Adaptasi Cerita Wiwaha pada Pewayangan Jawa Lakon Arjuna Wiwaha

Jiphie Gilia Indriyani, Kholidah Sunni Nafisah, Ainur Rosidah, Durotun Nashichah, Muhammad Fahrur Rozi, Evi Istiani, Shofihatul Millah, Yulike Aulia Familasari Universitas Islam Negerei Sunan Ampel, Surabaya ([email protected])

Abstrak: Kakawin Arjuna Wiwaha merupakan tonggak awal sastra klasik Jawa di Jawa Timur. Di dalamnya terdapat ajaran kesempurnaan hidup yang terulas juga dalam kisah pewayangan. Arjuna sebagai lakon pewayangan tertampan, yang merupakan gambaran ideal dari kebudayaan Jawa tentang citra seorang kesatria. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui cerita Kakawin Arjuna Wiwaha pada pewayangan Jawa lakon Arjuna Wiwaha. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berdasarkan kajian pustaka pada buku Kakawin Arjuna Wiwaha karya Wiryamartana (1987) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hasil kajian, meliputi: (1) Adanya kisah Kakawin Arjuna Wiwaha dalam pewayangan Jawa lakon Arjuna Wiwaha, (2) Adanya tokoh dalam Kakawin Arjunawiwaha yang digunakan pada pewayangan Jawa lakon Arjuna Wiwaha, (3) Adanya respon baik masyarakat Jawa terhadap pewayangan Jawa lakon Arjuna Wiwaha yang diadaptasi dari cerita Kakawin Arjunawiwaha yaitu sifat Arjuna sebagai orang yang kesatria yang sakti dan teladan. Secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa terdapat kaitan cerita Kakawin Arjuna Wiwaha dengan pewayangan Jawa lakon Arjuna Wiwaha. Kata Kunci: Arjuna, Kakawin Arjuna Wiwaha, Pewayangan Jawa

Abstract: Kakawin Arjunawiwaha is the first milestone of literature in East Java, in which there is a perfection of life as explained in other stories of . Arjuna as the most handsome puppet play is an ideal illustration of Javanese culture about the image of a knight. This study aims to find out the story of Kakawin Arjuna Wiwaha in the Javanese puppet play of Arjuna Wiwaha. This study uses a qualitative research method based on a literature review of Kakawin Arjuna Wiwaha Wiryamartana (1987) which has been translated into Indonesian. The results of the study include: (1) Describing the story of Kakawin Arjuna Wiwaha in the Javanese puppet story Arjuna Wiwaha, (2) The characters in Kakawin Arjuna Wiwaha used in Javanese puppets of Kakawin Arjuna Wiwaha, (3) The response of the Javanese community towards Javanese puppets Arjuna Wiwaha adapted from the story of Kakawin Arjuna Wiwaha, especially on the characteristics of Arjuna as a person who is knighted, powerful and exemplary. Overall, it can be seen that there is a connection between the story of Kakawin Arjuna Wiwaha and the Javanese puppet play of Arjuna Wiwaha. Keywords: Arjuna, Kakawin Arjuna Wiwaha, Javanesse Puppet

SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya | 31 Jiphie Gilia Indriyani

