Panji – an Icon of Cultural Heritage in East Java
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
Kakawin Ramayana
KAKAWIN RAMAYANA Oleh I Ketut Nuarca PROGRAM STUDI SASTRA JAWA KUNO FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA APRIL 2017 Pengantar Peninggalan naskah-naskah lontar (manuscript) baik yang berbahasa Jawa Kuna maupun Bali yang ada di masyarakat Bali telah lama menjadi perhatian para peneliti baik peneliti nusantara maupun asing. Mereka utamanya peneliti asing bukan secara kebetulan tertarik pada naskah-naskah ini tetapi mereka sudah lama menjadikan naskah-naskah tersebut sebagai fokus garapan di beberapa pusat studi kawasan Asia Tenggara utamanya di eropa. Publikasi-publikasi yang ada selama ini telah membuktikan tingginya kepedulian mereka pada bidang yang satu ini. Hal ini berbeda keadaannya dibandingkan dengan di Indonesia. Luasnya garapan tentang bidang ini menuntut adanya komitmen pentingnya digagas upaya-upaya antisipasi untuk menghindari punahnya naskah-naskah dimaksud. Hal ini penting mengingat masyarakat khususnya di Bali sampai sekarang masih mempercayai bahwa naskah- naskah tersebut adalah sebagai bagian dari khasanah budaya bangsa yang di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya yang adi luhung. Di Bali keberadaan naskah-naskah klasik ini sudah dianggap sebagai miliknya sendiri yang pelajari, ditekuni serta dihayati isinya baik secara perorangan maupun secara berkelompok seperti sering dilakukan melalui suatu tradisi sastra yang sangat luhur yang selama ini dikenal sebagai tradisi mabebasan. Dalam tradisi ini teks-teks klasik yang tergolong sastra Jawa Kuna dan Bali dibaca, ditafsirkan serta diberikan ulasan isinya sehingga terjadi diskusi budaya yang cukup menarik banyak kalangan. Tradisi seperti ini dapat dianggap sebagai salah satu upaya bagaimana masyarakat Bali melestarikan warisan kebudayaan nenek moyangnya, serta sedapat mungkin berusaha menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah-naskah tersebut. Dalam tradisi ini teks-teks sastra Jawa Kuna menempati posisi paling unggul yang paling banyak dijadikan bahan diskusi. -
SUMMER Programme in Southeast Asian Art History & Conservation
@Hadi Sidomulyo SUMMER Programme in southeast asian art history & conservation FOCUS: PREMODERN JAVA Nalanda-Sriwijaya Centre, ISEAS–Yusof Ishak institute (nsc-iseas) School of oriental and african studies (soas) universitas surabaya (ubaya) Trawas, East Java (Indonesia), July 23–2 August 2016 SUMMER Programme Lecturers Teaching Schedule A mix of 10 Indonesian and European experts will form The five days teaching schedule will include four 2-hour ses- the pool of lecturers. It includes Dr. Andrea Acri (NSC- sions per day (two in the morning and two in the afternoon). in southeast asian art history & conservation ISEAS & Nalanda University), Dr. Helene Njoto (NSC- Other speakers and students will be invited to present their on- ISEAS), Dr. Nigel Bullough (aka Hadi Sidomulyo, Ubaya), going research in some evenings. FOCUS: PREMODERN JAVA Dr. Lutfi Ismail (Univ. Malang), Adji Damais (BKKI, Indo nesian Art Agency Cooperation), Dr. Peter Sharrock and Nalanda Sriwijaya Center at the ISEAS-Yusof Ishak Institute (NSC-ISEAS), School of Oriental and Swati Chemburkar (SOAS), Prof. Dr. Marijke Klokke African Studies (SOAS) & University of Surabaya (UBAYA) (Leiden University), Dr Hanna Maria Szczepanowska and Sylvia Haliman (Heritage Conservation Center, HCC, Art history tour programme The programme will commence with a one-day tour of Trawas/ Singapore). The lectures will focus on both theoretical and Trawas, East Java, July 23–2 August 2016 Mount Penanggungan, and end with a three-day tour to temples, historical aspects of Javanese Art History and related disci- museums and relevant archaeological sites across East Java Project Coordinators: Andrea Acri, Helene Njoto, Peter Sharrock plines, and will include an element of practical and metho- (i.e. -
Gagal Paham Memaknai Kakawin Sebagai Pengiring Upacara Yadnya Dan Dalam Menembangkannya: Sebuah Kasus Di Desa Susut, Bangli
GAGAL PAHAM MEMAKNAI KAKAWIN SEBAGAI PENGIRING UPACARA YADNYA DAN DALAM MENEMBANGKANNYA: SEBUAH KASUS DI DESA SUSUT, BANGLI. I Ketut Jirnaya, Komang Paramartha, I Made wijana, I Ketut Nuarca Program tudi Sastra Jawa Kuno, akultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana E-mail: [email protected] Abstrak Karya sastra kakawin di Bali sering dipakai untuk mengiringi upacara yadnya. Dari itu banyak terbit dan beredar di masyarakat buku saku Kidung Pancayadnya. Isi setiap buku tersebut nyaris sama. Buku-buku ini membangun pemahaman masyarakat bahwa kakawin yang dipakai untuk mengiringi upacara yadnya telah baku tanpa melihat substansi makna filosofi bait-bait tersebut. Masalahnya beberapa anggota masyarakat berpendapat ada bait-bait kakawin yang biasa dipakai mengiringi upacara kematian, tidak boleh dinyanyikan di pura. Di samping itu juga cara menembangkan kakawin belum baik dan benar. Hal ini juga terjadi di desa Susut, Bangli. Setelah dikaji, ternyata mereka salah memahami makna filosofis bait-bait kakawin tersebut. Hasilnya, semua bait kakawin bisa dinyanyikan di pura karena salah satu fungsinya sebagai sarana berdoa. Setiap upacara yadnya diiringi dengan melantunkan bait-bait kakawin yang telah disesuaikan substansi makna dari bait-bait tersebut dengan yadnya yang diiringi. Demikian pula mereka baru tahu bahwa menembangkan kakawin ada aturannya. Kata kunci: kakawin, yadnya, doa, guru-lagu. 1.Pendahuluan Kakawin dan parwa merupakan karya sastra Jawa Kuna yang hidup subur pada zaman Majapahit. Ketika Majapahit jatuh dan masuknya agama Islam, maka karya sastra kakawin banyak yang diselamatkan di Bali yang masih satu kepercayaan dengan Majapahit yaitu Hindu (Zoetmulder, 1983). Dari segi bentuk, kakawin berbentuk puisi dengan persyaratan (prosodi) satu bait terdiri dari empat baris yang diikat dengan guru-lagu. -
Tracing Vishnu Through Archeological Remains at the Western Slope of Mount Lawu
KALPATARU, Majalah Arkeologi Vol. 29 No. 1, Mei 2020 (15-28) TRACING VISHNU THROUGH ARCHEOLOGICAL REMAINS AT THE WESTERN SLOPE OF MOUNT LAWU Menelusuri Jejak Wisnu pada Tinggalan Arkeologi di Lereng Gunung Lawu Heri Purwanto1 and Kadek Dedy Prawirajaya R.2 1Archaeology Alumni in Archaeology Department, Udayana University Jl. Pulau Nias No. 13, Sanglah, Denpasar-Bali [email protected] 2Lecturer in Archaeology Department, Udayana University Jl. Pulau Nias No. 13, Sanglah, Denpasar-Bali [email protected] Naskah diterima : 5 Mei 2020 Naskah diperiksa : 27 Mei 2020 Naskah disetujui : 4 Juni 2020 Abstract. To date, The West Slope area of Mount Lawu has quite a lot of archaeological remains originated from Prehistoric Period to Colonial Period. The number of religious shrines built on Mount Lawu had increased during the Late Majapahit period and were inhabited and used by high priests (rsi) and ascetics. The religious community was resigned to a quiet place, deserted, and placed far away on purpose to be closer to God. All religious activities were held to worship Gods. This study aims to trace Vishnu through archaeological remains. Archaeological methods used in this study are observation, description, and explanation. Result of this study shows that no statue has ever been identified as Vishnu. However, based on archeological data, the signs or symbols that indicated the existence of Vishnu had clearly been observed. The archeological evidences are the tortoise statue as a form of Vishnu Avatar, Garuda as the vehicle of Vishnu, a figure riding Garuda, a figure carrying cakra (the main weapon of Vishnu), and soles of his feet (trivikrama of Vishnu). -
Of Manuscripts and Charters Which Are Mentioned In
INDEX OF MANUSCRIPTS AND CHARTERS WHICH ARE MENTIONED IN TABLES A AND B 1 Page Page Adip. - Adiparwa . 94 Dj.pur. - Jayapural}.a . 106 Ag. - Agastyaparwa . 103 Dpt. - VangQang petak . 106 A.N. - Afiang Nilartha . 1(}3 A.P. - Arjuna Pralabda 103 E46 91 A.W. - Arjunawijaya 100 Gh. - Ghatotkaca.\;raya 97 Babi Ch. A . 94 G.O. - GeQangan Ch. 90 BarabuQur (inscription) 90 Gob1eg Ch. (Pura Batur) B . 95 Batuan Ch.. 94 Batunya Ch. A I . 93 H. - Hari\;raya Kakawin 106 Batur P. Abang Ch. A 94 Hr. - Hariwijaya 106 B.B. - Babad Bla-Batuh 103 Hrsw. - Kidung Har~awijaya . 107 Bebetin Ch. A I . 91 H.W. - Hariwang\;a 95 B.K. - Bhoma.lcawya . 104 J.D. - Mausalaparwa . 110 B.P. - Bhi~maparwa . 104 Br. I pp. 607 ff. 95 K.A. - Kembang Arum Ch. 92 pp. 613 ff.. 95 Kid. Adip. - Kidung Adiparwa 106 pp. 619 ff.. 95 K.K. - KufijarakarQ.a . 108 Br. II pp. 49 if. 95 K.O. I . 92 Brh. - Brahmal}.Qa-pural}.a . 105 II 90 Bs. - Bhimaswarga 104 V 94 B.T. - Bagus Turunan 104 VII . 93 Bulihan Ch.. 97 VIII 92 Buwahan Ch. A 93 XI 91 Buwahan Ch. E 97 XIV 91 B.Y. - Bharatayuddha 96 XV. 91 XVII 92 C. - Cupak 106 XXII 93 c.A. - Calon Arang 105 Kor. - Korawa\;rama . 108 Campaga Ch. A 97 Kr. - Krtabasa 108 Campaga Ch. C 99 Kr.B. - Chronicle of Bayu . 106 Catur. - Caturyuga 106 Krsn. - Kr~l}.iintaka 108 Charter Frankfurt N.S. K.S. - Kidung Sunda . 101 No. -
Download Article (PDF)
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 552 Proceedings of the 4th International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2020) Life Values in Gapura Bajangratu Katrin Nur Nafi’ah Ismoyo1,* Hadjar Pamadhi 2 1 Graduate School of Arts Education, Yogyakarta State University, Yogyakarta 55281, Indonesia 2 Faculty of Languages and Arts, Yogyakarta State University, Yogyakarta 55281, Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT This study employed the qualitative research method with Hans-George Gadamer’s semiotic approach and analysis based on Jean Baudrillard’s hyperreality. According to Gadamer, truth can be obtained not through methods, but dialectics, where more questions may be proposed, which is referred to as practical philosophy. Meanwhile, Jean Baudrillard argues that “We live in a world where there is more and more information, and less and less meaning …”. This paper discusses the life values of Gapura Bajang Ratu in its essence, as well as life values in the age of hyperreality. Keywords: Gapura Bajangratu, life values, hyperreality, semiotics 1. INTRODUCTION death of Bhre Wengker (end 7th century). There is another opinion regarding the history of the Bajangratu Gapura Bajangratu (Bajangratu Temple) is a Gate which believe it to be one of the gates of the heritage site of the Majapahit Kingdom which is located Majapahit Palace, due to the location of the gate which in Dukuh Kraton, Temon Village, Trowulan District, is not far from the center of the Majapahit Kingdom. Mojokerto Regency, East Java. Gapura Bajangratu or This notion provides historical information that the the Bajangratu Gate is estimated to have been built in Gapura gate is an important entrance to a respectable the 13-14th century. -
Educational Tourism As the Conceptual Age in the University of Surabaya
Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), volume 186 15th International Symposium on Management (INSYMA 2018) Educational Tourism as the conceptual age in the University of Surabaya Veny Megawati University of Surabaya, Surabaya, Indonesia ABSTRACT : In many major cities in a developed country, a green open space is being promoted as a vaca- tion destination. Besides, the government in the cities in developed countries also provides a museum that is neat and integrated with Simulation Park and playground for children. However, many green open spaces have turned into modern tourism places like shopping malls which may encourage children to be materialistic. To address this issue, parents can actually teach their children any other educational models that are oriented in nature. The nature-oriented models allow childer to create, explore, and stimulate cognitive development, also affective for their motorist skill. The University of Surabaya as one of the best private universities has designed a nature-oriented educational program called “Educational Tourism “.This program was made based on the conceptual age that consists of design, story, symphony, empathy, play, and meaning. Keywords: the conceptual age, educational tourism, University Of Surabaya materialistic education, parents can actually offer their children any other educational models that are 1 INTRODUCTION oriented in nature. On these green open areas, children are not only The growth of tourism these days has had a signifi- provided with an entertainment, but also the chance cant enhancement. The trends of the increasing to be creative, to explore, and of course, it can number of needs of traveling by Indonesians can be stimulate their cognitive growth and motorist affec- seen from the rising trends of those travelers in the tivity. -
Remote Sensing Analysis Using Landsat 8 Data for Lithological Mapping - a Case Study
nd 90 The 2 International Seminar on Science and Technology August 2nd 2016, Postgraduate Program Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia Remote Sensing Analysis Using Landsat 8 Data For Lithological Mapping - A Case Study In Mount Penanggungan, East Java, Indonesia Hendra Bahar1, and Muhammad Taufik2 Abstract Mount Penanggungan is one of the volcanoes that located in East Java Province, Indonesia, with the current II. METHOD status is a sleeping volcano. Although Mount Penanggungan is not active, it still make an interesting investigation in Top of Mount Penanggungan are 1.653 meters from sea geological survey, especially to identify the lithological units, level, located in East Java Province, Indonesia, between 2 due that less researchers took place in Mount Penanggungan. (two) district, Mojokerto District in western part, and Geological survey and investigaton can describes the Pasuruan District in eastern part. Latitude is 07°36'50" of information about physically condition of some land or region, South Latitude and longitude is 112°37'10" of East with the result is Lithological Map of Mount Penanggungan. Longitude. Remote sensing imagery, such as Landsat 8 Satellite imagery Data that be use in this study are; Geological Map of data series has been used widely in geology for mapping Malang Sheet scale 1:100.000, Indonesian Surface Map lithology in general. Remote sensing provides information of scale 1:25.000, and Landsat 8 Satellite imagery data. the properties of the surface exploration targets that is potential in mapping lithological units. Remote sensing The Landsat 8 image used in this study (path 118 and technique are one of the standard procedures in exploration row 65) was captured on October 22nd, 2015 under geology, due to it is high efficiency and low cost. -
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya, Seni, Kesenian, dan Pusat Kesenian (Tinjauan Obyek Perancangan) 2.1.1 Budaya 1. Definisi Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal- hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia (www.wikipedia.org). Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 12 budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari (http://indobudaya.blogspot.com/2007). Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. (www.wikipedia.org) Pengertian Budaya secara etimologi dan fonetis fungsional adalah: . Secara etimologis: Budaya buddhayah, budhi (Sans.) = akal budi / pikiran Budaya budi (akal/pikiran) & daya (tenaga, kemampuan) . Secara fonetis fungsional: Budaya badaya bada’a, yabda’u al-Mubdi’u : yang Mengawali, Menjadikan segala sesuatu dari tiada Kemampuan berakal-budi dengan nilai luhur berketuhanan, untuk mengawali hidup dengan proses yang baik (adil, harmoni, selaras dalam kedamaian tenteraman, dengan bukti satu selarasnya jalinan kehidupan antar makhluk (Gautama, 2009). -
Wander-Lust--Heritage-As-Identity.Pdf
14 September 2016 Universitas Surabaya - To Be The First University in Heart and Mind http://www.ubaya.ac.id Wander Lust: Heritage as identity East Java has landscapes to challenge the adventurous, cultural riches to dazzle the curious–and one magic mountain that harbors a great storehouse of ancient arts and mysteries. Duncan Graham reports from Trawas in the Majapahit heartlands. On Jan. 17, Nigel Bullough tumbled down a ravine. It was a defining though agonizing moment in the explorer’s 44-year career in Indonesia. The British-born historian, who uses the nom d’archeologie Hadi Sidomulyo, was seeking centuries-old sites on East Java’s Mount Penanggungan when he fell. He was saved when his camera strap snagged the shrubbery. But his left arm was jerked from its socket and the bone fractured. It took his friends five hours to get him down the mountain, and a further hour’s slow drive over rough roads to reach a police hospital. A surgeon dashed in from afar in the early hours. The treatment was excellent, Sidomulyo said more than six months after the accident. My arm is almost back to normal. The mountain had opened up and given us so much. It briefly revealed its secrets and now it was time to close. And next day it started to rain. Penanggungan was telling me that it was time to sit down and work on our discoveries. These discoveries have been extraordinary. More than 130 previously uncharted sites have been found by Sidomulyo and his colleagues, including Malang State University lecturer Ismail Lutfi. -
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 24%
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 24% Date: Rabu, Desember 30, 2019 Statistics: 25094 words Plagiarized / 6022 Total words Remarks: High Plagiarism Detected - Your Document needs Critical Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- i MANUNGGALING KAWULA GUSTI DALAM SERAT WEDATAMA (SEBUAH KAJIAN THEOLOGI) Oleh : Dr. Drs. Marsono, M.Pd.H ii MANUNGGALING KAWULA GUSTI DALAM SERAT WEDATAMA (SEBUAH KAJIAN THEOLOGI) Penulis: Dr. Drs. Marsono, M.Pd.H Editor : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H. PENERBIT : Jayapangus Press REDAKSI : Jl. Ratna No.51 Denpasar - BALI Telp. (0361) 226656 Fax. (0361) 226656 http://jayapanguspress.org Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN : 978-602-51483-1-6 iii KATA PENGANTAR Om Swastyastu Dengan rasa angayubagia kehadapan Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmatNya, maka penyusunan buku yang berjudul “Manunggaling Kawula Gusti Dalam Serat Wedatama (Sebuah Kajian Theologi)” dapat terselesaikan dengan baik. Serat Wedatama mengandung nilai-nilai yang luhur sebagai tuntunan susila disamping sebagai tuntunan hidup, menjadikan karya sastra tersebut bertahan terus hingga saaat ini. Kehebatan bertahan sebuah karya sastra menunjukan hebatnya pengarang dibalik karya besar tersebut. Kajian theologi Serat Wedatama memberikan pemahaman dasar bahwa seorang manusia bisa memahami makna kehidupan ini, dan menjalani roda perputaran kehidupannya dengan penuh makna pula. Setiap detik yang berlalu dalam hidupnya, selalu bermakna, tidak ada kesia-siaan. Karena manusia dilahirkan kedunia ini, pasti dengan tujuan yang mulia pula, bukan sekedar iseng belaka. Kesadaran akan kelahiran berarti kesadaran akan tujuan hidup lahir kedunia. Tujuan hidup yang sesungguhnya akan dapat iv dicapai melalui implementasi nilai-nilai luhur. Nilai luhur itulah yang bias digunakan untuk menata kehidupan ini sehingga perubahan menuju penyeimbangan antara pemenuhan spiritual dan jasmani tercapai. -
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA Adalah Jurnal Yang Diterbitkan Online Dan Diterbitkan Dalam Bentuk Cetak
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA adalah jurnal yang diterbitkan online dan diterbitkan dalam bentuk cetak. Jurnal ini diterbitkan 3 kali dalam 1 tahun (Januari, Mei dan September). Jurnal ini diterbitkan oleh APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia). Lingkup jurnal ini meliputi Organisasi Farmasi, Kedokteran, Kimia Organik Sintetis, Kimia Organik Bahan Alami, Biokimia, Analisis Kimia, Kimia Fisik, Biologi, Mikrobiologi, Kultur Jaringan, Botani dan hewan yang terkait dengan produk farmasi, Keperawatan, Kebidanan, Analis Kesehatan, Nutrisi dan Kesehatan Masyarakat. ALAMAT REDAKSI : APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia) Jl. Buaran II No. 30 A, I Gusti Ngurah Rai, Klender Jakarta Timur, Indonesia Telp. 021 - 86615593, 4244486. Email : [email protected] (ISSN Online) : 2655 – 8289 (ISSN Cetak) : 2655 – 131X TIM EDITOR Advisor : Dra. Yusmaniar, M.Biomed, Apt, Ketua Umum APDFI Yugo Susanto, M.Farm., Apt, Wakil Ketua APDFI Leonov Rianto, M.Farm., Apt, Sekjen APDFI Editors in Chief : Supomo, M.Si., Apt , STIKES Samarinda, Indonesia Editor Board Member : Dr. Entris Sutrisno., M.HkKes., Apt (STFB Bandung) Imam Bagus Sumantri, S.Farm.,M.Si.,Apt (USU, Medan) Ernanin Dyah Wijayanti, S.Si., M.P (Akfar Putera Indonesia, Malang) Ika Agustina,S.Si, M.Farm (Akfar IKIFA, Jakarta) Reviewer : Prof. Muchtaridi, M.Si.,Ph.D, Apt (Universitas Padjajaran, Bandung) Abdi Wira Septama, Ph.D., Apt (Pusat Penelitian Kimia, PDII LIPI) Harlinda Kuspradini, Ph.D (Universitas Mulawarman, Samarinda) Dr. Entris Sutrisno.,