Strategi Kampanye Campuran (Pra-Modern Dan Modern) Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Strategi Kampanye Campuran (Pra-Modern dan Modern) Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 Triana Mitayani dan Ikhsan Darmawan Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstrak Penelitian ini membahas mengenai strategi kampanye campuran yang digunakan oleh Jokowi-Ahok pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Fokus penelitian ini yaitu menjelaskan bahwa kampanye yang dilakukan Jokowi-Ahok merupakan strategi kampanye campuran atau kampanye post-modern. Kampanye post-modern adalah campuran antara kampanye pra-modern dan kampanye modern. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data primer melalui wawancara mendalam dan dilengkapi dengan penelusuran data sekunder melalui buku, jurnal, artikel online dan sumber lainnya. Dari penelitian ini ditemukan bahwa dipilihnya strategi kampanye campuran pada pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jokowi-Ahok ditentukan oleh keterampilan kandidat, keterampilan tim kampanye, penggambaran media dan lanskap politik. Kata Kunci: Jokowi-Ahok, kampanye pra-modern, kampanye modern, strategi kampanye campuran. Abstract This thesis discusses about campaign strategy which used by Jokowi-Ahok during the Jakarta’s Governor Election 2012. This thesis focused to explain that Jokowi-Ahok’s campaign strategy is mixed campaign strategy or post-modern campaign. Post-modern campaign is acombination between pra-modern and modern campaign. This research is a qualitative methods with primary data collected in-depth interview and secondary data collected books, journals, online articles and other sources as a data collection techinques. The result of this thesis is the mixed campaign strategy by Jokowi-Ahok as a Governor and vice Governor is determined by personal skill of candidates, skill of campaign team, the media’s image and political landscape. Keywords: Jokowi-Ahok, pre-modern campaign, modern campaign, mixed campaign strategy. I. Latar Belakang Pada setiap pemilihan yang berlangsung hampir pasti diadakan kampanye untuk menarik dukungan masyarakat. Secara umum, cara atau strategi kampanye dapat digolongkan ke dalam bentuk kampanye tradisional dan kampanye modern. Secara khusus, di Indonesia, kampanye tradisional identik dengan pemasangan baliho, spanduk, mengadakan pawai dan panggung- panggung hiburan rakyat yang dimeriahkan oleh artis-artis dan tim sukses atau kandidat itu Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 sendiri untuk memperkenalkan program kandidat. Namun, dalam tulisan Andreas Ufen yang berjudul “Campaigning in Indonesia: The Professionalization and Commercialization After 1998” dikatakan bahwa efek dari teknik-teknik kampanye tradisional seperti penyebaran pamflet, penggunaan papan iklan, poster, penggalangan massa, pawai, dan sebagainya tidak lagi sebesar seperti pada pemilu tahun 1950-an.1 Seiring dengan berkurangnya efek kampanye tradisional muncul gaya kampanye baru atau yang disebut sebagai kampanye modern. Dalam tulisan John K. Dalager disebutkan beberapa ciri dari gaya kampanye modern. Ciri pertama adalah calon mencari dukungan masyarakat melalui media massa dalam melakukan kampanye. Ciri kedua adalah dalam melakukan kampanye, strategi dan taktik yang digunakan, dirancang dan dilaksanakan oleh staf kampanye profesional yang terlatih dalam penggunaan teknologi. Ciri kampanye yang ketiga yaitu kegiatan kampanye dibiayai melalui kegiatan penggalangan dana mandiri.2 Teknologi informasi dan komunikasi modern sekarang adalah elemen inti dari kampanye politik.3 Oleh karena itu, selain dari penggunaan poster, spanduk dan pergi ke tempat tertentu untuk bertemu masyarakat, partai politik juga menggunakan media hemat biaya seperti ponsel, kampanye online seperti website, dan lain-lain.4 Banyak penelitian yang mencatat penurunan bentuk kampanye tradisional seperti pawai dan pertemuan dari pintu ke pintu dan telah berkembang menjadi kampanye yang lebih modern salah satunya ditandai dengan pertumbuhan konsultan politik. Secara umum, penelitian yang melihat bahwa perubahan bentuk kampanye tradisional ke kampanye modern dikarenakan perubahan komunikasi kampanye yang dipahami sebagai proses evolusi modernisasi yang secara bersamaan mengubah organisasi partai, media, dan pemilih.5 Dengan kata lain telah terjadi 1 Andreas Ufen, “Electoral Campaigning in Indonesia: The Professionalization and Commercialization after 1998”, Journal of Current Southeast Asian Affairs 29, 4, 2010, hal. 20, http://www.researchgate.net/publication/49912200_Electoral_Campaigning_in_Indonesia_The_Professionalization _and_Commercialization_after_1998/file/9c960529e168bcc9e4.pdf, diakses pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 14.00 WIB. 2 Jon K. Dalager, “Voters, Issues, and Elections: Are the Candidates' Messages Getting