Pendahuluan hal tersebut. Oleh sebab itu, kajian ini memi-liki Kakawin Arjuna Wiwaha merupakan tujuan untuk (1) Memaparkan kisah Kakawin tonggak awal sastra jenis kakawin di Jawa Arjunawiwaha dalam pewayangan Jawa lakon Timur. Di dalamnya terdapat nilai-nilai ajaran Arjuna Wiwaha, (2) Memaparkan tokoh-tokoh kesempurnaan hidup yang juga terulas pada dalam Kakawin Arjunawiwaha yang digunakan nilai-nilai kisah pewayangan. Tokoh Arjuna pada pewayangan Jawa lakon Arjuna Wiwaha, dalam Kakawin Arjuna Wiwaha merupakan dan (3) Memaparkan respon masyarakat Jawa tokoh yang memiliki banyak peminat, terhadap pewayangan Jawa lakonn Arjuna khususnya masyarakat Jawa. Kakawin Arjuna Wiwaha yang diadaptasi dari cerita Kakawin Wiwaha ditulis oleh Mpu pada masa Arjuna Wiwaha. pemerintahan Raja (1019-1042). Kajian ini menggunakan metode kua- Di Jawa dan , Kakawin Arjunawiwaha litatif berdasarkan data-data yang diperoleh memperoleh persepsi, sambutan, atau pada literatur Kakawin Arjuna Wiwaha. Data tanggapan pembaca, pendengar dan penyalin tersebut dikumpulkan melalui berbagai yang luas, beraneka-ragam dan berubah-ubah cara yaitu penentuan objek, pengumpulan dari masa ke masa (Wiryamartana, 1987). data, dan analisis data. Objek pada kajian ini Salah satu cerita pewayangan yang telah menggunakan teks karya sastra Jawa klasik hidup ratusan tahun dalam masyarakat Jawa Kakawin Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa adalah kisah Arjuna Wiwaha. Naskah dalam yang ditulis dalam buku berjudul Arjunawi- bentuk kakawin (puisi berbahasa Jawa Kawi) ini waha karya Wiryamartana, I Kuntara (1990). ditulis oleh Mpu Kanwa hasil petikan dari Kitab Pengumpulan data menggunakan literatur parwa ketiga yaitu Wana Parwa utama yang meliputi buku yang berkaitan mengenai pemusnahan sang Miraksasaraja langsung dengan topik kajian ini yaitu, Arjuna Prabu Niwatakawaca. Wiwaha yang telah diterjemahkan berbahasa Pada saat itu Raja Airlangga sedang Indonesia oleh I Kuntara Wiryamartana (1990). menyelenggarakan pesta perkawinan dengan Selanjutnya, literatur pendukung meliputi putri Raja Sriwijaya bernama Putri Sanggrama buku-buku yang berkaitan secara langsung Wijayadharma Prasada Tungga Dewi. Oleh dengan kajian buku ini, yaitu buku dengan judul karena itu, cerita Arjuna Wiwaha mempunyai Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang nilai sejarah (Sunardi, 1973). oleh Zoetmulder (1974). Seterusnya, literatur Karya sastra Kakawin Arjuna Wiwaha pelengkap meliputi buku-buku yang berkaitan selama ini belum pernah ditelaah melalui secara tidak langsung dengan kajian ini, seperti adaptasinya dalam cerita pewayangan, oleh Rupa dan Karakter Wayang Purwa oleh Sudjarwo karena itu kajian ini bersifat baru. Kebanyakan dkk (2010), Wayang dan Panggilan Manusia oleh kajian-kajian sebelumnya hanya terfokus pada Suseno (1995). pernikahan Arjuna dengan Dewi Supraba. Belum ada kajian yang mengarah pada Hasil dan Pembahasan adaptasi Kakawin Arjuna Wiwaha pada cerita Arjuna memiliki banyak nama dan julukan, pewayangan Jawa. Padahal Arjuna dalam diantaranya Partha (pahlawan perang), Janaka pewayangan merupakan tokoh utama yang (memiliki banyak istri), Permadani (tampan), awalnya dikenal dalam Kakawin Arjunawiwaha. dan Dananjaya. Dia merupakan putra Prabu Cerita Kakawin Arjuna Wiwaha pada Pandu dewanata, raja negara Astinapura pewayangan Jawa layak untuk dikaji karena yang menikah dengan Dewi Kunthi atau banyak masyarakat yang belum mengetahui Dewi Prita. Ia adalah putra ketiga dari kelima

32 | Volume 1, Nomor 1, Maret 2019 Adaptasi Cerita Kakawin Arjuna Wiwaha pada Pewayangan Jawa

Pandawa. Pertama ialah Punthadewa, kedua Pertapaan Arjuna diuji Dewa Bima atau Werkudhara, keempat dan kelima Arjuna diperintahkan Dewa Indra untuk adalah Nakula-Sadewa. Arjuna adalah tokoh bertapa dengan tujuan mendapat kekuatan tertampan dalam jagad pewayangan Jawa. batin agar dapat bertemu dengan Dewa Siwa. Ketampanan tersebut adalah gambaran ideal Disaat proses pertapaannya itu, Dewa Indra dari kebudayaan Jawa tentang citra seorang masih ragu-ragu dengan kemampuan dan niat kesatria. Ketampanan bukan saja ketampanan yang dimiliki oleh Arjuna. Kemudian Dewa dalam arti fisik, tetapi ketampanan dalam Indra menguji coba Arjuna dengan mengirim arti batiniah dan spritualnya. Arjuna adalah bidadari untuk menggodanya, akan tetapi prototipe ideal kesatria Jawa. Tokoh ini selalu Arjuna masih bertahan. Setelah itu Dewa Indra mengalami transformasi sebagai prototipe mencoba cara lain menyamar sebagai Resi tokoh kesatria yang tampil dalam karya sastra untuk menguji Arjuna, Arjuna tetap tidak goyah. maupun seni pertunjukan sebagai tokoh Akhirnya keragu-raguan Indra lenyap. Hal ini protagonis. Prototipe tokoh ini selalu berulang sesuai dalam kutipan cerita dalam Kakawin di setiap zaman (Sudjarwo, 2010). Arjunawiwaha, Pratimukha: AW I.6-VI.9, sebagai Kakawin Arjuna Wiwaha ditulis oleh Mpu berikut: Kanwa pada masa pemerintahan Raja Erlangga (1019-1042) antara tahun 1028 dan 1035. ”Indra ragu-ragu akan kemampuan dan niat Kemudian diterjemahkan oleh Wiryamartana arjuna. Indra mengutus para bidadari untuk ke dalam bahasa Indonesia serta suntingan menggoda arjuna. Arjuna tak goyah. Indra dalam ejaan bahasa Jawa (baru) yang datang sebagai resi untuk menguji Arjuna. disesuaikan dengan ejaan bahasa Jawa Kuna. Keraguan Indra lenyap. Arjunamasih Lakon Arjunawiwaha diawali pada saat harus meneruskan usahanya memperoleh Pandawa takut terhadap Kurawa. Maka dari anugerah Siwa (Wiryamartana, 1990).” itu, mereka dihibur oleh Begawan Abiyasa yang memerintahkan Arjuna untuk menghadap Arjuna mendapatkan Panah Pasopati Dewa Indra dan Siwa. Berikut adalah cerita Ketika Arjuna meneruskan proses lakon Arjuna Wiwaha yang diadaptasi dari pertapaanya, Arjuna dikejutkan oleh babi Kakawin Arjuna Wiwaha: hutan jelmaan Momong Murka. Babi hutan itu segera dipanah oleh Arjuna. Beberapa detik Permusuhan Indra dengan Niwatakawaca kemudian datanglah seorang pemburu yang Indra merupakan musuh Niwatakawaca. mengaku-ngaku bahwa dialah yang membunuh Oleh karena itu, Arjuna membantu para Dewa babi hutan. Arjuna berkelahi dengan pemburu untuk membunuh Raja Niwatakawaca (Suseno, itu akan tetapi pemburu itu tidak dapat 1995). Hal tersebut sesuai dengan cerita dalam dikalahkan. Barulah Arjuna tersadar bahwa Kakawin Arjuna Wiwaha, Mukha AW I.1-5, pemburu itu adalah Dewa Siwa yang mencoba sebagai berikut: menguji Arjuna. Kemudian Arjuna menyembah Dewa Siwa dan mendapatkan panah Pasopati “Permusuhan Indra dengan Niwatakawaca. yang sakti. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam Arjuna tampil sebagai calon pahlawan/ cerita Kakawin Arjuna Wiwaha, Garbha: AW VII. nayaka untuk membunuh musuh/ 1-XII.14, sebagai berikut: pratinayaka, Niwatakawaca (Wiryamartana, 1990).” “...tampak tanda-tanda keberhasilan: Arjuna (bersamaan dengan Kirata) membunuh

SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya | 33 Jiphie Gilia Indriyani

Momong Murka. Arjuna bertemu dengan “Indra berangkat bersama pasukan para Siwa dan mendapat anugerah panah Dewa. Di Sumeru pasukan Dewa bertempur Pasopati. Arjuna pun dipanggil Indra ke dengan pasukan raksasa. Di tengah kekala- Kahyangan (Wiryamartana, 1990).” han para Dewa Arjuna berhasil membunuh Niwatakawaca. Indra bersama Arjuna Arjuna Melawan Niwatakawaca dan para Dewa kembali ke Kahyangan Arjuna sebagai kesatria yang telah merayakan kemenangan. Arjuna dianugerahi senjata berupa panah Pasopati dinobatkan menjadi raja di Indraloka dapat membantu para Dewa untuk membunuh dan melangsungkan perkawinan dengan Raja Niwatakawaca (Suseno, 1995). Lebih ketujuh bidadari yang menggodanya. tepatnya Arjuna membantu Indra dalam Setelah tujuh bulan (waktu dunia) Arjuna peperangan melawan Niwatakawaca dengan kembali ke dunia, berkumpul lagi dengan bantuan Dewi Supraba yang mengetahui saudara-saudaranya (Wiryamartana, rahasia Niwatakawaca. Kemudian Dewa 1990).” Indra memutuskan perperang melawan Niwatakawaca. Hal ini sesuai dalam Kakawin Tokoh Kakawin Arjuna Wiwaha dalam Lakon Arjuna Wiwaha, Vimarsa: AW XIII.I-XXII.7, Pewayangan Arjuna Wiwaha sebagai berikut: Arjuna “Indra bermusawarah dengan para Dewa. Arjuna adalah anggota keluarga Pandawa Supraba dan Arjuna diutus untuk menye- dari putra Prabu Pandu. Arjuna digambarkan lidiki rahasia Niwatakawaca. Supraba sebagai seorang yang tampan, tubuhnya berhasil mengetahui rahasia itu dan Arjuna ramping dengan tutur kata yang halus. Namun membuat onar di Manimantaka. Terjadi di balik kelemah lembutnya ia memiliki krisis: Niwatakawaca marah dan berangkat kekuatan yang maha dahsyat, sehingga mampu bersama pasukannya untuk menggempur melumpuhkan raksasa atau musuhnya yang Kahyangan. Indra bermusyawarah perkasa hanya dengan gerakan yang lembut dengan para Dewadan memutuskan dan sederhana (Sudjarwo dkk., 2010). untuk perperang melawan Niwatakawaca (Wiryamartana, 1990).” Dewi Supraba Dewi Supraba adalah salah satu bidadari Arjuna sebagai Raja di Suralaya tercantik di antara bidadari yang lain. Supraba Setelah peperangan melawan lah yang membantu Arjuna untuk membunuh Niwatakawaca yang dimenangkan oleh Dewa Niwatakawaca dengan menyelidiki kelemahan Indra, kemudian Arjuna dinobatkan sebagai yang ada padanya. Supraba merupakan salah raja di Suralaya selama tujuh hari (hitungan seorang putri dari Indra yang kemudian di dunia) yaitu sama dengan tujuh bulan diperistri oleh Arjuna, sebagai hadiah Arjuna di Suralaya. Kemudian Arjuna dinikahkan bisa menyingkirkan Niwatakawaca yang dengan tujuh bidadari tercantik di Suralaya hendak menghancurkan kahyangan (Putra, yang sebelumnya pernah menggoda tapanya 2017). di gunung Indrakila. Hal ini sesuai dengan kutipan cerita dalam Kakawin Arjuna Wiwaha, Batara Indra Nirvahana: AW XXIII. 1-XXXVI.2, sebagai Batara Indra adalah putra Guru, yang berikut: berkuasa di sebagian Jonggring Salaka. Tempat

