<<

ALIN NOVANDINI PERKEMBANGAN GUBRAG: DARI TRADISI RITUAL HINGGA HIBURAN (1983-2013) PERKEMBANGAN ANGKLUNG GUBRAG: DARI TRADISI RITUAL HINGGA HIBURAN (1983-2013)

Oleh: Alin Novandini dan Ayi Budi Santosa1

ABSTRACT

This article entitled “The Development of Angklung Gubrag from Ritual Tradition to Entertainment. The main problem of this article is how the development of Angklung Gubrag art in Kecamatan Cigudeg, Kabupaten since 1983-2013. This research has target to describe the backround of the beginning of Angklung Gubrag arts, the development of Angklung Gubrag arts, the efforts of artist do to converst this art, and the efforts of government to push and keep the art of Angklung Gubrag. The method which used in this research is historical method which consist of heuristic, critics, interpretation, and historiography. Angklung Gubrag is one of the art which comes from Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Arts of Angklung Gubrag growth on society that has system of animism and dinamism. Firstly, it is shown as ritual media on the ceremony of which held to respect Nyi Pohaci. As tradisional arts, it was handed down from one generation to the other, and it has changing a lot. It is caused by changing of thinking society and their believed. After 1983, the artist who come from Padepokan Seni Angklung Gubrag change the tradition of Seren Taun. The purpose of this changed was to make society receive this art again. So that, the Angklung Gubrag art is also changing to be an entertainment. These development gives the changes in instrument, , and song to estetic of the Angklung Gubrag show. Beside the artist, the goverment is also act as supporter and protector of Angklung Gubrag art.

Keywords: Angklung Gubrag Arts, Seren Taun Ceremony, Padepokan Seni Angklung Gubrag

PENDAHULUAN

Kebudayaan yang tercipta dalam yang mengalami perkembangan dari masyarakat tidak terlepas dari adanya masa ke masa adalah kesenian. Kesenian interaksi atau aktifitas sesama anggota yang ada di tiap daerah akan berbeda satu masyarakatnya. Keanekaragaman dengan yang lainnya. Beberapa hal yang kehidupan yang dimiliki setiap suku bangsa mempengaruhi ciri khas kesenian masing- menjadikan kebudayaan daerah dapat masing daerah tentunya berkaitan dengan diangkat sebagai jati diri daerah masing- lingkungan geografis, pola interaksi masing. Salah satu unsur kebudayaan masyarakat, hubungan dengan masyarakat

1Alin Novandini adalah mahasiswa pada Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, Ayi Budi Santosa adalah dosen pembimbing I. Penulis dapat dihubungi di nomor 085720064055 / alamat email : [email protected]

155 FACTUM Volume 6, N0.2, April 2017 lain, dan juga kepercayaan yang diyakini meninggalkan semua kegiatan yang masyarakat tersebut. bersangkutan dengan mistis dan adat Salah satu kesenian tradisional yang istiadat karena dianggap kuno. Dalam dikenal oleh sebagian besar masyarakat bidang kesenian, terjadi permasalahan adalah Angklung. Angklung yang menyangkut selera masyarakat. merupakan salah alat musik yang berasal Sebagian besar masyarakat mulai beralih dari etnis Sunda. Angklung tersebar di pada seni modern karena kesenian- seluruh wilayah Jawa Barat dengan nama kesenian tradisional yang ada masih dan cara penyajian yang berbeda. Beberapa dirasakan terdapat kekurangan (O.A Yoety, kesenian Angklung yang tersebar pada 1985 hlm. 10). masyarakat Sunda menurut Soepandi Salah satu contoh nyata mengenai (1974, hlm. 12), di antaranya Angklung perubahan zaman tersebut adalah ketika Baduy (Kanekes), Angklung Gubrag tempat-tempat penyimpanan padi (leuit) (Bogor), Angklung Buncis, Angklung yang dahulu dianggap penting dan sakral Dogdog Lojor, dan Angklung Badeng. mulai ditinggalkan. Masyarakat yang Kelima kesenian Angklung ini memiliki mengenal teknologi mengganti leuit keunikan dan ciri khasnya sendiri. dengan tempat penyimpanan yang lebih Pada mulanya, angklung-angklung praktis. Perubahan pemikiran tersebut, tersebut tidak digunakan sebagai seni berpengaruh kepada kesenian Angklung pertunjukkan, melainkan hanya dimainkan sendiri. Semenjak leuit kehilangan pada upacara-upacara ritual. Salah satu fungsinya di tengah masyarakat, maka hal Angklung yang masih bertahan sampai saat tersebut menyebabkan upacara ritual untuk ini adalah Angklung Gubrag yang berasal menghormati padi mulai ditinggalkan dari Kecamatan Cigudeg, Kabupaten karena dianggap tidak terlalu penting dan Bogor. Angklung yang digunakan dalam berpengaruh terhadap hasil panen. media ritual merupakan angklung buhun Berdasarkan permasalahan di atas, atau angklung tua pada masyarakat Sunda. penulis tertarik untuk mengkaji mengenai Angklung yang termasuk tua mempunyai perkembangan Angklung Gubrag. Alasan ciri-ciri yaitu mempunyai ukuran yang pertama yakni kesenian tradisional besar sekitar setengah sampai satu Angklung pada umumnya tumbuh pada meter, instrumen yang digunakan hanya masyarakat adat. Berbeda dengan enam buah angklung dan dogdog, tidak kesenian Angklung lainnya, Angklung menampilkan tarian, serta bahan bambu Gubrag tumbuh pada masyarakat yang tidak yang digunakan harus melalui proses menganut sistem adat. Berdasarkan hal pemilihan yang sesuai dengan tradisi. tersebut, perkembangan Angklung Gubrag Berdasarkan ciri tersebut, Angklung di tengah masyarakat akan berbeda dan Gubrag termasuk ke dalam salah satu menarik untuk dikaji. Kesenian Angklung angklung buhun. Gubrag telah mengalami pasang surut, Perkembangan Angklung Gubrag berbagai generasi telah berupaya terus sebagai seni tradisional mengalami menerus untuk menghidupkan kesenian tantangan perubahan zaman. Masyarakat Angklung Gubrag agar tetap bertahan. yang sudah berpikir modern mulai Kesenian Angklung Gubrag yang sekarang

