Kakawin” Sena (Dalam Tinjauan Filologis)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kakawin” Sena (Dalam Tinjauan Filologis) “KAKAWIN” SENA (DALAM TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : LILIS RESTINANINGSIH C0104018 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 1 “KAKAWIN” SENA (Dalam Tinjauan Filologis) Disusun Oleh: LILIS RESTINANINGSIH NIM: C0104018 Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. Supardjo, M.Hum Dra. Kartika Setyawati NIP. 19560921 198601 1 001 NIP. 19551004 198811 2 001 Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah Drs. Imam Sutarjo, M.Hum NIP. 19600101 198703 1 004 2 Telah disetujui Oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal: 7 Desember 2009 Jabatan Nama Tandatangan Ketua Drs. Imam Sutarjo, M.Hum (……………………) NIP. 19600101 198703 1 004 Sekretaris Drs. Sisyono EW, M.Hum (..…………………..) NIP. 19620503 198803 1 002 Penguji I Drs. Supardjo, M.Hum. (……………………) NIP. 19560921 198601 1 001 Penguji II Dra. Kartika Setyawati (……………………) NIP. 19551004 198811 2 001 Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Drs. Sudarno, M.A. NIP.19530314 198506 1 0001 3 PERNYATAAN Nama : LILIS RESTINANINGSIH NIM : C0104018 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Kakawin Sena (Dalam Tinjauan Filologis) adalah betul-betul karya sendiri bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademi berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, 1 Nopember 2009 Yang membuat pernyataan LILIS RESTINANINGSIH 4 MOTTO Tanyakanlah pada hatimu apa yang kau inginkan, dan tanyakanlah pada jiwamu apa yang aku butuhkan karna sesungguhnya di dalam dirimu tersimpan semua jawaban atas segala pertanyaanmu. (Penulis) Kesempurnaan hidup manusia adalah ketika kamu mampu menerima segala ketentuan yang telah Allah berikan, tanpa mengeluh, dan berpasrah. (Penulis) 5 Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Bundaku, yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk hidupku. Number one mom’s in the world. 2. Keluarga besar Mbah Kamsi dan Hj. Salimah (Alm) dan Engkong Hasan (Alm). Om Kos, ibu dan bapak. 3. Sahabat-sahabatku yang tidak bisa aku sebut satu per satu. 4. My little girl, Garneta Ayu Aurellia. Keponakan tante paling cantik sedunia. 6 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, beserta Rabb semesta alam, yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan kepada hamba-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kakawin”Sena Dalam Tinjauan Filologis) ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sastra, Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas sebelas Maret Surakarta. Penelitian dan penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai bila tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini. 2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang juga telah memberikan kesempatan dan ilmunya dalam penyusunan skripsi ini. 3. Drs. Hendro Kumoro, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, yang juga telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi. 4. Dra. Sundari, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik, yang telah membimbing sejak awal hingga akhir studi di Jurusan Sastra Daerah. 7 5. Drs. Supardjo, M.Hum, selaku Pembimbing Pertama, yang telah berkenan untuk mencurahkan perhatiannya pada pembimbingan skripsi ini, juga proses kelulusan penulis. 6. Dra. Kartika Setyawati (Dosen Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada), selaku Pembimbing Kedua, yang telah berkenan untuk meluangkan waktu dan mencurahkan perhatiannya pada pembimbingan skripsi ini, hingga proses kelulusan penulis. 7. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen Jurusan Sastra Daerah dan juga dosen-dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah menularkan ilmunya kepada penulis, sehingga memberikan kontribusi nyata dalam penulisan skripsi. 8. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. 9. Bapak Nindya, Pak Haji, Pak Komari, Bu Hasni, Mas Yudi, Mas Agung, Mas Bambang, Mas Adit, dan banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan namanya, Selaku, kepala bagian dan staf ‘Koleksi Khusus’ Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan pelayanan terbaiknya selama proses pengumpulan data. 10. Teman-Teman Sastra Daerah angkatan 2004, Ananto, Angga, Aris, Johan, Hendi, Landung, Margono, Marsono, Koko, Mahatma, Kalih, Ragil, Eko, Mengni, Nana, Didiek, Kuma, Ayu, Ratih, Wida, Dewi, mbak Fit, Purna dan lain-lain. Terima kasih atas persahabatan dan masa-masa indah kita bersama. 11. Hening Afriana, yang telah membantu menerjemahkan beberapa refensi dalam bahasa Belanda. 8 12. Untuk seseorang yang pernah hadir dan membawa banyak cinta dan kebahagiaan, yang selalu menjadi motifikasi dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa memberi perlindungan kepadamu. 13. Berbagai pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga amal dan kebaikannya mendapat balasan yang sesuai dengan amalnya dari Allah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun, demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Surakarta, 1 Nopember 2009 Penulis 9 ABSTRAK LILIS RESTINANINGSIH. 2009. C0104018. KAKAWIN SENA. (Dalam Tinjauan Filologis) Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Naskah MM ditemukan tahun 1822 di lereng gunung Merbabu (Pemakaman Kyai Windusana). Naskah MM adalah naskah yang ditulis di lereng gunung Merapi-Merbabu (Telamaya, Telaga, Wilis) di atas lontar dengan menggunakan aksara Gunung atau Buda dan sebagian aksara Jawa pada abad 16- 18. Naskah MM memiliki berbagai bentuk: parwa, kakawin, tutur, kidung, mantra, primbon, kratabasa dan lain-lain. Salah satu dari koleksi naskah MM adalah Kakawin Sena. Alasan pemilihan naskah KS adalah sedikitnya jumlah penelitian terhadap naskah MM, keunikan bahasa dan tulisan, kepopuleran Sena atau Bima sebagai tokoh utama, banyaknya varian, kekakawinan naskah KS. Naskah KS hanya akan dikaji secara filologis untuk mendapatkan suntingan teks yang bebas dari kesalahan dan terjemahan naskah Penelitian ini bertujuan menyajikan bentuk suntingan teks KS yang bersih dari kesalahan atau yang paling mendekati aslinya setelah melalui kajian filologis. Penelitian ini berbentuk penelitian filologi, yang menjadi objek adalah manuskrip. Sifat dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komparatif atau perbandingan naskah. Jenis penelitian tergolong dalam penelitian pustaka (library research). Dari penelitian ini akan diterbitkan dua edisi dengan metode yang berbeda yaitu metode diplomatik dan metode kritis (terbitan dengan perbaikan). Edisi diplomatik yaitu penyajian teks sama persis seperti terdapat dalam naskah sumber. Diplomatik tidak hanya digunakan untuk menyunting naskah tunggal tapi juga pada naskah jamak. Guna memenuhi penggunaan edisi diplomatik diperlukan adanya transliterasi mengingat naskah sumber dalam tulisan non-latin. Transliterasi merupakan pemindahan dari satu tulisan ketulisan yang lain. Hal-hal dalam transliterasi yang perlu diperhatikan meliputi: pertama mengurai aksara; kedua pembagian “ scriptio continua”; ketiga penggunaan huruf besar; dan keempat struktur sintaksis, diantaranya tanda baca dari naskah, dan juga karakteristik pengejaan baik yang beraturan maupun tidak (S.O. Robson, 1994: 24). Edisi kritis digunakan untuk menghasilkan terbitan dengan perbaikan. Edisi kritis menurut Robson (1994: 25), dipakai untuk membantu pembaca dalam mengatasi berbagai kesulitan yang bersifat tekstual yang berkaitan dengan interpretasi pemahaman isi. Dari keseluruhan proses di atas didapat naskah KS1 sebagai naskah dasar suntingan. Naskah ini tidak bisa dikatakan sebagai kakawin, karena tidak memiliki guru dan lagu. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Kuna yang tidak standard (memperhatikan bunyi panjang pendek vokal). Fungsi naskah KS1 sebagai naskah ruwat. 10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN................................................................................ iv MOTTO .............................................................................................................. v PERSEMBAHAN............................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii ABSTRAK.......................................................................................................... x DAFTAR ISI......................................................................................................
Recommended publications
  • Kakawin Ramayana
    KAKAWIN RAMAYANA Oleh I Ketut Nuarca PROGRAM STUDI SASTRA JAWA KUNO FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA APRIL 2017 Pengantar Peninggalan naskah-naskah lontar (manuscript) baik yang berbahasa Jawa Kuna maupun Bali yang ada di masyarakat Bali telah lama menjadi perhatian para peneliti baik peneliti nusantara maupun asing. Mereka utamanya peneliti asing bukan secara kebetulan tertarik pada naskah-naskah ini tetapi mereka sudah lama menjadikan naskah-naskah tersebut sebagai fokus garapan di beberapa pusat studi kawasan Asia Tenggara utamanya di eropa. Publikasi-publikasi yang ada selama ini telah membuktikan tingginya kepedulian mereka pada bidang yang satu ini. Hal ini berbeda keadaannya dibandingkan dengan di Indonesia. Luasnya garapan tentang bidang ini menuntut adanya komitmen pentingnya digagas upaya-upaya antisipasi untuk menghindari punahnya naskah-naskah dimaksud. Hal ini penting mengingat masyarakat khususnya di Bali sampai sekarang masih mempercayai bahwa naskah- naskah tersebut adalah sebagai bagian dari khasanah budaya bangsa yang di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya yang adi luhung. Di Bali keberadaan naskah-naskah klasik ini sudah dianggap sebagai miliknya sendiri yang pelajari, ditekuni serta dihayati isinya baik secara perorangan maupun secara berkelompok seperti sering dilakukan melalui suatu tradisi sastra yang sangat luhur yang selama ini dikenal sebagai tradisi mabebasan. Dalam tradisi ini teks-teks klasik yang tergolong sastra Jawa Kuna dan Bali dibaca, ditafsirkan serta diberikan ulasan isinya sehingga terjadi diskusi budaya yang cukup menarik banyak kalangan. Tradisi seperti ini dapat dianggap sebagai salah satu upaya bagaimana masyarakat Bali melestarikan warisan kebudayaan nenek moyangnya, serta sedapat mungkin berusaha menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah-naskah tersebut. Dalam tradisi ini teks-teks sastra Jawa Kuna menempati posisi paling unggul yang paling banyak dijadikan bahan diskusi.
    [Show full text]
  • Kakawin Ramayana
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 30(2), 30(2), 2020, 2020 193 -207 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v30i2.23690 MANAGING DIVERSITY IN HISTORY LEARNING BASED ON THE PERSPECTIVE OF KAKAWIN RAMAYANA Nur Fatah Abidin1, Fakrul Islam Laskar2 1) History Education Department, Sebelas Maret University, Surakarta, Indonesia 2) History Department, Bahona College, Jorhat, Assam, India ABSTRACT ABSTRAK This research aims to build a framework of Penelitian ini bertujuan untuk membangun diversity management in history learning kerangka manajemen keberagaman dalam based on the reinterpretation of diversity from pembelajaran sejarah berbasis reinterpretasi the perspective of Kakawin Ramayana. The kebhinekaan dari perspektif Kakawin Rama- authors used a critical hermeneutic approach yana. Penulis menggunakan pendekatan her- to interpret the texts of Kakawin Ramayana, meneutik kritis untuk menafsirkan teks Ka- especially in the texts of Prěthiwi and Aṣṭabra- kawin Ramayana, terutama dalam teks ta. The text of Prěthiwi and Aṣṭabrata implicitly Prěthiwi dan Aṣṭabrata. Teks Prěthiwi dan elucidates that diversity should be acknowl- Aṣṭabrata secara implisit menjelaskan bahwa edged based on the moral and ethical attrib- keberagaman harus diakui berdasarkan atribut utes of an individual. There are no spaces for moral dan etis seseorang. Tidak ada ruang arbitrary prejudices based on social identities, untuk prasangka sewenang-wenang berdasar- such as ethnicity, race, or even religiosity
    [Show full text]
  • Ramayan Around the World Ravi Kumar [email protected]
    Ramayan Around The World Ravi Kumar [email protected] , Contents Acknowledgement.......................................................................................................2 The Timeless Tale .......................................................................................................2 The Universal Relevance of Ramayan .........................................................................2 Ramayan Scriptures in South East Asian Languages....................................................5 Ramayana in the West .................................................................................................6 Ramayan in Islamic Countries .....................................................................................7 Ramayan in Indonesia Islam is our Religion but Ramayan is our Culture..............7 Indonesia