Perbandingan Katana Dengan Golok Berdasarkan Segi Kearifan Budaya Lokal

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Perbandingan Katana Dengan Golok Berdasarkan Segi Kearifan Budaya Lokal PERBANDINGAN KATANA DENGAN GOLOK BERDASARKAN SEGI KEARIFAN BUDAYA LOKAL JIMOTO BUNKA NO CHIE NI MOTODZUITA KATANA TO MACHETE NO HIKAKU KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H HALONA E G NABABAN NIM :142203036 PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara PERBANDINGAN KATANA DENGAN GOLOK BERDASARKAN SEGI KEARIFAN BUDAYA LOKAL Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Dikerjakan OLEH : HALONA E G NABABAN NIM : 142203036 PEMBIMBING Nelvita, S.S, M.Hum NIP 198411032015042001 PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara PENGESAHAN Diterima Oleh : Panitia Ujian Pendidikan Non-Gelar Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang. Pada : Tanggal : Hari : Program Studi D-III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan, Dr. Budi Agustono, M. S NIP : 196008051987031001 Panitia Tugas Akhir : No Nama Tanda Tangan 1. Nelvita, S.S., M. Hum ( ) 2. Zulnaidi, S.S., M. Hum ( ) 3. Veryani Guniesti, S.S., M. Hum ( ) Universitas Sumatera Utara Disetujui oleh : Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Program Studi D III Bahasa Jepang Ketua Program Studi Dr. Diah Syafitri Handayani, M. Litt NIP. 197212281990032001 Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, karena berkat kasih-Nya yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kertas Karya ini berjudul “PERBANDINGAN PEDANG KATANA JEPANG DENGAN SENJATA TRADISIONAL BETAWI GOLOK BERDASARKAN SEGI KEARIFAN BUDAYA LOKAL”. Dalam hal ini penulis menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam Kertas Karya ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi dan pembahasan masalah. Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk kearah perbaikan. Dalam Kertas Karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Budi Agustono M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Dr. Diah Syahfitri Handayani,M. Litt, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. i Universitas Sumatera Utara 3. Bapak Zulnaidi,S.S, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi D III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Nelvita, S.S, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia untuk meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan masukan untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini. 5. Seluruh staf pengajar dalam Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberikan pembelajaran dan pengetahuan untuk penulis. Terimakasih untuk ilmu yang telah diajarkan kepada penulis selama masa perkuliahan. 6. Kepada kedua Orangtua penulis yakni Ayahanda Henri Tua Parlindungan Nababan, SE dan Ibunda St. Hasnah Junita br Napitupulu, SH yang telah membesarkan dan mendidik penulis sedari kecil hingga sampai sekarang, serta dukungan baik doa, materi dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik. Kedua adik penulis Christian Nababan dan Martha Monalisa Nababan yang sudah memberikan dukungan dan doa. 7. Semua teman-teman di D-3 Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya USU. ii Universitas Sumatera Utara 8. Untuk sahabat penulis Intan Puspasari Lubis yang telah banyak membantu penulis serta memberi semangat dalam penyusunan kertas karya ini. 9. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi motivasi dan arahan yang baik kepada penulis dalam pengerjaan karya tulis ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari Kertas Karya ini jauh dari kata sempurna, karena itu penulis mohon maaf untuk segala kekurangan dalam Kertas Karya ini. Segala kritik dan saran yang membangun, akan penulis terima dengan besar hati. Penulis berharap Kertas Karya ini berguna bagi banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Medan, Oktober2019 Halona E G Nababan NIM : 142203036 iii Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ..iv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Alasan Pemilihan Judul ....................................................................... 3 1. Tujuan Penulisan ................................................................................. 3 1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 3 1.4 Metode Penulisan ................................................................................ 3 BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................................. 4 2.1 Sejarah Asal Usul Pedang .................................................................... 4 2.2 Senjata Tradisional Jepang .................................................................. 8 2.3 Senjata Tradisional Betawi ................................................................ 11 BAB III PERBANDINGAN PEDANG KATANA JEPANG DENGAN SENJATA TRADISIONAL BETAWI GOLOK ............................ 15 3.1 Katana ................................................................................................ 15 3.1.1 Bentuk Katana..........................................................................17 3.1.2 Bahan Katana...........................................................................17 3.1.3 Cara Membuat Katana ............................................................. 18 3.2 Golok ................................................................................................. 20 3.2.1 Bentuk Golok ........................................................................... 21 3.2.2 Bahan Golok ............................................................................ 22 3.2.3 Cara Membuat Golok...............................................................22 3.3 Persamaan dan Perbedaan Katana dan Golok ................................... 23 BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 25 4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 25 4.2 Saran .................................................................................................. 25 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ABSTRAK iv Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan sesamanya untuk menghasilkan apa yang disebut dengan peradaban. Semenjak terciptanya peradaban dan seiring berkembangnya peradaban tersebut, melahirkan berbagai macam bentuk kebudayaan dan menghasilkan suatu karya, dimana karya tersebut bertujuan untuk membantu peradaban dalam hal kehidupan sosial maupun bekerja. Ahli antropologi Cateora mengemukakan salah satu komponen kebudayaan merupakan kebudayaan material yang mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret. Hal ini berarti kebudayaan selalu berubah dan menyesuaikan diri dengan masyarakat sesuai kebutuhan situasi pada zamannya. Negara Jepang adalah salah satu negara yang sangat menjunjung tinggi dan sangat mempertahankan tradisi yang beraneka ragam sebagai warisan kebudayaan leluhurnya. Meskipun saat ini modernisasi di Jepang terus berkembang, namun sisi tradisional dan sesuatu yang telah menjadi sejarah, masyarakat Jepang masih sangat menjaga dan melestarikan kebudayaan mereka sampai sekarang. Senjata sebagai hasil karya suatu kebudayaan yang tidak pernah lepas dari pola hidup masyarakat suatu bangsa baik itu dalam hal nilai, fungsi maupun makna. Setiap negara atau daerah pada umumnya memiliki berbagai macam pedang yang memiliki nilai fungsional, namun juga nilai artistik yang membawa 1 Universitas Sumatera Utara kebanggaan tersendiri bagi pemegangnya. Akan tetapi, keberadaan pedang itu banyak yang belum dikenal dalam skala nasional maupun internasional. Padahal, berbagai pedang dari setiap negara atau daerah berpotensi untuk dikembangkan dan dikomersialisasikan. Apalagi upaya pengembangan dan komersialisasi itu juga dinilai penting, karena terbukti bisa menyerap tenaga kerja dan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat di setiap negara atau daerah. Pedang di Jepang merupakan salah satu hasil karya yang sampai sekarang masih sangat berkembang dan masih sangat penting terutama bagi seorang samurai. Pedang Jepang yang masih digunakan yaitu katana. Katana adalah pedang yang sering ditemui dan dikembangkan sebagai bagian pendukung dalam seni bela diri. Katana juga merupakan simbol kehormatan bagi seorang samurai. Pepatah mengatakan bahwa “bangsa yang maju
Recommended publications
  • Sejarah Budaya Pencak Silat Melalui Aktivitas Migrasi Pendekar
    SEJARAH BUDAYA PENCAK SILAT MELALUI AKTIVITAS MIGRASI PENDEKAR THE HISTORY OF PENCAK SILAT CULTURE THROUGH PENDEKAR MIGRATION ACTIVITY Suryo Ediyono Faculty of Cultural Science, Universitas Sebelas Maret Surakarta E-mail: [email protected] Sejarah budaya pencak silat pada hakikatnya berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang diturunkan generasi ke generasi sampai bentuk sekarang ini. Seni beladiri pencak silat digunakan sebagai sarana pendidikan di masyarakat Jawa. Melalui aktivitas pendekar bermigrasi dari pergurunan tradisional ke modern. Pendekar adalah seorang terhormat sebagai pemimpin di pergurua dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan menganalisa dan mendiskripsikan sejarah budaya pencak silat melalui aktivitas migrasi di Jawa. Metode penelitian historis faktual, melalui studi pustaka pengkajian pada teks-teks pencak silat dan studi lapangan. Data kemudian dideskripsikan, dianalisis secara refleksi kritis untuk memperoleh gambaran tersebarnya pencak silat melalui aktivitas pendekar, sehingga diperoleh pemahaman secara komprehensif. Pendekar sebagai pemimpin perguruan adalah seorang tagwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas dengan sikap bijaksana dan berpengetahuan luas. Budaya pencak silat berisi beladiri, olahraga, seni dan mental spiritual sebagai satu kesatuan, yang berkembang melalui aktivitas pendekar. Kata kunci: sejarah, budaya pencak silat, aktivitas migrasi, pendekar. The history pencak silat culture in essence is effort of Indonesian nation that is developed from generation to generation till reaching current
    [Show full text]
  • Rules and Options
    Rules and Options The author has attempted to draw as much as possible from the guidelines provided in the 5th edition Players Handbooks and Dungeon Master's Guide. Statistics for weapons listed in the Dungeon Master's Guide were used to develop the damage scales used in this book. Interestingly, these scales correspond fairly well with the values listed in the d20 Modern books. Game masters should feel free to modify any of the statistics or optional rules in this book as necessary. It is important to remember that Dungeons and Dragons abstracts combat to a degree, and does so more than many other game systems, in the name of playability. For this reason, the subtle differences that exist between many firearms will often drop below what might be called a "horizon of granularity." In D&D, for example, two pistols that real world shooters could spend hours discussing, debating how a few extra ounces of weight or different barrel lengths might affect accuracy, or how different kinds of ammunition (soft-nosed, armor-piercing, etc.) might affect damage, may be, in game terms, almost identical. This is neither good nor bad; it is just the way Dungeons and Dragons handles such things. Who can use firearms? Firearms are assumed to be martial ranged weapons. Characters from worlds where firearms are common and who can use martial ranged weapons will be proficient in them. Anyone else will have to train to gain proficiency— the specifics are left to individual game masters. Optionally, the game master may also allow characters with individual weapon proficiencies to trade one proficiency for an equivalent one at the time of character creation (e.g., monks can trade shortswords for one specific martial melee weapon like a war scythe, rogues can trade hand crossbows for one kind of firearm like a Glock 17 pistol, etc.).
    [Show full text]
  • Kamusbesarbahasaindonesia Hal 1001-End.Pdf
    ornamental x otak-atik 1024 ornamental /ornaméntal/ a berhubungan osilasi n gerakan ke kiri dan ke kanan atau dng ornamen ke atas dan ke bawah; ayunan; getaran ornamentasi /ornaméntasi/ n perhiasan dng osilator n peranti yg menghasilkan arus memakai ornamen-ornamen gerak (spt generator frekuensi radio) ornitologi n ilmu pengetahuan tt burung- osilograf n 1 Lis alat yg mencatat aliran burung dan tekanan listrik yg berubah-ubah; ornitologis a berkenaan dng burung 2 Dok yg mencatat getaran atau naik orografi n cabang geografi fisik yg berhu- turunnya tekanan darah bungan dng gunung-gunung osilogram n Lis grafik yg dibuat oleh se- orografis a secara orografi buah osilograf 1orok n bayi osiloskop n Lis osilograf yg mencatat ge- 2orok, mengorok v mendengkur: dia ~ lombang-gelombang listrik secara visual karena terlalu lelah bekerja pd suatu layar 1orok-orok n Bot tanaman yg ditanam sbg osmium n Kim unsur logam (simbol OS) pupuk hijau, Crotalaria ferruginea yg sering ditemui dl kelompok logam 2orok-orok n titiran dibuat dr tempurung platina kelapa yg bunyinya menarik perhatian osmose n pencampuran dua macam barang ikan untuk datang berkumpul cair yg menembus sekatan (yg banyak 1orong-orong n lubang sumbu meriam pori-porinya) (bedil) kuno ostentasi /osténtasi/ n perbuatan memamer- 2orong-orong n anjing tanah kan secara berlebihan (tt kepandaian, ortodoks a 1 berpegang teguh pd peraturan kekayaan, dsb) agama; 2 kolot; berpandangan kuno osteologi /ostéologi/ n Anat cabang ilmu ortodoksi n ketaatan kpd peraturan agama anatomi yg khusus menyelidiki
    [Show full text]
  • Tenaga Dalam Volume 2 - August 1999
    Tenaga Dalam Volume 2 - August 1999 The Voice of the Indonesian Pencak Silat Governing Board - USA Branch Welcome to the August issue of Tenaga Dalam. A lot has occurred since May issue. Pendekar Sanders had a very successful seminar in Ireland with Guru Liam McDonald on May 15-16, a very large and successful seminar at Guru Besar Jeff Davidson’s school on June 5-6 and he just returned from a seminar in England. The seminar at Guru Besar Jeff Davidson’s was video taped and the 2 volume set can be purchased through Raja Naga. Tape 1 consists of blakok (crane) training and Tape 2 has about 15 minutes more of blakok training followed by a very intense training session in various animal possessions including the very rare Raja Naga possession. Guru Besar Davidson and his students should be commended on their excellent portrayal of the art. Tape 1 is available to the general public, but due to the intense nature of tape 2 you must be a student. It is with great sadness that I must report that Guru William F. Birge passed away. William was a long time personal student of Pendekar Sanders and he will be missed by all of the people that he came into contact with. 1 Tribute to Guru William F. Birge Your Memory Will Live On In Our Hearts. 2 DJAKARTA aeroplane is a lead-coloured line of sand beaten by EX ‘PEARL OF THE EAST’ waves seeping into a land as flat as Holland. The Dutch settlers who came here in 1618 and founded The following is a passage from the wonderful Batavia must have thought it strangely like their book Magic and Mystics of Java by Nina Epton, homeland.
    [Show full text]
  • Scraps of Hope in Banda Aceh
    Marjaana Jauhola Marjaana craps of Hope in Banda Aceh examines the rebuilding of the city Marjaana Jauhola of Banda Aceh in Indonesia in the aftermath of the celebrated SHelsinki-based peace mediation process, thirty years of armed conflict, and the tsunami. Offering a critical contribution to the study of post-conflict politics, the book includes 14 documentary videos Scraps of Hope reflecting individuals’ experiences on rebuilding the city and following the everyday lives of people in Banda Aceh. Scraps of Hope in Banda Aceh Banda in Hope of Scraps in Banda Aceh Marjaana Jauhola mirrors the peace-making process from the perspective of the ‘outcast’ and invisible, challenging the selective narrative and ideals of the peace as a success story. Jauhola provides Gendered Urban Politics alternative ways to reflect the peace dialogue using ethnographic and in the Aceh Peace Process film documentarist storytelling. Scraps of Hope in Banda Aceh tells a story of layered exiles and displacement, revealing hidden narratives of violence and grief while exposing struggles over gendered expectations of being good and respectable women and men. It brings to light the multiple ways of arranging lives and forming caring relationships outside the normative notions of nuclear family and home, and offers insights into the relations of power and violence that are embedded in the peace. Marjaana Jauhola is senior lecturer and head of discipline of Global Development Studies at the University of Helsinki. Her research focuses on co-creative research methodologies, urban and visual ethnography with an eye on feminisms, as well as global politics of conflict and disaster recovery in South and Southeast Asia.
    [Show full text]
  • A Stigmatised Dialect
    A SOCIOLINGUISTIC INVESTIGATION OF ACEHNESE WITH A FOCUS ON WEST ACEHNESE: A STIGMATISED DIALECT Zulfadli Bachelor of Education (Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia) Master of Arts in Applied Linguistics (University of New South Wales, Sydney, Australia) Thesis submitted in total fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy Department of Linguistics Faculty of Arts University of Adelaide December 2014 ii iii iv v TABLE OF CONTENTS A SOCIOLINGUISTIC INVESTIGATION OF ACEHNESE WITH A FOCUS ON WEST ACEHNESE: A STIGMATISED DIALECT i TABLE OF CONTENTS v LIST OF FIGURES xi LIST OF TABLES xv ABSTRACT xvii DECLARATION xix ACKNOWLEDGMENTS xxi CHAPTER 1 1 1. INTRODUCTION 1 1.1 Preliminary Remarks ........................................................................................... 1 1.2 Acehnese society: Socioeconomic and cultural considerations .......................... 1 1.2.1 Acehnese society .................................................................................. 1 1.2.2 Population and socioeconomic life in Aceh ......................................... 6 1.2.3 Workforce and population in Aceh ...................................................... 7 1.2.4 Social stratification in Aceh ............................................................... 13 1.3 History of Aceh settlement ................................................................................ 16 1.4 Outside linguistic influences on the Acehnese ................................................. 19 1.4.1 The Arabic language..........................................................................
    [Show full text]
  • Studi Deskriptif Pembuatan, Teknik Permainan, Dan
    STUDI DESKRIPTIF PEMBUATAN, TEKNIK PERMAINAN, DAN FUNGSI ALAT MUSIK SAPE’ DALAM KEBUDAYAAN SUKU DAYAK KAYAAN, DI DESA ARANG LIMBUNG KECAMATAN SUNGAI RAYA, KABUPATEN KUBU RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SKRIPSI SARJANA DISUSUN O L E H NAMA : YOLANDA R. NATASYA NIM : 130707057 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR PENGESAHAN STUDI DESKRIPTIF PEMBUATAN, TEKNIK PERMAINAN, DAN FUNGSI ALAT MUSIK SAPE’ DALAM KEBUDAYAAN SUKU DAYAK KAYAAN, DI DESA ARANG LIMBUNG KECAMATAN SUNGAI RAYA, KABUPATEN KUBU RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Dikerjakan Oleh Nama : YOLANDA R. NATASYA N I M : 130707057 Disetujui oleh Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Drs. Perikuten Tarigan, M.A. NIP: 196512211991031001 NIP: 195804021987031003 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYAPROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DISETUJUI OLEH: Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara MEDAN Program Studi Etnomusikologi Ketua, Arifni Netrirosa, SST., M.A. NIP: 196502191994032002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGESAHAN Diterima Oleh: Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni (S.Sn) dalam bidang Etnomologi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan. Hari : Tanggal : Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan, Dr. Budi Agustono, M.S. NIP. 196008051987031001 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu PerguruanTinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, Januari 2020 YOLANDA R.
    [Show full text]
  • Symbolism of the Sabah Bugis Motive: Sign and Meaning: Weapon and Textile
    KUPAS SENI Jurnal Seni dan Pendidikan Seni ISSN 2289-4640 /eISSN 0127-9688 /Vol. 8 No.2 (2020) / (1-12) Article Info: Received Date: 05 May 2020 Accepted Date: 18 November 2020 Published Date: 27 November 2020 Corresponding Author: [email protected] Symbolism of The Sabah Bugis Motive: Sign and Meaning: Weapon and Textile Mohamad Azizie Nordin Saiful Akram Che Cob Faculty Art and Design, Universiti Teknologi Mara, Shah Alam, Selangor, Malaysia To cite this article (APA): Nordin, M. A., & Che Cob, S. A. (2020). Symbolism of The Sabah Bugis Motive: Sign and Meaning: Weapon and Textile. KUPAS SENI: Jurnal Seni Dan Pendidikan Seni, 8(2), 1-12. https://doi.org/10.37134/kupasseni.vol8.2.1.2020 To link to this article: https://doi.org/10.37134/kupasseni.vol8.2.1.2020 Abstract The research aims to analyse the motive of the traditional Bugis symbol and meaning in Tawau, Sabah (weapon & textile). The research is type is d descriptive qualitative approach with interviews, observation, document, and literature review. Data analysis techniques in this research are ethnography Clifford Geertz. The results of the research indicated that weapons and textiles have a philosophy and symbolic meaning of Bugis Sabah's motive. In this study, textile for Bugis Sabah has convinced symbolic meanings that are very dependent on the wearer for green color for nobility women, red color for teenager’s girl, red color for married women, purple color for widows, black color for elderly and white color for assistants and shaman. Lippa Sabbe’ cloth also has its meaning and philosophy. The motifs found in this Lippa Sabbe ’is Balo Tettong, Mallobang, Cobo, Balo dan Balo Renni.
    [Show full text]
  • 1001 Years of Missing Martial Arts
    1001 Years of Missing Martial Arts IMPORTANT NOTICE: Author: Master Mohammed Khamouch Chief Editor: Prof. Mohamed El-Gomati All rights, including copyright, in the content of this document are owned or controlled for these purposes by FSTC Limited. In Deputy Editor: Prof. Mohammed Abattouy accessing these web pages, you agree that you may only download the content for your own personal non-commercial Associate Editor: Dr. Salim Ayduz use. You are not permitted to copy, broadcast, download, store (in any medium), transmit, show or play in public, adapt or Release Date: April 2007 change in any way the content of this document for any other purpose whatsoever without the prior written permission of FSTC Publication ID: 683 Limited. Material may not be copied, reproduced, republished, Copyright: © FSTC Limited, 2007 downloaded, posted, broadcast or transmitted in any way except for your own personal non-commercial home use. Any other use requires the prior written permission of FSTC Limited. You agree not to adapt, alter or create a derivative work from any of the material contained in this document or use it for any other purpose other than for your personal non-commercial use. FSTC Limited has taken all reasonable care to ensure that pages published in this document and on the MuslimHeritage.com Web Site were accurate at the time of publication or last modification. Web sites are by nature experimental or constantly changing. Hence information published may be for test purposes only, may be out of date, or may be the personal opinion of the author. Readers should always verify information with the appropriate references before relying on it.
    [Show full text]
  • Download (1MB)
    The Politics of National Integration in Indonesia: An Analy sis o f The Ro le of M ilit ary in t he P ro vince o f A ce h This page is intentionally left blank Dr. Muhammad bin Abubakar The Politics of National Integration in Indonesia: A n A n a l y s i s o f T h e R o l e o f M i l i t a r y i n t h e P r o v i n c e o f A c e h Muhammad bin Abubakar, 2015 THE POLITICS OF NATIONAL INTEGRATION IN INDONESIA: An Analysis of The Role of Military in the Province of Aceh Editor: Nanda Amalia, SH, M.Hum Unimal Press, Lhokseumawe, Aceh ISBN 978-602-1373-23-1- Hak Cipta © 2015, pada Dr. Muhammad bin Abubakar, All rights reserved. No parts of this book may be reproduced by any means, electronic or mechanical,including photocopy, recording, or information storage and retrieval system, without permission in writing from the publisher. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit THE POLITICS OF NATIONAL INTEGRATION IN INDONESIA: An Analysis of The Role of Military in the Province of Aceh Hak Penerbitan pada Unimal Press Layout: Eriyanto Darwin Cetakan Pertama, Juni 2015 Dicetak oleh: Unimal Press Alamat Penerbit: Universitas Malikussaleh Jl. Panglateh No. 10, Keude Aceh, Lhokseumawe 24351 Nanggroe Aceh Darussalam INDONESIA +62-0645-47512 PREFACE the socio-political and cultural beliefs of the early Buddhist Kingdom of Shrivijaya and the Hindu Kingdom of Majapahit completely failed to penetrate into Aceh.
    [Show full text]
  • Catalogue Going to Print
    CARVELL’S AUCTIONS New Zealand’s Specialist Firearms Auction House AUCTION 44 SUNDAY 11th November 2012 TO BE HELD AT THE HOLIDAY INN HOTEL AUCKLAND AIRPORT Viewing 8.00am - 10.00am Auction Commencing 10.00am MAJOR J.A WALLINGFORD (1872-1944) Jesse Wallingford, one of New Zealand’s greatest War heroes, was born in Kent, England in 1872. He was educated in Military schools and entered the Army at age 13. He specialised in musketry and was appointed an instructor at the Hythe Mus- ketry School. He was 17 times a member of the British team at Bisley Championship and a champion with both the rifle and revolver many times over. In 1908 he won a Bronze medal at the London Olympics in the teams Free Pistol event. In 1911 Wallingford was brought to NZ by Sir Joseph Ward (Prime Minister and Minister of Defence) to head up the School of Musketry in Auckland. He was re- sponsible for training the Expeditionary Force in rifle practice. While famous throughout the British Empire prior to The Great War, it was his exploits at Gallipoli that would earn him the nickname ‘Human Machine Gun’ and the title ‘Hero of ANZAC’. Wallingford was put in charge of the NZ machine guns and snipers and was awarded the Military Cross during operations near Gaba Tepe on the 25th April. Widely renowned as the best shot in the British Military he was regularly used to dispatch Turkish snipers. Not counting the machine gun, he shot over 700 Turks in the 5 months he was at Gallipoli.
    [Show full text]
  • MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh
    47 RITME Volume 2 No. 2 Agustus 2016 MANDAU SENJATA TRADISIONAL SEBAGAI PELESTARI RUPA LINGKUNGAN DAYAK Oleh : Hery Santosa dan Tapip Bahtiar [email protected] Departemen Pendidikan Seni Musik - FPSD Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK anyaknya pulau yang terhampar di wilayah Indonesia, menyebabkan tumbuhnya berbagai kebudayaan yang beragam. Hal ini merupakan realitas yang menguntungkan bagi negara Indonesia. Kekayaan budaya yang menjadi asset tak ternilai yang tumbuh menjadi pesona alam Indonesia. Dayak merupakan salah satu suku bangsa yang terkenal di Indonesia. Suku bangsa yang tinggal di pulau Kalimantan ini memiliki berbagai produk budaya. Aneka produk budaya telah dilahirkan di suku bangsa Dayak. Salahsatu produk budaya Dayak adalah senjata tradisional yang diberi nama Mandau. Mandau pada dasarnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun disamping itu ada juga yang dibuat khusus untuk digunakan dalam upacara ritual. Pada perkembangan selanjutnya, Mandau ada yang dibuat untuk keperluan tanda mata atau souvenir. Kata Kunci : Kebudayaan, Dayak, Mandau, senjata tradisi, Bagian-bagian Mandau. PENDAHULUAN teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Hamparan pulau bumi Indonesia yang Dayak berasal dari beberapa gelombang migrasi. demikian luas dan jumlah yang banyak sangat Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun menunjang lahir dan banyaknya aneka ragam seni yang lalu tepatnya pada periode Intergasial- tradisi dan keunikan budaya yang ditunjukan Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras setiap pulau, wilayah, dan atau suku bangsa. Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal Salah satu yang kaya dengan ragam kesenian dari Afrika). Pada zaman Pre-neolitikum, kurang tradisional yaitu pulau Kalimantan. Pulau lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang lagi Kalimantan terbagi dalam beberapa wilayah kelompok suku semi nomaden (tergolong administratif, yaitu wilayahnya Kalimantan manusia moderen, Homo sapiens ras Mongoloid).
    [Show full text]