156 ALIN NOVANDINI PERKEMBANGAN ANGKLUNG GUBRAG: DARI TRADISI RITUAL HINGGA HIBURAN (1983-2013) masih ada dan berkembang belum begitu faktor yang menyebabkan perubahan dikenal oleh masyarakat setempat pada sosial budaya yang terjadi pada masyarakat umumnya. Selain itu penulis tertarik untuk pendukung kesenian ini3 3 Soekanto mengkaji peran seniman, dan pemerintah “Sosiologi suatu pengantar” 2007, hlm dalam mempertahankan kesenian asal 283. daerahnya. METODE PENELITIAN Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini yakni bagaimana Penelitian ini dikaji dengan perkembangan kesenian Angklung Gubrag menggunakan metode historis. Metode di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor historis sendiri memiliki pengertian yakni pada tahun 1983-2013. Periode tahun suatu proses pengkajian, penjelasan, 1983 diangkat sebagai titik awal kesenian dan penganalisaan secara kritis terhadap Angklung Gubrag dimana kesenian ini rekaman serta peninggalan masa lampau mulai mengalami perubahan ke arah seni (Gottschalk 2008, hlm 39). Metode historis pertunjukan yang bersifat menghibur. merupakan metode yang sesuai untuk Pementasan kesenian Angklung Gubrag digunakan dalam penelitian ini karena ini tentunya tidak lagi dalam rangka data-data yang digunakan menyangkut tradisi ritual, melainkan juga sebagai dengan peristiwa masa lampau. Metode hiburan yang mencerminkan keluhuran historis terdiri dari empat tahap antara lain budaya masyarakat lokal. Kemudian, heuristik, kririk sumber, interpretasi, dan penelitian ini dibatasi sampai tahun 2013 historiografi. Hasil yang diharapkan dari saat beridirinya gedung Padepokan Seni penelitian ini adalah hasil yang objektif Angklung Gubrag yang diresmikan dan untuk memberikan pemahaman yang utuh disahkan oleh pemerintah. berdasarkan pemikiran penulis. Untuk itu, Dalam mengkaji penelitian ini, penulis penulis berusaha melakukan penelitian memilih beberapa konsep yang digunakan sebaik mungkin dengan mengikuti langkah- sebagai acuan dalam menjawab pertanyaan langkah penelitian yang telah dipilih. penelitian. Konsep yang digunakan Langkah pertama yang dilakukan yakni kebudayaan yang digunakan untuk dalam penelitian ini yakni heuristik menganalisis posisi kesenian Angklung atau pengumpulan sumber. Pada tahap Gubrag dalam kebudayaan masyarakatnya. ini, penulis menggunakan tiga teknik Seni tradisional, seni pertunjukan dan alat pengumpulan data yakni studi literatur, musik tradisional Angklung. Kemudian wawancara, dan studi dokumentasi. Dalam landasan teori yang digunakan yakni penelitian ini, penulis mengumpulkan teori perubahan sosial budaya. Pemilihan dua jenis sumber yakni sumber tertulis landasan teori perubahan sosial budaya (literatur) dan sumber lisan (wawancara). sangat relevan karena kesenian Angklung Hal tersebut dilakukan karena Gubrag, karena merupakan salah satu unsur pembahasan mengenai kesenian Angklung budaya yang mengalami perubahan. Selain Gubrag merupakan kajian sejarah lokal. itu, teori ini sesuai dengan permasalahan Oleh sebab itu, sumber berupa data pada perkembangan Angklung Gubrag lisan berperan sangat penting guna dengan menganalisis berdasakan faktor- membandingkan data yang berupa sumber

157 FACTUM Volume 6, N0.2, April 2017 tertulis. Sumber tertulis dapat ditemukan penulis menyajikan hasil temuannya pada beberapa tempat antara lain pada tiga tahap sebelumnya dengan cara perpustakaan UPI , perpustakaan menyusun dalam bentuk tulisan dengan Batu Api, perpustakaan ISBI Bandung, dan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana sumber dari internet. Sedangkan sumber menggunakan tata bahasa penulisan yang lisan didapatkan dari hasil wawancara baik dan benar. Dalam historiografi penulis anggota Padepokan Seni Angklung Gubrag, memaparkan semua hasil penelitiannya tokoh masyarakat, pegawai pemerintah, berdasarkan data-data dan sumber yang dan masyarakat. telah dikumpulkan dan di verifikasi Langkah kedua dalam metode historis sebelumnya, sehingga dapat menjawab adalah kirik sumber atau verifikasi terhadap pertanyaan penelitian. sumber yang terdiri dari dua tahap kritik HASIL PENELITIAN DAN eksternal dan internal (Sjamsuddin, 2007 PEMBAHASAN hlm 27). Secara sederhana kritik eksternal merupakan tahapan verifikasi terhadap Angklung Gubrag merupakan salah aspek luar sumber. Pada tahap ini penulis satu jenis angklung di Jawa Barat. melakukan kajian terhadap sumber lisan Kesenian Angklung Gubrag tumbuh dengan ketentuan umur yang sesuai dan berkembang di Kecamatan Cigudeg dengan tahun kajian, sehat jasmani dan Kabupaten Bogor. Kesenian tersebut pikiran, serta memiliki keterkaitan dengan sudah diwariskan oleh para leluhur secara kesenian Angklung Gubrag. Sedangkan turun temurun sebagai bagian dari hasil kritik internal, penulis melakukan adat istiadat masyarakat yang sebagian verifikasi terhadap sumber tertulis dengan besar merupakan etnis Sunda. Mayoritas memilih buku yang memiliki pembahasan masyarakat Sunda memiliki pekerjaan yang dengan kajian. Kemudian sumber lisan berhubungan dengan ladang. Hal tersebut dikaji dengan membandingkan isi erat kaitannya dengan kondisi alam di wawancara antara satu narasumber dengan daerah sekitar Jawa Barat dan narasumber lain. yang dikelilingi oleh pegunungan sehingga Tahap selanjutnya dalam metode masyarakat lebih banyak bekerja di ladang penulisan sejarah adalah interpretasi. untuk memanfaatkan tanah yang subur di Interpretasi merupakan penafsiran sekitarnya. Pola hidup masyarakat yang terhadap suatu pemahaman sejarah yang berdampingan dengan alam, menjadikan berasal dari sumber-sumber dilakukan masyarakat memiliki kebudayaan yang sejarawan. Hasil dari interpretasi ini mencerminkan kehidupannya sendiri. berfungsi sebagai kerangka berpikir utama Keadaan masyarakat Sunda sebagai dari penelitian ini. Tahap interpretasi peladang dijelaskan oleh Masunah yang juga akan menjadi orisinalitas pemikiran menjelaskan bahwa: dari penulis yang akan membedakannya “Mata Pencaharian utama penduduk dengan penulis lain, meskipun memiliki pada awalnya adalah berladang atau tema penulisan yang . ngahuma. Ciri yang menonjol pada Tahap terakhir dalam penelitian ini masyarakat peladang ini adalah kebiasaan adalah historiografi. Pada tahapan ini berpindah-pindah tempat untuk mencari

158 ALIN NOVANDINI PERKEMBANGAN ANGKLUNG GUBRAG: DARI TRADISI RITUAL HINGGA HIBURAN (1983-2013) lahan yang subur. Dalam masyarakat sebagai kemarahan Nyi Pohaci karena agraris ini tumbuh subur sistem tidak memperlakukan alam dengan baik. kepercayaan yang terutama berkaitan Kejadian tersebut merupakan titik awal dengan sistem bercocok tanam. Mereka Angklung digunakan sebagai media ritual percaya akan adanya Sang Penguasa Alam dalam upacara Seren Taun yang bertujuan tersebut diperlakukan sebagai pemimpin, agar Nyi Pohaci dapat memberikan dihormati, dan disanjung” (Masunah, kesuburan, sehingga masyarakat 2003 hlm. 3). mendapatkan hasil panen yang melimpah. Sistem mata pencaharian masyarakat Peristiwa turunnya Nyi Pohaci dari langit Sunda yang sebagian besar bekerja di inilah, akhirnya Angklung di daerah ladang, menjadikan keberlangsungan Cigudeg dikenal dengan Angklung Gubrag. hidup mereka bergantung dari hasil Pemilihan alat musik angklung dalam ritual panen terutama padi sebagai makanan ini dipercaya sebagai penghubung dengan pokok. Dalam sistem tersebut muncullah Nyi Pohaci. Alasan pemilihan Angklung keyakinan masyarakat bahwa alam telah sebagai media dalam upacara seren taun menyediakan segala keperluan mereka, ini karena kepercayaan masyarakat bahwa sehingga masyarakat Sunda memiliki bambu merupakan tanaman yang tumbuh kepercayaan terhadap Sang Penguasa dari tubuh Nyi Pohaci. Alam yang dikenal dengan Nyi Pohaci atau Kegiatan upacara ritual yang melibatkan (Sumardjo, 2011 hlm. 94-95). Angklung Gubrag kemudian dikenal Menurut Kurnia dan Nalan (2003, hlm masyarakat sebagai seni pertunjukan yang 23) Angklung Gubrag sudah berusia tua menjadi identitas kelompok mereka. Upacara dan ditampilkan untuk menghormati Dewi ritual Seren Taun biasanya dilakukan oleh Padi dalam kegiatan melak pare (menanam masyarakat setiap akhir tahun setelah padi), ngunjal pare (mengangkut padi), melakukan rangkaian tanam padi sebagai dan ngadiukkeun (menempatkan) ke leuit berikut. (lumbung). Keberadaan Angklung Gubrag 1. Mengolah tanah sampai siap ditanami di tengah masyarakat Cipining merupakan 2. Mengolah benih sampai siap ditanam salah satu ciri dari masyarakat yang (ngaseuk) percaya akan kekuatan gaib. Dalam upaya 3. Menanam benih menunjukkan kepercayaan mereka, maka tercipta lah kesenian Angklung Gubrag 4. Memelihara tanaman padi sebagai media dalam ritual. Latar belakang 5. Menuai padi (panen) munculnya Angklung Gubrag sendiri 6. Menjemur padi bermula ketika suatu masa masyarakat 7. Mengangkut padi ke lumbung atau kampung Cipining mengalami kegagalan leuit (ngunjal) panen akibat tanaman padi diserang 8. Menyimpan padi (Masunah, 2003 hlm. 9) penyakit yang membuat butir-butir padi kosong tanpa isi. Kegagalan panen ini Langkah-langkah yang dilakukan membuat masa paceklik berkepanjangan dalam rangkaian Seren Taun di antaranya di wilayah Cigudeg yang menyebabkan mengadakan pertemuan untuk menentukan masyarakat mengalami kelaparan. tanggal pelaksanaan upacara Seren Taun Masyarakat beranggapan kejadian tersebut bersama sesepuh di masyarakat Cigudeg,

159 FACTUM Volume 6, N0.2, April 2017 ziarah ke makam sesepuh yang sudah sebagai bentuk syukur mereka terhadap meninggal, melakukan doa bersama sambil Nyi Pohaci, serta bentuk penghargaan melakukan sesaji, kemudian melaksanakan mereka terhadap warisan budaya yang ritual Seren Taun dengan mengadakan telah diturunkan dari leluhur. pementasan Angklung Gubrag oleh Perkembangan Angklung Gubrag pemain yang telah ditentukan. Upacara sebagai bentuk pertunjukan media ritual tersebut dilakukan oleh 10 orang pemain tetap dipertahankan oleh masyarakat laki-laki yang terdiri atas pemain angklung pendukungnya. Namun, beriringan Gancling, angklung Engklok, angklung dengan perubahan zaman tidak sedikit Kurulung, angklung Corolot, dan dogdog. yang mulai meninggalkan upacara ritual Pelaksanaan upacara Seren Taun yang menggunakan Angklung Gubrag. dilakukan dengan membunyikan Kebudayaan biasanya bersifat dinamis Angklung Gubrag mulai dari rumah. dengan menyesuaikan keadaan masyarakat. Angklung Gubrag dibunyikan kemudian Maka jika salah satu unsur kebudayaan pemainnya mulai berkeliling menuju tidak lagi sesuai dengan keinginan ladang atau sawah. Setelah sampai di masyarakat, kebudayaan tersebut akan sawah, Angklung Gubrag tetap dibunyikan hilang. Kesenian Angklung Gubrag juga kemudian juru kawih mulai memimpin mengalami berbagai tantangan dalam doa dan membacakan kidung berisi puji- perkembangannya, terutama terhadap pujian yang bertujuan memuja Nyi Pohaci. selera masyarakat. Masyarakat Cigudeg memiliki beberapa Perubahan zaman menyebabkan kidung yang merupakan ciri khas mereka, kepercayaan masyarakat terhadap Nyi salah satunya yakni Kidung Sri Lima. Pohaci semakin memudar, sehingga Kemudian, pada sistem laras Angklung hal tersebut menimbulkan perubahan- Gubrag hanya memiliki tiga nada yang perubahan pada bentuk pertunjukan berguna untuk menyelaraskan ritme. Angklung Gubrag. Perubahan-perubahan Sumardjo (2011, hlm. 94) menjelaskan yang terjadi dikarenakan oleh beberapa bahwa nada angklung yang tertua terdiri faktor diantaranya perubahan sikap atas tiga nada yang merujuk pada makna atau cara berpikir suatu masyarakat dari tritangtu7. Konsep tritangtu dalam filosofi mistis ke rasional dan logis. Akibatnya orang Sunda adalah semua yang ada di masyarakat mulai memperhitungkan dari dunia ini memiliki lawan. Seperti dunia segi biaya, waktu, tenaga, dan urgensinya. langit dan dunia bawah, sehingga untuk Kedua, adanya proses modernisasi menengahi keduanya maka diciptakanlah dalam pembangunan, yakni terdapat dunia tengah yakni tempat yang dihuni inovasi, teknologi, dan urbanisasi. Ketiga, oleh manusia. adanya hubungan atau kontak dengan Filosofi inilah yang diadopsi dalam kebudayaan lain. Sikap terbuka cenderung penciptaan angklung, sehingga pada menghasilkan warga masyarakat mudah awalnya angklung hanya memiliki tiga menerima pengaruh dari kebudayaan lain. nada. Pelaksanaan kegiatan ritual dengan Pada tahun 1983, terdapat menggunakan Angklung Gubrag tetap pertentangan dari masyarakat mengenai dilaksanakan oleh masyarakat Cigudeg pelaksanaan upacara Seren Taun yang

160 ALIN NOVANDINI PERKEMBANGAN ANGKLUNG GUBRAG: DARI TRADISI RITUAL HINGGA HIBURAN (1983-2013) dianggap menyimpang dari ajaran Islam. masyarakat sudah menggunakan bacaan Berdasarkan permasalahan terjadi, doa dari agama Islam dan ditujukan kepada dapat diketahui bahwa faktor perubahan Allah. Pemilihan tanggal dilaksanakannya yang terjadi pada Angklung Gubrag Seren Taun juga ditetapkan atas dasar adalah akibat adanya kepercayaan baru penanggalan Islam yakni dirubah jadi bulan yang dianut oleh masyarakat. Sehingga Muharram. Setelah tahun 2000-an, tujuan perubahan kepercayaan ini menimbulkan dilaksanakannya upacara Seren Taun di dualisme di tengah masyarakat Cigudeg. wilayah Cigudeg tidak berorientasi pada Pada satu sisi, terdapat golongan yang pemujaan Nyi Pohaci lagi, namun untuk ingin mempertahankan kesenian Angklung memperingati tahun baru Hijriyyah. Gubrag sesuai dengan ketentuan dan fungsi Arah perkembangan Angklung Gubrag awalnya. Sedangkan sisi lainnya ingin mulai terlihat sejak kesenian ini berubah menghilangkan kepercayaan terhadap Nyi bentuk menjadi seni pertunjukan yang Pohaci yang bersifat magis karena tidak bersifat menghibur sekitar tahun 1983. sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Perkembangan bentuk pertunjukan ke Karena perdebatan tersebut, seni Angklung arah hiburan ini adalah upaya untuk Gubrag sebagai media ritual sempat tidak mempertahankan keberadaan Angklung digunakan lagi oleh masyarakat Cigudeg. Gubrag. Perubahan ini bermula saat adanya Melihat kondisi kesenian Angklung kesempatan yang diberikan oleh beberapa Gubrag yang memprihatinkan, seniman partai politik dianggap sebagai celah dan pemain Angklung Gubrag mempunyai untuk memperkenalkan seni pertunjukan inisiatif untuk mendirikan sebuah Angklung Gubrag pada masyarakat secara padepokan seni yang mengurus mengenai umum. Pada perkembangannya, kesenian kesenian Angklung Gubrag. Berdasarkan Angklung Gubrag sebagai hiburan kesepakatan bersama, dilakukan beberapa dipentaskan pada acara-acara sosial perubahan dalam rangkaian upacara seren masyarakat seperti acara pernikahan, taun agar dapat diterima oleh masyarakat khitanan, penyambutan tamu, ulang tahun secara keseluruhan. kabupaten Bogor, maupun acara kesenian Perubahan yang pertama adalah dengan lainnya. merubah rangkaian kegiatan Seren Taun Dalam bentuk pertunjukan Angklung menjadi lebih dekat dengan agama Islam. Gubrag sebagai hiburan terdapat perbedaan Perubahan yang terjadi yakni merubah dengan pertunjukan yang ditujukan untuk pembacaan kidung dengan memasukkan keperluan ritual. Perbedaan pertama dapat doa-doa dalam agama Islam, seperti ketika dilihat dari penambahan peralatan dan membacakan Kidung Sri Lima ketika gerakan yang dipakai dalam pertunjukan memulai maupun mengakhiri diikuti oleh yang bersifat menghibur. Waktu yang doa dari agama Islam. Selain perkembangan terus berjalan menyebabkan adanya yang terjadi pada kidung, perubahan juga perubahan-perubahan dalam peralatan terjadi dalam pelaksanaannya. Masyarakat maupun struktur pertunjukan Angklung dan sesepuh masih menggunakan Gubrag. Perubahan yang terjadi, salah sesajen sebagai simbol penghormatan satunya adalah adanya penambahan atas limpahan rejeki hasil panen yang peralatan dalam pertunjukan. Peralatan melimpah. Namun dalam pembacaan doa, yang ditambahkan yakni dan

