Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra PENGARUH PROPAGANDA MELALUI MEDIA SOSIAL TERHADAP PENINGKATAN POPULARITAS AHOK SEBAGAI KANDIDAT CALON GUBERNUR DKI JAKARTA 2017 Revi Majiza Putra Program Studi Komunikasi Politik Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina *** Abstrak Pengaruh kekuatan media massa di Amerika Serikat pada awalnya dimulai saat debat calon kandidat presiden antara John F. Kennedy dan Richard Nixon tahun 1960 yang memberikan dampak besar pada elektabilitas calon kandidat saat itu. Kekuatan media massa yang besar ditambah dengan perkembangan teknologi internet yang kemudian memunculkan new media berupa twitter telah menjadi sarana bagi partai politik/pendukung kandidat calon gubernur di Indonesia untuk mendapatkan popularitas. Ahok sebagai calon gubernur dalam pilkada DKI Jakarta 2017 menyadari peran new media ini sebagai sarana untuk meningkatkan popularitasnya. Strategi yang digunakan oleh Ahok dalam new media ini adalah dengan menggunakan teknik propaganda dan buzzer untuk meningkatkan popularitasnya sehingga elektabilitas di pilkada DKI Jakarta semakin meningkat. Penelitian ini focus pada pengaruh propaganda media social dalam popularitas Ahok di pilkada DKI Jakarta 2017. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dan unit Analisa berupa tweet pendukung Ahok dalam twitter. Berdasarkan penelitian ini, teknik propaganda dan buzzer yang digunakan oleh Ahok di twitter tidak sepenuhnya berhasil karena popularitas ternyata tidak berbanding lurus dengan elektabilitas sehingga Ahok yang populer pada saat itu di media sosial kalah dalam pemilukada DKI Jakarta. Kata Kunci: new media, Twitter, Propaganda, Buzzer *** Awal Kebangkitan Peran Media Massa : Pendahuluan Berdasarkan sejarah media massa terdapat peristiwa politik yang berpengaruh besar pada sebuah pemilihan Presiden 54 tahun silam. Peristiwa itu berlangsung 26 September 1960, dimana terjadi debat kandidat presiden antara John F. Kennedy dan Richard Nixon dan itu merupakan Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra debat kali pertama dalam sejarah di media televisi. Peritiwa bersejarah itu telah mengubah lanskap politik Amerika Serikat selanjutnya ke arah yang lebih baik. Momentum debat calon Presiden via saluran televisi tersebut, membuka era baru perdebatan televisi guna mencari figur pemimpin top suatu negeri. Debat itu juga disiarkan langsung saluran-saluran radio yang ada di USA ke seluruh negeri. Jajak pendapat jauh sebelum debat calon Presiden di televisi menunjukkan Nixon akan menang telak dalam pilpres Amerika yang digelar pada November 1960. Dalam debat calon Presiden di televisi itu, kata orang Amerika, Richard Nixon sebagai wapres tak akan mendapatkan keuntungan politik. Sebaliknya John F Kennedy akan menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menanggung resiko yang tak berarti. Pada 1960 di Amerika Serikat terdapat 40 juta pesawat televisi. Siarannya belum berwarna & masih televisi hitam putih. Televisi punya kemampuan untuk membentuk pendapat umum yang jauh lebih besar ketimbang gereja, sekolah, media massa cetak atau buku-buku. Diperkirakan 80 juta pemirsa Amerika menyaksikan acara perdebatan pada 26 September 1960 itu melalui layar televisi. Pada saat debat calon presiden tersebut John F. Kennedy mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk terjun ke kancah perdebatan, berbeda degan Nixon yang sangat percaya diri. Kennedy tampil tenang, santai dan luwes serta meyakinkan. Ia juga cekatan dan tangkas menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ulasan-ulasan yang datang dari moderator maupun dari Wakil Presiden Richard M. Nixon sendiri juga dijawab meyakinkan oleh Kennedy. John F. Kennedy tak lupa untuk melihat ke arah kamera — ke arah penonton – bukannya melihat kepada lawan debat, sebaliknya Nixon tampak tegang, seolah-olah ketakutan, kurang lancar. Nixon selalu tampak panik dalam mengemukakan pendapat-pendapatnya atau jawaban-jawabannya yang kurang meyakinkan. Nixon juga tak menunjukkan pandangannya ke arah penonton televisi. Selain itu raut muka Nixon juga tampak pucat. Raut muka Nixon yang pucat pasi itu disebabkan karena dia tidak bersedia untuk di-make up sebelum tampil, sebaliknya Kennedy memakainya. Di bawah sorotan lampu terang benderang dalam studio CBS, keputusan Nixon tak bersedia di-make up itu berakibat fatal. Dalam siaran langsung tv saat itu yang masih teknologinya hitam putih, dihadapan pemirsa tv terlihat Nixon tampak pucat pasi. Bahwa apa yang disuguhkan media tv pada debat calon presiden pertama itu ialah memberikan kesempatan kepada publik Amerika Serikat untuk membuat penilaian tentang dua kepribadian. Sesungguhnya Kennedy bukanlah tandingan Nixon, beliau penuh daya tarik, muda, penuh gaya & karisma