakin mahal, pengusaha-pengusaha perkebunan berusaha keras untuk mencari tenaga kerja yang lebih murah. Jadi selain tetap mendatangkan kuli dari Cina, pengusaha- pengusaha ini mendatangkan buruh Jawa yang lebih sedikit mengeluarkan biaya untuk mendatangkan mereka dari Pulau Jawa. Selain terampil dalam bidang pertanian, para kuli Jawa juga terkenal penurut sehingga lebih mudah di atur18.

Dari wilayah-wilayah perkebunan ini kemudian etnis Jawa menyebar dari tempat ke tempat di sekitaran wilayah Keresidenan Sumatra Timur, yaitu daerah

Kisaran, Langkat, Deli, Serdang kemudian mulai memasuki dataran tinggi Karo.

Dampak migrasi oleh para buruh-buruh dari luar Sumatera yang di datangkan secara besar-besaran oleh pengusaha asing tidak terjadi di Tanah Karo karena tidak pernah di bukanya onderneming di sana. Hal ini terjadi akibat adanya pemahaman dan pengamatan yang burukyang terjadi kepada saudara-saudara mereka sesama orang- orang Karo yang berada di sekitaran Sumatera Timur seperti di Langkat, Deli, Serdang yang menyewakan tanah mereka kepada pengusaha asing untuk membuka onderneming.19 Mereka menderita dengan adanya kegiatan ekonomi dan kekuasaan

17Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal.83 18Anthony Reid, Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta: Sinar Harapan, 1987, hal.87 19Wara Sinuhaji, Aktivitas Ekonomi & Enterpreneurship: Masyarakat Karo Pasca Revolusi, Medan: USU Press, 2005, hal.71

21

Universitas Sumatera Utara Barat karena harus keluar dari lahan perkebunan milik mereka dan akhirnya kesulitan mencari lahan yang baru untuk bercocok tanam kembali. Pengalaman ini akhirnya menjadi pelajaran bagi orang-orang Karo yang berada di dataran tinggi Karo sehingga mereka tidak pernah mengizinkan di bukanya onderdeming oleh pengusaha Belanda.

Oleh sebab itu kedatangan etnis Jawa ke Tanah Karo bukan untuk menjadi kuli kontrak melainkan menjadi pesuruh untuk membantu pekerjaan dan kepentingan pengusaha

Belanda.

Dataran tinggi Karo adalah wilayah yang subur dan memiliki keindahan akan alamnya. Daerah bersuhu dingin menyerupai suhu di Eropa ini terletak di luar wilayah perkebunan Sumatra Timur. Pada masa tumbuh dan berkembangnya Perkebunan di

Sumatera Timur, Para pengusaha Perkebunan berkunjung ke daerah beriklim sejuk ini hanya untuk beristirahat dan liburan untuk mengobati rasa rindu akan kampung halaman mereka di Belanda.20 Setelah sarana jalan raya menuju Tanah Karo di buka oleh Deli

Masachappaij, villa-villa dengan arsitektur Belanda didirikan di sekitaran Berastagi oleh pihak perkebunan untuk tempat peristirahatan. Disekeliling bukit Gundaling juga banyak berdiri rumah orang-orang Eropa dan Sultan-Sultan kaya Sumatera Timur.21

Seiring dengan keberadaan villa-villa Belanda tersebut, sebagian kuli Jawa yang berasal dari perkebunan di Sumatera Timur kemudian di datangkan ke Tanah Karo tepatnya ke kota Berastagi untuk mengurus berbagai pekerjaan menjadi pesuruh di villa-

20Ibid; hal. 50 21Wara Sinuhaji, Op. Cit, hal 80-81

22

Universitas Sumatera Utara villa milik pengusaha Belanda. Kuli Jawa yang berubah profesi menjadi pembantu rumah tangga ini kemudian menetap untuk menjaga villa-villa tersebut, meskipun para pengusahaa perkebunan sebagai majikan kembali ke perkebunan yang ada di wilayah

Sumatera Timur. Etnis jawa yang tinggal di villa-villa milik pengusaha Belanda tersebut kemudian mulai berinteraksi dengan masyarakat yang tersebar di sekitaran Kota

Berastagi yaitu sekitaran kaki Bukit Gundaling dan juga Desa Peceren.

Lambat laun kuli Jawa yang ada di perkebunan Sumatera Timur juga akhirnya datang ke Berastagi karena ajakan dari saudara mereka etnis Jawa yang sebelumnya sudah lama menetap untuk menjaga villa-villa Belanda di Berastagi. Mereka yang sebelumnya telah lama bermukim di daerah bekas perkebunan di Sumatera Timur mencoba mencari peruntungan kehidupan yang lebih baik di Kota Berastagi yang telah terkenal dengan kemakmurannya tersebut. Akan tetapi periode kedatangan mereka bukan pada saat periode tumbuh pesatnya onderdeming di Sumatera Timur melainkan setelah periode menurunnya produksi onderdeming-onderdeming tersebut.

Suku Karo sebagai penduduk asli Kota Berastagi sudah mengenal dan banyak mempelajari teknik bercocok tanam untuk memanfaatkan lahan mereka yang subur.

Kedatangan H.M. Botje seorang ahli pertanian Belanda pada tahun 1911 berhasil memperkenalkan teknik penanaman tanaman kentang kepada masyarakat Karo.22

Kesuksesan dari hasil penanaman kentang ini semakin mendorong kemajuan pertanian di Tanah Karo.Orang Jawa yang awalnyasebagai penjaga villa-villa Belanda akhirnya

22Ibid; hal. 72

23

Universitas Sumatera Utara melibatkan diri dalam kegiatan pertanian. Mereka menawarkan jasa Gereta Lembu dan

Sado.23 untuk mempermudah proses pemindahan hasil-hasil pertanian dalam jumlah besar dan mempercepat laju perekonomian di Tanah Karo.

Sebagian dari etnis Jawa yang berada di villa-villa di sekitaran kota Berastagi akhirnya tertarik untukmenjadi Aron.24 Keberadaan etnis Jawa yang menjadi pekerja tani ini akhirnya menggantikan kelompok pekerja tradisional aron yang sudah mulai hilang di tengah-tengah masyarakat Karo. Pekerjaan menjadi aron di ladang masyarakat

Karo ternyata banyak diminati oleh etnis Jawakarena mengingat banyaknya permintaan tenaga kerja oleh masyarakat Karo dengan imbalan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3.2 Masuknya Etnis Jawa Ke Tanah Karo pada Program Transmigrasi Penduduk Pada Tahun 1950

Pada awal kemerdekaan, kehidupan bangsa dan negara Indonesia masih belum stabil karena masih banyaknya tantangan yang harus dihadapi dalam upaya mempertahankan kemerdekaan tersebut baik yang datang dari luar maupun dari dalam bangsa Indonesia itu sendiri. Demikian pula halnya dengan keadaan warga ataupun

23Gereta Lembu adalah alat transportasi gerobak atau pedati yang di helah oleh hewan kerbau, dan Sado adalah pedati yang di helah hewan kuda 24Aron adalah julukan kepada orang-orang yang menjual jasa membantu segala jenis pekerjaandalam sektor pertanian di Tanah Karo. Makna julukan Aron awalnyadipakai oleh masyarakat Karo dalam suatu pola kerja sama, tolong menolong dalam mengerjakan sesuatu bersama-sama secara bergantian untuk menyelesaikan semua perkerjaan tiap anggota yang berkelompokkan 4-8 orang baik pria maupun wanita.

24

Universitas Sumatera Utara penduduk Indonesia tersebut belum merata dan sebagian besar masih bertumpu di Pulau

Jawa, demikian pula halnya dengan kegiatan pemerintahan senantiasa berpusat di daerah-daerah Pulau Jawa.

Masalah kepadatan penduduk di pulau Jawa ini juga di pengaruhi faktor-faktor kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk oleh pendatang yang tidak stabil. Untuk mengatasi permasalahan kepadatan penduduk pada tahun 1950, pemerintah mencanangkan program transmigrasi untuk memeratakan penduduk ke seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.25 Program transmigrasi yakni perpindahan peduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya. Selain itu, migrasi ini juga dilakukan oleh kelompok-kelompok etnis Jawa yang bertujuan untuk memperbaiki taraf kehidupan mereka karena sulitnya mencari penghasilan di daerah asal mereka yaitu Pulau Jawa.

Kedatangan penduduk dari Pulau Jawa tersebut, baik melalui program pemerintah maupun melalui program yang mereka canangkan sendiri bermigrasi ke daerah-daerah di Sumatera Utara. Daerah yang banyak menjadi tujuan transmigran ini adalah daerah Kisaran, pada umumnya di Kabupaten Labuhan Batu. Dari daerah ini lah, para transmigran tersebut kembali lagi berpencar kedaerah-daerah lainnya di Sumatera

Utara. Salah satunya adalah Kota Berastagi Kabupaten Karo.

25M. Amral Sjamsu, Dari Kolonisasi ke Transmigrasi 1905-1955, Jakarta: Djambatan, 1960, hal.78-81.

25

Universitas Sumatera Utara Sebelum kedatangan etnis Jawa melalui program transmigrasi pemerintah khususnya ke Sumatera utara, di Tanah Karo sendiri sudah terdapat etnis Jawa bekas dari kuli-kuli perkebunan Belanda di Sumatera Timur namun hanya beberapa keluarga saja. Orang-orang Jawa ini bermigrasi ke Kota Berastagi di perkirakan sejak tahun

1950-an, setelah awalnya Wagimin beserta keluarganya datangpada tahun 1935, yang di kenal sebagai orang Jawa yang pertama di Kota Berastagi.26 Jumlah etnis Jawa yang pindah ke Berastagi meningkat dan semakin banyak sejak tahun 1950-an di sebabkan oleh sanak saudara dan sesama suku mereka memberitahukan tentang kemajuan ekonomi di Tanah Karo khususnya di sektor pertaniannya. Alasan tersebut yang membuat mereka akhirnya memilih untuk datang ke Tanah Karo karena dari kemajuan pertaniannya dapat memberikan mereka lapangan pekerjaan yang layak.