161 FACTUM Volume 6, N0.2, April 2017 kecrekan. tidak mengalami perubahan. Hal ini Penambahan alat yang dipakai dalam bertujuan untuk menjaga warisan yang pertunjukan hiburan disebabkani oleh telah diturunkan oleh para sesepuh sejak beberapa hal. Pertama, adanya pengaruh dahulu, supaya keaslian dari Angklung dari kesenian khas Kabupaten Bogor Gubrag tetap dipertahankan. lainnya yakni Pencak . Kabupaten Keempat, penambahan lagu atau Bogor dikenal sebagai tempat asal Pencak kawih. Guna menyesuaikan dengan Silat, khususnya untuk gerakan Cimande, kepentingan suatu acara, para seniman Tepak Dua, dan Tepak Tilu. Dalam atau pemain menambahkan lagu yang pertunjukan kesenian biasanya bisa digunakan dengan iringan permainan diiringi dengan rampak kendang. Pada Angklung Gubrag. Biasanya Angklung perkembangannya, seniman Angklung Gubrag digunakan pula dalam acara-acara Gubrag mengadaptasi kesenian rampak yang bersifat sosial seperti acara maulid, kendang tersebut sebagai pelengkap iringan pernikahan, khitanan, ataupun perayaan Angklung Gubrag dengan tujuan agar lainnya. Penambahan lagu yang sering pertunjukan lebih hidup dan berirama. digunakan yakni salawatan yang berisi Selain terjadi penambahan peralatan, puji-pujian terhadap Allah SWT. perubahan juga terjadi pada gerakan dalam Perkembangan bentuk pertunjukan pertunjukan hiburan. Penambahan dalam Angklung Gubrag dari media dalam upacara gerakan yakni adanya adegan bertarung ritual ke pertunjukan hiburan menunjukan menggunakan teknik silat antara dua adanya perubahan yang terjadi dalam sosial orang pemain yang disebut dengan ela- dan budaya masyarakat. Perubahan yang ela. Kedua, adanya gerakan tarian yang terjadi pada masyarakat disebabkan oleh dimainkan oleh ibu-ibu yang sedang pertambahan dan berkurangnya penduduk memikul bakul berisi padi. Penambahan yang mempengaruhi jumlah masyarakat gerakan pada pertunjukan Angklung pendukung kesenian Angklung Gubrag. Gubrag dimaksudkan untuk menambah Perubahan pemikiran masyarakat ke arah nilai estetika sehingga semakin menarik modern, sehingga tradisi yang di anggap perhatian dari penonton. tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat Ketiga, perubahan pada bentuk tidak digunakan lagi. Penemuan-penemuan Angklung Gubrag yang digunakan, baru yang menyebabkan segala hal yang khususnya ukuran yang dipakai. Pada dianggap tradisi adalah kuno dan tidak perkembangannya, Angklung Gubrag juga sesuai dengan zamannya. Pertentangan dapat dimainkan oleh remaja dan juga yang terjadi di dalam masyarakat seperti anak kecil. Ukuran Angklung yang besar, adanya kepercayaan yang menimbulkan sekitar satu meter menyebabkan kendala perbedaan pandangan masyarakat. Serta karena tidak sesuai dengan ukuran pengaruh dari kebudayaan lain, sehingga tubuh mereka yang kecil. Oleh sebab itu, akhirnya mengikis kebudayaan awal dibuatlah Angklung yang berukuran lebih termasuk kesenian Angklung Gubrag. kecil dan sesuai untuk ukuran tubuh Berdasarkan faktor-faktor perubahan yang kecil. Namun untuk pemain dewasa, tersebut, menyebabkan kesenian Angklung ukuran dan bentuknya masih sama dan Gubrag kurang diminati oleh masyarakat.

162 ALIN NOVANDINI PERKEMBANGAN ANGKLUNG GUBRAG: DARI TRADISI RITUAL HINGGA HIBURAN (1983-2013)

Hal tersebut menyebabkan kesenian Gubrag, seniman melakukan mulai Angklung Gubrag mulai mengalami merubah bentuk pertunjukan Angklung perkembangan ke arah bentuk pertunjukan Gubrag, supaya tidak hanya digunakan hiburan. Dalam mempertahankan kesenian sebagai media ritual namun juga sebagai Angklung Gubrag, kelompok masyarakat sarana hiburan. Perubahan ini bertujuan yang berperan adalah para seniman dan agar seni pertunjukan Angklung Gubrag pemain Angklung Gubrag. Usaha-usaha tidak hanya dapat dinikmati oleh sebagian yang telah dilakukan oleh seniman tidak masyarakat, namun dapat diterima pula lain adalah agar dapat mengenalkan oleh masyarakat secara keseluruhan. Selain kesenian ini sebagai identitas masyarakat itu, agar cakupan pengenalan kesenian ini Cigudeg serta mewariskan seni Angklung semakin luas. Gubrag pada generasi selanjutnya. Adapun Selain melakukan upaya pelestarian upaya-upaya yang dilakukan seniman dalam padepokan, para seniman dari untuk melestarikan kesenian Angklung Cigudeg juga menjalin kerjasama dengan Gubrag adalah sebagai berikut. kelompok seni lainnya. Mereka berusaha Pertama, mendirikan Padepokan Seni menyebarkan kesenian Angklung Gubrag Angklung Gubrag. Seniman Angklung ini dengan cara mengajarkannya kepada Gubrag telah banyak menghadapi orang-orang yang tertarik dengan kesenian tantangan dan persoalan yang berkaitan dari para leluhur mereka. Padepokan Seni dengan keberlangsungan Angklung Angklung Gubrag bekerjasama dengan Gubrag. Para seniman yang berasal dari Kampung Budaya Sindangbarang dan Cigudeg sadar bahwa jika mereka tidak Padepokan Pusaka Karuhun. Kampung bersatu maka akan menimbulkan berbagai Budaya Sindangbarang terletak di Desa kendala dalam menyelesaikan masalah Sindangbarang, Bogor. Kampung Budaya yang datang. Pada tahun 1983 dari Abah ini merupakan tempat pemeliharaan budaya Sadikin menyampaikan gagasan untuk Sunda khususnya kesenian yang berasal membentuk sebuah kelompok yang dari Bogor dan sudah berstatus sebagai akan mengatur dan mengurus kesenian tempat wisata. Sedangkan Pusaka Karuhun Angklung Gubrag. Gagasan ini disambut merupakan padepokan yang terletak di baik oleh seniman Angklung Gubrag Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. lainnya, sehingga pada tahun yang sama Padepokan ini merupakan tempat yang didirikan sebuah kelompok kesenian yang melestarikan kesenian Angklung Gubrag diberi nama Padepokan Seni Angklung dan Pencak Silat Cimande. Hal tersebut Gubrag Cipining. Padepokan ini merupakan memperlihatkan bahwa Padepokan Seni sebuah upaya untuk menampung aspirasi Angklung Gubrag tidak pilih-pilih dalam seniman atau pemain Angklung Gubrag mengajak kerjasama. Kerjasama yang yang berada di Cigudeg. Melalui padepokan, dilakukan yakni mengajarkan cara bermain para seniman bisa bertukar pikiran untuk Angklung Gubrag kepada seniman yang memajukan kesenian Angklung Gubrag. berasal dari Sindangbarang maupun Kedua, mengubah bentuk pertunjukan Pusaka Karuhun. Selain itu, ketiga tempat kesenian angklung gubrag. Untuk pelestarian budaya ini sering melakukan mempertahankan keberadaan Angklung acara-acara kesenian bersama seperti

163 FACTUM Volume 6, N0.2, April 2017 upacara Seren Taun. baik bantuan secara materiil maupun non Upaya pelestarian selanjutnya yang materiil. Kerjasama ini tidak terlepas dari dilakukan oleh Padepokan Seni Angklung tugas dan kewajiban pemerintah dalam Gubrag yakni berusaha untuk meregenerasi pelestarian kesenian daerahnya. Dalam para pemain Angklung Gubrag. Proses menjalankan tugasnya untuk melestarikan pelestarian Angklung Gubrag tidak akan dan memperkenalkan kesenian daerahnya, ada artinya apabila hanya pemain tua atau Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah senior yang bisa memainkan dan paham Kabupaten Bogor mengacu pada Peraturan mengenai kesenian tersebut. Sehingga para Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan seniman juga memberikan pengajaran Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2013 kepada generasi muda. Pewarisan budaya Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang ini dapat dilakukan dengan cara melibatkan Kesenian. para generasi muda dalam latihan-latihan Undang-undang tersebut menjelaskan sehari-hari dan mengajak mereka menjadi bahwa pemerintah daerah wajib bagian dari pertunjukan sejak kecil. Hal ini memperkenalkan dan menampilkan diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian kesenian daerahnya. Berdasarkan data mereka terhadap seni Angklung Gubrag. yang didapatkan dari pihak Dinas Selain kepada para pemuda, kesenian Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten ini juga diajarkan kepada anak-anak pada Bogor, pemerintah telah berusaha usia Sekolah Dasar. Hal ini bertujuan memberikan kesempatan bagi seniman agar minat masyarakat terhadap kesenian daerah Bogor untuk tampil dan tradisional daerahnya tidak hanya tumbuh memperkenalkan keseniannya. Dukungan pada kalangan masyarakat dewasa tetapi yang diberikan pemerintah diantaranya juga mencapai masyarakat usia anak- dengan mengadakan pagelaran seni anak dan remaja. Pelestarian kesenian dimana setiap kesenian akan ditampilkan. tradisional tidak bisa dipisahkan dari Biasanya ditampilkan pada acara-acara minat masyarakat pendukungnya. Untuk besar, seperti pada acara ulang tahun menumbuhkan minat para pemain muda Kabupaten Bogor. untuk belajar dan berlatih Angklung Kemudian pemerintah daerah juga Gubrag, pengurus dan pelatih padepokan harus mempunyai tempat atau gedung seringkali memberikan reward atau hadiah. untuk menampung penampilan dan Selain itu upaya lain adalah dengan sering aspirasi dari setiap kesenian yang ada menampilkan pertunjukan yang dimainkan di wilayahnya. Kabupaten Bogor sendiri oleh anak-anak, sehingga semangat anak- sudah mempunyai gedung yang digunakan anak akan semakin terpacu dan orang tua untuk penampilan acara-acara kesenian pun diharapkan mendukung kegiatan yang yakni Gedung Kesenian yang bertempat di dilakukan oleh putranya. wilayah Cibinong yang merupakan Ibukota Terakhir, upaya yang dilakukan oleh Kabupaten Bogor. Di tempat inilah setiap seniman adalah mengadakan kerjasama tahunnya sering ditampilkan kesenian yang dengan pemerintah. Dengan bekerjasama berasal dari wilayah Bogor, salah satunya dengan pemerintah diharapkan dapat yakni kesenian Angklung Gubrag yang membantu perkembangan padepokan dalam berasal dari Kecamatan Cigudeg. Selain itu, mengembangkan seni Angklung Gubrag, pemerintah Kabupaten Bogor juga pernah

