<<

PENGEMBANGAN BUDAYA MENUJU KESEJAHTERAAN BUDAYA : Pelajaran dari Pengembangan Masyarakat di Saung Udjo, Bandung, Jawa Barat

CULTURAL DEVELOPMENT TOWARDS CULTURAL WELLBEING : Lessons from Community Development in Saung Angklung Udjo, Bandung, West

Budiman Mahmud Musthofa Program Studi Pariwisata Program Vokasi Universitas , Indonesia [email protected]

Abstract Cultural wellbeing is an important concept in relation to cultural development and community development. Wellbeing is a problem that is always interesting to discuss. During this time there have been many perspectives in discussing about wellbeing. In this study, the wellbeing aspect that is the focus of attention is cultural wellbeing, because this concept is still not widely developed in Indonesia, even though the Indonesian people have very high cultural diversity. Qualitative approach used by the author in view the cultural aspects of wellbeing through case studies Saung Angklung Udjo (SAU) in Bandung, . The results of this study indicate that culture and tradition are elements that are an important part of cultural development and community development activities to realize cultural wellbeing. Culture and tradition are very important to be preserved and developed in the current era of cultural globalization, which in fact has had a large impact on cultural shifts and identity crises. On the other hand, culture and tradition are assets that have the potential to realize prosperity, especially cultural wellbeing. This cultural wellbeing concept is very relevant to become a new approach in seeing welfare, especially in Indonesia which has cultural diversity.

Keyword: cultural development, cultural wellbeing, community development.

Abstrak Kesejahteraan budaya (cultural wellbeing) merupakan konsep penting dalam kaitannya dengan pengembangan budaya (cultural development) dan pengembangan masyarakat (community development). Wellbeing merupakan permasalahan yang selalu menarik untuk dibahas. Selama ini telah ada banyak perspektif dalam membahas tentang wellbeing. Pada kajian ini aspek wellbeing yang menjadi fokus perhatian adalah cultural wellbeing, karena konsep ini masih belum dikembangkan secara luas di Indonesia, padahal bangsa Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat tinggi. Pendekatan kualitatif digunakan penulis dalam melihat aspek cultural wellbeing melalui studi kasus Saung Angklung Udjo (SAU) di Bandung, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa budaya dan tradisi merupakan unsur yang menjadi bagian penting dalam kegiatan cultural development dan community development untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Budaya dan tradisi sangat penting untuk dilestarikan dan dikembangkan di era globalisasi budaya saat ini yang faktanya banyak memberikan dampak besar dalam pergeseran budaya dan krisis identitas. Pada sisi lain, budaya dan tradisi merupakan asset yang berpotensi dalam mewujudkan kesejahteraan, khususnya cultural wellbeing. Konsep cultural wellbeing ini sangat relevan untuk menjadi pendekatan baru dalam melihat kesejahteraan, khususnya di Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya.

Kata Kunci: pengembangan budaya, kesejahteraan budaya, pengembangan masyarakat.

