<<

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL UMBI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL UBIJALAR PADA DUA CARA TANAM Tinuk Sri Wahyuni Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jl. Raya Kendalpayak, Km 8, PO Box 66 , 65101 Telp. 0341-801468, E-mail: [email protected]

ABSTRAK Penelitian cara tanam bibit beberapa varietas unggul ubijalar dilaksanakan di KP Kendal- payak pada MK 2007. Percobaan pertama adalah cara tanam dengan membenamkan dua ruas, sedangkan percobaan kedua adalah cara tanam dengan membenamkan empat ruas bibit berupa stek pucuk. Setiap percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Sebagai perlakuan adalah sembilan varietas unggul ubijalar, yaitu , Sari, , Jago, Kidal, Boko, Papua Solossa, Papua Pattipi, dan Sawentar. Setiap varietas ditanam pada plot percobaan 15 m2, jarak tanam 100 cm x 25 cm. Pengelolaan tanaman dilakukan secara intensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman dari seluruh variabel yang diamati tidak dipengaruhi oleh interaksi antara cara tanam dengan varietas. Cara tanam bibit berpengaruh nyata terhadap panjang sulur, diameter sulur, dan jumlah cabang tanaman, sedangkan varietas berpengaruh terhadap seluruh variabel pertumbuhan, hasil, dan komponen hasil, kecuali bobot tajuk tanaman dan diameter umbi. Cara tanam dengan membenamkan empat ruas stek pucuk ke tanah berpengaruh terhadap panjang dan diameter sulur serta jumlah cabang per tanaman. Hasil umbi tertinggi diberikan oleh varietas Sari dan Sukuh, sedangkan hasil bahan kering umbi tertinggi diberikan oleh varietas Sukuh. Kata kunci: pertumbuhan, hasil, varietas, cara tanam, ubijalar

ABSTRACT The growth and tuber yield performance of sweet potato varieties at two planting methods. The experiments on planting method of sweet potato seedlings were carried out at Kendalpayak Experimental Station in dry season 2007. The first trial was planting with proliferating two internodes of seedlings, and the second trial was planting with proliferating four internodes of seedlings on the top of ridge. Each trial used randomized complete block design, three replicates. The treatments were nine varieties i.e. Sukuh, Sari, Cangkuang, Jago, Kidal, Boko, Papua Solossa, Papua Pattipi, and Sawentar. Each variety was planted in 15 m2 plot size, with plant spacing of 100 cm x 25 cm. The crop management was carried out intensively. Results of the experiments explained the absence of interactive effect of planting method and variety on all variables. Planting method influenced stem length, stem diameter and number of branches per plant, while varieties influenced all growth variables, yield and yield components except shoot weight and tuber length. Proliferating four internodes on top of the ridge significantly increased length and diameter of vine, and number of branches. The highest fresh tuber yield was obtained by Sari and Sukuh varieties, while the highest yield of tuber dry matter was obtained by Sukuh variety. Key words: growth, yield, varieties, planting method, sweet potato

PENDAHULUAN Bahan perbanyakan tanaman ubijalar dapat berupa stek pucuk atau stek batang, umbi maupun biji. Perbanyakan menggunakan biji hanya digunakan untuk tujuan pemuliaan. Untuk tujuan komersial, perbanyakan tanaman menggunakan stek pucuk atau stek batang

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 597 dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan umbi (Lebot 2009). Kelemahan dari stek antara lain tidak dapat disimpan lama, setelah 4−5 hari daya tumbuh stek menurun. Menggunakan umbi sebagai bibit berarti akan mengurangi proporsi umbi untuk kon- sumsi. Oleh karena itu, umbi untuk bibit lebih ekonomis jika berukuran kecil. Jusuf et al. (2012) menggolongkan umbi untuk bibit menjadi tiga kelas, yaitu berukuran kecil (<100 g/umbi), sedang (100−200 g/umbi), dan besar (201−300 g/umbi). Pada komoditas tertentu, benih berukuran lebih besar memiliki kualitas fisik dan fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan benih berukuran lebih kecil, sehingga viabilitas dan daya tumbuh benih berukuran besar lebih tinggi dibandingkan benih beru- kuran kecil (Adhikari 2005 dan Siregar 2010). Pada ubijalar, ukuran umbi tidak berpe- ngaruh terhadap kualitas bibit namun semakin kecil ukuran umbi semakin berkurang jumlah tunas (bakal stek pucuk) yang dihasilkannya (Wahyuni 2011). Oleh karena itu, untuk memproduksi bibit berupa umbi diperlukan teknik budidaya tanaman yang dapat menghasilkan umbi dengan jumlah lebih banyak. Secara anatomis, perisikel dan endodermis pada batang ubijalar akan mempermudah batang untuk tumbuh akar jika ditaruh pada media yang lembab. Akar tumbuh dari seluruh bagian batang tanaman, dari buku ruas, atau bagian batang yang luka. Organ bagian tanaman yang tertanam dalam tanah membentuk sistem perakaran yang terdiri dari akar serabut, akar yang bentuknya menebal menyerupai pensil, dan akar yang berdi- ferensiasi menjadi umbi sebagai penyimpan fotosintat (Wilson 1982, Huaman 1992, Belehu 2003). Dengan demikian semakin banyak bagian bibit yang tertanam dalam tanah semakin banyak jumlah umbi yang akan dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dua cara tanam bibit terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas unggul ubijalar guna mendukung teknologi produksi bibit.

BAHAN DAN METODE Penelitian terdiri dari dua percobaan lapang yang dilaksanakan di KP Kendalpayak, pada 12 April hingga 16 Juni 2007. Pada percobaan I jumlah buku ruas batang yang di- benamkan ke dalam tanah pada saat tanam adalah dua buku ruas batang, sedangkan pada percobaan II adalah empat buku ruas. Setiap percobaan menggunakan rancangan acak kelompok diulang tiga . Perlakuan terdiri dari sembilan varietas unggul ubijalar, yaitu Sukuh, Sari, Cangkuang, Jago, Kidal, Boko, Papua Solossa, Papua Pattipi, dan Sawentar. Sebelum tanam, tanah diolah dan dibentuk guludan-guludan berukuran panjang 5,0 m dan jarak antarpusat guludan satu dengan lainnya 1,0 m, jarak tanam 25 cm (60 stek/plot). Pada setiap perlakuan, bibit tanaman berupa stek pucuk berukuran panjang 25−30 cm ditanam pada plot percobaan berukuran 5 m x 3 m. Bibit dibenamkan pada guludan dengan posisi miring sekitar 45o. Jumlah ruas yang dibenamkan sesuai dengan perlakuan. Pemupukan menggunakan 100 kg Urea, 75 kg SP36 dan 100 kg KCl/ha. Pengelolaan tanaman dilakukan secara intensif sesuai dengan teknologi budidaya rekomendasi. Variabel yang diamati meliputi panjang sulur, jumlah cabang, bobot tajuk tanaman, jumlah dan bobot hasil umbi dengan ukuran <100 g/umbi, ≥100 g/umbi, kadar bahan kering umbi, serta panjang dan diameter umbi pada berbagai ukuran bobot umbi. Analisis ragam gabungan dua percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara cara tanam dengan varietas ubijalar terhadap semua variabel yang diamati.

598 Wahyuni: Keragaan Umbi Varietas Unggul Ubijalar pada Dua Cara Tanam HASIL DAN PEMBAHASAN Cara Tanam Bibit Hasil analisis ragam gabungan dua percobaan menunjukkan bahwa keragaman seluruh variabel yang diamati tidak dipengaruhi oleh interaksi antara cara tanam (jumlah ruas batang dari bibit yang dibenamkan pada saat tanam) dengan varietas. Cara tanam bibit berpengaruh nyata terhadap panjang dan diameter sulur serta jumlah cabang per tanaman (Tabel 1), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lainnya. Cara tanam dengan membenamkan empat ruas batang ke tanah berpengaruh terhadap panjang dan diameter sulur serta jumlah cabang per tanaman. Semakin banyak ruas batang yang tertanam dalam tanah semakin banyak cadangan makanan bagi pertumbuhan bibit. Selain itu jumlah akar yang tumbuh pada buku-buku batang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan cara tanam dengan membenamkan dua ruas batang, sehingga terjadi peningkatan variabel pertumbuhan tersebut. Hal ini kemudian meningkatkan bobot tajuk tanaman dan indeks panen meskipun tidak berbeda nyata.

