KOMUNITAS KAMPUNG PULO DI KABUPATEN (PERKEMBANGAN ADAT ISTIADAT SETELAH MASUKNYA ISLAM)

Oleh: Dewi Ratih 1

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan metode penulisan sejarah yang meliputi empat tahapan. Keempat tahapan itu adalah heoristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Masyarakat Kampung Pulo tidak diikat oleh hukum tertulis. Mereka hanya mengenal pamali sebagai istilah melanggar pantangan. Pantangan di Kampung Pulo harus dipatuhi penduduk itu sendiri maupun para wisatawan yang datang. Adat Istiadat yang populer disebut pantangan atau pamali di Kampung Pulo yang dianggap tabu seperti dalam hal berjiarah ke makam, bentuk nnnah dan upacara ritual lainnya yang dianggap tabu oleh masyarakat Kampung Pulo. Setelah masuknya Islam di Kampung Pulo yang dibawa oleh Embah Dalem Arif Muhammad, masyarakat Kampung Pulo tetap melestarikan dan menjaga adat istiadat yang tmun temumn dari nenek moyangnya, meskipun telah terjadi perubahan-perubahan esensi yang dipengaruhi oleh ajaran Islam. Kampung Pulo yang memiliki beberapa adat istiadat merupakan lcebanggaan bagi pemerintahan setempat karena merupakan salah satu kebudayaan bangsa yang patut dilestarikan keberadaannyaf

Kata Kunci: Kampung Pulo, Adat Istiadat dan Islam

ABSTRACT

This research was conducted by the method of writing history that includes four stages. The four stages are the heuristic, criticism, interpretation and historiography. Community Kampung Pulo not bound by written law. They only know pamali as violating term abstinence. Abstinence in Kampung Pulo, should follow the population it self and the tourists who come. Customs popularly called abstinence or pamali in Kampung Pulo which is considered taboo, such as in the case berjiarah to the tomb, the shape of houses and other rituals that are considered taboo by the commrmity of Kampung Pulo. Even after the advent of Islam in Kampung Pulo Dalem Grandparent brought by Mohammed Arif; the connnunity of Kampung Pulo still preserve and maintain the customs handed down from ancestors. Kampung Pulo had some customs that are the pride of the local govermnent because it is one that deserves the Indonesian culture preserved its existence.

Keywords: Village Pulo, Customs and Islam

PENDAHULUAN masing-masing suku bangsa (Koentjaraningrat, 1982: 4) Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Keragaman suku yang ada tersebut tidak Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk, lepas dari pengaruh geografis. Sebagai sebuah baik dari sisi etnik, ras, bahasa, maupun budaya. Negara kepulauan, oleh karena itu dalam satu Setiap suku bangsa memiliki ciri dan pulau senantiasa ada satu ciri khas sebagai karakteristik yang berbeda-beda baik dalam pembeda dengan pulau lainnya, tetapi tidak karakteristik bahasa, budaya, adat istiadat, menutup kemungkinan dalam satu pulau maupun hal-hal lain yang dianggap spesifik terdapat pula dua suku bangsa atau bahkan lebih sebagai akibat kompleksitas latar belakang (Soekmono, 1994:16).

Jurnal Artefak Vol. 3 No. 2 – Agustus 2015 [ISSN: 2355-5726] Hlm: 119 - 130 1 Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis

Halaman | 119

Menurut Koentjaraningrat dalam (Iyus penyelidik hukum adat akan segala sesuatu Rusliana, 2002: 23) sistem nilai budaya itu juga yang dikumpulkannya. Monograi- berfungsi sebagai pedoman orientasi bagi segala monograti yang bersifat hukum, misahlya tindakan dalam hidup. Sehjngga, kebudayaan tentang orang batak, , , juga dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan , dan sebagainya tidak dapat karsa. Cipta dapat diartikan sebagai dorongan dilupakan. dalam did manusia untuk menghasilkan sesuatu dengan kekuatan dan pengalaman lahir dan Berdasarkan kutipan tersebut di atas, bathinnya yang bennanfaat bagi dirinya sebagai maka perbedaan-perbedaan yang bersifat khas, individu dan dirinya sebagai anggota sangat perlu untuk dikaji agar diketahui masyarakat, yang menghasilkan i1n1u masyarakat luas. Dengan demikian maka pengetahuan dan teknologi. Karsay dapat pertumbuhan dan perkembangan Setiap adat' dianrikan sebagai dorongan dalam diri manusia istiadat diberbagai daerah dapat dijadikan untuk menemukan pelita hidup yang dibutuhkan wacana atau perbandjngan terhadap adat istiadat karena adanya berbagai hal yang tak te1jangkau suku bangsa lainnya. oleh akalnya, sepelti dari mana asal manusia Perbedaan-perbedaan tidak hanya yang sebelum lahir dan kemana manusia setelah mati, berskala regional atau nasional, tetapi juga bisa hasilnya adalah norma-norma agama atau mewarnai wilayah-wilayah lokal, seperti halnya lahirnya berbagai agama. Adapun rasa diartikan perbedaan antar wilayah propinsi, kabupaten, antara lain sebagai dorongan dalam diri manusia atau mengkaji lebih jauh tentang perbedaan- terhadap keindahan, sehingga menimbulkan perbedaan tersebut khususnya di wilayah keinginan untuk menemukan atau menikmati Kabupaten Garut yang mempakan pecahan dari keindahan itu. kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Sebagai hasilnya terwujudlah macam- Deadles dengan alasan produksi kopi dari daerah lnacam bentuk kesenian. Kebudayaan meliputi Limbangan menurun. Untuk lebih fokus maka seluruh kegiatan atau perbuatan manusia. Kini penelitian akan penulis arahkan ke salah satu kebudayaan dipandang sebagai suatu yang desa yang memiliki signiiikansi perbedaan dinamis, bukan suatu yang kaku atau statis. Yang cukup mencolok dengan desa lainnya, yakni termasuk dalam ruang lingkup kebudayaan Desa Cangkuang di wilayah Kecamatan Leles antara lain tradisi. yang di dalamnya terdapat sebuah Menumt Peursen, tradisi dapat dizutikan perkampungan yang berada ditengah kawasan sebagai pewarisan atau penemsan norma-nqnna, Situ Cangkuang yang terkenal dengan nama adatyisfiadat dan kesenian. Tradisi bukanlah Kampung Pulo. Kampung Pulo merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah. Tradisi justm perkampungan yang tergolong memiliki dipadukan dengan aneka Iagam perbuatan karakteristik berbeda dengan desa-desa lainnya manusia dan keselnwuhannya diangkat. yang berada di wilayah kecamatan Leles, Manusialah pembuat sesuatu dengan Kabupateu Gamt sehingga Kampung Pulo lebih menggunakan tradisi; ia menerima, menolak atu dikenal oleh masyarakat luar. Kampung Pulo mengubahnya. Itulah sebabnya mengapa merupakan salah satu perkampungan yang kebudayaan merupakan cerita tentang mempunyai perkembangan adat istiadat setelah perubahan-perubahan yang selalu memberi melalui proses akulturasi agama Islam. wujud baru pada kebudayaan yang sudah ada. Adapun nama Kampung Pulo itu sendiri (Iyus Rusliana, 2002: 24). muncul karena tempatnya berada didalam pulau. Adapun pluralitas etnik pada gilirannya Masyarakat Kampung Pulo adalah masyarakat akan membawa karakteristik masing-masing yang memiliki adat istiadat yang berbeda dengan wilayah terhadap perkembangan bahasa, kanlpung lainnya di Jawa Barat. budaya, maupun adat istiadat. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Fisher METODE PENELITIAN dalam Koentjaraningrat (1982: 6) sebagai berikut: Setiap penelitian memerlukan metode Bagi daerah Republik Indonesia yang penelitian agar proses dan hasil penelitian terdiri dari berbagai suku bangsa rnenjadi teralah serta maksimal. selayaknya diumumkan tersendiri bahwa Adapun metode penelitian yang anthopologi kebudayaan sangat digunakan dalam penelitian ini adalah metode benelimakasih kepada penyelidik- historis dan metode wawancara. Mengenai

Halaman | 120 KOMUNITAS KAMPUNG PULO DI CANGKUANG KABUPATEN GARUT (PERKEMBANGAN ADAT ISTIADAT SETELAH MASUKNYA ISLAM) Dewi Ratih pengertian metode histods atau metode sejarah. wawancara dengan para naxasumber dianggap Fraenkel dan Wallen (dalam Ryanto, 1996: 22) data yang tepat untuk diiadikan data penelitian menjelaskan sebagai berikut: kemudian dalam pengumpulan bahan-bahan Penelitian sejalah adalah penelitian yang untuk kcperluan lainnya akan dilakukan secara eksklusif memfokuskan kepada beberapa teknik sebagai berikut: masa lalu. Penelitian ini mencoba a. Studi pustaka yaitu dari buku-buku surat merekonslnlksikan apa yang teljadi pada kabar, majalah, dan sebagainya yang terdapat masa lalu secara lengkap dan seakurat di Setiap perpusrakaan-perpustakaan baik itu mungkin dan biasanya menjelaskan di daerah Ciamis ataupun di luar Cinmis. mengapa hal itu teljadi. Dalaxp mencari b. Observasi yaitu terjun langsung di daerah data dilakukan secara sistematis agar tempat penelitian. mampu menggambarkan, menjelaskan dengan memahami kegiatan atau peristiwa yang texjadi beberapa waktu yang lalu, PEMBAHASAN

Adapun langkah-langkah dalam Keberadaan Komunitas Kampung Pulo penelitian historis atau penelitian sejarah ada lima langkah pokok yang sangat esensial seperti Jumlah penduduk di wilayah Kampung yang terlihat pada kutipan berikut yang Pulo Kecamatan Leles Kabupaten Garut dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen (dalam sebanyak 23 orang. Dalam satu tugu tidak boleh Ryanto, 1996: 23). melebihi 4 orang. Hal ini merupakan ketentuan Adapun empat langkah yang esensial adat yang tidak boleh dilanggar. dalam penelitian sejarah yaitu: Sistem kekeluargaan di rnasyarakat 1. Mennnuskan masalah, Kampung Pulo di dalam Kampung tersebut 2. Heuristik adalah menemukan sumber-sumber terdapat 6 kepala keluarga dan mewarisi rumah informasi sejarah yang relevansi, adat kepada anak perempuannya yang paling tua. 3. Kxitik adalah meringkas dan mengevaluasi Sehingga sistem kekeluargaan di Kampung ini infonnasi yang diperoleh dari sumber-sumber mengikutingaris Ibu. Bila ada anak laki-laki tersebut, yang sudah menikah dalam waktu 4. intepretasi adalah nmnpersentasikan dan pernikahannya lnenbapai 2 minggu, maka anak menginterpretasikan informasi-informasi laki-laki tersebut harus meninggalkan Kampung tersebut yang dihubungkan dengan masalah Pulo. atau pertanyaan dalam penelitian, dan 5. Historiognfd adalah kegiatan pennlisan kisah 1. Mata Pencaharian sejarah sebagai lapomn akhir. Mayoritas masyarakat Kampung Pulo bekelja sebagai petani yang menanam Sedangkan pengenian metode wawncara berbagai jenis tanaman pangan seperti padi, dijelaskan oleh Ryanto (1996: 67) sebagaimana singkong, dan sayur mayur. Selain itu terlihat dalam kutipan berikur: masyarakat Kampung Pulo juga bertemak Wawancara mempakan metode berbagai jenis binatang seperti ayam dan itik. pengumpulau data yang menghendaki Masyarakat Kampung Pulo juga menjual komunikasi langsung antara penyelidik makanan khas dari Kampung Pulo yaitu dengan subjek atau responden. Dalam burayot, opak, gogodoh dang ranging wawancara biasanya texjadi tanya Iawab (rangginang mernakai kinca). Dalam upaya sepihak yang dilakukan secara sistematis mendukung kepariwisataan daerah dan dan berpijak pada tniuan penelitian. menarnbah masukan untuk ekonomi rumah tangga, warga Kampung ini membuat Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kerajinan tangan dari kayu sumpit/pinus, metode penelitian historis yang penulis gunakan bambu, dan batok kelapa berupa rakit, candi, mamiliki ciri heuristik dan interpretasi melalui , bebecaan dan perhau. Setiap oral histcris, sebab penelitian ini wisatawan yang mengunjungi Kampung Pulo mengungkapkan peristiwa atau suatu keadaan tersebut, para pemuka adat memberikan daerah (lokal) yang kurang ditunjang oleh sambutan berupa salam atau berjabat tangan. sumbef-sumber tertulis sehingga basil

Halaman | 121

Tujuannya Lmtuk menghomlati tamu yang mang tidur, dan pintn rilang tengah datang ke daerah itu. menuju dapur. Pintu berbentuk persegipanjang, berukuran 1,75 meter x 1 2. Pemukiman meter, dan dibuat dari bilik sasag dan Kampung Pulo merupakan sebuah kayu. Pada umumnya, pintu mempunyai kampung kecil, terdiri dari enam buah rumah ukuran, bentuk, dan bahan sama. dan enam kepala keluarga. Sudah menjadi e. Tiang, berjumlah 16 buah dan terbuat dari ketentuan adat bahwa jumlah rumah dan kayu. Tiang merupakan pendukung kepala keluarga itu harus enam orang dengan rangka atap, lantai serta sebagian rangka susunan tiga rumah di sebelah kiri dan tiga bangunan rumah induk. Paku digunakan rumah di sebelah kanan yang saling sebagai penguat konstruksi bangunan. berhadapan ditambah satu masjid sebagai f. Jendela, terletak di bagian depan, tempat ibadah. Oleh sebab itu kedua deretan samping, atau belakang dengan ukuran rumah tersebut tidak boleh ditambah ataupun yang hampir sama. Pada umumnya dikurangi. jendela berukuran 1 meter x 0,90 meter, Jika sebrang anak iaki-laki sudah berbentuk persegipanjang dan pada dewasa kemudian menikah maka paling bagian tersebut dipasang kayu dengan lambat dua minggu setelah pemikahan harus jarak tertentu secara vertikal (falosy, serta meninggalkan rumah tempat asalnya, keluar daun jendela kayu sebagai penutupnya. darilinglrungan keenam rumah adat tersebut. g. Atap, berbentuk julang ngapak (sikap Dia bisa kembali keasalnya bila salah sam bunmg julang merentangkan sayap) yang keluarga meninggal dunia dengan syarat memiliki empat buah bidang atap. Dua harus anak wanita dan ditentukan atas bidang atap bertemu pada garis suhunan pemilihan keluarga setempat. dan letaknya menurun mixing. Dua bidang atap lainnya merupakan kelanjutan 3. Bentuk Pemukiman dari bidang-bidang itu dengan membentuk Bentuk rumah hasil pemugaran sudut tumpul, pada garis pertemuan antara maupun rumah lainnya memiliki bagian- keduanya Bidang atap tambahan yang bagian rumah sebagai berikut: menandai ini disebut leang-leang. a. Tatapakan batu (umpak batu), merupakan h. Di bagian pertemuan kedua belah atap, fondasi tiang berbentuk persegipanjang, dibentuk menyempai tanduk lurus disebut terbuat dari batu alam dengan permukaan cagak gunting atau capit hurang dan relatif rata. Umumnya dibuat untuk dililitkan ijuk. Fungsi capit hurang secara menjaga ketahanan tiang. teknis adalah untuk mencegah air b. Golodog terbuat dari kayu, terletak di merembes ke dalam para. Penutup atap di bawah lantai ruaug tamu dan pintu dapur. ruang tamu rnenggunakan bambu bulat Golodok berfungsi sebagai tangga masuk yang dipasang berjajar (talahab). Penutup ke rumah, untuk duduk atau mengexjakan atap lainnya dibuatkan daro, terbuat dari pekerjaan ringan seperti menganyam, daun alang-alang atau rumbia dan ijuk meraut bambu, membuat kerajinan dari yang diikat dengan tali dari bambu ke bambu atau untuk mencuci kaki sebelum bagian atas dari rangka atap. Untuk masuk rumah. memperkuat hagian itu digunakan paku. c. Ruang tepas, merupakan ruang tamu yang Langit-langit/Plafon, terbuat dari bilik berasal dari ruang terbuka (bangtman asli) dengan pola anyaman kepang. Jalak dari yang ditutup dengan dinding terbuat dari lantai nunah ke langit-langit berukuran bilik yang dianyam dengan pola anyaman tinggi 3 meter. Dalam pemasangannya, kepang. Secara keseluruhan mangan ini lembaran bilik diletakkan di bagian atas, dibuatkan lantai terbuat dari anyaman dan di bawahnya diletakkan bambu bulat bambu (bilik) dengan pola yang sama. yang dijajar dengan jarak antar bambu Lantai bilik digelarkan di atas bambu relatif sama. bulat (utuh). d. Pintu, terdiri dari dua pintu masuk utama, Sementara itu, pembagian (penataan) yaitu pintu depan terletak di ruang tamu ruangan dan fungsi masing-masing ruangan dan pintu belakang terletak di dapur. Pintu rumah tinggal adalah sebagai berikut: masuk penunjang, terdapat ditiap-tiap

Halaman | 122 KOMUNITAS KAMPUNG PULO DI CANGKUANG KABUPATEN GARUT (PERKEMBANGAN ADAT ISTIADAT SETELAH MASUKNYA ISLAM) Dewi Ratih

