Bab 2 RANCANGAN AWAL RKPD 2021
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 Halaman ini sengaja dikosongkan I-3 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 1.1 Kondisi Umum Daerah 1.1.1 Sejarah Kota Jakarta Sejarah Kota Jakarta bermula dari sejarah berdirinya kerajaan Hindu Sunda, Dayeuh Pakuan Padjajaran atau Pajajaran, yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Pajajaran tersebut memiliki 6 (enam) pelabuhan utama, yaitu pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Cimanuk dan Sunda Kalapa. Pelabuhan Sunda Kalapa, yang terletak di Muara Kali Ciliwung, merupakan pelabuhan terpenting bagi Kerajaan Pajajaran karena dapat ditempuh dalam 2 (dua) hari dari Ibukota Kerajaan yang terletak di daerah Jawa Barat dekat Kota Bogor sekarang. Pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk dan menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah yang datang membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutera, kain, wangi-wangian, kuda, anggur dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah1. Armada bangsa Eropa pertama berlabuh di Sunda Kalapa pada tahun 1513. Adalah 4 (empat) kapal Portugis yang berlayar dari Malaka merapat ke Sunda Kalapa ketika sedang mencari rute perdagangan rempah. Raja Hindu Sunda saat itu, Surawisesa2, membuat perjanjian aliansi dengan bangsa Portugis dan mengizinkan Portugis membangun benteng pada tahun 1522 dalam rangka membantu pertahanan untuk menghadapi kekuatan Kerajaan Islam Demak3 dan Cirebon yang hendak memisahkan diri4. Sebelum pembangunan benteng terlaksana, Cirebon dibantu Demak langsung menyerang Sunda Kalapa pada tahun 1527 dipimpin oleh Fatahillah. Penyerangan ini telah membumihanguskan kota pelabuhan tersebut, membunuh banyak rakyat Sunda dan sekaligus mengusir Portugis keluar dari Sunda Kelapa. Fatahillah, segera menunjuk pembantunya untuk memerintah kota dan mengganti nama Bandar Sunda Kelapa dengan Fathan Mubina atau Jayakarta, yang berarti “Kemenangan Akhir” dan menjadi bagian dari Kesultanan Cirebon. Tanggal 22 Juni 1527 dinyatakan sebagai tanggal dikuasainya Sunda Kelapa oleh Falatehan, setelah mengusir penjajahan Portugis atas pendudukannya di wilayah Kerajaan Pajajaran. Tanggal tersebut selanjutnya diresmikan melalui keputusan 1 ‘Daerah Khusus Ibukota Jakarta’, Wikipedia, dilihat 18 April 2017, https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta 2 Ibid 3 ‘Jakarta’, Wikipedia, dilihat 18 April 2017, https://en.wikipedia.org/wiki/Jakarta 4 ‘Daerah Khusus Ibukota Jakarta’, op. cit. hlm 58 II-2 Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 DPR kota sementara No. 6/D/K/19565. Selanjutnya, Jayakarta diserahkan dari Kesultanan Cirebon kepada Kesultanan Banten oleh Sunan Gunung Jati6 . Setelah singgah ke Banten pada tahun 1596, Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16 saat Jayakarta dipimpin oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada tahun 1916, Jan Pieterszoon Coen memimpin Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) menduduki Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Stad Batavia pada 4 Maret 1621, sekaligus mengubah sistem pemerintahannya7. Selanjutnya, Belanda mengembangkan Stad Batavia menjadi kota yang besar dan penting. Belanda mengembangkan kanal-kanal dalam kota seperti kota-kota besar lainnya di Belanda. Untuk pembangunan kota, VOC banyak mendatangkan budak-budak sebagai pekerja, yang kebanyakan berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok dan pesisir Malabar, India8. Gambar 2.1 Peta Jayakarta 15279 Sumber: Museum Penerangan TMII Pada tanggal 1 April 1905 Stad Batavia berubah dan berkembang membentuk 2 (dua) Kotapraja atau Gemeente, yaitu Gemeente Batavia dan Meester Cornelis (daerah Jatinegara) serta diberikan kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri sebagai bagian dari Pemerintah Hindia Belanda. Gemeente Batavia merupakan Pemerintah Daerah 5 Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah, Rangkaian Perubahan Nama Kota Jakarta, dilihat 3 Februari 2017, http://muspen.kominfo.go.id/index.php/berita/461-rangkaian-perubahan-nama-kota-jakarta 6 ‘Daerah Khusus Ibukota Jakarta’, op. cit. 7 Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah, op. cit. 8 ‘Daerah Khusus Ibukota Jakarta’, op. cit. hlm 58 9 Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah, op. cit. hlm 59 II-3 Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 yang pertama kali dibentuk di Hindia Belanda. Luas wilayah Gemeente Batavia kurang lebih 125 km², tidak termasuk pulau-pulau di Teluk Jakarta (Kepulauan Seribu). Pada tahun 1908 wilayah Afdeling Batavia dibagi menjadi 2 Distrik, yakni Distrik Batavia dan Weltevreden yang dibagi lagi menjadi 6 sub Distrik (Onderdistrik). Distrik Batavia terdiri dari sub Distrik Mangga Besar, Penjaringan dan Tanjung Priuk sedangkan Distrik Weltevreden terdiri dari sub Distrik Gambir, Senen, dan Tanah Abang. Gemeente Batavia selanjutnya diubah lagi menjadi Stad Gemeente Batavia pada tanggal 8 Januari 193510, dengan wilayah yang terintegrasi antara Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Gambar 2.2 Tijgersgracht Batavia11 Gambar 2.4 Peta Batavia 189712 Sumber: Wikipedia Gambar 2.3 Peta Batavia 166713 Sumber: Sumber: Wikipedia Wikipedia Pada tanggal 5 Maret 1942 Kota Batavia jatuh ke tangan bala tentara Jepang dan pada tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang dan mengganti nama kota menjadi ジャカルタ特別市 atau Jakaruta Tokubetsu Shi14, untuk menarik hati penduduk pada masa Perang Dunia II. Pemerintah Jepang selanjutnya menerbitkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1942 tentang Perubahan Tata Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa Pulau Jawa dibagi menjadi satuan-satuan daerah yang 10 Ibid 11 ‘Batavia, Dutch East Indies’, Wikipedia, dilihat 20 Maret 2017, https://en.wikipedia.org/wiki/Batavia,_Dutch_East_Indies 12 Ibid 13 Ibid 14 Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah, op. cit. hlm 60 II-4 Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 disebut Pemerintahan Keresidenan (Syuu). Keresidenan (Syuu) dibagi lagi menjadi beberapa Kabupaten (Ken) dan Kota (Shi). Pada masa pendudukan Jepang tersebut, Jakarta merupakan satu-satunya pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) di Indonesia. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Jakarta sempat diduduki oleh Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia sampai tahun 1949. Posisi Ibukota Negara sempat dipindahkan ke Jogjakarta15. Setelah pengakuan kedaulatan di Den Haag pada akhir tahun 1949, Ibukota negara kembali ke Jakarta, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1950, di mana kedudukan kota Djakarta ditetapkan sebagai daerah Swatantra yang disebut “Kotapradja Djakarta Raya” dengan Walikotanya adalah Soewiryo (1945-1951), Syamsuridjal (1951-1953), dan Soediro (1953-1960). Kota Djakarta ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I dengan Kepala Daerah yang berpangkat Gubernur pada tanggal 15 Januari 1960. Pada periode Gubernur Soemarno (1960-1964) terbit UU Nomor 2 Tahun 1961 tentang pembentukan “Pemerintahan Daerah Chusus Ibukota Djakarta Raya”. Sejak itu disebut Pemerintah DCI Djakarta Raya. Pada periode Gubernur Henk Ngantung (1964-1966) terbit UU Nomor 10 Tahun 1964 tentang Djakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia dengan nama “Djakarta”. Sejak itu Pemerintah DCI Djakarta Raya berubah menjadi Pemerintah DCI Djakarta. Pemerintah DCI Djakarta berubah menjadi Pemerintah Daerah DKI Djakarta pada periode Gubernur Ali Sadikin (1966-1977). Adapun gubernur selanjutnya berturut-turut yaitu Tjokropranolo (1977-1982), Soeprapto (1982-1987) dan Wiyogo Atmodarminto (1987-1992). Pada periode Gubernur Wiyogo Atmodarminto terbit UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Sejak itu sebutan Pemerintah Daerah DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sampai dengan periode Gubernur Surjadi Soedirdja (1992 – 1997). Pada periode Gubernur Sutiyoso (1997-2007) terbit Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Sejak itu sebutan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada akhir masa jabatan Gubernur Sutiyoso terbit Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, sebutan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak berubah. Sampai dengan saat ini Undang-Undang tersebut masih berlaku dan menjadi salah satu acuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi DKI Jakarta. 15 ‘Jakarta’, Wikipedia, op. cit. hlm 59 II-5 Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 1.1.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah di Provinsi DKI Jakarta Pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi DKI Jakarta diatur dalam UU Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, di mana disebutkan bahwa Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah khusus yang berfungsi sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sekaligus sebagai daerah otonom pada tingkat provinsi. Dengan Otonomi Provinsi DKI Jakarta yang diletakkan pada tingkat provinsi sehingga Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta harus mengikuti dan menuruti asas otonomi, asas dekonsentrasi, asas tugas pembantuan, dan kekhususan sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu,