Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 24%
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 24% Date: Rabu, Desember 30, 2019 Statistics: 25094 words Plagiarized / 6022 Total words Remarks: High Plagiarism Detected - Your Document needs Critical Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- i MANUNGGALING KAWULA GUSTI DALAM SERAT WEDATAMA (SEBUAH KAJIAN THEOLOGI) Oleh : Dr. Drs. Marsono, M.Pd.H ii MANUNGGALING KAWULA GUSTI DALAM SERAT WEDATAMA (SEBUAH KAJIAN THEOLOGI) Penulis: Dr. Drs. Marsono, M.Pd.H Editor : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H. PENERBIT : Jayapangus Press REDAKSI : Jl. Ratna No.51 Denpasar - BALI Telp. (0361) 226656 Fax. (0361) 226656 http://jayapanguspress.org Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN : 978-602-51483-1-6 iii KATA PENGANTAR Om Swastyastu Dengan rasa angayubagia kehadapan Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmatNya, maka penyusunan buku yang berjudul “Manunggaling Kawula Gusti Dalam Serat Wedatama (Sebuah Kajian Theologi)” dapat terselesaikan dengan baik. Serat Wedatama mengandung nilai-nilai yang luhur sebagai tuntunan susila disamping sebagai tuntunan hidup, menjadikan karya sastra tersebut bertahan terus hingga saaat ini. Kehebatan bertahan sebuah karya sastra menunjukan hebatnya pengarang dibalik karya besar tersebut. Kajian theologi Serat Wedatama memberikan pemahaman dasar bahwa seorang manusia bisa memahami makna kehidupan ini, dan menjalani roda perputaran kehidupannya dengan penuh makna pula. Setiap detik yang berlalu dalam hidupnya, selalu bermakna, tidak ada kesia-siaan. Karena manusia dilahirkan kedunia ini, pasti dengan tujuan yang mulia pula, bukan sekedar iseng belaka. Kesadaran akan kelahiran berarti kesadaran akan tujuan hidup lahir kedunia. Tujuan hidup yang sesungguhnya akan dapat iv dicapai melalui implementasi nilai-nilai luhur. Nilai luhur itulah yang bias digunakan untuk menata kehidupan ini sehingga perubahan menuju penyeimbangan antara pemenuhan spiritual dan jasmani tercapai. Hingga manusia menyadari tujuan yang sejatinya hidup di dunia ini. Jalan untuk mencapai tujuan hidup tersebut banyak dituturkan dalam Serat Wedhatama. Melalui Catur sembah manusia akan dibimbing untuk berlaku baik dan mencapai kedamaian dan kebahagiaan. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, maka kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan karya tulis ini. Sebagai akhir kata semoga buku ini bukan akhir dari segalanya melainkan awal dari lahirnya karya-karya yang lebih baik dan berguna untuk kepentingan pengembangan ilmu dan pembangunan. Om Santih, Santih, Santih Om. Denpasar, Pebruari 2018 Penulis v DAFTAR ISI Halaman Dalam i Redaksi ii Kata Pengantar iii Daftar Isi v PENDAHULUAN 1 GAMBARAN UMUM SERAT WEDATAMA 7 Serat Wedhatama 7 Eksistensi Serat Wedatama 19 Penyusun Serat Wedatama 26 Sinopsis Serat Wedatama 32 Naskah Serat Wedhatama… 44 AJARAN TEOLOGI SERAT WEDATAMA 58 Pengertian Teologi 58 Konsep Tuhan Dalam Serat Wedhtama 63 1. Tuhan (Brahman) Sebagai Dzat Yang Mutlak 63 2. Alam Fana dan Alam Abadi 77 3. Jiwa (Atman), Sukma, Roh… 87 4. Karma Phala (Ngunduh Wohing Pakarti) 114 5. Samsara atau Punarbhawa (Tumimbal lahir) 128 6. Moksa 131 vi TUJUAN HIDUP DALAM SERAT WEDHATAMA… 139 Manunggaling Kawula Gusti dalam Masyarakat Kejawen 139 Sangkan Paraning Dumadi. 153 Manunggaling Kawula Lan Gusti 179 Mamayu Hayuning Bawana 195 CARA MENCAPAI TUJUAN HIDUP DALAM SERAT WEDATAMA 210 Sebah Raga 213 Sembah Cipta 220 Sembah Jiwa 238 Sembah Rasa. 243 PENUTUP 253 DAFTAR PUSTAKA 255 1 PENDAHULUAN Kemajuan bangsa dibidang teknologi rupanya sangat mempengaruhi pola hidup dan pola berpikir masyarakat bangsa ini. Perubahan kehidupan hampir di setiap aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik bahkan kehidupan beragama. Perubahan yang ada saat ini dapat dikatakan sudah sangat maju dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Di jaman globalisasi ini manusia dimanjakan dengan kemudahan teknologi sehingga aktivitas kehidupan manusia bias lebih efisien, praktis, dan ekonomis seperti jarak yang jauh bias menjadi dekat karena adanya perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan informasi. Banyak kemudahan lainnya yang memanjakan kehidupan manusia sehingga manusia dengan mudah melakukan aktivitas kehidupannya. Kemajuan zaman ibarat pedang yang bermata dua, di satu sisi membawa kemudahan, disatu sisi membawa malapetaka, kemudahan yang disajikan pada manusia akan menyebabkan terlena, dan lupa pada norma kebenaran yang berlaku, atau tidak selalu menghantarkan kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih baik, celakanya lagi manusia hilang 2 sifat kemanusiaanya, dan tidak ingat lagi tujuan hidupnya. Kemajuan zaman jika tidak diimbangi dengan moralitas, keluhuran budi, dan mental yang baik justru akan menghantarkan manusia pada kemerosotan moral, yang menyebabkan pada kegelapan. Kecerdasan manusia yang tidak dibarengi sikap bijak membawa pada kemerosotan akhlak moral, maka kehidupan ini akan berubah pada peradaban yang tidak didasari oleh norma dan nilai-nilai luhur masyarakat. Kemanjaan yang disajikan teknologi menjadikan pola pikir manusia kearah pola pikir yang serba instan, contoh dibidang ekonomi, kepingin dapat uang banyak, tapi kerjanya minta ringan atau gampang, dibidang pendidikan misalnya ulangan kepingin dapat nilai baik tapi tidak dengan belajar, dibidang agama, budaya membeli sarana upacara, “menitip maturan” dan menurunnya kemampuan dalam bidang penguasaan membuat sarana upakara, baik dikalangan anak-anak atau orang tua apalagi wilayah perkotaan, intinya ingin hidup yang praktis dan mudah. Bahkan dalam sembahyang dan doa manusia lebih banyak meminta dari memujanya. Kemajuan zaman bukanlah sesuatu yang harus dijauhi, atau sesuatu yang menakutkan tetapi merupakan hal yang harus diapresiasi. Oleh karena itu, manusia tidak perlu 3 khawatir dengan perkembangan zaman karena hal tersebut juga sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hanya saja manusia perlu menyikapi kemajuan zaman dengan berpikir dewasa, bijak dan jangan sampai tenggelam dan larut dengan kemajuan zaman tanpa ada kontrol. Manusia harus mengimbanginya dengan pengembangan moral dan mental yang positif. Moralitas dan sikap mental yang positif menjadi kontrol agar manusia tidak terjebak pada kehidupan yang individual, hedonisme, dan rapuhnya pengendalian diri. Tidak adanya moralitas dan sikap mental positif sebagai control justru membuat manusia mengumbar hawa nafsu, keserakahan, kebencian, terkikisnya rasa sosial, dan menipisnya keluhuran budi. Terhimpitnya manusia oleh krisis ekonomi, menjadikan manusia menghalalkan segala macam cara, dan meninggalkan nilai-nilai luhur yang telah lama diyakininya. Implikasi nyata yang ada di hadapan kita, meningkatnya kebohongan /manipulasi, kekerasan, sikap apatis, sombong, tidak santun, kurang bijak, dan tidak punya rasa takut, malu, akan prilaku yang salah. Orientasi hidup cenderung pada filosofis barat, yang lebih mengutamakan logika kapitalis material dibandingkan dengan spiritual. 4 Timbulah filsafat yang menggunakan akal budi untuk membebaskan diri dari kebodohan yang berakhir pada perbudakan. Manusia semakin cerdas sehingga ingin menjadi dirinya sendiri, bukan budak dari siapapun. Manusia semakin “perkasa” karena sanggup memanfaatkan berbagai energy dan materi yang terdapat disekitarnya. Hidup semakin nikmat berkat perkembangan teknologi yang berbasis materi. Materialisme berujung pada atheisme. Perkembangan tekhnologi dan materialism tanpa disadari menjadikan manusia tidak peduli lagi dengan spiritualisme alami. Kebahagiaan abadi yang dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dinisbikan karena manusia “puas” dengan kenikmatan sementara yang menjadikan hidup “mereka rasakan sebagai sorga” berkat “perjuangan” manusia semata. Ketimpangan menyebabkan terjadinya revolusi spiritual dan norma rasa hormat kepada guru, orang tua, dan orang yang lebih tua. Etika dan norma yang seharusnya dijaga tidak diindahkan lagi. Manusia menjadi tidak terkendali dan hanya mengumbar amarah, kebencian, mengandalkan kekuasaan, kepandaian dan kekayaannya (adigang adigung adiguna). Karena keserakahan mereka tidak bisa menjaga dan menggunakan alam dengan bijak. Karena kebencian mereka 5 pun menyelesaikan persoalan dengan kekerasan. Karena kebodohan mereka menggunakan segala cara untuk mempertahankan kehidupannya. Tidak pernah ada yang tau akan rahasia kehidupan manusia baik rejeki, jodoh dan kematian. Sementara didunia ini manusia saling berpacu dan berlomba meraih semua apa yang diingginkan, terkadang manusia sampai lupa mengorbankan hak anak-anak, keluarga dan orang lain dalam meraihnya. Bilamana semua telah diraih masih saja terasa kurang bahkan merasa semakin bertambah kurang dengan apa yang telah didapatkan, tetapi ketenangan dan kebahagiaan justru semakin menjauh dan tidak kunjung datang menghampirinya. Jika direnungi apa yang telah diraih yang tidak mampu memberikan ketenangan hidup maka pada titik tertentu akan merasa jenuh dan semakin merasa kesepian dengan hinggar-bingar kehidupan dunia, semua yang diperoleh seakan terasa hampa tanpa makna. Pada saat itu sepertinya hanya satu yang dicari yaitu yang membuat hidup ini lebih bergairah dan bermakna bukan hidup dalam kegelisahan dan kebosanan, bukan hidup dalam berkelimpahan tetapi sunyi dihati dan gersang didalam jiwa. Akhirnya manusia lelah juga setelah segalanya diraih, titik 6 jenuh telah menghampirinya. Tak ada yang bisa mengembalikan semangat hidup lagi