Strategi Kampanye Campuran (Pra-Modern dan Modern) Pasangan - pada Pemilihan Gubernur DKI 2012

Triana Mitayani dan Ikhsan Darmawan Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstrak Penelitian ini membahas mengenai strategi kampanye campuran yang digunakan oleh Jokowi-Ahok pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Fokus penelitian ini yaitu menjelaskan bahwa kampanye yang dilakukan Jokowi-Ahok merupakan strategi kampanye campuran atau kampanye post-modern. Kampanye post-modern adalah campuran antara kampanye pra-modern dan kampanye modern. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data primer melalui wawancara mendalam dan dilengkapi dengan penelusuran data sekunder melalui buku, jurnal, artikel online dan sumber lainnya. Dari penelitian ini ditemukan bahwa dipilihnya strategi kampanye campuran pada pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jokowi-Ahok ditentukan oleh keterampilan kandidat, keterampilan tim kampanye, penggambaran media dan lanskap politik.

Kata Kunci: Jokowi-Ahok, kampanye pra-modern, kampanye modern, strategi kampanye campuran.

Abstract This thesis discusses about campaign strategy which used by Jokowi-Ahok during the Jakarta’s Governor Election 2012. This thesis focused to explain that Jokowi-Ahok’s campaign strategy is mixed campaign strategy or post-modern campaign. Post-modern campaign is acombination between pra-modern and modern campaign. This research is a qualitative methods with primary data collected in-depth interview and secondary data collected books, journals, online articles and other sources as a data collection techinques. The result of this thesis is the mixed campaign strategy by Jokowi-Ahok as a Governor and vice Governor is determined by personal skill of candidates, skill of campaign team, the media’s image and political landscape.

Keywords: Jokowi-Ahok, pre-modern campaign, modern campaign, mixed campaign strategy.

I. Latar Belakang

Pada setiap pemilihan yang berlangsung hampir pasti diadakan kampanye untuk menarik dukungan masyarakat. Secara umum, cara atau strategi kampanye dapat digolongkan ke dalam bentuk kampanye tradisional dan kampanye modern. Secara khusus, di Indonesia, kampanye tradisional identik dengan pemasangan baliho, spanduk, mengadakan pawai dan panggung- panggung hiburan rakyat yang dimeriahkan oleh artis-artis dan tim sukses atau kandidat itu

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 sendiri untuk memperkenalkan program kandidat. Namun, dalam tulisan Andreas Ufen yang berjudul “Campaigning in Indonesia: The Professionalization and Commercialization After 1998” dikatakan bahwa efek dari teknik-teknik kampanye tradisional seperti penyebaran pamflet, penggunaan papan iklan, poster, penggalangan massa, pawai, dan sebagainya tidak lagi sebesar seperti pada pemilu tahun 1950-an.1 Seiring dengan berkurangnya efek kampanye tradisional muncul gaya kampanye baru atau yang disebut sebagai kampanye modern. Dalam tulisan John K. Dalager disebutkan beberapa ciri dari gaya kampanye modern. Ciri pertama adalah calon mencari dukungan masyarakat melalui media massa dalam melakukan kampanye. Ciri kedua adalah dalam melakukan kampanye, strategi dan taktik yang digunakan, dirancang dan dilaksanakan oleh staf kampanye profesional yang terlatih dalam penggunaan teknologi. Ciri kampanye yang ketiga yaitu kegiatan kampanye dibiayai melalui kegiatan penggalangan dana mandiri.2 Teknologi informasi dan komunikasi modern sekarang adalah elemen inti dari kampanye politik.3 Oleh karena itu, selain dari penggunaan poster, spanduk dan pergi ke tempat tertentu untuk bertemu masyarakat, partai politik juga menggunakan media hemat biaya seperti ponsel, kampanye online seperti website, dan lain-lain.4 Banyak penelitian yang mencatat penurunan bentuk kampanye tradisional seperti pawai dan pertemuan dari pintu ke pintu dan telah berkembang menjadi kampanye yang lebih modern salah satunya ditandai dengan pertumbuhan konsultan politik. Secara umum, penelitian yang melihat bahwa perubahan bentuk kampanye tradisional ke kampanye modern dikarenakan perubahan komunikasi kampanye yang dipahami sebagai proses evolusi modernisasi yang secara bersamaan mengubah organisasi partai, media, dan pemilih.5 Dengan kata lain telah terjadi

1 Andreas Ufen, “Electoral Campaigning in Indonesia: The Professionalization and Commercialization after 1998”, Journal of Current Southeast Asian Affairs 29, 4, 2010, hal. 20, http://www.researchgate.net/publication/49912200_Electoral_Campaigning_in_Indonesia_The_Professionalization _and_Commercialization_after_1998/file/9c960529e168bcc9e4.pdf, diakses pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 14.00 WIB. 2 Jon K. Dalager, “Voters, Issues, and Elections: Are the Candidates' Messages Getting Through?”, The Journal of Politics, Vol. 58, No. 2 (May, 1996), pp. 486-515, http://www.jstor.org/stable/2960236, diakses pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 15.46 WIB. 3 S. Arulchelvan, “New Media Communication Strategies for Election Campaigns: Experiences of Indian Political Parties”, Online Journal of Communication and Media Technologies Volume: 4 – Issue: 3 – July – 2014. Hlm 126. Diakses dari http://www.ojcmt.net/articles/43/436.pdf, pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 19.22 WIB. 4 Ibid., hlm 130 5 Frederick Fletcher (ed.), Media, Elections and Democracy. Toronto: Dundurn Press, 1991; David Butler and Austin Ranney, Electioneering. Oxford: Clarendon Press, 1992; Shaun Bowler and David M. Farrell (eds.),

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 perubahan bentuk kampanye dari jenis kampanye pra-modern ke bentuk kampanye modern dan semakin jauh berkembang menjadi kampanye post-modern. Kampanye pra-modern merupakan bentuk kampanye yang menerapkan strategi kampanye tradisional seperti bertemu langsung dengan masyarakat. Sementara itu kampanye modern merupakan kampanye dengan strategi yang lebih lengkap yaitu sudah ada konsultan profesional seperti lembaga survei dan ditandai dengan penggunaan televisi sebagai media komunikasi. Sementara kampanye post-modern merupakan strategi kampanye yang lebih kompleks yaitu konsultan semakin berperan besar dalam merancang strategi. Selain itu ciri khas dari kampanye post-modern adalah mulai digunakannya internet melalui berbagai media sosial sebagai pelengkap media massa yaitu televisi. Kemudian, dalam kampanye post-modern juga tetap terdapat bentuk kampanye pra-modern yaitu pertemuan kandidat dengan masyarakat yang lebih aktif dan iteraktif.6 Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kampanye post- modern merupakan kampanye campuran antara pra-modern dan modern. Setiap pemilihan di berbagai negara, kandidat pemilihan akan melakukan berbagai cara dalam kampanye untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat baik menggunakan cara kampanye tradisional atau cara kampanye modern. Salah satunya terjadi di Indonesia pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta diikuti oleh 6 pasangan calon yaitu -Nachrowi Ramli, Hendardji Soepandji – Ahmad Riza Patria, Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama, Hidayat Nur Wahid – Didik J Rachbini, Faisal Basri – Biem Benyamin, dan Alex Noerdin- Nono Sampono. Dalam pemilihan Gubernur tersebut pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama berhasil memenangkan pemilu dalam 2 kali putaran dan menjadi Gubernur serta Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta periode 2012-2017. Sebagai pasangan terpilih, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa dipanggil Jokowi-Ahok bisa dikatakan sebagai pasangan yang sukses menerapkan strategi kampanyenya. Strategi kampanye Jokowi-Ahok sendiri dapat dilihat melalui berbagai cara yang dilakukan. Cara pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan blusukan dengan turun ke masyarakat, bertemu langsung dengan masyarakat untuk mendengarkan aspirasi secara langsung.