Tabel 1. Panjang dan diameter sulur (batang) utama tanaman umur 3 bulan, jumlah tanaman panen, jumlah cabang, bobot tajuk dan indeks panen dari beberapa varietas ubijalar pada dua cara tanam bibit. KP Kendalpayak, MK I 2007. Diameter Jumlah Jumlah Indeks Panjang Bobot tajuk Perlakuan sulur cabang/ tanaman panen sulur (cm) (kg/tan.) (mm) tanaman dipanen (%) Cara tanam bibit - 2 ruas terbenam 214,3 B 4,3 B 5,1 B 47,1 0,80 32,5 - 4 ruas terbenam 237,7 A 4,5 A 6,3 A 52,6 0,92 34,2 Varietas - Sukuh 179,2 d 6,3 a 5,2 bc 52,3 0,84 39,0 ab - Sari 280,0 a 2,6 e 6,7 a 49,7 0,72 48,0 a - Cangkuang 240,0 bc 5,6 b 4,9 c 51,8 0,87 33,6 bc - Jago 209,7 cd 3,8 d 6,0 ab 53,7 0,77 29,6 bcd - Kidal 214,7 cd 5,1 bc 5,7 bc 50,8 1,01 30,4 bcd - Boko 241,6 bc 3,5 d 5,9 ab 52,3 0,92 22,1 d - Papua Solossa 252,2 ab 4,8 c 5,3 bc 48,0 1,13 27,3 cd - Papua Pattipi 210,3 cd 3,9 d 5,8 ab 43,0 0,78 37,6 b - Sawentar 206,4 cd 4,1 d 5,6 bc 47,2 0,91 32,9 bc Rata-rata 226 4,4 5,7 50,0 0,88 33,35 BNT 5% - Cara tanam (T) 16,38 0,16 0,52 tn tn tn - Varietas (V) 36,75 0,57 0,91 tn tn 9,67 - Interaksi Tx V tn tn tn tn tn tn KK (%) 13,83 10,99 13,68 11,48 9,49 24,64 tn = tidak berbeda nyata pada Uji F-5% Angka sejajar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Cara tanam dengan membenamkan empat ruas batang ke dalam tanah cenderung meningkatkan jumlah dan bobot umbi meskipun tidak berbeda nyata dibandingkan dengan membenamkan dua ruas batang, yaitu dari rata-rata 151,3 umbi menjadi 154,6 umbi/plot dengan bobot 16,6 kg menjadi 16,9 kg/plot (Tabel 2). Dengan cara tanam tersebut. Terdapat kecenderungan peningkatan komponen hasil lainnya, yaitu panjang dan diameter umbi dari berbagai ukuran (Tabel 3 dan 4). Selain itu juga cenderung me-

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 599 ningkatkan rata-rata bobot dari seluruh umbi yang berukuran ≥ 100 g/umbi, rata-rata bobot umbi total/tanaman, produktivitas, persentase bahan kering umbi, dan produksi bahan kering umbi (Tabel 5). Pertumbuhan Panjang sulur, diameter sulur, jumlah cabang dan indeks panen berbeda nyata karena pengaruh perbedaan varietas. Dari sembilan varietas yang dicoba, varietas Sari memiliki sulur terpanjang (280,0 cm) namun diameternya terkecil (2,6 mm), bercabang banyak (6,7 cabang/tanaman), dengan bobot brangkasan (0,72 kg/tanaman) relatif rendah dibanding- kan dengan varietas lainnya. Namun hasil umbi varietas Sari tertinggi sehingga indeks panennya juga tertinggi (48%). Varietas Sukuh memiliki sulur yang relatif pendek tetapi diameternya besar, memiliki cabang dan bobot tajuk yang hampir sama dengan varietas lainnya (Tabel 1), namun hasil umbinya tidak berbeda nyata dengan Sari (Tabel 2), sehingga indeks panen kedua varietas tidak berbeda nyata.