sedangkan Nixon tampak tegang & kaku. Setelah debat calon presiden pertama berakhir semua penguji pendapat umum sampai pada kesimpulan yang sama yaitu John F. Kennedy memenangkanya. Dampak dari penampilan di media massa tersebut berpengaruh sangat besar pada masyarakat Amerik Serikat yang menyaksikan langsung melalui TV. Ini dibuktikan dari hasil pemilu pada saat itu yang memenangkan John F. Kennedy dengan 34.220.984 popular vote (49,7 %), sedangkan rivalnya Nixon memperoleh 34.108.157 popular vote (49,6 %). Pada tingkat electoral vote, Kennedy jauh meninggalkan Nixon dengan perolehan 303 suara sedangkan lawannya hanya mendapat 219 suara. Jika melihat hasil ini maka tidak salah ketika calon presiden dari Amerika Serikat di 50 tahun dari debat pertama calon presiden saat itu menggunakan teknik yang sama. Seorang muda berkulit hitam keturunan Afro-Amerika, orator seperti halnya Kennedy, dan seorang senator serta dari Partai Demokrat sama halnya dengan Kennedy sukses mengukir kemenangan dalam pilpres Amerika Serikat pada pemilihan presiden Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra November 2008. Dia tak lain adalah Barack H. Obama. Presiden Amerika Serikat ke-44 untuk masa bakti 2008-2012. Mengikuti jejak seniornya John F. Kennedy pula, Obama paham mengenai teknologi informasi dapat mendongkrak popularitas dan elaktibilitas seseorang di kancah politik. Dia mengunakan saluran-saluran media massa dan informasi yang tersedia untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya dan meyakinkan publik. Menyatukan media televisi dan media internet, debat Barack H. Obama dan John McCain seakan mengulangi kembali sejarah perdebatan Kennedy dan Nixon. Hasil akhir dimenangkan Obama, dan dia menuju Gedung Putih. Dalam hal ini kita bisa melihat bukti bahwa media massa sangat berpengaruh terhadap popularitas dalam dunia politik. Melalui media massa setiap manusia bisa mendapatkan informasi yang menyangkut dirinya, orang lain, maupun lingkungannya. Media massa adalah suatu alat yang digunakan seseorang untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas atau banyak. Media massa merupakan media yang selalu mendapat perhatian dari masyarakat luas. Kehidupan manusia pada masa sekarang ini hampir tidak pernah lepas dari media massa baik itu televisi, koran, radio, ataupun internet. Setiap manusia hampir dapat dipastikan akan berhubungan dengan media massa. Sejalan dengan perkembangan zaman, kehidupan masyarakat di dunia banyak yang mengalami perubahan. Perubahan dalam berfikir misalnya, masyarakat kini lebih berfikir maju dan modern. Selain itu pula terjadi perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dahulu orang hidup hanya seadanya, tanpa memikirkan hal yang lebih maju. Namun, sekarang hal tersebut tidak berlaku lagi. Perubahan-perubahan ini banyak dipengaruhi oleh media massa khususnya televisi yang hampir di setiap rumah ada. Media massa contohnya televisi, buku, majalah, koran, radio, film dan yang sedang banyak digunakan sekarang adalah internet. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan internet dalam kehidupan, pergaulan dan komunikasi sosial kini mempunyai suatu bentuk baru. Oleh karena itu, kini, setiap orang berkomunikasi tanpa mengenal batas, ruang, dan waktu, sebagaimana disampaikan oleh Oetomo, dibawah ini: “Pola kehidupan sehari-hari telah berubah sejak adanya teknologi internet, karena dengan adanya teknologi internet, bumi seakan menjadi desa kecil yang tidak pernah tidur, semua jenis kegiatan dapat difasilitasi oleh teknologi internet”(Oetomo, 2007.11) Perkembangan internet sebagai new media (the second media age) menandai periode baru dimana teknologi interaktif dan komunikasi jaringan khususnya dunia maya akan mengubah masyarakat (Littlejohn, 2009: 413). Internet memberi kemudahan bagi penggunanya untuk mengakses informasi dengan sistem on-line. Sistem On-line ini dapat diakses dimanapun dan kapanpun pengguna berada. Keberadaan internet sebagai media informasi dan komunikasi menjadi jalur alternatif bagi setiap orang yang menggunakannya. Jika melihat peran dan fungsi media saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan politik di Indonesia. Salah satu hal yang dipengaruhi oleh media pada politik di Indonesia adalah bagaimana media dapat dijadikan sebagai sarana untuk propaganda di masyarakat. Propaganda berasal dari Bahasa latin, yaitu propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan. Propaganda merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang sering kali digunakan oleh individu ataupun kelompok sebagai media untuk menyebarluaskan suatu keyakinan atau doktrin. Lasswell (dalam buku Stanley J Baran & Dennis K Davis, 2010) menyatakan bahwa kekuatan Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok