<<

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu memerlukan hiburan untuk melepaskan penat dikala kesibukan sehari – hari. Dari banyaknya pilihan media hiburan yang sudah ada seperti radio,

CD/DVD, buku, video games dan lain sebagainya. Salah satu media hiburan yang paling populer dan banyak digemari yaitu televisi. Televisi termasuk salah satu media yang paling kuat dalam membentuk opini dan pandangan masyarakat. Sampai saat ini, televisi masih menjadi media hiburan kegemaran masyarakat di dunia termasuk

Indonesia, terutama dalam mendapatkan informasi dan memiliki dampak yang kuat dalam membentuk opini publik. Di sendiri televisi merupakan media hiburan yang murah, mudah, dan di gemari oleh berbagai kalangan.

Pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa di Indonesia sendiri jumlah pengguna televisi dikalangan milenial mencapai 89% dimana termasuk paling tinggi diantara media lainnya mengalahkan video online seperti Youtube (Televisi media paling,

2019). Hal ini menunjukkan bahwa televisi masih tergolong media hiburan yang populer dan disukai oleh banyak kalangan termasuk kaum milenial.

1

Sumber : Katadata.com 2019 Gambar 1.1 Konsumsi Media oleh Millenial di Indonesia Seperti yang terlihat pada gambar 1.2 rata – rata pengguna televisi di Indonesia menghabiskan waktu 4 jam 53 menit dalam sehari untuk menonton televisi. Angka tersebut menunjukkan bahwa durasi menonton televisi masih tertinggi dibandingkan dengan durasi mengakses internet yaitu 3 jam 14 menit dalam sehari (Fajar, 2019).

Hal ini menunjukan jika di era millenial seperti saat ini, masih banyak masyarakat yang gemar menonton televisi daripada menggunakan internet. Serta membuktikan jika televisi masih menjadi kegemaran masyarakat hingga saat ini.

Sumber : Okezone.com 2019 Gambar 1.2 Durasi konsumen dalam menggunakan media hiburan

2

Seiring dengan berjalannya waktu dan zaman yang terus berkembang, media televisi mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan yang terjadi pada media televisi yaitu munculnya TV digital dari sebelumnya berupa TV analog.

Televisi seperti yang dikenal saat ini termasuk ke dalam televisi digital dimana tidak perlu lagi menggunakan antena dan serba digital. Sedangkan televisi analog seperti yang dikenal pada zaman dahulu menggunakan antena sebagai media penerima sinyal.

Siaran televisi digital di Indonesia semakin marak dan beragam. Penyiaran televisi secara digital merupakan suatu kemajuan yang pesat dan terasa pengaruhnya dalam industri penyiaran televisi. Sistem penyiaran televisi digital bukan hanya mampu menyalurkan data gambar dan suara tetapi juga memiliki kemampuan multifungsi dan multimedia seperti layanan interaktif dan bahkan informasi peringatan dini bencana (Kominfo Tentang TV Digital, 2013). Dengan adanya sistem digital ini semakin mempermudah baik konsumen ataupun stasiun penyiaran televisi dalam mengakses informasi.

Sistem penyiaran televisi digital terrestrial adalah penyiaran yang menggunakan frekuensi radio VHF / UHF seperti halnya penyiaran analog, tetapi dengan format konten digital dan dalam penyiaran televisi digital stasiun pemancar terus menyampaikan gambar dan suara dengan jernih sampai pada titik dimana signal tidak dapat diterima lagi (Kominfo Tentang TV Digital, 2013). Kualitas dari televisi digital sudah terlihat jelas memiliki gambar yang jernih dan jarang sekali mengalami gangguan sinyal seperti yang sering terjadi pada televisi analog. Sebab televisi digital dalam menyalurkan sinyal menggunakan sistem digital sehingga bisa menjangkau seluruh area konsumen.

