Usut Tuntas Dugaan KORUPSI AHOK Menuntut Keadilan Untuk Rakyat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MARWAN BATUBARA Usut Tuntas Dugaan KORUPSI AHOK Menuntut Keadilan Untuk Rakyat Pengantar: M. Amien Rais Judul: Usut Tuntas Dugaan Korupsi Ahok Menuntut Keadilan untuk Rakyat Penulis: Marwan Batubara ISBN: 978-602-61689-0-0 Hak cipta penerbit YPSI Jl.Gandaria VI No.2 Kebayoran Baru Jakarta Selatan Desain Sampul dan Tata Letak Isi: Mochamad Ridwan Diterbitkan oleh; YPSI (Yayasan Pengkajian Sumberdaya Indonesia) Cetakan pertama 2017 Hak Cipta dlindungi oleh Undang-Undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit DAFTAR ISI Kata Pengantar: Prof Dr. Amien Rais.................................................v Prolog............................................................................................xiii Bab 1. Pendahuluan .........................................................................1 Bab 2. Kasus Tanah RS. Sumber Waras .........................................19 Bab 3. Kasus Lahan Tanah BMW...................................................49 Bab 4.Kasus Tanah Cengkareng Barat...........................................61 Bab 5. Penyelewengan Dana CSR................................................73 Bab 6. Penyimpangan Dana Non-Budgeter.....................................97 Bab 7. Kasus-Kasus Korupsi di Belitung Timur...........................107 Bab 8. Bola Panas Kasus Reklamasi Teluk Jakarta.........................117 Bab 9. Ahok: Penggusur Paling Brutal dalam Sejarah Indonesia..................................................147 Bab 10. Dukungan Presiden Terhadap Ahok...............................189 Bab 11. Dukungan Pengembang kepada Jokowi-Ahok................195 Bab 12. Kriminalisasi Tokoh-Tokoh GNPF MUI dan Pemuka Masyarakat.................................................203 Bab 13. Demi Ahok, Peraturan Dilanggar...................................221 Bab 14. Jokowi - Ahok Saling Tersandera.......................................227 Epilog..........................................................................................237 kata pengantar v Kata Pengantar Korupsi menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), didefinisikan sebagai tindakan yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Berdasarkan ilmu politik, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya. Dalam pandangan ekonomi, korupsi merupakan pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta. Buku ini berisi sejumlah kasus korupsi dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai aktor utamanya. Saya sepakat 100 persen dengan gagasan buku ini, bahwa memang benar terdapat dugaan tindakan korupsi yang dilakukan Ahok, dan untuk itu yang bersangkutan harus segera diadili. vi Marwan Batubara Berdasarkan Undang-Undang Tipikor, diyakini telah terjadi tindakan memperkaya diri sendiri, dan menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan merugikan suatu bangsa, yang dilakukan Ahok. Pada 14 November 2014, Ahok diumumkan secara resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta pengganti Joko Widodo. Jabatannya berakhir pada 9 Mei 2017, sebab Ahok divonis dua tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara karena kasus penodaan agama. Dalam kurun waktu mendekati 3 tahun itu, Ahok telah melakukan banyak hal kontrovesial yang merugikan rakyat karena KKN. Bukan hanya soal penodaan agama yang telah divonis, tetapi juga indikasi atau pun dugaan korupsi Ahok pun harus diusut. Di samping itu, tindakan-tindakan penggusuran yang dilakukan Ahok harus pula dipertanggungjawabkan. Mudah-mudahan tidak terlalu mengada-ada jika saya menyebut Ahok sebagai bagian dari konspirasi konglomerat atau salah satu pemain utama dari oligarki penguasa- pengusaha di Indonesia. Mengapa saya sebut demikian, sebab Ahok telah beberapa kali menfasilitasi konglomerat untuk membesarkan kerajaan bisnisnya, antara lain dengan memanipulasi pemilikan lahan, memberi lahan hasil gusuran, atau memberi izin reklamasi Teluk Jakarta. Sebut saja penggusuran Kalijodo, saya menilai positif karena membersihkan lokalisasi, tapi belakangan ternyata lahan Kalijodo dikembangkan oleh konglomerat tertentu. Tentunya Ahok juga diuntungkan oleh si konglomerat. Saya mengamati, Ahok memang memiliki hubungan yang dekat dengan konglomerat-konglomerat utama di Indonesia. Bahkan, baru beberapa bulan menjabat menjadi Gubernur, Ahok sudah berani memberikan izin kepada 3 konglomerat untuk melakukan reklamasi. Kebijakan reklamasi ini hanya kata pengantar vii menguntungkan konglomerat, dengan menyerahkan kekayaan negara dan menghabisi kehidupan nelayan. Jika proyek reklamasi bertujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyat, maka yang mengelola bukanlah konglomerat, tetapi BUMN. BUMN harus mengambil peran dominan dalam pengelolaan lahan reklamasi, karena itulah yang menjadi amanat Pasal 33 UUD 1945. Dengan begitu keuntungan terbesar dan retribusi reklamasi masuk ke kas negara, sehingga hasil terbesar tersebut dapat dinikmati semakin banyak rakyat, tidak hanya segelintir orang. Jika melihat kebijakan reklamasi Ahok, yang awalnya diam-diam membuat kesepakatan dengan konglomerat, melalui skema ijon tanpa didukung izin dan amdal, maka sangat nyata keuntungan terbesarnya hanya akan dinikmati oleh para Taipan pengembang. Jadi Ahok dan konglomerat taipan yang akan mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Saya menentang reklamasi yang hanya menguntungkan taipan pengembang, dan saya akan terus bangkit menggugat kasus itu sampai hukum dan keadilan ditegakkan. Rakyat tidak boleh terus menerus dibodohi dengan modus yang diduga sarat KKN yang dibungkus dengan pola pencitraan massif oleh Ahok bersama tim kosnpirasinya, yang berisi omong kosong Korupsi Ahok pada proyek reklamasi, adalah kasus korupsi kebijakan, mainnya triliiunan rupiah, bukan korupsi kesusilaan yang nilainya miliaran. Dari KKN ini Ahok mendapat keuntungan yang luar biasa, termasuk kekuasaan, perlindungan dan citra yang baik. Ini kita dibodohi oleh Ahok yang membawa-bawa kebijakan transaksional tertutup untuk didukung, tapi jauh dari prinsip tata kelola yang baik. Menurutnya kebijakan itu tidak bisa dibawa ke ranah hukum. Ini nonsense! Rumah susun yang dibangun sebagai kompensasi izin reklamasi yang didanai bukan dari APBD, tapi oleh para pengembang, viii Marwan Batubara ditengarai adalah modus penyembunyian KKN yang sekaligus berfungsi sebagai pemanis proyek. Ahok menjabat hanya kurang 3 tahun sebagai Gubernur namun ia sangat lihai sekaligus licik. Ini bisa kita lihat dari beberapa proyek infrastruktur berjalan tanpa dana APBD, melalui skema dana non-budgeter. Entah berapa banyak konglomerat yang berdiri di belakangnya. Kebijakan Ahok dalam pembangunan instrastruktur tanpa APBD, sangat tidak transparan, berlangsung tanpa tender, dan hanya menguntungkan oligarki penguasa-pengusaha. Kebijakan itu amat gawat dan melanggar aturan. Di luar negeri, gubernur yang melakukan kebijakan seperti ini, bisa langsung habis di pengadilan. Jadi saya pikir, ini sangat mendesak dibuka ke publik, supaya jelas, jika ada pelanggaran dan sarat dugaan KKN, untuk segera diseret ke pengadilan. Ahok pun diduga terlibat dalam kasus-kasus Taman BMW dan lahan RS Sumber Waras yang merugikan Pemda DKI. Begitu pula dengan kasus penggunaan Dana CSR yang dijalankan oleh Ahok Center secara tertutup dan lebih banyak untuk kepentingan sendiri. Ternyata Ahok pun masih meninggalkan “hutang” kasus-kasus dugaan korupsi saat masih tinggal di Belitung Timur, yang saat itu justru” di-peti-es-kan” karena berbagai lobi yang mengangkangi hukum. Oleh karena itu, masyarakat, kita semua rakyat Indonesia, harus menuntut agar aparat penegak hukum dan pemerintah mengusut tuntas kasus-kasus dugaan korupsi Ahok. Jangan berpikiran, bahwa selama ini saya berkeberatan pada Ahok karena masalah SARA. Ini bukan SARA, tapi Ahok sangat patut diduga terlibat KKN, merugikan negara dan menguntungkan diri sendiri dan segelintir konglomerat. Indikasi dugaan korupsi serta kebijakan-kebijakan Ahok yang tidak sesuai UU serta merugikan negara ini harus dipertanggung jawabkan. Kemudian, jika Presiden Jokowi cukup cerdas, maka beliau kata pengantar ix harus bisa memahami bahwa kekalahan Ahok di Pilkada DKI adalah kekalahan Jokowi juga. Jadi jika Jokowi memang bukan bagian dari oligarki yang melingkupi dugaan KKN Ahok, maka Presiden perlu proaktif mendorong diusut tuntasnya kasus- kasus tersebut. Dengan demikian, nama baik presiden secara tidak langsung terklarifikasi dari berbagai rumor buruk yang selama ini beredar, dan ujungnya justru memperoleh apresiasi dari rakyat. Ketika Ahok masih menjabat menjadi Gubernur, saya memang tidak bersimpati padanya. Saya melihat sendiri, bahwa Ahok itu songongnya menyundul langit. Sombong sekali. Dalam sejarah tidak ada orang sombong yang selalu menang. Dan saya tahu, Ahok pro pemodal aseng dan asing. Ahok sangat arogan, senang menantang berbagai pihak, bahkan