L A K A R Edisi Khusus Agustus 2020, 06 - 13 Jurnal Arsitektur ISSN 2654-3680 (Print) | ISSN 2656-4106 (online)

RUANG BERJALAN: SEJARAH PERENCANAAN PEDESTRIAN DI

Ratu Arum Kusumawardhani1, Karya Widyawati2, 1Universitas Indraprasta PGRI, Program Studi Arsitektur [email protected] 2Universitas Indraprasta PGRI, Program Studi Arsitektur [email protected]

Abstract : When people habitat in a city, they must get easy access to move in all directions. Cities are always developing and so are the network systems that exist within them, but the human need to move by foot will always be there. Pedestrian paths become a network system for this movement and their existence also develops following the needs and growth of the city. This paper examines how the development of pedestrian path planning in Jakarta from time to time through historical approach. What paradigms underlie the planning of pedestrian paths in each period and the priorities taken by the decision makers at each periods. Such developments have brought Jakarta closer to a pedestrian-friendly city and have made Jakarta's pedestrian pathways a space for the aspirations of its people. Interpretation method used in this research by using online news data as the main source. It is important to know the process that occurs in Jakarta, considering its position as the capital city of the country and every planning and policy that occurs will always be a barometer of planning and policy for other cities in Indonesia. Key Words: pedestrian pathways, pedestrian, pedestrian history, Jakarta

Abstrak : Ketika manusia bertinggal di suatu kota, ia harus mendapatkan akses yang mudah untuk berpindah ke segala penjuru. Kota selalu berkembang begitu pula sistem jaringan yang ada di dalamnya, tetapi kebutuhan manusia untuk berpindah dengan menggunakan kaki akan selalu ada. Jalur pedestrian menjadi sistem jaringan untuk perpindahan tersebut dan keberadaannya juga turut berkembang mengikuti kebutuhan dan pertumbuhan kota. Tulisan ini mengulas bagaimana perkembangan perencanaan jalur pedestrian di Jakarta dari masa ke masa melalui pendekatan aspek kesejarahan. Paradigma apa saja yang melatari perencanaan jalur pedestrian di tiap periode dan prioritas yang diambil oleh pemegang keputusan pada tiap masa. Perkembangan seperti apa yang terjadi yang membawa Jakarta semakin dekat ke arah kota yang ramah bagi para pejalan kaki dan menjadikan jalur pedestrian di Jakarta menjadi ruang aspirasi masyarakatnya. Metode interpretasi digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data berita daring sebagai sumber utama. Proses yang terjadi di Kota Jakarta ini penting untuk diketahui mengingat posisinya sebagai ibu kota negara dan setiap perencanaan serta kebijakan yang terjadi akan selalu menjadi barometer perencanaan dan kebijakan bagi kota kota lain di Indonesia. Kata Kunci : jalur pedestrian, sejarah, Kota Jakarta

PENDAHULUAN berjalan perlahan sambil menikmati suasana kota. Suatu sore di awal tahun 2020 ketika Mengamati deretan bangunan lama seperti aktivitas masih berlangsung normal belum terusik bangunan kampus bergaya internasional dan oleh pandemi virus COVID19, berjalan kaki gedung bioskop ikon jalan Cikini, Metropole, yang menelusuri sepanjang jalur pedestrian Cikini – terinspirasi oleh gaya art deco. Gedung megah Salemba menjadi momen yang menyenangkan. yang kontras dengan para pedagang sate pikul Selepas keluar dari area Stasiun Cikini, deretan yang jongkok menempel dinding pagar di naungan penjaja jasa ojek online berbaur dengan deretan pohon rindang. Sate pikul yang membawa ke sepeda para penjaja makanan. Kepala saling kenangan masa kecil, saat para pedagang itu masih terjulur, saling mencari, antara calon penumpang berjualan keliling kampung sambil meneriakan dan pengemudi. Kendaraan yang melintas dagangannya dengan unik, “TTeeeeeeee!!!”. menahan lajunya, terutama di menit menit sibuk Berjalan menjadi semakin menyenangkan ketika ketika orang banyak menyeberang. Riuh, tapi indera penciuman dibelai aroma gurih lemak terasa begitu hidup. daging dan aroma manis kecap menetes di atas Bergeser beberapa langkah, jalur pejalan arang. Tetapi sepersekian detik kemudian kaki tersebut terasa lebih tenang. Kita dapat melompat dikagetkan oleh kendaraan roda dua

