Usut Tuntas Dugaan KORUPSI AHOK Menuntut Keadilan Untuk Rakyat

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Usut Tuntas Dugaan KORUPSI AHOK Menuntut Keadilan Untuk Rakyat MARWAN BATUBARA Usut Tuntas Dugaan KORUPSI AHOK Menuntut Keadilan Untuk Rakyat Pengantar: M. Amien Rais Judul: Usut Tuntas Dugaan Korupsi Ahok Menuntut Keadilan untuk Rakyat Penulis: Marwan Batubara ISBN: 978-602-61689-0-0 Hak cipta penerbit YPSI Jl.Gandaria VI No.2 Kebayoran Baru Jakarta Selatan Desain Sampul dan Tata Letak Isi: Mochamad Ridwan Diterbitkan oleh; YPSI (Yayasan Pengkajian Sumberdaya Indonesia) Cetakan pertama 2017 Hak Cipta dlindungi oleh Undang-Undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit DAFTAR ISI Kata Pengantar: Prof Dr. Amien Rais.................................................v Prolog............................................................................................xiii Bab 1. Pendahuluan .........................................................................1 Bab 2. Kasus Tanah RS. Sumber Waras .........................................19 Bab 3. Kasus Lahan Tanah BMW...................................................49 Bab 4.Kasus Tanah Cengkareng Barat...........................................61 Bab 5. Penyelewengan Dana CSR................................................73 Bab 6. Penyimpangan Dana Non-Budgeter.....................................97 Bab 7. Kasus-Kasus Korupsi di Belitung Timur...........................107 Bab 8. Bola Panas Kasus Reklamasi Teluk Jakarta.........................117 Bab 9. Ahok: Penggusur Paling Brutal dalam Sejarah Indonesia..................................................147 Bab 10. Dukungan Presiden Terhadap Ahok...............................189 Bab 11. Dukungan Pengembang kepada Jokowi-Ahok................195 Bab 12. Kriminalisasi Tokoh-Tokoh GNPF MUI dan Pemuka Masyarakat.................................................203 Bab 13. Demi Ahok, Peraturan Dilanggar...................................221 Bab 14. Jokowi - Ahok Saling Tersandera.......................................227 Epilog..........................................................................................237 kata pengantar v Kata Pengantar Korupsi menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), didefinisikan sebagai tindakan yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Berdasarkan ilmu politik, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya. Dalam pandangan ekonomi, korupsi merupakan pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta. Buku ini berisi sejumlah kasus korupsi dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai aktor utamanya. Saya sepakat 100 persen dengan gagasan buku ini, bahwa memang benar terdapat dugaan tindakan korupsi yang dilakukan Ahok, dan untuk itu yang bersangkutan harus segera diadili. vi Marwan Batubara Berdasarkan Undang-Undang Tipikor, diyakini telah terjadi tindakan memperkaya diri sendiri, dan menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan merugikan suatu bangsa, yang dilakukan Ahok. Pada 14 November 2014, Ahok diumumkan secara resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta pengganti Joko Widodo. Jabatannya berakhir pada 9 Mei 2017, sebab Ahok divonis dua tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara karena kasus penodaan agama. Dalam kurun waktu mendekati 3 tahun itu, Ahok telah melakukan banyak hal kontrovesial yang merugikan rakyat karena KKN. Bukan hanya soal penodaan agama yang telah divonis, tetapi juga indikasi atau pun dugaan korupsi Ahok pun harus diusut. Di samping itu, tindakan-tindakan penggusuran yang dilakukan Ahok harus pula dipertanggungjawabkan. Mudah-mudahan tidak terlalu mengada-ada jika saya menyebut Ahok sebagai bagian dari