Electoral Strategies and Political Marketing London: Macmillan, 1992; Richard Gunther and Anthony Mughan (eds.), Democracy and the Media: A Comparative Perspective. Cambridge University Press, 2000; Bruce I. Newman (ed.), The Handbook of Political Marketing. Thousand Oaks, CA: Sage, 1999 dalam Pippa Norris, A Virtuous Circle: political Communication in Postindustrial Societies, UK: Cambridge university Press, 2000. Hlm 137. 6 Pippa Norris, A Virtuous Circle: political Communication in Postindustrial Societies, New York: Cambridge university Press, 2000. Hlm 139-140.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 Cara kedua yang dilakukan adalah dengan membentuk relawan dan menggunakan relawan tersebut untuk menarik dukungan masyarakat. Cara ketiga yang dilakukan adalah dengan menggunakan media sosial. Cara kampanye yang dilakukan Jokowi-Ahok juga didukung dengan peran televisi yang berisi pemberitaan tentang Jokowi-Ahok selain iklan kampanye yang dilakukan. Dalam merancang strategi kampanye tersebut, Jokowi-Ahok menggunakan konsultan politik yaitu Cyrus Network, Cirus Surveyors Group dan Polmark Indonesia untuk membantu kandidat dan tim sukses. Beberapa faktor tentunya menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi kampanye campuran pasangan Jokowi-Ahok tersebut. Sehingga rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi kampanye campuran yang dilakukan oleh pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012?

2. Apa saja yang menjadi alasan pemilihan strategi kampanye campuran yang dilakukan oleh pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada pemilihan gubernur DKI Jakarta Tahun 2012?

II. Tinjauan Teoritis

Campaign Communications Strategy Bentuk-bentuk kampanye menurut Pippa Noris dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu, kampanye pra-modern, kampanye modern dan kampanye post-modern. Pertama, kampanye pra- modern dipahami dengan karakteristik yaitu organisasi kampanye didasarkan pada bentuk langsung komunikasi interpersonal antara kandidat dan warga di tingkat lokal, media bertindak sebagai perantara inti antara partai dan masyarakat, pemilih merupakan loyalitas atau simpatisan partai. Selama era ini, partai lokal memilih calon, menemui masyarakat langsung ke rumah- rumah warga, menyebar pamflet, dan lain sebagainya. Basis adalah jaringan organisasi berupa relawan partai yang tersebar di wilayah setempat. Relasi antara kandidat pemilu dan masyarakat seperti kontak tatap muka.7 Kedua, Kampanye modern didefinisikan sebagai mereka yang memiliki organisasi partai yang dikoordinasikan pada tingkat pusat atau nasional oleh para pemimpin politik, perencanaan kampanye disarankan oleh konsultan profesional seperti lembaga survei, berita di televisi

7 Ibid. Hlm 1.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 nasional menjadi forum acara kampanye, Di bawah kampanye baru ini pemilih menjadi lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan pertemuan langsung dengan kandidat pemilu dan menjadi lebih pasif karena hanya menonton televisi.8 Ketiga, Kampanye post-modern dipahami ketika konsultan profesional merancang hampir semua strategi dalam kampanye seperti iklan, opini publik, pemasaran dan manajemen berita, bentuk kampanye lebih permanen, serta mengkoordinasikan kegiatan lokal yang lebih erat di tingkat akar rumput, media menjadi lebih kompleks dalam pemberitaan kampanye dikarenakan kehadiran internet dalam melengkapi pemberitaan televisi, terdapat pertemuan langsung dengan masyarakat namun lebih aktif dan interaktif antara kandidat dengan masyarakat, sebagai bentuk keterlibatan tahap pra-modern. Kampanye post-modern juga merupakan saluran baru kampanye dikarenakan menggabungkan cara-cara pra-modern dan modern.9

Modern Political Communications (National-Passive)

Post-modern communications Pre-modern (mixed) communications (local-active)

Skema 1.1: Campaign Communications in Post-industrial Societies Sumber: Ronald Inglehart, Modernization and Postmodernization: Cultural, Economic and Political Change in 43 Societies. Princeton, NJ: Princeton University Press, 1997.

Candidates Effectiveness Dalam menentukan suatu strategi kampanye yang digunakan, tentunya setiap kandidat memiliki berbagai pertimbangan. Mengenai hal ini terdapat beberapa faktor pertimbangan dari efektifitas kandidat yang meliputi:10

8 Ibid. 9 Ibid. 10 Jonathan Paul Day, The Startegy of Presidential Campaigns, dissertation, University of Iowa, 2010. Hlm 21

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 1. Personal skill of the candidate 2. The skill of the candidate’s campaign team 3. The media’s portrayal of the candidate 4. The political landscape Faktor pertama adalah Personal skill of the candidate yaitu dimana setiap kandidat memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan kampanye untuk mempengaruhi pemilih. Setiap kandidat memiliki kemampuan politik yang berbeda tergantung dari pengalaman karir politiknya. Level kemampuan kandidat ini, secara tidak langsung mempengaruhi pemilih untuk memilih mereka.11 Faktor kedua adalah the skill of the candidate’s campaign team atau keterampilan tim kampanye kandidat. Beberapa tim kampanye hanya untuk membantu kandidat mereka dalam memanfaatkan sumber daya. Terdapat pula tim kampanye yang lebih efektif dalam memanfaatkan sumber daya.12 Faktor ketiga adalah the media’s portrayal of the candidate atau penggambaran media mengenai kandidat. Media yang dimaksud adalah koran, TV dan radio. Jika media selalu menggambarkan calon secara negatif, maka mustahil untuk calon mendapat dukungan masyarakat. Faktor keempat adalah the political landscape. Lanskap politik dapat memiliki pengaruh besar pada efektivitas kandidat.13

III. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif ditandai dengan tujuan-tujuannya yang berhubungan dengan memahami beberapa aspek kehidupan sosial, dan metode yang (pada umumnya) menghasilkan kata-kata, bukan angka, sebagai data untuk analisis.14 Dalam penelitian ini metode kualitatif tidak bersifat numerik tetapi bersifat menjelaskan. Peneliti melakukan wawancara mendalam (in depth interview) dan studi dokumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berjenis analisis studi kasus. Wawancara mendalam adalah jenis wawancara yang digunakan untuk mengeksplorasi secara rinci dari persepsi responden sendiri.15 Teknik pengumpulan data juga dilakukan melalui studi dokumen. Jenis data

11 Ibid. 12 David R. Runkel (ed), Campaign for President: The Managers Look at ’88. Dover Massa chusetts: Auburn House Publishing Company, 1989. 13 Opcit., Hlm 22 14 Michael Quinn Patton and Michael Cochran, “A Guide to Using Qualitative Research Methodology”, 2002. Diakses dari http://fieldresearch.msf.org/msf/bitstream/10144/84230/1/Qualitative%20research%20methodolo gy.pdf,pada Jumat, 13 Maret 2015 pukul 14.39 WIB. 15 Ibid.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 yang penulis gunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari wawancara mendalam yang penulis lakukan terhadap narasumber atau informan. Data sekunder merupakan sumber data yang penulis dapat dari referensi seperti buku, jurnal ilmiah dan artikel berita yang penulis baca di internet.

IV. Strategi Kampanye Campuran Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada Pemilihan Gubenrnur DKI Jakarta 2012 Pada tahun 2012, DKI Jakarta menyelenggarakan pemilihan gubernur untuk periode 2012-2017 yang berlangsung dua putaran. Pada putaran pertama pasangan Jokowi-Ahok mendapat suara sebesar 42,60%.16 Pada putaran kedua pasangan Jokowi-Ahok berhasil menang dengan perolehan suara 53,82%17, dan terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Kemenangan pasangan Jokowi-Ahok ini dikarenakan keberhasilannya menggunakan cara kampanye campuran yaitu menggabungkan cara tradisional atau pra-modern dan juga modern. Strategi kampanye campuran tersebut dipraktekkan dengan melakukan blusukan, menggunakan konsultan politik, menggunakan media televisi untuk iklan kampanye dan pemberitaan, serta menggunakan media sosial.

Blusukan Blusukan merupakan sebutan untuk cara berkampanye yang dilakukan oleh pasangan Jokowi-Ahok dengan menemui masyarakat secara langsung ke rumah-rumah masyarakat atau pertemuan tatap muka. Blusukan yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok merupakan cara kampanye khas dan telah menjadi identitas dari Jokowi itu sendiri. Menurut Marihot Napitupulu, blusukan lebih efektif mendekatkan kandidat ke masyarakat dibanding dengan mengadakan kampanye yang mewah seperti adanya panggung terbuka.18 Menurut Eep Saefullah Fatah selaku pendiri PolMark Indonesia yang juga disewa sebagai konsultan politik Jokowi-Ahok, pasangan ini menggunakan beberapa cara atau strategi kampanye. Strategi kampanye yang digunakan adalah melalui salah satu cara tradisional yaitu

16“Jokowi-Ahok Pemenang Pilkada Putaran Pertama”, Kompas.com 19 Juli 2012, http://megapolitan.kompas.com/read/2012/07/19/1721403/jokowiahok.Pemenang.Pilkada.Putaran.Pertama, diakses pada Rabu, 1 Juli 2015, pukul 14.35 WIB. 17“Jokowi-Basuki Menangi Pilkada DKI Putaran II”, Kompas.com 28 September 2012, http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/28/1724329/jokowi.basuki.menangi.pilkada.dki.putaran.ii, diakses pada Rabu, 1 Juli 2015, pukul 14.40 WIB. 18 Marihot Napitupulu, wawancara langsung, Kamis, 7 Mei 2015 pukul 13.00 WIB dan Ian Suherlan, wawancara langsung, Senin, 18 Mei 2015, pukul 14.30 WIB.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 pertemuan atau kontak langsung dengan pemilih.19 Ketika bertemu masyarakat, Jokowi-Ahok dibantu oleh tim kampanye dan juga relawan atau warga simpatisan Jokowi-Ahok yang mengorganisir kegiatan mereka.20 Dalam melakukan pertemuan langsung dengan masyarakat, pasangan Jokowi-Ahok memberikan kontak yang bisa dihubungi oleh masyarakat untuk menyampaikan berbagai keluhan dan harapan yang diinginkan masyarakat. Dari hasil diskusi diputuskan tujuh kriteria dalam menyusun prioritas tersebut.21 Pertama, adalah wilayah dengan Daftar Pemilih Terdaftar (DPT) yang paling banyak. Kedua, wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi, yakni jumlah rata-rata per Kepala Keluarga (KK) empat orang ke atas. Ketiga, wilayah dengan konsentrasi golput terbanyak pada Pilgub 2007. Keempat, wilayah dengan konsentrasi penduduk miskin di Jakarta. Kelima, wilayah dengan konsentrasi kelas menengah terpadat di Jakarta. Keenam, wilayah dengan konsentrasi orang Jawa terbanyak di Jakarta. Ketujuh, wilayah dengan penduduk paling majemuk di Jakarta. Dengan prioritas tersebut, Jokowi dapat memaksimalkan waktunya yang terbatas untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang telah ditentukan. Strategi itu ternyata tepat dikarenakan dari 77 titik wilayah yang jadi prioritas, hanya di tujuh daerah Jokowi kalah suara.22 Pertemuan dengan masyarakat dianggap lebih efektif dalam memahami permasalahan yang terjadi di masyarakat sekaligus sebagai cara untuk mempromosikan diri kandidat dan membangun citra yang sederhana dan dekat dengan masyarakat. Blusukan ini masih tergolong sebagai gaya kampanye tradisional atau pra-modern seperti yang dijelaskan oleh Pippa Norris.

Penggunaan Konsultan Politik Pasangan Jokowi-Ahok juga telah menggunakan marketing expert atau yang dikenal dengan konsultan politik. Penggunaan konsultan politik dan kemajuan teknologi komputer menjadi ciri dari kampanye modern.23 Menurut Pippa Norris, keberadaan konsultan dalam tim

