Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra PENGARUH PROPAGANDA MELALUI MEDIA SOSIAL TERHADAP PENINGKATAN POPULARITAS AHOK SEBAGAI KANDIDAT CALON GUBERNUR DKI JAKARTA 2017 Revi Majiza Putra Program Studi Komunikasi Politik Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina *** Abstrak Pengaruh kekuatan media massa di Amerika Serikat pada awalnya dimulai saat debat calon kandidat presiden antara John F. Kennedy dan Richard Nixon tahun 1960 yang memberikan dampak besar pada elektabilitas calon kandidat saat itu. Kekuatan media massa yang besar ditambah dengan perkembangan teknologi internet yang kemudian memunculkan new media berupa twitter telah menjadi sarana bagi partai politik/pendukung kandidat calon gubernur di Indonesia untuk mendapatkan popularitas. Ahok sebagai calon gubernur dalam pilkada DKI Jakarta 2017 menyadari peran new media ini sebagai sarana untuk meningkatkan popularitasnya. Strategi yang digunakan oleh Ahok dalam new media ini adalah dengan menggunakan teknik propaganda dan buzzer untuk meningkatkan popularitasnya sehingga elektabilitas di pilkada DKI Jakarta semakin meningkat. Penelitian ini focus pada pengaruh propaganda media social dalam popularitas Ahok di pilkada DKI Jakarta 2017. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dan unit Analisa berupa tweet pendukung Ahok dalam twitter. Berdasarkan penelitian ini, teknik propaganda dan buzzer yang digunakan oleh Ahok di twitter tidak sepenuhnya berhasil karena popularitas ternyata tidak berbanding lurus dengan elektabilitas sehingga Ahok yang populer pada saat itu di media sosial kalah dalam pemilukada DKI Jakarta. Kata Kunci: new media, Twitter, Propaganda, Buzzer *** Awal Kebangkitan Peran Media Massa : Pendahuluan Berdasarkan sejarah media massa terdapat peristiwa politik yang berpengaruh besar pada sebuah pemilihan Presiden 54 tahun silam. Peristiwa itu berlangsung 26 September 1960, dimana terjadi debat kandidat presiden antara John F. Kennedy dan Richard Nixon dan itu merupakan Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra debat kali pertama dalam sejarah di media televisi. Peritiwa bersejarah itu telah mengubah lanskap politik Amerika Serikat selanjutnya ke arah yang lebih baik. Momentum debat calon Presiden via saluran televisi tersebut, membuka era baru perdebatan televisi guna mencari figur pemimpin top suatu negeri. Debat itu juga disiarkan langsung saluran-saluran radio yang ada di USA ke seluruh negeri. Jajak pendapat jauh sebelum debat calon Presiden di televisi menunjukkan Nixon akan menang telak dalam pilpres Amerika yang digelar pada November 1960. Dalam debat calon Presiden di televisi itu, kata orang Amerika, Richard Nixon sebagai wapres tak akan mendapatkan keuntungan politik. Sebaliknya John F Kennedy akan menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menanggung resiko yang tak berarti. Pada 1960 di Amerika Serikat terdapat 40 juta pesawat televisi. Siarannya belum berwarna & masih televisi hitam putih. Televisi punya kemampuan untuk membentuk pendapat umum yang jauh lebih besar ketimbang gereja, sekolah, media massa cetak atau buku-buku. Diperkirakan 80 juta pemirsa Amerika menyaksikan acara perdebatan pada 26 September 1960 itu melalui layar televisi. Pada saat debat calon presiden tersebut John F. Kennedy mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk terjun ke kancah perdebatan, berbeda degan Nixon yang sangat percaya diri. Kennedy tampil tenang, santai dan luwes serta meyakinkan. Ia juga cekatan dan tangkas menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ulasan-ulasan yang datang dari moderator maupun dari Wakil Presiden Richard M. Nixon sendiri juga dijawab meyakinkan oleh Kennedy. John F. Kennedy tak lupa untuk melihat ke arah kamera — ke arah penonton – bukannya melihat kepada lawan debat, sebaliknya Nixon tampak tegang, seolah-olah