FOLKLOR CANDI : DESTINASI WISATA BERBASIS BUDAYA, SEJARAH, DAN RELIGI

Sri Rustiyanti [email protected] Prodi Antropologi Budaya, Fakultas Budaya dan Media Institut Seni Budaya (ISBI) Artikel diterima: 2 Juli 2018 Artikel direvisi: 18 Juli 2018 Artikel disetujui: 25 Juni 2018

ABSTRACT

West has a variety of cultural, historical and religious potential that can be developed as the main tourist attraction, especially in Cangkuang Temple, Leles District, Regency. Cangkuang Temple is one form of non-verbal folklore (artifact) inherited from two religions, namely and Islam. The relics of Hinduism are the statue of Lord which is thought to date from the VIII century and the relics of Islam originated in the seventeenth century with the remains of the tomb of the Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. The potential of Cangkuang Temple is quite interesting as one of the non-oil and gas foreign exchange tourism assets that needs to be improved in its management and empowerment. Therefore, the readiness of the Kampung Pulo community in developing tourism based on culture, history and religion still needs to be improved. Unpreparedness can be seen from the form of tourism development in each segment that has not been holistic and has not yet synergized with each other, regardless of the socio-cultural diversity of each, as well as the unclear market segments that will be targeted for development. Thus it is necessary to conduct research that aims to map the zoning of tourism development in accordance with the character of the community in the region. Analysis of the system of tourism-based development of culture, history, and religion that is suitable to be applied in the region also needs to be done in order to create an ideal model in tourism development and management in the Garut Regency region. The expected research results are the creation of an integrated tourism development model based on culture, history, and religion that can be applied in , especially the Cangkuang Temple area.

Keywords: Tourism Zoning, Cultural Tourism, Historical Tourism, Religious Tourism, Cangkuang Temple.

ABSTRAK

Jawa Barat memiliki beragam potensi budaya, sejarah, dan religi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik utama wisata, khususnya di Candi Cangkuang Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Candi Cangkuang adalah salah satu bentuk folklor bukan lisan (artefak) peninggalan dari dua agama, yaitu Hindu dan Islam. Peninggalan agama Hindu adalah patung Dewa Siwa yang diperkirakan berasal dari abad VIII dan peninggalan agama Islam berasal dari abad XVII dengan adanya peninggalan makam dari Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. Potensi Candi Cangkuang cukup menarik menjadi salah satu asset wisata devisa non migas yang perlu ditingkatkan pengelolaan dan pemberdayaannya. Oleh karena itu, kesiapan masyarakat Kampung Pulo dalam pengembangan

3 Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018 wisata berbasis budaya, sejarah, dan religi masih perlu ditingkatkan. Ketidaksiapan dapat terlihat dari bentuk pengembangan pariwisata masing-masing segmen yang belum holistik dan belum sinergi satu sama lain, tanpa memperhatikan keragaman socio-cultural masing-masing, serta adanya ketidakjelasan segmen pasar yang akan dijadikan sasaran pengembangannya. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memetakan zonasi pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter masyarakat wilayah Kabupaten Garut. Analisis sistem pengembangan pariwisata berbasis budaya, sejarah, dan religi yang sesuai diterapkan di kawasan tersebut juga perlu dilakukan agar tercipta model yang ideal dalam pengembangan dan pengelolaan wisata di wilayah Kabupaten Garut. Hasil penelitian yang diharapkan adalah terciptanya sebuah model pengembangan pariwisata yang terpadu berbasis budaya, sejarah, dan religi yang dapat diterapkan di Jawa Barat, khususnya wilayah Candi Cangkuang.

Kata Kunci: Zonasi Wisata, Wisata Budaya, Wisata Sejarah, Wisata Religi, Candi Cangkuang.

