c i 2577 MENGENAL PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA N+ ZAMAN HINDU

P.T. PRIASTU JAKARTA 1 1 11111 11 111111 1 ~'I I ~ ~ ~lllrl~ II] I ]rlrl lll l lllll l llll l 00412997

.. ". {" .. ~St~ MENGENAl PENINGGAlAN SEJARAH DAN PURBAKAlA ZAMAN INDONESIA HINDU

"

Oleh:

Drs. Soekatno Tirtowijoyo Soepono dkk

P.T. PRIASTU JAKARTA Hak Cipta dilindungi Undang-undang Cetakan pertama April 1 984 Diterbitkan Oleh : P.T. PRIASTU bekerja sama dengan Yayasan Darma . .'

Memahami Masa Lalu berarti Menegakkan diri pada masa kini guna menyongsong masa depan yang gemilang

Upaya pelestarian warisan budaya adalah kewajiban kita bersama

2 PENGANTAR

Buku "Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Zaman Prasejarah" telah terbit. Untuk melengkapi pengetahuan pembaea atas khasanah benda-benda warisan budaya ha­ ruslah disambung dengan kurun waktu berikutnya. Oleh karena itulah maka dalam penerbitan ini disajikan berbagai objek peninggalan sejarah dan purbakala dari berbagai daerah di Indonesia yang berasal dari Masa Pengaruh Kebuda­ yaan India. Tentu saja di sini tidak dapat disajikan semua objek seeara lengkap. Jadi hanya seba­ gian peninggalan yang pokok-pokok saja yang dipandang memberi penjelasan tentang ber­ bagai masalah pad a zamannya. Objek-objek antara lain berupa prasasti, bangunan eandi, bekasistana, area dan lain-lain. Tentang urutan/sistematika diusahakan sesuai dengan ketuaanya yang dibatasi pad a daerah atau propinsi tertentu. Akan tetapi eara ini juga belum dapat sepenuhnya dilaksana­ kan sebab masih banyak objek yang belum diketahui umurnya seeara pasti. Dengan penerbitan ini diharapkan dapat membantu pembaea terutama para siswa un­ tuk mempelajari sejarah budaya bangsa kita khususnya pada zaman Indonesia - Hindu yak­ ni dari awal tarieh Masehi hingga abad ke XV. Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penerbitan buku ini, teruta­ rna kepada Bapak Direktur Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala yang telah memberi pengarahan maupun kemudahan berupa peminjaman foto-foto kami ueap­ kan banyak terima kasih . . Saran dan teguran yang mendorong majunya penerbitan ini kami sambut dengan gembira.

Penyusun

3 DAFTAR lSI

Pengantar ...... 3

Daftar lsi ...... >~ •••• • ••••••••••••••••••••••••••• 4 Sambutan ...... 5 Pendahul'uan ...... 7 Prasasti Raja Mulawarman dari Kutai ...... 8 Prasasti Ciaruteun ...... 1 0 Huruf Prasasti Ciaruteun ...... 1 0 Candi ...... 12 Kelompok Candi Dieng ...... 14 Kelompok Candi ...... 16 Candi ...... 18 Candi Sari ...... 18 C~ndi ...... 20 Candi ...... 20 Candi ...... 22 Candi ...... 24 Candi Prambanah ...... ~ 30 Candi ...... 34 Candi ...... 34 Bekas Keraton Boko ...... , ...... 36 Candi ...... 38 Candi ...... 40 Candi Kidal...... 42 Area Raja Airlangga ...... 44 Candi Singasari ...... 46 Area Dwarapala di Singasari ...... 46 Area Prajnaparamita ...... 48 Candi Jawi ...... 50 Candi Jago ...... 52 Candi Tikus ...... 56 Candi Bajang Ratu ...... 58 Candi Wringin Lawang ...... 60 Candi Dadi ...... 60 Area Ganesya Karangkates ...... 62 Kompleks Candi Panataran ...... 64 Prasasti Girindrawardhana ...... 66 Biaro Bahal...... 68 Muara Takus ...... , ...... ' " ...... 68 Candi-eandi Muara Jambi ...... 70 Goa Gajah ...... 72 Candi ...... 74 Pura Besakih ...... 76 Pet a Indonesia ...... " ...... 78 Daftar Pusataka ...... 80

4 SAMBUTAN

Oal!3 m era pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, kita perlu berusaha keras dan terpadu menggali d~n mengkomunikasikan nilai-nilai luhur warisan budaya bangsa, khusus­ nya kepada generasi muda. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan kepada kita melalui UUD 1945 dan GBHN, Ketetapan MPR 'nomor II/MPR/1983. Oleh karena itu kami menyambut baik adanya gagasan dari pihak Yayasan Darma Bhakti dan PT. PRIASTU serta memberi pe­ ngarahan isi dan meminjamkan foto-foto untuk penerbitan buku yang berisi data peningga­ Ian sejarah dan purbakala sebagai sarana pengenalan warisan budaya bangsa. Penerbitan semacam ini kami pandang sangat penting sebab dapat membantu upaya pendidikan generasi muda untuk memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan. Dengan mempelajari bu­ ku semacam ini diharapkan generasi muda sejak dini telah diperkenalkan dengan fakta dan data kemampuan bangsa kita sendiri sehingga tergugah semangatnya untuk mencintai, me­ mahami, dan menghayati budaya bangsa dan dalam mengahadapi pengaruh budaya asing akan bersikap selektif dan kreatif. ' Semoga penerbitan ini dapat disusul dengan penerbitan lain yang isi, nada dan irama­ nya serupa dengan kadar yang semakin berbobot. Adanya upaya penerbitan ke arah itu sangat kami hargai.

Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.

, , ~~v ': A7 , ' Direktur

~~;/-r;, , ~ :...:..-~. ,,': " 0 , " ...... ' .., ,..,£; !~~'» "' ~ j.<..-!r .1~. . ~ v..v "

5

0 "

PENDAHULUAN

Zaman Prasejarah pada umumnya dianggap berakhir setelah adanya sumber-sumber ter-. tulis dari masa yang bersangkutan. Oi Indonesia sejak awal tarich Masehi, terutama sejak abad ke IV mulai ada peninggalan ter­ tulis, sehingga sejak awal tarich Masehi itu pula Zaman Prasejarah di Indonesia dianggap berakhir. Seperti kita ketahui, dalam Zaman Prasejarah ki~a telah memiliki kebudayaan yang kuat dan maju menurut ukuran zaman itu sehingga menjadi dasar yang kuat untuk perkemba­ ngan selanjutnya, dimana pengaruh dari Juar berdatangan tiada henti. Setelah Zaman Prasejarah berakhir, pengaruh kebudayaan yang sangat kuat datang dari India dalam bentuk aspek-aspek keagamaan yakni agama Hindu dan agama Budha serta aspek­ aspek kebudayaan lainnya seperti seni bangunan, seni sastera, seni rupa, tulisan dan lain-lain. Adanya tulisan-tulisan tertua yang menandai berakhirnya Zaman Prasejarah di Indone­ sia juga karena pengaruh India, terutama huruf Pallawa. Maklumat seorang raja yang dipa­ hatkan pad a batu atau logam di sebut prasasti. Prasasti tertLla kita dapatkan di Kutai, ­ mantan Timur sekitar abad ke IV Masehi. Kecuali di Katimantan pengaruh kebudayaan India juga berkembang di pulau-pulau lain te­ rutama di Indonesia bagian Barat seperti Sumatera, Jawa dan . Kebudayaan Indonesia sendiri yang berkembang sejak Zaman Prasejarah tetap teguh, tetapi karena pengaruh ke­ budayaan India ini memberi corak khusus, maka antara awal tarich Masehi hingga akhir ke­ rajaan Majapahit yakni abab ke XV dalam tulisan ini kita sebut Zaman Indonesia Hindu. Per­ lu diketahui bahwa masa ini sering disebut Zaman Kuno, Masa Klasik, Masa Pengaruh Hin­ du dan lain-lain.

7 PRASASTI RAJA MULAWARMAN DARI KUTAI

Lokasi Museum Nasional, Jalan Merdeka Barat 12 Jakarta Perjalanan Apabila kita berada di Jakarta sangat mudah menjangkaunya. Keterangan Prasasti ini berasal dari Kabupaten Kutai, Timur dan setelah ditemukan sebanyak 7 buah. Bentuknya menyerupai tonggak tempat me­ ngikat binatang korban yang disebut Yupa, bahannya dari batu. Huruf yang dipahatkan adalah huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta, berasal dari abad IV - V Masehi. Oikeluarkan atas tirah raja Mutawar­ man yang mempunyai ayah bernama Aswawarman dan kakeknya ber­ ncima Kudungga. Oisebutkan pula bahwa raja Mulawarman sangat baik kepada para , dibuktikan pada suatu upacara raja mempersem­ bahkan 20.000 ekor sa pi untuk para Brahmana. Kejadian ini oleh para brahmana diperingati dan dipahatkan dalam salah satu dari 7 yupa itu. Prasasti Mulawarman ini dipandang sebagai prasasti yang tertua di Indonsia. Oi dataran tinggi Berubus, tepian sungai Mahakam, Muara Ka­ man, Kutai, sekarang masih ada yupa yang belum bertulisan. '

8 Foto 1 Kelompok yupa dari Kutai, disimpan di Museum Nasional.

I

Fato 2 Sebuah yupa (kiri) dan detail tulisannya (kanan) di Museum Nasional Jakarta.

9 PRASASTI CIARUTEUN

Lokasi Kampung Muara, desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang; !

HURUF PRASASTI CIARUTEUN

Keterangan Huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Salinan huruf latin vikrantasyavanipateh- . srimata/:l purnavarmmanah tarumanagararendrasya visnor.. iva padadvayam. Artinya ini (bekas) dua kaki, yang seperti ka~<.i dewa ,Wisnu, ialah kaki yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taru'ma, raja yang gagah berani di du­ nia (terjemahan dari Prof. DR.R,Ng. Purbacarakal.

10 Fete 3 : Prasas~i Ciaruteun di tempat yang baru.

Fete 4 Tulisan pada prasasti Ciaruteun.

1 1 CANDICANGKUANG .

L.,okasi Desa Ciakar, Kecamatan Leles, Kabupaten , Jawa Barat. Perjalanan Dari kota ke arah tenggara menuju kota Garut:dengan kenda­ raan bermotor. Sampai di Leles berhenti dan ganti kendaraan ke arah ti­ mur menuju desa Ciakar. Jarak Leles - Ciakar sekitar 5 km dapat mem­ pergunakan kendaraan bermotor atau delman. Keterangan Tahun 1966 candi ini ditemukan dalam bentuk reruntuhan. TahLir1 1974-1976 dilakukan pemugaran sehingga menjadi wujud seperti yang kita lihat sekarang. Tingginya 8,5 meter. Candi Cangkuang termasuk go­ longan candi yang tua, teknik pembuatannya masih sederhana dan baru satu-satunya yang berhasil dibangun kembali (dipugar) di Jaw. 8arat. Candi Cangkuang bersifat agama Hindu. Di dekat candi terdapat makam yang oleh masyarakat dikenal sebagai makam Dalem Arief Mohammad, tokoh penyiar agama Islam di daerah itu. Letak candi ini disebuah 'pulau' yang dikelilingi danau. Danau inilah yang disebut danau (situ) Cangkuang yang kemudian juga untuk memberi na­ ma candinya. Keletakan candi dengan lingkungannya merupakan tempat rekreasi yang sehat dan tentunya sangat bermanfaat.

12 Foto 5 Candi Cangkuang setelah dipugar. Dilihat dari arah barat.

13 KELOMPOK CA",OI DIENG

Lokasi Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Perjalanan Lebih mudah dijangkau apa bila lewat kota Wonosobo. Dari Wonosobo ke iuah utara sejauh 14 km sampailah kita ke lokasi. Perjalanan ini dapat dipergunakan kendaraan bermotor bukan bus, melalui jalan menanjak dan berliku-liku. Keterangan Kelompok candi Dieng merupakan candi agama Hindu yang terletak di Dataran Tinggi Dieng 2000 meter di atas permukaan laut. Didirikan antara abad VIII-IX Masehi.oleh raja-raja dari dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu. Semula jumlahnya banyak kini yang utuh tinggal 8 buah saja. Kedelapan candi Dieng diberi nama tokoh-tokoh keluarga Pandawa yaitu Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa, Subadra merupakan satu kelompok. Yang lain adalah Dwarawati, Bima dan Gatotkaca berdiri sendiri-sendiri. Nama-nama ini diduga merupakan nama yang diberikan penduduk setem­ pat sedang nama aslinya tidak diketahui. Disamping adanya candi-candi di Dataran Tinggi Dieng terdapat pula Te­ laga Warna, mata air Sungai Serayu, sumber panas bumi (geotermal) ju­ ga kawah-kawah kecil yang sering berpindah-pindah. Dataran tinggi Dieng dengan demikian merupakan daerah wisata yang indah, udara yang sangat sejuk, panorama alam dan warisan budaya bang­ sa terpadu memberi kesan keindahan dan keagungan yang khusus.

14 Foto 6 Candi Dieng Kelompok Arjuna. Dari kiri ke kanan candi Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa dan Subadra. Can­ di Dwarawati, Bima dan Gatotkaca tidak tampak.

15 /

KELOMPOK CANOl GEOONG SONGO

Lokasi Desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Se­ marang, Jawa Tengah. Perjalanan Dari kota Semarang menuju arah selatan melewati kota Ungaran, Bawe- • an dan Ambarawa.Sampai di Ambarawa menuju arah barat sekitar 15 km sampailah ke kelompok candi Gedong Songo. Dapat dipergunakan ken­ daraan bermotor, kendaraan bus tidak mampu naik sampai ke pintu gerbang. Keterangan Kelompok candi Gedong Songo terletak pad a kaki Gunung Ungaran se­ belah selatan dengan ketinggian antara 1 200-1 300 meter dari atas per­ mukaan laut. Fungsinya sebagai tempat suci agama Hindu yang dibangun abad VII-IX Masehi. Kelompok percandian Gedong Songo bersifat agama Hindu, hal ini dapat diketahui ad~nya dalam bilik candi, relief-relief Dewi , Dewa Siwa, Siwa Mahaguru (Agasta) yang semuanya menunjukkan sifat kehinduan. 'Gedong Songo' (sembilan gedung) terdiri dari 5 kelompok tiap kelom­ pok ada yang terdiri dari sebuah candi ada juga yang lebih, sehingga dari 5 kelompok jumlah 'gedungnya' (candinya) ada 9 buah. Untuk mencapai kelima kelompok candi itu tidak sulit karena antara ke­ lompok yang satu dengan lainnya telah dibuat jalan setapak yang turun naik berliku-liku dengan hamparan panorama alam yang indah sekali. Di sini kemampuan nenek moyang kita memilih tempat memadukan bangu­ nan suci dengan lingkungan alam memang sangat menakjubkan. Gedong Songo merupakan warisan budaya karya nenek moyang yang kini dapat kita nikmati dengan lingkungan yang serasi.

16 Foto 7 Kelompok III Candi Gedong Songo. , Terdiri atas 3 bangunan keadaan sebelum dipugar.

Foto 8 Kelompok III Candi Gedong Songo. Terdiri atas 3 bangunan keadaan setelah dipugar tahun 1981.

17 CANOIKALASAN

Lokasi Desa Kalasan, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istime­ wa . Perjalanan Terletak sekitar 7 km sebelah barat candi . Keterangan Menurut sumber tertulis (prasasti) Kalasan candi ini untuk menghormati Dewi dan didirikan tahun 778 Masehi. Dewi Tara adalah dewi dalam agama Budha dengan demikian candi Ka­ lasan adalah bersifat agama Budha. Di atas pintu sebelah selatan dipa­ hatkan kepala kala yang sangat indah. Candi yang tampak sekarang ini adalah hasil pemugaran tahun 1927-1929.

CANOl SARI

Lokasi Desa Sari, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perjalanan Sekitar 3 km sebelah barat candi Prambanan. Keterangan Bentuknya seperti rumah bertingkat maka para ahli menduga bahwa ba­ ngunaan ini berfungsi juga sebagai tempat tinggal para pendeta. Dibangun abad IX Masehi dan bersifat agama Budha.

18 Foto 9 Candi Kalasan.

Foto 10 Candi Sari.

19 CANOl NGAWEN

Lokasi Desa Ngawen, Keeamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan Dari Yogyakarta menuju Candi Borobudur akan melewati kota Muntilan dan eandi Ngawen terletak 4 km dari Muntilan ke arah selatan. Untuk mengunjungi eandi ini dapat mempergunakan kendaraan bermotor. Keterangan Merupakan satu kelompok pereandian yang terdiri dari atas 5 buahean­ di dibangun abad IX Masehi dan bersifat agama Budha. Dari 5 buah bangunan candi yang telah dipugar baru sebuah yaitu eandi yang ke 2 pada tahun 1927.

CANOl MEN OUT

Lokasi Desa Mendut, Keeamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan Terletak 3 km sebelum eandi Borobudur. Keterangan Didirikan se zaman dengan eandi Borobudur. Dalam ruangan eandi ter­ dapat 3 buah area Budha yaitu Sakyamuni, Lokeswara dan Vajrapani da­ lam sikap dud uk. Area-area ini dibuat dari batu tunggal dipahat sangat halus dengan ukuran sangat besar. Pada dinding pintu masuk sebelah ka­ nan dipahatkan eeritera Hariti dan disebelah kiri Yaksa, sedang menga­ suh anak . .oengan adanya area-area Budha dan eeritera Hariti dan Yaksa dapat ditentukan bahwa candi Mendut adalah bersifat agama Budha. Pada bag ian kaki eandi dipahatkan eeritera jataka yaitu eeritera binatang-binatang, dibagin tubuhnya diukirkan pohon kalpataru, pohon surga yang berbuah segala yang diinginkan dan sekarang dijadikan lam­ bang kelestarian alam.

20 Foto 11 Candi ke 2 kelompok percandian Ngawan.

1 ' 111'\~ J.

Foto 12 Candi Mendut.

21 CANOl PAWON

Lokasi Desa Brajanalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan Terletak diantara candi Mendut dan candi Borobudur, 1.250 meter dari candi Mendut dan 1,750 meter dari candi Borobudur. Keterangan Candi ini didirikan untuk menghormati Dewa Kuwera yaitu dewa keka­ yaan. Dibangun se zaman dengan candi Borobudur dan Mendut. Dewa Kuwera adalah dewa agama Budha maka dengan demikian candi ini bersifat agama Budha. Tubuh candi dihias dengan ukiran pohon kalpataru yang sangat halus pa­ hatannya. Bangunan yang tampak sekarang adalah hasil pemugaran ta­ hun 1 903. Candi ini sering disebut pula candi Branjanalan karena letak­ nya di desa Branjanalan.

22 Foto 13 Candi Pawon.

Foto 14 Pohon Kalpataru candi Pawon.

23 CANOl BOROBUOUR

Lokasi Sekarang Candi Borobudur berikut tamannya meliputi beberapa desa di 'Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan Dapat dieapai dengan mudah dari Semarang maupun dari Yogyakarta jika perjalanan dimulai dari Yogyakarta yang berjarak ± 40 km setelah melewati Muntilan, sampai di Palbapang bel ok ke kiri dan dapat singgah ke eandi-eandi yang dilewati Mendut dan Pawon. Keterangan Menurut para ahli eandi Borobudur merupakan tempat suei pusat ziarah penganut agama Budha di Jawa selama 1 % abad. Setelah itu nasib can­ di yang megah itu tidak diketahui lagi, alamlah yang menentukan. Dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad IX Masehi oleh raja- raja dinasti Sailendera yang beragama Budha, oleh karena itu jelaslah eandi Borobudur bersifat agama Budha yang merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang juga diakui mili~, um.::lt manusia diseluruh dunia. Setelah 7 abad lamanya eandi Borobudur terlupakan baru an(ara tahun 1 709-1 710 ada be rita yang tersirat dari kitab Babad Tanah Jawi yaitu ketika masa pemerintahan. Paku Buwana I dari Kartasura. Seorang pemberontakan b_ernama Mas Dana tertangkap di 'redi Borobudur' (bukit Borobudurl. Berita kedua yaitu ketika seorang Pangeran dari Kesultanan Yogyakarta antara tahun 1757-1758 mengunjungi Borobudur untuk melihat ' 1000 area'. Perhatian yang m_endalam ju~teru dilakukan oleh orang_ asing yaitu Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang memerin­ tah Indonesia tahun 1811 -1815. Raffles memberi perintah untuk member­ sihkan bukit Borobudur, yang telah penuh ditumbuhi pohon dan semak belukar. Setelah itu eandi Borobudur mulai dikunjungi banyak orang. Pada tahun 1835 eandi Borobudur . dimuneulkan kembali atas prakarsa Residen Kedu Hartmann, termasuk pembongkaran stupa in­ duknya. Sayang semua hasil pekerjaan Hartmann tidak dibuat laporan ter­ tulis sehingga menimbulkan masalah bagi para ahli masa sesudahnya yang hendak meneliti eandi Borobudur. Keteledoran lain yang dikerjakan Hart­ mann adalah mengirimkan sejumlah besar area-area Borobudur sebagai hadiah kepada Raja Muangthai yang datang mengunjungi Borobudur. Dalam pengiriman ini Hartmann juga tidak membuat eatatan tentang jenis­ jenis area dan benda lainnya yang dikirimkannya itu. Pengiriman benda­ benda ini tidak semua sampai ke Muangthai karena beberapa kapal laut yang mengangkut tenggelam. Pemugaran pertama yang besar dilakukan oleh Ir. Th. van Erp antara tahun 1907-1911. Beliau berhasil menahan dari bahaya kehancuran· selama 50 tahun. Setelah itu candi Borobudur harus dipugar secara besar­ besaran dan menyeluruh. Pad a tahun 1960 candi Borobudur dinyatakan­ dalam k~adaan bahaya. Pada tahun 1963-1965 Pemerintah R.I. meneruskan pekerjaan pencega­ han keruntuhan. Tahun 1965 terhenti karena situasi tak memungkinkan, kemudian tahun 1969-1973 diadakan penyelamatan eandi Borobudur de­ ngan mempergunakan anggaran pembangunan Pel ita I. Pada tanggal 10 Agustus 1973 Presiden Soeharto meresmikan mulainya pemugaran seeara menyeluruh. Mengingat besarnya biaya dan diperlukan ilmu-ilmu lain dalam pemuga­ ran, maka banyak dibutuhkan biaya dan teknologi baik dari dalam mau-

24 Foto 15 Candi Borobudur, setelah pura pemugaran tahun 1983, dilihat dari arah barat.

Foto 16 Area Budha dengan latar belakang stupa-stupa pada tingkatan Arupadhatu.

