JURNAL RISET KEFARMASIAN adalah jurnal yang diterbitkan online dan diterbitkan dalam bentuk cetak. Jurnal ini diterbitkan 3 kali dalam 1 tahun (Januari, Mei dan September). Jurnal ini diterbitkan oleh APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia). Lingkup jurnal ini meliputi Organisasi Farmasi, Kedokteran, Kimia Organik Sintetis, Kimia Organik Bahan Alami, Biokimia, Analisis Kimia, Kimia Fisik, Biologi, Mikrobiologi, Kultur Jaringan, Botani dan hewan yang terkait dengan produk farmasi, Keperawatan, Kebidanan, Analis Kesehatan, Nutrisi dan Kesehatan Masyarakat.

ALAMAT REDAKSI :

APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia) Jl. Buaran II No. 30 A, I Gusti Ngurah Rai, Klender Jakarta Timur, Indonesia Telp. 021 - 86615593, 4244486. Email : [email protected] (ISSN Online) : 2655 – 8289 (ISSN Cetak) : 2655 – 131X TIM EDITOR Advisor :

 Dra. Yusmaniar, M.Biomed, Apt, Ketua Umum APDFI

 Yugo Susanto, M.Farm., Apt, Wakil Ketua APDFI  Leonov Rianto, M.Farm., Apt, Sekjen APDFI   Editors in Chief :

 Supomo, M.Si., Apt , STIKES Samarinda, Indonesia 

Editor Board Member :

 Dr. Entris Sutrisno., M.HkKes., Apt (STFB Bandung)

 Imam Bagus Sumantri, S.Farm.,M.Si.,Apt (USU, Medan)

 Ernanin Dyah Wijayanti, S.Si., M.P (Akfar Putera Indonesia, )  Ika Agustina,S.Si, M.Farm (Akfar IKIFA, Jakarta)   Reviewer :

 Prof. Muchtaridi, M.Si.,Ph.D, Apt (Universitas Padjajaran, Bandung)

 Abdi Wira Septama, Ph.D., Apt (Pusat Penelitian Kimia, PDII LIPI)

 Harlinda Kuspradini, Ph.D (Universitas Mulawarman, Samarinda)

 Dr. Entris Sutrisno., M.HkKes., Apt (STFB, Bandung)

 Erindyah Retno Wikantyasning, P.hD., Apt (Universitas Muhammadiyah Surakarta)

 Dr.Ika Puspita Sari, S.Si, M.Si., Apt (Fakultas Farmasi UGM), Yogyakarta   Operator :

 Agus Trimanto, S.I.Pust, Pustakawan STIKES Muhammadiyah Kendal

DAFTAR ISI

KAJIAN PUSTAKA FORMULASI DAN EVALUASI MIKROKAPSUL Hal SALUT ENTERIK MENGGUNAKAN ACRYL-EZE® & SURETERIC 122-136 DENGAN METODE PENGGABUNGAN MIKROENKAPSULASI DENGAN EKSTRUSI-SFERONISASI (Rahmat Santoso, Fiqi Aliudin)......

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK METANOL BUAH Hal KETUMBAR (Coriandrum sativum Linn) TERHADAP ARTEMIA 137-146 SALINA LEACH DENGAN UJI BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) (Mega Yulia, Rani Anggraini, Farizal Farizal)......

PENETAPAN RENDEMEN EKSTRAK DAUN JAMBU MAWAR Hal (Syzygium jambos L. Alston) BERDASARKAN VARIASI 147-157 KONSENTRASI ETANOL DENGAN METODE MASERASI (Eka Siswanto Syamsul, Olanda Anugerah, Risa Supriningrum)......

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH Hal (CHROMOLAENA ODORATA L) SEBAGAI ANTIBAKTERI 158-168 SALMONELLA TYPHI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS (Fadia Fadia, Nurlailah Nurlailah, Tini Elyn Helmiah, Leka Lutpiatina).....

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT BERBASIS Hal PENGETAHUAN LOKAL DI DESA SELOLIMAN KECAMATAN 169-185 TRAWAS KABUPATEN JAWA TIMUR (Iif Hanifa Nurrosyidah, Milu Asri Riya, Alfian Fachruddin Ma’ruf)......

PENGARUH LAMA WAKTU FERMENTASI KOMBUCHA ROSELA Hal (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI 186-210 Escherichia coli (Adinda Ismu Cholidah, Dwi Danu, Iif Hanifa Nurrosyidah)......

KEGIATAN FARMAKOLOGIS DARI BERBAGAI BAGIAN Carica Hal papaya Linn. EKSTRAK: BUAH, DAUN, BENIH, UAP, KULIT DAN 211-226 AKAR (Tita Kosima Hidayati, Yasmiwar Susilawati, Ahmad Muhtadi)......

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM Hal PENGOBATAN SENDIRI (SWAMEDIKASI) UNTUK OBAT 227-236 ANALGESIK (Chusun Chusun, Nanda Sinta Lestari)......

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

KAJIAN PUSTAKA FORMULASI DAN EVALUASI MIKROKAPSUL SALUT ENTERIK MENGGUNAKAN ACRYL- EZE® & SURETERIC DENGAN METODE PENGGABUNGAN MIKROENKAPSULASI DENGAN EKSTRUSI-SFERONISASI

Rahmat Santoso1, Fiqi Aliudin2

1,2 Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana, Bandung

Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Mikrokapsul dibuat dengan cara mikroenkapsulasi yang dimodifikasi dengan metode ekstrusi-sferonisasi. Metode ekstrusi-sferonisasi digunakan agar menutupi kekurangan dari metode mikroenkapsulasi. Dari hasil penelitian bahwa Acryl-eze dan Sureterik dapat digunakan dalam penyalutan dalam memproduksi mikrokapsul. Hasil penelitian evaluasi formulasi mikrokapsul salut enterik asetosal belum menghasilkan pelepasan sistem delayed release yang sesuai dengan persyaratan monografi dan pengujian profil disolusi belum menunjukan tahap eliminasi. Hasil evaluasi formulasi mikrokapsul salut enterik lansoprazole sistem pelepasan delayed release sudah memenuhi persyaratan pada monografi dan hasil pengujian profil disolusi, kecuali untuk F3 pada suasana dapar. Tujuan dari kajian pustaka ini adalah untuk mengkaji formulasi mikrokapsul salut enterik menggunakan Acryl-eze® & Sureterik dengan metode penggabungan antara mikroenkapsulasi dan metode ekstrusi sferonisasi.

Kata kunci: Ekstrusi-sferonisasi, Mikroenkapsulasi, Salut enterik

122

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

LITERATURE REVIEW FORMULATION AND EVALUATION OF ENTERIC COVERED MICROCACULES USING ACRYL-EZE® & SURETERIC WITH THE COMBINATION METHOD OF MICROENCAPULATION WITH EXTRUSION- SFERONIZATION

ABSTRACT

Microcapsules were prepared by means of microencapsulation modified by the extrusion-spheronization method. The extrusion-spheronization method is used to cover the shortcomings of the microencapsulation method. The results showed that Acryl-eze and Sureterik can be used in coatings in producing microcapsules. The results of research evaluating the formulation of enteric acetosal coated microcapsules have not resulted in delayed release system that is in accordance with monographic requirements and dissolution profile testing has not shown the elimination stage. The results of the evaluation of the delayed release release system enteric coated microcapsule formulation met the requirements of monograph and dissolution profile test results, except for F3 in buffering conditions. The purpose of this literature review is to examine the enteric-coated microcapsule formulation using Acryl-eze® & Sureteric by combining microencapsulation and spheronization extrusion methods.

Keywords: Extrusion-spheronization, Microencapsulation, Enteric coating

PENDAHULUAN kekurangannya masing masing. Mikroenkapsulasi adalah suatu Salahsatunya yaitu metode spray proses dimana polimer lapis tipis drying, kelebihan metode ini praktis namun adanya kekurangan yaitu diaplikasikan pada sekeliling bahan padat atau pada tetesan cairan membutuhkan peralatan produksi yang (mikrosfer) yang terbentuk, yang sangat mahal. Ada pula metode yang mempunyai ukuran antara beberapa sederhana dengan biaya lebih murah nanometer sampai beberapa ribu seperti penguapan pelarut, namun nanometer. Untuk menghasilkan metode ini mengharuskan penggunaaan mikrokapsul dapat disebut dengan pelarut organik yang biasanya bersifat istilah mikroenkapsulasi/ cenderung toksik. Oleh karena itu mikropartikulat. Metode yang biasa dibutuhkan suatu metode yang dapat digunakan dalam mikroenkapsulasi mencakup kelebihan dari metode sangat beragam dan masing-masing metode mikroenkapsulasi yang ada serta metodenya mempunyai kelebihan dan meminimalisir kekurangnnya seperti

123

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

kombinasi metode ekstrusi dengan mikrokapsul yang sferis dan sferonisasi. Alat alat yang digunakan membentuk ukuran yang sesuai dengan dari teknik ekstrusi dan sferonisasi keinginan. Bahan penyalut yang mudah diperoleh dan dapat digunakan harus kompatibel secara dikombinakasikan merupakan salah kimiawi dan tidak terjadinya reaksi. satu teknik yang dapat dikombinasikan Penyalutan yang digunakan yaitu dengan mikroenkapsulasi sehingga dengan menggunakan bahan yang menghasilkan bentuk mikrokapsul yang sifatnya tahan asam untuk mendapatkan sferis dan membentuk ukuran yang efek salut enteriknya. Acryl-eze® diharapkan. (Santoso, Ziska and (Colorcon - Eudragit L100-55) Muzdalifah, 2019) salahsatu polimer yang efektif untuk Selain karena untuk melindungi penyalutan mikropartikulat dan mudah lambung dari iritasi akibat dari suatu larut dalam pelarut air. Acryl-eze® obat (contohnya asetosal), salut enterik kompatibel dengan aspirin dan biasa biasanya digunakan karena beberapa digunakan sebagai controlledrelease alasan diantaranya untuk melindungi (Santoso, Ziska and Putra, 2019). dinding lambung dari efek samping dari Sureterik (merupakan kombinasi obat (NSAID seperti diklofenak, campuran khusus Polyvinyl Acetate ibuprofen dan lainnya), kemudian untuk Phthalate, plasticizer dan bahan-bahan mencegah terdegradasinya obat oleh isi lain yang terformulasi secara serbuk lambung seperti enzim dan cairan kering) merupakan alternatif yang dapat lambung, untuk melepaskan obat-obatan digunakan untuk sistem polimer akrilik dengan tujuan penyerapan spesifik di dalam aplikasi farmasi untuk pelapisan usus, dan atau untuk mengantarkan enterik cair bentuk sediaan padat. obat-obatan yang ditujukan untuk aksi Sureteric memberikan profil pelepasan lokal di usus. Lapisan enterik juga dapat enterik yang konsisten dan dapat digunakan untuk mengirimkan bahan melepaskan zat aktif sesuai dengan aktif yang nantinya diserap secara kebutuhan pengobatan pada suasana pH optimal dari daerah tertentu seperti usus yang sesuai. (Santoso, Ziska and ke bagian atas usus kecil, sehingga Muzdalifah, 2019) dapat meningkatkan ketersediaan hayati Tujuan dari kajian pustaka ini obat. (Sudke, Sakarakar and Sudke, adalah mengkaji formulasi mikrokapsul 2013) salut enterik menggunakan Acryl-eze® Pada pengembangan kali ini & Sureterik dengan metode metode yang digunakan yaitu gabungan penggabungan antara mikroenkapsulasi dari metode mikroenkapsulasi untuk dan metode ekstrusi sferonisasi dari melindungi ionisasi asetosal di cairan asetosal dan lanzoprazole. lambung dan sebagai controlledrelease dan metode ektrusi-sferonisasi untuk Tinjauan Pustaka mendapatkan hasil yang lebih maksimal Mikroenkapsulasi merupakan yang akan mendapatkan bentuk suatu proses deposisi polimer-polimer

124

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

lapis tipis pada sekeliling bahan padat dan Sferonisasi merupakan teknik yang atau mikrosfer (tetesan cairan) yang biasa digunakan untuk memproduksi terbentuk. Mikroenkapsulaso berukuran pellet atau mikrosfer (El-Mahdi and El- beberapa nanometer sampai beberapa Shhibia, 2017). Ekstrusi sferonisasi ribu nanometer. Hasil dari adalah suatu rangkaian proses yang mikroenkapsulasi yaitu berupa mampu membuat partikel bulat dan mikrokapsul/mikroenkapsula, dan mempunyai ukuran yang seragam. mikropartikulat. Prosesnya dimulai dengan langkah granulasi di mana zat bioaktif, zat Tujuan dibuat mikroenkapsulasi: penstabil, dan bahan-bahan lain (Santoso, Ziska and Muzdalifah, 2019) dicampur dengan pengikat cair, 1. Mengubah bentuk cairan biasanya air, untuk membentuk massa menjadi padat basah. Langkah selanjutnya melibatkan 2. Mengubah koloid dan sifat alat ekstrusi dari massa basah tersebut permukaan dimasukkan kedalam cetakan untuk 3. Mencegah terjadinya reaksi membentuk rangkaian bentuk yang antara zat-zat yang lain silindris dengan panjang dan diameter 4. Penutupan rasa dan bau yang yang seragam (dinamakan ekstrudat). tidak sedap Ekstrudat tersebut kemudian dibuat 5. Melindungi dari pengaruh menjadi bola dalam bentuk kecil dengan lingkungan cara dipotong dengan ukuran yang 6. Menjaga dari zat yang beracun sama. Langkah terakhir yaitu dan dapat merusak mengumpulkan bola basah tersebut dan 7. Mengontrol pelepasan obat yang mengeringkannya di tempat datar atau disalut (ketersediaan hayati) pengering baki. Ini banyak digunakan 8. Meningkatkan stabilitas tablet dalam industri farmasi untuk membuat 9. Menghantarkan obat spresifik bentuk sediaan lepas terkontrol. Ini industry farmasi memungkinkan pengurangan frekuensi dosis dan memberikan konsentrasi obat Kekurangan metode mikroenkapsulasi: yang konstan dalam darah, sehingga (Gangurde et al., 2015) meningkatkan kepatuhan pasien dan 1. Alat yang relative mahal mengurangi kejadian efek obat yang 2. Produk akhir yang tidak sferis merugikan. (Bajaj et al., 2010) 3. Memerlukan pelarut organic Sebagian besar obat-obatan yang yang toksik diberikan secara oral (tablet atau kapsul) diformulasikan untuk melepaskan zat Untuk meminimalisir kekurangan aktif secara langsung. Dalam formulasi tersebut maka dilakukan modifikasi konvensional tidak ada upaya untuk metode mikroenkapsulasi dengan memodifikasi laju pelepasan. Namun, ekstrusi dan sferonisasi untuk produk yang dikenal dengan nama rilis pembentukan mikropkapsul (Santoso, langsung memungkinkan penyerapan Ziska and Muzdalifah, 2019). Ekstrusi cepat bahan aktif dan timbulnya fase

125

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

farmakodinamik yang menyertai efek untuk mendapatkan massa basah, dan yang diharapkan. Pola pelepasan obat distribusi seragam cairan ke seluruh dari bentuk sediaan lepas yang massa bubuk yang harus dikontrol dimodifikasi sengaja diubah dari secara tepat selama proses pencampuran formulasi dosis konvensional untuk agar untuk mendapatkan pelet yang mencapai tujuan terapeutik yang diinginkan. Ekstrusi adalah langkah diinginkan atau kepatuhan pasien yang ketiga dalam proses ini di mana massa lebih baik. Pelet masih mendapatkan basah dipaksa untuk melewati cetakan minat karena keunggulan terapeutik dan atau mati dari bukaan yang tepat untuk teknologi seperti menyebar secara bebas membuat silinder atau massa berbentuk di saluran pencernaan, memaksimalkan batang yang dikenal sebagai ekstrudat. penyerapan obat, meminimalkan iritasi lokal pada mukosa, meningkatkan sifat Untuk mencapai kadar air yang aliran, bentuk sediaan yang kurang diinginkan diperlukan untuk melakukan gembur, distribusi ukuran partikel langkah pengeringan. Untuk mencapai sempit, kemudahan pelapisan dan distribusi ukuran partikel yang pengemasan seragam. Spheronisasi diinginkan yang paling penting adalah ekstrusi adalah salah satu metode yang tahap penyaringan. (Ravetti et al., 2016) paling penting dalam produksi pelet, Produk salut enterik penargetan yang melibatkan lima unit operasi: usus besar juga dirancang untuk tetap pencampuran kering, pembasahan utuh di lambung tetapi selain itu basah, ekstrusi, spheronisasi, dimaksudkan untuk melepaskan zat pengeringan dan penyaringan, sangat aktif lebih jauh di sepanjang saluran terkait satu sama lain. gastrointestinal (GI), misalnya di Untuk mencapai dispersi serbuk persimpangan ileo-usus atau di usus homogen, ia melakukan campuran besar. Sebagian besar sistem pengiriman kering semua bahan menggunakan enterik dan usus besar didasarkan pada mixer shell blender, mixer planet, mixer tablet atau pelet yang dilapisi yang kecepatan tinggi dan drum kembar. dimasukkan ke dalam kapsul gelatin Campuran basah ini dilakukan untuk keras konvensional. Kapsul menghasilkan cukup untuk ekstrusi, memberikan kemungkinan untuk granulasi basah yang digunakan dalam memberikan formulasi cair atau semi- massa plastik untuk pemadatan. padat ke usus kecil atau besar. Bahan yang paling umum digunakan untuk Ada dua variabel kritis, jumlah kapsul pabrikan adalah gelatin. (Cole et cairan (larutan pelarut atau pengikat) al., 2002) yang ditambahkan ke campuran bubuk

126

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Gambar 1. Gambaran proses umum ekstrusi sferonisasi

METODE PENELITIAN Berdasarkan dari jurnal penelitian Dilakukan penelusuran jurnal Rahmat Santoso (2019), hasil ilmiah terpublikasi taraf nasional pengamatan (Tabel 1) didasarkan atas maupun internasional melalui search mikroenkapsulasi dari zat aktif asetosal engine berupa Scopus, Science Direct, dengan penyalut Acryl-eze® dengan Google Scholar,ELSIVIER dan NCBI modifikasi menggabungkan metode Pubmed dengan menggunakan kata extrusi-sferonisasi, pengamatan kunci berupa zat aktif (Asetosal dan organoleptik F4 dan F5 adalah hasil Lansoprazole) dan teknologi dalam yang terbaik yang mempunyai pembuatannya (mikroenkapsulasi dan konsistensi ekstrudat yang kompak dan ekstrusi-sferonisasi). padat. Pada pengukuran kadar air ekstrudat menunjukan bahwa formula 1, HASIL DAN PEMBAHASAN formula 2 dan formula 3 memiliki kadar Pada kali ini dilakukan air di bawah 50% dan formula 4 dan 5 pengamatan tentang formulasi memiliki kadar air 50-55% yang artinya mikrokapsul salut enterik menggunakan memasuki rentang yang dipersyaratkan Acryl-eze® & Sureterik dengan metode sesuai dengan hasil optimasi. Hasil penggabungan antara mikroenkapsulasi pengukuran kadar air sferoid dan metode ekstrusi sferonisasi dengan menunjukan seluruh formula telah contoh zat aktifnya yaitu asetosal dan memenuhi persyaratan. Ada bau asam lanzoprazole. seperti vinegar pada saat ekstrudat

127

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

maupun sferoid adalah berasal dari perolehan kembali karena mempunyai asetosal yang disebabkan oleh asam konsentrasi avicel yang tertinggi, asetat. Dalam hasil pengujian distribusi sehingga kemampuan untuk mengikat ukuran partikel terhadap sferoid antar partikel semakin besar dan asetosal, F5 mempunyai distribusi partikel tidak turun kebawah dan ukuran partikelnya jauh lebih merata terbuang. Kemudian dilakukan dibanding F4. Pada pengamatan sifat penetapan efisiensi penjerapan zat aktif alir sferoid asetosal menunjukan bahwa yang bertujuan untuk melihat ada atau semua formula menghasilkan laju alir tidaknya perubahan jumlah zat aktif >5 g/s dan sudut diam <40º yang asetosal yang terkandung dalam sferoid. keduanya sudah sesuai dengan Didapatkan hasil bahwa F5 yang persyaratan dengan nilai F5 adalah yang memiliki nilai efisiensi penjerapan zat terbaik yaitu memiliki laju alir 8,45 g/s aktif yang paling tinggi yaitu sebesar dan sudut diam 28,66º. Pada formulasi 96,17%. Dari hasil pengamatan asetosal, F5 sebagai formula dengan ekstrudat dan sferoid dapat ditarik nilai perolehan kembali yang tinggi kesimpulan bahwa F5 merupakan yaitu sebesar 97,43%. F5 merupakan formula terbaik, maka dilanjutkan pada hasil yang terbaik dalam penetapan nilai proses penyalutan.

Tabel 1. Data evaluasi ekstrudat dan sferoid Asetosal

Ekstrudat Formula F1 F2 F3 F4 F5 Silinder, Silinder, Silinder, Silinder, Silinder, Bentuk sedikit sedikit kompak kompak Uji kompak rapuh rapuh padat padat Organoleptik Warna Putih Putih Putih Putih Putih Bau Asam Asam Asam Asam Asam Kadar Air (%) 45,53 48,12 48,65 51,54 52,76 Sferoid Bentuk Sferis Sferis Sferis Sferis Sferis Uji Warna Putih Putih Putih Putih Putih Organoleptik Bau Asam Asam Asam Asam Asam Kadar Air (%) 1,94 1,99 2,15 2,36 2,86 Laju alir (g/s) 7,56 8,3 6,81 5,95 8,45 Sudut Diam (°) 33,05 32,13 34,89 37,16 28,66 %Recovery 89,12 90,6 93,96 9 96,32 97,43 Efisiensi penjerapan 88,31 90,21 92,6 93,91 96,17 zat aktif (%) .

128

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Pada penelitian lain, Pada evaluasi yang lain, adanya mikroenkapsulasi dengan zat aktif perbedaan distribusi ukuran partikel lansoprazole yang disalut dengan Acryl- pada semua formula sferoid. Kemudian eze dan sureterik dengan dengan terdapat perbedaan laju alir pada semua modifikasi menggabungkan metode formula sferoid dan adanya perbedaan extrusi-sferonisasi. sangat signifikan antar semua formula Hasil pengujian sferoid kecuali F2 yang tidak berbeda terlalu Lansoprazole (Tabel 2) menunjukan signifikan dengan F5. Hasil pengujian terdapat perbedaan kadar air pada efisiensi penjeratan zat aktif sferoids semua formula sferoid. Kehalusan menunjukan terdapat perbedaan permukaan sferoid dipengaruhi oleh efisiensi penjeratan zat aktif pada semua kadar air yang terkandung didalamnya, formula sferoids. Berdasarkan dari hasil semakin kering sferoid maka semua evaluasi tersebut maka dipilihlah permukaan sferoid semakin kasar, dan F5 sebagai formula yang digunakan juga sebaliknya semakin lembab sferoid pada pembuatan mikrokapsul maka permukaan sferoid akan menjadi lansoprazole. Hal ini dikarenakan F5 halus. Pada saat proses penyalutan mempunyai hasil evaluasi paling baik sferoid yang terlalu kering diantara lima formula yang dioptimasi. dikhawatirkan akan mudah terkikis atau Dimana untuk kadar air, laju alir dan rapuh. Semua hasil uji dari organoleptis sudut istirahat kelimanya memang sferoid dari zat aktif asetosal maupun memenuhi persyaratan, laju alir lebih lansoprazol menghasilkan bentuk yang dari 5 g/s dan sudut diam kurang dari sferis dan berwarna putih dan hanya ada 40°. perbedaan bau saja.

Tabel 2. Hasil evaluasi sferoid Lansoprazole

Bentuk Sferis Sferis Sferis Sferis Sferis Organoleptik Warna Putih Putih Putih Putih Putih Bau Netral Netral Netral Netral Netral Kadar Air (%) 1,94±0.58 1,99±0.24 2,15±0.19 2,36±0.18 2,84±0.27 Laju alir (g/s) 7,56±0.26 8,30±0.13 6,81±0.18 5,95±0.21 8,45±0.04 Sudut istirahat (°) 33,05±0.55 32,13±0.56 34,89±0.54 37,16±0.58 28,66±0.36 Perolehan kembali (%) 89,12 90,6 93,96 96,32 97,43 Mesh 7,20±0.22 10,09±0.35 13,16±0.41 30,12±0.28 31,06±0.55 18 Jumlah sferoid(%) Mesh 18,31±0.34 22,99±0.53 31,14±0.32 31,63±0.21 37,29±0.45 20 Penjeratan zat aktif 88,31±0.21 90,21±0.36 92,60±0.41 93,91±0.20 96,17±0.21

129

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Tabel 3. Data evaluasi mikrokapsul salut enteric asetosal

Formula F1 F2 F3 Sferis, Sferis, Sferis, Bentuk halus halus halus Uji Putih Putih Putih Warna Organoleptik Merata Merata Merata Sedikit Sedikit Sedikit Bau asam asam asam Kadar Air (%) 2,97 2,94 2,9 bahwa adanya perbedaan kandungan Hasil pengamatan mikrokapsul kadar air yang cukup signifikan antara asetosal (Tabel 3) secara organoleptik F1 dengan F2 dan F3. Akibat adanya maka dapat disimpulkan bahwa proses polimerisasi/ penyalutan membuat penyalutan tidak dapat menutup bau kenaikan bobot yang cukup bervariatif. asam secara sempurna. Adanya Teori juga mengatakan kalau semakin plastisizer yang terkandung dalam besar kenaikan bobot maka semakin larutan penyalut membuat bentuk besar pula proteksinya karena semakin partikel menjadi lebih halus. Fungsi dari banyak pula polimer yang digunakan. plastisizer yaitu untuk membuat Hasil uji (Tabel 5) disolusi permukaan partikel tampak halus dan asetosal dilakukan pada 2 media, media mengkilap serta berfungsi sebagai asam digunakan untuk melihat proteksi peningkat proteksi salut enterik. polimer terhadap suasana asam lambung Kandungan kadar air pada mikrokapsul dan media basa digunakan untuk didasarkan pada penggunaan aquadest melihat pelepasannya. Formula uji untuk setiap formula, urutan dibandingkan dengan Casprin® penggunaan aquadest terbanyak yaitu (kelompok positif) yang merupakan F1>F2>F3 sehingga akan sediaan mikrokapsul salut enterik mempengaruhi kadar air mikrokapsul. asetosal yang beredar dipasaran dan Hasil pengujian mikrokapsul mikrokapsul tanpa penyalutan Lanzoprazole (Tabel 4) menunjukan (kelompok negatif). Tabel 4. Hasil evaluasi mikrokapsul Lansoprazole

Evaluasi F1 F2 F3 Sferis Sferis Sferis Bentuk halus halus halus Putih Putih Putih Organoleptik Warna merata merata merata Sedikit Sedikit Sedikit Bau asam asam asam Kadar Air (%) 2,88±0.02 2,94±0.06 2,97±0.17

130

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Kenaikan bobot (%) 6,25 9,09 7,97 Data disolusi asetosal pada media Acryl-eze® mempunyai kelarutan pada asam menunjukan bahwa setiap pH 5,5 dan tahan terhadap larutan asam kelompok memiliki perbedaan profil oleh karena itu cocok digunakan disolusi media asam formula penyalut sebagai penyalut enterik. Data disolusi Acryl-eze® mikrokapsul salut enterik yang dilakukan pada media asam asetosal terhadap kontrol negatif. Hal menunjukan hasil bahwa formula 2 ini menunjukan bahwa penggunaan yang mendekati subset kontrol positif. penyalut pada formula mikrokapsul Hal ini dikarenakan pada formula 2 menambah proteksi mikrokapsul terkandung 20% konsentrasi padatan terhadap media asam. Kelompok yang yang dimana merupakan konsentrasi memasuki kriteria penerimaan hanyalah optimal Acryl- eze® sebagai penyalut kelompok positif, F2 dan F3 dengan enterik. nilai Q120<10%. Zat aktif yang terlarut

Tabel 5. Data disolusi asetosal dan asam salisilat pada media asam

Waktu (menit) 120 120 Kelompok Asam Asetosal salisilat Negatif 25,37 4,7 Positif -13,09 -4,53 F1 11,1 2,55 F2 6,38 1,13 F3 8,72 2,29

Selanjutnya uji disolusi pada terkontrol. Pada profil disolusi menit ke media basa. Kelompok dengan nilai Q 90 asetosal yang dilepas belum pada konsentrasi maksimal ditandai dengan terbesar secara berurutan yaitu kelompok negatif, formula 1, formula 3 masih terdapatnya mikrokapsul pada dan formula 2. Ditandai dengan tidak keranjang disolusi. Hal ini adanya lonjakan peningkatan yang kemungkinan disebabkan oleh signifikan maka dapat dikatakan profil penggunaan avicel sebagai pengikat disolusi pada media basa ini akan terus yang sangat kuat. meningkat secara terkontrol. Hal ini Ada banyak hal yang dimungkinan dikarenakan penggunaan mempengaruhi pelepasan zat aktif. Pada Acryl-eze® sebagai polimer penyalut penelitian ini, kemungkinan dipengaruhi yang berisikan eudragit memiliki oleh avicel sebagai pengikat yang pelepasan erosi dan memiliki pelepasan konsentrasinya terlalu besar (75%)

131

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

karena avicel mempunyai kemampuan enterik. Faktor lain adalah peningkatan untuk bersatu dan tidak mau pecah itu bobot. Weight gain pada penelitian ini tinggi. Hal lainnya dipengaruhi juga 9%, konsentrasi ini memasuki rentang oleh konsentrasi padatan larutan (7- 12%), Semakin besar kenaikan penyalut. F1 (15%) menghasilkan nilai bobot maka semakin besar proteksinya Q tertinggi pada menit ke 90 karena semakin banyak pula polimer dibandingkan ketiga formulasi uji. F1 yang digunakan. Pelepasan zat aktif mengandung 15% padatan sehingga juga dipengaruhi oleh bentuk dan kemampuan proteksi nya lebih lemah ukuran, luas permukaan yang lebih dibanding F2. Formula selanjutnya besar dari dosis yang sama dari luas adalah F3, F3 mengandung konsentrasi permukaan yang kecil pastinya padatan paling tingi yaitu 25%, pelepasan obat akan lebih cepat. (Scala- seharusnya ini membuat semakin lama bertola et al., 2009) lepas akan tetapi tidak. Hal ini mungkin Asetosal cenderung berbau asam disebabkan oleh jumlah aquadest yang karena asetosal rentan terhidrolisis sedikit yang menyebabkan hasil menjadi produk awalnya yaitu asam penyalutan kurang optimal karena salisilat. Asam salisilat diketaui dapat semakin tinggi viskositas larutan menimbulkan keracunan atau penyalut maka kemungkinan untuk mengiritasi jika tertelan, terhirup atau membentuk hasil orange peel semakin kontak dengan tubuh. Hasil yang besar yang mengakibatkan hasil kurang didapatkan menunjukan kelompok yang optimal serta menyebabkan padatan paling besar kandungan asam tersisa pada alat dan menyebabkan salisilatnya adalah kelompok negatif, penyalutan tidak optimal. Formula akhir hal ini dikarenakan kontrol negatif yang yang sulit release adalah F2, F2 merupakan sferoid tanpa disalut yang menandung 20% padatan, konsentrasi tidak memiliki polimer sebagai proteksi ini disebutkan merupakan konsentrasi dari media asam. optimum Acryl-eze® untuk penyalutan

132

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Gambar 3. Profil disolusi asetosal pada media dapar fosfat pH 6,8

Data disolusi asam salisilat dalam asetosal tidak mudah terhidrolisa media basa terdapat perbedaan profil menjadi asam salisilat. disolusi asam salisilat media asam Data disolusi asam salisilat pada formula penyalut Acryl-eze®93O media asam didapatkan hasil bahwa mikrokapsul salut enterik asetosal formula 2 yang mendekati subset terhadap kontrol negatif yang kontrol positif. Hal ini dikarenakan pada menunjukan bahwa penggunaan formula 2 terkandung 20% konsentrasi penyalut pada formula mikrokapsul padatan yang dimana menurut literatur dapat menambah proteksi mikrokapsul merupakan konsentrasi optimal Acryl- terhadap media asam sehingga asam eze®93O sebagai penyalut enterik.