PENDAHULUAN Candi merupakan salah satu pening- Wisata budaya adalah bepergian galan sejarah masa lampau. Candi yang ada di bersama-sama dengan tujuan mengenali hasil Indonesia kebanyakan merupakan peninggalan kebudayaan setempat (KBBI, 2001:1274). masa kerajaan Hindu-Buddha. Sebagian Batasan yang lain wisata budaya adalah: 1) peninggalan sejarah mulai terlupakan. Sebagai Gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang millenials, penerus budaya wajib melestari- oleh adanya objek-objek wisata yang berwujud kannya. Banyak candi yang masih berdiri hasil-hasil seni budaya setempat; 2) Adat dengan gagah dan megah. Saat ini digunakan istiadat, upacara agama, tata hidup masyarakat, sebagai tempat wisata budaya, sejarah, dan peninggalan sejarah, hasil seni, kerajinan- religi, misalnya Candi di Magelang kerajinan rakyat dan sebagainya (Damardjati, Jawa Tengah, Candi Dieng di Jawa Tengah, 1989: 19). Wisata budaya memiliki berbagai Candi di Kabupaten Semarang unsur yang menjadi daya tarik untuk wisatawan Jawa Tengah, Candi Plaosan di Klaten Jawa yaitu sebagai: 1) Riset dan penelitian ilmiah Tengah, Candi Sewu di Klaten Jawa Tengah, serta kegiatan lain yang bersifat edukatif Candi di Klaten Jawa Tengah, kultural; 2) Event pertunjukan yang dikemas Candi Ratu Boko di Sleman Daerah Istimewa dari adat istiadat atau budaya masyarakat , Candi Ijo di Sleman Daerah setempat; 3) Unsur-unsur benda yang dibuat Istimewa Yogyakarta, Candi Cetho di oleh para nenek moyang sejak zaman dulu kala; Karanganyar Jawa Tengah, Candi Tikus di dan 4) Unsur lain yang dikemas dalam event Mojokerto, dan Candi Cangkuang di Garut wisata sejarah dan wisata pendidikan. Jawa Barat. Pariwisata merupakan fenomena kegiatan Jawa Barat memiliki peran yang sangat perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau strategis sekaitan dengan posisinya sebagai kelompok manusia ke suatu tempat untuk penyangga ibukota negara yang akan mem- memenuhi kebutuhan dan keinginannya, di berikan citra pada kepariwisataan Indonesia. mana perjalanan yang dilakukan tidak untuk Maka pengembangan dan pengelolaan pariwi- mencari suatu pekerjaan atau nafkah, selain itu sata Jawa Barat semestinya dapat dijadikan kegiatan tersebut didukung dengan berbagai contoh dan barometer kepariwisataan nasional. macam fasilitas yang ada didaerah tujuan Berdasarkan pengamatan di lapangan, budaya, tersebut yang sesuai dengan kebutuhan dan sejarah dan religi di Jawa Barat yang memiliki keinginan (Ridwan, 2012: 1-2). keunggulan jika dibandingkan dengan wilayah

4 Sri Rustiyanti - Folklor Candi Cangkuang... lain, di antaranya berkembangnya budaya suatu daerah menjadi suatu Daya Tarik Wisata agraris dan maritim (misalnya upacara mapag (DTW) agar menarik bagi wisatawan harus sri, seren tahun dan nadran), budaya keraton memenuhi tiga syarat yaitu: 1) Memiliki yang masih hidup (seperti di Keraton “something to see” yaitu harus mempunyai Kacirebonan, Kesepuhan, dan Kanoman), objek wisata dan atraksi wisata, yang berbeda terpeliharanya nilai sejarah (seperti sejarah dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain; 2) penyebaran Islam Sunan Gunung Jati), serta Memiliki “something to do” yaitu memiliki nilai religi yang terus berkembang (seperti banyak hal untuk dapat dilihat dan disaksikan, upacara Panjang Jimat, upacara Syawalan). dapat dilakukan, harus memiliki fasilitas Potensi budaya, sejarah, dan religi rekreasi atau amusements yang dapat membuat tersebut baru terbatas pada acara ritual yang wisatawan betah di tempat itu; 3) Memiliki dilaksanakan oleh kelompok masyarakat ter- “something to buy”, harus tersedia souvenir dan tentu dan hanya dipandang sebagai cerita masa kerajian rakyat sebagian oleh-oleh atau lalu sehingga belum dimanfaatkan sebagai daya souvenir untuk dibawa pulang ke tempat asal tarik wisata unggulan. Bentuk pengembangan masing-masing. Selain itu juga harus ada sarana pada sumber daya tersebut untuk wisata juga lain, seperti money charger, bank, kantor pos, belum tertata dengan baik karena kurangnya kantor telpon, dan lain sebagainya (Yoeti, 2001: kesadaran dan keterlibatan masyarakat serta 177). belum dikembangkan berdasarkan budaya lokal dan tanpa memperhatikan keragaman aspek HASIL DAN PEMBAHASAN socio-cultural daerahnya. Animo masyarakat Pembangunan pariwisata dilakukan masih selalu mengaitkan pariwisata sebagai secara berkelanjutan, dengan demikian perlu usaha dengan investasi besar, sehingga adanya prinsip sehingga dapat terjaminnya pengembangan pariwisata selalu berorientasi keberlanjutan sumber daya wisata dan sumber pada budaya dan teknologi luar. Padahal daya pendukung pembangunan pariwisata pariwisata yang sesungguhnya adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Pariwisata pariwisata berbasis sumberdaya lokal dan tidak lepas dari potensi yang dimiliki untuk keseharian masyarakat. Dengan demikian, per- mendukung pariwisata tersebut. Potensi itu lu adanya pengemasan pariwisata Candi berupa keragaman budaya yakni adat istiadat Cangkuang dalam bentuk penyusunan zonasi dan kesenian. Potensi pariwisata di Wilayah pengembangan pariwisata yang sesuai dengan Jawa Barat sangat beragam. Melalui pariwisata karakter masyarakat (budaya, sejarah, dan berkembang keterbukaan dan komunikasi religi) agar memudahkan dalam pengelolaan secara lintas budaya, melalui pariwisata juga dan pengembangan pariwisata yang holistik berkembang komunikasi yang makin meluas dan komprehensif, sehingga pemetaan zonasi antara komponen-komponen lain dalam pengembangan pariwisata sesuai dengan kerangka hubungan yang bersifat saling karakter masyarakat Kampung Pulo. mempengaruhi (Geriya, 1996: 38). Dampak Pengembangan pariwisata berbasis yang diakibatkan oleh pariwisata terhadap budaya, sejarah, dan religi yang sesuai dapat aspek sosial, budaya, ekonomi dan alam diterapkan di Candi Cangkuang Jawa Barat. lingkungan dapat menjadi dampak positif dan Analisis sistem dibutuhkan karena sesung- dampak negatif. guhnya pariwisata merupakan suatu sistem Terintegrasinya pembangunan ke- yang saling terkait antara kebijakan, fasilitas, pariwisataan dengan lingkungan alam, budaya, sumber daya manusia, kondisi alam, dan dan manusia, serta menjamin perubahan yang manusia itu sendiri sebagai wisatawan. Hal terjadi akibat pembangunan pariwisata dapat yang perlu diperhatikan dalam pengembangan diterima oleh lingkungan. Terpadunya peren-

5 Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018 canaan dan pengembangan pariwisata alam tempat kerja operator pariwisata digunakan yang disusun pemerintah dan otoritas yang sumber daya manusia (tenaga kerja), fasilitas berwenang dengan seluruh stakeholders dan peralatan (sumber daya fisik), menyedia- pariwisata. Pembangunan pariwisata yang kan atraksi atraksi budaya sebagai daya tarik berkelanjutan adalah pembangunan yang wisata (sumber daya budaya), dan menjual didukung secara ekologis dalam jangka pemandangan alam sebagai atraksi wisata panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil (sumber daya alam). Muaranya sebenarnya secara etika dan sosial. Potensi sumber daya sama, yaitu bagaimana menggunakan sumber wisata sekaligus potensi pasar wisatawan yang daya, baik secara individual maupun tersebar tidak merata, serta kondisi lingkungan kombinasinya untuk memuaskan keinginan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi yang wisatawan yang beragam sesuai harapan. beragam menyebabkan pengembangan pariwi- Argumentasi terkait sumber daya pariwisata sata yang sesuai dengan kerangka pemba- dapat diperluas, termasuk berbagai faktor yang ngunan berkelanjutan menjadi tidak bisa tidak tercakup dalam konseptualisasi secara ditawar-tawar lagi. tradisional yang selalu dihubungkan dengan sumber daya alam (Darsoprajitno, 2001). Salah Konsep pembangunan berkelanjutan satu karakteristik dari sumber daya pariwisata dirumuskan oleh The World Commissions for adalah dapat dirusak dan dihancurkan oleh Environmental and Development (WCED) pemakaian yang tidak terkendali dan kesalahan dengan batasannya adalah sebagai pemba- pengaturan (miss management). Oleh karena ngunan yang dapat menjamin pemenuhan itu, sangatlah penting dalam pengelolaan kebutuhan generasi sekarang tanpa memper- kepariwisataan, agar dapat dipertahankan taruhkan kemampuan generasi mendatang bahkan dikembangkan lebih luas. dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Tujuannya adalah memadukan pembangunan dengan lingkungan sejak awal proses B. Candi Cangkuang sebagai Wisata penyusunan kebijakan dan pengambilan Budaya keputusan yang strategik sampai kepada pe- Budaya sangat penting perannya dalam nerapannya di lapangan. Pembangunan kepa- pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan riwisataan tentu harus memiliki strategi yang orang ingin melakukan perjalanan wisata spesifik. Strategi pada prinsipnya berkaitan adalah adanya keinginan untuk melihat cara dengan persoalan: kebijakan pelaksanaan, hidup dan budaya orang lain di belahan dunia penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan lain serta keinginan untuk mempelajari budaya penentuan cara-cara atau metode penggunaan orang lain tersebut. Industri pariwisata sarana-prasarana (Suryono, 2004:80). Strategi mengakui peran budaya sebagai faktor penarik selalu berkaitan dengan 3 hal, yaitu tujuan, dengan mempromosikan karakteristik budaya sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga dari destinasi. Sumber daya budaya harus didukung oleh kemampuan untuk dimungkinkan untuk menjadi faktor utama mengantisipasi kesempatan yang ada. yang menarik wiasatawan untuk melakukan perjalanan wisatanya. Istilah budaya bukan saja A. Sumber Daya Pariwisata: SDA, SDB, merujuk pada sastra dan seni, tetapi juga pada dan SDM keseluruhan cara hidup yang dipraktikkan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang Sumber daya yang terkait dengan ditransmisikan dari satu generasi ke generasi pengembangan pariwisata umumnya berupa berikutnya, serta mencakup pengertian yang sumber daya alam, sumber daya budaya, dan luas dari gaya hidup. Dalam pariwisata, jenis juga sumber daya manusia. Orang ataupun pariwisata yang menggunakan sumber daya organisasi menggunakan sumber daya untuk budaya sebagai modal utama dalam atraksi beragam kegiatan pariwisata. Misalnya, di

6 Sri Rustiyanti - Folklor Candi Cangkuang... wisata sering dikenal sebagai pariwisata bah satu masjid sebagai tempat ibadah. Oleh budaya. Jenis pariwisata ini memberikan sebab itu kedua deretan rumah tersebut tidak variasi yang luas menyangkut budaya mulai boleh ditambah ataupun dikurangi. Jika seorang dari seni pertunjukkan, seni rupa, festival, anak sudah dewasa kemudian nikah maka makanan tradisional, sejarah, pengalaman paling lambat dua minggu setelah pernikahan nostalgia, dan cara hidup yang lain. Pariwisata harus meninggalkan rumah tempat asalnya, budaya dapat dilihat sebagai peluang bagi keluar dari lingkungan keenam wisatawan untuk mengalami, memahami, dan tersebut, dan bisa kembali ke asalnya bila salah menghargai karakter dari destinasi, kekayaan satu keluarga meninggal dunia dengan syarat dan keragaman budayanya. Pariwisata budaya harus anak wanita dan ditentukan atas memberikan kesempatan kontak pribadi secara pemilihan keluarga setempat (Wawancara langsung dengan masyarakat lokal dan kepada Sesepuh/kuncen kampung, Tatang Sanjaya, individu yang memiliki pengetahuan khusus tanggal 5 Oktober 2018) tentang sesuatu objek budaya (Yoeti, 2006). Warga adat yang mendiami Kampung Tujuannya adalah memahami makna suatu Pulo saat ini berjumlah 23 orang yang terdiri budaya dibandingkan dengan sekedar mendes- atas 10 perempuan dan 13 laki-laki. Mereka kripsikan atau melihat daftar fakta yang ada merupakan generasi ke-8, ke-9, dan ke-10 dari mengenai suatu budaya. Sumber daya budaya Embah Dalem Arief Muhammad. Bangunan di yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik Kam-pung Pulo terdiri atas 6 rumah dan 1 wisata di antaranya adalah sebagai berikut: mushola. Jumlah tersebut merupakan simbol 1. Bangunan bersejarah, situs, monumen, dari jumlah anak Embah Dalem Arief museum, galeri seni, situs budaya kuno, dan Muhammad yang memiliki enam anak perem- sebagainya. puan dan satu laki-laki. Komunitas adat 2. Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu Kampung Pulo tidak boleh menambah kepala daerah, teater jalanan, festival, dan even keluarga sehingga apabila ada warga adat yang khusus lainnya. menikah, harus membangun keluarga ke luar 3. Peninggalan keagamaan, seperti pura, kampung. Apabila ayah atau ibunya sudah candi, masjid, situs, dan sejenisnya. meninggal, bisa masuk lagi ke kampung adat 4. Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, untuk mengisi kekosongan. Namun, yang sistem pendidikan, sanggar, teknologi tradi- mendapatkan hak waris adalah anak perem- sional, cara kerja, dan sistem kehidupan puan karena yang melanjutkan eyang adalah setempat. anak perempuan. Laki-laki satu-satunya 5. Perjalanan ke tempat bersejarah meng- meninggal saat mau disunat yang disimbolkan gunakan alat transportasi unik (berkuda, dengan mushola (Wawancara Sesepuh/kuncen dokar, cikar, dan sebagainya). kampung, Tatang Sanjaya, tanggal 5 Oktober 6. Mencoba kuliner (masakan) setempat. 2018). Melihat persiapan, cara membuat, me- Larangan adat adalah salah satu hal nyajikan, dan menyantapnya merupakan yang unik dari masyarakat adat kampung ini. atraksi budaya yang sangat menarik bagi Ini adalah penerapan sejumlah larangan adat wisatawan. yang diamanatkan sejak zaman Eyang Embah Dalem Arief Muhammad sebagai pendiri Kampung Pulo merupakan sebuah Kampung Pulo. Larangan pertama, warga adat kampung kecil, terdiri atas enam buah rumah tidak boleh berziarah pada hari Rabu. Hari dan enam kepala keluarga. Sudah menjadi tersebut dikhususkan untuk pengajian dan ketentuan adat bahwa jumlah rumah dan kepala memperdalam ilmu keagamaan. Warga Kam- keluarga itu harus enam orang dengan susunan pung Pulo juga tidak boleh memelihara hewan tiga rumah di sebelah kiri dan tiga rumah di besar berkaki empat, seperti sapi, kambing, dan sebelah kanan yang saling berhadapan ditam- kerbau. Maksudnya, untuk menjaga kebersihan

7 Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018 halaman rumah, tanaman, dan makam. 2. Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu Pengunjung yang mengunjungi situs Candi daerah, teater jalanan, festival, dan even Cangkuang akan memperoleh pengetahuan dan khusus lainnya. pengalaman budaya baru. Waktu terbaik untuk 3. Peninggalan keagamaan, seperti pura, mengunjungi situs tersebut adalah pagi atau candi, masjid, situs, dan sejenisnya. sore hari karena sinar matahari yang relatif 4. Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, teduh sehingga memberikan kesan elok ketika sistem pendidikan, sanggar, teknologi mengunjungi Candi Cangkuang dalam suasana tradisional, cara kerja, dan sistem sejuk tepi danau (Wawancara Sesepuh/kuncen kehidupan setempat. kampung, Tatang Sanjaya, tanggal 5 Oktober 5. Perjalanan ke tempat bersejarah meng- 2018). gunakan alat transportasi unik (berkuda, dokar, cikar, dan sebagainya). C. Candi Cangkuang sebagai Wisata 6. Mencoba kuliner (masakan) setempat. Sejarah Melihat persiapan, cara membuat, me- Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab, nyajikan, dan menyantapnya merupakan yakni dari kata syajaratun yang memiliki arti atraksi budaya yang sangat menarik bagi pohon kayu. Pohon kayu yang dimaksud adalah wisatawan. suatu kejadian, perkembangan/pertumbuhan tentang sesuatu hal (peristiwa) dalam suatu Wisata sejarah sangat berkaitan erat kesinambungan atau kontinuitas (Sjamsuddin, dengan pengelolaan pusaka (heritage) sebagai 1996: 2). Dengan demikian pengertian sejarah warisan kebudayaan masa lalu atau pening- yang dipahami sekarang ini dari alih bahasa galan alam. Dalam konteks Indonesia, heritage Inggris yakni history, yang bersumber dari diatur dalam UU No. 5 Tahun 1992 tentang bahasa Yunani Kuno historia yang berarti Benda Cagar Budaya. Dalam undang-undang belajar dengan cara bertanya-tanya. Kata tersebut benda cagar budaya baik benda buatan historia ini diartikan sebagai pertelaan manusia maupun benda alam adalah benda mengenai gejala-gejala (terutama hal ikhwal yang dianggap mempunyai nilai penting bagi manusia) dalam urutan kronologis. Sejarah sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. adalah suatu titik tolak atau tolak ukur yang Sebagai bagian dari wisata pusaka, wisata dapat mengkaji segala hal, baik yang sudah sejarah merupakan atraksi pariwisata minat terjadi beberapa masa lampau maupun mem- khusus, bukan pariwisata bersifat massal. Jika prediksi masa yang akan datang. Dengan pariwisata massal menekankan pada kesena- adanya suatu sejarah, maka bangunan atau ngan, wisata sejarah lebih menekankan pada peristiwa tertentu dapat diketahui asal- aspek pengalaman dan pengetahuan (Cahyadi muasalnya. Sangatlah penting menjaga dan 2009). Berbagai penelitian menyimpulkan melestarikan sejarah. Adapun cara yang tepat bahwa pariwisata pusaka adalah bagian dari untuk menyajikan sejarah agar tak terlupakan industri pariwisata yang paling maju perkem- adalah dengan mengkaitkannya dengan bangannya. Dengan demikian wisata sejarah pariwisata. Jenis pariwisata tersebut adalah dapat didefiniskan sebagai kegiatan perjalanan wisata sejarah. Di mana objek sejarah dikemas minat khusus untuk menikmati dan mempe- menjadi objek wisata, yaitu objek wisata lajari sejarah melalui berbagai peninggalan sejarah. yang terdapat dalam suatu daerah tertentu. 1. Seni dan patung kontemporer, arsitektur, Wisata sejarah ini sangat berkaitan tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni, dengan peninggalan sejarah kepurbakalaan dan pusat desain, dan sebagainya. monumen, wisata ini termasuk golongan budaya, monumen nasional, gedung berse- jarah, kota, desa, bangunan-bangunan keaga- maan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya

8 Sri Rustiyanti - Folklor Candi Cangkuang... seperti tempat bekas pertempuran (battle fields) terletak di sebuah pulau kecil yang dikelilingi yang merupakan daya tarik wisata utama di oleh danau. Selain Candi Cangkuang, di pulau banyak negara. kecil ini juga terdapat sebuah pemukiman adat Candi Cangkuang ditemukan kembali Kampung Pulo serta makam leluhur Kampung oleh Tim Sejarah Leles pada tanggal 9 Pulo yaitu Embah Dalem Arif Muhamad yang Desember 1966. Tim penelitian yang dispon- merupakan seorang penyebar agama Islam di sori oleh Bapak Idji Hatadji (CV. Haruman) ini daerah ini. Nama Candi Cangkuang diambil diketuai oleh Prof. Harsoyo, Uka dari nama desa tempat candi ini berada. Kata Tjandrasasmita (ketua penelitian sejarah Islam 'Cangkuang' sendiri adalah nama tanaman dan lembaga kepurbakalaan), dan mahasiswa sejenis pandan (pandanus furcatus), yang dari IKIP Bandung. Penelitian dilaksanakan banyak terdapat di sekitar makam. berdasarkan tulisan Vorderman dalam buku Selain peninggalan kebudayaan Hindu Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan tahun yang berupa candi, tempat ini mempunyai 1893 yang menyatakan bahwa di Desa keunikan tersendiri yaitu adanya makam salah Cangkuang terdapat makam kuno dan sebuah seorang penyebar agama Islam yang bernama arca yang sudah rusak. Disebutkan bahwa Arief Muhammad. Menurut sejarahnya beliau temuan itu berlokasi di bukit Kampung Pulo. adalah seorang prajurit yang melawan penjajah Makam dan arca Syiwa yang dimaksud dan mengalami kegagalan dalam perang. memang diketemukan. Pada awal penelitian Beliau tidak kembali ke kampung halamannya, terlihat adanya batu yang merupakan rerun- tetapi memutuskan untuk bermukim dan tuhan sebuah bangunan candi. Makam kuno menyebarkan agama Islam kepada penduduk yang dimaksud adalah makam Arief sekitar. Sebagai bukti autentik adalah dengan Muhammad yang dianggap penduduk setem- adanya sebuah museum yang terdapat Al- pat sebagai leluhur mereka. Quran dengan media kulit kayu, buku fiqih, lukisan dan peninggalan kuno lainnya D. Candi Cangkuang sebagai Wisata Religi (Wawancara juru kunci, Zaky Munawar, 5 Wisata sering dikaitkan dengan Oktober 2018). agama, sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan Kampung Pulo sebagai penyebar agama umat atau kelompok dalam masyarakat. Dalam Islam pertama di wilayah Cangkuang, Eyang perspektif keislaman agama adalah al-din yang Embah Dalem Arief Muhammad juga turut berasal dari kata dana, yadinu yang berarti mendirikan peradaban di sekitarnya, yaitu tunduk, patuh, dan taat. Maka agama adalah sebuah kampung adat dengan nama Kampung sistem ketundukan, kepatuhan, dan ketaatan Pulo. Pada mulanya, Embah Dalem Arief atau secara umum berarti sistem disiplin. Muhammad merupakan panglima perang Menurut Mohamad Asad, bahwa ketundukan Kerajaan Mataram yang ditugaskan oleh Sultan manusia ini berangkat dari kesadaran akan Agung untuk menyerang VOC di Batavia. kemahahadiran Tuhan (omni-present), yang Namun, karena kalah dan takut mendapatkan berimplikasi pada keyakinan bahwa kehidupan sanksi apabila pulang ke Mataram, Embah kita yang observable (teramati). Sehingga kita Dalem Arief Muhammad memutuskan untuk akan memiliki keyakinan tinggi bahwa hidup bersembunyi di Cangkuang. Ketika berada di ini punya makna dan tujuan. daerah tersebut, masyarakat sekitar menganut Candi Cangkuang merupakan sebuah agama Hindu serta animisme dan dinamisme. Candi Hindu yang berada di Desa Cangkuang, Abad XVII kemudian masyarakat diislamkan. Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Upaya tersebut dilakukan secara bertahap, Barat. Candi ini merupakan satu-satunya Candi karena ketika itu kemenyan dan sesaji masih Hindu yang ada di Jawa Barat, Satu hal yang digunakan (Wawancara juru kunci, Zaky unik dan menarik di sini adalah lokasi Candi Munawar, 5 Oktober 2018). Bukti penyebaran dan pengajaran agama Islam oleh Embah

9 Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018 Dalem Arief Muhammad dipamerkan di mu- ka budaya, baik itu melalui kebijakan- seum kecil yang ada di dekat makam keramat. kebijakan pelestarian cagar budaya maupun Di museum tersebut terdapat naskah Alquran kebijakan dalam pariwisata. Sesuai dengan dari abad XVII dari daluang atau kertas tradisi- misinya yakni meningkatkan kehidupan sosial, onal dari batang pohon saeh. Selain itu, juga seni dan budaya, peran pemuda dan olah raga terdapat naskah kotbah Idulfitri dari abad yang serta pengembangan pariwisata dalam bingkai sama sepanjang 167 cm yang berisi keutamaan kearifan lokal. Dalam penyelamatan pusaka puasa dan zakat fitrah. budaya pemerintah mempunyai peran dalam perencanaan, pengembangan, pemberi kebija- SIMPULAN kan, dan juga dalam pembuatan serta pene- Pariwisata merupakan salah satu gakan aturan. alternatif yang dapat digunakan untuk mengenalkan peninggalan artefak Candi DAFTAR PUSTAKA Cangkuang yang berada di Kabupaten Garut. R.S. Damardjati, 1989, Wisata Budaya.Jakarta: Hal ini dapat dilakukan karena Candi Gramedia Pustaka Umum. Cangkuang dapat dijadikan sebagai daya tarik Kemendikbud, 2001. Kamus Besar Bahasa wisata. Apabila hal ini telah terakomodasi, Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Mohamad Ridwan, 2012. Perencanaan dan maka yang mendapatkan keuntungan bukan Pengembangan Pariwisata. Medan: PT. hanya industri pariwisata, tetapi masyarakat Sofmedia. Kampung Pulo akan mendapatkankannya juga. Rusli Cahyadi, dkk, 2009. Pariwisata Pusaka: Oleh sebab itu, industri pariwisata yang ada di Masa Depan bagi Kita, Alam, dan Kabupaten Garut sudah saatnya mengadakan Warisan Budaya Bersama. Jakarta: pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya Unesco. alam, sumber daya budaya, dan sumber daya Sjamsuddin Nazaruddin, 1996. Pengantar manusia untuk secara sinergi mengangkat Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Candi Cangkuang sebagai daya tarik wisata Widiasarana Indonesia. yang ditawarkan kepada wisatawan. Soewarno Darsoprajitno, 2001. Ekologi Pariwisata: Tata Laksana Pengelolaan Dalam penyelenggaraannya pariwisata Objek dan Daya Tarik Wisata. memerlukan keselarasan peran antara Peme- Bandung: Angkasa. rintah, pengusaha, dan masyarakat. Pemerintah Suryono Ekotama, 2004. Pedoman Mudah daerah selaku pemegang kebijakan, badan Menyusun Sop: Ekonomi dan usaha dalam perannya di bidang peningkatan Manajemen Keuangan. Yogyakarta: ekonomi, dan masyarakat sebagai pemilik Penerbit. Media Pressindo. kebudayaan menjadi bagian dalam pening- Wayan Geriya, 1995. Pariwisata dan Dinamika katan pengelolaan benda budaya. Pariwisata Kebudayaan Lokal, Nasional, Global. selain harus tetap berupaya memperkuat jati diri Bunga Rampai Antropologi Pariwisata. bangsa juga selalu memperhatikan kelestarian Bali: Upada Sastra. Yoeti, O.A, 2001. Perencanaan strategis lingkungan, dan sosial budaya masyarakat. pemasaran daerah tujuan wisata. Tentu saja untuk mendorong terwujudnya Jakarta: Pradnya Paramita. pembangunan kepariwisataan harus ada kerja------, 2006. Pengantar ilmu pariwisata. sama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Bandung: Angkasa. Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme kerja selalu berjalan efektif dan efisien. Pemerintah Jawa Barat sebagai peme- gang wewenang secara berkesinambungan memberikan upaya-upaya penyelamatan pusa-

10