The Verification Through Custom Law As an Alternative Solution in the Case Solving

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

The Verification Through Custom Law As an Alternative Solution in the Case Solving Risalah HUKUM Fakultas Hukum Unmul, Juni 2010, Hal. 24 - 28 Vol. 6, No. 1 ISSN 021-969X Pembuktian Hukum Adat Sebagai Solusi Alternatif Penyelesaian Kasus di Masyarakat (The Verification through Custom Law as An Alternative Solution In The Case Solving) Abdul Kadir Sabaruddin Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda Jl. Ki Hajar Dewantara Kampus Gn. Kelua Samarinda Kalimantan Timur Telp:0541-7095092 ABSTRACT The verification through custom law may be found in the community where they determine the defendant as guilty or not through “Shroud Pledge”. This pledge is often conducted when the crime committed by the defendant is difficult to be verified. The verification through custom law, especially through “Shroud Pledge”, is an alternative solution which is more effective to solve any cases in the community. Key words : pembuktian hukum adat (the verification of custom law ), solusi alternatif (alternative solution ), penyelesaian kasus (case solving ). Pendahuluan maka dilarang mengunakan alat pembuktian Salah satu televisi swasta pernah semacam ini sebagai cara untuk menemukan menayangkan suatu proses pembuktian adat kebenaran materiil. 1 di suatu daerah di tanah air. Seorang ketua Alat pembuktian adat yang adat dalam suatu upacara adat membakar disampaikan di atas, dahulu sering digunakan sebatang besi dan setelah sebatang besi itu oleh masyarakat adat, bahkan dari tayangan membara diyakini tidak mendatangkan bahaya televisi di atas cara semacam itu masih dipertahankan dan diberlakukan di daerah bila disentuh dengan tanggan kosong bagi tertentu oleh masyarakat adat, untuk orang yang tidak bersalah dan akan membuktikan apakah seseorang itu bersalah mendatangkan panas yang membara bila atau tidak. disentuh oleh orang yang melakukan Pada masa sekarang, pembuktian adat kesalahan dalam hukum adat masyarakat yang masih dapat kita temukan di dalam tersebut, sebagai contoh dalam kasus masyarakat dalam membuktikan seseorang pencurian. bersalah atau tidak yang dilakukan di luar Pasal 26 ayat (2) ordonansi (S.1932- proses pengadilan adalah sumpah pocong. 80) yang didalamnya tercantum kata-kata Sumpah ini sering dilakukan terhadap orang yang menyatakan bahwa “jikalau sesuatu yang dituduh melakukan suatu kejahatan yang 2 perbuatan hukum adat bertentangan dengan sulit untuk dibuktikan, termasuk santet. syarat-syarat kemanusiaan, maka hakim harus Pembuktian semacam ini menjadi lebih mengadili menurut keadilan yang patut.” menarik, karena merupakan suatu pembuktian Sebagai contoh peraturan hukum acara terbalik yang sudah dikenal oleh masyarakat adat yang dianggap oleh ordonansi (S.1932- kita dan dapat diterima sebagai suatu proses 80) yang bertentangan dengan syarat-syarat penyelesaian kasus di masyarakat. kemanusiaan, yaitu cara pembuktian adat, 1 misalnya terdakwa harus menyusup (masuk) Bushar Muhammad, 1991, Pokok-Pokok Hukum Adat Cet.5 , Pradnya Paramita, Jakarta, hlm.95. ke dalam air atau masuk kedalam kobaran api, 2 Hal ini dapat dilihat di Majalah Tempo, 5 Oktober 2003, hlm. 127. Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul Vol. 6, No. 1 25 Berdasarkan latar belakang masalah di juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai atas, permasalahan yang dapat penulis angkat mana pembentukan hukum adat. 5 dalam tulisan ini adalah: 1. Apakah cara pembuktian adat efektif Pembuktian Hukum Adat dalam menyelesaikan permasalahan dalam Cara pembuktian adat dengan masyarakat? mengunakan sumpah pocong banyak 2. Mengapa masyarakat dalam kasus tertentu dilakukan dikarenakan mereka tidak tahan lebih menerima pembuktian adat dari pada menghadapi teror dari anggota masyarakat melalui proses pengadilan? yang menduga mereka sebagai dukun santet, sedangkan aparat hukum dalam hal ini Hukum Adat kepolisian sulit memberikan perlindungan Hukum adat adalah suatu kebiasaan terhadap seseorang yang diduga sebagai manusia dalam hidup bermasyarakat. Hukum dukun santet. Kasus penganiayaan juga sering adat merupakan adat yang diterima dan harus disaksikan dalam berita kriminalitas yang dilaksanakan dalam masyarakat yang disiarkan oleh TV swasta yang ada, hal ini bersangkutan. 