Pengembangan Budaya menuju Kesejahteraan Budaya: Pelajaran dari Pengembangan 553 Masyarakat di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat, Budiman Mahmud Musthofa PENDAHULUAN untuk menjawab berbagai tantangan dan Perkembangan globalisasi memberikan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan dampak pada kajian tentang community budayanya, termasuk menjawab tantangan development baik di tingkat dunia maupun di eksistensi budaya lokal Indonesia. Salah satu kajian yang dikemukakan Salah satu hal yang menarik dari kajian oleh Ife (2013) adalah perlunya perspektif yang community development adalah peningkatan lebih luas dalam aspek community development kualitas hidup manusia dan pencapaian untuk menyikapi perkembangan dunia yang kesejahteraan, yang dalam hal ini digunakan semakin cepat dan penuh ketidakpastian, yaitu istilah wellbeing (Zastrow, 2004). Aspek meliputi dimensi sosial, ekonomi, politik, wellbeing sering menjadi acuan kemajuan suatu budaya, lingkungan, spiritual dan berbagai bangsa yang biasanya didasarkan pada hitungan- penerapannya dalam aspek yang lebih rinci lagi. hitungan ekonomi. Model ini tidak lepas dari Dari beragam perspektif ini, penulis mencoba banyak kritikan, kemudian dikembangkan untuk menguraikan salah satu aspek dari indikator lain yang berbeda dari perhitungan community development, yaitu aspek cultural ekonomi, yaitu indikator kesejahteraan development. Aspek budaya penting untuk budaya. Budaya baik yang berwujud maupun diangkat karena secara fakta ditemukan ada tidak berwujud memainkan peran penting banyak permasalahan terkait dengan pelestarian dalam membangun dan mengkonsolidasikan budaya lokal dan eksistensi budaya lokal di ikatan sosial, perdamaian, kesejahteraan dan Indonesia. Hal ini pula yang telah dinyatakan modal sosial yang merupakan prasyarat bagi oleh Koentjaraningrat (1990) puluhan tahun lalu masyarakat yang sehat serta ekonomi yang yang menjelaskan bahwa laju modernisasi dan berkembang (Culture Action Europe, 2013). pembangunan di segala bidang, menyebabkan Berkaitan dengan hal tersebut maka kajian ini, terjadinya pertumbuhan yang pesat di berbagai mencoba untuk melihat sisilain dari wellbeing sektor kehidupan masyarakat. Pergeseran dan penulis mencoba untuk menganalisa secara nilai sosial budaya, ekonomi dan politik, telah kualitatif yaitu aspek cultural wellbeing. memporak-porandakan sejumlah besar nilai tradisional yang dahulu merupakan simpul Cultural wellbeing menarik untuk digali kekuatan yang mengantarkan masyarakat lebih dalam karena saat ini masih sangat mencapai survive dari waktu ke waktu. sedikit kajian dan definisi tentang konsep tersebut dan penerapannya dalam masyarakat. Pada konteks globalisasi budaya, Ife (2013) Definisi awal tentang konsepcultural wellbeing melihat bahwa budaya lokal penting untuk dikeluarkan oleh Kementrian Kebudayaan dan terus dikembangkan dan diberdayakan lagi oleh Warisan Budaya New Zealand (2002) yaitu: suatu komunitas karena ada kecenderungan the vitality that communities and individuals terjadinya pergeseran budaya yang berdampak enjoy through: participation in recreation, pada krisis identitas di berbagai belahan dunia. creative and cultural activities; and the Pada sisi lain ada banyak gejala dan praktek freedom to retain, interpret and express their komodifikasi dan komersialisasi budaya yang arts, history, heritage and traditions (Daya berlebihan sebagai dampak dari globalisasi hidup komunitas/masyarakatdanindividu yang budaya. Pada konteks globalisasi budaya direfleksikan melalui partisipasi dalamrekreasi, yang ada saat ini, studi dan praktik mengenai kegiatan budaya dan kreatif, serta kebebasan community development sangat diperlukan untukmempertahankan, menafsirkan dan

554 Sosio Informa Vol. 4, No. 03, September - Desember, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial mengekspresikan seni, sejarah, warisan dan Kajian ini berupa studi kasus, dengan tradisi) (The Local Government Act 2002). kasus yang diangkat mengacu pada aspek seni, Definisi tersebut hingga saat ini belum banyak aktivitas kreatif dan budaya yang dalam hal ini dikembangkan, karena belum banyak kajian- adalah aktivitas cultural development berupa kajian ilmiah yang membahas tentang cultural pengembangan seni budaya Sunda, khususnya wellbeing. angklung yang dikembangkan di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat. Saung Beberapa Indikator yang dilihat dalam Angklung Udjo dipilih karena institusi ini lahir pengembangan cultural wellbeing adalah pada tahun 1966, dikembangkan oleh seorang aspek seni, aktivitas kreatif dan budaya. Hal ini tokoh bernama Udjo Ngalagena, tumbuh digunakan karena aspek tersebut adalah sarana besar bersama masyarakatnya, dan dalam yang sangat jelas di mana kelompok-kelompok perjalannya selama lebih dari 50 tahun telah mengekspresikan dan mempertahankan budaya banyak berkontribusi bagi kehidupan sosial mereka (https://mch.govt.nz, 2018). Seni ekonomi dan budaya masyarakat sekitar serta budaya merupakan manifestasi cipta, rasa dan berhasil melestarikan angklung dan budaya karsa manusia yang memiliki berbagai fungsi Sunda lainnya dan membawa angklung ke level (Danandjaja, 2002). Kesenian tradisional secara internasional. umum dapat berwujud sebagai (1) seni tradisi ritual untuk upacara-upacara keagamaan dan Pendekatan penelitian yang digunakan adat, dan (2) seni tradisi yang dikemas khusus pada kajian ini adalah pendekatan kualitatif. untuk dinikmati masyarakat luas maupun Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan wisatawan (Permas, 2003). yang dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya Permasalahan wellbeing sangatlah luas, dikumpulkan bersifat kualitatif (Neuman, 2013) penulis fokus pada cultural wellbeing karena . Teknik pemilihan informan yang peneliti konsep ini masih belum dikembangkan gunakan adalah purposive sampling (sampling secara luas di Indonesia, padahal bangsa bertujuan) dimana peneliti memilih sampel Indonesia memiliki keragaman budaya yang yang khas berdasarkan pengetahuan khusus sangat tinggi. Tulisan ini mengkaji tentang atau kriteria seleksi (Creswell , 2010). Peneliti pencapaian cultural wellbeing melalui cultural melakukan pengamatan lapangan selama development dalam konteks community kurang lebih 6 bulan dan wawancara dengan development. Keterkaitan antara ketiga lebih dari 10 informan di SAU, Jalan Padasuka konsep ini secara singkat dapat dijelaskan No. 118, Bandung, Jawa Barat. bahwa kondisi kesejahteraan budaya (cultural wellbeing) sifatnya cenderung subyektif dan Tinjauan Literatur hanya bisa dirasakan serta dijelaskan oleh Community development merupakan masyarakat dari latar belakang budaya tersebut. salah satu model intervensi yang terkait Cultural wellbeing akan dapat tercapai jika dengan praktik komunitas. Model intervensi masyarakat terlibat dalam aktivitas bersama ini sangat memperhatikan aspek manusia, dalam mengembangkan budayanya (cultural serta pemberdayaan masyarakat dimana di development). Proses pengembangan budyaa ini dalamnya kental terasa unsur pendidikan tentunya memerlukan pengorganisasian yang dan upaya mengubah suatu komunitas kemudian dilakukan dalam bentuk community (Adi, 2013:147). Selanjutnya, Adi (2013) development.

