ANALISIS MAKNA EMOTIF DALAM PEPATAH NASIHAT BAHASA MELAYU SERDANG

TESIS

Oleh : JUAIRI HIKMAH NIM : 097009035/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Universitas Sumatera Utara ANALISIS MAKNA EMOTIF DALAM PEPATAH NASIHAT BAHASA MELAYU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora Pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh : JUAIRI HIKMAH NIM : 097009035/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Universitas Sumatera Utara Judul : Analisis Makna Emotif dalam Pepatah Nasihat

Bahasa Melayu Serdang

Nama Mahasiswi : Juairi Hikmah

Nomor Induk : 097009035

Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Linguistik

Menyetujui Komisaris pembimbing

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.Ph.D) (Dr. Mahriyuni, M.Hum) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.Ph.D) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE)

Tanggal Lulus: 17 Desember 2011

Universitas Sumatera Utara Telah Diuji pada

Tanggal 17 Desember 2011

______

Panitia penguji tesis:

Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A.Ph.D

Anggota : 1. Dr. Mahriyuni, M.Hum

2. Dr.Eddy Setia, M. Ed. TESP

3. Dr. T. Thyrhaya Zein, MA

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis makna emotif dalam pepatah Bahasa Melayu Serdang (BMS), yang dituturkan oleh Masyarakat Melayu Serdang (MMS) di daerah Pantai Cermin. Studi ini memokuskan pada makna emotif dalam pepatah BMS, yaitu bagaimana makna emotif yang terdapat dalam pepatah berdasarkan pada emosi dasar Melayu, menemukan makna tersirat dalam pepatah, dan menelaah makna emotif dan perangkat emotif yang dominan dalam pepatah BMS dalam mempengaruhi jiwa, sikap, karakter, cara berbicara, bersopan-santun, cara berpikir, dan bergaul dalam masyarakat. Teori yang digunakan adalah teori semantik kognitif. Teori ini berhubungan dengan emosi dan pikiran. Teori semantik untuk menelaah emosi digunakan perangkat fonetik (tekanan suara dan hembusan nafas yang kuat), perangkat leksikal (bahasa figuratif/kias yang menajamkan arti dan membandingkan), dan perangkat sintaksis (pengulangan kata, arahan kata, urutan kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata keterangan). Sumber data yang digunakan adalah emosi dasar Melayu Serdang (kajian terdahulu), dan pepatah BMS. Data diambil melalui instrumen penelitian, dan rekaman suara informan. Data diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif. Berdasarkan pepatah BMSB yang diperoleh, berjumlah 93 (Sembilan puluh tiga) pepatah, yang berfungsi untuk menasihati antara orang tua dengan anak, dan antar sesama warga. Selain itu pepatah berfungsi untuk menyindir, memperingatkan, berdiplomasi,dan memuji. Analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasikan pepatah berdasarkan pada acara adat pernikahan, khitan/Sunat Rasul, khatam Al-Qur’an ke dalam perangkat emotif, dan menginterpretasikan bahasa figuratif atau metafora leksikal yang digunakan dalam pepatah BMS. Hasil analisis makna emotif berdasarkan pada emosi dasar Melayu dan perangkat emotif, diperoleh makna emotif senang ada 39, sedeh ada 13, marah ada 22, benci ada 4, malu ada 6, takut ada 5, dan bosan ada 6 pepatah. Perangkat emotif fonetik ada 16, perangkat leksikal ada 93, dan perangkat sintaksis ada 29 pepatah. Makna emotif dalam pepatah BMS memengaruhi sikap, karakter, dan cara berbicara seseorang dalam kehidupan. Dari jumlah yang dipaparkan makna emotif senang dan perangkat leksikal adalah yang dominan dalam pepatah BMS. Emosi Melayu dipengaruhi oleh keadaan alam, tempat tinggal, dan tumbuh- tumbuhan disekitarnya. Bahasa Melayu melambangkan bangsanya. Bahasa Melayu selalu menngunakan bahasa figuratif dan metafora leksikal untuk membandingkan dan menajamkan arti, serta untuk membuat bahasa Melayu lebih sopan, halus, dan lembut. Pepatah BMS tidak hanya memiliki makna kebahasaan, tetapi juga menggambarkan nilai-nilai budaya, jiwa, karakter yang positif yang bercondong pada ajaran Islam. Hal ini menjadi pedoman hidup bagi MMS khususnya, untuk manusia pada umumnya. Selain itu berguna untuk membentuk kepribadian baik yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Kata Kunci: pepatah, makna emotif, perangkat fonetik, perangkat leksikal, perangkat sintaksis

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

This research analysis emotive meaning of Pepatah in Serdang Malay Language (SML). It is spoken by Serdang Malay Community (SMC) in Pantai Cermin. This study focuses on the emotive meaning of Pepatah in SML, they are: what kinds of emotive meanings of pepatah based on the basic Malay emotive, find the inside meaning of pepatah find the emotive meaning, and find the dominant emotive meaning of Pepatah in SML influencing the soul, character, the way of speaking, politeness, the way of thinking, and friendness in community. This research uses cognitive semantic theory which relate to the emotion and mindset .The semantic theory which analyses emotion uses the phonetic device (the stress and strong aspiration), lexical device (figurative or metaphor to compare and intensify of meaning), and syntax device (word reduplication, word mobility, word parallel in verb, adjective or adverb). This research uses the basic Malay emotion of Serdang (the previous research), and Pepatah in SML as the source of data. Data is taken from research instrument, interview, and informan, processed by descriptive qualitative method. Based on the data, there are 93 Pepatah which function as advice between parents and children, and among communities in their daily life of them. In addition, its function as allusion, warning, diplomacy, and praise. The analysis is done by classifying pepatah based on cultural ceremony i.e. wedding ceremony, khitan/sunat Rasul, khatam Al-Qur’an), in emotive device and interprate the figurative or metaphor of Pepatah in SML. Analysis of emotive meaning based on the basic Malay emotion and emotive device are 39 data of senang , 13 data of sedeh , 22 data of marah, 4 data of benci 4, 6 data of malu 6, 5 data of takut 5, and 6 data of bosan emotives. There are 16 data of Phonetic device, 93 data of lexical device, and 29 data of syntax device. The amount which is described, emotive meaning in senang and lexical device are dominated in Pepatah in SML. Malay emotion is influenced by the condition of nature, residence, and the plants around it. Malay language symbolize nation. Malay language always uses figurative and lexical metaphor to compare and intensify the meaning, as well as makes Malay language is more polite, and softer. Pepatah in SML not only has language meaning, but it also describes the values of culture, soul, positive character which tendence to the education of Islam (moslem). It becomes way of life specially to the Malay communities, and to the human life in general. In addition, it is for perform good character of teenagers for the country.

Key words: pepatah, emotive meaning, phonetic device, lexical device, syntax device

Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN ANALISIS MAKNA EMOTIF DALAM PEPATAH NASIHAT BAHASA MELAYU SERDANG

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi- sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangaan yang berlaku.

Medan, 17 Desember 2011

Juairi Hikmah

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya tulisan ini dapat selesai dengan baik. Tulisan yang berjudul Analisis

Makna Emotif dalam Pepatah Nasihat Bahasa Melayu Serdang, merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Magister Humaniora.

Analisis semantik dan emotif dengan judul ”Analisis Makna Emotif dalam

Pepatah Nasihat Bahasa Melayu Serdang” merupakan penelitian yang menganalisis makna emotif melalui tekanan suara dan hembusan nafas yang kuat pada saat mengucapkan pepatah, makna emotif yang tersirat dari pepatah melalui bahasa figuratif atau metafora yang dipakai, dan dari urutan kata kerja, kata sifat, kata keterangan yang disusun secara pararel atau adanya arahan kata dalam pepatah yang menajamkan arti atau maksud. Pepatah berpengaruh dalam kehidupan sosial

Masyarakat Melayu Serdang.

Akhir kata, kiranya tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang membangun untuk penulisan tesis ini penulis harapkan dari pembaca

Medan, 17 Desember 2011 Penulis,

Juairi Hikmah

Universitas Sumatera Utara UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya tulisan ini dapat selesai dengan baik. Tulisan ini berjudul: Analisis

Makna Emotif dalam Pepatah Nasihat Bahasa Melayu Serdang.

Tesis ini ditulis sebagai tugas akhir untuk mencapai gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

(USU).

Penulis merasa bersyukur karena tulisan ini akhirnya dapat selesai juga setelah menjalani beberapa hambatan yang sangat berat, dan terwujud dalam bentuk tesis.

Tulisan ini dapat selesai atas adanya bantuan moril dan materil dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: Prof. T. Silvana

Sinar, MA, Phd., selaku pembimbing I dan sekaligus Ketua Program Studi S2

Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU), atas kesabaran, kepedulian, arahan, motivasi, bantuan moril dan materil, dan waktu yang disediakan beliau untuk memberikan bimbingan pada penulis untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Rasa hormat dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepad Dr. Mahriyuni,

M.Hum selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaraan dan kasih sayang, mengerti dan memahami kesulitan yang dialami penulis baik dalam hal penelitian dilapangan dan studi pustaka, memotivasi agar penulis terus

Universitas Sumatera Utara semangat dan melanjutkan penulisan tesis ini sampai selesai, dan banyak hal lagi yang dilakukan beliau untuk kesempurnaan dan selesainya tesis ini.

Peneliti juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor USU, Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.Ak. yang

telah mengizinkan penulis untuk menjadi mahasiswa Pasca Sarjana Universitas

Sumatera Utara (USU).

2. Dirjen Dikti yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

memperoleh beasiswa S2 di Sekolah Pasca Sarjana USU.

3. Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. Ir.

A. Rahim Matondang, MSIE, yang telah memberikan kesempatan pada penulis

untuk kuliah dan menambah ilmu pengetahuan di bidang linguistik.

4. Dr.Eddy Setia, M. Ed. TESP, selaku dosen penguji I, yang telah menyediakan

waktu dan kritikan-kritikan tajam dan membangun yang menyempurnakan tesis

ini menjadi suatu karangan ilmiah yang benar.

5. Dr. T. Thyrhaya Zein, MA, selaku dosen penguji II, yang telah memberikan

kesediaan waktu, kritikan-kritikan yang membangun, dan informasi yang

berhubungan dengan lokasi penelitian.

6. Dosen-dosen Sekolah Pasca Sarjana USU yang telah memberikan ilmu yang

tidak terhingga dan tak dapat tergantikan dalam bentuk materi pada penulis

sehingga ilmu dan wawasan penulis bertambah.

7. Staf pegawai Sekolah Pasca Sarjana USU dan Pusat bahasa USU yang telah

membantu penulis dalam hal urusan administrasi dan perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara 8. Informan-informan dalam penulisan tesis ini, yaitu: Bapak Zainuddin, Bapak

Dtk. Sayuti A.S, Bapak H. Asraruddin S.os/Hasanuddin M.Z, Bapak T.

Syahruardy, Bapak Drs. Muhammad Takari Jilin, M.Hum, Ph.D, Bapak Drs.

Shafwan Hadi Umry, M.Hum, dan Bapak Azrai, SS. MSP, atas semua bantuan,

motivasi, ide yang positif, terutama informasi yang akurat tentang pepatah

sebagai data dalam tesis ini.

9. Ibu ku tercinta, Hj. Halimah, orang tua ku, tinggal satu-satunya di dunia, yang

selalu memberikan do’a dan dukungan yang tak henti-hentinya, walau dalam

keadaan apapun beliau tak pernah putus asa. Ibu ku yang menjadi motivasi utama

sehingga penulis bertekad mengikuti test untuk beasiswa di sPs USU. Apapun

yang penulis raih di sPs USU, hal itulah yang akan penulis sembahkan buat Ibu

ku agar bisa tersenyum senang dan bahagia. Tersenyumlah mak, anak mu sudah

di penghujung perjuangan meraih kesuksesan. Terima kasih juga buat kakak dan

abang penulis yang selalu membantu dalam banyak hal sehingga penulis merasa

tegar dalam menjalani hidup.

10. Teman-teman ku: Erni, Pak Sulaiman, Tanti,Yelly, dan Dewi, takkan pernah ku

lupakan hal-hal manis yang pernah kalian berikan dalam hidup Ku terutama

dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Takkan pernah ku lupakan bantuan yang diberikan oleh adik angkat ku yaitu:

Otto dan Chandra yang telah bersedia membantu dan menemani penulis dalam

melakukan penelitian ke lokasi penelitian.

Universitas Sumatera Utara Ucapan terima kasih ini, masih banyak lagi yang ingin disampaikan penulis kepada banyak pihak. Mereka telah membantu penelitian dan penulisan penelitian ini sehingga menjadi sempurna. Banyak pihak tersebut tidak mungkin disebutkan oleh penulis satu persatu. Semoga kebaikan dan bantuan kalian yang diberikan kepada penulis hanya Allah yang bisa membalasnya.

Medan, 17 Desember 2011

Penulis,

Juairi Hikmah

Universitas Sumatera Utara RIWAYAT HIDUP

I. Biodata:

Nama lengkap : Juairi Hikmah Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 6 Juli 1975 NIM : 097009035 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Golongan Darah : A Alamat : Jl. Brigjend Zein Hamid Km. V Gg. Keluarga No. 14 Medan Pekerjaan : Staf Pengajar Tetap Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer TRIGUNA DHARMA Medan II. Riwayat Pendidikan Formal : 1. SDN 060900 Medan, Tahun 1988 2. SMPN 2 Medan, Tahun 1991 3. SMEA AL-AZHAR Medan, Tahun 1994 4. D3 Sekolah Tinggi Bahasa Asing Swadaya Medan, Tahun 1997 5. D1 Medan Politeknik, Tahun 1999 6. S1 Universitas Muslim Nusantara Medan, Tahun 2001

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………...... i

ABSTTRACT ………………………………………...ii

PERNYATAAN ...... iii

KATA PENGANTAR ………………………………………..iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...... …………………………………...v

RIWAYAT HIDUP ………………………………………..ix

DAFTAR ISI …………………………………...... x

DAFTAR SINGKATAN ....………………………………...... xvi

DAFTAR BAGAN ...... ………………………………..xvii

DAFTAR TABEL ……………………………………..xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………..1

1.2. Identifikasi Masalah ………………………………………..7

1.3. Batasan Masalah ………………………………………..7

1.4. Rumusan Masalah ………………………………………..7

1.5. Tujuan Penelitian ………………………………………..8

1.6. Manfaat Penelitian ………………………………………..8

1.6.1. Manfaat Teoretis ………………………………………...8

1.6.2. Manfaat Praktis ………………………………………...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengantar ……………... ……………………………………….10

Universitas Sumatera Utara 2.2. Latar Belakang Sosial Budaya Melayu Serdang ………....…...... 10

2.2.1. Gambaran Umum Desa Besar II Terjun …………………….12

2.2.1.1. Kabupaten Serdang Bedagai………………………..12

2.2.1.2. Kecamatan Pantai Cermin…………………………..15

2.2.2. Pengertian Bahasa Melayu …………………………..19

2.2.3. Sekilas Tentang Folklor .………………………………. …..20

2.2.4. Sastra lisan Melayu ………………………………………23

2.3. Pengertian Emosi ……….. ………………………………...... 25

2.3.1. Emosi Dasar Masyarakat Melayu Serdang ..………………..27

2.3.2. Makna Emotif dari Emosi Dasar Masyarakat Melayu

Serdang………………………………………………………28

2.3.3. Teori Semantik Kognitif…… …………………….………..33

2.3.4. Makna Emotif ……..…………………….………………….36

2.3.4.1.Overtone Emotif……………………………………..37

2.3.4.2. Sumber-sumber Overtone Emotif.....…………...... 39

2.3.4.3 Perangkat Emotif (Emotive Device)..………………..40

2.4. Aspek – aspek Makna …………..……………..…………………..42

2.5. Pepatah………...………. …………………..………………………45

2.5.1. Jenis-Jenis Pepatah ……... …………..……………………...46

2.5.2. Kedudukan dan Fungsi Pepatah ……….…………..……….47

2.5.2.1. Nasihat…… … ……………….……………………..48

2.5.2.2. Sindiran halus...……………………………………...48

Universitas Sumatera Utara 2.5.2.3. Pujian……….………………………………………..48

2.5.2.4. Bahasa Diplomasi...….…………………………...... 49

2.6. Kajian Terdahulu ………………………………………………...49

2.6.1. Pepatah-Petitih Dalam Bahasa Dayak Ngaju oleh

Iper, Dkk, 1997 ……………………………………………..49

2.6.2. Emosi Melayu (Pepatah Melayu: Hubungan Antara

Emosi Melayu Dengan Pemikiran Sufisme) oleh

Awang, Dkk, 2005…………………………………………...51

2.6.3. Representasi Ideologi Masyarakat Melayu Serdang dalam

Teks Situasi dan Budaya oleh T. Thyrhaya Zein ,2009………52

2.6.4. Konfigurasi Medan Leksikal Emosi Bahasa Melayu

Serdang oleh Mahriyuni, 2009…………………………...... 54

2.6.5. Ciri Akustik Bahasa Melayu Serdang (BMS) oleh

T. Silvana Sinar dan T. Syarfina, 2010……………………...55

2.6.6. Ungkapan Verbal Etnis Melayu dan Pemeliharaan

Lingkungan oleh T. Silvana Sinar, 2010………………...... 56

2.6.7. Pergeseran Leksikon Kuliner Melayu Serdang

Terhadap Remaja Perbaungan Kabupaten Serdang

Bedagai oleh Sinar, 2011 ……………………………………58

2.6.8. Pergeseran Pepatah Nasihat pada Remaja

Melayu Serdang oleh Sinar,T.S, dkk ,2010 ……………….59

Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian…… ……….…………………………………..60

3.2. Lokasi Penelitian………..…..………………………………………62

3.3. Sumber data………………………………………………………...62

3.4. Instrumen Penelitian …………………...…………………………..62

3.5. Teknik Pengumpulan Data…………………..……………………..63

3.6. Teknik Analisis Data ………..………...……………………...... 64

3.6.1. Reduksi Data ……………………………………………….64

3.6.2. Model data (Display Data) ...………………………………..65

3.6.3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan …………………………...66

BAB IV PAPARAN DATA

4.1. Pengantar ………………..……………………………………...68

4.2.Kumpulan Pepatah Bahasa Melayu Serdang

(BMS) Berdasarkan Jenis, Fungsi, dan Artinya dalam Acara

Ada Pernikahan …………...………………………………………..68

4.3. Kumpulan Pepatah BMS Berdasarkan Jenis, Fungsi,

dan Artinya dalam Acara Adat Khatam Al-Qur’an.…..…………..71

4.4. Kumpulan Pepatah BMS Berdasarkan Jenis Fungsi

dan Artinya dalam Acara Adat Khitan/Sunat Rasul .…..…………..73

4.5. Kumpulan Pepatah BMS Berdasarkan Jenis Fungsi

Dan Artinya yang Sudah Modern dalam

Kehidupan Masyarakat……………………………………………..75

Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

5.1. Pengantar ………………...……………………………………..77

5.2. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada

Upacara Pernikahan, Khatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul

Adat Melayu Menggunakan Perangkat Fonetik…...... 77

5.3. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS

pada Upacara Pernikahan, Khatam Al-Qur’an Adat

MelayuMenggunakanPerangkat Leksikal...... 83

5.4. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS

pada Upacara Pernikahan, Khatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul

Al-Qur’an Adat Melayu Menggunakan Perangkat Sintaksis...... 111

5.5. Makna dan Perangkat Emotif yang Dominan dalam Pepatah

BMS dalam Upacara Pernikahan Khatam Al-Qur’an

dan Sunat Rasul Adat Melayu……………………………………119

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan ……………..…………………………………...... 131

6.2. Saran ……………………………..…………………………...... 133

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………135

LAMPIRAN

Lampiran 1: Gambar Rumah Balai Adat Desa Besar II Terjun Kecamatan

Pantai Cermin ………………………………………………………..139

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2: Instrumen Penelitian ……………………………………………...... 140

Lampiran 3: Lembar Biodata Informan …………………………………………...150

Lampiran 4: Tabel Analisis Penelitian Pepatah BMS……………………………...153

Lampiran 5: Surat Pengantar Penelitian …………………………………………...172

Lampiran 6: Surat Izin Penelitian dari Kelurahan………………………………….173

Lampiran 7: Surat Keterangan Selesai Penelitian………………………………….174

Universitas Sumatera Utara DAFTAR SINGKATAN

MMS : Masyarakat Melayu Serdang

BMS : Bahasa Melayu Serdang

MS : Masyarakat Serdang

MM : Masyarakat Melayu

MS : Melayu Serdang

BM : Bahasa Melayu

Universitas Sumatera Utara DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Proses Pengumpulan Data : Model Interaktif …………………………….61

Bagan 2: Komponen Analisis Data Model Interaktif ……………………………….67

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis Emosi Dasar MS (Mahriyuni, 2009:147)………..………………….28

Tabel 2. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar…………………..28

Senang MS (Mahriyuni, 2009:142)

Tabel 3. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar…… …………….29

Sedeh MS (Mahriyuni, 2009:142)

Tabel 4. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar…………………..30

Marah MS (Mahriyuni, 2009:147)

Tabel 5. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar….……………….31

Malu MS (Mahriyuni, 2009:147)

Tabel 6. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar…………………..31

Benci MS (Mahriyuni, 2009:148)

Tabel 7. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar…………………..32

Takut MS (Mahriyuni, 2009:148)

Takut 8. Definisi Makna Emosi Tergolong dalam Emosi Dasar…….…………….32

Bosan MS (Mahriyuni, 2009:149)

Tabel 9. Kumpulan Pepatah BMS dalam Acara Adat...……………...... 69

Pernikahan MS

Tabel 10. Kumpulan Pepatah BMS dalam Acara Adat………………...... 72

Khatam Al-Qur’an MS

Tabel 11. Kumpulan Pepatah BMS dalam Acara Adat…………..…………………73

Khitan/Sunat Rasul MS

Universitas Sumatera Utara Tabel 12. Kumpulan Pepatah BMS yang sudah Modern...……..……………………75

Dalam Kehidupan MS

Tabel 13. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Senang…...……………...121

Tabel 14. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Sedeh…..………………..123

Tabel 15. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Marah……..………...... 124

Tabel 16. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Benci..…………………...125

Tabel 17. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Malu……...……………...125

Tabel 18. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Takut…..….……………..126

Tabel 19. Pepatah yang Dominan dalam Makna Emotif Bosan………..……..…….127

Tabel 20. Makna Emotif dan Perangkat Emotif yang Dominan dalam.…..……….128

Pepatah BMS

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis makna emotif dalam pepatah Bahasa Melayu Serdang (BMS), yang dituturkan oleh Masyarakat Melayu Serdang (MMS) di daerah Pantai Cermin. Studi ini memokuskan pada makna emotif dalam pepatah BMS, yaitu bagaimana makna emotif yang terdapat dalam pepatah berdasarkan pada emosi dasar Melayu, menemukan makna tersirat dalam pepatah, dan menelaah makna emotif dan perangkat emotif yang dominan dalam pepatah BMS dalam mempengaruhi jiwa, sikap, karakter, cara berbicara, bersopan-santun, cara berpikir, dan bergaul dalam masyarakat. Teori yang digunakan adalah teori semantik kognitif. Teori ini berhubungan dengan emosi dan pikiran. Teori semantik untuk menelaah emosi digunakan perangkat fonetik (tekanan suara dan hembusan nafas yang kuat), perangkat leksikal (bahasa figuratif/kias yang menajamkan arti dan membandingkan), dan perangkat sintaksis (pengulangan kata, arahan kata, urutan kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata keterangan). Sumber data yang digunakan adalah emosi dasar Melayu Serdang (kajian terdahulu), dan pepatah BMS. Data diambil melalui instrumen penelitian, dan rekaman suara informan. Data diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif. Berdasarkan pepatah BMSB yang diperoleh, berjumlah 93 (Sembilan puluh tiga) pepatah, yang berfungsi untuk menasihati antara orang tua dengan anak, dan antar sesama warga. Selain itu pepatah berfungsi untuk menyindir, memperingatkan, berdiplomasi,dan memuji. Analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasikan pepatah berdasarkan pada acara adat pernikahan, khitan/Sunat Rasul, khatam Al-Qur’an ke dalam perangkat emotif, dan menginterpretasikan bahasa figuratif atau metafora leksikal yang digunakan dalam pepatah BMS. Hasil analisis makna emotif berdasarkan pada emosi dasar Melayu dan perangkat emotif, diperoleh makna emotif senang ada 39, sedeh ada 13, marah ada 22, benci ada 4, malu ada 6, takut ada 5, dan bosan ada 6 pepatah. Perangkat emotif fonetik ada 16, perangkat leksikal ada 93, dan perangkat sintaksis ada 29 pepatah. Makna emotif dalam pepatah BMS memengaruhi sikap, karakter, dan cara berbicara seseorang dalam kehidupan. Dari jumlah yang dipaparkan makna emotif senang dan perangkat leksikal adalah yang dominan dalam pepatah BMS. Emosi Melayu dipengaruhi oleh keadaan alam, tempat tinggal, dan tumbuh- tumbuhan disekitarnya. Bahasa Melayu melambangkan bangsanya. Bahasa Melayu selalu menngunakan bahasa figuratif dan metafora leksikal untuk membandingkan dan menajamkan arti, serta untuk membuat bahasa Melayu lebih sopan, halus, dan lembut. Pepatah BMS tidak hanya memiliki makna kebahasaan, tetapi juga menggambarkan nilai-nilai budaya, jiwa, karakter yang positif yang bercondong pada ajaran Islam. Hal ini menjadi pedoman hidup bagi MMS khususnya, untuk manusia pada umumnya. Selain itu berguna untuk membentuk kepribadian baik yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Kata Kunci: pepatah, makna emotif, perangkat fonetik, perangkat leksikal, perangkat sintaksis

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

This research analysis emotive meaning of Pepatah in Serdang Malay Language (SML). It is spoken by Serdang Malay Community (SMC) in Pantai Cermin. This study focuses on the emotive meaning of Pepatah in SML, they are: what kinds of emotive meanings of pepatah based on the basic Malay emotive, find the inside meaning of pepatah find the emotive meaning, and find the dominant emotive meaning of Pepatah in SML influencing the soul, character, the way of speaking, politeness, the way of thinking, and friendness in community. This research uses cognitive semantic theory which relate to the emotion and mindset .The semantic theory which analyses emotion uses the phonetic device (the stress and strong aspiration), lexical device (figurative or metaphor to compare and intensify of meaning), and syntax device (word reduplication, word mobility, word parallel in verb, adjective or adverb). This research uses the basic Malay emotion of Serdang (the previous research), and Pepatah in SML as the source of data. Data is taken from research instrument, interview, and informan, processed by descriptive qualitative method. Based on the data, there are 93 Pepatah which function as advice between parents and children, and among communities in their daily life of them. In addition, its function as allusion, warning, diplomacy, and praise. The analysis is done by classifying pepatah based on cultural ceremony i.e. wedding ceremony, khitan/sunat Rasul, khatam Al-Qur’an), in emotive device and interprate the figurative or metaphor of Pepatah in SML. Analysis of emotive meaning based on the basic Malay emotion and emotive device are 39 data of senang , 13 data of sedeh , 22 data of marah, 4 data of benci 4, 6 data of malu 6, 5 data of takut 5, and 6 data of bosan emotives. There are 16 data of Phonetic device, 93 data of lexical device, and 29 data of syntax device. The amount which is described, emotive meaning in senang and lexical device are dominated in Pepatah in SML. Malay emotion is influenced by the condition of nature, residence, and the plants around it. Malay language symbolize nation. Malay language always uses figurative and lexical metaphor to compare and intensify the meaning, as well as makes Malay language is more polite, and softer. Pepatah in SML not only has language meaning, but it also describes the values of culture, soul, positive character which tendence to the education of Islam (moslem). It becomes way of life specially to the Malay communities, and to the human life in general. In addition, it is for perform good character of teenagers for the country.

Key words: pepatah, emotive meaning, phonetic device, lexical device, syntax device

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami perubahan kata, bunyi dan tulisan dari zaman ke zaman, namun tetap memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Selain itu bahasa digunakan untuk melihat tingkah laku, pola hidup, keluarga, etnis maupun bangsa. Dalam hal ini, contoh bahasa yang digunakan untuk melihat etnis maupun bangsa adalah bahasa Melayu, yaitu bahasa daerah Pesisir

Timur yang didiami oleh suku Melayu, misalnya pepatah Bahasa Melayu (BM).

Pepatah adalah untaian kata-kata yang berisikan pesan, pandangan hidup, ungkapan isi hati, dan emosi. Pandangan hidup dan nilai moral adalah hal yang terkait dalam ketepatan makna emotif dari setiap individu yang menggunakan pepatah.

Ungkapan emosi Melayu pada orang tua-tua berbeda dengan anak muda sekarang. Orang tua pada masa lalu mengungkapkan emosinya dengan mengunakan pepatah supaya yang mendengar dapat memaknai kata-kata yang diucapkan dan memahami emosi pembicara: apakah emosi sedeh, senang, marah, benci, malu, takut, atau bosan. Sementara, anak muda sekarang dalam mengungkapkan emosinya lebih suka menggunakan makna kata yang langsung daripada menggunakan pepatah. Hal ini dikarenakan mereka tidak perlu lagi berpikir untuk mengerti makna pepatah tersebut karena sudah menggunakan makna kata yang langsung (hasil wawancara

Universitas Sumatera Utara tertutup, 2011). Dalam acara adat-istiadat, pepatah sudah jarang digunakan. Hal ini dikarenakan sudah langkanya Ketua Adat yang memahami dan mengenal pepatah.

Dalam pepatah BM banyak terdapat kata-kata yang mengandung nasihat, pujian, sindiran, atau bahasa untuk berdiplomasi, yang merupakan gambaran cara berpikir Melayu. Seperti Menurut Awang, dkk (2005:61) “Pepatah Melayu merupakan sekelompok frasa atau ayat tersusun rapi dan padat. Ia banyak ditemui dalam kesusasteraan lama yang mengggambarkan cara berpikir bangsa Melayu pada zaman lama”. Menurut Poerwadarminta (2003:869) ”Pepatah adalah peribahasa yang mengandung nasihat dan sebagainya; perkataan (ajaran) orang tua- tua, dan petitih adalah berbagai-bagai peribahasa”.

Hasil wawancara dengan Bapak Zainuddin (informan 1, (2011), mengatakan

“pepatah di daerah Pantai Cermin sudah jarang digunakan oleh muda-mudi, orang tua menasihati anak-anak, bahkan pepatah ini sudah jarang sekali digunakan dalam upacara pernikahan (merisik, meminang, jamu sukut, mengantar pengantin, makan nasi ). Kalaupun ada hal itu hanya sesekali saja dikarenakan sudah langkanya ketua adat di daerah tersebut. Pepatah terkesan kuno, kampungan, ortodok, dan lambat bagi muda-mudi untuk memahami makna pembicaraan orang terhadap lawan bicara, akhirnya mereka malas untuk berpikir.” Hal tersebut di atas, adalah salah satu penyebab jarangnya pepatah dalam bahasa daerah Melayu digunakan saat ini, karena generasi muda Melayu tidak mau lagi melestarikan bahasa Melayu melalui pepatah

(Sinar, 2010). Padahal, pemerintah sebenarnya menggalakkan pengembangan bahasa daerah untuk membentuk moral bangsa seperti yang terdapat dalam Garis-Garis

Universitas Sumatera Utara Besar Haluan Negara (GBHN, 1993:135) bahwa ”Pembinaan dan pengembangan bahasa daerah perlu terus dilanjutkan dalam rangka mengembangkan dan memperkaya perbendaharan Bahasa Indonesia dan khazanah kebudayaan nasional sebagai salah satu unsur jati diri dan kepribadian bangsa. Hal ini perlu ditingkatkan penelitian, pengkajian, dan pengembangan bahasa dan sastra daerah serta penyebarluasannya melalui media”.

Selari dengan beberapa masalah tersebut di atas, pembahasan penelitian ini adalah mengenai Bahasa Melayu (BM) khususnya dalam pepatah nasihat pada upacara adat yang dituturkan oleh Masyarakat Melayu Serdang (MMS), yang berada di Desa Besar II Terjun tepatnya di Dusun 2 Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Deli Serdang.

Pepatah banyak digunakan dalam bergaul, acara adat, seperti adat Resam dalam Melayu. Diantara adat Resam tersebut adalah adat pernikahan, khatam Al-

Qur’an, dan sunat Rasul. Dalam penulisan tesis ini, pembahasannya diputuskan pada makna emotif pepatah Bahasa Melayu Serdang dalam acara adat pernikahan, khatam

Al-Qur’an, dan sunat Rasul.

Menurut Ridwan (2005:206) ”dengan pemahaman struktur bahasa seseorang akan mampu melakukan negosiasi, perintah, pertanyaan, pengarahan (“directive”), percakapan, pengutaraan emosi (“expressions of emotions”) dan sebagainya”.

Penelitian ini dibatasi pada makna emosi MMS yang menggunakan pepatah

Bahasa Melayu Serdang (BMS) dan makna emotif yang dominan dalam pepatah

BMS. Hasil wawancara dengan Bapak Sayuti (informan 2, 2011) bahwa “emosi

Universitas Sumatera Utara Melayu itu tinggi”. Dikuatkan lagi dengan pernyataan dari Asraruddin dan Hasan

(informan 3, 2011) bahwa “emosi Melayu itu tinggi dalam semangat juang, sebagai contoh: dalam semangat perjuangan mempertahankan bangsa Indonesia, diantaranya melalui semangat perjuangan Sumpah Pemuda yang menjadikan bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia, tentunya atas dasar penggunaan bahasa Melayu yang menyebar ke seluruh tanah air pada masa itu”. Hal mengenai emosi sesuai dengan pendapat Awang, dkk (2005:434) mengatakan bahwa “peribahasa yang dipakai oleh orang Melayu berarti berhubungan dalam pengungkapan emosi yang sangat tinggi…”, untuk mengungkapkan emosi tersebut supaya tidak menyinggung perasaan orang lain digunakan kata yang halus dan lembut, diucapkan melalui pepatah.

Pepatah digunakan agar emosi yang diungkapkan, tidak secara terang-terangan supaya orang yang diajak bicara tidak tersinggung serta tidak menimbulkan dendam dalam hati.

Hasil wawancara dengan T. Syahruardy (informan 4, 2011) mengatakan

“Orang Melayu Serdang suka mengatakan sesuatu dengan perumpamaan, menyuruh orang berpikir untuk merangkai kata-kata indah”. Perumpamaan merupakan salah satu bagian dari pepatah Melayu yang sering digunakan, tidak hanya dalam acara adat-istiadat saja tetapi dalam kehidupan sehari-hari untuk menasihati anak-anak mereka untuk bertingkah-laku dan bersopan-santun dalam sikap dan kata. “ Pada masa dulu pepatah diucapkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya, ketua adat terhadap masyarakatnya, raja terhadap rakyatnya, penasihat kerajaan terhadap rajanya, itu semuanya ada artinya (informan 4, 2011)”.

Universitas Sumatera Utara Dari beberapa pendapat di atas, simpulannya adalah setiap pepatah yang diucapkan selalu berhubungan dengan pikiran penutur yang menyampaikan pesan dan lawan tutur yang menerima pesan.

Setiap pepatah yang dipesankan selalu tergantung pada situasi yang sedang dihadapi, supaya pilihan pepatah yang diucapkan selalu bertalian erat dengan masyarakat pemakai bahasa dan, pandangan hidup yang ada dalam masyarakat, serta mengandung nilai-nilai moral yang dapat mengarahkan dan memperbaiki jiwa masyarakat yang menjadi pemakai bahasa tersebut. Pepatah adalah sebagai sarana orang tua untuk menasihati, mengajari dan memberikan peringatan kepada anak- anaknya (muda-mudi), atau untuk mematahkan pembicaraan lawan bicara (Iper, dkk,

1997:2). Hal ini dikarenakan agar setiap pepatah yang diucapkan selalu tepat dengan makna yang dituju sesuai dengan nilai rasa yaitu rasa marah, benci, suka, senang, kecewa, sedih, bahagia. Contoh Pepatah BMS (informan 2, 2011) diantaranya yaitu:

Celaka Ayam, maknanya: marah/sindiran halus, artinya sudah ada rumah tetapi suka bertandang tidur di rumah orang. Tingkah laku ‘ayam’ walaupun sudah disediakan kandang, tetapi tetap saja tidur di kandang bebek atau angsa. Rasa marah/peduli orang tua terhadap anaknya karena tidak bisa dinasihati untuk betah di rumah.

Analisis: kalimat celaka ayam dihubungkan dengan karakteristik manusia yaitu sifat

‘ayam’ disamakan dengan sifat manusia, yang artinya manusia yang dinasehati

(lawan tutur) dengan pepatah tersebut sifatnya sudah hampir sama dengan ‘ayam’ dan yang menasihati (penutur) tingkat emosinya sudah tinggi tetapi masih bisa menahan, sehingga penutur menggunakan kata ‘ayam' untuk ucapan yang lebih meredakan

Universitas Sumatera Utara marah. Dalam pepatah ini penutur menggunakan perangkat leksikal dalam makna emotif yaitu bahasa yang figuratif (kiasan), beroperasi secara eksplisit yaitu menggunakan cara perbandingan. Analisis pepatah tersebut dengan cara menginterpretasikan sifat dan tingkah laku ayam dengan manusia.

Kedudukan pepatah adalah hasil budaya manusia dalam bidang bahasa.

Pepatah dikategorikan ke dalam karya sastra, khususnya sastra Indonesia, pepatah ini merupakan sastra lisan karena digunakan orang pada saat berbicara secara langsung

(Iper, dkk 1997:15). Pepatah dalam penelitian ini, merupakan kajian semantik yang berhubungan dengan makna emotif. Makna emotif dalam kajian ini dikaitkan dengan sikap, karakter, jiwa, budaya dan bahasa Melayu. Ungkapan emosi yang digunakan dalam Bahasa Melayu menggambarkan perilaku masyarakatnya.

Penelitian ini dilakukan karena pentingnya mendokumentasikan dan menganalisis pepatah yang sudah jarang digunakan dalam acara adat maupun dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun, belum ada ditemukan satu bentuk tulisan atau rekaman objektif, dan belum pernah ada yang melakukan penelitian tentang pepatah dalam BMS, peneliti merujuk juga kepada peneliti sebelumnya yang melakukan penelitian tentang pepatah di tempat lain, harapan peneliti hasil penelitian ini dapat mengolah pikir, rasa dan wicara baik bagi anak-anak, remaja, dan orang tua melalui penerapan pepatah yang aktual sesuai permasalahan masa kini untuk tujuan mempertahankan budaya dan kebiasaan berpepatah pada masyarakat BMS.

Dalam penulisan tesis ini digunakan pendekatan ekletik, yaitu gabungan teori linguistik, dengan metode penelitian yang relevan dengan sastra, kebudayaan, dan

Universitas Sumatera Utara penelitian terdahulu mengenai emosi dasar dan kebudayaan Melayu. Teori-teori tersebut digunakan untuk menjadikan analisis makna emotif dalam pepatah BMS dapat dijelaskan secara ilmiah.

1.2. Identifikasi Masalah

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah masalah pepatah BMS yang mencakup tentang: Makna Emotif dalam petatah BMS, Perangkat dan Makna Emotif yang selalu muncul dalam pepatah BMS. Kajian ini mengarah pada kajian semantik.

1.3. Batasan Masalah

Batasan penelitian tentang pepatah BMS di daerah Pantai Cermin yaitu:

“Makna emotif dalam pepatah pada upacara pernikahan, khatam Al-Qur’an dan sunat

Rasul adat Melayu Serdang, Perangkat dan Makna Emotif yang selalu muncul dalam pepatah BMS. Emosi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah emosi senang, marah, sedeh, bosan, benci, takut dan malu.

1.4. Rumusan Masalah

Pepatah dalam MMS khususnya di daerah Pantai Cermin selalu berhubungan dengan adat-istiadat dan gambaran kesopansantunan masyarakatnya. Penelitian ini terfokus pada masalah yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah makna emotif pepatah dalam Bahasa Melayu Serdang?

Universitas Sumatera Utara 2.Perangkat dan makna emotif manakah yang dominan dalam pepatah masyarakat

Melayu Serdang?

1.5. Tujuan Penelitian

Penulisan penelitian ini bertujuan:

1.Mendeskripsikan makna emotif pepatah Bahasa Melayu Serdang ditinjau dari aspek

makna.

2. Mendeskripsikan makna emotif dan perangkat emotif mana yang paling dominan

dalam pepatah BMS.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Teoretis:

Temuan atau hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti:

1. Sebagai bahan rujukan penelitian yang berhubungan dengan Sastra Melayu dalam

kajian Linguistik.

2. Sebagai satu rekaman objektif yang dapat digunakan sebagai studi perbandingan

antara Bahasa Melayu Serdang dan bahasa daerah lain di Indonesia.

3. Sebagai masukan kepada pemerintah setempat untuk menghidupkan kembali

kebiasaan masyarakat menggunakan pepatah dalam kehidupan mereka.

Universitas Sumatera Utara 1.6.2. Manfaat praktis :

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi remaja untuk menyadari dan menerapkan pepatah yang dibuat dalam bentuk Muatan Lokal sebagai salah satu mata pelajaran tambahan di sekolah; Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, atau

Sekolah Menengah Atas, bagi orang tua dan Ketua Adat pepatah nasihat disosialisasikan sebagai acuan pedoman hidup; dalam bergaul, dan bersopan santun dalam berbahasa agar membangun karakter dan moral berbahasa, berbudaya dan adat-istiadat seperti pepatah mengatakan “Adat Menunjukkan Bangsa”.

Universitas Sumatera Utara BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengantar

Penelitian ini berhubungan dengan budaya dan emosi suku Melayu, oleh karena itu dalam tinjauan pustaka, dijelaskan tiga hal yang berkaitan dengan penelitian tentang suku Melayu, yaitu: (1) Sosial Budaya Melayu Serdang Bedagai,

Gambaran Umum Desa Besar II Terjun, Pengertian Bahasa Melayu, Sastra Lisan

Melayu Serdang dan Folklor, (2) Kajian Teori Emosi dan Makna Emotif, dan (3)

Kajian Terdahulu.