25 pun luar negeri. Karena candi Borobudur diakui sebagai warisan budaya umat manusia sejagad, maka UNESCO membantu pemugaran ini. Setelah 10 tahun masa pemugaran maka pad a tanggal 23 Pebruari 1983 Presiden Soeharto meresmikan selesainya pemugaran. Menurut para ahli, dengan selesainya pemugaran ini, candi Borobudur di­ perkirakan dapat bertahan 1 .'000 tahun lagi. Bangunan candi Borobudur didirikan di atas sebuah bukit; berbentuk pun­ den berundak dan tidak mempunyai ruangan kamar. Secara keseluruhan bangunan ini merupakan sebuah stupa yang sangat besar. Ukuran)pada dasar bangunan 123 x 123 meter, tingginya 42 meler dan bahan 'yang dipergunakan berupa batu andesit sebanyak ± 55.000 meter kubik. Bila dilihat dari struktur bangunan candi borobudur terdiri dari 9 tingkat, sedang bila dilihat dari latar belakang agama bL'dha dibagi men­ jadi 3 tingkatan. Tingkatan pertama disebut Kamadhatu, di sini dipahatkan gambaran perbuatan manusia serta hukuman dari perbuatannya. Hukum yang berlaku adalah hukum (), hukum sebab aki­ bat. Gambaran masyarakat masa ini ada pad a bag ian dinding kaki candi tingkat yang sekarang tertutup, kecuali sebagian kecil yang dapat di­ saksikan pad a sudut tenggara. Tingkatan kedua disebut Rupadhatu. Dalam tingkatan ini digambarkan kedatangan sang Budha Gautama, penggambaran kehidupan sehari­ hari masyarakat, penyampaian ajaran oleh sang budha, munculnya para bodhisatw~ (budha perantara), kemampuan nenek moyang me­ ngarungi samudera. Semua digambarkan secara nyata dan jelas ben­ tuknya (mempunyai rupa dan bentuk). Penggambaran tingkatan Ru­ padhatu pad a dinding-dinding tingkat 2,3,4, dan 5. Rupadhatu pada dinding-dinding tingkat 2,3,4 dan 5. Tingkatan Arupadhatu (a = tidak, rupa = bentuk), dalam tingkatan ini tidak terdapat gambaran tentang keadaan masyarakat lagi, melainkan hanya berupa stupa-stupa kecil yang didalamnya berisi ar­ ea para budha. Dua buah stupa kecil pada tingkatan ini tidak dapat dipugar lagi karena batu-batunya hilang. Tingkatan Arupadhatu terletak pada tingkat 6,7,8 dan yang berupa stupa induk. Pada tingkat 6 terdapat 32 stupa berisi 32 area budha. tingkat 7 terdapat 24 stupa-berisi 24 area budha. tingkat 8 terdapat 16 stupa berisi 16 area budha. tingkat 9 terdapat 1 stupa berisi - (kosong). 73 stupa berisi 72 area budha.

Jumlah area yang kini. masih terdapat di candi Borobudur sebanyak 504 buah, jumlah adegan yang berupa relief sebanyak 2512 buah yang bila dirangkaikan akan menjadi deretan sepanjang kurang lebih 4000 meter. Bila kita, lirigin mengikuti jalan cerita yang dipahatkan pada dinding candipada seti~ tingkatan harus masuk dan naik dari arah timur, kemu­ dian belok kiri, terus keliling candi sampai ke pintu sebelah timur lagi. Dari sini naik lagi, belok kiri, terus keliling candi sampai ke pintu sebelah timur lagi, begitu seterusnya sampai ke candi. Jika hanya ingin sekedar berkunjung saja boleh naik (masuk) dari pintu mana saja (ada 4 pintu naik/masuk, timur, selatan, barat dan utara).

26 Foto 17 Area Budha dengan latar belakang stupa induk pada tingkatan Arupadhatu.

27 Foto 18 Relief Perahu layar bercadik sedang mengarungi samudera.

Foto 19 Relief kereta yang ditarik dua ekor kuda.

28 ,/

Foto 20 Relief kuda dan gajah sebagai sarana angkutan.

29 CANOl PRAMBANAN

Lokasi Oesa Prambanan, Keeamatan Prambanan, Kabupaten Sloman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perjalanan Dari kota Yogyakarta menuju ke timur sekitar 17 km. Semua jenis ken­ daraan dapat dipergunakan untuk meneapai tempat ini. Keterangan Candi Prambanan merupakan kompleks yang sangat luas. Oi dalam kompleks tersebut terdapat 3 buah eandi pokok (eandi induk) dikelilingi eandi-eandi keeil yang disusun rapi; disebut eandi Perwara dan yang ter­ letak disebelah utara dan selatan eandi induk disebut eandi kelir. Ketiga eandi induk letaknya berjejer semua menghadap ketimur, di tengah dise­ but eandi Siwa, sebelah selatan Candi , dan sebelah utara eandi Wisnu. Candi Siwa merupakan eandi utama, berbilik 4 buah, masing-masing bi­ -lik ditempati sebuah area. Bilik timur yang terbesar ditempati area siwa Mahadewa, bilik selatan diterr,pati Siwa Mahaguru (), bilik barat ditempati Ganesya (anak Siwa), dan bilik utara ditempati Ourga Mahisasuramardini (Permaisuri dewa Siwa). Area Durga inilah yang terkenal dengan nama Loro Jonggrang. Candi Brahma hanya mempunyai sebuah bilik yang ditempati oleh Oewa Brahma. Area ini dalam sikap berdiri di atas landasan bunga Padma (te­ ratai) dan mempunyai 4 kepala (eatur muka). Candi Winsu juga hanya mempunyai sebuah sebuah bilik yang ditempati Oewa W isnu. Area ini dalam sikap berdiri di atas landasan bunga Padma. Kesatuan dari 3 dew a ini yaitu Siwa, Brahma dan Wisnu dalam agama Hindu disebut . Jadi kompleks eandi Prambanan adalah tempat - suci agama Hindu dalam penghormatan kepada ketiga dewa tersebut, khususnya dewa Siwa. Candi Siwa yang tampak sekarang merupakan hasil pemugaran tahun 1917- ~ 952, tahun 1953 d~~esmikan oleh Presiden Soekarno. Tingginya 47 meter. Candi Brahma dan Wisnu sekarang sedang dalam tahap pemugaran. Pada pagar langkan (pagar lorong) eandi Siwa dipahatkan eeritera kepahlawanan (epos) . Agar dapat mengikuti jalan eeritera ini seeara benar dan urut kita harus mUlal dan masuk dari-pintu sebelah timur, kemudian belok kiri atau menganankan eandi, mengitari eandi, eara ber­ jalan mengelilingi eF.lndl seperti ini disebut pradaksina. Pintu dan tangga naik terdapat juga pada sisi selatan, barat dan utara. Oi sekitar kompleks eandi Prambanan terdapat banyak bangunan ean­ di, qeberapa di antaranya yaitu Candi , Kalasan, Sari, , Sewu, Plaosan, Sajiwan, Ratu Boko dapat dirangkaikan dalam rangka kun­ jungan ke kompleks Candi Prambanan. Candi-eandi ini sebagian terletak diwilayah Propinsi Jawa Tengah dan sebagian di wilayah daerah Istimewa Yogyakarta.

30 Foto 21 Candi Siwa (candi Prambanan). Dilihat dari tenggara.

31 - Foto 22 Siwa Mahadewa, bersemayam di Foto 23 Siwa Mahaguru, bersemayam di bilik timur. bilik selatan.

Foto 24 Ganesya (putra dewa Siwa) berse ~ Foto 25 : Durga Mahisasuramardini, permai mayam di bilik barat. suri dewa Siwa, bersemayam di bilik utara.

32 Foto 26 Dewi , permaisuri , diculik Rahwana dibawa kabur menuju Alengka (Langka).

Foto 27 Pertempuran antara Sugriwa dan Subali. Tampak Subali terkena panah yang dilepas Rama.

33 CANOl SEWU

Lokasi Desa Bugisan, Keeamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Perjalanan Dari eandi Prambanan menuju timur laut sekit

CANOl PLAOSAN

Lokasi Desa Plaosan, Kee. Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Perjalanan Dari eandi Sewu menuju arah timur sekitar 2 % km. Keterangan Didirikan abad IX oleh raja-raja yang termasuk dua dinasti yaitu Sailend ra dan Sanjaya. Candi Plaosan meurpakan suatu kompleks pereandian yang terdiri eandi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul. Yang akan kita ketengahkan adalah eandi Plaosan Lor merupakan eandi agama Budha terdiri at<;ls 2 eandi induk (yang satu telah runtuh) dan eandi-eandi perwara. Candi induknya merupakan bangunan bertingkat yang terbagi menjadi 6 bilik. dalam bilik bagian bawah ditefflpati area-area Budha yang' sangat indah dan halus pahatannya. Candi induk ke dua eandi Plaosan Lor sekarang sedang dalam tahap pemugaran dilaksanakan oleh Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Pur­ bakala Jawa Tengah di Prambanan.

34 Foto 28 Candi Induk Candi Sewu.

Foto 29 Candi induk Plaosan Lor.

35 . I

BEKAS KERATON RA TU BOKO

Lokasi Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perjalanan Dari Prambanan menuju arah selatan sekitar 3 km dengan kendaraan, la­ lu mendaki tebing 0 ,5 km. Keterangan Bekas Keraton Ratu Boko yang merupakan kompleks letaknya diper­ bukitan. Di sana terdapat 3 kefompok bangunan yang masih dalam kon­ disi baik yaitu: 1. Bangunan pintu gerbang dan sebuah bangunan di dekatnya yang diperkirakan bekas tempat pembakaran jenazah. 2 . Pendapa dan kolam istana, sekarang sedang dalam tahap pemugaran yang dilaksanakan oleh Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Pur­ bakala Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Gua pertapaan sebanyak 3 buah. Oleh karena keadaan dan situasinya yang mirip dengan bekas istana atau keraton serta tidak merupakan bentuk candi pad a umumnya, maka para ahlipun menduga kompleks ini bekas istana dan dikenal dengan nama Keraton Ratu Boko. Kompelks ini hingga sekarang masih satu-satunya bekas keraton dari zaman Kuno (klasik) yang didirikan pada abad IX Masehi. Pemandangan dari tempat ini sangat indah.

36 Foto 30 Gapura gerbang Bekas Keraton Ratu Boko.

Foto 31 Kompleks bekas pemandian putri-putri keraton.

37 CANDISUKUH

Lokasi Desa Sukuh, Keeamatan ~gargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Perjalanan Dari Surakarta (Solo) menuju arah timur, lewat Karahganyar terus menu­ ju kota Keeamatan Karangpandan. Sampai di sini membelok ke arah timur laut, sesampainya di desa Brejo membelok kekanan mendaki lereng ter­ jal. Dapat dipergunakan kendaraan bermotor seperti Jeep, sedan, pik up, dan mini bus dengan kondisi baik. Keterangan Bila kita melihat relief yang digambarkan pada kompelks eandi sukuh yaitu Sudamala, Garudeya, tokoh Bima dapat diperkirakan bahwa fungsi ean­ di ini sebagai "tempat upaeara pelepasan (nazar, kaul). Jika kita tinjau eandi induknya kemungkinan kompleks ini sebagai tempat pemujaan yang berhubungan dengan kesuburan. Candi Sukuh merupakan suatu kompleks yang terdiri atas-3 undakan, masing-masing undakan merupakan halaman yang datar. Pada undakan ke satu di pintu masuk terdapat suatu relief yang menggambarkan "ean­ drasangkala" yang bila dibaea merupakan angka tahun 1359 Saka = 1437 Masehi. Berdasarkan tahun inilah diperkirakan eandi Sukuh didirikan yakni pada akhir Majapahit. Pada undakan ketiga yang merupakan halaman yang pa­ ling tinggi terletak eandi induknya berbentuk seperti piramida. Juga ter­ dapat area/relief binatang-binatang, sedang area disini snagat ditonjolkan. Yang sangat menarik pada halaman ini terdapat sebuah bangunan keeil yang dihiasi dengan gambar sekelompok panda; besi'yang sedang"bekerja. Dalam kompleks ini, unsur-unsur asli sebelum pengaruh Hindu seperti pe­ mujaan arwah nenek moyang tampil kembali dengan sangat menonjol. Candi Sukuh merupakan bentuk akhir periode pengaruh kebudayaan In­ dia di Indonesia.

38 Foto 32 Candi Sukuh.

Foto 33 Pandcii besi yang sedang bekerja.

39 CANDIBADUT

Lokasi -Desa Dinoyo, Kecamatan Dinoyo, Kabupaten , Jawa Timur. Perjalanan Terletak arah barat laut sekitar 10 km dari kota Malang. Kendaraan bermotor dapat dipergunakan untuk merijangkaunya. Keterangan Candi ini dibangun, untuk tempat pemujaan kepada dewa Siwa yang di­ dirikan tahun 760 Masehi, bahan bang un an dari batu andesit (batu gunung). Bersifat agama Hindu di dalam bilik candi terdapat yoni dan area Agastya. Agastya adalah pendeta besar dalam agama Hindu (dalam hal ini Siwa).' Candi ini merupakan candi yang tertua di.Jawa Timur yang kita ketahui hingga sekarang.

40 Foto 34 Candi Badut.

41 CANOl KIOAL

Lokasi Desa Rejokidal, Keeamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Perjalanan Dari kota Malang menuju arah tenggara dapat di tempuh dengan kenda­ raan bermotor. Keterangan Candi ini dibangun untuk menghormati raja Anusopati, raja Singa­ sari ke 2 yang memerintah tahun 1227 - 1248 Masehi. Didirikan·tahun ·1260 yaitu 12 tahun setelah raja wafat, dalam upaeara yang disebut "upa­ eara Srada" ( bandingkan dengan upaeara nyadran di Jawa). Candi kidal bersifat agama Hindu, karena dalam bilik eandi semula ditem­ patkan s~buah area perwujudan, raja Anusapati sebagai dewa Siwa de­ ngan fungsi 1,23 meter. Area ini sekarang masih disimpan di Museum Leyden, Negeri Belanda. Di bagian belakang eandi (sebelah timur) dipa­ hatkan Garuda sedang menjunjung guei (Kamandalu) 'yang berisi air ke­ hidupan (amrta). Dalam eerita Jawa Kuno Guei Amrta selalu menjadi re­ butan para dewa dan musuhnya. Terakhir di kuasai oleh dewa Wisnu dan dijaga oleh Garuda yakni wahana (tunggangan). dewa Wisnu.

42 Foto 35 Candi Kidal, dilihat darl arah barat.

Foto 36 Garuda sedang menjunjung guci amarta, pada candi Kidal.

43 AReA RAJA AIRLANGGA

Lokasi Museum Mojokerto, Kotamadya Mojokerto, Jawa Timur. Perjalanan 'Sangat mudah dieapai bila kita berada di Mojokerto. Keterangan Kemungkinan area ini menggambarkan Raja Airlangga yang memerintah kerajaan Kediri tahun 101 9 - 1042 dan meninggal tahun 1049 digam­ barkan sebagai Wisnu yang sedang menunggang Garuda. Bagian wajah agak rusak, bertangan 4, tang an kanan belakang rusak yang seharusnya sedang memegang eakra yang bersinar, tangan kiri belakang memegang kerang bersayap (sangka), dan 2 telapak tangan depan terletak di atas pangkuan Garuda berparuh agak rusak, tangan kirinya juga rusak seha­ rusnya sedang memegang guci kecil, kuku kaki kanan meneengkeram naga (ular) yang merupakan musuh para dewa. Tinggi patung (area) seluruh­ nya 1,9 meter. Area ini berasal dari eandi pemandian Belahan di lereng Gunung Pe­ nanggungan wilayah Kabupaten Pasuruhan. Tahun 1914 dipindahkan dan ditempatkan di dalam Museum Mojokerto oleh Bupati Mojokerto R.A.A Kramajaya Adinegoro.

44 Foto 37 Raja Airlangga sebagai Wisnu di atas Garuda. Angka 405 adalah nomor registrasi Museum.

45 CANOl SINGASARI

Lokasi Desa Candirenggo, Keeamatan Singasari, Kabupaten Malang, Jakarta Timur. Perjalanan Dari Surabaya maupun dari Malang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor. Jarak dari Malang sekitar 12 km ke arah utara. Keterangan Candi ini dibangun untuk pendharmaan (penghormatan) kepada raja Ker­ tanegara yakni raja Singasari terakhir yang memerintah tahun 1268 - 1292 Masehi. Didirikan tahun 1304 Masehi pada masa pemerintahan Raden Wijayaraya Majapahit pertama yang memerintahkan tahun 1 293-1 309 Masehi. sehingga eandi Singasari bersifat agama Hindu. Dalam bilik-bilik eandi ter­ dapat yoni dan area-area Dewa Agama Hindu. Beberapa area eandi Si­ ngasari yang sangat bagus kini masih disimpan di Museum Leyden, Ne­ geri Belanda. Tinggi eandi Singasari 15 meter, dipugar antara tahun 1935 - 1936 Masehi.

ARCA OWARAPALA 01 SINGASARI

Lokasi Kira-kira 200 meter arah timur eandi Singasari. Keterangan Dua area raksasa kembar yang besar, merupakan hiasan dan penjaga pintu gerbang. Masing-masing dipahat dari sebuah batu gunung yang utuh da­ lam sikap dud uk, berwajah raksasa namun tidak tampak galak. Tinggi­ nya 3,70 m, dengan berat masing-masing 15 ton. Area disebelah kiri (se­ latan) semula terpendam setinggi dadanya, pad a tahun 1980 telah diang­ kat dan diberi tempat duduk baru. Kebiasaan membuat hiasan dwarapala (area penjaga pintu) seperti ini masih berlanjut pada bangunan-bangunan pengaruh Islam, seperti ke­ raton Yogya dan Solo, bahkan hingga sekarang masih ada.

46 Foto 38 Candi Singasari.

Foto 39 : Dwarapala Singasari sebelah Fate 39a : Dwarapala Singasari sebelah kiri (selatan). kanan (utara).

47 AReA PRAJNAPARAMIT A

Lakasi Berasal dari ,sekitar eandi Singasari, sekarang disimpan di Museum Na­ sional Jakarta. Keterangan Area ini mung kin perwujudan Ken Dedes permaisuri Ken Arok raja Si­ ngasari pertama yang memerintahkan tahun 1222-1227 Masehi,. sebab itu area ini sering disebut juga area Ken Dedes. Selain itu area ini menggambarkan dewi kebijaksanaan yang me­ nguasai ilmu pengetahuan yang tertinggi dalam agama Budha. Duduk di atas bunga teratai (padma), sikap tangannya dharmacakramudra yaitu sikap sedang mengajarkan kebenaran. Di samping pundak kiri ada sebuah buku (pustaka) yang terletak diatas bunga teratai sebagai lambang ke­ sempurnaan atas penguasaan ilmu pengetahuan. Area ini per.nah menjadi penghuni Museum Leyden bersama-sama dengan area dari eandi Singasari yang lain. Baru pada tahun 1979 dikem­ balikan ke Indonesia oleh Pemerintah Belanda. Kini menempati sebuah sudut di lantai II Museum Nasional Jakarta. Area ini dikenal sebagai sa­ lah satu area yang paling indah di Indonesia.

48 Foto 40 Prajnaparamita dari Singasari.

49 CANOl JAWI

Lokasi Desa Candiwates, Keeamatan Prigen, Kabupaten Pasuruhan, Jawa Timur. Perjalanan Mudah dijangkau dengan kendaraan bermotor. Bila kita menempuh per­ jalanan dari Surabaya menuju Malang, sampai di Pandaan menuju arah barat (kanan) ± 3 km sampailah ke eandi Jawi. Keterangan Candi ini dibangun untuk pendharmaan (penghormatan) raja Kertanaga­ ra. Didirikan tahun 1304 (bersamaan dengan eandi Singasari) Pada eandi ini raja Kertanegara didharmakan sebagai Siwa dan Budha. Bila dilihat struktur bangunannya, bag ian puneak menyerupai stupa lambang agama Budha, sedang dalam bilik eandi terdapat yoni, dalam agama Hindu untuk memuja Siwa. Juga dikompleks terdapat area-area yang bersifat agama Budha maupun Hindu. Ini membuktikan bahwa eandi Jawi bersifat Budha dan Hindu sekaligus. Bahan bangunan juga 2 ma­ eam yakni batu gunung (andesit) dan batao Candi ini berdenah bujur sangkar, dikelilingi kolam dengan sisi se­ panjang 45 x 45 meter, lebar 3,5 meter, dalamnya kolam 0,9 meter. Tinggi eandi 24,5 meter. Tahun 1938 - 1941 dipugar hanya sampai bag ian ka­ ki eandi, dilanjutkan tahun 197!:; - 1980 sampai selesai. Bentuknya yang ramping menjulang tinggi menunjukkan eiri khas eandi-candi Jawa Timur.

STUPA

Lokasi Desa Sumberawan, Keeamatan Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Perjalanan Dari Candi Singasari menuju arah timur laut sejauh 6 km. Kendaraan ber­ motor dapat dipergunakan untuk menjangkaunya sampai di ujung desa, dari sini diteruskan jalan kaki 1 km. Keterangan Suasana dan lingkungan bangunan ini tepat kalau diartikan sebagai tem­ pat suci meneari kesempurnaan hidup (kenirwanaan). Dibangun pada abad XIV Masehi, merupakan bangunan yang bersifat aga­ ma Buhda. Bangunan ini berupa stupa (sejenis eandi berbentuk sungkup atau genta). Tempatnya sunyi di kelilingi hutan dan air yang baru keluar dari sumbernya, pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut di kaki gunung Arjuno. Pada tahun 1359 Masehi stupa Sumberawan pernah dikunjungi raja Hs­ yamWuruk(Rajasanagara)'dalam perjalanan keliling Jawa Timur. Hayam Wuruk menjuluki tempat ini sebagai Kasurangganan (tempat kenirwanaan) Ditemukan tahun 1923 dan dipugar tahun 1925 - 1926, tinggi sekarang 5,23 meter dan menurut perkiraan para ahli tinggi aslinya adalah 8 me­ ter tetapi sisa-sisa batunya tidak lengkap lagi. Car'ldi Sumberawanada­ lah satu-satunya bentuk stupa yang utuh di Jawa Timur.

50 Foto 41 Candi Jawi, sekarang setelah selesai di pugar. Dilihat dari arah timur.

Foto 42 Stupa Sumberawan dengan lingkungannya yang serasi·.

51 CANOl JAGO

Lokasi Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Perjalanan Dari kota Malang sekitar 23 km arah timur dan dapat mempergunakal1 kendaraan bermotor. Keterangan Candi ini didirikan sebagai tempat pendharmaan (penghormatan) Raja Wis­ nuwardhana raja Singasari ke 4 yang memerintah tahun 1248 - 1268. Dibangun tahun 1280 Iyaitu 12 tahun setelah raja wafat dalam sua­ tu upacara yang disebut upacara "srada". R,ajaiWisnuwardhana didhar­ makan pad a candi Jago sebagai Budha. Bentuknya berundak-undak de­ ngan bahan bakunya batu bata dan beberapa bag ian dari bahan kali (an­ desit). Pada dinding cadi dari bawah ke atas dipahatkan ceritera : fabel (ceritera tentang binatang), Aridharma, Arjunawiwaha, Partayajna, Kun­ jarakarna dan Kresnayana. Bangunan candi yang tampak sekarang ada­ lah peninggalan dari tahun 1343 zaman Majapahit, hasil perbaikan kera­ bat raja bernama Adityawarman. Beliau kemudiCln menjadi raja Melayu di (sekarang meliputi wilayah Propinsi Sumatra Barat; dan Jambi).

52 Foto 43 Candi Jago.

53 Foto 44 Kepala Kala dari Candi Jago.

54 Foto 45 Area Adityawarman, raja Malayu. Ditemukan di Sumatera (perbatasan antara Jambi dan Sumatera Sarat). Sekarang di Museum Nasional Jakarta.

55 CANOl TIKUS

Lokasi Oesa Oinuk, Kecamatan , Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Perjalanan Trowulan terletak 13 km arah selatan kota Mojokerto.Oari Trowulan me­ nuju ke timur atau ke sebelah kiri jalan raya sampailah ke candi Tikus. Keterangan Candi Tikus dengan banyak pancuran air, merupakan bekas pemandian kerajaan Majapahit. Konstruksinya terdiri dari bahan batu bata dan be­ berap,a bagian dari batu kali. Oigambarkan sebagai perwujudan Gunung Meru tempat para dewa. Oitemukan dan digali pad a tahun 1914 atas jasa R.A.A. Kram-ajaya Adinegoro Bupati Mojokert o . Oinamakan candi Tikus karena sebelum di­ gali bangunan ini menjadi sa rang tikus. Oi daerah Trowulan banyak ter­ dapat candi dan sisa bangunan lain pada bekas ibu kota Kerajdan Maja­ pahit. Oiantara bangunan yang sedang dipugar adalah kolam ·Segaran.

56 Foto 46 Candi Tikus, bekas pemandian kerajaan Majapahit.

57 CANOl BAJANG RA TU :

Lokasi Desa Ternon, ~~ ecarnatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Tirnur . . . Perjalanan Tidak jauh dari candi Tikus . Keterangan Candi ini merupakan salah satu pintu gerbang kerajaan Majapahit dengan konstruksi dari batu batao Bentuk pintu gerbang dengan bagian atasnya bersatu seperti candi ini disebut sedangkan kalau atasnya ter­ buka disebut candi belah atau bentar. Dibangun pada pertengahan abad XIV Masehi pad a rnasa kejayaan kera­ jaan Majapahit.

58 Foto 47 Candi Bajang Ratu. CANOl WRING IN LAWANG :

Lokasi Desa Wringin Lawang, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Ja­ wa Timur. Perjalanan Terletak ± 2,5km arah timur laut Museum Trowulan, di tepi jalan raya. Keterangan Candi ini merupakan salah satu pintu gerbang kerajaan Majapahit dengan konstruksi dari batu batao Bentuk pintu gerbang dengan bag ian atasnya terbuka disebut candi belah atau bentar Dibangun pada pertengahan abad XIV Masehi pada rilasa kejayaan kerajaan Majapahit. Nama Wringin Lawang, rupanya diambil dari keadaannya yakni se­ jenis pintu (Lawang) yang terletak didekat pohon beringin (wringin).

CANOl DADI :

Lokasi Desa Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Ja­ wa Timur. Perjalanan Dari kota Tulungagung ke arah selatan ke wilayah kecamatan Boyolangu, menuju rumah Bapak Kepala Desa Wajak Kidul. Apabila kita berang­ kat dari rumah kepala desa, ada dua jalan. Pertama dengan melewati pen­ dakian yang sangat terjal, jaraknya tidak terlampau jauh. Kedua dengan cara melingkar melewati jalan yang tidak terlampau terjal memakan waktu sekitar 2 jam jalan kaki. Keterangan Terletak pada puncak tertinggi di Pegunungan Walikukun, diduga meru­ pakan bagian kaki sebuah stupa. Ukurannya 13X 13 meter, tinggi 5 me­ ,ter berbentuk segi 8. Tidak mempunyai tangga naik dan mempunyai lu­ bang bundar di tengah bangunan dengan ukuran dalamnya lubang 3,10 meter, garis tengahnya 3.10 meter.

60 Foto 48 Candi Wringin Lawang.

Foto 49 Candi Dadi.

62 61 AReA GANESY A KARANGKATES - Lokasi Desa Sumberpu~ung, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Perjalanan Dari Malang ke arah selatan dapat dicapai dengan kendaraan bermotor. Keterangan Ganesya adalah anak Dewa Siwa berperan sebagai dewa lam bang ilmu pf!ngetahuan dan dewa penolak bahaya. Diduga berasal dari masa kerajaan Majapahit. Keistimewaan Ganesa ini yaitu sikap berdiri diatas untaian tengko­ rak tingginya 2 meter dan berukuran sangat besar. Pada umumnya ganesa bersikap duduk, dan jarang ditemukan yang berdiri. Desa Sumberpucung terletak pad a kompleks pemukiman di dekat Ben­ dungan (Waduk) Karangkates.

62, Foto 50 Ganesya Karangkates, dengan sikap berdiri.

63 KOMPLEKS CANOl PANATARAN

Lokasi Oesa Panataran, Keeamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Perjalanan Oari Blitar ada jalan khusus yang menuju ke kompleks eandi yaitu ke utara sejauh 14 km. Kendaraan bermotor dapat dipergunakan un­ tuk ke lokasi. Keterangan Kompleks eandi Penataran berfungsi sebagai pusat tempat upaeara kea­ .gamaan dari masa kerajaan Kediri sampai masa kerajaan Majapahit. 01- bangun meliputi waktu 257 tahun yaitu antara tahun 1197-1454 Mase­ hi. Kompleks ini terdiri dari bangunan: Pendapa, eandi Angka Tahun, eandi Naga, Candi Induk, Pemandian dan eandi-eandi keci!. Pada pintu masuk berdiri empat buah area dwarapal~. Relief yang terdapat pad a kompleks eandi Penataran adalah eeritera : Sri Tanjung, Bubuksah dan Gagang Aking, Kresnayana, dan Ramayana.

64 Foto 51 Kompleks candi Panataran.

65 PRASASll GIRINDRAWARDHANA :

Lokasi Museum Mojokerto, Kotamadya Mojokerto, Jawa Timur. Keterangan Prasasti ini dikeluarkan tahun 1486 Masehi oleh raja Giri Girindraward­ hana, raja masa kahir kerajaan Majapahit. Dipahatkan diatas batu ande­ sit berhuruf dan berbahasa Jawa Kuno. Ditemukan di desa Jiyu, Kecamatan Mojojejer, Kabupaten Mojoker­ to, sekarang disimpan di Museum Mojokerto. Merupakan sebuah con­ toh prasasti batu, yakni maklumat raja yang dituliskan (dipahatkan) pa­ da batu. Disamping itu juga prasasti tembaga. Pada akhir Majapahit bangunan suci biasanya didirikan dilereng-Iereng gu­ nung seperti Gunung Penanggungan dan Gunung Lawu.

66 Foto 52 Prasasti Batu dari raja Girindrawardhana.

67 BIARO BAHAL :

Lokasi Oesa Portibi, Kecamatan Gunung Tua, Kabupaten Tapanuli Selatan, Su­ matera Utara. Perjalanan Oari Medan menuju kota kecamatan Gunung Tua dapat mempergunakan kendaraan umum atau pribadi melalui 2 cara. Cara pertama, dari Medan­ Tebingtinggi-Pematang Siantar-Prapat (menyusur danau Tobal-Tarutung­ Padang sidempuan terus menuju Gunung Tua. Cara kedua, dari Tebingtinggi-Kisaran-Rantauprapat-Gunung Tua. Oari Gu­ nung Tua menuju desa Portibi sejauh 20 km,dari desa Portibi menuju 10- kasi candi Biarao Bahal I masih 5 km lagi, ditempuh jalan kaki. Keterangan Biaro Bahal merupakan suatu kompleks percandian yang berfungsi seba­ .gai tempat ziarah dan pemujaan penganut agama Budha Tantrayana pa­ da waktu itu. Oidirikan antara abad XI-XIV Masehi dan bersifat agama Budha ­ yana, Bahannya batu merah (batu bata), lokasinya disebut Padang Lawas (lapangan yang luas), nama yang memang sesuai dengan keadaannya. Peninggalan di kompleks ini yang berwujud candi dan masih agak utuh ada 4 buah dan disebut Biaro Bahal I, II, III dan IV. Letak anatara Biaro I dan II adalah 800 meter, begitu antara Biaro II dan III juga 800· meter. Biaro IV mempunyai sebutan sendiri yaitu Biaro si Pamutung ter­ letak sekitar 5km dari Biaro Bahal III atau 6,6km dari Biaro Bahal I atau 11,6km dari Portibi. Komplek Biaro Bahal ini sekarang telah dipugar. Memang tempatnya agak sulit dicapai tetapi sangat menarik untuk dikunjungi.

STUPA MUARA T AKUS :

Lokasi Oesa Muara Takus, Kecamatan Kotokampar, Kabupaten Kampar, Riau. Perjalanan Oari Pekanbaru menuju Bangkinan, terus menuju Rantauberingin. Sete­ lah melewati jembatan Rantauberingin, membelok ke arah timur. Jalan antara Pekanbaru-Rantauberingin sangat bagus tetapi antara Rantauberingin-Muara Takus belum beraspal. Sebaiknya perjalanan ke Muara Takus membawa kendaraan sendiri dan pada musim kering. Keterangan Oidirtkan sekitar abad XII Masehi dengan bahan utamanya batu merah (batu bata) dan bersifat agama Budha. Kompleks Stupa Muara Takus ini sedang dalam tahap pe­ mugaran. Mudah-mudahan kelestarian komplek ini tidak terganggu oleh rencana pembangunan PL T A (Pusat Listfrlik Tenaga Air) Kotopadang yang mung kin menenggelamkan daerah ini. .

68 Foto 53 Biaro Bahal I, keadaan sebelum d'ipugar.

Foto 54 Mahligai Stupa Muara Takus, setelah dipugar.

69 CANOl-CANOl MUARA JAMBI :

Lokasi Oesa Muara Jambi, Kecamatan Sekerman, Kabupaten Batanghari, Jambi. Perjalanan Oari Kotamadya Jambi menuju lokasi ditempuh melalui sungai Batang­ hari ke arah hilir sejauh 30km, dengan perahu motor, jalan darat sedang dirintis. Keterangan Candi ini dibangun berdasar falsafah agama Budha dan rupanya didiri­ kan sekitar abad XI Masehi. Merupakan kompleks percandian yang sang at ILias. Sekarang belum . dapat dipastikan jumlah seluruhnya, karena medannya sebagian besar hu­ tan, sebagian besar bangunannya sudah rusak, bahkan banyak yang ting­ gal pondasinya saja. Beberapa diantaranya sedang dalam tahap penyela­ matan seperti, candi Gunung Perak, Kotomahligai, Kedaton, Gedong I dan II. Oi samping itu ada yang sedang dalam tahap pemugaran seperti, can­ di Gumpung dan yang telah selesai dipugar adalah candi Tinggi.

70 Foto 55 Candi Tinggi, telah selesai dipugar.

71 GOA GAJAH:

Lokasi Oesa Bedulu, Keeamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Perjalanan Akan terlewati bila kita mulai perjalanan dari Oenpasar menuju Tampak­ siring atau Gianyar lewat . Goa Gajah termasuk dalam salah satu sasaran kunjuflgan wisata Bali, sehingga mudah dijangkau. Keterangan Goa Gajah dibangun pada pertengahan abad XI pad a masa pemerinta­ han Anak Wungsu tahun 1049-1077 Masehi. Anak Wungu adalah adik Airlangga. Goa Gajah merupakan suatu kompleks peninggalan purbaka­ la yang terdiri dari beberapa bagian. Bagian utama berupa gua buatan' de­ ngan hiasan kepala kala pada pintu masuknya. Lubang gua menyerupai bentuk huruf T dengan eeruk-eeruk didinding yang berisi area atau ling­ ga untuk pemujaan dalam agama Hindu. Oi halaman ada kolam dengan paneuran berupa area Betara-Betari. Bagian lain yang terletak di jurang (arah tenggara) berupa sisa-sisa pe­ ninggalan agama Budha berupa pelinggih dengan area Budha dan paha­ tan meru bereabang tiga.

72 Foto 56 Detail pintu masuk goa berupa hiasan pahatan kepala kala.

Foto 57 Goa Gajah dan kolam pancuran.

73 ('

./

CANOl GUNUNG KAWI :

Lokasi Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. . Perjalanan Dari Denpasar menuju daerah wisata Tampaksiring akan melewat.i candi Gunung Kawi. Keterangan Didirikan pertengahan abad XI juga pad a masa pemerintahan Anak Wung­ suo Dibangun dengan memahat batu (padas) pada tebing sungai Pakeri­ san, dengan demikian 'peninggalan purbakala seperti ini dikenal dengan nama 'candi tebing'. Jumlahnya' 10 buah.

74 Foto 58 Salah satu candi Gunung Kawi. '- .

75 PURA BESAKIH :

Lokasi O~sa Besakih, Keeamatan Buyan, Kabupaten Karangasem, Bali. Perjalanan Oari Oenpasar menuju Klungkung, kemudian menuju Pura Besakih. Ha­ nya ada sebuah jalan saja, sehingga tidak mung kin salah jalan atau tersesat. Keterangan Pura Besakih merupakan Pura yang terbesar dan paling dihormati oleh masyarakat Bali, bentuknya berundak-undak. Bagian yang paling suci yaitu bagian paling atas atau paling belakang di­ sebut 'jero', bagian ini tidak boleh dikunjungi umum/wisatawan. Oi sini . disimpan area-area yang mempunyai nilai purbakala. Oi atas pintu utama atau kori agung terdapat dua angka tahun 1444 dan 1458 Masehi, atas dasar tahun ini dapat diperkirakan bahwa bangu­ nan dan bentuk mulanya didirikan sekitar tahun ini. Pura yang tampak sekarang adalah bangunan yang telah beberapa kali mengalami perubahan dan perluasan. Bagaimana bentukny'a yang se­ mula tidak diketahui, yang jelas belum seperti bentuk yang terlihat sekarang. Pura Besakih jelas bersifat agama Hindu (Bali), dianggap sebagai le­ luhur bagi masyarakat Hindu Bali, dan terletak di lereng sebelah barat daya kaki Gunung Agung.

76 Foto 59 Pura Besakih dengan latar belakang Gunung Agung.

77 PETA LOKASI KEPURBAKALAAN SEBAGAI PENJELASAN B

...... """ .' . , '1 1.... ·-· ! ! .. "'"'. ~\

I .<:• ,.,. \ . .i

C. Gedong Songo

KETERANGAN C. Cangkuang C. Badut C Candi u C. Singasari ' JAKARTA C. Dieng A Area A. Dwarapal = C. Prambanan C. Sumber A P = Pura C. Kalasan A . Ganesya C. Sari C. Panataran Pr :::; Prasasti Ke raton Ratu Boko

78 KU INI

".' ".' "

Pro Kutai

P Goa Gajah . P: Gunung Kawl ; ,..,.". P. Besakih - i ~ .'"

(~~I ,. " ~ ~ 010·,,--=------"

79 DAFTAR PUSTAKA

Bernet Kempers, A.J.

1954 Tjandi Kalasan dan Sari disalin oleh Soekmono Ja-­ karta, Dinas Purbakala Republik Indonesia dan Bala1 Buku Indonesia.

1956 Bali Purbakala. Disalin oleh R. Soekmono. Jakarta Pe­ nerbitan dan Balai Buku Indonesia.

1959 Ancient , Amsterdam = C.P.J van der Teel, Cambridge/Massachusetts = Harward Univer­ sity Press.

Direktorat Perlindungan dan Pem­ binaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala 1976 - 1983 Laporan Pendokumentasian Peninggalan Sejarah dan Purbakala. Jakarta.

Soekmono, R

1973 Pengantar Sejarah Kebudayaan II. Yogyakarta, Ya­ yasan Kanisius.

1978 Candi Borobudur. Jakarta, Pustaka Jaya.

Soekatno Tw. dkk (Editor)

1980 Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala I, II. Ja­ karta, Proyek Media Kebudayaan DepartemenP err­ didikan dan Kebudayaan R.1. Direktorat Jencteral Kebudayaan. sulaeiman, Satyawati 1977 Seminar Arkeologi, Cibulan, 2 - 6 Pebruari, Jakarta Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional.

1980 Pertemuan IImiah Arkeologi II, Jakarta, Pusat Pene­ litian Arkeologi Nasional.

1981 Monumen-monumen Indonesia Purba. Jakarta Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

1982 Pertemuan IImiah Arkeologi II, Jakarta, Pusat Pe­ nelitian Arkeologi Nasional.

Sumadio, Bambang (Ed itor)

1975 Seja,ah Nasionallndonesia II. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wirjosuparto, Sutjipto 1964 Bunga rampai Sejarah Budaya Indonesia. Jakarta Jambatan. 80