34 | Volume 1, Nomor 1, Maret 2019 Adaptasi Cerita Kakawin Arjuna Wiwaha pada Pewayangan Jawa tinggal yang disebut Kainderan. dan tidak dapat mati. Dia berhasil menjadi raja Sang Hyang Indra mempunyai perwatakan di negara Manikmantaka dan bergelar Prabu pengasih, penyayang dan cinta kepada seni Niwatakawaca (Sudjarwo dkk., 2010). serta keindahan. Kekuasaan Batara Indra adalah memerintah para Dewa atas titah Batara Momongmurka Guru. Batara Indra juga bertanggung jawab Momongmurka yaitu raksasa yang disuruh mengenai segala sesuatu di tempat kediaman Prabu Niwatakawaca supaya membunuh Arjuna para Dewa dan juga menguasai semua bidadari di Indrakila, kemudian dia menjadi babi hutan di surga. Berkuasa memberikan hadiah yang dan babi hutan itu mati oleh panah Arjuna akan dianugerahkan kepada manusia. Karena dan Batara Siwa (Zoetmulder, 1983). Sosok kekuasaannya yang begitu besar, maka Batara peraga Momongmurka dalam pewayangan Indra selalu menerima hal-hal yang diajukan Jawa ditampilkan sebagai senopati dari negara oleh insan manusia kepada dewa. Batara Indra sabrangan. memiliki dua orang putri yaitu Dewi Tara dan Dewi Tari (Hardjowirogo, 1989). Respon Masyarakat Jawa terhadap Pewayangan Jawa Lakon Arjuna Wiwaha yang diadaptasi Batara Siwa dari cerita Kakawin Arjuna Wiwaha Batara Guru di dunia pewayangan adalah pemuka para Dewa yang memerintah Cerita Arjuna Wiwaha sangat diminati khayangan, yaitu alam yang dihuni para masyarakat Jawa hingga saat ini dengan dewa. Batara Guru dalam seni wayang kulit tokoh utama bernama Arjuna. Pada umumnya Purwa, dilukisan bertangan empat; bertaring masyarakat Jawa sangat menyukai cerita- kecil; berleher biru; kakinya apus dan selalu cerita kepahlawanan yang mengutamakan mengendarai Lembu Andini. Batara Guru sifat pantang menyerah, semangat perjuangan, bersaudara dua orang, Hyang Maha Punggung pengabdian, kesatria, keteladanan serta dan Hyang Ismaya. Bagi penganut agama Hindu, pergolakan romantisme. Hal tersebut dapat Batara Guru adalah sebutan lain dari Batara dilihat pada profil Arjuna yang dikenal sebagai Siwa (Putra, 2017). kesatria, manusia sakti, dan sebagai manusia teladan sebagaimana berikut ini: Kiratarupa Kiratarupa adalah pemburu penjelmaan Arjuna sebagai Ksatria Batara Siwa yang datang menguji Arjuna Arjuna merupakan seorang ksatria yang ketika kesatria Pandawa itu bertapa di ahli dalam hal pertapaan. Arjuna bertapa gunung Indrakila sebagai Begawan Ciptoning dengan maksud utama agar menang di dalam atau Mintaraga. Ia juga memberikan senjata perang Baratayudha. Maka dari itu pertapaan sakti berupa panah Pasopati kepada Arjuna Arjuna ini sangat berhubungan dengan tugas (Sudjarwo dkk., 2010). kewajibannya sebagai kesatria. Hal ini sesuai dengan ungkapan dalam Kakawin Arjuna Prabu Niwatakawaca Wiwaha yaitu: Prabu Niwatakawaca terkadang disebut Nirwata Kawaca atau Nirbita. Raja berwujud “...agar menang dalam perang, lagi tercapai raksasa ini menjadi tokoh penting dalam maksudnya hendak membina kesejahteraan Kakawin Arjuna Wiwaha. Melalui ketekunannya Dunia dan membuat senang semua orang. dalam bertapa, Nirbita menjadi sangat sakti Itulah sebabnya saya dengan keras

SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya | 35 Jiphie Gilia Indriyani

melakukan tapa. Jika tak dikabulkan oleh Kesimpulan Hyang Mahakuasa, sungguh saya tak akan Berdasarkan pembahasan pada kajian ini, pulang. [....] (Wiryamartana, 1990).” maka dapat diketahui bahwa Adaptasi cerita Kakawin Arjuna Wiwaha pada Pewayangan Arjuna sebagai Manusia Sakti Jawa Lakon Arjuna Wiwaha berawal dari Arjuna juga memiliki kesaktian yang Arjuna yang menjadi tokoh sentral dalam menjadi sebab terbunuhnya Niwatakawaca. Kakawin Arjuna Wiwaha. Selanjutnya terdapat Kesaktian yang dimiliki oleh Arjuna ini beberapa tokoh-tokoh penting yang terlibat berasal dari proses pertapaannya. Melalui dalam adaptasi Cerita Kakawin Arjuna Wiwaha pertapaannya tersebut menghasilkan unsur yaitu Arjuna, Batara Indra, Batara Siwa, Prabu pokok yakni ilham pencerahan budi yang Niwatakawaca, dan Mamangmurka yang unggul dan anugerah yang besar. Anugerah digunakan dalam pewayangan Jawa Lakon yang besar adalah anugerah kesaktian sebagai Arjuna Wiwaha. Respon masyarakat Jawa bekal untuk menang dalam perang. Hal ini terhadap pewayangan Jawa yang diadaptasi sesuai dengan kutipan dalam Kakawin Arjuna dari cerita Kakawin Arjuna Wiwaha adalah Wiwaha berikut ini: masyarakat menjadikan Arjuna sebagai figur seorang kesatria, seorang manusia sakti dan “...ia melakukan tapa dengan maksud, agar sebagai seorang manusia teladan. Secara menang di dalam perang. Lagi pula tersiar keseluruhan dapat diketahui bahwa lakon berita bahwa Sang Parta telah memperoleh pewayangan Arjuna Wiwaha telah tercatat ilham pencerahan budi yang unggul dan dalam Kakawin Arjuna Wiwaha yang sudah anugerah yang besar, [....](Wiryamartana, dialih bahasakan oleh Wiryamartana (1990). 1990).” Cerita Arjuna Wiwaha yang dituliskan dalam Kakawin Arjuna Wiwaha sesuai dengan data- Arjuna sebagai Manusia Teladan data terkait dengan Arjuna yaitu pada buku Arjuna merupakan tokoh teladan yang Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang mengarah ke dalam hal kebaikan terutama karya Zoetmulder (1974) serta buku Rupa dan dalam proses pertapaannya dan juga tekad Karakter Wayang Purwa (Sudjarwo dkk, 2010). kuat yang dimiliki Arjuna. Hal ini sesuai dalam kutipan Kakawin Arjuna Wiwaha yaitu: Daftar Pustaka Hardjowirogo. 1989. Sejarah Wayang Purwa. “... perasaan hatinya bagaikan berganti diri, Jakarta: Balai Pustaka. tetapi sang perwira muda itu tidak gembira, Sudjarwo, Heru S dkk. 2010. Rupa dan Karakter malahan sedih. Pantaslah diteladan tapa Wayang Purwa. Jakarta: Prenada Media Group. Sang putra Pandu, yang tekadnya tak susut Suseno. 1995. Wayang dan Panggilan Manusia. (Wiryamartana, 1990).” Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Putra, Yoga. 2017. Cerita Arjuna Wiwaha Berdasarkan kutipan-kutipan di atas Divisualkan dalam Bentuk Relief Wayang. dapat diketahui bahwa Arjuna merupakan Skripsi Sarjana pada ISI Surakarta: tidak tokoh utama dalam Kakawin Arjuna Wiwaha diterbitkan. yang diadaptasi dalam lakon pewayangan Wiryamartana, I. Kuntara. 1990. Arjuna Wiwaha. Arjuna Wiwaha, dan diterima dengan baik oleh Yogyakarta: Duta Wacana University Press. masyarakat Jawa. Zoetmulder. 1983. Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan.

36 | Volume 1, Nomor 1, Maret 2019