164 ALIN NOVANDINI PERKEMBANGAN ANGKLUNG GUBRAG: DARI TRADISI RITUAL HINGGA HIBURAN (1983-2013) memberikan bantuan kepada seniman seperti kepercayaan terhadap hal-hal Angklung Gubrag melalui ketuanya magis semakin ditinggalkan dan juga untuk membangun padepokan yang kurangnya minat terhadap kesenian akan berguna bagi mereka untuk tempat tradisional Angklung Gubrag. Faktor berlatih. Pemerintah juga berupaya untuk tersebut mendorong seniman untuk melakukan pendokumentasian kesenian mengubah bentuk pertunjukan Angklung Angklung Gubrag. Hal ini dilakukan agar Gubrag menjadi kesenian yang bersifat kesenian Angklung Gubrag dapat terjaga hiburan. Sejak tahun 1990-an, Angklung dengan baik. Tidak hanya dilestarikan Gubrag mempunyai fungsi ganda yakni dengan cara lisan dan perbuatan tapi juga sebagai media ritual dalam upacara Seren dilengkapi dengan catatan dan dokumen Taun dan juga pertunjukan hiburan. lengkap mengenai sejarah muncul dan Perkembangan bentuk pertunjukan seni perkembangan Angklung Gubrag. Angklung Gubrag menyebabkan beberapa perubahan dalam pertunjukan Angklung SIMPULAN Gubrag diantaranya terjadi penambahan Alat musik Angklung Gubrag sudah peralatan dalam pertunjukan, penambahan digunakan sejak lama oleh masyarakat lagu, serta penambahan gerakan yang Cigudeg sebagai media ritual dalam bertujuan agar menambah nilai estetika upacara Seren Taun yang bertujuan untuk pada kesenian Angklung Gubrag. memuja Nyi Pohaci. Penggunaannya Dalam upaya pelestarian kesenian dalam upacara ritual dipengaruhi oleh Angklung Gubrag, seniman telah melakukan pola pikir dan keyakinan masyarakat yang beberapa upaya untuk melestarikan masih sederhana yakni hubungan antara kesenian tersebut, diantaranya yakni manusia dengan alam. Peran manusia mengubah bentuk pertunjukan Angklung dalam menjaga keseimbangan hubungan Gubrag menjadi pertunjukan yang tersebut adalah dengan menyenangkan hati bersifat modern, mendirikan Padepokan Sang Pencipta Alam. Dalam kepercayaan Seni Angklung Gubrag, bekerjasama masyarakat Cigudeg, Pencipta Alam dengan kelompok kesenian lain seperti dikenal dengan Nyi Pohaci yang dikenal Kampung Budaya Sindangbarang dan sebagai Dewi Kesuburan. Masyarakat Pusaka Karuhun (Jasinga), mengadakan Cigudeg selalu mengadakan upacara ritual pewarisan kesenian angklung Gubrag pada setiap habis masa panen, sebagai satu cara generasi muda, dan mengupayakan adanya untuk menolak bala (pencegah kesialan dan kerjasama dengan pemerintah. Upaya yang kegagalan panen). Pada perkembangannya, dilakukan oleh seniman tidak terlepas dari Angklung Gubrag dianggap sebagai bagian keinginan mereka untuk dapat melestarikan dari kebudayaan yang menjadi identitas dan memperkenalkan Angklung Gubrag masyarakat pendukungnya, khususnya kepada masyarakat, terutama di tengah masyarakat Cigudeg. masyarakat asalnya. Melalui pelestarian Kesenian Angklung Gubrag mengalami ini masyarakat terutama generasi muda perkembangan bentuk pertunjukan antara tahu dan paham mengenai kesenian yang tahun 1983-2013. Hal ini disebabkan oleh sudah diturunkan oleh leluhur sejak lama, perubahan yang terjadi pada masyarakat terutama nilai-nilai kegunaan Angklung Gubrag yang dapat menjadi pelajaran bagi

165 FACTUM Volume 6, N0.2, April 2017 masyarakat masa kini. Bandung: Pusat Penelitian dan Selain pihak seniman, pemerintah Pengembangan Pendidikan Seni Kabupaten Bogor telah melakukan upaya Tradisional Universitas Pendidikan untuk melakukan pelestarian Angklung Indonesia (P4ST UPI). Gubrag baik secara moril maupun materil. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Secara moril, pemerintah Kabupaten Kebudayaan Republik Indonesia Bogor telah memberikan kesempatan seni Nomor 85 Tahun 2013 Tentang Standar Angklung Gubrag untuk tampil dalam Pelayanan Minimal Bidang Kesenian. berbagai acara kesenian, di antaranya Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi acara rutin yang menjadi program sejarah. : Ombak tahunan pemerintah yakni pada ulang Soekanto, S. (2007). Sosiologi suatu tahun Kabupaten Bogor, acara gelar pengantar. : Raja Grafindo pameran dan pertunjukan kesenian, serta Persada. acara perkenalan seni budaya baik yang Soepandi, A. (1974). Khasanah kesenian dilaksanakan di daerah Kabupaten Bogor daerah Jawa Barat. Bandung:Pelita maupun luar daerah. Secara materil, Masa. pemerintah telah memberikan bantuan Sumardjo, J. (2011). Sunda : pola dana untuk membangun padepokan rasionalitas budaya. Bandung : Kelir Yoeti, O.A. (1985). Melestarikan seni budaya tradisional yang nyaris punah. Jakarta: DAFTAR PUSTAKA Proyek Penulisan dan Penerbitan Buku/Majalah Pengetahuan Umum Gottschalk, L. (2008). Mengerti sejarah. dan Profesi Departemen Pendidikan Jakarta: Universitas Indonesia Press dan Kebudayaan. Kurnia, G. dkk. (2003). Deskripsi kesenian Jawa Barat. Bandung : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dan Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD. Masunah, J. dkk. (2003). Angklung di Jawa Barat : sebuah perbandingan.

166