2.2. Latar Belakang Sosial Budaya Melayu Serdang Bedagai

Suku Melayu di Sumatera Utara berdomisili di Pesisir Timur Propinsi

Sumatera Utara. Menurut Napitupulu, dkk (1997:108-104), batas-batas daerah domisili suku Melayu di Sumatera Utara adalah sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Daerah Istimewa Aceh, sebelah Selatan berbatasan dengan

Kabupaten Tapanuli Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah

Barat dan Barat Daya berbatas dengan Kabupaten Tanah Karo dan Kabupaten

Simalungun. Di Pesisir Timur Sumatera Utara daerah hunian masyarakat Melayu adalah sepanjang daerah pantai sehingga pada zaman dahulu orang Belanda menyebutnya dengan “de Doskusters”. Kawasan hunian merupakan daerah-daerah yang pada sejarah lampau terdapat kerajaan-kerajaan dan ”Zelfbestuur” Langkat, Deli

Serdang, Bedagai, Batu Bara, Asahan, Pantai Bilah, Kualoh dan Kota Pinang ( Sinar,

2002: 110).

Universitas Sumatera Utara Dalam suku Melayu mempunyai beragam budaya. Kebudayaan itu adalah segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak yang membentuk pola perilaku dan struktur sosial masyarakat. Bahasa merupakan hasil dari kebudayaan, karena bahasa merupakan hasil karya manusia, karya tersebut dipakai terus-menerus sampai sekarang dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Faktor dominan dalam budaya Melayu adalah Bahasa Melayu (BM), karena BM merupakan hasil karya Melayu dalam bentuk pepatah. Pepatah ini sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan maksud hati.

Pada umumnya Masyarakat Melayu (MM) banyak mendiami daerah pesisir pantai, dan mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah nelayan.

Masyarakat Melayu selalu hidup tolong-menolong, bekerja berkelompok, dan bekerja sama. Hidup saling membantu masih menjadi budaya dalam kehidupan mereka, contoh: kalau ada salah satu diantara mereka yang mengalami kesusahan. Dari kehidupan mereka seperti muncul satu pepatah “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” ( informan 1, 2011). Relevan dengan pepatah Dayak Ngaju “Bebehat sama metue, mahiang sama mimbing” (Iper, dkk, 1997:10).

Masyarakat Melayu Serdang adalah masyarakat yang beradat. Adat dilakukan oleh orang yang dituakan dan dihormati. Orang yang dituakan adalah orang yang dinilai mereka orang yang adil, jujur, bijaksana, berani, sabar, pandai, cerdik dan menghargai pendapat orang lain. Semua kegiatan dilakukan berdasarkan adat karena adat Melayu itu seperti yang terdapat dalam pepatah”Adat bersendi hukum syarak,

Universitas Sumatera Utara Syarak bersendi Kitabullah” (Sinar, 2002:17). Kemudian dalam pepatah ”Biar mati anak daripada mati adat” (Rimbunan Petitih Melayu; riesnazasly.blogspot.com) artinya begitu pentingnya adat serta amalannya dalam MM. Dari pola hidup, sosial budaya dan adat yang mempengaruhi kehidupan mereka seperti itu, akhirnya tercipta beberapa pepatah yang melambangkan kehidupan mereka.

2.2.1. Gambaran Umum Desa Besar II Terjun

Sebelum dijabarkan gambaran umum Desa Besar II Terjun, dalam tulisan ini dipaparkan sekilas tentang Kabupaten Serdang Bedagai dan Kecamatan Pantai

Cermin. Hal itu dikarenakan Desa Besar II Terjun merupakan salah satu desa dari dari Kecamatan Pantai Cermin dan bagian dari Kabupaten Serdang Bedagai.

2.2.1.1. Kabupaten Serdang Bedagai

Lambang Kabupaten Serdang Bedagai. Motto: Tanah Bertuah, Negeri Beradat

Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36

Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri.

Universitas Sumatera Utara Bupatinya adalah Ir. H.T. Erry Nuradi, MBA, Wakil Bupati adalah Ir. H.

Soekirman serta Sekretaris Kepala Daerah adalah Ir. H. Djaili Azwar, M.Si. Ketiga pimpinan ini dikenal sebagai pimpinan yang sangat kompak, sehingga menjadikan

Serdang Bedagai menjadi Kabupaten Pemekaran Terbaik di Indonesia, dan

Kabupaten terbaik di Sumatera Utara. Proses lahirnya undang-undang tentang pembentukan Sergai sebagai kabupaten pemekaran merujuk pada usulan yang disampaikan melalui Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Sumatera Utara Nomor 18/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Persetujuan

Pemekaran Kabupaten Deli Serdang. Kemudian Keputusan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 26/K/DPRD/2003 tanggal 10 Maret

2003 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang

Atas Usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten

(Kabupaten Deli Serdang (Induk), dan Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten yang luasnya mencapai 1.900,22 kilometer persegi ini, terdiri atas 243 desa/kelurahan yang berada dalam 13 kecamatan.

Batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dari sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, dari sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dolok

Batunanggar, Raya Kahean dan Silau Kahean di Kabupaten Simalungun, sebelah

Barat berbatasan dengan Sungai Ular dan Sungai Buaya, dan dari sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dolok Batunanggar, Raya Kahean dan Silau Kahean di

Kabupaten Simalungun. Kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai adalah:

Bandar Khalipah, Bintang Bayu, Dolok Masihul, Dolok Merawan, Kotarih, Pantai

Universitas Sumatera Utara Cermin, Pegajahan, Perbaungan, Sei Bamban, Sei Rampah, Serba Jadi, Silinda,

Sipispis, Tanjung Beringin, Tebing Syahbandar, Tebing tinggi, Teluk Mengkudu.

Penduduknya berjumlah 579.499 jiwa atau 131.844 keluarga dengan kepadatan penduduk rata-rata 305 jiwa per kilometer persegi. Dari jumlah penduduk tersebut, tingkat pengangguran terbuka relatif kecil yakni 14.774 jiwa atau sekitar 3 persen. Sementara keragaman budaya yang ada tergambar dari muklti etnis yang ada, yakni Jawa, Melayu, Batak Karo, Batak Simalungun, Karo, Angkola, Mandailing,

Minang, Banjar, Aceh, Nias dan Tionghoa-Indonesia. Potensi terbesar yang dimiliki

Sergei adalah persawahan yang memproduksi 354.355 ton gabah dari luas lahan

68.967 hektar pada tahun 2003. Produksi ini surplus 134.115 ton yang didistribusikan ke berbagai daerah, disusul oleh ubi kayu 272.173 ton (di unduh dari http://www.serdangbedagaikab.go.id). Untuk lebih jelasnya letak geografis

Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat dari peta sebagai berikut:

Peta Lokasi Serdang Bedagai (http://www.serdangbedagaikab.go.id)

Universitas Sumatera Utara 2.2.1.2. Kecamatan Pantai Cermin

Pantai Cermin adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai,

Sumatera Utara, Indonesia. Terdiri dari 12 kelurahan/Desa, yaitu:

- Kelurahan/Desa Ara Payung (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Besar 2 Terjun (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Celawan (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Kota Pari (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Kuala Lama (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Lubuk Saban (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Naga Kisar (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Pantai Cermin Kanan (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Pantai Cermin Kiri (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Pematang Kasih (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Sementara (Kodepos : 20987)

- Kelurahan/Desa Ujung Rambung (Kodepos : 20987)

Pantai Cermin juga merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Sergai dengan pemandangan dan pantainya yang indah. Pantai Cermin juga memiliki sebuah

Theme Park yang cocok buat bermain anak. Objek wisata tersebut merupakan salah satu sumber pendapatan Kabupaten Serdang Bedagai http://id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Cermin,_Serdang_Bedagai). Untuk lebih jelasnya lokasi Kecamatan Pantai Cermin dapat dilihat dari peta sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Peta Kecamatan Pantai Cermin

(Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29324/1/Appendix.pdf)

Dari paparan di atas, diketahui bahwa Desa Besar II Terjun berada di

Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Besar II Terjun. Perlu dijelaskan bahwa desa ini dijadikan tempat penelitian, karena kebudayaan Melayu di desa ini masih kuat sejak tahun 1941, dan sampai sekarang. Contoh, kebudayaan mereka untuk mengadakan rapat adat yang diadakan di balai adat (berdiri sampai sekarang) bertempat di depan kantor lurah. Hal ini membuktikan bahwa mereka masih memegang adat yang kuat.

Hanya saja adat menggunakan pepatah sudah berkurang dan sudah jarang digunakan ( informan 2: 2011).

Desa Besar II Terjun termasuk salah satu dari 12 desa Kecamatan Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai dan desa Besar II Terjun menurut sejarahnya dibuka pada tahun 1941 pada masa penjajahan Belanda. Desa Besar II Terjun berasal

Universitas Sumatera Utara dari Desa besar I Terjun dengan status tanah yang dipusakai masyarakat secara turun temurun.

Sejarah kepemimpinan Desa Besar II Terjun sampai sekarang ini sudah dipimpin oleh tujuh orang yaitu: Kamaruddin, Molkan, OK. Jamil, Harun Arrasyid,

Ahmat.J, Sayuti A.S. (terhitung dari tahun 1972 – 2007 selama 35 tahun), dan diteruskan oleh Sulaimansyah mulai dari tahun 2007 sampai sekarang.

Kondisi geografi desa ini berada pada ketinggian tanah dari permukaan laut yaitu 1-1,5 Meter, curah hujan rata-rata pertahun 225 MN, topografi yaitu dataran rendah, dan suhu udara rata-rata 30%. Luas desa 600 Hektar (Ha) terdiri dari sawah

425 Ha, Pekarangan 135 Ha, kebun sawit 25 Ha, dan holtikultura (kebun sayur) 15

Ha. Desa ini berbatasan dengan sebelah Utara berbatas dengan desa Pantai Cermin

Kiri dan desa Pantai Cermin Kanan, sebelah Selatan berbatas dengan desa Lubuk

Cemara dan desa Suka Jadi Kecamatan Perbaungan, sebelah Timur berbatas dengan desa Sementara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan PTPN IV

ADOLINA. Jarak dari pusat pemerintahan propinsi lebih kurang 50 Kilometer. Untuk lebih jelasnya keadaan geografis desa besar II Terjun dapat dilihat dari peta Desa

Besar II terjun, sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Desa Besar II Terjun terdiri dari delapan Dusun, dan jumlah penduduk keseluruhannya adalah 4.136 orang (laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang tua), mayoritas beragama Islam. Mata pencaharian di desa tersebut mayoritas petani, selebihnya pedagang, pengrajin (anyaman tikar, atap rumbia, keranjang bumbu, dan pembuat pisang sale), pegawai negeri dan swasta, dan wiraswasta. Fasilitas yang dimiliki oleh Desa Besar II Terjun yaitu 4 gedung mesjid, 3 gedung musholla, 2 gedung SD.Negeri, dan 2 gedung Madrasah Diniyah Awaliyah. Sedangkan partai politik yang berkembang di desa tersebut adalah Partai Golongan Karya, Partai

Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa,

Partai Bulan Bintang, dan Partai Gerindra. Inilah gambaran umum Desa Besar II

Terjun (sumber: laporan kependudukan bulan Juli 2011 dan ekspose desa Besar II

Terjun tahun 2007-2008).

Universitas Sumatera Utara 2.2.2. Pengertian Bahasa Melayu

Menurut Ridwan (2005:81-124) Bahasa Melayu (BM) sebagai sistem mengisyaratkan keteraturan. BM merupakan penanda identitas masyarakat etnis budaya Melayu, juga penanda identitas utama kehidupan manusia Melayu. Bahasa

Melayu kaya akan nilai-nilai kemanusiaan yang dikandungnya diekspresikan melalui berbagai bentuk dan jenis kebahasaan ungkapan, kiasan, gurindam, seloka, pepatah, yang selalu membekali manusia dengan peran tunjuk ajar untuk selalu berkehidupan yang baik dan berbudi bahasa. Sikap berbahasa orang Melayu mencerminkan sentuhannya dengan alam dan lingkungan yang menurut persepsi budaya dan memiliki gejala-gejala hubungan antara sikap manusia dengan keyakinan, dambaan, dan tata-krama seperti yang diungkapkan melalui hasil-hasil kesusastraan dan BM.

Bahasa Melayu cukup sarat dengan pesan-pesan yang bermanfaat dalam pembinaan sikap hidup manusia yang berkepribadian dan melalui kata dan ungkapan bahasa

Melayu sesuai dengan pilar utama adat Melayu yang bernuansakan Islam.

Sinar (2002:111) mengatakan bahwa “Penutur Bahasa Melayu adalah masyarakat yang merupakan sekelompok manusia atau homo lagues yang hidup berkelompok dan saling mempengaruhi”. Bahasa Melayu juga bersifat universal, selalu menerima, tidak ekslusif, terbuka dan toleransi terhadap bahasa yang lain.

BMS merupakan salah satu dialek BM yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara.

BMS terdapat di Kabupaten Deli Serdang khususnya di Kecamatan Pantai Cermin

Kota Perbaungan. BMS memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting bagi MM di wilayah pemakaiannya, yaitu berfungsi sebagai alat komunikasi antar warga MMS

Universitas Sumatera Utara dalam kegiatan sehari-hari dan upacara adat. Sementara itu, di luar wilayah pemakaiannya, BMS digunakan oleh masyarakat Melayu Deli dan Batubara (Zein,

2009). Agar bahasa daerah Melayu tetap dapat berkembang, maka harus tetap dilakukan pembinaannya. Dalam hal ini BMS diteliti berdasarkan semantik dalam kajian makna emotif dalam nilai rasa dari salah satu sastra BMS yaitu pepatah.

Menurut Sinar (2002: 16) melalui ekspresi bahasa, sistem sosial akan dapat tergambar latar belakang psikologis orang Melayu Serdang yang terkait pada cakupan emosi, estetik, etika, moral, logika dan nasionalisme baik kepentingan individu maupun kelompok.

2.2.3. Sekilas Tentang Folklor

Sastra lisan Melayu termasuk dalam folklor lisan. Menurut Danandjaja dalam

Pudentia (1998:54) Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemoninic device). Ciri-Ciri

Folklor sebagai berikut: (a) Penyebaran dan pewarisannya bersifat lisan; (b) Bersifat tradisional; (c) Ada (exsist) dalam versi-versi bahkan dalam varian yang berbeda; (d)

Bersifat anonim; (e) Biasanya memiliki bentuk berumus; (f) Mempunyai kegunaan

(fungsi) dalam kehidupan bersama kolektifnya; (g) Bersifat pralogis; (h) Milik bersama (kolektif); (i) Pada umumnya bersifat polos dan lugu. Fungsi Folklor menurut William R. Bascom dalam Pudentia (1998:70) folklor mempunyai fungsi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara a) Sebagai sistem proyeksi (projective system) b) Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan; c) Sebagai alat pedagogik d) Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma masyarakat dan pengendalian

masyarakat.

Bentuk Folklor menurut Brunvand dalam Pudentia (1998: 54) berdasarkan kategorinya, folklor digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu folklor lisan (verbal folklore), folklor sebagian lisan (party verbal) dan folklor bukan lisan (non verbal folklore).

a) Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya murni lisan.

Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan, ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pomeo; pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair, cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda dan dongeng; dan nyanyian rakyat.

b) Folklor sebagian lisan

Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Yang termasuk golongan ini antara lain; kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.

c) Folklor bukan lisan

Universitas Sumatera Utara Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, dibagi menjadi dua yakni material dan nonmaterial. Bentuk folklor material: arsitektur rakyat, misalnya bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya, kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan bentuk nonmaterial: gerak isyarat tradisional (gesture), bunyi, isyarat untuk komunikasi rakyat, misalnya kentongan tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang.

Menurut Pudentia (1998: 57) Macam-macam folklor yaitu: a) Folklor humanis. Folklor humanis lebih menekankan pada aspek lor daripada folk-

nya. Merupakan jenis folklor yang terdiri dari kesusastraan lisan, seperti cerita

rakyat, takhyul, balada, dan sebagainya b) Folklor modern. Folklor modern lebih menekankan pada aspek folk dan juga lor-

nya. semua unsur kebudayaan manusia asalkan diwariskan melalui lisan atau

dengan cara peniruan. c) Folklor antropologis. Folklor antropologis lebih menekankan pada aspek folk

daripada lor-nya. Folklor antropologis lebih membatasi pada unsur-unsur

kebudayaan yang bersifat lisan saja (verbal arts) hanya pada jenis cerita prosa

rakyat, teka-teki, peribahasa, syair rakyat dan kesusastraan lainnya.

Pepatah BMS termasuk dalam jenis folklor lisan. Unsur lisan yang terdapat pada pepatah berupa leksem, bahasa figuratif dan metafora. Semua unsur lisan dalam pepatah menggunakan nama tumbuhan, alam, dan binatang. Unsur lisan ini diucapkan

Universitas Sumatera Utara pada saat berbicara dengan orang lain dalam acara adat, bergaul dan menasihati sesuai dengan kondisi pada saat berbicara.

2.2.4. Sastra Lisan Melayu

Sastra lisan dalam bahasa Inggrisnya disebut “oral literature” atau “orale letterkunde”, dalam bahasa Belanda, artinya adalah kesusastraan warga dalam suatu kebudayaan yang disebarkan turun-temurun secara lisan, yang memiliki fungsi yang memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Darry dan Lord (dalam Sinar, 2002:213),

“ciri khas sastra lisan ialah lincah, selalu diciptakan dan dihayati kembali sesuai dengan daya cipta pembawa dan penikmatnya”.

Tarigan (1979:4) diunduh dari (http://repository .usu.ac.id/bitstream /1234

56789/17847/5/Chapter%20I.pdf) mengatakan ”sastra lisan adalah bagian dari folklor. Folklor mencakup satra lisan dan bukan sastra lisan. Akan tetapi, biasanya sastra lisan hanya berarti foklor yang lisan saja dan tidak mencakup permainan- permainan dan tari-tarian rakyat, walaupun sastra lisan secara luas dapat mencakup aneka ragam bentuk, seperti teka-teki, pepatah, sumpah serapah, guna-guna, sampai hal-hal yang sukar di ucapkan dari permainan kata-kata. Akan tetapi, sastra lisan lebih sering dipergunakan sebagai istilah pengganti cerita rakyat.

Sastra lisan adalah hasil karya sastra yang tertua di dunia. Sastra lisan tetap hidup dalam segala perubahan zaman. Sastra daerah bersifat lisan yang disebarkan dari mulut ke mulut yang menggunakan bahasa sebagai media. Sastra lisan ini juga merupakan tradisi lisan. Selanjutnya pengertian sastra lisan dikaitkan pada bagian tradisi lisan. Menurut Robson dalam Yulisma, dkk, (1997:1) bahwa “tradisi lisan

Universitas Sumatera Utara bukan hanya ide satu orang, tetapi mungkin berasal dari masyarakat yang diangkat oleh seseorang berkat ketajaman penghayatannya”.

Tradisi lisan memegang peran aktif dalam jangka waktu yang lama yang dijadikan pedoman hidup. Tradisi lisan dilisankan dengan bahasa daerah dan berasal dari bahasa daerah sehingga dapat menghasilkan sastra lisan daerah. Seperti yang dikatakan Shiply (1962:102) dalam Yulisma, dkk, (1997:4) “Sastra lisan daerah adalah jenis atau kelas karya sastra tertentu yang dituturkan dari mulut ke mulut tersebar secara lisan, anonim, dan menggambarkan kehidupan masyarakat masa lampau”.

Sastra lisan dalam suku Melayu yaitu berupa pepatah. Sebagai sastra lisan, penyebarannya sangat terbatas, dan mungkin akan perlahan-lahan hilang karena penuturnya satu per satu meninggal dan generasi muda sekarang kurang berminat terhadap sastra daerahnya. Maka akan punah juga cerminan jiwa, sikap, watak dan peradaban manusia dalam tradisi. Seperti yang dikatakan Yulisma, dkk (1997:2) bahwa “hilangnya kekayaan bahasa dan sastra itu akan hilang pulalah nilai – nilai yang mencerminkan kekayaan jiwa, filsafat, watak, dan lingkungan peradaban yang sudah terbentuk dan terbina dalam tradisi”. Dalam hal ini sastra Melayu dari dahulu berubah terus, walaupun beberapa ragam dasar bertahan lama.

Pepatah dikategorikan ke dalam karya sastra, khususnya sastra Indonesia.

Dalam sastra Melayu Serdang, pepatah merupakan karya sastra lisan yang diucapkan secara spontan sesuai dengan keadaan dan situasi tentang apa yang dibicarakan.

Universitas Sumatera Utara 2.3. Pengertian Emosi

Emosi adalah kata serapan dari bahasa Inggris, yakni ‘emotion’. Emosi digunakan untuk menggambarkan perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Menurut Goleman (1997) dalam Safaria dan Saputra (2009:12) ”emosi dalam makna paling harfiah didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Emosi yang merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan bertindak. Chaplin (2002) dalam

Safaria dan Saputra, 2009:12) merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku.

Charles Darwin dalam Astrada, (2008:49) menemukan bahwa beberapa ekspresi emosi bersifat bawaan, universal, lintas budaya, lintas spesies yang terdapat pada beragam jenis makhluk hidup. Izard dalam Astrada (2008:49) mengatakan

“ekspresi emosi seperti senang, kaget, sedih, amarah, sebal, jijik dan takut ditemukan dalam berbagai budaya manusia baik yang melek maupun buta huruf. Plutchik dalam

Mahriyuni (2009:43) mengategorikan emosi ke dalam beberapa segmen bersifat positif dan negatif (they are positive or negative), primer dan campuran (they are primary or mixed), banyak yang bergerak ke kutub yang berlawanan (many are polar and opposites), dan intensitasnya bervariasi (they vary in intensity). Jadi emosi adalah satu ciri jiwa manusia yang memamerkan perasaan-perasaan kuat yang berpuncak

Universitas Sumatera Utara daripada psikologi (mental) seseorang dan emosi dapat berlaku secara naluri bergantung pada situasi.

Menurut Wierzbicka (1996), emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Misalnya menulis dalam kata-kata, dan perubahan ekspresi wajah. Ekspresi dari kedua bentuk tersebut dapat berupa sedih, marah, takut, senang, bahagia, ceria, atau cinta. Pengategorian emosi yang cukup bermanfaat adalah dengan membedakan emosi berdasarkan skenario kognitif yang dimiliki seseorang terhadap emosi yang dialami, berdasarkan nilai positif dan negatif, dan kedekatan makna antara kata-kata emosi, dan lainnya.

Dari pendapat para pakar di atas, dihubungkan dalam emosi Melayu yaitu emosi merupakan luapan perasaan seseorang yang terpendam berupa marah, sedih, senang, malu, bosan, benci, dan ego dari jiwa Melayu. Emosi adalah bagian dari alam dan makhluk ciptaan Allah. Awang, dkk (2005:199) mengatakan “emosi dapat dikaitkan dengan permasalahan hubungan antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan. Semua emosi dikenal sebagai bagian dari kognitif atau kemauan-kemauan yang terjadi secara sadar”.

Awang, dkk (2005:173-174) menyatakan “luapan emosi Melayu selalu direalisasikan dengan mengunakan pepatah. Sebagaimana pepatah merupakan hasil dari sastra lisan, pepatah sebagai media ekspresi emosi bangsa Melayu digunakan untuk mendidik masyarakat supaya menghayati nilai-nilai akhlak mulia dan budaya bangsa. Emosi Melayu berhubungan dengan budaya, contohnya: emosi dendam yang memperlihatkan beberapa aspek budaya Melayu yang sensitif, termasuk marwah,

Universitas Sumatera Utara martabat, dan sistem nilai. Emosi Melayu yang lebih tinggi derajatnya adalah emosi malu dan marah, yaitu” Orang Melayu mempunyai konsep malu yang lebih tinggi”.

Konsep malu telah menetapkan dan memerlukan cara seseorang individu Melayu bertingkah laku dalam amalannya sehari-hari sehingga dapat memperlihatkan nilai yang suci dan murni dalam keseluruhan hidupnya. Oleh karena itu emosi yang dinyatakan dalam setiap petuturan sebaiknya dipilih ungkapan yang tidak mempunyai makna langsung. Hal ini dilakukan karena apabila lawan bicara yang terkena ungkapan emosi langsung tidak akan bersenang hati dan memikirkan cara untuk melakukan dan akhirnya terpengaruh dengan situasi yang lebih emosional sifatnya.

2.3.1. Emosi Dasar Masyarakat Melayu Serdang

Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu pertama; emosi positif atau afek positif; yang memberikan dampak menyenangkan dan menenangkan. Jenis dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru dan senang.

Penentuan emosi dasar MMS berdasarkan pada pemakaian kata-kata emosi atau nama-nama emosi yang menggambarkan jiwa mereka, dan gambaran itu adalah emosi yang sesungguhnya. Emosi dasar memiliki bentuk ungkapan emosi (tingkah laku tertentu) yang melekat dan diketahui dengan baik oleh informan (Mahriyuni,

2009:136).

Menurut Mahriyuni (2009:137) dari hasil penelitian tentang emosi Bahasa

Melayu Serdang, emosi dasar Melayu Serdang yang diperoleh dari emosi penutur

Bahasa Melayu yaitu sebagai berikut: senang, sedeh, marah, malu, takut, bosan dan

Universitas Sumatera Utara benci. Jenis emosi dasar dan bentuknya yang muncul berdasarkan rasa/perasaan

MMS adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Emosi Dasar Melayu Serdang (Mahriyuni, 2009: 141)

No Jenis Emosi Makna 1 Senang Suke, bahagie, puas, gembire, gemar, hoji, cinte, damai, enak, nikmat, sedap, bangge, riang, kaseh, sayang, birahi, tenang, ikhlas, tenteram, rindu, dendam, leluase, lege, sejahtere 2 Sedeh Susah, duke, gundah, saket, haru, sedu, sengsare, gelisah, merane, nyeri, lare, pedeh, ibe, pilu, terenyuh, khawatir, cemas, lelah, leteh, lesu, lemas, lelah, lunglai, hamper, penat 3 Marah geram, palak, garang, gemas, jengkel, kecewa, kesal 4 Malu hina, canggung, riseh, segan, kaku, rimas, malas, sungkan 5 Takut Tesiau, khawatir, ngeri, gentar, tegang, tekimput, gelisah, bimbang. cemas, gamang, seram, bingung, kacau, tebere, resah, sangsi, ragu, curige, gugup kalut. 6 Bosan muak, luat, muntah, jijik, mual 7 Benci Iri, hambar, jijik, dengki, cemburu, sirik

2.3.2. Makna Emotif dari Emosi Dasar Masyarakat Melayu Serdang

Makna dalam pepatah berupa ajaran, pendidikan, petunjuk, peringatan, nasihat, sindiran dan pujian yang termasuk dalam makna emotif dengan menngunakan kajian semantik kognitif. Dalam menentukan makna dilakukan pendefinisian makna berdasarkan kelompok emosi dasar MMS.

Tabel 2. Berikut definisi makna emosi tergolong dalam emosi dasar senang: (Mahriyuni, 2009: 142)

No Jenis Emosi Makna 1 Senang puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa, betah, berbahagia, suka, gembira, sayang, keadaan baik, mudah, serba mudah. 2 Suka berkeadaan senang, girang hati, mau, sudi, rela, menaruh simpati, setuju, menaruh kasih sayang, acak mudah sekali. 3. Bahagia keadaan atau perasaan senang dan tenteram. 4. Gembira suka, bahagia, bangga, snang, rinag, senang hati, bersuka cita, ria. 5. Ikhlas Bersih hati, tulus hati. 6. Lega Lapang, luas, tidak sempit, berasa senang, tidak sibuk. 7. Puas Merasa senang karena sudah terpenuhi hasrat hatinya. 8. Girang Riang, gembira 9. Enak Sedap, lezat, sehat/segar, nikmat dan menyenangkan. 10. Gemar Suka sekali, sangat menyenangkan.

Universitas Sumatera Utara No Jenis Emosi Makna 11. Sejahtera Aman sentosa dan makmur 12. Hoji Perasaaan hati dalam keadaan suka terhadap suatu benda 13. Ria Riang, suka cita, gembira ramai. 14. Damai Tidak ada perang, tidak ada kerusuhan. 15. Cinta Suka sekali, saying 16. Sayang Kasih sayang, cinta kasih, amat suka akan mengasihi 17. Bangga Besar hati, merasa gagah. 18. Gemar Suka sekali. 19. Leluase Lapang, bebas, tidak terbatas, berbuat sesuka hati. 20. Rindu Sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu, memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu. 21. Sedap Enak, tentang perasaan pada umumnnya, bersih dan rapi, harum baunya, lezat. 22. Dendam Perasaan rindu, menaruh cinta kasih.

Makna emosi dasar senang, dalam masyarakat Melayu Serdang merupakan dimensi semantik reaksi perasaan yang timbul melalui perasaan dari rasa nikmat, gairah, atau keinginan karena melakukan sesuatu dan suka terhadap seseorang.

Penyebab munculnya perasaan senang, yaitu karena memperoleh hasil yang diharapkan, mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan akhir tercapai, masalah yang diemban sudah selesai, mendapatkan kabar yang baik, sudah sampai pada tujuan, melakukan pekerjaan yang diminati, mendapatkan pujian, mendapatkan perhatian, cinta dan kasih sayang. Semua peristiwa yang dipaparkan adalah merupakan emosi dasar senang pada MMS.

Tabel 3. Definisi makna emosi tergolong dalam emosi dasar sedeh: (Mahriyuni, 2009: 145)

No Jenis Emosi Makna 1 Sedeh Susah hati, sangat pilu, berduka cita 2 Merane Lama menderita sakit, selalu sakit-sakit, selalu menderita sedih. 3. Gundah Sedih, bimbang, gelisah. 4. Pedeh Berasa sakit hati, bercampur sedeh. 5. Pilu Sangat sedeh, terharu. 6. Ibe Belas kasihan, merasa terharu dan kasihan 7. Sedu Sedih, susah hati, sedeh hati. 8. Terenyuh Terharu dan sedih sekali. 9. Hampe Tidak berisi, kosong, tidak bergairah, tidak ada hasilnya, bodoh, tidak berpengetahuan.

Universitas Sumatera Utara No Jenis Emosi Makna 10. Duke Susah hati, sedih hati. 11. Letih Tidak bertenaga, sedih sekali. 12. Lesu Tidak berdaya sama sekali karena lelah. 13. Lelah Penat, payah, tidak bertenaga. 14. Lemah Tidak kuat, tidak bertenaga, tidak tegas 15. Ngeri Berasa takut atau khawatir. 16. Haru Kasihan, iba karena mendengar/melerai sesuatu. 17. Sengsare Kesulitan atau kesusahan hidup, kesukaran.

Makna emosi dasar sedeh, dalam MMS merupakan dimensi semantik reaksi perasaan negatif yang ditimbulkan oleh sesuatu kehilangan atau masalah.

Berdasarkan klasifikasi jenis dan makna emosi yang dihasilkan menunjukkan ekspresi negatif pada seseorang dari pengalaman hidup. Tetapi ada juga yang menunjukkan ekspresi positif seperti perasaan emosi terenyuh, ibe, dan terharu, bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

Tabel 4. Definisi makna emosi tergolong dalam makna emosi dasar marah (Mahriyuni, 2009: 147)

No Jenis Emosi Makna 1 Marah Merasa sangat tak senang dan panas karena diperlakukan kurang baik, gusar, berang 1. Geram Marah sekali, gemas. 3. Palak Panas hati, marah, merasa benci, kesal, menjadi sangat berani. 4. garang Pemarah lagi bengis, galau, ganas. 5. Jengkel Kesal, perasaan mendongkol. 6. Kecewe Kecil hati, tidak puas, cela, cacat, tidak berhasil. 7. Kesal Mendongkol, sebal, kecewa, tidak suka, jemu.

Makna emosi dasar marah, dalam MMS merupakan dimensi semantik reaksi perasaan negatif yang ditimbulkan karena tidak tercapainya suatu tujuan, merasa tidak puas terhadap sesuatu atau seseorang. Klasifikasi emosi marah dari leksem geram dan palak, termasuk kedalam kelompok negatif, karena menimbulkan perasaan tidak menyenangkan bagi orang lain. Selain itu emosi marah merugikan bagi setiap

Universitas Sumatera Utara orang yang marah karena dapat mengganggu kesehatan dan membuat kondisi jiwa yang tidak stabil, rasa marah yang tinggi dan membuat orang melakukan tindakan anarkis berupa memukul, berbicara kasar dan yang lainnya.

Tabel 5. Definisi makna emosi yang tergolong dalam makna emosi dasar Malu (Mahriyuni, 2009:147)

No Jenis Emosi Makna 1 Malu Merasa sangat tidak enak hati karena sesuatu yang kurang baik, mempunyai cacat, hina. 2 Hina Rendah kedudukan (pangkat/martabatnya). 3 Canggung Kurang mahir/tidak terampil dalam menggunakan sesuatu. 4 Riseh Berasa jijik, berasa malu, merasa tersinggung, cemas. 5 Segan Malas, enggan, tidak sudi, tidak mau, tidak suka 6 Kaku Keras tidak dapat dilenturkan, sukar dibantah. 7 Malas Tidak mau bekerja/atau melakukan sesuatu. 8 Rimas Perasaan riseh dan segan.

Makna emosi dasar malu, dalam MMS merupakan dimensi semantis reaksi perasaan negatif yang timbul karena kegagalan seseorang dalam memenuhi norma yang berlaku. Berdasarkan klasifikasi emosi canggung, riseh, kaku, malas dan rimas,

dapat digolongkan dalam kriteria emotif negatif bagi seseorang karena menimbulkan

perasaan yang tidak menyenangkan, merasa memiliki kekurangan, tidak percaya diri,

tetapi dapat berdampak positif apabila perasaan segan terjadi pada emosi dasar malu.

Tabel 6. Definisi Makna emosi yang tergolong dalam makna emosi dasar Benci (Mahriyuni, 2009: 148)

No Jenis Emosi Makna 1 Benci Sangat tidak suka. 2 Iri Tidak sanggup melihat kelebihan orang lain, cemburu, sirik, dengki. 3. Hambar Tidak ada rasanya, kurang bergairah. 4. Dengki Menaruh perasaan marah karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. 5. Cemburu Merasa kurang senang melihat orang lain beruntung. 6. Sirik Iri hati, dengki, cemburu. 7. Jojok Perasaan hati yang sangat benci pada seseorang.

Universitas Sumatera Utara Makna emosi dasar benci, dalam MMS merupakan dimensi semantik reaksi perasaan negatif yang ditimbulkan karena merasa tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang. Berdasarkan ekspresi emosi dalam kelompok benci cenderung menggambarkan ketidaksenangan manusia terhadap sesuatu atau seseorang. Emosi benci yang muncul pada seseorang dapat mengakibatkan hal negatif pada orang lain.

Tabel 7. Definisi Makna emosi yang tergolong dalam makna emosi dasar Takut (Mahriyuni, 2009: 148)

No Jenis Emosi Makna 1 Takut Merasa tidak berani (ngeri, gentar) melihat sesuatu yang akan mendatangkan bencana pada dirinya 2 Bimbang Merasa tidak tetap hati, ragu-ragu, cemas, khawatir 3 Gelisah Tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, dsb 4 Gugup Perasaan tidak karuan karena bingung, tergesa-gesa 5 Ngeri Berasa takut (seram) karena melihat yang membahayakan 6 Kalut Kusut tak karuan, kacau, perasaan yang tak tentu arah 7 Tesiau Kecut hati 8 Khawatir Takut akan suatu hal yamg belum terjadi, merasa gelisah. 9 Gentar Merasa takut diiringi dengan gerakan yang cepat 10 Tegang Perasaan yang tidak tenang karena merasa ngeri 11 Cemas Merasa sangat gelisah 12 Gamang Merasa takut atau ngeri, merasa kesunyian. 13 Seram Meremang, menakutkan menyebabkan ngeri 14 Bingung Hilang akal, tidak tahu arah, gugup tidak karuan, tolol 15 Kacau Kalut tak karuan, rusuh tidak aman, tidak tentram 16 Tebere Rasa takut sambil seperti ada yang mau keluar dari tubuh 17 Resah Tidak tenang, gugup, rusuh hati, 18 Sangsi Bimbang, ragu-ragu 19 Ragu Bingung, ragu, bimbang 20 Curige Rasa was – was, khawatir, perasaan kurang percaya. 21 Tekimput Kecut hati, ciut.

Makna emosi dasar takut, dalam MMS merupakan dimensi semantis reaksi perasaan negatif yang ditimbulkan karena keadaan bahaya atau ancaman dari lingkungan sekitar. Ekspresi emosi dasar takut tergolong dalam emosi negatif karena menunjukkan perasaan yang tidak mengenakkan terhadap orang lain.

Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Definisi makna emosi yang tergolong dalam makna emosi dasar Bosan (Mahriyuni, 2009: 149) No Jenis Emosi Makna 1. Bosan Sudah tidak suka lagi, jemu 2. Luat Mual, berasa mau muntah. 3. Muak Merasa jijik hendak muntah, karena yang kerap dilakukan No Jenis Emosi Makna 4. Muntah Keluar kembali apa yang ditelan, merasa jijik dengan tingkah laku manusia yang membuat kesal. 5. Jijik Tidak suka melihat sesuatu yang kotor, tidak suka terhadap sikap manusia yang membuat kesal. 6. Mual Sudah jemu, merasa jijik, bosan mendengar atau melihat sesuatu (terutama sikap).

Makna emosi dasar bosan, dalam MMS merupakan dimensi semantis reaksi perasaan yang ditimbulkan karena terlalu sering melakukan sesuatu. Berdasarkan klasifikasi emosi digolongkan dalam emosi negatif karena seseorang menunjukkan ketidaksenangan terhadap orang lain, sikap, perbuatan orang lain yang berlebih- lebihan dan sikapnya menimbulkan orang lain jijik, muak, mual luat. Biasanya sikap bosan ini ditunjukkan melalui perilaku yang tidak baik, seperti mengomel, tidak ingin bertemu lagi, dan lain sebagainya.

2.3.3. Teori Semantik Kognitif

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantic) berasal dari bahasa

Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik.

Chaer (2002:2) mengatakan” semantik adalah sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tatanan analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik”. Dari pengertian di atas, semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan

Universitas Sumatera Utara antara tanda linguistik dengan hal yang ditandainya atau ilmu yang mempelajari makna atau arti dalam setiap bahasa atau kalimat yang diucapkan oleh manusia.

Dalam tesis ini semantik yang berhubungan erat dengan pepatah BMS yang diteliti dalam makna emotif adalah semantik kognitif. Karena semantik kognitif mengupas makna kata atau kalimat berdasarkan pada pikiran manusia. Makna kata atau kalimat berdasarkan pada pikiran manusia mencakup kerja seperti kategorisasi, mengingat, menganalisa, menafsirkan, evaluasi dan lainnya. Inti tujuan dari kerja kognitif adalah memahami segala sesuatu tentang lingkungan dan diri sendiri.

Sedangkan emosi dan pikiran (kognisi) memiliki kaitan erat dan tidak terpisahkan karena terdapat struktur kognitif dalam emosi yaitu cara bagaimana emosi dibedakan satu sama lain. Emosi muncul setelah melalui penafsiran terhadap suatu kejadian.

Meskipun demikian, proses kognitif yang melahirkan emosi tidak selalu dapat disadari. Misalnya marah. Sebelum marah, maka ada penilaian yang dilakukan sebelumnya. Pikiran selalu bekerja sebelum maupun pada saat emosi. Diunduh dari http://smartpsikologi.blogspot.com. tanggal 12 Maret 2011.

Kognitifisme mengacu pada teori linguistik yang berdasar pada pandangan tradisional tentang arah hubungan sebab akibat antara bahasa dan pikiran (Lyons,

1995:97). Kognitifisme merupakan bagian dari linguistik fungsional yang menawarkan prinsip yang sangat berbeda dari linguistik formal dalam memandang bahasa. Secara eksternal, linguis fungsional berpendapat bahwa prinsip penggunaan bahasa terwujudkan dalam prinsip kognitif yang sangat umum; dan secara internal mereka berpendapat bahwa penjelasan linguistik harus melampaui batas antara

Universitas Sumatera Utara berbagai macam tingkatan analisis (Saeed 1997:300). Misalnya, penjelasan tentang pola gramatikal tidak dapat hanya dianalisis melalui prinsip sintaksis yang abstrak, tetapi juga melalui sisi makna yang dikehendaki pembicara dalam konteks tertentu penggunaan bahasa.

Penganut semantik kognitif berpendapat bahwa kita tidak memiliki akses langsung terhadap realitas, dan oleh karena itu, realitas sebagaimana tercermin dalam bahasa merupakan produk pikiran manusia berdasarkan pengalaman mereka berkembang dan bertingkah laku. Dengan kata lain, makna merupakan struktur konseptual yang konvensionalisasi. Proses konseptualisasi ini menurut penganut semantik kognitif, sangat dipengaruhi oleh metafora sebagai cara manusia memahami dan membicarakan dunia. Selain itu, dalam semantik kognitif juga ditelaah proses konseptual pembicara, meliputi viewpoint shifting, figure-ground shifting, dan profiling (Saeed 1997: 302).

Perspektif kognitif menemukan bahwa emosi bukan sekedar masalah fisiologi

(suka, gembira, sedih, dan marah), bahkan melibatkan proses mental. Stanley

Schachter dan Jerome Singer (1962) dalam Awang, dkk, (2005:133) menyatakan bahwa emosi bersandarkan dua faktor yaitu munculnya hormon dan tafsiran kognitif karena munculnya hormon tersebut. Contohnya badan manusia mengalami perubahan misalnya menggeletar, setiap manusia pasti mempunyai tafsiran itu; bisa marah atau takut. Levenson (1992) dalam Awang, dkk, (2005:317) mengatakan “emosi ada kaitannya dengan pola aktivitas yang berlainan di dalam otak dan sistem syaraf yang autonomik”. Jadi kognisi yang melibatkan emosi lebih berhasil daripada persepsi

Universitas Sumatera Utara manusia yang bersangkut paut dengan falsafah hidupnya. Makna emotif yang terkandung dalam pepatah terdapat dalam bahasa kiasan atau figuratif yang digunakan. Bahasa yang digunakan sangat erat kaitannya dengan sistem kognitif

(pikiran) manusia. Hal ini dikarenakan oleh bahasa sebuah kelompok masyarakat memperlihatkan pola pikir anggota masyarakatnya dan pengalaman mereka.

2.3.4. Makna Emotif

Makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria antara lain berdasarkan jenis semantiknya, nilai rasa, referensi dan ketepatan makna. Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Makna emotif menurut Shiply dalam Pateda, (2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Contoh: dalam kalimat Engkau kerbau., Kata kerbau mengandung makna emosi, dihubungkan dengan sikap atau perilaku malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan.

Makna emotif menurut Suwandi (2006:94) “Makna emotif (emotive meaning) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau rangsangan pembicara mengenai penilaian terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan. Jika ada orang berkata/setan kau/, leksem /setan/ dihubungkan dengan makna bohong, penipu, licik, dan sedangkan bagi pendengar berhubungan dengan cacian atau penghinaan.

Universitas Sumatera Utara Makna emotif menurut Ullmann (2007:157). Ullmann banyak berbicara tentang apa yang disebutnya emotive overtone. Kata overtone berarti ‘makna yang tersembumyi’, sehingga emotive overtone dapat diartikan ‘makna tersembunyi yang bersifat emotif’.

Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan.

2.3.4.1. Overtone Emotif

Menurut Ullmann (2007:157) bahwa bahasa itu tidak hanya wahana komunikasi, melainkan juga alat untuk mengekspresikan emosi dan untuk menggunakan emosi Hal itu ”memengaruhi” orang lain. Seorang ahli psikologi

Perancis, R.Delacroix, dalam Ullmann (2007:157) mengemukakan bahwa “tiap bahasa mempunyai nilai emotif; andai kata apa yang saya katakan tidak cocok untuk saya, maka saya tidak akan mengatakannya. Di samping itu tiap bahasa bermaksud mengomunikasikan sesuatu. Jika seseorang memang benar-benar tidak mempunyai sesuatu untuk dikatakan maka dia tidak mengatakan apa-apa”.

Penggunaan emotif terhadap kata merupakan hal yang lebih sederhana, yaitu penggunaan kata untuk mengekspresikan atau melepaskan perasaan dan sikap.

Bahasa emotif itu menggabungkan sejumlah fungsi yang berbeda-beda yaitu mengekspresikan perasaan tidaklah sama dengan melepaskan perasaan dan sikap.

Dalam hal ini ada beberapa faktor yang memperkuat overtone emotif, menurut

Ullmann dalam Sumarsono (2007:157-171) yaitu:

Universitas Sumatera Utara 1. Faktor fonetis. Struktur fonetis sebuah kata dapat menyebabkan efek emotif

dengan cara yaitu salah satunya adalah onomatope yang mempunyai hubungan

intrinsik antara bunyi dan makna.

2. Faktor Konteks. Tiap kata, termasuk kata yang bersifat umum sekalipun, baik

dalam nomina, verba, adjektiva, dan keterangan di dalam konteks tertentu

mungkin dipenuhi oleh unsur emotif. Ullmann dalam Sumarsono (2007:164)

memberi contoh kata wall ‘tembok’ dalam sebuah puisi berbahasa Inggris kuno.

Kata ini mampu memperoleh overtone yang kuat. Bagi orang hukuman atau

penyandang cacat yang dikepung tembok, ini akan diisi dengan signifikansi

emosional yang intens. Contoh:

I saw the dungeon wall and floor Close slowly around me as before These heavy walls to had grown A hermitage ---and all my own. (Byron, The prisoner of Chillon) dalam Ullmann (2007:164)

Tembok penjara akan mempunyai makna yang berbeda bagi tahanan penghuninya

dan bagi warga negara yang melanggar hukum. Bagi hakim makna sebuah tembok

merupakan barang bisu, tuli, dan gelap, sebuah sel, moralitas, dan keadilan. Bagi

para tahanan tembok adalah suatu benda yang menjadikan mereka kaku, mati,

hampa, dan jauh dari segalanya, termasuk keluarga. Itulah makna emotif seorang

hakim dan penghuni penjara terhadap tembok.

3. Faktor Slogan. Faktor slogan ialah frase atau kalimat pendek sebagai penanda

yang digunakan untuk memberi tahu atau menjelaskan tujuan organisasi, ideologi

golongan dan sebagainya. Contoh dalam BMS (motto dari Kabupaten Serdang

Universitas Sumatera Utara Bedagai) “Tanah bertuah, negeri beradat”, Dan motto dari Kabupaten Tapanuli

Selatan “Sahata Saoloan” (sumber: http://abdullatiflubis.blogspot. com

/2010/11/tapanuli-selatan.html).

2.3.4.2. Sumber-Sumber Overtone Emotif

Selain beberapa faktor yang memperkuat overtone emotif, ada beberapa sumber yang mempengaruhinya diantaranya yaitu:

1. Derivatif emotif. Ada sufiks-sufiks tertentu seperti diminutive (pengecilan),

augmentative (pembesaran), pejorative (perendahan), dan sebagainya. Yang

menambahkan nada emotif atau nilai rasa terhadap makna stem atau bentuk

dasarnya. Penggunaan sufiks emotif misalnya dalam bahasa Inggris: prince –

princelet, princeling, princekin ‘raja kecil’. Sufiks ‘let’ artinya kecil menunjukkan

makna ‘pengecilan’ pada stemnya, (Ullmann dalam Sumarsono, 162: 2007)

2. Elemen Evaluasi. Beberapa kata mengandung suatu elemen evaluasi yang berada

di atas atau mengatasi makna utamanya. Dalam bahasa Inggris, misalnya, kata

hovel adalah ‘tempat tinggal yang semrawut atau mengerikan’ (makna sebenarnya

‘rumah yang tidak layak huni’ Dalam bahasa Indonesia ragam kolokial frasa

nggak lucu sering dipakai untuk mengacu kepada perilaku orang yang ‘tidak

masuk akal’, tidak pantas; tidak layak (Ullmann) dalam Sumarsono (162:2007).

Contoh dalam BMS kata ‘gubuk’.

3. Nilai Emotif. Nilai emotif dilihat dari kata yang fungsi utamanya adalah

mengungkapkan penilaian seseorang terhadap sesuatu secara emotif. Misalnya

kata sifat seperti ‘baik, lucu, bodoh’ dan lawan kata dari itu. Unsur emotifnya lebih

Universitas Sumatera Utara dari sekedar overtone: kata-kata seperti itu dipakai untuk ‘menilai’ sifat keadaan

seseorang atau keberadaan suatu benda.

4. Nilai Evokatif. Nilai evokatif yang terdapat dalam kata-kata yang digunakan

membangkitkan kesan lingkungan itu, walaupun istilah yang dipakai berbeda

dengan konteks (ruang pembicaraan). Contohnya Arkaisme, kata-kata asing, slang,

contoh: ‘gue, elo, bro’ dan vulgarisme, contoh:’bangke’ sebutan untuk orang yang

dibenci, atau tubuh manusia. Setiap kata dalam imajinasi mempunyai daya

pembangkit yang sama kekuatannya dengan makna dalam pengertian yang

sebenarnya.

2.3.4.3. Perangkat Emotif (Emotive Device)

Penelitian makna emotif dalam pepatah, digunakan perangkat emotif untuk mempermudah pemahaman analisis emotifnya Karena pepatah selalu menggunakan bahasa kiasan atau figuratif dan diucapkan dengan intonasi yang kadang-kadang tinggi dan rendah sesuai dengan emosi yang ingin diungkapkan. Untuk mensignifikasikan maksud dan tujuan hati dari pepatah, selalu diulang-ulang atau dibolak-balikkan dalam kalimat. Setiap bahasa mempunyai perangkat khusus, disebut dengan perangkat emotif yang dapat memperkuat dan membangkitkan signifikan emotif suatu kata. Perangkat tersebut digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu: fonetik, leksikal, dan sintaksis.

1. Perangkat Fonetik; di bawah suatu tekanan emosi tertentu, bentuk suatu kata bisa

diubah dengan berbagai cara. Dalam seruan “Well I never!”, kata never diucapkan

dengan tekanan berat dan konsonan awalnya cenderung dipanjangkan. Contoh

Universitas Sumatera Utara dalam Bahasa Indonesia: “cepatlah!”. kata ‘lah’ diucapkan dengan tekanan berat

dan konsonan awalnya cenderung dipanjangkan. Perangkat yang biasa disebut

perangkat ’fonostilistik’ ini dalam beberapa bahasa ditata secara sistematis.

Tekanan emotif mengambil bentuk sentakan hembusan nafas yang kuat. Adanya

perubahan suprasegmental yaitu adanya penambahan huruf vokal, contoh: banyak

menjadi “buanyak” maknanya “banyak sekali”. Selain menggunakan perangkat

fonetik teori Ullmann, analisis pepatah nasihat dalam perangkat fonetik juga

menggunakan teori nada atau pitch menurut Chaer. Menurut Chaer (2007: 121)

“nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi”. Ada lima macam nada,

yaitu: nada naik atau meninggi biasanya diberi tanda garis ke atas /…../. Nada

datar biasanya diberi tanda garis lurus mendatar /…../. Nada turun atau merendah

diberi tanda garis menurun /……/. Nada turun naik yaitu nada yang merendah lalu

meninggi, biasanya diberi tanda seperti /….../. Nada naik turun yaitu nada yang

meninggi lalu merendah, biasanya ditandai dengan /….. /. Kelima nada ini terdapat

dalam pepatah nasihat Melayu Serdang Bedagai pada saat diucapkan.

2. Perangkat Leksikal. Perangkat leksikal yang paling potensial yang tersedia untuk

tujuan-tujuan emotif dan ekspresif adalah bahasa figuratif (kias). Perangkat ini

bisa beroperasi baik secara eksplisist, dengan cara perbandingan, maupun secara

implisit, dengan metafora. Contoh: “rambutnya bak mayang terurai” maknanya

lebih tajam daripada mengatakan”rambutnya cantik sekali”. Dalam penelitian ini,

perangkat leksikal menggunakan metafora leksikal, karena pepatah BMS dalam

menajamkan, memadatkan arti, dan menyatakan perasaan yang kuat dengan cara

Universitas Sumatera Utara melebih-lebihkan, banyak menggunakan leksikal. Contoh dalam bahasa Inggris:

awful ’dasyat’, dreatful ’dasyat, hebat’ frightful’ dasyat, menakutkan’,

terrific’mengerikan’.

3. Perangkat Sintaksis. Salah satu perangkat emotif yang sangat penting dalam

sintaksis adalah urutan kata. Kata-kata dapat dipindah-pindahkan dengan bebas

untuk mengatakan bahwa ada suatu tujuan penekanan atau pengutamaan dan untuk

mencapai efek emotif. Nilai emotif dari kata sifat dalam posisi terbalik dapat

diperkuat dengan mengulangnya. Contoh: “Menjadikan muslim yang intelektual

dan intelektual muslim” ( Motto Yayasan Hajjah Rahmah Nasution/ Perguruan Al-

Azhar Medan).

Dalam menganalisis makna emotif dalam pepatah BMS ini dibatasi dengan menggunakan perangkat emotif saja untuk mempermudah pemahamannya terhadap subjek yang dikaji dan tidak simpang siur.

2.4. Aspek-aspek Makna

Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Shiply dalam Suwandi (2006:

63) dapat dilihat dari empat aspek, yaitu: (1) Pengertian (sense); (2) perasaan

(feeling), (3) Nada (tone), dan maksud (Intention). Uraian berikut ini akan menjelaskan aspek-aspek ujaran tersebut.

Pengertian (sense). Aspek makna sering disebut dengan tema. Pengertian dapat dicapai apabila antara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi memiliki kesamaan bahasa. Contoh, kita ingin menyatakan suasana piknik yang menyenangkan:/asyik banget tempatnya, sejuk/, maka pendengar harus menpunyai

Universitas Sumatera Utara pengertian satuan-satuan/asyik, banget, tempatnya, dan sejuk/. Jadi Pengertian adalah pengetahuan tentang suatu dalam pikiran dan kesanggupan intelegensi untuk menangkap makna suatu situasi atau perbuatan.

Perasaan (nilai rasa/feeling). Bentuk dasar kata perasaan adalah rasa. Kata rasa antara lain mempunyai pengertian: (1) tanggapan lain melaui indera; rasa sedih, bimbang, takut, dan sebaginya; (2) pendapat (pertimbangan) mengenai baik atau buruk, salah atau benar, adil atau tidak, dan sebagainya. Dalam hidup keseharian senantiasa berhubungan dengan rasa dan perasaan, dapat merasa sedih, gembira, jengkel, benci, dingin dan sebagainya. Nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, Jadi, setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.

Nada (tone). Aspek makna nada menurut Shiply adalah sikap pembicara terhadap mitra bicara dalam (Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan dengan aspek makna yang bernilai rasa. Hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.

Maksud (intention). Aspek maksud menurut Shiply dalam Pateda (2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan.

Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.

Aspek makna terhadap pepatah BMS adalah aspek nilai rasa karena pepatah yang diucapkan masyarakat berdasarkan rasa yang ada di hati, yaitu maksud hati dan

Universitas Sumatera Utara perasaan mereka sesuai dengan keadaan emosi jiwa mereka. Oleh karena itu, dalam tesis ini pepatah BMS di kaji dalam makna emotif sesuai dengan nilai rasa dan dalam kajian semantik kognitif. Karena suku Melayu dalam mengungkapkan isi hatinya baik dalam hal baik atau buruk selalu mempertimbangkan perasaan orang lain (terkandung nilai rasa) dan selalu dipikirkan terlebih dahulu sebelum diungkapkan. Ucapan yang dipikirkan adalah tergolong ke dalam semantik kognitif. Karena semantik kognitif adalah makna kata yang diperoleh dari pikiran yang kemudian diungkapkan.

Dari penjabaran jenis-jenis makna di atas, dapat ditentukan dalam tesis ini bahwa pepatah BMS dapat dikaji secara semantik kognitif dalam makna emotif dan aspek makna yang ada dalam lingkungan emosi. Karena dalam makna emotif bertalian erat dengan leksem yang ducapkan masyarakat pemakai bahasanya, pandangan hidup yang ada dalam masyarakatnya, serta mengandung makna nilai- nilai moral dari leksem yang diucapkan. Misalnya: pepatah Melayu Serdang

“Selubung menolak mayang’/‘Habis manis sepah dibuang’, maknanya /seseorang dengan mudahnya melupakan kebaikan orang lain setelah ia menikmati kebaikan orang yang membantunya. Dalam pepatah ini makna emotifnya dipengaruhi oleh perangkat leksikal. Karena makna emotif dalam pepatah tersebut sudah jelas terlihat kesedihan dan kekecewaan penutur terhadap seseorang atas perlakukan jahat seseorang yang menjadi teman dekatnya dari kata selubung = penutur (berfungsi sebagai penutup mayang) dan mayang = seseorang sebagai (yang ditutupi oleh selubung). Pepatah ini diucapkan oleh penutur setelah dipikirkannya kata-kata apa yang pantas yang bisa mengungkapkan rasa marah, kecewa dan sedih untuk

Universitas Sumatera Utara seseorang yang telah mengecewakannya. Kajian ini yang mengeratkan kajian semantik kognitif dengan makna emotif.

2.5. Pepatah

Pepatah adalah hasil budaya manusia dalam bidang bahasa, dimana pepatah dikategorikan kedalam karya sastra lisan, khususnya sastra Indonesia. Kebanyakan suku di Indonesia ini dari zaman dahulu sampai sekarang (walaupun zaman sekarang ini sudah jarang digunakan orang) dalam bercakap-cakap atau dalam suatu acara dalam menyampaikan isi hati, maksud dan tujuan, mereka selalu menggunakan peribahasa. Menurut Iper, dkk (1997:15) peribahasa adalah bagian dari pepatah- petitih.

Pepatah adalah salah satu revolusi bahasa yang digunakan MMS sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, maksud hati kepada orang lain, dan itu sudah menjadi budaya dan kebiasaan mereka. Dalam pepatah tersimpan pesan-pesan moral untuk memperbaiki pola hidup, tingkah-laku, berbicara, sopan-santun dan budi bahasa mereka terhadap orang lain.

Seperti yang dikatakan Awang, dkk (2005:139) bahwa “pepatah Melayu adalah sekelompok atau susunan kata-kata atau percakapan pendek, tetap susunan yang mengandung maksud tertentu termasuk pengajaran dan kebenaran tentang sesuatu. Pepatah Melayu mengandung nilai-nilai mengenai cara berpikir dan bertindak di masyarakat. Ia adalah warisan orang tua dahulu dan berkembang dari generasi ke generasi secara lisan dan tulisan”. Nilai-nilai dan cara berpikir ini adalah tergolong ke dalam ungkapan emosi melalui perasaan dan perasaan itu berbentuk

Universitas Sumatera Utara nilai rasa yaitu rasa marah, benci, suka, senang, bahagia, gembira, peduli, dan cinta.

Karena dalam emosi manusia, bahasa berperan sangat penting dan bahasa merupakan alat utama untuk mengungkapkan penghayatan serta pengalaman emosi yaitu melalui kata-kata yang mengandung emosi. Relevan dengan pendapat Brunvan (1987;62-63) dalam Sinar (2002;111): yaitu, bahasa paling tidak berfungsi untuk menyampaikan pesan-pesan yang bermanfaat, berperan edukatif, bahkan pula sebagai ”social pressure” dan “social control”.

Menurut Abdullah Hussein (1991) dalam Awang, dkk, (2005:62) mengatakan bahwa” pepatah Melayu sama tuanya dengan bahasa bangsa Melayu dan ia mula digunakan apabila manusia mulai mengenal peradaban. Beliau juga mengatakan bahwa pepatah Melayu berasal dari tiga sumber utama yaitu, pertama dari rakyat jelata yang mencipta pepatah melalui pengalaman hidupnya, kedua, orang-orang arif dan bijaksana yang mengeluarkan ungkapan kata-kata dari hasil renungannya, dan ketiga dari Kitab suci”.

Jadi pepatah dalam BMS berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan moral secara lisan dan tulisan. Pesan moral secara lisan dan tulisan merupakan ide-ide (pikiran) serta satu sistem dari nilai-nilai murni yang ada dalam pikiran MMS untuk menyampaikan rasa yang ada dalam hati berupa bunyi dalam bentuk pepatah.

2.5.1. Jenis-Jenis Pepatah

Pepatah dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: bidal, pepatah, perumpamaan, dan ungkapan. Untuk lebih memahami pemahaman tersebut, dikutip

Universitas Sumatera Utara dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988): (1) Bidal adalah pribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, sindiran, dan sebagainya. Contoh:” Arang habis abu binasa” artinya: tiada guna bertengkar karena tidak ada untungnya, sama- sama merugi. (2). Pepatah adalah peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua-tua (bisanya dipakai atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara) seperti: ‘Air beriak tanda tak dalam” artinya orang yang banyak cakapnya berarti kurang ilmunya. (3) Perumpamaan yaitu cara berumpama, pribahasa yang berupa perbandingan, Contoh: “Bagai air di daun talas” artinya orang lupa balas budi.

“Bagai pinang dibelah dua” artinya wajah dua orang yang tiada bedanya. (4)

Ungkapan yaitu gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Contohnya: ‘Patah tumbuh hilang berganti’ artinya: apabila seorang pemimpin meninggal maka selalu ada gantinya.

2.5.2. Kedudukan dan Fungsi pepatah

Di Indonesia pepatah itu selain sebagai alat untuk mengemukakan tujuan ia juga sebagai mutiara bahasa, bunga bahasa dan juga sebagai kalimat yang memberikan pengertian yang dalam, lebih luas dan tepat yang disampaikan dengan halus dan dengan kiasan (Iper, dkk, 1997:16). Pepatah sering digunakan untuk memberi nasihat, sindiran halus, memberi pujian, untuk mematahkan pembicaraan lawan bicara dan sebagai bahasa diplomasi (Iper, dkk, 1997:17). Pepatah Melayu sering digunakan sebagai suatu cara untuk memberi nasihat kepada orang karena cara ini lebih berkesan dari pada menyampaikan secara terang-terangan. Sesuai dengan emosi masyarakat Melayu yang beradab sopan dan lemah lembut, peribahasa ini

Universitas Sumatera Utara dapat membantu supaya nasihat yang diberi tidak melukai hati orang yang dinasihati.

Selain itu juga digunakan untuk menyindir, memuji, dan berdiplomasi (Awang, dkk,

2005:62).

2.5.2.1. Nasihat

Pepatah yang dipakai untuk memberi nasihat lebih efisien dan efektif karena lebih lembut dan dapat diterima dari pada memberi nasihat secara terus terang.

Contohnya: Ada periuk berkerak, ada lesung berdedak. Maknanya : apabila hendak senang, harus sanggup susah.

2.5.2.2. Sindiran Halus

Pepatah digunakan untuk menghindarkan penggunaan kata-kata yang kasar dan tajam dalam menyindir perbuatan atau sifat yang kurang baik atau salah supaya tidak melukai hati orang yang dimaksud. Contoh: Tong kosong nyaring bunyinya.

Maknanya: Orang yang tidak berilmu, tetapi banyak bicaranya.

2.5.2.3. Pujian

Pujian yang disampaikan melalui pepatah terdengar lebih enak didengar, halus dan menyenangkan hati. Kalau disampaikan secara terus terang dikhawatirkan bisa dianggap mengejek. Contoh: Bibirnya bak delima merekah, rambutnya bak mayang terurai dan alisnya bak semut beriring. Maknanya: memuji kecantikan seorang wanita dari bibirnya, rambut adan alisnya.

Universitas Sumatera Utara 2.5.2.4. Bahasa Diplomasi

Dalam berdiplomasi seseorang harus mempunyai kecakapan menggunakan pilihan kata yang tepat bagi keuntungannya berunding, berdagang, dan sebagainya.

Contoh: Habis beralur maka beralu-alu. Maknanya: Mula-mula berunding dengan baik, tetapi kalau tidak dapat juga mencapai persetujuan barulah kekuatan tenaga diadu. beralur = berunding.

2.6. Kajian Terdahulu

2.6.1. Pepatah-Petitih Dalam Bahasa Dayak Ngaju oleh Dunis Iper, dkk (1997)

Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak Ngaju. Ditinjau dari sudut kebudayaan asli rakyat Kalimantan Tengah, pepatah-petitih ini mempunyai peranan yang penting, yaitu: dengan menggunakan pepatah-petitih dalam pergaulan sehari-hari, bahan pembicaraan akan lebih bermakna. Penulis melakukan penelitian ini karena hanya sebagian kecil saja generasi muda Kalimantan Tengah yang menggunakan bahasa Dayak Ngaju yang lancar dan benar, terutama pepatah-petitih dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah masalah pepatah-petitih bahasa

Dayak Ngaju, yang meliputi aspek-aspek berikut: Konsep pengertian pepatah-petitih, jenis-jenis pepatah-petitih Bahasa Dayak Ngaju yaitu: Bidal, pepatah, Perumpamaan, dan Ungkapan; serta Arti pepatah-petitih dalam bahasa Dayak Ngaju dalam Bahasa

Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk pemerian data tentang pepatah-petitih, jenis-jenis pepatah-petitih bahasa Dayak Ngaju; bidal, pepatah, perumpamaan dan ungkapan, serta Arti pepatah-petitih bahasa Dayak Ngaju dalam bahasa Indonesia

Universitas Sumatera Utara metode pengumpulan data ialah metode studi lapangan dengan teknik wawancara, rekaman, dan studi pustaka. Metode dalam menganalisis digunakan metode deskriptif. Metode analisis data untuk penelitian ini menggunakan metode terjemahan kedalam bahasa Indonesia secara harfiah. Sumber data diperoleh dari informan yaitu semua penutur asli pepatah-petitih. Penelitian ini menemukan keseluruhan pepatah- petitih yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) bidal 147 buah, (20) pepatah

385 buah, (3) perumpamaan 307 buah, (4) ungkapan 116 buah, jumlah keseluruah

955 buah. Pepatah-petitih dayak Ngaju berisikan materi yang mengandung pengajaran, pendidikan, nasihat, pujian, sindiran, petunjuk, peringatan, dan bahasa diplomasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai studi perbandingan antara bahasa Dayak ngaju dengan bahasa lain. Kajian di atas sangat relevan dengan penelitian dalam tesis ini yaitu sama-sama mengkaji masalah pepath- petitih, hanya berbeda objek kajian dan metode analisisnya. Dalam tesis ini objek kajiannya adalah upacara adat pernikahan, khatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul dalam adat Melayu Serdang. Metode analisisnya menngunakan metode reduksi data

(penelaahan, menafsirkan arti dan menghubungkannya dengan aspek makna), model data (dengan menggunakan model bagan dan tabel), dan verifikasi data (mencari makna, pola, tema, hubungan dan persamaan), sedangkan dalam penelitian Iper, dkk objek kajiannya adalah kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak Ngaju yang ada di

Kalimantan Tengah dengan metode terjemahan.

Universitas Sumatera Utara 2.6.2. Emosi Melayu (Pepatah Melayu: Hubungan Antara Emosi Melayu Dengan Pemikiran Sufisme oleh Awang, dkk (2005)

Penelitian ini menelaah tentang emosi Melayu, yaitu emosi Melayu dalam pepatah dan kaitannya dengan pemikiran sufisme. Penelitian ini memokuskan pada emosi yang berdasarkan pada gambaran emosi seseorang baik dalam tuturan dengan intonasi, konteks, perlafazan, dan tinggi rendahnya suara. Penelitian ini menemukan emosi orang Melayu berbeda dengan emosi orang India, orang Cina, dan sebagainya.

Dalam konteks budaya Melayu, emosi dapat berbentuk verbal dan non-verbal. Dalam bentuk verbal contohnya, leksikon kata-kata yang digunakan berupa sedih, suka, gembira, marah, sayang, benci, dan sebagainya. Dalam bentuk non-verbal emosi

Melayu diperlihatkan melalui mimik muka dan pergerakan “body language”.

Contohnya: dengan cara membeliakkan bola mata sudah menunjukkan emosi marah, dan tidak suka secara terang-terangan. Emosi non-verbal ini bersifat “cultural specific”, yang diinterpretasikan.

Emosi merajuk pada orang Melayu dapat dilihat dalam pepatah Melayu.

Emosi orang Melayu selalu mengikuti hati dan perasaan yang menyebabkan munculnya suatu konflik akhirnya menimbulkan perpecahan dan pertengkaran yang merugikan orang Melayu. Inilah yang menjafi fenomena dalam emosi Melayu.

Pepatah Melayu penuh dengan kata-kata yang membangkitkan nilai-nilai murni dari ajaran Islam. Pepatah ini ada kaitannya dengan pemahaman para sufisme yang mencoba memperlihatkan perkembangan pepatah seiring dengan ajaran Islam.

Contoh: “Rezeki Secupak Tak Kan Jadi Segantang”. Pepatah ini ada kaitannya dengan konsep rezeki seorang Islam itu ditentukan oleh Allah S.W.T. Unsur-unsur

Universitas Sumatera Utara keislaman dan tauhid jelas terlihat dalam pepatah ini, karena persoalan rezeki memang sudah ditakdirkan oleh Allah.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah membicarakan emosi orang Melayu dari berbagai sudut dan disiplin ilmu untuk melihat bagaimana emosi ini diarahkan supaya tidak merugikan orang Melayu. Diharapkan orang lain akan lebih mengenali dan memahami jiwa, cita rasa, emosi, dan wawasan orang Melayu. Kajian di atas mempunyai relevansi yang sangat erat dengan kajian dalam tesis ini, yaitu: pengkajian emosi Melayu yang muncul dalam pepatah dari segala segi kehidupan yang menyatakan rasa senang, sedih, marah, dendam, suka, benci, takut, malu, dan bosan. Sedangkan tesis ini meneliti tentang makna emotif dalam pepatah nasihat yang dikhususkan dalam acara adat pernikahan, khatam Al-Qur’an, dan sunat Rasul.

2.6.3. Representasi Ideologi Masyarakat Melayu Serdang dalam Teks Situasi dan Budaya oleh T.Thyrhaya Zein (2009)

Penelitian ini bertujuan mengkaji fenomena semiotik sosial Melayu Serdang

(MS). Penelitian difokuskan pada pengungkapan representasi ideologi dalam bahasa

(teks), situasi, dan budaya. Penelitian ini menemukan bahwa ideologi Masyarakat

Melayu Serdang (MMS) diwarnai dan diwataki oleh Proses Material, Proses

Relasional, dan Proses Mental (Trilogi MMS). Pencirian ideologi MMS oleh ketiga jenis proses transitivitas ini dimotivasi oleh realita sosial MMS, yang menganut dan mengamalkan trilogi MMS sebagai ideologinya, dalam berbagai peristiwa dan kegiatan situasional dan budayawi. Trilogi MMS ini direpresentasikan dalam pengalaman, situasi, dan budaya dan diorientasikan untuk berbuat, bekerja, bergerak, berkegiatan, bertindah, dan bereaksi. Bahasa dengan gramatika transitivitasnya

Universitas Sumatera Utara sebagai representasi simbolik mengobservasi realitas sosial MMS dan mewujudkannya melalui Proses Material. Kemunculan Proses Mental sebagai dipicu oleh banyaknya keterlibatan fungsi Partisipan Pengindera sebagai Subjek klausa yang berjenis manusia, terutama dalam peristiwa dan kegiatan faktual maupun imajinatif yang mengandung nilai dan ajaran budi pekerti, terutama yang diungkap dalam syair lagu dan cerita rakyat. Pada tataran konteks Budaya, teks merepresentasikan fungsi sosial, struktur generik, dan ciri linguistik pada teks MS. Teks pantun, syair, mantra, cerita rakyat, pidato, khotbah Jumat, dan wawancara (percakapan) dengan nelayan dan petani MS menjadi bagian budaya dan produk budaya MS. Bahasa, situasi, dan budaya secara bersama-sama merupakan bentuk ekspresi ideologi MS yang memuat nilai-nilai dan norma-norma sosial yang tercermin dalam trilogi Manusia dengan

Pencipta (MP), Manusia dengan Alam (MA), dan Manusia dengan Manusia (MM).

Rangkuman kajian Zein (2009) sangat relevan diungkapkan dalam tinjauan tesis ini dan perbedaannya, kajian Zein tidak menganalisis makna emotif dalam pepatah bahasa Melayu Serdang tetapi fokus kepada Bahasa dengan gramatika transitivitasnya sebagai representasi simbolik mengobservasi realitas sosial MMS dan mewujudkannya melalui dominasi Proses Material. Contohnya dalam teks pantun, pepatah, syair, mantra, dan cerita rakyat yang dikaitkannya dengan aktivitas dan karakter budaya BMS karena bahasa merupakan salah satu wujud dari budaya dan kebiasaan karakter.

Universitas Sumatera Utara 2.6.4. Konfigurasi Medan Leksikal Emosi Bahasa Melayu Serdang oleh Mahriyuni (2009)

Studi ini menelaah sejumlah medan leksikal emosi yang dihasilkan oleh penutur Melayu Serdang berdasarkan variasi sosial. Studi ini memokuskan pada makna kata leksikon emosi Melayu Serdang. Teori yang digunakan adalah teori semantik struktural. Berdasarkan reaksi semantik bersama yang mengandung makna umum dan makna khusus yang menandai komponen tertentu, dari seratus lima puluh tiga emosi terbentuk tujuh medan leksikal emosi yaitu(1) Medan Leksikal (EMOSI)

Senang; (2) Medan Leksikal Sedeh; (3) Medan Leksikal Marah; (4) Medan Leksikal

Bosan; (5) Medan Leksikal Benci; (6) Medan Leksikal Takut; (7) Medan Leksikal

Malu. Ketujuh medan leksikal itu dapat ditata secara hierarki menjadi sepuluh tataran dari medan leksikal terbesar atau terluas sampai dengan medan leksikal terkecil.

Untaian, lirik, pantun dan ungkapan leksikal emosi bahasa Melayu Serdang tidak hanya memiliki makna kebahasaan, tetapi juga mencerminkan nilai budaya dan sikap positif yang bernuansa ajaran Islam. Hal ini memberi pedoman bagi hidup dan kehidupan manusia sebagai makhluk Allah untuk berkepribadian baik dan jujur agar berguna bagi lingkungannya.

Dari uraian singkat tentang konfigurasi medan leksikal emosi dan aspek semantik penutur bahasa Melayu menurut Mahriyuni, diperoleh beberapa medan leksikal emosi berdasarkan reaksi semantik yang mengandung makna umum dan makna khusus, yaitu: medan lesikal senang, sedeh, marah, bosan, benci, takut, dan malu. Medan leksikal ini diperoleh berdasarkan variasi sosial masyarakat Melayu

Serdang. Medan leksikal emosi ini diungkapkan melalui untaian, lirik, pantun, dan

Universitas Sumatera Utara ungkapan. Medan leksikal emosi dari ungkapan adalah yang menjadi relevansi dengan penelitian ini dan perbedaannya adalah kajian ini difokuskan terhadap kajian analisis makna emotif dalam pepatah BMS. Emosi diungkapkan melalui kata-kata yang diucapkan dalam pepatah maka diperoleh makna emosi. Keistimewaan penelitian ini adalah menganalisis pepatah yang merupakan output dari ungkapan emosi dan langsung terlihat dari kata-kata yang diucapkan.

2.6.5. Ciri Akustik Bahasa Melayu Serdang (BMS) oleh Syarfina.T dan Sinar,T.S (2010)

Penelitian ini menelaah tentang ciri akustik tuturan BMS menjadi penanda social penutur yang terbagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan variable bebas, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, kelas sosial, dan keseringan pemakaian BMS. Penelitian ini memokuskan pada ciri akustik mana yang signifikan sebagai penanda modus, apakah ketiga modus tuturan yang diamati menandai kelompok sosial tertentu, dan mencari ciri suprasegmental apa yang sesungguhnya yang menandai keompok-kelompok sosial itu. Penelitian ini menemukan nada tertinggi, nada dasr, nada final, nada rendah, durasi, dan intensitas dapat dijadikan pemarkah sosial penutur Bahasa Melayu Deli. Perbedaan yang signifikan untuk intensitas ditemukan pada tuturan kelas social saja. Tuturan dalam BMS hanya bergulat nada 1 oktaf saja. Tidak ditemukan perbedaan pada eksekusi nada final pada variabel jenis kelamin perempuan. Pada variabel generasi ditemukan tuturan usia muda lebih tinggi julat nada, nada dasar, nada final dan ekserkusi nada final dari pada tuturan usia tua. Durasi deklaratif lebih besar disbanding dengan durasi interaktif.

Universitas Sumatera Utara Adanya perbedaan pada intensitas dasar, final, tertinggi, dan rendah pada variabel jenis kelamin generasi, pendidikan, dan pekerjaan. Simpulannya ciri akustik tuturan

BMS menjadi penanda sosial penutur yang terbagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan variabel bebas, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, kelas sosial, dan keseringan pemakai BMS. Relevansi kajian ini adalah kajian akustik BMS yang meneliti tentang tinggi dan rendahnya nada, nada final, durasi dan intensitas tuturan yang menggunakan instrumen praat object berkenaan dengan kajian dalam tesis ini dalam hal analisis makna emotif dalam pepatah berdasarkan pada perangkat fonetik dengan cara mencari tekanan suara pada leksem atau kata dan hembusan nafas yang kuat pada silabel yang mana dalam pepatah. Cara mencari tekanan suara dan hembusan nafas yang kuat dengan menggunakan alat perekam (walkman) dan mendengarkan suara dengan seksama.

2.6.6. Ungkapan Verbal Etnis Melayu dalam Pemeliharaan Lingkungan oleh Sinar, T.S (2010)

Penelitian ini menelaah tentang sastra lisan dan falsafah keekologian bahasa

Melayu Serdang sebagai aset budaya komunitas penuturnya, baik dari sejarah perkembangannya, keberadaannya secara fungsional terutama pada era dan arus budaya global untuk dipertahankan karena sebagai salah satu kekuatan dan ciri jati diri masyarakat Melayu Serdang di antara komunitas-komunitas tutur lainnya di Deli

Serdang dan Serdang Bedagai. Ungkapan kelisanan dan kefalsafahan ekologis

Melayu Serdang adalah kekuatan lokal yang menjadi pilar penyangga bangsa

Indonesia karena menyimpan kekayaan makna dan nilai-nilai kehidupan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara Masalahnya pilar-pilar tersebut hampir punah karena adanya perubahan ragawi pada masyarakat Melayu yaitu hancurnya kerajaan Kesultanan Serdang oleh Belanda tahun

1946. Hal ini memengaruhi pada perubahan infrastruktur (kerajaan) dan suprastruktur

(konsep, ide khususnya pepatah, jargon, dan larangan-larangan yang terkait dengan lingkungan). Penelitian ini menemukan konteks situasi ungkapan verbal secara eksprensial telah mengungkapkan realitas medan ungkapan verbal melalui leksikogramatika, secara interpersonal mengungkapkan hubungan dan interaksi sosial pelibat, dan secara tekstual mengungkapkan sarana merangkai peristiwa lingkungan alam disuarakan secara fonologis dan dituliskan secara grafologis. Dari permasalahan dan penemuan penelitian, maka hasil dari penelitian adalah menemukan ideaologi- ideologi yang terkandung di balik ungkapan-ungkapan dalam bahasa Melayu Serdang adalah berguna untuk kehidupan mental dan kepribadian generasi baru sebagai pewaris nilai-nilai masa lalu yang memang perlu dilanjutkan. Oleh karena itu perlu adanya gerakan untuk merekontekstualisasikan sebagai konsep pemerintah dan mensosialisasikan pemeliharaan lingkungan kepada masyarakat berlangsung lewat bahasa.

Relevansi penelitian ini dengan kajian tesis, adalah ungkapan digali kembali karena untuk membangun lingkungan, mental dan jiwa generasi muda yang baik lewat bahasa. Dalam tesis ini kajiannya adalah pepatah, dan ungkapan adalah bagian dari pepatah. Tesis ini menganalisis makna emotif dalam pepatah yang berhubungan dengan perkembangan jiwa/mental generasi muda yang sudah meninggalkan jauh pepatah dalam hidup mereka.

Universitas Sumatera Utara 2.6.7. Pergeseran Leksikon Kuliner Melayu Serdang Terhadap Remaja Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai oleh Sinar,T.S, dkk (2011)

Penelitian ini bertujuan menemukan dan mendeskripsikan leksikon kuliner nomina bahasa Melayu Serdang, untuk diwariskan sebagai pengetahuan dan pemahaman generasi muda dan mengenai leksikon kuliner nomina Kesultanan

Serdang dan memberikan informasi yang merujuk kepada pentingnya keterpeliharaan lingkungan kesultanan Serdang sehingga masyarakat masa kini yang bermukim di sekitarnya bertanggung jawab dalam pemeliharaan lingkungan.

Saat ini generasi muda Melayu Serdang sudah mulai tidak mengenal lagi pangan kuliner Melayu Serdang, dan lebih mengenal kuliner yang modern saat ini yang cepat saji dan praktis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan dan metode kuantitatif dan kualitatif dengan instrumen untuk pengumpulan data dilakukan di Kec. Perbaungan yang berada dalam lingkungan Kesultanan Serdang masa lalu di Kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian ini menemukan beberapa pangan kuliner yang sudah mulai tidak dikenal lagi seperti: anyang kepah, botok kampong, bubur lambuk, bubur sup, darat atau terung sembah, gulai pisang emas, gulai kacang hijau dengan daun buas- buas, gulai lambuk kemuna, gulai telur terubuk, kepah, pekasam maman, santan telur terubuk, emping padi, senat, lengkong, sambal durian,sambal terasi asam sundai, sambal belacan asam binjei, danagi, halwa masekat, lubuk haji pantai surga, lempeng putih, kueh makmur, kueh

Universitas Sumatera Utara pakis, kueh pelita daun, tepung gomak, cucur badak, kueh cara, halwa renda, halwa cermai, halwa rukam.

2.6.8. Pergeseran Pepatah Nasihat pada Remaja Melayu Serdang oleh

Sinar,T.S, dkk (2010)

Penelitian ini adalah mengenai pergeseran penggunaan pepatah oleh masyarakat Desa Besar II Terjun. Metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik analisis model analisis Miles dan Huberman, dilakukan peneliti melalui tiga tahap, reduksi data, model data dengan menggunakan tabel, dan verifikasi data yaitu mengambil kesimpulan. Penelitian ini menemukan bahwa pepatah nasihat sudah jarang digunakan oleh para remaja di daerah Serdang. Dari 20 pepatah nasihat yang diajukan sebagai instrumen penelitian berbentuk kuisioner terhadap 50 responden, terbukti bahwa 39% responden sama sekali tidak mengenal dan tidak pernah mendengar 20 pepatah nasihat, 15% responden kenal dan pernah mendengar pepatah nasihat, 29% responden kenal dan tidak pernah menggunakan pepatah nasihat, dan 17% kenal dan pernah menggunakan pepatah nasihat.

Kedua hasil penelitian Sinar (2011) di atas sangat relevan dengan penelitian dalam tesis ini untuk melengkapi kajian terdahulu tentang bahasa Melayu Serdang khususnya kajian tentang pergeseran faktor-faktor yang berkaitan dengan kebahasaan

Melayu Serdang yang sudah jarang digunakan generasi muda. Perbedaannya adalah kajian ini membahas masalah bahasa dalam kuliner dan pergeseran penggunaan pepatah nasihat, sedangkan kajian tesis membahas masalah makna emotif dalam pepatah nasihat oleh generasi muda di daerah Melayu Serdang Bedagai.

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode penelitian

Secara filosofik, metodologi penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari kebenaran. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah (Harun, 2007:1-2). Menurut Arikunto (2006:160) metodologi penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.

Variasi metode yang dimaksud adalah: angket, wawancara, pengamatan, atau observasi, tes dan dokumentasi.

Dalam melakukan penelitian tentang petatah MS di daerah Pantai Cermin, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif yaitu meneliti tradisi-tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Harun, 2007:15).

