Berkala Arkeologi

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Berkala Arkeologi BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, November 2013 ISSN 1410 – 3974 Naskah Bambu Namanangon Ribut: Salah Satu Teks dari Batak Mandailing Yang Tersisa Namanongon Ribut Bamboo Script: One of The Remaining Batak Mandailing Texts Churmatin Nasoichah Potensi Kepurbakalaan di Pulo Aceh Archaeological Potential In Pulo Aceh Dyah Hidayati Makna Penguburan Bersama Masa Prasejarah dan Tradisinya di Sumatera Bagian Utara The Meaning Of Pre-Historic Communal Burial And Its Tradition In North Sumatera Ketut Wiradnyana Studi Kelayakan Arkeologi Di Situs Kota Cina, Medan (Studi Awal Dalam Kerangka Penelitian Arkeologi) Archaeological Feasibility Study of the Kota Cina site, Medan (A Preliminary Study of the Archaeological Research Framework) Stanov Purnawibowo Syailendrawangsa: Sang Penguasa Mataram Kuno Syailendrawangsa: The Ruler Of The Ancient Mataram Baskoro Daru Tjahjono Komunikasi Efektif Dalam Penyelamatan Patung Pangulubalang Terhadap Potensi Konflik Vertikal di Kabupaten Simalungun An Effective Communication in The Salvation of Pangulubalang Statue as an Anticopation to Vertical Conflict Potentials in The Regency of Simalungun Defri Elias Simatupang Kelapa Dalam Catatan Arkeologi dan Historis: Upaya Pengembangan Kebijakan Tanaman Serba Guna Coconuts in Historical and Archaeological Records: an Effort of Developing Multi-Purposes Plants Lucas Partanda Koestoro KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI ARKEOLOGI MEDAN Medan, BAS VOL. 16 NO. 2 Hal 113 -- 233 ISSN 1410 – 3974 November 2013 BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, NOVEMBER 2013 ISSN 1410 - 3974 Berkala Arkeologi “SANGKHAKALA” adalah wadah informasi bidang arkeologi yang ditujukan untuk memajukan kegiatan penelitian arkeologi maupun kajian ilmu lain yang terkait dengan arkeologi, serta menyebarluaskan hasil-hasilnya sehingga dapat dinikmati oleh kalangan ilmuwan khususnya dan masyarakat luas umumnya. Redaksi menerima sumbangan artikel dalam bahasa Indonesia maupun asing yang dianggap berguna bagi perkembangan ilmu arkeologi. Berkala Arkeologi ini diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan November. Dewan Redaksi Penyunting Utama : Drs. Ketut Wiradnyana, M.Si (Arkeologi Prasejarah) Penyunting Penyelia : DR. Rita Margaretha Setianingsih, M. Hum (Arkeologi Lingkungan) Penyunting Pelaksana : Ery Soedewo, S.S., M.Hum (Arkeologi Hindu-Buddha) Deni Sutrisna, S.S., M.Hum (Arkeologi Kolonial) Dra. Nenggih Susilowati (Arkeologi Prasejarah) Defri Elias Simatupang, S.S., M.Si (Arkeologi Publik) Mitra Bestari : Prof. DR. Bungaran Antonius Simanjuntak (Antropologi, Unimed) Prof. Drs. Rusdi Muchtar, BA, MA, APU (LIPI) Prof. DR. Sumijati Atmosoediro(Arkeologi Prasejarah, UGM) Drs. Bambang Budi Utomo (Arkeologi Hindu-Buddha, Pusarnas) Kesekretariatan : Churmatin Nasoichah, S. Hum Elisabeth Yuniati Sitorus, Amd Alamat Redaksi/Penerbit: Balai Arkeologi Medan Jl. Seroja Raya Gg. Arkeologi, Tanjung Selamat, Medan Tungtungan, Medan 20134 Telp. (061) 8224363, 8224365 Pos-el : [email protected] Laman: www.balai-arkeologi-medan.web.id BER KALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, NOVEMBER 2013 ISSN 1410 - 3974 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i Churmatin Nasoichah Naskah Bambu Namanangon Ribut: Salah Satu Teks dari Batak Mandailing Yang Tersisa 1—17 Namanongon Ribut Bamboo Script: One of The Remaining Batak Mandailing Texts Dyah Hidayati Potensi Kepurbakalaan di Pulo Aceh 18—32 Archaeological Potential in Pulo Aceh Ketut Wiradnyana Makna