Tanah Karo merupakan daerah yang sangat terkenal dengan hasil pertaniannya karna kesuburan tanahnya sehingga banyak orang ingin memperbaiki taraf kehidupannya di daerah tersebut. Hal ini tentunya sangat menarik bagi etnis Jawa yang kebanyakan ahli dalam bidang pertanian. Sebelumnya mereka juga kebanyakan berprofesi sebagai petani, namun hasilnya selalu tidak mencukupi kebutuhan mereka karna tanah di tempat asal mereka kurang subur dan sering di serang hama yang merugikan. Dengan adanya keinginan bekerja, tanpa modal dan pendidikan yang tinggi hanya saja mengeluarkan tenaga,orang-orang Jawa yang datang ke Tanah Karo ini tidak kesulitan untuk memperoleh pekerjaan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka

26Dormauli. Seselia, “Kehidupan Sosial,Ekonomi, dan Budaya Etnis Jawa di Berastagi (1968- 1986)” Skripsi S-1, Medan: Universitas Sumatera Utara: 2009, hal.17.

26

Universitas Sumatera Utara sehari-hari. Bekerja di ladang-ladang masyarakat Karo sebagai aron adalah pekerjaan yang di geluti kebanyakan etnis Jawa di Tanah Karo.

Masyarakat Jawa yang datang dari Pulau Jawa tersebut bermukim di desa-desa yang ada di Kecamatan Berastagi, salah satunya adalah Desa Peceren yang sekarang bernama Desa Sempa Jaya, lebih tepatnya di daerah Lau Gumba namun pada tahun

2010 permukiman ini resmi dimekarkan menjadi Desa Lau Gumba. Menurut data dari kepala desa Desa Lau Gumba pada Desember 2014, jumlah orang yang bersuku Jawa sebanyak 312 orang dan masyarakat yang bersuku Karo berjumlah 989 orang. Dari jumlah tersebut terlihat bahwa suku Jawa di desa tersebut adalah minoritas. Di Desa

Sempa Jaya ini terdiri dari 4 dusun yaitu,

Dusun I dihuni oleh hanya masyarakat Karo

Dusun II dihuni oleh masyarakat Karo dan 4 keluarga yang bersuku Jawa

Dusun III hanya dihuni oleh masyarakat Jawa

Dusun IV dihuni oleh masyarakat Jawa dan masyarakat Karo.

Sumber: Pemerintah Kecamatan Berastagi Tahun 2000

Tidak pernah terjadi perseteruan antara masyarakat Jawa dan Karo di desa ini.Masyarakat Jawa aktif berpartisipasi di kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat

27

Universitas Sumatera Utara Karo, misalnya acara Kerja Tahun27 mereka aktif membantu sebagai panitia acara walaupun acara ini adalah acara tradisi masyarakat Karo. Selain itu, di komunitas masyarakat Jawa di desa ini, terdapat beberapa masyarakat Karo yang ikut serta.Padaawalnya masyarakat Jawa yang datang ke desa ini bekerja sebagai petani di areal pertanian yang dikenal dengan “Ladang Rumah Jawa”. Kemudian masyarakat

Jawa meninggalkan area tersebut dan pindah ke daerah dusun III dan IV yaitu Lembah

Katisan Desa Sempa Jaya. Masyarakat Jawa yang bermukim sekitaran Simpang Empat dan Lembah Katisan Desa Sempa Jaya ini hingga saat ini sudah memasuki generasi ke-

3.

3.3 Kehidupan Sosial dan Ekonomi Etnis Jawa di Tanah Karo

Orang-orang Jawa yang berada di Kecamatan Berastagi umumnya berbaur dengan penduduk asli yakni etnis Karo maupun etnis pendatang lainnya seperti Batak

Toba, Simalungun, Nias dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari pola pemukiman atau tempat tinggal mereka yang bergabung dengan etnis-etnis lainnya.Keadaan sosial sangat dipengaruhi oleh budaya-budaya yang berlaku disuatu daerah. Sedangkan tempat tinggal adalah tempat dimana kehidupan manusia berlangsung paling banyak dalam kehidupan sehari-hari. Karena begitu seringnya manusia menghabiskan waktunya di

27Kerja tahun adalah pesta yang diadakan sekali setahun. Pada mulanya dilakukan pada masa sesudah panen padi untuk menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen tersebut. Pada pesta ini semua keluarga baik yang jauh maupun yang dekat umumnya datang berkunjung. Akan tetapi sekarang pesta tahunan sudah merupakan tradisi di setiap desa-desa di Tanah Karo. Pesta ini merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang masyarakat Karo.

28

Universitas Sumatera Utara daerah tempat tinggalnya, maka mau atau tidak mau dia akan terlibat pada lingkungan sosialnya yang penuh dengan budaya dalam kehidupan keseharianya.28

Etnis Jawa banyak bermukim di kawasan Desa Sempa Jaya (Peceren), Desa

Dolat Rayat, Desa Rumah Berastagi dan juga berpencar di berbagai tempat di

Kabupaten Karo. Desa-desa tersebut bukan saja dihuni khusus masyarakatetnis Jawa akan tetapi juga dihuni oleh etnis-etnis lain misalnya oleh etnis Karo maupun etnis-etnis pendatang lainnya.

Orang Jawa biasanya bekerja sebagai buruh tani atau aron, buruh bangunan maupun buruh-buruh lainnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya modal untukmenyewa tanah dan mengelola tanah pertanian. Selain itu, orang-orang Jawa juga menggantungkan hidupnya dalam bidang perdagangan akan tetapi masih dalam ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk etnis Tionghoa. Selain itu, dalam jumlah yang lebih kecil lagi, orang-orang Jawa di

Berastagi ada yang bekerja sebagai pegawai baik swasta maupun yang telah menjadi pegawai negeri.

Seiring dengan perkembangan kehidupan yang semakin meningkat, baik secara ekonomi, sosial, pendidikan, cara pikir dan sebagainya yang mereka peroleh selama berada di Kecamatan Berastagi lambat laun mereka pun tidak lagi hanya bekerja untuk makan saja tetapi telah memiliki rencana yang lebih baik untuk waktu yang akan

28Pardi Suratno, Masyarakat Jawa & Budaya Barat:Kajian Sastra Jawa Masa Kolonial, Yogyakarta: Adiwacana, 2013, hal. 145

29

Universitas Sumatera Utara datang. Dengan pemikiran seperti itu, mereka tidak hanya telah dapat makan saja tetapi mereka pun telah dapat mewujudkan keinginannya seperti menyekolahkan anak- anaknya ke tingkat yang lebih tinggi, memiliki rumah dan sebagainya.

Usaha yang dijalankan oleh etnis Jawa tersebut biasanya seperti berjualan makanan baik dalam jumlah yang besar seperti rumah makan, warung pecal, berjualan kue keliling, berjualan bakso, menjual sarapan lontong dan sebagainya. Hal ini terjadi akibat adanya suatu anggapan dari suku-suku lain seperti halnya suku Karo dan kenyataan yang menyatakan bahwa orang-orang Jawa merupakan orang yang pandai dalam hal masak-memasak atau membuat makanan. Sehingga mereka memanfaatkan kepandaian atau bakat mereka tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi ada juga diantara mereka walaupun jumlahnya masih terbilang sedikit yang tidak berdagang dalam usaha makanan tetapi berdagang barang dagangan kebutuhan sehari- hari atau klontong. Usaha seperti ini biasanya dilakukan dengan membuka warung- warung atau yang lebih dikenal dengan sebutan kedai klontong yang menjual barang kebutuhan sehari-hari di depan rumah mereka.

3. 4Sejarah Berdirinya Warung Wajik di Desa Peceren 1950–2000

3. 4. 1 Latar Belakang Berdirinya Warung Wajik Peceren

Usaha penjual pecal keliling adalah salah satu usaha yang di ciptakan oleh kaum wanita etnis Jawa yang ada di Desa Sempa Jaya (Peceren). Usaha yang menjadi

30

Universitas Sumatera Utara cikal bakal warung wajik di Desa Peceren ini di mulai sejak tahun 1947 oleh Ruminem dan Karmi hingga tahun 1960. Ruminem dan Karmi adalah kaum istri orang Jawa yang mengeluti usaha menjual pecal keliling di Kecamatan Berastagi. Usaha ini awalnya adalah salah satu bentuk usaha sampingan yang dikerjakan untuk menambah penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Adanya keahlian memasak oleh orang-orang etnis Jawa di Desa Peceren memunculkan ide untuk berjualan makanan tradisional Jawa yakni pecal. Orang Jawa memang terkenal ahli dalam bidang masak- memasak dan makanan tradisionalnya, hal itu sudah di ketahui oleh masyarakat dan bukan lagi rahasia umum pada masyarakat di Kecamatan Berastagi.

Usaha berjualan ini biasanya dilakukan dengan cara meletakkan bahan-bahan pecal yang sudah di tata rapi di atas tampah dan di bawa keliling dengan cara di Sunggih atau Jujung29 di atas kepala kemudian mendatangi tempat-tempat yang ramai. Usaha berjualan pecal keliling ini sangat populer pada masanya, hal ini di sebabkan karna makanan ini sangat di sukai di kalangan ibu-ibu. Tempat yang sering di datangi oleh penjual pecal keliling ini adalah areal perladangan karna pekerjaan mayoritas masyarakat di Tanah Karo adalah petani dan aron menghabiskan waktunya sepanjang hari di areal perladangan. Areal perladangan sangat ramai di penuhi buruh tani aron yang juga mayoritas etnis Jawa yang juga pelanggan yang rutin membeli pecal tersebut.

29Sunggihdan Jujung dalam KBBI, adalah tehnik mengangkat beban dengan cara meletakan barang di atas kepala,biasanya banyak di lakukan oleh kaum wanita di Asia

31

Universitas Sumatera Utara Pecal adalah makanan yang memadu berbagai jenis sayuran dengan kacang yang di tumbuk, secara etimologi pecal dapat diartikan sebagai „tumbuk‟ atau dihancurkan dengan cara ditumbuk. Pecal merupakan makanan yang populer dikalangan masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur.30 Kegiatan pertanian yang rutin di areal perladangan membuat penjual pecal selalu mendatangi areal perladangan yang ada di sekitaran Kecamatan Berastagi ini. Tidak adanya warung atau kedai yang menjual jajanan di areal perladangan membuat para penjual pecal keliling selalu dinantikan oleh masyarakat yang bekerja di ladang-ladang milik mayarakat Karo. Semakin ramainya peminat pecal ini membuat penjual pecal keliling ini menambahkan makanan selingan berupa kue-kue tradisional atas permintaan dan saran dari pelanggan yang juga merupakan orang Jawa yang bekerja sebagai aron. Kue yang di jual oleh penjual pecal keliling ini seperti kue gelang, wajik, pulut panggang, kacang hijau,yang merupakan makanan tradisional khas Jawa. Dengan adanya penambahan menu makanan kue tradisional tersebut penjual pecal keliling ini memulai memakai keranjang sebagai tempat kue agar dapat di bawa berkeliling sambil menjujung atau menyunggih talam yang diatasnya telah tertata bahan-bahan makanan pecal.

Lambat laun usaha penjual pecal keliling ini semakin populer karena kesukaan masyarakat pada kue wajiknya, wajik yang berbahan dasar beras ketan ini di cari oleh hampir semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga lansia. Pecal yang awalnya dijual

30Wikipedia.org diakses tanggal 13 Juni 2017

32

Universitas Sumatera Utara sebagai makanan utama pun terlampaui tenarnya oleh makanan yang menggunakan pemanis alami gula aren tersebut. Usaha berjualan keliling ini adalah pelaku penyebaran dan dikenalnya makanan tradisional Jawa oleh masyarakat hingga masyarakat yang tinggal di areal perladangan di Tanah Karo khususnya di Desa Peceren. Ketenaran kue wajik yang di kenalkan oleh para penjual pecal keliling ke seluruh kawasan di Desa

Sempa Jaya membuat para penjual pecal ini akhirnya mendirikan rumah usahanya karena telah cukupnya modal dan berhenti berkeliling ke berbagai tempat untuk berjualan. Penjual pecal keliling ini ada di Desa Sempa Jaya dan menggeluti usaha tersebut hingga tahun 1970.

3. 4. 2 Berdirinya Warung Wajik Dan Perkembangannya

Pada tahun 1950 Ruminem yang sebelumnya menjual pecal keliling memutuskan untuk mendirikan sebuahwarung makanan khas Jawa yang pertama kalinya di desa peceren kecamatan Berastagi. Dengan didirikannya warung ini

Ruminem yang lebih dikenal dengan Nenek Alim tidak perlu lagi berkeliling untuk berjualan ke areal perladangan. Warung yang pertama kali didirikan Desa Sempa Jaya

(Desa Peceren) ini masih terbilang sangat sederhana karena masih berdindingkan tepas dan berlantaikan langsung ke tanah.31 Menu makanan yang di tawarkan di warung ini masih sama dengan yang awal di jual saat berkeliling yaitu pecal dan kue tradisional, penambahan jenis minuman seperti bandrek dan cendol sudah tersedia di warung ini

31Wawancara, Rendy, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 22 Maret 2017.

33

Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi menu makanan. Warung ini akhirnya di namai oleh masyarakat dengan sebutan tenar di Tanah Karo yaitu warung wajik, dikarenakan kesukaan masyarakat terhadap kue wajik yang awalnya di jadikan sebagai makanan pelengkap saat pelanggan memesan pecal. Wajik sendiri adalah kue tradisional suku Jawa yang pada umumnya berbahan dasar ketan, santan kelapa dan gula aren.32 Kue tradisional wajik memiliki beberapa sebutan yang berbeda-beda di setiap tempat. Di Sumatera

Utara kue wajik di kenal dengan sebutan Pulut manis, dan di Tanah Karo sendiri kue wajik di kenal dengan sebutan kue wajit. Kemajuan usaha warung tersebut semakin meningkat dan ramai di kunjungi oleh masayarakat setempat dan pengunjung yang berwisata ke kota wisata Berastagi.

Kemajuan usaha warung pecal dan wajik tersebut turut di sertai dengan munculnya usaha serupa pada tahun 1970-an, yaitu Warung Wajik dan Pecal Bahagia.

Warung dengan konsep yang sama ini terletak di tepi jalan Jamin Ginting Desa Peceren berjarak kurang lebih 100 meter dari warung wajik Haji Ngadimin Peceren.33 Warung

Wajik dan Pecal Bahagia salah satu usaha rumah makan yang juga berkembang di Desa

Peceren. Rumah makanan yang juga mengandalkan menu makanan tradisional Jawa ini tidak kalah ramainya dengan Warung wajik Haji Nagimin dan warung wajik lainnya yang ada di kecamatan Berastagi. Warung Wajik dan Pecal Bahagia dibangun pada tahun 1970 yang didirikan oleh Tario, Salah Seorang mantan buruh tani yang sempat

32https://id.wikipedia.org/wiki/Wajik di akses tanggal 12 Februari 2017 33Wawancara, Arsini Siregar, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 14 Februari 2017.

34

Universitas Sumatera Utara bekerja di perkebunan tembakau Belanda yang ada di Langkat.34 Berawal dari ide untuk mengembangkan usaha sang istri yang berjualan pecal keliling. Tario yang berasal dari

Desa Gajah Mungkur Kota Wonogiri ini datang ke Pulau Sumatera beserta kelompok etnis Jawa lainya untuk memperbaiki taraf hidup mereka dengan bekerja sebagai kuli kontrak. Sejak kemunduran onderneming-onderneming milik kolonial Belanda di wilayah Sumatera Timur, Pria yang asli dari Jawa Tengah ini beserta istrinya Karmi datang ke Tanah Karo untuk mencari pekerjaan yang lebih baik lagi.

Di Tanah Karo, Tario bekerja untuk menjaga dan mengurus penginapan yang bernama Kamar Bingung atau yang saat ini bernama Rudang Hotel.35 Sementara itu sang istri, Karmi bekerja untuk menambah penghasilan keluarga untuk berjualan pecal keliling. Karmi juga seorang penjual pecal keliling dengan cara di sunggih sama dengan

Nenek alim atau Ruminem yang melakukan profesi serupa pada tahun 1960-an. Karmi berbaur masuk ketengah-tengah masyarakat Karo untuk berjualan pecal dan berbagai jenis kue dengan mengunjungi areal perladangan dan tempat-tempat yang ramai seperti pasar, dimana Karmi memiliki banyak pelanggan yang menyukai wajik dan pecal, terutama kaum ibu-ibu.

Niat Tario untuk mendirikan dan mengembangkan usaha sang istri ini karena sedikitnya upah atau gaji yang diperoleh dari pekerjaannya sehingga tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan menyewa sebuah

34Wawancara.Sukur, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 20 Mei 2017. 35Wawancara.Suparman, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 20 Mei 2017.

35

Universitas Sumatera Utara rumah di pinggir Jalan Jamin Ginting tepatnya di dusun Lembah Katisan Desa Sempa

Jaya, Tario dan Istrinya Karmi kemudian membuka usaha warung pecal di kawasan yang mayoritas penduduknya beretnis Jawa itu. Untuk membuka usaha ini Karmi yang memiliki hewan ternak Lembu menjual hewan ternaknya untuk menjadi modal pertama untuk usaha warung pecal tersebut.36 Usaha warung pecal yang ada Desa Sempa Jaya di tahun 1970 saat itu masih ada dua warung, sehingga perkembangan kedua warung tersebut stabil dengan banyaknya pengunjung.

Lambat laun pada tahun 1980, Warung Wecal Bahagia ini akhirnya membangun rumah usaha yang baru berdekatan dengan Warung Wajik Haji Nadimin Desa Sempa

Jaya (Peceren). Warung Wajik dan Pecal Bahagia yang sebelumnya masih mengontrak bangunan sekarang sudah membangun gedung milik sendiri. Seiringan dengan hal itu usaha ini kemudian di kelola oleh anaknya yang bernama Sutarno. Lokasi Warung wajik dan Pecal Bahagia yang di pilih pun sangat strategis dari pada yang sebelumnya, letaknya yaitu di depan Hotel Green Garden di pinggiran Jalan Jamin Ginting Peceren kota Berastagi.

Warung wajik dan Pecal Bahagia akhirnya di kelolaoleh Etong Sumarno yang masi kerabat dekat dari Sutarno yang di kontrakkan selama 20 tahun. Etong Sumarno mengontrak bangunan sekaligus mengelola Usaha Warung Wajik dan Pecal Bahagia dikarenakan Sutarno memutuskan untuk berjualan usaha serupa di sekitar areal Kamar

36Wawancara, Suparman, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 23 Mei 2017.

36

Universitas Sumatera Utara Bingung yang sekarang bernama Rudang Hotel.37 Kamar Bingung pada masa itu di anggap lebih berpeluang untuk berjualan pecal karena terdapat keramaian oleh pengunjung dan masyarakat setempat. Di tangan Etong Sumarno usaha warung pecal ini berkembang pesat dengan banyaknya pengunjung yang kebanyakan pengunjung yang berwisata ke arah kota wisata Berastagi. Minimnya rumah makan pada masaitu dengan banyaknya pengunjung membuat usaha rumah makan sangat menjanjikan, apalagi di

Tanah Karo keberadaan rumah makan masih sedikit.

Pada masa tahun 80-an Warung Wajik dan Pecal Bahagia dan Warung Wajik

Haji Ngadimin adalah rumah makan pertama yang menyediakan makanan tradisional di

Kecamatan Berastagi, dan peminatnya cukup banyak terutama permintaan untuk kue wajiknya. Banyaknya peminat kue tradisional Jawa tersebut membuka pikiran Orang

Jawa lainya di sekitaran Warung Wajik Peceren, dengan membuka usaha serupa.38

Tahun 2000 dimana masa kontrak selama 20 tahun telah habis, Warung Wajik dan Pecal Bahagia kemudian di ambil alih oleh Suparman yang merupakan generasi ke-

3 anak dari Sutarno, Setelah kontrak oleh Etong Sumarno habis pada masa Warung

Wajik dan Pecal Bahagia di kelola oleh Suparman sedang mengalami kemajuan.

Kemajuan Warung Wajik dan Pecal Bahagia yang mengalami kemajuan di tangan

Etong Sumarno membuat kontrak atas warung pecal ini tidak dapat di perpanjang. Hal tersebut yang membuat Etong Sumarno akhirnya membangun warung pecal yang

37Wawancara, Sukur di Desa Sempa Jaya pada tanggal 3 Juli 2017 38Wawancara, Wagino, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 23 Mei 2017.

37

Universitas Sumatera Utara berkonsep sama dengan Warung Wajik dan Pecal Bahagia. Etong Sumarno membangun bangunan yang lebih besar dan mewah di sebelah Warung Wajik dan Pecal Bahagia dan memakai nama warung yang sama dengan nama warung yang sebelumnya di kontraknya selama 20 tahun. Dengan keberadaan Warung Wajik dan Pecal Bahagia

Kedua warung wajik ini terus berkembang karna lokasi kedua warung yang ini cukup strategis. Letaknya di tepi jalan Jamin Ginting dan mudah mencuri perhatian banyak pengunjung yang melintas di jalan menuju kota Berastagi yang ramai di kunjungi oleh wisatawan. Perkembangan warung wajik yang ada di desa Peceren sangat pesat, sehingga pada tahun 1980 warung wajik yang ada di desa Peceren ini di favoritkan oleh muda-mudi yang ada di Tanah Karo sebagai tempat berpadu kasih dan tempat berkumpul anak muda. Ramainya peminat makanan tradisional Jawa ini di tahun

1980-an, kemudian muncul warung-warung serupa di sekitaran Warung Wajik Peceren.