19PRWorld, ―Di Balik Sukses Jokowi-Basukiǁ, theprworld.com, http://www.theprworld.com/profile/people/192-di- balik-sukses-jokowi-basuki, diakses pada Jumat, 17 April 2015, pukul 14.14 WIB. 20“Jokowi: Ini Karena Saya Turun ke Bawah”, viva.co.id 21 September 2012, http://sorot.news.viva.co.id/news/read/353342-jokowi---ini-karena-saya-turun-ke-bawah-, diakses pada Jumat, 17 April 2015, pukul 14.15 WIB. 21“Tim Sukses Jokowi Beberkan Rahasia Kemenangan Jagoannya”, Jaringnews.com 24 September 2012, http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/23756/tim-sukses-jokowi-beberkan-rahasia-kemenangan- jagoannya pada Kamis, 21 Mei 2015, pukul 11.48 WIB. 22 Ibid. 23 Ahmed Usman, Riffat Munawar, Aaisha Amjad, ―Determinants of Effective Electoral Campaignǁ, A Research Journal of South Asian Studies Vol. 28, No. 1, January – June 2013, pp.107-126. Hlm 108. Diakses dari http://pu.edu.pk/images/journal/csas/PDF/8_V28_1_2013.pdf, pada Jumat, 13 Februari 2015 pukul 14.56 WIB.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 kemenangan kandidat menunjukan bahwa gaya kampanye yang digunakan adalah kampanye modern. Hal tersebut dikarenakan, perencanaan kampanye disarankan oleh konsultan profesional seperti lembaga survei. Dalam kampanye modern bukan hanya kandidat dan tim kampanye yang merancang strategi kampanye namun juga marketing expert atau konsultan politik yang bertugas untuk memberi masukan, mengukur opini publik dan melakukan strategi marketing. Jokowi- Ahok menggunakan 3 konsultan politik yaitu Cyrus network, Cirus Surveyors Group dan Polmark Indonesia. Secara khusus, sebagai salah satu konsultan politik, Cirus Surveyors Group bertugas untuk mengurusi hal-hal substansial seperti materi-materi tentang permasalahan Jakarta yang telah diperoleh melalui berbagai survei. Hasil dari survei yang dilakukan oleh Cirus Surveyors Group kemudian digunakan untuk membentuk visi-misi dan juga menjadi materi kampanye yang dibawa oleh Jokowi-Ahok.24 Kemudian, konsultan politik lainnya yaitu Cyrus Network memiliki peran untuk merancang narasi ―Jakarta Baru yang dijadikan tagline dari Jokowi-Ahok dan juga membentuk relawan Jakarta Baru. Sementara Polmark Indonesia lebih bertugas menyusun konsep kampanye bersama Tim Merah Putih. Cyrus Neywork membuat baju kotak-kotak dan berbagai design atribut pasangan Jokowi- Ahok seperti gambar Jokowi-Ahok di mobil box keliling, sticker, banner, berbagai logo dan animasi yang ada di internet, video, film, dan lagu.25 Cyrus Network juga membentuk sebuah tim relawan yang terkonsep dan terorganisir. Relawan tersebut direkrut kemudian dilakukan pelatihan dan pembekalan untuk menjadi relawan terlatih. Relawan tersebut berjumlah 15.000 orang yang bertugas untuk turun langsung ke masyarakat dengan pembagian ke setiap wilayah per-TPS atau sekitar 200 rumah.26 Hal ini dilakukan untuk memberikan informasi langsung tentang Jokowi-Ahok ke masyarakat. Melalui kerja relawan ini, semua merchandise dan alat peraga serta alat kampanye didistribusikan secara merata ke seluruh masyarakat. Selain itu, relawan juga memberikan semua informasi tentang Jokowi-Ahok. Keberadaan konsultan politik di tubuh kandidat Jokowi-Ahok menunjukan pasangan ini sudah menggunakan gaya kampanye modern. Pernyataan Pippa Norris tentang konsultan politik identik dengan kampanye modern juga ditulis oleh John K. Dalager yaitu dalam melakukan kampanye, startegi dan taktik yang digunakan, dirancang dan dilaksanakan oleh staff kampanye

24 Ian Suherlan, wawancara langsung, Senin, 18 Mei 2015, pukul 14.30 WIB. 25 Hasan Nasbi, wawancara langsung, Jumat, 15 Mei 2015, pukul 10.30 WIB. 26 Ibid.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 profesional yang terlatih dalam penggunaan teknologi. Perkembangan terus menerus yang terjadi dalam bidang sosial, politik, dan informasi telah mengubah kampanye politik dari yang sebelumnya dikelola oleh amatir menjadi sangat profesional.27

Penggunaan Iklan Kampanye dan Pemberitaan Televisi Selain menggunakan cara kampanye pra-modern yaitu blusukan dan menggunakan konsultan politik sebagai ciri kampanye modern, kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta 2012 juga karena gencarnya pemberitaan media tentang aktivitas Jokowi dan iklan di televisi.28 Mengenai iklan di televisi, Nielsen mencatat pasangan calon Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli ternyata paling banyak beriklan di televisi dan media cetak. Belanja iklan mereka mencapai 4 persen dari total nilai iklan di media pada periode itu. Itu sama dengan sekitar 1.275 spot iklan. Di urutan berikutnya, ada pasangan Golkar, Alex Noerdin-Nono Sampono dengan pangsa 2 persen atau sejumlah 828 spot iklan. Posisi ketiga ditempati oleh pasangan Faisal Basri-Biem Benjamin dengan pangsa kurang dari 2 persen atau sekitar 434 spot. Berikutnya ada pasangan yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid- Didik J. Rachbini dengan pangsa 1 persen atau 254 spot, Hendardji Soepandji-A. Riza Patria dengan pangsa 0,27 persen atau 213 spot. Terakhir, barulah pasangan PDIP-Gerindra, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dengan pangsa iklan 0,16 persen atau 59 spot.29 Munculnya Jokowi-Ahok di televisi selain iklan kampanye juga merupakan pemberitaan media tentang aktivitas Jokowi-Ahok. Iklan kampanye di televisi memang bertujuan untuk mengajak masyarakat agar memilih kandidat secara langsung, namun iklan kampanye di televisi tidak terlalu memiliki efek jangka panjang untuk mempengaruhi penonton dibandingkan dengan pemberitaan di televisi. Riset yang dilakukan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, pada putaran pertama Pemilukada DKI Jakarta, menunjukkan bahwa pasangan Jokowi-Ahok menjadi pasangan terpopuler dalam segi pemberitaan.

27 Fritz Plasser, Diminishing Relevance for Campaign Professionals, Harvard: The Harvard International Journal of Press/Politics, 2001. Hlm. 45 28“Tim Sukses Jokowi Beberkan Rahasia Kemenangan Jagoannya”, Jaringnews.com 24 September 2012, http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/23756/tim-sukses-jokowi-beberkan-rahasia-kemenangan- jagoannya, diakses pada Senin, 20 April 2015, pukul 10.38 WIB. 29 Tim AJI Jakarta, ―Foke atau Jokowi: Menguji Keberimbangan Media dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012ǁ, ajijakarta.org November 2012, http://www.ajijakarta.org/wp-content/plugins/downloads- manager/upload/FOKE%20atau%20JOKOWI.pdf, diakses pada Kamis, 21 Mei 2015, pukul 14.18 WIB.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015

Grafik 3.1: Berita Tunggal Kandidat Pilgub DKI Jakarta Putaran Pertama Sumber:http://www.ajijakarta.org/wp-content/plugins/downloads-manager/upload/FOKE%20atau%20JOKOWI.pdf

Berdasarkan tabel diatas pada periode pertama Pilkada Jakarta (1-15 Juni), jumlah berita tunggal tentang Alex Noerdin paling banyak. Pada periode berikutnya (16-30 Juni), jumlah berita tunggal mengenai Fauzi Bowo yang paling sering muncul di media massa. Pada periode final (1- 31 Juli 2012), berita tunggal tentang Jokowi yang paling banyak. Hasil survei ini senada dengan hasil analisa mengenai pemuatan foto kandidat.30 Sedangkan pada putaran kedua kandidat yang paling sering muncul sebagai berita tunggal di media massa sama dengan kandidat yang fotonya paling sering dimuat. Ada korelasi antara intensitas pemuatan foto dan berita tunggal dari satu kandidat. Kemudian di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, ada 51 persen berita tunggal tentang Foke, sedangkan berita tunggal tentang Jokowi hanya 49 persen.31

Penggunaan Media Sosial Selain pasangan Jokowi-Ahok menggunakan strategi kampanye pra-modern yaitu blusukan dan modern yaitu penggunaan konsultan politik dan media massa yaitu televisi, kemudian strategi selanjutnya adalah melalui media sosial. Cara ini bertujuan untuk melengkapi strategi lainnya yang telah disebutkan diatas. Penggunaan media sosial tersebut ditujukan untuk kalangan menengah ke atas dan kaum terdidik yang terbiasa dengan penggunaan internet melalui berbagai media sosial. Menurut pihak Tim Kampanye Merah Putih, penggunaan media sosial melalui berbagai aplikasi dan juga membuat

