<<

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume IX No. 2 / Desember 2019 ISSN : 2581-1541 E-ISSN : 2086-1109

SAUNG ANGKLUNG UDJO: WISATA DAN PELESTARIAN BUDAYA

Santi Susanti, Dian Wardiana Sjuchro Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran [email protected]

Abstract Introducing traditional art to millennials is not easy, because it requires innovation and the ability to adapt to current conditions. Saung Angklung Udjo (SAU) has succeeded in breaking the boundary through performing arts that are held in Saung as well as in several events at home and abroad. This paper aims to describe the struggle of Udjo Ngalagena to make traditional known and sought after by the world community and how Saung Angklung can become a cultural tourism destination that has a role in preserving traditional culture. Using the qualitative- fenomenology method, data were obtained through interviews, observations and documents and literature related to Saung Angklung Udjo. Based on data processing results, as a tourist location, SAU has become a cultural tourism destination that introduces the cultural of in the form of art, especially angklung, through performances by children and teenagers accompanied by angklung music. There are also craft workshops and the Bamboo Crafts Center Shop which provides bamboo handicraft merchandise that visitors can buy. As a cultural preservation area, SAU performs regularly and pass down cultural traditions to children by educating them Sundanese art and angklung traditions for free. The children will perform in the show, given honorariums until given tuition assistance. Saung Angklung was established as Udjo's effort to unite the love of children, traditional arts, flora and fauna, nature, and environment into harmony, which is comfortable to see, hear and feel.

Keywords: cultural tourism, cultural preservation, bamboo show, harmony.

Abstrak Mengenalkan seni tradisi kepada generasi milenial tidaklah mudah, karena membutuhkan inovasi serta kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini. Saung Angklung Udjo (SAU) berhasil menembus batas tersebut melalui seni pertunjukkan yang digelar di Saung maupun di sejumlah acara di dalam dan luar negeri. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan perjuangan Udjo Ngalagena menjadikan musik tradisi dikenal dan diminati masyarakat dunia serta bagaimana Saung Angklung dapat menjadi destinasi wisata budaya yang memiliki peran dalam melestarikan budaya tradisi. Dengan metode studi kasus, data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumen serta tulisan yang terkait dengan Saung Angklung Udjo. Berdasarkan hasil pengolahan data, sebagai lokasi wisata, SAU menjadi destinasi wisata budaya yang mengenalkan hasil budaya masyarakat Sunda berupa kesenian, terutama angklung, melalui pertunjukkan yang ditampilkan oleh anak-anak dan remaja yang diiringi musik angklung. Ada juga workshop kerajinan bambu dan Toko Pusat Kerajinan Bambu yang menyediakan merchandise kerajinan bambu yang bisa dibeli pengunjung. Sebagai kawasan pelestarian budaya, SAU melakukan pertunjukkan secara teratur serta mewariskan budaya tradisi kepada anak-anak dengan mendidik mereka untuk menguasai seni tradisi Sunda dan angklung secara gratis. Anak-anak tersebut akan tampil dalam pertunjukkan, diberi honor hingga diberi bantuan biaya sekolah. Saung Angklung didirikan sebagai upaya Udjo untuk menyatukan kecintaan kepada anak-anak, seni tradisional, flora dan fauna, alam, serta lingkungan menjadi suatu harmoni, yang nyaman dilihat, didengar dan dirasakan.

Kata kunci : wisata budaya, pelestarian budaya tradisi, pertunjukkan bambu, harmoni