Ramayan Presented in Open Air Theatres ................................................9 Ramayan in Malaysia We Rule in the name of Ram’s Paduka.............................10 Ramayan among the Muslims of Philippines..........................................................11 Persian And Arabic Ramayan ................................................................................11 The Borderless Appeal of Ramayan.......................................................................13 Influence of Ramayan in Asian Countries..................................................................16 Influence of Ramayan in Cambodia .......................................................................17
    [Show full text]
  • Gagal Paham Memaknai Kakawin Sebagai Pengiring Upacara Yadnya Dan Dalam Menembangkannya: Sebuah Kasus Di Desa Susut, Bangli
    GAGAL PAHAM MEMAKNAI KAKAWIN SEBAGAI PENGIRING UPACARA YADNYA DAN DALAM MENEMBANGKANNYA: SEBUAH KASUS DI DESA SUSUT, BANGLI. I Ketut Jirnaya, Komang Paramartha, I Made wijana, I Ketut Nuarca Program tudi Sastra Jawa Kuno, akultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana E-mail: [email protected] Abstrak Karya sastra kakawin di Bali sering dipakai untuk mengiringi upacara yadnya. Dari itu banyak terbit dan beredar di masyarakat buku saku Kidung Pancayadnya. Isi setiap buku tersebut nyaris sama. Buku-buku ini membangun pemahaman masyarakat bahwa kakawin yang dipakai untuk mengiringi upacara yadnya telah baku tanpa melihat substansi makna filosofi bait-bait tersebut. Masalahnya beberapa anggota masyarakat berpendapat ada bait-bait kakawin yang biasa dipakai mengiringi upacara kematian, tidak boleh dinyanyikan di pura. Di samping itu juga cara menembangkan kakawin belum baik dan benar. Hal ini juga terjadi di desa Susut, Bangli. Setelah dikaji, ternyata mereka salah memahami makna filosofis bait-bait kakawin tersebut. Hasilnya, semua bait kakawin bisa dinyanyikan di pura karena salah satu fungsinya sebagai sarana berdoa. Setiap upacara yadnya diiringi dengan melantunkan bait-bait kakawin yang telah disesuaikan substansi makna dari bait-bait tersebut dengan yadnya yang diiringi. Demikian pula mereka baru tahu bahwa menembangkan kakawin ada aturannya. Kata kunci: kakawin, yadnya, doa, guru-lagu. 1.Pendahuluan Kakawin dan parwa merupakan karya sastra Jawa Kuna yang hidup subur pada zaman Majapahit. Ketika Majapahit jatuh dan masuknya agama Islam, maka karya sastra kakawin banyak yang diselamatkan di Bali yang masih satu kepercayaan dengan Majapahit yaitu Hindu (Zoetmulder, 1983). Dari segi bentuk, kakawin berbentuk puisi dengan persyaratan (prosodi) satu bait terdiri dari empat baris yang diikat dengan guru-lagu.
    [Show full text]
  • Game Review PAMALI: INDONESIAN FOLKLORE HORROR Storytale Studios, Point-And-Click Horror, ID 2018
    Kathrin Trattner Game Review PAMALI: INDONESIAN FOLKLORE HORROR StoryTale Studios, Point-and-Click Horror, ID 2018 In indie and mainstream popular culture alike, Asian horror has been gaining world- wide recognition for quite some time. The most widely known digital cultural goods are produced in Japan and South Korea. However, as a Google search demon- strates, the global popularity of Indonesian horror narratives has also seen a sharp increase despite their being less broadly disseminated. For example, the number of Indonesian horror titles on Netflix is striking. Interestingly, the majority of those sto- ries draw on and incorporate the country’s rich folk traditions. Thus, tradition in its plural meaning is absolutely key here: with its diverse ethnic groups, languages, and religious traditions, Indonesia is anything but culturally homogenous. This cultural plurality is often depicted in Indonesian horror tales just as they are deeply embed- ded in Indonesian everyday life and its practices. In fact, the remarkable proximity of horror and the seemingly mundane is the basic premise of Pamali, an Indonesian folklore horror game. The first-person point-and-click horror game was (and is still being) developed by StoryTale Studios, a small indie studio based in Bandung, Indo- nesia.1 As Mira Wardhaningsih, co-creator of Pamali, explains in an interview, one of the intentions in creating the game was to introduce international audiences to a distinctively Indonesian approach to horror. As she elaborates: We believe that every culture has a different perception towards horror. […] In Indonesia, it’s not a big, catastrophic, one-time phenomenon that is terrifying; it is something else, something closer.
