Inventarisasi Makanan Tradisional Jawa Unsur Sesaji Di Pasar-Pasar Tradisional Kabupaten Bantul

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Inventarisasi Makanan Tradisional Jawa Unsur Sesaji Di Pasar-Pasar Tradisional Kabupaten Bantul INVENTARISASI MAKANAN TRADISIONAL JAWA UNSUR SESAJI DI PASAR-PASAR TRADISIONAL KABUPATEN BANTUL Endang Nurhayati, Mulyana, Venny Indria Ekowati, Avi Meilawati FBS Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak: Inventarisasi Makanan Tradisional Jawa Unsur Sesaji di Pasar-email: endang_ [email protected] Pasar Tradisional Kabupaten Bantul . Tujuan penelitian ini adalah: (1) menginventarisasi makanan tradisional Jawa jenis jajan pasar di pasar-pasar tradisional Kabupaten Bantul; (2) mendeskripsikan namamakanan tradisional Jawa unsur sesaji di berbagai ritual Jawa. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey, yang menggunakan pendekatan teori etnolinguistik. Penelitian dilakukan di 27 pasar tradisional Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukan ada 45 jenis jajan pasar yang masih dijual di pasar tradisional Kabupaten Bantul. Makanan terbuat dari bahan baku singkong, beras, jagung, dan gandum. Cara pengolahan makanan ada yang digoreng, dikukus, direbus dan dibakar. Selain makanan tersebut ditemukan pula jenis makanan umbi-umbian, dan kacang- kacangan. Dari 45 jenis jajan pasar tersebut tidak seluruhnya masuk unsur sesaji Jawa. Nama makanan yang termasuk sesaji antara lain: ketan, kolak, apem, aneka jenang, peyek, kacang-kacangan, umbi-umbian rebus atau lazim disebut pala kependhem, jadah, wajik, dan lemper. Abstract: Kata kunci: inventarisasi, makanan tradisional Jawa, unsur sesaji Inventories Javanessee Traditional Offering Food in Bantul Traditional Market. This research aims to (1) inventories Javanessee traditional food in Bantul traditional market, (2) describes the name of traditional food as offerings which is related with Javanesee philosophy in Javanessee tradition. It employed the survey technique, it used ethnolinguistic approach. The data sources were collected from 27 traditional markets in Bantul. There were 45 kinds of jajan pasar in traditional market in Bantul region. The food were made from cassava, rice, corn, and lour. The coocking techniques were fried, boiled, steam and roasted. There were food made from peanut and tuber. The food used for offerings were ketan, kolak, apem, jenang, peyek, kacang-kacangan, pala kependhem, jadah, wajik and lemper. Keywords: inventory, javanessee traditional food, offerings PENDAHULUAN sebagai sarana pemenuhan kebutuhan Berbagai jenis makanan dapat gizi seseorang, tetapi juga berguna dipakai sebagai salah satu ukuran tinggi untuk mempertahankan hubungan rendahnya kebudayaan dari suatu antarmanusia, manusia dengan Tuhan, bangsa. Makanan tradisional merupakan dan dapat pula dipromosikan untuk wujud budaya yang berciri kedaerahan, menunjang pariwisata yang selanjutnya spesi ik, beraneka macam, dan jenisnya dapat dijadikan sumber pendapatan mencerminkan potensi alam daerah daerah. masing-masing. Makanan tidak hanya 124 Inventarisasi Makanan Tradisional Jawa...(Endang Nurhayati dkk) Masyarakat Indonesia, salah satunya tersebut ditandai oleh adanya situs-situs masyarakat Jawa sejak dahulu kala budaya, dan pemertahanan adat yang sudah memiliki makanan tradisional diyakininya. yang mantap, baik makanan utama, jajan Upacara adat yang masih berlaku DI pasar,ataupun minuman tradisionalnya. Kabupaten Bantul antara lain nyadran, Kondisi yang seperti itu menyebabkan majemukan, bersih nyadran desa, dan upacara masyarakat Indonesia lebih memilih daur hidup. Upacara nyadran yang mengkonsumsi makanan tradisional terkenal adalah Makam Sewu yang lezat, sehat, aman, dan sesuai yaitu ritual mendoakan dan ngalab dengan keyakinan, moral, dan