ketakutan, kurang lancar. Nixon selalu tampak panik dalam mengemukakan pendapat-pendapatnya atau jawaban-jawabannya yang kurang meyakinkan. Nixon juga tak menunjukkan pandangannya ke arah penonton televisi. Selain itu raut muka Nixon juga tampak pucat. Raut muka Nixon yang pucat pasi itu disebabkan karena dia tidak bersedia untuk di-make up sebelum tampil, sebaliknya Kennedy memakainya. Di bawah sorotan lampu terang benderang dalam studio CBS, keputusan Nixon tak bersedia di-make up itu berakibat fatal. Dalam siaran langsung tv saat itu yang masih teknologinya hitam putih, dihadapan pemirsa tv terlihat Nixon tampak pucat pasi. Bahwa apa yang disuguhkan media tv pada debat calon presiden pertama itu ialah memberikan kesempatan kepada publik Amerika Serikat untuk membuat penilaian tentang dua kepribadian. Sesungguhnya Kennedy bukanlah tandingan Nixon, beliau penuh daya tarik, muda, penuh gaya & karisma sedangkan Nixon tampak tegang & kaku. Setelah debat calon presiden pertama berakhir semua penguji pendapat umum sampai pada kesimpulan yang sama yaitu John F. Kennedy memenangkanya. Dampak dari penampilan di media massa tersebut berpengaruh sangat besar pada masyarakat Amerik Serikat yang menyaksikan langsung melalui TV. Ini dibuktikan dari hasil pemilu pada saat itu yang memenangkan John F. Kennedy dengan 34.220.984 popular vote (49,7 %), sedangkan rivalnya Nixon memperoleh 34.108.157 popular vote (49,6 %). Pada tingkat electoral vote, Kennedy jauh meninggalkan Nixon dengan perolehan 303 suara sedangkan lawannya hanya mendapat 219 suara. Jika melihat hasil ini maka tidak salah ketika calon presiden dari Amerika Serikat di 50 tahun dari debat pertama calon presiden saat itu menggunakan teknik yang sama. Seorang muda berkulit hitam keturunan Afro-Amerika, orator seperti halnya Kennedy, dan seorang senator serta dari Partai Demokrat sama halnya dengan Kennedy sukses mengukir kemenangan dalam pilpres Amerika Serikat pada pemilihan presiden Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok by Revy Majiza Putra November 2008. Dia tak lain adalah Barack H. Obama. Presiden Amerika Serikat ke-44 untuk masa bakti 2008-2012. Mengikuti jejak seniornya John F. Kennedy pula, Obama paham mengenai teknologi informasi dapat mendongkrak popularitas dan elaktibilitas seseorang di kancah politik. Dia mengunakan saluran-saluran media massa dan informasi yang tersedia untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya dan meyakinkan publik. Menyatukan media televisi dan media internet, debat Barack H. Obama dan John McCain seakan mengulangi kembali sejarah perdebatan Kennedy dan Nixon. Hasil akhir dimenangkan Obama, dan dia menuju Gedung Putih. Dalam hal ini kita bisa melihat bukti bahwa media massa sangat berpengaruh terhadap popularitas dalam dunia politik. Melalui media massa setiap manusia bisa mendapatkan informasi yang menyangkut dirinya, orang lain, maupun lingkungannya. Media massa adalah suatu alat yang digunakan seseorang untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas atau banyak. Media massa merupakan media yang selalu mendapat perhatian dari masyarakat luas. Kehidupan manusia pada masa sekarang ini hampir tidak pernah lepas dari media massa baik itu televisi, koran, radio, ataupun internet. Setiap manusia hampir dapat dipastikan akan berhubungan dengan media massa. Sejalan dengan perkembangan zaman, kehidupan masyarakat di dunia banyak yang mengalami perubahan. Perubahan dalam berfikir misalnya, masyarakat kini lebih berfikir maju dan modern. Selain itu pula terjadi perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dahulu orang hidup hanya seadanya, tanpa memikirkan hal yang lebih maju. Namun, sekarang hal tersebut tidak berlaku lagi. Perubahan-perubahan ini banyak dipengaruhi oleh media massa khususnya televisi yang hampir di setiap rumah ada. Media massa contohnya televisi, buku, majalah, koran, radio, film dan yang sedang banyak digunakan sekarang adalah internet. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan internet dalam kehidupan, pergaulan dan komunikasi sosial kini mempunyai suatu bentuk baru. Oleh karena itu, kini, setiap orang berkomunikasi tanpa mengenal batas, ruang, dan waktu, sebagaimana disampaikan oleh Oetomo, dibawah ini: “Pola kehidupan sehari-hari telah berubah sejak adanya teknologi internet, karena dengan adanya teknologi internet, bumi seakan menjadi desa kecil yang tidak pernah tidur, semua jenis kegiatan dapat difasilitasi oleh teknologi internet”(Oetomo, 2007.11) Perkembangan internet sebagai new media (the second media age) menandai periode baru dimana teknologi interaktif dan komunikasi jaringan khususnya dunia maya akan mengubah masyarakat (Littlejohn, 2009: 413). Internet memberi kemudahan bagi penggunanya untuk mengakses informasi dengan sistem on-line. Sistem On-line ini dapat diakses dimanapun dan kapanpun pengguna berada. Keberadaan internet sebagai media informasi dan komunikasi menjadi jalur alternatif bagi setiap orang yang menggunakannya. Jika melihat peran dan fungsi media saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan politik di Indonesia. Salah satu hal yang dipengaruhi oleh media pada politik di Indonesia adalah bagaimana media dapat dijadikan sebagai sarana untuk propaganda di masyarakat. Propaganda berasal dari Bahasa latin, yaitu propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan. Propaganda merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang sering kali digunakan oleh individu ataupun kelompok sebagai media untuk menyebarluaskan suatu keyakinan atau doktrin. Lasswell (dalam buku Stanley J Baran & Dennis K Davis, 2010) menyatakan bahwa kekuatan Pengaruh Propaganda Melalui Media Sosial Terhadap Peningkatan Popularitas Ahok
Recommended publications
  • E-Paper Perpustakaan Dpr-Ri
    E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR-RI http://epaper.dpr.go.id Judul : Pertarungan Ide Menentukan Tanggal : Rabu, 21 September 2016 Surat Kabar : Kompas Halaman : 1 Basuki-Djarot Resmi Dicalonkan PDI-P, Tanda Tangani Kontrak Politik JAKARTA, KOMPAS — Setelah PDI-P mengumumkan pencalonan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada 2017, partai lain merapatkan kekuatan untuk memilih calon yang setanding. Pertarungan ide diharapkan menjadi penentu kemenangan. KOMPAS/LASTI KURNIASekjen PDI-P Hasto Kristiyanto (kiri) memperkenalkan calon kepala daerah yang akan diusung dalam pilkada serentak tahun 2017 di kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (20/9). Para calon kepala daerah itu adalah (dari kiri) pasangan calon Gubernur Gorontalo Hana Hasanah Fadel Muhammad dan wakilnya, Tonny S Junus; calon Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo; calon Gubernur Banten Rano Karno; serta calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan wakilnya, Djarot Saiful Hidayat. Pengumuman pasangan calon kepala daerah DKI itu digelar di kantor DPP PDI-P di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (20/9) pukul 20.10. Dalam kesempatan itu, DPP PDI-P secara serentak juga mengumumkan 100 pasang calon lain yang akan bersaing dalam Pilkada 2017. Pengumuman itu dilakukan secara simbolis dengan memanggil hanya beberapa pasangan calon. Mereka adalah Hana Hasanah Fadel Muhammad-Tommy S Junus (pemilihan gubernur Gorontalo), Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah (Aceh), Domingus Mandacan-Muhammad Lakatoni (Papua Barat), Muhammad Ali Baal Masdar-Enny Anggraini Anwar (Sulawesi Barat), Rano Karno (Banten), dan Hasto Wardoyo (pemilihan bupati Kulon Progo). Khusus untuk Pilkada Banten dan Kulon Progo, hingga Selasa malam, PDI-P belum menerima kepastian dari PPP dan PAN mengenai nama calon wakil gubernur yang akan diusung mendampingi Rano dan Hasto.
    [Show full text]
  • Sandiaga Uno Di Partai Gerindra Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dalam Pilgub DKI Jakarta Tahun 2017
    Rekrutmen Politik dalam Proses Penentuan Keputusan Pencalonan Anis Baswedan – Sandiaga Uno di Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Pilgub DKI Jakarta Tahun 2017 Rofiqi Alumnus Pascasarjana Universitas Indonesia e-mail: [email protected] ABSTRACT This research is drawn upon Anies Baswedan candidacy for Jakarta gubernatorial election which was supported by Gerinda and PKS even though he was a Jokowi proponent back in the 2014 presidential election. Despite the contradiction, Anies Baswedan was still appointed in the Jakarta gubernatorial candidacy. This research will be focusing on how the process of political recruitment behind Anies Baswedan- Sandiaga Uno’s appointment was conducted. Using political recruitment theory by Rush and Althoff, and elite theory by Nazaruddin Syamsuddin and Mosca, this research argues that their candidacy was done enclosed. Which mean, they did not get to deal with an internal selection of Gerinda, nor the wide selection (pemira) by PKS. Therefore, this research suggests that the Anies-Sandi gubernatorial candidacy was arranged by the elite trio: Jusuf Kalla, Prabowo Subianto and Shohibul Iman. Keywords: Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Political Elite, Jakarta Gubernatorial Election 2017. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pengusungan Anis Baswedan sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Padahal, Anis Baswedan merupakan pendukung Jokowi yang merupakan lawan politik Prabowo Subianto dalam pilpres tahun 2014. Karena itulah, perlu untuk dikaji mengenai rekrutmen politik terhadap Anis Baswedan - Sandiaga Uno sebagai Cagub - Cawagub DKI Jakarta pada pilgub DKI Jakarta tahun 2017. Teori yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab permasalahan penelitian ini ada teori rekrutmen politik yang dikemukakan oleh Rush dan Althoff.
    [Show full text]
  • Strategi Kampanye Campuran (Pra-Modern Dan Modern) Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012
    Strategi Kampanye Campuran (Pra-Modern dan Modern) Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 Triana Mitayani dan Ikhsan Darmawan Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstrak Penelitian ini membahas mengenai strategi kampanye campuran yang digunakan oleh Jokowi-Ahok pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Fokus penelitian ini yaitu menjelaskan bahwa kampanye yang dilakukan Jokowi-Ahok merupakan strategi kampanye campuran atau kampanye post-modern. Kampanye post-modern adalah campuran antara kampanye pra-modern dan kampanye modern. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data primer melalui wawancara mendalam dan dilengkapi dengan penelusuran data sekunder melalui buku, jurnal, artikel online dan sumber lainnya. Dari penelitian ini ditemukan bahwa dipilihnya strategi kampanye campuran pada pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jokowi-Ahok ditentukan oleh keterampilan kandidat, keterampilan tim kampanye, penggambaran media dan lanskap politik. Kata Kunci: Jokowi-Ahok, kampanye pra-modern, kampanye modern, strategi kampanye campuran. Abstract This thesis discusses about campaign strategy which used by Jokowi-Ahok during the Jakarta’s Governor Election 2012. This thesis focused to explain that Jokowi-Ahok’s campaign strategy is mixed campaign strategy or post-modern campaign. Post-modern campaign is acombination between pra-modern and modern campaign. This research is a qualitative methods with primary data collected in-depth interview and secondary data collected books, journals, online articles and other sources as a data collection techinques. The result of this thesis is the mixed campaign strategy by Jokowi-Ahok as a Governor and vice Governor is determined by personal skill of candidates, skill of campaign team, the media’s image and political landscape.
    [Show full text]
  • In Search of Hegemony: Islamism and the State in Indonesia
    In Search of Hegemony: Islamism and the State in Indonesia LUQMAN NUL HAKIM This thesis is submitted for the degree of Doctor of Philosophy The University of Melbourne February 2019 Declaration I certify that this thesis is the product of my own research, fewer than the maximum word limit in length, and contains no material which has been accepted as part of the requirements of any other degree at any tertiary education institution, or any material previously published by another person except where due reference is made. Luqman Nul Hakim i Abstract In post-authoritarian Indonesia, but particularly following the 9/11 terrorist attacks, Islamism has become a contentious matter of scholarly debate. The prominent accounts emerging from security and democratisation studies place much analytical weight on ideology and culture by often portraying the relationship between Islam and politics in essentialist fashion, associating the dynamics of Islamism with interpretations of Islamic doctrine or the contest between moderate and radical Muslims. The institutionalist literature, on the contrary, explains the rise of Islamism as the result of the weak capacity of the state following the fall of the centralised New Order authoritarian regime. Another variant draws attention to the moderation of Islamic politics as the result of participation in democratic processes, especially electoral politics. Yet, such linear and teleological explanations obscure the complex circumstances that establish the different trajectories of Islamism. They also fail to comprehend how the prevalence of Islamist discourse on power struggles in the current democracy can produce a more conservative and illiberal form of Islamism. In contrast, this thesis utilises the politics of hegemony approach as developed in the traditions of political discourse theory.
    [Show full text]
  • E-Paper Perpustakaan Dpr-Ri
    E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR-RI http://epaper.dpr.go.id Judul : Penantang Ahok Ditentukan Besok Tanggal : Rabu, 21 September 2016 Surat Kabar : Koran Tempo Halaman : 1 GAYA OPINI EDITORIAL IPTEK METRO EKBIS INTERNASIONAL NASIONAL OLAHRAGA DIGITAL LAPORAN UTAMA PERISTIWA JATENG JAKARTA - Rapat Koalisi Kekeluargaan di restoran Aljazeerah, Jakarta Timur, tadi malam, belum membuahkan hasil. Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Gerindra, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional belum memutuskan calon gubernur yang akan menantang Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat. Gerindra berkukuh tetap memasang Sandiaga Uno sebagai calon gubernur. Nama mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan sempat mencuat, tapi mental dalam pembahasan. "Kami sodorkan nama Sandiaga untuk diputuskan DPP setiap partai pada hari Kamis untuk didaftarkan pada hari Jumat," kata Ketua Gerindra Jakarta Muhammad Taufik semalam. Menurut Taufik, nama Anies dan Yusril memang sempat dibahas, tapi tak jadi diputuskan karena keduanya hanya muncul dalam survei-survei oleh lembaga peneliti politik. Gerindra, kata Taufik, juga tetap menyodorkan empat nama untuk mendampingi Sandiaga: Sekretaris Daerah Saefullah, Deputi Gubernur Sylviana Murni, kader Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera, dan Ketua Demokrat Jakarta Nachrowi Ramli. Setelah DPP setiap partai memutuskan, Koalisi Kekeluargaan akan mendaftarkan nama calon gubernur dan wakilnya ke Komisi Pemilihan Umum Daerah Jakarta pada Jumat. Dengan konstelasi politik ini, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Syahril Wasahua memprediksi hanya akan ada dua pasangan yang bertarung dalam pemilihan kepala daerah 2017. Jika hanya ada dua pasangan, pemilihan dipastikan hanya berlangsung satu putaran. Partai Keadilan Sejahtera, yang tak ikut dalam pertemuan Aljazeerah, tetap menyodorkan Sandiaga-Mardani. Kemunculan Mardani membuat PPP, PKB, Demokrat, dan PAN berniat pisah dan membentuk poros baru.
    [Show full text]
  • Kecenderungan Keberpihakan Pemberitaan Gubernur-Wakil Gubernur Dki Jakarta Terpilih Sebelum Dan Sesudah Dilantik
    KECENDERUNGAN KEBERPIHAKAN PEMBERITAAN GUBERNUR-WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TERPILIH SEBELUM DAN SESUDAH DILANTIK (Analisis Isi Berita di Surat Kabar Media Indonesia dan Republika Periode 03 Oktober – 30 Oktober 2017) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh: Eka Elviani Srilestari NIM 6662141766 KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG – BANTEN 2018 ii iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Masa depan adalah milik pengambil risiko, bukan pencari keamanan. Semakin anda mencari keamanan, semakin sedikit anda akan memiliki dan semakin anda mengejar peluang, semakin banyak keamanan yang akan anda capai. - Brian Tracy - Setiap pilihan hidup memiliki konsekuensinya. Baik atau buruk maka bertanggung jawablah atas pilahanmu. - Eka Elviani Srilestari - Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua ku, berkat doanya yang tiada henti. v ABSTRAK Eka Elviani Srilestari. NIM. 6662141766. Skripsi. Kecenderungan Keberpihakan Pemberitaan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Terpilih Sebelum dan Sesudah Dilantik (Analisis Isi Pemberitaan pada Media Indonesia dan Republika Periode 03 Oktober 2017-30 Oktober 2017). Pembimbing I: Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom. dan Pembimbing II: Darwis Sagita, M.I.Kom. Keberimbangan merupakan salah satu poin dalam kode etik jurnalistik yang harus terpenuhi dalam pemberitaan. Saat ini, keberimbangan pemberitaan sering menjadi pokok permasalahan dan pertanyaan untuk menilai independensi suatu media. Apalagi kini banyaknya para konglomerasi media yang juga merupakan pimpinan suatu partai politik. Melihat situasi seperti itu, peneliti tertarik untuk meneliti kecenderungan keberpihakan pemberitaaan pada media massa. Penelitian ini menggunakan momentum pelantikan Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebelum dan sesudah dilantik.
    [Show full text]
  • Politics, Power, Resources and the Political Economy of Plural Policing
    Politics, power, resources and the political economy of plural policing This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy Murdoch University 2015 Fabio Scarpello BA in Journalism and Media Studies (2003, University of West London) MA in Globalisation and Governance (2010, Murdoch University) Acknowledgments A PhD is s huge task, a grinding undertaking that tests personal commitment, stamina, intellectual capacity, sanity and relationships. It is also an undertaking difficult to achieve without supporting colleagues, friends and family. In my case the long list of acknowledgements needs to start with those that, unwittingly, planted the seeds for this study. Indeed, the seeds of this study were planted in the eight years I spent reporting on Southeast Asia’s political and security issues for various publications. It was through the encounters with criminals, gangs, rebel groups, police and military officers, religious leaders, politicians, business people, academics, activists and residents in places such as Mindanao, Sulu, Pattani, Yala, Narathiwat, Manila, Jakarta and Aceh, among others, that I came to appreciate the intimate relationship between struggles over the political economy and how various actors deploy coercive force to extract resources at the local level. My interest in explaining the dialectical relations between the broader political economy and plural policing was a consequential step in the journey. I am thus deeply indebted to all of those that talked to me, on and off the records. This extends to the sources interviewed during the fieldwork for this study. My second heartfelt thank you goes to the scholars that influenced the trajectory from the initial idea to this dissertation.
    [Show full text]
  • Fenomena Blusukan Dalam Model Kepemimpinan Politik Joko Widodo the Phenomenon of Blusukan in the Role of Political Leadership of Joko Widodo
    Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK FENOMENA BLUSUKAN DALAM MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK JOKO WIDODO THE PHENOMENON OF BLUSUKAN IN THE ROLE OF POLITICAL LEADERSHIP OF JOKO WIDODO A.Zulkarnain Syamsuddin Harris Universitas Nasional Universitas Nasional [email protected] [email protected] Abstract Joko Widodo becomes a political phenomenon in his own way. Taken from three process of Pilkada, two times in Solo (period 2005 and 2010), or one time in DKI (2012), also Pilpres in 2014, has succeeded to make him the winner. Blusukan of Jokowi has created pro and contra in community. Some people think that Jokowi looked for an image, while some others agree with him. Those who agree with him think if blusukan is succeeded to make him closer and more aspirative to the community. By using qualitative method, hence, there are five models connected with the political leadership of Jokowi; the leadership of servants, horizontal, populists, democracy, charismatics and democratic. Moreover, both servants and horizontal leadership are the best among others. Keywords: Joko Widodo, blusukan, leadership. Abstrak Joko Widodo menjadi fenomena politik tersendiri. Dari tiga proses pilkada yang telah di lewati baik di Solo sebanyak dua kali (2005 dan 2010), maupun di DKI satu kali (2012), serta Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, telah berhasil menjadikannya sebagai pemenang. Model kepemimpinan politik Joko Widodo yang suka blusukan telah menciptakan pro-kontra di tengah masyarakat. Ada beberapa pihak yang menganggapnya hanya merupakan strategi
    [Show full text]
  • Based Kampung Restoration
    MediaInformation Media of The Provincial Government of DKI Jakarta Jaya Upgrading Building A New Start for Slums in Jakarta Dream Kampung Kampung Akuarium Together Top Report New Model for Community- Based Kampung Restoration 08th EDITION/2020 Jendela Model for Urban Kampungs qualid villages (kampungs) or slums has been one of the problems that the government need to cope, Sincluding those in Jakarta Greater Area. Various ef- CHIEF EXECUTIVE forts had been done by the Jakarta government to solve OFFICER the problem, one of them is by launching a program to The Governor of DKI Jakarta enhance the quality of settlements. Through this program, Jakarta government wants to CHIEF OPERATING fulfill residents’ rights and hopes for having proper and OFFICER adequate housings. According to Gubernatorial Instruc- Secretary of The Provincial tion (Kepgub) No.878/2018 on the kampung and residen- Government of DKI Jakarta tial area restoration task force, there are 21 kampungs the Assistant Secretary of The Jakarta government needs to revamp. Provincial Government of One of the 21 kampungs is Kampung Akuarium in Pen- DKI Jakarta jaringan, North Jakarta. This project will be a pillar in kampung revitalization in Jakarta and hence become a model for urban kampung. Therefore, not only they will rebuild DIRECTOR the kampung area, but also the quality of the residents: in social, culture and economic Head of Communication, aspects. Information and Statistics of The restoration concept for Kampung Akuarium will be a collaborative work be- DKI Jakarta tween the Jakarta administration and the residents themselves: they will be invited to actively participate in the process, from the planning to deciding what’s being needed.
    [Show full text]
  • Socioeconomic Changes Among Beca Drivers in Jakarta, 1988 98
    east asia LLabour andmd Management in Development JourJournalnal Volume 1, Number 6 Socioeconomic changes among Ebeca drivers in Jakarta, 1988–98 Yosh Azuma 99-2 Asia Pacific Press at the AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY http://ncdsnet.anu.edu.au Socioeconomic changes among beca drivers in Jakarta, 1988–98 Yosh Azuma © Asia Pacific Press 2000 This work is copyright. Apart from those uses which may be permitted under the Copyright Act 1968 as amended, no part may be reproduced by any process without written permission from the publisher. ISSN 1443–6698 ISBN 0 7315 3644 4 Yosh Azuma is currently Senior Researcher in the United Nations Transitional Administration in East Timor (UNTAET). Abbreviations BPS Biro Pusat Statistik DBB Daerah Bebas Beca (Beca Free Zone) DKI Daerah Khusus Ibukota (Special region of the capital) JPS Jaring Pengaman Sosial (social security net funds) KB Keluarga Berencana (family planning program) KTP Kartu Tanda Penduduk (identification cards) KUD Korperasi Unit Desa (village cooperative unit) NGO non governmental organisation YTKI Yayasan Tenaga Kerja Indonesia Labour and Management in Development Journal, Volume 1, Number 6 2 © Asia Pacific Press 2000 Socioeconomic changes among beca drivers in Jakarta, 1988–98 Yosh Azuma The sudden economic crisis which began in encouraged industrialisation by Western Thailand in July 1997 has brought about development strategies, a large number of fundamental change throughout Southeast small landholders and landless peasants in Asia. In Indonesia, monetary crisis (Krisis rural Java were attracted to Jakarta. Moniter or Krismon in Indonesia) and overall Capitalist development, due mainly to economic stagnation contributed to the foreign investment, official development ousting of long-serving President Soeharto.
    [Show full text]
  • Research Report
    Research Report Social Media Use Needs Assessment for At-Risk Groups & In-Depth Analysis of Use of Social Media in Indonesia Draft version 5: 7 August 2018 Research conducted by: 1 Acknowledgments This research was conducted by a Love Frankie team led by Ruici Tio, Fatima Astuti and Hannah Perry. Interviews and focus group discussions were conducted by Fatima Astuti, Nurhajjah A. Tahumil, Muhammad Djufryhard and Muhar Syahdi Difinubun with the support of several note takers. The research team is indebted to many people who gave up their time as recruiters and interviewees and the following organizations and individuals who provided their time and expertise: Airlangga Pribadi Alliance for a Peaceful Indonesia (AIDA) Cameo Project Center for Inter-Cultural Study (LKLK) Dr. Chairul Mahfud Civil Society Against Violent Extremism (C-Save) Fahmina Institute Febiola Novita Gita Savitri Devi Gusdurian – chapters Solo and Purwokerto Independent Journalist Alliance - chapters Solo, Bandung and Jakarta (AJI) Islami.co Nahdlatul Ulama TV9 Ikatan Pemuda Muhammadiyah Parole Agency (Directorate General of Correction, Ministry of Justice and Human Rights) (BAPAS) Peace Generation Research Center of Islam and Society, Islamic State University Jakarta (PPIM UIN Jakarta) Sabang Merauke Sahabat Kapas Sarah Nehriza Universitas Jenderal Soedirman Wahid Foundation William Sudhana Youth Interfaith Peacemaker Community (YIPC) 2 Contents Acknowledgments 2 Abbreviations and Acronyms 4 Executive summary 5 Introduction 9 Background 9 Research objectives 11 Research
    [Show full text]
  • The Analysis of Endocentric and Exocentric Phrase In
    THE ANALYSIS OF ENDOCENTRIC AND EXOCENTRIC PHRASE IN JAKARTA POST NEWSPAPER A THESIS BY AMSALDI WAHYU KRISTIAN SINULINGGA REG. NO.130705133 DEPARTMENT OF ENGLISH FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN 2017 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara AUTHOR’S DECLARATION I, AMSALDI WAHYU KRISTIAN SINULINGGA DECLARE THAT I AM THE SOLE AUTHOR OF THIS THESIS EXCEPT WHERE REFERENCE IS MADE IN THE TEXT OF THIS THESIS. THIS THESIS CONTAINS NO MATERIAL PUBLISHED ELSEWHER OR EXTRACTED IN WHOLE OR IN PART FROM A THESIS BY WHICH I HAVE QUALIFIED FOR OR AWARDED ANOTHER DEGREE. NO OTHER PERSON’S WORK HAS BEEN USED WITHOUT DUE ACKNOLEDGEMENTS IN THE MAIN TEXT OF THIS THESIS. THIS THESIS HAS NOT BEEN SUBMITTED FOR THE AWARD OF ANOTHER DEGREE IN ANY TERTIARY EDUCATION. Signed : Date : November22nd, 2017 Universitas Sumatera Utara COPYRIGHT DECLARATION NAME : AMSALDI WAHYU KRISTIAN SINULINGGA TITLE OF THESIS : THE ANALYSIS OF ENDOCENTRIC AND EXOCENTRIC PHRASE IN JAKARTA POST NEWSPAPER QUALIFICATION : S-1/SARJANA SASTRA DEPARTMENT : ENGLISH I AM WILLING THAT MY THESIS SHOULD BE AVAILABLE FOR REPRODUCTION AT THE DISCRETION OF THE LIBRARIAN OF DEPARTMENT OF ENGLISH, FACULTY OF CULTURAL STUDIES, UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA ON THE UNDERSTANDING THAT USERS ARE MADE AWARE OF THEIR OBLIGATION UNDER THE LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA. Signed : Date : November22nd, 2017 Universitas Sumatera Utara ACKNOWLEDGEMENTS First of all, I would like to say thanks and praise Jesus Christ for blessing me abundantly and give me strength during the time of doing and finishing this thesis of mine. My very special gratitude is my beloved parents, my father Lesma Sinulingga, he is the best man ever in my life and always cares about everything I need, and my mother Adelina Ginting, the best woman ever in my life, she always keep supporting me and listen to my sad or happy story in writing and finishing this thesis.
    [Show full text]