3

Televisi digital memiliki kualitas yang jauh lebih jernih dibandingkan dengan televisi analog. Hal ini disebabkan karena pancaran sinyal digital relatif stabil dan tidak menurun. Penyiaran televisi digital hanya mengenal dua status: Terima (1) atau

Tidak (0) artinya, apabila perangkat penerima siaran digital dapat menangkap sinyal, maka program siaran akan dapat dinikmati (Kominfo, Indonesia mulai masuki era TV

Digital, 2013). Televisi digital saat ini lebih banyak digunakan karena kualitasnya yang lebih jernih dibandingkan televisi analog yang sering mengalami gangguan seperti sinyal hilang dan gambar mengalami gangguan.

Di tahun 2012 televisi digital -to-air mulai memasuki Indonesia. Mulai masuknya televisi digital free-to-air membuat perkembangan televisi di Indonesia menjadi lebih maju setelah sebelumnya masyarakat hanya menikmati layanan televisi analog. Awal masuknya televisi digital belum terlalu populer seperti sekarang dan masih menjadi hal yang asing. Namun dengan seiring berjalannya waktu televisi digital mulai marak menjadi tren yang semakin menjamur dan menjadi bagian dari gaya hidup. Semakin berkembangnya televisi digital, masuklah televisi berlangganan atau biasa dikenal dengan sebutan televisi kabel, dimana stasiun penyiaran menyediakan program penyiaran secara komersial untuk pelanggan. Sehingga jika ada pelanggan ingin mendapatkan program siaran tertentu mereka harus membayar untuk mendapatkan akses dari siaran tersebut.

Peluang industri TV berlangganan memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat positif. Menurut analisis Media Partners Asia (MPA) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan industri TV berlangganan Asia Pasifik, termasuk di Indonesia, akan mengalami tingkat Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 5,80% mulai

4 dari tahun 2016 hingga 2021 dan pertumbuhan TV berlangganan Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan di atas 5% (MNC Vision 2018 Annual Report, 2019).

Hal tersebut menunjukan tingkat pertumbuhan televisi di Indonesia mengalami kemajuan dan memiliki peluang yang menjanjikan.

Menurut laporan tahunan 2018 MNC Vision (2019), Media Partner Asia juga memproyeksikan pendapatan industri TV berlangganan di 18 pasar di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, secara total akan meningkat dari USD54 miliar pada 2016 menjadi USD 72 miliar pada 2021, dan kemudian akan terus meningkat hingga

USD81 miliar hingga 2025. Pada gambar 1.3 ditahun 2017 jumlah pelanggan TV berbayar mencapai 5,6 juta dan akan bertumbuh menjadi 6,8 juta di akhir tahun 2018 dengan didukung oleh pertumbuhan Internet Protocol Television (IPTV).

Sumber : Media Partner Asia (2018) Gambar 1.3 grafik pertumbuhan pelanggan TV berbayar di Indonesia. Seperti yang dijelaskan dalam Investement Teaser IPO MNC Vision tahun

2019, proyeksi pendapatan industri TV berbayar di tahun 2023 diproyeksikan mencapai US$ 686 juta dengan US$ 645 juta pendapatan yang berasal dari pelanggan dan US$ 41 juta berasal dari pendapatan iklan. Pada gambar 1.4 terlihat bahwa proyeksi Media Partner Asia pada tahun 2018 menunjukkan bahwa rata-rata

5

Compund Annual Growth Rate (CAGR) pertumbuhan pendapatan industri Pay TV selama 2018-2023 untuk Indonesia berada di posisi ke-2 setelah India dan menempati posisi yang sama dengan Vietnam (MNC Vision Investment Teaser,2019).

Sumber : Media Partners Asia (2018)

Gambar 1.4 Proyeksi Pertumbuhan Pay TV

Selain televisi berbayar, terdapat juga pilihan lainnya yaitu broadband television dan Internet Protocol Television (IPTV). Broadband television adalah sistem layanan yang menggunakan jaringan broadband sebagai jalur transmisi untuk mengirimkan pesan video (Liou, Hsu, & Chih, 2015). Sedangkan Internet Protocol Television atau biasa di singkat IPTV merupakan tipe broadband televisi yang paling sering digunakan dalam industri penyiaran televisi.