budaya berkah kepada Panembahan Bodho mereka (Susanto dalam Rosyidi, 2011). yang dimakamkan di makam tersebut. Menurut penelitian Retnaningsih Ritual bersih desa atau majemukan dan Pratiwi, jenis makanan tradisional masih diselenggarakan di hampir setiap Jawa di Kota Yogyakarta ada 73 jenis kecamatan, lazimnya setelah panen raya. yang terbuat dari bahan baku non umbi. Penyelenggaraan upacara tersebut selalu Rata-rata kandungan gizi (energi, protein menghadirkan makanan untuk peserta dan lemak) dari makanan tradisional ritual dan makanan khas untuk sesaji non umbi per ukuran penyajian tersebut ritual. Makanan untuk sesaji selalu berciri yaitu: energi (34,39 s/d. 215,84 kkal), kedaerahan, atau produk setempat. protein (0,8 s/d. 15.59 g) dan lemak (0,6 Hal ini disebabkan oleh keyakinan dan s/d. 16,67 g). Jenis makanan tradisional harapan yang disimbolkan pada jenis berikutnya terbuat dari bahan baku makanan yang disajikan. Setiap makanan umbi-umbian sebanyak 44 jenis, dengan memiliki makna, yang konsepnya berupa rata-rata kandungan gizi (energi, protein harapan dan keinginan para pelaku dan lemak) per ukuran penyajian adalah upacara terhadap Tuhannya. sebagai berikut: energi (88 s/d. 502 Disamping upacara adat yang kkal), protein (0,60 s/d. 5.60 g) dan bersifat masal atau sosial seperti di atas, lemak (0,30 s/d. 28,10 g) (Retnaningsih ritual Jawa yang bersifat pribadi masih dan Pratiwi, 2004). Kandungan gizi juga diselenggarakan. Upacara adat yang yang sangat bervariasi dari makanan dimaksud antara lain tingkeban atau tradisional itu disebabkan oleh variasi upacara kehamilan tujuh bulan, mantu jenis makanan beserta komposisi bahan atau pernikahan, selapanan, khitan, lainnya. dan nyewu pada upacara selamatan Penelitian di atas, dilakukan di kematian, dan lain-lainnya. Dalam Kota Yogyakarta. Untuk melengkapi upacara ini makanan tradisional akan peta makanan tradisional Jawa di DIY hadir untuk ubarampe sajen, kenduri perlu dilakukan penelitian sejenis dan suguhan para tamu atau orang-orang di kabupaten-kabupaten. Salah satu yang terlibat dalam ritual tersebut. kabupaten yang memiliki aneka ragam Berdasarkan fakta sejarah, Indonesia makanan tradisional adalah Kabupaten mempunyai ragam budaya, adat, tradisi Bantul. Berdasarkan kajian pustaka dan kehidupan yang khas dan otonom, di Kabupaten Bantul belum pernah termasuk penyediaan bahan pangan. dilakukan penelitian mengenai jenis Sebagai Negara berbasis pertanian dan makanan tradisional. Padahal Kabupaten kelautan Indonesia pantas menjadi Bantul merupakan salah satu kabupaten negara swasembada pangan. Dengan yang memiliki keragaman budaya. Hal kondisi tersebut tidak mengeherankan 125 Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.2, Oktober 2014: 124-140 jika ketahanan pangannya kuat. Pangan memiliki citarasa yang sesuai dengan tradisional yang berbasis sumber alam, seleranya (http: //www.deptan.go.id). dan hayati, menjadi penopang utama Kuhnlein and Receveur (Kwik, 2008) ketahanan pangan dan ketahanan mende inisikan makanan tradisional industri makanan lokal, yang sangat sebagai Traditional food systems of indigenous implikasi sebuah proses social dibutuhkan untuk mencukupi kehidupan peoples kebudayaan seperti kutipan berikut. can be de ined to items that are sehari-hari dan ritual masyarakat from the “ local, natural environment that setempat. are culturally acceptable. It also includes Seiring dengan kemajuan jaman dan the sociocultural meanings, acquisition/ era keterbukaan komunikasi, makanan processing techniques, use, composition, tradisional juga mengalami dampak and nutritional consequences for the buruk globalisasi, yaitu terpinggirkan. people using the food Makanan tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat lokal yang beralih ke ” (Kuhnlein and makanan import. Oleh karena