3 Apabila terjadi pelanggaran perlu mendapatkan perhatian hukum dan terhadap hukum adat yang ada (hukum solusinya, mengapa hal ini harus terjadi. materiil adat), maka diperlukan pembuktiaan Sumpah pocong bisa dikatakan berasal terhadap pelanggaran hukum adat tersebut, dari ajaran Islam yang bernama sumpah li’an. dengan cara pembuktian adat (hukum formil Sumpah ini diterapkan kepada orang yang adat). Cara pembuktian adat yang ada di dituduh melakukan suatu kejahatan yang sulit suatu kelompok masyarakat adat akan dibuktikan, termasuk santet. Prosesinya berbeda dengan cara pembuktian adat di dilakukan dengan singkat, hanya sekitar 10 kelompok masyarakat adat yang lain di sampai 15 menit, tapi cukup efektif. Indonesia. Perbedaan ini dipengaruhi oleh Yang menarik, cukup banyak orang faktor-faktor seperti agama, kultur dan yang meminta disumpah serupa di Pesantren kepercayaan dalam masyarakat tersebut. Kiai Luthfi Akhmad pengasuh Pondok Seseorang pemerhati hukum adat Pesantren Madinatul ‘Ulum, Jenggawah dalam wacana modern, M.B Hooker, pernah Jember. Menurut keterangan beliau, pihaknya mencatat bahwa hukum adat dibentuk telah menyumpah sekitar 1.500 orang sejak menurut ide-ide umum ( comman ideas ) yaitu 1995. Tujuannya sama, agar mereka terbebas adat yang menpunyai sifat sebagai norma dari tudingan memiliki ilmu hitam atau yang berisi larangan ( prohibition ) dan melakukan penyantetan. Nyaris tiap minggu kewajiban atau “yang seharusnya” dan orang datang untuk disumpah pocong, karena diartikulasikan masyarakat berdasarkan nilai- polisi sulit memberi perlindungan. Jika sumpah nilai yang diterima secara luas. Ide-ide umum sumpah pocong telah dilakukan, warga yang ini pada akhirnya mengalami institusionalisasi menuduhnya akan segera meredakan menjadi suatu budaya particular setelah amarahnya, karena masyarakat sudah paham bersinggungan dengan sistem religi, agama- betul resiko sumpah pocong yang dilakukan. agama dan kepercayaan-kepercayaan yang Jika berbohong diyakini orang yang disumpah berkembang dalam masyarakat. 4 akan menerima akibatnya dalam tempo dua Dalam perjalanannya, pembentukan atau tiga hari. Mereka bisa meninggal secara hukum adat tidaklah bersifat independen mengenaskan, misalnya tertabrak mobil. Dari terlepas dari unsur-unsur nonlokal, melainkan pengalaman sang Kiai selama ini, lebih banyak karena adanya interaksi antara nilai-nilai lokal tuduhan masyarakat itu tak terbukti. (indegenousity ) dengan sistem budaya, agama “Ternyata, dari sekian ribu orang yang dan kepercayaan yang dianut oleh disumpah, baru sebelas orang yang betul-betul masyarakat, begitu pula pembuktian adat, 5 Otje Salman, Islam Dalam Perspektif Hukum Adat dan 3 Hilman Hadikusumo , 1992, Pengantar Ilmu Hukum Adat Kebiasaan (Membangun Sebuah Perspektif Baru) dalam Indonesia , Mandar Maju, Bandar Lampung, hlm. 1. Jurnal Ilmu Hukum Litigasi, Volume 3. No. 1 Januari- 4 Ibid, Juni 2002, hlm.32. 26 Abdul Kadir Sabaruddin Risalah Hukum Fakultas Hukum Unmul menerima akibatnya dari sumpah yang ketika itu sekitar 200 orang lebih tewas dilakukannya”. 6 dihakimi warga masyarakat. 8 Antropolog dari Universitas Negeri Para pelaku pembantaian itu, baik di Jember, Kusnadi, mengakui sumpah pocong Ciamis maupun di Banyuwangi, akhirnya diadili efektif menangani kasus santet di Jember dan dan dihukum, tapi tak satu pun dukun santet sekitarnya. Ini merupakan suatu mekanisme yang bisa dijerat secara hukum menurut kultural masyarakat dalam bentuk pembuktian catatan pengadilan yang disampaikan oleh terbalik. Cara ini bisa diterima dan diyakini Ketua Pengadilan Negeri Kabupaten memiliki kebenaran dan nilai keadilan kerena Banyuwangi. 