Komunitas Kampung Pulo Di Cangkuang Kabupaten Garut (Perkembangan Adat Istiadat Setelah Masuknya Islam)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KOMUNITAS KAMPUNG PULO DI CANGKUANG KABUPATEN GARUT (PERKEMBANGAN ADAT ISTIADAT SETELAH MASUKNYA ISLAM) Oleh: Dewi Ratih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan metode penulisan sejarah yang meliputi empat tahapan. Keempat tahapan itu adalah heoristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Masyarakat Kampung Pulo tidak diikat oleh hukum tertulis. Mereka hanya mengenal pamali sebagai istilah melanggar pantangan. Pantangan di Kampung Pulo harus dipatuhi penduduk itu sendiri maupun para wisatawan yang datang. Adat Istiadat yang populer disebut pantangan atau pamali di Kampung Pulo yang dianggap tabu seperti dalam hal berjiarah ke makam, bentuk nnnah dan upacara ritual lainnya yang dianggap tabu oleh masyarakat Kampung Pulo. Setelah masuknya Islam di Kampung Pulo yang dibawa oleh Embah Dalem Arif Muhammad, masyarakat Kampung Pulo tetap melestarikan dan menjaga adat istiadat yang tmun temumn dari nenek moyangnya, meskipun telah terjadi perubahan-perubahan esensi yang dipengaruhi oleh ajaran Islam. Kampung Pulo yang memiliki beberapa adat istiadat merupakan lcebanggaan bagi pemerintahan setempat karena merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang patut dilestarikan keberadaannyaf Kata Kunci: Kampung Pulo, Adat Istiadat dan Islam ABSTRACT This research was conducted by the method of writing history that includes four stages. The four stages are the heuristic, criticism, interpretation and historiography. Community Kampung Pulo not bound by written law. They only know pamali as violating term abstinence. Abstinence in Kampung Pulo, should follow the population it self and the tourists who come. Customs popularly called abstinence or pamali in Kampung Pulo which is considered taboo, such as in the case berjiarah to the tomb, the shape of houses and other rituals that are considered taboo by the commrmity of Kampung Pulo. Even after the advent of Islam in Kampung Pulo Dalem Grandparent brought by Mohammed Arif; the connnunity of Kampung Pulo still preserve and maintain the customs handed down from ancestors. Kampung Pulo had some customs that are the pride of the local govermnent because it is one that deserves the Indonesian culture preserved its existence. Keywords: Village Pulo, Customs and Islam PENDAHULUAN masing-masing suku bangsa (Koentjaraningrat, 1982: 4) Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Keragaman suku yang ada tersebut tidak Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk, lepas dari pengaruh geografis. Sebagai sebuah baik dari sisi etnik, ras, bahasa, maupun budaya. Negara kepulauan, oleh karena itu dalam satu Setiap suku bangsa memiliki ciri dan pulau senantiasa ada satu ciri khas sebagai karakteristik yang berbeda-beda baik dalam pembeda dengan pulau lainnya, tetapi tidak karakteristik bahasa, budaya, adat istiadat, menutup kemungkinan dalam satu pulau maupun hal-hal lain yang dianggap spesifik terdapat pula dua suku bangsa atau bahkan lebih sebagai akibat kompleksitas latar belakang (Soekmono, 1994:16). Jurnal Artefak Vol. 3 No. 2 – Agustus 2015 [ISSN: 2355-5726] Hlm: 119 - 130 1 Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis Halaman | 119 Menurut Koentjaraningrat dalam (Iyus penyelidik hukum adat akan segala sesuatu Rusliana, 2002: 23) sistem nilai budaya itu juga yang dikumpulkannya. Monograi- berfungsi sebagai pedoman orientasi bagi segala monograti yang bersifat hukum, misahlya tindakan dalam hidup. Sehjngga, kebudayaan tentang orang batak, bali, sumatra, juga dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan kalimantan, dan sebagainya tidak dapat karsa. Cipta dapat diartikan sebagai dorongan dilupakan. dalam did manusia untuk menghasilkan sesuatu dengan kekuatan dan pengalaman lahir dan Berdasarkan kutipan tersebut di atas, bathinnya yang bennanfaat bagi dirinya sebagai maka perbedaan-perbedaan yang bersifat khas, individu dan dirinya sebagai anggota sangat perlu untuk dikaji agar diketahui masyarakat, yang menghasilkan i1n1u masyarakat luas. Dengan demikian maka pengetahuan dan teknologi. Karsay dapat pertumbuhan dan perkembangan Setiap adat' dianrikan sebagai dorongan dalam diri manusia istiadat diberbagai daerah dapat dijadikan untuk menemukan pelita hidup yang dibutuhkan wacana atau perbandjngan terhadap adat istiadat karena adanya berbagai hal yang tak te1jangkau suku bangsa lainnya. oleh akalnya, sepelti dari mana asal manusia Perbedaan-perbedaan tidak hanya yang sebelum lahir dan kemana manusia setelah mati, berskala regional atau nasional, tetapi juga bisa hasilnya adalah norma-norma agama atau mewarnai wilayah-wilayah lokal, seperti halnya lahirnya berbagai agama. Adapun rasa diartikan perbedaan antar wilayah propinsi, kabupaten, antara lain sebagai dorongan dalam diri manusia atau