    [Show full text]
  • Of Manuscripts and Charters Which Are Mentioned In
    INDEX OF MANUSCRIPTS AND CHARTERS WHICH ARE MENTIONED IN TABLES A AND B 1 Page Page Adip. - Adiparwa . 94 Dj.pur. - Jayapural}.a . 106 Ag. - Agastyaparwa . 103 Dpt. - VangQang petak . 106 A.N. - Afiang Nilartha . 1(}3 A.P. - Arjuna Pralabda 103 E46 91 A.W. - Arjunawijaya 100 Gh. - Ghatotkaca.\;raya 97 Babi Ch. A . 94 G.O. - GeQangan Ch. 90 BarabuQur (inscription) 90 Gob1eg Ch. (Pura Batur) B . 95 Batuan Ch.. 94 Batunya Ch. A I . 93 H. - Hari\;raya Kakawin 106 Batur P. Abang Ch. A 94 Hr. - Hariwijaya 106 B.B. - Babad Bla-Batuh 103 Hrsw. - Kidung Har~awijaya . 107 Bebetin Ch. A I . 91 H.W. - Hariwang\;a 95 B.K. - Bhoma.lcawya . 104 J.D. - Mausalaparwa . 110 B.P. - Bhi~maparwa . 104 Br. I pp. 607 ff. 95 K.A. - Kembang Arum Ch. 92 pp. 613 ff.. 95 Kid. Adip. - Kidung Adiparwa 106 pp. 619 ff.. 95 K.K. - KufijarakarQ.a . 108 Br. II pp. 49 if. 95 K.O. I . 92 Brh. - Brahmal}.Qa-pural}.a . 105 II 90 Bs. - Bhimaswarga 104 V 94 B.T. - Bagus Turunan 104 VII . 93 Bulihan Ch.. 97 VIII 92 Buwahan Ch. A 93 XI 91 Buwahan Ch. E 97 XIV 91 B.Y. - Bharatayuddha 96 XV. 91 XVII 92 C. - Cupak 106 XXII 93 c.A. - Calon Arang 105 Kor. - Korawa\;rama . 108 Campaga Ch. A 97 Kr. - Krtabasa 108 Campaga Ch. C 99 Kr.B. - Chronicle of Bayu . 106 Catur. - Caturyuga 106 Krsn. - Kr~l}.iintaka 108 Charter Frankfurt N.S. K.S. - Kidung Sunda . 101 No.
    [Show full text]
  • POCONGGG JUGA POCONG” (Studi Semiotik Ilustrasi Sampul Buku ”Poconggg Juga Pocong” Pada ”Bukune”)
    PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL BUKU ”POCONGGG JUGA POCONG” (Studi Semiotik Ilustrasi Sampul Buku ”Poconggg Juga Pocong” Pada ”Bukune”) SKRIPSI Oleh : ADITYO WILDAN NPM. 0843010034 YAYASAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA 2012 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL BUKU “POCONGGG JUGA POCONG” (Studi Semiotik Ilustrasi Sampul Buku “Poconggg Juga Pocong” Pada “Bukune”) Oleh : ADITYO WILDAN NPM. 0843010034 Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skipsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 14 Juni 2012 PEMBIMBING UTAMA TIM PENGUJI : 1. Ketua Ir.H. Didiek Tranggono, M.Si Ir.H. Didiek Tranggono, M.Si NIP. 1958 1225 199001 1001 NIP. 1958 1225 199001 1001 2. Sekretaris Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 1962 0323 1999309 2001 3. Anggota Drs. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 1964 1225 1993009 2001 Mengetahui, DEKAN Dra.Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 1955 0718 198302 2001 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL BUKU POCONGGG JUGA POCONG ( Studi Semiotik Pada Ilustrasi Sampul Buku ”Poconggg Juga Pocong” Pada Bukune) Disusun oleh ADITYO WILDAN NPM: 0843010034 Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui Pembimbing Ir. H. Didiek Trenggono, M.Si NIP 19 581 2251 9900 11001 Mengetahui DEKAN Dra.Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP 19550718198302 2001 ii Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
    [Show full text]
  • Sita Ram Baba
    सीता राम बाबा Sītā Rāma Bābā סִיטָ ה רְ אַמָ ה בָבָ ה Bābā بَابَا He had a crippled leg and was on crutches. He tried to speak to us in broken English. His name was Sita Ram Baba. He sat there with his begging bowl in hand. Unlike most Sadhus, he had very high self- esteem. His eyes lit up when we bought him some ice-cream, he really enjoyed it. He stayed with us most of that evening. I videotaped the whole scene. Churchill, Pola (2007-11-14). Eternal Breath : A Biography of Leonard Orr Founder of Rebirthing Breathwork (Kindle Locations 4961-4964). Trafford. Kindle Edition. … immortal Sita Ram Baba. Churchill, Pola (2007-11-14). Eternal Breath : A Biography of Leonard Orr Founder of Rebirthing Breathwork (Kindle Location 5039). Trafford. Kindle Edition. Breaking the Death Habit: The Science of Everlasting Life by Leonard Orr (page 56) ראמה راما Ράμα ראמה راما Ράμα Rama has its origins in the Sanskrit language. It is used largely in Hebrew and Indian. It is derived literally from the word rama which is of the meaning 'pleasing'. http://www.babynamespedia.com/meaning/Rama/f Rama For other uses, see Rama (disambiguation). “Râm” redirects here. It is not to be confused with Ram (disambiguation). Rama (/ˈrɑːmə/;[1] Sanskrit: राम Rāma) is the seventh avatar of the Hindu god Vishnu,[2] and a king of Ayodhya in Hindu scriptures. Rama is also the protagonist of the Hindu epic Ramayana, which narrates his supremacy. Rama is one of the many popular figures and deities in Hinduism, specifically Vaishnavism and Vaishnava reli- gious scriptures in South and Southeast Asia.[3] Along with Krishna, Rama is considered to be one of the most important avatars of Vishnu.
