Download This PDF File
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
L A K A R Edisi Khusus Agustus 2020, 06 - 13 Jurnal Arsitektur ISSN 2654-3680 (Print) | ISSN 2656-4106 (online) RUANG BERJALAN: SEJARAH PERENCANAAN PEDESTRIAN DI JAKARTA Ratu Arum Kusumawardhani1, Karya Widyawati2, 1Universitas Indraprasta PGRI, Program Studi Arsitektur [email protected] 2Universitas Indraprasta PGRI, Program Studi Arsitektur [email protected] Abstract : When people habitat in a city, they must get easy access to move in all directions. Cities are always developing and so are the network systems that exist within them, but the human need to move by foot will always be there. Pedestrian paths become a network system for this movement and their existence also develops following the needs and growth of the city. This paper examines how the development of pedestrian path planning in Jakarta from time to time through historical approach. What paradigms underlie the planning of pedestrian paths in each period and the priorities taken by the decision makers at each periods. Such developments have brought Jakarta closer to a pedestrian-friendly city and have made Jakarta's pedestrian pathways a space for the aspirations of its people. Interpretation method used in this research by using online news data as the main source. It is important to know the process that occurs in Jakarta, considering its position as the capital city of the country and every planning and policy that occurs will always be a barometer of planning and policy for other cities in Indonesia. Key Words: pedestrian pathways, pedestrian, pedestrian history, Jakarta Abstrak : Ketika manusia bertinggal di suatu kota, ia harus mendapatkan akses yang mudah untuk berpindah ke segala penjuru. Kota selalu berkembang begitu pula sistem jaringan yang ada di dalamnya, tetapi kebutuhan manusia untuk berpindah dengan menggunakan kaki akan selalu ada. Jalur pedestrian menjadi sistem jaringan untuk perpindahan tersebut dan keberadaannya juga turut berkembang mengikuti kebutuhan dan pertumbuhan kota. Tulisan ini mengulas bagaimana perkembangan perencanaan jalur pedestrian di Jakarta dari masa ke masa melalui pendekatan aspek kesejarahan. Paradigma apa saja yang melatari perencanaan jalur pedestrian di tiap periode dan prioritas yang diambil oleh pemegang keputusan pada tiap masa. Perkembangan seperti apa yang terjadi yang membawa Jakarta semakin dekat ke arah kota yang ramah bagi para pejalan kaki dan menjadikan jalur pedestrian di Jakarta menjadi ruang aspirasi masyarakatnya. Metode interpretasi digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data berita daring sebagai sumber utama. Proses yang terjadi di Kota Jakarta ini penting untuk diketahui mengingat posisinya sebagai ibu kota negara dan setiap perencanaan serta kebijakan yang terjadi akan selalu menjadi barometer perencanaan dan kebijakan bagi kota kota lain di Indonesia. Kata Kunci : jalur pedestrian, sejarah, Kota Jakarta PENDAHULUAN berjalan perlahan sambil menikmati suasana kota. Suatu sore di awal tahun 2020 ketika Mengamati deretan bangunan lama seperti aktivitas masih berlangsung normal belum terusik bangunan kampus bergaya internasional dan oleh pandemi virus COVID19, berjalan kaki gedung bioskop ikon jalan Cikini, Metropole, yang menelusuri sepanjang jalur pedestrian Cikini – terinspirasi oleh gaya art deco. Gedung megah Salemba menjadi momen yang menyenangkan. yang kontras dengan para pedagang sate pikul Selepas keluar dari area Stasiun Cikini, deretan yang jongkok menempel dinding pagar di naungan penjaja jasa ojek online berbaur dengan deretan pohon rindang. Sate pikul yang membawa ke sepeda para penjaja makanan. Kepala saling kenangan masa kecil, saat para pedagang itu masih terjulur, saling mencari, antara calon penumpang berjualan keliling kampung sambil meneriakan dan pengemudi. Kendaraan yang melintas dagangannya dengan unik, “TTeeeeeeee!!!”. menahan lajunya, terutama di menit menit sibuk Berjalan menjadi semakin menyenangkan ketika ketika orang banyak menyeberang. Riuh, tapi indera penciuman dibelai aroma gurih lemak terasa begitu hidup. daging dan aroma manis kecap menetes di atas Bergeser beberapa langkah, jalur pejalan arang. Tetapi sepersekian detik kemudian kaki tersebut terasa lebih tenang. Kita dapat melompat dikagetkan oleh kendaraan roda dua 6 Ratu Arum Kusumawardhani 7 yang menyerobot naik ke trotoar untuk Jakarta, dan cerita apa yang berada di menghindari lampu merah. Motor yang masih bisa belakangnya. Dengan menggunakan pendekatan menyelinap lincah walau terhalang deretan tiang sejarah, tulisan ini mencoba mengulas pembatas jalan. perencanaan penataan pedestrian dari masa ke Memasuki Jalan Diponegoro, berjalan masa. Paradigma apa saja yang melatari kaki terasa lebih nyaman. Jalur pejalan kaki yang perencanaan di tiap periode dan prioritas yang lebih lebar, bersih tanpa pedagang kaki lima, diambil oleh pemegang keputusan pada masa itu. hanya sedikit orang lalu lalang atau duduk di kursi Proses yang terjadi di Kota Jakarta ini penting besi yang berderet teratur di sana. Jalur yang untuk diketahui mengingat posisinya sebagai ibu nyaman dipandang tetapi panas, tidak terdapat kota negara dan setiap perencanaan serta kebijakan naungan pohon rindang serta ditambah padatnya yang terjadi akan selalu menjadi barometer kendaraan dan hembusan asap knalpot membuat perencanaan dan kebijakan bagi kota kota lain di kita harus berpikir ulang untuk menghabiskan Indonesia. waktu duduk di situ. Berbeda dengan yang terjadi di sepenggal pedestrian di sisi Jalan Salemba. Selalu ada kerumunan aneka ragam manusia di METODOLOGI sekitar jembatan penyeberangan yang terletak Metode yang digunakan dalam menyusun dekat kampus Universitas Indonesia, saling asing tulisan ini adalah metode interpretasi dengan satu sama lain tapi berbaur berbagi ruang di menggunakan berita daring sebagai sumber utama. penggal yang sama. Semakin malam semakin Data dikumpulkan dari berbagai website ramai, pedagang makanan menggelar pemberitaan nasional yang memiliki reputasi baik dagangannya bahkan ada pedagang yang hampir dan juga melalui kanal resmi pemerintahan. Data menutup habis lebar trotoar. Selain pedagang, diurutkan sesuai dengan periodesasi pemerintahan mereka yang lalu lalang hanyalah mereka yang paska ditetapkannya Jakarta sebagai ibukota singgah, datang sejenak, berlalu dan pergi. negara. Data tersebut yang kemudian Merasakan pengalaman di jalur pedestrian disandingkan untuk dianalisis untuk melihat antara Cikini – Salemba di awal tahun 2020, dan terjadinya perubahan kebijakan dan prioritas dari perubahan hasil dari penataan terakhir, masing masing periode pemerintahan di Jakarta. memunculkan keingintahuan lebih lanjut tentang jalur pedestrian di Jakarta. Dari penelitian terdahulu, banyak yang mengulas jalur pedestrian HASIL DAN PEMBAHASAN baik yang mengambil kasus di kota Jakarta maupun Indonesia secara keseluruhan yang Ruang Berjalan berpusat pada sisi perencanaan yang terkait Peran sebuah kota adalah menyediakan langsung dengan kenyamanan pengguna. beragam kemungkinan bagi penduduknya untuk Umumnya penelitian tersebut mengulas tentang saling terhubung dengan cara yang teratur . aspek rancangan yang paling sesuai dan nyaman Mereka harus dapat berpindah dengan mudah ke bagi para pengguna. Seperti yang dilakukan oleh segala penjuru kota. Kota pasti akan bertumbuh, Pohan dan Manullang (2018) ketika membahas tetapi kebutuhan manusia untuk mendapatkan tentang prioritas indikator dalam perencanaan akses yang mudah ke segala penjuru kota dengan pejalan kaki dan Malik Al Karim (2019) yang menggunakan kaki akan selalu ada. Semakin besar membahas tentang analisis fisik penggunaan jalur skala sebuah kota, maka akan semakin kompleks pedestrian sebagai fasilitas publik. Penelitian pula jaringan yang ada di dalamnya termasuk terkait jalur pedestrian dengan pendekatan lain jaringan yang bersifat mekanikal dan otomatis. dilakukan oleh Prima dan Prayogi (2020) yang Sebuah kota yang baik akan mengatur jaringan membahas tentang kajian perilaku pejalan kaki di yang ada di dalamnya berdasarkan skala manusia, kawasan Transit Oriented Development (TOD), dengan menempatkan jaringan yang memiliki pola perencanaan kota yang menjadi trend kecepatan lebih tinggi berada di bagian dalam atau sekarang. bawah tanah, dan yang lebih lambat menempati Penelitian terdahulu tersebut memberikan bidang permukaan. Ruang untuk manusia berjalan gambaran bahwa jalur pedestrian berkembang dan adalah jaringan yang pergerakannya paling terus menerus ada pendekatan baru yang dilakukan lambat, sehingga ia akan selalu berada paling atas dalam pengembangannya. Sehingga dimana manusia dapat merasakan bertinggal dan memunculkan rasa ingin tahu akan fungsi dan menempati suatu tempat atau in place. makna pedestrian di dalam perencanaan kota LAKAR: Jurnal Arsitektur| Edisi Khusus Agustus (2020), 06-13 8 Ruang Berjalan: Sejarah Perencanaan Pedestrian di Jakarta Ruang untuk berjalan atau jalur pedestrian dilengkapi dengan deretan pohon rimbun dan jalur bila ditelusuri, memiliki sejarah yang panjang. pedestrian yang lebar untuk dilalui oleh pejalan Sejarah jalur pedestrian merupakan bagian yang kaki dengan nyaman. tidak terpisahkan dari sejarah jalan. Ia dikatakan Munculnya gerakan arsitektur modern, tak tidak memiliki makna ketika berdiri sendiri, tetapi luput menyentuh pula rancangan jalur pedestrian. akan menjadi organ yang sangat vital ketika Salah satu pola yang ditawarkan adalah pemisahan tersusun dalam satu entitas dengan bangunan dan secara tegas jalur kendaraan, pejalan kaki dan jalan di sebelahnya1. Sebelum kota mengenal bangunan yang kemudian