mengkaji lebih jauh tentang perbedaan- terhadap keindahan, sehingga menimbulkan perbedaan tersebut khususnya di wilayah keinginan untuk menemukan atau menikmati Kabupaten Garut yang mempakan pecahan dari keindahan itu. kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Sebagai hasilnya terwujudlah macam- Deadles dengan alasan produksi kopi dari daerah lnacam bentuk kesenian. Kebudayaan meliputi Limbangan menurun. Untuk lebih fokus maka seluruh kegiatan atau perbuatan manusia. Kini penelitian akan penulis arahkan ke salah satu kebudayaan dipandang sebagai suatu yang desa yang memiliki signiiikansi perbedaan dinamis, bukan suatu yang kaku atau statis. Yang cukup mencolok dengan desa lainnya, yakni termasuk dalam ruang lingkup kebudayaan Desa Cangkuang di wilayah Kecamatan Leles antara lain tradisi. yang di dalamnya terdapat sebuah Menumt Peursen, tradisi dapat dizutikan perkampungan yang berada ditengah kawasan sebagai pewarisan atau penemsan norma-nqnna, Situ Cangkuang yang terkenal dengan nama adatyisfiadat dan kesenian. Tradisi bukanlah Kampung Pulo. Kampung Pulo merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah. Tradisi justm perkampungan yang tergolong memiliki dipadukan dengan aneka Iagam perbuatan karakteristik berbeda dengan desa-desa lainnya manusia dan keselnwuhannya diangkat. yang berada di wilayah kecamatan Leles, Manusialah pembuat sesuatu dengan Kabupateu Gamt sehingga Kampung Pulo lebih menggunakan tradisi; ia menerima, menolak atu dikenal oleh masyarakat luar. Kampung Pulo mengubahnya. Itulah sebabnya mengapa merupakan salah satu perkampungan yang kebudayaan merupakan cerita tentang mempunyai perkembangan adat istiadat setelah perubahan-perubahan yang selalu memberi melalui proses akulturasi agama Islam. wujud baru pada kebudayaan yang sudah ada. Adapun nama Kampung Pulo itu sendiri (Iyus Rusliana, 2002: 24). muncul karena tempatnya berada didalam pulau. Adapun pluralitas etnik pada gilirannya Masyarakat Kampung Pulo adalah masyarakat akan membawa karakteristik masing-masing yang memiliki adat istiadat yang berbeda dengan wilayah terhadap perkembangan bahasa, kanlpung lainnya di Jawa Barat. budaya, maupun adat istiadat. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Fisher METODE PENELITIAN dalam Koentjaraningrat (1982: 6) sebagai berikut: Setiap penelitian memerlukan metode Bagi daerah Republik Indonesia yang penelitian agar proses dan hasil penelitian terdiri dari berbagai suku bangsa rnenjadi teralah serta maksimal. selayaknya diumumkan tersendiri bahwa Adapun metode penelitian yang anthopologi kebudayaan sangat digunakan dalam penelitian ini adalah metode benelimakasih kepada penyelidik- historis dan metode wawancara. Mengenai Halaman | 120 KOMUNITAS KAMPUNG PULO DI CANGKUANG KABUPATEN GARUT (PERKEMBANGAN ADAT ISTIADAT SETELAH MASUKNYA ISLAM) Dewi Ratih pengertian metode histods atau metode sejarah. wawancara dengan para naxasumber dianggap Fraenkel dan Wallen (dalam Ryanto, 1996: 22) data yang tepat untuk diiadikan data penelitian menjelaskan sebagai berikut: kemudian dalam pengumpulan bahan-bahan Penelitian sejalah adalah penelitian yang untuk kcperluan lainnya akan dilakukan secara eksklusif memfokuskan kepada beberapa teknik sebagai berikut: masa lalu. Penelitian ini mencoba a. Studi pustaka yaitu dari buku-buku surat merekonslnlksikan apa yang teljadi pada kabar, majalah, dan sebagainya yang terdapat masa lalu secara lengkap dan seakurat di Setiap perpusrakaan-perpustakaan baik itu mungkin dan biasanya menjelaskan di daerah Ciamis ataupun di luar Cinmis. mengapa hal itu teljadi. Dalaxp mencari b. Observasi yaitu terjun langsung di daerah data dilakukan secara sistematis agar tempat penelitian. mampu menggambarkan, menjelaskan dengan memahami kegiatan atau peristiwa yang texjadi beberapa waktu yang lalu, PEMBAHASAN Adapun langkah-langkah dalam Keberadaan Komunitas Kampung Pulo penelitian historis atau penelitian sejarah ada lima langkah pokok yang sangat esensial seperti Jumlah penduduk di wilayah Kampung yang terlihat pada kutipan berikut yang Pulo Kecamatan Leles Kabupaten Garut dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen (dalam sebanyak 23 orang. Dalam satu tugu tidak boleh Ryanto, 1996: 23). melebihi 4 orang. Hal ini merupakan ketentuan Adapun empat langkah yang esensial adat yang tidak boleh dilanggar. dalam penelitian sejarah yaitu: Sistem kekeluargaan di rnasyarakat 1. Mennnuskan masalah, Kampung Pulo di dalam Kampung tersebut 2. Heuristik adalah menemukan sumber-sumber terdapat 6 kepala keluarga dan mewarisi rumah informasi sejarah yang relevansi, adat kepada anak perempuannya yang paling tua. 3. Kxitik adalah meringkas dan mengevaluasi Sehingga sistem kekeluargaan di Kampung ini infonnasi yang diperoleh dari sumber-sumber mengikutingaris Ibu. Bila ada anak laki-laki tersebut, yang sudah menikah dalam waktu 4. intepretasi adalah nmnpersentasikan dan pernikahannya lnenbapai