Hal ini membuat lokasi Warung Wajik Peceren ini menjadi pusat keramaian, karena menumpuknya warung-warung wajik yang berjejeran di sisi kiri dan kanan jalan Jamin

Ginting desa Peceren kecamatan Berastagi.39

Warung wajik yang ada di desa Peceren ini terus berkembang maju dan semakin lama semakin ramai di padati oleh pengunjung terkhusus pada akhir pekan dan hari besar.Warung-warung yang menjual kue tradisional wajik di Kecamatan Berastagi di tingkatkan lagi dengan ide-ide dan konsep dekorasi ruangan yang modern setiap tahunnya. Menu makanan yang di tambah untuk mengikuti perkembangan agar lebih

39Wawancara, Nurita, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 25 Maret 2017

38

Universitas Sumatera Utara modern lagi tanpa menghilangkan menu dan resep makanan tradisional yang selalu di andalkandari tahun ke tahunusaha warung wajik tersebut. Pecal dan wajik yang di jual masih eksis dan di minati oleh masyarakat, terutama kue wajik yang dari dulu sampai sekarang menjadi Ikon danPrimadona yang andalan setiap warung wajik yang ada di

Desa Sempa Jaya (Peceren).

39

Universitas Sumatera Utara BAB IV

PERKEMBANGAN WARUNG WAJIK PECEREN 1980-2000

4. 1 Usaha Warung Wajik Peceren 1980 – 2000

Statistik industri menjelaskan bahwa perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Perusahaan industri pengolahan dibagi dalam 4 golongan, yaitu :

a. Industri besar dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih

b. Industri sedang dengan tenaga kerja 20 – 99orang

c. Industri kecil dengan tenaga kerja 5 – 19orang

d. Industri rumah tangga dengan tenaga kerja 1 – 4orang

Dalam perusahaan industri rumah tangga, pemilik bertindak apa saja, mulai dari pembelian bahan baku, pengolahan bahkan sampai menjual hasil produksi. Berbeda dengan industri berskala kecil yang memiliki tenaga kerja 5– 19 orang hingga industri besar yang tenaga kerjanya hingga 100 orang, dalam hal ini pengorganisasian dan struktur pembagian tugas kerja sudah di atur oleh pemilik atau pemimpin dalam suatu industri.

40

Universitas Sumatera Utara Industri Warung Wajik Peceren sejak tahun 2000 hingga saat ini termasuk kedalam golongan industri sedang dengan jumlah tenaga kerja diatas 20 orang, yang sebelumnya berawal dari industri rumah tangga. Tenaga kerja yang bekerja di Warung

Wajik Pecerensudah memiliki struktur kepemimpinan dan pembagian tugas kerja masing-masing untuk memproduksi wajik dan produk lainnya di Warung Wajik

Peceren setiap harinya.

Produksi dalam arti umum adalah menghasilkan suatu barang. Produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa, untuk kegiatan ini diperlukan faktor-faktor produksi yang tersedia.40 Sedangkan yang lain mengatakan bahwa produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.41 Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang atau menambah nilai guna dan manfaat suatu barang dengan menggunakan sumber daya yang ada dalam pemenuhan kebutuhan.

Konsep produksi sebenarnya mempunyai arti lebih luas dari pada hanya pengolahan ataupun pengubahan tetapi bagaimana mengatur, mengelola, mengadministrasikan kegiatan produksi menjadi efektif dan efesien. Dalam meningkatkan suatu proses produksi suatu perusahaan diperlukan bahan-bahan produksi. Untuk melakukan itu semua dibutuhkan unsur tenaga manusia, sumber daya

40Murti Sumarni dan John Soeprihanto, Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan, Yogyakarta: Liberty, 1987, hlm 160. 41Wikipedia, 26-01-2013, 12.00 Wib

41

Universitas Sumatera Utara alam, modal serta kecakapan. Semua unsur tersebut dinamakan faktor-faktor produksi, dimana faktor produksi tersebut menjadi penopang dalam usaha menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang yang dihasilkan perusahaan/industri.

Dalam hal ini Warung Wajik Peceren menggunakan bentuk pengolahan industrisedang yang telah memiliki tenaga kerja yang cukup dan berstruktur untuk mengolah bahan-bahan mentah atau baku menjadi makanan yang siap di jual. Warung

Wajik Peceren mengolah bahan-bahan baku menjadi makanan dan minuman yang menggunakan resep tradisional yang tetap dipertahankan sampai sekarang.

4.1.1 Peralihan Usaha Rumahan menjadi Usaha Rumah Makanan

A. Dana Modal

Dana modal adalah uang yang disediakan untuk keperluan biaya. Dana bisa dikatakan merupakan langkah awal dalam memulai proses produksi bukan hanya itu saja tetapi dalam membangun sebuah perusahaan. Dana digunakan dalam menunjang kegiatan-kegiatan produksi. Sebelumnya dana yang di gunakan masih relatif kecil karna masih sedikitnya permintaan konsumen. Warung Wajik Peceren menggunakan dana yang cukup besar dalam mengelola dan mendukung usaha rumah makan ini yang sudah mulai mejalani perkembangan di tandai oleh meningkatnya permintaan oleh masyarakat dan pengunjung.

42

Universitas Sumatera Utara Warung Wajik Peceren mulai meningkatkan produksi makanan dan minuman yang sudah mulai di tambah jenisnya, tentu saja membutuhkan banyak bahan baku yang harus didasari dengan modal yang besar. Bahan baku yang di butuhkan juga harus berkualitas tinggi untuk memenuhi dan menjaga keaslian resep tanpa memakai bahan kimia, sulitnya memperoleh bahan baku yang asli dan berkualitas tinggi membuat para pengusaha Warung Wajik di Peceren ini harus mengeluarkan dana atau biaya yang bersar pula. Dana di siapkan untuk menyonsong berjalanya proses produksi usaha yang tadinya hanya sampingan kini di fokuskan menjadi usaha utama bagi pemilik. Dana yang ada disiapkan dari pemilik usaha sendiri dan juga di bantu dari pinjaman dari bank.42

Bahan bakudiperoleh langsung dari petani atau pembuatnya dengan mengunakan sitem langganan tetap dan di antar atau dikirim langsung ke Warung Wajik Peceren tersebut. Dana pemesanan, ongkos pengiriman pemesanan dan lain sebagainya cukup membutuhkan dana besar untuk membeli bahan baku untuk semua jenis makanan berat, berbagai jenis kue dan minuman yang di produksi sendiri hingga yang sudah di jual jadi.

Warung Wajik Peceren juga membutuhkan dana yang besar dalam menyediakan perlengkapan makan mulai dari sumpit, berbagai jenis bungkusan, hingga tissu yang selalu di butuhkan di setiap rumah makan. Dana dalam barang-barang investasi untuk

Warung Wajik Peceren seperti mesin-mesin, pembangkit tenaga listrik, gudang, bahan

42Wawancara, Rendy di Desa Sempa Jaya pada tanggal 2 juni 2017

43

Universitas Sumatera Utara baku, tenaga kerja serta peralatan-peralatan yang lain membutuhkan dana yang cukup besar demi berjalannya usaha rumah makan tradisional Jawa ini.

B. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah manusia yang melibatkan diri dalam suatu proses kegiatan perusahaan dalam menghasilkan suatu produk untuk mendapatkan tujuan perusahaan tersebut. Dalam sistem kerja perusahaan terdapat manusia, peralatan, metode kerja, bahan baku, dan lain sebagainya, tetapi yang paling penting disini adalah keahlian atau skill manusia itu sendiri. Manusia/tenaga kerja menjadi human resources dalam perusahaan industri dalam menyumbangkan kemampuan manusiawinya dalam melakukan proses produksi barang-barang dan jasa.

Seperti halnya tenaga kerja yang bekerja di Warung Wajik Peceren. Mereka memiliki skill kemampuan di bidang pekerjaan yang mereka masing-masing dalam menghasilkan dan mendukung usaha Warung Wajik Peceren. Tahun 1960-1970 jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan masih sedikit, karnaproduksi masih di kerjakan oleh pemilik sendiridan di bantu oleh sanak saudara, hal itu karena jumlah permintaan dari konsumen masih sedikit dan itupun oleh konsumen lokal atau masyarakat sekitar

Warung Wajik Peceren.Dari hasil penelitian bahwa pada tahun 1970-1980 jumlah tenaga kerja bertambah menjadi 10 orang karena jumlah permintaan konsumen mulai meningkat dan penambahan tenaga kerja sendiri masih di utamakan masih memiliki hubungan keluarga atau kerabat dari pemilik Warung Wajik Peceren.

44

Universitas Sumatera Utara Penambahan tenaga kerja ini dikarenakan Warung Wajik Peceren mulai di sukai dan digemari oleh masyarakat terutama dikalangan anak muda di Tanah Karo masa

1980-an karena keunikan dari makanan dan minuman yang di produksi di Warung

Wajik Peceren ini. Pada tahun 1980-an rumah makan yang menjual makanan tradisional

Jawa satu-satunya ada di Desa Peceren, Informasi dari mulut ke mulut akan kenikmatan makanan yang di sajikan membuat Warung Wajik Peceren terkenal di Tanah Karo.

Penambahan tenaga kerja pun di lakukan untuk mendukung kemajuan dari Warung

Wajik Peceren ini agar dapat memproduksi makanan dan minuman yang konsumen inginkan.

Pada tahun 1980-2000 Warung Wajik Peceren mulai di kunjungi oleh para wisatawan dan pendatang dari luar Tanah Karo, mendorong usaha rumahan ini semakin meningkatkan lagi kualitas dan kelengkapan dengan menambah menu-menu yang baru untuk memenuhi permintaan pengunjung dan konsumen. Hal ini membutuhkan tenaga tambahan dari tenaga kerja, kemudian tenaga kerja di tambah lagi sebanyak 25 orang,

15 orang pekerja wanita yang di fokuskan di pembuatan produk seperti berbagai jenis kue di dapur, 7 orang pekerja pria sebagai pelayan dan sisanya 3 orang pria bekerja khusus membuat kue wajik sebelum rumah makan di buka untuk konsumen.

Sistem kerja biasa dimulai pada jam 08.00-18.00 dengan istirahat pada jam

12.00-13.00. Sesuai dengan fungsinya, di dalam perusahaan ada beberapa macam tenaga kerja yaitu, tenaga kerja eksekutif yang mempunyai tugas mengambil keputusan dan mengatur yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan dan yang kedua

45

Universitas Sumatera Utara adalah tenaga operatif merupakan tenaga terampil, terdapat tiga tenaga ini yaitu tenaga terampil, tenaga setengah terampil, tenaga tidak terampil.43

Warung Wajik Peceren membutuhkan kedua tenaga kerja tersebut, dengan adanya pemimpin maka proses produksi yang di jalankan oleh karyawan dapat terarah sesuai perencanaan untuk mencapai target yang harus di capai pada usaha rumah makan ini, pemimpin di Warung Wajik Peceren ini posisi jabatannya tepat di bawah sang pemilik dan dijuluki sebagai orang kepercayaan atau tangan kanan pemilik yang tugasnya hampir sama dengan manager. Jika tidak ada tenaga pertama maka akan terjadi kekacauan dalam hal mengambil keputusan dan kebijakan apa yang akan diambil sehingga perusahaan mengalami kerugian bahkan kebangkrutan. Jika tidak ada tenaga kedua, jadi siapa yang akan menjalankan proses produksi seperti pemeliharaan barang- barang, menjalankan mesin dan lain sebagainya. Jadi kedua jenis tenaga kerja tersebut saling ketergantungan dan sejalan.

Warung Wajik Peceren merekrut sebagian besar tenaga kerja dari warga setempat yang masih memiliki hubungan keluarga di sekitaran Warung Wajik Peceren.

Tenaga kerja di Warung Wajik Peceren ini terdiri dari Pria dan wanita, wanita kebanyakan di pekerjakan di dapur untuk membuat berbagai jenis makanan berat dan kue-kue yang akan di jajakan, sedangkan karyawan pria di fokuskan sebagai pelayan.

Dari hasil penelitian penulis, bahwa tenaga kerja yang di rekrut di utamakan adalah

43Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern), Yogyakarta: Liberty, 1993, Hal 263.

46

Universitas Sumatera Utara tetangga dan masih memiliki hubungan kekeluargaan kepada pemilik Warung Wajik

Peceren. Biasanya tes atau ujian penerimaan karyawan baru tidak di lakukan, hanya saja di perhatikan kinerjanya oleh pemilik dan jika tidak bekerja sebagaimana harusnya akan di tegur untuk menanyakan keseriusan karyawan tersebut untuk bekerja.Setiap karyawan yang ada dalam Warung Wajik Peceren ini seperti keluarga besar yang berkumpul melakukan suatu pekerjaan. Mereka melakukan interaksi kekeluargaan, seperti bercanda, mengobrol, hingga saling menolong. Semua karyawan Warung Wajik

Peceren saling menghargai dan menghormati hal ini yang dapat membangun keharmonisan dalam hubungan mereka sesama pekerja.

Upah merupakan pembayaran ke atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan tenaga kerja oleh para pengusaha.44 Upah adalah imbalan kerja yang didapatkan tenaga kerja atas tenaga yang dikeluarkan. Upah dan gaji adalah sinonim.

Upah biasanya dipakai untuk para pekerja (karyawan) sedangkan gaji biasanya dipergunakan untuk pegawai. Karyawan tetap di Warung Wajik Peceren sekitar tahun

1980 hingga tahun 2000 menerima gaji sebesar Rp. 300.000 – Rp.1.500.000 setiap bulannya.

C. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan yang membentuk suatu produk jadi. Bahan baku bagi sebuah perusahaan sangat penting atau mutlak ada, karena merupakan awal proses

44Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009, hal. 351.

47

Universitas Sumatera Utara produksi dalam mendapatkan produk yang siap di jual. Kelangsungan kegiatan sebuah rumah usaha akan berjalan baik proses produksinya jika dapat mempertahankan kelangsungan persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku dengan jumlah yang optimum dan dengan kualitas yang baik menghasilkan perusahaan dan hasil produk yang baik.

Kebijakan sebuah usaha dalam perencanaan bahan baku dalam menentukan dan mempersiapkan bahan baku dalam jangka pendek dan jangka panjang akan membuat hal-hal yang tidak diinginkan seperti kerusakan, keterlambatan pemesanan dan pengiriman, kualitas yang buruk tidak akan terjadi. Dalam hal ini bagian kepala produksi atau manager beserta bawahannya sangat berperan penting dalam menjaga bahan baku dan sub bagian pembelian bahan sangat diperlukan untuk proses produksi.

Warung Wajik Peceren memproduksi berbagai jenis makanan dan minuman yang sebagian besar berbahan baku santan dari buah kelapa dan gula aren atau gula merah, mulai dari semua jenis kue tradisional Jawa seperti wajik dan juga minuman cendol. Sebelumnya pemilik cukup membeli bahan baku buah kelapa dan bahan lainya di pasar tradisional dan grosir karna masih sedikitnya permintaan konsumen yang berkunjung ke Warung Wajik Peceren.45

Pada tahun 1980 dimana masa perkembangan Warung Wajik Peceren permintaan semakin meningkat di ikuti dengan di tambahnya menu-menu baru dengan

45Wawancara, Arsini siregar di Desa Sempa Jaya pada tanggal 4 juni 2017

48

Universitas Sumatera Utara bahan baku yang baru pula maka kesulitan memperoleh bahan baku dalam jumlah besarpun di alami oleh pemilik. Kekayaan cita rasa makanan yang di produksi oleh rumah usaha Warung Wajik Peceren ini punharus dipertahankan dengan mengusahakan bahan baku yang berkualitas tinggi dan asli. Bahan baku buah kelapa dan gula aren yang asli dan berkualitas sulit di peroleh. Bahan baku terkhusus buah kelapa dan gula aren di pilih dengan cara langsung mendatangi kebun kelapa dan melakukan survei, hingga di temukan kecocokan kemudian pengusaha langsung dan menjalin kerjasama jangka panjang dengan petani dan pengrajin gula aren.

Buah kelapa yang siap di jadiakan santan dan gula aren di antar langsung dalam jumlah besar ke Warung Wajik Peceren seminggu sekali dan sebulan sekali untuk memenuhi stock atau bahan baku yang dibutuhkan. Bahan baku seperti beras ketan, gula pasir, segala jenis tepung dan bahan-bahan yang dikemas dapat di pesan langsung ke gerosir yang ada di Kota Berastagi dalam jumlah besar. Sistem berlangganan jangka panjang juga di jalin pemilik Warung Wajik Peceren dengan pemilik grosir agar memudahkan dalam memperoleh bahan baku khususnya bahan baku yang di kemas dalam jumlah besar. Kepentingan produksi seharusnya ditentukan secara tepat agar kelancaran produksi terjamin tanpa dibebani biaya-biaya tambahan atau resiko-resiko lain yang timbul dengan di pesiapkannya bahan baku untuk jangka waktu tertentu.

49

Universitas Sumatera Utara D. Lokasi Perusahaan

Dalam mendirikan sebuah rumah usaha, pemilik atau pendiri tentunya sudah mempunyai Planin gatau gagasan dimana rumah usaha akan didirikan, bidang usaha apa yang didirikan, dan yang terakhir adalah, apakah ada potensi yang akan menguntungkan. Hal ini tentunya sangat penting sebelum rumah usaha didirikan. Lokasi

Rumah usahanantinya akan menjadi tempat segala kegiatan aktivitas produksi akan berlangsung. Letak perusahaan menjadi suatu sorotan yang sangat penting karena memegang peranan dalam kemajuan dan perkembangan usaha. Setiap orang akan selalu memprioritaskan lokasi tempat usaha itu akan didirikan di mana nantinya akan memungkinkan menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Ada empat jenis letak perusahaan atau usaha yaitu, letak perusahaan yang terikat pada alam, letak perusahaan berdasar sejarah, letak perusahaan yang ditetapkan pemerintah, dan letak perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi. Letak

Warung Wajik Peceren adalah letak perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yaitu bersifat industri rumahan atau home Industries.

Letak Warung Wajik di pinggir Jalan Protokol Jamin Ginting dan dekat dengan kota wisata Berastagi, dimana kota berastagi menjadi pusat keramaian oleh masyarakat

Tanah Karo dan wisatawan yang hendak berwisata menjadi keuntungan dari letak

Warung Wajik Peceren. Semua kegiatan ekonomi masyarakat di Tanah Karo seperti pasar tradisional berpusat di Kota Berastagi, kota yang merupakan Kecamatan dari Desa

50

Universitas Sumatera Utara Peceren dimana warung wajik ini berada. Hal ini berpengaruh atas perkembangan

Warung Wajik Peceren karna letak yang strategis sehingga mudah di lihat semua orang yang melintas di jalan Jamin Ginting.

Bagi para wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ke Tanah Karo, lokasi

Warung Wajik Peceren ini mudah dilihat dan di singgahi, karena posisinya tepat di tepi jalan raya penghubung Kota Berastagi dan Kota Medan. Pada tahun 1950 lokasi

Warung Wajik Peceren yang sebelumnya telah di rencanakan dan di pilih oleh pemilik dibangun di lokasi yang berdekatan dengan beberapa objek wisata dan hotel di Tanah

Karo. Pemilihan lokasi tersebut tentunya di harapkan dapat mendatangkan keuntungan dan menyongsong kemajuan Warung Wajik Peceren.

Jadi letak perusahaan sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Letak perusahaan harus dipertimbangkan berdasarkan fakta yang kongkrit dan aspek-aspek ekonomi seperti perluasan bangunan, daerah pemasaran dan lain sebagainya. Persiapan produksi merupakan langkah awal dalam menjalankan aktivitas produksi perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen yang berkunjung. Warung Wajik

Peceren mempersiapkan proses produksi dengan terorganisir, dan betul-betul didirikan berdasarkan pemikiran yang matang.Usaha Warung Wajik Peceren tersebut dapat diterima oleh masyarakat di Tanah Karo dan wisatawan yang berkunjung sebagai pendukung kemajuannya karena lokasi Warung Wajik Peceren berada di kota wisata

Berastagi.

51

Universitas Sumatera Utara E. Pemasaran / Promosi

Pemasaran atau Promosi adalah kegiatan yang merupakan langkah awal untuk memperkenalkan suatu produk yang di produksi oleh sebuah badan usaha. Warung

Wajik Peceren tidak memperkenalkan produknya melalui reklame atau pun iklan, karena ketenaran usaha Warung Wajik Peceren terutama kue wajik dan pecal sudah dikenalkan oleh penjual pecal keliling sejak tahun 1947 sebelum usaha tersebut berdiri.

Seperti yang sudah dijelaskan penjual pecal keliling secara langsung memperkenalkan produknya langsung ketengah-tengah masyarakat di Tanah Karo. Penjual pecal keliling yang merupakan cikal bakal Warung Wajik Peceren, sejak tahun 1947 sudah berkeliling keseluruh pelosok tempat terutama areal perladangan di Tanah Karo. Hal ini menjadi sebuah keuntungan bagi usaha ini dalam bidang promosi yang sebelumnya telah dilakukan langsung dengan masyarakat Tanah Karo.

Kenikmatan makanan tradisional yang merupakan produk dari Warung Wajik

Peceren oleh konsumen yang berkunjung secara tidak langsung menjadi salah satu bentuk promosi dari mulut ke mulut. Letak warung wajik di pinggir jalan Lintas Jamin

Ginting yang banyak dilalui oleh pendatang dan wisatawan membantu kegiatan promosi karna mudah terlihat jika melintas melalui jalan tersebut. Khususnya wisatawan yang berwisata ke Kota Berastagi akan melalui daerah Warung Wajik di Desa Peceren.

Minimnya pusat jajanan khususnya di bidang kuliner makanan masak di kota wisata

Berastagi menyebabkan para wisatawan berkumpul dan beristirahat di warung wajik yang ada di Desa Peceren, dengan demikian kegiatan promosi sendiri di lakukan oleh

52

Universitas Sumatera Utara para pengunjung dan konsumen yang merasa puas ketika mencicipi langsung ke

Warung Wajik yang ada di Desa Peceren.

Pemasaran produk yang di hasilkan dari Warung Wajik Peceren berupa makanan dan minuman tidak dikemas dan tidak dijual di pasaran atau ditempat lain, kegiatan pemasaran dan penjualan dapat dilakukan langsung di Warung Wajik yang ada di Desa Peceren. Dengan demikian usaha rumah makan ini memproduksi produknya berupa makanan dan minuman, kemudian konsumen yang ingin membeli produk tersebut dapat langsung berkunjung ke Warung Wajik Peceren. Pembelian produk dapat dinikmati langsung di tempat dan dikemas menjadi oleh-oleh untuk di bawa pulang oleh pengunjung hal ini juga suatu kegiatan promosi untuk pemasaran yang terbilang efektif, kebiasaan yang dilakukan pendatang dan wisatawan dengan membeli oleh-oleh berupa produk yang di hasilkan oleh Warung Wajik dapat memperkenalkan produk tersebut hingga keluar kota. Dengan adanya kebiasaan tersebut oleh setiap wisatawan yang datang ke Kota Berastagi dapat memperbesar produksi Warung Wajik karna adanya kegiatan promosi oleh konsumen Warung Wajik Peceren itu sendiri.46

46Wawancara, Wagino, di Desa Sempa Jaya pada tanggal 25 Juni 2017

53

Universitas Sumatera Utara 4. 1. 2Warung Wajik Sebagai Destinasi Wisata Kuliner

A. Potensi Wisata di Kabupaten Karo

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera dengan ibukota Medan. Dalam perkembangan pariwisata Indonesia, Sumatera Utara merupakan salah satu tujuan wisata yang memiliki banyak daya tarik. Pariwisata sendiri terdiri dari dua suku kata (bahasa sanskerta) yaitu “pari” dan “wisata”. Kata pari artinya berulang- ulang, wisata artinya perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata memiliki arti yaitu perjalanan yang dilakukan berulang-ulang. Orang yang melakukan perjalan disebut

“tourist”atau wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk wisata.47

Sumatera Utara memiliki banyak daya tarik wisata alam dan juga situs peninggalan sejarah juga masih bisa kita temukan di daerah tersebut. Kabupaten Karo menjadi salah satu daerah tujuan wisata andalan di Sumatera Utara dengan pusat kepariwisataan yaitu Kota Berastagi yang berjarak sekitar 66 KM dari Medan yaitu ibukota provinsi, 130 KM dari Bandara Internasional Kuala Namu11 KM dan 11 KM dari Kota Kabanjaheyang menjadi pusat pemerintahan.

Dataran tinggi Karo memiliki bentang alam pegunungan dengan udara yang sejuk dengan berbagai daya tarik wisata alam yang indah serta didukung dengan budaya yang beraneka ragam tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Potensikepariwisataan Kabupaten Karo yang tercatat di Departemen Pariwisata

47Musanef, Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia, Jakarta: PT Agung, 1995, hal.8

54

Universitas Sumatera Utara Kabupaten Karo, berikut merupakan tempat-tempat yang menjadi daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel4.1 dibawah :

Tabel4.1

Daya Tarik Wisata Alam di Kabupaten Karo

No WISATA ALAM LOKASI

DESA KECAMATAN

1. Air Terjun Sikulikap Doulu Berastagi

2. Panorama Doulu Doulu Berastagi

3. Bukit Kubu (Padang Rumput) Lau Gumba Berastagi

4. Bukit Gundaling Gundaling I Berastagi

5. Tahura Tongkoh Dolat Rakyat

6. Gunung Sibayak Jaranguda Merdeka

7. Lau Debuk-Debuk Semangat gunung Merdeka

8. Air Panas Semangat Gunung Semangat Gunung Merdeka

9. Uruk Tuhan Bakerah Naman Teran

10. Danau Lau Kawar K.Gugung Naman teran

11. Gua Liang Dahar Lau Buluh Kutabuluh

12. Air Terjun Blingking Mburidi Kutabuluh

13. Tongging Sikodon-kodon Tongging Merek

14. Gunung Sipiso-Piso Situnggaling Merek

15. Air Terjun Sipiso-Piso Pengambaten Merek

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kabupaten Karo Tahun 2000

55

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2

Daya Tarik Agrowisata di Kabupaten Karo

No AGROWISATA LOKASI

1. Agrowisata Tanaman Pangan Menyebar di setiap kecamatan

2. Perkebunan (HamparanPadi, ) Menyebar di Setiap kecamatan

3. Agrowisata Buah-Buahan (kebunjeruk, Markisa, dll) Menyebar di Setiap kecamatan

4. Agrowisata Sayur-Sayuran (KebunKol, Wortel, dll) Menyebar di Setiap kecamatan

5 Agrowisata Bunga-Bungaan Menyebar di Setiap Kecamatan

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kabupaten Karo Tahun 2000

Pada tabel 4.2 ketersediaan agrowisata yang menyebar di setiap tempat di wilayah Tanah karo karena hampir setiap tempat di wilayah Tanah Karo adalah areal perladangan milik warga yang mayoritas bertani. Daya tarik argowisata ini cukup banyak menarik perhatian wisatawan karena wisatawan dapat menikmati segala jenis hasil pertanian langsung dari areal perladangan di Tanah Karo. Jenis argowisata yang terdapat di Tanah Karo ini berupa segala jenis hasil pertanian mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan, hingga agrowisata bunga-bungaan atau kembang.

56

Universitas Sumatera Utara Tabel4.3

Daya Tarik Wisata Sejarah di Kabupaten Karo

No WISATA SITUS LOKASI

PENINGGALAN SEJARAH DESA KECAMATAN

1. Meriam Puntung Putri Hijau Seberaya Tiga Panah

2. Palas Sipitu Ruang Ajinembah Tiga Panah

3. Rumah Pengasingan Ir.Sukarno Lau Gumba Berastagi

Villa-villa dan 4. BagunanPeninggalan Belanda Tersebar di Kecamatan Berastagi

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kabupaten Karo Tahun 2000

Berdasarkan tabel 4.3 terdapat situs sejarah yang merupakan potensi yang dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke Tanah Karo, diantaranya situs Putri

Hijau (Puntungan Meriam Putri Hijau), dan Palas Sipitu Ruang di Kecamatan Tiga

Panah, dan gedung-gedung peninggalan kolonial Belanda seperti, villa-villa, rumah sakit, hotel, bioskop dan gereja yang tersebar di wilayah Tanah Karo. Berdasarkan Peta yaitu; Grote Atlas Van Nederlands Oost-Indie: Comprehensive Atlas of the Netherlands

East Indies, (1992) yang di tulis oleh J.R.Van Diessen diperoleh informasi bahwa terdapat sejumlah 38 unit bangunan terdapat di Kota Berastagi yang dibangun oleh

57

Universitas Sumatera Utara Belanda sejak tahun 1902 hingga tahun 1939. Rumah Pengasingan Bung Karno yang merupkan sebuah bukti sejarah bahwa beliau pernah di asingkan ke Tanah Karo.

Tabel4.4

Daya Tarik Wisata Budaya di Kabupaten Karo

No WISATA BUDAYA LOKASI

DESA KECAMATAN

1. Desa Budaya Peceren Sempa Jaya(Peceren) Berastagi

2. Desa Budaya Lingga Lingga Simpang Empat

3. Desa Budaya Dokan Dokan Merek

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kabupaten Karo Tahun 2000

Berdasarkan tabel 4.4 maka Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang menjadi andalan di Sumatera Utara. Kabupaten Karo sendiri ada tiga desa yang menjadi daya tarik wisata budaya yakni Desa Peceren, Desa Dokan, Desa

Lingga, ketiga desa tersebut merupakan situs peninggalan sejarah budaya Karo dan sekarang telah di tetapkan oleh Pemkab Karo menjadi desa budaya. Desa Peceren sendiri dulunya memiliki sembilan buah rumah adat dan kini hanya tinggal satu buah

58

Universitas Sumatera Utara yang masih berdiri kokoh di tengah-tengah Kuta.48 Daya wisata budaya adalah rumah adat tradisional Karo atau disebut Rumah Siwaluh Jabu.49

Tabel4.5.

Daya Tarik Wisata Khusus di Kabupaten Karo

WISATA MINAT No. KHUSUS LOKASI

DESA KECAMATAN

1. Arung Jeram / rafting Aliran DAS Lau Biang dari Desa

Limang-Perbesi-Bintang Meriah

2. Paralayang Tongging Merek

3. Lintas alam / tracking Rute perjalanan Berastagi –Bandar

Baru melalui Gunung Barus, dimulai

dari Desa Basam (6 km dari kota Berastagi)

3. Hiking Gunung Sibayak Merdeka

Gunung Sinabung Naman Teran

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kabupaten Karo Tahun 2000

48Kuta adalah sebutan Desa dalam bahasa Tradisional Karo. 49Rumah Siwaluh Jabuadalah Rumah Adat Tradisional Karo yang di dalamnya tinggal 8 keluarga,Waluh Jabu yang artinya delapan keluarga atau ruangan dalam satu bangunan rumah adat.

59

Universitas Sumatera Utara B. Wajik sebagai Ikon Wisata Kuliner

Wisata Kuliner adalah perjalanan yang memanfaatkan masakan serta suasana lingkungan di suatu daerah sebagai objek tujuan wisata oleh wisatawan. Wisatawan dan pendatang berkunjung untuk melakukan kegiatan wisata selalu menyempatkan diri untuk mendatangi tempat-tempat yang merupakan lokasi wisata kuliner di Tanah

Karo.Berikut merupakan daya tarik wisata kuliner yang ada di Tanah karo, dapat di lihat pada tabel 4.6 di bawah;

Tabel 4.6

Daya Tarik Wisata Kuliner di Kabupaten Karo

WISATA KULINER No &SOUVENIR LOKASI

DESA KECAMATAN

1. Pasar Tradisional Berastagi Berastagi Berastagi

2. Pasar Buah Berastagi Berastagi Berastagi

3. Warung wajik Peceren Sempa Jaya(Peceren) Berastagi

4. Pasar Buah Dokan Dokan Merek

5. Penatapan (Jagung Bakar) Daulu Berastagi

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kabupaten Karo Tahun 2000

60

Universitas Sumatera Utara Warung Wajik Peceren adalah salah satu usaha masyarakat Tanah Karo yang kemajuannya didukung oleh potensi wisata Kota Berastagi. Hampir 70% wisatawan yang berwisata ke Kota Berastagi akan menyempatkan diri untuk singgah menyicipi dan membeli oleh-oleh ke Warung yang ada di Desa Peceren ini. Hal ini sudah menjadi kebiasaan wisatawan yang setiap akhir pekan dan hari libur berwisata ke Tanah Karo dan berkunjung ke warung wajik untuk melengkapi kegiatan wisata mereka dengan membeli oleh-oleh untuk diri sendiri maupun sanak saudara. Potensi wisata di Tanah

Karo khususnya Kota Berastagi menjadi salah satu alasan bagi setiap masyarakat untuk mendirikan rumah usaha, mulai dari warung klontong, menjual sayur dan buah, hingga mendirikan rumah penginapan demi memenuhi segala kebutuhan dan keperluan para wisatawan yang berkunjung ke kota wisata Berastagi.

Warung wajik menjadi salah satu tempat wisata kuliner yang ada di Kota

Berastagi yang sangat di gemari oleh wisatawan, hal ini sangat mempengaruhi perkembangan setiap warung yang menjual makanan tradisional Jawa ini. Meskipun telah banyak usaha serupa yang bermunculan, warung-warung wajik ini masih saja ramai oleh pengunjung tanpa mengurangi pelanggan mereka masing-masing, hal ini di sebabkan oleh banyaknya pengunjung sehingga hampir tidak dapat tertampung oleh semua warung yang ada di Desa Peceren.

Seiring dengan berkembangnya industri pariwisata dan meningkatnya kompetisi di antara tempat tujuan wisata, kebudayaan lokal menjadi hal yang berharga sebagai produk dan aktivitas untuk menarik wisatawan. Gastronomi (tata boga) yang

61

Universitas Sumatera Utara merupakansalah satu budaya lokal mempunyai peran penting karena makanan juga bisa menjadi pusat pengalaman wisatawan.50 Wisata gastronomi muncul dari keinginan para wisatawan itu sendiri yang ingin mendapatkan pengalaman tidak saja dari keindahan alam, tetapi juga dari produk makanan tradisional yang disajikan. Beberapa daerah tujuan wisata menggunakan gastronomi sebagai alat penarik wisatawan dan banyak yang menggunakan pariwisata untuk mempromosikan gastronomi. Pariwisata dan gastronomi dapat mendukung jasa agrikultur seperti melihat pemandangan, tour pertanian, dan mencicipi makanan lokal/tradisional. Sementara itu agrikultur dapat mendukung industri pariwisata dalam hal menyediakan produk agrikultur untuk dijual ke wisatawan dan kultivasi pemandangan sebagai objek wisata.

Makanan tradisional memiliki nilai budaya, tradisi, serta kepercayaan yang bersumber pada budaya lokal. Sangat berpengaruh terhadap pola makanan suku-suku di

Indonesia,termasuk diantaranya pemilihan bahan mentah, corak dan tradisi makan, kebiasaan makan dan cara penyajian. Makanan tradisional suatu daerah bisa menjadi cermin peradaban dan budaya suatu daerah, akan tepat disuguhkan serta dinikmati oleh masyarakat setempat pula.51Wajik yang merupakan makanan tradisional khas Jawa di buat oleh masyarakat Jawa secara turun-temurun dan pada umunya berada di pulau

Jawa, akan tetapi di Tanah Karo ketenaran wajik dan ketertarikan masyarakat akan kue

50http//www.google.com/Gastronomi.tataboga 51Ernayanti, dkk. 2003. Ensilopedi Makanan Tradisional di Pulau Jawa dan PulauMadura..Jakarta: Proyek pelestarian dan pengembangan tradisi dan kepercayaan,2003, hal. 2

62

Universitas Sumatera Utara tersebut menimbulkan keunikan. Wajik dapat menjadi ikon di salah kota yang di juluki kota wisata di Provinsi Sumatra Utara tersebut oleh masyarakat dan wisatawan.

Makanan tradisional Jawa mulai di perkenalkan oleh etnis Jawa yang datang ke

Tanah Karo sejak tahun 1950 mampu berkembang di tengah-tengah masyarakat yang bukan keseluruhan masyarakat Jawa di Tanah Karo. Perkembangan usaha etnis Jawa ini berangsur berkembang dimana kue wajik selalu menjadi makananPrimadonadimata masyarakat di Tanah Karo, khususnya masyarakat Kota Berastagi. Wajik berhasil menjadi ikon wisata di Kota Berastagi dengan perjalanan panjangnya samapai di kenal sebagai oleh-oleh khas Kota Berastagi. Wajik menjadi salah satu pelengkap perjalanan setiap wisatawan yang berkunjung dan berwista ke Tanah Karo.

4. 2 Peranan Warung Wajik

4. 2. 1 Peranan Warung Wajik bagi Pemerintah

Warung Wajik Peceren yang menyebabkan berkumpulnya pengunjung terutama wisatawan, membuat kawasan ini berubah menjadi pusat keramaian oleh para pendatang dan khususnya wisatawan, selain Warung Wajik yang menjadi ikon Kota

Berastagi, Warung Wajik sendiri dapat melengkapi perjalanan wisata para wisatawan yang berwisata ke Kota Berastagi, hal ini tentunya dapat menguntungkan pemerintah setempat dengan banyak nya wisatawan yang berwisata ke kotanya sendiri.

63

Universitas Sumatera Utara Sesuai peraturan pemerintah setiap badan usaha di kenakan pajak sebesar 10% dari setiap produk yang dijual, sama halnya dengan Warung Wajik Peceren yang merupakan badan usaha yang bergerak dibidang usaha makanan kuliner. Dari banyaknya pengunjung yang datang, tentu saja keuntungan yang didapatkan sangat besar. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi pemerintah setempat.

4. 2. 3 Peranan Warung Wajik Bagi Masyarakat

Pekerjaan adalah faktor yang sangat penting bagi setiap orang, dengan adanya pekerjaan maka ada penghasilan untuk memenuhi segala jenis kebutuhan hidup. Dengan adanya usaha Warung Wajik Peceren membantu dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran khususnya di Desa Peceren. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi masyarakat yang bekerja di Warung Wajik Peceren dengan meningkatkan taraf hidup mereka. Tidak hanya para pekerja atau karyawan yang bekerja di Warung Wajik Peceren, warga-warga yang berada di sekitar Warung Wajik

Peceren di untungkan dengan ramainya pengunjung. Berkumpulnya para pengunjung di lokasi Warung Wajik Peceren dimanfaatkan oleh warga untuk membuka usaha dengan berjualan buah-buahan dan kedai klontong.

Kegiatan wisata tentunya membutuhkan tenaga dan stamina untuk mendukung berjalannya kegiatan wisata, wisatawan sering sekali membutuhkan rumah makan atau sejenisnya untuk beristirahat dan memulihkan kembali staminanya, dengan adanya

Warung Wajik Peceren dapat menjadi tempat mengisi tenaga dan beristirahat oleh para

64

Universitas Sumatera Utara wisatawan dan pengunjung. Warung Wajik Peceren juga kerap kali menjadi tempat membeli oleh-oleh khususnya kue wajik oleh para wisatawan dan pengunjung.

65

Universitas Sumatera Utara BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sejarah kemunculan warung wajik yang ada di Desa Peceren di awali dari adanya ide kaum wanita Jawa untuk membuat makanan tradisional Jawa yaitu pecal dan menjualnya dengan cara berkeliling di areal perladangan yang di penuhi oleh aron yang juga kebanyakan beretnis Jawa. Usaha yang merupakan usaha sampingan untuk menambah penghasilan keluarga ini di geluti oleh Ruminem sejak tahun 1947 berjualan pecal dan wajik keliling hingga 1950 memutuskan untuk membuka sebuah warung untuk usaha dan mulai menetap.

Pecal dan kue wajik yang awalnya di jual dengan berkeliling mendukung di kenalnya makanan tradisional Jawa ini oleh masayarakat di seluruh pelosok di daerah desa Peceren dan Kota Berastagi. Tidak adanya warung atau kedai di wilayah perladangan membuat penjual pecal dan wajik keliling ini di nantikan oleh orang-orang yang bekerja di ladang. Hal ini membuat masyarakat selalu berminat dan menyukai makanan yang berasal dari Pulau Jawa terutama wajik yang menjadi salah satu jenis makanan primadona yang merupakan ikon Warung Wajik Peceren hingga sekarang.

Banyaknya peminat makanan tradisional ini, masyarakat Jawa yang tinggal di sekitar Desa Peceren membuka usaha serupa dan konsep yang sama, di ketahui pada tahun 1970 sudah ada dua buah warung wajik di Desa Peceren.Hal ini tidak mengurangi

66

Universitas Sumatera Utara jumlah konsumen yang berkunjung melainkan semakin jumlahnya semakin bertambah dari tahun ketahun. Kedua usaha warung wajik yang ada di Desa Peceren ini setiap tahunnya rutin memperbarui warung mereka agar para pengunjung merasa nyaman dan berharap pelanggan mereka tidak pindah ke warung wajik yang satu juga sebaliknya.

