MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh 47 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016 MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh : Hery Santosa dan Tapip Bahtiar [email protected] Departemen Pendidikan Seni Musik - FPSD Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK anyaknya pulau yang terhampar di wilayah Indonesia, menyebabkan tumbuhnya berbagai kebudayaan yang beragam. Hal ini merupakan realitas yang menguntungkan bagi negara Indonesia. Kekayaan budaya yang menjadi asset tak ternilai yang tumbuh menjadi pesona alam Indonesia. Dayak merupakan salah satu suku bangsa yang terkenal di Indonesia. Suku bangsa yang tinggal di pulau Kalimantan ini memiliki berbagai produk budaya. Aneka produk budaya telah dilahirkan di suku bangsa Dayak. Salahsatu produk budaya Dayak adalah senjata tradisional yang diberi nama Mandau. Mandau pada dasarnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun disamping itu ada juga yang dibuat khusus untuk digunakan dalam upacara ritual. Pada perkembangan selanjutnya, Mandau ada yang dibuat untuk keperluan tanda mata atau souvenir. Kata Kunci : Kebudayaan, Dayak, Mandau, senjata tradisi, Bagian-bagian Mandau. PENDAHULUAN teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Hamparan pulau bumi Indonesia yang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi. demikian luas dan jumlah yang banyak sangat Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun menunjang lahir dan banyaknya aneka ragam seni yang lalu tepatnya pada periode Intergasial- tradisi dan keunikan budaya yang ditunjukan Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras setiap pulau, wilayah, dan atau suku bangsa. Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal Salah satu yang kaya dengan ragam kesenian dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang tradisional yaitu pulau Kalimantan. Pulau lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi Kalimantan terbagi dalam beberapa wilayah kelompok suku semi nomaden (tergolong administratif, yaitu wilayahnya Kalimantan manusia moderen, Homo sapiens ras Mongoloid). Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Penggalian arkeologis di Niah-Serawak, Madai Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin, dan Baturong-Sabah membuktikan bahwa Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, kelompok ini sudah menggunakan alat-alat dari dan Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak. batu, hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka Dayak atau Daya' adalah nama suku asli juga sudah mengenal teknologi api. Kelompok yang mendiami Pulau Kalimantan. Ada banyak ketiga datang kurang lebih 5000 tahun silam. pendapat tentang asal-usul orang Dayak. Mereka ini berasal dari daratan Asia dan Pandapat umumnya menempatkan orang Dayak tergolong dalam ras Mongoloid juga. Kelompok sebagai salah satu kelompok suku asli terbesar ini sudah hidup menetap dalam satu komunitas dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Hal dan mengenal tekhnik pertanian lahan kering atau ini didasarkan pada berladang. Gelombang migrasi itu masih terus berlanjut hingga abad 21 ini. Teori ini sekaligus menjawab persoalan: mengapa suku bangsa RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X 48 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016 Dayak memiliki begitu banyak varian baik dalam ras ini. Ciri khas utama ras ini ialah bahwa bahasa maupun karakteristik budaya. mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Menurut Prof. Lambut dari Univesitas Australia berambut pirang dan rambutnya Lambung Mangkurat, secara etnologis, manusia tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu Dayak dibagi menjadi : 1. Dayak Mongoloid, 2. beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga Dayak Malayunoid, 3. Dayak Autrolo- tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih. Melanosoid, 4. Dayak Heteronoid. Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia dalam enam rumpun besar, yakni Kenyah-Kayan- Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Bahau, Ot Danum, Iban, Murut, Klemantan dan Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Punan. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan kurang lebih 405 sub suku. Meskipun terbagi Oseania. Anggota ras Mongoloid biasa disebut dalam ratusan sub suku, kelompok suku Dayak "berkulit kuning". Ciri khas utama anggota ras ini memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata suatu sub suku di Kalimantan dapat dimasukkan yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu ke dalam kelompok Dayak. Ciri-ciri tersebut anggota ras manusia ini seringkali juga lebih adalah rumah panjang, hasil budaya material kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid. Nama seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong atau ras Mongoloid diambil dari nama negara kampak Dayak; pandangan terhadap alam, mata Mongolia dan diberikan oleh orang Eropa karena pencaharian sistem perladangan, dan seni tari. kontak mereka dengan anggota ras ini terutama berkaitan dengan orang Mongolia. Namun PEMBAHASAN ironisnya dewasa ini setelah diteliti oleh para pakar orang-orang Mongolia ternyata orang- 1.Geografis dan Sosial Budaya orang Mongolia adalah anggota ras ini yang memiliki ciri-ciri khas utama ras ini yang paling Kata Dayak berasal dari kata ‘Daya’ sedikit. Kedua yaitu Melayunoid, merujuk kepada yang artinya hulu, untuk menyebutkan penutur bahasa Melayu dan mengamalkan adat masyarakat yang tinggal di pedalaman atau resam orang Melayu. Bangsa Melayu merupakan perhuluan Kalimantan, walaupun kini banyak bangsa termuda di antara bangsa-bangsa lain di masyarakat Dayak yang telah bermukim di kota dunia. Dipercayai berasal dari golongan kabupaten dan propinsi, yang masih mempunyai Austronesia di Yunnan. Kelompok pertama kemiripan adat istiadat dan budaya dan masih dikenal sebagai Melayu Proto. Mereka berpindah memegang teguh tradisinya. Menurut J. U. ke Asia Tenggara pada Zaman Batu Baru (2500 Lontaan (1975), masing-masing sub suku Dayak SM). Keturunannya adalah penduduk Asli di di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan Semenanjung Malaysia, Dayak di Sarawak, Batak budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi dan Komering di Sumatera. Kumpulan kedua kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, dikenal sebagai Melayu Deutero. Mereka budaya, maupun bahasa yang khas. Pada awalnya berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Logam yang kini disebut suku Dayak, mendiami kira-kira 1500 SM. Keturunannya orang Melayu pemukiman di daerah pesisir pantai dan sungai- di Malaysia dikatakan lebih pandai dan dan mahir sungai. Selanjutnya, karena kuatnya arus daripada Melayu Proto, khususnya dalam bidang urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar, astronomi, pelayaran dan bercocok tanam. seperti melayu menyebabkan mereka menyingkir Jumlah mereka lebih banyak daripada Melayu semakin jauh kepedalaman dan perbukitan di Proto. Mereka menghuni kawasan pantai dan seluruh daerah Kalimantan. Mereka menyebut lembah di Asia Tenggara. Kedua kelompok ini dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu dikenal sebagai kelompok Austronesia. Ke tiga daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, yaitu Ras Australoid adalah nama ras manusia nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban yang mendiami bagian selatan India, Sri Lanka, asal katanya dari ivan ( ivan = pengembara) beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, demikian juga menurut sumber yang lainnya kepulauan Melanesia dan Australia. Untuk bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di suku Batang Lupar, karena berasal dari sungai Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X 49 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016 Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan jual-beli barang-barang dari dan kepada Barat dengan Serawak, Malaysia. Suku Mualang, masyarakat Dayak, kemudian karena seringnya diambil dari nama seorang tokoh yang disegani mereka berinteraksi, bolak-balik mengambil dan (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah dan mengantar barang-barang dagangan dari dan ke nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama Selat Malaka, menyebabkan mereka berkeinginan anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten menetap di daerah baru yang mempunyai potensi Sintang dan kemudian dijadikan nama suku dagang yang besar bagi keuntungan mereka. Dayak Mualang. Dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) Karena sering terjadinya proses transaksi jual beli berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian barang kebutuhan, dan interaksi cultural, juga asal usul Dayak Kayan, Kantuk, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain- ramai, di kunjungi masyarakat Dayak dan lain, yang mempunyai latar belakang sejarah pedagang Arab Melayu dari Selat Malaka. Di sendiri-sendiri. Namun ada juga suku Dayak yang masa itu system religi masyarakat Dayak mulai tidak mengetahui lagi asal usul nama sukunya. terpengaruh dan dipengaruhi oleh para pedagang Nama "Dayak" atau "Daya" adalah nama Melayu yang telah mengenal pengetahuan, eksonim (nama yang bukan diberikan oleh pendidikan dan agama Islam dari luar mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim Kalimantan. Karena hubungan yang harmonis (nama yang diberikan oleh masyarakat itu terjalin baik, maka masyarakat Dayak, ada yang sendiri). menaruh simpati kepada pedagang Gujarat tersebut yang lambat laun terpengaruh, maka Dataran Kalimantan yang sangat luas agama Islam diterima dan dikenal pada tahun melahirkan problem etnisitas
Recommended publications
  • Gender, Ethnicity, Infrastructure, and the Use of Financial Institutions in Kalimantan Barat, Indonesia
    GENDER, ETHNICITY, INFRASTRUCTURE, AND THE USE OF FINANCIAL INSTITUTIONS IN KALIMANTAN BARAT, INDONESIA _______________________________________ A Dissertation presented to the Faculty of the Graduate School at the University of Missouri-Columbia _______________________________________________________ In Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree Doctor of Philosophy _____________________________________________________ by CHRISTINA POMIANEK DAMES Dr. Mary Shenk, Dissertation Supervisor JULY 2012 © Copyright by Christina Dames 2012 All Rights Reserved The undersigned, appointed by the dean of the Graduate School have examined the dissertation entitled GENDER, ETHNICITY, INFRASTRUCTURE, AND THE USE OF FINANCIAL INSTITUTIONS IN KALIMANTAN BARAT, INDONESIA presented by Christina Pomianek Dames, a candidate for the degree of doctor of philosophy, and hereby certify that, in their opinion, it is worthy of acceptance. Assistant Professor Mary Shenk Associate Professor Craig Palmer Associate Professor Todd VanPool Professor James S. Rikoon This dissertation is dedicated to the memory of my parents. ACKNOWLEGEMENTS Now at the conclusion of my graduate studies in anthropology, I look back and recognize the many people who have been instrumental in helping me to discover, pursue, and achieve my goals. In thanks. First and foremost, to my dissertation advisor and mentor, Dr. Mary Shenk, for her guidance and for the many hours she has spent reading and commenting on drafts of this dissertation. To my late mentor Dr. Reed Wadley, who is solely responsible for opening my eyes to Indonesia and in Kalimantan Barat. Although we only worked together for a few short years, meeting Dr. Wadley completely changed the course of my life. I am deeply saddened that we are not able to share our ―stories from the field,‖ but I am forever grateful that our paths crossed at all.
    [Show full text]
  • Kamusbesarbahasaindonesia Hal 1001-End.Pdf
    ornamental x otak-atik 1024 ornamental /ornaméntal/ a berhubungan osilasi n gerakan ke kiri dan ke kanan atau dng ornamen ke atas dan ke bawah; ayunan; getaran ornamentasi /ornaméntasi/ n perhiasan dng osilator n peranti yg menghasilkan arus memakai ornamen-ornamen gerak (spt generator frekuensi radio) ornitologi n ilmu pengetahuan tt burung- osilograf n 1 Lis alat yg mencatat aliran burung dan tekanan listrik yg berubah-ubah; ornitologis a berkenaan dng burung 2 Dok yg mencatat getaran atau naik orografi n cabang geografi fisik yg berhu- turunnya tekanan darah bungan dng gunung-gunung osilogram n Lis grafik yg dibuat oleh se- orografis a secara orografi buah osilograf 1orok n bayi osiloskop n Lis osilograf yg mencatat ge- 2orok, mengorok v mendengkur: dia ~ lombang-gelombang listrik secara visual karena terlalu lelah bekerja pd suatu layar 1orok-orok n Bot tanaman yg ditanam sbg osmium n Kim unsur logam (simbol OS) pupuk hijau, Crotalaria ferruginea yg sering ditemui dl kelompok logam 2orok-orok n titiran dibuat dr tempurung platina kelapa yg bunyinya menarik perhatian osmose n pencampuran dua macam barang ikan untuk datang berkumpul cair yg menembus sekatan (yg banyak 1orong-orong n lubang sumbu meriam pori-porinya) (bedil) kuno ostentasi /osténtasi/ n perbuatan memamer- 2orong-orong n anjing tanah kan secara berlebihan (tt kepandaian, ortodoks a 1 berpegang teguh pd peraturan kekayaan, dsb) agama; 2 kolot; berpandangan kuno osteologi /ostéologi/ n Anat cabang ilmu ortodoksi n ketaatan kpd peraturan agama anatomi yg khusus menyelidiki
    [Show full text]
  • Bahasa Melayik Purba
    K. Alexander Adelaar BAHASA MELAYIK PURBA Rekonstruksi Fonologi dan Sebagian dari Leksikon dan Morfologi BAHASA MELAYIK PURBA Diterbitkan dalam kerangka kcija sama aniaea Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahama, >anemcn Pendidikan dan Kebudayaan Rcpublik Indoncs dan Univcrsiias Leiden, Belanda PUBLIKASI BERSAMA dan PEMBINAAN DAN PENGEMBANCAN UNIVERSITAS LEIDEN BAHASA BAHASA MELAYIK PURBA Rekonstruksi Fonologi dan Sebagian dari Leksikon dan Morfologi oleh K. Alexander Adelaar RUL Jakarta 1994 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ADELAAR, K. Alexander Bahasa Melayik Purba : rekonstruksi fonologi dan sebagian dari leksikon dan morfologi / K. Alexander Adelaar, - Jakarta: RUL, 1994 xviii, 385 him.; 22,5 cm, - (Seri publikasi bersama) Diterbitkan atas keija sama dengan Universitas Leiden, Belanda ISBN 979-8310-03-9 1. Bahasa Melayu - Fonologi I. Judul. II. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa III. Universitas Leiden IV. Seri 419.9 Redaktur W.A.L. Stokhof Asisten Redaktur A.E. Almanar Penasihat Redaktur Hasan Alwi, Hans Lapoliwa, Hein Steinhauer DAFTAR ISI Kata Pengantar ix Daftar Singkatan xiii Simbol-simbol yang digunakan xv Bahasa-bahasa yang diacu, dengan singkatan dan sumber leksikal yang penting xvii BAB I : Pendahuluan 1 BAB II : Deskripsi Fonologis dalam Isolek-isolek Melayik 13 2.1 Sistem Foriem dalam Isolek Melayu Baku 13 2.2 Sistem Fonem dalam Isolek Minangkabau 17 2.3 Sistem Fonem dalam Isolek Banjar Hulu 22 2.4 Sistem Fonem dalam Isolek Serawai 25 2.5 Sistem Fonem dalam Isolek Iban 32 2.6 Sistem Fonem dalam Isolek
    [Show full text]
  • Studi Deskriptif Pembuatan, Teknik Permainan, Dan
    STUDI DESKRIPTIF PEMBUATAN, TEKNIK PERMAINAN, DAN FUNGSI ALAT MUSIK SAPE’ DALAM KEBUDAYAAN SUKU DAYAK KAYAAN, DI DESA ARANG LIMBUNG KECAMATAN SUNGAI RAYA, KABUPATEN KUBU RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SKRIPSI SARJANA DISUSUN O L E H NAMA : YOLANDA R. NATASYA NIM : 130707057 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR PENGESAHAN STUDI DESKRIPTIF PEMBUATAN, TEKNIK PERMAINAN, DAN FUNGSI ALAT MUSIK SAPE’ DALAM KEBUDAYAAN SUKU DAYAK KAYAAN, DI DESA ARANG LIMBUNG KECAMATAN SUNGAI RAYA, KABUPATEN KUBU RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Dikerjakan Oleh Nama : YOLANDA R. NATASYA N I M : 130707057 Disetujui oleh Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Drs. Perikuten Tarigan, M.A. NIP: 196512211991031001 NIP: 195804021987031003 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYAPROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DISETUJUI OLEH: Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara MEDAN Program Studi Etnomusikologi Ketua, Arifni Netrirosa, SST., M.A. NIP: 196502191994032002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGESAHAN Diterima Oleh: Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni (S.Sn) dalam bidang Etnomologi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan. Hari : Tanggal : Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan, Dr. Budi Agustono, M.S. NIP. 196008051987031001 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu PerguruanTinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, Januari 2020 YOLANDA R.
    [Show full text]
  • Politisasi Identitas Dalam Kompetisi Pemilu Di Indonesia Pasca 2014
    Jurnal Bawaslu ISSN 2443-2539 Herdiansah, A.G. Vol.3 No. 2 2017, Hal. 169-183 POLITISASI IDENTITAS DALAM KOMPETISI PEMILU DI INDONESIA PASCA 2014 Ari Ganjar Herdiansah Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia, ari. [email protected] ABSTRACT Identity has always been a political commodity driven by politicians in the electoral competition in Indonesia. This paper analyzes how the politicization of identity strengthens after the 2014 election and explains its potentials for political instability and national integration. The data used in this study gathered from the literature review and news analysis of identity and election, especially in the post-2014. This paper reveals that the weak party institutionalization encourages politicians to collaborate with civil society actors to reproduce identity issues for the sake of elections winning. The personalization of the party by its leader connected to a network of identity mass bases run the politicization in a natural setting. The further development of the politicization of the identity has the potential to divert substantial political issues such as government programs and public interests. In the economic field, political upheaval that involving the masses would weaken the confidence of investors and business actors in propelling the economic wheels. Also, political discord based on identity could damage social capital and decrease people’s ability to produce its best endeavor. Keywords Election, identity politics, political party, national stability Politik Identitas 169 02 JURNAL BAWASLU.indd 169 12/6/17 3:47 PM ABSTRAK Identitas senantiasa menjadi komoditas politik yang digulirkan oleh para politikus dalam pertarungan pemilu di Indonesia. Tulisan ini menganalisis bagaimana politisasi identitas menguat pasca pemilu 2014 dan menjelaskan potensi-potensinya terhadap instabilitas politik dan integrasi bangsa.
    [Show full text]
  • Golok Walahir Sebagai Identitas Budaya Masyarakat Desa Sindangkerta Kabupaten Tasikmalaya
    d͘ƵůŬĂƌŶĂŝŶDƵƩĂƋŝĞŶ GOLOK WALAHIR SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT DESA SINDANGKERTA KABUPATEN TASIKMALAYA T. Zulkarnain Muttaqien Universitas Telkom Jalan Telekomunikasi No. 01, Terusan Buahbatu, Bandung 40257 e-mail: [email protected] ABSTRACT Golok is an Indonesian traditional knife resembling a machete that functions as an implement in gardening or a weapon in a combat. As it serves different purposes such as slashing, splitting, cutting and hewing, golok has slightly different shapes. In some regions in Indonesia, a golok is even considered as a representation of regional identity. Thus, golok is still made and used up to now. Golok Walahir originated from Walahir village in Sindangkerta, Tasikmalaya Regency. Unlike golok originated from other areas that are still produced and become regional icon, golok Walahir is no longer made due to the absence of its blacksmith. A number of efforts must be done to preserve golok Walahir, such as by studying the possibility of remaking the golok and blacksmith generation that will preserve the golok Walahir as an iconic identity of Sindangkerta from generation to generation. Steps taken in the study were identifying the golok Walahir shapes available at present, classifying them, and making replicas of each shape. The study focused on shapes, materials and production process. Keywords: Golok Walahir, Replica, Process, Conserve, Identity ABSTRAK Golok merupakan salah satu alat bantu tradisional untuk melakukan kegiatan berkebun, berladang, dan pada masa lalu digunakan juga untuk bertarung dan bertempur. Bagi sebagian masyarakat di Indonesia golok memiliki fungsi lain, selain sebagai alat bantu kerja, golok dapat dimaknai sebagai wakil dari identitas bagi sebuah daerah atau masyarakat.
    [Show full text]
  • Three Recent Publications About Indonesian Material Culture, Art and Ethnography
    Article de compte rendu/Review article Three Recent Publications about Indonesian Material Culture, Art and Ethnography Antonio J. Guerreiro * CORBEY, Raymond, Of Jars and Gongs. Two Keys to Ot Danum Dayak Cosmology, Leiden: C. Zwartenkot Art Books, 2016, maps, photographs, bibliography, 88 p. CORBEY, Raymond, Raja Ampat Ritual Art. Spirits Priests and Ancestor Cults in New Guina’s far West, Leiden: C. Zwartenkot Art Books, 2017, maps, photographs, bibliography, 164 p. CORBEY, Raymond, Jurookng. Shamanic amulets from Southeast Borneo, Leiden: C. Zwartenkot Art Books, 2018, maps, photographs, line drawings of objects, bibliography, 243 p. The author of the books, Dr. Raymond Corbey, an anthropologist, combines diffe- rent talents, being trained in philosophy and archaeology, he taught in Tilburg and he is currently attached to Leiden University in the Netherlands.1 His interests for the status of tribal art in the West and related cultural issues have developed into a innovative approach of ethnographic collections in the Netherlands, com- bining a scholarly tradition and a comparative metholodogy, that adds salt to the publishing of Museum’s and private collections. * Anthropologist, museographer, ICOM-France member. Moussons n° 34, 2019-2, 185-202 186 Antonio J. Guerreiro The three books he published recently, at a rate of one volume a year, about Indonesian material culture, art and ethnography are welcome addition to the literature. Indeed, he considers little-known topics in the material culture of the archipelago. Corbey make uses of a set of archival documents, missionary archive and Dutch colonial archives besides other sources in connection to the ethnogra- phic collections he is studying.
    [Show full text]
  • Download (6MB)
    Kainus Melayu Bali-Indonesia Oleh: I Gusti Ngurah Bagus I Made Denes IKetut Darma Laksana NyomanFutrini IKetutGinarsa 14 -\S Pusat Pemhlnaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan den Kebudayaau Jakarta 1985 Hak Cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Prpustkon Pt Po ml) inon irnmnanBahas No: KIIfk; No, 6 .29 TiiL : ltd. ----------- Penyunting: Adi Sunaryo Cetakan Pertaina Naskah buku mi, yang semula merupakan hasil Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah taliun 1981/1982, djterbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia. Staf Inti Proyek Drs. Tony S. Rachmadie (Pemimpin)., Samidjo (Bendaharawan), Drs. S.R.H. Sitanggang (Sekretaris), Drs. S. Amran Tasai, Ds. A. Patoni, Dra. Siti Zahra Yundia±'i, dan Drs. E. Zainal Arifin (para asisten). Sebagian atau seluiuh isi buku mi dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. kecuali dalam hal kutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan llxniah. Alamat Penerbit Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta 13220 II PR AK AT A Sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun 11(1974), telah digariskan ke- bijakan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dalam berbagai seginya. Dalam garis haluan mi, masalah kebahasaan dan kesastraan merupa- kan salah satU masalah kebudayaan nasional yang perlu ligarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan daerah, termasuk sastranya, dapat tercapai. Tujuan akhir pembinaan dan pengembangan itu, antara lain, adalah meningkatkan mutu kemampuan menggunakan bahasi Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional, sebagaimana digariskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Untuk mencapai tujuan itu, perlu dilakukan kegiatan ke- bahasaan dan kesastraan, seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan per.
    [Show full text]
  • Berkala Arkeologi
    BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, November 2013 ISSN 1410 – 3974 Naskah Bambu Namanangon Ribut: Salah Satu Teks dari Batak Mandailing Yang Tersisa Namanongon Ribut Bamboo Script: One of The Remaining Batak Mandailing Texts Churmatin Nasoichah Potensi Kepurbakalaan di Pulo Aceh Archaeological Potential In Pulo Aceh Dyah Hidayati Makna Penguburan Bersama Masa Prasejarah dan Tradisinya di Sumatera Bagian Utara The Meaning Of Pre-Historic Communal Burial And Its Tradition In North Sumatera Ketut Wiradnyana Studi Kelayakan Arkeologi Di Situs Kota Cina, Medan (Studi Awal Dalam Kerangka Penelitian Arkeologi) Archaeological Feasibility Study of the Kota Cina site, Medan (A Preliminary Study of the Archaeological Research Framework) Stanov Purnawibowo Syailendrawangsa: Sang Penguasa Mataram Kuno Syailendrawangsa: The Ruler Of The Ancient Mataram Baskoro Daru Tjahjono Komunikasi Efektif Dalam Penyelamatan Patung Pangulubalang Terhadap Potensi Konflik Vertikal di Kabupaten Simalungun An Effective Communication in The Salvation of Pangulubalang Statue as an Anticopation to Vertical Conflict Potentials in The Regency of Simalungun Defri Elias Simatupang Kelapa Dalam Catatan Arkeologi dan Historis: Upaya Pengembangan Kebijakan Tanaman Serba Guna Coconuts in Historical and Archaeological Records: an Effort of Developing Multi-Purposes Plants Lucas Partanda Koestoro KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI ARKEOLOGI MEDAN Medan, BAS VOL. 16 NO. 2 Hal 113 -- 233 ISSN 1410 – 3974 November 2013 BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, NOVEMBER 2013 ISSN 1410 - 3974 Berkala Arkeologi “SANGKHAKALA” adalah wadah informasi bidang arkeologi yang ditujukan untuk memajukan kegiatan penelitian arkeologi maupun kajian ilmu lain yang terkait dengan arkeologi, serta menyebarluaskan hasil-hasilnya sehingga dapat dinikmati oleh kalangan ilmuwan khususnya dan masyarakat luas umumnya. Redaksi menerima sumbangan artikel dalam bahasa Indonesia maupun asing yang dianggap berguna bagi perkembangan ilmu arkeologi.
    [Show full text]
  • Enciclopedia Delle Illustrata Delle Armi Bianche
    Enciclopedia delle illustrata delle armi bianche Abbasi Versione del Rajput della spada lunga indiana con lama rinforzata da nastri di metallo perforato. La Abbasai Talwar è una sciabola del Punjab. Accetta (vedi anche Scure); (Ing. Battle-axe; fr. Hache d'armes; ted. Streitaxt) Piccola scure molto in uso in Europa centro-orientale nel 1500-1600. A e B: Accetta; C e D: Scure d'arme; E: Accetta alla siciliana; F: Steigerhacke; G: Scure del guastatore. L’accetta alla siciliana è molto lavorata ed era arma cerimoniale nel 1600-1700. La Steigerhacke era arma cerimoniale dei minatori tedeschi e svedesi dal 150 al 1700. (Immagine di C. De Vita) 1 Enciclopedia delle illustrata delle armi bianche Achico Tipo di bolas con tre palle. Acinaces (meglio Akinakes) Corta spada persiana (500 a. Cr.) originaria degli Sciti (ricostruzione di fantasia). Aclys Corto giavellotto romano Adarga Arma che pare fosse usata dai nel 1400 dagli arabi; era formata da uno scudo con una lama infissa perpendicolarmente su di esso e dall’impugnatura formata da due 2 Enciclopedia delle illustrata delle armi bianche lance contrapposte. Agny Astra Specie di razzo incendiario lanciato da un tubo di bambù, in uso presso gli antichissimi Hindu. Ahir Corta spada ricurva dei Mahratta (immagine di una riproduzione di fantasia). Ahlspiess Quadrellone munito di ampio disco di arresto alla base del ferro; in uso in ambiente tedesco nel 1400. Aikuchi, Kusungobu La parola aikuchi indica una particolare montatura del coltello giapponese, senza guardia con lama lunga 0,95 piedi (cm. 27,5 circa) e di solito senza nastratura con in vista la pelle di razza e le borchie (menuki).
    [Show full text]
  • Buku Versi Agustus 2018.Pdf
    MUSIK SUKU DAYAK Sebuah Catatan Perjalanan di Pedalaman Kalimantan © Haryanto xviii + 176, 15 x 23 cm Penulis : Haryanto Editor dan Pra-Cetak : Michael H.B. Raditya Sampul Muka : Bagus Adi Chandra Diterbitkan pertama kali: September 2015 Perpustakaan Nasional RI. Data Katolog dalam Terbitan (KDT) Musik Suku Dayak: Sebuah Catatan Perjalanan Di Pedalaman Kalimantan Penulis: Haryanto; Editor: Michael H.B. Raditya; Pengantar Victor Ganap – Yogyakarta: 2015 Xviii + 176, 15 x 23 cm 1. Musik, Dayak, Etnomusikologi I. Haryanto II. Raditya, Michael H.B. ISBN: 978-979-8242-80-9 Penerbit Badan Penerbit ISI Yogyakarta Jl. Parangtritits Km 6,5, Sewon, Kode Pos 55187 Yogyakarta Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit. Percetakan Bintang Pustaka 1 PRAKATA Sejauh ini, keberadaan suku Dayak di Kalimantan telah berhasil menarik perhatian para peneliti asing, yang hasilnya telah banyak dituangkan ke dalam berbagai tulisan pada kontinum internasional. Akan tetapi, dengan semakin meningkatnya kesadaran para peneliti pribumi asal Kalimantan, proses Indonesianisasi melalui aktivitas penelitian etnomusikologi atas kekayaan budaya Kalimantan mulai terangkat ke permukaan dalam berbagai bentuk tulisan dan karya ilmiah tesis dan disertasi. Namun wilayah Kalimantan yang begitu luas terbentang dari barat ke timur dan dari selatan ke utara, yang dihuni oleh berbagai kelompok sub-etnik suku Dayak, dan memiliki keberagaman serta keunikan budayanya masing-masing, menjadikan Kalimantan sebagai sebuah ranah budaya dengan kekayaan musik tradisi mereka yang tidak akan pernah tuntas untuk diteliti. Atas dasar kondisi geografis Kalimantan yang multikultural seperti itulah, upaya yang dilakukan oleh penulis buku ini, Haryanto, seorang dosen etnomusikologi asal Yogyakarta yang meneliti musik-musik suku Dayak dalam perjalanannya di pedalaman Kalimantan patut memperoleh penghargaan.
    [Show full text]
  • Gawai Dayak Festival and the Increase of Foreign Tourist Visits
    Gawai Dayak Festival and the Increase of Foreign Tourist Visits Festival Gawai Dayak dan Peningkatan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Elyta Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAK Gawai Dayak adalah festival tahunan di Kalimantan Barat, Indonesia dan Sarawak, Malaysia, yang memperlihatkan kekayaan seni budaya dan tradisi Suku Dayak yang berkembang baik di Kalimantan Barat maupun di Sarawak. Artikel ini mengkaji upaya yang dilakukan pemerintah Provinsi Kalimantan Barat di dalam memanfaatkan festival Gawai Dayak sebagai sarana untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Bagaimana langkah- langkah yang dapat dilakukan sehingga festival Gawai Dayak mampu menjadi sarana meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Kalimantan Barat? Menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, data yang dianalisis dalam artikel ini dikumpulkan melalui wawancara dan studi dokumentasi yang terkait dengan penyelenggaraan Gawai Dayak. Sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah dalam membenahi tata kelola wisata di Kalimantan Barat teridentifikasi dan berpotensi menjadi instrumen soft power memperkenalkan budaya dan sekaligus menjadi sarana daya tarik wisata bagi Provinsi Kalimantan Barat. Kata Kunci: Gawai Dayak, pariwisata, soft power Gawai Dayak is an annual festival in West Kalimantan, Indonesia and Sarawak, Malaysia, which shows the richness of the arts and culture and traditions of the Dayak tribe that have developed both in West Kalimantan and in Sarawak. This article examines the efforts made by the West Kalimantan provincial government to utilize the Gawai Dayak festival as a means to increase foreign tourist visits. What steps can be taken so that the Gawai Dayak festival can be a means of increasing the number of foreign tourist visits to West Kalimantan? Using a descriptive method with a qualitative approach, the data analyzed in this article were collected through interviews and documentary studies related to organizing the Dayak Gawai event.
    [Show full text]