konspirasi konglomerat atau salah satu pemain utama dari oligarki penguasa- pengusaha di Indonesia. Mengapa saya sebut demikian, sebab Ahok telah beberapa kali menfasilitasi konglomerat untuk membesarkan kerajaan bisnisnya, antara lain dengan memanipulasi pemilikan lahan, memberi lahan hasil gusuran, atau memberi izin reklamasi Teluk Jakarta. Sebut saja penggusuran Kalijodo, saya menilai positif karena membersihkan lokalisasi, tapi belakangan ternyata lahan Kalijodo dikembangkan oleh konglomerat tertentu. Tentunya Ahok juga diuntungkan oleh si konglomerat. Saya mengamati, Ahok memang memiliki hubungan yang dekat dengan konglomerat-konglomerat utama di Indonesia. Bahkan, baru beberapa bulan menjabat menjadi Gubernur, Ahok sudah berani memberikan izin kepada 3 konglomerat untuk melakukan reklamasi. Kebijakan reklamasi ini hanya kata pengantar vii menguntungkan konglomerat, dengan menyerahkan kekayaan negara dan menghabisi kehidupan nelayan. Jika proyek reklamasi bertujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyat, maka yang mengelola bukanlah konglomerat, tetapi BUMN. BUMN harus mengambil peran dominan dalam pengelolaan lahan reklamasi, karena itulah yang menjadi amanat Pasal 33 UUD 1945. Dengan begitu keuntungan terbesar dan retribusi reklamasi masuk ke kas negara, sehingga hasil terbesar tersebut dapat dinikmati semakin banyak rakyat, tidak hanya segelintir orang. Jika melihat kebijakan reklamasi Ahok, yang awalnya diam-diam membuat kesepakatan dengan konglomerat, melalui skema ijon tanpa didukung izin dan amdal, maka sangat nyata keuntungan terbesarnya hanya akan dinikmati oleh para Taipan pengembang. Jadi Ahok dan konglomerat taipan yang akan mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Saya menentang reklamasi yang hanya menguntungkan taipan pengembang, dan saya akan terus bangkit menggugat kasus itu sampai hukum dan keadilan ditegakkan. Rakyat tidak boleh terus menerus dibodohi dengan modus yang diduga sarat KKN yang dibungkus dengan pola pencitraan massif oleh Ahok bersama tim kosnpirasinya, yang berisi omong kosong Korupsi Ahok pada proyek reklamasi, adalah kasus korupsi kebijakan, mainnya triliiunan rupiah, bukan korupsi kesusilaan yang nilainya miliaran. Dari KKN ini Ahok mendapat keuntungan yang luar biasa, termasuk kekuasaan, perlindungan dan citra yang baik. Ini kita dibodohi oleh Ahok yang membawa-bawa kebijakan transaksional tertutup untuk didukung, tapi jauh dari prinsip tata kelola yang baik. Menurutnya kebijakan itu tidak bisa dibawa ke ranah hukum. Ini nonsense! Rumah susun yang dibangun sebagai kompensasi izin reklamasi yang didanai bukan dari APBD, tapi oleh para pengembang, viii Marwan Batubara ditengarai adalah modus penyembunyian KKN yang sekaligus berfungsi sebagai pemanis proyek. Ahok menjabat hanya kurang 3 tahun sebagai Gubernur namun ia sangat lihai sekaligus licik. Ini bisa kita lihat dari beberapa proyek infrastruktur berjalan tanpa dana APBD, melalui skema dana non-budgeter. Entah berapa banyak konglomerat yang berdiri di belakangnya. Kebijakan Ahok dalam pembangunan instrastruktur tanpa APBD, sangat tidak transparan, berlangsung tanpa tender, dan hanya menguntungkan oligarki penguasa-pengusaha. Kebijakan itu amat gawat dan melanggar aturan. Di luar negeri, gubernur yang melakukan kebijakan seperti ini, bisa langsung habis di pengadilan. Jadi saya pikir, ini sangat mendesak dibuka ke publik, supaya jelas, jika ada pelanggaran dan sarat dugaan KKN, untuk segera diseret ke pengadilan. Ahok pun diduga terlibat dalam kasus-kasus Taman BMW dan lahan RS Sumber Waras yang merugikan Pemda DKI. Begitu pula dengan kasus penggunaan Dana CSR yang dijalankan oleh Ahok Center secara tertutup dan lebih banyak untuk kepentingan sendiri. Ternyata Ahok pun masih meninggalkan “hutang” kasus-kasus dugaan korupsi saat masih tinggal di Belitung Timur, yang saat itu justru” di-peti-es-kan” karena berbagai lobi yang mengangkangi hukum. Oleh karena itu, masyarakat, kita semua rakyat Indonesia, harus menuntut agar aparat penegak hukum dan pemerintah mengusut tuntas kasus-kasus dugaan korupsi Ahok. Jangan berpikiran, bahwa selama ini saya berkeberatan pada Ahok karena masalah SARA. Ini bukan SARA, tapi Ahok sangat patut diduga terlibat KKN, merugikan negara dan menguntungkan diri sendiri dan segelintir konglomerat. Indikasi dugaan korupsi serta kebijakan-kebijakan Ahok yang tidak sesuai UU serta merugikan negara ini harus dipertanggung jawabkan. Kemudian, jika Presiden Jokowi cukup cerdas, maka beliau kata pengantar ix harus bisa memahami bahwa kekalahan Ahok di Pilkada DKI adalah kekalahan Jokowi juga. Jadi jika Jokowi memang bukan bagian dari oligarki yang melingkupi dugaan KKN Ahok, maka Presiden perlu proaktif mendorong diusut tuntasnya kasus- kasus tersebut. Dengan demikian, nama baik presiden secara tidak langsung terklarifikasi dari berbagai rumor buruk yang selama ini beredar, dan ujungnya justru memperoleh apresiasi dari rakyat. Ketika Ahok masih menjabat menjadi Gubernur, saya memang tidak bersimpati padanya. Saya melihat sendiri, bahwa Ahok itu songongnya menyundul langit. Sombong sekali. Dalam sejarah tidak ada orang sombong yang selalu menang. Dan saya tahu, Ahok pro pemodal aseng dan asing. Ahok sangat arogan, senang menantang berbagai pihak, bahkan
Recommended publications
  • Beberapa Tahun Belakangan, Konstelasi Politik DKI Jakarta Memanas. Tahun 2007 Merupakan Tahun Dimulainya Pemilihan Gubernur
    Jurnal PolGov Vol. I No. 1, 2019 35 Gubernur DKI Jakarta Dipilih Presiden: Sebuah Wacana yang Patut Dipertimbangkan Agung Wicaksono1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mempertimbangkan wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden. Wacana ini bisa dianggap sebagai jalan keluar dari kegaduhan politik yang ditimbulkan akibat pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta. Pilgub DKI Jakarta bermuara pada iklim politik yang tidak sehat. Polarisasi masyarakat semakin menguat dan itu tidak hanya terjadi di DKI Jakarta tetapi seluruh pelosok negeri. Masyarakat yang secara politik tidak terkait dengan DKI Jakarta pun turut ambil bagian dalam memanaskan situasi politik. Instabilitas politik di DKI Jakarta bisa berdampak pada instabilitas ekonomi. Tulisan ini berusaha menelaah wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden dengan menggunakan konsep desentralisasi asimetris. Ada dua mekanisme yang bisa digunakan, yakni mekanisme “minimum demokrasi prosedural” dan “zero demokrasi prosedural”. Studi literatur digunakan untuk menyintesiskan data-data dan argumentasi yang dibangun oleh penulis. Harapannya, tulisan ini bisa memberikan pemikiran dan alternatif baru dalam khazanah ilmu politik, khususnya dalam kajian mengenai pemilihan kepala daerah. Kata Kunci: DKI Jakarta; Pilkada; Desentralisasi Asimetris Pendahuluan Beberapa tahun belakangan, konstelasi politik DKI Jakarta memanas. Tahun 2007 merupakan tahun dimulainya pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta secara langsung oleh rakyat.2 Kemudian, 1 Penulis adalah dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau 2 Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 Jakarta hanya diikuti oleh dua pasangan, yakni Fauzi Bowo-Prijanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Dari tiga pilgub yang telah terjadi di Jakarta pasca dipilih langsung oleh rakyat (2007, 2012, dan 2016), pilgub ini tergolong lebih minim gejolak. Pilgub ini dimenangkan oleh Fauzi Bowo-Prijanto dengan mendapat suara sebesar 57,87%.
    [Show full text]
  • Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra
    Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra PENGARUH PROPAGANDA MELALUI MEDIA SOSIAL TERHADAP PENINGKATAN POPULARITAS AHOK SEBAGAI KANDIDAT CALON GUBERNUR DKI JAKARTA 2017 Revi Majiza Putra Program Studi Komunikasi Politik Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina *** Abstrak Pengaruh kekuatan media massa di Amerika Serikat pada awalnya dimulai saat debat calon kandidat presiden antara John F. Kennedy dan Richard Nixon tahun 1960 yang memberikan dampak besar pada elektabilitas calon kandidat saat itu. Kekuatan media massa yang besar ditambah dengan perkembangan teknologi internet yang kemudian memunculkan new media berupa twitter telah menjadi sarana bagi partai politik/pendukung kandidat calon gubernur di Indonesia untuk mendapatkan popularitas. Ahok sebagai calon gubernur dalam pilkada DKI Jakarta 2017 menyadari peran new media ini sebagai sarana untuk meningkatkan popularitasnya. Strategi yang digunakan oleh Ahok dalam new media ini adalah dengan menggunakan teknik propaganda dan buzzer untuk meningkatkan popularitasnya sehingga elektabilitas di pilkada DKI Jakarta semakin meningkat. Penelitian ini focus pada pengaruh propaganda media social dalam popularitas Ahok di pilkada DKI Jakarta 2017. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dan unit Analisa berupa tweet pendukung Ahok dalam twitter. Berdasarkan penelitian ini, teknik propaganda dan buzzer yang digunakan oleh Ahok di twitter tidak sepenuhnya berhasil karena popularitas ternyata tidak berbanding lurus dengan elektabilitas sehingga Ahok yang populer pada saat itu di media sosial kalah dalam pemilukada DKI Jakarta. Kata Kunci: new media, Twitter, Propaganda, Buzzer *** Awal Kebangkitan Peran Media Massa : Pendahuluan Berdasarkan sejarah media massa terdapat peristiwa politik yang berpengaruh besar pada sebuah pemilihan Presiden 54 tahun silam. Peristiwa itu berlangsung 26 September 1960, dimana terjadi debat kandidat presiden antara John F.
    [Show full text]
  • E-Paper Perpustakaan Dpr-Ri
    E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR-RI http://epaper.dpr.go.id Judul : Pertarungan Ide Menentukan Tanggal : Rabu, 21 September 2016 Surat Kabar : Kompas Halaman : 1 Basuki-Djarot Resmi Dicalonkan PDI-P, Tanda Tangani Kontrak Politik JAKARTA, KOMPAS — Setelah PDI-P mengumumkan pencalonan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada 2017, partai lain merapatkan kekuatan untuk memilih calon yang setanding. Pertarungan ide diharapkan menjadi penentu kemenangan. KOMPAS/LASTI KURNIASekjen PDI-P Hasto Kristiyanto (kiri) memperkenalkan calon kepala daerah yang akan diusung dalam pilkada serentak tahun 2017 di kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (20/9). Para calon kepala daerah itu adalah (dari kiri) pasangan calon Gubernur Gorontalo Hana Hasanah Fadel Muhammad dan wakilnya, Tonny S Junus; calon Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo; calon Gubernur Banten Rano Karno; serta calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan wakilnya, Djarot Saiful Hidayat. Pengumuman pasangan calon kepala daerah DKI itu digelar di kantor DPP PDI-P di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (20/9) pukul 20.10. Dalam kesempatan itu, DPP PDI-P secara serentak juga mengumumkan 100 pasang calon lain yang akan bersaing dalam Pilkada 2017. Pengumuman itu dilakukan secara simbolis dengan memanggil hanya beberapa pasangan calon. Mereka adalah Hana Hasanah Fadel Muhammad-Tommy S Junus (pemilihan gubernur Gorontalo), Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah (Aceh), Domingus Mandacan-Muhammad Lakatoni (Papua Barat), Muhammad Ali Baal Masdar-Enny Anggraini Anwar (Sulawesi Barat), Rano Karno (Banten), dan Hasto Wardoyo (pemilihan bupati Kulon Progo). Khusus untuk Pilkada Banten dan Kulon Progo, hingga Selasa malam, PDI-P belum menerima kepastian dari PPP dan PAN mengenai nama calon wakil gubernur yang akan diusung mendampingi Rano dan Hasto.
    [Show full text]
  • Kebijakan Pemerintah Provinsi Dki Jakarta Atas Penghentian Proyek Reklamasi Pantai Utara
    KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS PENGHENTIAN PROYEK REKLAMASI PANTAI UTARA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : MOHAMMAD RIFQI AZIZ NIM: 11140450000084 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS PENGHENTIAN PROYEK REKLAMASI PANTAI UTARA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : MOHAMMAD RIFQI AZIZ 11140450000084 Di Bawah Bimbingan Pembimbing Dr. H. Rumadi, M. Ag. NIP: 19690304 199703 1 001 002 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019M i Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner ABSTRAK MOHAMMAD RIFQI AZIZ, NIM: 11140450000084, Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Atas Penghentian Proyek Reklamasi Pantai Utara, Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2019. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertanggung jawab dalam proyek Reklamasi Pantai Utara memutuskan untuk menghentikan pembangunan proyek Reklamasi dengan mencabut 13 izin pulau dari total 17 pulau yang rencananya akan dibangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui landasan hukum serta implementasi dan implikasi dari langkah Pemprov DKI dalam melanjutkan pembangunan 4 pulau reklamasi yang tidak dicabut
    [Show full text]
  • Sandiaga Uno Di Partai Gerindra Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dalam Pilgub DKI Jakarta Tahun 2017
    Rekrutmen Politik dalam Proses Penentuan Keputusan Pencalonan Anis Baswedan – Sandiaga Uno di Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Pilgub DKI Jakarta Tahun 2017 Rofiqi Alumnus Pascasarjana Universitas Indonesia e-mail: [email protected] ABSTRACT This research is drawn upon Anies Baswedan candidacy for Jakarta gubernatorial election which was supported by Gerinda and PKS even though he was a Jokowi proponent back in the 2014 presidential election. Despite the contradiction, Anies Baswedan was still appointed in the Jakarta gubernatorial candidacy. This research will be focusing on how the process of political recruitment behind Anies Baswedan- Sandiaga Uno’s appointment was conducted. Using political recruitment theory by Rush and Althoff, and elite theory by Nazaruddin Syamsuddin and Mosca, this research argues that their candidacy was done enclosed. Which mean, they did not get to deal with an internal selection of Gerinda, nor the wide selection (pemira) by PKS. Therefore, this research suggests that the Anies-Sandi gubernatorial candidacy was arranged by the elite trio: Jusuf Kalla, Prabowo Subianto and Shohibul Iman. Keywords: Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Political Elite, Jakarta Gubernatorial Election 2017. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pengusungan Anis Baswedan sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Padahal, Anis Baswedan merupakan pendukung Jokowi yang merupakan lawan politik Prabowo Subianto dalam pilpres tahun 2014. Karena itulah, perlu untuk dikaji mengenai rekrutmen politik terhadap Anis Baswedan - Sandiaga Uno sebagai Cagub - Cawagub DKI Jakarta pada pilgub DKI Jakarta tahun 2017. Teori yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab permasalahan penelitian ini ada teori rekrutmen politik yang dikemukakan oleh Rush dan Althoff.
    [Show full text]
  • Strategi Kampanye Campuran (Pra-Modern Dan Modern) Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012
    Strategi Kampanye Campuran (Pra-Modern dan Modern) Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 Triana Mitayani dan Ikhsan Darmawan Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstrak Penelitian ini membahas mengenai strategi kampanye campuran yang digunakan oleh Jokowi-Ahok pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Fokus penelitian ini yaitu menjelaskan bahwa kampanye yang dilakukan Jokowi-Ahok merupakan strategi kampanye campuran atau kampanye post-modern. Kampanye post-modern adalah campuran antara kampanye pra-modern dan kampanye modern. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data primer melalui wawancara mendalam dan dilengkapi dengan penelusuran data sekunder melalui buku, jurnal, artikel online dan sumber lainnya. Dari penelitian ini ditemukan bahwa dipilihnya strategi kampanye campuran pada pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jokowi-Ahok ditentukan oleh keterampilan kandidat, keterampilan tim kampanye, penggambaran media dan lanskap politik. Kata Kunci: Jokowi-Ahok, kampanye pra-modern, kampanye modern, strategi kampanye campuran. Abstract This thesis discusses about campaign strategy which used by Jokowi-Ahok during the Jakarta’s Governor Election 2012. This thesis focused to explain that Jokowi-Ahok’s campaign strategy is mixed campaign strategy or post-modern campaign. Post-modern campaign is acombination between pra-modern and modern campaign. This research is a qualitative methods with primary data collected in-depth interview and secondary data collected books, journals, online articles and other sources as a data collection techinques. The result of this thesis is the mixed campaign strategy by Jokowi-Ahok as a Governor and vice Governor is determined by personal skill of candidates, skill of campaign team, the media’s image and political landscape.
    [Show full text]
  • In Search of Hegemony: Islamism and the State in Indonesia
    In Search of Hegemony: Islamism and the State in Indonesia LUQMAN NUL HAKIM This thesis is submitted for the degree of Doctor of Philosophy The University of Melbourne February 2019 Declaration I certify that this thesis is the product of my own research, fewer than the maximum word limit in length, and contains no material which has been accepted as part of the requirements of any other degree at any tertiary education institution, or any material previously published by another person except where due reference is made. Luqman Nul Hakim i Abstract In post-authoritarian Indonesia, but particularly following the 9/11 terrorist attacks, Islamism has become a contentious matter of scholarly debate. The prominent accounts emerging from security and democratisation studies place much analytical weight on ideology and culture by often portraying the relationship between Islam and politics in essentialist fashion, associating the dynamics of Islamism with interpretations of Islamic doctrine or the contest between moderate and radical Muslims. The institutionalist literature, on the contrary, explains the rise of Islamism as the result of the weak capacity of the state following the fall of the centralised New Order authoritarian regime. Another variant draws attention to the moderation of Islamic politics as the result of participation in democratic processes, especially electoral politics. Yet, such linear and teleological explanations obscure the complex circumstances that establish the different trajectories of Islamism. They also fail to comprehend how the prevalence of Islamist discourse on power struggles in the current democracy can produce a more conservative and illiberal form of Islamism. In contrast, this thesis utilises the politics of hegemony approach as developed in the traditions of political discourse theory.
    [Show full text]
  • E-Paper Perpustakaan Dpr-Ri
    E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR-RI http://epaper.dpr.go.id Judul : Penantang Ahok Ditentukan Besok Tanggal : Rabu, 21 September 2016 Surat Kabar : Koran Tempo Halaman : 1 GAYA OPINI EDITORIAL IPTEK METRO EKBIS INTERNASIONAL NASIONAL OLAHRAGA DIGITAL LAPORAN UTAMA PERISTIWA JATENG JAKARTA - Rapat Koalisi Kekeluargaan di restoran Aljazeerah, Jakarta Timur, tadi malam, belum membuahkan hasil. Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Gerindra, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional belum memutuskan calon gubernur yang akan menantang Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat. Gerindra berkukuh tetap memasang Sandiaga Uno sebagai calon gubernur. Nama mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan sempat mencuat, tapi mental dalam pembahasan. "Kami sodorkan nama Sandiaga untuk diputuskan DPP setiap partai pada hari Kamis untuk didaftarkan pada hari Jumat," kata Ketua Gerindra Jakarta Muhammad Taufik semalam. Menurut Taufik, nama Anies dan Yusril memang sempat dibahas, tapi tak jadi diputuskan karena keduanya hanya muncul dalam survei-survei oleh lembaga peneliti politik. Gerindra, kata Taufik, juga tetap menyodorkan empat nama untuk mendampingi Sandiaga: Sekretaris Daerah Saefullah, Deputi Gubernur Sylviana Murni, kader Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera, dan Ketua Demokrat Jakarta Nachrowi Ramli. Setelah DPP setiap partai memutuskan, Koalisi Kekeluargaan akan mendaftarkan nama calon gubernur dan wakilnya ke Komisi Pemilihan Umum Daerah Jakarta pada Jumat. Dengan konstelasi politik ini, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Syahril Wasahua memprediksi hanya akan ada dua pasangan yang bertarung dalam pemilihan kepala daerah 2017. Jika hanya ada dua pasangan, pemilihan dipastikan hanya berlangsung satu putaran. Partai Keadilan Sejahtera, yang tak ikut dalam pertemuan Aljazeerah, tetap menyodorkan Sandiaga-Mardani. Kemunculan Mardani membuat PPP, PKB, Demokrat, dan PAN berniat pisah dan membentuk poros baru.
    [Show full text]
  • Kecenderungan Keberpihakan Pemberitaan Gubernur-Wakil Gubernur Dki Jakarta Terpilih Sebelum Dan Sesudah Dilantik
    KECENDERUNGAN KEBERPIHAKAN PEMBERITAAN GUBERNUR-WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TERPILIH SEBELUM DAN SESUDAH DILANTIK (Analisis Isi Berita di Surat Kabar Media Indonesia dan Republika Periode 03 Oktober – 30 Oktober 2017) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh: Eka Elviani Srilestari NIM 6662141766 KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG – BANTEN 2018 ii iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Masa depan adalah milik pengambil risiko, bukan pencari keamanan. Semakin anda mencari keamanan, semakin sedikit anda akan memiliki dan semakin anda mengejar peluang, semakin banyak keamanan yang akan anda capai. - Brian Tracy - Setiap pilihan hidup memiliki konsekuensinya. Baik atau buruk maka bertanggung jawablah atas pilahanmu. - Eka Elviani Srilestari - Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua ku, berkat doanya yang tiada henti. v ABSTRAK Eka Elviani Srilestari. NIM. 6662141766. Skripsi. Kecenderungan Keberpihakan Pemberitaan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Terpilih Sebelum dan Sesudah Dilantik (Analisis Isi Pemberitaan pada Media Indonesia dan Republika Periode 03 Oktober 2017-30 Oktober 2017). Pembimbing I: Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom. dan Pembimbing II: Darwis Sagita, M.I.Kom. Keberimbangan merupakan salah satu poin dalam kode etik jurnalistik yang harus terpenuhi dalam pemberitaan. Saat ini, keberimbangan pemberitaan sering menjadi pokok permasalahan dan pertanyaan untuk menilai independensi suatu media. Apalagi kini banyaknya para konglomerasi media yang juga merupakan pimpinan suatu partai politik. Melihat situasi seperti itu, peneliti tertarik untuk meneliti kecenderungan keberpihakan pemberitaaan pada media massa. Penelitian ini menggunakan momentum pelantikan Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebelum dan sesudah dilantik.