9 dipimpin oleh seorang tokoh yang alim dan Seperti yang dirumuskan dalam Pasal langsung bersumpah di hadapan publik dan 255 Rancangan KHUP, yang menjadi sasaran Tuhan. 7 memang orang yang melakukan kegiatan Mengapa masyarakat lebih memilih magis. Pembuktiannya bisa didasarkan dari penyelesaian dengan mengunakan sumpah pengakuan si dukun santet atau penyewanya. pocong? Hal ini lebih dikarenakan belum Yang pasti, tidak dituntut pembuktian adanya aturan hukum dalam Kitab Undang- bagaimana praktek itu bisa mencelakakan atau Undang Hukum Pidana kita yang menewaskan seorang korban. Menurut Yusril mengaturnya, yang ada baru sebatas Ihza Mahendra, pasal santet terbilang delik rancangan, seperti yang diungkapkan oleh formil, bukan materiil. Jadi, katanya “Yang Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia menjadi soal bukan meninggalnya orang yang pada waktu itu, Yusril Ihza Mahendra. Dalam di santet, melaikan hubungan tukang santet Pasal 255 Rancangan Undang-Undang KUHP, dengan penyewannya.” dinyatakan,” Setiap orang yang menyatakan Antropolog Kusnadi kurang setuju soal dirinya mempunyai kekuatan magis, santet dimasukkan dalam KUHP karena akan memberitahukan, menimbulkan harapan, tetap sulit pembuktiannya. Ini juga bisa menawarkan, atau memberikan bantuan jasa menjadi pisau bermata dua. Kemungkinan kepada orang lain bahwa karena perbuatannya pasal ini bisa mengurangi praktek santet, tapi dapat menimbulkan kematian, penderitaan juga bisa dimanfaatkan oleh orang yang mental atau fisik seseorang, dipidana penjara mencelakakan atau menjebak orang lain lewat paling lama lima tahun.” tuduhan palsu. Dalam penjelasan RUU itu disebutkan Demikian pula pendapat mantan hakim pula, ketentuan tersebut muncul untuk agung Benjamin Mangkoedilaga. Kalau mengatasi keresahan dalam masyarakat yang diberlakukan, ia memperkirakan pasal ini tak ditimbulkan
Recommended publications
  • Game Review PAMALI: INDONESIAN FOLKLORE HORROR Storytale Studios, Point-And-Click Horror, ID 2018
    Kathrin Trattner Game Review PAMALI: INDONESIAN FOLKLORE HORROR StoryTale Studios, Point-and-Click Horror, ID 2018 In indie and mainstream popular culture alike, Asian horror has been gaining world- wide recognition for quite some time. The most widely known digital cultural goods are produced in Japan and South Korea. However, as a Google search demon- strates, the global popularity of Indonesian horror narratives has also seen a sharp increase despite their being less broadly disseminated. For example, the number of Indonesian horror titles on Netflix is striking. Interestingly, the majority of those sto- ries draw on and incorporate the country’s rich folk traditions. Thus, tradition in its plural meaning is absolutely key here: with its diverse ethnic groups, languages, and religious traditions, Indonesia is anything but culturally homogenous. This cultural plurality is often depicted in Indonesian horror tales just as they are deeply embed- ded in Indonesian everyday life and its practices. In fact, the remarkable proximity of horror and the seemingly mundane is the basic premise of Pamali, an Indonesian folklore horror game. The first-person point-and-click horror game was (and is still being) developed by StoryTale Studios, a small indie studio based in Bandung, Indo- nesia.1 As Mira Wardhaningsih, co-creator of Pamali, explains in an interview, one of the intentions in creating the game was to introduce international audiences to a distinctively Indonesian approach to horror. As she elaborates: We believe that every culture has a different perception towards horror. […] In Indonesia, it’s not a big, catastrophic, one-time phenomenon that is terrifying; it is something else, something closer.
    [Show full text]
  • POCONGGG JUGA POCONG” (Studi Semiotik Ilustrasi Sampul Buku ”Poconggg Juga Pocong” Pada ”Bukune”)
    PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL BUKU ”POCONGGG JUGA POCONG” (Studi Semiotik Ilustrasi Sampul Buku ”Poconggg Juga Pocong” Pada ”Bukune”) SKRIPSI Oleh : ADITYO WILDAN NPM. 0843010034 YAYASAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA 2012 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL BUKU “POCONGGG JUGA POCONG” (Studi Semiotik Ilustrasi Sampul Buku “Poconggg Juga Pocong” Pada “Bukune”) Oleh : ADITYO WILDAN NPM. 0843010034 Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skipsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 14 Juni 2012 PEMBIMBING UTAMA TIM PENGUJI : 1. Ketua Ir.H. Didiek Tranggono, M.Si Ir.H. Didiek Tranggono, M.Si NIP. 1958 1225 199001 1001 NIP. 1958 1225 199001 1001 2. Sekretaris Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 1962 0323 1999309 2001 3. Anggota Drs. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 1964 1225 1993009 2001 Mengetahui, DEKAN Dra.Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 1955 0718 198302 2001 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL BUKU POCONGGG JUGA POCONG ( Studi Semiotik Pada Ilustrasi Sampul Buku ”Poconggg Juga Pocong” Pada Bukune) Disusun oleh ADITYO WILDAN NPM: 0843010034 Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui Pembimbing Ir. H. Didiek Trenggono, M.Si NIP 19 581 2251 9900 11001 Mengetahui DEKAN Dra.Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP 19550718198302 2001 ii Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
    [Show full text]
  • SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY in the NEW ORDER a Thesis Presented to the Faculty of the Center for Inte
    SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER A thesis presented to the faculty of the Center for International Studies of Ohio University In partial fulfillment of the requirements for the degree Master of Arts Sony Karsono August 2005 This thesis entitled SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER by Sony Karsono has been approved for the Department of Southeast Asian Studies and the Center for International Studies by William H. Frederick Associate Professor of History Josep Rota Director of International Studies KARSONO, SONY. M.A. August 2005. International Studies Setting History Straight? Indonesian Historiography in the New Order (274 pp.) Director of Thesis: William H. Frederick This thesis discusses one central problem: What happened to Indonesian historiography in the New Order (1966-98)? To analyze the problem, the author studies the connections between the major themes in his intellectual autobiography and those in the metahistory of the regime. Proceeding in chronological and thematic manner, the thesis comes in three parts. Part One presents the author’s intellectual autobiography, which illustrates how, as a member of the generation of people who grew up in the New Order, he came into contact with history. Part Two examines the genealogy of and the major issues at stake in the post-New Order controversy over the rectification of history. Part Three ends with several concluding observations. First, the historiographical engineering that the New Order committed was not effective. Second, the regime created the tools for people to criticize itself, which shows that it misunderstood its own society. Third, Indonesian contemporary culture is such that people abhor the idea that there is no single truth.
    [Show full text]
  • Visualisasi Karakter Pocong, Kuntilanak, Dan Tuyul Pada Film Animasi Keluarga Hantu Indonesia
    Vol.7, No.1, September-Desember 2019, pp. 1-11 p-ISSN: 2339-0107, e-ISSN: 2339-0115 http://dx.doi.org/10.30998/jurnaldesain.v7i1.5468 VISUALISASI KARAKTER POCONG, KUNTILANAK, DAN TUYUL PADA FILM ANIMASI KELUARGA HANTU INDONESIA Aji Dwi Saputra1), Edo Galasro Limbong2) Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka No. 58. Tanjung Barat, Jakarta Selatan. 12530 Abstrak. Hantu merupakan bagian dari sebuah legenda menurut sebagian masyarakat. Dikatakan sebagai legenda karena berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan kebenaran ”takhayul” atau kepercayaan masyarakat. Contoh legenda ini yaitu adanya kepercayan terhadap hantu, seperti pocong, kuntilanak, dan tuyul. Bagi orang-orang tertentu, hantu justru dianggap sebagai tantangan hidup (memedi) dan bagi sebagian lain hantu justru akan dapat mendatangkan sebuah keuntungan. Bagi yang takut, jangankan meneliti mendengar saja membuat. Walau begitu, cerita dan wujud hantu bisa menjadi daya tarik dalam dunia hiburan, baik dibuat menjadi film bergenre horor, animasi atau bahkan dibuatkan wahana rumah hantu. Hal ini merupakan kelebihan dari objek hantu jika diangkat menjadi sebuah hasil karya. Dalam penelitian ini, metode yang dilakukan untuk melakukan riset ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi literatur dari jurnal dan beberapa website resmi. Adapun tujuan dari penulisan ini, peneliti ingin merancang visual karakter pocong, kuntilanak, dan tuyul pada cerita “Keluarga Hantu Indonesia” yang diambil dari penggambaran mitos hantu yang berkembang di masyarakat. Kata Kunci: Hantu, Animasi, Karakter Abstract. Ghosts are part of a legend according to some people. It is said as a legend because it is in the form of a story that is considered truly happened and has been experienced by someone.
    [Show full text]
  • Reincarnation in Buddhism: an Analysis from Islamic Perspective
    REINCARNATION IN BUDDHISM: AN ANALYSIS FROM ISLAMIC PERSPECTIVE SHEIKHA SAIDAH BINTE MOHAMAD NAJEEB JARHOM DEPARTMENT OF ‘AQIDAH AND ISLAMIC THOUGHT ACADEMY OF ISLAMIC STUDIES UNIVERSITY OF MALAYA KUALA LUMPUR 2014 REINCARNATION IN BUDDHISM: AN ANALYSIS FROM ISLAMIC PERSPECTIVE SHEIKHA SAIDAH BINTE MOHAMAD NAJEEB JARHOM DISSERTATION SUBMITTED IN FULFILMENT OF THE REQUIREMENTS FOR THE DEGREE OF MASTER OF USULUDDIN DEPARTMENT OF ‘AQIDAH AND ISLAMIC THOUGHT ACADEMY OF ISLAMIC STUDIES UNIVERSITY OF MALAYA KUALA LUMPUR 2014 ABSTRACT Belief in the concept of reincarnation is a sign of true faith among the Buddhists. A Buddhist has to follow the Four Noble Truth and the Eightfold Path in order to achieve enlightenment which is nirvana. They believe in the rebirth of the soul from the last breath to the liberation of soul which entwines the journey of life from death to karma, to rebirth and finally achieving nirvana. Worshippers of Islam on the other hand have to follow the six Pillars of Faith, the five Pillars of Islam and ihsan which is to do good things in life. They believe in resurrection on the day of Judgement. On this day, Muslims after death will be awaken in the frontiers of barzakh and be judged and placed appropriately in either paradise or hell as promised in the holy Qur’an. By collecting data using documentary method which applied to library materials, the researcher has found that there are still a number of Muslims who were influenced by the traditional beliefs of animism, Hinduism and Buddhism. This is because the Malays were Hindus and Buddhists long before they became Muslim.