Moleong (2005:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu oleh sekelompok orang. Bogdan dan Taylor (dalam

Universitas Sumatera Utara Harun, 2007:15) mengatakan “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan prilaku yang dapat diamati”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, metode penelitian deskriptif kualitatif selain untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis, menginterpretasikan, juga memaparkan dengan jelas melalui kata-kata.

Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui makna emotif dalam pepatah di kehidupan masyarakat di daerah pantai Cermin, makna emotif dan perangkat emotif dalam pepatah apa yang sering muncul dan dipakai oleh dalam kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan dalam menganalisa pepatah yaitu dengan pendekatan yang berhubungan dengan linguistik, dan budaya.

Desain penelitian deskriptif kualitatif ini dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini:

Sumber Data: Pepatah Kehidupan Masyarakat Bahasa Melayu Serdang Melayu Serdang Bedagai Desa Besar II Terjun dan informan

Teori Semantik Kognitif, Teori Makna Emotif, teori Budaya

Makna Emotif dan Makna Pepatah BMS

Bagan 1: Proses Pengumpulan Data: Model Interaktif

Universitas Sumatera Utara Proses pengumpulan data dimulai dari mencari pepatah Bahasa Melayu

Serdang baik yang masih digunakan dan diingat, atau yang sudah dilupakan.

Kemudian, proses dilanjutkan dengan menginterpretasikan makna pepatah dari sisi kehidupan masyarakat Melayu Serdang Desa Besar II Terjun dan informan. Dari penginterpretasian tersebut akan menghasilkan makna yang dianalisis dengan menggunakan teori semantik kognitif, teori makna emotif, dan teori budaya. Dari hasil analisis dapat diketahui makna emotif dalam pepatah.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian pepatah Melayu Serdang ini dilakukan di Kecamatan Pantai Cermin di Desa Besar II Terjun di Dusun 2.

3.3. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data penelitian ini bersumber dari data yang diperoleh dari informan yang dilakukan dengan cara wawancara yang menggunakan instrument penelitian. Dalam penelitian ini peneliti sebagai isntrumen penelitian juga.

3.4. Instrumen Penelitian

Penulisan dan penelitian tesis ini menggunakan instrumen yang sesuai dengan metode penelitian yang dipakai, yaitu: metode wawancara, menggunakan pedoman wawancara (ancer – ancer pertanyaan) tak berstruktur untuk mendapatkan data yang lebih asli dan lembar instrument penelitian. Selain instrument penelitian, peneliti menggunakan handycam dan walkman untuk merekam wawancara yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara 3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan tesis ini, menggunakan teknik interview (wawancara) terhadap ketua adat dan tokoh-tokoh masyarakat dengan mencatat pepatah yang diucapkan oleh ketua adat, dan mengisi lembar instrument penelitian. Wawancara dilakukan dengan cara snowball sampling yaitu informan diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi, kemudian informan ini diminta pula untuk menunjukkan orang lain, sampai tingkat data yang dibutuhkan sudah mencapai taraf “redundancy” yaitu data yang dicari sudah cukup dan tidak memerlukan informan lagi. Dengan instrumen penelitian, setiap pertanyaan mengarah pada data yang dibutuhkan yaitu, dengan cara memberikan lembar pertanyaan terstruktur. Data “mentah (pepatah)” yang diperoleh dari hasil wawancara dikelompokkan dalam jenis dan fungsinya, membuang jenis emosi dan pepatah yang tidak kental dengan bahasa Melayu dan memberikannya kode dari setiap informasi yang diperoleh berdasarkan jenis dan fungsinya. Selain itu digunakan juga teknik studi pustaka; yaitu membaca cerita-cerita rakyat dari daerah Melayu. Selain itu, teknik pengumpulan data yang dilakukan, yaitu: melakukan wawancara pada informan yang dapat dipercaya kesahihannya dengan cara catat dan rekam apa yang diucapkan penutur. Maksudnya melakukan perekaman pada semua yang dituturkan penutur melalui daya tangkap pendengar dan dilanjutkan dengan mencatat pepatah yang diucapkan penutur.

Universitas Sumatera Utara 3.6. Teknik Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpretasi menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti bukan kebenaran (Harun, 2007:74). Setelah semua data terkumpul, langkah yang harus dilakukan adalah menganalisis seluruh data yang tersedia. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan model analisis

Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (1984:21-23) dalam Emzir

(2010:129-135) ada tiga macam kegiatan dalam menganalisis data kualitatif, yaitu:

3.6.1. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang dan menyusun data dalam suatu cara bahwa kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan. Untuk menjawab masalah penelitian bagaimana makna emotif dalam pepatah BMS, digunakan teknik memilih, memokuskan, dan menafsirkan arti terhadap dokumen yang diperoleh dari daftar wawancara yang dicatat, menggunakan teori makna emotif, menghubungkannya dengan aspek makna dalam budaya Melayu Serdang. Hal ini menggunakan teori budaya dan folklor karena metode ini mengajukan soal dalam kondisi bagaimanakah suatu tindakan manusia terjadi atau suatu produk dihasilkan sehingga kita menafsirkan maknanya sesuai dengan konsep pepatah yang diucapkan. Selain itu digunakan juga teknik studi pustaka; yaitu membaca cerita-cerita rakyat dari daerah

Universitas Sumatera Utara Melayu. Contoh, pepatah yang diperoleh dari acara adat pernikahan sebanyak 35 pepatah, dari jumlah tersebut dilakukan pemilihan pepatah yang mana yang tergolong ke dalam makna emotif senang, marah, benci, malu bosan, takut, dan benci dengan mengunakan teori makna emotif, kemudian dilakukan intepretasi dengan cara menafsirkan arti dari pepatah, misalnya Pepatah “ Berbahagialah pemuda yang dapat mempersunting bunga encik” pepatah ini digolongkan ke dalam makna emotif senang dari kata ‘berbahagia’ (menggunakan perangkat leksikal) diinterpretasikan artinya yaitu Penghulu Telangkai (mengucapkan pepatah) merasa senang dan memuja gadis yang dipinang cantik, dan pemuda yang menjadi suaminya sangatlah beruntung memilikinya. Kata cantik diinterpretasikan dari kata bunga, karena bunga adalah sejenis tumbuhan yang selalu berupa cantik dan dipuja-puji banyak orang. Jadi gadis yang di pinang dipuji kecantikannya melalui kata bunga. Memuji secara tak langsung adalah kebiasaan suku Melayu yang menngunakan pepatah (informan 1). Pepatah adalah tergolong ke dalam folklor lisan, karena diucapkan sesuai dengan kebudayaan

Melayu.

3.6.2. Model Data (Display Data)

Langkah kedua dari kegiatan analisis data adalah model data. Model adalah sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Tentukan data yang mana, dalam bentuk apa dan harus dimasukkan ke dalam sel yang mana. Model ini mencakup berbagai jenis matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan. Menganalisis makna emotif dalam pepatah

BMS ini, dilakukan dan digunakan model bagan dan tabel, karena dengan model

Universitas Sumatera Utara tersebut pembaca dapat lebih cepat membaca isi, maksud dan tujuan dari peneliti dalam pendeskripsian hasil temuan serta dapat dengan mudah mengambil kesimpulan. Emosi Melayu dan pepatah serta maknanya masing-masing dijelaskan dengan menuliskannya ke dalam tabel. Kemudian menghubungkan jenis makna emosi dengan pepatah, yang disatukan dengan tabel juga. Contoh:

No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 1 berbahagialah pemuda Ung- Diplo- Penghulu telangkai memuja anak yang dapat mempersunting kapan gadis(bunga) yang akan dilamar bunga encik pada ibu anak gadis tersebut 2 Kalau ada kumbang datang Ung- Diplo- Penghulu telangkai bertanya pada menyeri kapan masi ibu si gadis apabila datang seorang pemuda (kumbang) datang melamar anak gadisnya

No Pepatah Arti/ makna Makna Analisis Perangkat Leksikal Emotif

1 Berbahagia Penghulu telangkai Senang/ Makna emotif senang ditunjukkan lah pemuda memuja anak memuji melalui bahasa figuratif yang dapat gadis(bunga) yang membandingkan(eksplisit)“bunga” mempersun- akan dilamar pada yang melambangkan seorang gadis ting bunga ibu anak gadis yang cantik jelita dipuji oleh encik tersebut seseorang Kalau ada Penghulu telangkai Senang/b Makna emotif senang ditunjukkan 2 kumbang bertanya pada ibu si ahagia melalui bahasa figuratif datang gadis apabila membandingkan(eksplisit)“kumban menyeri datang seorang g” yang melambangkan seorang pemuda (kumbang) pemuda yang gagah datang melamar anak gadisnya

3.6.3. Penarikan/Verifikasi simpulan

Langkah ketiga dari kegiatan analisis adalah penarikan kesimpulan. Bermula dari mencari ‘makna’ dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal

yang sering timbul, dan sebagainya. Jadi data yang diperoleh sejak awal sudah

diambil kesimpulannya. Penarikan simpulan dalam analisis makna emotif dalam

Universitas Sumatera Utara pepatah nasihat ini, dilakukan dengan cara menghubungkan kata-kata yang terdapat dalam pepatah yang dituturkan oleh informan dan ketua adat yang diucapkan mereka pada saat acara tertentu dalam percakapan dengan situasi dan kondisi mereka pada saat berbicara, Misalnya pada saat peneliti bertanya tentang jati diri Melayu, informan menjawab dengan suara lantang dan mengucapkan pepatah (rekaman suara informan dalam mengucapkan pepatah), Contoh rekaman suara informan yang dapat diambil kesimpulan bahwa pepatah “Pucuk dicin te ulampun ti be” diucapkannya dengan frekuensi tekanan suara tertinggi pada silabel /te/, dan terendah /be/, menunjukkan emosi senang, dan pepatah yang diucapkan pada saat acara pernikahan disesuaikan dengan acara tersebut (video acara pernikahan adat Melayu).

Penarikan simpulan sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk pararel yang disebut “analisis” ketiga tahap tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengumpulan Model Data Data

Reduksi Data Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Bagan 2. Komponen Analisis Data Model Interaktif

Dalam pengumpulan data peneliti bergerak di antara ke empat model, selama pengumpulan data, kemudian bergerak bolak-balik di antara reduksi data, model data, dan penarikan verifikasi untuk sisa hasil studi.

Universitas Sumatera Utara BAB IV

PAPARAN DATA

4.1. Pengantar

Dalam bab ini akan diuraikan data pepatah BMS yang diperoleh dari informan. Pengelompokan pepatah BMS berdasarkan jenis, fungsi dan artinya yang dikelompokkan dalam tiga acara adat yaitu acara pernikahan, khatam Al-Qur’an, dan sunat Rasul dalam adat Melayu Serdang. Data diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan. Tesis ini juga menggunakan data dari penelitian terdahulu yaitu emosi dasar dari MMS (hasil penelitian Mahriyuni) dan pepatah yang dituturkan

MMS yang diperoleh dari informan.

4.2. Kumpulan pepatah Bahasa Melayu Serdang Berdasarkan Jenis, Fungsi dan Artinya dalam Acara Adat Pernikahan

Dalam kebudayaan MMS, upacara pernikahan mempunyai beberapa tahap yaitu Merisik kecil, Merisik Rasmi dan Meminang, Menyorong tanda/bertunangan,

Jamu sukut, Akad nikah, berinai, Mengantar pengantin, dan meminjam Pengantin.

Dalam acara ini digunakan pepatah. Pelaku dari penyampaian pepatah ini adalah

Penghulu Telangkai dari pihak Laki-laki dan Mak Inang dari pihak perempuan.

Dalam acara khataman Al-Qur’an pemberi pepatah ini sebagai nasihat adalah Ustadz pemimpin Marhaban, dan pemberi pepatah pada acara sunat Rasul adalah Ustadz

(guru mengaji) yang berkhatam. Jadi Pepatah di analisis maknanya dan ungkapan emosi atau ekspresi emosi berdasarkan konteks dan situasi acara yang dilakukan.

Pepatah Melayu merupakan sesuatu untuk menyampaikan maksud, isi hati, baik yang

Universitas Sumatera Utara baik atau yang buruk, ungkapan emosi berupa marah, senang, malu, bosan, takut, benci, dan sedeh dengan cara halus supaya tidak menyinggung perasaan lawan tutur

(informan 3, 2011). Pepatah berupa nasihat, pujian, pendidikan, sindiran dan untuk berdiplomasi. Kumpulan pepatah ini dikelompokkan berdasarkan jenis dan fungsinya, arti serta digunakan dalam upacara adatnya. Beberapa kumpulan pepatah BMS berdasarkan jenis, fungsi dan artinya dalam upacara adat pernikahan yang diperoleh dari informan adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Kumpulan pepatah Bahasa Melayu Serdang Berdasarkan Jenis, Fungsi dan Artinya dalam Acara Adat Pernikahan

No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 1 berbahagialah pemuda Ung- Diplo- Penghulu telangkai memuja anak yang dapat mempersunting kapan masi gadis(bunga) yang akan dilamar bunga encik pada ibu anak gadis tersebut 2 Kalau ada kumbang datang Ung- Diplo- Penghulu telangkai bertanya pada menyeri kapan masi ibu si gadis apabila datang seorang pemuda (kumbang) datang melamar anak gadisnya 3 Terlalu diangkat benar, Bidal Sindiran Tidak ingin terlalu dipuji karena takut awak jatuh khawatir menjadi sombong dan merangkak tidak sesuai dengan yang sebenarnya akhirnya malu 4 Umur baru seumur jagung, Pepa- Per- Usia si gadis masih muda belum darahpun baru setampuk tah ingatan bisa dipercaya untuk mengurus pinang rumah tangga 5 Nampaknya gayung telah Pepa- Diplo- Apa yang ditanyakan dan bersambut juga tah masi diinginkan akhirnya diindahkan juga bagi yang diajak bicara 6 Sebesar – besar gunung, Pepa- Diplo- Penghulu telangkai berharap sekali lebih besar maksud yang tah masi jawaban dari pihak anak beru kami kandung menerina pinangan mereka 7 Hidup manusia dikandung Bidal Nasihat Pihak anak beru menegaskan bahwa adat, mati dikandung tanah mereka menerima pinangan berdasarkan adat 8 Ringan akan kami jinjing, Bidal Nasihat Pihak anak beru menyatakan berat akan dipikul semua beban dari pernikahan ditanggung bersama sesuai dengan perembukan 9 Lembah sama ditimbuni, Ung- Nasihat Pihak anak beru berembuk gunung sama diratakan, kapan dengan sanak saudara semua ke hulu sama berakit, ke keputusan harus dalam satu suara hilir sama berenang dari keluarga

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 10 Sesal dahulu pendapatan, Pepa- Nasihat Dalam mengambil keputusan harus sesal kemudian tak tah berhati – hati, jangan sampai salah berguna mengambil keputusan karena bisa membahayakan diri sendiri 11 Tak sia-sia pasang naik, tak Pepa- Per- Segala keputusan yang telah di sia-sia perahu berlayar, tak tah ingatan setujui supaya jangan tidak berguna sia-sia matahari terbit, tak dan hanya lelah saja yang diperoleh sia – sia ternak disembelih, tak sia –sia malim diundang, 12 Seperti sirih pulang ke Per- Diplo- Seseorang yang berjanji memenuhi gagang, seperti pinang umpam masi semua persyaratan janji sesuai pulang ke tampuk aan dengan adat 13 Diberi kelingking hendak Pepa- Sindiran Sudah disetujui acara merisik, telunjuk/macam Belanda tah penghulu telangkai segera ingin minta tanah tahu kapan bisa meminang 14 Begitu di , begitu di Pepa- Per- Apa yang diucapkan/dijanjikan hati tah ingatan itulah yang dimaksudkan 15 Tanda manusia tetap Per- Nasihat Apapun keputusan yang diambil beradat, tanda kampung umpam tetap harus dalam adat yang berlaku tetap berpenghulu aan 16 Dimana ranting dipatah, di Pepa- Nasihat Adat akan diikuti sesuai dengan situ air disauk, dimana tah adat yang ada pada anak beru tanah dipijak, disitu langit dijunjung 17 Adat bersendikan syarak, Pepa- Nasihat Semua adat yang dilakukan harus syarak bersendikan tah berdasarkan pada agama Islam kitabullah hukumnya 18 Mata mengantuk bantal Pepa- Sindiran Apa yang diinginkan mendapatkan disodorkan tah sambutan 19 Cacing punya tai, kere Pepa- Sindiran Senang tidak pada tempatnya (kera) punya “gah” tah 20 Macam abu di atas tunggul Pepa- Sindiran Gampang datang, gampang tah perginya 21 Hina besi karena karat Pepa- Sindiran Hina manusia karena melarat tah 22 Bagai ayam bertelur di atas Pepa- Nasihat Hati orang yang senang padi tah mendapatkan orang kaya 23 Siapa suka bersangka Pepa- Nasihat Jangan berburuk sangka kepada buruk, orang melarat hidup tah orang pun teruk 24 Sudah jatuh ketimpa Pepa- Nasihat Sudah mendapat musibah terkena tangga tah lagi 25 Berkotek diluar sangkar, Pepa- Sindiran Setelah perkara diputuskan, baru bertelur diluar pagar tah member keterangan 26 Nyamuk mati gatal tak Pepa- Nasihat Menaruh dendam meski perkara habis tah selesai 27 Kalau tak berhemat Pepa- Nasihat Sikap boros dapat mencelakakan cermat,karam dilaut sesat tah diri sendiri di darat 28 Tahu dilihat cermin orang, Pepa-tah Nasihat Menjaga kesopanan dan tingkah laku tahu dikias gunjing orang dan menghargai serta mewaspadai kritik dan komentar orang lain

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 29 Kalau tak ada mengada, Pepa- Diplo- Kalau tak ada hajat datang kerumah takkan tempua bersarang tah masi tuan, takkan kami datang kemari. rendah 30 Kalau takut dilanda ombak, Pepa- Diploma- Kalau tidak dicoba untuk merisik jangan berumah ditepi tah si anak gadis yang diinginkan, pantai bagaimana tahu mau atau tidak, kalau ditolak harus diterima dengan ikhlas 31 Seperti mendapat durian Pepa- Nasihat Tak disangka-sangka pinangan runtuh tah yang dilakukan oleh penghulu telangkai diterima oleh anak beru 32 Piring tak retak, nasi tak Pepa- Sindiran Apabila pinangan ditolak, tidak dingin tah mengapa, pihak laki-laki pun tak memaksa 33 Hajat hati hendak memeluk Pepa-tah Sindiran Keinginan pinangan diterima tapi gunung apa daya tangan tak kenyataannya ditolak. sampai 34 Kalau berjalan pelihara Pepa- Nasihat Dalam menjalani bahtera rumah kaki, kalau melihat tah tangga harus menjaga semua pelihara mata, kalau rambu-rambu pernikahan dan berkata pelihara lidah menjaga segalanya dengan damai 35 Pucuk dicinta ulampun Pepa- Senang Apa yang diidam-idamkan datang tiba tah tanpa diduga

4.3. Kumpulan pepatah Bahasa Melayu Serdang Berdasarkan Jenis, Fungsi dan Artinya dalam Acara Adat Khatam Al- Qur’an. Khatam Al- Qur’an adalah salah satu kewajiban orang tua di Serdang untuk merayakan bahwa anaknya telah menyelesaikan/menamatkan membaca Al –Qur’an dan sudah mulai beranjak remaja. Diharapkan dari khatam tersebut anak yang beranjak remaja dapat menjalani hidup barunya dengan banyak perubahan berdasarkan hukum adat yang berdasarkan Al- Qur’an (kitab agama Islam) (informan

2). Pepatah yang digunakan dalam acara khatam Al-Qur’an berdasarkan adat Melayu

Serdang bertujuan sebagai nasihat, bekal untuk bersikap lebih baik dari anak – anak menuju remaja, dewasa dan tua, yaitu:

Universitas Sumatera Utara Tabel 10. Kumpulan pepatah Bahasa Melayu Serdang Berdasarkan Jenis, Fungsi dan Artinya dalam Acara Adat Khatam Al- Qur’an

No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 1 Kalau berjalan pelihara kaki, Pepa- Nasihat Dalam Al-Qur’an dinyatakan kalau melihat pelihara mata, tah untuk menjaga kaki, mata dan kalau berkata pelihara lidah mulut untuk tidak melangkah, melihat dan berkata yang tidak baik 2 Ubah dan ganti tukar dan Pepa- Nasihat Setiap perubahan berpedoman anjak, bernaung pada tah kepada agama kitabullah dan sunah nabi 3 Mengubah jangan semena-mena, Pepa-tah Nasihat Jangan sewenang-wenang menurut mengganti jangan sesuka hati nafsu 4 Hilang jasa beliung, timbul jasa Pepa-tah Nasihat Hilang jasa seseorang, busuk orang rimbas tau 5 Suara seperti membelah betung Pepatah Nasihat Suara keras sekali (tak enak di dengar) 6 Beranak tiada berbidan Pepatah Nasihat Seseorang dalam kesusahan karena kebodohan sendiri 7 Bercabang bagai lidah biawak Pepatah Nasihat Orang munafik lain didepan, lain dibelakang 8 Tiada biduk karam sebelah Pepatah Nasihat Anak celaka, satu keluarga menderita juga 9 Tak usah diajar itik berenang Pepa- Nasihat Orang pintar tak usah diajari tah karena dia lebih tahu atau ahli 10 Ibarat air di daun talas Pepa- Nasihat Jangan lakukan pekerjaan yang tah sia-sia 11 Seperti ayam beranak itik Pepa- Per- Orang tua yang memiliki anak tah ingatan di zaman modern tidak dapat mengikuti cara sang anak 12 Janganlah menjadi itik tak Umpa- Nasihat Jangaanlah jadi orang yang hina sudu, ayam tak patuh ma atau benda yang tak berguna 13 Biar jatuh terletak, jangan Pepa- Nasihat Kalau sebagai pejabat lebih baik jatuh terhempas tah mengundurkan diri sebelum dipecat 14 Jauh mencari suku, dekat Pepa- Nasihat Jika merantau carilah sesuku mencari induk tah dengan kita, kalau dekat carilah carilah sekawan dengan kita 15 Rusa masih di hutan, arang Pepa- Sindiran Sesuatu yang belum diraih, tapi sudah membara tah sudah digembar-gemborkan 16 Sepuluh batang bertindih, Pepa- Sindiran Para pejabat tinggi melakukan batang di bawah yang tah kejahatan, masyarakat yang keberatan menderita 17 Bak pungguk merindukan Per- Nasihat Jangan mengharapkan sesuatu bulan umpa- yang tak mungkin diraih an 18 Besar pasak dari tiang Pepa- Sindiran Lebih banyak pengeluaran dari tah pada pendapatan 19 Macam cina kebakaran Pepa- Sindiran Heboh tak menentu jenggot tah 20 Kuini yang bau, bacang yang Pepatah Sindiran Para pekerja yang bekerja dan Nampak berpikir keras, pimpinan yangdipuji

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 21 Pinang tak berbuah, sirih yang Pepa- Sindiran kesalahan dibuat oleh diri ditebas tah sendiri, orang lain yang disalahkan

4.4. Kumpulan pepatah Bahasa Melayu Serdang Berdasarkan Jenis, Fungsi dan Artinya dalam Acara Adat Khitan/Sunat Rasul . Khitan atau biasa disebut dengan sunat Rasul adalah upacara yang harus dilakukan orang tua terhadap anak laki-laki yang mulai beranjak remaja atau aqil baligh. Dalam agama Islam hal itu diwajibkan karena untuk kesehatan yang dapat menghindari segala penyakit (informan 5). Adapun Pepatah yang digunakan dalam acara khitanan berdasarkan adat Melayu Serdang bertujuan sebagai nasihat, bekal untuk bersikap lebih baik dari anak – anak menuju remaja, dewasa dan tua, yaitu:

Tabel 11. Kumpulan pepatah Bahasa Melayu Serdang Berdasarkan Jenis, Fungsi dan Artinya dalam Acara Adat Khitan/Sunat Rasul

No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 1 Seperti mengajari itik Bidal Nasihat Memberikan pelajaran budi pekerti berenang bagi anak yang baru beranjak remaja dan menuju dewasa. 2 Seperti mengajari limau Bidal Nasihat Nasihat pada anak yang baru berduri beranjak remaja, tapi sulit untuk dinasihati. 3 Berenang galinjir, tahu Pepatah Nasihat Orang banyak ilmu tahu awak mana jantan, mana membedakan mana yang baik dan betina mana yang buruk 4 Kalau muka yang buruk Pepatah Nasihat Kalau memang kesusahan itu usah cermin dipecahkan datangnya dari diri sendiri, tidak usah orang yang disalahkan. 5 Lebih baik berputih Pepatah Nasihat Lebih baik mati dari pada tulang dari pada berputih menanggung malu mata 6 Bak pucuk eru, kemana Per- Sindiran Orang yang tak punya pendirian angin bertiup kesitu dia umpa- bergoyang maan 7 Karena mulut punggung Pepatah Nasihat Apa yang dilakukan, maka bertai perolehlah hasil dari yang dilakukan itu 8 Elok anak karena Pepatah Nasihat/ Keselarasan yang berhasil bagi emak, baik anak senang anak didik karena bapak

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 9 Kalau bersahabat Pepatah Nasihat/ Persahabatan yang hancur akibat berapat-rapat, selalu marah terlalu akrab rapat jadi mudarat 10 Hutang budi dibawa Pepatah Nasihat/ Hutang budi tak terganti sampai mati, beban tak lepas sedih mati seumur hidup 11 Terlanggar pantang Pepatah Nasihat/ Anak agar menjaga pantang dan hidup, terbuang tersalah bosan larang meskipun sulit adat hidup melarat 12 Pekak – pekak badak Pepatah Nasihat/ Dikatakan kepada anak muda yang benci pura – pura tidak mengerti mufakat orang – orang tua 13 Punggur terbang, belatuk Pepatah Nasihat/ Seseorang yang tersangkut menumpang mati takut orang lain 14 Malu bertanya sesat di Pepatah Nasihat/ Kunci ilmu adalah bertanya agar jalan malu anak pintar (bertambah ilmu) 15 Harga garam pada Pepatah Nasihat Manusia harus menjaga marwah asinnya, harga manusia diri dengan tidak membuat malu pada malunya 16 Habis manis sepah Pepatah Sindiran Seseorang memanfaatkan teman dibuang untuk kenikmatannya sendiri setelah itu dilupakan begitu saja dan dilenyapkan 17 Tong kosong nyaring Pepatah Sindiran Orang tak berilmu banyak bicara bunyinya 18 Jangan sampai cacing Pepatah Per- Nasihat buat seorang anak kalau naik ke mata ingatan menjadi pimpinan jangan sampai mau diperintah dan dikendalikan oleh bawahan atau masyarakat yang tak bertanggung jawab 19 Lentik telunjuk karena Pepatah Nasihat Nasihat orang tua pada anaknya, menunjuk jangan Cuma pandai menyuruh tapi tak mau bekerja 20 Datang tampak muka, Pepatah Nasihat Santun (punya sopan santun pulang tampak belakang 21 Sudah tumbuh rambut Pepatah Nasihat Orang menyatakan anaknya bahwa kelambir (kelapa) ia sudah aqil baligh 22 Ikan dicekuh, air tak Pepatah Nasihat Kalau mau berhasil harus tanpa keruh merugikan orang 23 Tercubit kulit ikut daging Pepatah Nasihat Jangan buat malu, karena saudara dan orang tua ikut malu juga 24 Menitipkan pisang pada Pepatah Nasihat Ceroboh, menitipkan amanat pada kere(kera) orang yang tidak dipercaya 25 Anjing menggongong Pepatah Sindiran Apapun yang dikatakan orang kafilah berlalu biarkan saja karena yang dikatakannya tidak benar 26 Celaka ayam Pepatah Sindiran Seorang anak yang sulit untuk dinasihati supaya betah dirumah tapi tidak mengerti juga maka orang tuanya menyamakan dirinya sama seperti ayam

Universitas Sumatera Utara 4.5. Kumpulan Pepatah BMS yang Sudah Modern dalam Kehidupan Masyarakat

Kehidupan modern zaman sekarang, pepatah sudah langka digunakan oleh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan pepatah terkesan kuno dan kampungan. Tetapi dari sekian banyak anak muda zaman sekarang yang sudah melupakan itu, masih ada juga yang memakai dan mengucapkan pepatah bahasa Melayu, hanya saja pengertian dan pemahamannya sudah bergeser dari makna yang sebenarnya. Makna dari pepatah tersebut disesuaikan dengan kehidupan sekarang, terkadang terkesan lucu, tetapi tetap bermakna menyindir, mendidik, atau memuji. Beberapa pepatah yang ditemukan adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Kumpulan Pepatah BMS yang Sudah Modern dalam Kehidupan Masyarakat

No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 1 Berakit-rakit kita kehulu, Pepatah Sedeh/ Orang (ekonomi ke bawah) berenang kita ketepian, pilu/ berusaha segiat apapun dia akan bersakit dahulu senang pun sindiran tetap miskin, karena para pejabat tak datang,malah mati tidak peduli dengan keadaan kemudian (lagu Zamrud) mereka dan hanya memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan rakyat kecil 2 Yang kaya makin kaya, Pepatah Marah/si Para pejabat kehidupannya makin yang miskin makin miskin ndiran makmur, tapi rakyat jelata (Rhoma Irama) kehidupannya makin melarat karena pejabat terlalu banyak melakukan korupsi. Dana pemerintah untuk rakyat ditelan sendiri. 3 Dikasi hati minta jantung, Pepatah Marah/P Sudah diberi bantuan, minta lagi, dikasi jantung minta ering- diberi lebih, menguasai bahkan nyawa, nyawa mu duluan atan membunuh, akhirnya semua yang yang ku telan (istilah anak sudah diberi diambil kembali muda) sama yang member 4 Uang mu adalah uang ku, Pepatah Marah/P Orang pada saat susah dibantu uang ku milikku sendiri ering- orang lain, tapi begitu senang, (istilah anak muda) atan hanya menikmati kesenangannnya sendiri tanpa berbagi pada yang menolongnya.

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Jenis Fungsi Arti/makna 5 Sirik tanda tak mampu Ung- Benci/ orang yang mempunyai rasa (istilah anak muda) kapan sindiran benci, iri hati atas keberhasilan orang lain, karena ketidakmampuannya

6 Gali lubang tutup lubang Ung- Bosan Untuk menutupi kebutuhan yang kapan /muak satu dilakukan peminjaman yang lain, untuk membayar pinjaman ditunggu pendapatan, setelah bayar hutang, ternyata pendapatan yang ada tak cukup terpaksa hutang lagi

Universitas Sumatera Utara BAB V

PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

5.1. Pengantar

Bab ini berisi uraian mengenai analisis makna emoti dalam pepatah BMS pada acara adat (pernikahan, sunatan dan khataman Al-Qur’an). Analisis makna emotif dari emosi dasar Melayu diuraikan dengan menggunakan teori Ullmann yaitu teori overtone emotive yang menggunakan perangkat emotif (emotive device). Bab ini juga menguraikan tentang perangkat makna emotif dominan yang sering muncul dalam pepatah.

5.2. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara Pernikahan/Khatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul Adat Melayu Menggunakan Perangkat Fonetik.

Dalam sub bab ini, akan dijelaskan tentang analisis makna emotif dalam pepatah BMS dengan cara menyatukan hasil analisis makna emotif dari emosi dasar berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan dalam Bab II dengan arti pepatah yang diperoleh dari informan. Paparan analisis dilakukan dengan mengklasifikasikan makna emosi dalam pepatah ke dalam jenisnya. Analisis dilakukan dengan menginterpretasikan arti pepatah dengan teori perangkat fonetik Ullmann. Dalam kebudayaan MMS, upacara pernikahan mempunyai beberapa tahap yaitu Merisik kecil, Merisik Rasmi dan Meminang, Menyorong tanda/bertunangan, Jamu sukut,

Akad nikah, berinai, Mengantar pengantin, dan meminjam Pengantin. Dalam acara ini digunakan pepatah. Pelaku dari penyampaian pepatah ini adalah Penghulu

Universitas Sumatera Utara Telangkai dari pihak Laki-laki, dan Mak Inang dari pihak perempuan. Dalam acara khataman Al-Qur’an pemberi pepatah ini sebagai nasihat adalah Ustadz pemimpin

Marhaban, dan pemberi pepatah pada acara sunat Rasul adalah Ustadz (guru mengaji) anak yang berkhatam. Jadi Pepatah di analisis maknanya dari ungkapan emosi atau ekspresi emosi berdasarkan konteks dan situasi acara yang dilakukan. Berikut paparan analisis makna emotif dalam pepatah yang menggunakan perangkat fonetik

Ullmann. Analisis makna emotif dalam pepatah dilakukan dengan cara mencari suku kata dalam pepatah, penekanan suara atau hembusan nafas yang kuat, dengan cara merekam suara informan pada saat mengucapkan pepatah tersebut dengan menggunakan walkman (alat perekam). Hal ini dilakukan berdasarkan teori Ullmann yang menyatakan” Tekanan emotif mengambil bentuk sentakan hembusan nafas yang kuat, tekanan suara pada kata di awal, di tengah atau di akhir kalimat. Pada hentakan dan tekanan suara akan terlihat emosi yang tersembunyi. Dalam pemaparan analisis ini tidak semua pepatah dapat dianalisis menggunakan perangkat fonetik, karena dilihat dari makna emotif dan penggunaan kata- katanya (dalam pepatah) sering menggunakan bahasa figuratif, jadi lebih dominan dianalisis secara leksikal.

Analisis pepatah BMS pada upacara pernikahan, khatam Al-Qur’an, dan sunat

Rasul dalam perangkat fonetik:

1. Diberi ke lingking hendak telunjuk/macam Be landa minta tanah. Artinya: sudah

disetujui acara merisik, penghulu telangkai segera ingin tahu kapan bisa

meminang. Makna emotif: senang/girang. Analisis: ekspresi emotif senang pada

kata “kelingking dan telunjuk, Belanda dan tanah” tekanan suara

Universitas Sumatera Utara agak dipanjangkan pada kata tersebut. ‘Kelingking’ tediri dari 3 silabel yaitu

/ke/,/ling/,/king/. Tekanan suara pada silabel /ling/ yang meliputi huruf konsonan

/l/, vokal /i/ dan puncak pada vokal /i/, ‘telunjuk’ terdiri dari 3 silabel /te/, /lun/,

/juk/. Tekanan suara pada silabel /lun/ yang meliputi konsonan /l/ dan vokal /u/,

puncak kenyaringan pada vokal /u/. ‘Belanda’ terdiri dari 3 silabel /be/, /lan/,

/da/. Tekanan suara pada silabel /lan/ yang meliputi konsonan /l/ dan vokal /a/.

puncak kenyaringan pada vokal /a/. Pada kata ‘tanah’ terdiri dari 2 silabel, yaitu

/ta/, /nah/. Tekanan suara pada silabel /nah/, terjadi hembusan nafas yang kuat

pada silabel /ah/.

2. Mata mengantuk ban tal disodorkan/Pucuk Pucuk dicin te ulampun ti be, artinya:

apa yang diinginkan mendapatkan sambutan/apa yang diidamkan datang dengan

segera. Makna emotif: senang/girang. Analisis: ekspresi emotif terdapat pada

kata ‘cinte’, huruf terakhir pada kata yaitu huruf “e”. Makna emotif juga terdapat

pada kata”bantal” yang maknanya sama dengan ‘cinte’. Kata’bantal’ tekanan

emotifnya pada ‘tal’ huruf mati ditekankan pada pengucapannya. Tekanan suara

dipanjangkan pada kata ‘cinte’ yang terdiri dari 2 silabel yaitu /cin/, /te/. Tekanan

suara pada silabel /te/ yang meliputi konsonan /t/, vokal /e/. Pada kata “bantal”

terdiri dari 2 silabel yaitu /ban/,/tal/. Tekanan suara pada silabel /tal/ yang

meliputi konsonan /t/ dan /l/, vokal /a/, puncak tekanan suara pada vocal /a/.

3. Bagai ayam bertelur di atas pa di. Artinya: Hati orang yang senang mendapatkan

orang kaya. Ekspresi emotif: senang/girang. Analisis: Makna emotif senang

terdapat pada kata ‘padi’ yaitu diakhir kalimat, karena tekanan suara ditekankan

Universitas Sumatera Utara pada kata huruf terakhir yaitu huruf “i” agak dipanjangkan. Tekanan suara yang

agak dipanjangkan pada kata ‘padi’, kata terakhir dari pepatah, yang terdiri dari 2

silabel yaitu /pa/, /di/, tekanan suara pada silabel /di/ yaitu pada vokal /i/.

4. Siapa suka bersangka bu ruk, orang melarat hidup pun te ruk. Artinya: Jangan

suka berburuk sangka kepada orang. Ekspresi emotif: marah/sindiran. Analisis:

Makna emotif marah terdapat pada kata buruk, teruk yaitu tengah dan diakhir

kalimat, karena tekanan suara ditekankan pada suku kata dan huruf ‘uk’ agak

dipanjangkan. Tekanan suara terdapat pada kata buruk dan teruk diakhir kalimat

dan agak dipanjangkan. Masing-masing terdiri dari 2 silabel yaitu /bu/, /ruk/,

/te/,/ruk/, puncak tekanan suara pada konsonan /r/ dan vokal /u/ pada kata

“buruk” dan ‘teruk’.

5. Sudah jatuh ketimpa tangga. Artinya: Sudah mendapat musibah terkena lagi.

Makna emotif: sedeh/pilu. Analisis: ekspresi emotif adalah sedeh pada kata jatuh

dan tangga, pengucapannya agak ditekankan sedikit pada silabel ‘tuh’ yaitu

hembusan nafas yang kuat dan pada silabel ‘ga’ pengucapannya dipanjangkan.

Tekanan suara ditekankan pada kata ‘jatuh’ dan tangga yang berada ditengah dan

akhir kalimat. Masing-masing kata tersebut terdiri dari 2 dan 3 silabel yaitu /ja/,

/tuh/ pada kata jatuh, dan /ta/, /ng/, /ga/. Puncak tekanan suara pada silabel /tuh/

yaitu ada hembusan nafas yang kuat pada silabel /tuh/ dan ada tekanan suara

pada silabel /ga/ yaitu pada huruf /a/.

6. Berkotek diluar sangkar, bertelur diluar pagar. Artinya: Setelah perkara

diputuskan, baru memberi keterangan. Ekspresi emotif: bosan/muak. Analisis:

Universitas Sumatera Utara Makna emotif bosan pada kata ‘sangkar’. Karena tekanan suara lebih

dipanjangkan pada kata tersebut. Tekanan suara lebih dipanjangkan pada kata

‘sangkar’ yang berada di akhir kalimat pertama. Terdiri dari 2 silabel yaitu

/sang/, /kar/. Puncak tekanan suara pada vokal /a/.

7. Nyamuk mati gatal tak habis. Artinya: Menaruh dendam meski perkara selesai.

Makna emotif: benci/demdam. Ekspresi emotif benci pada kata ‘mati’ dan

‘gatal’. Tekanan suara dipanjangkan pada huruf “i” dan ‘tal’ ditekan lebih jelas

pengucapannya. Tekanan suara dipanjangkan dan diperjelas pengucapannya pada

kata ‘mati’ yang terdiri dari 2 silabel yaitu /ma/, /ti/. Tekanan suara dipanjangkan

pada huruf vokal /i/, dan pada kata ‘gatal’ yang terdiri dari 2 silabel yaitu /ga/,

/tal/. Tekanan suara pada huruf vokal /a/ dan konsonan /l/.

8. Kalau tak berhemat cermat, karam dilaut sesat di darat. Artinya: Sikap boros

dapat mencelakakan diri sendiri. Ekspresi emotif: takut/khawatir. Analisis:

makna emotif takut pada kata karam dan sesat .Stress pada kedua kata tersebut

lebih ditekankan untuk lebih menunjukkan emosi takutnya. Tekanan suara

terdapat pada kata karam dan sesat. Masing-masing terdiri dari 2 silabel yaitu

/ka/, /ram/, dan /se/, /sat/.Tekanan suara tedapat pada silabel /ka/ pada huruf /a/,

dan /sat/ diakhir kata pada huruf /a/.

9. Tahu dilihat cermin orang, tahu dikias gunjing orang. Artinya: Menjaga

kesopanan dan tingkah laku dan menghargai serta mewaspadai kritik dan

komentar orang lain. Ekspresi emotif: malu/segan. Analisis: makna emotif malu

terdapat pada kata ‘dilihat’ dan ‘dikias’ karena pada kata tersebut lebih

Universitas Sumatera Utara ditekankan intonasinya agak tinggi pada kata ‘hat’ dan ‘ki’. Tekanan suara jelas

terdengar intonasinya lebih tinggi pada kata ‘dilihat’ dan ‘dikias’. Masing-

masing terdiri dari 3 silabel yaitu /di/, /ki/, /as/, /di/, /li/, /hat/. Tekanan suara

terdapat pada silabel /hi/, dan /hat/ yaitu pada vokal /i/ dan /a/.

10. Kalau tak ada mengada, takkan tempua bersarang rendah. Artinya: Kalau tak

ada hajat datang kerumah tuan, takkan kami datang kemari. Makna emotif:

senang/suka. Analisis: Ekspresi emotif senang terdapat pada kata ‘tempua’ dan

tekanan suara dipanjangkan pada huruf ‘pua’. Tekanan suara terdapat pada kata

‘tempua’. Terdiri dari 3 silabel yaitu /tem/, /pu/, /a/. Tekanan suara terdapat pada

silabel /pu/, yaitu konsonan /u/.

11. Kalau takut dilanda ombak, jangan berumah ditepi pantai. Artinya: Kalau tidak

dicoba untuk merisik anak gadis yang diinginkan, bagaimana tahu mau atau

tidak, kalau ditolak harus diterima dengan ikhlas. Ekspresi emotif:

takut/khawatir. Analisis: Makna emotif takut pada kata ‘takut’. Tekanan suara

dipanjangkan pada huruf ‘ta’. Tekanan suara terdapat pada kata ‘takut’, terdiri

dati 2 silabel /ta/, /kut/ yang dikuatkan suaranya pada silabel vocal /u/.

12. Seperti mendapat durian runtuh. Artinya: Tak disangka-sangka pinangan yang

dilakukan oleh penghulu telangkai diterima oleh anak beru. Ekspresi emotif:

senang/girang. Analisis: Ekspresi emotif senang pada kata’durian’. Tekanan

suara dipanjangkan pada huruf ‘rian’. Tekanan suara terdapat pada kata ‘durian’

yang terdiri dari 3 silabel yaitu /du/, /ri/, /an/. Tekanan suara pada silabel /ri/

dikuatkan tekanan suaranya dan silabel konsonan /r/ dan /i/.

Universitas Sumatera Utara 13. Piring tak retak, nasi tak dingin. Artinya: Apabila pinangan ditolak, tidak

mengapa, pihak laki-laki pun tak memaksa. Ekspresi emotif: sedeh/kecewa.

Analisis: Ekspresi emotif sedeh pada kata ‘retak’. Tekanan suara pada silabel tak

pada akhir kata, yaitu ‘retak’. Tekanan suara terdapat pada kata ‘retak’ terdiri

dari 2 sialbel yaitu /re/, /tak/. Tekana suara pada silabel /tak/ yang dikuatkan pada

suara silabel vokal /a/.

14. Hajat hati hendak memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Artinya:

Keinginan pinangan diterima tapi kenyataannya ditolak. Ekspresi emotif:

sedeh/kecewa. Analisis: Tekanan suara terdapat pada kata ‘memeluk’ dan

tangan, ucapannya dipanjangkan pada huruf ‘luk dan ta’. Kata memeluk terdiri

dari 3 silabel yaitu /me/, /me/, /luk/. Tekanan suara pada silabel /luk/ yaitu

berpuncak pada silabel /u/. kata tangan terdiri dari 3 silabel yaitu /ta/, /ng/, /an/.

Tekanan suara pada silabel /ta/, yaitu berpuncak pada silabel /t/.

15. Habis manis sepah dibuang. Artinya: Seseorang memanfaatkan orang lain untuk

kenikmatannya sendiri, setelah dimanfaatkan, orang tersebut disingkirkan dan

kalau bisa dilenyapkan (dibunuh). Ekspresi emotif: sedeh/kecewa. Analisis:

Ekspresi emotif pada kata ‘manis’ dan ‘sepah’ karena dua kata tersebut

mempunyai makna yang berlawanan, maka penutur dalam mengungkapkan rasa

sedih yang bercampur dengan kecewa menekankan pada dua kata tersebut.

Intonasinya ditekankan pada huruf ‘nis’ dan ‘pah’ dengan hembusan nafas yang

kuat. Tekanan suara terdapat pada kata ‘manis’ dan ‘sepah’ yang berada ditengah

kalimat. Kata ‘manis’ terdiri dari 2 silabel yaitu /ma/, /nis/. Tekanan suara pada

Universitas Sumatera Utara silabel /nis/ yang berpuncak pada vokal /i/. kata “sepah” terdiri dari 2 silabel

yaitu /se/, /pah/. Tekanan suara dan hembusan nafas yang kuat pada silabel /pah/

puncaknya pada silabel konsonan /h/

16. Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya: Orang yang banyak bicara tidak ada

ilmunya. Ekspresi emotif: bosan/muak. Analisis: Ekspresi emotif bosan pada kata

‘nyaring’, bunyinya. Tekanan suara ditekankan dan dipanjangkan pada huruf

‘nya’ dan ‘nya’. Tekanan suara terdapat pada kata “nyaring” dan bunyinya.

Ucapannya dipanjangkan pada akhir kata. ‘nyaring’ memiliki 3 silabel yaitu

/nya/, /ri/, /ng/, tekanan suara pada silabel /nya/ yaitu diftong /ny/. Bunyinya

terdiri dari 3 silabel yaitu /bu/, /nyi/, /nya/. Tekanan suara pada vokal /i/ pada

silabel /nyi/.

Dari paparan analisis makna emotif pepatah BMS yang menggunakan perangkat fonetik dapat disimpulkan bahwa tidak semua makna emotif dan semua pepatah dapat dianalisis dengan perangkat tersebut. Hal ini dikarenakan pepatah lebih banyak menggunakan bahasa figuratif atau metafora. Hasil analisis pepatah yang menggunakan perangkat fonetik menunjukkan bahwa tiap kata yang mempunyai makna emotif apabila salah satu atau dua kata dari pepatah ditekan dan dipanjangkan pengucapannya pada akhir kata (tiga atau dua atau satu huruf) yang ditekan ucapannya, contoh: pada kata ‘cinte’ (pada huruf e) dalam pepatah “pucuk dicinte ulampun tibe” selain itu, dilakukan hembusan nafas yang kuat pada akhir huruf kata yang ditekan ucapannya, contoh: pada kata ‘sepah’ (pada silabel /pah/) dalam pepatah

“habis manis sepah dibuang”. Makna emotif dalam perangkat emotif yang dapat

Universitas Sumatera Utara dianalisis dalam tesis ini berdasarkan data yang diperoleh dari informan dengan cara direkam yaitu ekspresi emotif senang, marah, sedeh, benci, bosan takut dan malu.

Paling sering muncul dalam perangkat fonetik ini adalah ekspresi emotif senang, dan sedeh, dalam acara adat pernikahan, khatam Al-Qur’an dan sunat Rasul. Analisis makna emotif dalam pepatah BMS yang menggunakan perangkat fonetik tidak berdasarkan pada perubahan suprasegmental, tetapi hanya pada perubahan tekanan intonasi suara dan adanya hembusan nafas yang kuat pada silabel tertentu yang merupakan ungkapan ekspresi emosi.

5.3. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara Pernikah/Khatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul Menggunakan Perangkat Leksikal.

Dalam sub bab ini, akan dijelaskan tentang analisis makna emotif dalam pepatah BMS dengan cara menyatukan hasil analisis makna emotif dari emosi dasar berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan dalam Bab II dengan arti pepatah yang diperoleh dari informan. Paparan analisis dilakukan dengan mengklasifikasikan makna emosi dalam pepatah ke dalam jenisnya, dan menginterpretasikan makna sesuai dengan situasi, kondisi dan acara adat yang menggunakan pepatah BMS.

Pepatah dianalisis pada saat pemberian nasihat dan penyampaian maksud hati dalam acara pernikahan (merisik, meminang, ijabkabul, dan makan ) oleh

Penghulu Telangkai, khatam al-Qur’an (pemberian nasihat), sunat rasul (pemberian nasihat) oleh Ustadz. Berikut paparan analisis makna emotif dalam pepatah yang menggunakan perangkat leksikal.

Universitas Sumatera Utara Analisis makna emotif dalam pepatah dilakukan dengan cara membandingkan bahasa yang dipakai dengan maksud pepatah, mencari tahu beroperasi secara eksplisit atau implisit berdasarkan pada leksem yang dipakai, dan menelusuri bahasa figuratif atau metafora leksikal yang terdapat dalam pepatah dengan cara membacanya dengan teliti. Hal ini dilakukan berdasarkan teori Ullmann yaitu perangkat leksikal yang paling potensial untuk tujuan-tujuan emotif karena menggunakan bahasa figuratif yang beroperasi secara eksplisit untuk membandingkan dan metafora yang beroperasi secara implisit untuk menajamkan arti, sesekali dalam bahasa figuratif beroperasi secara implisit. Pemaparan analisis ini hampir semua pepatah dapat dianalisis menggunakan perangkat leksikal karena dilihat dari makna emotif dan penggunaan kata- katanya dalam pepatah sering menggunakan bahasa figuratif, jadi lebih dominan dianalisis secara leksikal. Metafora dalam analisis ini yaitu metafora leksikal, karena pepatah BMS lebih cenderung menggunakan leksem - leksem berbeda untuk perluasan leksem dan menajamkan arti.

Analisis pepatah BMS pada upacara pernikahan, khatam Al-Qur’an, sunat

Rasul dan pengalaman peneliti dalam perangkat leksikal:

1. Berbahagialah pemuda yang dapat mempersunting bunga encik. Artinya:

Penghulu telangkai memuja anak gadis (bunga) yang akan dilamar pada ibu anak

gadis tersebut. Makna emotif: senang/memuji. Analisis: Makna emotif senang

ditunjukkan melalui bahasa figuratif membandingkan (eksplisit) ‘bunga’ yang

melambangkan seorang gadis yang cantik jelita dipuji oleh seseorang.

Universitas Sumatera Utara 2. Kalau ada kumbang datang menyeri. Artinya: Penghulu telangkai bertanya pada

ibu si gadis apabila datang seorang pemuda (kumbang) datang melamar anak

gadisnya. Makna emotif: senang/bahagia. Analisis: Makna emotif senang

ditunjukkan melalui bahasa figuratif membandingkan (eksplisit) ‘kumbang’ yang

melambangkan seorang pemuda yang gagah.

3. Terlalu diangkat benar, takut awak jatuh merangkak. Artinya: Tidak ingin terlalu

dipuji karena khawatir menjadi sombong dan tidak sesuai dengan yang

sebenarnya akhirnya malu. Makna emotif: takut/khawatir. Analisis: Makna

emotif marah ditunjukkan dalam kata ‘diangkat, jatuh, merangkat’. Ketiga kata

tersebut adalah metafora (implisit) menajamkan arti supaya jangan terlalu dipuji.

4. Umur baru seumur jagung, darahpun baru setampuk pinang. Artinya: Usia si

gadis masih muda belum bisa dipercaya untuk mengurus rumah tangga. Makna

emotif: senang/peringatan/nasihat. Analisis: Makna emotif senang ditunjukkan

dalam kata ‘seumur jagung dan setampuk pinang’. Menggunakan kata metafora

(implisit) menajamkan arti menyatakan usia si gadis baru saja beranjak dewasa

dan belum pantas untuk menikah karena belum bisa mengurus rumah tangga.

5. Nampaknya gayung telah bersambut juga. Artinya: Apa yang ditanyakan dan

diinginkan akhirnya diindahkan juga bagi yang diajak bicara. Makna emotif:

senang/diplomasi. Analisis: Makna emotif senang ditunjukkan dalam kata

‘gayung’ bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan apa yang diinginkan sama

dengan gayung yang dicidukkan ke air dan sudah pasti air yang dinginkan

diperoleh.

Universitas Sumatera Utara 6. Sebesar – besar gunung, lebih besar maksud yang kami kandung. Artinya:

Penghulu telangkai berharap sekali jawaban dari pihak anak beru menerina

pinangan mereka. Makna emotif: senang/diplomasi. Analisis: Makna emotif

senang terdapat pada kata ‘sebesar-besar gunung’ bahasa figuratif (eksplisit)

membandingkan hasrat hati yang begitu membara seperti sebesar gunung.

7. Hidup manusia dikandung adat, mati dikandung tanah. Artinya: Pihak anak beru

menegaskan bahwa mereka menerima pinangan berdasarkan adat. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘dikandung

adat, dikandung tanah’ metafora (implisit) menajamkan arti bahwa hidup harus

selalu berdasarkan hukum adat karena semuanya dikembalikan pada hukum adat,

seperti mati sudah pasti dikubur ke dalam tanah.

8. Ringan akan kami jinjing, berat akan dipikul. Artinya: Pihak anak beru

menyatakan semua beban dari pernikahan ditanggung bersama sesuai dengan

perembukan. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang

terdapat pada kata ’ingan, jinjing, berat dipikul’ bahasa figuratif (eksplisit)

membandingkan rasa senang (ringan) dirasakan bersama (jinjing), beban (berat)

ditanggung (dipikul).

9. Lembah sama ditimbuni, gunung sama diratakan, ke hulu sama berakit, ke hilir

sama berenang. Artinya: Pihak anak beru berembuk dengan sanak saudara dan

semua keputusan harus dalam satu suara dari keluarga. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘ditimbuni,

diratakan, berakit, berenang’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan apapun

Universitas Sumatera Utara yang diputuskan dalam rapat sepanjang hasil rapat tersebut untuk kebaikan pasti

diikuti oleh kedua belah pihak.

10. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Artinya: Dalam

mengambil keputusan harus berhati – hati, jangan sampai salah mengambil

keputusan karena bisa membahayakan diri sendiri. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata pendapatan,

‘tak berguna’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan pendapatan adalah

pengambilan keputusan, tak berguna adalah keputusan yang salah.

11. Tak sia-sia pasang naik, tak sia-sia perahu berlayar, tak sia-sia matahari terbit,

tak sia – sia ternak disembelih, tak sia –sia malim diundang. Artinya: Segala

keputusan yang telah di setujui supaya jangan tidak berguna dan hanya lelah saja

yang diperoleh. Makna emotif: senang/peringatan. Analisis: Makna emotif

senang terdapat pada kata ‘tak sia-sia’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu

menyatakan tidak berguna secara tak langsung.

12. Seperti sirih pulang ke gagang, seperti pinang pulang ke tampuk. Artinya:

Seseorang yang berjanji memenuhi semua persyaratan janji sesuai dengan adat.

Makna emotif: senang/diplomasi. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada

kata sirih, gagang, pinang, tampuk, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu

sirih dan pinang (janji), gagang dan tampuk (memenuhi perjanjian dalam adat).

13. Diberi kelingking hendak telunjuk/ macam Belanda minta tanah. Artinya: Sudah

disetujui acara merisik, penghulu telangkai segera ingin tahu kapan bisa

meminang. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis: Makna emotif marah

Universitas Sumatera Utara terdapat pada kata kelingking dan telunjuk, bahasa figuratif (eksplisit)

membandingkan arti yaitu sudah diiyakan (kelingking) keinginan mau minta

lebih (telunjuk).

14. Begitu di lidah, begitu di hati. Artinya: apa yang diucapkan/dijanjikan itulah

yang dimaksudkan. Makna emotif: senang/peringatan. Analisis: Makna emotif

senang pada kata lidah, dan hati, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti

bahwa apa yang diucapkan, begitu juga dengan apa yang tersirat di hati.

15. Tanda manusia tetap beradat, tanda kampung tetap berpenghulu. Artinya:

Apapun keputusan yang diambil tetap harus dalam adat yang berlaku. Makna

emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata ‘beradat dan

berpenghulu’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti bahwa setiap

sesuatu pasti kembali pada bagian utamanya/pemimpinnya.

16. Dimana ranting dipatah, di situ air disauk, dimana tanah dipijak, disitu langit

dijunjung. Artinya: Adat akan diikuti sesuai dengan adat yang ada pada anak

beru. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata

‘ranting dipatah, air disauk, tanah dipijak, langit dijunjung’, bahasa figuratif

membandingkan arti bahwa dimanapun kita berada, kita harus menyesuaikan diri

dengan keadaan lingkungan dan tata cara kehidupan serta adat yang berlaku.

17. Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah. Artinya: Semua adat

yang dilakukan harus berdasarkan pada agama Islam hukumnya. Makna emotif;

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata ‘syarak dan kitabullah’,

metafora (implisit) menajamkan arti yaitu menyatakan bahwa Islam dalam

Universitas Sumatera Utara Melayu adalah yang nomor satu sehingga dalam melakukan segala sesuatu harus

berlandaskan pada hukum Islam yang terdapat dalam kitab Al-Qur’an.

18. Mata mengantuk bantal disodorkan. Artinya: Apa yang diinginkan mendapatkan

sambutan. Makna emotif; senang/riang. Analisis: Makna emotif senang terdapat

pada kata ‘mata dan bantal’, bahasa figuratif (ekslisit) membandingkan arti yaitu

mata sama dengan hal yang diminta dari seseorang, bantal sama dengan yang

didapatkan dari yang diminta.

19. Cacing punya tai, kere (kera) punya “gah”. Artinya: senang tidak pada

tempatnya. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis: Makna emotif marah

terdapat pada kata ‘cacing-tai, kere-gah’, bahasa figuratif (eksplisit)

membandingkan arti yaitu cacing/kere adalah manusia tai/gah adalah tempat

yang tidak baik atau pas buat manusia bersenang-senang.

20. Macam abu di atas tunggul. Artinya: gampang datang, gampang pergi. Makna

emotif: marah/sindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘abu,

tunggul’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu abu diletakkan dimana saja:

tertiup angin, dihapus akan dengan mudahnya terbang, begitu juga manusia

gampang datang dan pergi.

21. Hina besi karena karat. Artinya: hina manusia karena melarat. Makna emotif:

sedeh/pilu. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘besi dan karat’,

bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti bahwa besi hancur karena karat,

begitu juga dengan manusia mendapatkan hinaan orang karena hidupnya miskin

(melarat).

Universitas Sumatera Utara 22. Bagai ayam bertelur di atas padi. Artinya: Hati orang yang senang mendapatkan

orang kaya. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang pada

kata ‘ayam dan padi’, meatafora (implisit) menajamkan arti yaitu ayam

disamakan dengan perasaaan hati seseorang, bertelur sama dengan sesuatu yang

diinginkan, padi adalah makanan pokok manusia jadi padi disamakan denga

orang kaya.

23. Siapa suka bersangka buruk, orang melarat hidup pun teruk. Artinya: Jangan

berburuk sangka kepada orang karena dapat memudaratkan diri sendiri. Makna

emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang pada kata ‘buruk dan

teruk’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti bahwa pikiran yang selalu

jelek pada orang lain akan menyusahkan diri sendiri.

24. Sudah jatuh ketimpa tangga. Artinya: baru saja mendapat musibah, belum

selesai mendapatkan musibah lagi. Makna emotif: sedeh/pilu. Analisis: Makna

emotif sedeh pada kata jatuh dan ketimpa, metafora (implisit) menajamkan arti

yaitu ‘jatuh’ adalah suatu hal yang tidak enak dirasakan pada tubuh manusia

karena sakit, sedangkan ‘ketimpa’ adalah keadaan yang menyesakkan nafas, jadi

jatuh adalah masalah yang diperoleh, belum lagi selesai datang pula masalah

yang lain (ketimpa).

25. Berkotek diluar sangkar, bertelur diluar pagar. Artinya: Setelah perkara

diputuskan, baru memberi keterangan. Makna emotif: bosan/sindiran. Analisis:

Makna emotif bosan pada kata ‘berkotek-sangkar, bertelur-pagar’, bahasa

figuratif (eksplisit) membandingkan arti bahwa berkotek dan bertelur sama

Universitas Sumatera Utara dengan memberikan keterangan, sangkar dan pagar sama dengan setelah perkara

diputuskan.

26. Nyamuk mati gatal tak habis. Artinya: Menaruh dendam meski perkara selesai.

Makna emotif: benci/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata

‘mati dan gatal’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu ‘mati’ maksudnya

adalah masalah sudah selesai, ‘gatal’ maksudnya dendam yang tak kunjung reda

dan tetap membara.

27. Kalau tak berhemat cermat,karam dilaut sesat di darat. Artinya: Sikap boros

dapat mencelakakan. Makna emotif: senang/nasihata. Analisisis: Makna emotif

senang pada kata ‘tak hemat cermat, karam dan sesat’, metafora (implisit)

menajamkan arti yaitu ‘tak hemat cermat’ maksudnya sikap boros, ‘karam dan

sesat’ maksudnya akan celaka kalau sikap boros terus-terusan dilakukan.

28. Tahu dilihat cermin orang, tahu dikias gunjing orang; Artinya: Menjaga

kesopanan dan tingkah laku dan menghargai serta mewaspadai kritik dan

komentar orang lain. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif

senang pada kata ‘dilihat cermin, dikias gunjing’. metafora (implisit)

menajamkan arti dilihat cermin berarti kita harus mengkoreksi sikap dan sifat diri

sendiri baru lihat sikap orang lain, kias gunjing maksudnya hargai dan hati-hati

dengan pujian, komentar, serta ejekan orang lain terhadap diri kita.

29. Kalau tak ada mengada, takkan tempua bersarang rendah. Artinya: Kalau tak

ada hajat datang ke rumah tuan, takkan kami datang kemari. Makna emotif:

senang/diplomasi. Analisis: Makna emotif senang pada kata tempua metafora

Universitas Sumatera Utara (implisit) menajamkan arti yaitu ‘tempua’ adalah sarang burung yang terletak di

atas pohon yang tinggi supaya tidak dapat diganggu oleh binatang yang lain.

Maksudnya seseorang tidak akan datang kerumah orang lain (tempua) kalau

tidak ada keperluannya.

30. Kalau takut dilanda ombak, jangan berumah ditepi pantai.

Artinya: Kalau tidak dicoba untuk merisik anak gadis yang diinginkan,

bagaimana tahu mau atau tidak, kalau ditolak harus diterima dengan ikhlas.

Makna emotif: takut/diplomasi. Analisis: Makna emotif takut pada kata ‘dilanda

ombak, berumah ditepi pantai’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu dilanda

ombak maksudnya dilanda berarti ditimpa masalah yang berat, ombak berarti

gelombang air laut apabila terkena hempasannnya tubuh bisa terhanyut juga,

maka dari itu jangan berumah ditepi pantai artiya kalau tidak mau terkena

masalah yang menyakitkan jangan coba untuk memunculkannya, kalau terkena

juga harus diterima dengan ikhlas.

31. Seperti mendapat durian runtuh. Artinya: Tak disangka-sangka pinangan yang

dilakukan oleh penghulu telangkai diterima oleh anak beru. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata durian runtuh,

figuratif (implisit) membandingkan arti yaitu durian adalah buah yang enak

rasanya, harum baunya, dan harganya mahal susah pula mendapatkannya karena

menunggu dia jatuh (runtuh) baru bisa dimakan, sangat beruntunglah yang

mendapatkan durian runtuh itu.

Universitas Sumatera Utara 32. Piring tak retak, nasi tak dingin. Artinya: Apabila pinangan ditolak, tidak

mengapa, pihak laki-laki pun tak memaksa. Makna emotif: sedeh/kecewa.

Analisis: Makna emotif sedeh pada kata ‘piring retak, nasi dingin’, bahasa

metafora (implisit) menajamkan arti yaitu piring yaitu keinginan, retak yaitu

ditolak, nasi yaitu orang yang diinginkan, dingin yaitu tolakan.

33. Hajat hati hendak memeluk gunung apa daya tangan tak sampai. Artinya:

Keinginan pinangan diterima tapi kenyataannya ditolak. Makna emotif:

sedeh/sindiran. Analisis: Makna emotif sedeh pada kata ‘memeluk gunung,

tangan tak sampai’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu memeluk gunung

adalah satu hal yang tak mungkin dilakukan karena gunung seberapa besar dan

tangan hanya hitungan meter, jadi memeluk gunung dengan tangan adalah hal

yang tidak mungkin dilakukan. Artinya keinginan yang tak mungkin diraih.

34. Kalau berjalan pelihara kaki, kalau melihat pelihara mata, kalau berkata

pelihara lidah. Artinya: Dalam menjalani bahtera rumah tangga harus menjaga

semua rambu-rambu pernikahan dan menjaga segalanya dengan damai. Makna

emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘kaki,

mata, lidah’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu kaki alat berjalan harus

diarahkan ke tempat yang baik, mata alat melihat harus dibuka untuk melihat hal

yang baik, lidah alat berbicara harus digunakan untuk mengucapkan kata yang

baik – baik saja.

35. Pucuk dicinte ulampun tibe. Artinya: yang diidam-idamkan datang tanpa diduga.

Makna emotif: senang/girang. Analisis: Makna emotif senang pada kata dicinte

Universitas Sumatera Utara dan tibe, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu ‘cinte’ adalah kata yang

membuat manusia senang, ‘tibe’ adalah suatu kedatangan yang diharapkan, jadi

hal yang membuat manusia senang yang diinginkannya sekali datang secara tak

disengaja.

36. Seperti mengajari itik berenang. Artinya: Memberikan pelajaran budi pekerti

bagi anak yang baru beranjak remaja dan menuju dewasa. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘itik

berenang’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu itik sama dengan bebek

yaitu binatang unggas mulai dari bayi sudah pandai berenang tapi harus tetap

diajari induknya, begitu juga manusia dari lahir sudah punya sikap tapi orang tua

harus tetap membimbingnya.

37. Seperti mengajari limau berduri. Artinya: Nasihat pada anak yang baru beranjak

remaja, tapi sulit untuk dinasihati. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis:

Makna emotif senang terdapat pada kata ‘limau berduri’, metafora (implisit)

menajamkan arti yaitu limau adalah seseorang, berduri adalah sifat manusia yang

sulit untuk dinasihati.

38. Berenang galinjir, tahu awak mana jantan, mana betina. Artinya: Orang banyak

ilmu tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘galinjir’,

bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu membandingkan galinjir

adalah sejenis ikan kalau berenang baru ketahuan mana jantan mana betina

dengan orang yang berilmu tahu membedakan yang baik dan yang jelek.

Universitas Sumatera Utara 39. Kalau muka yang buruk usah cermin dipecahkan. Artinya: Kalau memang

kesusahan itu datangnya dari diri sendiri, tidak usah orang yang disalahkan.

Makna emotif; marah/nasihat. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata

‘muka buruk, cermin dipecahkan’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan

arti yaitu muka buruk disamakan dengan kesusahan dari diri sendiri, cermin

dipecahkan disamakan dengan orang lain yang disalahkan atas kesusuahan itu.

40. Lebih baik berputih tulang dari pada berputih mata. Artinya: Lebih baik mati

dari pada menanggung malu. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis: Makna

emotif marah terdapat pada kata ‘putih tulang, putih mata’, metafora (implisit)

menajamkan arti putih tulang maksudnya mati kalau sudah mati apapun yang

terjadi kita tidak tahu lagi, putih mata maksudnya malu, menutup mata karena

tidak mau melihat orang.

41. Bak pucuk eru, kemana angin bertiup kesitu dia bergoyang. Artinya: orang yang

tak punya sindiran. Makna emotif: benci/sindiran. Analisis: Makna emotif benci

terdapat pada kata ‘pucuk eru’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti

yaitu pucuk eru disamakan dengan sifat manusia yang tidak punya pendirian.

42. Karena mulut punggung bertai. Artinya: Apa yang dilakukan, maka perolehlah

hasil dari yang dilakukan itu. Makna emotif: marah/nasihat. Analisis: Makna

emotif marah terdapat pada kata ‘bertai’, metafora (implisit), menajamkan arti

yaitu bertai maksudnya perolehan atau mempunyai hasil dari apa yang dilakukan,

dan yang melakukan sesuatu adalah diri kita sendiri.

Universitas Sumatera Utara 43. Elok anak karena emak, baik anak karena bapak. Artinya: Keselarasan yang

berhasil bagi anak didik. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif

senang terdapat pada kata ‘elok emak, baik bapak’, bahasa figuratif (eksplisit)

membandingkan arti yaitu emak dan bapak adalah sepasang manusia yang ideal

dan seimbang artinya kehidupan harus bisa diseinbangkan seperti keselarasan

emak dan bapak.

44. Kalau bersahabat berapat-rapat, selalu rapat jadi mudarat.

Artinya: Persahabatan yang hancur akibat terlalu akrab. Makna emotif:

senang/sindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘berapat-

rapat’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu berapat-rapat sama dengan

artinya terlalu dekat, karena terlalu dekat akhirnya pada saat bertengkar

menimbulkan permusuhan yang abadi.

45. Hutang budi dibawa mati, beban tak lepas seumur hidup. Artinya: Hutang budi

tak terganti sampai mati. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif

senang terdapat pada kata ‘hutang budi dan beban’, bahasa figuratif (eksplisit)

membandingkan arti yaitu hutang budi adalah jasa seseorang yang tak bisa

dibayar dengan apapun dan merupakan beban seorang manusia terhadap

penolongnya.

46. Terlanggar pantang hidup, terbuang tersalah adat hidup melarat. Artinya: Anak

agar menjaga pantang dan larang meskipun sulit. Makna emotif; bosan/nasihat.

Analisis: Makna emotif bosan terdapat pada kata ‘terbuang, tersalah’, metafora

Universitas Sumatera Utara (implisit) menajamkan arti yaitu setiap peraturan sulit untuk dilaksanakan tapi

haris dipatuhi.

47. Pekak – pekak badak. Artinya: Dikatakan kepada anak muda yang pura – pura

tidak mengerti mufakat orang – orang tua. Makna emotif: benci/nasihat. Analisis:

Makna emotif benci terdapat pada kata ‘badak’, bahasa figuratif (eksplisit)

membandingkan arti yaitu badak adalah seekor binatang yang berkulit keras

disenggol/dipegang tidak akan terasa bagi binatang tersebut, begitu juga bagi

manusia yang sudah dinasihati telinga dan jiwanya sama seperti kulit badak

tersebut.

48. Punggur terbang, pelatuk menumpang mati. Artinya: Seseorang yang tersangkut

dosa orang lain. Makna emotif: takut/nasihat. Analisis: Makna emotif takut

terdapat pada kata ‘pelatuk’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti

yaitu pelatuk adalah sejenis burung yang disamakan dengan dosa orang yang

menjadi beban orang lain.

49. Malu bertanya sesat di jalan. Artinya: Kunci ilmu adalah bertanya agar anak

pintar (bertambah ilmu). Makna emotif: malu/nasihat. Analisis: Makna emotif

malu terdapat pada kata ‘malu’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu malu

adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang satu sisi menguntungkan dan satu

sisi lagi merugikan.

50. Harga garam pada asinnya, harga manusia pada malunya. Artinya: Manusia

harus menjaga marwah diri dengan tidak membuat malu. Makna emotif:

malu/nasihat. Analisis: Makna emotif malu terdapat pada kata ‘asin dan malu’,

Universitas Sumatera Utara metafora (implisit) menajamkan arti yaitu asin adalah penanda utama pada

garam, dan malu adalah penanda pada manusia.

51. Habis manis sepah dibuang. Artinya: Seseorang memanfaatkan teman/orang lain

untuk kenikmatannya sendiri setelah dimanfaatkan dilupakan begitu saja bahkan

kalau bisa dilenyapkan. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis: Makna emotif

marah terdapat pada kata ‘manis dan sepah’, metafora (implisit), menajamkan

arti yaitu manis sama dengan sesuatu yang indah, baik, enak, sedap, dan nikmat,

sedangkan sepah sama dengan sampah, sisa, ampas yang harus dibuang dan

dilenyapkan. Jadi segala kebaikan diambil dari seseorang, setelah dipakai

dicampakkan begitu saja.

52. Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya: orang tak berilmu banyak bicara.

Makna emotif: bosan/sindiran. Analisis: Makna emotif bosan terdapat pada kata

‘kosong, nyaring’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu kosong sama

dengan sesuatu yang tidak ada, nyaring sama dengan melenting, melengking

yang memekakkan telinga, jadi seseorang yang banyak cerita (kosong) terlalu

banyak bicara (nyaring).

53. Jangan sampai cacing naik ke mata. Artinya: Nasihat buat seorang anak kalau

menjadi pimpinan jangan sampai mau diperintah dan dikendalikan oleh bawahan

atau masyarakat yang tak bertanggung jawab. Makna emotif: takut/peringatan.

Analisis: Makna emotif takut terdapat pada kata ‘cacing naik ke mata’, bahasa

figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu cacing disamakan dengan

Universitas Sumatera Utara masyarakat yang tak bertanggung jawab, naik ke mata sama dengan

mengendalikan pemimpin.

54. Lentik telunjuk karena menunjuk. Artinya: Nasihat orang tua pada anaknya,

jangan Cuma pandai menyuruh tapi tak mau bekerja. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘lentik

telunjuk’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu telunjuk manusia

enak saja menunjuk untuk menyuruh orang sedangkan dirinya sendiri tidak mau

mengerjakannya.

55. Datang tampak muka, pulang tampak belakang. Artinya: Santun (punya sopan

santun). Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat

pada kata ‘tampak muka, tampak belakang’, bahasa figuratif (eksplisit),

membandingkan arti kalau datang pakai salam dan kalau pulang pakai permisi.

56. Sudah tumbuh rambut kelambir (kelapa). Artinya: Orang tua menyatakan

anaknya bahwa ia sudah aqil baligh. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis:

Makna emotif senang terdapat pada kata ‘rambut kelambir’, bahasa figuratif

(eksplisit) membandingkan arti yaitu rambut kelambir sama dengan rambut

kemaluan anak yang telah di sunat yang artinya sudah remaja.

57. Ikan dicekuh, air tak keruh. Artinya: Kalau mau berhasil harus tanpa merugikan

orang. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat

pada kata ‘dicekuh, keruh’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti

dicekuh sama dengan sukses, keruh berarti merugikan orang lain.

Universitas Sumatera Utara 58. Tercubit kulit ikut daging. Artinya: Jangan buat malu, karena saudara dan orang

tua ikut malu juga. Makna emotif: malu/nasihat. Analisis: Makna emotif malu

terdapat pada kata ‘kulit dan daging’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan

arti kulit sama dengan malu, daging sama dengan saudara dan orang tua.

59. Menitipkan pisang pada kere (kera). Artinya: Ceroboh, menitipkan amanat pada

orang yang tidak dipercaya. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis: Makna

emotif marah terdapat pada kata ‘pisang kere’, metafora (implisit) menajamkan

arti yaitu pisang adalah makanan kesukaan kera, jangankan dititipkan, didekatkan

saja langsung dimakan, pisang adalah amanah, harus diampaikan pada orang

yang tepat, bukan pada sembarangan orang.

60. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Artinya: Apapun yang dikatakan orang

biarkan saja karena yang dikatakannya tidak benar. Makna emotif:

Marah/sindiran. Analisis: Makna emotif marah terdapat pada kata ‘anjing

menggonggong, kafilah’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu

anjing mengonggong sama dengan orang yang suka usil, kafilah adalah orang

yang diusil.

61. Celaka ayam. Artinya: Seorang anak yang sulit untuk dinasihati supaya betah

dirumah tapi tidak mengerti juga maka orang tuanya menyamakan dirinya sama

seperti ayam. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis: Makna emotif marah

terdapat pada kata ‘ayam’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu

ayam disamakan dengan anak manusia yang sulit diatur untuk diam dirumah

Universitas Sumatera Utara kalau sudah malam. Tingkah laku ayam yang suka tidur di kandang binatang

lain, begitu juga tingkah laku manusia.

62. Ubah dan ganti, tukar dan anjak, bernaung pada kitabullah dan sunah nabi.

Artinya: Setiap perubahan berpedoman kepada agama. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘ubah dan

bernaung’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu ubah maknanya berganti

tentang hukum, adat, atau apapun tetapi harus tetap bernaung artinya

berpedoman/berdasarkan pada kitab Al-Qur’an.

63. Mengubah jangan semena-mena, mengganti jangan sesuka hati. Artinya: Jangan

sewenang-wenang menurut nafsu. Makna emotif: marah/nasihat. Analisis:

Makna emotif marah terdapat pada kata ‘semena-mena’, metafora (implisit)

menajamkan arti yaitu menyatakan sesuka hati menurutkan nafsu yang tidak

baik.

64. Hilang jasa beliung, timbul jasa rimbas. Artinya: Hilang jasa seseorang, busuk

orang tahu. Makna emotif: sedeh/sindiran. Analisis: Makna emotif sedeh terdapat

pada kata ‘beliung dan rimbas’, figuratif (eksplisit) membandingkian arti yaitu

beliung sama dengan kebaikan seseorang, rimbas sama dengan kebusukan

seseorang.

65. Suara seperti membelah betung. Artinya: Suara keras sekali (tak enak di dengar).

Makna emotif: bosan/sindiran. Analisis: Makna emotif bosan terdapat pada kata

‘betung’, metafora (implisit), menajamkan arti yaitu betung adalah sejenis kayu

Universitas Sumatera Utara yang keras sekali kalau dibelah pasti suaranya melenting, begitu juga suara

manusia yang melengking yang tak enak di dengar.

66. Beranak tiada berbidan. Artinya: Seseorang dalam kesusahan karena kebodohan

sendiri. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat

pada kata ‘beranak dan berbidan’, metafora (implisit), menajamkan arti yaitu

beranak berarti suatu keadaan melahirkan yang susah, sakit dan bertaruh nyawa,

bidan adalah seseorang yang ahli menolong dalam melahirkan, maksudnya

beranak adalah keadaan susah, tiada berbidan adalah karena kebodohan sendiri.

67. Bercabang bagai lidah biawak. Artinya: Orang munafik lain didepan, lain

dibelakang. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis: Makna emotif marah

terdapat pada kata ‘lidah biawak’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan

arti yaitu apa yang diucapkan seseorang tidak bisa dipercaya.

68. Tiada biduk karam sebelah. Artinya: Anak celaka, satu keluarga menderita juga.

Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata

‘biduk karam’, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu biduk

adalah satu keluarga, karam sebelah adalah anak yang nakal yang membuat malu

satu keluarga.

69. Ibarat air di daun talas. Artinya: Jangan lakukan pekerjaan yang sia-sia. Makna

emotif: sedeh/nasihat. Analisis: Makna emotif sedeh terdapat pada kata ‘daun

talas’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu daun talas adalah sejenis daun

umbian, apabila diteteskan air diatasnya tak akan bisa membasahi daun itu

Universitas Sumatera Utara karena airnya tidak akan lengket, jadi sia – sialah saja. Begitulah pekerjaan yang

dilakukan jangan sampai seperti air yang di daun talas.

70. Seperti ayam beranak itik. Artinya: Orang tua yang memiliki anak di zaman

modern tidak dapat mengikuti cara sang anak. Makna emotif: marah/peringatan.

Analisis: Makna emotif peringatan terdapat pada kata ‘ayam dan itik’, figuratif

(eksplisit) membandingkan arti yaitu ayam adalah orang tua, itik adalah anak.

Jadi orang tua dan anak tidak ada persamaan dalam kehidupan.

71. Janganlah menjadi itik tak sudu, ayam tak patuh. Artinya: Jangaanlah jadi orang

yang hina atau benda yang tak berguna. Makna emotif: marah/nasihat. Analisis:

Makna emotif nasihat terdapat pada kata tak ‘sudu dan tak patuh’, bahasa

figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu tak sudu artinya tercampak begitu

saja akhirnya kehinaan yang datang, tak patuh artinya tidaki menuruti peraturan

akhirnya menjadi tak berguna.

72. Biar jatuh terletak, jangan jatuh terhempas. Artinya: Kalau sebagai pejabat lebih

baik mengundurkan diri sebelum dipecat. Makna emotif: sedeh/nasihat. Analisis:

Makna emotif sedeh terdapat pada kata ‘biar terletak, jangan terhempas’,

metafora (implisit) menajamkan arti yaitu terletak adalah suatu tindakan yang

lembut walaupun sakit, tapi kalau terhempas suatu keadaan yang terletak secara

terpaksa dan keadaan yang menyakitkan.

73. Jauh mencari suku, dekat mencari induk. Artinya: Jika merantau carilah sesuku

dengan kita, kalau dekat carilah sekawan dengan kita. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘jauh suku,

Universitas Sumatera Utara dekat induk’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu kemanapun kita pergi

merantau tetap yang paling enak adalah bertemu dengan satu suku karena Cuma

mereka saudara kita ditempat asing, tapi kalu tidak merantau pasti yang kita cari

adalah teman dekat.

74. Rusa masih di hutan, arang sudah membara. Artinya: Sesuatu yang belum

diraih, tapi sudah digembar-gemborkan. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis:

Makna emotif sindiran terdapat pada kata ‘rusa, membara’, figuratif (eksplisit)

membandingkan arti yaitu rusa dihutan sama dengan sesuatu yang belum diraih,

arang membara sama dengan sudah digembar-gemborkan.

75. Sepuluh batang bertindih, batang di bawah yang keberatan. Artinya: Para

pejabat tinggi melakukan kejahatan, masyarakat yang menderita. Makna emotif:

malu/sindiran. Analisis: Makna emotif malu terdapat pada kata ‘bertindih,

keberatan’, figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu bertindih sama dengan

para pejabat yang berbuat jahat, keberatan sama dengan masyarakat yang

menderita.

76. Bak pungguk merindukan bulan. Artinya: Jangan mengharapkan sesuatu yang tak

mungkin diraih. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif terdapat

pada kata ‘pungguk dan bulan’, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu

pungguk adalah sejenis burung dalam dongeng yang buruk rupa merindukan

bersanding dengan peri bulan yang cantik jelita, dan semuanya itu hanyalah

hayalan karena peri bulan tempatnya dibulan sedangkan pungguk tinggalnya di

hutan.

Universitas Sumatera Utara 77. Besar pasak dari tiang. Artinya: Lebih banyak pengeluaran dari pada

pendapatan. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis: Makna emotif marah

terdapat pada kata ‘pasak, tiang’, figuratif (eksplisit) membandingkan arti pasak

adalah bagian bawah tiang rumah, tiang adalah tonggak untuk menguatkan

rumah supaya berdiri kokoh, jadi pasak disamakan dengan pengeluaran, tiang

disamakan dengan pendapatan.

78. Macam cina kebakaran jenggot. Artinya: heboh tak menentu. Makna emotif:

bosan/sindiran. Analisis: Makna emotif sindiran terdapat pada kata kebakaran

jenggot, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu kalau jenggot terbakar pasti

yang punya jenggot ketakutan yang amat sangat, jadi heboh tak menentu.

79. Kuini yang bau, bacang yang nampak. Artinya: Para pekerja yang bekerja dan

berpikir keras, pimpinan yang dipuji. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis:

Makna emotif sindiran terdapat pada kata ‘kuini bau dan bacang nampak’,

figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu kuini bau sama dengan pekerja

yang berpikir keras hasilnya baik, tapi yang mendapat pujian adalah bacang

nampak yaitu pimpinan.

80. Pinang tak berbuah, sirih yang ditebas. Artinya: kesalahan dilakukan karena ulah

diri sendiri, tapi orang yang dimarahi/disalahkan. Makna emotif: marah/sindiran.

Analisis: Makna emotif sindiran terdapat pada kata ‘pinang berbuah, sirih

ditebas’, figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu pinang tak berbuah sama

dengan diri sendiri yang teledor, sirih ditebas sama dengan orang lain yang

disalahkan.

Universitas Sumatera Utara 81. Berakit- rakit kita kehulu, berenang kita ketepian, bersakit dahulu senang pun

tak datang malah mati kemudian. Artinya: orang zaman sekarang (tingkat

ekonominya menengah ke bawah) berusaha segiat apapun dia akan tetap miskin,

karena para pejabat tidak peduli dengan keadaan mereka dan hanya memperkaya

diri sendiri tanpa memikirkan rakyat kecil. Makna emotif: sedeh/pilu/sindiran.

Analisis: berakit-rakit maksudnya menggunakan sejenis sampan kecil untuk

menyeberangi sungai. Menggunakan rakit harus berhati-hati karena kalau tidak,

bisa terjatuh dan tenggelam ke sungai. Begitu juga rakyat miskin, sudah berusaha

keras untuk memenuhi kebutuhan, itu pun hanya makan sehari saja terpenuhi,

bahkan kadang-kadang mereka tidak memperoleh apa-apa. Jadi berakit-rakit

sama dengan berusaha keras, malah mati kemudian sama dengan sudah berusaha

keras bekerja namum hasil tak ada. Dalam pepatah ini beroperasi secara implisit

dan menggunakan bahasa figuratif.

82. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Artinya para pejabat negar

hidupnya makin makmur, tapi rakyat jelata kehidupannya makin melarat karena

para pejabat negara banyak melakukan korupsi. Dana pemerintah untuk rakyat di

makan sendiri. Makna emotif: marah/sindiran. Analisis: yang kaya sama dengan

pejabat, yang miskin sama dengan rakyat jelata. Menggunakan bahasa figuratif,

beroperasi secara eksplisit.

83. Diberi hati minta jantung, diberi jantung minta nyawa, nyawa mu yang ku telan.

Artinya: sudah diberi bantuan minta lagi, sudah diberi lebih mau menguasai

bahkan melakukan tindakan pembunuhan, akhirnya yang memberi bantuan

Universitas Sumatera Utara marah dan semua bantuan diambil kembali. Makna emotif: marah/jengkel.

Analisis: hati adalah bantuan yang diberikan, jantung adalah bantuan yang lebih,

nyawa adalah yang dibantu ingin menguasai. Jadi dalam pepatah ini mengatakan

secara tak langsung sifat orang yang diberi bantuan adalah rakus dan tamak.

Menggunakan bahasa figuratif, beroperasi secara eksplisit.

84. Uang mu adalah uang ku, uang ku milikku sendiri. Artinya: seseorang hanya bisa

menikmati harta orang lain, sementara hartanya sendiri tidak pernah dibagi-

bagikan, alias pelit, curang dan dengki. Makna emotif: benci/sindiran/peringatan.

Analisis: uang sama dengan harta, ku sama dengan orang yang pelit,

menngunakan bahasa figuratif, beroperasi secara ekplisit.

85. Sirik tanda tak mampu. Artinya: Orang yang mempunyai rasa benci pada orang

lain bersifat sirik yaitu selalu iri hati atas keberhasilan orang lain, karena

ketidakmampuannya. Makna emotif: benci/sindiran. Analisis: sirik

86. adalah sifat manusia yang artinya iri hati, tak mampu maknanya

ketidakmampunan seseorang untuk berkompeten dengan temannya, akhirnya

melakukan sesuatu yang tak baik terhadap temannya yang berhasil.

87. Gali lubang, tutup lubang. Artiya: Untuk menutupi kebutuhan yang satu

dilakukan peminjaman yang lain, untuk membayar pinjaman ditunggu

pendapatan, setelah bayar hutang, ternyata pendapatan yang ada tak cukup

terpaksa hutang lagi. Makna emotif: bosan/muak. Analisis: Gali lubang artinya

seseorang melakukan pinjaman uang pada orang lain lain untuk memenuhi

kebutuhannya dan membayar hutang, tutup lubang artinya melakukan

Universitas Sumatera Utara pembayaran hutang setelah mendapatkan uang dari pinjamam tersebut.

Menggunakan bahasa figuratif, beroperasi secara eksplisit.

Dari paparan tentang analisis makna emotif yang menggunakan perangkat leksikal dapat disimpulkan bahwa semua makna emotif dan semua pepatah dapat dianalisis dengan perangkat tersebut. Hal ini dikarenakan pepatah BMS lebih banyak menggunakan bahasa figuratif atau metafora. Hasil analisis pepatah yang menggunakan perangkat leksikal menunjukkan bahwa bahasa figuratif atau metafora mempunyai makna emotif dari leksem-leksem yang digunakan beroperasi secara eksplisit atau implisit untuk menajamkan arti atau membandingkan sesuatu yang dibicarakan secara tidak langsung.

Dalam bahasa figuratif atau metafora yang digunakan dalam pepatah ditemukan banyak yang menggunakan leksem binatang, isi alam atau nama tumbuh – tumbuhan. Leksem digunakan sesuai dengan keadaan alam dan tempat tinggal penduduk yang memakai pepatah tersebut (informan: Azrai dan Asraruddin/Hasan).

Contoh: “kalau takut dilandak ombak, jangan berumah ditepi pantai” (informan 3), emosi takut. Makna emotif takut pada kata dilanda ombak, berumah ditepi pantai, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu dilanda ombak maksudnya dilanda berarti ditimpa masalah yang berat, ombak berarti gelombang air laut apabila terkena hempasannnya tubuh bisa terhanyut juga, maka dari itu jangan berumah ditepi pantai artiya kalau tidak mau terkena masalah yang menyakitkan jangan coba untuk memunculkannya. Kata-kata yang dicetak miring, adalah metafora leksikal yaitu

Universitas Sumatera Utara perluasan leksem yang mengandung makna secara implisit. Contoh tersebut menggunakan metafora alam (pantai dan ombak).

Dalam pepatah ini leksem isi alam yang digunakan adalah ombak dan pantai.

Paling sering muncul dalam perangkat lesikal ini adalah makna emotif senang

(nasihat, diplomasi), marah, dan sedeh. dalam acara adat pernikahan, sunat Rasul dan khatam Al-Qur’an.

5.4. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara Pernikahan/Khatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul Menggunakan Perangkat Sintaksis.

Analisis makna emotif yang menggunakan perangkat sintaksis dari emosi dasar Melayu berdasarkan pada objek kajian penelitian ini adalah pepatah. Analisis makna emotif dalam pepatah ini dilakukan dengan cara mencari urutan kata (kata kerja + kata kerja, kata bilangan + kata bilangan, kata benda + kata benda atau percampuran kata benda + kata kerja), proses mobilitas (kata penghubung contohnya: tetapi, dan, walau) dan mencari kalimat yang dibolak-balikkan tetapi berlainan makna dalam kalimat dengan cara membacanya dengan teliti. Hal ini dilakukan berdasarkan teori Ullmann yaitu perangkat sintaksis adalah urutan kata. Kata- kata dapat dipindah-pindahkan dengan bebas untuk mengatakan bahwa ada suatu fisiognomik tujuan penekanan atau pengutamaan dan untuk mencapai efek emotif.

Nilai emotif dari kata sifat dalam posisi terbalik dapat diperkuat dengan mengulangnya. Selain mengulang kata atau membolak-balikkannya, juga ada proses mobilitas yaitu adanya pengarahan kata hingga mencapai makna atau nilai emotif dalam kata yang diungkapkan. Dalam pemaparan analisis ini hanya sebagian saja

Universitas Sumatera Utara pepatah dapat dianalisis menggunakan perangkat sintaksis dari data yang diperoleh.

Pepatah dianalisis pada saat pemberian nasihat dan penyampaian maksud hati dalam acara pernikahan (merisik, meminang, ijabkabul, dan makan nasi ulam), khatam al-

Qur’an (pemberian nasihat), sunat rasul (pemberian nasihat).

Analisis pepatah BMS pada upacara pernikahan, sunat Rasul, dan khatam Al-

Qur’an dalam perangkat sintaksis:

1. Terlalu diangkat benar, takut awak jatuh merangkak. Artinya: tidak inngin

terlalu dipuji karena khawatir menjadi sombong dan tidak sesuai dengan yang

sebenarnya akhirnya malu. Makna emotif: takut/sindiran. Analisisnya: Makna

emotif takut terdapat pada kata ‘diangkat-jatuh’. Proses mobilitas (arahan kata)

mencapai emotif dari kata diangkat sudah pasti lawannya jatuh menggunakan

kata yang sama yaitu kata kerja sebagai predikat.

2. Umur baru seumur jagung, darahpun baru setampuk pinang. Artinya usia si

gadis masih muda belum bisa dipercaya untuk mengurus rumah tangga. Makna

emotif: senang/peringatan/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada

kata ‘baru’. Pengulangan kata yaitu kata sifat yang menajamkan makna emotif

yang diletakkan setelah subjek.

3. Hidup manusia dikandung adat, mati dikandung tanah. Artinya: pihak anak beru

menegaskan bahwa mereka menerima pinangan berdasarkan adat. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif nasihat terdapat pada kata ‘dikandung’.

Pengulangan kata yaitu kata kerja yang menajamkan makna emotif berposisi

sebagai predikat.

Universitas Sumatera Utara 4. Ringan akan kami jinjinng, berat akan kami pikul. Artinya: pihak anak beru

menyatakan semua beban dari pernikahan dianggung bersama sesuai dengan

permbukan. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang

terdapat pada kata ‘ringan-jinjing, berat-pikul’. Urutan kata yang pararel yaitu

ringan sudah pasti dijinjing, kalau berat sudah pasti dipikul. Dan berposisi sama

yaitu sebagai subjek dan predikat.

5. Lembah sama ditimbungi, gunung sama diratakan, kehulu berakit, kehilir sama

berenang. Artinya: pihak anak beru bermbuk dengan sanak saudara dan semua

keputusan harus dalam satu suara dari keluarga. Makna emotif: senang/nasihat.

Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘sama’. Pengulangan kata

yaitu kata keterangan yang menjelaskan keadaan subjek.

6. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Artinya: dalam

mengambil keputusan harus berhati – hati, jangan sampai salah mengambil

keputusan karena bisa membahayakan diri sendiri. Mana emotif: senang/nasihat.

Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘sesal’. Pengulangan kata yaitu

kata kerja yang berubah fungsi menjadi kata benda yang berfungsi sebagai

subjek.

7. Tak sia-sia pasang naik, tak sia-sia perahu berlayar, tak sia-sia matahari terbit,

tak sia – sia ternak disembelih, tak sia –sia malim diundang. Artinya: segala

keputusan yang telah disetujui supaya jangan tidak berguna dan hanya lelah saja

yang diperoleh. Makna emotifnya: senang/peringatan. Analisis: Makna emotif

senang terdapat pada kata ‘tak sia-sia’. Pengulangan kata yaitu

Universitas Sumatera Utara kata keterangan yang berubah fungsi menjadi kata benda yang berfungsi sebagai

subjek.

8. Seperti sirih pulang ke gagang, seperti pinang pulang ke tampuk. Artinya:

Seseorang yang berjanji memenuhi semua persyaratan janji sesuai dengan adat.

Makna emotif: senang/diplomasi. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada

kata ‘seperti dan pulang’. Pengulangan kata yaitu kata keterangan (seperti) dan

kata kerja (pulang) yang menajamkan makna pada subjek.

9. Diberi kelingking hendak telunjuk/ macam Belanda. Artinya: Sudah disetujui

acara merisik, penghulu telangkai segera ingin tahu kapan bisa meminang.

Makna emotif: senang/sindiran. Analisis: Makna emotif sindiran terdapat pada

kata ‘kelingking dan telunjuk’. Proses mobilitas yaitu kalau sudah ada kelingking

(kecil) pasti maunya menjadi telunjuk (besar). Proses pada kata ini yaitu adanya

arahan dari yang kecil menjadi yang besar.

10. Begitu di lidah, begitu dihati. Artinya: apa yang diucapkan/dijanjikan itulah yang

dimaksudkan. Makna emotif: senang/peringatan. Annalisis: Makna emotif

peringatan terdapat pada kata ‘begitu’. Adanya pengulangan kata diawal kalimat

untuk menguatkan maksud terhadap subjek. Pengulangan kata tersebut yaitu kata

keterangan.

11. Tanda manusia tetap beradat, tanda kampung tetap berpenghulu. Artinya:

Apapun keputusan yang diambil tetap harus dalam adat yang berlaku. Makna

emotif: senang/masihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘tanda

dan tetap’. Pengulangan kata tanda yaitu untuk menguatkan maksud terhadap

Universitas Sumatera Utara manusia dan kampung, dan kata tetap menguatkan tujuan terhadap beradat dan

berpenghulu. Berfungsi sebagai kata benda dan kata keterangan.

12. Dimana ranting dipatah, di situ air disauk, dimana tanah dipijak, disitu langit

dijunjung. Artinya: Adat akan diikuti sesuai dengan adat yang ada pada anak

beru. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat

pada kata ‘dimana dan disitu’. Pengulangan kata yang pararel yaitu kata yang

sama dan ditempatkan pada posisi yang sama juga untuk menjelaskan tempat

pada subjek dan objek.

13. Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah. Artinya: Semua adat

yang dilakukan harus berdasarkan pada agama Islam hukumnya. Makna emotif:

senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata “syarak”.

Urutan dan pengulangan kata yang berposisi sebagai objek dan subjek yang

diletakkan secara berurutan tetapi berbeda fungsi.

14. Piring tak retak, nasi tak dingin. Artinya: Apabila pinangan ditolak, tidak

mengapa, pihak laki-laki pun tak memaksa. Makna emotif: sedeh/sindiran.

Analisis: Makna emotif sindiran terdapat pada kata ‘piring dan nasi’. Proses

mobilitas yaitu kalau piring sudah pasti ada nasi. Arahan kata yang sesuai dengan

pasangannya dan berfungsi sebagai subjek.

15. Kalau berjalan pelihara kaki, kalau melihat pelihara mata, kalau berkata

pelihara lidah. Artinya: Dalam menjalani bahtera rumah tangga harus menjaga

semua rambu-rambu pernikahan dan menjaga segalanya dengan damai. Makna

emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif nasihat terdapat pada kata

Universitas Sumatera Utara ‘berjalan-kaki, melihat-mata, berkata-lidah’. Adanya urutan kata yang pararel

dan berpasangan berfungsi sebagai kata kerja (berjalan, melihat, bekata) dan kata

benda (kaki, mata, dan lidah).

16. Lebih baik berputih tulang dari pada berputih mata. Artinya: lebih mati daripada

menanggung malu. Makna emotif: malu/nasihat. Analisis: Makna emotif malu

terdapat pada kata berputih. Pengulangan kata yang berfunfsi sebagai subjek,

yaitu kata sifat karena diawali dengan “ber” maka berubah menjadi kata kerja.

17. Kalau bersahabat berapa-rapat, selalu rapat jadi mudarat. Artinya:

Persahabatan yang hancur akibat terlalu akrab. Makna emotif: marah/sindiran.

Analisis: Makna emotif terdapat pada kata ‘rapat’. Urutan kata yang berulang-

ulang tetapi berbeda fungsi. Kata benda dan kata kerja.

18. Pekak-pekak badak. Artinya: Dikatakan kepada anak muda yang pura – pura

tidak mengerti mufakat orang – orang tua. Makna emotif: benci/nasihat. Analisis:

Makna emotif benci terdapat pada kata pekak. Pengurangan kata yang berurutan

untuk menjelaskan keadaan objek. Sebagai kata kerja.

19. Datang tampak muka, pulang tampak belakang. Artinya: sopan santun. Makna

emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata datang

dan tampak. Urutan kata dan pengulangan kata yang menunjukkan penguatan

maksud dan menjelaskan tempat. Berfungsi sebagai kata kerja (datang-pulang)

dan kata keterangan (tampak).

20. Hilang jasa beliung, timbul jasa rimbas. Artinya: hilang jasa seseorang, busuk

orang tahu. Makna emotif: sedeh/sindiran. Analisis: Makna emotif sedeh terdapat

Universitas Sumatera Utara pada kata ‘hilang jasa, timbul jasa’. Proses mobilitas (hilang-timbul) yaitu kata

keterangan dan pengulangan kata yang sama (jasa) pada posisi yang sama yaitu

sebagai kata benda.

21. Biar jatuh terletak, jangan jatuh terhempas. Artinya: Kalau sebagai pejabat lebih

baik mengundurkan diri sebelum dipecat. Makna emotifnya: sedeh/nasihat.

Analisis: Makna emotif nasihat terdapat pada kata ‘jatuh-terletak, jatuh

terhempas’. Urutan kata pada posisi yang sama yaitu sebagai kata kerja kedua

(terletak-terhempas) dan pengulangan kata sebagai kata kerja pertama (jatuh).

22. Sepuluh batang bertindih, batang di bawah yang keberatan. Artinya: Para

pejabat tinggi melakukan kejahatan, masyarakat yang menderita. Makna emotif:

Malu/sindiran. Analisis: Makna emotif nasihat terdapat pada kata batang.

Adanya pengulangan kata dan pada posisi yang sama yang berfungsi sebagai

subjek (batang) kata benda.

23. Bagai Jawi makan, dimamah dulu baru ditelan. Artinya: Segala sesuatu harus

dipikirkan benar-benar baru diputuskan. Makna emotif: senang/nasihat. Analisis:

Makna emotif senang terdapat pada kata ‘makan, dimamah’. Ada proses

mobilitas, kata kerja (makan) dengan kata kerja (dimamah) yang pararel,

mempunyai makna yang sama.

24. Yang sejengkal tak dapat jadi sedepa. Artinya: Dikejar rejeki yang banyak tapi

tidak dapat diperoleh, maka sedikitpun tak masalah. Makna emotif: sedeh/ibe.

Analisis: Makna emotif senang terdapat pada kata ‘sejengkal, sedepa’. Urutan

kata yang pararel yaitu kata bilangan (sejengkal) dengan kata bilangan (sedepa).

Universitas Sumatera Utara 25. Jerat tiada lupa akan balam, tetapi balam lupa akan jerat. Artinya: Masalah

tidak pernah lepas dari manusia, tapi manusia yang selalu melupakan masalah.

Makna emotif: senang/nasihat. Analisis: Makna emotif nasihat terdapat pada kata

‘jerat, balam’. Ada pengulangan kata yang sama yaitu kata benda (balam dan

jerat) dengan kata benda, tetapi tempat yang dipindah-pindahkan dan mempunyai

fungsi yang sama.

26. Yang dijolok tidak jatuh, penjolok tinggal di atas. Artinya: Mengeluarkan uang

untuk menyuap supaya bekerja, uang sudah diberikan, bekerja gagal. Makna

emotif: sedeh/sindiran. Analisis: Makna emotif nasihat terdapat pada kata

‘dijolok, penjolok’. Ada pengulangan kata yang diletakkan sebagai subjek tetapi

berbeda jenis yaitu kata kerja (dijolok) dan kata benda (penjolok).

27. Dijunjung merekah kepala, dipikul meruntuh bahu. Artinya: Mendapatkan beban

yang sangat berat. Makna emotif: sedeh/ibe. Analisis: Makna emotif sedeh

terdapat pada kata ‘dijunjung-dipikul’, kepala-bahu. Ada proses mobilitas yaitu

dijunjung sudah pasti dikepala dipikul sudah pasti dibahu (kata kerja dan kata

benda yang tak dapat dipisahkan).

Dari analisis makna emotif pada emosi dasar Melayu Serdang dalam pepatah

BMS di acara pernikahan, sunat Rasul, dan khatam Al-Qur’an adat Melayu Serdang yang menggunakan perangkat sintaksis, ditemukan bahwa terdapat pengulangan kata contoh: “Sepuluh batang bertindih, batang di bawah yang keberatan” Makna emotif nasihat terdapat pada kata batang. Adanya pengulangan kata dan pada posisi yang sama yang berfungsi sebagai subjek (batang) kata benda; memindah-mindahkan kata

Universitas Sumatera Utara dengan cara mobilitas (mengarahkan urutan kata) sehingga mencapai makna emotif yang diinginkan. Contoh lain:”Dijunjung merekah kepala, dipikul meruntuh bahu”,

Makna emotif sedeh terdapat pada kata dijunjung-dipikul, kepala-bahu. Ada proses mobilitas yaitu dijunjung sudah pasti dikepala dipikul sudah pasti dibahu (kata kerja dan kata benda yang tak dapat dipisahkan). Makna emotif dari perangkat sintaksis yang sering muncul dalam pepatah ini adalah makna emotif senang (nasihat, diplomasi), kemudian diikuti oleh makna emotif lain yaitu: marah (sindiran), sedeh, benci, takut, bosan, dan malu.

5.5. Makna dan Perangkat Emotif yang Dominan dalam Pepatah Bahasa Melayu Serdang dalam Upacara Pernikahan, Khatam Al-Qur’an dan Sunat Rasul

Emosi Melayu sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa emosi Melayu itu berdasarkan pada pemakaian leksem emosi atau nama-nama emosi yang menggambarkan jiwa mereka, dan itulah emosi yang sesungguhnya.

Emosi dasar memiliki bentuk ungkapan emosi (tingkah laku tertentu) yang melekat dan diketahui dengan baik oleh informan (Mahriyuni, 2009:136). Dari hasil penelitian tentang emosi BMS, emosi dasar Melayu Serdang yang diperoleh dari emosi penutur

Bahasa Melayu yaitu sebagai berikut: senang, sedeh, marah, malu, takut, bosan dan benci, (Mahriyuni, 2009:137). Untuk mengungkapkan semua emosi itu, orang

Melayu memilih cara mengungkapkannya melalui kata-kata yang lembut, sopan, halus, dan bermakna dalam bentuk pepatah yang menggunakan perangkat leksikal yaitu bahasa figuratif/kias dan metafora yang membandingkan dan menajamkan arti.

Menggunakan perangkat fonetik yaitu, nada suara ditekankan pada kata atau huruf

Universitas Sumatera Utara yang terakhir atau ditengah kata, atau dengan hembusan nafas yang kuat diawal atau diakhir kalimat. Menggunakan perangkat sintaksis yaitu: susunan kata, adanya proses mobilitas, pengulangan kata pada posisi yang sama atau berbeda (subjek, predikat, objek) dengan fungsi yang sama atau berbeda kata kerja, kata benda, kata keterangan.

Dari semua itu pepatah mempunyai makna yang tersirat dan tersurat untuk mengungkapkan maksud. Dari makna tersebut lawan bicara harus mampu memahami maksud dari tutur kata yang diungkapkan. Untuk memahami maksud dituntut kemampuan kognitif atau daya tangkap/pikir dari lawan tutur. Memahami maksud dalam pepatah yang diucapkan, semantik kognitif berperan dalam memberikan makna.

Pepatah yang digunakan dalam mengungkapkan makna emosi tersebut berupa perumpamaan, pepatah, bidal, dan ungkapan. Dari emosi senang terdapat leksem makna emotif suke, bahagie, puas, gembire, gemar, hoji, cinte, damai, enak, nikmat, sedap, bangge, riang, kaseh, sayang, birahi, tenang, ikhlas, tenteram, rindu, dendam, leluase, lege, sejahtere. Dari emosi sedeh terdapat leksem susah, duke, gundah, saket, haru, sedu, sengsare, gelisah, merane, nyeri, lare, pedeh, ibe, pilu, terenyuh, khawatir, cemas, lelah, leteh, lesu, lemas, lelah, lunglai, hamper, penat. Dari emosi marah terdapat leksem geram, palak, garang, gemas, jengkel, kecewa, kesal. Dari emosi malu terdapat leksem hina, canggung, riseh, segan, kaku, rimas, malas, sungkan. Dari emosi takut terdapat leksem tesiau, khawatir, ngeri, gentar, tegang, tekimput, gelisah, bimbang. cemas, gamang, seram, bingung, kacau, tebere, resah, sangsi, ragu, curige, gugup kalut.. Dari emosi bosan terdapat leksem muak, luat,

Universitas Sumatera Utara muntah, jijik, mual. Dari emosi benci terdapat leksem Iri, hambar, jijik, dengki, cemburu, sirik.

Dari paparan emosi dan leksem di atas, makna dan perangkat emotif yang sering digunakan dalam pepatah BMS dapat dilihat dari tabel berikut berdasarkan pada upacara adat pernikahan, sunat Rasul, khatam Al-Qur’an dan pengalaman peneliti, adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Pepatah yang dominan dalam makna emotif senang

No Pepatah Perangkat Perangkat Perangkat Fonetik Leksikal Sintaksis 1 Diberi kelingking hendak telunjuk/macam   Belanda minta tanah 2 Mata mengantuk bantal disodorkan/pucuk   dicinte ulampun tibe 3 Bagai ayam bertelur di atas padi   4 Kalau tak ada mengada, takkan tempua   bersarang rendah 5 Seperti mendapat durian runtuh   6 Sebesar – besar gunung, lebih besar   maksud yang kami kandung 7 Hidup manusia dikandung adat, mati   dikandung tanah 8 Ringan akan kami jinjing, berat akan   dipikul 9 Lembah sama ditimbuni, gunung sama  diratakan, ke hulu sama berakit, ke hilir sama berenang 10 Berbahagia lah pemuda yang dapat mempersunting bunga encik 11 Kalau ada kumbang datang menyeri  12 Umur baru seumur jagung, darahpun baru   setampuk pinang 13 Nampaknya gayung telah bersambut juga  14 Begitu di lidah, begitu di hati   15 Tanda manusia tetap beradat, tanda   kampung tetap berpenghulu 16 Dimana ranting dipatah, di situ air disauk,  dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung 17 Adat bersendikan syarak, syarak   bersendikan kitabullah 18 Seperti sirih pulang ke gagang, seperti   pinang pulang ke tampuk

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Perangkat Perangkat Perangkat Fonetik Leksikal Sintaksis 19 Lentik telunjuk karena menunjuk   20 Datang tampak muka, pulang tampak   belakang 21 Elok anak karena emak, baik anak karena  bapak 22 Pucuk dicinte, ulam pun tibe  23 Bagai Jawi makan, dimamah dulu baru  ditelan 24 Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian  tak berguna 25 Dimana ranting dipatah, di situ air disauk,  dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung 26 Tak sia-sia pasang naik perahu berlayar, tak   sia-sia matahari terbit, tak sia-sia ternak disembelih, tak sia-sia malin diundang 27 Cacing punyai tai, kere punya gah  28 Hina besi karena karat  29 Siapa suka bersangka buruk, orang melarat  hidup pun teruk 30 Kalau tak berhemat cermat, karam di laut  sesat di darat 31 Tahu dilihat cermin orang, tahu dihias  gunjing orang 32 Kalau berjalan pelihara kaki, kalau melihat  pelihara mata, kalau berkata pelihara lidah 33 Seperti mengajari itik berenang  34 Seperti mengajari limau berduri  35 Berenang galinjir, tahu awak mana jantan,  mana betina 36 Hutang budi dibawa mati, beban ak lepas  seumur hidup 37 Datang tampak muka, pulang tampak  belakang 38 Sudah tumbuh rambut kelambir  39 Ikan dicekuh, air tak keruh 

Dari tabel 13. pepatah dalam makna emotif senang jumlah seluruhnya ada 39

(tiga puluh sembilan), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 5 (lima), perangkat leksikal ada 39 (tiga puluh sembilan), dan perangkat sintaksis ada 13 (tiga belas).

Dari paparan jumlah tiap- tiap perangkat emotif, yang mendominasi dalam pepatah

BMS yaitu perangkat emotif leksikal, karena jumlah pepatah yang menggunakan perangkat leksikal dalam makna emotif senang lebih banyak dibanding dengan

Universitas Sumatera Utara perangkat emotif lainnya. Makna emotif senang dari data yang diperoleh dari tabel

13. berupa nasihat, dan kadang- kadang berupa diplomasi dan riang. Karena nasihat adalah hal yang paling penting dalam hidup orang Melayu. Dengan nasihat orang bisa bertingkah laku yang baik dan sopan dan untuk meredakan rasa marah yang bergemuruh, menghibur bagi yang bersedih (informan 2).

Tabel 14. Pepatah yang dominan dalam makna emotif Sedeh

No Pepatah Perangkat Perangkat Perangkat Fonetik Leksikal Sintaksis 1 Sudah jatuh ketimpa tangga   2 Hajat hati hendak memeluk gunung, apa   daya tangan tak sampai 3 Habis manis sepah dibuang   4 Piring tak retak, nasi tak dingin   5 Hilang jasa beliung, timbul jasa rimbas   6 Ibarat air di daun talas  7 Yang sejengkal tak dapat jadi sedepa   8 Yang dijolok tidak jatuh, penjolok tinggal diatas   9 Dijunjung merekah kepala, dipikul   meruntuh bahu 10 Hina besi karena karat  11 Biar jatuh terletak, jangan jatuh terhempas   12 Bak pungguk merindukan bulan  13 Berakit-rakit kita ke hulu, berenang kita   ketepian, bersakit dahulu senang pun tak datang, malah mati kemudian

Dari tabel 14 pepatah dalam makna emotif sedeh jumlah seluruhnya ada 13

(tiga belas), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 3 (tiga), perangkat leksikal ada

13 (tiga belas), dan perangkat sintaksis ada 7 (tujuh). Dari paparan jumlah tiap- tiap perangkat emotif, yang mendominasi dalam pepatah BMS yaitu perangkat emotif leksikal, karena jumlah pepatah yang menggunakan perangkat leksikal dalam makna emotif sedeh lebih banyak dibanding dengan perangkat emotif lainnya. Makna emotif sedeh dari data yang diperoleh dari tabel berupa kecewa, sedeh, dan pilu. Karena

Universitas Sumatera Utara orang Melayu kalau sedih, berarti ia memang sedih sekali karena dikecewakan dan menimbulkan rasa pilu dihati (informan 6).

Tabel 15. Pepatah yang dominan dalam makna emotif Marah

No Pepatah Perangkat Perangkat Perangkat Fonetik Leksikal Sintaksis 1 Siapa suka bersangka buruk, orang   melarat hidup pun teruk 2 Macam abu di atas tunggul  3 Kalau bersahabat berapat-rapat, selalu   rapat jadi mudarat 4 Habis manis sepah dibuang  5 Anjing menggonggong kafilah berlalu  6 Celaka ayam  7 Bercabang bagai lidah biawak  8 Rusa masih dihutan, arang sudah  membara 9 Besar pasak dari tiang  10 Yang kaya makin kaya, yang miskin   makin miskin 11 Diberi hati minta jantung, diberi jantung minta   nyawa, nyawa mu duluan yang ku telan 12 Sirik tanda tak mampu  13 Cacing punya tai, kere punya gah  14 Kalau muka yang buruk, usah cermin  dipecahkan 15 Lebih baik berputih tulang, dari pada  berputih mata 16 Karena mulut punggung bertai  17 Menitipkan pisang pada kere  18 Mengubah jangan semena-mena, mengganti  jangan sesuka hati 19 Seperti ayam beranak itik 20 Janganlah menjadi itik tak sudu, ayam tak  patuh 21 Kuini yang bau, bacang yang Nampak  22 Pinang tak berbuah, sirih yang ditebas 

Dari tabel 15. pepatah dalam makna emotif marah jumlah seluruhnya ada 22

(dua puluh dua), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 1 (satu), perangkat leksikal ada 22 (dua puluh dua), dan perangkat sintaksis ada 4 (empat). Dari paparan jumlah tiap- tiap perangkat emotif, yang mendominasi dalam pepatah BMS yaitu perangkat emotif leksikal, karena jumlah pepatah yang menggunakan perangkat leksikal dalam

Universitas Sumatera Utara makna emotif marah lebih banyak dibanding dengan perangkat emotif lainnya.

Makna emotif marah dari data yang diperoleh dari tabel berupa geram, dan sindiran.

Tabel 16. Pepatah yang dominan dalam makna emotif Benci

No Pepatah Perangkat Perangkat Perangkat Fonetik Leksikal Sintaksis 1 Nyamuk mati, gatal tak habis   2 Bak pucuk eru, kemana angin bertiup kesitu   dia bergoyang 3 Pekak – pekak badak   4 Tong kosong nyaring bunyinya 

Dari tabel 16. pepatah dalam makna emotif benci jumlah seluruhnya ada 4

(empat), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 2 (dua), perangkat leksikal ada 4

(empat), dan perangkat sintaksis 1(satu). Dari paparan jumlah tiap- tiap perangkat emotif, yang mendominasi dalam pepatah BMS yaitu perangkat emotif leksikal, karena jumlah pepatah yang menggunakan perangkat leksikal dalam makna emotif benci lebih banyak dibanding dengan perangkat emotif lainnya. Makna emotif benci dari data yang diperoleh dari tabel berupa sindiran.

Tabel 17. Pepatah yang dominan dalam makna emotif Malu

No Pepatah Perangkat Perangkat Perangkat Fonetik Leksikal Sintaksis 1 Tahu dilihat cermin orang, tahu dikias gunjing   orang 2 Malu bertanya sesat dijalan  3 Harga garam pada asinnya, harga manusia pada  malunya 4 Tercubit kulit ikut daging  5 Sepuluh batang bertindih, batang dibawah yang   keberatan 6 Lebih baik berputih tulang, daripada   berputih mata

Universitas Sumatera Utara Dari tabel 17. pepatah dalam makna emotif malu jumlah seluruhnya ada 6

(enam), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 1 (satu), perangkat leksikal ada 6

(enam), dan perangkat sintaksis 2 (dua). Dari paparan jumlah tiap- tiap perangkat emotif, yang mendominasi dalam pepatah BMS yaitu perangkat emotif leksikal, karena jumlah pepatah yang menggunakan perangkat leksikal dalam makna emotif malu lebih banyak dibanding dengan perangkat emotif lainnya. Makna emotif malu dari data yang diperoleh dari tabel berupa sindiran dan peringatan. Karena orang

Melayu selalu menjaga marwah keluarga berdasarkan adat, kalau melanggar adat maka satu keluarga akan menanggung akibatnya (informan 6). Untuk mengingatkan pada keluarga atau pada orang lain supaya jangan membuat malu keluarga dan bangsa digunakanlah pepatah-petitih.

Tabel 18. Pepatah yang dominan dalam makna emotif Takut

No Pepatah Perangkat Perangkat Perangkat Fonetik Leksikal Sintaksis 1 Kalau tak berhemat cermat, karam dilaut   sesat di darat 2 Kalau takut dilanda ombak, jangan   berumah ditepi pantai 3 Terlalu diangkat benar, takut awak jatuh   merangkak 4 Punggur terbang, pelatuk menumpang mati  5 Jangan sampai cacing naik ke mata 

Dari tabel 18. pepatah dalam makna emotif takut jumlah seluruhnya ada 5

(lima), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 2 (dua), perangkat leksikal ada 5

(lima), dan perangkat sintaksis 1 (satu). Dari paparan jumlah tiap- tiap perangkat emotif, yang mendominasi dalam pepatah BMS yaitu perangkat emotif leksikal, karena jumlah pepatah yang menggunakan perangkat leksikal dalam makna emotif

Universitas Sumatera Utara takut lebih banyak dibanding dengan perangkat emotif lainnya. Makna emotif takut dari data yang diperoleh dari tabel berupa khawatir dan peringatan. Dalam suku apapun rasa khawatir dan takut selalu ada, selalu berjaga jangan sampai keluarga ada yang terluka atau mendapat celaka, maka selalu mengingatkan pada setiap keluarga untuk waspada dan hati – hati dan menjaga supaya tidak ceroboh. Begitu juga dalam suku Melayu.

Tabel 19. Pepatah yang dominan dalam makna emotif Bosan

No Pepatah Perangkat Perangkat Perangkat Fonetik Leksikal Sintaksis 1 Berkotek diluar sangkar, bertelur diluar   pagar 2 Tong kosong nyaring bunyinya   3 Terlanggar pantang hidup, terbuang  tersalah adat 4 Suara seperti membelah betung  5 Macam cina kebakaran jenggot  6 Gali lubang tutup lubang  

Dari tabel 19. pepatah dalam makna emotif bosan jumlah seluruhnya ada 6

(enam), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 2 (dua), perangkat leksikal ada 6

(enam), dan perangkat sintaksis ada 1 (satu). Dari paparan jumlah tiap-tiap perangkat emotif, yang mendominasi dalam pepatah BMS yaitu perangkat emotif leksikal, karena jumlah pepatah yang menggunakan perangkat leksikal dalam makna emotif bosan lebih banyak dibanding dengan perangkat emotif lainnya. Makna emotif bosan dari data yang diperoleh dari tabel berupa rasa muak. Orang Melayu selalu menjaga perasaan orang lain supaya jangan tersinggung, jadi untuk menyatakan rasa muak terhadap tingkah laku, atau terhadap perkataan seseorang mereka menggunakan pepatah (informan 2).

Universitas Sumatera Utara Dari paparan di atas, pepatah BMS yang tergolong pada makna emotif dan perangkat emotif yang digunakan berdasarkan pada teori Ullmann, dapat diperoleh bahwa makna emotif dan perangkat emotif yang dominan muncul dalam pepatah

BMS adalah makna emotif senang dan menggunakan perangkat emotif leksikal.

Selanjutnya diikuti oleh makna emotif marah, sedeh, malu, takut, bosan dan benci.

Untuk lebih jelas makna emotif yang dominan dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 20. Makna Emotif dan Perangkat Emotif yang Dominan

N Makna Nomor Jumlah Perangkat Perang- Perangkat o Emotif Tabel pepatah Fonetik kat Sintaksis -petitih Leksikal 1 Senang 13 39 5 39 13 2 Sedeh 14 13 3 13 7 3 Marah 15 22 1 22 4 4 Benci 16 4 2 4 1 5 Malu 17 6 1 6 2 6 Takut 18 5 2 5 1 7 Bosan 19 6 2 6 1 Jumlah 93 16 93 29

Tabel 20. Menunjukkan bahwa pepatah yang terdapat dalam makna emotif senang yaitu sebanyak 39 (tiga puluh sembilan), menggunakan perangkat fonetik ada

5 (lima), perangkat leksikal ada 39 (tiga puluh sembilan), dan perangkat sintaksis ada

13 (tiga belas). Semua pepatah dapat dianalisis dengan perangkat leksikal karena selalu menggunakan bahasa kias/figuratif dan metafora. Dari perangkat leksikal, beberapa pepatah dapat dianalisis dengan perangkat fonetik dianalisis dari tekanan suara atau hembusan nafas yang kuat pada saat pepatah diucapkan, dan tidak semua pepatah dapat dianalisis dengan perangkat fonetik tersebut. Begitu juga dengan

Universitas Sumatera Utara perangkat sintaksis, karena tidak semua pepatah susunan kata, urutan kata, dan proses mobilitasnya (arahan kata) dapat dianalisis karena adanya ketidakteraturan susunan kata dalam pepatah, hanya sebagian saja. Makna emotif marah menduduki peringkat kedua yang dominan terhadap pepatah yang dianalisis, hal ini dibuktikan dari jumlah pepatah yang tergolong dalam makna emotif marah yaitu berjumlah 22 (dua puluh dua) dan paling banyak menggunakan perangkat leksikal ada 22 (dua puluh dua), perangkat fonetik ada 1 (satu), dan perangkat sintaksis ada 4 (empat). Pepatah dalam makna emotif sedeh jumlah seluruhnya ada 13 (tiga belas), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 3 (tiga), perangkat leksikal ada 13 (tiga belas), dan perangkat sintaksis ada 7 (tujuh), menduduki peringkat ketiga. Kemudian diikuti oleh makna emotif malu jumlah seluruhnya ada 6 (enam), berdasarkan pada perangkat fonetik ada

1 (satu), perangkat leksikal ada 6 (enam), dan perangkat sintaksis 2 (dua). Makna emotif bosan jumlah seluruhnya ada 6 (enam), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 2 (dua), perangkat leksikal ada 6 (enam), dan perangkat sintaksis 1 (satu). Makna emotif takut jumlah seluruhnya ada 5 (lima), berdasarkan pada perangkat fonetik ada

2 (dua), perangkat leksikal ada 5 (lima), dan perangkat sintaksis 1 (satu), dan peringkat yang terakhir adalah makna emotif benci jumlah seluruhnya ada 4 (empat), berdasarkan pada perangkat fonetik ada 2 (dua), perangkat leksikal ada 4 (empat), dan perangkat sintaksis 1(satu). Dari paparan di atas terlihat jelas perangkat leksikal adalah yang dominan yang sering muncul dan dipakai dalam pepatah BMS dilihat dari jumlah hasil analisis, kemudian diikuti oleh perangkat sintaksis dan fonetik.

Universitas Sumatera Utara Emosi Melayu dipengaruhi oleh keadaan alam dimana mereka tinggal.

Kebanyakan orang Melayu tinggal di daerah pesisir pantai, maka bahasanya mendayu seperti ombak, sikap, dan karakternya dipengaruhi oleh tanaman yang tumbuh di sekitar pantai, yaitu pohon kelapa yang keras tapi dapat berguna bagi manusia mulai dari batang, daun lidi dan buahnya. Begitu juga orang Melayu berjiwa keras tapi keras untuk satu ketegasan yang dapat berguna untuk kehidupan orang lain. Contoh sikap keras dan tegas pada pahlawan Melayu yaitu Panglima Hang Tuah yang setia pada raja, membela kebenaran dengan gagah berani tanpa rasa takut hingga rela mengorbankan nyawa untuk negara.

Dari penjelasan di atas, maka perangkat emotif yang dominan dalam pepatah

BMS adalah perangkat leksikal karena orang Melayu suka berkata-kata secara tidak langsung dan selalu menggunakan pengibaratan dengan menggunakan bahasa figuratif atau metafora sesuai dengan keadaan alam, tempat tinggal, dan tempat pada saat mereka berbicara, gunanya untuk menajamkan arti (menegaskan) dan membandingkan yang dibicarakan dengan sesuatu.

Universitas Sumatera Utara BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Dari hasil penelitian dan penggalian pepatah BMS ditemukan bahwa dalam pepatah banyak ditemukan makna tersirat yang berfungsi untuk mengatur hidup manusia dalam banyak hal. Diantaranya adalah dalam bersikap, bertingkah laku, berbicara dan berbahasa yang semuanya itu digunakan untuk kebaikan umat dalam beribadah dan beradat. Ditemukan juga kenyataan bahwa anak muda zaman sekarang di daerah Desa Besar II Terjun sudah jarang menggunakan pepatah dalam kehidupan mereka sehari-hari, karena mereka anggap bahwa pepatah sudah kuno dan kampungan. Orang tua sekarang ini, sudah jarang menasihati anak-anaknya dengan pepatah, dan ketua adat setempat juga sudah jarang menggunakan pepatah dalam acara adat, kalu pun dipakai, hanya sesekali saja. Diantara adat istiadat yang ada dalam suku Melayu adalah Adat pernikahan, Khatam Al-Qur’an dan Khitan/Sunat

Rasul dan banyak lagi acara adat yang lainnya yang disebut dengan Adat Resam.

Melalui pepatah orang Melayu dapat menyampaikan isi hati, maksud, dan ungkapan emosi dan tidak menyinggung perasaan lawan tutur.

Dalam pepatah terkandung makna emotif. Untuk memahami makna emotif ini diperlukan peranan kognitif. Jadi untuk memahami satu pepatah lawan tutur harus menggunakan daya kognitif. Makna emotif dalam pepatah Bahasa Melayu Serdang ada 7 yaitu makna emosi senang, sedeh, marah, bosan, benci, takut, dan malu. Semua makna emotif ini dianalisis dengan menggunakan perangkat emotif yaitu perangkat

Universitas Sumatera Utara fonetik, perangkat leksikal, dan perangkat sintaksis. Makna emotif yang menggunakan perangkat fonetik terlihat dari tekanan suara atau hembusan nafas yang kuat pada silabel tertentu, yaitu di awal, di tengah atau di akhir kalimat, dan tidak ditemukan perubahan pada suprasegmental untuk merubah makna dalam pepatah

BMS. Makna emotif yang menggunakan perangkat leksikal terlihat dari leksem yang digunakan, yaitu: leksem nama binatang, nama tumbuhan, dan nama alam tempat tinggal MS. Perangkat leksikal ini digunakan untuk menajamkan arti dan membandingkan sesuatu, serta untuk mengungkapkan rasa marah, senang, benci, bosan, malu dan takut secara tak langsung dalam pepatah BMS. emotif dalam perangkat sintaksis terlihat dari pengulangan kata, proses mobilitas, dan pemindahan kata pada posisi yang berbeda untuk menekankan maksud dalam pepatah BMS.

Makna emotif tersebut berpengaruh dalam membentuk sifat, karakter, jiwa, tingkah laku dan cara berbicara MMS yang diungkapkan dalam pepatah. Seperti contoh: habis manis sepah dibuang, (makna emotif marah karena kecewa), pucuk dicinta ulampun tiba (makna emotif senang), sudah jatuh ketimpa tangga pula (ungkapan makna emotif sedeh), harga garam pada asinnya, harga manusia pada malunya

(ungkapan makna emotif malu), jangan sampai cacing naik ke mata (ungkapan

,makna emotif takut), bagaikan pucuk eru kemana angin bertiup kesitu dia bergoyang

(ungkapan makna emotif benci), tong kosong nyaring bunyinya (ungkapan makna emotif bosan). Semua pepatah di atas digunakan sebagai nasihat pada acara adat pernikahan, khatam Al-Qur’an dan sunat Rasul.

Universitas Sumatera Utara Makna emotif yang dominan dalam pepatah yang terdapat dan sesuai dengan karakter orang Melayu dalam adat pernikahan, khatam Al-Qur’an, dan sunat Rasul, adalah makna emotif senang. Hal ini terlihat dari analisis makna emotif dalam pepatah MS yang menggunakan perangkat emotif. Dalam semua perangkat emotif, terdapat makna emotif senang (39). marah (22), sedeh (13), malu (6), bosan (6), takut

(5), dan benci (4) pepatah. Beberapa contohnya: “Berbahagialah pemuda yang dapat mempersunting bunga encik, pucuk dicinte, ulam pun tibe, nampaknya gayung bersambut juga, yang menggunakan perangkat fonetik, leksikal dan sintaksis.

Perangkat emotif yang dominan dalam pepatah BMS adalah perangkat leksikal karena hampir semua pepatah BMS menggunakan bahasa figuratif/kias untuk membandingkan, menajamkan arti, dan melebih-lebihkan makna.

6.2. Saran

Dari penelitian yang dilakukan tentang makna emotif dalam pepatah BMS, ternyata pepatah ini berfungsi sekali dalam kehidupan masyarakat Melayu karena mengajari manusia untuk berbicara secara halus, sopan, santun, dan berbudi bahasa.

Tetapi sangat disayangkan sekali, generasi muda di daerah pantai Cermin khususnya di desa Besar 2 Terjun sudah tidak menggunakan pepatah itu lagi dalam berkomunikasi. Dari keadaan tersebut ada beberapa saran yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian di bidang makna emotif dalam pepatah, yaitu:

1. Penelitian terhadap daerah desa lain di Serdang bedagai tentang pepatah dalam

kehidupan bermasyarakat terutama menggali dari masyarakat dengan cara

Universitas Sumatera Utara menghidupkan kembali pepatah dalam kehidupan rumah tangga yaitu

berkomunikasi dengan anak, suami/istri, menantu, dan cucu serta menasihati anak-

anaknya.

2. Penelitian terhadap aparat pemerintahan Sergai terutama yang bertugas di seluruh

kelurahan Desa untuk mengetahui keinginan, perhatian, dan toleransi mereka

terhadap penggunaan pepatah tersebut dalam acara desa dengan masyarakatnya.

Misalnya dalam acara penyuluhan pertanian untuk memotivasi para penduduk

desa supaya lebih bergiat dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Contoh

pepatahnya adalah: “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”, artinya kesulitan

yang di alami penduduk dalam pertanian, siap dibantu oleh aparat pemerintah

meringankan kesulitan masyarakat untuk memotivasi mereka lebih giat dan tidak

putus harapan.

3. Penelitian terhadap ketua adat di desa tersebut tentang keinginan mereka

menggalakkan kembali budaya pepatah di desa itu karena ketua adat yang

dipercaya penuh oleh masyarakat setempat dan kemudian ketua adat dapat

bekerjasama dengan aparat pemerintah membantu masyarakat bekerja keras

membangun desa.

4. Dengan adanya penelitian-penelitian yang melanjutkan hasil penelitian ini, aparat

pemerintah di bidang pendidikan dan semua unsur yang disebutkan dapat

menjadikan pepatah menjadi mata pelajaran muatan lokal disekolah dasar. Karena

budi pekerti, bahasa yang sopan santun, halus dan lembut dapat diajarkan kembali

pada anak usia dini untuk membiasakan menggunakan bahasa yang sopan sampai

Universitas Sumatera Utara mereka dewasa dan menghambat cepatnya arus dan pengaruh budaya barat yang

tidak sesuai dengan adat istiadat bangsa Indonesia.

Mudah-mudahan saran di atas, dapat dilaksanakan di desa tersebut agar menjadi desa percontohan pada desa-desa lain dalam memajukan taraf hidup penduduknya melalui bahasa.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astrada, Ronny,2008. Menyantunkan Amarah Sebuah Islamic Anger Management. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Awang, Hashim, Zahir Ahmad, Noor Hasnoor Mohammad Nor, Nor Hisham Osman, Md. Erman Md. Yassin, 2005. Emosi Melayu. Kuala Lumpur: Akademi Pengajian Melayu Universiti Malaya.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Djadjasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 2 pemahaman Ilmu Makna. . Refika Aditama.

Emzir, Prof. Dr. M.Pd. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ekspose Desa Besar II Terjun, 2007-2008. Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Harun, Rochajat, H. Ir, M.Ed, Ph.D. 2007. Metode penelitian Kualitatif Untuk Pelatihan. Bandung: CV. Mandar Maju

Iper, Dunis, dkk. 1997. Pepatah-Petitih Dalam Bahasa Dayak Ngaju. Jakarta: Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Lyons, Jhon. 1995. Linguistic Semantics An Introduction. Britain: Cambridge University Press.

Mahriyuni, 2009. Konfigurasi Medan Leksikal Emosi Bahasa Melayu Serdang. Disertasi Doktor, Universitas Sumatera Utara.Medan.

Moleong, Lexy, J. 2005. Metodologi penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Napitupulu, Dkk. 1997. Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Lesikal. Jakarta: Rineka

Universitas Sumatera Utara Pudentia, MPSS, 1998. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.

Ridwan, Amin. 2005. Mendaulatkan Bahasa Melayu Sebagai Bahasa Utama Dunia. Medan: USU Press.

Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Saeed, John, I. 1997. Semantics. China: Blackwell Publisher Ltd.

Safaria dan Saputra, 2009. Manajemen Emosi. Yogyakarta: Bumi Aksara

Syahrial, Muhammad Takari Jilin. Seni Persembahan dalam Rangkaian Upacara Perkawinan Adat Melayu Sumatera utara. Kuala Lumpur: Pengajian Media, Fakulti Sastera dan Sains Sosial, Universiti Malaya.

Sinar, Lukman, T, 2002. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USU Press Medan.

Sinar, Lukman, T, 2006. Petuah dalam Pepatah Adat. Medan: Forkala Sumatera Utara.

Sinar, Lukman, T, 2002, Adat dan Budaya Melayu Jati Diri. Medan: USU Press.

Sinar, Lukman, T, 2007. Adat Perkawinan dan Tata Rias Pengantin Melayu. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang.

Sinar, Silvana, T. 2010. Ungkapan Verbal Etnis Melayu Dalam Pemeliharaan Lingkungan. Prosiding International Seminar”Language, Literature and Culture in Southeast Asia: Malay and Indonesian Studies”. Trang, Thailand 3- 5th June 2010. Graduate School of Linguistics USU in affiliation with Phuket Rajabhat Universitas Trang Campus Thailand.

Sinar, Silvana. T.S,dkk 2011. Pergeseran Leksikon Kuliner Melayu Serdang Terhadap Remaja Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai . Medan

Sinar, Silvana, T., dkk 2010. Pergeseran Pepatah Nasihat pada Remaja Melayu

Serdang. Medan.

Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian makna. Yogyakarta: Penerbit Media Perkasa.

Universitas Sumatera Utara Syarfina, T. 2009. Ciri Akuistik Bahasa Melayu Deli. Medan: USU Press.

Syarfina T. dan Sinar, T.S. 2010. Ciri Akustik Bahasa Melayu Serdang. Medan : USU Press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ullmann, Stephen. 2007. Pengantar Semantik. Jakarta: Pustaka Pelajar.

UUD 1945. P-4, GBHN (TAP No: II/MPR/1993), 1993. Jakarta.

Wierbicka, Anna. 1996. Primes and Universal. Oxford University Press.

Wierbicka, Anna.1999. Emotional Universal. Australian National University.

Yulisma, dkk, 1997. Struktur sastra Lisan Daerah Jambi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Zein, Thyrhaya. 2009. Representasi Ideologi Masyarakat Melayu Serdang dalam Teks Situasi dan Budaya. Disertasi Doktor, Universitas Sumatera Utara.Medan.

http://abdullatiflubis.blogspot. com /2010/11/tapanuli-selatan.html (diunduh tanggal 14-11-2011) http://id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Cermin,_Serdang_Bedagai (diunduh tanggal 14- 11-2011) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29324/1/Appendix.pdf (diunduh tanggal 14-11-2011) http://repository .usu.ac.id/bitstream /1234 56789/17847/5/Chapter%20I.pdf (diunduh tanggal 14-11-2011) http://www.serdangbedagaikab.go.id (diunguh tanggal 14-11-2011) http://smartpsikologi.logspot.com (diunduh tanggal 12 Maret 2011)

Riesnazasly. Rimbunan Petitih Melayu. riesnazasly.blogspot.com (diunduh tanggal 7 Januari

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1: Gambar Balai Adat Desa Besar II Terjun Kecamatan Pantai Cermin

Gambar Balai Adat Desa Besar II Terjun Dusun 2 secara keseluruhan

Gambar Balai Adat Desa Besar II Terjun Dusun 2 dari Sebelah Kanan

Gambar Balai Adat Desa Besar II Terjun Dusun 2 dari Sebelah Kiri

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2: Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN A. Makna Emotif dalam Pepatah Isilah kolom dengan pepatah nasihat dalam upacara pernikahan adat Melayu Serdang Bedagai sesuai dengan makna emotif.

No Makna Pepatah Artinya Emotif 1 Senang 2 Marah 3 Sedeh 4 Bosan 5 Benci 6 Takut 7 Malu Note: Pepatah boleh ditulis lebih dari satu berdasarkan makna emotifnya pada kertas kosong yang disediakan.

Isilah kolom dengan pepatah nasihat dalam upacara Khitanan/Sunatan adat Melayu Serdang Bedagai sesuai dengan makna emotif.

No Makna Pepatah Artinya Emotif 1 Senang 2 Marah 3 Sedeh 4 Bosan 5 Benci 6 Takut 7 Malu Note: Pepatah boleh ditulis lebih dari satu berdasarkan makna emotifnya pada kertas kosong yang disediakan. Isilah kolom dengan pepatah nasihat dalam upacara Khataman Al-Qur’an adat Melayu Serdang Bedagai sesuai dengan makna emotif.

No Makna Pepatah Artinya Emotif 1 Senang 2 Marah 3 Sedeh 4 Bosan 5 Benci 6 Takut 7 Malu

Universitas Sumatera Utara Note: Pepatah boleh ditulis lebih dari satu berdasarkan makna emotifnya pada kertas kosong yang disediakan.

B. Jawablah pertanyaan- pertanyaan di bawah ini: 1. Pepatah”Pucuk dicinta Ulam pun tiba” adalah bermakna emotif senang. Coba anda lafazkan pepatah persebut. Menurut anda pada kata dan huruf manakah tekanan suara naik dan turun pada pepatah tersebut?

2. Pepatah”Habis manis sepah dibuang” adalah bermakna emotif marah. Coba anda lafazkan pepatah persebut. Menurut anda pada kata dan huruf manakah tekanan suara naik dan turun pada pepatah tersebut?

3. Pepatah”Sudah jatuh ketimpa tangga” adalah bermakna emotif sedeh. Coba anda lafazkan pepatah persebut. Menurut anda pada kata dan huruf manakah tekanan suara naik dan turun pada pepatah tersebut?

4. Pepatah”Tong kosong nyaring bunyinya” adalah bermakna emotif bosan. Coba anda lafazkan pepatah persebut. Menurut anda pada kata dan huruf manakah tekanan suara naik dan turun pada pepatah tersebut?

5. Pepatah”Kayak Belanda minta tanah” adalah bermakna emotif benci. Coba anda lafazkan pepatah persebut. Menurut anda pada kata dan huruf manakah tekanan suara naik dan turun pada pepatah tersebut?

6. Pepatah”Jangan sampai cacing naik ke mata” adalah bermakna emotif takut. Coba anda lafazkan pepatah persebut. Menurut anda pada kata dan huruf manakah tekanan suara naik dan turun pada pepatah tersebut?

7. Pepatah”Harga garam pada asinnya, harga manusia pada malunya” adalah bermakna emotif malu. Coba anda lafazkan pepatah persebut. Menurut anda pada kata dan huruf manakah tekanan suara naik dan turun pada pepatah tersebut?

8. Figuratif adalah bahasa kiasan yang digunakan untuk membandingkan atau mengumpamakan perkataan untuk seseorang dan untuk menajamkan arti atau

Universitas Sumatera Utara menyindir melalui kata-kata dalam pepatah. Metafora adalah pemakaian kata- kata yang bukan arti sebenarnya yang digunakan untuk perbandingan atau persamaan yang biasanya selalu memakai nama - nama hewan, alam atau tumbuh-tumbuhan. Apakah terdapat bahasa figuratif atau metafora dalam pepatah bahasa Melayu Serdang? Dan apa saja bahasa figuratif atau metafora itu?

9. Eksplisit adalah terus terang, tegas, tidak berbelit – belit hingga orang mudah menangkap maksud dan tidak mempunyai gambaran yang kabur. Implisit adalah maksud yang terkandung dalam satu perkataan atau kalimat yang tidak dinyatakan secara terang-terangan atau tersembunyi. Coba jelaskan menurut pendapat anda, apakah bahasa figuratif dan metafora mengandung makna eksplisit atau implisit untuk membandingkan atau menajamkan arti!

10. Proses mobilitas adalah arahan kata – kata yaitu berupa kata yang pararel seperti kata kerja dengan kata kerja, kata benda dengan kata benda, kata sifat dengan kata sifat; contohnya: ringan – berat, jinjing- pikul, seperti dalam pepatah ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Urutan kata adalah penempatan kata – kata dalam pepatah yang sesuai dengan kata yang sebelumnya. Contoh: “Sudah jatuh ketimpa tangga”. Urutan kata dalam pepatah tersebut adalah jatuh ketimpa yang diletakkan sejajar. Pengulangan kata adalah kata dalam pepatah selalu diulang – ulang dalam kata yang sama. Contoh”tak ada lang jadi lang” pengulangan kata dalam pepatah tersebut adalah lang. Dari penjelasan di atas apakah ada proses mobilitas, urutan kata, dan pengulangan kata dalam pepatah Bahasa melayu Serdang? Coba anda jelaskan!

Universitas Sumatera Utara Transkrip I Wawancara dengan Bapak Sayuti A.S. (mantan Kepala Desa Besar II Terjun, kecamatan Pantai cermin Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara). Tanggal 22 Juni 2011. Transkrip hasil wawancara dengan Bapak Sayuti A.S. tentang Emosi Melayu dan Pepatah Bahasa Melayu. Saya : Begini pak, sebelum kita bicara tentang pepatah, kita bicarakan masalah emosi Melayu, Emosi Melayu apa saja dan bagaimana tingkat emosi Melayu dan apa hubungannya dengan pepatah? Bapak Sayuti : Jadi gini, tingkat emosi Melayu itu sangat tinggi, barangkali emosi itu tidak mengacu pada hal-hal yang positif, tapi mengarah kepada hal-hal yang negatif. Tapi di dalam emosi itu ada makna-makna yang tersirat, walaupun orang yang mengeluarkan emosi itu tidak mau bicara langsung. Saya : Tidak mau bicara langsung ya pak?, jadi melalui apa mereka untuk mengungkapkan emosi mereka? Bapak Sayuti: Melalui sindirian, Contohnya kalau dia marah sama orang lain tapi yang dimarahi anaknya sendiri, menggunakan sindiran seperti “pukul anak sindir menantu”. Saya : Jadi “pukul anak sindir menantu” merupakan pepatah atau bagaimana pak? Bapak Sayuti : Ya, itu lah. Saya : Itu kan emosi, jadi jenis-jenis emosi itu untuk menyatakan apa pak? Bapak Sayuti : Banyak, kadang-kadang mengatakan bahwa orang lain jangan berbuat, tapi dia sindir bukan dengan “buat” katanya tapi dengan kata lain “kalau berani kau bikinlah”. Say : berarti itu tandanya emosi “marah” pak? Bapak Sayuti : ya itu tandanya marah, marahnya tak nampak. Dia lebih banyak diam daripada berbicara.

Saya : Kalau sudah marah lebih banyak diam, oh gitu. Bapak Sayuti : Dia tinggalkan, tapi besok belum tentu. Itulah emosi marah tadi Saya : Makin marah makin diam, itu emosi marah, selain marah apa lagi pak? Bapak Sayuti : Merajuk.. Saya : Marah, merajuk, selain merajuk?

Universitas Sumatera Utara Bapak Sayuti : Pindah tempat, banyak itu… Saya : Jadi kalau mengungkapkan rasa senang pak? Bapak Sayuti : Kalau dia senang dia gembira, suka ria, main-main.. Saya : Kalau sedih pak? Bapak Sayuti : Kalau sedih, temenung, mendongkol dalam dada, lebih banyak diam dari pada bicara. Saya : oh…jadi lebih banyak diam daripada bicara, itu ungkapan emosinya? Bapak sayuti : Tapi kalau mundur tidak juga, dalam dadanya membara. Saya : Oh gitu ya pak, jadi salah satu mengungkapkan emosi melalui pepatah. Terus, selain kata-kata “pukul anak sindir menantu” ada atau tidak pepatah yang lain? Misalnya untuk mengungkapkan rasa senang? Bapak Sayuti : Gak ada, biasa- biasa saja. Saya : Apakah pepatah dari orang Melayu dulu sampai sekarang masih digunakan? Bapak sayuti : Orang dulu masih menggunakan, tapi zaman sekarang zaman reformasi, sekarang sudah jarang digunakan. Saya : di dalam kehidupan beerkeluargapun? Bapak Sayuti :itu juga, sudah mengikuti zaman, Cuma ada juga yang mempertahankan. Jarang sekali digunakan. Aklau digunakan hanya untuk acara rapat kelurahan. Saya : Di dalam keluarga pun tidak ada pak? Bapak Sayuti : ya, mereka anggap berpepatah itu sudah kolot, tidak enak, ortodok, kampungan, jauh ketinggalan. Saya : Jadi kesannya ortodok kalau menngunakan pepatah ini? Bapak sayuti : ya.. kesannya orang kampung. Padahal dari orang kampung ini lah asalnya budaya, orang kota tidak ada budayanya. Orang kota mengikuti budaya kampung. Perubahan alam juga mempengaruhi. Saya : Oh…itu faktor penyebabnya. Bapak Sayuti : Kalau macam kami (seumuran bapak Sayuti) tetap kami pertahankan. Selain sindiran ada pantangan. Saya : pantangan apa itu pak?

Universitas Sumatera Utara Bapak Sayuti : Pantangan untuk bertingkah laku, contohnya: salah pandang, salah jalan, salah duduk, dan salah ungkap. Saya : Artinya Pak? Bapak Sayuti : Salah jalan tidak boleh berjalan maksudnya tidak boleh berjalan dengan yang bukan muhrimnya, begitu juga yang lainya. Saya : Waktu saya di Sekolah Dasar, ada pepatah mengatakan “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”, apakah masih ada berkalu? Bapak Sayuti : Gak ada juga, karena orang tak mau menjunjung langit tu, alasannya manusia sudah modern, nasionalis. Padahal arti pepatah itu sebetulnya dimana kitaa berada disitulah adatnya kita ikuti. Samalah dengan pepatah “ masuk kandang kambing jadilah kambing, masuk kandang harimau jadilah harimau, atau masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang harimau mengaum”. Saya : Artinya apa pak? Bapak Sayuti : Artinya ikuti peraturan masyarakat setempat. Saya bersyukur sekali pepatah ini di gali kembali karena pepatah ini sudah hampir punah. Saya : Ya…itulah alasan saya mengapa menulis masalah ini pak, yaitu untuk menggali kembali pepatah yang merupakan budaya yang sudah hampir punah. Jadi andai tidak ada yang menulis masalah ini, budaya pepatah ini akan hilang pak? Bapak Sayuti : ya! Saya : Sayang sekali ya pak, begitu banyak pepatah yang lenyap? Bapak Sayuti : Ya, sebab dialun sekali air bah dua tiga ketepian berubah, artinya sekali reformasi main banyak yang berubah, itulah pepatah. Saya : Ya…muncul lagi dech pak, pepatah yang sudah lenyap. Karena saya wawancara bapak,..ha..ha.. Bapak Sayuti : Ya..saya bersyukur sekali, ha..ha.. Saya Pepatah lain pak, yang bapak ingat. Bapak Sayuti : Besar pasak dari pada tiang Saya : Artinya? Bapak sayuti : Angan-angan terlalu tinggi

Universitas Sumatera Utara Saya : bapak kan keluarga datuk, kalau bukan keluarga Datuk atau masyarakat awam, masih mengunakan pepatah? Bapak Sayuti : Ada juga yang simpati masyarakat pantai Cermin ini masih berlaku 30% bagi usia 60 tahun ke atas, kalau ke bawah tidak ada lagi tu. Saya ; di daerah desa Besar II Terjun pak juga sudah langka? Bapak Sayuti : Ada 30 % juga. Pepatah masih berlangsung, Cuma terputus-putus. Saya : Kira-kira pepatah apakah yang paling dominan yang sering muncul dalam kehidupan dalam adat yang lain? Bapak Sayuti : oh..Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung masih sering dipakai dalam acara rapat desa, karena pepatah itu bukan untuk Melayu saja, melainkan untuk bangsa. Saya : Baiklah pak, sampai disini dulu wawancaranya, terima kasih atas waktu dan informasinya yang bapak berikan. Bapak Sayuti : Sama-sama, saya juga senang karena pepatah ini di gali kembali.

Transkrip II Wawancara dengan Bapak Zainuddin. (Tokoh Masyarakat Desa Besar II Terjun, kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara). Tanggal 22 Juni 2011. Transkrip hasil wawancara dengan Bapak Zainuddin. tentang Emosi Melayu dan Pepatah Bahasa Melayu Saya : Apakah ada digunakan pepatah di acara penerimaan pengantin? Bapak Zainuddin : Tidak ada. Saya : Dalam penyerahan ada digunakan pak? Bapak Zainuddin : Tidak ada, paling yang digunakan adalah Cuma pantun. Saya : Kalau di dalam acara sunatan, ada atau tidak pak? Bapak Zainuddin : Tidak ada juga. Saya : Penduduk di desa ini mayoritas suku apa ya pak? Bapak Zainuddin : Oh…mayoritas suku Melayu, lainnya suku Jawa. Saya : Apakah ada yang Bapak ingat beberapa contoh pepatah Melayu? Bapak Zainuddin : oh..ya ada. Contohnya: Lancar kaji karena diulang”, “Biduk berlalu kiambang bertaut”, “Anjing mengonggong kafilah berlalu”. Saya : Artinya pak?

Universitas Sumatera Utara Bapak Zainuddin : Yang pertama artinya sesuatu akan terus berjalan kalau terus-terusan dilakukan, yang kedua; orang mau singgah kalau ada maunya saja, yang ketiga; apapun yang diceritakan orang tentang kita kalau tidak benar biarkan saja. Saya : dari pepatah yang bapak sebutkan tadi untuk apa itu pak? Bapak Zainuddin : untuk nasihat, ajaran, sindiran halus. Saya : Dari pepatah yang Bapak sebutkan yang mana yang paling dominan? Bapak Zainuddin : oh…”kalau tidak ada mengada”, artinya kalau ada perlunya barulah singgah. Saya : pepatah yang baru saja ucapkan ada kaitannya dengan emosi? Bapak Zainuddin : Y a ada lah. Pepatah ini merupakan tumpahan luapan emosi. Saya : Jadi pepatah hanya untuk luapan emosi marah saja? Bapak Zainuddin : Tidak, untuk mengungkapkan rasa senang juga, hanya pepatah jarang digunakan,mkeseringan pantun. Saya : Jadi tidak ada usaha Bapak untuk mengembangkan pepatah itu? Bapak Zainuddin : Ya semuanya itu tergantung pada permintaan masyarakat, contohnya dalam acara pernikahan kalau pihak keluarga minta menggunakan pepatah dalam acara seserahan, maka saya gunakan pepatah itu, kalau mereka meminta adat yang sederhana saja, maka pepatah itu tidak digunakan. Saya : Baiklah pak, sampai disini dulu percakapan kita tentang pepatah dengan emosi, untuk selanjutnya saya akan kembali lagi untuk informasinselanjutnya. Terima kasih atas waktu dan informasinya pak. Bapak Zainuddin: Ya…sama-sama. Mudah-mudahan informasi yang saya berikan berguna.

Transkrip III Wawancara dengan Bapak T. Syahrurdy. (Pengetua Adat Melayu Serdang). Juni 2011. Transkrip hasil wawancara dengan Bapak T. Syahrurdy. tentang pepatah Bahasa Melayu. Saya : Menurut Bapak pengertian pepatah itu apa? Bapak T. Syahrurdy : Pepatah itu kata-kata berupa sindiran. Saya : Itu pepatah ya pak? Bapak T. Syahrurdy : Ya…itu kata-kata orang tua.

Universitas Sumatera Utara Saya :Jadi menurut Bapak pepatah adalah perkataan orang tua-tua dulu? Bapak T. Syahrurdy : Ya…macam kata-kata sindiran Saya : Berupa petuah pak? Bapak T. Syahrurdy : Ya…petuah-petuah. Saya :Kalau memang pepatah itu petuah, dikategorikan ke dalam berapa jenis pak? Bapak T. Syahrurdy : Jenisnya berupa nasihat, menyindir… Saya : kalau begitu pepatah-petiith ini berupa nasihat, petunjuk, sindiran, bagaimana dengan perumpamaan? Bapak T. Syahrurdy : Perumpamaan contoh,” nasi tak dingin, pinggan tak retak” Saya :Jadi menurut Bapak pengertian perumpamaan itu bagaimana pak, apakah menggunakan bahasa yang indah, lembut, atau bagaimana? Bapak T.Syahrurdy :Oh…mau memberi tahu yang sebenarnya kasar, jadi digunakan perumpamaan. Saya :Jadi perumpamaan itu digunakan untuk memperhalus bahasa, selain itu pak? Bapak T. Syahrurdy : Ya…Melayu ini tak boleh kasar. Selalu menghormati orang tua ditanamkan pada anak-anak sejak kecil. Saya : Apakah dalam perumpamaan menggunakan bahasa kias? Bapak T. Syahrurdy : Ya…kalau disini menggunakan bahasa Melayu. Saya :Maksud saya menggunakan bahasa kiasan atau pengibaratan? Bapak T. Syahrurdy : Ya, salah satunya seperti yang saya bilang tadi. Saya : Pepatah-petitih digunakan orang Melayu untuk berbahasa, apakah ada hubungannya dengan mengungkapkan emosi? Bapak T. Syahrurdy : Ya…bisa juga, karena untuk mengungkapkan rasa marah, tidak sesuai kata dengan perbuatan. Saya : Jadi menurut Bapak orang Melayu pada dasarnya menggunakan bahasa yang lembut? Bapak T. Syahrurdy : Ya..Melayu ni lain dari suku-suku lain. Melayu ni disebut suku Melayu kalau dia muslim, berbahasa Melayu, memakai adat-

Universitas Sumatera Utara istiadat Melayu, dan bahasanya dapat dapat bercampur dengan bahasa lain, contoh: bahasa Mandailing. Saya : Jadi karena adanya percampuran bahasa, bahasa Melayu terkenal dengan kelembutannya dan tak suka bicara secara kasar? Bapak T. Syahrurdy : Ya… Bahasa Melayu kalau sudah ke tempat lain tetap berbahasa Melayu, bahkan budayanya hampir sama. Saya : Jadi kesimpulannya pepatah Melayu terdiri dari berbagai macam jenis, salah satunya adalah perumpamaan yang menngunakan bahasa yang lembut, seperti yang Bapak katakana tadi untuk menyindir, menasihati, dan memberikan petunjuk. Bapak T. Syahrurudy : Ya…memang seperti itu. Saya : Jadi pada dasarnya pepatah Melayu menggunakan bahasa yang lembut, dan untaian kata-kata yang indah? Bapak T. Syahrurdy : Ya…hampir sama dengan orang minang. Saya : Jadi, perumpamaan menggunakan bahasa yang lembut, dan untaian kata-kata yang indah. Baiklah pak, terima kasih atas waktu dan informasinya. Bapak T. Syahrurdy :Ya…hanya itu saja yang dapat saya berikan, mudah-mudahan bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3: Biodata Informan

Biodata Informan 1 Nama Lengkap : Zainuddin Tempat/Tanggal lahir : Perbaungan/ 5 April 1946 Agama : Islam Pekerjaan : Petani/Pengrajin Pendidikan : Sekolah Pertanian Menengah Atas Status : Menikah Alamat : Dusun 4 Desa Besar 2 Terjun Biodata Informan 2 Nama Lengkap : Datuk Sayuti A.S. Tempat/Tanggal lahir : Perbaungan/ 13 Nopember 1944 Agama : Islam Pekerjaan : Petani/ Mantan Lurah Desa Besar II Terjun Pendidikan : Sekolah Rakyat Pantai Cermin (1956-1958) Status : Menikah Alamat : Jl. Ayahanda Desa Besar II Terjun Dusun 2, Biodata Informan 3 Nama Lengkap : H. Mhd. Asraruddin, S.os Tempat/Tanggal lahir : Perbaungan/ 14 Maret 1954 Agama : Islam Pekerjaan : Pegawai Negeri Pendidikan : S-1 (Sospol/Administrasi Negara) Status : Menikah Alamat : Jl.Laksana N0.24 Perbaungan Sergai Biodata Informan 3 Nama Lengkap : Hassanuddin M.Z. Tempat/Tanggal lahir : Perbaungan/ 14 September 1942 Agama : Islam

Universitas Sumatera Utara Pekerjaan : Pensiunan PNS Pendidikan : Status : Menikah Alamat : Jl. Sultan Serdang No.69 A Perbaungan Biodata Informan 4 Nama Lengkap : T. Syahruardy Tempat/Tanggal lahir : Perbaungan/ 17 Maret 1931 Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan ABRI (TNI – AD) Pendidikan : SMP Status : Menikah Alamat : Jl. Abdullah Lubis Medan Biodata Informan 5 Nama Lengkap : Drs. Muhammad Takari Jilin, M.Hum, Ph.D Tempat/Tanggal lahir : Kota Pinang/ 21 Desember 1965 Agama : Islam Pekerjaan : Dosen Etnomusikologi FIB USU Pendidikan : Doktor Pengajian Media, Universiti Malaya (U.M) Status : Alamat :Desa Bangunrejo, Dsn. I No.40/3 Tanjungmorawa, Deli Serdang Biodata Informan 6 Nama Lengkap : Drs, Shafwan Hadi Umry, M.Hum Tempat/Tanggal lahir : Bedagai-Deli Serdang/ 60 Tahun Agama : Islam Pekerjaan : Dosen Universitas Muslim Nusantara Medan Pendidikan : S-2 Linguistik USU Status : Menikah Alamat :

Universitas Sumatera Utara Biodata Informan 7 Nama Lengkap : Azrai, SS. MSP Tempat/Tanggal lahir : Deli Serdang/ 22 April 1974 Agama : Islam Pekerjaan : Dosen Luar Biasa FIB>USU Pendidikan : S-2 Status : Menikah Alamat : Jl. Besar Pasar V Kebun Kelapa No.14 Kec. Beringin Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara Lampiran 4: Tabel Analisis Pepatah BMS Tabel 1. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara Pernikahan/Sunat Rasul dan Khatam Al-Qur’an Menggunakan Perangkat Fonetik

No Pepatah Arti/Makna Makna Analisis Perangkat Fonetik Emotif 1 Diberi kelingking Sudah disetujui Senang/ makna emotif senang pada hendak acara merisik, girang kata “kelingking dan telunjuk, telunjuk/macam penghulu telangkai Belanda dan tanah” tekanan Belanda minta segera ingin tahu suara agak dipanjangkan pada tanah kapan bisa kata tersebut. meminang 2 Mata mengantuk Apa yang Senang/ri Makna emotif terdapat pada bantal diinginkan ang kata cinte, huruf terakhir pada disodorkan/pu- cuk mendapatkan kata yaitu pada huruf “e”. dicinte ulampun sambutan/apa yang Makna emotif juga terdapat tibe diidamkan datang pada kata”bantal” yang dengan segera maknanya sama dengan cinte. Kata”bantal” tekanan emotifnya pada “tal” huruf mati ditekankan pada pengucapannya. 3 Bagai ayam bertelur Hati orang yang Senang/g Makna emotif senang terdapat di atas padi senang irang pada kata “padi” yaitu diakhir mendapatkan orang kalimat, karena tekanan suara kaya ditekankan pada kata tersebut dan huruf “i” agak dipanjangkan. 4 Siapa suka Jangan suka Marah/si Makna emotif marah terdapat bersangka buruk, berburuk sangka ndiran pada kata buruk, teruk yaitu orang melarat hidup kepada orang tengah dan diakhir kalimat, pun teruk karena tekanan suara ditekankan pada kata tersebut dan huruf “uk” agak dipanjangkan. 5 Sudah jatuh Sudah mendapat Sedeh/ Makna emotif sedeh pada ketimpa tangga musibah terkena pilu kata jatuh dan tangga, lagi pengucapannya agak ditekankan sedikit pada huruf ”tuh” yaitu hembusan nafas yang kuat dan”ga” pengucapannya dipanjangkan. 6 Berkotek diluar Setelah perkara Bosan/ Makna emotif bosan pada sangkar, bertelur diputuskan, baru muak kata sangkar. Karena diluar pagar memberi tekanan suara lebih keterangan dipanjangkan pada kata tersebut

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/Makna Makna Analisis Perangkat Fonetik Emotif 7 Nyamuk mati gatal Menaruh dendam Benci/ makna emotif benci pada kata tak habis meski perkara dendam mati dan gatal. Tekanan suara selesai dipanjangkan pada huruf “i” dan “tal” ditekan lebih jelas pengucapannya. 8 Kalau tak berhemat Sikap boros dapat Takut/ makna emotif takut pada kata cermat,karam dilaut mencelakakan diri khawa-tir karam dan sesat stress pada sesat di darat sendiri kedua kata tersebut lebih ditekankan untuk lebih menunjukkan emosi takutnya. 9 Tahu dilihat cermin Menjaga kesopanan Malu/ makna emotif malu terdapat orang, tahu dihias dan tingkah laku Segan pada kata dilihat dan dihias gunjing orang dan menghargai karena pada kata tersebut lebih serta mewaspadai ditekankan intonasinya agak kritik dan komentar tinggi pada kata ”hat” dan “hi” orang lain 10 Kalau tak ada Kalau tak ada hajat Senang/ Makna emotif senang terdapat mengada, takkan datang kerumah suka pada kata “tempua” dan tempua bersarang tuan, takkan kami tekanan suara dipanjangkan rendah datang kemari. pada huruf”pua”. 11 Kalau takut dilanda Kalau tidak dicoba Takut/ Makna emotif takut pada kata ombak, jangan untuk merisik anak khawa-tir takut. Tekanan suara berumah ditepi gadis yang dipanjangkan pada huruf “ta”. pantai diinginkan, bagaimana tahu mau atau tidak, kalau ditolak harus diterima dengan ikhlas 12 Seperti mendapat Tak disangka- Senang/g Makna emotif senang pada durian runtuh sangka pinangan irang kata”durian”. Tekanan suara yang dilakukan oleh dipanjangkan pada huruf penghulu telangkai ”rian” diterima oleh anak beru 13 Piring tak retak, Apabila pinangan Sedeh/ Makna emotif sedeh pada kata nasi tak dingin ditolak, tidak kecewa retak. Tekanan suara pada mengapa, pihak silabel tak pada akhir kata laki-laki pun tak retak. memaksa 14 Hajat hati hendak Keinginan pinangan Sedeh/ Makna emotif sedeh pada kata memeluk gunung diterima tapi kecewa memeluk dan tangan apa daya tangan tak kenyataannya ucapannya dipanjangkan pada sampai ditolak. huruf ”luk dan ta” 15 Habis manis sepah Seseorang Sedeh/ Makna emotif pada kata manis dibuang memanfaatkan kecewa dan sepah karena dua kata orang lain untuk tersebut mempunyai makna kenikmatannya yang berlawanan, maka sendiri, setelah penutur dalam dimanfaatkan, mengungkapkan rasa sedih

Universitas Sumatera Utara orang tersebut yang bercampur dengan disingkirkan dan kecewa menekankan pada dua kalau bisa kata tersebut. Intonasinya dilenyapkan ditekankan pada huruf nis dan (dibunuh) pah dengan hembusan nafas yang kuat. 16 Tong kosong Orang yang banyak Bosan/ Makna emotif bosan pada kata nyaring bunyinya bicara tidak ada muak nyaring, bunyinya. Tekanan ilmunya suara ditekankan dan dipanjangkan pada huruf nya dan nya. Tabel 2. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara Pernikahan/Sunat Rasul dan Khatam Al-Qur’an Menggunakan Perangkat Leksikal. Tabel Pepatah Pernikahan Adat Melayu Serdang

No Pepatah Arti/ makna Makna Analisis Perangkat Leksikal Emotif

1 Berbahagia Penghulu telangkai Senang/ Makna emotif senang ditunjukkan lah pemuda memuja anak memuji melalui bahasa figuratif yang dapat gadis(bunga) yang membandingkan(eksplisit)“bunga” mempersun- akan dilamar pada yang melambangkan seorang gadis ting bunga ibu anak gadis yang cantik jelita dipuji oleh encik tersebut seseorang Kalau ada Penghulu telangkai Senang/b Makna emotif senang ditunjukkan 2 kumbang bertanya pada ibu si ahagia melalui bahasa figuratif datang gadis apabila membandingkan(eksplisit)“kumban menyeri datang seorang g” yang melambangkan seorang pemuda (kumbang) pemuda yang gagah datang melamar anak gadisnya 3 Terlalu Tidak ingin terlalu Takut/Kh Makna emotif marah ditunjukkan diangkat dipuji karena awa-tir dalam kata diangkat, jatuh, benar, takut khawatir menjadi merangkat. Ketiga kata tersebut awak jatuh sombong dan tidak adalah metafora (implisit) merangkak sesuai dengan yang menajamkan arti supaya jangan sebenarnya terlalu dipuji akhirnya malu 4 Umur baru Usia si gadis Senang/ Makna emotif senang ditunjukkan seumur masih muda belum Per- dalam kata seumur jagung dan jagung, bisa dipercaya ingatan/ setampuk pinang. Menggunakan darahpun untuk mengurus nasihat kata metafora (implisit) baru rumah tangga menajamkan arti menyatakan usia setampuk si gadis baru saja beranjak dewasa pinang dan belum pantas untuk menikah karena belum bisa mengurus rumah tangga

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/Makna Makna Analisis Perangkat Leksikal Emotif 5 Nampaknya Apa yang ditanyakan Senang/ Makna emotif senang ditunjukkan dalam gayung telah dan diinginkan diplomasi kata “gayung” bahasa figuratif (eksplisit) bersambut juga akhirnya diindahkan membandingkan apa yang diinginkan juga bagi yang diajak sama dengan gayung yang dicidukkan ke bicara air dan sudah pasti air diperoleh

6 Sebesar – besar Penghulu telangkai Senang/ Makna emotif senang terdapat pada kata gunung, lebih berharap sekali Diplomasi “sebesar-besar gunung” bahasa figuratif besar maksud jawaban dari pihak (eksplisit) membandingkan hasrat hati yang kami anak beru menerina yang begitu membara seperti sebesar kandung pinangan mereka gunung