    [Show full text]
  • SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY in the NEW ORDER a Thesis Presented to the Faculty of the Center for Inte
    SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER A thesis presented to the faculty of the Center for International Studies of Ohio University In partial fulfillment of the requirements for the degree Master of Arts Sony Karsono August 2005 This thesis entitled SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER by Sony Karsono has been approved for the Department of Southeast Asian Studies and the Center for International Studies by William H. Frederick Associate Professor of History Josep Rota Director of International Studies KARSONO, SONY. M.A. August 2005. International Studies Setting History Straight? Indonesian Historiography in the New Order (274 pp.) Director of Thesis: William H. Frederick This thesis discusses one central problem: What happened to Indonesian historiography in the New Order (1966-98)? To analyze the problem, the author studies the connections between the major themes in his intellectual autobiography and those in the metahistory of the regime. Proceeding in chronological and thematic manner, the thesis comes in three parts. Part One presents the author’s intellectual autobiography, which illustrates how, as a member of the generation of people who grew up in the New Order, he came into contact with history. Part Two examines the genealogy of and the major issues at stake in the post-New Order controversy over the rectification of history. Part Three ends with several concluding observations. First, the historiographical engineering that the New Order committed was not effective. Second, the regime created the tools for people to criticize itself, which shows that it misunderstood its own society. Third, Indonesian contemporary culture is such that people abhor the idea that there is no single truth.
    [Show full text]
  • Teknik Penerjemahan Lisan Dalam Tradisi Bekayat Di Lombok
    TEKNIK PENERJEMAHAN LISAN DALAM TRADISI BEKAYAT DI LOMBOK (INTERPRETING TECHNIQUE APPLIED ON ORAL TRADITION BEKAYAT IN LOMBOK) Safoan Abdul Hamid Kantor Bahasa Provinsi NTB Jalan dr. Sujono, Kelurahan Jempong Baru, Sekarbela, Mataram, NTB, Indonesia Pos-el: [email protected] Diterima: 27 Oktober 2014; Direvisi: 20 November 2014; Disetujui: 3 Desember 2014 Abstract SasaN ethnic group‘s community in /omboN, Nusa Tenggara Barat Province, has an oral tradition of reciting hikayat namely bekayat. During the performance, step of the recitation is followed by interpretation from Melayu language to Sasak. As a part of literary work interpreting, the interpreter applies certain method, technique and ideology. This research is aimed at revealing interpreting technique applied in bekayat performance. Sample of this research is taken from Lombok Barat District, out of three other districts in Lombok. Data collection is conducted through recording and an interview technique. The data are transcribed and then analized by an interlinguistic and descriptive method. Result of the analysis shows that the interpreter of bekayat performance applied three techniques, namely paraphrase, contextual conditioning, and compensation. Keywords: technique, interpreting, bekayat, Lombok Abstrak Masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok memiliki tradisi lisan pembacaan hikayat yang dikenal dengan bekayat. Dalam pelaksanaannya, tahap pembacaan hikayat dilanjutkan dengan penerjemahan lisan dari bahasa Melayu ke bahasa Sasak. Proses penerjemahan ini tergolong sebagai penerjemahan karya sastra yang memerlukan metode, teknik, dan ideologi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengurai teknik penerjemahan lisan dalam pelaksanaan tradisi bekayat. Adapun pengambilan sampel penelitian dilakukan disalah satu kabupaten di Lombok yakni Kabupaten Lombok Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik perekaman, wawancara, dan pencatatan.
    [Show full text]
  • Monkey-Ear Mushrooms.Pdf
    114 Telling Tales from Southeast Asia and Korea: Teachers’ Guide 115 Telling Tales from Southeast Asia and Korea: Teachers’ Guide Monkey-ear Mushrooms (Laos) Once, Queen Sida wanted to have a meal of tiger-ear mushrooms. But in the Northern Lao language this mushroom is called monkey-ear mushrooms. Queen Sida asked the Monkey King, Hanuman, to go search for the mushrooms for her from the mountain of Oudomxay. “Could you please go and get the mushrooms from Oudomxay Mountain for me?” said Queen Sida. “Yes, my Lady,” answered Hanuman. So Hanuman flew to Oudomxay Mountain and gathered some mushrooms for Queen Sida. He returned with a basket full of mushrooms for her. But Queen Sida looked at the mushrooms and said, “Oh no, this is not the kind of mushroom I would like to have. Please go and bring some others.” She did not want to say that she really wanted monkey-ear mushrooms for she thought that it would offend Hanuman, who is, after all, a monkey. “Yes, my Lady,” said Hanuman. He soared to the sky to pick up more mushrooms in Oudomxay Mountain. After awhile he returned with another basket full of mushrooms for Queen Sida. She again examined the mushrooms. “Oh no, this is still not the kind of mushrooms I would like to have. Please go bring some other kinds.” 116 Telling Tales from Southeast Asia and Korea: Teachers’ Guide “Yes, my Lady,” said Hanuman. He soared to the sky to pick more mushrooms in Oudomxay Mountain. After awhile he returned with another basket- full of mushrooms for Queen Sida.
    [Show full text]
  • The Verification Through Custom Law As an Alternative Solution in the Case Solving
    Risalah HUKUM Fakultas Hukum Unmul, Juni 2010, Hal. 24 - 28 Vol. 6, No. 1 ISSN 021-969X Pembuktian Hukum Adat Sebagai Solusi Alternatif Penyelesaian Kasus di Masyarakat (The Verification through Custom Law as An Alternative Solution In The Case Solving) Abdul Kadir Sabaruddin Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda Jl. Ki Hajar Dewantara Kampus Gn. Kelua Samarinda Kalimantan Timur Telp:0541-7095092 ABSTRACT The verification through custom law may be found in the community where they determine the defendant as guilty or not through “Shroud Pledge”. This pledge is often conducted when the crime committed by the defendant is difficult to be verified. The verification through custom law, especially through “Shroud Pledge”, is an alternative solution which is more effective to solve any cases in the community. Key words : pembuktian hukum adat (the verification of custom law ), solusi alternatif (alternative solution ), penyelesaian kasus (case solving ). Pendahuluan maka dilarang mengunakan alat pembuktian Salah satu televisi swasta pernah semacam ini sebagai cara untuk menemukan menayangkan suatu proses pembuktian adat kebenaran materiil. 1 di suatu daerah di tanah air. Seorang ketua Alat pembuktian adat yang adat dalam suatu upacara adat membakar disampaikan di atas, dahulu sering digunakan sebatang besi dan setelah sebatang besi itu oleh masyarakat adat, bahkan dari tayangan membara diyakini tidak mendatangkan bahaya televisi di atas cara semacam itu masih dipertahankan dan diberlakukan di daerah bila disentuh dengan tanggan kosong bagi tertentu oleh masyarakat adat, untuk orang yang tidak bersalah dan akan membuktikan apakah seseorang itu bersalah mendatangkan panas yang membara bila atau tidak. disentuh oleh orang yang melakukan Pada masa sekarang, pembuktian adat kesalahan dalam hukum adat masyarakat yang masih dapat kita temukan di dalam tersebut, sebagai contoh dalam kasus masyarakat dalam membuktikan seseorang pencurian.
    [Show full text]