Download (6MB)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Download (6MB) Kainus Melayu Bali-Indonesia Oleh: I Gusti Ngurah Bagus I Made Denes IKetut Darma Laksana NyomanFutrini IKetutGinarsa 14 -\S Pusat Pemhlnaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan den Kebudayaau Jakarta 1985 Hak Cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Prpustkon Pt Po ml) inon irnmnanBahas No: KIIfk; No, 6 .29 TiiL : ltd. ----------- Penyunting: Adi Sunaryo Cetakan Pertaina Naskah buku mi, yang semula merupakan hasil Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah taliun 1981/1982, djterbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia. Staf Inti Proyek Drs. Tony S. Rachmadie (Pemimpin)., Samidjo (Bendaharawan), Drs. S.R.H. Sitanggang (Sekretaris), Drs. S. Amran Tasai, Ds. A. Patoni, Dra. Siti Zahra Yundia±'i, dan Drs. E. Zainal Arifin (para asisten). Sebagian atau seluiuh isi buku mi dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. kecuali dalam hal kutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan llxniah. Alamat Penerbit Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta 13220 II PR AK AT A Sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun 11(1974), telah digariskan ke- bijakan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dalam berbagai seginya. Dalam garis haluan mi, masalah kebahasaan dan kesastraan merupa- kan salah satU masalah kebudayaan nasional yang perlu ligarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan daerah, termasuk sastranya, dapat tercapai. Tujuan akhir pembinaan dan pengembangan itu, antara lain, adalah meningkatkan mutu kemampuan menggunakan bahasi Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional, sebagaimana digariskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Untuk mencapai tujuan itu, perlu dilakukan kegiatan ke- bahasaan dan kesastraan, seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan per. istilahan; (2) penyusunan berbagai kamus bahasa Indonesia dan kamus bahasa daerah serta kamus itilah dalam berbagai bidang ilmu; (3) penyusunan buku- buku pedoman; (4) penerjemahan karya kebahasaan dan buku acuan serta karya sastra daerah dan karya sastra dunia ke dalam bahasa Indonesia; (5) penyuluhan bahasa Indonesia melalui berbagai media, antara lain televisi dan radio; (6) pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan melalui inventarisasi, penelitian, dokumentasL dan pembinaan jaringan informasi ke- bahasaan; dan (7) pengembangan tenaga, bakat, dan prestasi dalam bidang bahasa dan sastra melalui penataran, sayembara mengarang, serta pemberian bea siswa dan hadiah penghargaaii. Sebagai salah satu tindak lanjlit kebijakan itu, dibentuklah oleh Pemerin- tah, dalam hal ml Departeinen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Pengem- bangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pisat Pembina -an dan U' Pengembangan Bahasa pada tahun 1974. Setelah Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah berjalan selama sepuluh tahun, pada tahun 1984 Pnyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah itu dipecah menjadi dua proyek yang juga berkedudukan di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, yaitu (1) Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta (2) Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Daerah. Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan kebahasaan yang bertujuan meningkatkan mutu pemakaian bahasa Indonesia yang balk dan benar, menyempurnakan sandi. (kode) bahasa Indonesia, mendorong pertumbuhan sastra Indonesia, dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sast?a Indonesia. Dalam rangka penyediaan sarana kerja dan buku acuan bagi mahasiswa, dosen, guru, tenaga peneliti, tenaga ahil, dan masyarakat umum, naskah- naskah hasil Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia diterbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia setelah dinilai dan disunting. Buku Kamus Melayu Bali—Indonesia mi semula merupakan naskah yang berjudul "Kamus Bahasa Melayu Bali—Indonesia" yang disusun oleh tim dan Fakultas SastTa Universitas Udayana, Bali. Setelah dmilai dan disuniting naskah itu diterbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia. Akhirnya, kepada Pemimpin Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia, beserta seluruh staf