6

Ratu Arum Kusumawardhani 7 yang menyerobot naik ke trotoar untuk Jakarta, dan cerita apa yang berada di menghindari lampu merah. Motor yang masih bisa belakangnya. Dengan menggunakan pendekatan menyelinap lincah walau terhalang deretan tiang sejarah, tulisan ini mencoba mengulas pembatas jalan. perencanaan penataan pedestrian dari masa ke Memasuki Jalan Diponegoro, berjalan masa. Paradigma apa saja yang melatari kaki terasa lebih nyaman. Jalur pejalan kaki yang perencanaan di tiap periode dan prioritas yang lebih lebar, bersih tanpa pedagang kaki lima, diambil oleh pemegang keputusan pada masa itu. hanya sedikit orang lalu lalang atau duduk di kursi Proses yang terjadi di Kota Jakarta ini penting besi yang berderet teratur di sana. Jalur yang untuk diketahui mengingat posisinya sebagai ibu nyaman dipandang tetapi panas, tidak terdapat kota negara dan setiap perencanaan serta kebijakan naungan pohon rindang serta ditambah padatnya yang terjadi akan selalu menjadi barometer kendaraan dan hembusan asap knalpot membuat perencanaan dan kebijakan bagi kota kota lain di kita harus berpikir ulang untuk menghabiskan Indonesia. waktu duduk di situ. Berbeda dengan yang terjadi di sepenggal pedestrian di sisi Jalan Salemba. Selalu ada kerumunan aneka ragam manusia di METODOLOGI sekitar jembatan penyeberangan yang terletak Metode yang digunakan dalam menyusun dekat kampus Universitas Indonesia, saling asing tulisan ini adalah metode interpretasi dengan satu sama lain tapi berbaur berbagi ruang di menggunakan berita daring sebagai sumber utama. penggal yang sama. Semakin malam semakin Data dikumpulkan dari berbagai website ramai, pedagang makanan menggelar pemberitaan nasional yang memiliki reputasi baik dagangannya bahkan ada pedagang yang hampir dan juga melalui kanal resmi pemerintahan. Data menutup habis lebar trotoar. Selain pedagang, diurutkan sesuai dengan periodesasi pemerintahan mereka yang lalu lalang hanyalah mereka yang paska ditetapkannya Jakarta sebagai ibukota singgah, datang sejenak, berlalu dan pergi. negara. Data tersebut yang kemudian Merasakan pengalaman di jalur pedestrian disandingkan untuk dianalisis untuk melihat antara Cikini – Salemba di awal tahun 2020, dan terjadinya perubahan kebijakan dan prioritas dari perubahan hasil dari penataan terakhir, masing masing periode pemerintahan di Jakarta. memunculkan keingintahuan lebih lanjut tentang jalur pedestrian di Jakarta. Dari penelitian terdahulu, banyak yang mengulas jalur pedestrian HASIL DAN PEMBAHASAN baik yang mengambil kasus di kota Jakarta maupun Indonesia secara keseluruhan yang Ruang Berjalan berpusat pada sisi perencanaan yang terkait Peran sebuah kota adalah menyediakan langsung dengan kenyamanan pengguna. beragam kemungkinan bagi penduduknya untuk Umumnya penelitian tersebut mengulas tentang saling terhubung dengan cara yang teratur . aspek rancangan yang paling sesuai dan nyaman Mereka harus dapat berpindah dengan mudah ke bagi para pengguna. Seperti yang dilakukan oleh segala penjuru kota. Kota pasti akan bertumbuh, Pohan dan Manullang (2018) ketika membahas tetapi kebutuhan manusia untuk mendapatkan tentang prioritas indikator dalam perencanaan akses yang mudah ke segala penjuru kota dengan pejalan kaki dan Malik Al Karim (2019) yang menggunakan kaki akan selalu ada. Semakin besar membahas tentang analisis fisik penggunaan jalur skala sebuah kota, maka akan semakin kompleks pedestrian sebagai fasilitas publik. Penelitian pula jaringan yang ada di dalamnya termasuk terkait jalur pedestrian dengan pendekatan lain jaringan yang bersifat mekanikal dan otomatis. dilakukan oleh Prima dan Prayogi (2020) yang Sebuah kota yang baik akan mengatur jaringan membahas tentang kajian perilaku pejalan kaki di yang ada di dalamnya berdasarkan skala manusia, kawasan Transit Oriented Development (TOD), dengan menempatkan jaringan yang memiliki pola perencanaan kota yang menjadi trend kecepatan lebih tinggi berada di bagian dalam atau sekarang. bawah tanah, dan yang lebih lambat menempati Penelitian terdahulu tersebut memberikan bidang permukaan. Ruang untuk manusia berjalan gambaran bahwa jalur pedestrian berkembang dan adalah jaringan yang pergerakannya paling terus menerus ada pendekatan baru yang dilakukan lambat, sehingga ia akan selalu berada paling atas dalam pengembangannya. Sehingga dimana manusia dapat merasakan bertinggal dan memunculkan rasa ingin tahu akan fungsi dan menempati suatu tempat atau in place. makna pedestrian di dalam perencanaan kota

LAKAR: Jurnal Arsitektur| Edisi Khusus Agustus (2020), 06-13

8 Ruang Berjalan: Sejarah Perencanaan Pedestrian di Jakarta

Ruang untuk berjalan atau jalur pedestrian dilengkapi dengan deretan pohon rimbun dan jalur bila ditelusuri, memiliki sejarah yang panjang. pedestrian yang lebar untuk dilalui oleh pejalan Sejarah jalur pedestrian merupakan bagian yang kaki dengan nyaman. tidak terpisahkan dari sejarah jalan. Ia dikatakan Munculnya gerakan arsitektur modern, tak tidak memiliki makna ketika berdiri sendiri, tetapi luput menyentuh pula rancangan jalur pedestrian. akan menjadi organ yang sangat vital ketika Salah satu pola yang ditawarkan adalah pemisahan tersusun dalam satu entitas dengan bangunan dan secara tegas jalur kendaraan, pejalan kaki dan jalan di sebelahnya1. Sebelum kota mengenal bangunan yang kemudian menyusunnya secara sistem jalan, jalur pedestrian dikatakan sebagai vertical. Konsep streetless urbanity seperti yang sistem transportasi atau penghubung yang dikenal ditawarkan oleh Le Corbusier dalam Ideal City. Le terlebih dahulu. Banyak nama untuk menyebut Corbusier melihat arah perkembangan kota yang pedestrian, beberapa istilah lain yang umum akan mengikuti perkembangan teknologi digunakan di Indonesia antara lain adalah trotoar kendaraan, sehingga dibutuhkan ruang ruang dan jalur pejalan kaki. Pedestrian berasal dari untuk pergerakan yang sangat cepat. Menurutnya, bahasa latin pedester yang memiliki arti bepergian sebuah kota yang dibuat untuk pergerakan yang dengan menggunakan kaki , sedangkan trotoar cepat adalah kota yang dibuat untuk sukses, yang berasal dari bahasa Perancis trottoir konsep jalan layang dan jalur bebas hambatan memiliki arti bagian tepi jalan yang ditinggikan yang membelah langit kota diperkenalkan, tempat orang berjalan. Di dalam sejarah pedestrian bukan lagi bagian yang menjadi satu permukiman manusia, pedestrian adalah dengan jalan. penghubung dan ruang sosial yang pertama kali Konsep kota modern dengan sistem jalan terbentuk secara alami sebelum kemudian seperti di atas, menjadi model yang banyak ditiru berkembang menjadi sistem dan hirarki jalan atau diterapkan di kota kota dunia, tidak terkecuali ketika permukiman tersebut berkembang menjadi di Jakarta. Tetapi konsep tersebut mendapat kritik kota. Pedestrian tertua ditemukan di Asia Kecil di dari para penggerak new urbanism yang permukiman Catal Huyuk (Abad ke 7 – 6 Sebelum menganggap pendekatan modern tidak humanis. Masehi) yang menggunakan atap bangunan Salah satu tokoh penggerak new urbanism, Jane sebagai pedestrian tempat bergeraknya manusia, Jacobs, mengkritisi dengan mencoba dan di Hacilar yang memanfaatkan gang – gang memperlihatkan peran penting jalur pedestrian di sempit antar bangunan sebagai pedestrian . sebuah kota melalui kebutuhan dan perilaku Peradaban Romawi Kuno mengenal penggunanya. Secara keseluruhan, Jacobs konsep jalur pedestrian yang mereka sebut semita, mengkritisi pola perencanaan kota yang mengikuti yang kemudian tidak lagi digunakan sampai konsep perencanaan modern yang lebih terfokus kemudian muncul kembali di Inggris pada akhir pada menempatkan kota sebagai mesin ekonomi. abad ke 18. Ketika itu jalur pedestrian Menurutnya, di dalam kehidupan nyata, vitalitas diperkenalkan kembali dan menjadi bagian suatu kota justru terletak pada masyarakatnya pengembangan perencanaan jalan. Konsep awal ketika mereka bergerak dan beraktivitas di ruang pedestrian di Inggris terkait dengan kesehatan yang mereka tinggali. Jacobs kemudian berusaha kota, sistem jaringan limbah kota disusun membangun argumentasi dengan memperlihatkan bertingkat di bawah permukaan tanah dan proses yang terjadi di jalur pedestrian, kemudian ditutupi dengan paving yang memperlihatkan kebutuhan mendasar yang dari ditinggikan dan dapat digunakan untuk orang penduduk kota, interaksi sosial yang mungkin berjalan. Pola ini kemudian diikuti oleh kota Paris terbangun, dan bagaimana mereka dapat sejak tahun 1830 di bawah pengawasan memainkan peranan penting di dalam fungsi Rambuteau, tokoh yang meletakan landasan dasar kontrol. untuk kemudian dilanjutkan oleh Haussmann Di Indonesia sendiri, jalur pedestrian ketika melakukan perombakan besar besaran atas diatur menjadi bagian dari dua sistem yaitu kota Paris. Dalam program perbaikan kota yang sebagai bagian dari sistem penataan jalan raya dan dilakukan Haussmann, perubahan yang paling sistem tata ruang. Dalam Undang Undang No. 22 terkenal adalah pada penataan jalannya terutama Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, pada boulevard atau poros jalan utama yang diatur hak keamanan dan keselamatan pejalan kaki