1. Golodog, beriimgsi sebagai tangga masuk panggung (berkolong). Tempat berwudhu ke rumah. berada di sebelah kanan bangunan utama, 2. Ruang tamu, berukuran 5,60 meter x 5,60 berukuran 7,90 meter x 4,30 meter, terbuat meter, bertungsi untuk menerima tamu, dari beton dengan smnber air yang berasal tempat berkumpul warga, tempat dad sumur di sampingnya. bermusyawarah, dan ruangan santai di Ruangan bangunan utama dibagi siang hari. Ruangan ini merupakan ruang menjadi mang sholat dan ruang depan. Ruang terbuka tanpa dinding terletak di bagian depan merupakan ruang terbuka berukuran muka rumah, yang dibiarkan kosong tanpa 2,50 meter x 2,15 meter yang berfungsi perkakas rumah, seperti meja, kursi atau sebagai tempat berkumpul setelah sholat. bale-bale. Pada rumah lain, ruang ini Untuk menuju ruang sholat digunakan ditutup dinding bilik (ruang tepas). sebuah pintu masuk. Ruang sholat berukuran 3. Ruang tidur tamu, terletak di sebelah kiri 4,30 meter x 3,50 meter. Dan sebagaimana ruang tamu. Bila tidak ada tamu yang layaknya sebuah mushola di Iuangan ini menginap, ruangan ini dibiarkan kosong. terdapat sebuah mihrab sebagai arah kiblat 4. Ruang tidur utama, berukuran 3,80 meter dan tempat imam memimpin sholat x 2,75 meter, terletak di bagian rumah berjamaah, berukuran 1,90 meter x 1,70 sebelah kanan, dan berfungsi sebagai meter. Dinding atap dan sekat ruang ruang tidur keluarga. Ruang tidur terdiri seluruhnya dibuat dari bilik. Lantai terbuat dari dua kamar tidur keluarga dan satu dari palupuh dan tangga dari papan. Atap kamar tidur tamu (yang masih terhitung berbentukjulang ngapak dengan penutup atap keluarga. Setiap kamar diberi pembatas dari alang-alang/ijuk. Ruangan ini dilengkapi dinding bilik dan satu pintu). dengan jendela kayu di kanan kixinya. 5. Ruang tengah, berukuran 7,60 meter x 2,90 meter, terletak di bagian tengah 4. Sistem N ilai, Norma, dan Moral rumah. Letak ruangan ini diapit dengan Masyarakat ruang tamu, kamar tidur, dan dapur. Nilai adalah adalah kemampuan yang 6. Ruang tengah berfungsi sebagai tempat dipercayai yang ada pada suatu benda untuk berkumnul keluarga, dan biasanya memuaskan manusianilai pada hakikatnya terdapat kursi, meja, lemari, dan TV. adalah sifat dan kualitas yang melekat pada 7. Dapur, terletak di bagian kanan, dan suatu obyeknya. Dengan demikian, nilai itu berfimgsi untuk kegiatan masak adalah suatu kenyataan yang tersembunyi memasak. Di dapur terdapat tungku dibalik kenyatan-kenyataan lainnya. Nilai perapian atau hawu yang terbuat dari sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu tumpukan bata dan diberi alas (parako) masyarakat, mengenai apa yang dianggap agar lantai bambu atau palupuh tidak baik dan apa yang dianggap buruk oleh terbakar. Di atas tungku dibuat atap agak masyarakat. rendah (paraseuneu), yang digunakan Norma adalah perwujudan martabat sebagai tempat menyimpan barang- manusia sebagai mahluk budaya, social, barang, seperti kayu bakar, jagung, ubi moral dan religi. Norma merupakan suatu jalar, dan sebagainya. kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki 8. Goah, merupakan ruangan kecil yang oleh tata nilai untuk dipatuhi. Dalam terletak di bagian dapur sebelah kanan, perwujudannya, norma dapat berupa norma berukuran 7,60 x 2,70 m. Ruangan ini agama, norma filsafat, norma kesusilaan, berfungsi untuk menyimpan padi atau norma hukum dan norma social. Norma beras. memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi. Selain bangunan utama, terdapat Sedangkan moral adalah nilai-nilai dan bangunan lain yang terpisah dan terletak di norn1a-norma yang menjadi pegangan bagi belakang rumah, yaitu kamar mandi dan seseorang atau suatu kelompok dalam kaudang temak. Mushola berbentuk mengatur tingkah lakunya. bangunan berdenah empatpersegi, terdiri dari Dalam perwujudannya, moral dapat bangunan utama dan tempat berwudhu. berupa peratluan atau prinsip-prinsip yang Bangunan utama merupakan bangunan benar, baik terpuji dam mulia, sepeni

Halaman | 123

kepatuhan terhadap nilai dan norma yang berubah. Hanya saja, tradisi - tradisi sejak mengikat pada masyarakat, dan kesetiaan. zaman dulu tetap dipertahankan. Masyarakat Kampung Pulo memegang teguh nilai dan norma yang sudah melekat e. Organisasi Sosial dari dahulu kala, sehingga menciptakan suatu Masyarakat Kampung Pulo yang moral yang baik pada setiap masyarakat. tinggal di luar daerah memiliki suatu Misalnya saja nilai - nilai yang dianggap baik perkumpulan, sehjngga dapat berkumpul oleh masyarakat dalam saw acara. Mennmt Sang Kuncen, Kampung Pulo yaitu harus berbicara justru masyarakat di luax kampung Pulo sopan santun karena masyarakatnya mudah lah yang aktif dalam acaxa pertemuan tersinggung. Norma - norma yang mengikat organisasi daxipada masyarakat yang masyarakat Kampung Pulo memiliki sanksi, tinggal di Karnpung Pulo sendiri. misalnya mendirikan bangunan lebih atau f. Sistem Peralatan I-Iidup dan kurang dan 7 djkenakan denda sebesar 15 juta Teknologi dan dikurung selama 7 tahun penjara. Dan Masyarakat Kampung Kampung ada juga yang mempakan Pulo sudah mengenal tekhnologi. Hanya pertanggungjawaban terhadap leluhur saja karena bangunan tidak boleh bembah, mereka. Misalnya, dalam hal menabuh goong maka bangunan di Kampung Pulo tetap besar akan mengakibatkan datangnya tradisional. Untuk memasak pan mereka malapetaka. (Sunarto, 2007:191) masih menggunakan tungku atau kompor minyak. 5. Kondisi Sosial Budaya g. Kesenian Kondisi sosial sosial suatu masyarakat Kesenian yang masih dipelihara di berkaitan dengan agama, pendidikan, Kampung Pulo yaitu rudat ( pencak silat kesehatan dan kebudayaan. Karena itu, dengan iringan musik rebana ) kondisi sosial masyarakat Kampung Pulo dapat dijabarkan sebagai berikut : 6. Religi, tabu, dan ritual a. Agama Dalam adat istiadat Kampung Pulo Pada masyarakat Kampung Pulo terdapat beberapa ketentuan yang masih agama yang dipercaya yaitu Islam. berlaku hingga sekarang yaitu 1 Tempat ibadahnya menlpakan salah satu a. Dalarn berjiarah ke makam-makam dari 7 bangunan pokok. Hanya saja, ketika harus mematuhi beberapa syarat yaitu hari-hari besar (misalnya Lebaran) berupa baraapi, kemenyan, minyak masyarakat Kampung Pulo tidak wangi, blmga-bungaan dan serutu. Hal melakukan fbadah di sini, melainkan ikut ini dipercaya untuk mendekatkan did bersama masyarakat lainnya di Desa (pejiarah) kepada roh-roh para leluhur. Cangkuang. b. Dilarang berjiarah pada hari rabu, b. Pendidikan bahkan dulu penduduk. sekitar tidak Pendidikan masyarakat Kampung diperkennankan bekexja berat,begitu Pulo sama halnya dengan masyarakat pula Embah Dalem Arif Muhammad pada umumnya. Mereka bersekolah tidak mau menerima tamu karena hari seperti ketetapan pemexintah. tersebut digunakan unutk mengajarkan c. Kesehatan agama. Karena menurutkepercayaan Untuk masalah masalah kesehatan, bila masyarakat melanggamya maka Kampung Pulo merupakan kawasan yang timbul mala petaka bagi masyarakat bersih dan tertata xapi. Oleh karena itu tersebut kemungkinan masalah kesehatan tidak c. Bentuk atap rumah selamanya hams terlalu serius. Tapi jika ada yang sakit, mamanjang (jolopong) mereka dibawa ke desa. Karena di d. Tidak boleh memukul Goong besar Kampung Pulo tidak ada rumah sakit. e. Khusus di Kampung Pulo tidak boleh d. Kebudayaan memelihara ternak besar berkaki Karena kebudayaan bersifat empat seperti kambing, kerbau, sapi dinamis, maka seiring waktu kebudayaan dan lain-lain. pada masyarakat Kampung Pulo pun f. Setiap tanggal 14 bulan Maullud mereka malaksanakan upacala adapt

Halaman | 124 KOMUNITAS KAMPUNG PULO DI CANGKUANG KABUPATEN GARUT (PERKEMBANGAN ADAT ISTIADAT SETELAH MASUKNYA ISLAM) Dewi Ratih

memandikan benda-benda pusaka makamnya bersebelahan dengan candi seperti keris, batu aji, peluru dad batu Cangkuang. Arief Muhammad adalah tokoh yang dianggap bermakna dan misterius. Embah Dalem Arif Muhammad, mendapat berkah. Yang berhak panglima perang dari Kerajaan Mataram, pada menguasai rumah-mmah dapat adalah awal abad ke-17 bersama prajuritnya mencoba wanita dan diwariskan pula kepada menyerang tentara VOC atau Perserikatan anak perempuannya. Sedangkan bagi Perusahaan Hindia Timur di Batavia. anak laki-laki yang sudah menikah Pertempwan mereka kalah. Kuatnya rasa malu harus meninggalkan kampung tersebut membuat Embah Dalem Arif Muhammad setelah 2 minggu. beserta rombongannya mengurungkan niat pulang ke Kerajaan Mataram. Lebih baik mereka Masuknya Agama Islam ke Kampung Pulo terlunta-lunta di daerah ekspansi daripada harus menanggung malu di tanah jajahan. Begitu kuat Setiap daerah mempunyai adat masing- itikad mereka supaya tidak pulang ke Kerajaan masing yang satu sama lain tidak sama. Mataram. Dalam suasana bimbang, Embah Kalaupun, misalnya pada segi nama kesamaan Dalem memutuskan untuk menetap di kawasau akan tetapi dalam segi pelaksanaan mungkin Cangkuang yang masih memeluk kepercayaan berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Soerojo animisme, dinamisme (agama suku), dan Hindu. Wignjodipoero ( 1989: 13) yang mengatakan Dapat dipastikan Embah Dalem Arif bahwa: berusaha menyebarkan ajaran Islam dengan axif Adat adalah merupakan pencerminan dari dan bijaksana. Membuat danau yang keplibadian sesuatu bangsa, merupakan salah mengelilingi desa merupakan persyaratan bagi satu penjelmaan dari pada jiwa bangsa yang Embah Dalem Arif untuk menikah dengan bersangkutan dari abad ke abad. seorang putri cantik yang merupakan penduduk Oleh karena itu, maka tiap bangsa di dunia asli. Mereka pun dikaruniai enam anak ini rnemiliki adat kebiasaan sendiri-sendiri yang perempuan. Sebagai upaya mengenang putri satu dengan yang lainnya tidak sama. Justru oleh Embah Dalem, dibuatlah enam rumah dan satu karena ketidaksamaan inilah kita dapat mushala yang tepat bexada di belakang Candi mengatakan bahwa adat itu merupakan unsur Cangkuang dan dapat dipastikan n1uncul petaka yang terpenting yang znemberikan identitas bila berani menambah pennukiman bam di kepada bangsa yang bersangkutan. kawasan Kalau lcita perhatikan pendapat di atas Menurut Tatang (56 tahun, kuncen/ ketua maka pada dasamya adat itu merupakan adat, 15 Februari 2010 Cangkuang) ihwal jumlah pencenninan dari kepribadian sesuatu bangsa, bangunan berupa enam rumah dan satu mushola tiap bangsa di duuia ini memiliki adat merupakan aturan yang ditetapkan Arif sendi1i~sendiri yang satu dengan yang lainnya' Muhammad. Embah meninggalkan warisan tidak sama. Demikian pula di negara Indonesia, berupa barang antik, khotbah Idul Fitri, naskah adat yang dimiliki oleh daerah-daerah, suku- khotbah Jumat dari kulit kambing ( 1,76 cm x 23 suku bangsa berbeda, meskipun dasar serta cm), A1 Qman dari kulit kayu saih (33 cm x 24 sifatnya adalah satu. Sejarah memiliki konsep cm), serta kitab ilmu tauhjd dan iikih. Sampai dasar yaitu konsep pembahan, konsep waktu dan sekarang semua masih telawat meski ada yang konsep kontinuitas. Konsep tentang perubahan lapuk dimakan usia. maksudnya pexubahan yang memiliki makna Masyarakat kampung ini sering penting bagi kehidupan manusia. Tidak semua nxengadakan upacara yang masih dilaksanakan perubahan tercatat sebagai peristiwa sejarah. secara periodik antara lain upacara yang Demikian pula Kampung Pulo di Situ berkaitan dengan lingkaran kehidupan (life Cangkuang yang merupakan salah satu cycle) seperti perkawinan, kehamilan (misalnya kampmmg adat yang terdapat di komplek sekitar acaxa tujuh bulan), yang berkaitan dengan bayi Candi Cangkuang di Kabupaten Garut. yang baru dilahirkan (marhaban), yang berkaitau Kampung Pulo merupakan kampung adat yang dengan kematian (tiluan, tujuhan, matangpuluh, nota bene bernuansa Islami di sekitar Candi natus, nyewu, dan mendak) dan saat berziarah ke peninggalan hindu. makam harus mematuhi beberapa syarat yang Apabila ditelusuri, warga kampung Pulo membawa bara api, kemenyan, minyak wangi, ini merupakan ketunman Arief Muhammad yang bunga-bungaan dan serutu, yang berkaitan

Halaman | 125

dengan pertanian, pada saat mendirikan rumah mereka duga harus dibed kompensasi berupa (misalnya 1 mitembayan, ngadengkeun suhunan, materi terlebih dahulu. dan syukuran ngalebetan) serta upacara Namun, ada pula pemilik naskah yang ngabakeun benda pusaka seperti keris, batu aji, enggan memberikan naskah tersebut pada peluru dari batu yang dianggap bermakna dan meseum. Hal tersebut biasanya dikarenakan membawa berkah yang di adakan setiap 14 kandungan mistik yang dipercaya memberihan Maulid. efek magis tertentu bagi pemilik naskah. Masyarakat Kampung Pulo pada awalnya Manuskrip yang tersimpan di musemn beragama Hindu namun saat Embah Dalem Arif Cangkuang di antaranya: khutbah Jumat yang Muhammad masuk ke daerah tersebut dan terbuat dari kulit kambing, kitab fiqih, khutbah menyebarkan agama Islam maka masyarakatnya Idul Fitri texpanjang di Indonesia, Al-Quran memeluk agama Islam. Namun masyarakat yang ketiganya terbuat dad kayu saih. Kampung Pulo masih melakukan kegiatan yang Tatang (56 tahun, Ketua Adat / Kuncen menganut agama Hindu. Salah satunya adalah /15 Febnxari 2010) menambahkan, ada dua saat berziarah ke makam Embah Dalem Arif hemungkinan untuk tempat penulisan naskah- Muhammad dengan tata cara yang berbeda dari naskah tersebut. Penama, seluruh naskah A agama Islam yang sebenarnya. ditulis Embah Dalem Arif Muhammad _saat Masyarakat Kampung Pulo beribadah di berdakwah di Cangkuang. Kedua, bisa jadi Mesjid Kampung Pulo tersebut. Mereka naskah tersebut ditulis sejak Embah Dalem Arif beribadah 5 dalam 1 hari dan itu merupakan Muhammad masih di Mataram. Hal tersebut tuntunan wajib untuk pemeluk agama Islam. dikarenakan naskah tersebut diterjemahkan ke Bukti dari penyebaran agama Islam di dalam Bahasa Jawa, bukan Sunda. Al-Quran Cangkuang oleh Arief Muhammad yaitu adanya Abad XVII M D temuan kisah lisan dan dokumen tertulis dari Salah satu manusklip yang terdapat di masyarakat seldtar. Bahkan hingga kini masih museum Cangkuang adalah Al-Quran dan tersimpan dokumen sejarah berupa kulit kayu terjemahannya dalam Bahasa Jawa dengan dan kulit domba yang bertuliskan huruf arab. tulisan Arab Pegon. Ukurannya., 24 x 33 cm. Dokumen tertulis berupa Al-Quran, Fiqih, sedangkan teksnya berukuran 16 x 25 cm. Al- Tauhid, dan naskah khutbah Shalat Jum’at. Quran tersebut tidak memiliki penomoran Setelah Arief Muhammad meninggal, ia halaman. dimakamkan di makam kuno yang merupakan Al-Quran yang terbuat dari kayu saih illi leluhur cikal bakal dari kampung Pulo. ditulis dengan dua wama tinta, yaitu hitam dan Embah Dalem Arif Muhammad, sebagai merah. Teks A1-Quran ditulis dengan tinta tokoh penyebar Islam di wilayah Parahyangan hitam, sedangkan tinta merah digunakan mmtuk Timur memperkaya khazanah kebudayaan rnenandai nama Surat. Uniknya, menurut Jiji dengan seluruh tulisannya. Tulisannya tersebar Muhaxji, salah satu pengelola museum, tinta di berbagai daerah di Garut, seperti Leles dan merah itu berasal dari serat buah manggis. Kadungora. Umumnya, pemilik naskah Namun Al-Quran ini hanya memuat 22 mengldaim masih keturunan Embah Dalem surat yang terdiri dari 9 juz. Dimulai dengan Muhammad. surat An-Nah] dan diakhiri Surat Shad. Naskah Saat peresmian Candi Cangkuang pada terdiri dari 12 kuras dan memiliki 143 halaman. tahun 1976, dengan ditandai selesainya Naskah berusia lebih dari 400 tahun ini pemugaran candi (1974-1976), pemerintah udah rapuh dan lusuh. Lembarannya penuh mclalui instansi terkait bexinisiatif lubang kecil terkena jamur. Bahkan jilidnya mengumpulkan selmuh aset budaya berupa rusak dan judulnya tidak terbaca. Hal tersebut kaxya-karya Embah Dalem Arif Muhammad dan dikarenakan manuskxip di musem Cangkuang, menghimpunnya dalam museum yang dibangun tennasuk A1-Quran ini, masih belum dirawat berhadapan dengaa candi dan makam Embah secara intensitf Hingga saat perawatan seluruh Dalem Arif Muhammad. Kebanyalam manuskrip masih menggunakan cara-cara masyarakat saat itu bersedia memberikan naskah sederhana. Seperti menggunakan silica gel yang tersebut agar lebih terawat dan terjaga. diberikan peneliti yang datang, lalu dibersihkan Masyarakat Kampung Pulo mengaku dengan kuas, dan menggunakan rempah-rempah mmberikan naskah tersebut secara cuma-cuma, alami untuk menghilangkan jamur. tidak seperti orang diluar Kampung Pulo yang

Halaman | 126 KOMUNITAS KAMPUNG PULO DI CANGKUANG KABUPATEN GARUT (PERKEMBANGAN ADAT ISTIADAT SETELAH MASUKNYA ISLAM) Dewi Ratih

Perkembangan Adat Istiadat Masyarakat warga kampung Pulo, masih berlaku pantangan Kampung Pulo adat, yang apabila dilanggar bisa menyebabkan malapetaka. Meskipun demikian, adat istiadat Adat istiadat itu berasal dari kebiasaan- yang masih berkembang dan berlaku _di kebiasaan, yang kemudian diakui oleh Kampung Pulo sampai sekarang setelah masyarakat dan bahkan kemudian masuknya Islam di antaranya yaitu : dikembangkan menjadi sebuah pedoman bagi 1) Masyarakat kampung Pulo ketika bexjiarah perilaku anggota masyarakat lainnya. Kebiasaan kemakam-makam hams mematuhi bebelapa tersebut kemudian diwariskan dan dipelajan oleh syalat yaitu berupa bara api, kemenyan, anggota masyarakat selanjutnya. Hal ini minyak wangi, bunga-bungaan dan serutu. berfungsi sebagai pedoman bagi individu dalam Hal ini dipercaya untuk mendekalkan diri berinteraksi dengan individu lain yang ada (pejiarah) kepada roh-roh para leluhur. Tetapi dalam masyarakat. Penyimpangan terhadap setelah Islam masuk ke Kampung Pulo, pedoman yang berlaku tersebut pada masyarakat masyarakat Kampung Pulo mengganti ritual tertentu, akan melahirkan sanksi sosial berupa membawa kemenyan, bunga- bungaan dan celaan, ejekan, pengucilan atau hukuman Hsik. cerutu dengan membacakan ayat-ayat suci Selain sebagai pedoman tingkah laku, adat dari Al-Quran. istiadat juga menentukan hal-hal yang dianggap 2) Rabu hari salnal, Hari rabu dikenal sebagai baik dan buruk bagi seseorang sebagai al1gg0ta hari yang kelam. Sebab menuru sejarah pada masyarakat. Adat menetapkan apa yang hari itulah putra bungsu Eyang Arif dan diharuskan, dibenarkan atau dilarang. Dengan beberapa masyarakat Cangkuang tewas oleh begitu, dalam melakukan tindakan anggota sebuah malapetaka. Sehingga untuk masyarakat tersebut memiliki suatu pedoman mengenang hari ilu, Eyang Arif membangun dalam berinteraksi dengan anggota masyamkat sebuah mesjid di Kampung Pulo sebagai lainnya. Dalam pergaulannya, setiap individu titisan putra kesayangannya itu. Pada hari terikat oleh aturan (adat istiadat), dan rabu merupakan pantangan (pamali) apabila penyimpangan terhadap aturan yang ada seseorang yang hendak berziarah, bahkan berlakuakan berdampak negatif pada dulu penduduk sekitar tidak diperkenankan Inasyarakat aekitamya. Dengan kata lain adat bekerja berat,begitu pula Embah Dalem Arif istidat akan membatasi tingkah laku manusia Muhammad tidak mau menerima tamu agar tidak merugikan kepentingan masyarakat karena had tersebut digunakan unutk secara keseluruhan. Sejalan dengan hal itu mengajarkan agama. Karena menurut Geertz (1992.527) menyatakan bahwa meskipun kepercayaan bila masyarakat rnelanggamya tidak selamanya dipatuhi, adat istiadat masih maka timbul mala petaka bagi masyarakat dianggap sebagai satu-satunya himpunan norma- tersebut. Tetapi seiring dengan norma yang dianggap sah yang hams dijadikan perkembangan Islam hari rabu masih pegangan dalam berperilaku seseorang. Satu dianggap hari sakral namun penduduk seldtar pola perilaku tenentu adalah sah, layak, apabila tetap melalcukan aktifitas ataupun pekerjaan sesuai dengan adat istiadat. yang rutin dilakukan. Pada masyarakat tertentu, penghargaan 3) Sebelum Islam masuk Bentuk atap rumah yang mendalam terhadap adat istiadat, selain selamanya harus mamanjang (jologong) karenasudah menjadi tradisi yang turun temurun tetapi seiring perkembangan Islam di dan karena takut akan adanya sanksi dari Kampung Pulo masyarakat kini sudah mulai masyarakat sekitar, juga karena percaya akan menggunakan rumah yang atapnya seperti adanya hukuman gaib. Kepercayaan umum layaknya rumah biasa yang berbentuk bahwa hukuman gaib itu menxpakan sesuatu memanjang. yang pastinteljadi, juga pengucilan dari 4) Tidak boleh memukul Goong besar masih lingkungan, telah menimbulkan keadaan untuk tetap dipertahankan karena meskipun sudah tidak melakukan pelanggaran adat. Adat istiadat masuk Islam hal ini masih dianggap tabu juga ditaati kerena adanya faktor psikologis dan untuk dilanggar ataupun diganti. ikatan moral dari anggota masyarakat 5) Tidak diperbolehkannya memelihara temak pendukung adat yang bersangkutan. besar berkaki empat seperti kambing, kerbau, Maka demikian pula dengan Kampung dan sapi di sekitar Kampung Pulo tetapi Pulo yang memiliki adat istiadat yang khas. Bagi setelah masuknya Islam masyarakat sudah

Halaman | 127

mulai memelihara hewan ternak untuk dipercaya untuk mendekatkan diri menjadi mata pencahalian lain selain bertani. (pejiarah) kepada roh-roh para leluhur. 6) Walaupun sudah masuk agama Islam setiap b. Dilarang berjiarah pada hari rabu, bahkan tanggal 14 bulan Maullud mereka tetap dulu penduduk sekitar tidak melaksanakan upacara adat memandikan diperkenankan bekerja berat, begitu pula benda-benda pusaka seperti keris, batu aji, Embah Dalem Arif Muhammad tidak mau peluru dari batu yang dianggap bermakna dan menerima tamu karena hari tersebut mendapat berkah. digunakan untuk mengajarkan agama. 7) Yang berhak menguasai rumah- rumah adat Karena menurut kepercayaan bila adalah wanita dan diwariskan pula kepada masyamkat melanggamya maka timbul anak perempuannya. Sedangkan bagi anak mala petaka bagi masyarakat. laki-laki yang sudah menikah hams c. Bentuk atap I'll1'113.h selamanya harus meninggalkan kampung tersebut setelah 2 mamanjaug (jolopoug) minggu. d. Tidak boleh memukul Goong besar e. Khusus di kampong pulo tidak boleh Dalam proses penemsan adat istiadat yang memelihara ternak besar berkaki empat berlaku dan dianggap sesuai dengan yang seperti kambing, kerbau, sapi dan lain- disepakati oleh masyarakat, diusahakan agar lain, mampu menyeleksi pengaruh yang datang dari f. Setiap tanggal 14 bulan Maulud mereka luar. Penyeleksian dilakukan terhadap Lmsur- malaksanakan upacara adat memandikan unsur yang kemungkinan bisa mengganggu benda-benda pusaka seperti keris, batu aji, integritas masyamkat sebagai kesatuan adat. pelunl dari batu yang dianggap bermakna Sementara itu proses sosialisasi dalam rangka dan mendapat berkah. Yang berhak pewarisan dan pelestarian adat istiadat yang menguasai rumah- rumah adat adalah dianggap sesuai itu, selain melalui lembaga adat wanita dan diwariskan pula kepada anak juga dilakukan oleh keluarga dan masyaxakat perempuannya. Sedangkan bagi anak laki- pada umumnya. laki 'yahg sudah menikah harus meninggalkan kampung tersebut setelah 2 PENUTUP minggu. 2. Masuknya Islam di Kampung Pulo, pada Simpulan awal abad ke-17 Embah Dalem Arif Sesuai dengan tujuan penelitian, dari data- Muhammad bersama prajuritnya mencoba data yang berhasil dikumpulkan dalam menyerang tent/ara VOC atau Perserikatan penelitian maka dapat disimpulkan hal-hal Perusahaan Hindia Timur di Batavia. sebagai berikut. Pertempuran mereka kalah. Kuatnya rasa 1. Bahwa pada urnumnya masyarakat Kampung malu membuat Embah Dalem Arif Pulo masih tetap mernpertahankan adat Muhammad beserta rombongannya kebiasaan yang diturunkan oleh nenek mengunmgkan niat pulang ke Kerajaan moyangnnya. Adat istiadat tersebut antara Mataram. Lebih baik mereka terlunta-luuta di lain yang berkaitan dengan keberadaan daerah ekspansi daripada harus menanggung tempat-tempat yang dianggap keramat, adat malu di tanah jajahan. Begitu kuat itikad istiadat yang berkaitan dengan daur hidup, mereka supaya tidak pulang ke Kerajaan dan mata pencaharian. Mataram. Dalam suasana bimbang, Embah Masyarakat Kampung Pulo tidak diikat oleh Dalem memutuskan untuk menetap di hukum tertulis. Mereka hanya mengenal kawasan Cangkuang yang masih memeluk pamali sebagai istilah melanggar pantangan. kepercayaan animisme, dinamisme (agama Pantangan di Kampung Pulo harus dipatuhi suku), dan Hindu. Dengan keadfan yang penduduk itu sendiri maupun para wisatawan dimiuki Embah Dalem Axif berusaha yang datang. Adat Istiadat yang populer menyebarkan ajaran Islam dengan arif dan disebut pantangan atau pamali di Kampung biaksana. Sehingga membuat rakyat di Pulo yang dianggap tabu yaitu : kawasan Cangkuang memeluk agama Islam. a. Dalam bexjiarah kemakam-makam hams 3. Setelah masuknya Islam di Kampung Pulo mematuhi beberapa syarat yaitu berupa masyarakat Iéamplmg Pulo tetap bara api, kemenyan, minyak wangi, mempertahankan keyakinan mereka yang bunga-bungaan dan semtu. Hal ini berhubungan erat dengan adat istiadat. Adat

Halaman | 128 KOMUNITAS KAMPUNG PULO DI CANGKUANG KABUPATEN GARUT (PERKEMBANGAN ADAT ISTIADAT SETELAH MASUKNYA ISLAM) Dewi Ratih

istiadat yang sudah mengalami pembahan Tradisional di Jawab Barat. : PT karena pengaruh islam yaitu : Kiblat Buku Utama. a. Masyarakat Kampung Pulo ketika Jackson, Karl D. 1990, Kewibawaan bezjiarah ke makam-makam mengganti Tradivional, Islam, dan Pembemntakan, ritual membawa kemenyan, bunga-bunga, Jakarta, Gratiti. dan wewangian dengan bacaan-bacaan al- Koentjaraningrat.,Pro£,Dr. 2004. Manusia dan quran sebagai pengantar ziamh Kebudayaan di Indoneshl. Jakarta : b. Hari rabu yang biasanya dianggap tabu Djambatan. untuk melalcukan aktifitas, setelah ------. 1974. Kebudayaan, Mentalitet dan masuknya Islam masyarakat pada had Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia. rabu tetap mslakukan aktifitas sepeni ------. 2007 . Sejarah Teori Antropologi. biasa. Jakarta: Universitas Indonesia Press. c. Bentuk atap mmah yang semula selalu ------. l990, Pengantar Ilmu Antropologi, memanjang dan lonjong dan beratap ijuk, Jakarta, Rineka Cipta. setelah Islam masuk sudah berubah Soemardjano Selo, 1982, Perubahan Sosial di dengan menggunakan atap seperti rumah Yogvakarta, , UGM-Press. pada umumya Sokanto Soejono, 1990, Sosiologi, Suatu d. Masyarakat Kampung Pulo sekarang Pengantar, Jakarta, Rzgawali. sudah mulai memelihara temak sebagai Subagya, Rahmat. 1981. Agama Asli Indonesia. mata pencaharian barunya Jakarta : Sinar Harapan dau Yayasan Cipta Lokacaraka. Meskipun dalam beberapa ritual sudah Surakhmad, Winarno.,Pro£,Drs.,M.Sc.Ed. 1998. teljadi perubahan. Adat istiadat yang memiliki Pengarrtar Penelitian Ilmazh. Bandung : keunikan selalu dipelihara dan dijaga serta Tarsito dilaksanakan oleh masyarakat kampung pulo, Wignjodipoero, Soerojo. 1989. Pengantar dan karena menurut keyakzinan masyarakat akan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta : Haji menimbulkan malapetaka atau kejadian yang Masagung. dahsyat apabila melanggar pantangan atau pamali tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Cangkuang (Leles), dalam Kabataru No 2. Jakarta: Pusat Penelitian ArkeologiNasio11a1. Christin, Fransisca. Purbakala Cangkuang sebagai aset jawa barat. Tersedia online: http://wwwmediaindonesia.com/sejarah- kebudayaan-jawa-barat? Tanggal z 20 Maret 2009 Eddy, Sunarto. 2007. Profil Peninggalan Sejarah dan Purbakala Di Jawa Barat. Bandung : Dikbudpar Provinsi Jawa Barat Ekadjati, Edi, S. 1983, Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya, Bandung: Girimukti. ' Geertz C. 1990, Tafsir Kebudayaan, Terjemahan F _ Budi Hardiman, Yogyakana, PT. Kanisius. Harsojo. 1986. Pengantar Antropologi Bandung: Binacipta Iyus Rusliana. 2002. Wong Priangan Kajian mengenai Pertunjukkan Dramatari

Halaman | 129

Halaman | 130