kondisi Receveur, 1996). tersebut, maka perlu digalakkan lagi Dari pengertian ini dan uraian- rasa cinta terhadap makanan tradisional, uraian di atas, makanan tradisional tidak khususnya masyarakat Daerah Istimewa hanya berfungsi sebagai bahan makanan Yogyakarta yang menjadi sentral pokok yang dikonsumsi semata, tetapi budaya Indonesia. Hal ini sesuai dengan juga mempunyai fungsi sosial, fungsi ungkapan walikota Depok bahwa pangan ritual, dan menjadi simbol identitas lokal memiliki keunggulan tersendiri suatu masyarakat tertentu, dan pada daripada pangan impor. kajian ini masyarakat Bantul khususnya. Gerakan mencintai makanan lokal Secara umum, sumber makanan (tradisional), harus terus digalakkan terbagi menjadi dua golongan besar, sebab makanan tradisional seperti yaitu makanan yang bersumber dari jagung, ubi jalar, singkong, mbili, kimpul, hewani dan makanan yang bersumber ganyong, dan sejenisnya memiliki gizi dari makanan hayati. Data dari Deptan tinggi. Disamping memiliki gizi tinggi, (http: //www.deptan.go.id/pesantren/ jugaalami karena tidak mengandung zat bkp) menunjukkan bahwa ada empat kimia. Sementara makanan sekarang kelompok pangan yang dikonsumsi justru berbahaya bagi kesehatan masyarakat, yaitu kelompok pangan manusia, karena banyak mengandung pokok, pangan tradisional, pangan lokal, zat kimia dan campuran bahan-bahan dan pangan asli. berbahaya (http: //www.suaramerdeka. Pangan Pokok, adalah pangan sumber com). karbohidrat yang sering dikonsumsi Makanan tradisional adalah atau dikonsumsi secara teratur sebagai makanan, minuman, makanan jajanan makanan utama, selingan, sebagai serta bahan campuran yang digunakan sarapan atau sebagai makanan pembuka secara tradisional dan telah lama atau penutup.Pangan Tradisional, adalah berkembang secara spesi ik di daerah makanan yang dikonsumsi masyarakat atau masyarakat Indonesia. Biasanya golongan etnik dan wilayah yang makanan tradisional diolah dari resep spesi ik, diolah dari resep yang dikenal yang sudah dikenal oleh masyarakat masyarakat, bahan-bahannya diperoleh setempat dengan bahan-bahan yang dari sumber lokal dan memiliki rasa yang diperoleh dari sumber lokal yang relatif sesuai dengan selera masyarakat 126 Inventarisasi Makanan Tradisional Jawa...(Endang Nurhayati dkk) setempat. Pangan
Recommended publications
  • Coffee Break No Uraian Menu 1 2 Macam Kue Asin / Gurih 1
    COFFEE BREAK NO URAIAN MENU 1 2 MACAM KUE ASIN / GURIH 1 Arem-arem sayur 2 Bakwan udang 3 Bitterballen 4 Cheese Roll 5 Combro 6 Crekes Telur 7 Gadus / talam udang 8 Gehu pedas 9 Ketan Bumbu 10 Lalampah ikan menado 11 Lemper Ayam Bangka 12 Lemper ayam Spc 13 Lemper bakar Ayam 14 Lemper sapi jateng 15 Lemper sapi rendang / ayam 16 Leupeut ketan kacang 17 Lontong ayam kecil 18 Lontong Oncom 19 Lontong Tahu 20 Lumpia Bengkuang 21 Lumpia goreng ayam 22 Macaroni Panggang 23 Misoa ayam 24 Otak-otak ikan 25 Pangsit goreng ikan 26 Pastel ikan 27 Pastel sayur 28 Pastel sayur telur 29 Risoles rougut ayam 30 Risoles rougut canape 31 Roti Ayam 32 Roti goreng abon sapi 33 Roti goreng sayur 34 Samosa 35 Semar mendem ayam 36 Serabi oncom 37 Sosis solo basah ayam 38 Tahu isi Buhun 2 2 MACAM KUE MANIS 1 Agar-agar moca 2 Ali Agrem 3 Angkleng ketan hitam Cililin 4 Angku jambu angku tomat 5 Angku Ketan Kacang Ijo 6 Apem Jawa 7 Apem Pisang 8 Awug beras kipas 9 Bafel hati 10 Bika Ambon Medan / Suji 11 Bika Iris Cirebon 12 Bika Medan Kecil 13 Bola-Bola Coklat 14 Bolu Gulung blueberry 15 Bolu Ketan Hitam 16 Bolu Kukus Coklat / Gula Merah 17 Bolu Nutri Keju 18 Bolu Pisang Ambon 19 Bolu Susu 20 Bolu Ubi Jepang 21 Bubur Lemu 22 Bubur Lolos 23 Bugis Bogor 24 Bugis ketan Matula 25 Bugis Ubi Ungu 26 Carabika Suji 27 Cenil / gurandil 28 Cente Manis 29 Cikak kacang ijo 30 Clorot 31 Cookies kismis 32 Coy pie pontianak 33 Crumble bluberry 34 Cuhcur gula merah / Suji 35 Cuhcur mini 36 Dadar Gulung 37 Dadar Gulung Santan 38 Gemblong Ketan 39 Getuk 40 Getuk Lindri 41 Gogodoh