7 Hidup Pihak anak beru Senang/ Makna emotif senang terdapat pada manusia menegaskan bahwa Nasihat kata “dikandung adat, dikandung dikandung mereka menerima tanah” metafora (implisit) adat, mati pinangan menajamkan arti bahwa hidup harus dikandung berdasarkan adat selalu berdasarkan hukum adat tanah karena semuanya dikembalikan pada hukum adat, seperti mati sudah pasti dikubur ke dalam tanah 8 Ringan akan Pihak anak beru Senang/ Makna emotif senang terdapat pada kami jinjing, menyatakan semua Nasihat kata” ringan, jinjing, berat dipikul” berat akan beban dari bahasa figuratif (eksplisit) dipikul pernikahan membandingkan rasa senang ditanggung bersama (ringan) dirasakan bersama sesuai dengan (jinjing), beban (berat) ditanggung perembukan (dipikul) 9 Lembah sama Pihak anak beru Senang/ Makna emotif senang terdapat pada ditimbuni, berembuk dengan Nasihat kata ditimbuni, diratakan, berakit, gunung sama sanak saudara dan berenang, bahasa diratakan, ke semua keputusan figuratif(eksplisit) membandingkan hulu sama harus dalam satu apapun yang diputuskan dalam berakit, ke suara dari keluarga rapat sepanjang hasil rapat tersebut hilir sama untuk kebaikan pasti diikuti oleh berenang kedua belah pihak 10 Sesal dahulu Dalam mengambil Senang/ Makna emotif senang terdapat pada pendapatan, keputusan harus Nasihat kata pendapatan, tak berguna, sesal berhati – hati, bahasa figuratif (eksplisit) kemudian tak jangan sampai salah membandingkan pendapatan adalah berguna mengambil pengambilan keputusan, tak keputusan karena berguna adalah keputusan yang bisa salah membahayakan diri sendiri 11 Tak sia-sia Segala keputusan Senang/ Makna emotif senang terdapat pada pasang naik, tak yang telah di setujui Per- kata tak sia-sia, metafora(implisit) sia-sia perahu supaya jangan tidak ingatan menajamkan arti yaitu menyatakan berlayar, tak berguna dan hanya tidak berguna secara tak langsung sia-sia matahari lelah saja yang terbit, tak sia – diperoleh

Universitas Sumatera Utara sia ternak disembelih, tak sia –sia malim diundang, 12 Seperti sirih Seseorang yang Senang/ Makna emotif senang terdapat pada pulang ke berjanji memenuhi Diplo- kata sirih, gagang, pinang, tampuk, gagang, seperti semua persyaratan masi metafora (implisit) menajamkan arti pinang pulang janji sesuai dengan yaitu sirih dan pinang (janji), gagang ke tampuk adat dan tampuk (memenuhi perjanjian dalam adat) 13 Diberi Sudah disetujui acara Marah/ Makna emotif sindiran terdapat pada kelingking merisik, penghulu sindiran kata kelingking dan telunjuk, bahasa hendak telangkai segera ingin figuratif (eksplisit) membandingkan arti telunjuk/ tahu kapan bisa yaitu sudah diiyakan keinginan mau macam Belanda meminang minta lebih minta tanah

14 Begitu di Apa yang Senang/ Makna emotif senang pada kata lidah, begitu diucapkan/dijanjika Per- lidah, dan hati, bahasa figuratif di hati n itulah yang ingatan (eksplisit) membandingkan arti dimaksudkan bahwa apa yang diucapkan, begitu juga dengan apa yang tersirat di hati 15 Tanda Apapun keputusan Senang/ Makna emotif senang pada kata manusia tetap yang diambil tetap Nasihat beradat dan berpenghulu, bahasa beradat, tanda harus dalam adat figuratif (eksplisit) membandingkan kampung tetap yang berlaku arti bahwa setiap sesuatu pasti berpenghulu kembali pada bagian utamanya/pemimpinnya 16 Dimana Adat akan diikuti Senang/ Makna emotif senang pada kata ranting sesuai dengan adat Nasihat ranting dipatah, air disauk, tanah dipatah, di situ yang ada pada anak dipijak, langit dijunjung, bahasa air disauk, beru figuratif membandingkan arti dimana tanah bahwa dimanapun kita berada, kita dipijak, disitu harus menyesuaikan diri dengan langit keadaan lingkungan dan tata cara dijunjung kehidupan serta adat yang berlaku 17 Adat Semua adat yang Senang/n Makna emotif senang pada kata bersendikan dilakukan harus asihat syarak dan kitabullah, metafora syarak, syarak berdasarkan pada (implisit) menajamkan arti yaitu bersendikan agama Islam menyatakan bahwa Islam dalam kitabullah hukumnya Melayu adalah yang nomor satu sehingga dalam melakukan segala sesuatu harus berlandaskan pada hukum Islam yang terdapat dalam kitab Al-Qur’an 18 Mata Apa yang Senang/ Makna emotif sindiran terdapat mengantuk diinginkan riang pada kata mata dan bantal, bantal mendapatkan bahasa figuratif (ekslisit) disodorkan sambutan membandingkan arti yaitu mata sama dengan hal yang diminta dari seseorang, bantal sama dengan yang didapatkan dari yang diminta

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/Makna Makna Analisis Perangkat Leksikal Emotif 19 Cacing punya Senang tidak pada Marah/ Makna emotif sindiran terdapat pada tai, kere (kera) tempatnya sindiran kata cacing-tai, kere-gah, bahasa punya “gah” figuratif (eksplisit) membandingkan arti yaitu cacing/kere adalah manusia tai/gah adalah tempat yang tidak baik atau pas buat manusia bersenang- senang 20 Macam abu di Gampang datang, Marah/ Makna emotif marah terdapat pada kata atas tunggul gampang perginya sindiran abu, tunggul, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu abu diletakkan dimana saja: tertiup angin, dihapus akan dengan mudahnya terbang, begitu juga manusia gampang datang dan pergi 21 Hina besi Hina manusia karena Sedeh/ Makna emotif senang terdapat pada karena karat melarat nasihat kata besi dan karat, bahasa figuratif (eksplisit) membandingkan arti bahwa besi hancur karena karat, begitu juga dengan manusia mendapatkan hinaan orang karena hidupnya miskin (melarat) 22 Bagai ayam Hati orang yang Senang/ Makna emotif senang pada kata bertelur di atas senang Nasihat ayam dan padi, meatafora (implisit) padi mendapatkan orang menajamkan arti yaitu ayam kaya disamakan dengan perasaaan hati seseorang, bertelur sama dengan sesuatu yang diinginkan, padi adalah makanan pokok manusia jadi padi disamakan denga orang kaya 23 Siapa suka Jangan berburuk Senang/ Makna emotif senang pada kata bersangka sangka kepada Nasihat buruk dan teruk, bahasa figuratif buruk, orang orang karena dapat (eksplisit) membandingkan arti melarat hidup memudaratkan diri bahwa pikiran yang selalu jelek pun teruk sendiri pada orang lain akan menyusahkan diri sendiri 24 Sudah jatuh Sudah mendapat Sedeh/ Makna emotif sedeh pada kata jatuh ketimpa musibah terkena pilu dan ketimpa, metafora (implisit) tangga lagi menajamkan arti yaitu jatuh adalah suatu hal yang tidak enak dirasakan pada tubuh manusia karena sakit, sedangkan ketimpa adalah keadaan yang menyesakkan nafas, jadi jatuh adalah masalah yang diperoleh, belum lagi selesai datang pula masalah yang lain (ketimpa) 25 Berkotek Setelah perkara Bosan/ Makna emotif sindiran pada kata diluar sangkar, diputuskan, baru sindiran berkotek sangkar, bertelur pagar, bertelur diluar memberi bahasa figuratif (eksplisit) pagar keterangan membandingkan arti bahwa berkotek dan bertelur sama dengan memberikan keterangan, sangkar dan pagar sama dengan setelah perkara diputuskan

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/Makna Makna Analisis Perangkat Leksikal Emotif 26 Nyamuk mati Menaruh dendam Benci/Nas Makna emotif senang terdapat pada gatal tak habis meski perkara selesai ihat kata mati dan gatal, metafora (implisit) menajamkan arti yaitu mati maksudnya adalah masalah sudah selesai, gatal maksudnya dendam yang tak kunjung reda dan tetap membara 27 Kalau tak Sikap boros dapat Senang/na Makna emotif senang pada kata tak berhemat mencelakakan diri sihat hemat cermat, karam dan sesat, cermat,karam sendiri metafora (implisit) menajamkan arti dilaut sesat di yaitu tak hemat cermat maksudnya darat sikap boros, karam dan sesat maksudnya akan celaka kalau sikap boros terus-terusan dilakukan 28 Tahu dilihat Menjaga kesopanan Senang/N Makna emotif senang pada kata dilihat cermin orang, dan tingkah laku dan asihat cermin, dihias gunjing. metafora tahu dikias menghargai serta (implisit) menajamkan arti dilihat gunjing orang mewaspadai kritik cermin berarti kita harus mengkoreksi dan komentar orang sikap dan sifat diri sendiri baru lihat lain sikap orang lain, hias gunjing maksudnya hargai dan hati-hati dengan pujian, komentar, serta ejekan orang lain terhadap diri kita 29 Kalau tak ada Kalau tak ada hajat Senang/ Makna emotif senang pada kata mengada, datang kerumah Diplo- tempua metafora (implisit) takkan tempua tuan, takkan kami masi menajamkan arti yaitu tempua bersarang datang kemari. adalah sarang burung yang terletak rendah di atas pohon yang tinggi supaya tidak dapat diganggu oleh binatang yang lain. Maksudnya seseorang tidak akan datang kerumah orang lain (tempua) kalau tidak ada keperluannya. 30 Kalau takut Kalau tidak dicoba Takut/Di Makna emotif takut pada kata dilanda untuk merisik anak plom-asi dilanda ombak, berumah ditepi ombak, jangan gadis yang pantai, metafora (implisit) berumah diinginkan, menajamkan arti yaitu dilanda ditepi pantai bagaimana tahu ombak maksudnya dilanda berarti mau atau tidak, ditimpa masalah yang berat, ombak kalau ditolak harus berarti gelombang air laut apabila diterima dengan terkena hempasannnya tubuh bisa ikhlas terhanyut juga, maka dari itu jangan berumah ditepi pantai artiya kalau tidak mau terkena masalah yang menyakitkan jangan coba untuk memunculkannya, kalau terkena juga harus diterima dengan ikhlas 31 Seperti Tak disangka- Senang/ Makna emotif senang terdapat pada mendapat sangka pinangan Nasihat kata durian runtuh, figuratif durian runtuh yang dilakukan oleh (implisit) membandingkan arti yaitu penghulu telangkai durian adalah buah yang enak diterima oleh anak rasanya, harum baunya, dan beru harganya mahal susah pula

Universitas Sumatera Utara mendapatkannya karena menunggu dia jatuh (runtuh)baru bisa dimakan, sangat beruntunglah yang mendapatkan durian runtuh itu 32 Piring tak Apabila pinangan Sedeh/ Makna emotif sedeh pada kata retak, nasi tak ditolak, tidak kecewa piring retak, nasi dingin, bahasa dingin mengapa, pihak metafora (implisit) menajamkan arti laki-laki pun tak yaitu piring yaitu keinginan, retak memaksa yaitu ditolak, nasi yaitu orang yang diinginkan, dingin yaitu tolakan 33 Hajat hati Keinginan pinangan Sedeh Makna emotif sindiran pada kata hendak diterima tapi sindiran memeluk gunung, tangan tak memeluk kenyataannya sampai, metafora (implisit) gunung apa ditolak. menajamkan arti yaitu memeluk daya tangan gunung adalah satu hal yang tak tak sampai mungkin dilakukan karena gunung seberapa besar dan tangan hanya hitungan meter, jadi memeluk gunung dengan tangan adalah hal yang tidak mungkin dilakukan. Artinya keinginan yang tak mungkin dirai

34 Kalau berjalan Dalam menjalani Senang/n Makna emotif nasihat terdapat pada pelihara kaki, bahtera rumah asihat kata kaki, mata, lidah, metafora kalau melihat tangga harus (implisit) menajamkan arti yaitu pelihara mata, menjaga semua kaki ala berjalan harus diarahkan ke kalau berkata rambu-rambu tempat yang baik, mata alat melihat pelihara lidah pernikahan dan harus dibuka untuk melihat hal menjaga segalanya yang baik, lidah alat berbicara harus dengan damai digunakan untuk mengucapkan kata yang baik – baik saja. 35 Pucuk dicinte Apa yang diidam- Senang/ri Makna emotif senang pada kata ulampun tibe idamkan datang ang dicinte dan tibe, metafora (implisit) datang tanpa diduga menajamkan arti yaitu cinte adalah kata yang membuat manusia senang, tibe adalah suatu kedatangan yang diharapkan, jadi hal yang membuat manusia senang yang diinginkannya sekali datang secara tak disengaja.

Universitas Sumatera Utara Tabel Pepatah Khitan/Sunat Rasul Adat Melayu Serdang

No Pepatah Arti/makna Makna Analisis Perangkat Leksikal emotif 1 Seperti Memberikan Senang/n Makna emotif nasihat terdapat pada mengajari itik pelajaran budi asihat kata itik berenang, metafora berenang pekerti bagi anak (implisit) menajamkan arti yaitu itik yang baru beranjak sama dengan bebek yaitu binatang remaja dan menuju unggas yang memang dari bayi pun dewasa. sudah pandai berenang tapi harus tetap diajari induknya, begitu juga manusia dari lahirpun sudah punya sikap tapi orang tua harus tetap membimbingnya 2 Seperti Nasihat pada anak Senang/n Makna emotif nasihat terdapat pada mengajari yang baru beranjak asihat kata limau berduri, metafora limau berduri remaja, tapi sulit (implisit) menajamkan arti yaitu untuk dinasihati. limau adalah seseorang, berduri adalah sifat manusia yang sulit untuk dinasihati 3 Berenang Orang banyak ilmu Senang/n Makna emotif nasihat terdapat pada galinjir, tahu tahu membedakan asihat kata galinjir, bahasa figuratif awak mana mana yang baik dan (eksplisit) membandingkan arti jantan, mana mana yang buruk yaitu membandingkan galinjir betina adalah sejenis ikan kalau berenang baru ketahuan mana jantan mana betina dengan orang yang berilmu tahu membedakan yang baik dan yang jelek 4 Kalau muka Kalau memang Marah/na Makna emotif nasihat terdapat pada yang buruk kesusahan itu sihat kata muka buruk, cermin usah cermin datangnya dari diri dipecahkan, bahasa figuratif dipecahkan sendiri, tidak usah (eksplisit) membandingkan arti orang yang yaitu muka buruk disamakan disalahkan. dengan kesusahan dari diri sendiri, cermin dipecahkan disamakan dengan orang lain yang disalahkan atas kesusuahan itu. 5 Lebih baik Lebih baik mati Marah/na Makna emotif nasihat terdapat pada berputih dari pada sihat kata putih tulang, putih mata, tulang dari menanggung malu metafora (implisit) menajamkan arti pada berputih putih tulang maksudnya mati kalau mata sudah mati apapun yang terjadi kita tidak tahu lagi, putih mata maksudnya malu, menutup mata karena tidak mau melihat orang 6 Bak pucuk Orang yang tak Benci/ Makna emotif sindiran terdapat eru, kemana punya pendirian sindiran pada kata pucuk eru, bahasa angin bertiup figuratif (eksplisit) membandingkan kesitu dia arti yaitu pucuk eru disamakan bergoyang dengan sifat manusia yang tidak punya pendirian

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/makna Makna Analisis Perangkat Leksikal emotif 7 Karena mulut Apa yang Marah/na Makna emotif nasihat terdapat pada punggung dilakukan, maka sihat kata bertai, metafora (implisit), bertai perolehlah hasil menajamkan arti yaitu bertai dari yang dilakukan maksudnya perolehan atau itu mempunyai hasil dari apa yang dilakukan, dan yang melakukan sesuatu adalah diri kita sendiri 8 Elok anak Keselarasan yang nasihat/s Makna emotif senang terdapat karena emak, berhasil bagi anak enang pada kata elok emak, baik bapak, baik anak didik bahasa figuratif (eksplisit) karena bapak membandingkan arti yaitu emak dan bapak adalah sepasang manusia yang ideal dan seimbang artinya kehidupan harus bisa diseinbangkan seperti keselarasan emak dan bapak 9 Kalau Persahabatan yang senang/si Makna emotif marah terdapat pada bersahabat hancur akibat ndiran kata berapat-rapat, metafora berapat-rapat, terlalu akrab (implisit) menajamkan arti yaitu selalu rapat berapat-rapat sama dengan artinya jadi mudarat terlalu dekat, karena terlalu dekat akhirnya pada saat bertengkar menimbulkan permusuhan yang abadi 10 Hutang budi Hutang budi tak Senang/n Makna emotif senang terdapat pada dibawa mati, terganti sampai asihat kata hutang budi dan beban, bahasa beban tak mati figuratif (eksplisit) membandingkan lepas seumur arti yaitu hutang budi adalah hidup merupakan beban seorang manusia terhadap penolongnya 11 Terlanggar Anak agar menjaga nasihat/b Makna emotif bosan terdapat pada pantang hidup, pantang dan larang osan kata terbuang, tersalah, metafora terbuang meskipun sulit (implisit) menajamkan arti yaitu tersalah adat setiap peraturan sulit untuk hidup melarat dilaksanakan tapi haris dipatuhi 12 Pekak – pekak Dikatakan kepada nasihat/b Makna emotif benci terdapat pada badak anak muda yang enci kata badak, bahasa figuratif pura – pura tidak (eksplisit) membandingkan arti mengerti mufakat yaitu badak adalah seekor binatang orang – orang tua yang berkulit keras disenggol/dipegang tidak akan terasa bagi binatang tersebut, begitu juga bagi manusia yang susuah dinasihati telinga dan jiwanya sama seperti kulit badak tersebut 13 Punggur Seseorang yang nasihat/ta Makna emotif takut terdapat pada terbang, tersangkut dosa kut kata pelatuk, bahasa figuratif pelatuk orang lain (eksplisit) membandingkan arti menumpang yaitu pelatuk adalah sejenis burung mati yang disamakan dengan dosa orang yang menjadi beban orang lain

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/makna Makna Analisis Perangkat Leksikal emotif 14 Malu bertanya Kunci ilmu adalah nasihat/ Makna emotif malu terdapat pada sesat di jalan bertanya agar anak malu kata malu, metafora (implisit) pintar (bertambah menajamkan arti yaitu malu adalah ilmu) suatu tindakan atau tingkah laku yang satu sisi menguntungkan dan satu sisi lagi merugikan 15 Harga garam Manusia harus Nasihat/ Makna emotif malu terdapat pada pada asinnya, menjaga marwah malu kata asin dan malu, metafora harga manusia diri dengan tidak (implisit) menajamkan arti yaitu pada malunya membuat malu asin adalah penanda utama pada garam, dan malu adalah penanda pada manusia 16 Habis manis Seseorang Marah/si Makna emotif marah terdapat pada sepah dibuang memanfaatkan ndiran kata manis dan sepah, metafora teman/orang lain (implisit), menajamkan arti yaitu untuk manis sama dengan sesuatu yang kenikmatannya indah, baik, enak, sedap, dan sendiri setelah nikmat, sedangkan sepah sama dimanfaatkan dengan sampah, sisa, ampas yang dilupakan begitu harus dibuang dan dilenyapkan. saja bahkan kalau Jadi segala kebaikan diambil dari bisa dilenyapkan seseorang, setelah dipakai dicampakkan begitu saja 17 Tong kosong Orang tak berilmu Benci/ Makna emotif bosan terdapat pada kata nyaring banyak bicara sindiran kosong, nyaring, metafora (implisit) bunyainya menajamkan arti yaitu kosong sama dengan sesuatu yang tidak ada, nyaring sama dengan melenting, melengking yang memekakkan telinga, jadi seseorang yang banyak cerita (kosong) terlalu banyak bicara (nyaring) 18 Jangan sampai Nasihat buat seorang Takut/ Makna emotif takut terdapat pada kata cacing naik ke anak kalau menjadi per- cacing naik ke mata, bahasa figuratif mata pimpinan jangan ingatan (eksplisit) membandingkan arti yaitu sampai mau cacing disamakan dengan masyarakat diperintah dan yang tak bertanggung jawab, naik ke dikendalikan oleh mata sama dengan mengendalikan bawahan atau pemimpin masyarakat yang tak bertanggung jawab 19 Lentik telunjuk Nasihat orang tua Senang/na Makna emotif senang terdapat pada karena pada anaknya, jangan sihat kata lentik telunjuk, bahasa figuratif menunjuk Cuma pandai (eksplisit) membandingkan arti yaitu menyuruh tapi tak telunjuk manusia enak saja menunjuk mau bekerja untuk menyuruh orang sedangkan dirinya sendiri tidak mau mengerjakannya 20 Datang tampak Santun (punya sopan Senang/ Makna emotif senang terdapat pada muka, pulang santun) nasihat kata tampak muka, tampak belakang, tampak bahasa figuratif (eksplisit), belakang membandingkan arti kalau datang pakai salam dan kalau pulang pakai permisi

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/makna Makna Analisis Perangkat Leksikal emotif 21 Sudah tumbuh Orang tua Senang/n Makna emotif senang terdapat pada rambut menyatakan asihat kata rambut kelambir, bahasa kelambir anaknya bahwa ia figuratif (eksplisit) membandingkan (kelapa) sudah aqil baligh arti yaitu rambut kelambir sama dengan bulu kemaluan anak yang telah di sunat yang artinya sudah remaja 22 Ikan dicekuh, Kalau mau berhasil Senang/n Makna emotif senang terdapat pada air tak keruh harus tanpa asihat kata dicekuh, keruh, bahasa merugikan orang figuratif (eksplisit) membandingkan arti dicekuh sama dengan sukses, keruh berarti merugikan orang lain 23 Tercubit kulit Jangan buat malu, Malu/ Makna emotif malu terdapat pada ikut daging karena saudara dan nasihat kata kulit dan daging, bahasa orang tua ikut malu figuratif (eksplisit) membandingkan juga arti kulit sama dengan malu, daging sama dengan saudara dan orang tua 24 Menitipkan Ceroboh, menitipkan Marah/sin Makna emotif sindiran terdapat pada pisang pada amanat pada orang diran kata pisang kere, metafora (implisit) kere(kera) yang tidak dipercaya menajamkan arti yaitu pisang adalah makanan kesukaan kera, jangankan dititipkan, didekatkan saja langsung dimakan, jadi pisang adalah amanah, harus diampaikan pada orang yang tepat, bukan pada sembarangan orang 25 Anjing Apapun yang dikatakan Marah/sind Makna emotif sindiran terdapat pada kata menggong-gong orang biarkan saja iran anjing menggonggong, kafilah, bahasa kafilah berlalu karena yang figuratif (eksplisit) membandingkan arti dikatakannya tidak yaitu anjing mengonggong sama dengan benar orang yang suka usil, kafilah adalah orang yang diusil 26 Celaka ayam Seorang anak yang Marah/sin Makna emotif sindiran terdapat pada sulit untuk dinasihati diran kata ayam, bahasa figuratif (eksplisit) supaya betah dirumah membandingkan arti yaitu ayam tapi tidak mengerti disamakan dengan anak manusia yang juga maka orang sulit diatur untuk diam dirumah kalau tuanya menyamakan sudah malam. Tingkah laku ayam yang dirinya sama seperti suka tidur di kandang binatang lain, ayam begitu jga tingkah laku manusia

Tabel Pepatah Khatam Al-Qur’an adat Melayu Serdang

No Pepatah Arti/makna Makna Analisis perangkat Leksikal emotif 1 Ubah dan Setiap perubahan Senang/n Makna emotif nasihat terdapat pada ganti, tukar dan berpedoman kepada asihat kata ubah dan bernaung, metafora anjak, agama (implisit) menajamkan arti yaitu ubah bernaung pada maknanya berganti tentang hukum, kitabullah dan adat, atau apapun tetapi harus tetap sunah nabi bernaung artinya berpedoman/berdasarkan pada kitab Al-Qur’an

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/makna Makna Analisis Perangkat Leksikal emotif 2 Mengubah Jangan sewenang- Marah/na Makna emotif nasihat terdapat pada jangan wenang menurut sihat kata semena-mena, metafora semena-mena, nafsu (implisit)menajamkan arti yaitu mengganti menyatakan sesuka hati jangan sesuka menurutkan nafsu yang tidak baik hati 3 Hilang jasa Hilang jasa sindiran/ Makna emotif sedeh terdapat pada beliung, seseorang, busuk sedeh kata beliung dan rimbas, figuratif timbul jasa orang tau (eksplisit) membandingkian arti rimbas yaitu beliung sama dengan kebaikan seseorang, rimbas sama dengan kebusukan seseorang 4 Suara seperti Suara keras sekali Bosan/ Makna emotif bosan terdapat pada membelah (tak enak di dengar) sindiran kata betung, metafora (implisit), betung menajamkan arti yaitu betung adalah sejenis kayu yang keras sekali kalau dibelah pasti suaranya melenting, begitu juga suara manusia yang melengking yang tak enak di dengar 5 Beranak tiada Seseorang dalam Senang/n Makna emotif nasihat terdapat pada berbidan kesusahan karena asihat kata beranak dan berbidan, metafora kebodohan sendiri (implisit), menajamkan arti yaitu beranak berarti suatu keadaan melahirkan yang susah, sakit dan bertaruh nyawa, bidan adalah seseorang yang ahli menolong dalam melahirkan, maksudnya beranak adalah keadaan susah, tiada berbidan adalah karena kebodohan sendiri 6 Bercabang Orang munafik lain Marah/sin Makna emotif sindiran terdapat pada bagai lidah didepan, lain diran kata lidah biawak, bahasa figuratif biawak dibelakang (eksplisit) membandingkan arti yaitu apa yang diucapkan seseorang tidak bisa dipercaya Tiada biduk Anak celaka, satu Senangna Makna emotif nasihat terdapat pada karam sebelah keluarga menderita sihat kata biduk karam, bahasa figuratif juga (eksplisit) membandingkan arti yaitu biduk adalah satu keluarga, karam sebelah adalah anak yang nakal yang membuat malu satu keluarga

8 Ibarat air di Jangan lakukan Sedeh/ Makna emotif nasihat terdapat pada daun talas pekerjaan yang sia- nasihat kata daun talas, metafora (implisit) sia menajamkan arti yaitu daunt alas adalah sejenis daun umbian, apabila diteteskan air diatasnya tak akan bisa membasahi daun itu karena airnya tidak akan lengket, jadi sia –sialah saja. Begitulah pekerjaan yang dilakukan jangan sampai seperti air yang di daun talas

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/makna Makna Analisis Perangkat Leksikal emotif 9 Seperti ayam Orang tua yang Marah/pe Makna emotif peringatan terdapat beranak itik memiliki anak di r-ingatan pada kata ayam dan itik, figuratif zaman modern (eksplisit) membandingkan arti tidak dapat yaitu ayam adalah orang tua, itik mengikuti cara sang adalah anak. Jadi orang tua dan anak anak tidak ada persamaan dalam kehidupan 10 Janganlah Jangaanlah jadi Marah/na Makna emotif nasihat terdapat pada menjadi itik orang yang hina sihat kata tak sudu dan tak patuh, bahasa tak sudu, atau benda yang tak figuratif(eksplisit) membandingkan ayam tak berguna arti yaitu tak sudu artinya patuh tercampak begitu saja akhirnya kehinaan yang datang, tak patuh artinya tidaki menuruti peraturan akhirnya menjadi tak berguna 11 Biar jatuh Kalau sebagai pejabat Sedeh/ Makna emotif nasihat terdapat pada kata terletak, jangan lebih baik nasihat biar terletak, jangan terhempas, metafora jatuh terhempas mengundurkan diri (implisit) menajamkan arti yaitu terletak sebelum dipecat adalah suatu tindakan yang lembut walaupun sakit, tapi kalau terhempas suatu keadaan yang terletak secara terpaksa dan keadaan yang menyakitkan 12 Jauh mencari Jika merantau carilah Senang/na Makna emotif nasihat terdapat pada suku, dekat sesuku dengan kita, sihat kata jauh suku, dekat induk, metafora mencari induk kalau dekat carilah (implisit) menajamkan arti yaitu sekawan dengan kita kemanapun kita pergi merantau tetap yang paling enak adalah bertemu dengan satu suku karena Cuma mereka saudara kita ditempat asing, tapi kalu tidak merantau pasti yang kita cari adalah teman dekat

13 Rusa masih di Sesuatu yang belum Marah/si Makna emotif sindiran terdapat hutan, arang diraih, tapi sudah ndiran pada kata rusa, membara, figuratif sudah digembar- (eksplisit) membandingkan artiyaitu membara gemborkan rusa dihutan sama dengan sesuatu yang belum diraih, arang membara sama dengan sudah digembar- gemborkan 14 Sepuluh Para pejabat tinggi Malu/ Makna emotif malu terdapat pada batang melakukan sindiran kata bertindih, keberatan, figuratif bertindih, kejahatan, (eksplisit)membandingkan arti yaitu batang di masyarakat yang bertindih sama dengan para pejabat bawah yang menderita yang berbuat jahat, keberatan sama keberatan dengan masyarakat yang menderita 15 Bak pungguk Jangan Senang/n Makna emotif terdapat pada kata merindukan mengharapkan asihat pungguk dan bulan, metafora bulan sesuatu yang tak (implisit) menajamkan arti yaitu mungkin diraih pungguk adalah sejenis burung dalam dongeng yang buruk rupa merindukan bersanding dengan peri

Universitas Sumatera Utara bulan yang cantik jelita, dan semuanya itu hanyalah hayalan karena peri bulan tempatnya dibulan sedangkan pungguk tinggalnya di hutan 16 Besar pasak Lebih banyak Marah/si Makna emotif marah terdapat pada dari tiang pengeluaran dari ndiran kata pasak, tiang, figuratif pada pendapatan (eksplisit) membandingkan arti pasak adalah bagian bawah tiang rumah, tiang adalah tonggak untuk menguatkan rumah supaya berdiri kokoh, jadi pasak disamakan dengan pengeluaran, tiang disamakan dengan pendapatan 17 Macam cina Heboh tak menentu Bosan/ Makna emotif sindiran terdapat pada kebakaran sindiran kata kebakaran jenggot, metafora jenggot (implisit)menajamkan arti yaitu kalau jenggot terbakar pasti yang punya jenggot ketakutan yang amat sangat, jadi heboh tak menentu 18 Kuini yang bau, Para pekerja yang Marah/sin Makna emotif sindiran terdapat pada bacang yang bekerja dan berpikir diran kata kuini bau dan bacang nampak , Nampak keras, pimpinan yang figuratif (eksplisit) membandingkan arti dipuji yaitu kuini bau sama dengan pekerja yang berpikir keras hasilnya baik, tapi yang mendapat pujian adalah bacang nampak yaitu pimpinan 19 Pinang tak kesalahan dilakukan Marah/sin Makna emotif sindiran terdapat pada berbuah, sirih karena ulah diri diran kata pinang berbuah, sirih ditebas, yang ditebas sendiri, tapi orang figuratif (eksplisit) membandingkan arti yang yaitu pinang tak berbuah sama dengan dimarahi/disalahkan diri sendiri yang teledor, sirih ditebas sama dengan orang lain yang disalahkan

Tabel 3. Analisis Makna Emotif dalam Pepatah BMS pada Acara Pernikahan/Sunat Rasul dan Khatam Al-Qur’an Menggunakan Perangkat Sintaksis Tabel Pepatah Pernikahan Adat Melayu Serdang

No Pepatah Arti/ makna Makna Analisis Perangkat Sintaksis Emotif 1 Terlalu Tidak ingin terlalu Takut/ Makna emotif marah terdapat pada diangkat dipuji karena sindiran kata diangkat-jatuh. Proses benar, takut khawatir menjadi mobilitas (arahan kata) mencapai awak jatuh sombong dan tidak emotif dari kata diangkat sudah merangkak sesuai dengan yang pasti lawannya jatuh menggunakan sebenarnya kata yang sama yaitu kata kerja akhirnya malu sebagai predikat 2 Umur baru Usia si gadis masih Senang/P Makna emotif senang terdapat pada seumur muda belum bisa er- kata baru. Pengulangan kata yaitu jagung, dipercaya untuk ingatan/n kata sifat yang menajamkan makna

Universitas Sumatera Utara darahpun baru mengurus rumah asihat emotif yang diletakkan setelah setampuk tangga subjek pinang 3 Hidup Pihak anak beru Senang/ Makna emotif nasihat terdapat pada manusia menegaskan bahwa Nasihat kata dikandung. Pengulangan kata dikandung mereka menerima yaitu kata kerja yang menajamkan adat, mati pinangan makna emotif berposisi sebagai dikandung berdasarkan adat predikat tanah 4 Ringan akan Pihak anak beru Senang/ Makna emotif senang terdapat pada kami jinjing, menyatakan semua Nasihat kata ringan-jinjing, berat-pikul. berat akan beban dari Urutan kata yang pararel yaitu dipikul pernikahan ringan sudah pasti dijinjing,kalau ditanggung bersama berat sudah pasti dipikul. Dan sesuai dengan berposisi sama yaitu sebagai subjek perembukan dan predikat 5 Lembah sama Pihak anak beru Senang/ Makna emotif senang terdapat pada ditimbuni, berembuk dengan Nasihat kata sama. Pengulangan kata yaitu gunung sama sanak saudara dan kata keterangan yang menjelaskan diratakan, ke semua keputusan keadaan subjek hulu sama harus dalam satu berakit, ke suara dari keluarga hilir sama berenang 6 Sesal dahulu Dalam mengambil Senang/ Makna emotif senang terdapat pada pendapatan, keputusan harus Nasihat kata sesal. Pengulangan kata yaitu sesal berhati – hati, kata kerja yang berubah fungsi kemudian tak jangan sampai salah menjadi kata benda yang berfungsi berguna mengambil sebagai subjek keputusan karena bisa membahayakan diri sendiri 7 Tak sia-sia Segala keputusan Per- Makna emotif peringatan terdapat pasang naik, yang telah di setujui ingatan pada kata tak sia-sia. Pengulangan tak sia-sia supaya jangan tidak kata yaitu kata keterangan yang perahu berguna dan hanya berubah fungsi menjadi kata benda berlayar, tak lelah saja yang yang berfungsi sebagai subjek sia-sia diperoleh matahari terbit, tak sia – sia ternak disembelih, tak sia –sia malim diundang, 8 Seperti sirih Seseorang yang Senang/ Makna emotif senang terdapat pada pulang ke berjanji memenuhi Diplo- kata seperti dan pulang. gagang, semua persyaratan masi Pengulangan kata yaitu kata seperti pinang janji sesuai dengan keterangan (seperti) dan kata kerja pulang ke adat (pulang) yang menajamkan makna tampuk pada subjek

Universitas Sumatera Utara No Pepatah Arti/makna Makna Analisis Perangkat Sintaksis emotif 9 Diberi Sudah disetujui Senang/s Makna emotif sindiran terdapat kelingking acara merisik, indiran pada kata kelingking dan telunjuk. hendak penghulu telangkai Proses mobilitas yaitu kalau sudah telunjuk/ segera ingin tahu ada kelingking (kecil) pasti maunya macam kapan bisa menjadi telunjuk (besar). Proses Belanda minta meminang pada kata ini yaitu adanya arahan tanah dari yang kecil menjadi yang besar 10 Begitu di Apa yang Senang/P Makna emotif peringatan terdapat lidah, begitu diucapkan/dijanjika er- pada kata begitu. Adanya di hati n itulah yang ingatan pengulangan kata diawal kalimat dimaksudkan untuk menguatkan maksud terhadap subjek. Pengulangan kata tersebut yaitu kata keterangan 11 Tanda Apapun keputusan Senang/ Makna emotif senang terdapat pada manusia tetap yang diambil tetap Nasihat kata tanda dan tetap. Pengulangan beradat, tanda harus dalam adat kata tanda yaitu untuk menguatkan kampung tetap yang berlaku maksud terhadap manusia dan berpenghulu kampung, dan kata tetap menguatkan tujuan terhadap beradat dan berpenghulu. Berfungsi sebagai kata benda dan kata keterangan 12 Dimana Adat akan diikuti Senang/ Makna emotif senang terdapat pada ranting sesuai dengan adat Nasihat kata dimana dan disitu. dipatah, di situ yang ada pada anak Pengulangan kata yang pararel air disauk, beru yaitu kata yang sama dan dimana tanah ditempatkan pada posisi yang sama dipijak, disitu juga untuk menjelaskan tempat langit pada subjek dan objek dijunjung 13 Adat Semua adat yang Senang/n Makna emotif senang terdapat pada bersendikan dilakukan harus asihat kata syarak. Urutan dan syarak, syarak berdasarkan pada pengulangan kata yang berposisi bersendikan agama Islam sebagai objek dan subjek yang kitabullah hukumnya diletakkan secara berurutan tetapi berbeda fungsi. 14 Piring tak Apabila pinangan Sedeh/ Makna emotif sindiran terdapat retak, nasi tak ditolak, tidak sindiran pada kata piring dan nasi. Proses dingin mengapa, pihak mobilitas yaitu kalau piring sudah laki-laki pun tak pasti ada nasi. Arahan kata yang memaksa sesuai dengan pasangannya dan berfungsi sebagai subjek 15 Kalau berjalan Dalam menjalani Senang/ Makna emotif nasihat terdapat pada pelihara kaki, bahtera rumah Nasihat kata berjalan-kaki, melihat-mata, kalau melihat tangga harus berkata-lidah. Adanya urutan kata pelihara mata, menjaga semua yang pararel dan berpasangan kalau berkata rambu-rambu berfungsi sebagai kata kerja pelihara lidah pernikahan dan (berjalan, melihat, bekata) dan kata menjaga segalanya benda (kaki, mata, dan lidah) dengan damai

Universitas Sumatera Utara Tabel Pepatah Khitan/Sunat Rasul Adat Melayu Serdang

No Pepatah Arti/ makna Makna Analisis Perangkat Sintaksis Emotif 1 Lebih baik Lebih baik mati Malu/ Makna emotif nasihat terdapat pada berputih dari pada Nasihat kata berputih. Pengulangan kata tulang dari menanggung malu yang berfunfsi sebagai subjek, yaitu pada berputih kata sifat karena diawali dengan mata “ber” maka berubah menjadi kata kerja 2 Kalau Persahabatan yang Marah/si Makna emotif terdapat pada kata bersahabat hancur akibat ndiran rapat. Urutan kata yang berulang- berapat-rapat, terlalu akrab ulang tetapi berbeda fungsi. Kata selalu rapat benda dan kata kerja jadi mudarat 3 Pekak – pekak Dikatakan kepada nasihat/b Makna emotif benci terdapat pada badak anak muda yang enci kata pekak. Pengurangan kata yang pura – pura tidak berurutan untuk menjelaskan mengerti mufakat keadaan objek. Sebagai kata kerja orang – orang tua 4 Datang Santun (punya Senang/ Makna emotif senang terdapat pada tampak muka, sopan santun) nasihat kata datang dan tampak. Urutan pulang tampak kata dan pengulangan kata yang belakang menunjukkan penguatan maksud dan menjelaskan tempat. Berfungsi sebagai kata kerja (datang-pulang) dan kata keterangan (tampak)

Tabel Pepatah Khatam Al-Qur’an Adat Melayu Serdang

No Pepatah Arti/ makna Makna Analisis Perangkat Sintaksis Emotif 1 Hilang jasa Hilang jasa seseorang, sindiran/ Makna emotif sedeh terdapat pada kata beliung, timbul busuk orang tau sedeh hilang jasa, timbul jasa. Proses mobilitas jasa rimbas (hilang-timbul) yaitu kata keterangan dan pengulangan kata yang sama (jasa) pada posisi yang sama yaitu sebagai kata benda 2 Biar jatuh Kalau sebagai Sedeh/N Makna emotif nasihat terdapat pada terletak, pejabat lebih baik asihat kata jatuh-terletak, jatuh jangan jatuh mengundurkan diri terhempas. Urutan kata pada posisi terhempas sebelum dipecat yang sama yaitu sebagai kata kerja kedua (terletak-terhempas) dan pengulangan kata sebagai kata kerja pertama (jatuh) 3 Sepuluh Para pejabat tinggi Malu/ Makna emotif nasihat terdapat pada batang melakukan sindiran kata batang. Adanya pengulangan bertindih, kejahatan, kata dan pada posisi yang sama batang di masyarakat yang yang berfungsi sebagai subjek bawah yang menderita (batang) kata benda keberatan

Universitas Sumatera Utara

No Pepatah Arti/makna Makna Analisis Perangkat Sintaksis emotif 4 Bagai Jawi Segala sesuatu Senang/n Makna emotif senang terdapat pada makan, harus dipikirkan asihat kata makan, dimamah. Ada proses dimamah dulu benar-benar baru mobilitas, kata kerja (makan) baru ditelan diputuskan dengan kata kerja (dimamah) yang pararel, mempunyai makna yang sama 5 Yang Dikejar rejeki yang Sedeh/ Makna emotif senang terdapat pada sejengkal tak banyak tapi tidak ibe kata sejengkal, sedepa. Urutan kata dapat jadi dapat diperoleh, yang pararel yaitu kata bilangan sedepa maka sedikitpun (sejengkal) dengan kata bilangan tak masalah (sedepa) 6 Jerat tiada Masalah tidak Senang/n Makna emotif nasihat terdapat pada lupa akan pernah lepas dari asihat kata jerat, balam. Ada pengulangan balam, tetapi manusia, tapi kata yang sama yaitu kata benda balam lupa manusia yang selalu (balam dan jerat) dengan kata akan jerat melupakan masalah benda, tetapi tempat yang dipindah- pindahkan dan mempunyai fungsi yang sama 7 Yang dijolok Mengeluarkan uang Sedeh/ Makna emotif nasihat terdapat pada tidak jatuh, untuk menyuap sindiran kata dijolok, penjolok. Ada penjolok supaya bekerja, pengulangan kata yang diletakkan tinggal di atas uang sudah sebagai subjek tetapi berbeda jenis diberikan, bekerja yaitu kata kerja (dijolok) dan kata gagal benda (penjolok) 8 Dijunjung Mendapatkan beban Sedeh/ Makna emotif sedeh terdapat pada merekah yang sangat berat ibe kata dijunjung-dipikul, kepala- kepala, dipikul bahu. Ada proses mobilitas yaitu meruntuh dijunjung sudah pasti dikepala bahu dipikul sudah pasti dibahu (kata kerja dan kata benda yang tak dapat dipisahkan)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 5: Surat Pengantar Penelitian

Universitas Sumatera Utara Lampiran 6: Surat Izin dari Kelurahan

Universitas Sumatera Utara Lampiran 7: Surat Keterangan Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara