1 Subtema: 5 MEMBERDAYAKAN “KEMBALI” BAHASA DAERAH

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

1 Subtema: 5 MEMBERDAYAKAN “KEMBALI” BAHASA DAERAH Subtema: 5 MEMBERDAYAKAN “KEMBALI” BAHASA DAERAH SEBAGAI SUMBER UTAMA PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA Basori [email protected] 085787572731 Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah Abstrak Pengembangan kosakata bahasa Indonesia perlu terus dilakukan sebagai bagian dari peningkatan daya ungkap bahasa Indonesia. Hal ini berkaitan dengan tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, serta kebudayaan yang demikian pesat. Kenyataannya pengembangan (penambahan) kosakata dalam berbagai bidang itu lebih didominasi oleh sumber bahasa asing (Inggris), terutama dalam dua dasawarsa terakhir ini. Akibatnya bahasa Indonesia lebih terasa menginggris. Kondisi ini akan meletakkan bahasa Indonesia pada posisi yang jauh dari kebudayaan Indonesia (Nusantara). Bahasa Indonesia akan kehilangan akarnya. Hal ini harus segera diatasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah “kembali ke khitah” memberdayakan bahasa daerah sebagai sumber utama pengembangan bahasa Indonesia. Keragaman bahasa daerah (726 bahasa) merupakan kekayaan yang perlu digali sebagai sumber pengayaan kosakata bahasa Indonesia. Bahasa daerah tidak hanya digunakan sebagai bahasa budaya. Bahasa daerah juga dapat dan mampu menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata Kunci: bahasa daerah, bahasa Indonesia, pengembangan 1. Pengantar Judul di atas terdiri atas dua bagian, bagian pertama berkaitan pemberdayaan bahasa daerah, bagian kedua berkaitan dengan pengembangan bahasa Indonesia. Kedua bagian ini memiliki pokok yang berbeda. Perbedaan itu terletak pada kemampuan bahasa Indonesia dalam menempatkan dirinya sebagai bahasa pergaulan antarbangsa. Hal ini berkaitan langsung dengan 1 kemampuan bahasa Indonesia dalam membahasakan dunia serta fungsinya sebagai bahasa utama dalam belantara ratusan bahasa daerah. Situasi kebahasaan di Indonesia menunjukkan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa daerah memiliki peran berdampingan dalam situasi diglosik secara alamiah. Pada akhir-akhir ini, kehadiran situasi diglosik semakin nyata. Bahasa daerah pada umumnya dipilih untuk menyatakan hal-hal yang bersifat keseharian dan kedaerahan sedangkan bahasa Indonesia dipilih untuk menyatakan hal-hal yang bersifat kedinasan. Bahasa daerah yang dimiliki Indonesia yang beratus-ratus jumlahnya itu merupakan bagian dan unsur dari kekayaan dan kebudayaan Indonesia. Karena bahasa daerah adalah bagian dari unsur kekayaan bahasa Indonesia, perannya untuk mengembangkan bahasa Indonesia harus ditingkatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan bahasa daerah sebagai sumber utama dalam pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia. Sebagai bagian dari pemberdayaan bahasa daerah, setiap komponen bangsa harus berpikir bahwa bahasa daerah adalah unsur utama dalam pengembangan bahasa Indonesia. Tak dapat disangkal lagi bahwa penyerapan bahasa asing merupakan hal yang lumrah dalam perkembangan sebuah bahasa. Terlebih dewasa ini, tatkala teknologi merewak dengan cepat dan sistem komunikasi yang baru yang semakin mendekatkan kebudayaan dan bahasa. Pungut-memungut istilah dan kosakata di antara berbagai bahasa menjadi gejala yang umum di seluruh dunia. Termasuk di dalamnya bahasa-bahasa yang ‘dianggap’ maju dan modern. Tak ada seorang yang mempertanyakan bagaimana bahasa Inggris misalnya menyerap kata asing. Bagaimana bahasa itu menggunakan kata atau istilah yang mereka serap. Orang Inggris menerima begitu saja kata batik dari bahasa Indonesia. Mereka tidak mencari padanan kata itu dalam bahasa mereka. Namun, selanjutnya kata itu diperlakukan sebagai kata Inggris yang harus tunduk pada segala aturan tata bahasa Inggris. Dari kata batik itu kemudian muncul to batik, batiked, batiking, to make batik, batik work, dan sebagainya. Mereka tidak memungut kata membatik atau pembatikan tetapi menerjemahkannya menjadi to make batik dan batik industry. Orang (penggawa bahasa) Inggris paham benar bahwa pengguna bahasa Inggris takkan paham benar seandainya mereka memungut membatik atau pembatikan. Bandingkan hal itu dengan apa yang menjadi kebiasaan orang Indonesia dalam menyerap kata asing. Hampir setiap bentukan kata yang disera dilahap sepenuhnya dengan dalih pengambilan utuh, tanpa memperhatikan kaidah pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Lalu, muncullah standar, standardisasi, analis, analisis, analitis, kapital, kapitalis, kapitalisasi, kapitalisme, kapitalistik, kapitalistis. 2 Sudah waktunya bagi masyarakat Indonesia untuk ‘kembali ke sumber’. Memanfaatkan kekayaan kata dan istilah yang dimiliki bahasa-bahasa daerah sebagai bagian dari pengembangan bahasa Indonesia. Hal itu dapat dilakukan dengan –salah satu caranya adalah– menerbitkan kamus yang memuat seluruh kekayaan kata dalam bahasa-bahasa Nusantara. Kamus seperti ini akan sangat bermanfaat sebagai upaya memperkaya dan mendokumenkan kosakata ‘Indonesia’. Jika kata ‘canggih’ dan ‘dampak’ dapat muncul dari peristirahatan dan memiliki peran dalam pengembangan ilmu, saya meyakini bahwa masih banyak ‘kata karun’ yang dapat digali dan dimanfaatkan. Ada yang mengatakan bahwa pemanfaatan kosakata serta unsur-unsur linguistik lainnya dalam bahasa daerah sebagai bagian dari bahasa Indonesia mudah dilakukan secara linguistik, tetapi tidak secara sosial. Kata dapat diambil apabila konsep yang dilambangkan oleh kata itu memang baru bagi bahasa Indonesia dan kata atau istilah yang melambangkannya belum ditemukan dalam bahasa Indonesia. Selain itu untuk menjadikan kata bahasa daerah dalam bahasa Indonesia, pertimbangan kanlinguistik juga harus ikut menentukan masuk atau tidaknya kata itu. Itu sebabnya penanganan bahasa tidak dapat dilepaskan begitu saja hak-hak masyarakat, termasuk di dalamnya hak atas pemertahanan etnis, budaya, dan bahasanya. Untuk itu, bahasa Indonesia harus mengadopsi konsep-konsep pengetahuan modern yang umumnya berasal dari bahasa asing. Untuk menjadi tali pengikat persatuan yang baik, bahasa Indonesia hendaknya mewakili kepentingan semua anggota masyarakat Indonesia yang multietnik dan multilingual. Pertanyaan saya, apa tidak salah? Penggunaan kata (bahasa) asing sebagai tali pengikat persatuan yang baik. Bukankah ini sebagai bentuk pengingkaran yang nyata dari sejarah pembentukan dan perkembangan bahasa Indonesia? Kecenderungan untuk menggunakan kata asing dalam bahasa Indonesia akan semakin menjauhkan bahasa Indonesia dari akar budaya Nusantara. Bahasa Indonesia akan menjadi sederet kata asing yang dirangkai dengan kata depan dan kata hubung bahasa Indonesia. Itukah yang disebut sebagai pembersatu? 2. Pengembangan Bahasa Indonesia Kata adalah sesuatu yang ajaib. Dengan kata, orang dapat mengungkapkan isi hatinya, orang dapat memerintah orang, memuja, memuji, memaki, dan sebagainya. Orang juga dapat memeroleh gambaran tentang seseorang elalui kata yang dipakai. Tutur kata seseorang menunjukkan latar belakangnya. Kata adalah sarana berpikir, keterampilan berpikir seseorang sangat bergantung pada keterampilan berolahkatanya. Semakin tajam dan semakin perinci cara berolahpikirnya makin tinggi kebutuhan kata yang dimilikinya. 3 Maka kemilikan kosakata menjadi prasyarat penting bagi siapa saja yang memiliki niat berolahpikir. Ada prasangka bahwa bahasa Indonesia kurang bahkan tidak sesuai untuk digunakan sebagai bahasa pengetahuan, untuk mengungkapkan hal-hal yang renik sebagaimana yang dituntut oleh perkembangan ilmu dan teknologi masa kini. Kemudian istilah dan kosakata asing membanjiri bahasa Indonesia. Akibatnya, muncullah tulisan yang penuh dengan kata dan ungkapan asing. Untuk menjawab tantangan itulah bahasa Indonesia perlu dikembangkan. Pengembangan ditujukan pada upaya peningkatan mutu daya ungkap bahasa Indonesia. Peningkatan mutu daya ungkap itu meliputi perluasan kosakata bahasa Indonesia dan pemantapan kaidah-kaidahnya sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebudayaan yang amat pesat. Perkembangan kosakata dapat diketahui dari pertambahan kata yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia. Kamus W.J.S. Poerwadarminta yang terbit tahun 1953 memuat sekitar 23.000 lema bahasa Indonesia. Pada tahun 1976 kamus itu diolah kembali oleh Pusat Bahasa dan ditambahkan 1.000 lema baru. Gambaran itu memperlihatkan dalam kurun waktu 29 tahun seolah-olah hanya terjadi penambahan 1.000 kata saja. Sementara dalam waktu 12 tahun berikutnya, tepatnya tahun 1988, telah terjadi penambahan 49.000 kata baru yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Pertama. Kini kamus itu telah mernuat 78.000 lema (kata umum) dan dalam pengembangan istilah telah diperoleh 265.000 istilah dalam berbagai bidang ilmu. Kondisi itu menunjukkan bahwa perkembangan kosakata bahasa Indonesia amatlah cepat, terutama dalam waktu 25 tahun menjelang pergantian abad ke-20. Meskipun demikian, kekurangan kosakata bahasa Indonesia masih saja terasakan jika digunakan untuk mengungkapkan ilmu dan teknologi, termasuk teknologi komunikasi melalui media massa. Pengembangan kosakata dalam berbagai bidang itu lebih didominasi oleh sumber bahasa asing, terutama dalam dua dasawarsa terakhir ini. Sumber pengembangan kosakata itu perlu diimbangi dengan pemanfaatan bahasa daerah. Keragaman bahasa daerah (726 bahasa) merupakan kekayaan yang perlu digali sebagai sumber pengayaan kosakata bahasa Indonesia. Pemerkayaan kosakata diperlukan untuk memungkinkan pelambangan konsep dan gagasan kehidupan modern. Cakrawala sosial budaya yang meluas yang melampaui batas-batas kehidupan yang tertutup menimbulkan keperluan adanya kata, istilah, dan ungkapan dalam bahasa. Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia dapat –bahkan wajib– menerima berbagai unsur yang datang dan masuk dari bahasa-bahasa
Recommended publications
  • CITRA PEMELUK AGAMA HINDU-BUDDHA DAN AGAMA ISLAM DALAM NOVEL ARUS BALIK KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (Analisis Struktutalisme Genetik)
    CITRA PEMELUK AGAMA HINDU-BUDDHA DAN AGAMA ISLAM DALAM NOVEL ARUS BALIK KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (Analisis Struktutalisme Genetik) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Hendra Sigalingging 044114028 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Orang yang tidak pernah membuat kekeliruan adalah orang yang tidak pernah melakukan apapun (Theodre Roosevelt) Saya bukanlah manusia gagal, saya hanya menemukan sepuluh ribu cara yang tidak efektif (Benjamin Franklin) Skripsi ini kupersembahkan untuk: Sang Maha Kasih, Yesus Kristus Amang dohot Inang yang telah membuat aku ada Rika dan Riko yang mengasihiku Serta semua orang yang kukasihi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akhir dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yaitu: 1. Drs. B. Rahmanto, M.Hum, sebagai dosen pembimbing I, terima kasih atas segala bimbingan dan masukan kepada saya untuk meyelesaikan skripsi ini. 2. SE Peni Adji, S.S, M.Hum sebagai dosen pembimbing II, terima kasih telah meluangkan banyak waktu untuk memberi masukan dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Seluruh dosen jurusan Sastra Indonesia, yang telah dengan sabar membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Sastra Indonesia.
