Bab 2 RANCANGAN AWAL RKPD 2021

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab 2 RANCANGAN AWAL RKPD 2021 Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 Halaman ini sengaja dikosongkan I-3 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 1.1 Kondisi Umum Daerah 1.1.1 Sejarah Kota Jakarta Sejarah Kota Jakarta bermula dari sejarah berdirinya kerajaan Hindu Sunda, Dayeuh Pakuan Padjajaran atau Pajajaran, yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Pajajaran tersebut memiliki 6 (enam) pelabuhan utama, yaitu pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Cimanuk dan Sunda Kalapa. Pelabuhan Sunda Kalapa, yang terletak di Muara Kali Ciliwung, merupakan pelabuhan terpenting bagi Kerajaan Pajajaran karena dapat ditempuh dalam 2 (dua) hari dari Ibukota Kerajaan yang terletak di daerah Jawa Barat dekat Kota Bogor sekarang. Pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk dan menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah yang datang membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutera, kain, wangi-wangian, kuda, anggur dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah1. Armada bangsa Eropa pertama berlabuh di Sunda Kalapa pada tahun 1513. Adalah 4 (empat) kapal Portugis yang berlayar dari Malaka merapat ke Sunda Kalapa ketika sedang mencari rute perdagangan rempah. Raja Hindu Sunda saat itu, Surawisesa2, membuat perjanjian aliansi dengan bangsa Portugis dan mengizinkan Portugis membangun benteng pada tahun 1522 dalam rangka membantu pertahanan untuk menghadapi kekuatan Kerajaan Islam Demak3 dan Cirebon yang hendak memisahkan diri4. Sebelum pembangunan benteng terlaksana, Cirebon dibantu Demak langsung menyerang Sunda Kalapa pada tahun 1527 dipimpin oleh Fatahillah. Penyerangan ini telah membumihanguskan kota pelabuhan tersebut, membunuh banyak rakyat Sunda dan sekaligus mengusir Portugis keluar dari Sunda Kelapa. Fatahillah, segera menunjuk pembantunya untuk memerintah kota dan mengganti nama Bandar Sunda Kelapa dengan Fathan Mubina atau Jayakarta, yang berarti “Kemenangan Akhir” dan menjadi bagian dari Kesultanan Cirebon. Tanggal 22 Juni 1527 dinyatakan sebagai tanggal dikuasainya Sunda Kelapa oleh Falatehan, setelah mengusir penjajahan Portugis atas pendudukannya di wilayah Kerajaan Pajajaran. Tanggal tersebut selanjutnya diresmikan melalui keputusan 1 ‘Daerah Khusus Ibukota Jakarta’, Wikipedia, dilihat 18 April 2017, https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta 2 Ibid 3 ‘Jakarta’, Wikipedia, dilihat 18 April 2017, https://en.wikipedia.org/wiki/Jakarta 4 ‘Daerah Khusus Ibukota Jakarta’, op. cit. hlm 58 II-2 Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 DPR kota sementara No. 6/D/K/19565. Selanjutnya, Jayakarta diserahkan dari Kesultanan Cirebon kepada Kesultanan Banten oleh Sunan Gunung Jati6 . Setelah singgah ke Banten pada tahun 1596, Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16 saat Jayakarta dipimpin oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada tahun 1916, Jan Pieterszoon Coen memimpin Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) menduduki Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Stad Batavia pada 4 Maret 1621, sekaligus mengubah sistem pemerintahannya7. Selanjutnya, Belanda mengembangkan Stad Batavia menjadi kota yang besar dan penting. Belanda mengembangkan kanal-kanal dalam kota seperti kota-kota besar lainnya di Belanda. Untuk pembangunan kota, VOC banyak mendatangkan budak-budak sebagai pekerja, yang kebanyakan berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok dan pesisir Malabar, India8. Gambar 2.1 Peta Jayakarta 15279 Sumber: Museum Penerangan TMII Pada tanggal 1 April 1905 Stad Batavia berubah dan