35

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019

1. Pendahuluan dan diminati masyarakat dunia melalui Saung Seni tradisi kerapkali luput dari perhatian Angklung Udjo. masyarakat penghasilnya maupun yang berada di luar masyarakat tersebut, terutama Pengumpulan data dilakukan melalui generasi milenial saat ini. Penyebabnya wawancara, observasi, serta dokumen dan beragam. Bisa karena kesenian tersebut sudah tulisan yang terkait dengan Saung Angklung tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi Udjo. saat ini sehingga tidak bisa berkembang, atau kurangnya sosialisasi sehingga tidak ada yang berminat untuk menyaksikan, apalagi menjadi 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan penerus dari seni tradisi tersebut. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk seorang Udjo 3.1. Wisata Budaya Ngalagena. Dengan kreatifitas dan Faktor budaya menjadi salah satu hal kemampuannya untuk menangkap setiap yang dapat menarik wisatawan. Faktor peluang yang ada, Udjo berhasil menjadikan budaya lahir dari warisan leluhur atau nenek seni tradisi dikenal dan dapat disukai oleh moyang yang dikembangkan dan dikenalkan setiap generasi. Alat musik angklung menjadi oleh pewarisnya. Wisata budaya merupakan pintu masuk bagi Udjo untuk mengenalkan jenis pariwisata yang berkaitan dengan seni tradisi Sunda tidak hanya kepada budaya atau kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat , juga kepada masyarakat suatu wilayah tertentu. Seperti masyarakat dunia melalui pertunjukkan yang disampaikan Damarjati (1995: 29), wisata digelar di beberapa negara dengan membawa budaya adalah gerak atau kegiatan wisata nama Saung Angklung Udjo. yang dirangsang oleh adanya obyek-obyek Dalam tulisan ini, dipaparkan mengenai wisata berwujud hasil-hasil seni budaya perjuangan Udjo Ngalagena menjadikan setempat, misalnya adat istiadat, upacara- musik tradisi dikenal dan diminati masyarakat upacara keagamaan, tata hidup masyarakat, dunia serta bagaimana Saung Angklung dapat peninggalan-peninggalan sejarah, hasil-hasil menjadi destinasi wisata budaya yang seni dan kerajinan rakyat, dan sebagainya. memiliki peran dalam melestarikan budaya Wisata budaya merupakan salah satu tradisi. jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan 2. Metode Penelitian kebudayaan sebagai objeknya (Yoeti, 1996). Wisata budaya termasuk salah satu jenis Penelitian ini menggunakan metode wisata khusus, seperti wisata alam dan wisata kualitatif dengan pendekatan studi kasus. petualangan. Adapun tujuan wisata budaya Pendekatan studi kasus, menurut Yin (2018) adalah memperkaya informasi dan menambah menyelidiki fenomena di dalam kehidupan pengetahuan tentang perilaku masyarakat di nyata, dengan tetap mempertahankan suatu wilayah, juga mendapatkan kepuasan karakteristik holistik dan bermakna dari dan hiburan dari hasil kebudayaan suatu peristiwa kehidupan nyata, seperti siklus bangsa, termasuk salah satunya adalah kehidupan seseorang, proses organisasional kesenian. (Syarifuddin, 2016). dan manajerial, perubahan lingkungan sosial, dan sebagainya. Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan (Ritchie dan Tulisan ini merupakan bagian dari Zins, 1989), yaitu kerajinan tangan penelitian mengenai Saung Angklung Udjo, (handicrafts), tradisi masyarakat (traditions), yang menggunakan tipe studi kasus deskriptif, Hal-hal terkait kuliner (gastronomy), musik untuk menggambarkan perjuangan Udjo dan kesenian (art and music), sejarah suatu Ngalagena menjadikan musik tradisi dikenal tempat (history of the area), cara kerja dan teknologi (types of work engaged in by 36

