Bahasa Melayik Purba
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
K. Alexander Adelaar BAHASA MELAYIK PURBA Rekonstruksi Fonologi dan Sebagian dari Leksikon dan Morfologi BAHASA MELAYIK PURBA Diterbitkan dalam kerangka kcija sama aniaea Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahama, >anemcn Pendidikan dan Kebudayaan Rcpublik Indoncs dan Univcrsiias Leiden, Belanda PUBLIKASI BERSAMA dan PEMBINAAN DAN PENGEMBANCAN UNIVERSITAS LEIDEN BAHASA BAHASA MELAYIK PURBA Rekonstruksi Fonologi dan Sebagian dari Leksikon dan Morfologi oleh K. Alexander Adelaar RUL Jakarta 1994 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ADELAAR, K. Alexander Bahasa Melayik Purba : rekonstruksi fonologi dan sebagian dari leksikon dan morfologi / K. Alexander Adelaar, - Jakarta: RUL, 1994 xviii, 385 him.; 22,5 cm, - (Seri publikasi bersama) Diterbitkan atas keija sama dengan Universitas Leiden, Belanda ISBN 979-8310-03-9 1. Bahasa Melayu - Fonologi I. Judul. II. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa III. Universitas Leiden IV. Seri 419.9 Redaktur W.A.L. Stokhof Asisten Redaktur A.E. Almanar Penasihat Redaktur Hasan Alwi, Hans Lapoliwa, Hein Steinhauer DAFTAR ISI Kata Pengantar ix Daftar Singkatan xiii Simbol-simbol yang digunakan xv Bahasa-bahasa yang diacu, dengan singkatan dan sumber leksikal yang penting xvii BAB I : Pendahuluan 1 BAB II : Deskripsi Fonologis dalam Isolek-isolek Melayik 13 2.1 Sistem Foriem dalam Isolek Melayu Baku 13 2.2 Sistem Fonem dalam Isolek Minangkabau 17 2.3 Sistem Fonem dalam Isolek Banjar Hulu 22 2.4 Sistem Fonem dalam Isolek Serawai 25 2.5 Sistem Fonem dalam Isolek Iban 32 2.6 Sistem Fonem dalam Isolek Jakarta 37 BAB m : Rekonstruksi Fonem dalam Isolek-isolek Melayik Purba 53 3.1 Vokal biasa dalam MP 54 3.1.1 *a dan *e dalam MP 54 3.1.2 Vokal Tinggi dalam MP 67 3.1.3 Perubahan Vokal dalam Silabel Ketiga dari Akhir 78 3.2 Diftong dalam MP 85 3.3 Semivokal dalam MP 88 3.4 Konsonan Hambat Bersuara dalam MP 91 3.5 Konsonan Hambat Bersuara dalam MP 113 3.6 Konsonan Nasal dalam MP 116 3.7 Konsonan Alir dalam MP 124 3.8 Konsonan Desis dalam MP 137 3.9 Konsonan Spiran Glotal dalam MP 140 3.10 *0 (antarvokal) dalam MP 144 v 3.11 Perubahan Silabel Ketiga dari Akhir dan Konsonan-konsonan yang Berdekatan dalam IBN 145 3.12 Ringkasan 148 BAB IV : Struktur Kata dalam Isolek-isolek Melayik Purba 157 4.1 Sistem Fonem dalam MP 157 4.2 Bentuk Kanonik dan Kendala Fonotaktis dalam MP 157 4.3 Harmoni Jenis Artikulasi 158 4.4 Kendala pada Bunyi Labial Akhir yang Didahului *i 163 4.5 Kontraksi Vokal dalam leksem MP yang mengandung lebih dari dua silabel 164 4.6 Sinkope dari vokal kedua dari akhir dalam kata bersuku tiga 167 BAB V : Leksikon dalam isolek-isolek Melayik Purba 173 5.1 Waktu dalam sehari 173 5.2 Istilah-istilah arah 175 5.3 Bilangan 178 5.4 Istilah-kekerabatan yang pokok 181 5.5 Pronomina 187 5.6 Anggota tubuh 197 5.7 Daftar 200-kata yang pokok dalam isolek- isolek Melayik Purba 200 BAB VI : Afiks dalam isolek-isolek Melayik Purba 219 6.0 Pendahuluan 219 6.1 Rekonstruksi Awal 222 6.1.1 Penanda verba intransitif dan transitif dalam MP 223 6.1.2 Penghubung dalam MP 225 6.2 t@r- dan padanannya dalam MB 226 6.3 Afiks Penanda Fokus, m@N (2)-, 0-, dan di-, serta prefiks verba intransitif m@N(l)- (dan padanannya) 232 vi 6.4 Bukti dari bahasa Melayu Kuno dan Bahasa Dayak Melayik 245 6.4.1 Rekonstruksi penanda subjongtif *-a? dalam MP 245 6.4.2 Rekonstruksi penanda transitif (*maka-) 247 6.5 MB -an (1,2) dan padanannya 247 6.6.1 MB k@ -an{\) dan padanannya 260 6.6.2 MB k@ -an (2) dan padanannya 262 6.7 Afiks Pembentuk Nomina dalam MB, p@N-, p@r-, p@N- -an, dan p@r- -an, serta padanannya 266 6.8 Bukti dari Afiks Mati 287 BAB VII : Perubahan dari MPP ke MP 293 7.1 Perkembangan Fonemis 293 7.2 Perkembangan Fonotaktis 298 7.3 Penggantian Leksikal 300 BAB VIII: Kesimpulan 307 8.1 Hasil-hasil 307 8.2 Subklasifikasi 308 8.3 Tanah Air MP 309 8.4 Saran-saran untuk Penelitiaii Lebih Lanjut 311 Lampiran 1 313 Lampiran 2 345 Pustaka Acuan 353 vii KATA PENGANTAR Bahasa Melayik Purba karangan K. Alexander Adelaar ini adalah publikasi kedua dalam Seri Publikasi Bersama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Universitas Leiden. Aslinya ditulis dalam bahasa Inggris sebagai disertasi (pada Universitas Leiden) dan diterbitkan dengan jumlah yang terbatas di Belanda tahun 1985, dan kemudian dalam seri Pacific Linguistics, Series C, No. 119, tahun 1992. Teijemahan ini didasarkan atas terbitan terakhir itu, dilengkapi dengan sejumlah tambahan dan perbaikan oleh pengarangnya sendiri. Dr. K. Alexander Adelaar (1953) adalah ahli perbandingan dan sejarang bahasa Austronesia yang namanya semakin mendunia. Sebagai murid almarhum Prof. Dr. J.C. Anceaux, Beliau menjadi dosen bahasa Austronesia pada Universitas Leiden, dan peneliti tamu pada berbagai universitas yang terkemuka, seperti Cornell University di Ithaca (Amerika Serikat), J.W. Goethe Universitat di Frankfurt (Jerman), dan Australian National University di Canberra. Mulai tahun 1994 Beliau menjadi lektor kepala di Department of Linguistics and Language Studies, Melbourne University, Australia. Di antara karyanya perlu disebutkan sumbangannya kepada rekonstruksi bahasa Batak Purba dan penyubkelompokan bahasa-bahasa Batak modem, makalahnya mengenai struktur bahasa Melayu di Sri Langka dan asal-usulnya, berbagai studi mengenai hubungan dunia Melayu dan pulau Madagaskar dari abad ke-7 sampai abad ke-15 M. sebagaimana terbukti dari pinjaman-pinjaman dari bahasa Melayu ke dalam bahasa Malagasi, dan makalahnya mengenai bahasa Mbaloh di pedalaman Kalimantan Barat yang bukan seperti diduga- sebelumnya termasuk rumpun Melayu ataupim Melayik, melainkan yang paling dekat hubungannya dengan bahasa di Sulawesi Selatan, khususnya bahasa Bugis. Penelitiannya tentang bahasa Salako di Kalimantan Barat pun memungkinkannya menjelaskan sejumlah kekaburan dalam penafsiran prasasti Melayu Kuno. Besar pula sumbangannya dalam bidang etimologi: berkat berbagai analisis etimologis kosakata Melayu, Adelaar berhasil merekonstruksi beberapa segi kehidupan sosial nenek moyang orang Melayu dalam zaman prasejarah. Juga dalam buku Bahasa Melayik Purba ini dibicarakan sejumlah masalah etimologis. ix Sebagaimana diketahui, studi tentang sejarah bahasa Austronesia sejak abad yang lalu menitikberatkan rekonstruksi dasar-dasar leksikal, serta penyusunan perangkat bunyi hipotetis bahasa Austronesia Purba, yang masing-masing dikaitkan dengan kaidah perubahan bunyi yang menghasilkan bunyi-bunyi yang sekarang kita temukan dalam bahasa turunannya. Dalam salah satu ancangan (dengan Isidore Dyen sebagai tokohnya) perangkat bunyi hipotetis tersebut tidak lebih daripada lambang adanya korespondensi tertentu antara bunyi bahasa-bahasa yang diamati sekarang. Dalam ancangan lain (dengan John U. Wolff sebagai salah seorang pelopomya) diusahakan merekonstruksi suatu sistem bunyi yang dari segi jumlahnya dan ciri fonetisnya dapat dianggap wajar untuk sebuah bahasa yang alamiah. Sampai sekarang usaha merekonstruksi bahasa Austronesia Purba dari segi struktur lainnya, yaitu morfologi dan sintaksis, masih sangat terbatas. Kalau tujuan akhir rekonstruksi sebuah bahasa purba adalah penambahan pengertian tentang keberagaman dan kesamaan antar bahasa serumpun yang terdapat sekarang ini, maka tidak dapat dilangkahi rekonstruksi tahap-tahap yang mengantarai masa kini dan zaman bahasa purba itu. Apalagi, jumlah bahasa Austronesia begitu besar (sepersepuluh jumlah bahasa di dunia) dan strukturnya begitu beragam dan untuk kebanyakan bahasanya masih sangat kurang diketahui, sehingga rekonstruksi tahap yang paling purba itu praktis mustahil. Maka jelaslah bahwa satu-satunya jalan menuju rekonstruksi sejarah kejadian mozaik bahasa di Nusantara serta wilayah Austronesia di luar Indonesia adalah melalui rekonstruksi tahap-tahap menengah itu. Karya Adelaar ini merupakan usaha seperti yang dimaksud itu. Yang direkonstruksi bukan hanya sistem fonem dan sebagian kosakatanya, melainkan juga inti-inti struktur morfologisnya. Dasar rekonstruksinya adalah sejumlah isolek (sebagai istilah netral yang mencakup, baik bahasa maupun ragam bahasa atau dialek), yaitu isolek Melayu Baku, isolek Minangkabau, isolek Banjar Hulu, isolek Serawai, isolek Iban, dan isolek Jakarta. Isolek itu saling berhubungan, akan tetapi di antaranya ada yang tidak lazim digolongkan sebagai isolek "Melayu". Karena itu istilah yang dipilih Adelaar untuk menamai kelompok isolek yang dibahasnya bukan bahasa Melayu Purba (yang cakupannya terlalu sempit), melainkan bahasa Melayik Purba. Diharapkan agar terjemahan disertasi Adelaar mengenai bahasa Melayik Purba ini akan mengilhami pakar bahasa di Indonesia untuk mengadakan penelitian sejenis terhadap subrumpun bahasa Austronesia yang lain, dan meneruskan x dan melengkapi penelitian Adelaar sendiri, a.l. dengan memperbandingkan penemuannya dengan bahasa lainnya yang termasuk rumpun Melayik. Hein Steinhauer Jakarta, Desember 1993 DAFTAR SINGKATAN (adv) adverbia cat. catatan Demp. Dempwolff 1938 ed. editor ekskl. ekslusif (mengacu kepada pronomina persona yang berarti ’tidak termasuk lawan bicara’) i. l. isoleks lain (yang menjadi dasar untuk studi ini) inkl. inklusif (mengacu kepada pronomina persona yang berarti ’termasuk lawan bicara’) j. jamak KTt. kesepadanan tak teratur KTTD kesepadanan tak teratur yang tak dapat dijelaskan (n) nomina N nasal N- nasalisasi O obyek pers persona pnd pendahuluan Rich. Richards 1981 S. Subyek s. i semua isolek (MB, MIN, BH, SWI, IBN, dan JKT) sso seseorang sst sesuatu t. tunggal TDD tak dapat dijelaskan t.k.s tanpa kata seasal (v) verba VI verba intransitif VID verba intransitif dinamis VIS verba