    [Show full text]
  • Politics, Power, Resources and the Political Economy of Plural Policing
    Politics, power, resources and the political economy of plural policing This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy Murdoch University 2015 Fabio Scarpello BA in Journalism and Media Studies (2003, University of West London) MA in Globalisation and Governance (2010, Murdoch University) Acknowledgments A PhD is s huge task, a grinding undertaking that tests personal commitment, stamina, intellectual capacity, sanity and relationships. It is also an undertaking difficult to achieve without supporting colleagues, friends and family. In my case the long list of acknowledgements needs to start with those that, unwittingly, planted the seeds for this study. Indeed, the seeds of this study were planted in the eight years I spent reporting on Southeast Asia’s political and security issues for various publications. It was through the encounters with criminals, gangs, rebel groups, police and military officers, religious leaders, politicians, business people, academics, activists and residents in places such as Mindanao, Sulu, Pattani, Yala, Narathiwat, Manila, Jakarta and Aceh, among others, that I came to appreciate the intimate relationship between struggles over the political economy and how various actors deploy coercive force to extract resources at the local level. My interest in explaining the dialectical relations between the broader political economy and plural policing was a consequential step in the journey. I am thus deeply indebted to all of those that talked to me, on and off the records. This extends to the sources interviewed during the fieldwork for this study. My second heartfelt thank you goes to the scholars that influenced the trajectory from the initial idea to this dissertation.
    [Show full text]
  • Download This PDF File
    L A K A R Edisi Khusus Agustus 2020, 06 - 13 Jurnal Arsitektur ISSN 2654-3680 (Print) | ISSN 2656-4106 (online) RUANG BERJALAN: SEJARAH PERENCANAAN PEDESTRIAN DI JAKARTA Ratu Arum Kusumawardhani1, Karya Widyawati2, 1Universitas Indraprasta PGRI, Program Studi Arsitektur [email protected] 2Universitas Indraprasta PGRI, Program Studi Arsitektur [email protected] Abstract : When people habitat in a city, they must get easy access to move in all directions. Cities are always developing and so are the network systems that exist within them, but the human need to move by foot will always be there. Pedestrian paths become a network system for this movement and their existence also develops following the needs and growth of the city. This paper examines how the development of pedestrian path planning in Jakarta from time to time through historical approach. What paradigms underlie the planning of pedestrian paths in each period and the priorities taken by the decision makers at each periods. Such developments have brought Jakarta closer to a pedestrian-friendly city and have made Jakarta's pedestrian pathways a space for the aspirations of its people. Interpretation method used in this research by using online news data as the main source. It is important to know the process that occurs in Jakarta, considering its position as the capital city of the country and every planning and policy that occurs will always be a barometer of planning and policy for other cities in Indonesia. Key Words: pedestrian pathways, pedestrian, pedestrian history, Jakarta Abstrak : Ketika manusia bertinggal di suatu kota, ia harus mendapatkan akses yang mudah untuk berpindah ke segala penjuru.
    [Show full text]
  • Fenomena Blusukan Dalam Model Kepemimpinan Politik Joko Widodo the Phenomenon of Blusukan in the Role of Political Leadership of Joko Widodo
    Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK FENOMENA BLUSUKAN DALAM MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK JOKO WIDODO THE PHENOMENON OF BLUSUKAN IN THE ROLE OF POLITICAL LEADERSHIP OF JOKO WIDODO A.Zulkarnain Syamsuddin Harris Universitas Nasional Universitas Nasional [email protected] [email protected] Abstract Joko Widodo becomes a political phenomenon in his own way. Taken from three process of Pilkada, two times in Solo (period 2005 and 2010), or one time in DKI (2012), also Pilpres in 2014, has succeeded to make him the winner. Blusukan of Jokowi has created pro and contra in community. Some people think that Jokowi looked for an image, while some others agree with him. Those who agree with him think if blusukan is succeeded to make him closer and more aspirative to the community. By using qualitative method, hence, there are five models connected with the political leadership of Jokowi; the leadership of servants, horizontal, populists, democracy, charismatics and democratic. Moreover, both servants and horizontal leadership are the best among others. Keywords: Joko Widodo, blusukan, leadership. Abstrak Joko Widodo menjadi fenomena politik tersendiri. Dari tiga proses pilkada yang telah di lewati baik di Solo sebanyak dua kali (2005 dan 2010), maupun di DKI satu kali (2012), serta Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, telah berhasil menjadikannya sebagai pemenang. Model kepemimpinan politik Joko Widodo yang suka blusukan telah menciptakan pro-kontra di tengah masyarakat. Ada beberapa pihak yang menganggapnya hanya merupakan strategi
    [Show full text]