    [Show full text]
  • Ethnobotanical Study on Local Cuisine of the Sasak Tribe in Lombok Island, Indonesia
    J Ethn Foods - (2016) 1e12 Contents lists available at ScienceDirect Journal of Ethnic Foods journal homepage: http://journalofethnicfoods.net Original article Ethnobotanical study on local cuisine of the Sasak tribe in Lombok Island, Indonesia * Kurniasih Sukenti a, , Luchman Hakim b, Serafinah Indriyani b, Y. Purwanto c, Peter J. Matthews d a Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Mataram University, Mataram, Indonesia b Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Brawijaya University, Malang, Indonesia c Laboratory of Ethnobotany, Division of Botany, Biology Research Center-Indonesian Institute of Sciences, Indonesia d Department of Social Research, National Museum of Ethnology, Osaka, Japan article info abstract Article history: Background: An ethnobotanical study on local cuisine of Sasak tribe in Lombok Island was carried out, as Received 4 April 2016 a kind of effort of providing written record of culinary culture in some region of Indonesia. The cuisine Received in revised form studied included meals, snacks, and beverages that have been consumed by Sasak people from gener- 1 August 2016 ation to generation. Accepted 8 August 2016 Objective: The aims of this study are to explore the local knowledge in utilising and managing plants Available online xxx resources in Sasak cuisine, and to analyze the perceptions and concepts related to food and eating of Sasak people. Keywords: ethnobotany Methods: Data were collected through direct observation, participatory-observation, interviews and local cuisine literature review. Lombok Results: In total 151 types of consumption were recorded, consisting of 69 meals, 71 snacks, and 11 Sasak tribe beverages. These were prepared with 111 plants species belonging to 91 genera and 43 families.
    [Show full text]
  • Pemberdayaan Wanita Tani Melalui Pengolahan Labu Kuning Menjadi Dodol Dan Roti Kasur Di Kecamatan Anggaberi
    CENDEKIA : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT eISSN : 2685-130X Vol. 2 No. 2 Bulan Desember 2020 halaman 110-117 pISSN : 2684-9003 http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/CENDEKIA doi:http://dx.doi.org/10.32503/Cendekia.v2i2.1180 Pemberdayaan Wanita Tani Melalui Pengolahan Labu Kuning Menjadi Dodol Dan Roti Kasur Di Kecamatan Anggaberi Leni Saleh1, Milawati Saranani2, Sarty Syarbiah3, Hasniati4 1,2,3,4Universitas Lakidende email : [email protected], [email protected], [email protected], [email protected] Abstract Participants in this activity are people who belong to the Kartini Mandiri Farmer Group (KWT) in the Parauna Village, Anggaberi District, Konawe Regency. Based on the objectives of the pumpkin commodity processing training activity, namely to introduce and provide additional knowledge and skills to the community regarding the technology of processing pumpkin into pumpkin lunkhead and mattress bread so that the community can develop home industries and increase the economic value of pumpkin by providing information about the benefits of pumpkin accompanied by training and practice of making dodol and pumpkin bread mattress. Processing of dodol and mattress bread with various variations of stuffing is a new innovation in Parauna Village. The successful implementation of all these community service activities certainly has quite good benefits for the community in general and for household industry players in particular. Keywords: empowerment, women, pumpkin. Abstrak Peserta dalam kegiatan ini adalah masyarakat
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 259 3rd International Seminar on Tourism (ISOT 2018) The Reinforcement of Women's Role in Baluwarti as Part of Gastronomic Tourism and Cultural Heritage Preservation Erna Sadiarti Budiningtyas Dewi Turgarini Department English Language Catering Industry Management St. Pignatelli English Language Academy Indonesia University of Education Surakarta, Indonesia Bandung, Indonesia [email protected] [email protected] Abstract—Surakarta has the potential of gastronomic I. INTRODUCTION heritage tourism. The diversity of cuisine becomes the power of Cultural heritage is one of the attractions that is able to Surakarta as a tourist attraction. Municipality of Surakarta stated that their Long Term Development Plan for 2005-2025 will bring tourists. One of the cultural heritage is gastronomic develop cultural heritage tourism and traditional values, tourism, which is related to traditional or local food and historical tourism, shopping and culinary tourism that is part of beverage. Gastronomic tourism is interesting because tourists gastronomic tourism. The study was conducted with the aim to do not only enjoy the traditional or local food and beverage, identifying traditional food in Baluwarti along with its historical, but are expected to get deeper value. They can learn about the tradition, and philosophical values. This area is selected because history and philosophy of the food and beverage that is eaten it is located inside the walls of the second fortress. Other than and drink, the making process, the ingredients, and how to that, it is the closest area to the center of Kasunanan Palace. The process it. If tourism is seen as a threat to the preservation of participation of Baluwarti women in the activity of processing cultural heritage, gastronomic tourism shows that tourism is traditional food has become the part of gastronomic tourism and not a threat to conservation, but can preserve the food and cultural heritage preservation.
    [Show full text]
  • Laporan Kemajuan
    Jurnal Pengabdian LPPM Untag Surabaya E-ISSN : 2407-7100 September 2017, Vol. 02, No. 03, hal 39 – 47 P-ISSN : 2579-3853 IbM UNTUK PEMBERDAYAAN KAMPUNG KUE KHAS KOTA SURABAYA Zakariya 1, Agus Sukristyanto 2, Ec. Kunto Inggit Gunawan 1Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya email : [email protected] 21Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 1Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Abstrak Usaha Mikro ”AA” dan Usaha Mikro ”Rahayu” adalah bergerak dibidang produksi kue di Surabaya. Keduanya memiliki potensi pasar yang tinggi, karena kedua usaha mikro ini dinobatkan sebagai kampung kue di Surabaya oleh Disperindag Kota Surabaya. Namun demikian pada saat yang sama, kedua usaha mikro juga memiliki masalah yang krusial, diantaranya meliputi beberapa alat produksi vital masih sederhana bahkan ada yang tidak dimiliki hal ini mengakibatkan kuantitas dan kualitas produksi belum bisa memenuhi permintaan pasar; ketrampilan dalam membuat roti selama ini masih otodidak sehingga belum banyak dalam melakukan deferensiasi produk; kemampuan dalam mengakses permodalan juga rendah karena selama ini tidak mampu membuat pemukuan, laporan keuangan dan business plan. Disamping belum mampu memasarkan secara online, karena tidak memiliki ketrampilan. Menyadari itu semua, berdasarkan kondisi eksisting mitra dan justifikasi masalah yang disepekati mitra, maka metode yang digunakan untuk meningkatkan kinerja dua mitra tersebut dengan menggunakan metode berupa 1). Pemberian bantuan TTG Mixer kapasitas 5 kg dan mesin pemanggang untuk mitra ”AA”. Sedangkan TTG Mixer kapasitas 5 kg dan mesin dandang kukus bersaf 3 untk mitra ”Rahayu”. 2). Pengembangan produk kue baru, untuk mitra 1 meliputi (Sus Fla, Sus Fla buah, Sus Rogut, Cum-cum, Panada, Bongko menthuk dan risol mayo).
    [Show full text]
  • Modul Dasar-Dasar Kuliner (Nut 161)
    MODUL DASAR-DASAR KULINER (NUT 161) DISUSUN OLEH PUTRI RONITAWATI, SKM., M.Si. UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2020 Universitas Esa Unggul http://esaunggul.ac.id 0 / 226 MODUL DASAR-DASAR KULINER (NUT 161) MODUL 1 PENGANTAR KULINER DAN PERKEMBANGANNYA DI MANCANEGARA DISUSUN OLEH PUTRI RONITAWATI, SKM., M.Si. UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2020 Universitas Esa Unggul http://esaunggul.ac.id 1 / 226 PENGANTAR A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu : 1. Menguraikan visi dan misi Universitas Esa Unggul 2. Merinci topik-topik perkuliahan Dasar-dasar Kuliner 3. Mengidentifikasi buku referensi serta komponen dan proporsi penilaian mata kuliah Dasar-dasar Kuliner. 4. Menguraikan perkembangan kuliner di berbagai negara B. Uraian dan Contoh 1. Visi dan Misi Universitas Esa Unggul mempunyai visi menjadi perguruan tinggi kelas dunia berbasis intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan, yang unggul dalam mutu pengelolaan dan hasil pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Universitas Esa Unggul menetapkan misi-misi sebagai berikut : a. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan b. Menciptakan suasana akademik yang kondusif c. Memberikan pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan 2. Topik Perkuliahan Kuliner merupakan perpaduan antara ilmu dan seni,karena dibutuhkan pengetahuan terkait dengan ilmu gizi, ilmu bahan makanan, alat-alat penyelenggaraan makanan, ketrampilan seni memasak(membaca,praktek dan mengembangkan resep). Kuliner dapat didefinisikan
    [Show full text]
  • A Review of the Malaysia's Heritage Delicacy Alongside with The
    Ismail et al. Journal of Ethnic Foods (2021) 8:19 Journal of Ethnic Foods https://doi.org/10.1186/s42779-021-00095-3 REVIEW ARTICLE Open Access The Malay’s traditional sweet, dodol:a review of the Malaysia’s heritage delicacy alongside with the rendition of neighbouring countries Norsyahidah Ismail1, Muhammad Shahrim Ab. Karim1* , Farah Adibah Che Ishak1, Mohd Mursyid Arsyad2, Supatra Karnjamapratum3 and Jiraporn Sirison3 Abstract The Malaysia’s cultural heritage is authentic, unique and colourful with various local cuisines of different races and cultures. It is mainly originated from the Malay culture being the largest ethnic group in the country. The Malays themselves have contributed to many local cuisines ranging from appetiser, soup, main course and dessert. However, some Malay heritage foods have almost been forgotten and jeopardized in quality. This is especially happening to the Malay sweets or desserts which have gradually become less appealing to the younger generations. They are not even familiar with Malay foods, let alone consuming them. Among the popular Malay heritage foods in Malaysia are lemang, ketupat, rendang, wajik and dodol. Dodol specifically has been listed as one of the endangered heritage foods in Malaysia. Preserving the Malay cuisines is part of sustaining the Malay culture and this should begin with a great amount of knowledge and understanding about any elements within the culture itself. This article highlights a nostalgic and evergreen Malay’s traditional sweet, known by the locals as dodol by discussing its history, different types and names of dodol, as well as the recipes, preparation, cooking methods and packaging.
    [Show full text]
  • Materials for a Rejang-Indonesian-English Dictionary
    PACIFIC LING U1STICS Series D - No. 58 MATERIALS FOR A REJANG - INDONESIAN - ENGLISH DICTIONARY collected by M.A. Jaspan With a fragmentary sketch of the . Rejang language by W. Aichele, and a preface and additional annotations by P. Voorhoeve (MATERIALS IN LANGUAGES OF INDONESIA, No. 27) W.A.L. Stokhof, Series Editor Department of Linguistics Research School of Pacific Studies THE AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY Jaspan, M.A. editor. Materials for a Rejang-Indonesian-English dictionary. D-58, x + 172 pages. Pacific Linguistics, The Australian National University, 1984. DOI:10.15144/PL-D58.cover ©1984 Pacific Linguistics and/or the author(s). Online edition licensed 2015 CC BY-SA 4.0, with permission of PL. A sealang.net/CRCL initiative. PACIFIC LINGUISTICS is issued through the Linguistic Circle of Canberra and consists of four series: SERIES A - Occasional Papers SERIES B - Monographs SERIES C - Books SERIES D - Special Publications EDITOR: S.A. Wurm ASSOCIATE EDITORS: D.C. Laycock, C.L. Voorhoeve, D.T. Tryon, T.E. Dutton EDITORIAL ADVISERS: B.W. Bender K.A. McElhanon University of Hawaii University of Texas David Bradley H.P. McKaughan La Trobe University University of Hawaii A. Capell P. MUhlhiiusler University of Sydney Linacre College, Oxford Michael G. Clyne G.N. O'Grady Monash University University of Victoria, B.C. S.H. Elbert A.K. Pawley University of Hawaii University of Auckland K.J. Franklin K.L. Pike University of Michigan; Summer Institute of Linguistics Summer Institute of Linguistics W.W. Glover E.C. Polome Summer Institute of Linguistics University of Texas G.W. Grace Malcolm Ross University of Hawaii University of Papua New Guinea M.A.K.
    [Show full text]
  • THE SPICE ISLANDS COOKBOOK: Indonesian Cuisine Revealed
    THE SPICE ISLANDS COOKBOOK: Indonesian Cuisine Revealed __________________________________________Copyri !" #y Ta"ie Sri $ulandari %&'% 1 ________________________________________________________________ ((()tas"y*indonesian*+ood),o- THE SPICE ISLANDS COOKBOOK: Indonesian Cuisine Revealed __________________________________________Copyri !" #y Ta"ie Sri $ulandari %&'% TABLE OF CONTENTS The Author.................................................................................................................................7 PREFACE....................................................................................................................................8 Indonesian Food Main Ingredients.......................................................................................16 Indonesian Main Kitchen TOOL............................................................................................19 Important spices (The ROOTS, LEAVES, SEEDS and FLOWERS).......................................21 THE ROOTS..............................................................................................................................21 THE LEAVES............................................................................................................................22 THE SEEDS...............................................................................................................................25 THE FLOWERS and LEAVES.................................................................................................28 VEGETABLES in
    [Show full text]
  • Documenting Family Businesses Typology in Traditional Food Sector in Surabaya: Architecture Design and Business Principles
    Documenting Family Businesses Typology in Traditional Food Sector in Surabaya: Architecture Design and Business Principles Priskila Adiasih 1,*, Gunawan Tanuwidjaja 2, and Adi Wibowo 3, 1 Business Accounting Program, Petra Christian University, Indonesia 2 Architecture Program Study, Petra Christian University, Indonesia 3 General Education Department, Petra Christian University, Indonesia Abstract. Family business (FB) in the food industry was very important. Capturing the Family Business Resilience in Traditional Food Sector in Surabaya was conducted from 2015 to 2016 by Petra Christian University, funded by UBCHEA (https://unitedboard.org/). The purposes were to document the Family Business in traditional food sector in Surabaya and the types of business place of the family business. It was conducted with qualitative methods of: FB location mapping, students’ workshop, interview and photo documentation, video documentation, SWOT analysis, marketing and architectural design for traditional food vendors. FB in Traditional Food Sector in Surabaya were found interesting but less sustainable. The Business Principles, such as, hard work and humility were found central. They could be more sustainable with application of human resources development and professional management. Meanwhile attractive factors of the FBs were the food quality, human service and affordable food price. Several types of architecture typology were found: the restaurant, the legal eating place (warung) and the illegal street-hawker stall. The informal ones were found because of the behavior of Surabaya’s residents. Lastly, more business development strategies were needed, such as website marketing, collaboration with online marketing such as Go-Food and architectural rehabilitation. Keyword: family business, Surabaya traditional food, food quality, food prices 1 Introduction 1.1 Background Tirdasari & Dhewanto, [1], 1 highlighted the importance of family business in hospitality industry of Indonesia, especially the food industry.