1 Kostof dalam The City Assembled p189 dan Jacobs dalam The Death and Live of American Cities menjelaskan hal yang serupa tentang entitas jalur pedestrian

LAKAR: Jurnal Arsitektur| Edisi Khusus Agustus (2020), 06-13

Ratu Arum Kusumawardhani 9 ketika menggunakan sarana jalan. Sedangkan sedang bangkit, mulai dilakukan. Di bawah pada Undang Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang kepemimpinan Gubernur Soemarno Penataan Ruang, sarana jaringan pejalan kaki Sosroatmodjo, visi tersebut satu persatu dilakukan, diamanatkan di dalam perencanaan tata ruang dan di masa kempemimpinannya ini (1960 – 1964) wilayah kota. Dalam tataran pelaksanaan, undang Kota Jakarta ditetapkan sebagai ibukota negara. – undang ini diperjelas dalam peraturan Momen puncak periode ini adalah ketika Jakarta turunannya berupa peraturan pemerintah, ditetapkan sebagai tuan rumah Asian Games tahun peraturan menteri, dan di tingkat daerah 1962, persiapan fasilitas olah raga dan berdasarkan ke dua undang-undang di atas dapat penunjangnya mendorong pengembangan Jakarta dibuat peraturan tersendiri sesuai permasalahan ke arah selatan dan poros jalan Sudirman - dan kebutuhan yang dihadapi di masing – masing Thamrin dibangun sebagai jalur penghubung daerah. Secara umum, pranata tersebut mengatur utama . bagaimana jalur pedestrian di Indonesia dapat Membelah Jakarta pada poros utara – dimanfaatkan, yaitu sebagai jalur pejalan kaki, selatan dari kawasan Lapangan Merdeka hingga ruang sosial, ruang pamer dan ruang bagi usaha Kebayoran Baru, Jalan Sudirman Thamrin kecil yang secara terinci diatur menurut lokasi, menampilkan wajah modern kota Jakarta. Jalan lebar jalur pedestrian, dan kebijakan pemerintah lebar terdiri dari tiga lajur untuk jalur cepat dan setempat. satu lajur untuk jalur lambat yang disebutkan Standar tentang tipe, bentuk, ukuran dan sebagai broad avenue, menjadi salah satu yang pemanfaatan jalur pedestrian di Indonesia pertama dijual pada buku panduan turis tahun tersebut. kali di susun tahun 1990 dalam bentuk Standar Tetapi jalan yang lebar tersebut tidak seluruhnya Nasional Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Trotoar dilengkapi dengan jalur pedestrian melainkan No. 07/T/BNKT/19902 . Standar yang disusun hanya pada simpul simpul tertentu tempat oleh Badan Penelitian dan Pengembangan berlangsungnya kegiatan Asian Games tersebut Departemen Pekerjaan Umum ini berupa panduan (gambar 1). Di bagian jalan yang lain, masyarakat teknis pembuatan trotoar sebagai bagian dari pejalan kaki bercampur dengan kendaraan sistem jalan raya, standar yang dua puluh empat bermotor, becak dan sepeda (gambar 2 dan 3). Di tahun kemudian diperbaharui menjadi Pedoman periode ini, fungsi pedestrian belum sepenuhnya Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan untuk melayani kebutuhan para pejalan kaki Sarana Ruang Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan melainkan lebih pada fungsi estetis di bagian yang menjadi dokumen pelengkap dari Peraturan tertentu kota. Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014 dengan judul yang sama. Peraturan terbaru yang dimiliki Indonesia ini sudah lebih komprehensif dalam mengatur standar yang harus dipenuhi oleh jalur pedestrian yang diharapkan menjadi acuan dan panduan praktis bagi pemerintah kota dalam menata ruangnya. Azaz kesetaraan sudah jauh lebih diperhatikan bagi mereka yang berkebutuhan khusus, dan mendorong agar dibentuknya ruang bagi pejalan kaki yang nyaman dan humanis untuk mereka beraktivitas di perkotaan.

Gambar 1 Aerial View Bundaran Hotel Indonesia Tahun 1961 Menuju Jakarta (Sumber: detik.com)

5 Juli 1959, Dekrit Demokrasi Terpimpin ditandatangani sekaligus menandai awal dimulainya pembangunan Jakarta sebagai sebuah kota modern. Di masa demokrasi terpimpin ini, visi Presiden Soekarno untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang dapat mempersatukan bangsa sekaligus mercusuar dari bangsa yang

2Pembaruan SNI dilakukan di Pedoman Teknis SK.43/AJ 007/DRJD/97 tetapi belum sekomprehensif Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Wilayah Kota, sebagaimana Pedoman Teknis yang diterbitkan di tahun 2014

LAKAR: Jurnal Arsitektur| Edisi Khusus Agustus (2020), 06-13

10 Ruang Berjalan: Sejarah Perencanaan Pedestrian di Jakarta

pedestrian dan menjadikan tampilan kota Jakarta menjadi kumuh . Di periode ini, umum dilihat jalur pedestrian yang dipagari dan bahkan dililit dengan kawat berduri sehingga tidak dapat dilalui oleh pejalan kaki. Jalur pedestrian lebih difungsikan sebagai etalase kota, perpanjangan dari halaman bangunan atau ruang privat. Tahun 2000 terjadi perubahan arah kebijakan dalam penataan kota Jakarta. Gubernur yang menjabat pada masa itu menggagas pilot project jalur pedestrian yang dapat diakses Gambar 2 Aerial View Bundaran Bank Indonesia Tahun 1961 oleh umum sepanjang koridor Sudirman – (Sumber: detik.com) Thamrin. Visinya adalah membangun kesadaran akan potensi jalur pedestrian modern sebagai fasilitas kota. Fitur baru yang ramah pengguna seperti jalur berjalan yang lebar, penuntun arah tactile, ram yang mudah diakses, dan railing S untuk mencegah pengendara motor naik ke jalur pedestrian mulai diterapkan. Jalur pedestrian ini juga terhubung dengan sistem transportasi Trans Jakarta busway yang dikembangkan di periode yang sama. Perencanaan jalur pedestrian ini dilakukan oleh Dinas Bina Marga yang merupakan bagian dari Dinas Pekerjaan Umum, yang kemudian menyiapkan jalur pedestrian dengan Gambar 3 Para pejalan kaki yang bercampur dengan implementasi yang sistematik di Jakarta, yang jauh kendaraan di Jalan Thamrin tahun 1962 (sumber: lebih baik dari yang ada sebelumnya . captainhuntz.wordpress.com) Kekurangan dari penataan di periode ini adalah tidak dilakukan pendataan jalur pedestrian Perhatian bagi para pejalan kaki mulai saat itu sehingga perbaikan dan pemeliharaannya diberikan di masa pemerintahan Gubernur Ali tidak dilakukan dengan baik. Ditambah dengan Sadikin (1966 – 1975) . Gubernur yang terkenal rambahan pengendara bermotor jumlah jalur dengan kampung improvement programnya yang pedestrian yang mudah diakses tersebut menurun lebih dikenal sebagai Proyek Mohammad Husni dengan cepat, yang membuatnya tidak lagi dapat Thamrin (MHT) menitikberatkan programnya digunakan dengan semestinya. Di sisi lain, pada pembangunan infrastruktur. Ia menyusun dilakukannya penataan jalur pedestrian ini program pengembangan kota yang sistematik yang memunculkan partisipasi masyarakat kelas mengutamakan pada perencanaan utilitas umum menengah yang memulai gerakan untuk berjalan seperti: sanitasi, air bersih, pengumpulan sampah, kaki dan bersepeda. Komunitas komunitas pedestrian, pengembangan jalan, penataan dibentuk seperti koalisi pejalan kaki dan bangunan dan jalur keselamatan kebakaran. Jalur Bike2Work, serta organisasi akar rumput Urban pejalan kaki yang menjadi bagian dari programnya Guerilla yang bergerak mendukung dibangunnya ini tetapi bukanlah jalur pejalan kaki yang berada jalur pedestrian yang mudah diakses serta dipermukaan dan tempat orang berjalan melainkan mengedukasi masyarakat pengguna terutama yang dalam bentuk jembatan pedestrian tempat orang berkebutuhan khusus. Munculnya komunitas menyeberang di titik titik jalan kota Jakarta yang komunitas tersebut menjadi sistem kontrol mulai padat kendaraan. sebagaimana yang dikatakan oleh Jacobs. Sistem Langkah yang sudah dimulai oleh Ali yang muncul dari partisipasi masyarakat secara Sadikin ini tetapi kemudian berhenti dan tidak sukarela, lebih efektif dalam menjaga dilanjutkan oleh gubernur penggantinya. Bahkan keberlangsungan jalur pedestrian yang dibangun di tahun 1989 di masa pemerintahan Gubernur pemerintah kota. Wiyogo Atmodarminto, beliau menyatakan Kebiasaan berjalan kaki dan bersepeda keengganannya untuk membangun lebih banyak yang mulai berkembang di tengah masyarakat jalur pedestrian. Salah satu alasannya adalah melahirkan konsep Car Free Day atau hari bebas banyaknya pedagang yang memanfaatkan jalur kendaraan dengan menutup jalan utama Sudirman

LAKAR: Jurnal Arsitektur| Edisi Khusus Agustus (2020), 06-13

Ratu Arum Kusumawardhani 11

– Thamrin untuk digunakan oleh masyarakat peran serta swasta untuk berpartisipasi di dalam melakukan kegiatan sosialnya seperti kegiatan penataan pedestrian, termasuk membuka pagar olahraga, seni, atau bersosialisasi. Konsep yang bangunan mereka yang menjadi pembatas antara diperkenalkan di masa pemerintahan Sutiyoso ini ruang publik dan ruang private . awalnya hanya dilakukan untuk memasyarakatkan Perencanaan yang belum terlaksana di gagasan mengurangi polusi dan membangun masa kepemimpinan kehidupan urban yang berkelanjutan, tetapi tetap berlanjut di masa kepemimpinan Anies kemudian dibawah Gubernur , Baswedan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kegiatan ini dijadikan kegiatan bulanan lalu sendiri di tahun 2017 menargetkan untuk mingguan. membangun jalur pedestrian sepanjang 2600 Dapat dikatakan bahwa di masa kilometer pada 48 lokasi yang tersebar di 42 pemerintahan Gubernur Sutiyoso, perencanaan kecamatan di Jakarta yang dilakukan secara jalur pedestrian yang bukan hanya sekedar bertahap. Di dua tahun pemerintahannya, Anies pelengkap estetik kota melainkan fungsional dan kian mencanangkan Jakarta sebagai kota ramah mudah diakses mulai diterapkan. Kebijakan pejalan kaki . Dari tahun 2017 hingga 2019 telah gubernur penerusnya tetap berdasar pada visi yang dibangun dan direvitalisasi jalur pedestrian digagas di masa pemerintahan Sutiyoso. sepanjang 134 kilometer. Ukuran jalur pedestrian Perencanaan dan pelaksanaan yang ditugaskan ke diperlebar dan dipercantik, dengan Jalur Sudirman Dinas Bina Marga membuat perencanaan dapat Thamrin masih digunakan sebagai kawasan dilakukan secara jangka panjang dengan prioritas percontohan. Di tahun 2019 terdapat 10 lokasi dan arah yang jelas. Menurut Kepala Dinas Bina trotoar yang direvitalisasi, diantaranya adalah Marga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Yusmada sepanjang koridor Cikini Raya, Jalan Pangeran Faisal, perencanaan penataan jalur pedestrian di Diponegoro, Jalan Kramat Raya dan Salemba Jakarta akan terus berlangsung walaupun berganti hingga ke Jalan Matraman Raya. Poros jalan yang kepemimpinan3. membuka rasa ingin tahu saya lebih lanjut tentang Perencanaan lanjutan jalur pedestrian di jalur pedestrian di Jakarta. Jakarta di masa kepemimpinan Gubernur Basuki Dalam penataan jalur pedestrian ini terjadi Tjahaja Purnama selain mengikuti rencana yang kontroversi di tengah masyarakat ketika sudah ada yaitu penataan di seluruh wilayah kota dirubuhkannya jembatan penyeberangan di dekat Jakarta, memiliki agenda utama yaitu mengikuti Bundaran Hotel Indonesia yang kemudian rencana pembangunan MRT Jakarta. Jalur digantikan dengan pelican cross dan pengurangan pedestrian yang dirancang merupakan pelengkap jalur kendaraan bermotor yang digunakan untuk yang menghubungkan ke akses masuk stasiun pelebaran pedestrian. Termasuk yang terjadi di yang berada di bawah tanah. Pelebaran jalur sepanjang jalan Cikini – Diponegoro – Salemba – pedestrian menjadi keharusan agar dapat Kramat hingga Matraman. Sebagian masyarakat menampung penumpang yang keluar masuk dari mengeluhkan pengurangan jalur tersebut, tetapi stasiun, sehingga untuk kebutuhan tersebut jalur pemerintah kota berpendapat bahwa kemacetan lambat kendaraan kemudian dihilangkan. Model lebih disebabkan oleh pengendara bermotor, pedestrian seperti yang terdapat di kota kota Eropa bukan pejalan kaki. Kota seharusnya lebih maupun Amerika menjadi acuan mimpi Basuki memiliki keberpihakan kepada para pejalan kaki. Tjahaja Purnama, yaitu jalur pedestrian dengan Usaha pelebaran trotoar yang dilakukan Anies lebar mencapai 10 meter yang direncanakan Baswedan didukung oleh Mantan Gubernur lengkap dengan area berdagang yang dapat Sutiyoso yang menganggap langkah kebijakan disewakan kepada pedagang kaki lima atau yang dilakukan Anies sudah tepat . Persetujuan pengusaha kecil yang ditata menyerupai kafe atau yang bukan tanpa kritik, karena menurutnya restoran. Tingginya biaya pembangunan jalur pemerintah kota terlalu lunak, harusnya dapat pedestrian disiasati dengan bantuan dana menekan para pemilik bangunan gedung di penggunaan kompensasi koefisien lantai sepanjang jalur pedestrian untuk memberikan bangunan (KLB) pihak swasta . Pengembangan sebagian lahannya untuk pelebaran jalur jalur Sudirman – Thamrin sebagai kawasan pedestrian tersebut. Konsep yang pernah terpadu Transit Oriented Development (TOD) digagasnya saat memimpin Jakarta tapi tidak dianggap memiliki nilai jual yang akan mendorong sepenuhnya berhasil.

3 Ide yang sama yang dilontarkan di masa pemerintahan Sutiyoso tetapi belum terealisasi

LAKAR: Jurnal Arsitektur| Edisi Khusus Agustus (2020), 06-13

12 Ruang Berjalan: Sejarah Perencanaan Pedestrian di Jakarta

Berkembangnya media sosial dan kian ketetapan new normal bagi sebagian masyarakat aktifnya masyarakat kota beraktivitas di ruang Jakarta masih diabaikan, rasa takut terhadap luar, menjadi kombinasi yang menginspirasi pandemi tidak seseram urusan ekonomi. pemerintah kota menyiapkan ruang ruang interaksi Pemanfaatan jalur pedestrian erat dengan fungsi sosial yang menjadi bagian dari jalur pedestrian. kontrol, meminjam pemikiran Jacobs, kontrol Jalur pedestrian buka hanya sekedar tempat yang paling baik masih tetap berada pada berjalan tetapi dilengkapi dengan kantung – partisipasi aktif pengguna pedestrian itu sendiri. kantung yang dapat digunakan untuk berolahraga, pameran, atau pertunjukan musik kecil. Beberapa bidang dilengkapi dengan elemen yang menarik PENUTUP warga kota untuk melintas atau sekedar berswafoto seperti pada jembatan pedestrian di Sudikah berjalan? Jalan Sudirman dan atau Terowongan Kendal. Jacobs menyatakan, ketika jalan tersusun Perencanaan di tiap tiap segmen juga mulai dibuat dengan menarik, kota akan terlihat menarik. tematik. Seperti poros Cikini Raya – Kramat Raya Begitu pula ketika jalan tersusun secara dan Salemba Raya yang direvitalisasi untuk membosankan, maka kota juga akan terlihat menjadi trotoar ekspresi kreativitas . Partisipasi membosankan. Pandangan yang harus kita amini, pembangunan yang melibatkan warga juga karena persinggungan kita dengan ruang kota diterapkan, contohnya pada koridor Cikini – selalu dimulai dari jalan, dan jalur pedestrian Kramat Raya – Salemba yang melibatkan Institut menjadi bagian yang menyatu di dalamnya. Dari Kesenian Jakarta dan Komunitas Seni Budaya. sekilas data yang ditemukan, Jakarta ternyata Arah perkembangan jalur pedestrian Jakarta kian tertinggal jauh di dalam perencanaan dan penataan mendekati amanat yang tercantum dalam undang jalur pedestrian kotanya. Kecenderungan – undang dan makin mengoptimalkan kekuatan perencanaan yang memperhatikan keamanan, masyarakat untuk mempertahankan vitalitas dan kenyamanan, dan kesetaraan para pejalan kaki kontrol di atasnya. baru terjadi dalam beberapa tahun belakang ini, Sebagian dari jalur pedestrian tersebut dengan dukungan pedoman pelaksanaan yang baru selesai tahap pembangunan dan atau masih lebih komprehensif. Pola penataan yang dalam proses pelaksanaan, masih memerlukan dilakukan akhir akhir ini merupakan bentuk waktu untuk pembuktian seberapa tingkat kompromi antara menata estetika kota dengan keberhasilan pemerintah kota Jakarta dengan mencoba menyediakan pelayanan yang lebih baik. kebijakan terbarunya. Tantangan lain yang Untuk kota Jakarta, kita masih harus muncul sejak awal tahun ini adalah pandemi bersabar untuk dapat menikmati jalur pedestrian Covid19 yang membuat pemerintah kota Jakarta yang baik, yang menyebar merata di seluruh mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala penjuru kota. Keterbatasan anggaran Besar (PSBB) yang utamanya diterapkan pada pembangunan yang disiasati dengan menarik dana fasilitas publik termasuk pedestrian. Pandemi yang kompensasi koefisien lantai bangunan dari gedung belum diketahui kapan akan selesai ini – gedung tinggi yang ada di Jakarta, di satu sisi memunculkan tatanan baru kehidupan yang menyelesaikan masalah dengan (lebih) cepat tetapi diistilahkan sebagai new normal yang mulai mencederai kesetaraan di dalam hukum. diterapkan oleh pemerintah Indonesia sejak 1 Juni Pemerintah kota harus dapat memunculkan solusi 2020 dengan Kota Jakarta menjadi salah satu kreatif lainnya dengan tanpa memunculkan lokasi percontohan. Tatanan yang permasalahan baru. Masyarakat kota juga tidak menitikberatkan pada protokol hidup sehat dan dapat menyerahkan seluruhnya tugas untuk menjaga jarak tersebut berpengaruh pada menyediakan sarana dan prasarana yang baik kebiasaan dan perilaku masyarakat yang menuntut kepada pemerintah kota tanpa memberikan adanya kontrol dan disiplin yang tinggi. Untuk partisipasi aktif. Kerjasama yang baik antara jalur pedestrian, akan membutuhkan adaptasi pemerintah dan warga kota sangat diperlukan perilaku, penyesuaian rancangan dan mungkin untuk menjaga kelangsungan jalur pedestrian di penambahan elemen penunjang protokol Jakarta. kesehatan, pekerjaan rumah tambahan yang harus Sebagai sebuah tulisan sejarah yang segera dilakukan oleh pemerintah kota Jakarta. disusun dengan menggunakan sumber berita, apa Penyelesaian yang bukan hanya sebatas fisik, yang dihasilkan dalam tulisan ini masih karena yang lebih sulit adalah melakukan merupakan hasil penelitian awal. Penelitian ini perubahan perilaku. Penerapan PSBB dan terbuka untuk dikembangkan dan dilengkapi lebih

LAKAR: Jurnal Arsitektur| Edisi Khusus Agustus (2020), 06-13

Ratu Arum Kusumawardhani 13 lanjut. Paradigma lain terkait perencanaan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. kebijakan yang dilakukan di Jakarta dapat 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Penyediaan diuraikan lebih terinci dengan menggunakan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang sumber data yang lebih lengkap lagi. Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan Petunjuk Perencanaan Trotoar No. 07/T/BNKT/1990 Prima, Taslim Septia, & Prayogi, Lutfi, DAFTAR PUSTAKA Februari 2020. Kajian Perilaku Pejalan Kaki Pada Al Karim, Malik, 2019. Analisis Fisik Kawasan Transit Oriented Development (TOD), Penggunaan Jalur Pedestrian Sebagai Fasilitas Jurnal Arsitektur Zonasi, Vol. 3, No.1. Publik (Studi Kasus: Jalur Pedestrian di Penggal Silver, Christoper, 2008. Planning the Jalan Pangeran Diponegoro, Kenari, Senen, Megacity Jakarta in the Twentieth Century, Jakarta Pusat), Jurnal Planologi Vol.16, No. 1 Routledge. Doxiadis, C.A. Ekistics, the science of Undang Undang No. 22 Tahun 2009 human settlements, Ekistics, Vol. 33, No. 197 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan Hellman, Jorgen,. Thynell, Marie, & van Undang Undang No. 26 Tahun 2007 Voorst, Roanne, 2018. Jakarta: Claiming Spaces Tentang Penataan Ruang and Rights in the City, Routledge Wiryomartono, Bagus, 2020. Traditions Hilman Gunung Mulia Pohan, & and Transformations of Habitation in Indonesia, Manullang, Okto Risdianto, 2018. Penentuan Springer Nature Singapore Pte Ltd, Prioritas Indikator Dalam Merencanakan Jalur Pejalan Kaki (Studi Kasus: Kawasan Blok M, Jakarta Selatan), Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol 14, No.3 https://dictionary.cambridge.org/dictionar y/french-english/trottoir https://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20180724192401-277-316699/mengenal- pelican-crossing-pengganti-jpo-di-bundaran-hi https://www.cnnindonesia.com/nasional/ 20170804114007-20-232439/bangun-80-km- trotoar-pemprov-dki-siapkan-rp412-miliar https://www.cnnindonesia.com/nasional/ 20170807132906-20-232973/ahok-dan-mimpi- trotoar-10-meter-di-jakarta https://www.merriam- webster.com/dictionary/pedestrian https://www.viva.co.id/berita/metro/1174 821-bang-yos-kritik-pembangunan-trotoar-anies- pemda-dki-lembek https://www.youtube.com/watch?v=kKo HWp5pQ-Y https://www.youtube.com/watch?v=VdK G3bltdOQ Channel Resmi Pemprov DKI Jakarta Jacobs, Jane, 1992. The Death and Live of Great American Cities, Vintage Books Editions, New York. Kostof, Spiro, 1992. The City Assembled, Thames & Hudson Ltd, London. Kusno, Abidin, 2006. Whither Nationalist Urbanism? Public Life in Governor Sutiyoso’s Jakarta, in Lee, Yong-Sook, & Yeoh, Brenda S.A. 2006. Globalisation and the Politics of Forgetting, Routledge,

LAKAR: Jurnal Arsitektur| Edisi Khusus Agustus (2020), 06-13