    [Show full text]
  • BAB II. PENGENALAN WAYANG KULIT PURWA, SIMBOL, DAN CARA PANDANG MASYARAKAT JAWA II.1 Wayang UNESCO Menyatakan Bahwa Pertunjukan
    BAB II. PENGENALAN WAYANG KULIT PURWA, SIMBOL, DAN CARA PANDANG MASYARAKAT JAWA II.1 Wayang UNESCO menyatakan bahwa pertunjukan wayang merupakan kesenian yang berasal dari Indonesia, dengan menggunakan boneka yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu, kemudian digunakan untuk memerankan tokoh dalam kisah Mahabharata, Ramayana dan sebagainya kedalam sebuah pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda). Dalam pertunjukan wayang, seorang dalang diperlukan untuk menentukan alur cerita sekaligus menggerakan wayang. Masyarakat mengenal wayang karena menceritakan berbagai kisah dari kitab Brahmana (Mahabharata, Ramayana, Lokapala, dan Arjunasasrabahu, Sudjarwo (dalam Nurgiyantoro, 2010). Walaupun begitu Mulyono (1979, hal. 11) mengungkapkan bahwa wayang telah ada jauh sebelum konsep agama asing masuk ke Indonesia, diperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolitikum dan pertunjukan wayang digunakan sebagai upacara kegamaan atau upacara yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap Hyang. Pada masa neolitikum kisah pewayangan menceritakan tentang kepahlawanan para leluhur. Gambar II.1 Pertunjukan wayang kulit dari Keraton Yogyakarta Sumber: https://gdb.voanews.com/0EE57925-DBF0-4C71-939C- 77FB55B43038_w1023_r1_s.jpg (diakses 24, April 2019) 12 Nenek moyang masyarakat Jawa mempercayai bahwa roh leluhur yang sudah mati akan menjadi roh pelindung bagi kehidupan generasi berikutnya. Masyarakat Jawa beranggapan bahwa roh para leluhur tinggal di daerah pegunungan, pohon besar, lautan dan sebagainya. Pada 1500 SM, nenek moyang masyarakat Jawa melakukan upacara penyembahan terhadap roh leluhur yang telah meninggal dan upacara itu dikemas menjadi sebuah pertunjukan yang saat itu disebut sebagai pertunjukan bayangan, Sunarto, (2004, hal. 14). Masuknya agama Hindu memiliki dampak besar terhadap kebudayaan yang sudah ada di Indonesia, epos Ramayana dan Mahabharata memiliki kisah yang mampu sejalan dengan mitos Jawa kuno sehingga epos ini diadaptasikan kedalam mitos Jawa kuno.
    [Show full text]
  • The Roles and Significance of Wong Pinter, the Javanese Shaman
    The Roles and Significance of Wong Pinter, the Javanese Shaman Agustinus Sutiono Submitted in accordance with the requirements for the degree of PhD The University of Leeds York St. John University April 2014 The candidate confirms that the work submitted is his own and that appropriate credit has been given where reference has been made to the work of others. This copy has been supplied on the understanding that it is copyright material and that no quotation from the thesis may be published without proper acknowledgement. April 2014, the University of Leeds, Agustinus Sutiono i Acknowledgements Because of support from institutions, groups and individuals both in Britain and Indonesia throughout the course of research, this thesis has been completed in due time. I would like to thank to The British Province of the Carmelites who have given me a scholarship since 2004 especially Rev. Frs. Wilfrid McGreal O.Carm, Anthony Lester O.Carm, Kevin Melody O.Carm, Richard Copsey O.Carm and Francis Kemsley O.Carm. I am sincerely grateful to Professor Sebastian Kim FRAS and Dr. Susan Yore who have supervised and directed me on the right track towards the completion of this thesis. I thank to the staff of York St John University Research Department, Dr. John Rule and Jill Graham. I would like to thank to all participants especially members of Metaphysics Study Club, Laksamana Handaka, Mrs. Sita Soejono, Prof. Dr. I. Soedjarwadi, Mr. Krisnadi, R.Ng. Brotosusanto, Hamid, Mr. Hardjana, Joko Kijeng, Tamtu family and many more wong pinters who spared so much of their time for interviews.
    [Show full text]
  • Trio Hantu Cs: a Comic and Animation Series Adaptations of Indonesian Ghost Stories Upik Sarjiati*1, Ayu Nova Lissandhi2
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 512 Proceedings of the 1st International Conference on Folklore, Language, Education and Exhibition (ICOFLEX 2019) Trio Hantu Cs: A Comic and Animation Series Adaptations of Indonesian Ghost Stories Upik Sarjiati*1, Ayu Nova Lissandhi2 1Research Center for Area Studies, Indonesian Institute of Sciences (P2W-LIPI), Jakarta, Indonesia 2Research Center for Area Studies, Indonesian Institute of Sciences (P2W-LIPI), Jakarta, Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT Since 2015, the Government of Indonesia through Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) has developed creative economy seriously. Animation is one of the sectors of the creative industries which have developed significantly in Indonesia. Unique characters and interesting narrative are essential element which made animation succeed. Legends, myths, and folklore existed in various ethnic groups in many regions are inspiring creators to produce comics and animation movies. This article aims to analyze how the ghost stories as urban legends are adapted into the comics and animation series “Trio Hantu Cs”, and how the creator reinterpreted the stories. The method used in this research is qualitative research approach. data were collected by interviewing the creator of “Trio Hantu Cs” and, observing the animation series and also the comics. The ghosts are described as the creature who living in the different world to the human world, but they do not interrupt the human life. The animation series which are distributed through YouTube channel and social media successfully attracted many viewers as well as its comics. The research result indicates that the scary ghost stories are adapted into comic and animation movie by reinterpreting the story and the characters and to suit the current modern society.
    [Show full text]
  • Gending Patalon Dalam Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta Studi Kasus Gending Cucurbawuk
    i GENDING PATALON DALAM WAYANG KULIT PURWA GAYA SURAKARTA STUDI KASUS GENDING CUCURBAWUK Skripsi Sebagai salah satu syarat Guna mencapai derajat S-1 Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Diajukan oleh: Ingan Puasari NIM: 09111115 FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI NDONESIA SURAKARTA 2015 ii PENGESAHAN Skripsi berjudul: GENDING PATALON DALAM WAYANG KULIT PURWA GAYA SURAKARTA STUDI KASUS GENDING CUCURBAWUK Disusun Oleh Ingan Puasari NIM: 09111115 Telah dipertahankan di hadapan dewan penguji skripsi Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta Pada tanggal 16 Januari 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Susunan Dewan Penguji Ketua Penguji, Penguji Bidang, Djoko Purwanto, S.Kar., M.A. Suraji, S.Kar., M.Sn NIP.195708061980121002 NIP.196106151988031001 Pembimbing, Bambang Sosodoro, S.Sn., M.sn. NIP. 198207202005011001 Surakarta,….Pebruari 2015 Institut Seni Indonesia Surakarta Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Soemaryatmi, S. Kar., M. Hum. NIP. 196111111982032003 iii PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini, saya: Nama : Ingan Puasari NIM : 09111115 Judul Skripsi : GENDING PATALON DALAM WAYANG KULIT PURWA GAYA SURAKARTA STUDI KASUS GENDING CUCURBAWUK Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Skripsi yang saya susun ini, sepenuhnya merupakan karya saya pribadi, kecuali yang sacara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. 2. Bila dikemudian hari ternyata terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa skripsi ini merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh tindakan
    [Show full text]
  • Disertasi Konsep Sehat Menurut Perspektif Budaya
    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga DISERTASI KONSEP SEHAT MENURUT PERSPEKTIF BUDAYA JAWA (Studi Perilaku Masyarakat Jawa dalam Menjaga dan Meningkatkan Kesehatan di Blitar Jawa Timur) IMAM SUNARNO UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN SURABAYA 2012 Disertasi KONSEP SEHAT MENURUT PERSPEKTIF IMAM SUNARNO ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga DISERTASI KONSEP SEHAT MENURUT PERSPEKTIF BUDAYA JAWA (Studi Perilaku Masyarakat Jawa dalam Menjaga dan Meningkatkan Kesehatan di Blitar Jawa Timur) IMAM SUNARNO NIM. 090810723 D UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN SURABAYA 2012 i Disertasi KONSEP SEHAT MENURUT PERSPEKTIF IMAM SUNARNO ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga KONSEP SEHAT MENURUT PERSPEKTIF BUDAYA JAWA (Studi Perilaku Masyarakat Jawa dalam Menjaga dan Meningkatkan Kesehatan di Blitar Jawa Timur) DISERTASI Untuk memperoleh Gelar Doktor Dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Doktor Terbuka Pada hari : Rabu Tanggal : 21 Maret 2012 Pukul : 10.00 – 12.00 WIB Oleh : IMAM SUNARNO NIM. 090810723 D ii Disertasi KONSEP SEHAT MENURUT PERSPEKTIF IMAM SUNARNO ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga PENGESAHAN Dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Disertasi Tahap I (Tertutup) Program Studi Ilmu Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Doktor (Dr.) Pada Tanggal 22 Februari 2012 Mengesahkan Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Dekan, Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S. NIP. 195603031987012001 iii Disertasi KONSEP SEHAT MENURUT PERSPEKTIF IMAM SUNARNO ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga PERSETUJUAN Disertasi ini Telah Disetujui Pada Tanggal, 12 April 2012 Oleh : Promotor, Prof. H Kuntoro,dr.,MPH.,Dr.PH NIP. 194808081976031002 Ko-Promotor I, Ko-Promotor II, Oedojo Soedirham, dr., MPH., MA., Ph.D Dr.
    [Show full text]
  • Download This PDF File
    Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 16., No. 1, April 2021, p. i ISSN 1412-4181, eISSN 2685287X https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/dewaruci/ doi [email protected] i Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 16., No. 1, April 2021, p. ii ISSN 1412-4181, eISSN 2685287X https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/dewaruci/ Editorial Team Editor in Chief Dr. Bambang Sunarto, S.Sen., M.Sn, (Scopus ID 6506877440) Indonesia Institute of the Art Surakarta, Indonesia. Associate Editors Professor Dr. Matthew Isaac Cohen, Royal Holloway University of London, United Kingdom. Dr. Marzanna Poplawska, Ph.D., Warsaw University, Institute of Ethnology and Cultural Anthropology, Poland. Dr. Arsenio Nicolas, Mahasarakham University, Thailand. Prof. Jody Diamond, American Gamelan Institute, United States. Christopher J. Miller, Cornell University, United States. Dr. Kamarulzaman Bin Mohammed Karim, (Scopus ID: 57197232025) Faculty of Music and Performing Arts, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia. Editorial Board Members Dr. Ana Rosmiati, S.Pd., M.Hum, (Google Scholar H-Index : 2) Design Departement, Indonesian Institute of the Art Surakarta,, Indonesia. Dr. Bagus Indrayana, Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia. Dr. Sunarmi Sunarmi, Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia. Dr. Sri Hesti Heriwati, Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia. Dr. Zoelkarnain Mistortoifi, Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia. Dr. Katarina Indah Sulastuti, Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia. Dr. Handriyotopo Handriyotopo, (Google Scholar: H-Index 1), Visual Communication Design Departement, Indonesian Institute of the Art Surakarta, Indonesia, Indonesia. Layout Editors Nila Aryawati, SE, ISI Press, Indonesian Institute of the Art Surakarta, Indonesia Agus Sutedja, Penerbitan ISI Surakarta, Indonesia.
    [Show full text]
  • The Translation of Indonesia Myth Characters on the English Wikipedia
    THE TRANSLATION OF INDONESIA MYTH CHARACTERS ON THE ENGLISH WIKIPEDIA Marisa Puteri Sekar Ayu Santosa Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia [email protected] ABSTRACT The English language Wikipedia is in both terms of the number of articles and amount of content, the largest encyclopedia ever written. Since it has an enormous amount of information and ease of access through the internet, Wikipedia is often used as the first destination for the general public when they wish to find specific information or learn about particular topic. One of the biggest issues in Wikipedia is making information available in almost all languages. English Wikipedia is often using another language as the source language for translation activities aimed to enhance the quality of the multilingual Wikipedia, one of the examples is Indonesian. In this research, the researcher was interested in observing Indonesian myth characters on the English Wikipedia by investigating the kind of translation techniques that English-Wikipedia used and the way of Wikipedia translated the cultural terms. This research used comparative descriptive method which compares the source text (Indonesia Wikipedia) and the target text (English Wikipedia). The Indonesian myths characters that the researcher wanted to analyze were: Sundel Bolong, Pocong, Jenglot, Wewe Gombel, Kuntilanak, Tuyul, Nyai Roro Kidul, and Babi Ngepet by using translation techniques from Molina and Albir (2002. The result of the study, it could be shown that there were 9 types of translation techniques which are used, they were: amplification (addition), borrowing, compensation, discursive creation, established equivalence, literal translation, modulation, reduction (omission), and transposition. Moreover, the translated text was more informative than the source text, since it was impossible to literally translating the cultural terms.
    [Show full text]