47 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016

MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh :

Hery Santosa dan Tapip Bahtiar [email protected] Departemen Pendidikan Seni Musik - FPSD Universitas Pendidikan

ABSTRAK anyaknya pulau yang terhampar di wilayah Indonesia, menyebabkan tumbuhnya berbagai kebudayaan yang beragam. Hal ini merupakan realitas yang menguntungkan bagi negara Indonesia. Kekayaan budaya yang menjadi asset tak ternilai yang tumbuh menjadi pesona alam Indonesia. Dayak merupakan salah satu suku bangsa yang terkenal di Indonesia. Suku bangsa yang tinggal di pulau Kalimantan ini memiliki berbagai produk budaya. Aneka produk budaya telah dilahirkan di suku bangsa Dayak. Salahsatu produk budaya Dayak adalah senjata tradisional yang diberi nama . Mandau pada dasarnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun disamping itu ada juga yang dibuat khusus untuk digunakan dalam upacara ritual. Pada perkembangan selanjutnya, Mandau ada yang dibuat untuk keperluan tanda mata atau souvenir.

Kata Kunci : Kebudayaan, Dayak, Mandau, senjata tradisi, Bagian-bagian Mandau.

PENDAHULUAN teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Hamparan pulau bumi Indonesia yang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi. demikian luas dan jumlah yang banyak sangat Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun menunjang lahir dan banyaknya aneka ragam seni yang lalu tepatnya pada periode Intergasial- tradisi dan keunikan budaya yang ditunjukan Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras setiap pulau, wilayah, dan atau suku bangsa. Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal Salah satu yang kaya dengan ragam kesenian dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang tradisional yaitu pulau Kalimantan. Pulau lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi Kalimantan terbagi dalam beberapa wilayah kelompok suku semi nomaden (tergolong administratif, yaitu wilayahnya Kalimantan manusia moderen, Homo sapiens ras Mongoloid). Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Penggalian arkeologis di Niah-Serawak, Madai Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin, dan Baturong-Sabah membuktikan bahwa Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, kelompok ini sudah menggunakan alat-alat dari dan Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak. batu, hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka Dayak atau Daya' adalah nama suku asli juga sudah mengenal teknologi api. Kelompok yang mendiami Pulau Kalimantan. Ada banyak ketiga datang kurang lebih 5000 tahun silam. pendapat tentang asal-usul orang Dayak. Mereka ini berasal dari daratan Asia dan Pandapat umumnya menempatkan orang Dayak tergolong dalam ras Mongoloid juga. Kelompok sebagai salah satu kelompok suku asli terbesar ini sudah hidup menetap dalam satu komunitas dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Hal dan mengenal tekhnik pertanian lahan kering atau ini didasarkan pada berladang. Gelombang migrasi itu masih terus berlanjut hingga abad 21 ini. Teori ini sekaligus menjawab persoalan: mengapa suku bangsa

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X

48 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016

Dayak memiliki begitu banyak varian baik dalam ras ini. Ciri khas utama ras ini ialah bahwa bahasa maupun karakteristik budaya. mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Menurut Prof. Lambut dari Univesitas Australia berambut pirang dan rambutnya Lambung Mangkurat, secara etnologis, manusia tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu Dayak dibagi menjadi : 1. Dayak Mongoloid, 2. beberapa di kulitnya juga Dayak Malayunoid, 3. Dayak Autrolo- tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih. Melanosoid, 4. Dayak Heteronoid. Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia dalam enam rumpun besar, yakni Kenyah-Kayan- Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Bahau, Ot Danum, Iban, Murut, Klemantan dan Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Punan. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan kurang lebih 405 sub suku. Meskipun terbagi Oseania. Anggota ras Mongoloid biasa disebut dalam ratusan sub suku, kelompok suku Dayak "berkulit kuning". Ciri khas utama anggota ras ini memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata suatu sub suku di Kalimantan dapat dimasukkan yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu ke dalam kelompok Dayak. Ciri-ciri tersebut anggota ras manusia ini seringkali juga lebih adalah rumah panjang, hasil budaya material kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid. Nama seperti tembikar, mandau, , beliong atau ras Mongoloid diambil dari nama negara kampak Dayak; pandangan terhadap alam, mata Mongolia dan diberikan oleh orang Eropa karena pencaharian sistem perladangan, dan seni tari. kontak mereka dengan anggota ras ini terutama berkaitan dengan orang Mongolia. Namun PEMBAHASAN ironisnya dewasa ini setelah diteliti oleh para pakar orang-orang Mongolia ternyata orang- 1.Geografis dan Sosial Budaya orang Mongolia adalah anggota ras ini yang memiliki ciri-ciri khas utama ras ini yang paling Kata Dayak berasal dari kata ‘Daya’ sedikit. Kedua yaitu Melayunoid, merujuk kepada yang artinya hulu, untuk menyebutkan penutur bahasa Melayu dan mengamalkan adat masyarakat yang tinggal di pedalaman atau resam orang Melayu. Bangsa Melayu merupakan perhuluan Kalimantan, walaupun kini banyak bangsa termuda di antara bangsa-bangsa lain di masyarakat Dayak yang telah bermukim di kota dunia. Dipercayai berasal dari golongan kabupaten dan propinsi, yang masih mempunyai Austronesia di Yunnan. Kelompok pertama kemiripan adat istiadat dan budaya dan masih dikenal sebagai Melayu Proto. Mereka berpindah memegang teguh tradisinya. Menurut J. U. ke Asia Tenggara pada Zaman Batu Baru (2500 Lontaan (1975), masing-masing sub suku Dayak SM). Keturunannya adalah penduduk Asli di di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan Semenanjung Malaysia, Dayak di Sarawak, budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi dan Komering di Sumatera. Kumpulan kedua kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, dikenal sebagai Melayu Deutero. Mereka budaya, maupun bahasa yang khas. Pada awalnya berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Logam yang kini disebut suku Dayak, mendiami kira-kira 1500 SM. Keturunannya orang Melayu pemukiman di daerah pesisir pantai dan sungai- di Malaysia dikatakan lebih pandai dan dan mahir sungai. Selanjutnya, karena kuatnya arus daripada Melayu Proto, khususnya dalam bidang urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar, astronomi, pelayaran dan bercocok tanam. seperti melayu menyebabkan mereka menyingkir Jumlah mereka lebih banyak daripada Melayu semakin jauh kepedalaman dan perbukitan di Proto. Mereka menghuni kawasan pantai dan seluruh daerah Kalimantan. Mereka menyebut lembah di Asia Tenggara. Kedua kelompok ini dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu dikenal sebagai kelompok Austronesia. Ke tiga daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, yaitu Ras Australoid adalah nama ras manusia nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban yang mendiami bagian selatan India, Sri Lanka, asal katanya dari ivan ( ivan = pengembara) beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, demikian juga menurut sumber yang lainnya kepulauan Melanesia dan Australia. Untuk bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di suku Batang Lupar, karena berasal dari sungai Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X

49 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016

Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan jual-beli barang-barang dari dan kepada Barat dengan Serawak, Malaysia. Suku Mualang, masyarakat Dayak, kemudian karena seringnya diambil dari nama seorang tokoh yang disegani mereka berinteraksi, bolak-balik mengambil dan (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah dan mengantar barang-barang dagangan dari dan ke nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama Selat Malaka, menyebabkan mereka berkeinginan anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten menetap di daerah baru yang mempunyai potensi Sintang dan kemudian dijadikan nama suku dagang yang besar bagi keuntungan mereka. Dayak Mualang. Dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) Karena sering terjadinya proses transaksi jual beli berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian barang kebutuhan, dan interaksi cultural, juga asal usul Dayak Kayan, Kantuk, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain- ramai, di kunjungi masyarakat Dayak dan lain, yang mempunyai latar belakang sejarah pedagang Arab Melayu dari Selat Malaka. Di sendiri-sendiri. Namun ada juga suku Dayak yang masa itu system religi masyarakat Dayak mulai tidak mengetahui lagi asal usul nama sukunya. terpengaruh dan dipengaruhi oleh para pedagang Nama "Dayak" atau "Daya" adalah nama Melayu yang telah mengenal pengetahuan, eksonim (nama yang bukan diberikan oleh pendidikan dan agama Islam dari luar mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim Kalimantan. Karena hubungan yang harmonis (nama yang diberikan oleh masyarakat itu terjalin baik, maka masyarakat Dayak, ada yang sendiri). menaruh simpati kepada pedagang Gujarat tersebut yang lambat laun terpengaruh, maka Dataran Kalimantan yang sangat luas agama Islam diterima dan dikenal pada tahun melahirkan problem etnisitas yang sangat kaya 1550 M di Kerajaan Tanjung Pura pada dan berbeda satu sama lain akan tetapi beberapa penerintahan Giri Kusuma yang merupakan hal banyak pula kesamaannya. Orang Dayak yang kerajan melayu dan lambat laun mulai menyebar terbagi atas beberapa suku bangsa, seperti Ngaju, di Kalimantan Barat. Ot Danum, Maanyan, Ot Siang, Ma’anyan, Lawangan, Katingan dan sebagainya, mereka ini 2. Agama dan Kepercayaan Suku Dayak berdiam di desa-desa sepanjang sungai-sungai besar dan kecil seperti sungai Barito, Kapuas, Agama yang mereka anut sangat variatif. Kahayan, Katingan, Mentaya, Seruyan dan lain- Golongan ke 1 yang menganut agama islam, lain. Kesatuan mereka adalah berdasarkan golongan ke 2 yang menganut agama pribumi, persamaan beberapa unsur kebudayaan , yaitu golongan ke 3 yang menganut agama kristen, dan misalnya : mata pencarian hidup yang yang ke 4 menganut agama katolik (Danandjaja, berdasarkan peladangan; prinsif keturunan 2004:137). Dayak yang beragama Islam di berdasarkan sistem ambillineal; peralatan perang Kalimantan, tetap mempertahankan ethnis Dayak, seperti (mandau) dan sumpitan (sipet); demikian juga bagi Dayak yang masuk agama upacara kematian yang bersifat potlatch; dan Kristen. Agama asli suku Dayak di Kalimantan agama aslinya yang berdasarkan pemujaan ruh adalah , yang merupakan agama asli leluhur tercampur dengan unsur-unsur animisme yang lahir dari budaya setempat sebelum bangsa dan dinamisme, yang pada akhirnya dikenal Indonesia mengenal agama pertama yakni Hindu. dengan nama agama Kaharingan Karena Hindu telah meyebar luas di dunia (Koentjaraningrat, 2004:120). terutama Indonesia dan lebih dikenal luas, jika dibandingkan dengan agama suku Dayak, maka Di Kalimantan Barat terdapat keunikan Agama Kaharingan dikategorikan ke cabang tersendiri terhadap proses akulturasi cultural atau agama Hindu. perpindahan suatu culture religius bagi masyarakat setempat. Dalam hal ini proses Masyarakat Dayak masih memegang tersebut sangat berkaitan erat dengan dua suku teguh kepercayaan dinamismenya, mereka terbesar di Kalimantan Barat yaitu Dayak, percaya setiap tempat-tempat tertentu ada Melayu dan Tiongkok. Pada mulanya Bangsa penguasanya, yang mereka sebut: Jubata, Petara, Dayak mendiami pesisir Kalimantan Barat, hidup Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan dengan tradisi dan budayanya masing-masing, Tuhan yang tertinggi, kemudian mereka masih kemudian datanglah pedagang dari Gujarat mempunyai penguasa lain dibawah kekuasaan beragama Islam (Arab Melayu) dengan tujuan Tuhan tertingginya: misalnya: Puyang Gana

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X

50 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016

(Dayak mualang) adalah penguasa tanah, Raja salah satu senjata tradisional Kalimantan, seperti Juata (penguasa Air), Kama” Baba (penguasa halnya di Madura dikenal dengan senjata Darat), Jobata, Apet Kuyan'gh (Dayak Mali) dan genggam , di Jawa Barat , dan lain-lain. Bagi mereka yang masih memegang di Jawa keris (beberapa daerah). Sebagaimana teguh kepercayaan dinamisme dan budaya senjata tradisional daerah-daerah lainnya mandau aslinyanya, mereka memisahkan diri masuk ada yang dibuat sebagai alat kebutuhan sehari semakin jauh kepedalaman. Adapun segelintir hari dan ada pula yang dibuat khusus untuk masyarakat Dayak yang telah masuk agama Islam kegiatan yang bersifat ritual atau alat upacara oleh karena perkawinan lebih banyak meniru tradisi atau tari-tarian. Pada perkembangan gaya hidup pendatang yang dianggap telah sekarang ini mandau banyak pula dijadikan mempunyai peradaban maju karena banyak sebagai hiasan atau souvenir. Melihat dari latar berhubungan dengan dunia luar. Pada umumnya belakang kehidupan atau mata pencaharian suku masyarakat Dayak yang pindah agama Islam di dayak serta kondisi tempat kediamannya senjata Kalimantan Barat dianggap oleh suku dayak mandau dapat diyakini sebagai alat kebutuhan sama dengan suku melayu. Suku Dayak yang sehari hari dan senjata yang memiliki kekuatan masih asli, (memegang teguh kepercayaan nenek gaib atau memiliki nilai-nilai spiritual. Mandau moyang) di masa lalu, hingga mereka berusaha sebagai alat kebutuhan sehari-hari dimana suku menguatkan perbedaan, suku dayak yang masuk dayak hidup berada dilingkungan hutan (mata Islam (karena perkawinan dengan suku Melayu) pencaharian dari berburu dan berladang, memperlihatkan diri sebagai suku melayu, membuka hutan atau semi berpindah tempat) dan banyak yang lupa akan identitas sebagai suku sungai-sungai yang memerlukan senjata cukup dayak mulai dari agama barunya dan aturan panjang, tajam dan kuat. Keadaan tersebut keterikatan dengan adat istiadatnya. Setelah dijelaskan Tjilik Riwut, 1958:215, bahwa penduduk pendatang di pesisir berasimilasi disekitar hulu sungai Barito dan sungai Mahakam dengan suku Dayak yang pindah (lewat ada orang dayak yang hidupnya masih belum perkawinan dengan suku melayu) ke Agama menetap artinya artinya belum memiliki desa, Islam, agama islam lebih identik dengan suku karena mata pencaharian hidupnya masih belum melayu dan agama kristiani atau kepercayaan bertani melainkan berburu. Mereka ini adalah dinamisme lebih identik dengan suku Dayak. orang-orang Ot olong-olong dan Panyawung. Sejalan terjadinya urbanisasi ke Kalimantan, Bersama-sama dengan orang Punan, Ot Siauw, menyebabkan pesisir menjadi ramai, karena Ot Mondai, Ot Paridan, Ot Saribas. Hal ini pula semakin banyak di kunjungi pendatang baik lokal yang meyakinkan bahwa senjata parang (mandau) maupun nusantara lainnya. Dan akibat dari hal dan sumpitan (sipet) merupakan senjata andalan tersebut maka untuk mengatur daerah tersebut dalam kehidupannya. Sedangkan mandau ditinjau maka tokoh orang melayu yang di percayakan sebagai senjata tradisional yang memiliki masyarakat setempat diangkat menjadi pemimpin kekuatan gaib dimana masyarakat suku dayak atau diberi gelar Penembahan (istilah yang memiliki kebiasaan upacara-upacara dibawa pendatang untuk menyebut raja kecil) persembahan pada leluhur dan nenek moyangnya. penembahan ini hidup mandiri dalam suatu Disamping terdapat kegiatan upacara-upacara wilayah kekuasaannya berdasarkan komposisi yang bersipat lingkungan keluarga dan agama yang dianut sekitar pusat lingkungan desa yang dipimpin kepala adat pemerintahannya, dan cenderung (pengulu). mempertahankan wilayah tersebut. Namun ada kalanya penembahan tersebut menyatakan tunduk Sebagai contoh tarian orang dayak yang terhadap kerajaan dari daerah asalnya, demi menggunakan senjata tradisional mandau yaitu keamanan ataupun perluasan kekuasaan. pada tarian Prisai Kambit. Tarian yang menggambarkan peperangan ini dilengkapi 3. Mandau Senjata Tradisional Dayak dengan perisai kambit dan mandau. Mandau digambarkan sebagai alat atau senjata untuk Hampir seluruh orang-orang dayak di menyerang dan perisai kambit berfungsi sebagai Kalimantan terutama yang tinggal di pedalaman alat pelindung, penjagaan dari serangan atau memiliki kesamaan corak kebudayaan. Salah mempertahankan dari serangan musuh. Mandau satunya adalah alat perang berupa senjata dan perisai merupakan satu kesatuan dalam tradisional parang atau mandau. Mandau adalah melindungi diri dari peperangan, nyala api, dan alat untuk melerai perkelahian.

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X

51 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016

Tari Kancet Papatai / Tari Perang. Tarian ini Secara bentuk mandau, senjata menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak tradisional khas suku Dayak ini menyerupai Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan parang atau pedang. Bagian-bagiannya terdiri tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dari bagian pegangan (perah=sunda), bilah dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari. (wilah), kumpang (warangka), bilah pisau raut Dalam tari Kancet Pepatay, penari dan kumpang. Pegangan (perah) terbuat dari kayu mempergunakan pakaian tradisional suku Dayak atau tanduk rusa berukirkan binatang (burung Kenyah dilengkapi dengan perlatan perang enggang) yang ditambah dengan stilasi motif seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini geometris. Wilah terbuat dari besi baja diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya berukirkan motif hias huruf s dan titik-tik yang menggunakan alat musik Sampe. Dalam tarian ini tanam pada bilah. Kumpang terbuat dari kayu mandau dianggap meimiliki kekuatan yang dapat yang diukir dengan motif tumbuhan dan mahluk mengalahkan musuh. hidup (binatang dan manusia) yang dipadukan sedemikian rupa. Bagian kumpang pisau raut Kegiatan lain yang menggunakan mandau yaitu terbuat dari kulit kayu yang disatukan dengan upacara ngayau (perang berburu kepala) dari kumpang bilah. Senjata tajam sejenis parang suku Iban. Kegiatan upacara ini sebagai berasal dari kebudayaan Dayak ini termasuk pembekalan kepada para pemuda yang akan salah satu senjata tradisional Indonesia. berangkat berperang. Prosesi sebelum keberangkatan para pemuda Dayak Iban yang akan berangkat berperang dibekali mantra-mantra oleh pemimpin adat didepan sesajen berupa tujuh macam sesajen, binatang babi, ayam jantan, minuman, dan hasil bumi sebagai simbol tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Ayan jantan dipotong, kemudian darah ayam jantan yang dipotong disiramkan kepada badan pemuda agar diberikan kekuatan oleh para leluhurnya. Dan Gambar:1 Mandau ketika pulang berperang pemuda yang paling banyak membawa kepala musuh merupakan simbol status sosial, kepemimpinan seseorang a. Pegangan mandau dan memiliki kedudukan yang terhormat. Pegangan mandau (perah=sunda) terdiri Perang dan kematian adalah kebutuhan rohani, dari beragam bahan, pada umumnya kebutuhan religi. Religi selalu berhubungan menggunakan kayu dan atau tanduk binatang dengan metakosmos, dan menghadirkan yang (rusa). Bentuk pegangan sangat beragam, namun diluar sana itu dalam dunia manusia, agar berkah pada umunnya motif kepala burung enggang transendensi lebih menghidupi manusia. Manusia (zoomorfhic). Burung Enggang, burung yang berpola pikir dua adalah manusia yang sama dimuliakan oleh suku Dayak (Kenyah) karena dengan manusia-manusia lain dimanapun. dianggap sebagai tanda keagungan dan Mereka tidak menyukai kematian dan perang. kepahlawanan. Pada salahsatu mandau perahnya Tetapi harus dilakukan seperti itu, karena dengan menggunkan bahan tanduk rusa yang dibentuk cara itulah cara hidup ini dimungkinkan (Jakob kepala burung enggang yang dilengkapi ukiran Sumardjo, 2007: 34) motip geometris, tumbuhan suluran dan naga. Motif geometris sudah dikerjakan secara turun temurun dengan pola-ola tertentu yang banyak Mandau sebagai alat kebutuhan kegiatan dikaitkan dengan hal-hal spiritual atau religio sehari hari secara umum (bentuk) tidak memiliki magis. Landasan yang bertolak dari dinamisme perbedaan, akan tetapi mandau yang banyak berbicara sebagai ungkapan yang diperuntukan sebagai senjata yang memiliki daya mewakili tatanan kehidupan mereka (Soegeng, gaib memiliki ciri yang dapat diperhatikan dari 2000:37). bentuk hiasan, motif dan penggarapan hiasan, pemilik dan usia dari mandau itu sendiri. Pada bagan kiri dan kanan telinga burung tampak ukiran motif hias naga dan setiap bidang diukirkan motif-motif tumpal, sulur-suluran,

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X

52 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016 hurup s bersilangan sehingga secara keseluruhan satu untuk pisau penyerut. Kumpang mandau menyerupai penutup kepala berupa mahkota. terbuat dari kayu dan lazimnya dihias dengan Bentuk mahkota yang berhiaskan bulu burung ukiran antroposentris. Pada kumpang terikat pula enggang ini sering muncul dan dipakai dalam kantong (kumpang) yang terbuat dari kulit kayu kegiatan-kegiatan upacara atau tarian suku dayak. berisi pisau penyerut dan kayu gading yang Sedangkan bentuk ragam hias geometris ini diyakini dapat menolak binatang buas. banyak digunakan hampir pada setiap seni tradisi orang dayak seperti tempat gendong (bening Kumpang bilah mandau terbuat dari kayu aban), perisai kambit, pakaian tradisional dan yang diukir. Perbedaan yang terlihat dari senjata sebagainya. Pada bagian atas/puncak perah tradisional lainnya kumpang tidak mimiliki dipasang/ditanam bulu binatang rusa yang pembatas yang menonjol antara pegangan/perah mumbul keatas, ukurannya lebih panjang dari dan kumpang sebagaimana dalam keris, justru bagian tengah, depan dan pada bagian kanan – pada mandau antara pegangan dan kumpang kiri dipasang secara simetris. Pada bagian sekitar 7 cm. masih berbentuk perah yang pegangan (tempat ditanamnya pesik=keris) kemudian bentuknya agak lebar sesuai dengan diikatkan anyaman logam melilit pegangan besarnya bilah mandau. Ukiran pada kumpang sepanjang 10 cm. Pada bagian ujung mendekati berupa motif tumbuhan, binatang dan manusia batas perah dan bilah dibatasi dengan gigi yang ditata sebagai berikut : pada bagian atas binatang pengerat mengelilingi perah. Secara motif manusia laki-laki, dengan telinga yang umum pegangan mandau terdiri dari kepala lebar/besar, mata bulat dan mulut terbuka, pada bagian bagian belakang (sirah wingking=keris), bagian kemaluan ditutup dengan tangan dengan kepala bagian depan (jiling, cingir, cetek, bathuk) jari membentuk huruf s menunjukan golongan dan bungkul. Shingga secara keseluruhan laki-laki. Bagian kedua motif tumbuhan, ketiga pegangan ini bagian depan terlihat seperti binatang melata (naga), kemuan manusia mahkota, kepala, dan paruh burung enggang. perempuan dan cicak. 1. Motif tumbuh-tumbuhan, bagi orang dayak merupakan jalinan terhadap alam lingkungannya, kaitan antara dunia mikro kosmos dengan makro kosmos. Alam sebagai sesuatu yang dekat dalam kehidupan menyatu dalam dirinya, ia merupakan satu kesatuan yang kompleks, yang pada dasarnya senantiasa memberikan unsur-unsur kehidupan, kekuatan spiritual, kabahagiaan kahidupan. Dari timbal balik ini, sangat membekas dan melekat dalam jalan pikiran dan tata kehidupan nenek moyang kita. Oleh karenanya ragam hias yang diungkapkan merupakan pengungkapan perasaan Gambar: 2 Pegangan mandau berukir motif pendekatan terhadap alam yang terdapat pada zoomorphic (Musium, Prague 10 794). lingkungannngkannya. Pengungkapan motif alam lingkungan yang mengendap pada masyarakat b. Kumpang Mandau (Warangka =keris) dilukiskan dengan bentuk-bentuk yang mencerminkan kecintaan serta pendekatan yang Kumpang (sarangka, atau sarung keris), akrab sekali antara manusia dengan adalah komponen mandau yang mempunyai lingkungannya. Beberapa jenis ragam hias fungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan banyak dijumpai pada sosial masyarakat Dayak, paling tidak karena beberapa benda pakai seni tradisi orang dayak, bagian inilah yang terlihat secara langsung. demikian pula nilai yang ada pada hiasan tadi, Warangka yang mula-mula dibuat dari kayu. seperti penggabaran simbolis yakni Sejalan dengan perkembangan zaman terjadi menggambarkan makna tertentu. Disamping itu penambahan fungsi wrangka sebagai terdapat stilasi yang menggambarkan esensinya pencerminan status sosial bagi penggunanya. saja tanpa memberikan simbolis dan semata-mata Kumpang adalah sarung bilah mandau. Dalam bersifat merias saja. Suku Dayak memiliki pola- sebuah mandau terkadang terdapat kumpang dua pola atau motif-motif yang unik dalam setiap buah. Satu bagian kumpang untuk mandau dan ukiran mereka. Pola dari bentuk-bentuk alam seperti tumbuhan, binatang serta bentuk-bentuk

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X

53 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016 yang mereka percaya sebagai roh dari dewa- diangkat secara sibolis untuk mewakili makna dewa, misalnya Naang Brang, Pen Lih, Deing tertentu. Ia bisa mewakili suatu kekuatan, Wung Loh, dan sebagainya. 2. Motif mahluk keperkasaan, dinamis, kokoh, angkuh, cerdik, hidup (binatang dan manusia). Penggambaran sakti, pemurah atau lainnya. Seperti halnya cecak mahluk hidup manusia dan hewan yang diambil sebagai pokok garapan memberikan bentuk- yang terdapat pada bagian ketiga hiasan bentuk yang indah dan telah banyak dipakai pada kumpang, burung enggang pada pegangan dan masa kehidupan masa lampau. Karya demikian naga ukiran perah. merupakan cetusan manusia terhadap lingkungan, kemudian mengarah pada hubungan manusia c. Bilah Mandau terhadap sesuatu yang lebih dari dirinya. Manusia digambarkan sebagi figur dari nenek moyang Bilah (wilah atau wilahan= keris) yang telah dilakukan secara turun temurun. mandau terbuat dari besi baja yaitu bagian senjata Bentuk-bentuk penggambaran nenek moyang di Nusantara seperti di dengan bentuk : menyerupai pedang. Satu sisi merupakan Sio Walian, Patung Sepa, di Irian : Totem punggung dan sisi lainnya tajam serta pada Mbitoro, Kowar dan di Kalimantan sendiri Naga bagian ujung runcing. Panjang bilah mandau rata- Lembu, Patung Arwah dan sebagainya. rata antara 55 s.d. 65 cm dan pesi 7 cm. Disamping manusia yang menjadi tokoh, banyak pula hewan menjadi sumber bahan penciptaan ragam hias. Seperti binatang yang hidup di darat (binatang melata), binatang hidup di air dan yang difdup di udara. Tetu saja diungkapkan secara berbeda sesuai dengan tingkat peradaban. Unsur adat kepercayaan turut menentukan dan terutama dalam penggambaran benda-benda magis. Di Kalimantan sendiri dikenal dengan ragam hias binatang burung enggang, naga, harimau dan binatang melata. Figur manusia merupakan peranan dan Gambar:3 Bilah dan kumpang mandau cetusan yang melibatkan hubungan kehidupan nyata dengan alam kehidupan yang lebih jauh Bilah atau wilahan adalah bagian utama dari dari itu (alam makro ataupun supranatura). Ia sebuah mandau, dan juga terdiri dari bagian- bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap merupakan ikatan tali kehidupan yang wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau merupakan hubungan antara kehidupan fana penamaan ragam bentuk pada bilah (ada puluhan dengan kehidupan alam baka. Seolah-olah selalu bentuk dapur). Pada pangkal wilahan terdapat ada jalinan secara religius dengan generasi pesi, yang merupakan ujung bawah sebilah terdahulunya itu. Kesemuanya itu mencerminkan mandau atau tangkai mandau. Bagian inilah yang tata kehidupan dari yang bertumpu pada kekuatan masuk ke pegangan mandau ( kepala burung agama. Sedangkan petikan bentuk-bentuk pigur enggang). Pesi ini panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 0,5 cm manusia tidak melepaskan bentuk dasar sampai 1,5 cm, bentuknya persegi panjang. pokoknya yaitu badan dan anggota tubuh lainnya (dalam keris disebut paksi). Di tengahnya yang kemudian diolah menjadi suatu simbol- terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk simbol. memasukkan pesi. Pada bagian ini mirip dengan keberadaan keris yaitu sebagai berikut : kesatuan Pengungkapan jenis-jenis binatang erat pesi dan lubang pesi, melambangkan kesatuan hubungannya dengan kehidupan saat itu. Suku lingga dan yoni, dimana ganja mewakili lambang Dayak identik dengan masyarakat berburu dan yoni sedangkan pesi melambangkan lingganya. masih semi bercocok tanam, memberikan Ganja ini sepintas berbentuk cecak, bagian depannya disebut sirah cecak, bagian lehernya kecenderungan kehidupannya bersifat perburuan. disebut gulu meled , bagian perut disebut Dari sana tidak sedikit jenis-jenis binatang

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X

54 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016 wetengan dan ekornya disebut sebit ron. Ragam g. Banhan Baku Mandau bentuk ganja ada bermacam-macam, wilut , dungkul , kelap lintah dan sebit rontal. Bilah Menurut literatur di Museum Balanga, mandau (Luk dalam keris), adalah bagian yang Palangkaraya, bahan baku mandau adalah besi membentuk bilah dari pangkal ke ujung. (sanaman) mantikei yang terdapat di hulu Sungai Demikian banyak terdapat variasi bentuk bilah namun pada umunnya memiliki kesamaan. Matikei, Desa Tumbang Atei, Kecamatan Bagian punggung memiliki hiasan merupakan Sanaman Matikei, Samba, Kotawaringin Timur. pengulangan huruf S yang dicorkan pada bilah. Sebelum pembuatan dimulai, terlebih dahulu Pada bagian hiasan S terbalik disertakan hiasan dilakukan upacara adat sesuai dengan tradisi dari berupa titik-titik dari pangkal hingga ujung bilah. masing-masing suku Dayak. Besi ini bersifat Motif huruf S atau huruf S terbalik ini, simbol lentur sehingga mudah dibengkokan. Bahan baku dari bentuk paradok laki- perempuan yang pembuatan mandau biasa dapat juga bermakna jamak, seperti langit bumi, terang gelap, hulu hilir, basah kering, suami istreri. menggunakan besi per mobil, bilah gergaji mesin, Pihak kawan pihak lawan dan seterusnya. cakram kendaraan dan besi batang lain. Piranti Sedangkan makna simboliknya adalah laki-laki kerja yang digunakan terutama adalah palu, betel, sebagai mati, perang , lawan dan perempuan dan sebasang besi runcing guna melubangi sebagai hidup, damai , kawan (Jakob Sumardjo, mandau untuk hiasan. Juga digunakan 2007:55). penghembus udara bertenaga listrik untuk membarakan nyala limbah kayu ulin yang d. Kantong Pisau dipakainya untuk memanasi besi. Kayu ulin Kantong pisau serut yang terbuat dari dipilih karena mampu menghasilkan panas lebih kulit kayu ditempel melakat pada kumpang tinggi dibandingkan kayu lainnya ( mandau. Ikatan bagian atas dari rotan yang http://id.wikipedia.org/wiki/Mandau). dianyam halus agak lebih besar dari ikatan bagian tengah dan bagian bawah. Dibawah ikatan atas 4. Seni Tradisional sebagai Pendukung Mandau diselipkan ikatan rotan untuk melilitkan mandau ke pinggang. Pisau serut ukuran 10 cm x 1,5 cm Pada alat untuk memanggul anak yang memiliki pegangan (handle) 35 cm berupa totem hanya terdapat pada masyarakat suku Dayak patung kecil manusia laki-laki sebagai dunia atas Kenyah yang terbuat dari kayu memiliki hiasan dalam posisi duduk dan bertopi kepala binatang. dengan ukiran atau dilapisi dengan sulaman manik-manik serta uang logam yang didominasi motif pilin atau huruf s terbalik atau saling e. Lielitan Rotan berhadapan, hal ini seolah menunjukan bahwa setiap seni tradisi dayak memiliki kesamaan Lilitan rotan terdiri dari tiga lilitan ragam hias. pengikat bilah pisau serut, anyaman lilitan pada bilah pisau serut untuk dililitkan kumpang mandau dan anyaman yang dililitkan pada bilah pisau serut mandau. Sehingga mandau yang tersarungkan dalam kumpang dapat diikatkan di pinggang dengan jalinan rotan.

f. Totem Mandau

Mandau (koleksi penulis) memiliki silsilah keturunan pemakainya yang disimbolkan dengan patung-patung totem manusia laki-laki Gambar: 5 Bening Aban dan perempuan yang di gantung/disertakan pada mandau.

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X

55 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016

Motif hias pada Prisai kambit yaitu alat adat seperti pelas tahun, kuangkai, dan pesta penangkis dalam peperangan melawan musuh. adat lainnya. Patung kecil ini terbuat dari Perisai terbuat dari kayu yang ringan tapi tidak berbagai bahan, seperti kayu, bambu hingga mudah pecah. Bagian depan perisai dihiasi tepung ketan. Patung alat upacara contohnya dengan ukiran, namun sekarang ini kebanyakan adalah patung blontang yang terbuat dari dihiasi dengan lukisan yang menggunakan warna hitam putih atau merah putih. Motif yang kayu ulin. Tinggi patung antara 2 - 4 meter digunakan untuk menghias perisai terdieri dari 3 dan dasarnya ditancapkan kedalam tanah motif dasar : sedalam 1 meter.

1. Motif Burung Enggang ( Kalung Tebengaang Jika Kancet Pepatay menggambarkan ) kejantanan dan keperkasaan pria Dayak 2. Motif Naga/Anjing ( Kalung Aso' ) Kenyah, sebaliknya Kancet Ledo 3. Motif Topeng ( Kalung Udo' ) menggambarkan kelemah-lembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua belah tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

Gambar: 8 Prisai kambit

Selain sebagai alat pelindung diri dari serangan musuh, perisai juga berfungsi sebagai: Alat penolong sewaktu kebakaran / melindungi diri dari nyala api, perlengkapan menari dalam tari perang, Alat untuk melerai Gambar 11 Tari Kancet Ledo perkelahian Perlengkapan untuk upacara Belian. Kini Tari Kancet Lasan, menggambarkan perisai banyak dijual sebagai souvenir / kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung penghias dekorasi rumah tangga. yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan Patung Ajimat, Suku Dayak mengenal kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang seni pahat patung yang berfungsi sebagai sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet ajimat, kelengkapan upacara atau sebagai alat Ledo, namun si penari tidak mempergunakan upacara. Patung sebagai ajimat terbuat dari gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah berbagai jenis kayu yang dianggap berkhasiat dan berjongkok atau duduk dengan lutut untuk menolak penyakit atau mengembalikan menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan semangat orang yang sakit. pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan Patung kelengkapan upacara, Patung- pohon. patung kecil untuk kelengkapan upacara biasanya digunakan saat pelaksanaan upacara

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X

56 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016

Tari Hudok Kita’, Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.

Tari Kuyang, sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut ( http://id.wikipedia.org/wiki/Mandau).

SIMPULAN

Kekayaan budaya Dayak sangat khas dan terjaga keasliannya, disebabkan pewarisan secara turun temurun dengan ketat dan sebagai identitas kesukuan. Mandanau sebagai pusaka Dayak salah satu identitas budaya etnis di Indonesia yang patut dibanggakan.

DAFTAR PUSTAKA

Kuntjaraningrat. (2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Penertbit

Djambatan. Jakarta.

Sumardjo Jakob. (2006). Estetika Paradoks. Sunan Ambu Press. STSI Bandung.

Toekio Soegeng M. (2000). Ragam Hias Indonesia. Aangkasa Bandung. Diunduh dari12 juni 2014http://id.wikipedia.org/wiki/Mandau.

RITME Jurnal Seni dan Desain Serta Pembelajarannya ISSN 1412-653X