Pengembangan Budaya menuju Kesejahteraan Budaya: Pelajaran dari Pengembangan 555 Masyarakat di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat, Budiman Mahmud Musthofa menjelaskan bahwa konsep pemberdayaan dan identitas komunitas, namun globalisasi masyarakat merupakan salah satu konsep membuat banyak budaya lokal hilang yang mendapat penekanan khusus terutama atau punah (Musthofa, 2015). Atas dasar pada model intervensi pengembangan inilah maka dirasa perlu mengembangkan masyarakat. Penulis, sebagaimana mengacu kajian cultural development di Indonesia pada konsep yang dikemukakan oleh Adi dan penting untuk menjadikan komponen (2013) dalam hal ini menyatakan bahwa budaya dalam pendekatan pemberdayaan istilah community development tidak berbeda masyarakat di Indonesia. dengan istilah pemberdayaan masyarakat Cultural development dalam konteks guna menyederhanakan pembahasan tanpa pemberdayaan masyarakat, memiliki empat menghilangkan substansinya. komponen, yaitu: preserving and valuing Adi (2013:211-222) mengkategorikan local culture (melestarikan dan menghargai bahwa pemberdayaan itu sendiri harus budaya lokal), preserving and valuing dilihat sebagai suatu program dan suatu indigenous culture (melestarikan dan proses. Pemberdayaan sebagai suatu menghargai budaya asli), cultural diversity program idealnya melewati tahapan- (menghargai keragaman budaya) dan tahapan kegiatan untuk mencapai tujuan dan participatory culture (budaya partisipatif). ditentukan jangka waktunya. Pemberdayaan Berikut adalah kerangka pengembangan masyarakat sebagai suatu proses adalah budaya tersebut (Ife, 2013: 239): suatu kegiatan yang berkesinambungan (on- going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada satu program saja. Pemberdayaan sebagai suatu proses paling tidak mengandung tiga pijakan atau pilar, yakni: proses itu sendiri, mutual respect, dan refleksi kritis (Warren, 1997). Globalisasi budaya berjalan sesuai dengan pola yang dengan globalisasi ekonomi, karenanya, identitas masyarakat dan budaya lokalnya memerlukan perhatian dan strategi khusus agar dapat bertahan dan Gambar 1. Component of Cultural melestarikan keunikan budayanya (Niezen, Development 2004; Adams, 2002). Maka dari itu, menurut Ife (2013) cultural development Sumber : Ife, 2013: 239 adalah salah satu strategi dan komponen Komponen preserving and valuing yang sangat penting bagi masyarakat dalam local culture (melestarikan dan menghargai rangkaian kegiatan community development budaya lokal) dalam konteks kajian ini untuk mempertahankan dan memelihata budaya lokal dan tradisi adalah bagian keunikan budaya lokal masyarakat. Pada yang sangat penting dalam masyarakat konteks Indonesia, keanekaragaman dan keberadaanya menjadikan suatu budaya menumbuhkan rasa kebersamaan masyarakat memiliki identitas. Oleh karena