Tabel 2. Jumlah dan bobot umbi berukuran <100g, ≥100g, dan umbi total per plot (15 m2) yang dihasilkan oleh beberapa varietas unggul ubijalar pada dua cara tanam bibit. KP Kendalpayak, MK I 2007. Jumlah Bobot umbi Jumlah umbi Bobot umbi Jumlah Bobot Perlakuan umbi <100g1) ≥100g1) ≥100g1) umbi total umbi total <100g1) Cara tanam bibit: - 2 ruas terbenam 99,8 5,3 51,6 11,4 151,3 16,6 - 4 ruas terbenam 101,2 5,0 53,4 12,0 154,6 16,9 Varietas: - Sukuh 178,3 a 9,3 a 66,9 ab 13,4 b 245,3 a 22,7 a - Sari 113,2 b 5,7 b 77,0 a 18,3 a 190,2 b 23,9 a - Cangkuang 118,3 b 5,7 b 40,0 cd 8,8 cd 158,3 bc 14,4 bc - Jago 45,8 e 2,8 e 41,3 cd 11,5 bcd 87,1 d 14,2 bc - Kidal 73,8 cd 3,7 cde 46,5 bcd 11,1 bc 120,3 cd 14,7 bc - Boko 58,5 de 3,6 de 42,7 d 8,1 d 101,2 d 11,6 c - Papua Solossa 89,7 bc 4,4 bcd 56,0 bc 11,0 bc 145,7 c 15,4 bc - Papua Pattipi 92,3 b 4,7 b 35,5 cd 7,5 cd 127,8 cd 12,0 c - Sawentar 110,3 b 5,0 bc 49,3 bcd 11,6 bc 159,7 bc 16,5 b Rata-rata 100,5 5,15 52,5 11,7 153,0 16,75 BNT 5% - Cara tanam (T) tn tn tn tn tn tn - Varietas (V) 2,934 0,533 2,21 1,043 42,61 4,287 - Interaksi Tx V tn tn tn tn tn tn KK (%) 16,25 12,07 14,08 13,18 24,42 22,58 1) Sebelum analisis ragam data ditransformasi √(X+0,5). Angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Komponen Hasil Data jumlah dan bobot umbi berukuran <100 g dan ≥100g/umbi serta jumlah dan bobot umbi total disajikan pada Tabel 2. Jumlah umbi total yang terendah, pada varietas Jago (87,1 umbi/plot) dan tidak berbeda nyata dibandingkan varietas Kidal, Boko dan Papua Pattipi. Jumlah umbi terbanyak terdapat pada varietas Sukuh (245,3 umbi/plot). Bobot hasil umbi total terendah diperoleh dari varietas Boko (11,6 kg/plot), tidak verbeda nyata dibandingkan dengan lima varietas lainnya (Papua Pattipi, Jago, Cangkuang, Kidal

600 Wahyuni: Keragaan Umbi Varietas Unggul Ubijalar pada Dua Cara Tanam dan Papua Solosa). Sedangkan bobot hasil umbi total tertinggi diperoleh dari varietas Sari (23,9 kg/plot), tidak berbeda nyata dibandingkan dengan varietas Sukuh (22,7 kg/plot). Varietas Sari memiliki bobot hasil tertinggi meskipun jumlah umbi totalnya lebih sedikit dibandingkan dengan varietas Sukuh, karena umbi varietas Sari lebih banyak yang berukuran besar (≥100g/umbi) sedangkan yang dihasilkan varietas Sukuh didominasi oleh umbi berukuran kecil (<100 g/umbi). Umbi berukuran kecil tetap bernilai ekonomis karena dapat dimanfaatkan sebagai bibit (Wahyuni 2011) atau produk olahan seperti saos dan selai (Ginting et al. 2006). Tunas yang dihasilkan oleh umbi berukuran kecil sama baiknya dengan tunas dari umbi berukuran yang lebih besar, demikian juga dengan mutu produk olahannya.

Tabel 3. Panjang umbi beberapa varietas ubijalar pada dua cara tanam bibit. KP Kendalpayak, MK I 2007 Rata-rata panjang umbi dengan bobot : Perlakuan Rata-rata <50 g 50−100 g 101−200 g 200−300 g >300 g Cara tanam bibit: - 2 ruas terbenam 7,7 9,9 11,2 13,4 14,7 11,4 - 4 ruas terbenam 8,7 10,3 12,3 12,9 14,9 11,8 Varietas: - Sukuh 9,0 10,8 9,7 11,3 14,5 11,1 - Sari 7,3 9,0 13,2 14,3 15,7 11,9 - Cangkuang 8,7 10,5 11,0 14,5 16,2 12,2 - Jago 7,5 8,3 10,8 13,2 14,7 10,9 - Kidal 9,3 10,7 13,0 13,0 13,0 11,8 - Boko 9,2 10,0 12,5 12,5 15,7 12,0 - Papua Solossa 7,8 11,8 14,0 14,5 16,5 12,9 - Papua Pattipi 7,5 10,8 11,2 13,8 14,3 11,5 - Sawentar 7,5 8,8 10,5 11,3 12,7 10,2 Rata-rata 8,2 10,1 11,75 13,15 14,8 11,6 BNT 5% - Cara tanam (T) tn tn tn tn tn tn - Varietas (V) tn tn tn tn tn tn - Interaksi Tx V tn tn tn tn tn tn KK (%) 17,44 23,73 24,14 22,38 24,93 15,57 tn = tidak berbeda nyata pada Uji F-5%.

Diameter umbi dari berbagai ukuran bobot mulai dari yang terkecil (<50 g/umbi) hingga terbesar (>300 g/umbi) disajikan pada Tabel 4. Kecuali umbi dengan bobot 201−300 g/umbi, diameter dari umbi dengan kriteria bobot lainnya tidak berbeda nyata, tidak dipengaruhi oleh cara tanam maupun varietas. Umbi terkecil rata-rata memiliki dia- meter 1,55 cm sedangkan yang terbesar rata-rata 6,05 cm (Tabel 4). Pada kriteria bobot umbi 201−300 g/umbi, diameter terbesar terdapat pada varietas Sari (5,2 cm) dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan varietas Jago, Sukuh, Papua Pattipi, dan Sawentar. Produktivitas, Persentase dan Produksi Bahan Kering Umbi Bobot umbi dari umbi berukuran <100 g, ≥100 g, dan rata-rata bobot umbi per tanaman, persentase bahan kering, hasil umbi segar, dan hasil bahan kering umbi disajikan pada Tabel 5. Hasil umbi segar tertinggi diperoleh dari varietas Sari, yaitu 15,9 t/ha, tidak berbeda nyata dibandingkan dengan varietas Sukuh (15,1 t/ha). Hasil umbi

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 601 kedua varietas tersebut nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tujuh varietas lainnya (kisaran hasil umbi 7,7−11,0 t/ha).

Tabel 4. Diameter umbi dari beberapa varietas ubijalar pada dua cara tanam bibit. KP Kendal- payak, MK I 2007. Rata-rata diameter umbi dengan bobot : Perlakuan Rata-rata <50 g 50−100 g 101−200 g 201−300 g >300 g Cara tanam bibit - 2 ruas terbenam 1,5 2,4 3,3 4,2 6,1 3,5 - 4 ruas terbenam 1,6 2,6 3,7 4,7 6,0 3,7 Varietas - Sukuh 1,4 2,4 3,5 4,7 ab 6,0 3,6 - Sari 1,8 2,8 4,1 5,2 a 7,5 4,3 - Cangkuang 1,6 2,6 3,7 4,3 bc 6,3 3,7 - Jago 1,4 2,3 3,2 4,8 ab 6,5 3,6 - Kidal 1,7 2,7 3,4 4,1 bc 6,0 3,6 - Boko 1,7 2,6 3,5 4,2 bc 5,2 3,4 - Papua Solossa 1,6 2,4 3,1 4,0 c 4,9 3,2 - Papua Pattipi 1,5 2,5 3,3 4,5 abc 6,0 3,6 - Sawentar 1,4 2,4 3,6 4,5 abc 6,1 3,6 Rata-rata 1,55 2,5 3,5 4,45 6,05 3,6 BNT 5% - Cara tanam (T) tn tn tn tn tn tn - Varietas (V) tn tn tn 0,74 tn tn - Interaksi Tx V tn tn tn tn tn tn KK (%) 22,35 21,34 14,41 13,97 20,13 13,82 tn = tidak berbeda nyata pada Uji F-5%. Angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Bahan kering umbi dipengaruhi oleh perbedaan varietas, terendah pada varietas Sari (23,1%), sedangkan tertinggi (33,4%) pada varietas Sukuh, rata-rata 29,1%. Bahan kering yang rendah merupakan karakter yang perlu diperbaiki dari varietas Sari. Meskipun hasil umbinya tinggi, namun apabila dikonversi ke bahan kering maka hasilnya lebih rendah (yaitu 3,67 t/ha) dibandingkan varietas Sukuh yang mencapai 5,06 t/ha dan merupakan hasil tertinggi di antara varietas-varietas yang diuji. Tingkat hasil dan kadar bahan kering umbi dari percobaan ini tergolong rendah dan terdapat peluang peningkatan jika tanaman dipanen pada umur 5−6 bulan asalkan tidak mendapat serangan hama boleng (Cylas formicarius) dan tikus (Rattus argentiventer). Pada percobaan ini, panen umbi dilakukan pada umur empat bulan karena pada dasar- nya tujuan utama percobaan ini adalah untuk memenuhi permintaan bibit berupa stek pucuk/batang varietas-varietas unggul ubijalar. Tersedianya bibit berupa umbi atau stek pucuk/batang dengan kualitas baik merupakan salah satu faktor penting dalam pengem- bangan varietas unggul (Rahayuningsih dan Wahyuni 2012). Pada umur panen yang tepat, hasil varietas Sari dapat mencapai 30 t/ha dengan kadar bahan kering sekitar 28% (Balitkabi 2011). Bahan kering umbi merupakan karakter penting dari varietas ubijalar, karena berkaitan langsung dengan kualitas umbi. Umbi dengan kadar bahan kering tinggi akan menghasil- kan rendemen produk olahan kering yang tinggi pula, tekstur umbi lebih kering jika diolah

602 Wahyuni: Keragaan Umbi Varietas Unggul Ubijalar pada Dua Cara Tanam dalam bentuk segar, selain itu masa simpan umbi lebih lama dibandingkan dengan umbi yang kadar bahan keringnya lebih rendah.

Tabel 5. Produktivitas, rata-rata bobot umbi berukuran <100 g dan >100 g dan bahan kering umbi beberapa varietas ubijalar pada dua cara tanam bibit. KP Kendalpayak, MK I 2007. Rata-rata Rata-rata Rata-rata Bahan bobot bobot Hasil umbi Hasil bahan Perlakuan bobot umbi kering umbi umbi umbi segar (t/ha) kering (t/ha) total (g/tan)1) (%) <100g1) ≥100g1) Cara tanam bibit - 2 ruas terbenam 54,5 222,4 114,3 29,3 11,1 2,98 - 4 ruas terbenam 50,7 226,5 114,7 29,9 11,3 3,35 Varietas - Sukuh 52,1 c 200,0 b 91,5 e 33,4 a 15,1 a 5,06 a - Sari 52,0 bc 240,0 ab 130,2 b 23,1 d 15,9 a 3,67 b - Cangkuang 48,5 c 221,7 ab 92,2 de 30,1 bc 9,6 bc 2,92 bcd - Jago 60,1 a 278,2 a 163,6 a 27,7 c 9,5 bc 2,61 cd - Kidal 51,4 bc 234,7 ab 123,9 bc 30,4 b 9,8 bc 2,97 bcd - Boko 60,3 a 193,5 b 114,6 bcd 27,6 c 7,7 c 2,12 d - Papua Solossa 50,6 bc 203,7 b 109,7 bcde 30,1 bc 10,2 bc 3,05 bcd - Papua Pattipi 51,6 bc 210,8 b 97,5 de 32,4 ab 8,0 c 2,55 d - Sawentar 45,1 c 233,2 ab 101,5 cde 31,6 ab 11,0 b 3,52 bc Rata-rata 52,6 224,5 114,5 29,6 11,2 3,16 BNT 5% - Cara tanam (T) tn tn tn tn tn tn - Varietas (V) 0,023 0,037 0,037 2,63 2,856 0,93 - Interaksi Tx V tn tn tn tn tn tn KK (%) 7,44 5,10 8,94 7,58 22,57 24,96 1) Sebelum analisis ragam data ditransformasi √(X+0,5) Angka sejajar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