berkembang membentuk 2 (dua) Kotapraja atau Gemeente, yaitu Gemeente Batavia dan Meester Cornelis (daerah Jatinegara) serta diberikan kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri sebagai bagian dari Pemerintah Hindia Belanda. Gemeente Batavia merupakan Pemerintah Daerah 5 Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah, Rangkaian Perubahan Nama Kota Jakarta, dilihat 3 Februari 2017, http://muspen.kominfo.go.id/index.php/berita/461-rangkaian-perubahan-nama-kota-jakarta 6 ‘Daerah Khusus Ibukota Jakarta’, op. cit. 7 Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah, op. cit. 8 ‘Daerah Khusus Ibukota Jakarta’, op. cit. hlm 58 9 Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah, op. cit. hlm 59 II-3 Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 yang pertama kali dibentuk di Hindia Belanda. Luas wilayah Gemeente Batavia kurang lebih 125 km², tidak termasuk pulau-pulau di Teluk Jakarta (Kepulauan Seribu). Pada tahun 1908 wilayah Afdeling Batavia dibagi menjadi 2 Distrik, yakni Distrik Batavia dan Weltevreden yang dibagi lagi menjadi 6 sub Distrik (Onderdistrik). Distrik Batavia terdiri dari sub Distrik Mangga Besar, Penjaringan dan Tanjung Priuk sedangkan Distrik Weltevreden terdiri dari sub Distrik Gambir, Senen, dan Tanah Abang. Gemeente Batavia selanjutnya diubah lagi menjadi Stad Gemeente Batavia pada tanggal 8 Januari 193510, dengan wilayah yang terintegrasi antara Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Gambar 2.2 Tijgersgracht Batavia11 Gambar 2.4 Peta Batavia 189712 Sumber: Wikipedia Gambar 2.3 Peta Batavia 166713 Sumber: Sumber: Wikipedia Wikipedia Pada tanggal 5 Maret 1942 Kota Batavia jatuh ke tangan bala tentara Jepang dan pada tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang dan mengganti nama kota menjadi ジャカルタ特別市 atau Jakaruta Tokubetsu Shi14, untuk menarik hati penduduk pada masa Perang Dunia II. Pemerintah Jepang selanjutnya menerbitkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1942 tentang Perubahan Tata Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa Pulau Jawa dibagi menjadi satuan-satuan daerah yang 10 Ibid 11 ‘Batavia, Dutch East Indies’, Wikipedia, dilihat 20 Maret 2017, https://en.wikipedia.org/wiki/Batavia,_Dutch_East_Indies 12 Ibid 13 Ibid 14 Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah, op. cit. hlm 60 II-4 Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 disebut Pemerintahan Keresidenan (Syuu). Keresidenan (Syuu) dibagi lagi menjadi beberapa Kabupaten (Ken) dan Kota (Shi). Pada masa pendudukan Jepang tersebut, Jakarta merupakan satu-satunya pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) di Indonesia. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Jakarta sempat diduduki oleh Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia sampai tahun 1949. Posisi Ibukota Negara sempat dipindahkan ke Jogjakarta15. Setelah pengakuan kedaulatan di Den Haag pada akhir tahun 1949, Ibukota negara kembali ke Jakarta, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1950, di mana kedudukan kota Djakarta ditetapkan sebagai daerah Swatantra yang disebut “Kotapradja Djakarta Raya” dengan Walikotanya adalah Soewiryo (1945-1951), Syamsuridjal (1951-1953), dan Soediro (1953-1960). Kota Djakarta ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I dengan Kepala Daerah yang berpangkat Gubernur pada tanggal 15 Januari 1960. Pada periode Gubernur Soemarno (1960-1964) terbit UU Nomor 2 Tahun 1961 tentang pembentukan “Pemerintahan Daerah Chusus Ibukota Djakarta Raya”. Sejak itu disebut Pemerintah DCI Djakarta Raya. Pada periode Gubernur Henk Ngantung (1964-1966) terbit UU Nomor 10 Tahun 1964 tentang Djakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia dengan nama “Djakarta”. Sejak itu Pemerintah DCI Djakarta Raya berubah menjadi Pemerintah DCI Djakarta. Pemerintah DCI Djakarta berubah menjadi Pemerintah Daerah DKI Djakarta pada periode Gubernur Ali Sadikin (1966-1977). Adapun gubernur selanjutnya berturut-turut yaitu Tjokropranolo (1977-1982), Soeprapto (1982-1987) dan Wiyogo Atmodarminto (1987-1992). Pada periode Gubernur Wiyogo Atmodarminto terbit UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Sejak itu sebutan Pemerintah Daerah DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sampai dengan periode Gubernur Surjadi Soedirdja (1992 – 1997). Pada periode Gubernur Sutiyoso (1997-2007) terbit Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Sejak itu sebutan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada akhir masa jabatan Gubernur Sutiyoso terbit Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, sebutan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak berubah. Sampai dengan saat ini Undang-Undang tersebut masih berlaku dan menjadi salah satu acuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi DKI Jakarta. 15 ‘Jakarta’, Wikipedia, op. cit. hlm 59 II-5 Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021 1.1.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah di Provinsi DKI Jakarta Pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi DKI Jakarta diatur dalam UU Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, di mana disebutkan bahwa Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah khusus yang berfungsi sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sekaligus sebagai daerah otonom pada tingkat provinsi. Dengan Otonomi Provinsi DKI Jakarta yang diletakkan pada tingkat provinsi sehingga Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta harus mengikuti dan menuruti asas otonomi, asas dekonsentrasi, asas tugas pembantuan, dan kekhususan sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu,
Recommended publications
  • Surrealist Painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection University of Wollongong Thesis Collections 1995 Surrealist painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong Recommended Citation Marianto, Martinus Dwi, Surrealist painting in Yogyakarta, Doctor of Philosophy thesis, Faculty of Creative Arts, University of Wollongong, 1995. http://ro.uow.edu.au/theses/1757 Research Online is the open access institutional repository for the University of Wollongong. For further information contact the UOW Library: [email protected] SURREALIST PAINTING IN YOGYAKARTA A thesis submitted in fulfilment of the requirements for the award of the degree DOCTOR OF PHILOSOPHY from UNIVERSITY OF WOLLONGONG by MARTINUS DWI MARIANTO B.F.A (STSRI 'ASRT, Yogyakarta) M.F.A. (Rhode Island School of Design, USA) FACULTY OF CREATIVE ARTS 1995 CERTIFICATION I certify that this work has not been submitted for a degree to any other university or institution and, to the best of my knowledge and belief, contains no material previously published or written by any other person, except where due reference has been made in the text. Martinus Dwi Marianto July 1995 ABSTRACT Surrealist painting flourished in Yogyakarta around the middle of the 1980s to early 1990s. It became popular amongst art students in Yogyakarta, and formed a significant style of painting which generally is characterised by the use of casual juxtapositions of disparate ideas and subjects resulting in absurd, startling, and sometimes disturbing images. In this thesis, Yogyakartan Surrealism is seen as the expression in painting of various social, cultural, and economic developments taking place rapidly and simultaneously in Yogyakarta's urban landscape.
    [Show full text]
  • Beberapa Tahun Belakangan, Konstelasi Politik DKI Jakarta Memanas. Tahun 2007 Merupakan Tahun Dimulainya Pemilihan Gubernur
    Jurnal PolGov Vol. I No. 1, 2019 35 Gubernur DKI Jakarta Dipilih Presiden: Sebuah Wacana yang Patut Dipertimbangkan Agung Wicaksono1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mempertimbangkan wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden. Wacana ini bisa dianggap sebagai jalan keluar dari kegaduhan politik yang ditimbulkan akibat pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta. Pilgub DKI Jakarta bermuara pada iklim politik yang tidak sehat. Polarisasi masyarakat semakin menguat dan itu tidak hanya terjadi di DKI Jakarta tetapi seluruh pelosok negeri. Masyarakat yang secara politik tidak terkait dengan DKI Jakarta pun turut ambil bagian dalam memanaskan situasi politik. Instabilitas politik di DKI Jakarta bisa berdampak pada instabilitas ekonomi. Tulisan ini berusaha menelaah wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden dengan menggunakan konsep desentralisasi asimetris. Ada dua mekanisme yang bisa digunakan, yakni mekanisme “minimum demokrasi prosedural” dan “zero demokrasi prosedural”. Studi literatur digunakan untuk menyintesiskan data-data dan argumentasi yang dibangun oleh penulis. Harapannya, tulisan ini bisa memberikan pemikiran dan alternatif baru dalam khazanah ilmu politik, khususnya dalam kajian mengenai pemilihan kepala daerah. Kata Kunci: DKI Jakarta; Pilkada; Desentralisasi Asimetris Pendahuluan Beberapa tahun belakangan, konstelasi politik DKI Jakarta memanas. Tahun 2007 merupakan tahun dimulainya pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta secara langsung oleh rakyat.2 Kemudian, 1 Penulis adalah dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau 2 Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 Jakarta hanya diikuti oleh dua pasangan, yakni Fauzi Bowo-Prijanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Dari tiga pilgub yang telah terjadi di Jakarta pasca dipilih langsung oleh rakyat (2007, 2012, dan 2016), pilgub ini tergolong lebih minim gejolak. Pilgub ini dimenangkan oleh Fauzi Bowo-Prijanto dengan mendapat suara sebesar 57,87%.
    [Show full text]
  • 23 Populasi MIGRATION, ETHNICITY and LOCAL
    Populasi Volume 24 Nomor 2 2016 Halaman 23-36 MIGRATION, ETHNICITY AND LOCAL POLITICS: THE CASE OF JAKARTA, INDONESIA Aulia Hadi and Riwanto Tirtosudarmo Research Center for Society and Culture, Indonesian Institute of Sciences Correspondence: Aulia Hadi (email: [email protected]) Abstract As the capital city of a country with the world’s fourth largest population, Jakarta, like many other big cities in the developing economies, for example, Mexico City or New Delhi, hosts migrants from all regions of the country. Without a doubt, Jakarta has increasingly become the major core of the agglomeration processes transforming it and its satellite cities into a Mega Urban Region (MUR). This paper traces historically the interactions between migration, ethnicities and local politics in Jakarta from the 1960s to the 2000s focusing on the latest development, in which the phenomenon ‘Ahok’, the nickname of Basuki Tjahaja Purnama, a Chinese-Christian from the small district of Belitung, has become an increasingly popular Governor of Jakarta. The paper argues that through the recent developments in Jakarta the politics have apparently been transformed into more civic, rather than ethnic politics. The nature of Jakarta as a proliferating migrant city transcends narrow cultural identities as well as conventional party politics into a more active citizenry through the widespread use of social media. Keywords: migration, ethnicity, local politics, new media Introduction had already started in the 17th century. Because of the low number of inhabitants, the Government of the Dutch East Indies The interconnection between migration, encouraged people to move to Batavia1 to ethnicity and politics has been thoroughly meet its labour needs.
