Maryamah Karpov 1 Maryamah Karpov 2 Terjadi Enam Bulan Silam
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
http://www.rajaebookgratis.com http://www.rajaebookgratis.com Mozaik 1 Bukan main senangnya Ayah waktu menerima surat dari Pak Nga Dibungkus Tilam, di Atas Nampan Pualam Djuasin bin Djamalludin Ansori, mandor kawat Meskapai' Timah, bahwa akan ada promosi bagi kaum kuli tukang cedok pasir di wasrai. Wasrai dimelayu-kan SEBAGAIMANA Kawan telah tahu. Aku ini, paling tidak menurutku sendiri, dari kata Belanda wasserijk, yang artinya 'bengkel pencucian timah'. Kuli yang adalah lelaki yang berikhtiar untuk berbuat baik, patuh pada petuah orangtua, akan naik pangkat salah satunya Ayah. Surat itu, pagi tadi dibaca ibuku, sebab sejak dulu. Rupanya, begitu pula ayahku yang sederhana itu. Katanya, ia selalu Kawan juga tentu sudah mafhum betapa mengharukannya pengetahuan ayahku menempatkan setiap kata ayah-bundanya di atas nampan pualam, soal huruf-huruf Latin. membungkusnya dengan tilam. Begitu mendengarnya, Ayah yang amat pendiam, seperti biasa, tak Dan ternyata, Tuhan menerapkan dalil yang tetap untuk lelaki sepertiku berucap sepatah pun. Kutatap wajahnya yang melempar senyum ke luar jendela dan ayahku, yakni: lelaki seperti kami umumnya jarang diganjar dengan ujian dan membuang pandang ke pucuk pohon kenanga, dan kubaca dengan terang di yang oleh orang Melayu Dalam sering disebut sebagai cobaan nan tak sana: syahdu seperti aktor India baru menyatakan cinta, dan bangga. tertanggungkan. Selebihnya, tak dapat disembunyikan kesan raut wajah Ayah: tak Oleh karena itu, seumpama di koran-koran tersiar berita tentang seorang percayai ! pria yang sedang bersepeda santai pada Minggu pagi yang cerah ceria, tra la la, Tak percaya, bahwa akhirnya setelah membanting tulang-belulang tiga tri li li, sekonyong-konyong, tak tahu kenapa, sepedanya oleng dan ia puluh satu tahun, ada juga orang yang membicarakan soal kedudukannya. tertungging ke dalam sumur angker gelap gulita, tak dipakai lagi, dalamnya dua Selama tiga puluh satu tahun itu Ayah tak pernah naik pangkat, tak pernah, belas meter, perigi sarang jin, bekas tentara Jepang mencemplungkan pribumi. sejak ia menjadi kuli meskapai dari usia belasan. Lelaki periang itu pun berteriak-teriak panik minta tolong. Tak ada yang Tak percaya, bahwa kata pangkat bisa disangkutpaut-kan dengan mendengar jeritnya, selama empat hari empat malam. Habis suaranya. pekerjaannya yang tak ada hal lain berhubungan dengannya selain mandi Akhirnya ia minta tolong lewat kliningan sepedanya. Kring, kring, lemah keringat. menyedihkan. Naudzubillah, tragedi semacam itu biasanya menimpa orang Tak percaya, bahwa ada orang lain, selain anak-anaknya yang berkirim lain, bukan menimpa pria sepertiku dan ayahku. surat padanya. Dengan amplop cokelat Maskapai. berkilat dan kaku seperti Atau, seandainya hujan lebat, petir menyambar tiang listrik, tiang listrik kopiah, plus kop surat berlambang meskapai yang gagah: sebuah gerigi besar roboh menimpa pohon sempret, pohon sempret tumbang menimpa pohon dan palu lambang kerja keras pagi sampai petang. mengkudu, pohon mengkudu terjungkal menabrak atap rumah, atap rumah Tak percaya, surat di tangan ibuku benar diteken oleh Mandor Kawat ambrol menimpa belandar, belandar ambruk menghantam televisi, televisi Djuasin yang puluhan tahun menindasnya. Berkali-kali Ayah menerawang meledak dan seorang lelaki yang tengah duduk manis menonton acara TVRI tanda tangan itu, benar basah tinta pena biru, dari tangan yang dipertuan 'Aneka Ria Safari" kena sambar listrik televisi, televisi hitam putih lagi. mandor sendiri, adanya. Rambut, kumis, dan alisnya hangus sehingga ia seperti pendekar Shaolin. Dapat Tak percaya, lantaran Ayah merasa dirinya biasa naik pohon nira untuk dipastikan, lelaki sial itu bukanlah aku, bukan pula ayahku. meniti/r air legen, biasa naik pohon medang untuk menyarap madu angin, biasa Atau lagi, misalnya merebak berita soal seorang pria keriting yang naik pohon kelapa untuk membantu tugas beruk, tapi naik pangkat? Naik dilarikan ke rumah sakit, ambulans meraung-raung, tergopoh-gopoh menuju pangkat tak masuk dalam perbendaharaan kata ruang tanggap darurat, sebab pria itu ketika makan buah duku, tak tahu kenapa, Ayah yang tak punya selembar pun ijazah. Kata-kata itu asing dan ganjil biji duku melenceng masuk ke lubang hidungnya, hingga ia tersengal-sengal di telinganya. Bagi Ayah, naik pangkat adalah kata-kata ajaib milik orang sampai nyaris lunas nyawanya. Pria itu bisa saja absurd dm keriting, tapi ia Jakarta. Ayah memalingkan senyumnya dari bingkai jendela padaku. Amboi! bukan aku. Inilah yang kutunggu-tunggu dari tadi! Surat itu mengatakan bahwa beserta Satu-satunya berita yang pernah melanda ayahku hanyalah soal naik surat keputusan pengangkatan yang akan diserahkan secara massal Sabtu esok, pangkat. Aku kelas tiga SD waktu itu. akan dilampirkan pula amplop rapel gaji karena naik pangkat itu harusnya telah Maryamah Karpov 1 Maryamah Karpov 2 http://paketebooktermurah.blogspot.com http://www.rajaebookgratis.com terjadi enam bulan silam. Aku tahu persis, senyum Ayah untukku hanya Mozaik 2 bermakna satu hal: kue hok lo pan di atas loyang yang berasap-asap! Karya Asap Hok Lo Pan Menguap agung orang Khek yang congkak itu: Lao Mi. Senyum Ayah yang bernuansa amplop rapel enam bulan itu pun lalu RITUAL rutin Ayah: sesudah shalat subuh dan mengaji, ia duduk di kursi terurai-urai menjadi buku tulis indah bergaris tiga sampulnya gambar artis-artis goyang sambil mendengar siaran radio Malaysia. Timbul-tenggelam lagu-lagu cilik dari Ibu Kota Jakarta pensil warna-warni seperti sering kulihat dibawa semenanjung, keme-rosok. Sejak aku bisa mengingat, seingatku sudah begitu. anak-anak sekolah Meskapai Timah, penggaris segi tiga, jangka, papan halma, Kadang kala tombol tuning radio Philips kecil itu diputar Ayah menuju dan tas sekolah yang seumur-umur tak pernah kupunya. Hilversum, Holland, atau menuju London. BBC samar-samar, sayup-sayup Ibu pun berdeham-deham sambil membetulkan peniti kebayanya. Kira- sampai, naik-turun serupa gelombang sinus, mengabarkan berita dari tempat- kira maksudnya: sudah tiga kali Lebaran kebaya encimnya itu-itu saja. Ayah tempat asing yang tak kukenal. Aku tertegun di balik tirai, mengintip Ayah dan membalas semuanya dengan senyum nan menawan: beres, demikian arti terbuai musik-musik dari negeri yang jauh. Maka, meski aku orang kampung senyum terakhir yang mengesankan itu. Aku melonjak girang. dan kampungan, dari kecil telah kukenal Engelbert Humperdinck, Paul Anka, Ayah melangkah meninggalkan dapur. Aku mengikuti setiap langkah Louis Armstrong, dan vokalis legendaris Nat King Cole. Suara mereka, saban bangganya. Aku tahu persis, rapel buruh itu hanyalah segepok uang receh. subuh, sahut-menyahut dari satu bubungan rumah panggung ke bubungan laini Namun ayahku, Ayah juara satu seluruh dunia, arsitek kasih sayang yang tak Orang Melayu Dalam, gemar betul mendengar radio. Radio adalah elemen pernah bicara, selalu mampu menggubah hal-hal sederhana menjadi begitu penting budaya mereka. memesona. Enam puluh menit, tak pernah lebih ritual Ayah bersama radio transistor Philips. Lalu dibukanya tutup belakang radio itu, dikeluarkannya dua batu baterai bergambar kucing hitam. Baterai itu diletakkannya di sebuah bangku kecil khusus di pekarangan untuk dijemur cahaya matahari agar bertenaga lagi. Pemandangan ini tampak di depan rumah orang Melayu, saban hari. Tapi pagi ini Ayah agak cepat sedikit. Sebab beliau sibuk berdandan dengan pakaian terbaiknya sepanjang masa: baju safari empat saku. Demi satu acara penting: naik pangkat! Aku pun mandi lebih pagi, lalu dinaikkan Ayah ke atas boncengan sepeda. Diikatnya kakiku dengan saputangan biar tak celaka kena jari-jari ban. Ayah akan naik pangkat, sungguh istimewa. Ayah akan mengambil amplop rapel gajinya! Lalu pulangnya kami akan singgah di Pasar Jenggo. Ayah akan membelikanku hok lo pan, tas sekolah yang tak pernah kupunya, dan kebaya encim baru untuk Bou. Begitulah skenarionya. Naik pangkat, ternyata indah bukan buatan. Tersenyum. Aku, Ibu, dan Ayah tak berhenti tersenyum sejak subuh, sejak semalam. Sepeda meluncur deras melewati Pasar Jenggo, pagi dan ramai. Gerobak hok lo pan si sombong Lao Mi sudah dikerumuni pembeli. Aromanya hanyut sampai ke hulu Sungai Linggang. Lao Mi, sudah kondang galaknya. Ia pembuat kue hok lo pan terbaik di dunia. Tak ada duanya. Ia mewari- si ilmu kue loyang itu sepanjang empat Maryamah Karpov 3 Maryamah Karpov 4 http://paketebooktermurah.blogspot.com http://www.rajaebookgratis.com generasi. Seperti kebanyakan orang yang telah mencapai tingkat maestro, melewatinya. Nama-nama terus dipanggil, sambung-menyambung, masih tak wajahnya tak peduli. Seakan para pelanggan menyusahkan saja. Pembeli yang terdengar nama ayah. Jika ada nama yang sama, unit kerjanya bukan unit ayah. rewel minta ini-itu dihardiknya. Dalam hati aku berdoa, mudah-mudahan jika Ayah tertunduk. Sampai nama terakhir berawalan Z, tak seorang pun kami kembali nanti, hok lo pan lezat itu belum habis, dan mudah-mudahan aku memanggil Ayah. tak dimarahi Lao Mi. Akhirnya, tinggallah ayahku berdiri sendirian di halaman gudang beras yang luas. Ayah menoleh ke kiri dan kanan, menoleh gekeHling, tak ada siapa- *********** siapa selain orang-orang yang berbisik-bisik di sudut-sudut lapangan sambil Asap Hok Lo Pan Menguap - 11 memandanginya. Ayah yang lugu masih berdiri menunggu kalau-kalau panitia terlewat memanggil namanya. Namun, Sampai di halaman luas gudang beras, ratusan kuli pencuci timah sudah pengeras suara telah dipadamkan. Ayah berjalan menunduk sambil membetul- berbaris panjang, antre berdasarkan urut abjad nama. Semua riang gembira betulkan