Menurut The International Telecommunications Organization, Internet Protocol

Television (IPTV) adalah pemanfaatan teknologi protokol internet untuk mengirimkan jasa multimedia. Jasa multimedia yang dimaksud termasuk televisi, video, audio, pesan, foto, dan informasi lainnya (Liou, Hsu, & Chih, 2015). Internet

Protocol Television (IPTV) merupakan sebuah jaringan transmisi yang

6 mengintegrasikan komunikasi, komputer, dan konten layanan melalui protokol internet. Dengan berkembangnya teknologi seperti ponsel pintar, komputer, dan teknologi 3D, broadband television sudah mulai menggantikan televisi tradisional, konsumen mulai berubah dari pengguna pasif televisi tradisional menjadi pengguna audio digital dan visual sesuai dengan permintaan layanan hiburan yang diinginkan.

Menurut Investment teaser MNC Vision (2019), pasar fixed broadband sangat kompetitif dengan munculnya sejumlah pesaing dalam 3 tahun terakhir. Pada gambar

1.5 Media Partners Asia memproyeksikan bahwa total pelanggan di akhir tahun 2019 akan mencapai 9,8 juta. Perkembangan sektor broadband didukung juga dengan peluncuran jaringan kabel dan broadband serat optik generasi baru (MNC Vision

Investment Teaser,2019). Pada gambar 1.6 Media Partners Asia memproyeksikan pertumbuhan pelanggan Internet Protocol Television (IPTV) dan broadband cenderung naik hingga tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat peluang untuk mengembangkan potensi industri media khususnya untuk Internet

Protocol Television (IPTV) dan broadband. Dengan perkembangan tren yang terus berganti dimana hampir seluruh aktivitas generasi milenial dilakukan secara digital, sehingga kedepannya dapat menjadi peluang untuk meningkatkan jumlah pelanggan.

7

Sumber : Media Partners Asia (2018)

Gambar 1.5 Perkembangan Pelanggan IPTV & Broadband di Indonesia

Sumber : Media Partners Asia (2018)

Gambar 1.6 Proyeksi Pertumbuhan Broadband

Sejak masuknya tv berlangganan ke Indonesia banyak merek – merek tv berlangganan bermunculan seperti MNC Vision, First Media dan BiG TV milik

Lippo Group, Nexmedia milik grup EMTEK, K-Vision milik grup Kompas Gramedia,

Orange TV milik grup Sinarmas, Topas TV, MyRepublic, serta Biznet Home. Selain

8 itu terdapat Indihome milik Telkom dan milik Trans Media. Sebelum menjadi Indihome, nama sebelumnya yaitu Telkomvision. Namun pada 2013,

Telkom menjualnya ke Trans Media karena tak mampu bersaing. Serta Nexmedia yang harus mengalami kerugian akibat kalah bersaing (Nibras, 2019). Di era internet seperti saat ini, televisi kabel menjadikan internet sebagai pelengkap dalam layanannya. Hal ini disebabkan karena persaingan yang ketat antara perusahaan televisi kabel dengan perusahaan streaming online. Sehingga supaya dapat bersaing mau tak mau perusahaan harus memasukan internet dalam layanannya.

Dimana perusahaan – perusahaan tersebut menawarkan layanan tv kabel dengan internet dalam satu paket. Hal ini terjadi akibat dari penetrasi internet yang semakin berkembang menimbulkan munculnya layanan streaming online seperti

Netflix, iFlix, Viu, Hooq, dan lain sebagainya menjadi saingan bagi perusahaan televisi kabel. Namun pelanggan yang sudah membayar untuk televisi kabel, bisa saja lebih memilih menonton tayangan di Internet seperti dan Iflix.

Salah satu media berbasis TV berbayar terbesar di Indonesia adalah MNC

Vision. PT MNC Vision Networks Tbk (MVN) merupakan perusahaan penyedia layanan jasa informasi dan telekomunikasi serta saluran distribusi konten hiburan ataupun informasi baik dari dalam maupun luar negeri. MNC Vision tergabung dalam perusahaan media terbesar Asia Tenggara di bawah naungan MNC Group (MNC

Vision IPO Report, 2019). MNC Vision menyediakan layanan TV berbayar Direct to

Home atau DTH terbesar di Indonesia yang mendominasi pangsa pasar untuk layanan pasca bayar dengan 2,4 juta pelanggan. MNC Vision merupakan salah satu unit usaha

PT MNC Vision Networks Tbk (MVN) yang menyediakan media berbasis televisi

9 berbayar di Indonesia, dengan brand MNC Vision yang sebelumnya bernama

Indovision, TopTV dan Oke Vision.

MNC Vision memiliki keunggulan dari jumlah pelanggan yang besar dan sudah berlangganan televisi berbayar sejak berdirinya Indovision pada tahun 1998.

Dengan jumlah pelanggan yang kuat dan didukung oleh brand yang sudah terkenal memberikan pengaruh yang besar terhadap perusahaan untuk dapat mengakuisisi program, distribusi dan peralatan untuk TV kabel MNC Vision (MNC Vision “IPO

Report”, 2019). Hal ini menjadikan MNC Vision sebagai penyedia konten televisi berbayar terbesar dan terlengkap dengan berbagai macam genre dan mampu bersaing dengan para kompetitor dalam hal tarif.

Menurut laporan paparan publik MNC Vision (2019), untuk menjaga agar pelanggan MNC Vision tetap menggunakan jasa mereka, MNC Vision membuat program layanan pelanggan, baik untuk mempertahankan pelanggan lama ataupun menarik pelanggan baru, seperti: 1) Priority Best Deal, sebuah program untuk mengapresiasi para pelanggan yang loyal dengan pemberian diskon di merchant- merchant yang bekerjasama dengan MNC Vision; 2) Privilege, sebuah program yang memberikan pelanggan setia untuk mengikuti acara yang diadakan MNC Vision setiap bulannya; 3) Bonus Pack, merupakan layanan berupa gratis berlangganan paket bulanan dan channel ala carte sesuai dengan masa berlangganan. Dengan memberikan banyak program bagi pelanggannya, MNC Vision megahrapkan dengan adanya program ini dapat mempertahankan pelanggannya.

Meskipun MNC Vision menjadi tv berbayar dengan jumlah pelanggan paling banyak, pada gambar 1.7 jumlah pelanggan tahun 2016 sebanyak 2.495.585, turun

10 empat persen dari tahun sebelumnya (MNC 2018 Annual Report, 2019).

Pelanggan kembali turun enam persen pada 2017 menjadi 2.480.973. Memasuki 2018, pelanggan turun lima persen jadi 2.404.838. Sejak 2011, pendapatan MNC Vision masih naik hingga mencapai tertingginya sebesar Rp 3,7 miliar pada 2014. Namun setelah itu pendapatannya turun hingga Rp 2,6 miliar pada 2017 (Nibras, 2019). Pada grafik laporan tahunan 2018 MNC Vision (2019) sejak 2016 jumlah pelanggan MNC

Vision terus menerus turun secara signifikan setiap tahunnya. Penurunan tersebut semakin terasa pada tahun 2018 dimana MNC Vision mengalami penurunan pelanggan sebanyak 76.135 pelanggan.

Sumber : Laporan Tahunan 2018

Gambar 1.7 Grafik Jumlah Pelanggan MNC Vision

Selain terus menurunnya jumlah pelanggan MNC Vision, penurunan tersebut memiliki dampak kepada menurunnya jumlah pendapatan yang didapat oleh perusahaan seperti yang dilihat pada gambar 1.8. Selain itu sejak MNC Vision berdiri, perusahaan mengalami penurunan pendapatan dan terus mengalami kerugian, hal ini

11 terlihat pada grafik laporan tahunan 2018 MNC Vision (MNC Sky Vision 2018

Annual Report, 2019). Hal itu menyebabkan perusahaan terus menerus mengalami kerugian setiap tahunnya. Meskipun perusahaan sudah melakukan program loyalty untuk pelanggannya, namun hal tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan.

Perusahaan juga sudah mencoba dengan menawarkan paket internet dengan televisi kabel namun sepertinya hal itu tidak terlalu memberikan dampak yang berarti karena kebanyakan pengguna menggunakan jaringan internet unuk mengakses netflix. Hal ini lah yang menjadi masalah utama yang dirasakan oleh MNC Vision dan sedang berusaha untuk terus meningkatkan jumlah pengguna dan mempertahankan pelanggan yang ada.

Sumber : Laporan Tahunan 2018

Gambar 1.8 Grafik pendapatan MNC Vision

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah pelanggan MNC Vision dengan melihat faktor – faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keinginan pelanggan untuk kembali berlangganan MNC Vision.

Faktor – faktor yang akan diteliti yaitu perceived system quality, perceived content

12 quality, perceived risk, customization, perceived ease of use, perceived price level, dan attitude to use terhadap continuance intention to use pada pelanggan MNC

Vision.

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas, adanya perkembangan teknologi terutama dalam industri televisi membuat perusahaan terus berlomba – lomba memberikan layanan yang terbaik kepada konsumennya. Teknologi baru yang terus menerus hadir membuat perusahaan berusaha memberikan teknologi terbaru dalam layanan televisinya. Selain itu, perusahaan juga berusaha memberikan kualitas serta pelayanan yang terbaik untuk tetap mempertahankan dan menarik konsumen baru.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsumen agar tetap terus menggunakan jasa layanan yang ditawarkan oleh suatu perusahaan, yaitu perceived system quality, perceived content quality, customization, perceived ease of use, perceived price level, perceived risk, dan attitude to use terhadap continuance intention to use (Liou, Hsu, & Chih, 2015) dalam menentukan keputusan konsumen untuk tetap terus menggunakan suatu layanan.

Diawali dengan perceived system quality, perceived ease of use, dan attitude to use yang memiliki keterkaitan satu sama lain (Liou, Hsu, & Chih, 2015). Perceived system quality memiliki peran penting dimana kualitas suatu sistem dapat dinilai baik oleh konsumen jika konsumen merasa mudah dalam menggunakannya. Jika konsumen merasa mudah dalam menggunakan sistem dari layanan yang diberikan, maka konsumen akan menganggap kualitas dari sistem tersebut baik. Saat konsumen merasa mudah dalam menggunakannya, maka akan timbul perilaku konsumen dalam

13 menentukan keputusan akan tetap terus menggunakan layanan tersebut atau tidak.

Dapat terlihat pula jika perceived ease of use termasuk dalam faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung. Sedangkan perceived system quality dapat menjadi faktor yang mempengaruhi attitude to use secara langsung. Saat konsumen merasa kualitas suatu layanan baik seperti jarang adanya kerusakan, jaringan terganggu, sinyal hilang dan lain sebagainya dapat langsung mempengaruhi perilaku konsumen dalam memakai layanan tersebut.

Terdapat pula perceived content quality dimana konten yang disediakan memiliki kualitas yang baik dan memberikan informasi yang lengkap kepada konsumen sehingga timbul rasa senang, puas, dan tertarik pada diri konsumen yang dapat mempengaruhi keinginan untuk terus berlangganan. Lalu customization juga dapat mempengaruhi konsumen dalam attitude of use, sebab konsumen dapat menentukan konten apa saja yang diinginkan sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen.

Selain itu perceived price level dapat membuat konsumen berpikir bahwa harga yang sudah dikeluarkan sepadan atau tidak dengan manfaat yang didapat dimana mengarah pada perilaku konsumen. Serta perceived risk dapat mempengaruhi perilaku konsumen, karena konsumen akan melakukan evaluasi, resiko, dan kemungkinan lainnya jika tetap menggunakan layanan tersebut.

Oleh karena itu, attitude of use memiliki pengaruh yang signifikan terhadap continuance intention of use terhadap konsumen dan produk. Dapat disimpulkan jika perilaku konsumen dalam menggunakan suatu produk atau jasa, dapat membangun minat dalam melakukan pembelian baik pembelian berulang ataupun hanya sekali.