30 Ibid. 31 Ibid.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 website adalah cara yang dilakukan untuk melengkapi dan menunjang strategi kampanye utama yaitu blusukan dan peran relawan.32 Media sosial dengan memanfaatkan internet bertujuan untuk memperluas informasi dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pasangan Jokowi-Ahok.33 Selain pertemuan langsung, interaksi dengan masyarakat juga bisa dilakukan melalui berbagai media sosial.34 Menurut Pippa Norris, penggunaan internet sudah dikategorikan sebagai kampanye post- modern. Hal tersebut dikarenakan kampanye menjadi semakin kompleks khususnya dalam hal komunikasi, sehingga peran media menjadi semakin meningkat bukan hanya di media massa seperti televisi tetapi juga internet. Sifat internet yang murah dan cepat menjangkau ke seluruh masyarakat akhirnya dipilih oleh pasangan Jokowi-Ahok sebagai pelengkap strategi kampanye blusukan dan penggunaan relawan. Apalagi penduduk Jakarta yang sudah terbiasa menggunakan internet dan tingginya kepemilikan gadget menyebabkan strategi ini dipilih sebagai pelengkap strategi lainnya. Salah satu media sosial yang digunakan oleh pasangan Jokowi-Ahok adalah twitter. Selain twitter pasangan Jokowi-Ahok juga menggunakan facebook dan mempunyai website yang digunakan untuk berbagai tujuan seperti mencari dana, memperkenalkan kandidat dan menarik dukungan masyarakat. Website pasangan Jokowi-Ahok adalah www.jakartabaru.co. Selain itu, dalam website Jokowi-Ahok mereka membuat koran interaktif Jakarta Baru yang berisikan pendapat Jokowi-Ahok terhadap isu yang sedang terjadi dan terdapat laman yang menginformasikan agenda harian mereka. Di bawah ini adalah data akun twitter yang digunakan oleh pasangan Jokowi-Ahok ketika pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012 yang menunjukkan aktifnya interaksi yang dibangun kepada masyarakat melalui sosial media.35

32 Yohannes Hadianto, 5 Mei 2015, Marihot Napitupulu, 7 Mei 2015, Muhammad Syarief, 11 Mei 2015 33 Yohannes Hadianto, wawancara langsung, Selasa, 5 Mei 2015 pukul 11.10 WIB. 34 Marihot Napitupulu, wawancara langsung, Kamis, 7 Mei 2015 pukul 13.00 WIB. 35 Disna Harvens, “Peran Penggunaan Twitter dalam Kemenangan Jokowi-Basuki pada Pemilukada DKI Jakarta 2012”, Skripsi Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 2012.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015

Tabel 3.1: Akun Twitter yang digunakan Jokowi-Basuki pada Pemilukada DKI Jakarta 2012 Jenis No. Kategori Nama Akun Frekuensi Followers Tweet Tweet 1 Akun @Jokowi_do2 843 345776 Informasi Pribadi kegiatan 2 Kandidat @Basuki_btp 1957 95104 pribadi Informasi kegiatan 3 @JakartaBaru 2958 3523 Jokowi- Ahok Ajakan memilih 4 @Jokowi_Basuki 1878 16339 Jokowi- Ahok 5 Akun @Jasmev20 1076 3329 buatan tim 6 @JokowiCentre 8207 5732 sukses dan 7 relawan @Jakarta_Bangkit 5644 574 8 @JBkaskus 13684 1747 Informasi 9 @RelawanmudaJKT 10293 2629 tentang 10 @InfokemejaJB 1499 2549 Jokowi- 11 @JokowiAhok 4872 9819 Ahok 12 @ProJakarta 1090 261 13 @RumahrelawanJB 1743 418 14 @jokowicentre 8211 2232 15 @Kurawa 12835 14083 16 @Jimbrong 13991 498 17 @Kantinbudhejawa 3912 178 18 Akun @kartikadjoemadi 39980 15092 Sosialisasi 19 pribadi @iwanpiliang 43399 30346 pasangan pendukung 20 @addiems 26742 328616 Jokowi- dan 21 @triawan 22580 38357 Ahok relawan 22 @hanungbramantyo 11135 198040 23 @ratnaspaet 9773 32474 24 @luciahandz 17027 978 25 @andrinof_a_ch 9959 12519 Sumber: Disna Harvens, Peran Penggunaan Twitter dalam Kemenangan Jokowi-Basuki pada Pemilukada DKI Jakarta 2012, Skripsi Jurusan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 2012

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa penggunaan media sosial khususnya twitter yang dilakukan oleh pasangan Jokowi-Ahok tergolong cukup signifikan dalam hal memposting tweet dan jumlah followers.

Tabel. 3.2 Media Sosial yang digunakan oleh pasangan Jokowi-Ahok pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012 No. Aplikasi Media Sosial Keterangan 1. Twitter Akun pribadi kandidat, akun tim sukses dan relawan, akun pribadi pendukung 2. Facebook Akun pribadi kandidat dan fanpage 3. Youtube Channel relawan dan pribadi pendukung 4. Game Dibuat oleh relawan Sumber: Data diolah oleh peneliti

Dalam menggunakan media sosial, pasangan Jokowi-Ahok memanfaatkan berbagai aplikasi yang ada seperti twitter, facebook, youtube dan game online. Selain twitter dan facebook, channel youtube digunakan untuk menampilkan berbagai video yang terkait dengan Jokowi-Ahok. Video-video tersebut seperti lagu atau jingle, film, animasi, profil Jokowi-Ahok, dan stand-up comedy Jokowi.36 Sementara game juga dibuat oleh relawan berupa permainan yang bias di unduh melalui app store. Game tersebut menggambarkan Jokowi dan Ahok sedang menangkap tikus yang diibaratkan koruptor.37

Alasan Pemilihan Strategi Kampanye Campuran Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Keterampilan Kandidat Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, kepala dan wakil kepala daerah tingkat provinsi, kabupaten, dan kota dipilih melalui pemilihan umum secara langsung oleh rakyat. Pemilihan kepala daerah oleh rakyat ini menyebabkan setiap kandidat kepala daerah harus mengenal dan mempromosikan dirinya kepada masyarakat, karena masyarakat yang dapat menentukan terpilih atau tidaknya kandidat menjadi kepala daerah. Figur kandidat sangat

36 Hasan Nasbi, wawancara langsung, Jumat, 18 Mei 2015, pukul 10.30 WIB. 37 Ibid.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 mempengaruhi kemenangan seperti dilihat dari prestasi dan juga karakter kandidat tersebut. Perubahan zaman di dunia secara umum dan di Indonesia secara khusus telah menggeser pemilihan umum (pemilu) yang tadinya berpusat kepada partai menjadi lebih berpusat kepada kandidat. Menurut Fritz Plasser dan Gunda Plasser, tren ini diantaranya dapat dilihat di Amerika Serikat, Austria, Jerman, Israel, Kanada, Meksiko, dan Afrika Selatan.38 Ide sentral dari pemilu yang berpusat kepada kandidat ini ialah kandidat berperan besar dalam proses pemilu dan berkampanye. Jokowi merupakan kandidat yang berhasil mempengaruhi hasil pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012 lalu. Banyak penelitian yang mencatat kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dikarenakan figur Jokowi yang berhasil menarik hati masyarakat. Salah satu penelitian yang membahas hal tersebut adalah “Jokowi’s Populism in the 2012 Jakarta Gubernatorial Election” yang ditulis oleh Abdul Hamid. Jokowi berhasil membangun citra sederhana, jujur, pekerja keras dan dekat dengan rakyat. Citra tersebut dibangun dengan cara pertemuan langsung dengan masyarakat atau yang dikenal dengan blusukan. Menurut Yohannes Hadianto selaku humas DPP PDIP mengatakan bahwa blusukan merupakan cara inti dalam kampanye Jokowi dikarenakan cara blusukan sudah melekat dengan Jokowi ketika masih menjabat sebagai walikota Solo. Hal ini tetap dilakukan di Jakarta dikarenakan agar citra Jokowi yang sederhana tidak hilang dan tetap dipertahankan.39 Berdasarkan konsep candidates effectiveness kemampuan atau keterampilan salah satunya adalah melakukan pertemuan langsung dengan masyarakat secara tatap muka. Hal ini dilakukan oleh Jokowi dengan cara blusukan. Pemilihan blusukan ini didasarkan pada bagaimana kemampuan Jokowi melakukan kampanye atau disebut sebagai personal skill of the candidates. Selain itu, Jokowi juga lebih ahli dan cocok dalam melakukan blusukan dikarenakan citra sederhana dan dekat dengan rakyat sudah sangat melekat dengan Jokowi.

Keterampilan Tim Kampanye Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Selain karena keterampilan dari kandidat itu sendiri, keterampilan tim kampanye juga menjadi alasan dipilihnya strategi kampanye campuran oleh Jokowi-Ahok. Pasangan Jokowi- Ahok, menggunakan konsultan politik untuk membantu merancang strategi kampanye. Munculnya konsultan politik sedikit banyak merupakan akibat dari munculnya pemilu yang

38 Fritz dan Gunda Plasser, Global Political Campaigning A Worldwide Analysis of Campaign Professionals and Their Practices, Connecticut: Praeger Publishers, 2002, Hal. 76 39 Yohannes Hadianto, wawancara langsung, Selasa, 5 Mei 2015 pukul 11.10 WIB.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 berpusat kepada kandidat. Pemilihan umum secara langsung membutuhkan ahli-ahli yang dapat memetakan pilihan pemilih, memahami kekuatan dan kelemahan kandidat, merancang dan mengemas isu, membentuk citra yang menarik, dan mengerti strategi yang dibutuhkan untuk menjaring suara pemilih. Partai politik sendiri kurang memiliki kemampuan semacam ini sehingga peran organisasi penghitungan suara dan khususnya konsultan politik semakin dibutuhkan.40 Dalam model kampanye modern, para kandidat berusaha memikat masyarakat dengan membentuk persepsi diri atau citra dan opini yang baik. Akibatnya muncul konsultan-konsultan politik yang memberikan masukan bukan hanya teknis tetapi juga substansi. Keberadaan konsultan politik yang melengkapi dan membantu tim kampanye dalam merencanakan dan melaksanakan strategi kampanye merupakan faktor the skill of the candidate’s campaign team dalam konsep candidates effectiveness. Tim kampanye Merah-Putih dan konsultan politik (Cyrus Network, Cirus Surveyors Group dan Polmark Indonesia) menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh pasangan Jokowi-Ahok dalam merancang strategi. Keterampilan tim kampanye juga terlihat dari adanya relawan terkonsep yang dibentuk oleh konsultan politik maupun relawan yang tidak terkonsep. Para relawan beserta tim kampanye ini kemudian menggunakan media sosial dalam melakukan kampanye. Banyaknya aktor politik yang menggunakan media sosial untuk berkampanye, serta adanya sistem pemilihan langsung dalam pemilukada menyebabkan para kandidat yang bersaing dalam pemilukada sadar bahwa mereka harus mempunyai strategi dalam berkampanye dengan menggunakan media sosial.41 Penggunaan media sosial untuk berkampanye adalah sebuah fenomena baru yang muncul di dalam masyarakat global. Adapun kemunculan fenomena tersebut berkaitan dengan kehadiran internet sebagai ruang publik baru di dalam masyarakat. Penggunaan internet dilakukan pasangan Jokowi-Ahok melalui berbagai media sosial dikarenakan sifat internet yang murah dan cepat menjangkau ke seluruh masyarakat. Apalagi penduduk Jakarta yang sudah terbiasa menggunakan internet dan tingginya kepemilikan gadget menyebabkan strategi ini dipilih sebagai pelengkap strategi lainnya. Masyarakat terutama kaum muda dan kelas menengah, dapat mengakses internet dengan mudah menggunakan telepon

40 Muhammad Qodari, “The Professionalisation of Politics: The Growing Role of Political Organisations and Political Consultants”, Problems of Democratization in Indonesia, Ed. Edward Aspinall dan Marcus Mietzner, Singapura: Institute of Southeast Asian Studies, 2010. Hlm.123. 41 Disna Harvens, “Peran Penggunaan Twitter dalam Kemenangan Jokowi-Basuki pada Pemilukada DKI Jakarta 2012”, Skripsi Ilmu Politik, Uniniversitas Indonesia, Depok, 2012.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 seluler atau kafe internet (warung internet, warnet), menggunakan internet sebagai "netizens" dari facebook atau twitter.

Penggambaran Media tentang Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Strategi kampanye melalui internet yang dilakukan Jokowi ada tiga, yakni terencana dengan matang, kreatif dan terukur dengan melibatkan para ahli dibidangnya, secara off line dan on line. Dikerjakan secara total dan fokus.42 Selain itu, penggunaan media sosial ini sebagai faktor the media’s portrayal of the candidate dalam konsep Candidates Effectiveness. Walaupun media yang dimaksud adalah koran, radio dan televisi, namun dalam kasus ini peneliti melihat media sosial merupakan media baru dalam dunia modern khususnya kampanye sehingga dapat dianalisis menggunakan konsep ini. Media televisi seperti iklan kampanye dan pemberitaan, koran Jakarta Baru dan media sosial seperi twitter, facebook dan website yang digunakan oleh pasangan Jokowi-Ahok sebagai media pendukungnya telah memberikan gambaran positif tentang sosok Jokowi-Ahok. Maraknya pemberitaan tentang Jokowi-Ahok di televisi, selain iklan kampanye yang dilakukan telah menjadikan Jokowi sebagai media darling. Jokowi bisa menjadi media darling dikarenakan melakukan strategi kampanye yang unik dan berbeda. Hal ini membuat media tertarik dan sangat gencar memberitakan aktivitas Jokowi-Ahok. Selain itu melalui kampanye yang dilakukan, Jokowi menjadi sosok yang sangat sederhana dan dekat dengan rakyat. Dalam hal ini media melihat adanya minat masyarakat. Hal tersebut dibuktikan melalui beberapa penelitian dan survei yang telah ditampilkan sebelumnya mengenai tingkat popularitas pasangan Jokowi-Ahok di media sosial. Hal ini sedikit banyak telah mempengaruhi kemenangan pasangan Jokowi-Ahok di pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012.

Lanskap Politik pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012 Alasan dipilihnya kampanye campuran oleh pasangan Jokowi-Ahok selain karena faktor keterampilan kandidat, keterampilan tim kampanye dan penggambaran media mengenai kandidat, juga dipengaruhi oleh lanskap politik Indonesia. Dalam melihat pengaruh lanskap politik di Indonesia, peneliti mengkhususkan melihat dari kondisi masyarakat Indonesia secara

42“Kampanye Digital Jokowi-Ahok”, diakses dari http://www.digicampaign.com/kampanye-jokowi, pada Kamis, 2 Juli 2015, pukul 20.18 WIB.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 umum dan Jakarta secara khusus yaitu mengenai perilaku pemilih. Secara umum, karakter masyarakat Indonesia memilih kandidat pemilu dikategorikan menjadi dua golongan. Golongan pertama pemilih rasional dan golongan kedua pemilih emosional yang mengandalkan kedekatan psikologi seperti latar belakang suku dan agama. Menurut Pippa Norris, dalam praktek kampanye modern, telah terjadi pergeseran pemilih dari pemilih tradisional yang berdasarkan kedekatan psikologis ke pemilih rasional. Begitu pula yang terjadi di pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012 yang menunjukkan masyarakat Jakarta merupakan pemilih rasional. Artikulasi yang paling mencolok terjadi di Jakarta adalah munculnya kaum muda dan berpendidikan di Jakarta yaitu 3,8 juta pemilih (54.98% dari total pemilih di Jakarta) yang berusia antara 17 dan 35 tahun dan 914.000 yang merupakan pemilih pertama kali yaitu berusia 17-21 tahun.43 Hasil pemaparan demografi masyarakat Jakarta pada Pemilukada DKI Jakarta 2012 yang dibuat oleh Lembaga Survei Indonesia melalui exit poll membagi masyarakat Jakarta ke dalam enam kategori, yaitu usia, etnis, agama, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Namun pada penelitian kali ini, kategori yang peneliti gunakan untuk menganalisis hanya berdasarkan usia, pendapatan, dan pendidikan karena ketiga kategori tersebut berhubungan dengan masalah penggunaan media sosial. Tabel 1.1 Karakteristik Masyarakat Jakarta Berdasarkan Usia, Pendapatan, dan Pendidikan

Usia (%) <= 21 tahun 10.2 22-25 tahun 9.8 26-40 tahun 38.4 41-55 tahun 28.4 > 55 tahun 13.3 Pendidikan (%) <= SD 18.6 SLTP 22.7 SLTA 31.5 Kuliah 21.1 Pendapatan (%) <= 1.2 Juta 44.4 1.2 Juta - < 2 Juta 24.1 = > 2 Juta 31.5 Sumber: Exit poll Pilgub DKI Jakarta 11 Juli 2012 oleh LSI.

43 Abdul Hamid, “Jokowi’s Populism in the 2012 Jakarta Gubernatorial Election”, Journal of Current Southeast Asian Affairs, 2014.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 Jika melihat dari pembagian masyarakat di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat di Jakarta banyak dipenuhi oleh masyarakat anak muda dan kelas menengah, yaitu masyarakat yang berusia 26 – 40 tahun dan punya pendapatan di atas satu juta rupiah. Hal yang sama juga terjadi pada exit poll yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research & Consulting pada pemilihan putaran kedua. Mereka menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat di Jakarta diisi oleh golongan anak muda dan kelas menengah. Keberadaan anak muda dan kelas menengah yang memiliki pendidikan tinggi menyebabkan tingkat rasionalitas warga Jakarta dalam memilih kandidat semakin tinggi.44 Hal tersebut terbukti telah menjadikan pasangan Jokowi-Ahok sebagai pemenang pilgub DKI Jakarta 2012. Pluralistik dan kondisi kosmopolitan Jakarta telah menyebabkan isu SARA (suku,agama, ras dan antar-kelompok) tidak terlalu berpengaruh. Baik itu menyoroti Ahok karena yang berasal dari etnis Cina dan Kristen, atau tuduhan bahwa ibu Jokowi adalah non- Muslim tidak memiliki dampak yang terlalu signifikan. Hal yang lebih penting dilihat warga Jakarta adalah kemampuan calon untuk merangkul pemilih dengan cara pendekatan langsung.45

V. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pasangan Jokowi-Ahok di pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012 lalu menggunakan strategi kampanye campuran yaitu kampanye pra-modern dan modern serta kampanye post-modern. Kampanye pra-modern yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok adalah dengan melakukan cara-cara tradisional yaitu blusukan. Kampanye modern yang dilakukan Jokowi-Ahok ditandai dengan adanya konsultan politik dan penggunaan televisi. Konsultan politik Jokowi-Ahok secara khusus memiliki peran untuk membentuk relawan, membuat atribut dan menyiapkan materi kampanye. Sementara, media televisi digunakan untuk iklan kampanye dan pemberitaan media. Kampanye post-modern ditandai dengan penggunaan internet melalui berbagai media sosial untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Penggunaan media sosial yang dilakukan oleh pasangan Jokowi-Ahok adalah melalui twitter, facebook, youtube dan game yang dapat diakses melalui gadget.

44 Disna Harvens, “Peran Penggunaan Twitter dalam Kemenangan Jokowi-Basuki pada Pemilukada DKI Jakarta 2012”, Skripsi Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, 2012. 45 Hui Yew-Foong & Ikrar Nusa Bhakti, “The Gubernatorial Race in Jakarta: Background and Implications”, Institute of Southeast Asian Studies, diunduh dari http://www.iseas.edu.sg/documents/publication/ISEAS%20Perspective_1nov12.pdf, diakses pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 15.15 WIB.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 Pemilihan strategi kampanye campuran disebabkan oleh empat hal. Pertama adalah keterampilan kandidat yaitu pasangan Jokowi-Ahok yang dipraktekkan dengan cara blusukan. Kebiasaan Jokowi dalam melakukan blusukan bahkan sejak menjadi walikota Solo menyebabkan Jokowi memiliki keterampilan yang lebih baik dibandingkan kandidat lain dalam melakukan blusukan. Kemampuan kandidat dalam melakukan kampanye ini sebagai personal skill of the candidates yang menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan strategi kampanye. Kedua adalah keterampilan dari tim kampanye pasangan Jokowi-Ahok. Tim kampanye yang dimaksud yaitu selain tim dari partai pengusung (PDIP dan Gerindra), juga terlibat konsultan politik dalam merancang strategi kampanye. Keterampilan tersebut merupakan faktor the skill of the candidate’s campaign team. Ketiga adalah penggambaran media tentang Jokowi-Ahok. Hal ini maksudnya adalah media berperan untuk memunculkan dan juga membentuk citra atau image Jokowi-Ahok melalui iklan, pemberitaan atau sosialisasi di media sosial. Sehingga, terdapat suatu image yang melekat dengan pasangan Jokowi-Ahok. Hal ini merupakan faktor the media’s portrayal of the candidate. Keempat adalah lanskap politik Indonesia yang difokuskan tentang kondisi pemilih Jakarta. Kondisi pemilih perlu diketahui untuk dapat menentukan strategi yang cocok digunakan.