Through?”, The Journal of Politics, Vol. 58, No. 2 (May, 1996), pp. 486-515, http://www.jstor.org/stable/2960236, diakses pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 15.46 WIB. 3 S. Arulchelvan, “New Media Communication Strategies for Election Campaigns: Experiences of Indian Political Parties”, Online Journal of Communication and Media Technologies Volume: 4 – Issue: 3 – July – 2014. Hlm 126. Diakses dari http://www.ojcmt.net/articles/43/436.pdf, pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 19.22 WIB. 4 Ibid., hlm 130 5 Frederick Fletcher (ed.), Media, Elections and Democracy. Toronto: Dundurn Press, 1991; David Butler and Austin Ranney, Electioneering. Oxford: Clarendon Press, 1992; Shaun Bowler and David M. Farrell (eds.), Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 perubahan bentuk kampanye dari jenis kampanye pra-modern ke bentuk kampanye modern dan semakin jauh berkembang menjadi kampanye post-modern. Kampanye pra-modern merupakan bentuk kampanye yang menerapkan strategi kampanye tradisional seperti bertemu langsung dengan masyarakat. Sementara itu kampanye modern merupakan kampanye dengan strategi yang lebih lengkap yaitu sudah ada konsultan profesional seperti lembaga survei dan ditandai dengan penggunaan televisi sebagai media komunikasi. Sementara kampanye post-modern merupakan strategi kampanye yang lebih kompleks yaitu konsultan semakin berperan besar dalam merancang strategi. Selain itu ciri khas dari kampanye post-modern adalah mulai digunakannya internet melalui berbagai media sosial sebagai pelengkap media massa yaitu televisi. Kemudian, dalam kampanye post-modern juga tetap terdapat bentuk kampanye pra-modern yaitu pertemuan kandidat dengan masyarakat yang lebih aktif dan iteraktif.6 Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kampanye post- modern merupakan kampanye campuran antara pra-modern dan modern. Setiap pemilihan di berbagai negara, kandidat pemilihan akan melakukan berbagai cara dalam kampanye untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat baik menggunakan cara kampanye tradisional atau cara kampanye modern. Salah satunya terjadi di Indonesia pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta diikuti oleh 6 pasangan calon yaitu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Hendardji Soepandji – Ahmad Riza Patria, Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama, Hidayat Nur Wahid – Didik J Rachbini, Faisal Basri – Biem Benyamin, dan Alex Noerdin- Nono Sampono. Dalam pemilihan Gubernur tersebut pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama berhasil memenangkan pemilu dalam 2 kali putaran dan menjadi Gubernur serta Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta periode 2012-2017. Sebagai pasangan terpilih, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa dipanggil Jokowi-Ahok bisa dikatakan sebagai pasangan yang sukses menerapkan strategi kampanyenya. Strategi kampanye Jokowi-Ahok sendiri dapat dilihat melalui berbagai cara yang dilakukan. Cara pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan blusukan dengan turun ke masyarakat, bertemu langsung dengan masyarakat untuk mendengarkan aspirasi secara langsung. Electoral Strategies and Political Marketing London: Macmillan, 1992; Richard Gunther and Anthony Mughan (eds.), Democracy and the Media: A Comparative Perspective. Cambridge University Press, 2000; Bruce I. Newman (ed.), The Handbook of Political Marketing. Thousand Oaks, CA: Sage, 1999 dalam Pippa Norris, A Virtuous Circle: political Communication in Postindustrial Societies, UK: Cambridge university Press, 2000. Hlm 137. 6 Pippa Norris, A Virtuous Circle: political Communication in Postindustrial Societies, New York: Cambridge university Press, 2000. Hlm 139-140. Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 Cara kedua yang dilakukan adalah dengan membentuk relawan dan menggunakan relawan tersebut untuk menarik dukungan masyarakat. Cara ketiga yang dilakukan adalah dengan menggunakan media sosial. Cara kampanye yang dilakukan Jokowi-Ahok juga didukung dengan peran televisi yang berisi pemberitaan tentang Jokowi-Ahok selain iklan kampanye yang dilakukan. Dalam merancang strategi kampanye tersebut, Jokowi-Ahok menggunakan konsultan politik yaitu Cyrus Network, Cirus Surveyors Group dan Polmark Indonesia untuk membantu kandidat dan tim sukses. Beberapa faktor tentunya menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi kampanye campuran pasangan Jokowi-Ahok tersebut. Sehingga rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi kampanye campuran yang dilakukan oleh pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012? 2. Apa saja yang menjadi alasan pemilihan strategi kampanye campuran yang dilakukan oleh pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada pemilihan gubernur DKI Jakarta Tahun 2012? II. Tinjauan Teoritis Campaign Communications