    [Show full text]
  • Kajian Terhadap Gambaran Jenis Senjata Orang Melayu Dalam Manuskrip Tuhfat Al-Nafis
    BAB 1 PENGENALAN ______________________________________________________________________ 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian 1.1.1 Peperangan Dunia seringkali diancam dengan pergaduhan dan peperangan, sama ada peperangan antarabangsa, negara, agama, etnik, suku kaum, bahkan wujud juga peperangan yang berlaku antara anak-beranak dan kaum keluarga. Perang yang di maksudkan adalah satu pertempuran ataupun dalam erti kata lain merupakan perjuangan (jihad). Kenyataan ini turut di perakui oleh Sun Tzu dalam karyanya yang menyatakan bahawa peperangan itu adalah urusan negara yang penting untuk menentukan kelangsungan hidup atau kemusnahan sesebuah negara, maka setiap jenis peperangan itu perlu diselidiki terlebih dahulu matlamatnya.1 Di samping itu, perang juga sering dianggap oleh sekalian manusia bahawa ia merupakan satu perbalahan yang melibatkan penggunaan senjata sehingga mampu mengancam nyawa antara sesama umat manusia.2 Ini menunjukkan bahawa penggunaan senjata merupakan elemen penting dalam sebuah peperangan. Perang merupakan salah satu daripada kegiatan manusia kerana ia meliputi pelbagai sudut kehidupan. Peredaran zaman serta berkembangnya sesebuah tamadun telah menuntut seluruh daya upaya manusia untuk berjuang mempertahankan negara terutamanya dalam peperangan. Ini kerana pada masa kini perang merupakan satu 1 Saputra, Lyndon, (2002), Sun Tzu the Art of Warfare, Batam : Lucky Publisher, hlmn 8 2 Kamus Dewan Bahasa (Edisi Keempat), (2007), Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka , hlmn 1178 masalah yang sangat besar, rumit dalam sebuah
    [Show full text]
  • Berkala Arkeologi
    BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, November 2013 ISSN 1410 – 3974 Naskah Bambu Namanangon Ribut: Salah Satu Teks dari Batak Mandailing Yang Tersisa Namanongon Ribut Bamboo Script: One of The Remaining Batak Mandailing Texts Churmatin Nasoichah Potensi Kepurbakalaan di Pulo Aceh Archaeological Potential In Pulo Aceh Dyah Hidayati Makna Penguburan Bersama Masa Prasejarah dan Tradisinya di Sumatera Bagian Utara The Meaning Of Pre-Historic Communal Burial And Its Tradition In North Sumatera Ketut Wiradnyana Studi Kelayakan Arkeologi Di Situs Kota Cina, Medan (Studi Awal Dalam Kerangka Penelitian Arkeologi) Archaeological Feasibility Study of the Kota Cina site, Medan (A Preliminary Study of the Archaeological Research Framework) Stanov Purnawibowo Syailendrawangsa: Sang Penguasa Mataram Kuno Syailendrawangsa: The Ruler Of The Ancient Mataram Baskoro Daru Tjahjono Komunikasi Efektif Dalam Penyelamatan Patung Pangulubalang Terhadap Potensi Konflik Vertikal di Kabupaten Simalungun An Effective Communication in The Salvation of Pangulubalang Statue as an Anticopation to Vertical Conflict Potentials in The Regency of Simalungun Defri Elias Simatupang Kelapa Dalam Catatan Arkeologi dan Historis: Upaya Pengembangan Kebijakan Tanaman Serba Guna Coconuts in Historical and Archaeological Records: an Effort of Developing Multi-Purposes Plants Lucas Partanda Koestoro KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI ARKEOLOGI MEDAN Medan, BAS VOL. 16 NO. 2 Hal 113 -- 233 ISSN 1410 – 3974 November 2013 BERKALA ARKEOLOGI Vol. 16 No. 2, NOVEMBER 2013 ISSN 1410 - 3974 Berkala Arkeologi “SANGKHAKALA” adalah wadah informasi bidang arkeologi yang ditujukan untuk memajukan kegiatan penelitian arkeologi maupun kajian ilmu lain yang terkait dengan arkeologi, serta menyebarluaskan hasil-hasilnya sehingga dapat dinikmati oleh kalangan ilmuwan khususnya dan masyarakat luas umumnya. Redaksi menerima sumbangan artikel dalam bahasa Indonesia maupun asing yang dianggap berguna bagi perkembangan ilmu arkeologi.
    [Show full text]
  • ARMS and ARMOR of EAST and SOUTHEAST ASIA an Interactive Qualifying Project Report
    03D 1 31 .; qg- JLS-0033 ARMS AND ARMOR OF EAST AND SOUTHEAST ASIA An Interactive Qualifying Project Report: Submitted to the Faculty Of the WORCESTER POLYTECHNIC INSTITUTE In partial fulfillment of the requirements for the Degree of Bachelor of Computer Science By Dan Adams Wei-Yu Chen Sean Gardell Eric Kelley John LaFleur Date: April 10, 2003 Approved: Professor Jeffrey Forgeng 1. East and Southeast Asia 2. Arms 3. Armor 1 Abstract This project, working in conjunction with the Higgins Armory Museum, created a web-based database for the museum's collection of artifacts from East and Southeast Asia, excluding Japan. It also documented the history, military history, and arms and armor of the region. Photographs were taken of the artifacts and linked with the database. The web-based database is searchable on multiple fields and contains the relevant information about the artifacts. 2 Table of Contents INTRODUCTION 8 CHINESE HISTORY (WEI-YU CHEN) 11 Myths and Legends 11 Creation of the World and Humans 11 The Yellow Emperor and the first Dynasty 12 The Shang Dynasty 13 The Zhou Dynasty 13 The Qin Dynasty 16 The Han Dynasty 17 The Three Kingdoms 19 The Time of Division 20 The Sui Dynasty 22 The Tang Dynasty 23 The Song Dynasty 26 The Mongols in Central Asia 28 China under Alien Rule 30 End of the Yuan Dynasty 31 The Ming Dynasty 32 The End of the Ming Dynasty 34 The Last Dynasty — Qing 35 The Fall of the Qing Dynasty 37 Modern Chinese History 38 KOREAN HISTORY (WEI-YU CHEN) 39 Prehistoric Period 39 3 The Use of Bronze 39 The Old Cho-Sun 41
    [Show full text]
  • Jilid Iv Subtema Iv Laut Dalam Historiografi Tradisional, Sastra Dan Seni
    JILID IV SUBTEMA IV LAUT DALAM HISTORIOGRAFI TRADISIONAL, SASTRA DAN SENI DIREKTORAT SEJARAH DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROSIDING KONFERENSI NASIONAL SEJARAH X Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Persepektif Sejarah Jakarta, 7 – 10 November 2016 Pengarah Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan) Triana Wulandari (Direktur Sejarah) Penanggung Jawab Amurwani Dwi Lestariningsih Penyusun Tirmizi Isak Purba Esti Warastika Budi Harjo Sayoga Pengelola Tata Letak Haryanto Bariyo Maemunah Dwi Artiningsih Desain Sampul Dirga Fawakih Gambar Sampul KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) Diterbitkan oleh Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016 ISBN KATA PENGANTAR Puji Syukur Alhamdulillah Kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yan tekah memudahkan kami dalam menghimpun makalah-makalah yang disajikan dalam Konferensi Nasional Sejarah X yang diselenggarakan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Indonesia pada tanggal 7-10 November 2016. Makalah-makalah tersebut berasal dari 60 Pemakalah yang telah lolos seleksi abstrak dan 40 pemakalah ditunjuk oleh panitia pengarah. Makalah merupakan hasil penelitian ilmiah yang orisinal dan belum pernah dipublikasikan. Selain mempertemukan para sejarawan dan berbagai yang menaruh minat dalam kesejarahan, Konferensi menjadi forum diskusi
    [Show full text]
  • Kamus Melayu-Indonesia
    TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM lamas Melayn - Indonesia D lamas Nelayu — Indonesia OIeh A, PERPUTt\.' Achadiati Ikram Soraya Saleh Putri Minerva Mutiara DE '--:: J essy Augusdin Maria Indra Rukmi - Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan. dan Kebudayaan Jakarta 1.985 Hak Cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan nanBafl"3 erpuEH ?4OKL Penyunti --- Saksono Priyanto. '"tC? -O Cetakan Pertama Naskah buku mi sethula merupakan hasH Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah - Jakarta 1979/1980, diterbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia. Staf inti Proyek: Drs. Hans Lapoliwa, M.PhiI (Pemimpin), Yusnan Yunus (Bendaharawan), Drs. Nafron Hasjim, Drs. Dendy Sugono (Sekretaris), Drs. Farid Hadi, Drs. S.R.H. Sitanggang, Drs. S. Amran Jasai, dan Drs. A. Patoni (para asisten). Sebagian atau seluruh isi buku mi dilarang dipergunakan atau diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tértulis dari penerbit, kecuali dalam hal kutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Alamat penerbit: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta Timur 13220 Iv PRAKATA Sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun 11(1974), telah digariskan ke- bijakan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dalam berba- gai seginya. Dalam garis haluan ml, masalah kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang perlu dirap de- ngan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