14

Sehingga berdasarkan penjelasan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa masalah penelitian dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah perceived system quality memiliki pengaruh positif terhadap

perceived ease of use ?

2. Apakah perceived system quality memiliki pengaruh positif terhadap attitude

to use ?

3. Apakah perceived ease of use memiliki pengaruh positif terhadap attitude of

use ?

4. Apakah perceived content quality memiliki pengaruh positif terhadap attitude

to use ?

5. Apakah customization memiliki pengaruh positif terhadap attitude to use ?

6. Apakah perceived price level memiliki pengaruh negatif terhadap attitude to

use ?

7. Apakah perceived risk memiliki pengaruh nagatif terhadap attitude to use ?

8. Apakah attitude of use memiliki pengaruh positif terhadap continuance

intention of use ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh positif dari perceived system quality terhadap

perceived ease of use.

15

2. Untuk mengetahui pengaruh positif dari perceived system quality terhadap

attitude of use.

3. Untuk mengetahui pengaruh positif dari perceived ease of use terhadap

attitude of use.

4. Untuk mengetahui pengaruh positif dari perceived content quality terhadap

attitude of use.

5. Untuk mengetahui pengaruh positif dari customization terhadap attitude of

use.

6. Untuk mengetahui pengaruh negatif dari perceived price level terhadap

attitude of use.

7. Untuk mengetahui pengaruh negatif dari perceived risk terhadap attitude of

use.

8. Untuk mengetahui pengaruh positif dari attitude of use terhadap continuance

intention to use.

1.4 Batasan Masalah Penelitian

Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini agar pembahasan dapat

terfokus dan tidak keluar dari masalah yang telah dirumuskan. Batasan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Sampling unit dalam penelitian ini adalah pria dan wanita berusia minimal 17

tahun yang pernah berlangganan TV kabel MNC Vision namun sudah tidak

lagi berlangganan TV Kabel MNC Vision.

16

2. Penelitian ini dibatasi pada variabel perceived system quality, perceived

content quality, customization, perceived ease of use, perceived price level,

perceived risk, dan attitude of use terhadap continuance intention to use.

1.5 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen

pemasaran yang berkaitan dengan perceived system quality, perceived content

quality, customization, perceived ease of use, perceived price level, perceived

risk, dan attitude of use terhadap continuance intention to use.

1.5.1 Manfaat Akademis

Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam manajemen pemasaran yang

berhubungan dengan continuance intention to use dalam layanan televisi kabel.

Sehingga, penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi

penelitian selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dapat

dijadikan bahan referensi dalam membuat strategi pemasaran terutama dalam

hal perceived system quality, perceived content quality, customization,

17

perceived ease of use, perceived price level, perceived risk, dan attitude of use

terhadap continuance intention to use.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab. Dimana setiap bab memiliki hubungan satu sama lain. Berikut merupakan sistematika penulisan skripsi :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab satu menjelaskan tentang fenomena yang terjadi dimana dijadikan

sebagai penelitian. Selain itu terdapat rumusan masalah yang menjelaskan

mengenai masalah yang ditemukan pada fenomena dan pertanyaan penelitian.

Serta terdapat tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab dua menjelaskan landasan teori yang menjadi dasar penelitian

dan mengukur variabel yang terdapat dalam penelitian. Selain itu dijelaskan

pula pengembangan hipotesis, model penelitian dan penelitian terdahulu.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab tiga menjelaskan tentang gambaran objek penelitian secara umum,

teknik pengumpulan data, batasan waktu penelitian, teknik analisis yang

digunakan dan menjawab pertanyaan penelitian.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas mengenai hasil penelitian. Pembahasan penelitian

meliputi profil responden, analisis deskriptif, pembahasan dan interpretasi

hasil dari penelitian yang berhubungan dengan perceived system quality,

18 perceived content quality, customization, perceived ease of use, perceived price level, perceived risk, dan attitude of use terhadap continuance intention to use dan memberikan masukan berupa implikasi manajerial.

BAB V : PENUTUP

Pada bab penutup penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian dimana dapat untuk digunakan untuk penelitian selanjutnya.

19