KESIMPULAN 1. Keragaman seluruh variabel yang diamati tidak dipengaruhi oleh interaksi antara cara tanam bibit dengan varietas, cara tanam berpengaruh nyata terhadap keragaman panjang sulur, diameter sulur dan jumlah cabang per tanaman, sedangkan varietas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen hasil, kecuali bobot tajuk tanaman dan panjang umbi. 2. Cara tanam dengan membenamkan empat ruas stek pucuk berpengaruh terhadap peningkatan panjang sulur, diameter sulur, dan jumlah cabang per tanaman. 3. Hasil umbi segar tertinggi diperoleh dari varietas Sari dan Sukuh, sedangkan hasil bahan kering umbi tertinggi diperoleh dari varietas Sukuh.

UCAPAN TERIMA KASIH Penghargaan dan rasa terima kasih disampaikan kepada Sdr. Sunaryo (teknisi KP Kendalpayak) dan Sdr. Gatot Santoso, SP (teknisi Balitkabi) yang sudah membantu pelak- sanaan percobaan ini dengan baik. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala berlimpah.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 603 DAFTAR PUSTAKA Adhikari RC, 2005. Performance of different size true potato seed seedling tubers at Khumaltar. Nepal Agric Res J Vol 6:28−34 [Balitkabi] 2011. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang, 179 hal. Belehu T, Hammes PS, and Robbertse PJ, 2003. The origin and structure of adventitious roots in sweet potato (Ipomoea batatas). Australian Journ. Of Botany 52(4) 551−558. http://www. publish.csiro.au/paper/BT03152.htm [Akses 1 Sep 2010]. Ginting E, Prasetiaswati N, dan Widodo Y, 2006. Peningkatan daya guna dan nilai tambah ubijalar berukuran kecil melalui pengolahan menjadi saos dan kedelai. In Suharsono et al. (Eds.) Peningkatan Produksi Kacang−kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Hal. 580−592. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. Huaman Z, 1992. Systematic Botany and Morphology of the Sweetpotato Plant. Technical Information Bulletin 25. International Potato Center (CIP), Lima – Peru. 22p. Jusuf M, Wargiono J, Restuono J, 2012. Sistem produksi bibit. In. Wargiono J, dan Hermanto (Eds.). Ubijalar. Inovasi Teknologi dan Prospek Pengembangan. Hal. 143−153. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Lebot V, 2009. Tropical Root and Tuber Crops : Cassava, Sweet Potato, Yams, Aroids. Crop Production Science In Horticulture Series : 17. 413p. CABI Wallingford Oxfordshire, London, UK Rahayuningsih StA dan Wahyuni TS, 2012. Ketersediaan dan pengembangan varietas unggul. In. Wargiono J, dan Hermanto (Eds.). Ubijalar. Inovasi Teknologi dan Prospek Pengembangan. Hal. 103−113. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Siregar N, 2010. Pengaruh ukuran benih terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit gmelina (Gmelina arborea Linn.). Tekno Hutan Tanaman. 3(1):1−5. Wahyuni TS, 2011. Kajian berbagai ukuran bobot umbi terhadap keragaan bibit dan hasil ubijalar (Ipomoea batatas L.). Makalah Seminar Nasional Kacang-kacangan dan umbi-umbian di Balitkabi, 15 November 2011. 14 hal. Wilson LA, 1982. Tuberization in sweetpotato [Ipomoea batatas (L) Lam]. pp 79−94. In Villareal, R.L. and T.D. Griggs (Eds.) Proc. of the First Internat. Symp, Sweetpotato. AVRDC, Taiwan, China.

604 Wahyuni: Keragaan Umbi Varietas Unggul Ubijalar pada Dua Cara Tanam