    [Show full text]
  • Allergenenlijst 1/2 Product Hoofdgerechten Lactose Ei Gluten
    Allergenenlijst 1/2 Product Hoofdgerechten Lactose Ei Gluten Pinda/Noten Vis Soja Vetsin Oester Nasi x x x x Bami x x x x x Mihoen x x x x x Nasi Koening x Witte rijst Lontong Vleesgerechten Lactose Ei Gluten Pinda/Noten Vis Soja Vetsin Oester Babi Pangang x x Spareribs x x Sate Babi (varkenshaas) x Sambal Goreng Daging x x x Blado x x x Rendang x x Kipgerechten Lactose Ei Gluten Pinda/Noten Vis Soja Vetsin Oester Kare Ayam x x Ayam Ketjap x Sambal Goreng Atti x Bali Ayam x x Ayam Pedis x x x Ayam Semoor x Saté Pan x x Saté Ayam x Drumsticks (zoet pedis) x Ayam Cashew x x x x x Ayam Pangang (hanenbout) x Vis- Garnalen gerechten Lactose Ei Gluten Pinda/Noten Vis Soja Vetsin Oester Sambal Goreng Udang x x Ikan Teri x Ikan Boemboe Bali x x Ikan Atjar x x Ikan Peppesan x x Ikan Soerabaya x x Vegetarische gerechten Lactose Ei Gluten Pinda/Noten Vis Soja Vetsin Oester Sambal Goreng Tempeh Kering x Hete Tempeh x x x Tahoe Taotjo x x x Oblok Oblok x x x x Foe Yong Hai x x x Tempeh Cashew x x x x Roedjak x x Groentegerechten Lactose Ei Gluten Pinda/Noten Vis Soja Vetsin Oester Sambal Goreng Boontjes x x Sambal Goreng Spruitjes x x Sambal Goreng Tjampoer x x x Tjap Tjoy x x Sajoer Lodeh x x x Toemis Broccoli x x Orak Arik x x x Atjar Tjampoer x Gemengde Salade Gado Gado x x Soepen Lactose Ei Gluten Pinda/Noten Vis Soja Vetsin Oester Soto (kippensoep) x x x Sup Bawang (uiensoep) x Sup Rendang (rundvlees & kokosmelk) x Allergenenlijst 2/2 Product Bijgerechten Lactose Ei Gluten Pinda/Noten Vis Soja Vetsin Oester Bali Ei x x x Bebotok (overwegend kokos)
    [Show full text]
  • Penelitian Pengaruh Penambahan Gula Dan Jahe Terhadap Mutu Produk Makanan Tradisional Wajik Jahe Telah Dilakukan
    Volume XLV, No.3, November 2010, pp 38-44 Pengaruh Penambahan Gula dan Jahe Terhadap Mutu Produk Makanan Tradisional Wajik Jahe PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN JAHE TERHADAP MUTU PRODUK MAKANAN TRADISIONAL WAJIK JAHE ( The Effect Addition of Sugar and Ginger on Quality Traditional Food of Ginger Wajik) Oleh : Dinarwi * ) ABSTRAK Penelitian pengaruh penambahan gula dan jahe terhadap mutu produk makanan tradisional wajik jahe telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan yaitu faktor A (perbandingan gula merah dan gula putih) terdiri dari A1(40 % : 10 % ) dan A2 (30% : 20 %), Faktor B (jumlah penambahan jahe) terdiri dari B1 = 10 %, B2 = 15 % dan B3= 20 %. Dari hasil penelitian uji organoleptik yang memberikan skor tertinggi adalah pada pemakaian gula merah dan gula putih (40 % : 10 %) dan jumlah jahe 15 %. Dari uji kimia dan uji mikrobiologi diperoleh hasil : kadar air 15,02 %, kadar gula 65,2 %, kadar lemak 1,32 % , protein 2,36 % , karbohidrat 52,01 %, ALT 9,2 x 102koloni/g. '- Kata kunci : gula, jahe , makanan tradisional ~ ABSTRACT The research of the effect of addition of sugar and ginger on quality of traditional food products of wajik ginger has conducted. This research was conducted by Completely Randomized Design in factorial which consist of two factors and three replications of factor A (ratio of brown sugar and white sugar) consists of A1 ( 40% : 10%) and A2 ( 30% : 20% ), FactorS (number of the addition of ginger) comprises from S1 = 10%, S2 = 15% and S3 ='20%. From the sensory test results' that give the highest score is on the use of brown sugar and white sugar ( 40% : 10%) and 15% the amount of ginger.
    [Show full text]