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi

residents), bentuk dan karakteristik arsitektur memengaruhi semua hal yang dilakukan (architecture), bahasa (language), agama orang dalam masyarakatnya karena gagasan, yang dinyatakan dalam cerita atau sesuatu nilai, sikap, dan pola perilaku normatif atau yang dapat disaksikan (religion/ including yang diharapkan. Hofstede dalam Belshek visible manifestations), sistem pendidikan (2006) mendefinisikan budaya sebagai (education systems), tata cara berpakaian "pemrograman kolektif pikiran yang penduduk setempat (dress), aktivitas pada membedakan anggota satu kelompok dari waktu senggang (leisure activities). yang lain, yang diturunkan dari generasi ke generasi, berubah sepanjang waktu karena Saung Angklung Udjo merupakan salah setiap generasi menambahkan sesuatu sendiri satu destinasi wisata yang mengenalkan hasil sebelum meneruskannya. budaya masyarakat Sunda berupa kesenian, terutama angklung. Kemasan wisata yang Pelestarian warisan budaya melibatkan ditampilkan di SAU, seluruhnya berbasis pelestarian warisan fisik masyarakat yang pada budaya Sunda dan berfungsi sebagai hidup, termasuk bangunan, struktur, situs, dan media pengetahuan bagi pengunjung SAU komunitas mereka. Ini mencakup dalam mengetahui hasil-hasil budaya perlindungan lanskap yang diubah masyarakat masyarakat Sunda, yang ditampilkan dalam melalui pembangunan pertanian dan industri. suatu pementasan yang dilakukan oleh anak- Ini mencakup budaya material, termasuk anak dan remaja dengan angklung sebagai artefak, arsip, dan bukti nyata lainnya. pengiring utamanya. Selain aspek-aspek nyata, "Cagar Budaya 3.2. Melestarikan Warisan Budaya Warisan" juga mencakup transmisi aspek- aspek tak kasat mata dari masyarakat, seperti Kata "melestarikan" didefinisikan untuk tradisi lisan, musik dan ritual masyarakat menjaga sesuatu atau mencegahnya dari (Coppin State University, 2002 dalam Hani, kerusakan/kehancuran atau untuk et al, 2012). menambahkan zat ke sesuatu sehingga tetap dalam kondisi baik untuk waktu yang lama. Dalam tulisan ini, istilah "melestarikan warisan budaya" berarti melestarikan budaya Warisan budaya dapat didefinisikan berwujud dan tidak berwujud, khususnya sebagai seluruh kumpulan tanda-tanda warisan budaya yang berkaitan dengan seni. material, baik artistik atau simbolik, yang Instrumen musik dan pertunjukkan tari adalah diberikan oleh masa lalu kepada masing- dua jenis seni yang biasanya dipertahankan masing budaya dan bagi seluruh umat oleh sebuah komunitas untuk mengungkapkan manusia (Jokilehto, 1989). Warisan budaya keberadaan mereka. dapat menjadi salah satu pendapatan utama negara melalui pariwisata. Warisan budaya Pelestarian warisan budaya sangat bukan hanya bekas sejarah, tetapi juga salah penting, tidak hanya untuk menjaga identitas satu identitas utama suatu bangsa. Sebagai komunitas, tetapi juga untuk memberikan sumber daya utama, warisan budaya telah keuntungan ekonomi dan nilai-nilai lainnya. menjadi pendorong bagi pembangunan 3.3. Udjo dan Saung Angklung berkelanjutan. Oleh karena itu, melestarikan warisan budaya menjadi penting. Melindungi Udjo Ngalagena dilahirkan pada 5 Maret warisan budaya bersifat ekonomis, serta 1927 di Kampung Cicalung, Desa Cikidang historis, dan juga merupakan proses budaya Kecamatan Lembang, Kabupaten (Ekwelem et al., 2011). Barat. Kampung Cicalung tempat tinggalnya merupakan sebuah desa yang masih alami. Warisan budaya termasuk budaya Udjo bersama teman-temannya selalu bermain berwujud dan tidak berwujud. Budaya di sawah, memelihara domba, kolam ikan dan

37

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019

hidup di sekitar rumpun bambu. (Sumardjo, 2010: 46-48). Udjo adalah seniman yang mencintai Bakat seni menurun dari sang ayah anak-anak, seni tradisional, flora dan fauna, sebagai seniman , kakawihan dan alam, lingkungan serta ternaknya. Ia ingin . Udjo mulai belajar angklung pada menyatukan semua itu menjadi suatu usia 4 tahun dari seorang pengamen angklung harmoni. yang saat itu dikenal dengan sebutan panja repot. Disebut demikian karena saat beraksi “Jadi cita-cita mendirikan saung dia harus mampu memainkan berbagai alat angklung bermula dari situ, untuk musik sendirian. Musik-musik yang menyatukan sebagai pendidik yang dimainkan umumnya angklung, , mencintai anak-anak, lingkungan alam tiup (songsong) dan goong gentong semesta, juga sebagai seorang seniman (Syafii, 2009:8). Di tempat kelahiran Udjo di yang ingin menyatukan semua itu Cicalung terdapat berbagai kesenian seperti sebagai sebuah harmoni.” angklung, calung, , dan pencak silat. Atas dasar kecintaan yang besar itu, Di masa kecilnya Udjo belajar jenis-jenis seni dengan dukungan dari sang istri, Uum tersebut. Sumiati Udjo mendirikan Saung Angklung Kecintaan Udjo pada angklung semakin Udjo pada tahun 1966 dengan slogan Nature meningkat ketika ia bertemu dengan Daeng and Culture in Harmony. Nama saung yang Soetigna, seorang seniman angklung, yang dipakai, menurut Taufik mencirikan khas berhasil mengubah nada angklung dari rumah adat Sunda yang mencirikan pentatonis menjadi diatonis sehingga kesederhanaan. “Sampai akhir hayatnya angklung bisa digunakan untuk memainkan beliau tinggal di rumah saung.” musik modern. Interaksinya yang intens Kondisi awal pendirian, pada saat itu, dengan angklung membuat Udjo tidak lagi untuk bisa menampilkan karya-karyanya menjadikan angklung sekadar kesenian, sekali tidak mengeluarkan uang, karena melainkan sebagai jalan hidup (way of life). diundang untuk tampil di hajatan atau rekan- Taufik Hidayat Udjo, Direktur Utama rekan Udjo. Pertunjukkan yang lebih banyak Saung Angklung mengungkapkan sisi lain digelar di Saung adalah permainan. Paling dari diubahnya nada angklung dari pentatonis tidak main calung. Main angklung masih menjadi diatonis. Menurut Taufik, upaya yang sedikit, di bawah 10 orang. dilakukan oleh Daeng Soetigna itu pada Pembiayaan untuk operasional Saung awalnya mendapat kecaman dan dianggap diperoleh secara mandiri dengan sebagai perusak tradisi. Berikut penuturannya: memanfaatkan sesuatu yang bisa dijual. “Pak Daeng minta tolong bantuan bapak Bahkan gaji istri Udjo sebagai kepala sekolah saya yang menjadi murid Pak Daeng SD saat itu, seringkali digunakan sebagai untuk memperlihatkan kepada modal supaya ada kegiatan pertunjukkan. masyarakat luas bahwa angklung Udjo pandai menerapkan prinsip untuk sama- tradisional Sunda masih terjaga. Bapak sama memelihara seni tradisi. Terlahir untuk menampilkannya di Homann pada saat bisa mengolah sesuatu menjadi layak jual. KAA. Itu yang pada akhirnya membuat “Bagi saya, beliau memiliki kepandaian Pak Daeng berterima kasih pada bapak, untuk bisa melihat peluang sesuatu yang karena kecaman akhirnya tidak ada, bisa memiliki daya jual, padahal dari karena Pa Udjo membuktikan Pa Daeng yang amat sangat sederhana. Semacam tidak membunuh tradisi.” (wawancara mainan yang mampu dijual oleh Udjo Taufik Udjo, 22/03/2017) sebagai sesuatu yang menarik bagi

38

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi

tamu.” (wawancara Taufik Udjo, membeli kerajinan dari komunitas pengrajin 22/03/2017) dan menjualnya untuk turis lokal dan asing. Selain visinya, SAU telah berkembang Banyak hal yang dilakukan untuk menjadi kawasan budaya Sunda, khususnya mengembangkan saung angklung hingga budaya bambu, dengan reputasi dunia dan seperti sekarang. Modal utamanya adalah menjadi tujuan wisata utama di Indonesia. mencintai sehingga muncul kesungguhan, keuletan dan ketabahan luar biasa. SAU menjalankan bisnis mereka dengan memegang prinsip bisnis keluarga dan Dengan menggerakkan seni pertunjukkan memiliki struktur organisasi bisnis seperti khususnya angklung, Saung Angklung Udjo kelas menengah pada umumnya. Sebagai berhasil memperluas bisnisnya menjadi bisnis pariwisata, SAU berorientasi pada beragam, beberapa di antaranya adalah keuntungan, yang tercermin pada merchandise tradisional, dan acara idealismenya: “Seni untuk Pertunjukkan”. tradisional. Saung Angklung Udjo diarahkan Seni untuk Pertunjukkan adalah bentuk untuk menjadi salah satu tujuan wisata utama idealisme yang menempatkan warisan budaya bagi pengunjung asing yang datang ke sebagai komoditas bernilai yang dapat Bandung. Saung Angklung Udjo sebagai membawa SAU untuk mencapai beberapa salah satu industri kreatif dalam etnis Sunda tujuan keuangan, yang ditandai dengan adalah contoh bagaimana sebuah karya keuntungan bisnis dari setiap pertunjukkan tradisional berhasil menyebar dengan sistem angklung di SAU. Mengenai seni sebagai bisnis modern dan transformasi bisnis dalam komoditi, Taufik menjelaskan, skala berlipat ganda. “Bapak sebenarnya ingin yang asli Saat ini, SAU menjadi lokakarya budaya tradisi terpelihara dengan baik. Itu perlu satu atap, yang terdiri dari: dana. Kita pisahkan seni untuk • Tempat pertunjukkan: pertunjukkan pertunjukkan dan seni untuk seni. Seni budaya Sunda, termasuk untuk pertunjukkan dijual tapi tidak pertunjukkan musik angklung, keluar dari akar budayanya.” tarian Sunda, dan banyak (wawancara Taufik Udjo, 22/03/2017) pertunjukkan budaya lainnya Selama perjalanan Saung Angklung Udjo • Workshop instrumen bambu, dan yang lebih dari 50 tahun, telah banyak negara • Toko pusat kerajinan bambu yang dikunjungi untuk menggelar Pertunjukkan adalah daya tarik utama di pertunjukkan budaya. Di negara-negara SAU dan juga menjadi inti bisnis SAU. Ada tersebut, para penonton kerap diajak untuk dua pertunjukkan: pertunjukkan internal (di bermain angklung yang dipandu oleh SAU. SAU) dan pertunjukkan eksternal (di luar Perjalanan ke luar negeri dijalani atas prestasi SAU). Setiap jenis pertunjukkan dikemas yang diraih SAU, bukan dari pertemanan. dalam beberapa paket. SAU juga menciptakan 3.4. Harmoni Budaya dan Alam di angklung dan alat musik lainnya yang terbuat SAU dari bambu. Angklung dan instrumen musik bambu lainnya dibuat di bengkel instrumen Keinginan Udjo untuk memadukan bambu. Mereka menghasilkan ribuan budaya dan alam ke dalam satu harmoni, angklung untuk komoditas ekspor dan diwujudkan dalam berkesenian dengan permintaan lokal. menampilkan pertunjukkan yang memadukkan seni, budaya dan anak-anak ke Selain dua bisnis inti, SAU juga memiliki dalam satu harmoni yang terdengar dan toko pusat kerajinan bambu sebagai bisnis terlihat nyaman. Namanya Pertunjukkan yang sesuai. Di toko pusat merchandise, SAU

39

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019

Bambu Petang yang berisi beberapa bambu sebagai elemen utamanya. Konsep penampilan singkat yang spektakuler, seperti seni pertunjukkan disampaikan secara ringan demonstrasi golek, upacara helaran, dan menyenangkan oleh anak-anak dan seni tari tradisional, Angklung Pemula, remaja. Udjo dan Uum dikaruniai 10 anak, Angklung Orkestra, Angklung Massal dan yang kini menjadi pengelola SAU yang Arumba. Di akhir pertunjukkan, para berada di Jalan Padasuka 118, Kota Bandung. penonton akan diajak untuk menari bersama Sepeninggal Udjo pada tahun 2001, anak–anak. Pertunjukkan Bambu Petang pengelolaan SAU tetap dilaksanakan oleh dikembangkan dari sebuah konsep Kaulinan keluarga utama, yakni 10 anak beserta Urang Lembur yang diciptakan oleh Udjo keturunannya. Berbagai pertunjukkan digelar Ngalagena. di dalam dan luar negeri. Kolaborasi sering dilakukan bersama Purwacaraka, Erwin Sebelum pertunjukkan, hadirin biasanya Gutawa, Addie M.S., dan Dwiki Dharmawan. diajak untuk bermain angklung memainkan Panggung utama di Padasuka. juga tak pernah lagu, yang dipandu salah seorang pemandu sepi dari pertunjukkan setiap harinya. dari SAU. Dengan mengikuti gerakan tangan yang menandakan notasi angklung yang harus Kesenian tradisi yang ditampilkan di digerakkan, hadirin bisa memainkan lagu SAU merupakan bagian dari budaya Sunda, kekinian dari awal hingga selesai. yang ditampilkan oleh anak-anak dan remaja generasi milenial saat ini. Meski umumnya 3.5. SAU dan Pelestarian Budaya kesenian tradisi kurang menarik perhatian Pada 16 November 2010, Sidang ke-5 generasi milenial, namun di SAU, kesenian Inter-Governmental Committee UNESCO di tradisi ditampilkan secara teratur dalam suatu Nairobi, Kenya, memasukkan angklung pertunjukkan. Keberlangsungan pertunjukkan dalam representatif warisan budaya nonbenda tersebut menunjukkan bahwa SAU berperan (intangible) dari Indonesia. Masyarakat dalam pelestarian budaya Sunda. Melalui Indonesia patut berbangga akan pencapaian pertunjukkan yang dilakukan, SAU ingin ini. Nama Saung Angklung Udjo tidak menyampaikan kepada masyarakat luas terlepas dari pencapaian tersebut. Lewat bahwa seni tradisi masih terpelihara dan bisa sejumlah rangkaian upaya pelestarian sejak dinikmati di SAU. puluhan tahun silam, angklung berhasil Dari sisi pertunjukkan, orang luar negeri membuktikan diri. Tidak hanya mendapat lebih tertarik menonton daripada masyarakat tempat di tanah sendiri, tetapi juga di kancah dalam negeri. Untuk itu, SAU menyiasati internasional. bagaimana materi tradisi ditampilkan dalam Menurut Daeng Sutigna, angklung kemasan kekinian, supaya orang mengubah memiliki lima unsur, yakni mudah, murah, anggapannya, karena sebagian besar orang mendidik, menarik dan massal. Udjo sudah apriori bahwa seni tradisi monoton, Ngalagena menambahkan satu unsur lagi, tidak menarik. Untuk itu, SAU mencoba agar yakni meriah. Supaya kesenian diakui, sinergi tradisi yang ditampilkan tidak monoton. Salah dengan berbagai pihak, jadi seni tradisi tidak satu caranya adalah dengan memainkan lagu- menjadi sesuatu yang murah, tapi menjadi lagu yang dikenal oleh remaja sekarang. sesuatu yang memiliki nilai, sesuatu yang Anak-anak yang terlibat di dalam benar-benar bisa dinikmati bersama. pertunjukkan merupakan generasi penerus Saung Angklung Udjo sejak awal yang akan memelihara keberlangsungan didirikan, berorientasi pada pendidikan dan budaya Sunda hingga masa mendatang. pelestarian seni budaya tradisional melalui Paling tidak menjaga supaya akar budaya pertunjukkan kesenian yang didominasi oleh tersebut tidak tercerabut dari hati dan pikiran

