MITOS DI KAMPUNG PULO DAN CANDI CANGKUANG KECAMATAN LELES KABUPATEN

Enoh [email protected] Prodi Antropologi Budaya, Fakultas Budaya dan Media Institut Seni Budaya (ISBI) Artikel diterima: 2 Agustus 2018 Artikel direvisi: 30 Agustus 2018 Artikel disetujui: 7 September 2018

ABSTRACT

The Pulo’s village, is a custom’s village, place at Leles district, Garut regent’s, as a culture pledge tourism destination, have many uniqueness and special mythology, must obedient by his resident also by visitors. Is custom’s village can for a culture lab who appreciated his local genius value used for large society? Using short survey and limited supervision, and interview, got the result, truly the result was writed by researcher and surveyer before. Difference with visite the student and lecturer of ISBI Bandung, in mereover action basicly on the culture theories about custom village and his mythology. The result is Pulo’s village as a custom village, have some tradisional and mythology melted with paith as muslims, so that became syncretism between tradisional dan religi. Among bumpy mythologies is don’t visit wednesday; don’t have an affair with in pledge location; costum house don’t more six houses and one mosque; don’t take care of big animals four’s leg; don’t play on the goong. Beside invention about mithology, we are also see many people pray in front of the holy grave Lord Arief Muhammad who faithed full of mercy and holiness, of course all desire on the heart will be accepted. The collision on mithology will bring disaster, according to the testimony became real, among other things, tornados, suddenly rain and lightning, etc. Thing that can so as right or just right, like that according to Mr. Zaki Munawar as an officer in charge culture pledge at Pulo’s village.

Keywords: Cangkuang, Myth, Sincretic.

ABSTRAK

Kampung Pulo adalah kampung adat, berlokasi di kecamatan Leles, kabupaten Garut adalah destinasi wisata cagar budaya yang memiliki keunikan dan mitos tersendiri, yang harus ditaati oleh penduduk setempat juga harus diikuti oleh para pengunjung. Apakah kampung adat dapat dijadikan lab budaya yang dapat diapresiasi nilai-nilai kearifan lokalnya sehingga dapat dihayati dan dimanfaatkan untuk masyarakat yang lebih luas? Melalui survey singkat dan pengamatan terbatas, serta wawancara, maka diperoleh hasil, yang sesungguhnya hasil ini sudah banyak ditulis oleh para peneliti dan pengamat terdahulu. Perbedaan dengan kunjungan mahasiswa dan dosen antropologi budaya ISBI Bandung terletak pada tindakan kajian lebih lanjut berdasar teori-teori budaya tentang kampung adat dan mitologinya. Hasilnya adalah Kampung Pulo sebagai kampung Adat memiliki beberapa tradisi dan mitos yang larut dengan kepercayaan sekarang sebagai pemeluk agama Islam, sehingga terjadi semacam

11 Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018 sinkretik antara tradisi dan agama. Di antara mitos yang menonjol antara lain: jangan berkunjung pada hari rabu; jangan berpacaran di lokasi cagar, tidak boleh lebih dari enam rumah dan satu mesjid, jangan memelihara hewan besar berkaki empat, jangan menabuh goong. Di samping temuan tentang mitos, tersaksikan pula banyak pengunjung berdoa di depan makam Embah Dalem Arief Muhammad yang diyakini penuh barokah dan karomah, niscaya segala keinginan yang diangankan bakal terkabul. Pelanggaran terhadap mitos bisa membawa bencana, yang konon sudah terbukti antara lain, ada angin ribut, tiba-tiba hujan-petir, tiba-tiba putus cinta, dan sebagainya. Hal itu bisa jadi ‘kebetulan’ atau bisa jadi ‘betulan’ demikian menurut Zaki Munawar petugas di cagar budaya Kampung Pulo.

Kata Kunci: Cangkuang, Mitos, Sinkretis.

PENDAHULUAN Kampung Pulo dikelilingi air danau A. Latar Belakang atau situ karena letaknya terpencil di tengah Kampung Pulo sebagai kampung adat danau, yang pada zaman dulu tentu saja masih yang berada di kecamatan Leles kabupaten semak belukar dan menakutkan, penuh misteri Garut dengan dua ikon budaya yang penting, dan hanya orang pemberani dan berilmu tinggi yaitu candi yang populer dengan sebutan candi saja yang bisa masuk di lokasi tersebut. Cangkuang peninggalan zaman Hindu dan Berdasar catatan yang ditemukan dalam makam keramat Embah Dalem Arief sejarah, orang pemberani itu adalah Arief Muhammad, sang penyebar agama Islam di Muhammad, yang selanjutnya menjadikan Jawa Barat. Letak kedua ikon budaya itu tempat tersebut sebagai tempat tinggalnya, berdampingan tanpa jarak, bak isyarat yang konon ceritanya pada waktu itu candi kerukunan beragama yang kini digandrungi Hindu syiwa sudah ada. Oleh karenanya kehadirannya. Candi Hindu berdampingan de- keturunan Embah Dalem Arief Muhammad ngan makam keramat tokoh muslim dirasa unik menyebutkan bahwa yang pertama dan menarik untuk diketahui lebih banyak, dan menemukan candi tersebut adalah Embah memang sudah ada yang meneliti sekalipun Arief. Artinya sebelum Arief Muhammad masih banyak misteri yang tentu saja belum datang di Kampung Pulo sudah terlebih dulu ditetahui rahsianya. Bahkan sampai sekarang ada yang menempati yaitu orang-orang masih banyak misteri yang berhubungan beragama hindu yang tentu saja banyak karena dengan mitos dan kepercayaan setempat, tak mungkin membangun candi seluas kurang campuran antara pengaruh Hindu dan Islam lebih 40 m2 hanya oleh satu atau dua orang yang berimbas pada para pengunjung yang mau padahal materialnya adalah bongkahan batuan tak mau harus menghormati kepercayaan yang cukup berat. Persoalannya adalah siapa penduduk setempat. Ada mitos yang ditujukan dia, orang sunda atau pendatang? Inilah misteri untuk orang dalam, untuk orang luar atau untuk asal-usul Candi Cangkuang yang masih perlu keduanya. Peraturan untuk orang dalam penelitian lebih mendalam. Kalau yang datang penduduk setempat jangan membuat rumah berikutnya jelas, adalah Arief Muhammad lebih dari enam, yang melambangkan keenam seorang Mataram, atau jelasnya bekas perwira putrinya, dan sebuah mesjid yang merupakan tentara Mataram yang mangasingkan diri di simbol anak laki-laki bungsu yang meninggal tempat tersebut. Tentu saja beliau adalah terkena musibah. pendatang, yang kemudian beristrikan perem- puan setempat. Dikaruniai tujuh orang anak;

12 Enoh - Mitos di Kampung Pulo... enam orang anak perempuan dan satu orang digunakan untuk menulis, yang konon dalam anak laki-laki bungsu. ceritanya menggunakan tinta dari bahan Kampung adat identik dengan kampung harangasu, yaitu warna hitam yang berasal dari tua, kampung tradisional; dipandang stagnan sisa pembakaran, seperti yang melekat pada dan terbelakang tetapi juga memiliki nilai-nilai bawah wajan, atau di bujur seeng (tempat nanak kearif lokal yang khas campuran antara mitos nasi tradisional). Pembuatan kertas tradisional dan agama, larut dalam bingkai sinkretisme ini sering di praktekan cara membuatnya di sebagai sosok kepercayaan khas kampung museum mini oleh bapak Zaki sebagai petugas tersebut. Dilihat dari namanya Kampung Pulo, di tempat tersebut, sebagai salah satu keunikan yang dalam bahasa Indonesia adalah pulau, yang dimiliki tempat tersebut. jatuh dilidah orang Sunda berubah menjadi Tulisan ini diturunkan sebagai hasil pulo, yang sesungguhnya berasal dari tang- survey singkat melalui wawancara, mende- kapan pendengaran kata pulau, pulau, pulau, di ngarkan paparan, atau interpretasi dari apa yang pendengaran menjadi pulo, pulo, pulo, sama dilihat, didengar dan dirasakan. Hasil yang halnya seperti ‘kalau’ dalam bahasa Indonesia didapat hanya sejumlah kecil keterangan jatuhnya menjadi kalo dalam bahasa sosmed. Di sebagai data yang dianalisis secara teoritis katakan Kampung Pulo karena terletak di sehingga menjadi pembahasan yang mixed tengah danau, yang lagi lagi dalam telinga dan antara data dan analisa. Maksudnya bukan lidah sunda menjadi dano. Bahasa sundanya analisis tentang mitos tetapi mitos dalam teori danau adalah situ, yaitu semacam kolam tetapi seperti apa perbandingannya. Setidaknya ada ukurannya sangat besar atau sangat luas. Oleh kesan yang dapat ditangkap dari kunjungan karenanya orang Garut menyebutnya situ studi lapangan di kampung adat ini, khususnya Cangkuang, yaitu situ yang berada di daerah yang berhubungan dengan agama dan mitos Cangkuang. Cangkuang sendiri berasal dari sehingga melahirkan sebuah prilaku yang di- nama sejenis tanaman pandan yang daunnya pengaruhi nilai-nilai adat tersebut dengan dapat digunakan untuk pelindung panas yaitu prinsip di mana bumi dipijak di sana adat dudukuy cetok yang digunakan petani untuk dijunjung. Sekalipun orang tak percaya ter- menangkal panas ketika mencangkul atau untuk hadap kepercayaan setempat karena dianggap perjalanan di terik matahari, selain itu juga mitos atau sinkretik, tetap saja pengunjung dapat digunakan sebagai pembungkus maka- harus menghormatinya, jangan berbuat hal-hal nan. Tanaman cangkuang ini banyak tumbuh di yang melanggar adat dan tradisi. Mitos Kampung Pulo, sampai sekarang masih ada cangkuang antara lain, tak boleh ada kunjung- sekalipun tidak sebanyak tempo dulu, sebagai an pada hari rabu, tak boleh pacaran karena bisa tanaman khas yang ada kaitannya dengan nama putus, jangan memelihara binatang besar ber- situ cangkuang. kaki empat, jangan nabuh goong, rumah adat Selain tanaman pohon cangkuang yang tidak boleh lebih dari enam, dan masih ada menjadi cikal bakal nama situ didapat pula mitos-mitos lain yang lebih spesifik. pohon pohon besar lainnya, satu di antaranya Masalahnya: apakah Kampung Pulo sebagai adalah pohon besar daluang alias tanaman keras kampung adat dapat dijadikan sebagai labora- yang kulitnya pada zaman dahulu dijadikan torium budaya yang bisa diapresiasi nilai-nilai bahan kertas yang diolah sedemikian rupa, kearifan lokal-primordialnya sehingga dapat direndam berhari-hari, dipukuli berkali-kali, dihayati dan dimanfaatkan untuk khalayak yang dicuci dan direndam lagi untuk dihaluskan, lebih luas? sebagai langkah finalisasi, lantas dikeringkan secara alamiah sinar matahari, yang disebut kertas daluang, setelah itu baru dapat

13 Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018 B. Tinjauan Teoritis Mitologi menunjuk pengertian, baik sebagai studi atas Aspek-aspek kebudayaan sangat bera- mitos atau isi mitos, maupun bagian tertentu gam wujud dan manifestasinya, lantas diseder- dari sebuah mitos (Mariasusai, 2010:147). hanakan dalam bentuk teoritis, sebagai contoh Secara terminologis mitos berarti “cerita sakral Koentjaraningrat mengemukakan dengan tujuh yang berhubungan dengan kejadian pada wak- aspeknya, sebagai hasil kajian ilmiah. Di antara tu primordial, waktu permulaan, asal mula semua gejala kebudayaan, yang paling sulit segala sesuatu dan dewa-dewa sebagai objek- didekati dan dipahami dengan analisis logis nya, cerita suci tentang kejadian-kejadian yang semata-mata adalah mitos dan religi. Mitos berpangkal pada asal mula segala sesuatu dan dipahami sebagai realitas kultural yang sangat permulaan terjadinya dunia (Eliade, 1987: 262). kompleks. Kompleksitas mitos di hadapan Menurut Frazer pada mulanya manusia nalar manusia tampak sebagai kesemrawutan hanya mempergunakan ilmu gaib (magi) dalam berpikir, sehingga mencari penalaran di balik memecahkan persoalan-persoalan hidup yang gagasan-gagasan yang terkandung dalam mitos berada di luar batas kemampuan dan penge- di-anggap langkah yang amat sia-sia, tak ada tahuan akalnya. Berbagai persoalan hidup yang jawabnya yang rasional. Namun demikian tidak dapat dipecahkan dengan menggunakan kenyataan menunjukkan bahwa tak ada gejala akal, maka dipecahkan dengan cara mitos. alam dan gejala manusiawi yang tak dapat Mitos juga merupakan uraian naratif tentang diinterpretasikan secara mitis; dan tak ada yang sesuatu yang suci, yang menyangkut kejadian- tak memerlukan interpretasi mitis. Logika kejadian luar biasa dan berada di luar mitos kalaupun ada tidak dapat disesuaikan pengalaman sehari-hari manusia. Penuturan itu dengan konsepsi mengenai kebenaran empiris umumnya diwujudkan dalam cerita-cerita ataupun kebenaran ilmiah karena pikiran tentang dunia yang supranatural. Mitos-mitos primitif itu tidak menyadari arti buah menerangkan fakta-fakta alam dan kehidupan pikirannya sendiri. Oleh karenanya analisis dengan bantuan analogi dan perbandingan, ilmiah harus mampu membuka tabir makna seperti ketika orang-orang Samoa menyebut- yang ada di dalamnya, untuk menemukan nyebut pertempuran kuno antara pisang raja wajah asli di balik begitu banyak kedok yang dengan pisang biasa, untuk menjelaskan menutupinyan (disarikan dari Ernst Cassirer, mengapa yang menang sekarang ini tumbuh 1944:111-112). Malinowski menyatakan, tegak lurus, sedang yang kalah meng- setiap mitos berintikan atau berdasarkan gelantungkan kepalanya (Daniel L. Pals 2001: beberapa gejala alamiah. Dunia mitos adalah 40). dunia dramatis, dunia tindakan, dunia daya- Secara umum mitos dapat ditafsirkan daya, kekuatan-kekuatan yang saling berten- sebagai kiasan kepentingan kelompok sosial tangan, ia lebih menjelma dalam tindakan, tertentu karena aktualisasi mitos dimulai ketika daripada dalam pikiran atau khayalan. Jadi, orang-orang sering melakukan pengulangan model sejati mitos bukan alam melainkan siasatnya menyikapi persoalan-persoalan yang masyarakat karena semua motif dasar pada mirip dalam ruang waktu tertentu. Pada titik ini mitos adalah proyeksi dari kehidupan sosial mitos bisa dimaknai untuk memahami keadaan manusia (Ernst Cassirer, 1944: 120). dan kepentingan di balik siasat orang-orang Kata mitos berasal dari bahasa Yunani dalam melanjutkan peristiwa tertentu (Wisnu muthos, yang secara harfiah diartikan cerita Minsarwati, 2002:35). atau sesuatu yang dikatakan seseorang; dalam Malinowski membedakan pengertian mitos pengertian yang lebih luas bisa berarti suatu dari legenda dan dongeng. Legenda lebih pernyataan, sebuah cerita ataupun alur suatu sebagai ceritera yang diyakini seolah-olah drama. Kata mythology dalam bahasa Inggris merupakan kenyataan sejarah, meskipun

14 Enoh - Mitos di Kampung Pulo... sang pencerita menggunakannya untuk atau supranatural yang berhubungan dengan mendukung kepercayaan-kepercayaan dari kehidupan sehari-hari maupun peristiwa- komunitasnya. Sebaliknya dongeng me- peristiwa yang di luar jangkauan pikiran ngisahkan peristiwa-peristiwa ajaib tanpa manusia (Wisnu Misnarwati, 2000:24). dikaitkan dengan ritus. Dongeng juga tidak diyakini sebagai sesuatu yang sungguh- Ilmu pengetahuan tentang mitos atau sungguh terjadi. Dongeng lebih menjadi mitologi adalah suatu cara untuk mengung- bagian dari dunia hiburan. Sedangkan mitos kapkan, menghadirkan yang kudus, yang ilahi merupakan pernyataan atas suatu kebenaran melalui konsep serta bahasa simbolis. Melalui lebih tinggi dan lebih penting tentang mitologi diperoleh suatu kerangka acuan yang realitas azali, yang masih dimengerti memungkinkan manusia memberi tempat sebagai pola dan fondasi dari kehidupan kepada bermacam ragam kesan dan peng- primitif (Mariasusai, 2010:147). alaman yang telah diperoleh selama hidup. Ada muncul penafsiran modern yang Malinowski sebagai Antropolog social berpen- cukup simpatik tentang mitos, yakni tidak dapat bahwa mitos sebagaimana ada pada suatu memandang mitos sebagai benar atau salah, masyarakat primitif, bukanlah semata-mata tetapi sebagai memiliki pemahaman puitis cerita yang dikisahkan tetapi juga merupakan tentang realita. Maka mitos berarti suatu cerita kenyataan yang dihayati, sebagai manifestasi yang dianggap benar tetapi tidak diketahui dari kuasa suci. Magi sebagai kekuatan gaib sebagai benar (Lorens Bagus, 2000: 659). didasarkan pada hubungan ide-ide sesuatu Bahkan mitologi sebagai gudang ide-ide yang kecenderungan yang terletak pada fondasi akal tampak irasional dan cerita-cerita yang sering manusia. Jika dalam pemikiran, orang dapat menggelikan sebenarnya diatur oleh pola menghubungkan suatu ide dengan yang lain, pemikiran rasional. Mitos lahir dari kecen- maka logika mereka membawa pada kesim- derungan alam untuk menyatakan setiap ide pulan bahwa hubungan yang sama pasti juga dalam suatu bentuk yang konkrit, baik yang ada dalam realitas. Orang primitif percaya diciptakan oleh orang-orang primitif dari masa bahwa meskipun dalam jarak yang jauh, lalu maupun oleh orang-orang primitif di zaman mereka dapat melukai atau mengobati orang modern. Mitos-mitos itu cenderung mengikuti lain hanya dengan melalui kuku jari, seikat hukum-hukum perkembangan yang biasa rambut, sepotong pakaian atau apapun yang (Daniel L.Pals, 2001:39). Teori Tylor memiliki hubungan dengan orang yang menjadi mengasumsikan bahwa manusia primitif adalah objeknya (Daniel L Pals, 2001:38). seorang rasionalis dan filosof ilmiah, di mana gagasan tentang roh bukan hasil dari pemikiran HASIL DAN PEMBAHASAN irasional. Keyakinan dan praktek keagamaan A. Sejarah Cangkuang masyarakat pre-literate bukanlah hal yang Mitos erat hubungannya dengan masa menggelikan, bukanlah timbunan sampah dari lalu, malah tempo dulu, oleh karenanya me- beragam kebodohan; semua keyakinan mereka nyangkut sejarah dari perjalanan manusia itu pada dasarnya bersifat konsisten dan logis secara universal di dalam urusan yang gaib, yang didasarkan pada pemikiran rasional dan terlepas dari ada yang percaya karena me- pengetahuan empiris (Brian Morris, 2003:121). ngalami tetapi juda ada yang tidak karena Namun sejak kedatangan sains pada abad ke 17 dianggap takhayul. Termasuk juga mitos terkait M, kehadiran mitologi telah ditolak, sekalipun dengan Kampung Pulo dan keberadaan Candi- kenyataannya sampai hari ini keberadaan mitos nya yang tentu saja menyangkut sejarah di masa terus bertahan, hal ini terbukti dengan adanya lalu yang masih banyak misterinya. Sampai saat kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib ini belum terungkap peninggalan siapa? kalau

15 Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018 dikatakan candi itu zaman dulunya cuma untuk patung syiwa, dan joglo, Yaitu museum tempat kepentingan pemujaan semata, siapakah ge- menyimpan barang barang purbakala bukan rangan? apakah orang-orang yang ada di Kam- saja yang ditemukan dari seluruh kabupaten pung Pulo sekarang? atau para pendatang yang Garut. Sekalipun kecil bangunan joglo tersebut hanya sementara untuk bersembunyi atau tetapi merupakan pusat kepurbakalaan kabu- mengasingkan diri. Semuanya masih misteri paten Garut. masih harus terus diteliti lebih lanjut. Pepatah Dari seluruh candi yang sekarang mengatakan ‘tak ada rotan akarpun jadi’; ya berdiri, batuan aslinya hanya sekitar 40 % saja, kalau belum ada penemuan sejarah secara sedangkan yang lainnya merupakan tiruan dari yang asli yang diolah dari bahan adukan semen, memadai maka penemuan yang ada sebagai koral, pasir, dan besi, yang dibuat sedemikian hasil penelitian, layak juga dikemukakaan rupa mendekati aslinya. Maksud pemugaran sekalipun hanya sebagai pengulangan infor- candi Cangkuang ini adalah sebagai upaya masi. Namun kalau ditindaklanjuti dengan mengisi kekosongan sejarah kepurbakalaan di analisis dan pemahaman tertentu sebagai ke- Kabupaten Garut. Jadi candi Cangkuang ini arifan lokal yang original, tentu ada manfaatnya adalah yang pertama kali dipugar karena bagi orang-orang zaman sekarang terutama sampai dengan tahun 1976 belum ada pening- bagi para mahasiswa antropologi budaya yang galan purbakala yang ditemukan lantas dipugar berkecimpung di bidang budaya terutama sebagai langkah mengisi kekosongan sejarah budaya keetnikan sebagai spesialisasinya, ter- antara Purnawarman dan pajajaran, dari masa masuk urusan mitologi dan religi di dalamnya. hindu memasuki zaman Islam. Keadaan batu- Candi ditemukan pada tahun 1966 oleh batuan candi berdasarkan pengukuran dari seorang peneliti bernama Uka Tjandrasasmita kadar batu dan tingkat kelapukannya diperkira- dan Harsoyo yang melakukan penelitian kan candi ini didirikan sekitar abad ke 8, karena berdasarkan laporan catatan seorang Belanda bentuknya yang sederhana hanya berupa balok- bernama Vorderman dalam buku Notulen balok tanpa relief apapun yang menunjukan Bataviaasch yang terbit pada tahun 1893 yang tingkat kesulitan pembuatannya. mengatakan bahwa adanya sebuah Arca yang rusak dan makam kuno. Selanjutnya diadakan B. Letak Geografis penelitian dengan beberapa tahapan sampai Cangkuang adalah lokasi Candi Hindu, pada pemugaran. Hasilnya seperti yang tepatnya di Kampung Pulo wilayah Cangkuang disaksikan sekarang dengan segala kekurang- kecamatan Leles kabupaten Garut Jawa Barat. annya. Dari hasi penelitian ternyata arca Ia adalah Candi yang pertama ditemukan di tersebut adalah arca Syiwa, dan ditemukan pula tatar Sunda yang merupakan satu-satunya serpihan pisau, dan batu besar dari zaman Candi Hindu. Nama Cangkuang diambil dari Megalitikum, yaitu zaman batu awal. Selan- jutnya penelitian tahun 1967-68 menemukan nama tanaman dimana candi berada, yaitu bangunan makam. Candi Hindu yang ditemu- sejenis tanaman pandan yang banyak ditemu- kan diperkirakan dibuat pada abad ke 8; di kan di sekitar makam, sebagai bahan membuat sampingnya ada makam pemuka Islam yang tudung, tikar, pembungkus makanan, dan seba- tentu saja dibangun lebih kemudian. Batu candi gainya. Cangkuang adalah daratan di tengah terdiri dari batu andesi bentuk balok. danau kecil atau situ menurut bahasa Sunda. Ditemukan pondasi candi 4,5 x 4,5 m, dan batu Luas pulaunya sekitar 16,5 ha, dan masih lainnya berserakan. Bidang kepurbakalaan terdapat dua daratan lainnya dengan ukuran- meneliti candi ini hingga tahun 1968, dan ukuran yang lebih kecil. Posisinya berada pada pemugaran candi dimulai pada tahun 1974- suatu lembah yang subur dikelilingi empat 1975. Pada tahun 1976 dilakukan rekonstruksi gunung besar yaitu: Gunung Haruman, Gu- yang meliputi badan bangunan, atap candi, nung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan

16 Enoh - Mitos di Kampung Pulo... Gunung Guntur (keterangan dari Bapak Zaki besar sampai di atas satu milyar setiap desa, Munawar, petugas candi Cangkuang). Di belum lagi dari pemda provinsi. Keadaan danau samping ada candi ada juga mesjid ada rumah sekarang barangkali hanya tinggal 50 atau 60% adat, letak Candi bersebelahan dengan makam saja dari yang dahulu ada. Hal ini terjadi karena Embah Dalem Arief Muhammad, yaitu makam pendangkalan yang tak pernah dikeruk maka kuno pemuka agama Islam. Embah Arief berubahlah menjadi pesawahan atau bahkan diyakini sebagai leluhur penduduk desa daratan, di samping debit air dari pegunungan Cangkuang. juga nampaknya sangat berkurang bersamaan Untuk sampai di tujuan harus meng- dengan musnahnya pepohonan besar; apalagi di gunakan rakit yang jalannya sangat pelan musim ke-marau. Pada bulan september 2018 bagaikan siput berjalan di atas lumpur, tetapi ketika rombongan antropologi budaya ISBI tidak lama juga sampai karena letaknya kurang studi lapangan kampung adat yaitu di Kampung dari 500 m. Rakit terbuat dari bambu yang Pulo ternyata kedalaman danau di tengah saja disusun berderet berdampingan dengan cara kurang lebih hanya 1,5m, itu keterangan dari diikat sehingga berbetuk busur panah yang pengayuh rakit yang ditumpangi rombongan, lancip ke depan. Ada yang pakai saung agar apalagi di pinggirnya tak lebih dari seperti teduh ketika panas dan terlindung dari jatuhnya sawah yang lebih banyak terlihat lumpurnya air ketika hujan. Rakit yang besar menampung dari pada airnya. Bahkan naik ke daratanpun banyak orang untuk sekali jalan kalau rakit harus dibantu dengan cara ditarik dari atas kecil hanya menapung sedikit. Rakit besar bisa seperti berjabatan tangan karena curam yang membawa sampai 30 orang bahkan lebih, yang menunjukan air danau dalam keadaan surut. kecil dan tak beratap paling 4 atau 5 orang saja. Bahkan yang untuk kepen-tingan mencari ikah C. Keunikan Cangkuang yang hanya terdiri dari empat atau lima bambu Kenapa Cangkuang banyak dikunjungi hanya digukanan oleh seorang untuk mencari orang? karena di sana ada keunikan yang udang atau ikan kecil-kecil, ikan seribu atau menarik untuk disaksikan yaitu kampung adat impun alias burayak, alias boncenang dalam dan candi yang jarang ditemukan di Jawa Barat. bahasa sunda. Di danau Cangkuang ternyata Candi Cangkuang adalah objek wisata populer banyak udangnya dan juga impun tetapi ikan peninggalan zaman Hindu yang terletak di nila dan ikan mas besar juga ada tetapi ke- Leles kabupaten Garut yang sangat mudah lihatannya jarang didapat, apalagi di musim diakses dari Bandung, ibu kota Jawa Barat. kemarau yang airnya surut. Tetapi kalau lagi Candi tersebut merupakan hasil rekonstruksi musim hujan banyak air terkadang ada juga yang diresmikan keberadaannya pada tahun konkur, kejuaraan memancing di tempat 1978. Candi memiliki struktur bangunan, kaki tersebut, dan dikunjungi banyak orang. bangunan, dinding dan atap. Kaki bangunan Keadaan danau cangkuang sudah sangat yang menyokong pelipit padma, pelipit berbeda dari zaman dahulu ketika cangkuang kumuda, pelipit pasagi 4,5 x 4,5 x 13,7m. Di masih ada di tengah danau, namun sekarang antara puing-puing candi ditemukan arca pada banyak yang sudah menjadi pesawahan, yang tahun 1800-an dalam posisi bersila di atas konon kabarnya sebagai carik atau dikelola padmasana, terdapat kepala sapi () adalah desa untuk kehidupan para pamongnya dan arca Syiwa, ada penghias perut, penghias dada berbagai kebutuhan di pemerintahan desa, dan telinga. Sebagaimana dikemukakan di atas maklum lurah di zaman dulu tidak digaji, bahwa Candi Cangkuang sekarang hasil kalaupun ada hanya ala kadarnya. Berbeda rekayasa atau rekonstruksi, sedangkan bentuk dengan sekarang konon kabarnya sudah ada dana desa dari pusat yang jumlahnya cukup

17 Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018 bangunan yang sesungguhnya belum diketahui namanya Candi , candi Mendut secara pasti. menyandarkan pada kehinduan bukan pada Candi Cangkuang sekalipun pening- tempat candi ditemukan umpama saja nama- galan Hindu tetapi penduduk Kampung Pulo nya candi Magelang, tetapi tidak demikian. dan daerah sekitarnya 100% muslim karena Candi Cangkuang ini merupakan keunikan umumnya adalah keturunan Embah Dalem candi yang ada di tatar Pasundan, karena konon Arief Muhammad sang penyebar ajaran Islam yang disebut kerajaan di Jawa Barat bukan di Jawa Barat khususnya di Cangkuang. kerajaan fisik tetapi kerajaan rohani. Oleh Penduduk di Kampung Pulo yang menempati karenanya nama Jawa Barat dikenal juga rumah adat tentu keturunan Embah Dalem dengan tanah Priangan, tempat bersemayam- Arief Muhammad, bahkan yang di luar pagar nya para Hyang. Jadi yang menonjol bukan kampung adat yang umumnya berjualan juga kemegahan fisik tetapi keagungan jiwa yang umumnya keturunan Embah Arief. Embah tampak pada perilaku, atau perilaku dalam Dalem Arief Muhammad dikenal sebagai hubungannya dengan Sang Pencipta. mantan perwira kerajaan Mataram yang berdarah Jawa yang bermukim di Garut, karena D. Mitos Cangkuang ada cerita yang mengatakan bahwa masuknya Penelitian Uka Tjandrasasmita dan pengaruh Hindu lebih dulu adalah Jawa Barat, Harsoyo yang dimulai pada tanggal 9 Desember dibanding dengan Jawa Tengah dan Jawa 1966 yang pertama kali ditemukan bukanlah Timur, hanya ironisnya di Jawa Barat nyaris tak candi melainkan makam, yang kemudian ditemukan bangunan suci berbentuk Candi, dan diketahui makam Embah Dalem Arief Candi Cangkuang yang pertama kali Muhammad. Menurut Suhir, keturunan Embah ditemukan. Dalem Arief Muhammad yang ketika penelitian Sejarah Candi Cangkuang masih dilakukan usianya 81 tahun mengatakan bahwa menyisakan silang pendapat yang belum ada candi sudah ada sejak lama dan yang menemu- titik terang secara ilmiah. Catatan sejarah Candi kannya adalah Embah Arief sang penyebar nyaris tak ada hanya cerita rakyat secara turun agama Islam di Jawa Barat. Setelah mene- temurun, bahkan cerita yang pernah ditulis di mukan candi di tempat tersebut yang kini sosmed dan beberapa buku yang telah diter- disebut Kampung Pulo lantas beliau menetap di bitkan umumnya berasal dari cerita tumun- lokasi tersebut menata tempat tinggal untuk dia temurun. Bahkana ada yang bersumber dari dan keluarga. Makam Embah Arif berada di legenda situ cangkuang yang berhubungan dataran tanah yang paling tinggi di tempat dengan cerita kujang pusaka dan kaitannya tersebut, ini sangat dapat dimaklumi karena dengan pajajaran. Tidak didapat petunjuk pasti agar tidak terkena air pasang danau sekalipun yang dapat dibaca tanda tandanya seperti airnya sedang meluap ke permukaan. Ditemu- prasasti atau petunjuk lainnya kecuali kannya makam tersebut ternyata ditemukan bongkahan batu candi yang berserakan itupun pula candi yang letaknya berdampingan yang tidak komplit, konon hanya 40% saja, tentu saja ditemukannya kemudian karena tidak sedangkan lainnya hasil rekonstruksi yang tampak adanya candi kecuali hanya pondasi- direkomendasi para ahli. nya, itupun setelah diadakan penelitian oleh Melihat Arca Syiwa jelas ini adalah Uka Tjandrasasmita pada tahun 1966. Berdasar peninggalan zaman Hindu, yang kalau di Jawa catatan Vonderman 1893M yang selesai dipu- Tengah atau Jawa Timur biasanya ada gar tahun 1978. Kenapa candi tidak ada dan prasastinya, tetapi di Garut tidak ada. Nama makam yang ada, konon kabarnya candi itu candinya dihubungkan dengan nama situ atau dihancurkan karena di sampingnya akan dibuat- danau yaitu Cangkuang. Kalau di Jawa Tengah kan makam Embah Arief sehingga rasanya

18 Enoh - Mitos di Kampung Pulo... aneh ada makam muslim di samping candi, mengenang itu didirikanlah mesjid sebagai maka dari itu candi harus ditiadakan. Hal ini simbol titisan putra kesayangannya itu. diperkirakan terjadi setelah Embah Arief wafat, dan bukan perbuatan Embah Arief tetapi SIMPULAN inisiatif orang-orang yang lebih kemudian, Mitos atau mitologi merupakan bagian sehingga ketika diadakan penelitian yang dari budaya umat manusia di manapun mereka pertama ditemukan adalah makam, dan candi berada di sana mitos hadir terutama di kalangan hanya ditemukan pondasi saja dengan batu masyarakat tempo dulu. Tentu saja dengan lainnya yang berserakan yang dibangun segala konflik dan kontroversialnya karena kemudian, akhirnya menjelma berdampingan mitos sering dibenturkan dengan pemikiran antara makam ulama dan candi patung Syiwa. rasional, yang sementara orang tidak memper- Ditafsir pada masa kini dengan cayainya, bahkan setelah abad ilmu penge- kacamata kerukunan beragama yang saling tahuan mitos ditolak dan dibuang jauh-jauh toleransi dengan kadar yang sangat tinggi karena tidak memiliki dasar-dasar rasionalnya. terbukti makam seorang ulama berdampingan Namun kenyataannya mitos tetap ada hidup dan sejajar dengan candi, bahkan candi tetap lebih tetap bertahan, sehingga orang tertarik untuk tinggi dari makam karena bangunan candi mempelajarinya di atas label kearifan lokal. memang tinggi. Barangkali dulunya bukan niat Akhirnya didapatkan beberapa pernyataan untuk menghancurkan candi tetapi hanya ingin ilmuwan antropologi yang mulai berubah dan memuliakan makam Embah Dalem Arief tidak sepenuhnya memandang mitos sebagai Muhammad sang kiyai agar makamnya tak takhayul tetapi dipandang suatu kebenaran berada di bawah candi yang notabene Hindu. yang sulit dijelaskan kebenarannya. Bahkan Satu-satunya cara bangunan candi yang men- ada yang jelas-jelas menyatakan bahwa mitos julang ke atas harus dipangkas dan yang itu tidak irasional tetapi rasional dari dasar- tertinggal hanya pondasinya saja yang tidak dasar pemikiran yang universal. Disadari atau tampak ke permukaan, karena membongkar tidak perkembangan pemikiran manusia fondasi juga bukan pekerjaan mudah. dimulai dari mitos, seperti yang berkembang di Embah Dalem Arief Muhammad diper- Yunani yang akhirnya menjadi pemikiran caya sebagai memiliki karomah sehingga sam- modern yang dianut para ilmuwan. Jadi pai saat ini berbondong-bondong orang berdoa bagaimanapun posisinya dan apapun kritik di depan makam sekaligus berharap karomah terhadapnya bahwa mitos memiliki kegunaan dari seorang yang berilmu tinggi dan kata- praktis bagi para penganutnya, bukan masalah katanya yang bertuah, terutama setiap hari benar secara teoritis tetapi bermanfaat secara Jumat. Orang tak boleh sembarangan atas praktis, dan memang mitos sangat berhubungan peninggalan Embah Dalem Arief Muhammad erat dengan pengalaman praktis terkait dengan yang masih tersisa yaitu makamnya yang kehadiran yang gaib dari alam di luar alam dikeramatkan oleh keturunannya dan orang wadag. banyak yang berkunjung ke tempat tersebut, Kajian mitologi di lingkungan antro- untuk berdoa memohon kepada Allah Swt agar pologi budaya ISBI diarahkan pada sikap hidup lapang, segala keinginan dikabulkan asal toleransi dan kritis terhadap mitos-mitos yang jangan hari Rabu karena pada hari itu ada di masyarakat adat, sebagai referensi pantangan orang melakukan aktivitas kecuali kehidupan budaya menuju progres yang lebih diisi pengajian dan amal baik. Menurut Bapak positif. Oleh karenanya setiap kampung adat Iri (kuncen), hari rabu adalah hari kelam karena seperti Kampung Pulo dan mitos-mitosnya putra bungsu Embah Arief dan masyarakat dijadikan laboratorium budaya untuk dikaji Cangkuang tewas terkena malapetaka, untuk

19 Jurnal Budaya Etnika, Vol. 2 No.2 Desember 2018 lebih mendalam tentang dampaknya di masa dapat memberikan kontribusi positif bagi depan, tentang kerifan lokalnya dalam masyarakat luas, bukan hanya dari aspek pelestarian lingkungan. Kampung Pulo dengan historisnya saja. candi cangkuangnya hanya nuktah kecil dalam kancah mitologi dan kebudayaan, namun dari DAFTAR PUSTAKA nuktah kecil ini bisa digali dan ditemukan nilai- Morris, Brian. 2003, Antropologi Agama, nilai universal dan aktual sebagai sumbangsih Kritik Teori-teori Agama Kontem- kearifan lokal terhadap pemikiran global. porer, AK Group, . Bukankah makam ulama muslim berdamping- Pals, Daniel L. 2001, Seven Theories of an dengan candi adalah lambang kerukunan Religion, Penerbit: Qalam, Yogyakarta. beragama? yang kini sangat mahal. Bisa jadi Cassirer, Ernst. 1944, Filsafat Manusia, awalnya konflik tetapi pemikiran kemudian Penerbit Gramedia, Jakarta. melahirkan hal yang positif. Berdoa di makam Bagus, Lorens. 2000, Kamus Filsafat, Penerbit: ulama muslim yang berdampingan dengan Pustaka Gramedia Utama, Jakarta. candi, juga tidak ada masalah karena yang Dhavamony, Mariasusai, 2010, Fenomenologi penting niatnya; atau jangan berpacaran di Agama, (cet. ke 11), Penerbit Kanisius, lokasi cagar, itu adalah simbol penghormatan Yogyakarta. terhadap ulama setempat, dan masih banyak Minsarwati, Wisnu, 2002, Mitos Merapi dan nilai-nilai kearifan lokal lainnya. Ini yang Kearifan Ekologi, Penerbit: Kreasi dimaksud bahwa kampung adat sebagai Wacana, Yogyakarta. laboratorium nilai-nilai budaya lokal yang

20