<<

BAB II

KAJIAN TEORi

A. Kajian Produk Bakpia

Bakpia adalah makanan yang terbuat dari campuran kacang hijau dengan

gula yang dibungkus dengan tepung lalu dipanggang. Saat kita menyebut nama

bakpia, maka yang terbersit dalam benak kita adalah . Di beberapa

daerah di , makanan yang terasa legit jika dimakan ini dikenal dengan

nama pia atau pia (Anonim, 2009). Bakpia biasa dibuat dari kacang hijau,

karena kacang hijau mengandung karbohidrat tinggi, sekitar 59, 9%, sehingga

dapat dibuat menjadi adonan yang baik untuk bahan isian bakpia (Bayu

Kanetro dan Agus Slamet, 2014).

Pembuatan bakpia tidak begitu sulit. Untuk pembuatan kulit bakpia, gula

dan garam dicampur lalu masukkan di dalam air diaduk hingga larut. Setelah

itu masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit lalu diaduk hingga menjadi

adonan. Proses pencampuran semua bahan ini paling lama diperlukan waktu

setengah jam sampai kalis atau semua adonan tercampur. Isi bakpia terbuat dari

kacang hijau yang dipecah dan direndam selama 3 hari selanjutnya dicuci serta

dikukus selama satu jam. Kemudian, dihaluskan dan dimasak dengan minyak,

garam, dan gula pasir. Langkah terakhir yaitu membentuk adonan kulit yang

diisi dengan kacang hijau dengan bentuk bulat pipih dan di panggang kurang

lebih 15-20 menit (Widya Kumalasari, 2015).

Pada bakpia ulir ini akan ada perbedaan pada bentuk bakpia. Bakpia ini

6 akan terlihat lapisan- lapisan yang ada dan bewarna. Isian yang digunakan

terbuat dari jagung yang dihaluskan dan dimasak seperti isian bakpia pada

umumnya, tetapi diberi irisan jagung utuh saat dimakan akan terasa rasa

jagung yang nikmat.

B. Kajian Bahan

1. Bahan Utama

a. Tepung Jagung

Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomi

serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudu- kannya sebagai

sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras juga sebagai sumber pakan

(Purwanto, 2008). Jagung merupakan salah satu sereal paling populer di dunia

dan menjadi makanan pokok di banyak negara termasuk Amerika Serikat.

Jagung tidak hanya menjadi sumber makanan untuk menyediakan kalori yang

diperlukan bagi metabolisme tubuh, tetapi merupakan sumber yang kaya

vitamin A, B, E dan banyak mineral. Kandungan serat yang tinggi berperan

dalam pencegahan penyakit yang menyerang pencernaan seperti sembelit dan

wasir serta kanker kolorektal. Antioksidan pada jagung juga bertindak sebagai

agen anti-kanker dan mencegah Alzheimer. Jagung juga kaya phytochemical,

memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit kronis. Tepung jagung

merupakan tepung yang berasal dari biji jagung kering dan digiling halus

menggunakan mesin dengan ayakan atau saringan sekitar 80 atau 100 mesh

(Merdiyanti, 2008). Bahan baku tepung jagung adalah jagung pipilan kering

(Zea mays spp.) tanpa tambahan bahan lain. Biji jagung memiliki kandungan

7 zat pati yang lunak. Tepung jagung memiliki sifat fleksibel, hal ini dikarenakan

sebagai bahan baku berbagai produk pangan. Tepung jagung relatif mudah

diterima masyarakat, karena telah terbiasa menggunakan bahan tepung, seperti

halnya tepung beras dan terigu. Pemanfaatan tepung jagung komposit pada

berbagai bahan dasar pangan antara lain untuk kue basah, kue kering, mie

kering, dan roti-rotian.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Tepung Jagung Kandungan nutrisi Tepung jagung Kalori (kal) 355 Lemak (%) 4,93 Serat Kasar (%) 3,75 Abu (%) 1,35 Protein (%) 10,53 Pati (%) 79,95 Sumber: Suarni (2011) dalam BPTP (2006)

b. Tepung Terigu

Tepung terigu diperoleh dari hasil pengolahan biji gandum. Proses

pengolahan gandum menjadi tepung terigu dibagi dalam dua proses, yakni

proses pembersihan (cleaning) dan penggilingan (milling). Pada proses

pembersihan, gandum dibersihkan dari benda-benda asing seperti debu, kulit

gandum, batang gandum, batu-batuan dan kerikil. Setelah gandum dibersihkan,

proses selanjutnya adalah penambahan air (dampening), proses ini bertujuan

agar gandum mencapai kadar air yang diinginkan. Proses dampening

tergantung pada beberapa faktor, antara lain kandungan air awal biji gandum,

jenis gandum, dan jenis serta mutu tepung yang diharapkan (Fatmawati, 2013).

Tepung terigu digunakan sebagai bahan utama pembuatan roti, cake,

cookies. Tanpa tepung terigu produk tidak akan menjadi sebuah

8 produk yang baik. Tepung terigu berdasarkan kandungan protein digolongkan

menjadi tiga (3) macam yaitu :

1. Hard flour (terigu protein tinggi)

Tepung terigu yang mempunyai kadar gluten antara 12% – 13%. Tepung

ini diperoleh dari gandum keras (hard wheat). Tingginya kadar protein

menjadikan sifatnya mudah dicampur, difermentasikan, daya serap airnya

tinggi, elastis dan mudah digiling. Karakteristik ini menjadikan tepung terigu

hard wheat sangat cocok untuk bahan baku roti, cake, mie dan pasta karena

sifatnya elastis dan mudah difermentasikan. Tepung hard flour ini mempunyai

sifat-sifat :

a. Mampu menyerap air dalam jumlah yang relative tinggi dan drajat

pengembangan yang tinggi.

b. Memerlukan waktu pengadukan yang lama

c. Memerlukan hanya sedikit ragi.

2. Medium flour (terigu protein sedang)

Jenis terigu medium wheat mengandung 10%-11%. Sebagian orang

mengenalnya dengan sebutan all-purpose flour atau tepung serba guna. Dibuat

dari campuran tepung terigu hard wheat dan soft wheat sehingga

karakteristiknya diantara kedua jenis tepung tersebut. Tepung ini cocok untuk

membuat adonan fermentasi dengan tingkat pengembangan sedang, seperti

donat, bakpau, wafel, panada atau aneka cake dan muffin.

9 3. Soft Flour (terigu protein rendah)

Tepung ini dibuat dari gandum lunak dengan kandungan protein gluten 8%-

9%. Sifatnya, memiliki daya serap air yang rendah sehingga akan

menghasilkan adonan yang sukar diuleni, tidak elastis, lengket dan daya

pengembangannya rendah serta penggunaan ragi yang banyak. Cocok untuk

membuat kue kering (cookies/biscuit), dan kue-kue yang tidak

memerlukan proses fermentasi. Jenis tepung lunak memiliki persentase gluten

yang rendah, adonan kurang elastis dan tidak baik menahan gas. Tetapi tepung

lunak ini memerlukan energi yang lebih kecil dalam pencampuran dan

pengocokan adonan dibandingkan dengan jenis tepung keras.

c. Margarine

Merupakan margarin sintetis, terbuat dari lemak nabati. Margarin dapat

digunakan dalam jumlah yang sama dengan mentega sepanjang kadar airnya

diperhatikan. Margarin ada yang asin, ada pula yang tawar. Jumlah garam

harus dikurangi jika menggunakan margarin atau mentega yang mengandung

garam (asin). Margarine digunakan sebagai pengganti mentega (butter) karena

memiliki komposisi hampir sama dengan mentega. Bahan baku utama

pembuatan margarine adalah minyak cair, minyak nabati, antara lain minyak

yang diambil dari kelapa, kelapa sawit, biji kapas, jagung, kedelai, kacang, dsb.

Margarine dibuat dengan mencampur lemak dengan bahan tambahan yang

dapat dilarutkan dalam air, termasuk susu skim (susu yang telah diambil kepala

susunya). Campuran itu kemudian dikocok kuat-kuat sehingga membentuk

emulsi (larutan kental).

10 d. Gula

Gula diperlukan pada pembuatan patiseri dengan fungsi utama adalah

sebagai bahan pemanis, bahan nutrisi untuk dalam melakukan proses

fermentasi, membantu proses pembentukan krim, membantu dalam

pembentukan warna kulit roti yang baik dan menambahkan nilai gizi pada

produk. Gula juga memberikan efek melunakkan gluten sehingga cake yang di

hasilkan lebih lembut.

Persentase pemakaian gula pada setiap produk selalu berbeda. Untuk

penggunaan pada produk bakery biasanya berkisar antara 2% - 20%. Adonan

roti yang dibuat tanpa adanya gula akan menyebabkan roti berkembang kurang

baik, dan sebaliknya kalau terlalu banyak gula dipakai, akan menyebabkan

adonan berkembang dengan lambat. Roti akan menjadi terlalu lembut dan

mudah gosong. Gula yang tersisa setelah proses fermentasi disebut sisa gula

yang akan memberikan warna pada kulit roti dan rasa pada roti. Gula memiliki

sifat higroskopis (kemampuan menahan air), sehingga dapat memperbaiki daya

tahan roti selama penyimpanan. Pada pembuatan roti manis, gula yang

digunakan sebanyak 10% - 30% dan optimum pada kisaran 15% - 25% dari

berat tepung (Wayne zgisslen,2013). Pada pembuatan roti tawar, gula yang

digunakan lebih sedikit jumlahnya karena gula tersebut hanya berfungsi

sebagai bahan nutrisi bagi kamir dan tidak untuk memberikan rasa manis.

Pencampuran gula yang tidak merata dan terlalu banyak akan menyebabkan

bintik-bintik hitam pada kulit roti dan membentuk lubang besar atau kantung

udara pada produk roti.

11

e. Garam

Garam adalah suatu zat berbentuk padat, kristal, dan berwarna putih yang

merupakan hasil dari laut. Garam didapatkan dengan cara mengeringkan air

laut sehingga didapatkan kristal-kristal mineral berasal dari air laut. Garam

sendiri mempunyai rasa asin. Rasa asin didapatkan dari air laut yang asin.

Penambang garam biasanya memanfaatkan sinar matahari terik untuk

mengeringkan air laut. Garam yang sudah dikemas dan dijual di pasaran

umumnya berbentuk serbuk atau bongkahan dalam plastik. Garam juga terdiri

dari bermacam-macam, namun yang familiar adalah garam masak dan garam

halus atau garam meja. Garam masak berbentuk kristal atau serbuk dengan

warna kurang putih. Umumnya kandungan iodiumnya tidak setinggi garam

meja atau garam halus. Garam halus atau garam meja biasanya berbentuk lebih

halus dan memiliki iodium yang tinggi namun rasanya kurang asin.

2. Bahan Tambahan

a. Pewarna Makanan

Pewarna makanan yang digunakan ada 2 macam yaitu pewarna makanan

alami dan pewarna makanan buatan. Pewarna makanan alami ini diperoleh dari

bahan seperti buah – buahan, sayuran, atau bunga yang menghasilkan zat

warna atau pigmen. Jika menggunakan pewarna alami ini sudah pasti aman

bagi tubuh, namun terkadang warna yang dihasilkan bila dicampur dengan

bahan masakan atau adonan memberikan hasil warna yang kurang menarik.

12 Sedangkan pewarna buatan atau Pewarna-pewarna sintetis merupakan

sumber utama perwarna-pewarna komersial. Ada 2 macam pewarna sintetis

yaitu FD & C Dyes dan FD & C Lakes.

a. FD & C Dyes

Dyes adalah zat warna yang larut air dan diperjual belikan dalam bentk

serbuk, granula, cairan, campuran warna, pasta dan dispersi. Dyes tidak dapar

larut hampir dalam semua jenis pelarut-pelarut organik. Jika akan dipakai

dalam makanan yang tidak mengandung air, zat warna ini dapat dilarutkan dulu

dalam gliserin atau propilen glikol. Zat warna ini stabil untuk berbagai macam

penggunaan dalam makanan dan minuman. Dyes pada umumnya dapat

digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti dan

kue-kue, dry mixes, confectionery, produk-produk susu, kulit sosis, dan lain-

lain. Tiap jenis penggunaan memerlukan dyes dalam bentuk tertentu, misalnya

bentuk serbuk atau granula untuk mewarnai minuman ringan, pasta atau

dispersi untuk roti, kue dan confectionery, dan cairan untuk dairy products.

Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan

larutannya dapat mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah

propilenglikol, gliserin atau alkohol. Dye dapat juga diberikan dalam bentuk

kering apabila proses pengolahan produk tersebut kemudian ternyata

menggunakan air.

b. FD & C Lakes

Pewarna-pewarna ini dibuat dengan jalan melapisi alumunium hidrat

dengan FD & C Dye. Konsentrasi pewarnanya bervariasi antara 10-40%.

13 Penggunaannya terutama untuk sistem dispersi berminyak atau produk-produk

yang kadar airnya terlalu rendah untuk dapat melarutkan dye, misalnya tablet,

tablet yang diberi coating/pelapisan, icing, pelapis fondant, pelapis-pelapis

berminyak, campuran adonan cake dan donut, permen, permen karet, dan lain-

lain. Lakes pada umumnya bersifat lebih stabil daripada dye. Sampai saat ini

FDA belum menetapkan peraturan-peraturan pemakaian lakes untuk makanan;

semua pewarna lakes masih termasuk daftar provesional (belum disetujui

untuk dimasukkan ke dalam daftar permanen pewarna-pewarna untuk

makanan) terkecuali FD & C Red No. 40 Lake.

Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui proses pengendapan dan absorbsi

dye pada bahan dasar (substrat) yang tidak larut dalam air, yaitu alumina. Lakes

tidak larut dalam air, alkohol dan minyak. Pemakaiannya dapat dengan

mendispersikan zat warna tersebut dalam serbuk makanan dan pewarnaan akan

terjadi, seperti halnya mencampurkan pigmen ke dalam cat.

Umumnya kadar dye dalam lakes berkisar antara 10 sampai 40%. Makin

tinggi kadar dye akan menghasilkan warna yang lebih tua. Umumnya lakes

digunakan dalam produk-produk makanan yang mengandung minyak dan

dalam produk yang kadar airnya rendah sehingga tidak cukup untuk

melarutkan dye. Lakes ini umumnya mempunyai stabilitas yang lebih baik

daripada dyes dalam hal stabilitas terhadap pengaruh cahaya, kimia dan panas.

C. Kajian Teknik Pengolahan

Teknik olah merupakan salah satu cara yang digunakan dalam proses

pembuatan produk dari awal berupa bahan mentah hingga menjadi produk atau

14 makanan yang siap dikonsumsi. Pada pengembangan produk ini adalah all in

method dengan teknik olah baking.

Baking adalah salah satu teknik olah dengan menggunakan udara yang ada

di dalam oven, suhu yang tinggi membuat ruang dalam oven menjadi panas

dan bisa membuat suatu produk makanan menjadi matang, namun perkiraan

waktu juga harus sesuai agar hasil menjadi sempurna. Oven dapat dipanaskan

dengan api, aliran listrik, dan gelombang elektromagnetik (microwave oven).

D. Kajian Teknik Penyajian

Teknik penyajian dilakukan untuk menyimpan makanan agar lebih teratur

dan menarik. Bahan tambahan berupa garnish dapat ditambahkan dalam

penyajian makanan. Garnish selain mempunyai pengertian menghias juga

memiliki pengertian hias. Pengertian garnish adalah bahan-bahan tambahan

yang dibutuhkan pada bahan makanan pokok, yang disajikan secara terpisah

dan berfungsi sebagai hiasan yang menarik. Fungsi garnish adalah membuat

makanan tampak lebih cantik dan menarik serta menggugah selera. Sekarang

ini, dekorasi pada makanan bukan lagi hanya sebagai pelengkap, melainkan

sudah menjadi tolak ukur prestise. (Kanisius., 2008: 9). Dalam pengembangan

produk ini produk yang menggunakan teknik penyajian pada hidangannya

adalah sebagai berikut:

1. Plating

Plating Art adalah sebuah bentuk seni terhadap penyajian penampilan

makanan yang di sajikan cantik karena adanya perbedaan komposisi, tekstur,

warna dan keseimbangan disetiap elemen makanan sehingga membuat mata

15 mengubah rasa menjadi enak. Plating art yaitu tentang presentasi makanan

untuk meningkatkan keinginan dan kesan terhadap makanan sehingga

meninggalkan memori yang baru. (Logan, 2015).

Plating Art memiliki enam Finer Points yaitu Emphasis merupakan

bahan utama dalam hidangan harus mengambil ruang lebih besar di atas

piring dan menarik mata, Contrast yaitu dengan menerapkan kontras bentuk

dan warna disamping satu sama lain untuk daya tarik visual, Texture yaitu

berbagai tekstur hidangan harus terlihat dalam komponen di atas piring,

Balance yaitu keseimbangan dalam berpikir tentang piring secara

keseluruhan dan menghindari bobot satu sisi lebih berat dari yang lain, Color

yaitu dengan memilih melengkapi warna atau membuat titik fokus dengan

satu warna cerah, dan Simplicity yaitu kekosongan kepadatan dengan

menggunakan beberapa elemen yang diperlukan untuk hidangan sehingga

merasa lengkap. (Larson, 2014)

2. Kemasan

Klasifikasi kemasan bermacam-macam, salah satunya yaitu berdasarkan

struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan). Berikut

penjelasannya.

a) Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau

membungkus bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman,

bungkus tempe.

16 b) Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi

kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah

susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang

tempe dan sebagainya.

c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah

kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk

pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus,

dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan

setelah itu ke dalam peti kemas

E. Uji Kesukaan

Sasaran dalam uji kesukaan ini adalah mahasiswa teknik boga yang sudah

menempuh mata kuliah Pengendalian Mutu Pangan dan calon konsumen.

Pemilihan mahasiswa teknik boga dengan kriteria khusus dimaksudkan karena

mahasiswa tersebut telah memperoleh dasar-dasar ilmu penilaian sensoris

terhadap suatu makanan. Uji kesukaan dilakukan pada uji panelis terbatas dan

pameran., dan diharapkan dapat memberikan penilaian yang valid. (Nani

Ratnaningsih., 2010: 3)

F. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir merupakan suatu cara untuk membentuk suatu penalaran

dan menjelaskan tahapan-tahapan pengembangan produk dan tetap mengacu

pada dasar produk acuan yang telah dibuat. Terkait dengan pengembangan

produk ini disusunlah kerangka pemikiran dengan tujuan agar tetap mengacu

pada dasar yang telah dibuat. Kerangka pemikiran ini dibuat untuk mengetahui

17 kekurangan dan kelebihan dari Tepung Jagung dan untuk pengembangan

produk Bakpia Ulir.

Tepung Jagung Bakpia Ulir

Kekurangan Kelebihan Kelebihan 1. Mudah Kekurangan 1. Banyak 1. Masih sedikit dicampur 1. Rasa yang digemari

orang yang dengan bahan dominan 2. Bahan yang sadar akan lain dengan manis digunakan manfaat tepung 2. Bebas gluten 2. Mudah hancur mudah didapat ini 3. Kaya nutrisi 3. Teknik olah 4. Rendah lemak mudah.

5. Mudah didapat 4. Dapat

dan harga dikonsumsi murah kapanpun

Pemanfaatan Tepung Jagung dalam pembuatan Bakpia Ulir

Memperoleh formula yang Memperoleh teknik olah Mengetahui daya terima tepat yang tepat dan gizi

Produk Bakpia Ulir Jagung yang diterima masyarakat

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Berpikir

18