    [Show full text]
  • The Framing of Ahok's Leadership Style in the Jakarta Post
    The Framing of Ahok’s Leadership Style in The Jakarta Post and The Jakarta Globe Articles Aulia Anggari 2225115510 A Thesis Submitted in Partial Fullfilment of the Requirement for the Degree of “Sarjana Sastra” English Department Faculty of Language and Art State University of Jakarta 2016 LEMBAR PERNYATAAN Yang bertandatangan dibawah ini, Nama : Aulia Anggari No Registrasi : 2225115510 Program Studi : Sastra Inggris Jurusan : Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas : Bahasa dan Seni Judul Skripsi : THE FRAMING OF AHOK’S LEADERSHIP STYLE IN THE JAKARTA POST AND THE JAKARTA GLOBE ARTICLES Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri. Apabila saya mengutip dari karya orang lain, maka saya mencantumkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta, apabila terbukti bahwa saya melakukan tindakan plagiat. Demikian saya buat pernyataan ini dengan sebenarnya. Jakarta, 29 Januari 2016 Aulia Anggari 2225115510 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Negeri Jakarta saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Aulia Anggari No Registrasi : 2225115510 Fakultas : Bahasa dan Seni Judul Karya : Skripsi Judul : THE FRAMING OF AHOK’S LEADERSHIP STYLE IN THE JAKARTA POST AND THE JAKARTA GLOBE ARTICLES Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Negeri Jakarta Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive free Right) atas karya ilmiah saya. Dengan Hak Bebas Royalti ini, Universitas Negeri Jakarta berhak untuk menyimpan, mengalih data/ formatkan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya di internet atau media lainnya untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
    [Show full text]
  • Henk Ngantung Painting History Study in CD-ROM
    ID Khazanah : Halaman Situs Blog Source : http://driwancybermuseum.wordpress.com/2012/04/02/heng-ngantung-painting- history-study-in-cd-rom/ Date of publication : 2 April 2012 Capture date : 20 April 2012 Henk Ngantung Painting History study in CD-ROM Posted on April 2, 2012 | Leave a comment 200,481 views all-time Henk Ngantung Painting History Collection Created By Dr Iwan suwandy,MHA Limited Private Edition In DD-ROM Copyright @ 2012 IVAA Documentation 1 ID Khazanah : Halaman Situs Blog Source : http://driwancybermuseum.wordpress.com/2012/04/02/heng-ngantung-painting- history-study-in-cd-rom/ Date of publication : 2 April 2012 Capture date : 20 April 2012 INTRODUCTION Years ago I found a few documents, paintings and sketches,painting book of Henk Ngantung from antique dealer friend in Jakarta, and I have written my blog web driwancybermuseum about the painter and has got quite a lot of responses from friends of the deceased. Last week I found a book written by Baharuddin MS book published earlier in January 1981, entitled Sketches Ngentung with Henk Henk illustration sketch creation Ngantung start puberty until the year 1935 1951.berjumlah 240.Buku begins with an introduction entitled Henk Ngantung The swaya know. Based on these two great discoveries I started doing more research from other sources that there is so into this paper. The next paper is written in English language support so that the deceased can be universally recognized by the world and his collection can be made heritage of the world, and if da links can be made a special
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda Adalah Pelaku
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan bangsa. Berbicara masalah pemuda tidak akan ada habisnya, perubahan besar yang terjadi pada bangsa ini tidak terlepas dari peran para pemuda yang pada saat itu cerdas, kritis dan kreatif. Sumpah pemuda 1928 lahir karena langkah strategis yang dilakukan oleh pemuda untuk menyatukan pemuda di seluruh tanah air menjadi satu bangsa dan satu bahasa. “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, sedangkan satu pemuda dapat mewujudkan mimpi mereka,” kata Bung Karno. Peran pemuda dalam mengisi kemerdekaan serta pembangunan nasional telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bangsa. Kepeloporan pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara harus dipertahankan sebagai generasi penerus yang memiliki jiwa pejuang, perintis dan kepekaan terhadap sosial, politik dan lingkungan. Hal ini dibarengi pula oleh sikap mandiri, disiplin, dan memiliki sifat yang bertanggungjawab, inovatif, ulet, tangguh, jujur, berani dan rela berkorban dengan dilandasi oleh semangat cinta tanah air. Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu ditandai dengan lahirnya generasi baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru yang mengukir sejarah baru itu adalah dari kalangan kaum muda. Perputaran sejarah juga telah membuktikan bahwa setiap generasi itu ada umurnya. Dengan demikian, nama-nama yang muncul sekarang sebagai calon pemimpin yang sebenarnya adalah satu generasi, juga ada umurnya. Inilah peluang yang mesti dijemput oleh kaum muda saat ini. Sebuah peluang untuk mempertemukan berakhirnya umur generasi itu dengan muara dari gerakan kaum muda untuk menyambut pergantian generasi dan menjaga perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran prestasi baru. Maka, harapannya adalah bagaimana kaum muda tidak membiarkan begitu saja sejarah melakukan pergantian generasi itu tanpa kaum muda menjadi subjek di dalamnya.
    [Show full text]
  • Ide Ahok, Peletakan Batu Pertama Sumarsono, Diresmikan Anies
    Money Grams $1 = Rp 13.939,- Kurs BI $1 = Rp 14.394- Tutup Tiap Senin Dan Selasa Jum’at 07/27/18 Edisi 1027 Lapangan Banteng Ide Ahok, Peletakan batu Pertama Sumarsono, Diresmikan Anies Siapa yang kenal dengan Lapangan sebenarnya dimulai pada tahun 1960-an. Banteng? Baru-baru ini saja, bukan? Kisah kuno dari sang Gubernur Henk Lapangan Banteng adalah sebuah spot Ngantung itu, membuat sang gubernur di Jakarta yang terletak dekat dengan Jakarta periode 1963-1965 Masjid Istiqlal, Gereja Katolik Katedral, memvisualisasikan pembangunan Patung SMAN 1 Budi Utomo, Hotel Borobudur, Pembebasan Irian Barat. Dahulu kala, dan Sekolah khusus perempuan, Santa rakyat Indonesia dengan semangat dan Ursula. Tidak ada yang pernah darah nasionalis yang mengalir deras di mengetahui apa itu Lapangan Banteng. dalam setiap pembuluh darah dari aorta Lapangan Banteng adalah sebuah sampai vena, menginginkan Irian Barat lapangan, yang dibangunkan tugu menjadi milik Indonesia. Monumen Patung Pembebasan Papua. Kisah ini Pembebasan Irian Barat ini menjadi bersambung ke hal 4 02 www.sipbuletin.com www.sipbuletin.com Money Grams $1 = Rp 13.939,- Kurs BI $1 = Rp 14.394- Tutup Tiap Senin Dan Selasa Jum’at 07/27/18 Edisi 1027 Lapangan Banteng Ide Ahok, Peletakan batu Pertama Sumarsono, Diresmikan Anies Siapa yang kenal dengan Lapangan sebenarnya dimulai pada tahun 1960-an. Banteng? Baru-baru ini saja, bukan? Kisah kuno dari sang Gubernur Henk Lapangan Banteng adalah sebuah spot Ngantung itu, membuat sang gubernur di Jakarta yang terletak dekat dengan Jakarta periode 1963-1965 Masjid Istiqlal, Gereja Katolik Katedral, memvisualisasikan pembangunan Patung SMAN 1 Budi Utomo, Hotel Borobudur, Pembebasan Irian Barat.
    [Show full text]
  • Kebijakan Pemerintah Provinsi Dki Jakarta Atas Penghentian Proyek Reklamasi Pantai Utara
    KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS PENGHENTIAN PROYEK REKLAMASI PANTAI UTARA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : MOHAMMAD RIFQI AZIZ NIM: 11140450000084 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS PENGHENTIAN PROYEK REKLAMASI PANTAI UTARA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : MOHAMMAD RIFQI AZIZ 11140450000084 Di Bawah Bimbingan Pembimbing Dr. H. Rumadi, M. Ag. NIP: 19690304 199703 1 001 002 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019M i Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner ABSTRAK MOHAMMAD RIFQI AZIZ, NIM: 11140450000084, Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Atas Penghentian Proyek Reklamasi Pantai Utara, Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2019. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertanggung jawab dalam proyek Reklamasi Pantai Utara memutuskan untuk menghentikan pembangunan proyek Reklamasi dengan mencabut 13 izin pulau dari total 17 pulau yang rencananya akan dibangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui landasan hukum serta implementasi dan implikasi dari langkah Pemprov DKI dalam melanjutkan pembangunan 4 pulau reklamasi yang tidak dicabut
    [Show full text]
  • POLITIK IDENTITAS DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DKI JAKARTA (Studi Analisis Wacana Terhadap Pidato Basuki Tjahaja Purnama Di
    POLITIK IDENTITAS DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DKI JAKARTA (Studi Analisis Wacana Terhadap Pidato Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu Pada Tanggal 27 September 2016) Disusun Oleh : Muammar Achmat Tahir 110906072 Dosen Pembimbing : Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara UNIVERITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK MUAMMAR ACHMAT TAHIR (110906072) POLITIK IDENTITAS DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DKI JAKARTA (Studi Analisis Wacana Terhadap Pidato Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu Pada Tanggal 27 September 2016) Rincian skripsi: 109 halaman, 21 buku, 8 majalah, 11 jurnal harian, 1 skripsi, 4 Undang-Undang, dan 19 situs internet. ABSTRAK Penelitian ini mencoba menguraikan makna dari penyebutan kata Al- Maidah Ayat 51 yang ada pada pidato Basuki Tjahaja Purnama tanggal 27 September 2016 di Kepulauan Seribu dilihat dari perspektif identitas Laclau dan Mouffe. Penelitan ini dilatarbelakangi oleh kontroversi pidato Basuki Tjahaja Purnama di Kepulauan Seribu yang berujung pada kasus hukum atas dugaan Penodaan Agama. Akhir dari proses persidangan atas kasus tersebut ialah dikeluarkannya Putusan Majelis Hakim PN Jakarta Utara yang menyatakan bahwa Basuki terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan pidana penodaan agama, dan menjatukan pidana kepada Basuki dengan penjara selama dua tahun. Teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini ialah teori analisis wacana Teun A. Van Dijk, untuk memahami makna dari pidato Basuki baik secara umum maupun secara khusus yaitu pada bagian penyebutan kata surat Al- Maidah Ayat 51. Teori Wacana Foucault digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kekuasaan dan wacana. Terakhir, teori yang digunakan pada penelitian ini ialah teori wacana Laclau dan Mouffe, untuk melihat hubungan secara langsung antara politik dan wacana.
    [Show full text]
  • Muslim Moderates and Democratic Breakdown in Indonesia
    Muslim Moderates and Democratic Breakdown in Indonesia Forthcoming, Asian Studies Review Jeremy Menchik Assistant Professor Frederick S. Pardee School of Global Studies Boston University [email protected] December 14, 2018 Abstract: For much of the 2000s, scholars and activists lauded Indonesia’s surprisingly successful transition to democracy. Recent years, however, have made imperfections visible to the point where the breakdown of Indonesian democracy is imaginable if not yet underway. This article investigates the conditions under which moderate Islamic organizations support non- democratic values and actors, and by doing so contribute to Indonesia’s democratic decline. Drawing on original survey data and interviews, as well as case studies in which the preferences of Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah leaders have become visible, this paper argues that these organizations’ values are compatible with both democracy and authoritarianism. While NU and Muhammadiyah exemplify the civic associational ties and democratic culture that are necessary for making democracy work, civic pluralism is not their only value. NU and Muhammadiyah have a hierarchy of values that they promote and defend, and are willing to forgo civic pluralism in order to combat blasphemy against Islam, ensure Muslim control over overwhelmingly Muslim regions, and limit political expression concerning heterodox approaches to Islam or non-Muslim involvement in matters of aqidah (faith). NU and Muhammadiyah also operate within the country’s political patronage system, and their material interests can lead them away from supporting democratic values. Keywords: democracy, authoritarianism, Indonesia, Islam, moderates Acknowledgements: I am grateful for thoughtful feedback from Donald Emmerson, Robert Hefner, and Kaija Schilde. I am especially thankful to Gustav Brown and Amelia Fauzia for organizing this special issue, and to the editor David Hundt and the two anonymous reviewers for outstanding advice on how to improve the manuscript.
    [Show full text]
  • Kata Pengantar
    KATA PENGANTAR Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan mengamanatkan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk melaksanakan pengelolaan arsip statis berskala nasional yang diterima dari lembaga negara, perusahaan, organisasi politik, kemasyarakatan dan perseorangan. Pengelolaan arsip statis bertujuan menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban nasional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Arsip statis yang dikelola oleh ANRI merupakan memori kolektif, identitas bangsa, bahan pengembangan ilmu pengetahuan, dan sumber informasi publik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pengolahan arsip statis, maka khazanah arsip statis yang tersimpan di ANRI harus diolah dengan benar berdasarkan kaidah-kaidah kearsipan sehingga arsip statis dapat ditemukan dengan cepat, tepat dan lengkap. Pada tahun anggaran 2016 ini, salah satu program kerja Sub Bidang Pengolahan Arsip Pengolahan I yang berada di bawah Direktorat Pengolahan adalah menyusun Guide Arsip Presiden RI: Sukarno 1945-1967. Guide arsip ini merupakan sarana bantu penemuan kembali arsip statis bertema Sukarno sebagai Presiden dengan kurun waktu 1945-1967 yang arsipnya tersimpan dan dapat diakses di ANRI. Seperti kata pepatah, “tiada gading yang tak retak”, maka guide arsip ini tentunya belum sempurna dan masih ada kekurangan. Namun demikian guide arsip ini sudah dapat digunakan sebagai finding aid untuk mengakses dan menemukan arsip statis mengenai Presiden Sukarno yang tersimpan di ANRI dalam rangka pelayanan arsip statis kepada pengguna arsip (user). Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan ANRI, anggota tim, Museum Kepresidenan, Yayasan Bung Karno dan semua pihak yang telah membantu penyusunan guide arsip ini hingga selesai. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa membalas amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan.
    [Show full text]
  • Comfort Women” and the Fail to Redress by Amrina Rosyada 17
    BEST ESSAYS OF 2018 Copyright © 2018 by ISRSF (Indonesian Scholarship and Research Support Foundation) All rights reserved. This book or any portion there of may not be reproduced or used in any manner whatsoever without the express written permission of the publisher except for the use of brief quotations in a book review. Jakarta, June 2018 www.ISRSF.org TABLE OF CONTENTS PREFACE 3 I. WOMEN’S ESSAYS Women’s matter: In what ways prosper and healthy indigenous women influence development in Indonesia? by Mu’minah Awaludin 7 The Long and Winding Road:Japanese Army’s “Comfort Women” and the Fail to Redress by Amrina Rosyada 17 Belis: The Chain of Poverty Behind the Marriage Tradition of Southwest Sumba Society by Christiayu Natalia 27 The Panel of also conferred Honorable Mention Award Certificates to recognize the excellent essays written by : Assalamualaikum: behind the hidden street harassment and the abused Islamic greeting by Dianty Widyowati Ningrum 33 Dilemma of Family Planning Program: An Ethnography Study in East Aceh 2015 by Lafy Munira 43 Reaching Heights, Yet Uneven grounds : THE POLITICS OF INDIGENOUS REPRESENTATION IN INDONESIA by Annisa Sabrina Hartoto 49 II. HISTORY ESSAYS Ambivalent Identities of Chinese Indonesian Artists in the 1950s-1960s: The Case of Yin Hua Art Organization by Brigitta Isabella 61 Sugar Economy and Loss of Opportunity to take off: Failure of Industrialization in Surabaya in the mid-19th and early 20th century by Mulyadi 73 Gender Diversity at Stake: On the Pervasiveness of Political Heteronormativity
    [Show full text]