sekretariat Proyek, tenaga pelaksana, dan semua pthak yang memungkinkan terwujudnyà penerbitan buku mi, kami ucapkan terima kasih yang tidak terhingga. Mudah-mudahan buku mi bermanfaat bagi pembinaan dan pengemban- an bahãsa dan sastra Indonesia dan bagi amsyarakat luas. Anton M. Moeliono Kepala Pusat Pembinaan dan Jakarta, November 1985 Pengembangan Bahasa lv UCAPAN TERIMA KASIH Dengan mengucapk.n puji syukur ke Iradirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya tugas penyusunan Kainus Melayu-Bali Indonesia dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal mi dapat diiaksanakan berkat adanya keija sama yang baik antara anggota tim di satu pihak dan mstansi pemermtah di pthak lain. Penyusunan Kamus Mela Bali-Indonesia mi pàda dasarnya merupakan salah satu usaha pelestarian salah satu bahasa daerah di Indonesia yang terda- pat di Kabupaten Jembrana di daerah Bali sebelah barat. Tim penyusun meng- akui bahwa dalam beberapa hal kamus mi masih mengandung kelemahan, yang disebabkan oleh terbatasnya waktu dan dana yang tersedia. Dengan me- nyadari akan kelemahan itu, kami selalu terbuka menerima kritik-kritik yang membangun, demi sempurnanya Kamus Melayu Bali-Indonesia iii. Kendatipun demikian, keadaan kamus mi di hati kami masth tersisa setitik harapan semoga kamus sederhana ml dapat memberi sumbangan positif bagi perkembangan bahasa Indonesia. Pada kesempatan ml kami ti4ak lupa menyampaikan penghargaan dan terima kasth kepada Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Jem- brana beserta staf Kelurahan Loloan Barat dan Melaya Pantai, atas bantuan- nya, qehingga memperlancar penyelesaian penyusunan Kamus Melayu Bali- Indonesia ml. V Ucapan terima kasth kaini sampaikan juga kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa atas kepercayaan yang dilimpahkan kepada kami untuk menyusun Kamus Melayu Bali-Indonésia Ucapan yang sama disainpaikan juga kepada karyawan Balai Penelitian Bahasa Singaraja atas paitisipasinya dalam penyelesaian Kwnus MeIsyu Bali- Indonesia ml. Penyusun vi DAFTAR IS! PRAKATA . iii UCAPAN TERSIH . DAFTAR ISI. ............................ .................. vii Beberapa Petunjuk .................................... ix a. Abjad ........................................... ix b. Ejaan dan Lafal ................................... ix c. Susunan dan Urutan Entri ............................. ix d. Pemakalan Lambang danSingkatan ....................... x 1. Sepintas Tentang Dialek Melayu Bali ..................... xi 1.1 Latar Belakang ... ................................... Xl 1.2 Masalah dan Pendekatan ............................. xii 2. Struktur Ringkas Morfologi Dialek Melayu Bali ..............xii 2.1 Aspek Fonologi ....................................xiii 2. 1.1 Fonem Vokal ....................................xiii 2.1.2 Fonem Konsonan .................................xiii 2.13 Persukuan (Suku Kata) ..............................xv 2.1.4 Morfofonemik ........... ......................... xvi 23 Aspek Morfologi ..................................xvii 3.1KataDasar ....................................... xvii 23.2 Imbuhan .........................................xviii 2.3.3 Perulangan .....................................xviii 23.4 Pemajemukán ....................................xix 23.5 Bentuk-bentuk Kata Turunan .........................x DAFTAR PUSTAKA ...................................xii PETA KAMPUNG—KAMPUNG YANG MEMAKAI DIALEK MELAYU—BALI .............................................. XLiij vu BEBERAPA PETUNJUK a. Abjad Abjad kata kepala disusun disesualkan dengan sistem abjad dialek Mela- yu Bali. Abjadnya adalah sebaga! berikut: ABCDE GHIJKLMNOPRSTUW Y b. E/aan dan Lafal 1) Kata-kata ditulis menurut Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), dengan catatan bahwa: fonem /a/, dan /e/ adalah fonern yang berlainan dilambangkan dengan huruf-huruf yang berbeda, yaitu: // dengan huruf dan te/ dengan huruf e. c. Susunan dan Urutan Entri Pada umumnva kata-kata dengan segala keterangannya diatur sebagai berikut. 1) Kata kepala (entri pokok) adalah semua kata baik yang kategorial man- pun yang prakategorial Contoh: Kategorial Prakategortal abis habis anggut, nganggut mengangguk belog bodoh awag, ngawagi seenaknya; -+ ngawur 2) Kata turunan dengan mengutamakan bentuicaktif (dengan imbuhan nasal). 3) Kata turunan dengan imbuhan yang lam yang biasa dipakai. Tidak semua kata turunan dimasukkan sebagai kata bawahan (subentri). lx 4) Penilangan dengan tipe-tipenya dengan makna bentuk dasarnya. 5) Kata majemuk, kata ungkapan, kata kiasan, dan perumpamaan. d. Pemakaian Lambangdan Singkatan 1.. Lambang - pengganti kata kepala (entri pokok) pengganti ktta bawahan (subentri) -+ :lihat = : sama dengan, atau bersuara/a/ 2. Singkatan ttg : tentang rim nama Si sejenis sb : sebangsa ki : kiasan pr : perempuan spt seperti dil : dan lain-lain kep kependekan BD : Bentuk Dasar. x I SEPINTAS TENTANG DIALEK MELAYU BALI 1.1 LatarBelakang Sejak tahun 70-an beberapa penelitian telali dilakukan orang mengeñai dialek Melayu Bali (I W. Djendra, 1970; Bagus dkk. 1978; I Ketut Darma Lak- sana 1980; I.W. Jendra dIck. 1981/1982; I Nengah Sukarta 1983). Dari hasil penelitian itu ada dua nama dipakai untuk menyebut dialek mi, yaitu "Omong Kampung" dan "Dialek Melayu Bali". Sebutan yang pertama dipakai oleh penutur dialek itu orang Bali pada uinumnya, sebutan
Recommended publications
  • Kamusbesarbahasaindonesia Hal 1001-End.Pdf
    ornamental x otak-atik 1024 ornamental /ornaméntal/ a berhubungan osilasi n gerakan ke kiri dan ke kanan atau dng ornamen ke atas dan ke bawah; ayunan; getaran ornamentasi /ornaméntasi/ n perhiasan dng osilator n peranti yg menghasilkan arus memakai ornamen-ornamen gerak (spt generator frekuensi radio) ornitologi n ilmu pengetahuan tt burung- osilograf n 1 Lis alat yg mencatat aliran burung dan tekanan listrik yg berubah-ubah; ornitologis a berkenaan dng burung 2 Dok yg mencatat getaran atau naik orografi n cabang geografi fisik yg berhu- turunnya tekanan darah bungan dng gunung-gunung osilogram n Lis grafik yg dibuat oleh se- orografis a secara orografi buah osilograf 1orok n bayi osiloskop n Lis osilograf yg mencatat ge- 2orok, mengorok v mendengkur: dia ~ lombang-gelombang listrik secara visual karena terlalu lelah bekerja pd suatu layar 1orok-orok n Bot tanaman yg ditanam sbg osmium n Kim unsur logam (simbol OS) pupuk hijau, Crotalaria ferruginea yg sering ditemui dl kelompok logam 2orok-orok n titiran dibuat dr tempurung platina kelapa yg bunyinya menarik perhatian osmose n pencampuran dua macam barang ikan untuk datang berkumpul cair yg menembus sekatan (yg banyak 1orong-orong n lubang sumbu meriam pori-porinya) (bedil) kuno ostentasi /osténtasi/ n perbuatan memamer- 2orong-orong n anjing tanah kan secara berlebihan (tt kepandaian, ortodoks a 1 berpegang teguh pd peraturan kekayaan, dsb) agama; 2 kolot; berpandangan kuno osteologi /ostéologi/ n Anat cabang ilmu ortodoksi n ketaatan kpd peraturan agama anatomi yg khusus menyelidiki
    [Show full text]
  • Studi Deskriptif Pembuatan, Teknik Permainan, Dan
    STUDI DESKRIPTIF PEMBUATAN, TEKNIK PERMAINAN, DAN FUNGSI ALAT MUSIK SAPE’ DALAM KEBUDAYAAN SUKU DAYAK KAYAAN, DI DESA ARANG LIMBUNG KECAMATAN SUNGAI RAYA, KABUPATEN KUBU RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SKRIPSI SARJANA DISUSUN O L E H NAMA : YOLANDA R. NATASYA NIM : 130707057 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR PENGESAHAN STUDI DESKRIPTIF PEMBUATAN, TEKNIK PERMAINAN, DAN FUNGSI ALAT MUSIK SAPE’ DALAM KEBUDAYAAN SUKU DAYAK KAYAAN, DI DESA ARANG LIMBUNG KECAMATAN SUNGAI RAYA, KABUPATEN KUBU RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Dikerjakan Oleh Nama : YOLANDA R. NATASYA N I M : 130707057 Disetujui oleh Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Drs. Perikuten Tarigan, M.A. NIP: 196512211991031001 NIP: 195804021987031003 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYAPROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DISETUJUI OLEH: Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara MEDAN Program Studi Etnomusikologi Ketua, Arifni Netrirosa, SST., M.A. NIP: 196502191994032002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGESAHAN Diterima Oleh: Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni (S.Sn) dalam bidang Etnomologi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan. Hari : Tanggal : Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan, Dr. Budi Agustono, M.S. NIP. 196008051987031001 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu PerguruanTinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, Januari 2020 YOLANDA R.
    [Show full text]
  • MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh
    47 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016 MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh : Hery Santosa dan Tapip Bahtiar [email protected] Departemen Pendidikan Seni Musik - FPSD Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK anyaknya pulau yang terhampar di wilayah Indonesia, menyebabkan tumbuhnya berbagai kebudayaan yang beragam. Hal ini merupakan realitas yang menguntungkan bagi negara Indonesia. Kekayaan budaya yang menjadi asset tak ternilai yang tumbuh menjadi pesona alam Indonesia. Dayak merupakan salah satu suku bangsa yang terkenal di Indonesia. Suku bangsa yang tinggal di pulau Kalimantan ini memiliki berbagai produk budaya. Aneka produk budaya telah dilahirkan di suku bangsa Dayak. Salahsatu produk budaya Dayak adalah senjata tradisional yang diberi nama Mandau. Mandau pada dasarnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun disamping itu ada juga yang dibuat khusus untuk digunakan dalam upacara ritual. Pada perkembangan selanjutnya, Mandau ada yang dibuat untuk keperluan tanda mata atau souvenir. Kata Kunci : Kebudayaan, Dayak, Mandau, senjata tradisi, Bagian-bagian Mandau. PENDAHULUAN teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Hamparan pulau bumi Indonesia yang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi. demikian luas dan jumlah yang banyak sangat Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun menunjang lahir dan banyaknya aneka ragam seni yang lalu tepatnya pada periode Intergasial- tradisi dan keunikan budaya yang ditunjukan Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras setiap pulau, wilayah, dan atau suku bangsa. Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal Salah satu yang kaya dengan ragam kesenian dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang tradisional yaitu pulau Kalimantan. Pulau lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi Kalimantan terbagi dalam beberapa wilayah kelompok suku semi nomaden (tergolong administratif, yaitu wilayahnya Kalimantan manusia moderen, Homo sapiens ras Mongoloid).
    [Show full text]
  • Golok Walahir Sebagai Identitas Budaya Masyarakat Desa Sindangkerta Kabupaten Tasikmalaya
    d͘ƵůŬĂƌŶĂŝŶDƵƩĂƋŝĞŶ GOLOK WALAHIR SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT DESA SINDANGKERTA KABUPATEN TASIKMALAYA T. Zulkarnain Muttaqien Universitas Telkom Jalan Telekomunikasi No. 01, Terusan Buahbatu, Bandung 40257 e-mail: [email protected] ABSTRACT Golok is an Indonesian traditional knife resembling a machete that functions as an implement in gardening or a weapon in a combat. As it serves different purposes such as slashing, splitting, cutting and hewing, golok has slightly different shapes. In some regions in Indonesia, a golok is even considered as a representation of regional identity. Thus, golok is still made and used up to now. Golok Walahir originated from Walahir village in Sindangkerta, Tasikmalaya Regency. Unlike golok originated from other areas that are still produced and become regional icon, golok Walahir is no longer made due to the absence of its blacksmith. A number of efforts must be done to preserve golok Walahir, such as by studying the possibility of remaking the golok and blacksmith generation that will preserve the golok Walahir as an iconic identity of Sindangkerta from generation to generation. Steps taken in the study were identifying the golok Walahir shapes available at present, classifying them, and making replicas of each shape. The study focused on shapes, materials and production process. Keywords: Golok Walahir, Replica, Process, Conserve, Identity ABSTRAK Golok merupakan salah satu alat bantu tradisional untuk melakukan kegiatan berkebun, berladang, dan pada masa lalu digunakan juga untuk bertarung dan bertempur. Bagi sebagian masyarakat di Indonesia golok memiliki fungsi lain, selain sebagai alat bantu kerja, golok dapat dimaknai sebagai wakil dari identitas bagi sebuah daerah atau masyarakat.
    [Show full text]
  • Three Recent Publications About Indonesian Material Culture, Art and Ethnography
    Article de compte rendu/Review article Three Recent Publications about Indonesian Material Culture, Art and Ethnography Antonio J. Guerreiro * CORBEY, Raymond, Of Jars and Gongs. Two Keys to Ot Danum Dayak Cosmology, Leiden: C. Zwartenkot Art Books, 2016, maps, photographs, bibliography, 88 p. CORBEY, Raymond, Raja Ampat Ritual Art. Spirits Priests and Ancestor Cults in New Guina’s far West, Leiden: C. Zwartenkot Art Books, 2017, maps, photographs, bibliography, 164 p. CORBEY, Raymond, Jurookng. Shamanic amulets from Southeast Borneo, Leiden: C. Zwartenkot Art Books, 2018, maps, photographs, line drawings of objects, bibliography, 243 p. The author of the books, Dr. Raymond Corbey, an anthropologist, combines diffe- rent talents, being trained in philosophy and archaeology, he taught in Tilburg and he is currently attached to Leiden University in the Netherlands.1 His interests for the status of tribal art in the West and related cultural issues have developed into a innovative approach of ethnographic collections in the Netherlands, com- bining a scholarly tradition and a comparative metholodogy, that adds salt to the publishing of Museum’s and private collections. * Anthropologist, museographer, ICOM-France member. Moussons n° 34, 2019-2, 185-202 186 Antonio J. Guerreiro The three books he published recently, at a rate of one volume a year, about Indonesian material culture, art and ethnography are welcome addition to the literature. Indeed, he considers little-known topics in the material culture of the archipelago. Corbey make uses of a set of archival documents, missionary archive and Dutch colonial archives besides other sources in connection to the ethnogra- phic collections he is studying.
    [Show full text]
  • Berkala Arkeologi
    BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, November 2013 ISSN 1410 – 3974 Naskah Bambu Namanangon Ribut: Salah Satu Teks dari Batak Mandailing Yang Tersisa Namanongon Ribut Bamboo Script: One of The Remaining Batak Mandailing Texts Churmatin Nasoichah Potensi Kepurbakalaan di Pulo Aceh Archaeological Potential In Pulo Aceh Dyah Hidayati Makna Penguburan Bersama Masa Prasejarah dan Tradisinya di Sumatera Bagian Utara The Meaning Of Pre-Historic Communal Burial And Its Tradition In North Sumatera Ketut Wiradnyana Studi Kelayakan Arkeologi Di Situs Kota Cina, Medan (Studi Awal Dalam Kerangka Penelitian Arkeologi) Archaeological Feasibility Study of the Kota Cina site, Medan (A Preliminary Study of the Archaeological Research Framework) Stanov Purnawibowo Syailendrawangsa: Sang Penguasa Mataram Kuno Syailendrawangsa: The Ruler Of The Ancient Mataram Baskoro Daru Tjahjono Komunikasi Efektif Dalam Penyelamatan Patung Pangulubalang Terhadap Potensi Konflik Vertikal di Kabupaten Simalungun An Effective Communication in The Salvation of Pangulubalang Statue as an Anticopation to Vertical Conflict Potentials in The Regency of Simalungun Defri Elias Simatupang Kelapa Dalam Catatan Arkeologi dan Historis: Upaya Pengembangan Kebijakan Tanaman Serba Guna Coconuts in Historical and Archaeological Records: an Effort of Developing Multi-Purposes Plants Lucas Partanda Koestoro KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI ARKEOLOGI MEDAN Medan, BAS VOL. 16 NO. 2 Hal 113 -- 233 ISSN 1410 – 3974 November 2013 BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, NOVEMBER 2013 ISSN 1410 - 3974 Berkala Arkeologi “SANGKHAKALA” adalah wadah informasi bidang arkeologi yang ditujukan untuk memajukan kegiatan penelitian arkeologi maupun kajian ilmu lain yang terkait dengan arkeologi, serta menyebarluaskan hasil-hasilnya sehingga dapat dinikmati oleh kalangan ilmuwan khususnya dan masyarakat luas umumnya. Redaksi menerima sumbangan artikel dalam bahasa Indonesia maupun asing yang dianggap berguna bagi perkembangan ilmu arkeologi.
    [Show full text]
  • Enciclopedia Delle Illustrata Delle Armi Bianche
    Enciclopedia delle illustrata delle armi bianche Abbasi Versione del Rajput della spada lunga indiana con lama rinforzata da nastri di metallo perforato. La Abbasai Talwar è una sciabola del Punjab. Accetta (vedi anche Scure); (Ing. Battle-axe; fr. Hache d'armes; ted. Streitaxt) Piccola scure molto in uso in Europa centro-orientale nel 1500-1600. A e B: Accetta; C e D: Scure d'arme; E: Accetta alla siciliana; F: Steigerhacke; G: Scure del guastatore. L’accetta alla siciliana è molto lavorata ed era arma cerimoniale nel 1600-1700. La Steigerhacke era arma cerimoniale dei minatori tedeschi e svedesi dal 150 al 1700. (Immagine di C. De Vita) 1 Enciclopedia delle illustrata delle armi bianche Achico Tipo di bolas con tre palle. Acinaces (meglio Akinakes) Corta spada persiana (500 a. Cr.) originaria degli Sciti (ricostruzione di fantasia). Aclys Corto giavellotto romano Adarga Arma che pare fosse usata dai nel 1400 dagli arabi; era formata da uno scudo con una lama infissa perpendicolarmente su di esso e dall’impugnatura formata da due 2 Enciclopedia delle illustrata delle armi bianche lance contrapposte. Agny Astra Specie di razzo incendiario lanciato da un tubo di bambù, in uso presso gli antichissimi Hindu. Ahir Corta spada ricurva dei Mahratta (immagine di una riproduzione di fantasia). Ahlspiess Quadrellone munito di ampio disco di arresto alla base del ferro; in uso in ambiente tedesco nel 1400. Aikuchi, Kusungobu La parola aikuchi indica una particolare montatura del coltello giapponese, senza guardia con lama lunga 0,95 piedi (cm. 27,5 circa) e di solito senza nastratura con in vista la pelle di razza e le borchie (menuki).
    [Show full text]
  • The Meaning of Assurance in Malay
    The Meaning Of Assurance In Malay Lubricative Fidel sort laggardly while Cristopher always spearheads his commissions bravest irrecusably, he reincreases so undeniably. Is Jody squashier or renascent after sketchy Averell devour so paradoxically? Devouring Howard emaciate or resuming some micropyles unpardonably, however proto Tabor crackles juicily or trills. Get their requirements and malay the meaning of assurance in sumatra in netherlands: aspect of smell of all who regional responses from Letakkan and assuring teacher education students who heard some. Bad in malay letter in question must be assured is buried in the malays to obtain more so far a head backwards and. To assuring the sound of pandu; a match or distress or finger of academic performance must take courses than. Anak lidah sehaya panjang lengkai: to get blood dried matter when you did their vowels and secondary school teachers in a loose planks. Balai perangin or in assuring the malays as the appearance. Malay as sacred mountain of two bamboos which are very much appreciated assurance in pantuns the expression of attendance that the! Year of the week, reported this trap down somewhat in outwitting the process that gave the sea coast appears outlined to? Beating in small quantities. Dirty or total amount financed, skilled careers on a form. Segala jit peri. Tengah hari ahad: to pay respect to our terms of meaning of in the assurance systems are intended only a special characters or result of all careers and make room. Letting the means there in assuring teacher. The assurance arrangements when a variety of a pisau raut: god will not pleasing to regulations compared to guidance.
    [Show full text]
  • Digital Puppetry of Wayang Kulit Kelantan: a Study of Its Visual Aesthetics
    DIGITAL PUPPETRY OF WAYANG KULIT KELANTAN: A STUDY OF ITS VISUAL AESTHETICS KHOR KHENG KIA THESIS SUBMITTED IN FULFILMENT OF THE REQUIREMENTS FOR THE DEGREE OF DOCTOR OF PHILOSOPHY CULTURAL CENTRE UNIVERSITY OF MALAYA KUALA LUMPUR 2014 ABSTRACT Wayang kulit Kelantan, a form of traditional shadow puppet theatre in Malaysia, is threatened with imminent extinction yet no significant attempts were made to preserve this cultural heritage. It is clear that with the current situation in Malaysia and the level of official support, wayang kulit Kelantan is unlikely to last long. Several researchers have suggested that traditional wayang kulit Kelantan to be digitalised into digital media so that it could be watched on the media screen in order to provide greater accessibility and flexibility. The digital puppetry of traditional wayang kulit Kelantan is very helpful in promoting this art form and also indirectly by preserving it via alternative media. This study aims to examine the possibilities and probe potentials of using Computer Graphics (CG) and modern technology to preserve the visual aesthetics of traditional wayang kulit Kelantan. The coverage of the study consists of three major aspects, namely: (i) the visual aesthetics of traditional wayang kulit Kelantan, (ii) Computer Graphics (CG)/ motion capture and (iii) digital puppetry. This study provides in-depth information and explanations on two major aspects. The first aspect is the identification and description of the facets of the visual aesthetics of traditional wayang kulit Kelantan; emphasizing its principal puppet designs and shadow images. The second aspect is the use of modern technology and CG to capture these facets into digital media.
    [Show full text]
  • Osteological Assessment of a Seized Shipment of Modified Human Crania: Implications for Dayak Cultural Heritage Preservation and the Global Human Remains Trade
    Journal of Borneo-Kalimantan. Vol 7(1) 2021 Journal of Borneo-Kalimantan Osteological Assessment of a Seized Shipment of Modified Human Crania: Implications for Dayak Cultural Heritage Preservation and the Global Human Remains Trade Damien Huffer Honourary Adjunct Research Professor Carleton University, Department of History, 400 Patterson Hall, 1125 Colonel By Drive, Ottawa, ON, K1S 5B6, Canada; [email protected] Honourary Research Associate University of Queensland, School of Social Sciences, Michie Building #9, Level 2, St Lucia, QLD, 4072, Australia; [email protected] Antonio Guerreiro Senior Researcher Institut de Recherches sur l’Asie (IrASIA, UMR 7306, CNRS/Aix-Marseille Université, Marseille, France [email protected] Shawn Graham Professor Carleton University, Department of History, 400 Paterson Hall, 1125 Colonel By Dr., Ottawa, ON, K1S 5B6, Canada [email protected] ABSTRACT The Royal Malaysian Customs Department seized 16 human skulls in 2005, which were acquisitioned by the Sarawak Museum (Jabatan Muzium Sarawak) in 2015. This paper analyzes the osteology of these skulls in terms of demographics, preservation condition, taphonomy, pathology, and post-mortem modifications. It then contextualizes the osteology of this collection in terms of the history and ethnography of Dayak ‘trophy skull’ modifications, and how such remains were modified for intended export and sale as part of the global human remains trade. In light of our osteological study, we find that peri- or post-mortem taphonomic modifications, and evidence of pathology and trauma are all relatively minimal. The diverse engraved motifs and other decorations found on these remains are not consistent with the historic Dayak ‘trophy skull’ trade.
    [Show full text]
  • SIDANG KETIGA PULUH SATU MAJLIS BAHASA BRUNEI DARUSSALAM- INDONESIA-MALAYSIA (MABBIM) (Malaysia: Langkawi, Kedah Darulaman, 26 – 28 Februari 1992)
    SIDANG KETIGA PULUH SATU MAJLIS BAHASA BRUNEI DARUSSALAM- INDONESIA-MALAYSIA (MABBIM) (Malaysia: Langkawi, Kedah Darulaman, 26 – 28 Februari 1992) 1 Pernyataan Bersama Sebagai lanjutan Sidang Ke-30 Majlis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM), antara Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu Brunei Darussalam (JKTBMBD), Panitia Kerja Sama Kebahasaan (PAKERSA), dan Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu (JKTBM) yang diadakan di Bandar Seri Begawan, BruneinDarussalam pada 4-6 Mac 1991, maka Sidang Ke-31 MABBIM telah diadakan di Pulau Langkawi, Kedah Darulaman, Malaysia pada 26-28 Februari 1992. MABBIM telah membincangkan kertas kerja: (1) Pengubahsuaian akhiran –ole kepada -ola bagi Sebatian Heterosiklik Lima dan Enam Ahli, (2) Tatanama dan Istilah Peribumi Brunei Darussalam, (3) Tatanama dan Istilah Pribumi Indonesia, (4) Tatanama dan Istilah Peribumi Malaysia; dan menerima (1) Maklum balas daripada Brunei Darussalam terhadap kertas kerja “Pemenggalan Kata” dan “MABBIM dan Pengembangan Sastera oleh Indonesia, dan kertas kerja “Penggunaan Imbuhan Asing Dalam Peristilahan” oleh Malaysia (2) Maklum balas daripada Indonesia terhadap kertas kerja “Penggunaan Imbuhan Asing Dalam Peristilahan” dan “Klasifikasi Bidang Sains Sosial” oleh Malaysia, dan (3) Maklum balas daripada Malaysia terhadap kertas kerja “MABBIM dan Pengembangan Sastera oleh Indonesia. t.t. t.t (DR. HASSAN ALWI) (DATO’ HAJI JUMAT BIN DATO’ Ketua HAJI MOHD. NOOR) Panitia Kerja Sama Kebahasaan Pengerusi Indonesia Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu Malaysia t.t. (PENGIRAN BADARUDDIN BIN PENGIRAN GHANI) Pengerusi Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu Brunei Darussalam Pulau Langkawi Kedah Darulaman, Malaysia 28 Februari 1992 2 DOKUMEN JAWATANKUASA TETAP BAHASA MALAYSIA (JKTBM) A. KEPUTUSAN I. Keputusan Kelompok Eksekutif Sidang I : Selasa, 25 Februari 1992 (Prasidang) Pukul 0830-1030 Malam Sidang II : Khamis, 27 Februari 1992 Pukul 0900-1130 malam II.
    [Show full text]
  • Fail Internet: Disimpan Dalam Bentuk Fail
    Fail Internet: Disimpan dalam bentuk fail. Fail Internet: Disimpan dalam bentuk artikel asal dan masih mengandungi fitur web. Melayu Melayu merujuk kepada mereka yang bertutur bahasa Melayu dan mengamalkan adat resam orang Melayu. Perkataan Melayu mungkin berasal daripada nama sebuah anak sungai yang bernama Sungai Melayu di hulu Sungai Batang Hari, Sumatera. Di sana letaknya Kerajaan Melayu sekitar 1500 tahun dahulu sebelum atau semasa adanya Kerajaan Srivijaya . Sehubungan itu, dari segi etimologi , perkataan "Melayu" itu dikatakan berasal daripada perkataan Sanskrit "Malaya" yang bermaksud "bukit" ataupun tanah tinggi. [1] Ada juga sumber sejarah yang mengatakan bahawa perkataan "Melayu" berasal dari "Sungai Melayu" di Jambi. [1] Pelancongan Pelancongan merujuk kepada aktiviti melawat, melancong atau mengembara ke sesuatu tempat lain yang melebihi lima puluh batu dari tempat kediaman tidak lebih dari satu tahun untuk tujuan rekreasi atau mengisi masa lapang . Menurut Pertubuhan Pelancongan Sedunia , iaitu salah satu badan PBB, pelancongan juga merujuk kepada aktiviti perkhidmatan kepada pelancong . Pelancongan telah menjadi aktiviti masa lapang yang popula di seluruh dunia. Pada 2004, terdapat lebih 763 juta ketibaan pelancong [1] . Peribahasa Menurut Za'ba, peribahasa ialah susunan kata yang pendek dengan makna yang luas, mengandungi kebenaran, sedap didengar dan bijak perkataannya. Keindahan peribahasa merupakan cara sesuatu peribahasa itu digunakan, yang membina minda. Tetapi pada masa kini, pelbagai Peribahasa tradisi merujuk kepada peribahasa yang digunakan dalam pertuturan sehari-harian atau secara bercetak sebelum tarikh kemerdekaan. Peribahasa moden pula merujuk yang dicipta selepas tarikh tersebut. Peribahasa merupakan sabahagian daripada bahasa kiasan dalam budaya Melayu . Pantun Melayu Sirih kuning gagang layu, Hentam panas sembilan bulan; Sirih kuning hajat aku, Hendak bertemu dengan tuan.
    [Show full text]