VI. Referensi Buku: Bowler, Shaun and Farrell, David M. (eds.). (1992). Electoral Strategies and Political Marketing London: Macmillan. Butler, David and Ranney, Austin. (1992). Electioneering. Oxford: Clarendon Press. Fletcher, Frederick (ed.). (1991). Media, Elections and Democracy. Toronto: Dundurn Press. Gunther, Richard and Mughan, Anthony (eds.). (2000). Democracy and the Media: A Comparative Perspective. Cambridge University Press. Newman, Bruce I. (ed.). (1999). The Handbook of Political Marketing. Thousand Oaks, CA: Sage. Norris, Pippa. (2000). A Virtuous Circle: political Communication in Postindustrial Societies, New York: Cambridge university Press. Plasser, Fritz. (2001). Parties Diminishing Relevance for Campaign Professional, Harvard University Press. Plasser, Fritz dan plasser, Gunda. (2002). Global Political Campaigning A Worldwide Analysis of Campaign Professionals and Their Practices, Connecticut: Praeger Publishers. Qodari, Muhammad. (2010). “The Professionalisation of Politics: The Growing Role of Political Organisations and Political Consultants”, Problems of Democratization in Indonesia, Ed. Edward Aspinall dan Marcus Mietzner, Singapura: Institute of Southeast Asian Studies.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 Runkel, David R. (ed). (1989). Campaign for President: The Managers Look at ’88. Dover Massa chusetts: Auburn House Publishing Company.

Jurnal: Arulchelvan, S. New Media Communication Strategies for Election Campaigns: Experiences of Indian Political Parties, Online Journal of Communication and Media Technologies Volume: 4 – Issue: 3 – July – 2014. Diakses dari http://www.ojcmt.net/articles/43/436.pdf, diakses pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 19.22 WIB. Dalager, Jon K. Voters, Issues, and Elections: Are the Candidates' Messages Getting Through?, The Journal of Politics, Vol. 58, No. 2 (May, 1996), pp. 486-515: The University of Chicago Press on behalf of the Southern Political Science Association Stable (http://www.jstor.org/stable/2960236), Selasa, 20 Januari 2015, pukul 15.46 WIB. Hamid, Abdul. “Jokowi’s Populism in the 2012 Jakarta Gubernatorial Election”, Journal of Current Southeast Asian Affairs, www.CurrentSoutheast AsianAffairs.org, diakses dari http://journals.sub.unihamburg.de/giga/jsaa/ article/view/738, pada Jumat, 30 Januari 2015, pukul 13.08 WIB. Patton, Michael Quinn and Cochran, Michael. A Guide to Using Qualitative Research Methodology, 2002. Diakses dari http://fieldresearch.msf.org/msf/bitstream /10144/84230/1/Qualitative%20research%20methodology.pdf,pada Jumat, 13 Maret 2015 pukul 14.39 WIB. Ufen, Andreas. Electoral Campaigning in Indonesia: The Professionalization and Commercialization after 1998, Journal of Current Southeast Asian Affairs 29, 4, 2010. http://www.researchgate.net/ publication/49912200 Electoral_ Campaignig_in_Indonesia_The_Professionalization_and_Commercialization after_1998/file/9c960529e168bcc9e4.pdf, diakses pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 14.00 WIB. Usman, Ahmed, Munawar, Riffat dan Amjad, Aaisha. Determinants of Effective Electoral Campaign, A Research Journal of South Asian Studies Vol. 28, No. 1, January – June 2013, pp.107-126. Diakses dari http://pu.edu.pk/images/journal/csas/PDF/8_V28_1_2013.pdf, pada Jumat, 13 Februari 2015 pukul 14.56 WIB. Yew-Foong, Hui & Bhakti, Ikrar Nusa. “The Gubernatorial Race in Jakarta: Background and Implications”, Institute of Southeast Asian Studies, diunduh dari http://www.iseas.edu.sg/documents/publication/ISEAS%20Perspective 1nov12.pdf, diakses pada Selasa, 20 Januari 2015, pukul 15.15 WIB.

Skripsi: Harvens, Disna. “Peran Penggunaan Twitter dalam Kemenangan Jokowi-Basuki pada Pemilukada DKI Jakarta 2012”, Skripsi Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, 2012. Nugrahani, Andriani Putri. “Relasi Saling Menguntungkan antara Partai Politik dengan Konsultan Politik, Studi Kasus: PDIP dan Partai Gerindra dengan Polmark Indonesia dalam Kampanye Joko Widodo-Basuki T. Purnama pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012”. Skripsi Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, 2014.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015 Disertasi: Day, Jonathan Paul. The Startegy of Presidential Campaigns, dissertation, University of Iowa, 2010.

Artikel Online: “Jokowi-Ahok Pemenang Pilkada Putaran Pertama”, kompas.com 19 Juli 2012, http://megapolitan.kompas.com/read/2012/07/19/1721403/Jokowi Ahok. Pemenang.Pilkada.Putaran.Pertama, diakses pada Rabu, 8 April 2015 pukul 14.55 WIB. “Jokowi-Basuki Menangi Pilkada DKI Putaran II”, kompas.com 28 September 2012, http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/28 /1724329/ jokowi.basuki.menangi.pilkada.dki.putaran.ii, diakses pada rabu, 8 April 2015 pukul 15.03 WIB. “Kampanye Digital Jokowi-Ahok”, diakses dari http://www.digicampaign.com/kampanye- jokowi, pada Kamis, 2 Juli 2015, pukul 20.18 WIB. PRWorld, “Di Balik Sukses Jokowi-Basuki”, theprworld.com, http://www.theprworld.com/profile/people/192-di-balik-sukses-jokowi-basuki, diakses pada Jumat, 17 April 2015, pukul 14.14 WIB. “Tim Sukses Jokowi Beberkan Rahasia Kemenangan Jagoannya”, Jaringnews.com 24 September 2012, http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/23756/tim-sukses- jokowi-beberkan-rahasia-kemenangan-jagoannya, diakses pada Senin, 20 April 2015, pukul 10.38 WIB. Tim AJI Jakarta, “Foke atau Jokowi: Menguji Keberimbangan Media dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2012”, ajijakarta.org November 2012, http://www.ajijakarta.org/wp- content/plugins/downloads-manager/upload/FOKE%20atau%20JOKOWI.pdf, diakses pada Kamis, 21 Mei 2015, pukul 14.18 WIB.

Wawancara: Wawancara langsung dengan Humas Protokoler PDIP, Yohannes Hadianto, di kantor DPP PDIP Jalan Lenteng Agung No.99 Jakarta Selatan, pada selasa, 5 mei 2015 pukul 11.10 WIB. Wawancara langsung dengan Wakil Sekertaris Internal Tim Kampanye Merah Putih pihak PDIP, Marihot Napitupulu, di kantor DPD PDIP Jalan Tebet raya nomor 46 Jakarta Selatan lantai 2. Pada kamis, 7 mei 2015 pukul 13.00 WIB. Wawancara langsung dengan Sekretarif Eksekutif Cirus Surveyors Group, Ian Suherlan, di kantor Cirus Surveyors Group Jalan Pasar Minggu Raya, Jakarta Selatan, pada Senin, 18 Mei 2015, pukul 14.30 WIB. Wawancara langsung dengan Direktur Eksekutif Cyrus Network selaku Konsultan Politik Jokowi-Ahok, Hasan Nasbi, di Kantor Cyrus Network Jalan Pejaten Raya No.4 Graha Pejaten, Pasar Minggu, pada Jumat, 15 Mei 2015, pukul 10.30 WIB. Wawancara langsung dengan Wakil Sekertaris Internal Tim Kampanye Merah Putih pihak Gerindra, Muhammad Syarief, di di kantor Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta Jalan Kebon Sirih No. 18 Gambir Jakarta Pusat, Pada hari senin, 11 mei 2015 pukul 14.00 WIB.

Strategi kampanye..., Triana Mitayani, FISIP UI, 2015