    [Show full text]
  • Putu Prana Darana – Trilogi Blambangan 2
    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Trilogi Blambangan Buku Kedua Karya : Putu Prana Darana Ebook ini dibuat berdasarkan file DJVU BBSC di http://rapidshare.com/files/268931895/TB02-GemaDiUfukTimur- Buku01.7z.html http://rapidshare.com/files/268932246/TB02-GemaDiUfukTimur- Buku02.7z.html Ebook PDF by Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http://dewi.0fees.net/ Penerbit PT Gramedia Tahun 1989 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ I. LUKA DAN DUKA Mentari tetap saja melayang. Karena janjinya pasti. Angin dan badai tetap juga berhembus menerpa bumi. Kehidupan berjalan terus. Semua... berjalan terus tanpa bisa dihalangi oleh siapa pun. Juga kehidupan. Peperangan tak bisa menghentikannya. Dia berjalan terus seperti roda ajaib yang tidak pernah berhenti. Walau mereka yang bernapas dan hidup, sudah sampai titik batas akhir. Demikian pula Yistyani berjalan terus membawa luka dan duka. Bahunya sebelah kiri robek oleh tembakan Kompeni di Banyu Alit. Bahkan dalam perjalanan pulang ke Raung ini, dua pengawalnya tertembak mati. Tinggal dua orang lagi. Pedih dan perih dari luka yang tak terobati secara baik itu ia bawa terus berjalan. Menempuh jarak yang jauh. Melintasi belantara dan jurang-jurang, dan bukit-bukit. Duka pun menusuk-nusuk hatinya sepanjang perjalanan. Duka kehilangan semua harta, kedudukan, dan cita-cita akibat perang. Bahkan yang nilainya lebih berharga dari semua itu, kehilangan suami, kekasih, dan sahabat-sahabatnya. Namun dengan kesadaran tinggi ia berusaha menindas semua duka itu. Ia harus mempertahankan semangat untuk tetap hidup dan sampai di Raung. Wilis, anaknya, sekarang menjadi pemimpin di Raung. Ia merasa perlu menjumpai anaknya itu. Ia akan ceritakan semua pengalaman perang Blambangan ini sebagai pelajaran berharga. Anaknya masih terlalu muda untuk menjadi seorang pemuka yang mampu memimpin suatu negara.
    [Show full text]
  • In the Realm of the Diamond Queen
    IN THE REALM OF THE DIAMOND QUEEN IN THE REALM OF THE DIAMOND QUEEN Marginality in an Out-of-the-Way Place Anna Lowenhaupt Tsing PRINCETON UNIVERSITY PRESS Princeton, New Jersey Copyright© r993 by Princeton University Press Published by Princeton University Press, 4 l William Street, Princeton, New Jersey 08 540 In the United Kingdom: Princeton University Press, . Chichester, West Sussex All Rights Reserved Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Tsing, Anna Lowenhaupt. In the realm of the diamond queen: marginality in an out-of-the-way place I Anna Lowenhaupt Tsing. p. cm. Includes bibliographical references and index. ISBN 0-691-03335-8 cl. ISBN 0-691-ooop-4 pa. I. Dayaks (Indonesian people)-Government relations. 2.. Dayaks (Indonesian people)-Social conditions. 3. Sex role-Indonesia-Meratus Mountains Region. I. Title. DS646.32.09r75 r993 323.1'r8922-dc20 93-10521 CIP This book has been composed in Adobe Sabon Princeton University Press books are printed on acid-free paper and meet the guidelines for permanence and durability of the Committee on Production Guidelines for Book Longevity of the Council on Library Resources Printed in the United States of America IO 9 8 http://pup.princeton.edu In memory of Yang He Tsing and Bessie Cronbach Lowenhaupt, women of storied courage CONTENTS Preface lX OPENING IN THE REALM OF THE 3 DIAMOND QUEEN PART ONE POLITICS OF THE PERIPHERY 39 l Marginal Fictions 5 l 2 Government Headhunters 72 3 Family Planning 104 PART TWO A SCIENCE OF TRAVEL 121 4 Leadership Landscapes l 27 5 Conditions of Living l 5 4 6 On the Boundary of the Skin 178 PART THREE RIDING THE HORSE OF GAPS 207 7 Alien Romance 213 8 Riding, Writing 230 9 The History of the World 2 5 3 REPRISE 285 Notes 303 References Cited 321 Index 335 PREFACE n 1971 media around the world picked up on the discovery of a Stone I Age tribe in the southern Philippines.
    [Show full text]