Kota wisata Berastagi dan juga ramainya Jalan Jamin Ginting, menyongsong usaha warung wajik di Desa Peceren semakin ramai di kunjungi oleh para wisatawan dan orang yang melintas di Jalan Jamin Ginting. Lokasi letak kedua warung wajik di sisi kanan dan kiri jalan protokol Jamin Ginting sangatlah strategis, sehingga mudah di lihat ketika melintas menuju Kota Berastagi atau sebaliknya meninggalkan Kota

Berastagi. Warung wajik ini kemudian di jadikan tempat untuk membeli oleh-oleh bagi setiap wisatawan dan pengunjung yang datang ke kota wisata Berastagi. Selain pecal dan berbagai macam kue tradisional Jawa yang di jual di warung ini, pengunjung juga mengidolakan minuman yang cukup terkenal yaitu cendol dan bandrek. Yang terpenting adalah kue wajik dari dulu dan tetap menjadi primadona oleh masyarakat dan juga sebagai asal-usul nama warung yang menjual kuliner tradisional Jawa sejak dulu di desa

Peceren ini. Meskipun awalnya masyarakat Jawa ini membuka usaha menjual pecal, nyatanya yang banyak di cari oleh lidah konsumen adalah kue wajik yang awalnya hanya sebagai makanan pelengkap. Sehingga warung ini di beri nama oleh masyarakat setempat sendiri sebagai Warung Wajik Peceren

Pada akhirnya Warung Wajik yang ada di desa Peceren ini semakin maju hingga di kenal oleh banyak orang, hal ini membuktikan bahwa etnis Jawa yang ada di desa

67

Universitas Sumatera Utara Peceren dapat membangun usaha mereka hingga dapat sukses dan bertahan hingga usaha tersebut diwariskan turun-temurun hingga generasi ke-3. Mereka yang pada awalnya datang merantau ke Tanah Karo dan bekerja keras hingga memperoleh hasil yang nyata saat ini.

Lokasi warung wajik di Desa Peceren ini menjadi pusat keramaian oleh pengunjung setiap akhir pekan dan hari libur. Ramainya pengunjung ke tempat yang terkenal dengan kue wajiknya ini menyebabkan kemacetan jalan raya di mulai sebelum jam makan siang hingga sore hari. Selain buah-buahan dan sayur-mayur yang menjadi oleh-oleh dari Kota Berastagi, antusias para pengunjung khususnya wisatawan juga ingin membeli oleh-oleh kue wajik yang ada di desa Peceren. Warung wajik ini menjadi salah satu tempat wisata kuliner untuk membeli oleh-oleh di kota wisata Berastagi.

Sedikit janggal slogan yang di sebut setiap orang yang berwisata Kota Berastagi “

Kalau jalan-jalan ke Kota Berastagi belum afdol rasanya kalo belum belik dan makan wajik Peceren “, karena wajik bukan makanan tradisional masyarakat dari Karo, tetapi wajik dapat mencuri perhatian masyarakat dan para wisatawan yang datang ke Tanah

Karo. Keunikan tersebut juga menjadi salah satu pendorong berkembangnya warung wajik yang ada di Desa Peceren ini, dari ketenarannya warung wajik ini sering di kunjungi oleh pejabat-pejabat hingga para selebritis nasional yang berwisata ke Kota

Berastagi.

68

Universitas Sumatera Utara 5.2 Saran

Kehadiran masyarakat Jawa ke Tanah Karo karena dibukanya perkebunan di

Sumatera Timur oleh Kolonial Belanda dan juga program transmigrasi pemerintah ke provinsi Sumatera Utara merupakan dua sejarah penting bagaimana kemudian muncul usaha mereka yang maju hingga saat ini. Usaha etnis Jawa ini akhirnya sukses dan dapat memperkenalkan makanan tradisionalnya meskipun mereka pergi jauh meninggalkan daerah asalnya. Kegigihan masyarakat Jawa ini untuk menjalankan usahanya di Tanah

Karo yang merupakan tanah perantauan menjadi keunikan tersendiri bagi setiap pengunjung khusunya masyarakat Jawa di seluruh Indonesia. Terkenalnya warung wajik ini membuat penasaran setiap orang karna dapat berkembang bukan di daerah yang mayoritas suku Jawa. Rasa penasaran membawa setiap orang yang baru mendengar untuk menyicipi makanan yang dibuat dari beras ketan tersebut, dan rasa ketagihan jika sudah menyicipinya karena ingin menyantapnya lagi. Keunikan dan citarasa yang enak dari makanan tradisional Jawa ini memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai potensi pariwisata khususnya sebagai wisata kuliner. Dengan demikian penulis mencoba memberikan saran:

1. Pemerintah daerah setempat perlu memperhatikan pentingnya penyimpanan

data-data yang lengkap mengenai sejarah kedatangan etnis Jawa dan etnis

lain yang berdiam di Tanah Karo khususnya di Kota Berastagi agar kelak

dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam sebuah penelitian dan dalam

pengembangan kualitas penduduk.

69

Universitas Sumatera Utara 2. Pemerintah perlu meninjau dan mendukung Warung Wajik Peceren yang

merupakan salah satu ikon wisata kuliner

3. Pengelola perlu menjaga menu andalan yaitu kue wajik yang merupakan ciri

khas dan ikon dari Warung Wajik Peceren

70

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Dormauli, Sesilia,“Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Etnis Jawa di Berastagi (1968-1986)”,Skripsi, Medan: Universitas Sumatera Utara, Tidak Diterbitkan, 2009.

Ernayanti, dkk. 2003. Ensilopedi Makanan Tradisional di Pulau Jawa dan Pulau Madura..Jakarta: Proyek pelestarian dan pengembangan tradisi dan kepercayaan, 2003.

Gottchalk, Louis. Mengerti Sejarah, (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press, 1985.

Hardjowirogo, Marbangun, Manusia Jawa, Jakarta: Idayu, 1983.

Herusatoto, Budiono, Simbolisme dalam Budaya Jawa, Yogyakarta: Hanindita Graha Widia, 2000.

Kuntowijaya, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995.

Musanef, Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia, Jakarta: PT Agung, 1995.

Pelzer, Karl J, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985.

Reid, Anthony, Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta: Sinar Harapan, 1987.

Sinuhaji, Wara, Aktivitas Ekonomi & Enterpreneurship: Masyarakat Karo Pasca Revolusi, Medan: USU Press, 2005.

Sjamsu, M. Amral, Dari Kolonisasi ke Transmigrasi 1905-1955, Jakarta: Djambatan, 1960.

Sumarni, Murti, dan Soeprihanto, John, Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan, Yogyakarta: Liberty, 1987.

Suratno, Pardi, Masyarakat Jawa & Budaya Barat: Kajian Sastra Jawa Masa Kolonial, Yogyakarta: Adiwacana, 2013.

71

Universitas Sumatera Utara Sukirno, Sadono, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Swastha, Basu, dan Sukotjo, Ibnu, Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern), Yogyakarta: Liberty, 1993.

Kutipan website http://www.google.com/Gastronomi.tataboga/kuliner-Indonesia. (dikutip 25 April 2017. Pukul 19.24).

https://id.wikipedia.org/wiki/Wajik.Sam_alexander-kuliner. (dikutip 19 April 2017. Pukul 12.10).

72

Universitas Sumatera Utara DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Bantu Purba Umur : 65 Tahun Pekerjaan : Mantan Kepala Desa Peceren Alamat : Jalan Jamin Ginting Desa Peceren

2. Nama : Suparman Umur : 54 Tahun Pekerjaan : Pemilik Warung Wajik dan Pecal Bahagia Alamat : Jalan Jamin Ginting Desa Peceren

3. Nama : H.J.Arsini Umur : 53 Tahun Pekerjaan : Pemilik Warung Wajik H.Ngadimin Alamat : Jalan Jamin Ginting Desa Peceren

4. Nama : Wagino Umur : 49 Tahun Pekerjaan : Pengelola Warung Wajik dan Pecal Bahagia Alamat : Jalan Jamin Ginting Desa Peceren

5. Nama : Fikri Umur : 53 Tahun Pekerjaan : Pekerja Warung Wajik dan Pecal Bahagia Alamat : Jalan Jamin Ginting Desa Peceren

6. Nama : Sukur Umur : 65 Tahun Pekerjaan : Pekerja Warung Wajik dan Pecal Bahagia Alamat : Jalan Jamin Ginting Desa Peceren

7. Nama : Priadi Tarigan Umur : 43 Tahun Pekerjaan : Petani/Pedagang Alamat : Jalan Jamin Ginting Desa Peceren

73

Universitas Sumatera Utara

8. Nama : Asnah Br.Surbakti Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Jalan Jamin Ginting Desa Peceren

9. Nama : Nurita Umur : 53 Tahun Pekerjaan : Pedagang Rumah Makan Muslim Alamat : Jalan Jamin Ginting Desa Peceren

74

Universitas Sumatera Utara Peta Kecamatan Berastagi

Sumber: http://loketpeta.pu.go.id/

75

Universitas Sumatera Utara Bantu Purba Seorang Tokoh adat yang merupakan keturunan dari Marga Purba yang merupakan Marga yang pertama kali membuka dan mendiami Desa peceren, dan sekaligus seorang

mantan kepala Desa Peceren

Sumber: Dokumentasi pribadi

Foto Tampak Depan Warung Wajik Peceren Sebelum Renovasi

Sumber: Arsip Warung Wajik Peceren

76

Universitas Sumatera Utara Foto Tampak Depan Warung Wajik Peceren Setelah Renovasi

Sumber: Dokumentasi pribadi

Foto Pemilik Warung Wajik Peceren H.Ngadimin dan Istri HJ.Arsini

Sumber: Arsip Warung Wajik Peceren

77

Universitas Sumatera Utara Foto Proses Pembuatan Wajik hingga Proses Pencetakan Wajik

Sumber: Dokumentasi pribadi

Foto Wajik Yang Siap di Santap

Sumber: Dokumentasi pribadi

78

Universitas Sumatera Utara Suasana Dapur Warung Wajik

Sumber: Dokumentasi pribadi

Suasana Pengunjung di Warung Wajik Peceren

Sumber: Dokumentasi pribadi

79

Universitas Sumatera Utara

Suasana Pengunjung Yang Mengantri di Warung Wajik

Sumber: Dokumentasi pribadi

Foto Penulis Sedang Membantu Proses Pembuatan Wajik

80

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Dokumentasi pribadi

81

Universitas Sumatera Utara