Gambar 4. Profil disolusi asam salisilat pada media dapar fosfat pH 6,8

Hasil pengujian terhadap profil mempunyai hasil yang paling mendekati disolusi lansoprazol pada media asam kontrol positif. menunjukan adanya perbedaan profil Laju disolusi lansoprazol pada disolusi mikrokapsul salut enterik media dapar menunjukan adanya lansoprazol menggunakan penyalut perbedaan profil disolusi mikrokapsul Acryl-eze & Sureteric, dengan metode salut enterik lansoprazol menggunakan ekstrusi dan sferonisasi pada semua penyalut Acryl-eze dan Sureteric, kelompok uji. Semua kelompok berbeda dengan metode ekstrusi dan sferonisasi sangat signifikan kecuali F1 berbeda pada semua kelompok uji. tidak signifikan dengan F2, dan F3. F2 merupakan formula terbaik karena

133

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Gambar 5. Profil disolusi mikrokapsul lansoprazol salut enterik dalam media asam

Dari ketiga formula F1 (15%) enteric, namun termasuk formula akhir yang memiliki nilai Q tertinggi pada yang sulit release. Faktor lain adalah menit ke 90. F1 mengandung 15% peningkatan bobot Weight gain pada padatan sehingga kemampuan proteksi penelitian ini 9%. Semakin besar nya lebih lemah dibanding F2. kenaikan bobot semakin besar Kemudian F3, mengandung konsentrasi proteksinya karena semakin banyak padatan paling tinggi yaitu 25%, pula polimer yang digunakan. Profil sehingga semakin lama untuk terjadinya hasil uji disolusi mikrokapsul pelepasan zat aktifnya. Ini terjadi akibat lansoprazol dalam suasana asam, pada penambahan akuades yang sedikit gambar berikut sesuai dengan menyebabkan hasil penyalutan kurang monografi Farmakope, bahwa pada optimal. F2 menandung 20% padatan menit ke 60 tidak lebih dari 10% yang merupakan konsentrasi optimum lansoprazol yang dilepaskan. Acryl-eze & Sureteric untuk penyalutan

134

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Gambar 6. Profil disolusi mikrokapsul lansoprazol salut enterik dalam media dapar

Dari seluruh evaluasi, dan hasil uji evaluasi formulasi mikrokapsul salut disolusi mikrokapsul lansoprazol dalam enterik lansoprazole sistem pelepasan suasana dapar pada menit ke 60 untuk delayed release sudah memenuhi F1 dan F2 nilai Q tidak kurang dari 80% persyaratan pada monografi dan hasil Lansoprazole yang dilepaskan. pengujian profil disolusi, kecuali untuk Pelepasan zat aktif setelah menit ke 60, F3 pada suasana dapar. Maka dapat untuk ketiga formula umumnya dapat dikatakan bahwa Acryl-eze dan dipertahankan sampai menit ke 135, hal Sureterik telah berhasil dan dapat ini menunjukkan bahwa polimer digunakan sebagai penyalut enterik. penyalut Acryl-eze dan Sureterik bekerja dengan baik. UCAPAN TERIMAKASIH Kami ucapkan terimakasih kepada Universitas Bhakti Kencana atas SIMPULAN terlaksananya penelitian ini. Dapat ditarik kesimpulan bahwa mikroenkapsulasi dapat dimodifikasi DAFTAR PUSTAKA bersama metode ekstrusi-sferonisasi dalam menghasilkan mikrokapsul yang Bajaj, P. R. et al. (2010) ‘Studies on dapat diterapkan pada zat aktif asetosal viability of Lactobacillus dan lansoprazole. Dari hasil evaluasi fermentum by microencapsulation formulasi mikrokapsul salut enterik using extrusion spheronization’, asetosal belum menghasilkan pelepasan Food Biotechnology, 24(2), pp. sistem delayed release yang sesuai 150–164. doi: dengan persyaratan monografi dan 10.1080/08905436.2010.482010. pengujian profil disolusi belum menunjukan tahap eliminasi. Dari hasil Cole, E. T. et al. (2002) ‘Enteric coated

135

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

HPMC capsules designed to Kesehatan Nasional’, Pharmauho: achieve intestinal targeting’, Jurnal Farmasi, Sains, dan International Journal of Kesehatan, 5(2). doi: Pharmaceutics, 231(1), pp. 83– 10.33772/pharmauho.v5i2.10169. 95. doi: 10.1016/S0378- 5173(01)00871-7. Santoso, R., Ziska, R. and Putra, A. D. (2019) ‘FORMULASI DAN El-Mahdi, I. M. and El-Shhibia, S. A. EVALUASI MIKROKAPSUL (2017) ‘Effect of spheronizer SALUT ENTERIK ASETOSAL plate design on the spheronization MENGGUNAKAN PENYALUT of ketoprofen’, Future Journal of ACRYLEZE® 93O DENGAN Pharmaceutical Sciences. Elsevier METODE EKSTRUSI DAN Ltd, 3(2), pp. 153–157. doi: SFERONISASI’, Jurnal Ilmiah 10.1016/j.fjps.2017.05.004. Farmacy, 6(1), pp. 27–43. doi: 10.5281/zenodo.1477753. Gangurde, A. et al. (2015) ‘Modified extrusion-spheronization as a Scala-bertola, J. et al. (2009) ‘Pellets technique of microencapsulation for oral administration of low- for stabilization of choline molecular-weight heparin’, bitartrate using hydrogenated soya 35(May), pp. 1503–1510. doi: bean oil’, International Journal of 10.3109/03639040903037207. Pharmaceutical Investigation, 5(4), p. 275. doi: 10.4103/2230- Sudke, S. G., Sakarakar, D. M. and 973x.167696. Sudke, S. G. (2013) ‘Design and Characterization of Enteric Ravetti, S. et al. (2016) ‘Challenges in Coated Pellets of Aspirin Using Protein Formulation Focused on Hot-Melt Coating Technique’, Extrusion-Spheronization International Journal of Pharma Process’, 5(3), pp. 29–38. Research & Review, 2(3), pp. 1– 10. Santoso, R., Ziska, R. and Muzdalifah, D. (2019) ‘Formulasi dan Evaluasi Mikrokapsul Salut Enterik Lansoprazol Menggunakan Acryl-Eze® & Sureteric dengan Metode Ekstrusi dan Sferonisasi pada Era Jaminan

136

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK METANOL BUAH KETUMBAR (Coriandrum sativum Linn) TERHADAP ARTEMIA SALINA LEACH DENGAN UJI BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

1 2 3 Mega Yulia , Rani Anggraini , Farizal

1,2,3 Akademi Farmasi Imam Bonjol

Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Buah ketumbar merupakan tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Salah satu manfaat yang diharapkan oleh masyarakat dari buah ketumbar adalah sebagai obat anti kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak buah ketumbar (Coriandrum sativum Linn) terhadap larva udang (Artemia salina Leach) dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Buah ketumbar diekstrak dengan menggunakan pelarut metanol dan metoda maserasi kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental. Pengujian aktivitas sitotoksik menggunakan ekstrak metanol dengan konsentrasi larutan uji 1.000 ppm, 100 ppm, 10 ppm dan 1 ppm. Dari uji aktivitas sitotoksik dapat diketahui bahwa ekstrak metanol buah ketumbar memiliki aktivitas sitotoksik dengan nilai LC50 sebesar 32,35 ppm.

Kata kunci : Ketumbar, Coriandrum sativum, Sitotoksik, BSLT

137

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

CYTOTOXIC ACTIVITIES OFMETHANOL EXTRACT OF CORIANDER (Coriandrum sativum Linn) FRUITS USING BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

ABSTRACT

Coriander is a common herb can be used as traditional medicine. One of the expected benefits of Coriander fruits is an anti-cancer. This study aims to determine the cytotoxic activity of Coriander extract (Coriandrum sativum Linn) on shrimp larvae (Artemia salina Leach) with the BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method. Coriander fruits was extracted using methanol solvent and maceration method, then concentrated it with a rotary evaporator until a thick extract. Cytotoxic activity test used methanol extract with several concentration : 1,000 ppm, 100 ppm, 10 ppm, and 1 ppm. The result of this research reveal that methanol extract of Coriander fruits has cytotoxic

activity with LC50 value is 32.35 ppm.

Keywords : Coriander, Coriandrum sativum, Cytotoxic, BSLT

PENDAHULUAN Penggunaan tanaman obat sudah Kanker merupakan penyakit dikenal sejak lama oleh masyarakat yang tidak diketahui penyebabnya dunia, termasuk Indonesia (Suparni & secara pasti, tetapi dipengaruhi oleh Wulandari, 2012). Dari 30.000 spesies banyak faktor seperti merokok atau tumbuhan yang ada, lebih kurang 1.260 terkena paparan asap rokok, spesies dapat dimanfaatkan sebagai mengkonsumsi alkohol, obesitas, diet obat, salah satunya sebagai obat kanker tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan (Mangan, 2010). Pengobatan kanker infeksi (Sudiana, 2008). Pengobatan yang relatif mahal dan adanya efek terhadap kanker dapat dilakukan samping yang merugikan dari obat-obat melalui operasi, radiasi, atau dengan kimia menyebabkan masyarakat mulai mencari pengobatan alternatif dengan memberikan kemoterapi (Majeed W, 2014). Minat terhadap penggunaan obat obat-obatan tradisional, termasuk tradisional khususnya untuk penyakit tumbuh-tumbuhan yang memungkinkan kanker akhir-akhir ini cenderung untuk mendapatkan kesembuhan. WHO

meningkat. Kecenderungan tersebut (World Health Organization) kemungkinan disebabkan adanya merekomendasikan penggunaan obat kekhawatiran akan efek samping yang tradisional termasuk herbal dalam ditimbulkan oleh obat-obatan modern pemeliharaan kesehatan masyarakat, dan juga dengan alasan obat tradisional pencegahan dan pengobatan penyakit, mudah didapat dan harganya murah terutama untuk penyakit kronis, (Sudewo, 2012). penyakit degeneratif dan kanker (Faridah, 2012).

138

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Ketumbar (Coriandrum sativum B. Cara Kerja L.) merupakan salah satu tanaman yang 1. Pengambilan sampel dimanfaatkan sebagai obat oleh Sampel yang digunakan adalah masyarakat.Ketumbar secara tradisional buah ketumbar (Coriandrum sativum telah digunakan sebagai stimulan, Linn) yang dibeli di pasar Baso

karminatif, antispasmodik, diuretik dan Kabupaten Agam sebanyak 150 gram. anti-rematik, antiemetik juga berpotensi 2. Proses ekstraksi sebagai antioksidan. Selain itu secara Ekstraksi dilakukan dengan invitro bersifat antibakteri dan anti metoda maserasi dimana buah ketumbar jamur. Skrining fitokimia ketumbar yang telah ditumbuk timbang sebanyak diketahui mengandung karbohidrat, 100 gram, kemudian masukkan ke protein, senyawa fenolik, tanin, dan dalam botol maserasi berwarna gelap, flavonoid (Melo et al, 2004; Rajeswari tambahkan metanol sampai buah

& Bondada, 2011; Tianandari & ketumbar terendam. Perendaman Rasidah, 2017). dilakukan selama 3 hari sambil diaduk sesekali guna mempercepat proses METODE PENELITIAN pelarutan komponen kimia yang A. Alat dan Bahan terdapat dalam sampel. Ekstraksi 1. Alat dilakukan sebanyak 2 x pengulangan Alat yang digunakan pada dengan perlakuan yang sama. Sampel penelitian ini adalah lumpang, stamfer, yang direndam dengan pelarut tadi pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung disaring dengan menggunakan kertas reaksi, plat tetes, penjepit tabung reaksi, saringan untuk mendapatkan maserat lampu spritus, korek api, pisau, papan murni yang tidak ada pengotornya. landasan, timbangan, botol gelap, gelas Kemudian ekstrak dipekatkan dengan piala 500 ml, erlemeyer, corong, batang menggunakan rotary evaporator. pengaduk, satu set alat rotary 3. Uji Skrining fitokimia evaporator, vial, timbangan analitik, a. Alkaloid desikator, aquarium, aerator, lampu 5 Sebanyak 2 gram sampel ditumbuk, watt. gerus dalam lumpang dengan 2. Bahan menambahkan sedikit pasir steril, Bahan yang digunakan H2SO4 tambahkan 10 ml kloroform dan 5 tetes 2N, serbuk logam Mg, HCl pekat, amoniak, gerus kembali. Larutan anhidrat asetat, FeCl , pereaksi Mayer, 3 disaring kedalam tabung reaksi dan pereaksi Liebermann-Burchard, filtrat ditambahkan asam sulfat 2N pereaksi Dragendorff, kloroform, sebanyak 10 tetes. Filtrat dikocok amoniak, metanol, kapas, kertas saring, dengan teratur kemudian dibiarkan air laut, buah ketumbar, aluminium foil, beberapa lama sampai terbentuk dua Dimetil Sulfoksida (DMSO). lapisan. Lapisan asam dipindahkan Sedangkan hewan uji yang digunakan diatas plat tetes sebanyak 6 tetes. Tiga adalah larva udang (Artemia salina tetes awal sebagai pembanding, Leach). sedangkan tiga tetes berikutnya masing-

139

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

masing ditetesi pereaksi mayer dan 4. Penetasan telur Artemia salina wagner. Adanya alkaloid ditandai Leach dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi mayer dan wagner. Siapkan wadah untuk penetasan telur udang. Wadah yang digunakan dibagi

b. Steroid dan Terpenoid menjadi dua bagian, bagian gelap dan terang kemudian dimasukkan air laut. Lapisan kloroform pada pengujian alkaloid disaring menggunakan norit, Satu ruang dalam wadah tersebut diberi lalu pindahkan kedalam tabung reaksi. penerangan dengan cahaya lampu untuk Teteskan pada plat tetes dan dibiarkan membantu proses penetasan, sedangkan ruangan sebelahnya ditutup dengan mengering. Setelah mengering aluminium atau lakban hitam. Lalu telur ditambahkan asam asetat anhidratdan Artemia salina Leach direndam pada asam sulfat pekat. Terbentuk warna bagian yang gelap, dan biarkan selama merah menunjukkan positif terpenoid, 24 jam. sedangkan warna biru menunjukkan

positif steroid. 5. Pembuatan larutan uji dan c. Flavonoid pengujian sitotoksik Sebanyak 2 gram sampel yang telah ditumbuh masukkan kedalam tabung Larutan uji dibuat dengan konsentrasi reaksi, lalu tambahkan 5 ml etanol dan 1000, 100, 10 dan 1 ppm. Pembuatan dipanaskan selama lima menit. Teteskan konsentrasi diawali dengan membuat pada plat tetes sebanyak 2 tetes, tetes larutan induk dengan konsentrasi 10.000 pertama ditambah beberapa tetes HCl ppm sebanyak 10 ml dengan cara pekat dan 0,2 gram serbuk Mg. Hasil menimbang 100 mg ekstrak kemudian positif ditunjukkan dengan timbulnya dilarutkan dengan metanol ad 10 ml. Kemudian dilakukan warna merah tua dalam waktu 3 menit. pengenceran bertingkat sehingga Sedangkan tetes kedua untuk pemeriksaan fenolik dengan didapatkan konsentrasi 1000, 100, 10 dan 1 ppm. Untuk larutan kontrol menambahkan FeCl3. Dimana warna biru atau biru ungu memberikan digunakan metanol 1 ml dimasukan dalam vial dan diberi label kontrol. indikasi positif fenolik. Kemudian semua vial larutan uji dan d. Saponin Pemeriksaan saponin dapat dilakukan kontrol dimasukan ke dalam oven dengan larutan sisapemanasan pada dengan suhu 60°C selama 2 jam atau pemeriksaan flavonoid sebelumnya, hingga ekstrak kering.Keluarkan larutan masukkan ke tabung reaksi dan dikocok uji dan kontrol setelah kering (± 2 jam) beberapa saat dan bila terbentuk busa dioven. Kemudian tambahkan 2 tetes permanen lebih kurang 5 menit, maka Dimethil Sulfoxid (DMSO) ke dalam positif mengandung saponin (Anonim, masing-masing vial aduk ad homogen, 1977). tambahkan tiap-tiap vial ± 4 ml air laut, dan masukan 10 ekor larva udang

Artemia salina Leach yang berumur 24

140

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

jam ke dalam vial dan tambahkan air 24 jam dalam tiap vial dan hitung nilai laut ad 10 ml. Vial-vial tersebut LC50 dengan menggunakan metode diletakan dibawah penerangan selama Farmakope Indonesia. Semua larutan uji 24 jam.Amati jumlah larva udang dibuat rangkap 3 (tiga). Artemia salina Leach yang mati setelah

Ekstrak kental 100 mg + metanol ad 10 ml Larutan induk 10.000 ppm

1000 ppm 1 ml + 1 ml 1 ml 1ml metanol ad 10

100 ppm 1 ml + 1 ml 1 ml 1 ml

metanol ad 10

10 ppm 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml +

metanol ad 10

1 ppm

1 ml 1 ml 1 ml 1 ml +

metanol ad 10

Oven 2 jam suhu 60 - - + DMSO 2 tetes 3 vial untuk kontrol + 1 ml pelarut - + air laut 4 ml - + larva udang 10 ekor - + air laut ad 10 ml

Amati setelah 24 jam

Gambar 1. Skema Kerja Pembuatan Konsentrasi dan Pengujian Aktivitas Sitotoksik Ekstrak metanol buah ketumbar (Coriandrum Sativum Linn)

141

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

6. Pengolahan data sehingga dapat berguna sebagai Perhitungan LC50dengan jumlah hewan pengawet (Syamsuni, 2007). Sampel yang mati dibandingkan terhadap direndam dalam wadah botol gelap jumlah total hewan uji. Rumus yang untuk melindungi senyawa yang dapat digunakan adalah rumus Pehitungan rusak oleh cahaya (Djamal, 2010).

LC50 berdasarkan Farmakope Indonesia Maserat dipekatkan dengan Edisi III, yaitu : menggunakan rotary evaporator. M=a-b(Ʃpi-0,5) Prinsip alat ini pemisahan menggunakan panas, putaran, dan tekanan yang lebih HASIL DAN PEMBAHASAN rendah sehingga memungkinkan pelarut Dari 100 mg buah ketumbar yang mendidih pada titik didih yang lebih diekstrak menggunakan pelarut metanol rendah, penguapan yang lebih cepat dan dengan metoda maserasi dan zat yang terkandung didalam pelarut dikentalkan dengan rotary evaporator tidak rusak oleh suhu tinggi (Anonim, didapatkan berat ekstrak kental buah 2008). ketumbar sebesar 3,73 gram.Metode Uji skrining fitokimia maserasi dipilih karena alat dan cara menunjukan hasil bahwa buah yang digunakan sangat sederhana, dapat ketumbar mengandung senyawa digunakan untuk sampel yang tahan terhadap pemanasan maupun tidak alkaloid, terpenoid, dan saponin. Hal ini tahan pemanasan. Pelarut yang sesuai dengan yang dilakukan review penelitian sebelumnya dimana buah digunakan untuk maserasi adalah ketumbar mengandung senyawa metanol karena pelarut ini bersifat universal, dan juga dapat menghalangi alkaloid, terpenoid dan steroid (Al- pertumbuhan sebagian besar bakteri Snafi, 2016).

Tabel 1. Uji skrining Fitokimia dari buah ketumbar (Coriandrum Sativum Linn)

Kandungan senyawa Pereaksi Hasil

Alkaloid Mayer +

Saponin Asam klorida +

Flavonoid Asam klorida, serbuk - magnesium

Fenolik FeCl3 -

Terpenoid Anhidrat asetat +

Steroid Anhidrat asetat -

142

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Untuk pengujian sitotoksik atau masing-masing larutan uji dikeluarkan dari dalam oven dan ditambahkan 2 LC50 digunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metode ini tetes DMSO dan diaduk. Penambahan digunakan karena mudah dan cepat, DMSO bertujuan untuk menambah juga karena perkembangan larva mirip kelarutan ekstrak dan tidak bersifat dengan perkembangan sel kanker yang toksik.Kemudian amati dan hitung larva cepat dan merupakan salah satu metode udang yang mati setelah 24 jam uji toksisitas yang banyak digunakan penyimpanan dibawah penerangan.Pada dalam penelusuran senyawa bioaktif pengujian ini juga dilakukan pengujian menggunakan larutan kontrol yang tidak yang bersifat toksik dari bahan alam. Metode ini menggunakan larva udang ditambahkan dengan ekstrak. Tujuannya Artemia salina Leach sebagai hewan uji untuk memastikan kematian pada (Radji, 2008). Penetasan larva udang hewan uji disebabkan oleh ekstrak yang dilakukan dengan cara merendam telur diberikan, bukan karena pelarut, air laut udang dengan air laut didalam aquarium ataupun DMSO.

dan dilengkapi dengan aerator dan Dari pengujian LC didapatkan lampu 5 watt. Penggunaan aerator untuk 50 memberikan oksigen dari gelembung hasil bahwa dari 10 ekor hewan udara yang dihasilkan, sedangkan percobaan pada kontrol memiliki rata- penggunaan lampu 5 watt sebagai rata kematian 0 ekor hewan percobaan. sumber cahaya yang akan dicari oleh Hal ini menunjukan bahwa larutan larva udang yang telah menetas. kontrol tidak memberikan efek kematian terhadap larva udang. Konsentrasi yang digunakan Kematian untuk larutan uji 1.000 ppm dalam pengujian LC50 adalah 1.000 memiliki rata-rata kematian 10 ekor ppm, 100 ppm, 10 ppm dan 1 ppm. hewan uji, pada larutan uji 100 ppm Semua larutan uji yang telah dibuat memiliki rata-rata kematian 7,3 hewan dimasukkan kedalam oven selama 2 jam uji, pada larutan uji 10 ppm memiliki o pada suhu 60 C, larutan uji tersebut rata-rata kematian 2,3 hewan uji, pada dimasukkan kedalam oven untuk larutan uji 1 ppm memiliki rata-rata menguapkan metanol sehingga yang kematian 0,3 hewan uji. tinggal hanya ekstrak kental. Setelah itu

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Ketumbar

Konsentrasi Ekstrak Jumlah Hewan Total Kematian Rata- Daun Sirsak Hewan Uji rata Awal Mati

10 0 Kontrol 10 0 0 0 10 0

143

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

10 10 1000 ppm (10 ml) 10 10 30 10 10 10 10 7 100 ppm (10 ml) 10 6 22 7,3 10 9 10 2 10 ppm (10 ml) 10 3 7 2,3 10 2 10 0 1 ppm (10 ml) 10 1 1 0,3 10 0

Dari pengujian tersebut, data hasil penelitian Rampe tahun 2015 diolah menggunakan rumus penentuan tentang aktivitas toksik dari jantung LC50 yang ada di Farmakope Indonesia Pisang Kepok dengan metode BSLT dapat diketahui bahwa ekstrak metanol terhadap larva udang Artemia salina buah ketumbar memberikan aktivitas memberikan nilai LC50 sebesar 806 sitotoksik dengan LC50 sebesar 32,35 ppm (Rampe & Joke, 2015). Daun ppm. Hal ini juga sebanding dengan Breynia cernua atau katuk hitam yang penelitian sebelumnya menggunakan mengandung senyawa alkaloid, pelarut etanol, diketahui bahwa ekstrak flavonoid, terpenoid dan tanin juga etanol buah ketumbar memberikan memiliki aktivitas sitotoksik dimana ekstrak etanol 96% yang diujikan aktivitas sitotoksik dengan LC50 sebesar 40,548 ppm (Tianandari & dengan metode BSLT memiliki nilai Rasidah, 2017) . Dari data diatas dapat LC50 sebesar 255,87 ppm (Dirgantara, disimpulkan bahwa nilai tersebut 2018). Ekstrak metanol daun soyogik menunjukkan adanya aktivitas yang mengandung senyawa flavonoid, sitotoksik karena ekstrak dinyatakan fenolik dan tanin juga memiliki aktivitas

aktif apabila memiliki nilai LC50 lebih sitotoksik dengan nilai LC50 sebesar kecil dari 1000 μg/ml (Harmita & Radji, 2,82 ppm untuk ekstrak etanol dan 2008). Dari hasil penelitian ekstrak 12,59 untuk ekstrak etil asetat (Mojo, etanol buah ketumbar ini memiliki 2016).

kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid dan saponin. Berdasarkan studi literatur, senyawa SIMPULAN metabolit sekunder alkaloid, flavonoid Dari hasil uji Brine Shrimp dan saponin yang dihasilkan dari Lethality Test terhadap ekstrak metanol beberapa tanaman mempunyai peranan buah ketumbar (Coriandrumsativum signifikan dalam menghambat aktivitas Linn) menunjukkan adanya aktivitas protein, enzim dan persinyalan sel dari sitotoksik dengan nilai LC50 sebesar sel kanker (Iqbal J, et al., 2017). Seperti 32,35 ppm. Dari hasil penelitian ini

144

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

buah ketumbar mempunyai efek BSLT. Skripsi, Universitas sitotoksik dengan harga LC50 < 1000 Muhammadiyah Malang. ppm. Harmita & Radji M.(2008). Analisi UCAPAN TERIMAKASIH hayati. Jakarta: Buku

Terimakasih kami ucapkan kepada Kedokteran EGC.

institusi kami tercinta Akademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi atas Iqbal J, Banzeer AA, Tariq M et al. terlaksananya penelitian ini. (2017). Plant-derived anticancer agents : A green anticancer approach. Asian DAFTAR PUSTAKA Pacific Journal of Tropical

Al-Snafi, A.E. (2016). A review of Biomedicine, 7(12): 1129- chemical constituens and 1150. pharmacological activities of Coriandrum Sativum. IOSR Majeed W, Bilal A, Ijaz Javed et al. Journal Of Pharmacy, 6(7), (2014). Breast cancer major 17-42. risk factors and recent

development intreatment. Anonim. (2008). Parameter standar Asian Pacific Journal of umum ekstrak tumbuhan obat, Cancer Prevention, 15, 3353- Cetakan 1. Departemen 3358. Kesehatan RI, Jakarta. Mangan, Yellia.(2010). Sehat mencegah Dirgantara S, Rosye HRT, Hendra KM, dan mengatasi kanker. Jakarta, Edy M. (2018). Cytotoxic Penerbit: Agromediapustaka. activity and phytochemical analysis of breynia cernua from Melo E A, Jorge MF & Nonete BG. Papua. Indonesian Journal of (2004). Characterization of Pharmaceutical Science and antioxidant compounds in Technology, 1(1), 31-36. aqueous coriander extract (Coriandrum Sativum L.). Djamal, R. (2010). Kimia bahan alam : Elsevier, Swiss Society Food prinsip-prinsip dasar isolasi Science and Technology, 38, dan identifikasi.Universitas 15-19. Baiturrahma, Padang. Mojo T, Jemmy A, Max RJR. (2016). Faridah, I. (2012).Uji praskrinning Kajian toksisitas dari fraksi aktivitas antikanker daun heksana, etil asetat, dan etanol

kembang bokor (Hydragea daun soyogik (Sauraia mamophylla) dengan metode bracteosa DC). Jurnal MIPA

UNSRAT online, 5(1), 40-43.

145

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Rajeshwari U & Bondada A. (2011). Syamsuni H.A. (2007). Ilmu galenica. Medicinal benefit of coriander EGC, Jakarta. (Coriander Sativum L). Saptula DD,1(1), 51-58. Sudewo B.(2012). Basmi kanker dengan herbal.Jakarta : Visimedia. Rampe MJ & Joke LT. (2015).

Pengujian fitokimia dan Sudiana I K.(2008). Patologi molekul toksisitas ekstrak etanol kanker. Jakarta: Salemba jantung pisang kepok (Musa Medika. paradisiaca LINN.) dengan metode Brine Shrimp Lethality Tianandari F& Rasidah R. (2017).Uji Test (BSLT). Jurnal Sainsmat, stitotoksik ekstrak etanol buah 136-147. ketumbar (Coriandrum Sativum Linn) terhadap artemia Suparni & Wulandari. (2012). 1001 salina leach dengan metode

Ramuan tradisional asli BSLT. Action: Aceh Nutrition Indonesia.Rapha Publishing, Journal, 2(2), 86-90. Yogyakarta.

146 JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

PENETAPAN RENDEMEN EKSTRAK DAUN JAMBU MAWAR (Syzygium jambos L. Alston) BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI ETANOL DENGAN METODE MASERASI

Eka Siswanto Syamsul1, Olanda Anugerah2, Risa Supriningrum3

1,2,3 STIKES Samarinda

Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Syzygium jambos (jambu mawar) merupakan tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi etanol terhadap rendemen ekstrak daun jambu mawar dengan metode maserasi. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Tahap penelitian meliputi pengumpulan sampel, determinasi, pembuatan simplisia, ekstraksi secara maserasi dengan variasi konsentrasi etanol, penetapan rendemen, skrining fitokimia dan penetapan susut pengeringan. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa pada etanol 50% ekstrak jambu mawar positif mengandung flavonoid, tanin, saponin dan steroid/terpenoid, etanol 70% dan 90% positif mengandung flavonoid, tanin dan steroid/terpenoid. Rendemen ekstrak etanol jambu mawar 50% (23,01% ± 0,37), etanol 70% (21,96% ± 1,18) dan etanol 90% (16,57% ± 0,38). Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) antara kelompok 90% dengan 50% dan 70%.

Kata kunci: Jambu mawar, Rendemen, Variasi konsentrasi etanol

147

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

DETERMINATION OF MAWAR JAMBU LEAF EXTRACT (Syzygium jambos L. Alston) BASED ON VARIATION OF ETHANOL CONCENTRATION WITH THE MASERATION METHOD

ABSTRACT Syzygium jambos is a medicinal plant. This study aims to determine the effect of variations in ethanol concentration on yield of guava leaf extract by maceration method. The research conducted was experimental research. The research phase includes sample collection, determination, manufacture of simplicia, extraction by maceration with variations in ethanol concentration, determination of yield, phytochemical screening and determination of drying losses. Phytochemical screening results showed that 50% of ethanol extracts of positive rose guava contained flavonoids, tannins, saponins and steroids / terpenoids, 70% ethanol and 90% positives contained flavonoids, tannins and steroids / terpenoids. The yield of rose guava ethanol extract was 50% (23.01% ± 0.37), 70% ethanol (21.96% ± 1.18) and 90% ethanol (16.57% ± 0.38). LSD test results showed a significant difference (p <0.05) between the 90% to 50% and 70% groups.

Keywords: Syzygium jambos, yield, Ethanol concentration

PENDAHULUAN mawar sebesar 2,5 mg/ml, pada biji 1,9 Jambu mawar merupakan salah mg/ml sedangkan pada daun 1,4 mg/ml satu tumbuhan tropis khas Indonesia dalam pelarut aseton (Murugan dkk., yang digunakan sebagai obat tradisional 2011). Ekstrak kulit batang, daun dan yang mengandung senyawa antibakteri. biji jambu mawar memiliki daya Tumbuhan ini sangat jarang ditemukan hambat yang baik dalam menghambat dan belum banyak dikenal oleh pertumbuhan S. Aureus dan E. Coli masyarakat (Mohanty dan Cock, 2010). (Murugan dkk., 2011). Rebusan daun jambu mawar dapat Cairan penyari berpengaruh digunakan untuk mengatasi diare, terhadap kandungan zat aktif dari bahan sebagai ekspektoran dan mengobati yang terekstraksi (Turkmen dkk., 2005). rematik. Jus daun jambu mawar Cairan penyari dalam proses pembuatan digunakan sebagai obat penurun panas, ekstrak diharapkan adalah pelarut yang bubuk daun digunakan untuk baik untuk senyawa kandungan yang menggosok tubuh pasien cacar sebagai berkhasiat atau yang aktif, dengan pemberi efek pendingin (Morton, 1987). demikian senyawa tersebut dapat Daun jambu mawar mengandung terpisahkan dari bahan dan dari beberapa senyawa antibakteri antara senyawa kandungan lainnya, serta lain flavonoid dan tanin (Mamahit dkk., ekstrak hanya mengandung sebagian 2016). Kandungan tanin ditemukan besar senyawa kandungan yang sangat tinggi pada kulit batang jambu diinginkan. Cairan penyari yang dipilih

148

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

harus dapat melarutkan hampir semua pereaksi meyer, serbuk Mg, dan metabolit sekunder yang dikandung. simplisia daun jambu mawar. Faktor utama untuk pertimbangan pada Alat-alat yang digunakan pada pemilihan cairan penyari adalah penelitian ini adalah batang pengaduk, selektivitas, kemudahan bekerja, proses blender, cawan porselen, corong dengan cairan tersebut, ekonomis, buchner, corong gelas, erlenmeyer, ramah lingkungan, dan keamanan gelas kimia, gelas ukur, gunting, (Depkes RI, 2000). kamera, kertas saring, labu ukur, Rendemen suatu ekstrak dapat maserator, neraca analitik, penangas air, dipengaruhi oleh beberapa faktor salah penjepit kayu, pipet tetes, rak tabung, satunya adalah jenis pelarut dan spatel, tabung reaksi, toples dan vacuum konsentrasinya. Penelitian yang pumps dilakukan oleh Wardani dan Leviana . (2010) mengenai perbandingan Tahapan Penelitian rendemen ekstrak daun jambu biji Pengumpulan sampel dengan pelarut etanol 50%, 70%, dan Sampel yang digunakan adalah 90% menggunakan metode maserasi daun tua jambu mawar dan dipanen menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada sore hari di Kelurahan Loa Bakung rendemen yang dihasilkan yaitu Kecamatan Sungai Kunjang Kota 22,07%, 31,87%, dan 25,13%. Samarinda. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi etanol terhadap rendemen Determinasi Tumbuhan ekstrak daun jambu mawar. Determinasi tumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui METODE PENELITIAN kebenaran sampel. Determinasi Penelitian yang dilakukan adalah dilakukan di Laboratorium Anatomi dan penelitian eksperimen. Tahap penelitian Sistematika Tumbuhan Fakultas ini dimulai dengan pengumpulan Matematika dan Ilmu Pengetahuan sampel, determinasi tumbuhan, Alam (F-MIPA) Universitas pembuatan simplisia, ekstraksi, skrining Mulawarman Samarinda. fitokimia, penetapan susut pengeringan dan penetapan rendemen. Pembuatan Simplisia Dilakukan pengumpulan daun Bahan dan Alat jambu mawar sebanyak 5 kg yang Bahan yang digunakan dalam diperoleh di kelurahan Loa Bakung penelitian ini adalah air suling, Kota Samarinda, kemudian dilakukan aluminium foil, amil alkohol, asam sortasi basah untuk memisahkan asetat anhidrat, etanol 50%, etanol 70%, kotoran-kotoran atau bahan asing yang etanol 90%, FeCl3, HCl pekat, HCl 2N, terdapat di simplisia. Daun jambu H2SO4 pekat, n-heksan, pereaksi mawar selanjutnya dicuci dengan air bouchardat, pereaksi dragendorf, mengalir, ditiriskan, ditimbang sebagai berat basah kemudian dirajang,

149

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

dikeringkan dengan cara diangin- anginkan di udara yang terlindungi oleh Uji Alkaloid sinar matahari langsung setelah itu a. Pereaksi Mayer ditimbang sebagai berat kering, Sepuluh tetes ekstrak dimasukkan ke dihaluskan, dan diayak dengan dalam tabung reaksi, lalu pengayak mesh 60. ditambahkan dengan pereaksi mayer sebanyak 2-3 tetes menghasilkan Pembuatan ekstrak endapan putih kekuningan Ditimbang sebanyak 25 gram menunjukkan adanya senyawa serbuk kering daun jambu mawar, alkaloid serbuk simplisia daun jambu mawar b. Pereaksi Bouchardat diekstraksi dalam 250 ml menggunakan Sepuluh tetes ekstrak dimasukkan ke variasi konsentrasi etanol (50%, 70% dalam tabung reaksi, lalu atau 90%) dengan metode maserasi. ditambahkan dengan pereaksi Simplisia di tempatkan dalam wadah bouchardat sebanyak 2-3 tetes kaca sampai seluruh serbuk terendam menghasilkan endapan coklat sampai kemudian diaduk menggunakan mesin hitam menunjukkan adanya senyawa pengaduk selama 3 jam replikasi pada alkaloid masing-masing pelarut dilakukan c. Pereaksi Dragendrof sebanyak tiga kali kemudian disaring Sepuluh tetes ekstrak dimasukkan ke dengan menggunakan corong buchner, dalam tabung reaksi, lalu filtrat yang diperoleh diuapkan diatas ditambahkan dengan pereaksi penangas air sampai kental. dragendrof sebanyak 2-3 tetes menghasilkan endapan jingga sampai Skirining Fitokimia merah coklat menunjukkan adanya Skrining fitokimia dilakukan senyawa alkaloid. Hasil uji positif untuk mengetahui metabolit sekunder bila terbentuk endapan paling sedikit yang terkandung di dalam ekstrak daun dua dari tiga percobaan di atas jambu mawar pada masing-masing (Syamsul dkk, 2016: Lestari dkk, konsentrasi etanol. Metabolit sekunder 2019). yang diuji secara kualitatif meliputi alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan Uji Flavonoid steroid/terpenoid. Sepuluh tetes ekstrak etanol daun Pembuatan larutan ekstrak daun jambu mawar dimasukkan ke dalam jambu mawar, mula-mula ektrak kental tabung reaksi, lalu ditambahkan ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian di sebanyak 2 tetes HCl pekat, lalu larutkan dengan masing-masing dimasukkan serbuk Mg kemudian konsentrasi etanol 50%, 70% dan 90% ditambahkan amil alkohol. Bila terjadi sebanyak 10 ml di dalam labu ukur 100 warna kuning, orange atau merah pada hingga larut sempurna, lalu di lapisan amil alkohol menunjukkan tambahkan dengan air suling hingga adanya flavonoid (Syamsul dkk, 2014) 100 ml.

150

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Tannin 0,5 gram ekstrak daun jambu Sepuluh tetes ekstrak dimasukkan mawar dimaserasi dengan 10 ml n- ke dalam tabung reaksi kemudian heksan selama 2 jam, disaring, filtrat ditambahkan 2 tetes FeCl3 1%. Terjadi diuapkan dan sisanya ditambahkan warna biru atau hijau kehitaman pereaksi asam asetat anhidrat dan asam menunjukkan adanya senyawa tanin. sulfat pekat. Jika terbentuk warna ungu (Syamsul dkk, 2014) atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru kehijauan menunjukkan Uji Saponin adanya steroid/terpenoid (Supomo dkk., Sepuluh tetes ekstrak dimasukkan 2016). ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 ml air panas, Penentuan Kadar Air (Metode didinginkan kemudian dikocok kuat- Gravimetri) kuat selama 10 detik, busa yang stabil Sampel ditimbang sebanyak 1 akan terus terlihat selama 5 menit dan gram di dalam cawan yang telah tidak hilang pada penambahan 1 tetes diketahui beratnya, kemudian larutan HCl 2 N, apabila busa tidak dikeringkan dalam oven suhu 105°C hilang menunjukkan adanya saponin selama 30 menit, setelah itu didinginkan (Supomo dkk., 2016) dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang hingga bobot tetap. Kadar air Uji Steroid/Terpenoid dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% Susut Pengeringan = x 100%

Keterangan : b = Berat sampel (gram) c = Berat cawan + sampel (gram) a = Berat cawan (Depkes RI, 2000)

Perhitungan Rendemen

% Rendemen = (Depkes RI , 2000)

Analisis Data menggunakan metode maserasi. Analisis data yang digunakan (Syamul dan Lestari, 2020) dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan diolah dengan perangkat HASIL DAN PEMBAHASAN SPSS uji One Way Anova dengan Uji Determinasi Tanaman Least Significence Different (LSD) Hasil determinasi di Laboratorium berupa data mengenai rendemen ekstrak Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu daun jambu mawar yang didasarkan Pengetahuan Alam Universitas pada data hasil penelitian masing- Mulawarman Samarinda menyatakan masing konsentrasi etanol dengan bahwa sampel yang digunakan adalah

151

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

daun jambu mawar dari spesies selama 3 jam menggunakan maserator Syzygium jambos (L.) Alston. upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih Ekstraksi Simplisia Daun Jambu cepat di dalam cairan serta tetap terjaga Mawar adanya derajat konsentrasi yang sekecil- Pembuatan ekstrak daun jambu kecilnya antara larutan di dalam sel mawar menggunakan pelarut etanol dengan larutan di luar sel. Ekstrak cair 50%, 70% dan 90% dengan metode yang diperoleh kemudian diuapkan di maserasi karena metode ini atas penangas air hingga diperoleh pengerjaannya sederhana dan mudah ekstrak kental, kemudian dihitung nilai dilakukan. Selama maserasi atau proses rendemennya pada tabel 1 berikut : perendaman dilakukan pengadukan

Tabel 1. Hasil Rendemen Ekstrak Daun Jambu Mawar Konsentrasi Etanol Ekstrak Rendemen Rata-rata (gram) (%) (%) ± SD 50% 5,71 22,84 23,01 ± 0,37 5,69 22,76 5,86 23,44 70% 5,15 20,6 21,96 ± 1,18 5,68 22,72 5,64 22,56 90% 4,16 16,64* 16,57 ± 0,38 4,23 16,92* 4,04 16,16* Keterangan : * Uji LSD berbeda signifikan dengan kelompok lainnya (p<0,05)

Tabel 1 menunjukkan bahwa kepolaran yang berbeda (Syahbirini ekstrak daun jambu mawar konsentrasi dkk, 2005). etanol 50% menghasilkan rendemen Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil lebih banyak dibandingkan konsentrasi uji dari One Way Anova menunjukkan etanol 70% dan 90%. Hal ini perbedaan yang signifikan antar menunjukkan bahwa kandungan kelompok perlakuan (p<0,05). Hasil uji senyawa kimia dalam jambu mawar Post Hoc Test dengan metode LSD relatif mudah larut dalam etanol yang menunjukkan kelompok ekstrak etanol memiliki konsentrasi paling kecil, 90% memiliki perbedaan signifikan dimana pada konsentrasi tersebut dengan etanol 50% dan 70% (p<0,05) terdapat campuran etanol:air 50%:50%. sementara etanol 50% dan 70% tidak Rendemen yang dihasilkan merupakan menunjukkan perbedaan yang jumlah senyawa yang terekstrak oleh signifikan (p>0,05). Berdasarkan uji berbagai macam pelarut dengan tingkat statistik tersebut, maka dapat

152

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

disimpulkan bahwa variasi konsentrasi kelarutan zat aktif dalam cairan penyari etanol berpengaruh terhadap rendemen yang berbeda (Wardani dan Leviana, ekstrak daun jambu mawar. Perbedaan 2010) rendemen ekstrak etanol 50%, 70% dan 90% disebabkan antara lain karena Hasil Skrining Fitokimia perbedaan kemampuan masing-masing Berdasarkan hasil uji yang telah cairan penyari dalam proses ekstraksi dilakukan didapatkan hasil skrining untuk memperoleh zat aktif yang metabolit sekunder berdasarkan tabel 2. terkandung dalam ekstrak tersebut dan

Tabel 2. Hasil Skrining Ekstrak Daun Jambu Mawar Dengan Variasi Konsentrasi Etanol Golongan Pereaksi Etanol 50% Ket Etanol 70% Ket Etanol 90% Ket Senyawa

Alkaloid 1.Mayer 1. tidak - 1. tidak - 1. tidak - 2.Bouchardat terbentuk terbentuk terbentuk 3.Dragendrof endapan endapan endapan 2. endapan + 2. endapan + 2. tidak - coklat sampai coklat sampai terbentuk

hitam hitam endapan

3. tidak 3. tidak 3. tidak terbentuk - terbentuk - terbentuk - endapan endapan endapan Flavonoid Serbuk Mg, warna + Warna hijau + Warna hijau + HCl pekat, kuning, tua pada tua pekat dan amil orange, lapisan amil pada lapisan alkohol merah pada alhokol amil alkohol lapisan amil alkohol

Tanin Air dan FeCl3 Warna hijau + Warna hijau + Warna hijau + kehitaman kehitaman kehitaman Saponin Air panas dan Terbentuk + Tidak - Tidak - HCl 2 N busa terbentuk terbentuk permanen busa busa Steroid/Te n-heksan, Warna hijau + Warna hijau + Warna hijau + rpenoid asam asetat anhidrat, dan

H2SO4 pekat

Keterangan : + : Positif mengandung metabolit sekunder - : Negatif mengandung metabolit sekunder

Skrining fitokimia terhadap sekunder yang terdapat didalamnya. ekstrak dilakukan untuk mendapatkan Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak informasi golongan senyawa metabolit etanol 50% daun jambu mawar

153

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

mengandung senyawa metabolit steroid/terpenoid apabila ditambahkan sekunder flavonoid, tanin, saponin dan asam asetat anhidrat dan asam sulfat steroid/terpenoid, sedangkan ekstrak pekat akan terbentuk warna hijau atau etanol 70% dan 90% daun jambu hijau kebiruan. Saponin merupakan mawar mengandung senyawa metabolit senyawa yang mempunyai gugus sekunder flavonoid, tanin dan hidrofilik dan hidrofob, pada saat steroid/terpenoid. Menurut digojok gugus hidrofil akan berikatan Harborne (1987) apabila pada saat dengan air sedangkan gugus hidrofob penambahan pereaksi mayer terbentuk akan berikatan dengan udara sehingga endapan putih atau kuning, pereaksi membentuk buih, kemudian dilakukan bouchardat terbentuk endapan coklat penambahan HCl 2N yang bertujuan sampai hitam, pereaksi dragendrof untuk menambah kepolaran sehingga terbentuk endapan jingga sampai merah gugus hidrofil akan berikatan lebih coklat menandakan adanya alkaloid. stabil dan buih yang terbentuk menjadi Ekstrak etanol 50% menghasilkan stabil (Kumalasari dan Sulistyani, warna jingga pada lapisan amil alkohol 2011). Ekstrak etanol 50% positif yang berarti mengandung senyawa mengandung saponin karena saponin flavon sedangkan pada ekstrak etanol pada umumnya berada dalam bentuk 70% dan 90% menghasilkan warna glikosida sehingga cenderung bersifat hijau pada lapisan amil alkohol yang polar (Padmasari dkk., 2013). berarti mengandung senyawa glikosida (Marliana dkk., 2005). Perubahan warna C. Penetapan Kadar Air (Metode terjadi ketika penambahan FeCl3 yang Gravimetri) bereaksi dengan salah satu gugus Kadar air adalah suatu metode hidroksil pada senyawa tanin, yang digunakan untuk mengetahui penambahan FeCl3 pada ekstrak kandungan air yang berada di dalam menghasilkan warna hijau kehitaman sampel (Depkes RI, 2000). Prinsip yang menunjukkan adanya senyawa kadar air dilakukan dengan metode tanin (Sangi dkk., 2008). Pemeriksaan gravimetri. Hasil kadar air yang steroid/terpenoid ekstrak membentuk diperoleh pada ekstrak kental daun warna hijau kebiruan pada saat jambu mawar dengan konsentrasi etanol penambahan asam asetat anhidrat dan 50%, 70% dan 90% yang sudah di rata- asam sulfat pekat. Menurut Harborne ratakan dapat dilihat pada tabel 3. (1987) jika mengandung senyawa

Tabel 3. Hasil kadar air ekstrak daun jambu mawar. Konsentrasi Kadar Air Rata-rata Etanol (%) (%) ± SD 50% 7 7,67 ± 2,08 10 6 70% 8 7,67 ± 0,57

154

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

8 7 90% 8 8,33 ± 0,57 8 9

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata- 0,37), etanol 70% (21,96% ± 1,18) dan rata kadar air yang terkandung dalam etanol 90% (16,57% ± 0,38). Hasil uji ekstrak daun jambu mawar etanol 50% One Way Anova dengan metode LSD dan 70% sebesar 7,67% sedangkan menunjukkan terdapat perbedaan ekstrak daun jambu mawar etanol 90% signifikan (p<0,05) antara kelompok sebesar 8,33%. Hasil uji dari One Way etanol 90% dengan 50% dan 70%. Anova menunjukkan tidak ada UCAPAN TERIMAKASIH perbedaan yang signifikan antar Terima kasih kepada Sekolah Tinggi kelompok perlakuan (p>0,05). Hasil uji Ilmu Kesehatan Samarinda (STIKSAM) Post Hoc Test dengan metode LSD atas pendanaan pada penelitian ini. menunjukkan semua kelompok ekstrak etanol tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05). Menurut Voight (1994) DAFTAR PUSTAKA ekstrak cair lebih dari 30%, ekstrak Depkes RI. 2000. Parameter Standar kental 5-30%, dan ekstrak kering Umum Ekstrak Tumbuhan Obat kurang dari 5%. Ekstrak daun jambu Cetakan Pertama. Jakarta: mawar etanol 50%, 70% dan 90% Depkes RI. Hal: 9-13. termasuk dalam ekstrak kental. Ekstrak Islam, E., Parvin,S., Raihan, O., dan kental ialah sediaan yang dalam Hasan, R. 2011. “In vitro and In keadaan dingin dan tidak dapat dituang Vivo Antioxidant Potential of dan kandungan airnya berjumlah Ethanolic Extract of Syzygium sampai 30%. (Syamsul dkk 2016). Jambos (L.) Bark”. International Kandungan air yang besar dapat Journal of Research in Ayurveda menyebabkan pertumbuhan mikroba and Pharmacy. 2(3): 810-815. ` karena air merupakan media Kumalasari, E., Sulistyani, N. 2011. pertumbuhan mikroorganisme dan juga “Aktivitas Antifungi Ekstrak sebagai media terjadinya reaksi Etanol Batang Binahong enzimatis yang dapat menguraikan (Anredera cordifolia (Tenore) senyawa aktifnya (Lestari dkk 2019) Steen.) Terhadap Candida albicans Serta Skrining SIMPULAN Fitokimia”. Yogyakarta: Pelarut etanol 50%, 70% dan 90% Universitas Ahmad Dahlan. memberikan perbedaan terhadap Volume: 1. Hal: 51-62 rendemen ekstrak daun jambu mawar. Lestari, D., Kartika, R. Marliana, E., Hasil perhitungan rendemen ekstrak Syamsul, E.S., 2019. Analisis etanol jambu mawar 50% (23,01% ± Fragmentasi GC-MS Senyawa

155

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Aktif Antikanker Leukimia Fraksi Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Kloroform Umbi Bawang Tiwai Rimpang Bangle (Zingiber (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb) purpureum Roxb.)”. Jurnal Jurnal Ilmiah Manuntung, 5(1), e- Farmasi Udayana 2 (4). Hal: 1-4 ISSN. 2477-1821 Sangi, M., Runtuwene, M.R.J., Simbala, Mamahit, P., Wuisan, J., Anindita, P.S. H.E.I., Makang, V.M.A. 2008. 2016. “Efektivitas Ekstrak Daun “Analisis Fitokimia Tumbuhan Jambu Mawar (Syzygium jambos Obat Di Kabupaten Minahasa L. Alston) Menghambat Utara”. Manado: Universitas Sam Pertumbuhan Streptococcus Ratulangi. Chem. Prog. Volume: Mutans Secara In Vitro”. Jurnal 1. Hal: 47-53 Ilmiah Farmasi. Vol 5. Hal: 53- Supomo., Supriningrum, R., dan 58. Junaidi, R. 2016. “Karakterisasi Marliana, S.D., Suryanti, V., Suyono. dan Skrining Fitokimia Daun 2005. “Skrining Fitokimia dan Kerehau (Callicarpa longifolia Analisis Kromatografi Lapis Tipis Lamk.)”. Jurnal Kimia Komponen Kimia Buah Labu Mulawarman. Volume 13. Hal: Siam (Sechium edule Jacq. 89-96 Swartz.) Dalam Ekstrak Etanol”. Syahbirini, G. I., Batubara, T., Surakarta: Universitas Sebelas Setiawati., dan L, Nulhakim. Maret. Biofarmasi 3. Volume 1. 2005. “Senyawa aktif daun picung Hal: 26-31 (Pangium edule Reinw) sebagai Mohanty, S., and Cock, E. 2010. insektisida botani terhadap ulat “Bioactivity of Syzigium jambos grapyak (Spodoptera litura F) methanolic extracs: Antibacterial (Lepidoptera noctuida)”. activity and toxicity”. Prosiding Simposium Nasional Pharmacognosy Reasearch. Kimia Bahan Alam XV. Volume: 2. Hal: 4-9 Dep.Kimia, F.MIPA, IPB-HKBA, Morton, J.F. 1987. Malay Apple in Bogor. Fruits of Warm Climates. Syamsul, E.S, Andani, F, Soemarie, Creative Resource System Inc. Y.B. 2016, Uji Aktivitas analgetik Winterville, N.C. Hal: 1 ekstrak etanolik daun kerehau Murugan, S.S., Devi, U.P., (Collicarpa longifolia Lamk.) Parameswari, K., Mani, K.R. pada mencit putih, Traditional 2011. “Antimicrobial activity of Medicine Journal Syzigium jambos against selected Syamsul, E.S, dan Lestari, D. 2020. human pathogen”. Internasional Metodologi Penelitian dan Journal of Pharmacy and Statistika Farmasi (Dengan Pharmaceutical Science. Volume Aplikasi SPSS), Samarinda. : 3. Issue 2. P. 1-11 Penerbit RV. Pustaka Horizon. Padmasari, P.D., Astuti, K.W., Syamsul, E.S, dan Purwanto, E.N, Warditiani, N.K. 2013. “Skrining 2014, Uji aktivitas perasan buah

156

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

mentimun (Cucumis sativus L) sebagai biolarvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti L, Jurnal Kimia Universitas Mulawarman. Turkmen, N., Sari, F., dan Velioglu, Y.S. 2005. “The effect of cookingmethods on total phenolics and antioxidant activity of selected green vegetables’’. Food Chemistry 93:713-718 Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Hal: 570-571 Wardani, A.T., dan Leviana, F. 2010. “Pengaruh Cairan Penyari terhadap Rendemen dan Kadar Tanin Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)”. Jurnal Farmasi Indonesia. Surakarta: Universitas Setia Budi. Volume: 7. Hal: 57-61

157

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH (CHROMOLAENA ODORATA L) SEBAGAI ANTIBAKTERI SALMONELLA TYPHI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Fadia1, Nurlailah2, Tini Elyn Herlina3, Leka Lutpiatina4

1,2,3,4 Teknologi Laboratorium Medik Poltekkes Kemenkes Banjarmasin.

Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen penyebab timbulnya penyakit infeksi. Pengobatan penyakit tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat antibakteri. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai obat antibakteri yaitu daun kirinyuh karena adanya kandungan senyawa kimia seperti flavonoid, tanin dan saponin yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) ekstrak etanol daun kirinyuh terhadap pertumbuhan Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan tahap awal pengembangan obat herbal untuk mengobati infeksi Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus. Penelitian terdiri atas 5 perlakuan yaitu konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% ekstrak etanol daun kirinyuh dengan 5 pengulangan. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode KHM dan KBM. Bahan penelitian menggunakan daun dari Chromolaena odorata L. di daerah Sungai Besar, Banjarbaru Selatan, Kalimantan selatan, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil rata-rata KHM ekstrak etanol daun kirinyuh terhadap Salmonella typhi: 20% dan Staphylococcus aureus: 20%. Sedangkan hasil rata-rata nilai KBM terhadap Salmonella typhi: 40% dan Staphylococcus aureus: 40%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kirinyuh mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus. Ekstrak etanol daun kirinyuh berpotensi sebagai obat herbal untuk infeksi bakteri namun memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruhnya secara in vivo.

Kata kunci : Efektifitas; Chromolaena odorata L.; antibakteri; Salmonella typhi; Staphylococcus aureus

158

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

EFFECTIVENESS OF KIRINYUH LEAF (CHROMOLAENA ODORATA L) ETHANOL EXTRACT AS AN ANTIBACTERIAL OF SALMONELLA TYPHI AND STAPHYLOCOCCUS AUREUS

ABSTRACT Salmonella typhi and Staphylococcus aureus are pathogenic bacteria that cause infectious diseases. Treatment of these diseases can be done by giving antibacterial drugs. One of the plants that can be used as an antibacterial drug is the leaves of Chromolaena odorata L. due to the presence of chemical compounds such as flavonoids, tannins, and saponins that have the potential as antibacterial. This study aims to determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC), and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) ethanol extract of Chromolaena odorata L. leaves on the growth of Salmonella typhi and Staphylococcus aureus. This research is the initial stage of the development of herbal medicines to treat Salmonella typhi and Staphylococcus aureus infections. The study consisted of 5 treatments, namely concentrations of 20%, 40%, 60%, 80%, and 100% ethanol extract of Chromolaena odorata L. leaves with five repetitions. The antibacterial activity test was carried out by MIC and MBC methods. The research material uses leaves from Chromolaena odorata L. in the Sungai Besar area, Banjarbaru, South Kalimantan, Indonesia. The results showed that the average MIC yield of ethanol extract of Chromolaena odorata L. leaves against Salmonella typhi: 20% and Staphylococcus aureus: 20%. While the average yield of MBC values against Salmonella typhi: 40% and Staphylococcus aureus: 40%. Based on the results obtained, it can be concluded that the ethanol extract of Chromolaena odorata L. leaves has an inhibitory effect on the growth of Salmonella typhi and Staphylococcus aureus. Chromolaena odorata L. leaves has potential as herbal medicine against bacterial infections but requires further research to determine its effect in vivo.

Keywords: Effectiveness; Chromolaena odorata L.; antibacterial; Salmonella typhi; Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN utama di Indonesia, disamping masalah Penyakit infeksi merupakan salah bakteri kontaminasi lingkungan seperti satu penyebab utama terjadinya Staphylococcus aureus (Mustika Sari, P, gangguan kesehatan di negara 2019) dan Bacillus (Fahani, A., 2019). berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Wulandari (2014), ada sekitar Penyakit infeksi yang disebabkan oleh 50 spesies bakteri yang bersifat tuberculosis (Rifa'i, A, 2019) dan patogenik atau mampu menimbulkan Staphylococcus aureus menjadi kendala penyakit. Beberapa contoh bakteri gram

159

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

negatif dan gram positif yang dapat terdapat disekitar untuk digunakan menyebabkan infeksi diantaranya sebagai obat tradisional karena mudah adalah Salmonella typhi dan diperoleh serta memiliki efek samping Staphylococcus aureus. yang minim. Salmonella typhi merupakan Salah satu tumbuhan yang dapat bakteri penyebab penyakit demam dimanfaatkan sebagai obat antibakteri tifoid. Bakteri ini termasuk gram negatif adalah daun kirinyuh. Daun kirinyuh berbentuk batang, bersifat motil dan (Chromolaena odorata L) memiliki memiliki kemampuan untuk senyawa kimia yang berpotensi menginfeksi manusia jika tertelan memiliki sifat antibakteri seperti (Yusliana, 2019). Berdasarkan data flavonoid, tanin, dan saponin World Health Organization (WHO) (Hidayatullah, 2018). Secara tradisional diketahui bahwa penyakit demam tifoid daun ( telah digunakan sebagai obat di dunia mencapai 11-21 juta kasus per dalam penyembuhan luka untuk tahun yang mengakibatkan sekitar mengobati radang tenggorokan, obat 128.000-161.000 kematian setiap malaria, sakit kepala, antidiare, dan tahunnya (WHO, 2018). astringent antiplasmodial, antihipertensi Staphylococcus aureus adalah dan anti inflamasi (Vaisakh dan Pandey, salah satu bakteri gram positif 2012). berbentuk bulat dan bersifat patogen Aktivitas suatu antibakteri dapat bagi manusia. Bakteri ini dapat diketahui dengan menentukan daya menginfeksi setiap jaringan pada tubuh hambat dan daya bunuhnya terhadap dan menyebabkan timbulnya penyakit pertumbuhan bakteri menggunakan dengan tanda khas berupa peradangan, metode difusi dan dilusi. Berdasarkan nekrosis, dan pembentukan abses. penelitian Rahayu (2017) diketahui Infeksi Staphylococcus aureus dapat bahwa ekstrak etanol daun kirinyuh berasal dari kontaminasi langsung dari konsentrasi 90% menggunakan metode luka, misalnya infeksi pasca operasi difusi berpotensi kuat menghambat (Laia dkk, 2019). pertumbuhan Staphylococcus aureus Pengobatan penyakit infeksi pada dengan rata-rata diameter zona hambat umumnya menggunakan obat antibiotik. 11,1 mm dan berpotensi sedang Namun, penggunaan antibiotik secara menghambat pertumbuhan bakteri berlebihan dapat menimbulkan risiko Escherichia coli dan Pseudomonas seperti resistensi bakteri. Selain itu, aeruginosa dengan rata-rata diameter penggunaan antibiotik juga sering zona hambat masing-masing 7,93 dan menyebabkan efek samping seperti 9,6 mm. reaksi alergi, reaksi toksik, serta Penelitian lain yang dilakukan perubahan biologis dan metabolis pada oleh Yutika dkk., (2015) diketahui hospes (Tanu, 2012). Hal tersebut bahwa ekstrak daun kirinyuh membuat kecenderungan masyarakat konsentrasi 30% menggunakan metode untuk memilih obat-obatan dari bahan difusi (Kirby bauer) dapat menghambat alami seperti tumbuhan-tumbuhan yang bakteri gangren dengan kategori sedang.

160

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Hasil penelitian Priono dkk., (2016), Bahan penelitian menunjukkan hasil bahwa ekstrak daun Bahan penelitian adalah daun dari kirinyuh menggunakan metode difusi Chromolaena odorata L. yang ada di (sumuran) mempunyai efektivitas daerah Sungai Besar, Banjarbaru penghambatan yang lebih baik Selatan, Indonesia. Bagian daun yang dibandingkan dengan ekstrak daun kelor digunakan adalah daun tua dan muda (M. oleifera Lamck.) terhadap yang utuh, segar, tidak ada bagian yang pertumbuhan Escherichia coli dan busuk dan bersih dari hama. Staphylococcus aureus. Berdasarkan penelitian terdahulu Variabel penelitian telah diketahui bahwa daun kirinyuh. Variabel bebas dalam penelitian memiliki daya hambat terhadap ini adalah konsentrasi ekstrak etanol pertumbuhan beberapa bakteri dengan daun kirinyuh yaitu 20%, 40%, 60%, menggunakan metode difusi. Namun, 80% dan 100%. Variabel terikat dalam penelitian terkait uji aktivitas antibakteri penelitian ini adalah pertumbuhan ekstrak daun kirinyuh dengan metode Salmonella typhi dan Staphylococcus dilusi untuk melihat daya hambat dan aureus berdasarkan penentuan daya bunuhnya terhadap Salmonella Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) typhi dan Staphylococcus aureus belum dan Konsentrasi Bunuh Minimal banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini (KBM). adalah untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Pembuatan ekstrak daun kirinyuh Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) Daun kirinyuh sebanyak 800 ekstrak etanol daun kirinyuh terhadap gram dicuci dengan air mengalir pertumbuhan Salmonella typhi dan kemudian keringkan selama ± 2 Staphylococcus aureus. minggu. Daun dijadikan serbuk dengan ayakan mesh 60. Proses maserasi daun METODE PENELITIAN Chromolaena ododrata L. dengan Penelitian bersifat eksperimen etanol 96% (1:4) selama 3 hari. Maserat dengan rancangan Posttest Only Control dipekatkan menggunakan rotary Group Design yaitu dengan melakukan evaporator pada suhu 55°C hingga pemeriksaan KHM dan KBM ekstrak diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental etanol daun kirinyuh pada konsentrasi kemudian dilarutkan dengan aqua dest 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% steril perbandingan 2:1 sehingga terhadap pertumbuhan Salmonella typhi diperoleh konsentrasi 200%. Pembuatan dan Staphylococcus aureus. Kemudian konsentrasi 160%, 120%, 80%, 40% dibandingkan dengan kelompok kontrol menggunakan larutan konsentrasi 200% negative (larutan TSB), kontrol positif dan aqua dest. Suspensi Salmonella (kloramphenikol) dan kontrol ekstrak typhi dan Staphylococcus aureus adalah etanol daun kirinyuh. hasil inkubasi bakteri selama 24 jam pada suhu 37 ˚C.

161

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Uji fitokimia terhadap pertumbuhan Salmonella typhi Dilakukan uji fitokimia secara dan Staphylococcus aureus kualitatif untuk mengetahui kandungan memperlihatkan kejernihan pada setiap metabolit sekunder dalam ekstrak daun konsentrasi yaitu konsentrasi 20%, kirinyuh. Skrining fitokimia yang 40%, 60%, 80% dan 100%. Kontrol dilakukan meliputi pemeriksaan uji negatif menunjukkan hasil larutan alkaloid, flavonoid, tannin dan saponin. keruh, sedangkan kontrol positif larutan jernih. Sehingga hasil KHM untuk Uji KHM dan uji KBM Salmonella typhi berada pada Uji KHM dilakukan dengan konsentrasi 20%, begitu pula KHM mencampurkan 1 mL ekstrak etanol untuk Staphylococcus aureus berada daun Chromolaena ododrata L. dan 1 pada konsentrasi 20%. mL suspensi bakteri dengan pengulangan 3 kali. Konsentrasi akhir Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) larutan uji setelah ditambah suspensi Salmonella typhi dan Staphylococcus bakteri adalah setengah dari konsentrasi aureus awal sehingga konsentrasi larutan uji Berdasarkan penentuan menjadi 100%, 80%, 60%, 40%, 20%. Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) Hasil KHM setelah Inkubasi 24 jam terhadap Salmonella typhi dan suhu 37°C ditentukan pada larutan yang Staphylococcus aureus diperoleh mengandung kadar ekstrak terendah adanya pertumbuhan koloni pada tetapi masih mampu menghambat konsentrasi 20% dengan jumlah 1-2 bakteri ditandai dengan larutan jernih. koloni. Hal tersebut menunjukkan Dari larutan yang menunjukkan KHM bahwa pada konsentrasi tersebut ekstrak diambil 20 ul sebarkan pada permukaan etanol daun kirinyuh belum bisa media Nutrient Agar plate inkubasi 24 membunuh sedangkan pada konsentrasi jam suhu 37°C. KBM ditunjukkan 40%-100% tidak terjadi pertumbuhan dengan media Nutrient Agar plate yang koloni yang menandakan pada tidak ada pertumbuhan koloni bakteri. konsentrasi tersebut ekstrak sudah dapat membunuh Salmonella typhi dan HASIL DAN PEMBAHASAN Staphylococcus aureus. Untuk lebih Konsentrasi Hambat Minimal jelasnya, hasil penentuan Konsentrasi (KHM) Salmonella typhi dan Bunuh Minimal (KBM) terhadap Staphylococcus aureus Salmonella typhi dan Staphylococcus Berdasarkan hasil pengujian aureus dapat dilihat pada tabel 3 dan 4 antibakteri ekstrak etanol daun kirinyuh sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Etanol Daun kirinyuh terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi Jumlah Koloni Bakteri Pada Konsentrasi Pengulang Kontrol Ekstrak Etanol Daun kirinyuh an Ke- 20% 40% 60% 80% 100% Negatif Positif Ekstrak

162

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

1 1 0 0 0 0 ∞ 0 0 2 0 0 0 0 0 ∞ 0 0 3 0 0 0 0 0 ∞ 0 0 4 1 0 0 0 0 ∞ 0 0 5 1 0 0 0 0 ∞ 0 0 Rata-Rata 1 0 0 0 0 ∞ 0 0

Tabel 2. Hasil Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Etanol Daun kirinyuh (Chromolaena odorata L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Jumlah Koloni Bakteri Pada Konsentrasi Pengulang Kontrol Ekstrak Etanol Daun kirinyuh an Ke- 20% 40% 60% 80% 100% Negatif Positif Ekstrak 1 1 0 0 0 0 ∞ 0 0 2 2 0 0 0 0 ∞ 0 0 3 0 0 0 0 0 ∞ 0 0 4 1 0 0 0 0 ∞ 0 0 5 0 0 0 0 0 ∞ 0 0 Rata-rata 1 0 0 0 0 ∞ 0 0 Keterangan : ∞ = Jumlah koloni tak terhingga

Pada tabel 1 dan 2 memperlihatkan hasil bahwa perlakuan Hasil Uji Fitokimia Daun Kirinyuh dengan konsentrasi 40%, 60%, 80% dan (Chromolaena odorata L.) 100% yang telah dilakukan Berdasarkan uji fitokimia yang pengulangan sebanyak 5 kali mampu telah dilakukan di laboratorium FMIPA membunuh pertumbuhan bakteri karena secara kualitatif didapatkan hasil bahwa tidak ditemukan adanya koloni bakteri daun kirinyuh (Chromolaena odorata yang tumbuh baik Salmonella typhi L.) positif mengandung beberapa maupun Staphylococcus aureus. senyawa aktif yang dapat digunakan Sehingga Konsentrasi Bunuh Minimal sebagai antibakteri. Hasil uji fitokimia (KBM) ekstrak etanol daun kirinyuh. daun kirinyuh (Chromolaena odorata terhadap Salmonella typhi maupun L.) dapat dilihat pada tabel 5 sebagai Staphylococcus aureus masing-masing berikut. pada konsentrasi 40%.

Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Daun kirinyuh (Chromolaena odorata L.)

Parameter Pereaksi Hasil Kesimpulan Alkaloid Dragendorff Endapan jingga Positif HCI pekat dan Mg Warna merah atau Positif Flavonoid jingga

163

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Saponin Aquades Terbentuk busa Positif CH COOH glasial Warna biru Positif Steroid 3 dan H2SO4 pekat CH COOH glasial Warna merah Positif Triterpenoid 3 dan H2SO4 pekat Tanin FeCl3 10% Warna biru tua Positif

Berdasarkan penelitian yang telah terdapat disetiap umur dalam daun dilakukan daun kirinyuh efektif sebagai kirinyuh yang digunakan berperan antibakteri terhadap pertumbuhan sebagai antibakteri sehingga dapat Salmonella typhi dan Staphylococcus menyebabkan perbedaan efektivitas aureus, merujuk dari hasil KBM ditabel penghambatan yang dihasilkan. 3 dan 4, yaitu pada konsentrasi 40%. Penelitian lain tentang daya hambat Hal ini sesuai dengan penelitian terhadap Staphylococcus aureus tetapi Priono dkk (2016) tentang efektivitas pada ekstrak yang berbeda memperoleh antibakteri daun kirinyuh menggunakan hasil yang bervariasi. Pada ekstrak metode difusi diperoleh hasil bahwa serbuk bawang putih KBM terjadi pada konsentrasi terbaik daun kirinyuh dalam konsentrasi 50% (Agnina L.A, 2020), menghambat pertumbuhan kayu manis pada konsentrasi 40% Staphylococcus aureus adalah pada (Huda, N., 2019). Hasil penelitian ini konsentrasi 50% dengan zona hambat menunjukkan KBM pada Salmonella sebesar 10,41 mm. typhi dikonsentrasi 40%, sedangkan Berbeda dengan penelitian Rahayu pada penelitian lain dengan (2017), konsentrasi ekstrak daun menggunakan ekstrak rosella hasil kirinyuh lebih tinggi dalam KBM berada pada konsentrasi yang menghambat pertumbuhan lebih tinggi yaitu 70% (Sutiany, A., Staphylococcus aureus pada konsentrasi 2019). Metabolit sekunder yang 90% dengan rata-rata zona hambat terkandung dalam tumbuhan yang 11,5mm dengan menggunakan metode dimanfaatkan sebagai antibakteri difusi. Penelitian Rasyid S.R, et.al., mempunyai mekanisme kerja yang (2020) bahkan menyatakan hambatan berbeda-beda dalam menghambat Staphylococcus aureus pada konsentrasi pertumbuhan bakteri. Adanya 100% dengan zona hambat 8mm pada mekanisme kerja yang sinergis dari metode yang sama. Penelitian lain pada senyawa metabolit sekunder akan bakteri yang sama tetapi menggunakan semakin efektif dalam menghambat air perasan jeruk purut memperoleh pertumbuhan bakteri. zona hambat lebih tinggi yaitu 17.25mm Menurut Priono (2016) pada konsentrasi 50% efektivitas ekstrak etanol daun kirinyuh. (Kusumawardhani, N., 2020). sebagai antibakteri diduga berhubungan Perbedaan konsentrasi tersebut dapat dengan kandungan senyawa metabolit disebabkan oleh kandungan dan kadar sekunder yang berada dalam ekstrak. senyawa metabolit sekunder yang Hal ini sesuai dengan hasil uji fitokimia

164

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

daun kirinyuh yang memiliki beberapa gugus aromatik kuartener yang mampu kandungan senyawa metabolit sekunder mengganggu integritas komponen yang dapat berfungsi sebagai antibakteri penyusun peptidoglikan pada sel bakteri diantaranya alkaloid, flavonoid, (Rachmawati, 2009). saponin, steroid, triterpenoid dan tanin. Selain itu, senyawa yang Kerusakan yang ditimbulkan senyawa terdapat dalam daun kirinyuh yang juga antibakteri tersebut dapat bersifat berfungsi sebagai antibakteri yaitu bakterisidal (membunuh bakteri) dan tanin. Tanin dapat menghambat sintesis bakteristatik (menghentikan sementara kitin dalam pembentukan dinding sel pertumbuhan bakteri). dan merusak membran sel sehingga Menurut Sirinthipaporn (2017) pertumbuhan bakteri terhambat. ekstrak etanol daun kirinyuh Sedangkan triterpenoid mempunyai mengandung flavonoid (rutin) dengan mekanisme antibakteri dengan cara kadar yang tinggi. Flavonoid pengrusakan membran sel bakteri merupakan senyawa yang berfungsi (Ajizah, 2004). Daun kirinyuh juga sebagai antimikroba dengan cara mengandung 56 macam minyak membentuk senyawa kompleks esensial, diantaranya α-Pinene 42,2%, terhadap protein ekstraseluler yang β-Pinene 10,6%, dan Germacrene D mengganggu integritas membran dan 9,7% (Priono, 2016) dinding sel. Menurut Nurhanafi, 2012, Berdasarkan hasil penelitian ini Flavonoid juga bersifat desinfektan dan maka dapat dinyatakan bahwa ekstrak bakteriostatik yang bekerja dengan cara etanol daun kirinyuh memiliki mendenaturasi protein yang dapat efektivitas terhadap pertumbuhan menyebabkan aktivitas metabolisme sel Salmonella typhi dan Staphylococcus bakteri berhenti. aureus. Maka dari itu sebaiknya Ngozi dkk (2009) menyatakan dilakukan uji lanjutan pada hewan bahwa daun kirinyuh mengandung percobaan dan uji klinis agar menjadi kadar saponin yang tinggi dan obat yang dapat digunakan pada mengandung alkaloid dari golongan masyarakat luas. auron, chalcon, flavon dan flavonol serta kandungan tannin yang sedang. SIMPULAN Mekanisme saponin sebagai antibakteri Konsentrasi Hambat Minimal adalah dengan cara merusak porin yang (KHM) ekstrak etanol daun kirinyuh merupakan pintu keluar masuknya terhadap Salmonella typhi: 20% dan senyawa akan mengurangi Staphylococcus aureus: 20%. permeabilitas dinding sel bakteri yang Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) akan mengakibatkan sel bakteri akan ekstrak etanol daun kirinyuh terhadap kekurangan nutrisi, sehingga Salmonella typhi: 40% dan pertumbuhan bakteri terhambat atau Staphylococcus aureus: 40%. Ekstrak mati. Kandungan alkaloid dalam ekstrak etanol daun kirinyuh mempunyai daya etanol daun kirinyuh mempunyai hambat terhadap pertumbuhan kemampuan antibakteri karena memiliki Salmonella typhi dan Staphylococcus

165

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

aureus secara intitro sehingga Senyawa Anti-Bakteri, University berpotensi menjadi obat herbal terhadap Research Colloqium. infeksi bakteri namun memerlukan Huda, N., Dwiyanti, RD., Thuraidah. penelitian lebih lanjut untuk mengetahui A., 2019. Effectiveness of pengaruhnya secara in vivo. Cinnamon (Cinnamomum burmannii) Ethanol Extract UCAPAN TERIMAKASIH Against Staphylococcus aureus Penulis mengucapkan Growth. Tropical Health and terimakasih kepada pihak yang telah Medical Research. 1(2): 39-43. membantu terlaksananya penelitian ini, https://doi.org/10.35916/thmr.v1i2 khususnya kepada Poltekkes Kemenkes .6 Banjarmasin, Unit Penelitian Poltekkes, Kusumawardhani, N., Thuraidah, A., dan Laboratorium di Kampus Teknologi Nurlailah., 2020. Citrus hystrix Laboratorium Medik yang telah D.C Fluid Inhibits The Growth of memfasilitasi penelitian ini. Staphylococcus aureus. Tropical Health and Medical Research. DAFTAR PUSTAKA 2(1); 34-38 Agnina Listya Anggraini, Ratih Dewi Laia H, Yusliana, Daeli P, Sarwendah, Dwiyanti, Anny Thuraidah, 2020. Chiumam L, 2019. Uji Garlic Extract (Allium sativum Antibakteri Air Perasan Daging L.) Effectively Inhibits Buah Nanas (Ananas Comosus Staphylococcus aureus and (L) Merr) terhadap Bakteri Escherichia coli by Invitro Test. Staphylococcus cureus. Jurnal Tropical Health and Medical Kedokteran dan Kesehatan, 1 (2). Research. 2(2); 61-68. Mustika Sari, P., Lutpiatina, L., https://doi.org/10.35916/thmr.v0i0 Muhlisin. A., 2019. .22 Staphylococcus aureus in Ajizah A, 2004. Sensitivitas Salmonella Traditional Coconut milk Drinks. typhimurium terhadap Ekstrak Tropical Health and Medical Daun Psidium Guajava L. Jurnal Research. 1(1): 33-38. Bioscientiae, 1 (1): 8-31. https://doi.org/10.35916/thmr.v1i1 Fahani, A., Dwiyanti, RD., Muhlisin. .1 A., 2019. Contamination of Ngozi, I.M., Jude, I.C., dan Catherine, Bacillus cereus in Elementary I.C. 2009. CheKHMal Profile of School Snack Food. Tropical ChromolaenaL. (King and Health and Medical Research. Robinson) Leaves. Pakistan 1(2): 56-61. Journal of Nutrition, 8(5): 521- https://doi.org/10.35916/thmr.v1i2 524. .10 Nurhanafi F, 2012. Perbandingan Hidayatullah ME, 2018. Potensi Ekstrak Potensi Antimikroba Ekstrak n- Etanol Tumbuhan Kirinyuh Heksana Daun Kelor (Moringa (Chromolaena odorata) sebagai oleifera) dengan Kulit Biji

166

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

(Pericarp) Jambu Mete (Burm.F) Bedd) Terhadap (Anacardium occidentale) Salmonella typhi dan terhadap Bakteri Pseudomonas Staphylococcus aureus dengan aeruginosa secara in vitro, Metode Difusi Agar CLSI M02- Skripsi, Program Kedokteran A11. Jurnal Pharmauho 3 (1) : 1- Hewan Universitas Brawijaya. 5. Priono A, Yanti N, Lili D, 2016. Sirinthipaporn, Anushika, Wannee J, Perbandingan Efektivitas 2017. Wound Healing Property Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Review Of Siam Kelor (Moringaoleifera lamck.) Weed, Chromolaena Odorata. dan Ekstrak Daun Chromolaena Jurnal Pharmacognosy Review. odorata L.. Jurnal Ampibi 1 (2) : 11(21): 35–38. 1-6 . Sutiany, A., Dwiyanti, RD., Oktiyani. Rahayu RS, 2017. Aktivitas Ekstrak N., 2019. Inhibition Strength of Etanol Daun kirinyuh Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) (Chromolaena odorata) sebagai Boiled Water on Salmonella typhi Antibakteri terhadap Escherichia in vitro. Tropical Health and coli, Staphylococcus aureus dan Medical Research. 1(2): 62-67. Pseudomonas aeruginosa, Skripsi. https://doi.org/10.35916/thmr.v1i2 Universitas Negeri Medan. .7 Rasyid, S. A., Sugireng, Surya, R. A., Tanu I, 2012. Farmakologi Dan Terapi, Sanatang, Rosdarni, & Natalia, Edisi Kelima, Badan Penerbit W. O. R. (2020). The antibacterial FKUI, Jakarta. activity of Tembelekan leaf Vaisakh M, Pandey, 2012. The (Lantana camara L.) and Invasive Weed With Healing Kopasanda leaf (Chromolaena Properties: A review On odorata L.) extracts against Chromolaena Odorata. Staphylococcus aureus. Infectious Departemen Of Pharmaceutical Disease Reports, 12(1s). Science. 3 (1): 80–83. https://doi.org/10.4081/idr.2020.8 WHO, 2018. Typhoid vaccines: WHO 734 position paper. Weekly Rifa'i, A., Muhlisin, A., Lutpiatina L., Epidemiological Record, 93 (No. 2019. Erythrocyte Morphology of 33) : 153-172 Tuberculosis Patients. Tropical Wulandari MA, 2014. Potensi Health and Medical Research. Antibakteri Dan Bioautografi 1(1): 10-18. Ekstrak Etanol Daun Bintaro https://doi.org/10.35916/thmr.v1i1 (Carbera odollam gaertn) .3 Terhadap Salmonella typhi Dan Rostinawati T, Suryana S, Fajrin M, Staphylococcus aureus. Skripsi Nugrahani H, 2018. Aktivitas thesis. Fakultas Farmasi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Universitas Muhammadiyah Kelakai (Stenochlaena palustris Surakarta Surakarta.

167

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Yusliana, Sarwendah, Heronimus, C, Pieter J, Linda, C, 2019. Uji Daya Hambat Antibakteri Air Perasan Daging Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr Var. Queen) Terhadap Salmonella typhi. Jurnal Scientia, 8 (1). Yutika M., Rolan R., Adam, 2015. Aktivitas Antibakteri Daun kirinyuh (Chromolaena Odorata (L.) R.M.King & H.Rob.) Terhadap Bakteri Gangren. Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-2 Samarinda. 75- 81.

168

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT BERBASIS PENGETAHUAN LOKAL DI DESA SELOLIMAN KECAMATAN TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

Iif Hanifa Nurrosyidah1, Milu Asri Riya2, Alfian Fachruddin Ma’ruf3

1,2,3 STIKES Rumah Sakit Anwar Medika

Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brazil, dimana 20.000 jenis tumbuhan obat dimana 1.000 jenis tumbuhan telah didokumentasi dan 300 jenis telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Seloliman adalah sebuah desa yang beradaa di lereng gunung Penanggungan Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Masyarakat desa Seloliman hidupnya masih bergantung dari alam, sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan bahan alam untuk pengobatan dan kebutuhan sehari hari. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan studi etnobotani dan dan identifikasi tumbuhan obat berbasis pengetahuan lokal di Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan menggali potensi masyarakat sebagai tempat penelitian etnobotani dengan metode observasi dan wawancara terbuka. Teknik pemilihan informan berdasarkan informasi penduduk setempat atau kepala desa yang dinggap paling mengetahui tentang tumbuhan obat. Mengumpulkan data tumbuhan obat yang digunakan untuk pengobatan tradisional melalui wawancara terstruktur. Data yang dicatat adalah nama lokal, nama latin, nama famili, cara memperoleh, bagian tanaman yang digunakan, penyakit yang diobati, dan cara penggunaannya. Selanjutnya setiap jenis tumbuhan yang digunakan didokumentasikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan adalah jenis tanaman yang digunakan untuk pengobatan sangat bervariasi, bagian tanaman yang digunakan sebagian besar adalah bagian daun (57%), bunga (10%), dan sisanya adalah bagian batang, kulit batang, rimpang, akar, bunga, buah, dan biji. Sumber tanaman yang digunakan sebagian besar adalah tanaman budidaya (46%), liar (30%), liar dan budidaya (17%) dan membeli di pasar (7%). Sedangkan cara penggunaannya sebagian besar dengan direbus. Masyarakat desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur sebagian besar sudah terpengaruh oleh budaya luar, sehingga pengetahuan lokalnya mengenai tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan perlu digali lebih jauh agar dapat dilestarikan. Hanya terdapat terdapat dua narasumber (pengobat tradisional) di desa Seloliman yang masih memegang tradisi terkait pengobatan dengan menggunakan bahan alam.

Kata kunci: Etnobotani, Seloliman, Trawas, Mojokerto

169

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

ETHNOBOTANIC STUDY OF LOCAL KNOWLEDGE-BASED MEDICINE PLANT IN SELOLIMAN VILLAGE, KECAMATAN TRAWAS, MOJOKERTO DISTRICT EAST

ABSTRACT Indonesia is the country with the second largest biodiversity after Brazil, where 20,000 species of medicinal plants in which 1,000 species have been documented and 300 species have been used as traditional medicine. Seloliman is a village located on the slopes of Mount Penanggungan, Trawas District, Mojokerto , . The people of Seloliman village still depend on nature, most people still use natural materials for treatment and daily needs. Therefore in this research ethnobotany study and identification of medicinal plants based on local knowledge will be conducted in Seloliman Village, Trawas District, Mojokerto Regency, East Java. The study was conducted by exploring the potential of the community as a place of ethnobotany research with open observation and interview methods. The technique for selecting informants is based on information from local residents or village heads who are most aware of medicinal plants. Collecting data on medicinal plants used for traditional medicine through structured interviews. Data recorded are local names, Latin names, family names, ways of obtaining, parts of plants used, diseases treated, and how they are used. Furthermore, each type of plant used is documented. Based on the results of research conducted is the type of plant used for treatment varies greatly, the plant parts used are mostly the leaves (57%), flowers (10%), and the rest are the stem, bark, rhizome, roots, flowers, fruit and seeds. Sources of plants used are mostly cultivated plants (46%), wild (30%), wild and cultivated (17%) and bought on the market (7%). While the way to use it is mostly boiled. Most of the Seloliman village community, Trawas Subdistrict, Mojokerto Regency, East Java have been influenced by outside cultures, so that their local knowledge about plants used in medicine needs to be further explored in order to be preserved. There are only two speakers (traditional healers) in the village of Seloliman who still hold the tradition related to treatment using natural materials.

Keywords: Ethnobotany, Seloliman, Trawas, Mojokerto

PENDAHULUAN sekitar manusia sebenarnya sedemikian Sejak zaman dahulu, manusia rupa sangat bermanfaat dan belum sangat mengandalkan lingkungan sepenuhnya digali, dimanfaatkan atau sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. bahkan dikembangkan. Indonesia memiliki Misalnya untuk makan, tempat berteduh, budaya pengobatan tradisional dalam pakaian, obat, pupuk, parfum, dan bahkan penggunaan tumbuhan obat sejak dulu dan untuk kecantikan dapat diperoleh dari dilestarikan secara turun-temurun (Islami lingkungan. Sehingga kekayaan alam di et al., 2017).

170

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Indonesia menyimpan potensi dan Pemanfaatannya di Kawasan Tane’ tumbuhan obat sebanyak 30.000 jenis, di Olen Desa Setulang Malinau Kalimantan antaranya 940 jenis telah dinyatakan Timur serta masih banyak penelitian berkhasiat obat, 78 % masih diperoleh lainnya. melalui pengambilan langsung dari hutan Seloliman adalah sebuah desa yang (Nugroho, 2010). Pengetahuan mengenai indah dan hijau yang beradaa di lereng tumbuhan obat memiliki karakteristik gunung Penanggungan (Trawas- berbeda-beda pada suatu wilayah. Mojokerto). Masyarakat desa Seloliman Banyaknya jenis tumbuhan yang hidupnya masih bergantung dari alam, digunakan sebagai obat tradisional dapat salah satunya adalah matapencaharian memberikan referensi terhadap dunia sebagai besar penduduk adalah bertani dan pengobatan, apalagi dengan makin berkebun, sumber air untuk kebutuhan gencarnya moto “back to nature” atau seharai hari adalah dari mata air “kembali ke alam”. Pengobatan tradisional pegunungan Penanggungan serta sumber awalnya dikenal dengan ramuan jamu- daya listrik yang digunakan adalah jamuan, sampai saat ini jamu masih pembangkit listrik tenaga mikro hidro diyakini sebagai obat mujarab untuk (PLTMH) . Begitu juga dengan tradisi mengobati berbagai penyakit bahkan telah jawa yang masih dipertahankan di desa dikembangkan dalam industri modern tersebut seperti ruwah desa, wayang kulit, (Dianto et al., 2015). Pengetahuan seni kuda lumping dan karawitan. mengenai tumbuhan obat memiliki Sebagian besar masyarakat juga karakteristik berbeda-beda pada suatu memanfaatkan bahan alam untuk wilayah. Pengetahuan tersebut biasanya pengobatan dan kebutuhan sehari hari merupakan warisan secara turun-menurun seperti mencuci dengan biji klerek. (Nurrani, 2013). Kurangnya dokumentasi mengenai Akhir-akhir ini penelitian tentang penggunaan tumbuhan obat oleh pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan komunitas tertentu menyebabkan sulitnya obat oleh masyarakat lokal telah banyak pelestarian obat tradisional tersebut . dilakukan,.Penelitian mengenai Ditambah lagi dengan adanya modernisasi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh akibat masuknya kebudayaan dari luar, Masyarakat Di Desa Entogong Kecamatan terutama yang diadopsi oleh generasi muda Kayan Hulu Kabupaten Sintang oleh Diba membuat makin lunturnya pengetahuan & Tavita (2017) , penelitian Husain (2015) lokal pada komunitas tertentu tentang Studi Etnobotani dan Identifikasi (Indrayangingsih et al., 2015) Tumbuhan Obat Berbasis Pengetahuan Salah satu pendekatan yang dapat Lokal di Kabupaten Enrekang, penelitian digunakan untuk menggali pengetahuan Nursiyah (2013) tentang Studi Deskriptif lokal komunitas tertentu mengenai Tanaman Obat Tradisional yang digunakan penggunaan tumbuhan sebagai obat adalah Orang Tua Untuk Kesehatan Anak Usia etnobotani. Melalui studi ini, Dini di Gugus Melati Kecamatan dimungkinkan dilakukan penelusuran Kalikanjar Kabupaten Wonosobo, mengenai bahan-bahan obat tradisional, penelitian Balai Besar Penelitian dan cara penggunaannya sebagai penciri Dipterokarpa et al. (2011) tentang budaya dalam suatu komunitas tertentu Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat (Oktoba, 2018).. Oleh karena itu pada

171

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

penelitian ini akan dilakukan studi Kabupaten Mojokerto pada bulan etnobotani dan dan identifikasi tumbuhan November 2018. Sumber data diperoleh obat berbasis pengetahuan lokal di Desa dengan metode observasi, bertanya secara Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten langsung kepada dua herbalis/ dukun di Mojokerto Jawa Timur. desa Seloliman. Penelitian ini bekerja sama dengan Pusat Pendidikan Lingkungan METODE PENELITIAN Hidup (PPLH) Seloliman Kabupaten Penelitian yang dilakukan adalah Mojokerto. Pemilihan responeden adalah jenis penelitian deskriptif yang dilakukan herbalis yang masih mempraktikkan di desa Seloliman Kecamatan Trawas pengobatan tradisional di desa tersebut.

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara dengan dua narasumber (herbalis) di Desa Seloliman diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini; Tabel 1. Jenis tumbuhan obat dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional di Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. No Nama Nama Familia Bagian kegunaan Cara Status lokal/ % Ilmiah yang penggun tumbuha Jawaban digunakan aan n Penggun aan 1 Andong Cordyline Asparaga Umbi Wasir,diuret Minum LC; merah fruticosa ceae ik,dan air Berisiko (100%) radang rebusann Rendah saluran ya cerna 2 Asoka Saraca Saraca Daun Luka Mengole LC; (100%) indica L. memar dan skan Berisiko perdarahan pada rendah internal luka 3 Awar- Ficus Moracea Daun Mengobati Minum VU; awar septica e radang ,usus air Rentan (100%) Burm.f buntu,pena rebusann war racun ya 4 Binahon Anredera Basellac Daun Mengobati Dioleska DD; g cordifolia eae luka n pada Informas (100%) berdarah, bagian i Kurang mengobati yang jerawat luka 5 Bakung Crinum Amarylli Akar Sakit gigi Ditempel LC; (50%) asiaticum daceae kan pada Beresiko L. gigi yang Rendah sakit

172

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

6 Buah Stelechoca Annonac Buah Menghalusk Dimakan CR; kepel rpus eae an kulit langsung Kritis (100%) burahol 7 Bunga Gardenia Rubiacea Bunga mengobati Minum CR; kaca jasminoide e batuk air Kritis piring s J.Ellis berdarah rebusann (100%) dan dapat ya dijadikan minyak atsiri. 8 Bunga Canna Cannace Bunga, radang hati, Minum LC; kana indica L. ae rimpang/a wasir, air Berisiko (100%) kar pendarahan rebusann rendah ya 9 Bunga Clitoria Legumin Bunga Gangguan Gunakan LC; telang ternatea L osae penglihatan air Berisiko (100%) . rendama rendah n untuk mencuci mata 10 Bunga Mandevill Apocyna Bunga Sakit perut Minum DD; terompet a sanderi ceae air Informas (50%) (Hemsl.) rebusann i kurang Wooson ya 11 Bunga Hibicus Malvace Bunga Menurunka Minum LC; Sepatu rosa- ae n tekanan air Beresiko (100%) sinensis L darah rebusann Rendah ya 12 Daun Desmodiu Legumin Daun melancarka Minum LC; duduk m osae n air seni air Berisiko (100%) triquetrum dan rebusann Rendah L.DC atau sembelit ya Tadehagi triquetrum (L.) H.Ohashi 13 Daun Graptophy Acanthac Daun Ambeien Minum NT; ungu lum eae air Hampir (100%) pictum rebusann Teranca (L.) Griff. ya m 14 Daun Barleria Acanthac Daun rematik, Minum VU; landep prionitis eae encok, air Rentan (100%) L. kurap rebusann

173

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

mencegah ya kerusakan gigi. 15 Daun Jatropha Euphorbi Daun Rematik Minum VU; jarak curcas L. aceae air Rentan pagar rebusann (100%) ya 16 Daun Polyscias Araliace Daun Menyuburk Mengole DD; mangkok scopoliae ae an rambut skan Informas - pada i kurang mangkok rambut an (100%) 17 Daun Clinacant Acanthac Daun Menurunka Minum DD; dandang hus nutans eae ngula darah air Informas gendis rebusann i Kurang (100%) ya 18 Daun Plumbago Plumbag Daun Rematik Pemakai DD; encok zeylanica inaceae sendi, encok an luar, Informas (100%) L. daun i Kurang diremas lalu diletakka n pada bagian tubuh yang kena rematik, sakit pinggang , memar. 19 Daun Dracaena Asparaga Daun mengobati Minum DD; suji angustifoli ceae beri-beri, air Informas (100%) a. penawar rebusann i Kurang racun, ya menurunkan kadar kolesterol 20 Daun Syzygium Myrtacea Daun Asam urat Minum LC; salam polyanthu e air Berisiko (100%) m rebusann Rendah ya

174

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

21 Gandaru Justicia Acanthac Daun memar, Mengole DD; sa gendaruss eae kesleo, skan Informas (100%) a Burm. rematik, pada i Kurang tulang bagian patah. yang sakit 22 Garut Maranta Marantac Pati Umbi Mengobati Di buat DD; (100%) arundinac eae luka bubur Informas ea L. umbinya i Kurang yang sudah di haluskan 23 Gigelia/P Kigelia Bignonia Buah Mengatasi Dioleska LC; ohon pinnata ceae bisul n hasil Berisiko sosis atau tumbuka Rendah (100%) Kigelia n pada africana bisul (Lam.) 24 Jarak Jatropha Euphorbi Daun Rematik Mengole LC; kendil curcas L. aceae skan Berisiko (100%) tumbuka Rendah n daun pada bagian yang sakit 25 Jarak Jatropha Euphorbi Daun Sebagai Minum VU; merah gossypiifol aceae pencahar air Rentan (100%) ia L. dan demam seduhann ya 26 Jati Guazuma Stercuili Daun Melangsing Minum LC; belanda ulmifolia. aceae kan tubuh air Berisiko (100%) rebusann Rendah ya 27 Jinten Nigella Ranuncu Biji Rematik, Minum LC; hitam sativa L laceae peningkat air Berisiko (100%) daya tahn seduhann Rendah tubuh, ya antipiretik dan untuk batuk. 28 Jure Nerium Apocyna Daun Lemah Minum LC; (100%) indicum ceae jantung, anti air Berisiko

175

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Mill. atau kanker, rebusann Rendah Nerium asma, sakit ya oleander gigi L. 29 Katu Sauropus Phyllant Daun Memperlan Minum LC; (100%) androgynu haceae car ASI, air Berisiko s (L.) bisul, luka rebusann Rendah ya 30 Kitolod Isotoma Campan Bunga Obat tetes Getahny DD; (100%) longiflora ulaceae mata a Informas (L.) diteteska i Kurang C.Presl n pada atau mata Hippobro ma longiflora (L.) G.Presl 31 Kecombr Etlingera Zingiber Bunga menghilang Makan LC; ang elatior aceae kan bau olahan Berisiko (100%) badan, yang Rendah pengusir sudah nyamuk dan direbus darah tinggi 32 Kumis Orthosiph Lamiace Daun Batu ginjal, Minum VU; kucing on ae asam urat air Rentan (100%) aristatus rebusann ya 33 Lengkua Alpinia Zingiber Rimpang Masuk Minum LC; s (100%) galanga aceae angin air Berisiko (L.) perasann Rendah ya 34 Lidah Aloe Vera Xanthorr Daun Ketombe Mengole LC; buaya L. Burm.f. hoeaceae dan skan gel Beresiko (100%) melebatkan dari daun Rendah rambut yang telah dibelah pada rambut 35 Lidah Sansevieri Asparaga Daun Menyerap Ditanam LC; mertua a ceae racun, tumbuha Berisiko trifasciata polusi udara nnya Rendah

176

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

(50%) Prain

36 Mahkota Phaleria Thymela Daun dan Asam urat Diminu LC; dewa macrocarp eaceae kulit buah m Berisiko (100%) a ekstrak Rendah cairan yang telah diperoleh 37 Murbey Morus Moracea Daun,Bua Memperkua Buahnya LC; (100%) alba L. e h, akar, t ginjal, dimakan Berisiko ranting Sirkulasi langsung Rendah darah, atau Sesak nafas, bagian Muka lainnya bengkak , dengan Sakit gigi, pengolah Sakit an pinggang , Kram, Penyubur rambut 38 Nampu Alocasia Araceae Daun Rematik, Minum CR; (100%) cucculata pegal air Kritis linu,dan rebusann afrodisiak ya 39 Pacing Coctus Costacea Batang, Eksim Dioleska DD; (100%) speciosus e rimpang (gatal-gatal) n bunga Informas (J.Koenig) yang i Kurang Sm. atau sudah Cheilocost ditumbu us k speciosus 40 Pegagan Centella Umbellif Daun Melancarka Minum LC; (100%) asiatica erae n darah air Berisiko (L.) rebusann Rendah ya 41 Pecut Stachytarp Verbena Seluruh Rematik, Minum VU; kuda heta ceae bagian keputihan, air Rentan (100%) jamaicensi herba dan rebusann s (L.) hepatitis ya 42 Puring Codiaeum Euphorbi Daun dan Sakit perut, Minum LC; (100%) variegatu aceae akar sukar air Berisiko

177

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

m (L.) keringat, rebusan Rendah sembelit, dan kejang mengole lambung, skan perut mulas tumbuka n pada bagian yang sakit 43 Pulosari Alyxia Apocyna Kulit sariawan, Minum EN; (100%) stellata. ceae batang dan batuk, air Teranca ranting keputihan, rebusann m mengatasi ya perut kembung. 44 Portulak Portulaca Portulaca Daun Sakit kepala Minum LC; a/krokot grandiflor ceae air Berisiko (100%) a Hook rebusann Rendah ya 45 Rhoeo Rhoeo Commeli Daun Luka bakar, Dioleska DD; discolor discolor naceae gatal, bisul, n hasil Informas (50%) (L’Her.) mimisan tumbuka i kurang n pada bagian yang sakit 46 Sambilot Andrograp Acanthac Daun Kencing Minum DD; o (100%) his eae manis air Informas paniculata rebusann i kurang ya 47 Secang Caesalpini Legumin Kulit Membersih Minum LC; (100%) a sappan osae batang kan darah air Berisiko L. kotor seduhann Rendah ya 48 Sirih Piper Piperace Daun Keputihan Membas LC; Hutan aduncum ae uh air Beresiko (100%) L. rebusan Rendah pada vagina 49 Sosor Kalanchoe Crassula Daun Radang Di LC; bebek pinnata ceae amandel minum Beresiko (50%) atau sari-sari Rendah Bryophyll dari daun

178

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

um yang pinnatum telah di (Lam.) haluskan 50 Saga Abrus Legumin Daun Sariawan Berkumu DD; telik precatoriu osae dan amndel r dengan Informas (100%) s L. air i Kurang rebusann ya 51 Sambung Aerva Amarant Daun Haid tidak Minum LC; colok sanguinole haceae teratur dan air Berisiko (100%) nta (L.) keputihan rebusann rendah ya 52 Sambang Hemigrap Acanthac Daun Disentri dan Minum LC; getih his eae wasir air Berisiko (100%) alternata rebusann Rendah (Burm. f.) ya T. Anderson 53 Tapak Elephanto Asterace Daun Diare, Minum LC; Liman pus scaber ae hepatitis, air Beresiko (100%) L. sakit perut, rebusann Rendah demam ya 54 Valerian Valeriana Caprifoli Akar Mengobati Akar LC; hutan officinalis aceae syaraf dibuat Berisiko (100%) L. ekstrak Rendah lalu diseduh 55 Yodium Jatropha Euphorbi Getah Mengobati Dioleska VU; (100%) multifida aceae luka n pada Rentan L luka

Tabel 2. Cara Memperoleh Tumbuhan yang Digunakan Dalam Pengobatan Tradisional Di Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.

No Nama Tanaman Cara Memperoleh 1 Kembang bakung Dari tumbuhan liar di sekitar dan ada yang sengaja ditanam 2 Sosor bebek Dari tumbuhan yang sengaja ditanam 3 Bunga Sepatu Dari tumbuhan yang sengaja ditanam 4 Lidah buaya Dari tumbuhan yang sengaja ditanam 5 Rheodiscolor (nanas kerang) Dari tumbuhan yang sengaja ditanam

179

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

6 Tapak Liman Dari tumbuhan liar 7 Sirih hutan Dari tumbuhan yang sengaja ditanam 8 Bunga terompet Dari tumbuhan yang sengaja ditanam 9 Daun ungu Dari tumbuhan yang sengaja ditanam dan tumbuhan liar 10 Daun jarak Dari tumbuhan yang sengaja ditanam dan tumbuhan liar 11 Mahkota dewa Dari tumbuhan yang sengaja ditanam 12 Lidah mertua Dari tumbuhan yang sengaja ditanam 13 Kumis kucing Dari tumbuhan liar 14 Lengkuas Dari tumbuhan yang sengaja ditanam dan dibeli dari pasar 15 Daun Mangkok-mangkokan Dari tumbuhan yang sengaja ditanam 16 Sambiloto Dari tumbuhan yang sengaja ditanam dan tumbuhan liar 17 Pegagan Dari tumbuhan liar 18 Daun encok Dapat didapat dengan mudah tumbuh secara liar di ladang, tepian saluran air , atau pekarangan. 19 Dandang gendis Didapat dari tumbuhan liar di pekarangan 20 Bunga soka Dari tumbuhan yang sengaja ditanam sebagai tanaman hias 21 Daun landep Tumbuh liar atau ditanam untuk pagar halaman 22 Jarak kendil Terdapat di hutan, tanah kosong, di daerah pantai dan perkebunan 23 Puring Dari tumbuhan yang sengaja ditanam 24 Gandarusa Tumbuh liar di hutan, tanggul sungai atau dipelihara sebagai tanaman pagar atau tanaman obat. 25 Pulosari Tanaman liar yang tumbuh di dalam hutan dan kawasan pegunungan penanggungan dan bisa didapatkan dari PPLH Seloliman 26 Pecut kuda Dari tumbuhan liar 27 Daun suji Dari tumbuhan yang sengaja ditanam atau dibeli di pasar 28 Jati Belanda Dibeli di pasar atau penduduk setempat bisa mendapatkannya di PPLH Seloliman 29 Jarak merah Masyarakat Seloliman biasanya mengambil sekitar rumah-rumah mereka. 30 Buah maja Dari tumbuhan yang sengaja di tanam 31 Buah kepel Dari tumbuhan yang sengaja ditanam atau tumbuh liar, namun sekarang sudah mulai punah 32 Sambang getih Bisa ditemukan tumbuh liar atau ditanam di halaman dan taman-taman sebagai tanaman hias. 33 Yodium Tanaman hias yang sengaja ditanam

180

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

34 Daun salam Tumbuh liar dan tanaman yang sengaja ditanam 35 Portulaka Tanaman hias yang sengaja dibudidaya 36 Jinten Hitam Tanaman yang dibudidaya 37 Murbey Tanaman budidaya 38 Kitolod Tumbuhan liar 39 Sambung colok Tumbuhan liar 40 Jure Tumbuhan liar 41 Daun katu Ditanam dihalaman rumah 42 Bunga kana Tumbuhan liar 43 Bunga telang Tumbuhan liar 44 Awar-awar Tanaman liar dihutan merupakan tumbuhan semak. 45 Valerian hutan Tumbuhan liar di hutan 46 Daun duduk Tumbuhan liar 47 Bunga kaca piring Tanaman hias yang sengaja dibudidaya 48 Binahong Tanaman budidaya 49 Andong merah Tanaman hias yang dibudidaya 50 Kecombrang Tanaman yang ditanam di pekarangn rumah 51 Pacing Tanaman yang ditanam di pekarangn rumah 52 Nampu Tumbuhan liar 53 Saga telik Tumbuhan liar 54 Garut Tanaman budidaya 55 Pohon sosis Tumbuhan liar dan sengaja ditanam 56 Secang Dibeli dari pasar dan sengaja ditanam

7%

17% 30% tumbuhan liar tanaman budidaya tumb.liar&budidaya dibeli

46%

Gambar 1. Diagram Cara Memperoleh Tumbuhan yang Digunakan Dalam Pengobatan Tradisional Di Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.

181

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

akar

2%3% 6% rimpang 5% 5% 2% batang 2% 3% 5% daun bunga 10% buah biji kulit batang umbi 57% getah herba

Gambar 2. Diagram Bagian Tumbuhan yang Digunakan Dalam Pengobatan Tradisional Di Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.

Gambar 3. Ramuan Secang di Desa Seloliman

HASIL DAN PEMBAHASAN terdapat 30 tumbuhan dengan status LC Dari data yang diperoleh terdapat (Berisiko Rendah), 13 tumbuhan berstatus 55 tumbuhan di Desa Seloliman yang DD (informasi kurang), 7 tumbuhan memiliki khasiat masing-masing yang berstatus VU (Rentan), 3 tumbuhan dapat digunakan dalam pengobatan berstatus CR (Kritis), 1 tumbuhan berstatus tradisional. Berdasarkan data dari IUCN VT (Hampir Terancam), dan 1 tumbuhan Red List, dari 55 tumbuhan tersebut berstatus Terancam. Tumbuhan dengan

182

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

status CR (Kritis) perlu dilakukan kayu secang atau bahan-bahan lain yang budidaya dan pelestarian agar tidak punah. digunakan dalam tradisi suku Jawa di Desa Mengingat manfaatnya yang juga didak Seloliman adalah berjumlah ganjil (tiga, kalah penting digunakan dalam pengobatan lima, atau tujuh). Ramuan secang dapat tradisional. Cara memperoleh tumbuhan dilihat pada Gambar 3. yang digunakan untuk pengobatan Kayu secang (Caesalpinia sappan tradisional berdasarkan hasil wawancara L.)merupakan tanaman famili dengan dua nara sumber dari PPLH di Caesalpiniaceae yang banyak ditemui di Desa Seloliman (Bapak Yuda dan Bapak Indonesia.Kayu secang secara empiris Iswandi) diperoleh hasil yang dapat dilihat diketahui memiliki banyak khasiat pada tabel 2. penyembuhan dan sering dikonsumsi oleh Jenis-jenis tumbuhan yang masyarakat sebagai minuman kesehatan. digunakan dalam sistem pengobatan pada Kayu secang memiliki kandungan senyawa umumnya tumbuh di sekitar pekarangan berupa brazilin (C16H14O5), sappanin rumah dan dikembangkan dengan teknik (C12H12O4), brazilein, dan minyak atsiri sederhana (asal tanam), atau tumbuh liar di seperti D-α-felandrena, asam galat, sekitar area perkebunan dan persawahan osinema, dan damar. Kayu secang warga. Berdasarkan penampakan diagram memiliki daya antioksidan yang andal tersebut, 46% tumbuhan di Desa Seloliman dengan indeks antioksidatif ekstrak air merupakan tanaman budidaya, 30% kayu secang lebih tinggi daripada merupakan tumbuhan liar, 17% merupakan antioksidan komersial (BHT dan BHA) tumbuhan liar dan budidaya, serta 7% sehingga potensial sebagai agen penangkal merupakan tumbuhan yang diperoleh dari radikal bebas. Ekstrak etanolik kayu pasar atau dari penjual tertentu. secang (EEKS) berpotensi menjadi agen Bagian tumbuhan yang diambil kemopreventif dilihat dari hasil uji sebagai obat antara lain rimpang, batang, sitotoksik terhadap sel kanker payudara kulit batang, daun, bunga, buah, biji, dan 4T1. (Hanif et al., 2017) kulit batang. Bagian tumbuhan yang Terdapat tanaman obat yang sudah banyak digunakan untuk pengobatan yaitu jarang ditemui yaitu kepel. Kepel daun sebesar 57%. Daun merupakan merupakan buah kegemaran putri-putri tempat akumulasi hasil fotosintesis yang keraton kerajaan karena diduga mengandung unsur-unsur zat khasiatnya yang mampu mengharumkan organik yang memiliki sifat bau keringat, urin dan nafas. Bentuk buah menyembuhkan penyakit. Zat yang banyak tanaman kepel menyerupai kepalan tangan terdapat pada daun adalah minyak atsiri, yang memiliki nilai filosofi sebagai fenol, senyawa kalium, dan klorofil. perlambang kesatuan serta keutuhan Klorofil telah diuji mampu menanggulangi mental dan fisik. penyakit anemia dengan baik, karena zat Buah kepel sudah sangat jarang dan ini berfungsi sama seperti hemoglobin mulai sulit ditemukan. Tanaman kepel pada darah manusia (Dianto et al., 2015) telah masuk dalam Daftar Tanaman Kulit kayu secang adalah tanaman Langka .Kelangkaan tanaman kepel masuk yang paling banyak digunakan dalam dalam kategori CR (Critis) sesuai data pengobatan tradisional di desa ini. Jumlah IUCN Red list yang artinya keberadaannya

183

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

sulit ditemui karena telah langka (rare) dan tumbuhan yang digunakan dalam jika tidak dilakukan tindakan konservasi pengobatan perlu digali lebih jauh agar maka statusnya dapat meningkat satu tahap dapat dilestarikan. Hanya terdapat terdapat di atasnya, yaitu rawan (vulnerable). dua narasumber (pengobat tradisional) di Banyak faktor yang menyebabkan tanaman desa Seloliman yang masih memegang kepel menjadi langka, antara lain tradisi terkait pengobatan dengan terbentuknya opini bahwa tanaman ini menggunakan bahan alam. hanya boleh ditanam di sekitar keraton, sulit dibudidayakan serta memiliki nilai UCAPAN TERIMAKASIH ekonomi yang rendah sehingga masyarakat Terimakasih kepada Pusat enggan membudidaya tanaman tersebut. Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Buah kepel mengandung saponin Seloliman Trawas Kabupaten Mojokerto dan flavonoid, senyawa tersebut diketahui dan kedua narasumber yaitu bapak Yuda memiliki aktivitas sebagai antimikroba, dan bapak Iswandi. antiinflamasi, antivirus dan antioksidan. Daun kepel mengandung senyawa DAFTAR PUSTAKA terpenoid dan flavonoid (Purwatiningsih and Rahman Hakim, 2013) (Hidayat et al., Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, (2011) menambahkan ekstrak dari daun Karmilasanti, K., Supartini, S., kepel mengandung senyawa flavonoid Balai Besar Penelitian meliputi auron, flavanon dan flavanol yang Dipterokarpa, 2011. dapat digunakan untuk antibakteri. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Dan Pemanfaatannya Di SIMPULAN Kawasan Tane’ Olen Desa Berdasarkan dari penelitian yang Setulang Malinau, Kalimantan sudah dilakukan telah diidentifikasi Timur. J. Penelit. Dipterokarpa 5, terdapat 56 jenis tanaman obat yang masih 23–38. digunakan untuk pengobatan tradisional. https://doi.org/10.20886/jped.2011. Pengolahan tanaman obat tersebut hanya 5.1.23-38 direbus. Jenis tanaman yang digunakan Dianto, I., Anam, S., Khumaidi, A., 2015. untuk pengobatan sangat bervariasi, bagian Studi Etnofarmasi Tumbuhan tanaman yang digunakan sebagian besar Berkhasiat Obat Pada Suku Kaili adalah bagian daun (57%), bunga (10%), Ledo Di Kabupaten Sigi, Provinsi dan sisanya adalah bagian batang, kulit Sulawesi Tengah. J. Farm. Galen. batang, rimpang, akar, bunga, buah, dan Galen. J. Pharm. E-J. 1, 85–91. biji. Sumber tanaman yang digunakan https://doi.org/10.22487/j24428744 sebagian besar adalah tanaman budidaya .2015.v1.i2.6237 (46%), liar (30%), liar dan budidaya (17%) dan membeli di pasar (7%). Sebagian besar Diba, F., Tavita, G.E., 2017. Pemanfaatan Masyarakat desa Seloliman Kecamatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Trawas Kabupaten Mojokerto Jawa Timur Di Desa Entogong Kecamatan sudah terpengaruh oleh budaya luar, Kayan Hulu Kabupaten Sintang 5, sehingga pengetahuan lokalnya mengenai 12.

184

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Hanif, N., Dina, A., Esti, Y.F., Taufik, Study of Kaili Moma Tribe In M.A., Susidarti, R.A., 2017. Kulawi Subdistrict, Sigi Regency, Menunjukkan Efek Sitotoksik Pada Central Sulawesi. J. Farm. Galen. Sel Kanker Payudara 4t1 Tetapi Galen. J. Pharm. E-J. 3, 27–33. Tidak Melalui Jalur Reactive https://doi.org/10.22487/j24428744 Oxygen Species (Ros) 10, 8. .2017.v3.i1.8136

Hidayat, A., LK, D., I, B., 2011. Nugroho, I.A., 2010. Lokakarya Nasional Fractination of the active Tumbuhan Obat Indonesia. compound from kepel Apforgen News Lett. (Stelechocarpus burahol) leaf extract as antibacterial. The 2nd Nurrani, L., 2013. Pemanfaatan International Symposium on Tradisional Tumbuhan Alam Temulawak. Pusat Studi Berkhasiat Obat Oleh Masyarakat Biofarmaka LPPM IPB, IPB Di Sekitar Cagar Alam Tangale 3, Bogor. 22.

Husain, N.A., 2015. Program Studi Nursiyah, 2013. Studi Deskriptif Tanaman Agroteknologi Jurusan Budidaya Obat Tradisional Yang Digunakan Pertanian Fakultas Pertanian Orangtua Untuk Kesehatan Anak Universitas Hasanuddin Makassar Usia Dini Di Gugus Melati 2015 83. Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Universitas Negeri Indrayangingsih, W.O.I., Ibrahim, N., Semarang, Semarang. Anam, S., 2015. Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada Oktoba, Z., 2018. Studi Etnofarmasi Suku Buton Di Kecamatan Tanaman Obat Untuk Perawatan Binongko, Kabupaten Wakatobi, Dan Penumbuh Rambut Pada Sulawesi Tenggara. J. Farm. Galen. Beberapa Daerah Di Indonesia. J. Galen. J. Pharm. E-J. 1, 79–84. Jamu Indones. 3, 81–88. https://doi.org/10.22487/j24428744 https://doi.org/10.29244/jji.v3i3.65 .2015.v1.i2.6236 Purwatiningsih, Rahman Hakim, A., 2013. Islami, M.Y., Ibrahim, N., Nugrahani, Efek Hipourikemia Ekstrak Daun A.W., 2017. Studi Etnofarmasi Kepel [(Stelechocarpus burahol Suku Kaili Moma Di Kecamatan (BI).) Hook.F.& Th] Terhadap Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Allopurinol Secara In Vivo 6. Sulawesi Tengah: Ethnomedicinal

185

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

PENGARUH LAMA WAKTU FERMENTASI KOMBUCHA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI Escherichia coli

Adinda Ismu Cholidah1, Dwi Danu2, Iif Hanifa Nurrosyidah3 1,2 STIKES Rumah Sakit Anwar Medika 3 Departemen Biologi Farmasi, STIKES Rumah Sakit Anwar Medika

Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Bunga rosela (Hibiscus sabdarifa L.) merupakan salah satu tanaman obat keluarga yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Bunga rosela (Hibiscus sabdarifa L.) mengandung senyawa fenolik seperti tanin, saponin dan flavonoid yang bersifat sebagai antibakteri. Bunga rosela (Hibiscus sabdarifa L.) memiliki potensi untuk dijadikan minuman teh kombucha. Kombucha bermanfaat sebagai antibakteri, antikanker, memperbaiki fungsi hati, antikolesterol, penangkal racun memperbaiki sistem pencernaan dan menjaga stamina tubuh. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi kombucha rosela (Hibiscus sabdarifa L.) terhadap aktivitas antibakteri Escherichia coli. Kombucha rosela dibuat dengan cara memfermentasikan rebusan bunga rosela, starter 10% dan gula 10% selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari, 9 hari, 11 hari, 13 hari dan 15 hari. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan metode Cup-plate technique. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi kombucha rosela mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan hasil yang berbeda sesuai dengan lama waktu fermentasi. Analisis data menggunakan uji Spearman menunjukkan hasil waktu fermentasi sangat berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri Escherichia coli dan dilanjutkan uji Mann Whitney menunjukkan fermentasi kombucha rosela memiliki daya hambat yang signifikan terhadap pertumbuhan bakteri. Zona hambat paling optimum menghambat bakteri Escherichia coli adalah fermentasi kombucha rosela 15 hari sebesar 21,5 mm yang dikategorikan dengan daya aktivitas antibakteri sangat kuat.

Kata kunci : kombucha, antibakteri, bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L)

186

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

EFFECT OF FERMENTATION TIME KOMBUCHA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) ON ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF Escherichia coli

ABSTRACT Roselle flower (Hibiscus sabdarifa L.) is one of the medicinal plants which is often used as traditional medicine. Roselle flower (Hibiscus sabdarifa L.) contains phenolic compounds such as tannins, saponins and flavonoids that are as antibacterial. Roselle flower (Hibiscus sabdarifa L.) can be made as a kombucha tea. Kombucha ia useful as an antibacterial, anticancer, improves liver function, anticholesterol, detoxification, improves the digestive system and maintains stamina. The purpose of this research were to find out the effect of kombucha roselle (Hibiscus sabdarifa L.) fermentation time against antibacterial activity of Escherichia coli. Kombucha roselle made by fermenting roselle stew, starter 10% and sugar 10% for 1 day, 3 days, 5 days, 7 days, 9 days, 11 days, 13 days and 15 days. Then, testing the effectiveness of antibacterial by method Cup-plate technique. The results showed that fermentation of kombucha rosella was able to inhibit the growth of Escherichia coli bacteria with different results according to the length of fermentation time. The results of data analysis using spearman test showed the fermentation time were take effect on e.coli antibacterial activity and continued with Mann Whitney test showed the fermentation of kombucha roselle has a significant inhibitory effect on bacterial growth. The most optimum inhibitory zone in inhibiting Escherichia coli is 15 days fermentation of kombucha roselle for 21,5 mm wich is categorized as very strong antibacterial activity.

Keywords : kombucha, antibacterial, Roselle Flower (Hibiscus sabdariffa L.)

PENDAHULUAN Penyakit infeksi merupakan Rahardja, 2007). Penyakit diare suatu penyakit yang disebabkan karena merupakan penyakit endemis di adanya mikrooganisme meliputi bakteri, indonesia dan juga merupakan penyakit virus, jamur dan parasit (Kowalk dan potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) Jeniffer, 2011). Salah satu penyakit yang disertai dengan kematian infeksi yang umum terjadi yaitu infeksi (Kemenkes RI, 2018). Hasil Riskesdas saluran pencernaan seperti infeksi diare. (2018) menyebutkan bahwa insiden Infeksi saluran pencernaan sendiri diare di indonesia pada tahun 2013- umum terjadi di seluruh dunia yang 2018 mengalami peningkatan. menyebabkan morbiditas dan mortalitas Prevalensi diare berdasarkan diagnosis (Sukandar et al., 2008). tahun 2013 sebesar 4,5% dan meningkat Kasus diare banyak terjadi di menjadi 6,8% pada tahun 2018, negara-negara berkembang dengan sedangkan berdasarkan diagnosis dan standar hidup yang rendah (Tjay dan gejala penyakit tahun 2013 sebesar 7%

187

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

dan meningkat menjadi 8% pada tahun penderita mengalami diare, akibat cara 2018. Diare pada balita berdasarkan kerjanya dapat merangsang enzim diagnosis tahun 2013 sebesar 2,4%, adenilat siklase pada mukosa usus tahun 2018 sebesar 11%. Insiden diare halus. Toksin ST (termostabil) berperan di provinsi Jawa Timur pada dalam merangsang aktifnya enzim berdasarkan diagnosis dan gejala gunilat siklase yang berperan dalam penyakit tahun 2013 sebesar 4,7%, pembentukan guanosin monofosfat tahun 2018 sebesar 6,5 %, diare pada siklik yang berakibat terjadinya balita berdasarkan diagnosis dan gejala gangguan klorida (Cl-) dan natrium penyakit tahun 2013 sebesar 6,6% dan (Na+) serta dapat menurunkan motilitas tahun 2018 sebesar 10,7 %. usus halus (Kurniawan dan Shali, Diare merupakan peningkatan 2017). Bakteri Escherichia coli dapat volume feses dan frekuensi defekasi menyebabkan infeksi pada manusia yang dipengaruhi oleh banyaknya seperti infeksi saluran kemih, kandungan air serta keberadaan meningitis pada neonatus dan infeksi makanan yang tidak dapat diserap oleh diare (Radji, 2010; Kuswiyanto, 2016). kolon (Kowalk dan Jeniffer, 2011). Pengobatan yang dilakukan pada Diare akut infeksi diklasifikasikan pasien infeksi diare yaitu antibiotika. menjadi diare non inflamasi dan diare Antibiotika yang sering digunakan yaitu inflamasi. Diare inflamasi disebabkan ampisilin, amoksisilin, kotrimoksazol, invasi bakteri dan sitotoksik di kolon kloramfenikol dan tetrasiklin. yang ditandai dengan adanya lendir dan Penggunaan antibiotik yang tidak darah sehingga dapat menyebabkan rasional (tidak tepat indikasi, tidak tepat abdomen terasa mulas sampai nyeri, dosis, tidak tepat cara pemberian, mual, muntah, demam, dan dehidrasi. penggunaan secara terus- Pemeriksaan tinja ditemukan sel menerus/jangka panjang) dapat leukosit polimorfonuklear. Diare non menyebabkan resistensi bakteri inflamasi disebabkan oleh enterotoksin terhadap antibiotik (Kemenkes, yang mengakibatkan diare cair tanpa 2011;WHO, 2002). Berdasarkan uraian disertai lendir dan darah. Pada di atas terkait kekurangan dari pemeriksaan tidak ditemukan leukosit penggunaan antibiotik, maka (Zein et al., 2004). pengobatan infeksi dengan Bakteri patogen yang dapat menggunakan bahan alam menjadi salah menyebabkan infeksi diare yaitu satu alternatif untuk mengatasi Escherichia coli dan Staphylococcus permasalahan tersebut. aureus. Escherichia coli tergolong Tumbuhan yang berkhasiat bakteri Gram negatif yang merupakan sebagai obat sudah dimanfaatkan oleh flora normal pada usus. Bakteri ini masyarakat sejak zaman dahulu. memiliki 2 jenis toksin (enterotoksin) Pengobatan tradisional terhadap yaitu yang termolabil (LT) dan penyakit tersebut menggunakan bahan termostabil (ST). Toksin LT dasar dari tumbuhan dan segala sesuatu (termolabil) dapat menyebabkan yang berada di alam. Sampai sekarang

188

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

obat herbal banyak diminati oleh fermentas, Torula varietas), fermentasi masyarakat karena bahan-bahannya dapat dilakukan selama 7-14 hari. dapat ditemukan dengan mudah di Kombucha banyak dikonsumsi lingkungan sekitar (Mulyani et al,. masyarakat sebagai minuman kesehatan 2016). Salah satu tanaman obat yang karena memiliki banyak senyawa yang dapat digunakan sebagai antibakteri berkhasiat yaitu berbagai macam adalah rosela (Hibiscus sabdariffa L.). vitamin (B1, B2, B3, B6, B12, B15 dan C), polifenol yang memiliki efek Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) antioksidan, dapat mempengaruhi tubuh merupakan salah satu tanaman yang secara menyeluruh dengan memiliki aktivitas antimikroba, menstabilkan metabolisme tubuh, antioksidan, anti-inflamasi, antidiabetes, penawar racun dan berbagai jenis asam antihipertensi dan antifungial (asam asetat, asam glukoronat, asam (Nurnasari dan Khuluq, 2017). laktat, asam karbonat, asam folat, asam Antimikroba pada rebusan bunga rosela glukonat, asam condroitin sulfat dan ditunjukkan oleh senyawa polifenol asam hyaluronic) (Naland, 2008). Asam seperti flavonoid yaitu antosianin dan asetat berperan sebagai antibakteri gosypetin, fenolik, tannin dan saponin dengan cara mendenaturasi protein dengan konsentrasi 10% - 70% tidak yang dapat menyebabkan aktivitas menghambat bakteri Escherichia coli metabolisme sel bakteri berhenti dan konsentrasi 80% - 100% dapat (Simanjuntak dan Kurniawaty, 2019). menghambat pertumbuhan bakteri Penelitian sebelumnya yang Escherichia coli (Estri dan Anggarbeni, dilakukan oleh Deghrigue et al. (2013) 2015). Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kombucha teh sebelumnya oleh Jung et al., (2013) hitam dan teh hijau mampu menunjukkan bahwa kandungan menghambat pertumbuhan bakteri polifenol pada ekstrak bunga rosela Escherichia coli, Pseudomonas dapat menghambat pertumbuhan bakteri aeruginosa, Staphylococcus epidermidis Bacillus subtilis, Escherichia coli dan dan Staphylococcus aureus. Dalam Staphylococcus aureus. pembuatan kombucha dapat Salah satu pengolahan rosela menggunakan tanaman selain teh hitam adalah dapat dijadikan minuman dan teh hijau salah satunya yaitu rosela. kombucha rosela. Teh kombucha Pada penelitian yang dilakukan sendiri merupakan minuman hasil Suhartatik et al. (2009) kombucha fermentasi larutan teh manis dengan rosela dapat digunakan sebagai memanfaatkan pertumbuhan simbiosis antikolestrolemia, sedangkan antara yeast (Saccharomyces cerevisiae, banyaknya kandungan senyawa Saccharomyces ludwigii, fitokimia yang berperan sebagai Saccharomyces apiculatus varictas, antibakteri membuat bunga rosela Saccharomycespombe) dan bakteri sangat berpotensi untuk dijadikan (Acetobacter xylinum, gluconicum, sebagai minuman kombucha rosela. Acetobacter ketogenum Pichia Oleh karena itu pada penelitian ini akan

189

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

dilakukan uji aktivitas kombucha rosela MSR), inkubator (memmert), LAF terhadap bakteri Escherichia coli (Lamnar Air Flow) (WINA:304) dan menggunakan metode uji difusi autoklaf (GEA/IS-B75L). sumuran dengan konsentrasi 100% dan Bahan utama yang digunakan fermentasi selama 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13 dalam percobaan ini yaitu starter dan 15 hari. kombucha. Starter kombucha diperoleh dari WikiKombucha di Bali. Simplisia METODE PENELITIAN rosela diperoleh dari UPT Materia Material Medica Batu dan gula pasir. Skrining Alat yang digunakan dalam fitokimia menggunakan bahan, reagen percobaan ini yaitu timbangan digital, Wagner, Mayer, Dragebdorf, Liberman- pinset , gelas ukur, erlenmeyer, beaker Buchard, FeCl3 1%, HCL 2 N dan gelas, gunting, batang pengaduk, corong serbuk Mg. Uji aktivitas antibakteri gelas, tabung reaksi dan raknya, gelas menggunakan media Nutrien Agar arloji, penangas air, dan oven. Alat (NA), BaCl, media Muller Hinton Agar untuk uji aktivitas antibakteri meliputi (MHA), Akuades steril, biakan bakteri cawan Petri (PetriQ), plastik wrap, Escherichia coli dan Staphylococcus bunsen burner, jarum ose, mikropipet, aureus. sterilizing cupboard (Elitech/ZTP80 ECOh), shaker rotation (Health/H- Rancangan Penelitian 15 menit, tunggu larutan hingga dingin Pembuatan Kombucha Rosella (suhu dibawah 50 0C), ditambahkan Pembuatan kombucha rosela 10% starter dari volume total. Setelah dilakukan dengan cara menimbang itu, erlenmeyer ditutup rapat dan simplisia bunga rosela sebanyak 250 dibungkus dengan kasa. Difermentasi gram, selanjutnya masukkan dalam 500 selama 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15 hari ml air kemudian direbus sampai volume dalam kondisi gelap dan pada suhu tersisa 250 ml dan disaring dengan kain ruang. Formulasi kombucha rosela kasa steril, maka diperoleh konsentrasi dapat dilihat secara detail pada tabel 1 100%. Kemudian tambahkan gula 10% dibawah ini. dari volume total dan disterilkan selama

Tabel 1 Formulasi Kombucha Rosela Bahan Lama Fermentasi (Hari) Fungsi F1 F3 F5 F7 F9 F11 F13 F15 Simplisia 100 100 100 100 100 100 100 100% Bahan Aktif Rosela % % % % % % % Starter 10 10 10 10 10 10% 10% 10% Agen (SCOBY) % % % % % Fermentasi 10 10 Makanan 10 10 10 Gula % % 10% 10% 10% koloni % % % bakteri-jamur

190

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

(SCOBY) Akuades Ad Ad Ad Ad Ad Ad Ad Ad Pelarut 500 500 500 500 500 500 500 500 ml ml ml ml ml ml ml ml

Skrining Fitokimia Kombucha Rosela 4. Uji Tanin dan Polifenol Skrining fitokimia yang Sampel diambil sebanyak 3 mL, dilakukan yaitu saponin, flavonoid, kemudian diekstraksi dengan Akuades alkaloid, tanin, polifenol, steroid dan panas dan didinginkan suhu ruang. terpenoid. Senyawa tersebut dilakukan Setelah itu ditambah 5 tetes NaCl 10% untuk memastikan adanya senyawa dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 3 yang bertanggung jawab sebagai bagian A, B, dan C. Filtrat A sebagai antibakteri. blanko, filtrat B ditambahkan 3 tetes

1. Uji Saponin FeCl3 1% dan filtrat C ditambah gelatin Uji Saponin dilakukan dengan 10%. Setelah itu diamati perubahan cara sampel dimasukkan ke dalam yang terjadi. Hasil positif ditunjukkan tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan terbentuknya warna hitam HCL 2N sebanyak 5 ml, kemudian kebiruan atau hijau untuk larutan yang larutan didinginkan dan kocok selama ditambahkan FeCl3 1% (polifenol) dan 30 detik. Apabila terbentuk busa yang endapan putih untuk larutan yang tidak hilang selama 30 detik ditambahkan gelatin 10% (tanin) menunjukkan adanya saponin (Sari & (Hanani, 2015). Aryantini, 2018). 5. Uji Steroid dan Terpenoid 2. Uji Flavonoid Fraksi non polar pada sampel Uji Flavonoid dilakukan dengan diambil sebanyak 5 tetes, kemudian cara sampel diuapkan hingga kering, ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat dan 1 ditambahkan 2-3 tetes etanol kemudian tetes asam asetat pekat. Perubahan ditambahkan serbuk Mg dan beberapa warna menjadi merah/ungu HCl 5M. Bila timbul warna merah menunjukkan positif adanya senyawa hingga merah lembayung maka ekstrak tripterpenoid. Sedangkan perubahan mengandung flavonoid (Hanani, 2015). warna hijau menunjukkan positif 3. Uji Alkaloid adanya senyawa steroid (Hamad et al, Uji alkaloid dilakukan dengan 2017). cara sampel ditambahkan HCL 2N sebanyak 5 ml, kemudian dilakukan uji Uji Organoleptik Kombucha Rosela dengan reagen Mayer, Wagner, dan Uji organoleptik dilakukan Dragendorff. Hasil positif alkaloid secara visual dengan melihat bentuk, ditunjukkan adanya endapan putih warna, merasakan bau dan rasa (Sari untuk peeaksi Mayer, warna coklat dan Aryantini, 2018). muda untuk pereaksi Wagner dan warna Pengukuran pH Kombucha Rosela merah jingga untuk pereaksi Diambil masing-masing 25 ml Dragendorff (Sari & Aryantini, 2018). larutan kombucha, kemudian diukur pH 191

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

nya dengan menggunakan pH meter asetat kemudian menentukan persen (Sari dan Aryantini, 2018). total asam titrasi dengan cara mengambil sebanyak 25 ml sampel Uji Total Asam Kombucha Rosela ditambahkan dengan 3 tetes indikator Selama Waktu Fermentasi fenolftalein, kemudian dititrasi dengan Uji total asam dilakukan dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan metode titrasi alkaimetri yaitu berubah warna merah muda. Rumus menentukan konsentrasi NaOH dengan yang digunakan untuk menentukan cara melakukan standarisasi terhadap konsentrasi NaOH sebagai berikut: larutan NaOH menggunakan asam

V x N = V X N NaOH NaOH CH3COOH CH3COOH Keterangan:

VNaOH : Volume NaOH (mL) N NaOH : Konsentrasi NaOH (N) V CH3COOH : Volume CH3COOH (mL) N CH3COOH : Konsentrasi CH3COOH (N)

Rumus yang digunakan untuk menentukan persen total asam titrasi sebagai berikut (Aridona et al. 2015):

ml NaOH (titran) x N x Fp x BM CH3COOH NaOH %TAT = X 100% Sampel (mg)

Keterangan:

NNaOH : Konsentrasi NaOH (N) ml NaOH : Volume hasil titrasi Sampel (mg) : Berat sampel Fp : Faktor pengenceran

BM CH3COOH : 60,05

Metode Uji Aktivitas Antibakteri agen antimikroba yang akan diuji Rebusan Rosela kemudian diinkubasi pada waktu Penelitian ini dilakukan dengan tertentu (18-24 jam) dan suhu tertentu metode Cup-plate technique (difusi (37oC). Hasil pengamatan yang sumuran) dengan cara media dituangkan diperoleh berupa ada atau tidaknya kedalam cawan Petri, kurang lebih daerah jernih yang terbentuk sebanyak 15 ml, media dibiarkan dingin disekeliling sumuran yang dan membeku lalu dibuat sumur pada menunjukkan zona hambat pada media agar yang telah ditanami dengan pertumbuhan bakteri (Pratiwi, 2008). bakteri dan pada sumur tersebut diberi

192

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Metode Uji Aktivitas Antibakteri memadat. Setelah media Nutrien Agar Kombucha Rosela memadat bakteri uji diremajakan Penelitian ini dilakukan dengan dengan cara di swab menggunakan metode Cup-plate technique (difusi jarum ose secara steril pada Lemari sumuran) dengan cara media dituangkan Laminar Air Flow (LAF). Setelah itu kedalam cawan Petri, kurang lebih biakan bakteri uji (Escherichia coli dan sebanyak 15 ml, media dibiarkan dingin Staphylococcus aureus) di inokulasi dan membeku lalu dibuat sumur pada dalam suhu 36°C selama 24 jam. media agar yang telah ditanami dengan bakteri dan pada sumur tersebut diberi 2. Pembuatan Isolat Uji Escherichia agen antimikroba yang akan diuji coli kemudian diinkubasi pada waktu a. Pembuatan Media Nutrient Broth tertentu (18-24 jam) dan suhu tertentu (NB) (37oC). Hasil pengamatan yang Pembuatan media Nutrient diperoleh berupa ada atau tidaknya Broth (NB) untuk isolat uji dilakukan daerah jernih yang terbentuk dengan cara ditimbang media Nutrient disekeliling sumuran yang Broth (NB) sebanyak 0,64 g, lalu menunjukkan zona hambat pada dilarutkan dalam air suling steril sedikit pertumbuhan bakteri (Pratiwi, 2008) demi sedikit, kemudian dicukupkan volumenya hingga 60 mL dengan Uji Aktivitas Antibakteri Rebusan bantuan pemanasan sampai semua Rosela dan Kombucha Rosela terlarut sempurna kemudian dibagi 1. Pembiakan Bakteri Escherichia menjadi 6 tabung dan disterilkan dalam coli autoklaf pada temperatur 121°C selama Pembuatan media Nutient Agar 15 menit. (NA) untuk peremajaan bakteri b. Pembuatan Suspensi Bakteri dilakukan dengan cara sebanyak 0,4 g Bakteri uji yang telah media Nutrient Agar (NA) dilarutkan diinokulasi diambil 1 ose bakteri dalam air suling steril kemudian kemudian dimasukkan kedalam tabung volumenya dicukupkan hingga 20 ml yang berisi 10 ml larutan Nutrient Broth dengan bantuan pemanasan sampai (NB) dishaker selama 24 jam. semua bahan terlarut. Disterilkan dalam Kemudian dilakukan penenceran 10-1, autoklaf pada temperatur 121°C selama 10-2, 10-3, 10-4 dengan cara mengambil 1 15 menit. ml suspensi bakteri dimasukkan Proses peremajaan bakteri kedalam 9 ml akuades steril, didapatkan Escherichia coli dilakukan dengan cara pengenceran 10-1. Kemudian diambil dimasukkan sebanyak 5 ml media 0,1 ml dari konsentrasi 10-1 dilarutkan Nutrien Agar steril kedalam tabung dalam 9,9 ml akuades steril, didapatkan reaksi steril, didiamkan pada temperatur pengenceran 10-2. Kemudian diambil kamar sampai sediaan memadat pada 0,1 ml dari konsentrasi 10-2 dilarutkan posisi miring kira kira kemiringan 45°. dalam 9,9 ml akuades steril, didapatkan Diamkan selama 30 menit hingga media pengenceran 10-3. Kemudian diambil

193

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

0,1 ml dari konsentrasi 10-3 dilarutkan atau rebusan rosela dengan mikropipet dalam 9,9 ml akuades steril, didapatkan sebanyak 50 µl. Setelah itu inkubasi pengenceran 10-4 dari konsentrasi 10-4 cawan Petri pada suhu 36° C selama digunakan untuk bakteri uji. 24jam. Zona hambat diukur disekitar sumuran untuk tiap replikasi dan 3. Uji Antibakteri Terhadap Bakteri kontrol setelah diinkubasi selama 24 Escherichia coli jam. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan cara media padat Analisis Data Muller Hinton Agar (MHA) diambil Analisis data yang digunakan sebanyak 28,50 g dilarutkan dengan untuk uji aktivitas antibakteri kombucha menggunakan akuades steril 750 ml, rosela yang digunakan pada penelitian kemudian diamkan diatas kompor listrik ini adalah analisis statistik parametrik hingga larut dan jernih, kemudian dengan distribusi yang normal yaitu one disterilkan dengan menggunakan way ANOVA untuk mengetahui autoklaf pada suhu 121°C selama 15 perbedaan yang signifikan pada setiap menit. setiap formula dan untuk mengetahui Muller Hinton Agar (MHA) ada atau tidaknya perbedaan hubungan yang telah cair (suhu 40 oC) aktivitas antibakteri terhadap lama dimasukkan kedalam 10 cawan Petri, waktu fermentasi menggunakan uji LSD ditambahkan suspensi bakteri uji dan (Uji Lanjut BNT). Sedangkan untuk ratakan hingga homogen, kemudian data yang tidak terdistribusi secara diamkan sampai membeku, pada setiap normal menggunakan analisis statistik cawan Petri media agar dibagi dalam 3- non parametrik Kruskal Wallis untuk 4 wilayah untuk masing-masing mengetahui perbedaan signifikan setiap replikasi (3 kali replikasi) dan kontrol formula dan Mann Whitney untuk negatif (Akuades) dengan cara memberi mengetahui ada atau tidaknya tanda pada bagian bawah cawan Petri. perbedaan hubungan aktivitas Kemudian dibuat lubang sumuran pada antibakteri terhadap lama waktu media yang telah padat sebanyak 3-4 fermentasi setiap kelompok. sumur, dimasukkan larutan kombucha

194

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Skrining Fitokimia Rebusan Rosela dan Kombucha Rosella

Tabel 2 Hasil Skrining Fitokimia Rebusan Rosela dan Kombucha Rosela

Rebusan RoselaRebusan

Hasil PngamatanHasil PngamatanHasil

No Identifikasi Nama Uji Hasil Hasil Fermentasi Hari Fermentasi Hari Metabolit (Reagen) Menurut Pngamata

ke 15

Sekunder Literatur n ke 7

1. Saponin + 20 ml Terbentuk Terbentuk + + + akuads busa busa 2. Flavonoid 2-3 tetes Terbentuk Terbentuk etanol + warna warna HCL + merah merah logam Mg hingga lembayung + + + merah lembayun g 3. Alkaloid + HCL A= A= reagen + 2N 5ml. reagen mayer A=reagen mayer (endapan + + mayer (endapan putih) putih) B= reagen B= reagen B= reagen wagner wagner wagner + + + (coklat (coklat muda) muda) C= reagen C= reagen C= reagen dragendor dragendor dragendorff + + + ff ff (merah (merah jingga) jingga) 4. Polifenol dan +akuads Filtrat A: Filtrat A: Tanin panas, (hitam coklat +NaCl kebiruan) kemerahan - - - 10% + Filtrat A: polifenol +3 tetes FeCl3

195

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Filtrat B: Filtrat B: Filtrat B: +garam +garam merah ada gelatin gelatin endapan + (endapan putih + + putih) + tanin

5. Terpenoid +H2SO4, Warna Warna dan Steroid +asam merah/un merah asetat gu + pekat triterpenoi + + + d Warna hijau + steroid berwarna merah jingga. Senyawa Hasil identifikasi senyawa polifenol menunjukkan hasil negatif saponin positif terlihat pada rebusan teridentifikasi setelah penambahan bunga rosela dan kombucha rosela FeCl3 sampel tidak berubah warna, fermentasi hari ke 7 dan ke 15 sebelum senyawa tanin menunjukkan hasil penambahan akuades sampel tidak ada positif teridentifikasi setelah busa dan setelah penambahan akuades, penambahan garam gelatin pada sampel dikocok selama 30 detik timbul busa terbentuk endapan putih. Senyawa yang tidak hilang (stabil). Senyawa Terpenoid menunjukkan hasil positif flavonoid menunjukkan hasil positif teridentifikasi sebelum penambahan pada rebusan bunga rosela dan reagen sampel berwarna merah tua kombucha rosela fermentasi hari ke 7 setelah penambahan reagen sampel dan ke 15 di mana terjadi perubahan berubah warna merah. Hasil skrining sebelum penambahan reagen sampel fitokimia yang diperoleh pada rebusan berwarna merah tua dan setelah bunga rosela dan kombucha rosela tidak penambahan reagen warna yang ada perbedaan senyawa yang terbentuk merah lembayung. Senyawa terkandung. Hasil skrining yang alkaloid menunjukkan hasil positif pada diperoleh sesuai dengan literatur yang rebusan bunga rosela dan kombucha ada di mana bunga rosela mengandung rosela fermentasi hari ke 7 dan ke 15 di senyawa saponin, flavonoid, alkaloid, mana terjadi perubahan warna sebelum tanin dan triterpenoid (Estri dan penambahan reagen sampel berwarna Anggarbeni, 2015; Mardiah et al. merah tua dan terjadi perubahan setelah 2015). penambahan reagen mayer terdapat endapan putih, reagen wagner berwarna cokelat muda dan reagen dragendorff

196

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Tabel 3 Hasil Uji Organoleptik Rebusan Rosela dan Kombucha Rosela

Perlakuan Hasil Pengamatan Warna Aroma Rasa Rebusan Rosela Merah tua pekat Khas rosela Manis Fermentasi Kombucha Merah tua pekat Khas rosela dan berbau Manis asam Hari ke 1 sedikit asam Fermentasi Kombucha Merah tua pekat Khas rosela dan berbau Manis asam Hari ke 3 asam Fermentasi Kombucha Merah tua pekat Khas rosela dan berbau Manis asam Hari ke 5 asam Fermentasi Kombucha Merah tua pekat Khas rosela dan berbau Manis asam Hari ke 7 asam Fermentasi Kombucha Merah tua pekat Khas rosela dan berbau Manis asam Hari ke 9 asam Fermentasi Kombucha Merah tua pekat Khas rosela dan berbau Manis asam Hari ke 11 asam Fermentasi Kombucha Merah tua Khas rosela dan berbau Manis asam Hari ke 13 asam Fermentasi Kombucha Merah tua Khas rosela dan berbau Manis asam Hari ke 15 asam

Hasil penelitian uji organoleptik fermentasi. Aroma asam pada kombucha rosela menunjukkan adanya kombucha rosela disebabkan oleh perubahan rasa terhadap waktu senyawa-senyawa volatile yang fermentasi. Pada awal fermentasi terbentuk sehingga menimbulkan aroma kombucha rosela masih terasa manis, asam yang khas dan adanya komponen kemudian rasa asam muncul pada asam yang terbentuk saat proses fermentasi hari selanjutnya. Semakin fermentasi (Wistiana dan Zubaidah. lama waktu fermentasi menyebabkan 2015). Khamir dan bakteri melakukan meningkatnya rasa asam pada metabolisme terhadap sukrosa dan kombucha. Hal ini dikarenakan khamir menghasilkan sejumlah asam-asam dan bakteri melakukan metabolisme organik seperti asam asetat, asam terhadap sukrosa dan menghasilkan glukonat dan asam glukoronat (Wistiana sejumlah asam-asam organik seperti dan Zubaidah. 2015). Menurut asam asetat, asam glukonat dan asam Simanjuntak et al (2016) semakin lama glukoronat, sehingga rasa khas bunga proses fermentasi, maka terjadi rosela mulai menghilang dan digantikan peningkatan senyawa kimia seperti oleh rasa asam (Wistiana dan Zubaidah. asam asetat yang bersifat volatil yang 2015). akan menghasilkan aroma asam yang Hasil penelitian uji organoleptik kuat dan khas. kombucha rosela menunjukkan adanya Hasil penelitian uji organoleptik perubahan Aroma terhadap waktu kombucha rosela menunjukkan adanya

197

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

perubahan warna terhadap waktu disebabkan fermentasi yang semakin fermentasi. Pada fermentasi hari ke 1, 3, lama mengakibatkan jumlah mikroba 5, 7, 9 dan 11 kombucha rosela kombucha semakin bertambah dan berwarna merah tua pekat, pada memperbesar kesempatan mikroba fermentasi hari ke 13 dan 15 warna untuk mendegradasi senyawa-senyawa kombucha rosela berubah menjadi dalam kmbucha yang dapat merubah warna merah tua. Semakin lama waktu warna kombucha semakin terang fermentasi warna kombucha semakin (Naland, 2004). bening (Puspitasari et al, 2017). Hal ini

Uji pH Rebusan Rosela dan Kombucha Rosela Tabel 4 Hasil Uji pH Kombucha Rosela

Perlakuan Rebusan Fermentasi Kombucha Rosela Hari Ke Rosela 1 3 5 7 9 11 13 15

R1 3,4 3,7 3,9 4 4 4,4 4,3 4,4 3,6 R2 3,5 3,8 3,9 4 4 4,3 4,4 4,3 3,6 R3 3,4 3,8 3,9 4 4 4,4 4,3 4,4 3,6 Rata-rata 3,43 3,76 3,9 4 4 4,36 4,33 4,36 3,6

Hasil penelitian tingkat cenderung naik turun. Hal ini keasamanan kombucha rosela disebabkan karena selain dihasilkan cenderung mengalami peningkatan asam organik oleh bakteri asam asetat selama fermentasi hari ke 1-13 hal ini dan bakteri asam laktat, juga terjadi disebabkan karena pertumbuhan bakteri penggunaan asam organik oleh yeast dan khamir pada fase lag (fase adaptasi) sebagai sumber karbon. yang merupakan fase di mana Penurunan pH pada fermentasi mikroorganisme menyesuaikan dengan hari ke 15 dapat disebabkan karena lingkungannya (Simanjuntak et al, khamir mensintesis gula menjadi etanol 2016). Menurut penelitian Suhartatik et yang kemudian dirombak oleh bakteri al. (2009) jumlah asam sebagai asam menjadi asam-asam organik, seperti asetat dalam fermentasi kombucha asam asetat dan asam glukonat. rosella tidak terdapat kecenderungan Beberapa jenis asam-asam organik tertentu. Kombucha rosella dengan tersebut mengakibatkan penurunan pH kadar rosella 30 g/L, total asam pada kombucha. Pertumbuhan bakteri mengalami penurunan setelah dan khamir pada fase logaritmik (fase difermentasi selama 1 hari dan eksponensial) yang merupakan fase di kemudian naik lagi. Namun pada kadar mana mikroorganisme tumbuh dan rosella 40 g/L, nilai total asam turun membelah pada kecepatan maksimum setelah hari ke-1 kemudian naik lagi sehingga jumlahnya mikroorganisme sampai hari ke-5 dan turun lagi hingga meningkat dan pH menurun (Wrasiati et hari ke-10. Keasaman kombucha al, 2013). 198

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

pada rebusan rosela dan kombicha Uji Total Asam Asetat Rebusan rosela. Rosela dan Kombucha Rosela Uji total asam asetat dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman

Tabel 5 Hasil Uji Total Asam Asetat Rebusan Rosela dan Kombucha Rosela Perlakuan Rebusan Fermentasi Kombucha Rosela Hari Ke rosela 1 3 5 7 9 11 13 15 % Total 2,33% 2,68% 2,74% 2,96% 2,96% 3,27% 3,32% 3,48% 3,59% Asam

Persamaan Regresi Total Asam Asetat

4,00%

3,00%

2,00% y = 0,0007x + 0,0258 R² = 0,9747 1,00%

0,00% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 % Total Asam Asetat Asam Total% Waktu Fermentasi (Hari)

Hasil penelitian semakin lama linier antar waktu fermentasi dengan pH waktu fermentasi, % total asam asetat didapatkan y = 0,0007x + 0,0258 semakin meningkat. Peningkatan total dengan r = 0,987 yang berarti kriteria asam asetat dikarenakan selama proses kekuatan hubungan adalah sangat kuat fermentasi khamir dan bakteri (0,9-1) menurut (Misbahuddin dan melakukan metabolisme terhadap Hasan, 2014). Maka dari itu semakin sukrosa dan menghasilkan sejumlah lama waktu fermentasi, % total asam asam-asam organik seperti asam asetat, asetat semakin meningkat. Peningkatan asam glukonat dan asam glukoronat total asam asetat dikarenakan selama (Wistiana dan Zubaidah. 2015). Total proses fermentasi khamir dan bakteri asam asetat merupakan parameter melakukan metabolisme terhadap penting dalam fermentasi kambucha sukrosa dan menghasilkan sejumlah sebagai metabolit yang dihasilkan asam-asam organik seperti asam asetat, mikroba selama fermentasi berlangsung asam glukonat dan asam glukoronat (Goh et al, 2012). Hubungan antara (Wistiana dan Zubaidah. 2015). waktu fermentasi dengan % total asam Hal ini sesuai dengan penelitian dianalisa menggunakan uji regresi linier menurut Simanjuntak et al (2016) sederhana. Hasil persamaan regresi mengenai karakteristik kimia dan

199

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

aktivitas antioksidan kombucha dari glukonat oleh karena itu terjadi tumbuhan apu-apu (pistia stratiotes) peningkatan kadar asam-asam organik selama fermentasi total asam yang yang menyebabkan semakin tinggi total dihasilkan semakin meningkat asamnya. dikarenakan selama proses fermentasi khamir dan bakteri melakukan proses metabolisme terhadap sukrosa dan Uji Aktivitas Antibakteri Escherichia menghasilkan sejumlah asam-asam coli organik seperti asam asetat dan asam

Tabel 6 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Escherichia coli Rebusan Bunga Rosela dan Kombucha Rosela Perlakuan Zona Hambat Escherichia coli (mm) Rebus Fermentasi Kombucha Rosela Hari Ke an 1 3 5 7 9 11 13 15 rosela Kontrol (-) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kontrol (+) 8,75 7 8 11 11 11 11 13 13 Replikasi 1 15,75 14 18 18 20,5 21 21 21,75 21,75 Replikas 2 15,25 13,2 15,25 18,25 21 21 21,25 21 21 Replikas 3 14,75 13 15,75 19 21 21 21 21,25 21,75 Rata-rata 15,25 13,40 16,33 18,41 20,83 21 21,08 21,33 21,50 Σ (SD) 6,7212 5,9722 7,3963 8,0816 9,2574 9,3380 9,3801 9,3384 9,4190

Zona bening atau zona hambat kategori daya hambat kuat, hal ini dapat yang terbentuk akibat adanya aktivitas disebabkan karena pada rebusan bunga metabolit sekunder dan asam asetat rosela terdapat kandungan senyawa yang terkandung dalam sampel yang fenolik yang terdiri dari flavonoid, diuji. Hasil zona hambat bakteri tannin, antosianin dan saponin (Estri Escherichia coli pada rebusan bunga dan Anggarbeni, 2015). Kombucha rosela yaitu 15,25 mm yang merupakan fermentasi hari ke 1 memiliki aktivitas 200

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

antibakteri yang lemah dan kombucha kombucha yang telah diberi, karena rosela fermentasi hari ke 15 memiliki bakteri dan khamir pada kombucha aktivitas antibakteri yang paling kuat, tidak mampu untuk memecah senyawa hal ini dikarenakan kombucha rosela kimia yang terkandung banyak pada memiliki senyawa asam asetat dan bunga rosela (Fajriyah et al, 2015). diduga dipengaruhi oleh senyawa Hasil ini sesuai dengan penelitian flavonoid, saponin dan tanin yang masih menurut Battikh et al. (2011) kombucha terdapat pada kombucha. Asam asetat teh hitam dan teh hijau mempunyai berperan sebagai antibakteri dengan aktivitas antibakteri dengan spektrum cara mendenaturasi protein yang dapat luas, karena mampu menghambat menyebabkan aktivitas metabolisme sel bakteri Gram positif maupun Gram bakteri berhenti (Simanjuntak dan negatif. Kurniawaty, 2019). Kandungan kimia saat fermentasi kombucha rosela masih Pengaruh Waktu Fermentasi tetap ada dan tidak dapat terurai akibat Terhadap Aktivitas Bakteri fermentasi. Fermentasi hanya Escherichia coli menguraikan senyawa dari starter

Tabel 7 Hasil Uji Pengaruh spearman Hasil Pengaruh Correlation Sig. (2-tailed) Coefficient Perlakuan 0,927 0,000 Aktivitas 0,927 0,000

Semakin lama waktu fermentasi Hasil uji pengaruh menggunakan semakin berpengaruh terhadap aktivitas uji spearman pada bakteri Escherichia antibakteri hal ini disebabkan karena coli menunjukkan nilai sig. (2-tailed) semakin lama waktu fermentasi <0,05 dimana nilai sig yang kandungan asam asetat pada kombucha menunjukkan terdapat korelasi yaitu rosela semakin meningkat sehingga sig. (2-tailed) <0,05, sehingga dapat aktivitas antibakteri semakin kuat disimpulkan data tersebut terdapat (Simanjuntak dan Kurniawaty, 2019) korelasi antara perlakuan dengan dan terdapat senyawa flavonoid, aktivitas. Hasil tingkat kekuatan saponin dan tanin yang berperan hubungan diperoleh angka koefisien sebagai antibakteri (Fajriyah et al, korelasi sebesar 0,927 dimana nilai 2015). koefisien korelasi yang menunjukkan angka 0,76-0,99 yaitu memiliki korelasi sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan data tersebut terdapat korelasi sangat kuat antara perlakuan dengan aktivitas.

201

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Analisis Perbedaan Aktivitas sampel dan masing-masing perlakuan, Antibakteri Escherichia coli Rebusan maka dari itu dilakukan analisa Uji Bunga Rosela dan Kombucha Rosela Beda Kruskal Wallis dan Uji Beda Terhadap Waktu Fermentasi Mann Whitney. Uji lanjutan untuk melihat perbedaan secara signifikan pada semua

Tabel 8 Hasil Uji Beda Kruskal Wallis Kruskal Wallis Asymp. Sig. ,001

Hasil uji beda menggunakan uji rosela hal ini disebabkan oleh Kruskal Wallis pada bakteri Escherichia kandungan senyawa pada rebusan coli menunjukkan nilai p<0,05 dimana bunga rosela terdapat senyawa fenolik nilai sig yang menunjukkan terdapat yang terdiri dari flavonoid, tannin, perbedaan yaitu p<0,05, sehingga dapat antosianin dan saponin yang dapat disimpulkan data tersebut terdapat menghambat aktivitas antibakteri (Estri adanya rata-rata dan perbedaan pada dan Anggarbeni, 2015), sedangkan semua sampel. Rebusan bunga rosela kombucha rosela memiliki senyawa dan kombucha rosela memiliki asam asetat dan senyawa flavonoid, perbedaan aktivitas yang signifikan. saponin dan tanin yang dapat Aktivitas antibakteri kombucha rosela menghambat aktivitas antibakteri lebih kuat dibandingkan dengan (Fajriyah et al, 2015). aktivitas antibakteri rebusan bunga

202

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Tabel 9 Hasil Uji Perbedaan Mann Whitney

Kontrol Kontrol

Kontrol Rebusan Fermentasi Kombucha Rosela Hari Ke Rosela + (Amoxcicillin) +

-

(Akuades)

1 3 5 7 9 11 13 15

Rebusan Bunga Rosela 0,261 0,046 0,037 0,046 0,037 BS 0,05 BS - 0,05 BS 0,05 BS 0,05 BS 0,046 BS BTS BS BS BS

Kontrol – (Akuades) 0,037 0,037 0,037 0,034 0,037 0,034 0,037 - 0,037BS 0,037 BS 0,034 BS BS BS BS BS BS BS BS

Kontrol + 0,046 0,037 0,034 (Amoxcicillin) 0,037 BS - 0,05 BS 0,077 0,05 BS 0,05 BS 0,05 BS 0,046 BS BS BS BS

Keterangan: BS = Beda Signifikan BTS = Beda Tidak Signifik

203

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Hasil uji perbedaan aktivitas sehingga aktivitas antibakteri menggunakan uji Mann Whitney pada semakin kuat. Zona hambat paling bakteri Escherichia coli menunjukkan optimum menghambat bakteri nilai p<0,05 dimana nilai sig yang Escherichia coli adalah fermentasi menunjukkan terdapat korelasi yaitu kombucha rosela 15 hari sebesar p<0,05. Dari hasil tersebut 21,5 mm yang dikategorikan perbandingan aktivitas antibakteri dengan daya aktivitas antibakteri rebusan bunga rosela dengan kontrol sangat kuat. negatif (akuades) memiliki perbedaan 2. Rebusan bunga rosela dan signifikan, rebusan bunga rosela kombucha rosela memiliki dengan kontrol kontrol + (amoxcicillin perbedaan yang signifikan ), rebusan bunga rosela dengan terhadap bakteri Escherichia coli kombucha rosela memiliki perbedaan pada fermentasi kombucha hari ke signifikan pada fermentasi hari ke 1, 5, 1, 5, 7, 9,11, 13, 15 dan 7, 9,11, 13 dan 15, sedangkan pada fermentasi kombucha rosela hari fermentasi hari ke 3 beda tidak ke 3 tidak ada perbedaan signifikan, hal ini disebabkan karena signifikan terhadap rebusan bunga rebusan bunga rosela dan kombucha rosela, hal ini disebabkan karena rosela fermentasi hari ke 3 memiliki rebusan bunga rosela dan aktivitas antibakteri yang sama dan kombucha rosela fermentasi hari kandungan senyawa yang terkandung ke 3 memiliki aktivitas antibakteri juga sama karena pada kombucha rosela yang sama dan kandungan khamir dan bakteri belum melakukan senyawa yang terkandung juga metabolisme terhadap sukrosa dan sama karena pada kombucha belum menghasilkan sejumlah asam- rosela khamir dan bakteri belum asam organik seperti asam asetat, asam melakukan metabolisme terhadap glukonat dan asam glukoronat yang sukrosa dan belum menghasilkan banyak (Wistiana dan Zubaidah. 2015). sejumlah asam-asam organik seperti asam asetat, asam glukonat SIMPULAN dan asam glukoronat yang Kesimpulan dari penelitian ini adalah : banyak. 1. Kombucha rosela mengandung senyawa asam asetat yang digunakan sebagai antibakteri. UCAPAN TERIMAKASIH Hasil penelitian menunjukkan Pada kesempatan ini, peneliti waktu fermentasi dengan aktivitas ingin mengucapkan terima kasih kepada antibakteri Escherichia coli berbagai pihak yang telah membantu memiliki pengaruh yang terwujudnya penelitian ini : signifikan. Semakin lama waktu 1. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu fermentasi asam asetat yang Perbankan Indonesia dihasilkan semakin banyak

204

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

2. Ketua Lembaga Penelitian dan activity of 25 varieties of Mexican Pengabdian Sekolah Tinggi Ilmu Roselle ( Hibiscus sabdariffa ). Kesehatan Industrial Crops dan Products, 69, 385–394.

DAFTAR PUSTAKA Cappuccino, James G. And Natalie, Aridona P. M., Wartini, M. N., dan Sherman. 2007. Manual Arnata, W. I. 2015. Pengaruh Laboratorium Biologi. Jakarta: Lama Fermentasi Alami Secara EGC Aerob Cairan Pulpa Hasil Samping Fermentasi Biji Kakao Deghrigue, M. J. Chriaa. H. Battikh. K. Terhadap Karakteristik Cuka Abid. dan A. Bakhrouf. 2013. Fermentasi. Rekayasa Dan Antipoliferativ and Antimicrobia Manajemen Agroindustri, 3(3), Activites of Kombucha Tea. 82–91. African Journal of Microbiology Research, 7(27),3466–3470.

Battikh,. H. Chaieb,. K., Bakhrouf A., Elliza,. N. 2010. Pengaruh Pemberian And Ammar. 2012 Antibacterial Madu Terhadap Bakteri And Antifungal Activities Of Escherichia Coli Dan Black And Green Kombucha Staphylococcus Aureus. Teas. Journal Of Food Universitas Islam Negeri Syarif Biochemistry 1-6, 1745-4514. Hidayatullah. Jakarta

Borkani, R.A. D. Monir and R. Zahra,. Escherich, T. 1885. Die Darmbakterien 2016. Study of the Anti-Bacterial des Neugeborenen und Sauglings. Effects of Green and Black Fortschr. Med. 3: 515-522; 547- Kombucha Teas and Their 554. Synergetic Effect against Some Important Gram Positive Estri, R.MM. dan Anggarbeni S. R. Pathogens Transmitted by 2015. Uji Daya Hambat Air Foodstuff, International Journal Rebusan Bunga Rosella ( of Advanced Biotechnology and Hibiscus Sabdariffa L . ) Research, Vol. 7(3), pp.1741- Terhadap Pertumbuhan Bakteri 1747. Esherichia Coli. Jurnal Wiyata, 2(1), 9–13. Borrás-linares, I., Fernández-arroyo, S., Arráez-roman, D., dan Palmeros- Fajriyah, N. D. Y., Wahyuni D. dan suárez, P. A. 2015. Murdiyah S. 2015. Pengaruh Characterization of phenolic Kombucha Sari Buah Belimbing compounds , anthocyanidin , Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) antioxidant and antimicrobial Terhadap Pertumbuhan bakteri

205

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Escherichia coli. Bioedukasi, aureus in a Microbiological XIII(2), 32–36. Medium and Milk of Various Fat Concentrations. Journal of Food Goh, W.N., Rosma A., Kaur, B., Protection, 77(2), 262–268. Fazilah, A., Karim A.A. dan Rajeev Bhat. 2012. Fermentation Isriqomah dan Fdlil, P. 2013. Sistem Of Black Tea Broth ( Kombucha Pakar Untuk Mendiagnosa ): I . Effects Of Sucrose Penyakit Saluran Pencernaan Concentration And Fermentation Menggunakan Metode Dempster Time On The Yield Of Microbial Shafer. Jurnal Sarjana Teknik Cellulose. International Food Infoematika 1 (1), 32-41 Research Journal, 19(1), 109– Jayabalan, R., Malbaša, R. V., Lončar, 117. E. S., Vitas, J. S., dan Sathishkumar, M. 2014. A Hamad, A. S. Jumintera, E. Review On Kombucha Tea- Puspawinigtyas. dan D. Hartanti. Microbiology, Composition, 2017. Aktivitas Antibakteri Infusa Fermentation, Beneficial Effects, Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Toxicity, And Tea Fungus. Pada Tahu Dan Daging Ayam Comprehensive Reviews In Food Segar. Inovasi Teknik Kimia 2(1), Science And Food Safety, 13(4), 1–8. 538–550.

Hanani. E. 2015. Anlisis Fitokimia. Jung, E. Y. Kim. dan N. Joo. 2013. Jakarta: EGC. Physicochemical Properties And Antimicrobial Activity Of Roselle Handarini, K. 2014. Potensi Ekstrak (Hibiscus Sabdariffa L.). Journal Bunga Rosella (Hibiscus Of The Science Of Food And sabdariffa L.) Sebagai Pewarna Agriculture, 93(15), 3769–3776. Dan Pengawet Alami Pada Jelly Jajanan Anak. Jurnal Teknik Karyantina, M. dan Sumarni. 2017. Industri Heuristic, 11(2), 32–42. Kombucha Rosela (Hibiscus sabdariffa L) Sebagai Agensia Heron, M. 2015. National Vital Probiotik. Riset Fair. Statistics Reports, 64(10). Kemenkes. 2011. Lampiran Peraturan Higginbotham, K. L., Burris, K. P., Menteri Kesehatan Nomor Zivanovic, S., Davidson, P. M., 2406/Menkes/Per/Xii/2011 dan Stewart, C. N. 2014. Tentang Pedoman Umum Antimicrobial Activity of Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Hibiscus sabdariffa Aqueous Menteri Kesehatan Republik Extracts against Escherichia coli Indonesia, (874). O157 : H7 and Staphylococcus

206

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riset Value, Intl. J. Food. Ferment. Kesehatan Dasar Jawa Timur Technol. Vol. 6 (1), pp.13-24 2018. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Mardiah, Zakaria, F. R., Prangdimurti, Kementrian Kesehatan Republik E., Damanik, R. 2015. Perubahan Indonesia, 1–82. Kandungan Kimia Sari Rosela Merah Dan Ungu (Hibiscus Kowalk. dan Jennifer P. 2011. Buku Sabdariffa L.) Hasil Pengeringan Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. Menggunakancabinet Dryer Dan Kurniawan F. B., dan I. T. Shali. 2017. Fluidized Bed Dryer. Jurnal Bakteriologi: Praktikum Teknologi Industri Pertanian, Teknologi Laboratorium Medik. 25(1), 1–7. Jakarta: EGC. May A. S. Narayanan. J. Alcock. A. Kuswiyanto. 2016. Bakteriologi 2: Buku Varsani. C. Maley dan A. Aktipis. Ajar Analisis Kesehatan. Jakarta: 2019. Kombucha: a Novel Model EGC. System For Coorperation and Leal, J. M., Suárez, L. V., Jayabalan, R., Conflict in a Complex Multi- Oros, J. H., dan Escalante-Aburto, Species Microbial Ecosystem. A. 2018. A review on health PeerJ, 1-22. benefits of kombucha nutritional Misbahudin, Iqbal Hasan,. 2013. compounds and metabolites. Analisis Data Penelitian Dengan CYTA - Journal of Food, 16(1), Statistik, Jakarta, Bumi Aksara. 390–399. Mulyani , H. Widyastuti, S. H Dan V. Loncar, E. S. M. S. Đuric. R. V. I. E. 2016. Tumbuhan Herbal Malbasa. K. G. Kanuric dan Sebagai Jamu Pengobatan Milanović, S. D. 2014. Kinetics Tradisional Terhadap Penyakit Of Saccharose Fermentation By Dalam Serat Primbon Jampi Jawi Kombucha.Chemical Industry Jilid I Hesti. Jurnal Penelitian danChemical Engineering Humaniora, 21(2), 73–91. Quarterly 20(3), 345–352. Naland, Henry. 2004. Kombucha: Teh Jawetz., Melnick., dan Adelberg, 2007. Ajaib Pencegahan Aneka Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Penyakit. Jakarta: PT Agromedia 23. Jakarta:ECG. Pustaka.

Kumar, V and V.K. Joshi. 2016. Naland, Henry. 2008. Kombucha Teh Kombucha :Technology, Dengan Seribu Khasiat. Jakarta: Microbiology, Production, PT Agromedia Pustaka. Composition and Therapeutic Ngatijo, Pranjono, Torwati, Waringin.

207

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

W. M. 2017. Analisis Kadar Fourthed. CRC Press. London, Uranium dan Kasaman Untuk New York. Menentukan Kebutuhan Soium Hidrksida Pada Penetralan Riaz, G., dan Chopra, R. 2018. A Limbah Uranium Cair di review on phytochemistry and Laboratorium Kimia Instalasi therapeutic uses of Hibiscus Elemen Bakar Eksperimental sabdariffa L. Biomedicine and (19). Pharmacotherapy, 102, 575–586.

Nurnasari, E., dan Khuluq, A. D. Riskesdas. 2018. Hasil Utama (2018). Potensi Diversifikasi Riskesdas Penyakit Tidak Rosela Herbal (Hibiscus Menular 2018. Kementrian sabdariffa L.) untuk Pangan dan Kesehatan Badan Penelitian dan Kesehatan. Buletin Tanaman Pengembangan Kesehatan , 8. Tembakau, Serat dan Minyak Industri, 9(2), 82. Shan, B. Y.Cai, J.D. Brooks and H. Cork., 2007.The In Vitro Pleczar dan Chan. 2008. Dasar-Dasar Antibacterial Activity of Dietary Mikrobiologi (Jilid 1). Jakarta: Spice and Medicinal Herb. Universitas Indonesia Press. Sari, F., dan D. Aryantini, 2018. Pratiwi T.Sylfia. 2008. Mikrobiologi Karakter Spesifik Dan Pengaruh Farmasi. Jakarta: Erlangga. Pemberian Oral Ekstrak Terpurifikasi Kelopak Rosella ( Puspitasari, Y., Palupi, R. dan Hibiscus Sabdariffa L .) Terhadap Nurikasari, N. 2017. Analisis Makroskopis Organ Hepar Tikus Kandungan Vitamin C Teh Wistar Specific Character And Kombucha Berdasarkan Lama Effect Oral Administration Of Fermentasi Sebagai Alternatif Rosella ( Hibiscus Sabdariffa L .) Minuman Untuk Antioksidan. Calyx Puri. 1–9. Global Health Science, 2(3), 245– 253. Simanjuntak. R. J. D. dan Kurniawaty E. 2019. Efek Ntibakteri Kopi Radji, M. 2010. Buku Ajar Robusta yang Difermentasi Mikrobiologi. Jakarta: EGC. dengan Kombucha Terhadap Salmonella typhi. J Agromedicine, Rahardja, T. H. T. dan K. 2007. Obat- 6(1), 83–88. obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Simanjuntak, D. H., Herpandi., Lestari, D. S. 2016. Karakteristik Kimia Ray B dan A Bhunia. 2018. dan Aktivitas Antioksidan Fundamental Of Microbiology Kombucha dari Tumbuhan Apu-

208

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

apu (Pistia stratiotes) Selama and Antibacterial Activities Fermentasi. Teknologi Hasil against Food Pathogenic and Perikanan, 5(2), 123–133. Spoilage Bacteria by Hibicus Sabdariffa L . ( Roselle ) Extract. Simaremare, E. S. 2014. Skrining Journal of Agricultural Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Technology, 13(3), 379–391. Gatal (Laportea Decumana (Roxb.) Wedd) Eva. Pharmacy, Trisia, A., Philyria, R., dan Toemon, A. 11(1), 98–107. N. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Suhartatik, N. M. Karyantina. dan I. Kalanduyung (Guazuma T.Purwanti. 2009. Kombucha Ulmifolia Lam.) Terhadap Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Pertumbuhan Staphylococcus dan Kemampuannya Sebagai Aureus Dengan Metode Difusi Antihiperkolesterol. Agritech, Cakram (Kirby-Bauer). Anterior 29(1), 29–35. Jurnal, 17(2), 136–143.

Sukandar, E. Y. R. Andrajati. J. I. Sigit. Utomo, B. S., Fujiyanti, M., Lestari, K. I. Adnyana, Setiadi, A. P. dan P.W. dan Mulyani S. 2018. Uji Kusnandar. 2008. Iso Aktivitas Antibakteri Senyawa Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Hexadecyltrimethylammonium- Penerbitan. Bromide Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Sumampouw, O. J. 2018. Uji Escherichia Coli (Antibacterial Sensitivitas Antibiotik Terhadap Activity Test of the C-4- Bakteri Escherichia Coli methoxyphenylcalix [4] Penyebab Diare Balita Di Kota resorcinarene Compound Manado ( The Sensitivity Test of Modified by Antibiotics to Escherichia coli Hexadecyltrimethylammonium). was Caused The Diarhhea on Jurnal Kimia Dan Pendidikan Underfive Children in Manado Kimia, 3(3), 201–209. City ). 2(1), 104–110. Villarreal-soto, S. A., Beaufort, S., Suryani, Y. W. S. Listia. T. Cahyanto, Bouajila, J., Souchard, J., dan I. kinasih. 2015. uji aktivitas Taillandier, P. 2018. antibakteri dan antioksidan Understanding Kombucha Tea infusum cacing tanah. Issn 1979- Fermentation : A Review. Concise 8911 (. IX(2). Reviews dan Hypotheses In Food Science 83(3). Teerarak, M., Chamroon, L., Tangwatcharin, P., dan Wistiana, D., & Zubaidah, E. 2015. Pilasombut, K. 2017. Antioxidant Berbagai Daun Tinggi Fenol

209

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Selama Fermentasi Chemical and Fermentasi. Jurnal Bumi Lestari, Microbiological Characteristics 13(1), 106–114. of Kombucha from Various High Leaf Phenols During Yanti, N. A., Ambardini, S., Fermentation. 3(4), 1446–1457. Ardiansyah., Marlina, W. O. L., Cahyanti, K,. 2020. Aktivitas Word Health Organization, 2002. Antibakteri Kombucha Daun Promoting Rational Use of Sirsak (Annona muricata L.) Medicine. Geneva: Core Dengan Konsentrasi Gula Components Berbeda. Berkala Sainstek, VIII (2): 35-40. Wrasiati et al. 2013. Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Menjadi Zein, U. K. H. Sagala dan J. Ginting. Produk Coco Cider : Kajian 2004. Diare Akut Disebabkan Penambahan Gula Dan Waktu Bakteri. e-USU Repository 1–15.

210

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

KEGIATAN FARMAKOLOGIS DARI BERBAGAI BAGIAN Carica papaya Linn. EKSTRAK: BUAH, DAUN, BENIH, UAP, KULIT DAN AKAR

Tita Khosima Hidayati1, Yasmiwar Susilawati2, Ahmad Muhtadi3 1,3 Departemen Farmakologi dan Klinik Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran

2 Departement Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran

Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Carica papaya (Caricaceae) Linn. (CP) adalah tanaman tropis populer yang memberikan manfaat besar. Buahnya enak dan sehat sementara bagian lain memiliki potensi sifat obat yang besar. CP diklasifikasikan sebagai tanaman yang memiliki aktivitas anti-mikroba, anti oksidan, anti malaria, anti maag, anti-HIV, antiinflamasi, anti kanker, anti hipertensi, anti kesuburan, anti jamur dan anti diabetes. Aktivitas farmakologis tanaman pepaya terkait dengan kandungan senyawa fitokimia alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, enzim: papain dan chymopapain. Kandungan fitokimia ini telah ditemukan pada daun muda, kulit batang, biji kering. Daun pepaya mengungkapkan lebih banyak aktivitas farmakologis karena memiliki beragam kandungan fitokimia. Dalam ulasan ini akan dipelajari kegiatan farmakologis dari Carica papaya Linn. ekstrak yang diperoleh dari buah, daun, biji, kulit batang dan akar. Selain itu, berbagai kandungan fitokimia mereka juga dijelaskan. Kata kunci : Carica papaya Linn., Konstituen fitokimia , Aktivitas farmakologi

211

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

PHARMACOLOGICAL ACTIVITIES OF VARIOUS PARTS Carica papaya Linn. EXTRACT: FRUIT, LEAF, SEED, STEAM, BARK AND ROOT

ABSTRACT Carica papaya (Caricaceae) Linn. (CP) is a popular tropical plant which provide a huge benefit. The fruit is either delicious and healthy while other parts have a great potential medicinal properties. CP are classified as plants that have anti- microbial activity, anti oxidant, anti malaria, anti-ulcer, anti-HIV, anti-inflammatory, anti-cancer, anti-hypertension, anti-fertility, anti-fungal and anti diabetic. Pharmacological activity of papaya plants related to the content of phytochemical compounds of alkaloid, flavonoid , tannin, saponin, enzyme: papain and chymopapain. These phytochemical content have been found in the young leaf, stem bark, dry seeds. Papaya leaf reveal more pharmacologycal activities because that have wide variety of phytochemical contents. In this review will be studied pharmacologycal activities of Carica papaya Linn. extract that obtained from fruit, leaf, seeds, stem bark and root. Besides, their various phytochemical contents are also described.

Keywords : Carica papaya Linn., Phytochemical contents, Pharmacological activities

PENDAHULUAN vitamin B, asam pantoneat, folat dan serat. Selain itu, juga mengandung Carica papaya (Caricaceae) Linn. (CP) enzim papain yang dapat membantu adalah pohon umbuh di daerah tropis, pencernaan protein (Tarun, 2015).. yang merupakan tanaman asli Amerika Bagian lain dari CP juga bermanfaat Selatan. Tanaman ini tidak bercabang, seperti daun dan getah Carica papaya pohon kecil, batang tunggal yang Linn. yang diketahui digunakan untuk tumbuh setinggi 5–10 m. Daunnya mengobati demam tifoid, infeksi luka, besar, berdiameter 50–70 cm, dengan 7 asma, diare, hipertensi dan sebagainya lobus, sangat melengkung (Maniyar and (Maniyar and Bhixavatimath, 2012). Bhixavatimath, 2012). Buah Carica Ekstrak buah dan biji memiliki aktivitas papaya Linn. (CP) adalah buah yang antibakteri melawan Staphylococcus dapat dikonsumsi baik sebagai buah aureus, Bacillus cereus, Escherischia segar maupun olahan. Buahnya coli, dan Pseudomonas (Emeruwa, merupakan sumber betakarotene yang 1982). Telah dilaporkan CP mempunyai bersifat antioksidan karena dapat aktivitas farmakologis lainnya seperti mencegah kerusakan yang disebabkan antifertilitas, anti-inflamasi, anti-tumor, oleh radikal bebas. Buah papaya antimalaria, dan anti diabetes. mengandung vitamin C, vitamin A, vitamin E, mineral, magnesium, kalium,

212

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

METODE PENELITIAN tengah (Karunamoorthi, H.-M. Kim, et al., 2014)., dan merupakan sumber Buah provitamin A, asam amino karotenoid, Buah pepaya (Gambar 1 )memiliki vitamin C, vitamin B, mineral, lycopene bentuk besar, berair, dan mirip melon dan serat makanan (Karunamoorthi, H.- yang memiliki biji hitam di bagian M. Kim, et al., 2014).

Gambar 1. Buah papaya (Tarun, 2015) Tingkat kematangan buah papaya zat besi), vitamin C, tiamin, riboflavin, digambarkan dengan skor kematangan niasin, karoten, asam amino, asam sitrat 0 – 5. Skor 0 menunjukan buah mentah dan asam malat (buah hijau), senyawa berwarna hijau 100%, skor 1 warna mudah menguap: benzylisothiocynate, buah dengan area kuning 0- 25 % dari cis dan trans 2,6-dimethyl-3,6 epoxy-7 kulit, skor 2 ¼ matang, buah hingga octen-2-ol, dan alkaloid carpaine 25% dari permukaan kuning dikelilingi (Tarun, 2015). Sedangkan jus nya oleh warna hijau muda, skor 3 ½ mengandung asam butirat, asam matang, buah hingga 50% dari heksanoat, asam okatanoat lipid; asam permukaan kuning dikelilingi oleh miristat, asam palmitat, asam stearat, warna hijau muda , skor 4 ¾ matang, asam linolenat, asam linoleat, dan asam buah hingga 50 - 75% dari permukaan oleat (Tarun, 2015). Komposisi kimiawi kuning dikelilingi oleh warna hijau buah pepaya dipengaruhi oleh tahap muda, Dewasa, buah hingga 75 - 100% kematangan. Tabel 1 menyajikan permukaan kuning, hanya area di dekat perbandingan fitonutrien pepaya matang batang berwarna hijau (Basulto et al., dan mentah. 2009).

Kandungan kimia yang terdapat dalam buah pepaya adalah protein, lemak, serat, karbohidrat, mineral (kalsium dan

213

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Tabel 1. Kandungan Fitonutrisi 100 g Buah Pepaya Matang dan Muda (Karunamoorthi, H. M. Kim, et al., 2014)

No Fitonutrisi Buah Pepaya

Mentah Matang

1 Kalori 26 cal 46 cal 2 Vitamin A 50 SI 365 SI 3 Vitamin B1 0.02 mg 0.04 mg 4 Vitamin C 19 mg 78 mg 5 Kalsium 50 mg 23 mg 6 Karbohidrat 4.9 g 12.2 g 7 Fosfor 16 mg 12 mg 8 Iron 0.4 mg 1.7 mg 9 Protein 2.1 g 0.5 mg 10 Air 92.4 g 86.7 g

Kandungan papain dalam pepaya Daun mentah lebih tinggi dari pada yang Pepaya memiliki daun yang tersusun sudah matang. Papain adalah enzim secara spiral di bagian atas dilengkapi penting yang bermanfaat untuk tangkai daun sekitar 1 m, daunnya membantu pencernaan. Karena itu buah memiliki warna kehijauan atau pepaya banyak digunakan untuk keunguan (Karunamoorthi, H.-M. Kim, menyembuhkan gangguan pencernaan. et al., 2014). Tingklat kedewasaan daun Papain juga digunakan dalam pelunak dapat diklasifikasikan seperti disajikan daging, obat-obatan, produk kecantikan, pada Gambar 1. dan kosmetik (Karunamoorthi, H. M. Kim, et al., 2014).

214

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Gambar 1. Tingkat kedewasaan daun pepaya: a. tahap 1, pucuk/daun muda yang baru mengembang dengan warna hijau muda, b. tahap 2, daun muda dan sebagian dewasa dengan warna hijau, c. tahap 3, daun dewasa penuh dengan warna hijau gelap. Senyawa alkaloid, carpain, enzim dan riboflavin (Nwofia, Ojimelukwe (papain, chymopapain, cystatin), and Eji, 2012) tokoferol, Asam amino, flavonoid, Biji tanin, asam nikotinat, saponin, dan senyawa lainnya telah dilaporkan Biji pepaya berwarna hitam, rasa tajam, terdapat pada bagian daun papaya pedas (Aravind et al., 2013). Biji (Achudhan, 2008). Canini, et.al 2007, pepaya kering mirip dengan merica dan dapat digunakan dengan cara yang sama telah mengungkapkan adanya asam ditambahkan pada makanan terutama fenolik(asam kafeat, asam p-kumarat, makanan kaya protein (Yogiraj et al., asam protokatekuat) sebagai fitokimia 2014). Gosh, et.al mengungkapkan utama. Kuersetin dan kaempferol adalah buah dan biji dapat dimakan langsung, senyawa utama yang ditemukan pada biji pepaya tinggi akan enzim daun papaya muda dengan jumlah proteolitik yaitu papain. Biji flavonoid paling tinggi (Omar et al., mengandung asam lemak, protein kasar, serat kasar, minyak pepaya, carpaine, 2016). Vitamin yang terkandung dalam caricin, glucotropacolin, dan enzim daun pepaya antara lain niasin, tiamin myrosin (Tarun, 2015)

Gambar 2. Biji papaya (Goku et al., 2020)

Batang lapisan skelerenkim yang terletak tepat di dalam kulit kayu (Yogiraj et al., Selama pertumbuhan awal pohon 2014). Kandungan kimia yang papaya tidak bercabang, tinggi pohon terkandung di batang yaitu β-sitosterol, mencapai 3 hingga 10 m. Setelah glukosa, fruktosa, sukrosa, galaktosa mencapai kematangan pada pohon, dan xylitol (Tarun, 2015) tunas baru muncul di bagian bawah batang dan berkembang menjadi cabang Hampir semua bagian tumbuhan papaya setelah mencapai tinggi maksimum. memiliki aktivitas farmakologi hal ini di Batang papaya tebal, terdiri satu lapis ikhtisarkan pada Tabel 1 di bawah ini floem sekunder, kaya serat, dan dua

215

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Tabel 1. Aktivitas Farmakologi Ekstrak dari Berbagai Bagian Tumbuhan Carica papaya( Linn.)

tanaman

Ekstrak Aktivitas Bagian Model Hasil Ref Farmakologi pengujian

s

Anti Daun Air STZ, ip Signifikan (Juárez- Diabetes menurunkan kadar Rojop et al., glukosa darah pada 2012) tikus diabetes, dan penurunan kolesterol. Daun Etan Alloxan Signifikan menunda (Fakeye et ol monohidrat aktivitas hipoglikemia al., 2007) glimepiride, dan meningkatkan efek hipoglikemik Metformin Daun klor STZ Penurunan glukosa (Juárez- ofor serum, trigliserida dan Rojop et al.,

m transaminase 2014)

Daun Air Alloxan Signifikan (Maniyar menurunkan dalam and

kadar glukosa darah Bhixavatim dan tingkat profil lipid ath, 2012) serum.

Biji Air Tanap Signifikan (Adeneye induksi menurunkan glukosa and

darah puasa, Olagunju, Trigliserida, kolesterol 2009) total dan VLDL

Kulit Air Alloxan Pengurangan glukosa (Saidu, A.N batan darah secara and Nweri g signifikan c, 2013) Buah Air In vitro Aktifitas (Oboh et dengan penghambatan yang al., 2014)

216

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

pengujian kuat dari buah pepaya α-amilase, mentah terhadap α- enzim yang terkait glukosidase dengan diabetes tipe 2 dan α-amilase, α- peroksidasi glukosidase dan lipid yang peroksidasi lipid diinduksi

Sodium nitroprussid e pada pankreas

Anti kanker Daun Petr Sulforhoda Efektif antikanker [(Rashed oleu mine B payudara MCF7 and Fouche, m assay 2013)] eter

Anti Daun Etan Edema tikus Edema paw berkurang (Owoyele et inflamasi ol yang secara signifikan al., 2008)

diinduksi

karagenan, granuloma

pelet kapas

dan model arthritis

yang

diinduksi formaldehid Pengurangan

a signifikan dalam

Biji edema Diinduksi Air (Sree metode Padma edema kaki Priya S , tikus Jayakumar. karagenan K, Vijay Mathai , Chintu. S, 2012)

Anti Daun Air Metode Ekstrak etanol dari [(Alo, Eze mikroba ding difusi ekstrak air dingin and Anyim, in menunjukkan aktivitas 2012)

217

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

dan antimikroba yang etan lebih tinggi ol

Anti oksidan Daun Lipid Ekstrak menunjukkan (Srikanth et peroksida aktivitas pembersihan al., 2010) (Otak tikus radikal bebas yang dan hati) baik DPPH ABTS, nitric oxide, dan model radikal hidroksil.

Anti malaria Daun Etan Aktivitas Menunjukkan efek (Kovendan ol larvikidal, anti parasit yang baik et al., 2012) pupicidal sampai sedang Carica. pepaya terhadap vektor malaria, A. stephensi dan aktivitas antiplasmod ial Invitro strain cloroquin sensitif dan cloroquin resisten terhadap malaria parasit, P. falciparum.

Anti fungi Daun Etan Metode Ekstrak dingin (Ngumah, ol agar menunjukkan zona 2012)

218

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

ding penghambatan in pertumbuhan yang dan lebih tinggi terhadap pana Rhizopus nigricans s dan mucor circinelloides daripada efek ekstrak panas hanya anti jamur Rhizopus nigricant

Anti ulkus Biji Air Induksi Menunjukkan ekstrak (Tolunigba etanol 80 % biji mengurangi Abisola and

sekresi lambung dan Adekunle

melindungi mukosa Wahab, lambung dariefek 2012)

etanol.

Dosis ekstrak yang

lebih tinggi secara signifikan (p<0,05)

mengurangi tukak Induksi Buah Etan dalam ulkus yang etanol / menta ol diinduksi etanol dan HCL dan h /HC indometasin induksi L indometacin dan (Owoyele, sehingga Indo Gbago and terjadi meta Ashaolu, ulcus, cin 2013) sekresi asam dan lendir diukur pada hewan yang mengalami ulserasi dan yang diobati

Anti HIV Daun Met Uji formasi Menunjukkan (Rashed et anol Syncytia aktivitas anti HIV, al., 2013) dan indeks terapi ekstrak air sebesar 5,51 dan 7,13

219

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

dibandingkan dengan obat standar

Anti- Biji Etan Profil Analisis histologis (Lohiya et fertilitas ol semen, menunjukkan keadaan al., 1994) kesuburan, normal pada hari ke berat organ 30, 40 tidak ada dan perubahan pada berat toksisitas organ, respon toksikologi tidak menunjukan pada hal yang tidak diinginkan

Anti Akar Etan Ekstrak Pemberian ekstrak (Ravikant et hipertensi ol etanol dari etanol al., 2012) akar Carica Carica papayaL. kulit papaya L. akar, 25, 50 dan 100 yaitu mg / kg 25, 50, dan i.v.menunjukkan 100 mg / kg penurunan yang sama diberikan dengan kaptropil masing- (1mg/kg masing i.v.)signifikan (p <0,001) pada melalui vena MABP.Efek hipotensi jugularis ditemukan maksimum dan tekanan setelah 60 menit, darah arteri (MABP) diukur pada interval waktu yang berbeda (5,15,30,60 mnt).

Setiap bagian carica papaya telah fitokimia didalam Carica papaya Linn. menunjukan potensi berbagai aktivitas Berbagai kandungan fitokimia farmakologi. Hal ini dapat disebabkan dicantumkan pada Tabel 4. oleh adanya kandungan senyawa

220

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Table 4. Konstituen Fitokimia dari Carica Papaya Linn

Bagian tanaman Konstituen Reference

Buah Protein, lemak, serat, karbohidrat, (Tarun, 2015) Kalsium, zat besi, vitamin C, tiamin, (Krishna, Paridhavi riboflavin, niasin, dan karoten, asam and Patel, 2008) amino, asam sitrat dan asam malat (buah hijau), senyawa volatil: benzylisothiocynate, cis dan trans 2, 6-dimethyl-3,6 epoxy-7 oktan -2-ol, alkaloid, carpaine, benzyl tanin, glikosida jantung.

Daun Alkaloid carpain, p dehydrocarpaine I (Tarun, 2015) dan II, Flavonoid, choline, vitamin C (Krishna, Paridhavi dan E, carposide, tannin, glikosida and Patel, 2008) jantung, antraquinon, gula reduksi, steroid, saponin. (Ayoola, Adeyeye and State, 2010)

Biji Asam lemak, protein kasar, serat (Tarun, 2015) kasar, minyak pepaya, carpaine, (Eke, Augustine and caricin, glucotropacolin, enzim Ibrahim, 2014) myrosin. alkaloid, tanin, fenol, antrakuinon, glikosid jantung

Kulit batang pohon Alkaloid, tannin, saponin, glikosida (Saidu, A.N and jantung, fenol, steroid Nweri c, 2013)

Akar Carposide dan enzym myrosin, fenol, (Tarun, 2015) glikosida jantung, saponin , tanin, (Hamuel, 2007) alkaloids (Krishna, Paridhavi and Patel, 2008)

HASIL DAN PEMBAHASAN terkandung di dalamya, seperti tercantum dalam Tabel 4. Di antara bagian Carica papaya Linn., ekstrak bagian daun adalah Menurut Miean dan Mohamed ekstrak yang paling banyak (2001) daun papaya mempunyai kadar menunjukkan aktivitas farmakologis. flavonoid yang tinggi dan senyawa Aktivitas ini diduga dari senyawa yang utama dari flavonoid ini adalah quercetin dan kaemferol. Quercetin 221

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

merupakan flavonoid bentuk flavonol Flavonoid dilaporkan memiliki yang memiliki aktivitas farmakologi aktivitas antidiabetes yang bekerja pada antioksidan yang kuat. Aktivitas target biologis yang terlibat dalam flavonol timbul karena adanya gugus diabetes melitus. Flavonoid bekerja aromatik cincin B yang mempunyai sebagai penghambat enzim α- ikatan rangkap konjugasi pada nomor 2′ glucosidase, dimana flavonoid terlibat dan 3′ sehingga memiliki kemampuan dalam memecah kompleks karbohidrat, untuk perpindahan elektron dari cincin dalam hal membantu penyerapan B kepada radikal bebas dan memecah karbohidrat, sehingga terjadi radikal bebas. Berdasarkan studi in peningkatan postprandial glikemik dan silico oleh Madeswaran et al. (2011) insulin. Pada PPAR-g, flavonoid golongan flavonol potensial sebagai mengatur penyimpanan asam lemak dan anti-inflamasi, hal ini dibuktikan metabolisme glukosa. Flavonoid dengan energi ikatan flavonoid pada mengurangi efek hiperglikemi karena situs siklooksigenase yaitu -8.77 aktivitas antioksidannya. Maheswari, et kcal/mol hingga 6.24 kcal/mol yang al.2017 mengungkapkan quercetin pada tidak berbeda jauh jika dibanding diabetes mellitus 1 meningkatkan standar Celecoxib (-8.30 kcal/mol). pelepasan insulin dengan regenerasi sel Menurut Sangeetha et al. (2016) prankreas (Nicolle et al., 2011) flavonoid sebagai anti inflamasi bekerja Komplikasi diabetes seperti dengan cara memproduksi pro neuropati, retinopati dan nefropati inflamatori mediator menstimulasi sel disebabkan oleh peningkatan fluks jalul yang berkaitan dengan inflamasi seperti poliol, aktivasi isomer protein kinase C, limfosit, monosit, natural killer sel, pembentukan produk akhir glikasi lanjut neutrophil, makrofag, dan sel mastosit. (AGEs), dan peningkatan dalam fluks Senyawa quersetin yang jalur hexosamine. Pada aldose reductase merupakan derivat flavonoid flavonoid terlibat dalam jalur poliol, memberikan aktivitas sebagai anti glukosa pecah menjadi sorbitol dan mikroba. Penelitian yang dilakukan akumulasinya terkait dengan komplikasi Wang et al. (1992) menunjukan diabetes dan terlibat dalam pembentukan komplek 5-hidroksi-7,4′- pembentukan lanjutan produk glikasi. dimetoksiflavon dengan logam Flavonoid quercetin yang meningkatkan aktivitas antibakteri. terdapat dalam daun mempunyai Aktivitas ini diakibatkan oleh 3,4- aktivitas farmakologi sebagai anti hidroksi pada cincin C. Dengan adanya kanker dengan mekanisme gugus hiroksi tersebut flavonoid akan antiproliferasi, inhibisi angiogenesis, membentuk kompleks dengan protein dan inhibisi CYP3A4 (Maheswari et al., pada bakteri dan menyebabkan 2016). Sebaliknya kulit batang pohon membran bakteri tersebut (Cushnie and memiliki aktivitas farmakologis yang Lamb, 2005). lebih sedikit hal ini mungkin berhubungan dengan konstituen kimia

222

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

yang dimilikinya. Hasil ini menyiratkan 91. korelasi antara konstituen kimia yang terkandung dalam Carica papaya Linn. Adeneye, A. A. and Olagunju, J. A. ekstrak dengan aktivitas (2009) ‘Preliminary hypoglycemic and farmakologinya. hypolipidemic activities of the aqueous seed extract of Carica papaya Linn. In SIMPULAN wistar rats’, Biology and Medicine, 1(1), Berdasarkan hasil literature rivieuw pp. 1–10. ekstrak buah, daun, biji, kulit kayu, dan Alo, M., Eze, U. A. and Anyim, C. akar Carica papaya Linn. memiliki (2012) ‘Invitro Antimicrobial Activities berbagai aktivitas farmakologis yang of Extracts of Magnifera indica, Carica dibuktikan secara in vitro dan in vivo papaya and Psidium guajava Leaves on Ekstrak daun Carica papaya Linn. Salmonella typhi Isolates’, World J menunjukkan aktivitas farmakologis Public Health Sciences World Journal yang lebih banyak dan signifikan seperti of Public Health Sciences, 11(11), pp. anti diabetes, anti kanker, anti inflamasi, 1–6. anti mikroba, anti oksidan, anti malaria, dan anti HIV. Konstituen kimia yang Aravind, G. et al. (2013) ‘Traditional diketahu sebagai komponen aktif dari and Medicinal Uses of Carica papaya’, daun papaya adalah flavonoid quercetin Journal of Medicinal Plants Studies, dan kaempferol. Kedepannya 1(1), pp. 7–15. diharapkan dengan diketahui informasi Ayoola, P. B., Adeyeye, A. and State, fitokimia dan aktivitas farmakologis O. (2010) ‘Phytochemical and Nutrient dari bagian tanaman Carica papaya Evaluation of Carica Papaya ( Pawpaw ) Linn. dapat dikembangkan menjadi Leaves .’, 5(December), pp. 325–328. suatu produk obat dengan aktivitas yang beragam. Basulto, F. S. et al. (2009) ‘Postharvest ripening and maturity indices for maradol papaya’, Interciencia, 34(8), UCAPAN TERIMAKASIH pp. 583–588.

Ucapan terima kasih kepada Dr. Aliya Cushnie, T. P. T. and Lamb, A. J. NH yang telah membantu dalam (2005) ‘Antimicrobial activity of keberhasilan penelitian ini. flavonoids’, International Journal of Antimicrobial Agents, 26(5), pp. 343– 356. doi: DAFTAR PUSTAKA 10.1016/j.ijantimicag.2005.09.002.

Achudhan, V. V (2008) ‘Antimicrobial Eke, O. N., Augustine, A. U. and and Phytochemical Investigation of the Ibrahim, H. F. (2014) ‘Qualitative Leaves of Carica papaya L., Cynodon Analysis of Phytochemicals and dactylon (L.) Pers., Euphorbia hirta L’, Antibacterial Screening of Extracts of Ethnobotanical Leaflets, 12, pp. 1184– Carica papaya Fruits and Seeds’, 223

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

International Journal of Modern de Farmacognosia, 24(3), pp. 341–347. Chemistry, 6(1), pp. 48–56. doi: 10.1016/j.bjp.2014.07.012.

Emeruwa, A. C. (1982) ‘Antibacterial Karunamoorthi, K., Kim, H. M., et al. substance from Carica Papaya fruit (2014) ‘Papaya: A gifted nutraceutical extract’, Journal of Natural Products, plant’, TANG Humanitas Traditional 45(2), pp. 123–127. doi: Medicine, 4(1), pp. 1–17. doi: 10.1021/np50020a002. 10.5667/tang.201.

Fakeye, T. O. et al. (2007) ‘Effects of Karunamoorthi, K., Kim, H.-M., et al. Coadministration of Extract of Carica (2014) ‘Papaya: A gifted nutraceutical papaya Linn ( family Cariaceae ) on plant - a critical review of recent human Activity of Two Oral Hypoglycemic health research’, Tang [Humanitas Agents’, 6(March), pp. 671–678. Medicine], 4(1), pp. 2.1-2.17. doi: 10.5667/tang.2013.0028. Goku, P. E. et al. (2020) ‘Comparative Evaluation of the In Vitro Kovendan, K. et al. (2012) Anthelminthic Effects of the Leaves, ‘Antimalarial activity of Carica papaya Stem, and Seeds of Carica papaya (Family: Caricaceae) leaf extract against (Linn) Using the Pheretima posthuma Plasmodium falciparum’, Asian Pacific Model’, Evidence-Based Journal of Tropical Disease, Complementary and Alternative 2(SUPPL.1). doi: 10.1016/S2222- Medicine, 2020. doi: 1808(12)60171-6. 10.1155/2020/9717304. Krishna, K. L., Paridhavi, M. and Patel, Hamuel, J. D. (2007) ‘Studies on the J. A. (2008) ‘Review on nutritional, antibacterial activity of root extracts of medicinal and pharmacological Carica papaya L.’, African Journal of properties of papaya (Carica papaya Microbiology Research, 1(3), pp. 37– linn.)’, Indian Journal of Natural 41. Products and Resources, 7(4), pp. 364– 373. Juárez-Rojop, I. E. et al. (2012) ‘Hypoglycemic effect of Carica papaya Lohiya, N. K. et al. (1994) ‘Antifertility leaves in streptozotocin-induced effects of aqueous extract of Carica diabetic rats’, BMC Complementary and papaya seeds in male rats’, Planta Alternative Medicine, 12. doi: Medica, 60(5), pp. 400–404. doi: 10.1186/1472-6882-12-236. 10.1055/s-2006-959518.

Juárez-Rojop, I. E. et al. (2014) Maheswari, U. et al. (2016) ‘Phytochemical screening and ‘FLAVONOIDS: THERAPEUTIC hypoglycemic activity of carica papaya POTENTIAL OF NATURAL leaf in streptozotocin-induced diabetic PHARMACOLOGICAL AGENTS rats’, Brazilian Journal of Invitro anti oxidant activity View Pharmacognosy. Sociedade Brasileira project Antibiotics View project

224

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

FLAVONOIDS: THERAPEUTIC pawpaw fruit (carica papaya)’, Journal POTENTIAL OF NATURAL of Basic and Clinical Physiology and PHARMACOLOGICAL AGENTS’, Pharmacology, 25(1), pp. 21–34. doi: International Journal of 10.1515/jbcpp-2013-0002. Pharmaceutical Sciences and Research, 7(10), p. 3924. doi: Omar, H. A. et al. (2016) ‘Miean, K. H., 10.13040/IJPSR.0975-8232.7(10).3924- & Mohamed, S. (2001). Flavonoid 30. (myricetin, quercetin, kaempferol, luteolin, and apigenin) content of edible Maniyar, Y. and Bhixavatimath, P. tropical plants.’, Journal of agricultural (2012) ‘Antihyperglycemic and and food chemistry, 49(6), 3106-3112., hypolipidemic activities of aqueous 18(4), pp. 2315–2344. doi: extract of Carica papaya Linn. leaves in 10.1109/COMST.2016.2554098. alloxan-induced diabetic rats’, Journal of Ayurveda and Integrative Medicine, Owoyele, B. V. et al. (2008) ‘Anti- 3(2), pp. 70–74. doi: 10.4103/0975- inflammatory activities of ethanolic 9476.96519. extract of Carica papaya leaves’, Inflammopharmacology, 16(4), pp. Ngumah, C. (2012) ‘Antifungal 168–173. doi: 10.1007/s10787-008- potencies of leaf extracts of Carica 7008-0. papaya on fungi implicated in soft rot of yam’, Ann. Food Sci. Technol., 13(2), Owoyele, B. V, Gbago, A. F. and pp. 202–209. Ashaolu, O. S. (2013) ‘Gastroprotective effects of aqueous extraxt of unripe Nicolle, E. et al. (2011) ‘Flavonoids as Carica papaya frui in rats’, Pacific Promising Lead Compounds in Type 2 Journal of Medical Sciences, 11(2), pp. Diabetes Mellitus: Molecules of Interest 2–11. and Structure-Activity Relationship’, Current Medicinal Chemistry, 18(17), Rashed, K. et al. (2013) ‘Phytochemical pp. 2661–2672. doi: Screening of the Polar Extracts of 10.2174/092986711795933777. Carica papaya Linn . and the Evaluation of their anti-’, Journal of Applied and Nwofia, G. E., Ojimelukwe, P. and Eji, Industrial Sciences, 1(3), pp. 49–53. C. (2012) ‘Chemical composition of leaves , fruit pulp and seeds in some Rashed, K. . and Fouche, G. (2013) Carica papaya ( L ) morphotypes’, Int. ‘Anticancer Activity of Carica papaya J. Med. Arom. Plants, 2(1), pp. 200– Extracts in vito and Phytochemical 206. Analysis’, Greener Journal of Pharmacy and Pharmacology, 1(1), pp. Oboh, G. et al. (2014) ‘Inhibition of key 1–5. enzymes linked to type 2 diabetes and sodium nitroprusside-induced lipid Ravikant, T. et al. (2012) ‘Root bark ( peroxidation in rat pancreas by water- caricaceae ) in Renal Artery Occluded extractable phytochemicals from unripe Hypertensive Rats .’, 4(3), pp. 20–23.

225

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

Saidu, A.N and Nweri c, G. (2013) Tarun, V. (2015) ‘review on medicinal ‘Phytochemical Screening and Effects properties of C arica papaya L inn .’, of Methanol Extract of Carica papaya Asian Pacific Journal of Tropical Stem bark in alloxan induced Diabetic Disease, 5(July), pp. 1–6. doi: Rats’, 4(6), pp. 819–822. 10.1016/S2222-1808(14)60617-4.

Sree Padma Priya S , Jayakumar. K, Tolunigba Abisola, O. and Adekunle Vijay Mathai , Chintu. S, S. B. . (2012) Wahab, O. (2012) ‘Gastro-protective ‘International Journal of Medical and activity of aqueous Carica papaya seed Health Sciences’, Ijmhs.Net, (July), pp. extract on ethanol induced gastric ulcer 10–16. doi: in male rats’, African Journal of 10.18488/journal.9/2015.2.2/9.2.36.49. Biotechnology, 11(34), pp. 8612–8615. doi: 10.5897/AJB12.034. Srikanth, G. et al. (2010) Studies on in- vitro antioxidant activities of carica Yogiraj, V. et al. (2014) ‘Carica papaya papaya aqueous leaf extract, Research Linn: an overview.’, International Journal of Pharmaceutical, Biological Journal of Herbal Medicine, 2(5 Part and Chemical Sciences. A), pp. 1–8.

226

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM PENGOBATAN SENDIRI (SWAMEDIKASI) UNTUK OBAT ANALGESIK

Chusun1, Nanda Sinta Lestari2 1,2 Akademi Farmasi Bhumi Husada

Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK Swamedikasi merupakan alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Pengetahuan Masyarakat dalam Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) untuk Analgesik di Kelurahan Sukmajaya, Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel yang diambil sebanyak 250 responden yang berasal dari RW 09 dan RW 10. Sampel diambil secara random, data yang didapat dianalisis univariat dan bivariat dengan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukan dari 250 responden, (90%) melakukan swamedikasi dengan obat analgesik, pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi tinggi (72%) demikian juga pengetahuan analgesik (58.8%). Terdapat hubungan signifikan antara pendidikan dengan pengobatan sendiri yaitu responden yang memiliki pendidikan rendah mempunyai peluang 0,321 kali melakukan swamedikasi demikian juga pengetahuan swamedikasi dengan pengobatan sendiri yaitu responden yang memiliki pengetahuan swamedikasi yang tinggi mempunyai peluang 3,193 kali melakukan swamedikasi. Alasan responden melakukan swamedikasi karena penyakit dianggap ringan (52.4%). Sumber informasi obat paling banyak didapat dari media elektronik (88%). Obat analgesik yang banyak digunakan yaitu parasetamol (63.6%).

Kata kunci: Swamedikasi, Analgesik, Gambaran pengetahuan

227

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

DESCRIPTION OF INSIDE COMMUNITY KNOWLEDGE SELF- TREATMENT (SWAMEDICATION) FOR ANALGESIC DRUGS

ABSTRACT Self-medication is an alternative that is taken by the community to increase the affordability of treatment. This study aims to determine the description of Community Knowledge in Self-medication (Self-medication) for analgesics in Sukmajaya Village - Depok City. This research uses descriptive quantitative method. Samples were taken as many as 250 respondents from RW 09 and RW 10. Samples were taken randomly, the data obtained were analyzed univariate and bivariate with SPSS 20. The results showed that from 250 respondents, (90%) conducted self-medication with analgesic drugs, public knowledge. about high self-medication (72%) as well as knowledge of analgesics (58.8%). There is a significant relationship between education and self-medication, namely respondents who have low education have a chance of doing self-medication as well as knowledge of self-medication, namely respondents who have high self- medication knowledge have a chance of 3,193 times to do self-medication. The reason respondents did self-medication was because the disease was considered mild (52.4%). Source of drug information mostly comes from electronic media (88%). The analgesic drug that is widely used is paracetamol (63.6%).

Keywords: self-medication, analgesic, Community knowledge

PENDAHULUAN dalam hal biaya. Berkenaan dengan hal tersebut pengobatan sendiri menjadi Berbagai upaya telah dilakukan untuk alternatif yang diambil oleh masyarakat meningkatkan kesadaran masyarakat (Depkes RI, 2000). dalam berperilaku hidup sehat dan Upaya masyarakat untuk bersih, dan pemerataan pelayanan mengobati dirinya sendiri dikenal kesehatan, namun ternyata kesehatan dengan istilah self medication atau tetap menjadi masalah di Indonesia. swamedikasi. Swamedikasi biasanya Salah satu alasannya karena kemajuan dilakukan untuk mengatasi keluhan- teknologi dan perubahan pola hidup keluhan dan penyakit ringan yang masyarakat yang cenderung kurang banyak dialami masyarakat, seperti memperhatikan kesehatan. Hal ini demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, menyebabkan berkembangnya penyakit sakit maag, kecacingan, diare, penyakit yang mendorong masyarakat untuk kulit dan lain-lain. Swamedikasi mencari alternatif pengobatan yang menjadi alternatif yang diambil efektif secara terapi tetapi juga efisien masyarakat untuk meningkatkan

228

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

keterjangkauan pengobatan (Depkes RI, pengambilan data secara prospektif. 2000, Djunarko, I., dan Hendrawati, Alat yang digunakan untuk memperoleh 2011) data adalah kuesioner. tipe pertanyaan Pada pelaksanaanya swamedikasi yang digunakan bersifat pertanyaan dapat menjadi sumber terjadinya tertutup (close-ended) dengan variasi kesalahan pengobatan (medication multiple choice. Penelitian ini dilakukan error) karena keterbatasan pengetahuan di lingkungan masyarakat RW 09 dan masyarakat akan obat dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya, penggunaannya.2 Self medication Kecamatan Sukmajaya, Depok. menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan Sampling dan Teknik Sampling keterjangkauan pengobatan. Self Pada penelitian ini yang dimaksud medication juga merupakan salah satu dengan populasi adalah masyarakat RW upaya untuk mencapai kesehatan bagi 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya semua yang memungkinkan masyarakat Depok. Sampel pada penelitian ini dapat hidup produktif secara sosial dan adalah diambil secara random sebanyak ekonomi (Supardi dan Notosiswoyo, kurang lebih 20% dari jumlah keluarga 2006, Hermawati, 2011) yang ada di RW 09 dan RW 10 Penelitian yang dilakukan oleh Kelurahan Sukmajaya yaitu kurang Asmarani (tahun 2014) terhadap lebih sebanyak 250 responden. gambaran pengetahuan dan kerasionalan penggunaan obat bebas Prosedur kerja dan bebas terbatas menunjukan a. Persiapan, meliputi: perizinan, sebanyak 54,1% responden menentukan jumlah sampel menggunakan obat secara tidak yang digunakan, dan rasional, yang dilakukan terhadap menyusun daftar pertanyaan. masyarakat di RW 015 Kecamatan b. Pengumpulan data, meliputi : Pancoran Mas Depok. membagikan lembar kuesioner Banyaknya masyarakat di kepada responden dan Kelurahan Sukmajaya yang melakukan mengumpulkan lembar swamedikasi terhadap penyakit yang kuesioner yang telah diisi oleh sering diderita serta relatif ringan responden termasuk penggunaan obat analgesik, c. Analisis data Penelitian ini bertujuan untuk d. Pembahasan dan membuat mengetahui gambaran mengenai kesimpulan pengobatan sendiri (swamedikasi) Pengambilan kesimpulan terhadap obat analgesik pada didasarkan pada rumusan masyarakat masalah, pembahasan dan disesuaikan dengan tujuan METODE PENELITIAN penelitian. Saran diberikan Penelitian ini bersifat non kepada pihak yang eksperimental dengan teknik

229

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

berhubungan dengan penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Analisis Data Kelurahan Sukmajaya yang merupakan Analisis data yang digunakan adalah salah satu kelurahan dari Kecamatan analisis deksriptif yaitu penelitian yang Sukmajaya. dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu A. Demografi responden keadaan secara objektif. data yang Dari hasil penelitian didapat dikumpulkan adalah data kuantitatif, distribusi frekuensi responden yang yaitu berupa data prosentase masing- melakukan pengobatan sendiri, dapat masing responden dalam menjawab dilihat pada tabel 1 seluruh pertanyaan.

Tabel 1. Distribusi Responden terhadap Pengobatan sendiri (swamedikasi) pada Obat Analgesik di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukamajaya Depok

No Pengobatan sendiri Jumlah % 1 Ya 225 90 2 Tidak 25 10 Jumlah 250 100

responden (90%) melakukan Dari tabel 1 diatas dapat diketahui swamedikasi terhadap rasa nyeri dengan bahwa sebanyak 25 responden (10%) menggunakan analgesik. belum pernah melakukan swamedikasi 1. Gambaran umur responden terhadap obat nyeri, dan sebanyak 225

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Umur di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok

No Kategori Umur Jumlah % 1 <30 tahun 99 39.6 2 ≥30 tahun 151 60.4 Jumlah 250 100

Dari tabel 2 diatas dapat diketahui karakteristik responden yang didapat bahwa sebanyak 99 responden (39.6%) bahwa responden dengan umur ≥30 berusia <30 tahun, dan sebanyak 151 tahun lebih menunjukan sikap antusias responden (60.4%) berusia ≥30tahun. dan terbuka. Selain itu mereka sudah Dari hasil penelitian terhadap banyak melakukan pengobatan sendiri

230

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat analgesik yaitu 2. Gambaran responden sebanyak 151 responden (60.4%). berdasarkan jenis kelamin

Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok

No. Jenis Kelamin Jumlah % 1 Laki-laki 114 45.6 2 Perempuan 136 54.4 Jumlah 250 100

Dari tabel 3 diatas dapat terlihat dari jumlah responden laki laki diketahui bahwa sebanyak 114 yaitu sebanyak 114 orang (45.6%), dan responden (45.6%) adalah laki-laki, responden perempuan yaitu sebanyak dan sebanyak 136 responden (54.4%) 136 orang (54.4%). adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin tidak ada perbedaan yang 3. Gambaran responden signifikan dalam hal jumlah responden berdasarkan pendidikan yang melakukan swamedikasi. Hal ini

Tabel 4. Distribusi Responden berdasarkan tingkat Pendidikan di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok

No. Tingkat Pendidikan Jumlah % 1 Rendah 179 71.6 2 Tinggi 71 28.4 Jumlah 250 100

Dari tabel 4 dapat diketahui menyerap pertanyaan yang diberikan bahwa 71 responden )28,4%) saat wawancara dibandingkan yang berpendidikan berpendidikan rendah. Hubungan tinggi (Perguruan Tinggi), dan sebanyak tingkat pendidikan dengan pengobatan 179 responden (71.6%) berpendidikan sendiri untuk obat analgesik rendah SMA/SMP/SD). Tingkat menunjukan adanya hubungan yang pendidikan responden yang signifikan, yaitu dengan menggunakan berpendidikan tinggi (perguruan tinggi) metode chi square dari hasil analisis sebanyak 71 responden (28.4%) dan diperoleh responden dengan pendidikan pendidikan rendah (SD/SMP/SMA) rendah mempunyai peluang 0,321 kali sebanyak 179 responden (71.6%). melakukan pengobatan sendiri. Selama penelitian berlangsung pendidikan tinggi lebih mudah

231

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

4. Gambaran responden berdasarkan status pekerjaan

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan Status Pekerjaan di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok

No Pekerjaan Jumlah % 1. Bekerja 190 76 2. Tidak Bekerja 60 24 Jumlah 250 100

Dari tabel 5 diatas dapat penghasilan dibawah UMR yaitu diketahui bahwa sebanyak 190 sebanyak 122 responden (48.8%) responden (76%) bekerja, dan sebanyak dengan responden yang berpenghasilan 60 responden (24%) tidak bekerja. Dari diatas UMR yaitu sebanyak 128 hasil penelitian status responden responden (51.2%). sebagian besar bekerja yaitu sebanyak 190 responden (76%), tingkat B. Gambaran pengetahuan penghasilan tidak ada perbedaan yang masyarakat tentang pengobatan bermakna, terlihat dari tingkat sendiri (swamedikasi)

Tabel 6. Distribusi Responden tentang Pengetahuan Pengobatan Sendiri di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok

No Gambaran Pengetahuan Jumlah % 1 Tinggi 180 72 2 Rendah 70 28 Jumlah 250 100

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa Dari hasil penelitian dapat sebanyak 180 responden (72%) dilihat bahwa pengetahuan responden memiliki pengetahuan tentang tentang swamedikasi cukup tinggi yaitu pengobatan sendiri tinggi, dan sebanyak sebanyak 180 responden (72%). 70 responden (28%) pengetahuan Demikian juga pengetahuan responden tentang pengobatan sendiri rendah. terhadap analgesik yaitu sebanyak 147 Dari hasil penelitian, masyarakat di RW responden (58.8%). 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Hubungan pengetahuan Depok yang melakukan pengobatan swamedikasi responden dengan sendiri yaitu sebanyak 225 responden pengobatan sendiri terbukti adanya (90%). Sebagian besar responden hubungan yang signifikan, yaitu dengan ternyata melakukan pengobatan sendiri metode chi square, dari hasil analisis untuk meredakan nyeri. diperoleh responden dengan pengetahuan swamedikasi yang tinggi

232

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

mempunyai peluang 3,193 kali untuk melakukan pengobatan sendiri. 1. Hubungan umur dengan pengobatan sendiri obat analgesik

Tabel 7. Distribusi Responden berdasarkan Umur dengan Pengobatan Sendiri obat analgesik di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok

Swamedikasi Obat Analgesik Umur P Value OR (95%CI) Tidak Ya N % N % <30 tahun 10 10.1 89 89.9 1.019 ≥30 tahun 15 9.9 136 90.1 1.000 0.438-2.368 Total 25 10 225 90

hubungan yang signifikan antara umur Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa dengan pengobatan sendiri pada obat responden umur <30 tahun yang analgesik di Kelurahan Sukmajaya melakukan pengobatan sendiri sebesar Depok. 89.9% sedangkan responden umur ≥30 tahun yang melakukan pengobatan sendiri sebesar 90.1%. Hasil uji statistik 2. Hubungan tingkat pendidikan diperoleh nilai p value >0.05 sehingga dengan pengobatan sendiri obat secara statistik tidak terbukti adanya analgesik

Tabel 8. Distribusi Responden berdasarkan tingkat Pendidikan dengan Pengobatan Sendiri Obat Analgesik di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok

Swamedikasi Obat Analgesik P Pendidikan OR (95%CI) Tidak Ya Value N % N % Rendah 12 6.7 167 93.3 0.321 Tinggi 13 18.3 58 81.7 0.012 0.138-0.742 Total 25 10 225 90

93.3% sedangkan responden dengan Dari tabel 8 dapat diketahui pendidikan tinggi yang melakukan bahwa responden dengan pendidikan pengobatan sendiri pada obat analgesik rendah yang melakukan pengobatan sebesar 81.7%. hasil uji statistik sendiri pada obat analgesik sebesar diperoleh nilai p value <0.05 sehingga

233

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

secara statistik terbukti adanya melakukan pengobatan sendiri pada hubungan yang signifikan antara obat analgesik dibanding dengan tingkat pendidikan dengan pengobatan sendiri pendidikan yang tinggi. pada obat analgesik di Kelurahan Sukmajaya Depok. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR= 0,321 artinya 3. Hubungan status pekerjaan responden dengan pendidikan yang dengan pengobatan sendiri obat rendah mempunyai peluang 0,321 kali analgesik

Tabel 9. Distribusi Responden berdasarkan Status Pekerjaan dengan Pengobatan Sendiri Obat Analgesik di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok

Swamedikasi Obat analgesik P Pekerjaan OR (95%CI) Tidak Ya Value n % N % Bekerja 19 10 171 90 1.000 Tidak bekerja 6 10 54 90 1.000 0.380-2.631 Total 25 10 225 90

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa sedangkan responden yang tidak bekerja responden yang bekerja melakukan melakukan pengobatan sendiri sebesar 90%

Tabel 10. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Penghasilan dengan Pengobatan Sendiri Obat Analgesik di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok

Swamedikasi Obat

Analgesik P Penghasilan OR (95%CI) Tidak Ya Value N % n % <2.700.000 10 8.2 112 91.8 0.673 ≥2.700.000 15 11.7 113 88.3 0.473 0.290-1.561 Total 25 10 225 90

pengobatan sendiri sebesar 88.3%. Hasil Dari tabel 10 dapat diketahui uji statistik diperoleh nilai p value >0.05 bahwa responden berpenghasilan tinggi sehingga secara statistik tidak terbukti melakukan pengobatan sendiri sebesar adanya hubungan yang signifikan antara 91.8% sedangkan responden yang tingkat pendidikan dengan pengobatan berpenghasilan rendah melakukan

234

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

sendiri pada obat analgesik di 4. Hubungan pengetahuan Kelurahan Sukmajaya Depok. swamedikasi dengan pengobatan sendiri obat analgesic

Tabel 11. Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Swamedikasi dengan Pengobatan Sendiri Obat Analgesik di RW 09 dan RW 10 Kelurahan Sukmajaya Depok Swamedikasi Obat

Pengetahuan Analgesik P Value OR (95%CI) Swamedikasi Tidak Ya

N % N %

Rendah 13 18.6 57 81.4 3.193

Tinggi 12 6.7 168 93.3 0.010 1.378-7.397 Total 25 10 225 90

Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa hasil analisis diperoleh nilai OR= 3,193 responden yang berpengetahuan rendah artinya responden dengan pengetahuan melakukan pengobatan sendiri sebesar swamedikasi yang tinggi mempunyai 81.4% sedangkan responden yang peluang 3,193 kali melakukan berpengetahuan tinggi melakukan pengobatan sendiri pada obat analgesik pengobatan sendiri sebesar 93.3%. hasil dibanding dengan pengetahuan uji statistik diperoleh nilai p value <0.05 swamedikasi yang rendah. sehingga secara statistik terbukti adanya hubungan yang signifikan antara 5. Hubungan pengetahuan pengetahuan swamedikasi dengan analgesik dengan pengobatan pengobatan sendiri pada obat analgesik sendiri obat analgesik di Kelurahan Sukmajaya Depok. Dari

Swamedikasi Obat Pengetahuan Analgesik P Value OR (95%CI) Analgesik Tidak Ya N % N % Rendah 12 11.7 91 88.3 1.359 Tinggi 13 8.8 134 91.2 0.607 594-3.113 Total 25 10 225 90 dengan pengetahuan analgesik yang Dari tabel 12 dapat diketahui tinggi melakukan pengobatan sendiri bahwa responden dengan pengetahuan pada obat analgesik sebesar 91.2% analgesik yang rendah melakukan Hasil uji statistik diperoleh nilai p value pengobatan sendiri pada obat analgesik >0.05 sehingga secara statistik tidak sebesar 88.3% sedangkan responden terbukti adanya hubungan yang

235

JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.2 NO.3, 2020

signifikan antara pengetahuan analgesik DAFTAR PUSTAKA dengan pengobatan sendiri pada obat Asmarani, E., 2014, Gambaran analgesik di Kelurahan Sukmajaya Pengetahuan dan Kerasionalan Depok. Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas pada Swamedikasi oleh Masyarakat di RW 015 Kelurahan SIMPULAN Mampang Kecamatan Pancoran Mas Berdasarkan penelitian yang sudah Depok Tahun 2014. Karya Tulis Ilmiah. dilakukan maka dapat diambil Jurusan Farmasi Poltekes II, Jakarta kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari 250 Responden, 225 Departemen Kesehatan RI. 2000. Ditjen responden (90%) pernah Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. melakukan swamedikasi dengan Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan obat analgesik, dan 72% Bebas Terbatas, Jakarta. memiliki pengetahuan swamedikasi cukup tinggi serta Supardi, S., Notosiswoyo, 2006, M. 58,8% memiliki pengetahuan Pengobatan Sendiri Sakit Kepala tentang obat analgesiknya. Demam, Batuk, dan Flu pada 2. Responden dengan pendidikan Masyarakat di Desa Ciwalen, rendah mempunyai peluang Kecamatan Warungkondang, 0,321 kali melakukan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.2005. pengobatan sendiri, sedangkan from http:// responden yang memiliki jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2005/vo2n03. pengetahuan swamedikasi cukup tinggi mempunyai peluang 3,193 Djunarko, I., dan Hendrawati, D. 2011. kali melakukan pengobatan Swamedikasi yang Baik dan Benar Citra sendiri, dan alasan responden Aji Pratama. Yogyakarta. melakukan swamedikasi yaitu penyakit dianggap masih ringan. Hermawati, D.,2012. Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Rasionalitas Penggunaan Obat UCAPAN TERIMAKASIH Swamedikasi Pengunjung di Dua Terimakasih kepada Akademi Farmasi Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok, Bhumi Husada Jakarta yang telah Skripsi, Fakultas Matematika dan ilmu mendanai penelitian ini. Pengetahuan Alam, Depok.

236