BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata pada saat ini merupakan mega bisnis. Banyak orang menghabiskan uangnya meninggalkan rumah dan pekerjaannya untuk memuaskan atau membahagiakan diri dan untuk menghabiskan waktu luang. Hal ini menjadi bagian yang penting dalam kehidupan dan gaya hidup di negara-negara maju. Namun demikian memosisikan pariwisata sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan fenomena yang relaif baru. (Pitana & Diarta, 2009:32).

Dalam pariwisata, jenis pariwisata yang menggunakan sumber daya budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata sering dikenal sebagai pariwisata budaya. Jenis pariwisata ini memberikan variasi yang luas menyangkut budaya mulai dari seni pertunjukan, seni rupa, festival, makanan tradisional dan sejarah.

Pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang bagi wisatawan untuk mengalami, memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan dan keragaman budayanya. Pariwisata budaya memberikan kesempatan kontak pribadi secara langsung dengan masyarakat lokal dan kepada individu yang memiliki pengetahuan khusus tentang suatu objek budaya. Tujuannya adalah memahami makna suatu budaya dibandingkan dengan sekedar mendeskripsikan atau melihat daftar fakta yang ada mengenai suatu budaya. Sumber daya budaya yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata daiantaranya seperti bangunan bersejarah, situs, monumen, galeri seni, dan situs budaya kuno (Pitana & Diarta, 2009:75).

Indonesia memiliki banyak bangunan bersejarah maupun situs budaya kuno yang dapat dijadikan sebagai destinasi pariwisata seiring dengan ditemukannya candi peninggalan Hindu dan Budha di sekitar Pulau Jawa, , Bali juga . Candi di pulau Jawa dapat ditemukan di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Salah satu candi yang akan menjadi pokok bahasan dalam tugas akhir ini adalah Candi Cangkuang yang terletak di Jawa Barat.

1

Banyaknya situs bersejarah yang ditemukan di menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam maupun luar negri. Tetapi di sisi lain, kurangnya promosi mengenai destinasi wisata bangunan bersejarah tersebut membuat destinasi wisata tersebut kurang begitu dikenal oleh banyak orang.

Garut merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Barat Indonesia. Garut seringkali disebut sebagai Kota Intan, hal ini disebabkan oleh bersih dan asrinya kota Garut sehingga mendapatkan julukan Garut Kota Intan yang berarti indah, tertib, aman dan nyaman. Selain itu juga Garut memiliki julukan Garut Swiss Van yang berarti Garut merupakan Swissnya pulau Jawa. Disebut Swissnya pulau Jawa bukan berarti tanpa sebab, hal ini disebabkan oleh iklim yang nyaman dan lingkungan yang masih asri. Selain itu Garut lebih dikenal dengan kulinernya yaitu Dodol Garut yang menjadi ciri khas kota Garut (www.garutkab.go.id).

Disamping alamnya yang masih asri juga kulinernya yang banyak dikenal orang, Garut memiliki bangunan yang bersejarah salah satunya adalah Candi. Candi berasal dari bahasa Sansekerta Chandika yang berarti salah satu nama dari dewa kematian dalam panteon agama Hindu. Dengan kata lain candi merupakan sebutan yang dipakai untuk pemberian nama bangunan khusus untuk memperingati atau memuliakan raja yang meninggal, semacam monumen raja dengan nafas agama Hindu dan Budha (Yudoseputro, 2008: 67). Candi Cangkuang yang terletak di desa Cangkuang, pertama ditemukan pada tahun 1966. Candi ini merupakan candi peninggalan agama Hindu. Pada saat ditemukan kondisi candi hanya reruntuhan kondisi 40%, sehingga dilakukan pemugaran. Disampingnya terdapat makam penganut agama Islam yaitu makam Arief Muhammad1. Pada saat ini kondisi Candi Cangkuang terdapat ruangan yang isinya merupakan arca Syiwa dan ruangan ini

1 Arief Muhammad adalah leluhur di kampung Pulo Cangkuang, sumber buku Jelajah Candi Kuno

2 ditutup oleh tralis besi. Candi ini merupakan satu-satunya candi Hindu di tatar sunda dan patut untuk dilestarikan2.

Selain ditemukannya reruntuhan candi, di wilayah Desa Cangkuang terdapat satu pemukiman kampung adat yang disebut Kampung Pulo. Kampung Pulo merupakan satu pemukiman penduduk yang terdiri dari enam rumah dan enam kepala keluarga dalam adat istiadatnya rumah dan kepala keluarga ini tidak boleh bertambah tidak boleh berkurang. Jika penduduk Kampung Pulo sudah ada yang dewasa dan menikah maka paling lambat dua minggu setelah menikah maka ia harus keluar dari kampung tersebut. Jika ia ingin kembali ke Kampung Pulo maka ia harus menunggu warga Kampung Pulo yang meninggal. Yang berhak untuk tetap tinggal di kampung Pulo hanyalah keturunan wanita dari Arif Muhammad.

Candi Cangkuang sudah menjadi kawasan wisata yang cukup lengkap di kabupaten Garut dan di dukung dengan objek wisata lainnya yang berada saatu kawasan dengan candi cangkuang yaitu Situ Cangkuang, Kampung Pulo, juga Museum Cangkuang. Beberapa objek yang menjadi satu wilayah dengan Candi Cangkuang seharusnya sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam maupun luar negeri. Tetapi, banyaknya destinasi wisata lain seperti mall atau cafe yang semakin marak dibangun maka turut mengurangi minat wisatawan dalam mengunjungi destinasi wisata bangunan bersejarah tersebut yang juga turut menyebabkan penurunan jumlah pengunjung di kawasan wisata Candi Cangkuang.

Pada saat ini Kawasan Wisata Candi Cangkuang menjadi : 1) Objek wisata yang cukup lengkap di Kabupaten Garut 2) Rata-rata pengunjung ingin melihat objek hiburan dan edukasi bagi pelajar 3) Berdasarkan pengamatan penulis ketika berkunjung ke Kawasan Wisata Candi Cangkuang terjadi penurunan pengunjung.

2 Hasil penelusuran peneliti dalam melakukan wawancara terhadap juru pelihara Bapak Agus pada tanggal

3

Berdasarkan fenomena di atas disebabkan oleh kurangnya kegiatan promosi di Kawasan Wisata candinya sendiri. Apabila dilakukan kegiatan promosi maka ada kemungkinan meningkatnya pengunjung Candi Cangkuang dari dalam juga luar kota.

1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang timbul, antara lain: 1. Kurangnya informasi mengenai kawasan wisata bangunan bersejarah di Indonesia membuat destinasi wisata tersebut kurang dikenal oleh banyak orang. 2. Garut lebih dikenal dengan oleh-oleh khasnya yaitu Dodol Garut 3. Banyaknya mall dan cafe yang didirikan sehingga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya minat masyarakat untuk berkunjung ke Kawasan Wisata Candi Cangkuang. 4. Kurangnya kegiatan promosi terhadap Kawasan Wisata Candi Cangkuang sehingga menyebabkan Kawasan Wisata Candi Cangkuang kurang begitu menonjol dalam pariwisata candi di Indonesia.

1.2.2 Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah yaitu 1. Bagaimana perancangan promosi yang efektif untuk memberikan informasi mengenai Kawasan Wisata Candi Cangkuang kepada masyarakat di luar kabupaten Garut terutama di kota ? 2. Apa media promosi yang digunakan dalam merancang promosi efektif destinasi wisata Candi Cangkuang?

1.3 Ruang Lingkup Masalah Dari rumusan masalah di atas maka ruang lingkup dalam perancangan ini adalah perancangan promosi yang efektif untuk memberikan informasi mengenai Kawasan

4

Wisata Candi Cangkuang Jawa Barat ini dilakukan untuk target audiens keluarga dengan target utama adalah ayah dengan kisaran umur sekitar 36-45 tahun.

Diharapkan melalui promosi melalui media yang efektif, Kawasan Wisata Candi Cangkuang semakin banyak dikunjungi wisatawan, melestarikan wisata Candi Cangkuang sehingga tidak hilang tertelan oleh waktu, dan meningkatkan sektor pariwisata Kabupaten Garut.

1.4 Tujuan Perancangan Adapun tujuan perancangan ini adalah 1. Untuk dapat merancang media promosi yang efektif untuk Kawasan Wisata Candi Cangkuang sehingga memberikan informasi yang lebih baik bagi wisatawan dalam maupun luar negri. 2. Untuk dapat mengetahui media promosi yang efektif dalam merancang promosi Kawasan Wisata Candi Cangkuang

1.5 Metode Penelitian Dalam pengumpulan data dan analisis untuk memenuhi kebutuhan perancangan, untuk mendapatkan hasil perancangan yang baik diperlukan data-data yang berhubungan dengan topik pembahasan. Pengumpulan data-data tersebut dilakukan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2013:4).

1.5.1 Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode kualitatif, maka peneliti akan melakukan beberapa hal berikut ini : 1. Wawancara Metode pengumpulan data dengan wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber diantaranya juru pelihara Candi

5

Cangkuang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut, Kepala UPTD Leles. 2. Observasi Metode pengumpulan data dengan cara observasi dilakukan dengan cara mengamati, mencatat juga turun langsung ke destinasi wisata Candi Cangkuang. 3. Studi Pustaka Metode pengumpulan data dengan cara studi pustaka dilakukan dengan cara melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan pokok pembahasan. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi dari kepustakaan yang berhubungan seperti buku, jurnal, internet dan lain-lain.

1.5.2 Analisis Data Dalam merancang promosi efektif destinasi wisata Candi Cangkuang ini menggunakan teori dan cara analisis data sebagai berikut: 1. SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). 2. Matriks SWOT Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadap oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

1.6 Kerangka Perancangan

6

7

1.7 Pembabakan Tugas akhir ini disusun dalam beberapa bab yang terdiri dari : BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti menjelasksan mengenai latar belakang perancangan promosi Kawasan Wisata Candi Cangkuang di Kabupaten Garut. Masalah perancangan yang meliputi identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup masalah. Serta tujuan perancangan, manfaat perancangan, cara pengumpulan data, kerangka perancangan dan pembabakan. Sehingga permasalahan tersebut memiliki titik fokus dan tidak keluar dari batasan masalah yang diangkat. BAB II DASAR PEMIKIRAN Bab ini berisi mengenai dasar pemikiran dari data yang sudah dikumpulkan yang akurat juga terkait dengan permasalahan perancangan yang diangkat sehingga bisa menjadi pijakan untuk proses perancangan. BAB III DATA DAN ANALISISI MASALAH Pada bab ini berisikan data-data yang sudah didapatkan oleh penulis serta menjelaskan analisis terhadap masalah yang diangkat guna perancangan tugas akhir. BAB IV KONSEP & HASIL PERANCANGAN Pada bab ini berisi mengenai penjelasan konsep perancangan yang daiangkat dan hasil perancangan yang telah dibuat. BAB V PENUTUP Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran berdasarkan uraian pada bab- bab sebelumnya.

8