Berkala Arkeologi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, November 2013 ISSN 1410 – 3974 Naskah Bambu Namanangon Ribut: Salah Satu Teks dari Batak Mandailing Yang Tersisa Namanongon Ribut Bamboo Script: One of The Remaining Batak Mandailing Texts Churmatin Nasoichah Potensi Kepurbakalaan di Pulo Aceh Archaeological Potential In Pulo Aceh Dyah Hidayati Makna Penguburan Bersama Masa Prasejarah dan Tradisinya di Sumatera Bagian Utara The Meaning Of Pre-Historic Communal Burial And Its Tradition In North Sumatera Ketut Wiradnyana Studi Kelayakan Arkeologi Di Situs Kota Cina, Medan (Studi Awal Dalam Kerangka Penelitian Arkeologi) Archaeological Feasibility Study of the Kota Cina site, Medan (A Preliminary Study of the Archaeological Research Framework) Stanov Purnawibowo Syailendrawangsa: Sang Penguasa Mataram Kuno Syailendrawangsa: The Ruler Of The Ancient Mataram Baskoro Daru Tjahjono Komunikasi Efektif Dalam Penyelamatan Patung Pangulubalang Terhadap Potensi Konflik Vertikal di Kabupaten Simalungun An Effective Communication in The Salvation of Pangulubalang Statue as an Anticopation to Vertical Conflict Potentials in The Regency of Simalungun Defri Elias Simatupang Kelapa Dalam Catatan Arkeologi dan Historis: Upaya Pengembangan Kebijakan Tanaman Serba Guna Coconuts in Historical and Archaeological Records: an Effort of Developing Multi-Purposes Plants Lucas Partanda Koestoro KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI ARKEOLOGI MEDAN Medan, BAS VOL. 16 NO. 2 Hal 113 -- 233 ISSN 1410 – 3974 November 2013 BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, NOVEMBER 2013 ISSN 1410 - 3974 Berkala Arkeologi “SANGKHAKALA” adalah wadah informasi bidang arkeologi yang ditujukan untuk memajukan kegiatan penelitian arkeologi maupun kajian ilmu lain yang terkait dengan arkeologi, serta menyebarluaskan hasil-hasilnya sehingga dapat dinikmati oleh kalangan ilmuwan khususnya dan masyarakat luas umumnya. Redaksi menerima sumbangan artikel dalam bahasa Indonesia maupun asing yang dianggap berguna bagi perkembangan ilmu arkeologi. Berkala Arkeologi ini diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan November. Dewan Redaksi Penyunting Utama : Drs. Ketut Wiradnyana, M.Si (Arkeologi Prasejarah) Penyunting Penyelia : DR. Rita Margaretha Setianingsih, M. Hum (Arkeologi Lingkungan) Penyunting Pelaksana : Ery Soedewo, S.S., M.Hum (Arkeologi Hindu-Buddha) Deni Sutrisna, S.S., M.Hum (Arkeologi Kolonial) Dra. Nenggih Susilowati (Arkeologi Prasejarah) Defri Elias Simatupang, S.S., M.Si (Arkeologi Publik) Mitra Bestari : Prof. DR. Bungaran Antonius Simanjuntak (Antropologi, Unimed) Prof. Drs. Rusdi Muchtar, BA, MA, APU (LIPI) Prof. DR. Sumijati Atmosoediro(Arkeologi Prasejarah, UGM) Drs. Bambang Budi Utomo (Arkeologi Hindu-Buddha, Pusarnas) Kesekretariatan : Churmatin Nasoichah, S. Hum Elisabeth Yuniati Sitorus, Amd Alamat Redaksi/Penerbit: Balai Arkeologi Medan Jl. Seroja Raya Gg. Arkeologi, Tanjung Selamat, Medan Tungtungan, Medan 20134 Telp. (061) 8224363, 8224365 Pos-el : [email protected] Laman: www.balai-arkeologi-medan.web.id BER KALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, NOVEMBER 2013 ISSN 1410 - 3974 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i Churmatin Nasoichah Naskah Bambu Namanangon Ribut: Salah Satu Teks dari Batak Mandailing Yang Tersisa 1—17 Namanongon Ribut Bamboo Script: One of The Remaining Batak Mandailing Texts Dyah Hidayati Potensi Kepurbakalaan di Pulo Aceh 18—32 Archaeological Potential in Pulo Aceh Ketut Wiradnyana Makna Penguburan Bersama Masa Prasejarah dan Tradisinya di Sumatera Bagian Utara 33—47 The Meaning of Prehistoric Comunnal Burial and Its Tradition in Northern Sumatra Stanov Purnawibowo Studi Kelayakan Arkeologi di Situs Kota Cina, Medan (Studi Awal Dalam Kerangka Penelitian 48—64 Arkeologi) Archaeological Feasibilty Study of the Kota Cina Site, Medan (A Plelimenary Study of the Archaeological Research Framework) Baskoro Daru Tjahjono Syailendrawangsa: Sang Penguasa Mataram Kuno 65—84 Syailendrawangsa: The Ruler of the Ancient Mataram Defri Elias Simatupang Komunikasi Efektif Dalam Penyelamatan Patung Pangulubalang Terhadap Potensi Konflik Dilema 85—98 Vertikal di Kabupaten Simalungun An Effective Communication in the Salvation of Pangulubalang Statue as an Anticopation to Vertical Conflict Potentials in the Regency Simalungun. Lucas Partanda Koestoro Kelapa Dalam Catatan Arkeologi dan Historis: Upaya Pengembangan Kebijakan Tanaman 99—111 Coconuts in Historical and Archaeological Records: an effort of Developing Multi-Purpuses Plants Berkala Arkeologi SANGKHAKALA ISSN 1410-3974 Terbit : November 2013 Kata kunci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembar Abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya Dyah Hidayati (Balai Arkeologi Medan) banyak jumlahnya. Prasasti yang ditulis di atas lembaran emas ini secara relatif berasal dari abad ke-9 hingga ke-10 M, Fungsi dan Makna Simbolis Kursi Batu dan Replika Kursi Batu yang memuat mantra Buddha formula ye te mantra. Pada Masyarakat Nias Berdasarkan muatan prasasti ini, sisa-sisa bangunan bata di Berkala Arkeologi SANGKHAKALA, Mei 2013, Vol 16 No. 1, Situs Padang Candi diperkirakan adalah sisa-sisa kompleks Hal. 1—16 suatu percandian yang berlatar belakang agama Buddha. Secara umum kursi dimaknai sebagai benda buatan manusia (Penulis) yang berfungsi sebagai tempat duduk. Namun secara khusus Kata Kunci: Prasasti, Situs Padang Candi, Kuantan Sengingi, bentuk kursi juga bisa mengandung fungsi sosial maupun Riau religi tertentu. Ruang lingkup tulisan ini adalah kursi batu dan replika kursi kayu di Nias, yang terwakili oleh tinggalan- tinggalan yang terdapat di wilayah Nias Selatan khususnya di Ketut Wiradnyana (Balai Arkeologi Medan) Desa Hilimondregeraya, Bawömataluo, dan Hilisimaetanö. Pengaruh Kebudayaan Hoabinh dan Austronesia Prasejarah di Permasalahan yang dimunculkan dalam tulisan ini adalah: Dataran Tinggi Tanoh Gayo apakah fungsi dan makna simbolis kursi batu dan replika kursi kayu pada masyarakat Nias ditinjau dari aspek bahan, Berkala Arkeologi SANGKHAKALA, Mei 2013, Vol 16 No. 1, ornamen, dimensi, dan keletakannya? Tujuan dari penulisan Hal. 33—47 ini adalah menjawab permasalahan yang telah dikemukakan Tanoh Gayo merupakan wilayah budaya masyarakat etnis di atas melalui metode survei (observasi) yang didukung oleh Gayo yang terletak di dataran tinggi Provinsi Aceh. Di wilayah studi pustaka. Setelah melalui tahap analisis data, diperoleh ini terdapat situs arkeologis yaitu Loyang Ujung Karang dan kesimpulan bahwa fungsi dan makna simbolis kursi batu dan Loyang Mendale yang menyimpan informasi dari budaya replika kursi kayu pada masyarakat Nias terkait erat dengan Hoabinh dan Austronesia prasejarah. Keberadaan informasi aspek bahan, ornamen, dimensi, dan keletakannya. Pemilihan tersebut diketahui dari berbagai unsur budaya yang terekam bahan terkait dengan alasan teknis semata. Ornamen yang dalam ekskavasi yang selanjutnya diidentifikasi morfologi dan dipahatkan menyimbolkan kebesaran, kebangsawanan, dan teknologinya serta dilakukan juga metode etnoarkeologi. kekuasaan. Dari aspek dimensi, kursi batu memiliki ukuran Hasilnya tidak hanya diketahui kedua budaya prasejarah normal yang dapat digunakan sebagai tempat duduk, tersebut tetapi juga diketahui adanya keberlangsungan sedangkan kursi kayu berupa replika dan berfungsi sebagai budaya prasejarah tersebut pada masa-masa awal masuknya tempat untuk meletakkan patung adu zatua. Dari aspek Islam di wilayah ini. keletakan, kursi batu berada di antara batu-batu megalitik (Penulis) lainnya yang berderet di halaman depan rumah, sedangkan Kata Kunci: kebudayaan, hoabinh, Austronesia prasejarah, kursi kayu dipahatkan di dinding yang melengkapi interior tradisi, Tanoh Gayo omo sebua. Fungsi kursi batu secara umum adalah sebagai tempat duduk. Lebih khusus lagi kursi batu di Hilisimaetanö digunakan sebagai tempat duduk bagi pemuka adat yang Nenggih Susilowati (Balai Arkeologi Medan) akan memimpin musyawarah adat. Sedangkan replika kursi Simbol Pertanian dalam Budaya Masyarakat Karo kayu memiliki fungsi yang berbeda, yaitu sebagai dudukan atau singgasana patung leluhur adu zatua serta berfungsi Berkala Arkeologi SANGKHAKALA, Mei 2013, Vol 16 No. 1, estetis sebagai penghias interior omo sebua Bawömataluo. Hal. 48—64 Makna simbolis kursi batu di Nias adalah sebagai simbol Alam lingkungan Tanah Karo sejak dahulu memang status sosial. Pada replika kursi kayu, ornamen yang terdapat merupakan area yang subur dengan iklim yang menunjang pada objek tersebut juga menyimbolkan status sosial yang kegiatan pertanian. Masyarakat Karo dahulu masih menganut tinggi dari pemiliknya. Sedangkan bentuk menyerupai kepercayaan lama yang dikenal di Nusantara sebagai budaya singgasana raja secara simbolis juga menyiratkan kedudukan atau tradisi megalitik yang sering dikaitkan dengan yang tinggi karena hal itu merupakan harapan bahwa roh kepercayaan yang berkaitan dengan leluhur dan animisme. leluhur tersebut dapat mencapai kedudukan yang sama Seiring dengan masuknya agama Islam dan Kristen, seperti di masa hidupnya. kepercayaan ini berangsur hilang. Namun melalui budaya (Penulis) material yang ditinggalkan masih menunjukkan adanya pengaruh kepercayaan lama. Konsep maupun unsur budaya Kata Kunci: kursi batu,replika kursi kayu, simbol, status sosial yang pernah ada dan mengakar pada masyarakatnya, menyebabkan sebagian bentuk budaya material maupun Ery Soedewo (Balai Arkeologi Medan) tradisinya masih menampakkan hubungan dengan budaya masa lalunya. Terutama berkaitan dengan bangunan atau Prasasti Padang Candi: Tinjauan Epigrafis Temuan Data simbol-simbol yang tercermin dalam ornamen dan elemen