40

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi

anak-anak sebagai pelaku seni di Saung yang akrab disapa Pak Sardi ini, SAU tidak Angklung Udjo. membebani anak-anak untuk harus datang latihan. Keinginan itu harus datang sendiri Keinginan Udjo untuk mewariskan dari mereka. Pemberian latihan disesuaikan budaya tradisi kepada anak-anak, dilakukan dengan kemampuan mereka. dengan mendidik anak-anak untuk bisa belajar seni tradisi dan angkung. Hasil Untuk tari, biasanya dari sekira 30 anak- pembelajaran tersebut nanti ditampilkan anak 7 tahun, yang bisa ditampilkan hanya dalam pertunjukkan bambu petang. Pihak beberapa orang. Di bawah 20 orang. SAU tidak memungut biaya belajar kepada anak-anak. Sebaliknya, anak-anak yang cukup “Anak-anak yang belajar sebanyak 150- terampil dan tampil di pertunjukkan, akan an siswa. Mereka diberi pelajaran diberi honor bahkan diberi bantuan biaya keseluruhan untuk ditampilkan. Pertama sekolah. belajar Tari Buncis dulu. Baru berlanjut ke angklung pentatonis dan diatonis. Menurut Taufik, SAU tidak pernah Tiap hari anak-anak latihan. Jadwal meminta bayaran kepada anak-anak yang disesuaikan. “ ingin belajar seni di sana. Umumnya mereka adalah anak-anak di sekitar lokasi SAU di Anak-anak yang ikut belajar paling kecil Jalan Padasuka 118, Bandung. Pada awalnya, 6 tahun bisa menangkap gerakan. Di bawah anak-anak yang pertamakali diajari angkung enam tahun masih ikut-ikutan saja. Anak- adalah kerabat dekat, anak-anak Udjo dan anak yang belajar berasal dari lingkungan anak-anak dari kakak Udjo, sampai akhirnya SAU, yakni Padasuka, Pasirlayung dan merembet ke anak-anak di luar SAU. Mereka Jatihandap. Mereka datang dengan sukarela yang semula diajak, akhirnya datang sendiri. dan tidak dipungut bayaran, malah dibayar Selain angklung, yang diajarkan di SAU setelah tampil. Dalam mengajar, Pak Sardi adalah seni-seni Sunda unggulan, seperti Tari dibantu oleh siswa senior untuk mengajarkan Topeng, Tari Merak dan tari Sunda lainnya. kepada anak-anak. Adapun target pengajaran kepada anak-anak 3.6. Masa-masa Sulit: Sepinya bisa lebih meluas. Tidak hanya bisa Pertunjukkan berkesenian Sunda, juga kesenian dalam kemasan lain. Para pemain terdiri dari 200 Situasi dan kondisi negara, ternyata orang, mulai dari anak-anak hingga dewasa. memiliki pengaruh terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke SAU, terutama Setelah anak-anak berada di lingkaran peristiwa yang berkenaan dengan politik. penampil di SAU, pekerjaan rumah yang Misalnya saja ketika aksi demonstrasi harus dilakukan adalah bagaimana supaya mahasiswa yang melengserkan Soeharto anak-anak bisa menikmati seni tradisinya sebagai presiden serta aksi kerusuhan yang bukan karena paksaan, bukan karena terjadi pada tahun 1998, membuat kunjungan kewajiban, melainkan karena mereka benar- wisatawan luar negeri ke SAU berkurang benar menikmati seni tersebut. banyak, terutama dari Eropa dan Taiwan. Sementara itu, bagi Budiman Ahmad “Biasanya 200 orang per hari pada peak Saputra, pelatih angklung anak-anak SAU, season menjadi 10 orang per hari aja mengajar angklung tergantung anaknya. Jika sudah bagus. Dalam sebulan, 20 kali berbakat, akan cepat bisa. Jika tidak, akan pertunjukkan saja sudah bagus. lama. Pengalamannya mengajar sejak SAU Biasanya tiap hari.” (wawancara Taufik berdiri menunjukkan, paling cepat sekitar 2 Udjo, 22/03/2017) hingga 3 bulan, anak-anak bisa menangkap nada diatonis dan pentatonis. Menurut pria

41

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi JIPSi Volume IX No. 2/Desember 2019

Tragedi lainnya, seperti Twim Otter di Menurut Rahmat, pengiriman angklung Amerika dan Bom , membuat SAU tergantung pesanan. Biasanya per set. Paling kehilangan turis luar negeri. sedikit 1 oktaf sampai 34 angklung. Dibagi beberapa macam, yakni angklung pengiring, “Saya lihat dari situ kita lebih ke angklung bass, angklung melodi. Lebih introspeksi, kita tidak mungkin hanya banyak dikirim ke luar negeri seperti Korea, mengandalkan turis asing, bagaimana Australia, Afrika Selatan, , menjaring masyarakat lokal sehingga Singapura dan Belanda. Pengiriman paling kami mencoba menbuat sentuhan banyak ke Korea “ per tiga bulan atau 6 bulan kekinian.” sampai seribu set atau 13 ribu angklung”. Setelah situasi kembali normal, Banyaknya pengiriman ke Korea, karena pertunjukkan pun kembali bertambah. Dalam angklung digunakan untuk belajar musik. satu hari, sering dua hingga tiga kali “Biasanya, orang Korea yang beli angklung pertunjukkan dari biasanya satu kali belajar dulu, jadi tau cara ngetemnya pertunjukkan. Setiap kali pertunjukkan 1,5 gimana.” (wawancara Rahmat, 22/03/2017) jam, yang terdiri dari pertunjukkan wayang 4. SIMPULAN golek, upacara sunatan, angklung pentatonik, arumba, tari topeng, orchestra angklung dan Saung Angklung Udjo (SAU) merupakan . Satu kali pertunjukkan sampai 60 wujud rasa cinta yang begitu besar dari orang yang dilibatkan. pasangan Udjo Ngalagena dan Uum Sumiati akan seni tradisional Sunda dan dunia 3.7. Produksi Angklung pendidikan anak-anak. Pengemasan yang Saung Angklung Udjo bukan saja tempat kreatif menjadikan SAU berkembang menjadi pertunjukkan musik angklung, juga sebagai suatu destinasi wisata yang menawarkan rumah produksi bagi angklung-angklung yang wisata budaya dan edukasi yang lengkap dimainkan. Angklung yang diproduksi tidak dengan adanya arena pertunjukkan, workshop saja untuk dimainkan, juga untuk dijual alat musik bambu dan pusat kerajinan bambu. sebagai merchandise, maupun untuk Visi awal pendirian Saung Angklung memenuhi pesanan dari dalam maupun luar adalah melestarikan budaya dan seni negeri. Penjualan ke luar negeri malahan lebih tradisional khas Sunda. Selain menjadikan banyak daripada untuk ke dalam negeri. musik angklung sebagai hiburan, SAU pun “Barangkali masyarakat luar lebih melihat menjadikan angklung sebagai media untuk sesuatu yang lebih berarti dari angklung,” ujar melestarikan dan mengembangkan Rahmat, koordinator produksi SAU. kebudayaan Sunda melalui pendidikan dan Menurutnya, angklung bahkan sudah masuk pelatihan kesenian kepada anak-anak dan ke sekolah-sekolah luar negeri dan dijadikan remaja yang diadakan di Saung. Melalui kurikulum di Malaysia, Australia, Jepang dan SAU, keinginan Udjo untuk memelihara Korea. Mereka menganggap angklung adalah warisan budaya sekaligus mendidik anak- sebuah alat pendidikan musik yang tepat bagi anak dapat tersalurkan melalui cara yang anak-anak. menyenangkan dan menghibur, tidak hanya Produksi angklung tidak hanya dilakukan bagi anak-anak dan remaja pelaku di SAU, juga melibatkan masyarakat di pertunjukkan, juga bagi penontonnya. sekitar SAU. Angklung diproduksi oleh Interaksi yang terjadi ketika pertunjukkan pengrajin di sekitar SAU akan diseleksi lagi berlangsung, dalam bermain angklung sebelum digunakan atau dijual. Total produksi maupun bermain bersama, menjadikan unsur per bulan sekira 5 ribu angklung. meriah yang ditambahkan dalam unsur angklung yang disampaikan Daeng Sutigna

42

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume IX No. 1/Juni 2019 JIPSi

(mudah, murah, mendidik, menarik dan Ritchie and Zins. 1989. Tourism in massal) benar-benar terwujud. Sentuhan- Contemporary Society, An Introductory sentuhan yang diberikan dalam pertunjukkan Text. Chapter 19: Social and Cultural angklung, misalnya dengan memainkan musik Impacts. Page 221. London: Pearson kekinian, menjadikan seni tradisi tidak lagi monoton, bahkan bisa menjadi pertunjukkan Sumardjo, Jakob. 2010 Tekad Ucap Lampah yang berkelas dengan reputasi hingga ke Udjo Ngalagena. (Sebuah Tafsir mancanegara. Budaya) Saung Angklung Udjo, November

Syafii, Sulhan. 2009. Udjo (Diplomasi Daftar Pustaka Angklung). Jakarta: PT. Grasindo. Hani, U., Azadina, I., Sianipar, CPM., Syarifuddin, Didin. 2016. Nilai Wisata Setyagung, E.H., Ishii, T. 2012. Budaya Seni Pertunjukkan Saung Preserving Cultural Heritage through Angklung Udjo Kota Bandung, Jawa Creative Industry: A Lesson from Barat, Indonesia. Jurnal Manajemen Saung Angklung Udjo. Procedia Resort dan Leisure 13(2), (Oktober). Economics and Finance 4(2012), 193- http://ejournal.upi.edu/index.php/jurel/a 200. https://doi.org/10.1016/S2212- rticle/view/4979/3492 5671(12)00334-6. [online] Taufik Udjo. 22 Maret 2017. Wawancara https://www.sciencedirect.com/science/artic le/pii/S2212567112003346, diakses 23 Rahmat. 22 Maret 2017. Wawancara Agustus 2019. Yin, R. K. (2018). Case study research: Design and methods (5th ed.). In Thousand Oaks, CA: SAGE Belshek, Jalal Ali. 2006. The Influence of Publications (6th ed.). Thousand Oaks, Culture on The Negotiation Styles of California: SAGE Publications British Students. Yoeti, Oka A. 1996. Pariwisata Berbasis Ekwelem, V.O., Okafor, V.N., and Ukwoma, Budaya, Masalah dan Solusinya. S.C. 2011. Preservation of Cultural Jakarta: PT. Pradnya Paramita.. Heritage: The Strategic Role of the

Library and Information Science Proffesionals in South East Nigeria. Univerity of Nigeria, Nsukka Jokilehto, J. 2005. Definition of Cultural Heritage, References to Documents in History. ICCROM Working Group „Heritage and Society‟. Pambudi, Joko. 22 Oktober 2018. Saung Angklung Udjo: Selamatkan Warisan Udjo Ngalagena. https://www.pikiran- rakyat.com/bandung- raya/2018/10/22/saung-angklung-udjo- selamatkan-warisan-udjo-ngalagena- 432004

43