Penguburan Bersama Masa Prasejarah dan Tradisinya di Sumatera Bagian Utara 33—47 The Meaning of Prehistoric Comunnal Burial and Its Tradition in Northern Sumatra Stanov Purnawibowo Studi Kelayakan Arkeologi di Situs Kota Cina, Medan (Studi Awal Dalam Kerangka Penelitian 48—64 Arkeologi) Archaeological Feasibilty Study of the Kota Cina Site, Medan (A Plelimenary Study of the Archaeological Research Framework) Baskoro Daru Tjahjono Syailendrawangsa: Sang Penguasa Mataram Kuno 65—84 Syailendrawangsa: The Ruler of the Ancient Mataram Defri Elias Simatupang Komunikasi Efektif Dalam Penyelamatan Patung Pangulubalang Terhadap Potensi Konflik Dilema 85—98 Vertikal di Kabupaten Simalungun An Effective Communication in the Salvation of Pangulubalang Statue as an Anticopation to Vertical Conflict Potentials in the Regency Simalungun. Lucas Partanda Koestoro Kelapa Dalam Catatan Arkeologi dan Historis: Upaya Pengembangan Kebijakan Tanaman 99—111 Coconuts in Historical and Archaeological Records: an effort of Developing Multi-Purpuses Plants Berkala Arkeologi SANGKHAKALA ISSN 1410-3974 Terbit : November 2013 Kata kunci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya Dyah Hidayati (Balai Arkeologi Medan) banyak jumlahnya. Prasasti yang ditulis di atas lembaran emas ini secara relatif berasal dari abad ke-9 hingga ke-10 M, Fungsi dan Makna Simbolis Kursi Batu dan Replika Kursi Batu yang memuat mantra Buddha formula ye te mantra. Pada Masyarakat Nias Berdasarkan muatan prasasti ini, sisa-sisa bangunan bata di Berkala Arkeologi SANGKHAKALA, Mei 2013, Vol 16 No. 1, Situs Padang Candi diperkirakan adalah sisa-sisa kompleks Hal. 1—16 suatu percandian yang berlatar belakang agama Buddha. Secara umum kursi dimaknai sebagai benda buatan manusia (Penulis) yang berfungsi sebagai tempat duduk. Namun secara khusus Kata Kunci: Prasasti, Situs Padang Candi, Kuantan Sengingi, bentuk kursi juga bisa mengandung fungsi sosial maupun Riau religi tertentu. Ruang lingkup tulisan ini adalah kursi batu dan replika kursi kayu di Nias, yang terwakili oleh tinggalan- tinggalan yang terdapat di wilayah Nias Selatan khususnya di Ketut Wiradnyana (Balai Arkeologi Medan) Desa Hilimondregeraya, Bawömataluo, dan Hilisimaetanö. Pengaruh Kebudayaan Hoabinh dan Austronesia Prasejarah di Permasalahan yang dimunculkan dalam tulisan ini adalah: Dataran Tinggi Tanoh Gayo apakah fungsi dan makna simbolis kursi batu dan replika kursi kayu pada masyarakat Nias ditinjau dari aspek bahan, Berkala Arkeologi SANGKHAKALA, Mei 2013, Vol 16 No. 1, ornamen, dimensi, dan keletakannya? Tujuan dari penulisan Hal. 33—47 ini adalah menjawab permasalahan yang telah dikemukakan Tanoh Gayo merupakan wilayah budaya masyarakat etnis di atas melalui metode survei (observasi) yang didukung oleh Gayo yang terletak di dataran tinggi Provinsi Aceh. Di wilayah studi pustaka. Setelah melalui tahap analisis data, diperoleh ini terdapat situs arkeologis yaitu Loyang Ujung Karang dan kesimpulan bahwa fungsi dan makna simbolis kursi batu dan Loyang Mendale yang menyimpan informasi dari budaya replika kursi kayu pada masyarakat Nias terkait erat dengan Hoabinh dan Austronesia prasejarah. Keberadaan informasi aspek bahan, ornamen, dimensi, dan keletakannya. Pemilihan tersebut diketahui dari berbagai unsur budaya yang terekam bahan terkait dengan alasan teknis semata. Ornamen yang dalam ekskavasi yang selanjutnya diidentifikasi morfologi dan dipahatkan menyimbolkan kebesaran, kebangsawanan, dan teknologinya serta dilakukan juga metode etnoarkeologi. kekuasaan. Dari aspek dimensi, kursi batu memiliki ukuran Hasilnya tidak hanya diketahui kedua budaya prasejarah normal yang dapat digunakan sebagai tempat duduk, tersebut tetapi juga diketahui adanya keberlangsungan sedangkan kursi kayu berupa replika dan berfungsi sebagai budaya prasejarah tersebut pada masa-masa awal masuknya tempat untuk meletakkan patung adu zatua. Dari aspek Islam di wilayah ini. keletakan, kursi batu berada di antara batu-batu megalitik (Penulis) lainnya yang berderet di halaman depan rumah, sedangkan Kata Kunci: kebudayaan, hoabinh, Austronesia prasejarah, kursi kayu dipahatkan di dinding yang melengkapi interior tradisi, Tanoh Gayo omo sebua. Fungsi kursi batu secara umum adalah sebagai tempat duduk. Lebih khusus lagi kursi batu di Hilisimaetanö digunakan sebagai tempat duduk bagi pemuka adat yang Nenggih Susilowati (Balai Arkeologi Medan) akan memimpin musyawarah adat. Sedangkan replika kursi Simbol Pertanian dalam Budaya Masyarakat Karo kayu memiliki fungsi yang berbeda, yaitu sebagai dudukan atau singgasana patung leluhur adu zatua serta berfungsi Berkala Arkeologi SANGKHAKALA, Mei 2013, Vol 16 No. 1, estetis sebagai penghias interior omo sebua Bawömataluo. Hal. 48—64 Makna simbolis kursi batu di Nias adalah sebagai simbol Alam lingkungan Tanah Karo sejak dahulu memang status sosial. Pada replika kursi kayu, ornamen yang terdapat merupakan area yang subur dengan iklim yang menunjang pada objek tersebut juga menyimbolkan status sosial yang kegiatan pertanian. Masyarakat Karo dahulu masih menganut tinggi dari pemiliknya. Sedangkan bentuk menyerupai kepercayaan lama yang dikenal di Nusantara sebagai budaya singgasana raja secara simbolis juga menyiratkan kedudukan atau tradisi megalitik yang sering dikaitkan dengan yang tinggi karena hal itu merupakan harapan bahwa roh kepercayaan yang berkaitan dengan leluhur dan animisme. leluhur tersebut dapat mencapai kedudukan yang sama Seiring dengan masuknya agama Islam dan Kristen, seperti di masa hidupnya. kepercayaan ini berangsur hilang. Namun melalui budaya (Penulis) material yang ditinggalkan masih menunjukkan adanya pengaruh kepercayaan lama. Konsep maupun unsur budaya Kata Kunci: kursi batu,replika kursi kayu, simbol, status sosial yang pernah ada dan mengakar pada masyarakatnya, menyebabkan sebagian bentuk budaya material maupun Ery Soedewo (Balai Arkeologi Medan) tradisinya masih menampakkan hubungan dengan budaya masa lalunya. Terutama berkaitan dengan bangunan atau Prasasti Padang Candi: Tinjauan Epigrafis Temuan Data simbol-simbol yang tercermin dalam ornamen dan elemen
Recommended publications
  • Kamusbesarbahasaindonesia Hal 1001-End.Pdf
    ornamental x otak-atik 1024 ornamental /ornaméntal/ a berhubungan osilasi n gerakan ke kiri dan ke kanan atau dng ornamen ke atas dan ke bawah; ayunan; getaran ornamentasi /ornaméntasi/ n perhiasan dng osilator n peranti yg menghasilkan arus memakai ornamen-ornamen gerak (spt generator frekuensi radio) ornitologi n ilmu pengetahuan tt burung- osilograf n 1 Lis alat yg mencatat aliran burung dan tekanan listrik yg berubah-ubah; ornitologis a berkenaan dng burung 2 Dok yg mencatat getaran atau naik orografi n cabang geografi fisik yg berhu- turunnya tekanan darah bungan dng gunung-gunung osilogram n Lis grafik yg dibuat oleh se- orografis a secara orografi buah osilograf 1orok n bayi osiloskop n Lis osilograf yg mencatat ge- 2orok, mengorok v mendengkur: dia ~ lombang-gelombang listrik secara visual karena terlalu lelah bekerja pd suatu layar 1orok-orok n Bot tanaman yg ditanam sbg osmium n Kim unsur logam (simbol OS) pupuk hijau, Crotalaria ferruginea yg sering ditemui dl kelompok logam 2orok-orok n titiran dibuat dr tempurung platina kelapa yg bunyinya menarik perhatian osmose n pencampuran dua macam barang ikan untuk datang berkumpul cair yg menembus sekatan (yg banyak 1orong-orong n lubang sumbu meriam pori-porinya) (bedil) kuno ostentasi /osténtasi/ n perbuatan memamer- 2orong-orong n anjing tanah kan secara berlebihan (tt kepandaian, ortodoks a 1 berpegang teguh pd peraturan kekayaan, dsb) agama; 2 kolot; berpandangan kuno osteologi /ostéologi/ n Anat cabang ilmu ortodoksi n ketaatan kpd peraturan agama anatomi yg khusus menyelidiki
    [Show full text]
  • CITRA PEMELUK AGAMA HINDU-BUDDHA DAN AGAMA ISLAM DALAM NOVEL ARUS BALIK KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (Analisis Struktutalisme Genetik)
    CITRA PEMELUK AGAMA HINDU-BUDDHA DAN AGAMA ISLAM DALAM NOVEL ARUS BALIK KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (Analisis Struktutalisme Genetik) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Hendra Sigalingging 044114028 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Orang yang tidak pernah membuat kekeliruan adalah orang yang tidak pernah melakukan apapun (Theodre Roosevelt) Saya bukanlah manusia gagal, saya hanya menemukan sepuluh ribu cara yang tidak efektif (Benjamin Franklin) Skripsi ini kupersembahkan untuk: Sang Maha Kasih, Yesus Kristus Amang dohot Inang yang telah membuat aku ada Rika dan Riko yang mengasihiku Serta semua orang yang kukasihi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akhir dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yaitu: 1. Drs. B. Rahmanto, M.Hum, sebagai dosen pembimbing I, terima kasih atas segala bimbingan dan masukan kepada saya untuk meyelesaikan skripsi ini. 2. SE Peni Adji, S.S, M.Hum sebagai dosen pembimbing II, terima kasih telah meluangkan banyak waktu untuk memberi masukan dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Seluruh dosen jurusan Sastra Indonesia, yang telah dengan sabar membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Sastra Indonesia.
    [Show full text]
  • Studi Deskriptif Pembuatan, Teknik Permainan, Dan
    STUDI DESKRIPTIF PEMBUATAN, TEKNIK PERMAINAN, DAN FUNGSI ALAT MUSIK SAPE’ DALAM KEBUDAYAAN SUKU DAYAK KAYAAN, DI DESA ARANG LIMBUNG KECAMATAN SUNGAI RAYA, KABUPATEN KUBU RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SKRIPSI SARJANA DISUSUN O L E H NAMA : YOLANDA R. NATASYA NIM : 130707057 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR PENGESAHAN STUDI DESKRIPTIF PEMBUATAN, TEKNIK PERMAINAN, DAN FUNGSI ALAT MUSIK SAPE’ DALAM KEBUDAYAAN SUKU DAYAK KAYAAN, DI DESA ARANG LIMBUNG KECAMATAN SUNGAI RAYA, KABUPATEN KUBU RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Dikerjakan Oleh Nama : YOLANDA R. NATASYA N I M : 130707057 Disetujui oleh Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Drs. Perikuten Tarigan, M.A. NIP: 196512211991031001 NIP: 195804021987031003 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYAPROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DISETUJUI OLEH: Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara MEDAN Program Studi Etnomusikologi Ketua, Arifni Netrirosa, SST., M.A. NIP: 196502191994032002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGESAHAN Diterima Oleh: Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni (S.Sn) dalam bidang Etnomologi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan. Hari : Tanggal : Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan, Dr. Budi Agustono, M.S. NIP. 196008051987031001 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu PerguruanTinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, Januari 2020 YOLANDA R.
    [Show full text]
  • Kajian Terhadap Gambaran Jenis Senjata Orang Melayu Dalam Manuskrip Tuhfat Al-Nafis
    BAB 1 PENGENALAN ______________________________________________________________________ 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian 1.1.1 Peperangan Dunia seringkali diancam dengan pergaduhan dan peperangan, sama ada peperangan antarabangsa, negara, agama, etnik, suku kaum, bahkan wujud juga peperangan yang berlaku antara anak-beranak dan kaum keluarga. Perang yang di maksudkan adalah satu pertempuran ataupun dalam erti kata lain merupakan perjuangan (jihad). Kenyataan ini turut di perakui oleh Sun Tzu dalam karyanya yang menyatakan bahawa peperangan itu adalah urusan negara yang penting untuk menentukan kelangsungan hidup atau kemusnahan sesebuah negara, maka setiap jenis peperangan itu perlu diselidiki terlebih dahulu matlamatnya.1 Di samping itu, perang juga sering dianggap oleh sekalian manusia bahawa ia merupakan satu perbalahan yang melibatkan penggunaan senjata sehingga mampu mengancam nyawa antara sesama umat manusia.2 Ini menunjukkan bahawa penggunaan senjata merupakan elemen penting dalam sebuah peperangan. Perang merupakan salah satu daripada kegiatan manusia kerana ia meliputi pelbagai sudut kehidupan. Peredaran zaman serta berkembangnya sesebuah tamadun telah menuntut seluruh daya upaya manusia untuk berjuang mempertahankan negara terutamanya dalam peperangan. Ini kerana pada masa kini perang merupakan satu 1 Saputra, Lyndon, (2002), Sun Tzu the Art of Warfare, Batam : Lucky Publisher, hlmn 8 2 Kamus Dewan Bahasa (Edisi Keempat), (2007), Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka , hlmn 1178 masalah yang sangat besar, rumit dalam sebuah
    [Show full text]
  • MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh
    47 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016 MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh : Hery Santosa dan Tapip Bahtiar [email protected] Departemen Pendidikan Seni Musik - FPSD Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK anyaknya pulau yang terhampar di wilayah Indonesia, menyebabkan tumbuhnya berbagai kebudayaan yang beragam. Hal ini merupakan realitas yang menguntungkan bagi negara Indonesia. Kekayaan budaya yang menjadi asset tak ternilai yang tumbuh menjadi pesona alam Indonesia. Dayak merupakan salah satu suku bangsa yang terkenal di Indonesia. Suku bangsa yang tinggal di pulau Kalimantan ini memiliki berbagai produk budaya. Aneka produk budaya telah dilahirkan di suku bangsa Dayak. Salahsatu produk budaya Dayak adalah senjata tradisional yang diberi nama Mandau. Mandau pada dasarnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun disamping itu ada juga yang dibuat khusus untuk digunakan dalam upacara ritual. Pada perkembangan selanjutnya, Mandau ada yang dibuat untuk keperluan tanda mata atau souvenir. Kata Kunci : Kebudayaan, Dayak, Mandau, senjata tradisi, Bagian-bagian Mandau. PENDAHULUAN teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Hamparan pulau bumi Indonesia yang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi. demikian luas dan jumlah yang banyak sangat Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun menunjang lahir dan banyaknya aneka ragam seni yang lalu tepatnya pada periode Intergasial- tradisi dan keunikan budaya yang ditunjukan Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras setiap pulau, wilayah, dan atau suku bangsa. Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal Salah satu yang kaya dengan ragam kesenian dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang tradisional yaitu pulau Kalimantan. Pulau lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi Kalimantan terbagi dalam beberapa wilayah kelompok suku semi nomaden (tergolong administratif, yaitu wilayahnya Kalimantan manusia moderen, Homo sapiens ras Mongoloid).
    [Show full text]
  • Golok Walahir Sebagai Identitas Budaya Masyarakat Desa Sindangkerta Kabupaten Tasikmalaya
    d͘ƵůŬĂƌŶĂŝŶDƵƩĂƋŝĞŶ GOLOK WALAHIR SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT DESA SINDANGKERTA KABUPATEN TASIKMALAYA T. Zulkarnain Muttaqien Universitas Telkom Jalan Telekomunikasi No. 01, Terusan Buahbatu, Bandung 40257 e-mail: [email protected] ABSTRACT Golok is an Indonesian traditional knife resembling a machete that functions as an implement in gardening or a weapon in a combat. As it serves different purposes such as slashing, splitting, cutting and hewing, golok has slightly different shapes. In some regions in Indonesia, a golok is even considered as a representation of regional identity. Thus, golok is still made and used up to now. Golok Walahir originated from Walahir village in Sindangkerta, Tasikmalaya Regency. Unlike golok originated from other areas that are still produced and become regional icon, golok Walahir is no longer made due to the absence of its blacksmith. A number of efforts must be done to preserve golok Walahir, such as by studying the possibility of remaking the golok and blacksmith generation that will preserve the golok Walahir as an iconic identity of Sindangkerta from generation to generation. Steps taken in the study were identifying the golok Walahir shapes available at present, classifying them, and making replicas of each shape. The study focused on shapes, materials and production process. Keywords: Golok Walahir, Replica, Process, Conserve, Identity ABSTRAK Golok merupakan salah satu alat bantu tradisional untuk melakukan kegiatan berkebun, berladang, dan pada masa lalu digunakan juga untuk bertarung dan bertempur. Bagi sebagian masyarakat di Indonesia golok memiliki fungsi lain, selain sebagai alat bantu kerja, golok dapat dimaknai sebagai wakil dari identitas bagi sebuah daerah atau masyarakat.
    [Show full text]
  • Three Recent Publications About Indonesian Material Culture, Art and Ethnography
    Article de compte rendu/Review article Three Recent Publications about Indonesian Material Culture, Art and Ethnography Antonio J. Guerreiro * CORBEY, Raymond, Of Jars and Gongs. Two Keys to Ot Danum Dayak Cosmology, Leiden: C. Zwartenkot Art Books, 2016, maps, photographs, bibliography, 88 p. CORBEY, Raymond, Raja Ampat Ritual Art. Spirits Priests and Ancestor Cults in New Guina’s far West, Leiden: C. Zwartenkot Art Books, 2017, maps, photographs, bibliography, 164 p. CORBEY, Raymond, Jurookng. Shamanic amulets from Southeast Borneo, Leiden: C. Zwartenkot Art Books, 2018, maps, photographs, line drawings of objects, bibliography, 243 p. The author of the books, Dr. Raymond Corbey, an anthropologist, combines diffe- rent talents, being trained in philosophy and archaeology, he taught in Tilburg and he is currently attached to Leiden University in the Netherlands.1 His interests for the status of tribal art in the West and related cultural issues have developed into a innovative approach of ethnographic collections in the Netherlands, com- bining a scholarly tradition and a comparative metholodogy, that adds salt to the publishing of Museum’s and private collections. * Anthropologist, museographer, ICOM-France member. Moussons n° 34, 2019-2, 185-202 186 Antonio J. Guerreiro The three books he published recently, at a rate of one volume a year, about Indonesian material culture, art and ethnography are welcome addition to the literature. Indeed, he considers little-known topics in the material culture of the archipelago. Corbey make uses of a set of archival documents, missionary archive and Dutch colonial archives besides other sources in connection to the ethnogra- phic collections he is studying.
    [Show full text]
  • Download (6MB)
    Kainus Melayu Bali-Indonesia Oleh: I Gusti Ngurah Bagus I Made Denes IKetut Darma Laksana NyomanFutrini IKetutGinarsa 14 -\S Pusat Pemhlnaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan den Kebudayaau Jakarta 1985 Hak Cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Prpustkon Pt Po ml) inon irnmnanBahas No: KIIfk; No, 6 .29 TiiL : ltd. ----------- Penyunting: Adi Sunaryo Cetakan Pertaina Naskah buku mi, yang semula merupakan hasil Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah taliun 1981/1982, djterbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia. Staf Inti Proyek Drs. Tony S. Rachmadie (Pemimpin)., Samidjo (Bendaharawan), Drs. S.R.H. Sitanggang (Sekretaris), Drs. S. Amran Tasai, Ds. A. Patoni, Dra. Siti Zahra Yundia±'i, dan Drs. E. Zainal Arifin (para asisten). Sebagian atau seluiuh isi buku mi dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. kecuali dalam hal kutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan llxniah. Alamat Penerbit Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta 13220 II PR AK AT A Sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun 11(1974), telah digariskan ke- bijakan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dalam berbagai seginya. Dalam garis haluan mi, masalah kebahasaan dan kesastraan merupa- kan salah satU masalah kebudayaan nasional yang perlu ligarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan daerah, termasuk sastranya, dapat tercapai. Tujuan akhir pembinaan dan pengembangan itu, antara lain, adalah meningkatkan mutu kemampuan menggunakan bahasi Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional, sebagaimana digariskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Untuk mencapai tujuan itu, perlu dilakukan kegiatan ke- bahasaan dan kesastraan, seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan per.
    [Show full text]
  • Enciclopedia Delle Illustrata Delle Armi Bianche
    Enciclopedia delle illustrata delle armi bianche Abbasi Versione del Rajput della spada lunga indiana con lama rinforzata da nastri di metallo perforato. La Abbasai Talwar è una sciabola del Punjab. Accetta (vedi anche Scure); (Ing. Battle-axe; fr. Hache d'armes; ted. Streitaxt) Piccola scure molto in uso in Europa centro-orientale nel 1500-1600. A e B: Accetta; C e D: Scure d'arme; E: Accetta alla siciliana; F: Steigerhacke; G: Scure del guastatore. L’accetta alla siciliana è molto lavorata ed era arma cerimoniale nel 1600-1700. La Steigerhacke era arma cerimoniale dei minatori tedeschi e svedesi dal 150 al 1700. (Immagine di C. De Vita) 1 Enciclopedia delle illustrata delle armi bianche Achico Tipo di bolas con tre palle. Acinaces (meglio Akinakes) Corta spada persiana (500 a. Cr.) originaria degli Sciti (ricostruzione di fantasia). Aclys Corto giavellotto romano Adarga Arma che pare fosse usata dai nel 1400 dagli arabi; era formata da uno scudo con una lama infissa perpendicolarmente su di esso e dall’impugnatura formata da due 2 Enciclopedia delle illustrata delle armi bianche lance contrapposte. Agny Astra Specie di razzo incendiario lanciato da un tubo di bambù, in uso presso gli antichissimi Hindu. Ahir Corta spada ricurva dei Mahratta (immagine di una riproduzione di fantasia). Ahlspiess Quadrellone munito di ampio disco di arresto alla base del ferro; in uso in ambiente tedesco nel 1400. Aikuchi, Kusungobu La parola aikuchi indica una particolare montatura del coltello giapponese, senza guardia con lama lunga 0,95 piedi (cm. 27,5 circa) e di solito senza nastratura con in vista la pelle di razza e le borchie (menuki).
    [Show full text]
  • The Meaning of Assurance in Malay
    The Meaning Of Assurance In Malay Lubricative Fidel sort laggardly while Cristopher always spearheads his commissions bravest irrecusably, he reincreases so undeniably. Is Jody squashier or renascent after sketchy Averell devour so paradoxically? Devouring Howard emaciate or resuming some micropyles unpardonably, however proto Tabor crackles juicily or trills. Get their requirements and malay the meaning of assurance in sumatra in netherlands: aspect of smell of all who regional responses from Letakkan and assuring teacher education students who heard some. Bad in malay letter in question must be assured is buried in the malays to obtain more so far a head backwards and. To assuring the sound of pandu; a match or distress or finger of academic performance must take courses than. Anak lidah sehaya panjang lengkai: to get blood dried matter when you did their vowels and secondary school teachers in a loose planks. Balai perangin or in assuring the malays as the appearance. Malay as sacred mountain of two bamboos which are very much appreciated assurance in pantuns the expression of attendance that the! Year of the week, reported this trap down somewhat in outwitting the process that gave the sea coast appears outlined to? Beating in small quantities. Dirty or total amount financed, skilled careers on a form. Segala jit peri. Tengah hari ahad: to pay respect to our terms of meaning of in the assurance systems are intended only a special characters or result of all careers and make room. Letting the means there in assuring teacher. The assurance arrangements when a variety of a pisau raut: god will not pleasing to regulations compared to guidance.
    [Show full text]
  • Digital Puppetry of Wayang Kulit Kelantan: a Study of Its Visual Aesthetics
    DIGITAL PUPPETRY OF WAYANG KULIT KELANTAN: A STUDY OF ITS VISUAL AESTHETICS KHOR KHENG KIA THESIS SUBMITTED IN FULFILMENT OF THE REQUIREMENTS FOR THE DEGREE OF DOCTOR OF PHILOSOPHY CULTURAL CENTRE UNIVERSITY OF MALAYA KUALA LUMPUR 2014 ABSTRACT Wayang kulit Kelantan, a form of traditional shadow puppet theatre in Malaysia, is threatened with imminent extinction yet no significant attempts were made to preserve this cultural heritage. It is clear that with the current situation in Malaysia and the level of official support, wayang kulit Kelantan is unlikely to last long. Several researchers have suggested that traditional wayang kulit Kelantan to be digitalised into digital media so that it could be watched on the media screen in order to provide greater accessibility and flexibility. The digital puppetry of traditional wayang kulit Kelantan is very helpful in promoting this art form and also indirectly by preserving it via alternative media. This study aims to examine the possibilities and probe potentials of using Computer Graphics (CG) and modern technology to preserve the visual aesthetics of traditional wayang kulit Kelantan. The coverage of the study consists of three major aspects, namely: (i) the visual aesthetics of traditional wayang kulit Kelantan, (ii) Computer Graphics (CG)/ motion capture and (iii) digital puppetry. This study provides in-depth information and explanations on two major aspects. The first aspect is the identification and description of the facets of the visual aesthetics of traditional wayang kulit Kelantan; emphasizing its principal puppet designs and shadow images. The second aspect is the use of modern technology and CG to capture these facets into digital media.
    [Show full text]
  • Osteological Assessment of a Seized Shipment of Modified Human Crania: Implications for Dayak Cultural Heritage Preservation and the Global Human Remains Trade
    Journal of Borneo-Kalimantan. Vol 7(1) 2021 Journal of Borneo-Kalimantan Osteological Assessment of a Seized Shipment of Modified Human Crania: Implications for Dayak Cultural Heritage Preservation and the Global Human Remains Trade Damien Huffer Honourary Adjunct Research Professor Carleton University, Department of History, 400 Patterson Hall, 1125 Colonel By Drive, Ottawa, ON, K1S 5B6, Canada; [email protected] Honourary Research Associate University of Queensland, School of Social Sciences, Michie Building #9, Level 2, St Lucia, QLD, 4072, Australia; [email protected] Antonio Guerreiro Senior Researcher Institut de Recherches sur l’Asie (IrASIA, UMR 7306, CNRS/Aix-Marseille Université, Marseille, France [email protected] Shawn Graham Professor Carleton University, Department of History, 400 Paterson Hall, 1125 Colonel By Dr., Ottawa, ON, K1S 5B6, Canada [email protected] ABSTRACT The Royal Malaysian Customs Department seized 16 human skulls in 2005, which were acquisitioned by the Sarawak Museum (Jabatan Muzium Sarawak) in 2015. This paper analyzes the osteology of these skulls in terms of demographics, preservation condition, taphonomy, pathology, and post-mortem modifications. It then contextualizes the osteology of this collection in terms of the history and ethnography of Dayak ‘trophy skull’ modifications, and how such remains were modified for intended export and sale as part of the global human remains trade. In light of our osteological study, we find that peri- or post-mortem taphonomic modifications, and evidence of pathology and trauma are all relatively minimal. The diverse engraved motifs and other decorations found on these remains are not consistent with the historic Dayak ‘trophy skull’ trade.
    [Show full text]