556 Sosio Informa Vol. 4, No. 03, September - Desember, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial itu, kegiatan community development akan literatur ini, dijelaskan pula bahwa mengidentifikasi unsur-unsur penting kesejahteraan budaya secara luas dapat dari budaya lokal dan melestarikannya. mencakup nilai-nilai, keyakinan, kebiasaan, Komponen preserving and valuing perilaku, dan identitas bersama. (https:// indigenous culture (melestarikan dan mch.govt.nz, 2018), menghargai budaya asli) dalam konteks kajian ini budaya asli diartikan sebagai PEMBAHASAN budaya yang dimiliki oleh masyarakat 1. Aktivitas Cultural Development di Saung setempat yang menunjukan identitasnya Angklung Udjo yang dalam hal ini adalah budaya sunda Saung Angklung Udjo pada awalnya yang didalamnya ada Angklung sebagai adalah sebuah sanggar kesenian angklung salah satu wujud budayanya, cultural yang didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo diversity (menghargai keragaman budaya) Ngalagena bersama istrinya Undang- dalam konteks kajian ini berkaitan dengan Undangm Sumiyati. Saung Angklung Udjo keberadaan masyarakat pendatang yang berada di Kota Bandung tepatnya berada hidup bersama dan terlibat dalam aktivitas di Jalan Padasuka No. 118, Bandung, Jawa pengembangan budaya, atau participatory Barat. Udjo Ngalagena adalah seorang guru culture (budaya partisipatif). SMP yang memiliki bakat di bidang seni Rangkaian dari aktivitas cultural dan kecintaan yang sangat tinggi terhadap development ini diharapkan mampu karawitan Sunda, khususnya dan mewujudkan kesejahteraan budaya angklung. Udjo mencintai angklung sejak (cultural wellbeing) bagi masyarakatnya. kecil, dan kemudian berguru kepada Daeng Cultural wellbeing yang dimaksud dalam Soetigna, seorang tokoh yang dikenal kajian ini adalah mengutip dari definisi dengan sebutan Bapak Angklung Indonesia, kementerian kebudayaan dan Heritage sehingga keahliannya semakin terasah New Zealand. Definisi Cultural wellbeing baik dalam membuat angklung maupun adalah the vitality that communities and membuat pertunjukan dengan angklung. individuals enjoy through: participation in Pendirian Saung Angklung Udjo ini juga recreation, creative and cultural activities; tidak lepas dari dukungan gurunya tersebut. and the freedom to retain, interpret and Saung Angklung Udjo (SAU) didirikan express their arts, history, heritage and dengan tujuan untuk melestarikan kesenain traditions (https://mch.govt.nz, 2018). Pada khas Sunda. Pada awalnya kegiatan di SAU saat budaya dan kesejahteraan disatukan, adalah produksi angklung dan pelatihan maka yang dihasilkan adalah adanya angklung yang diberikan Udjo kepada anak- kedinamisan. Budaya dan kesejahteraan anak sekitar, yang kemudian berkembang tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas seni menjadi suatu pertunjukan wisata. Saat ini dan budaya, tetapijuga oleh hal-hal seperti SAU merupakan sebuah destinasi wisata pembangunan ekonomi, pemeliharaan khususnya wisata budaya, wisata kreatif warisan,perencanaan kota, penyediaan dan dan edukasi di Bandung (Musthofa, 2016). akses ke rekreasi dan fasilitas olahraga, Saung Angklung Udjo memiliki arena kebijakan kesehatan masyarakat, strategi pertunjukan, pusat kerajinan bambu, pengembangan masyarakat, dll. Pada workshop pembuatan angklung, area

Pengembangan Budaya menuju Kesejahteraan Budaya: Pelajaran dari Pengembangan 557 Masyarakat di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat, Budiman Mahmud Musthofa akomodasi dan restoran, toko souvenir dan menitikberatkan pada dekorasi alam dan berbagai fasilitas lainnya yang mendukung ornamen budaya, seperti adanya puluhan suatu destinasi wisata. Setiap hari diadakan jenis pohon bambu yang ditanam dari pertunjukan angklung pada pukul 15.30- pintu masuk hingga halaman belakang dan 17.00. Pertunjukan ini berisi beberapa arsitektur dengan tiang dan atap dari bambu penampilan seperti : demonstrasi . golek, upacara helaran, seni tari tradisional, Aktivitas cultural development yang angklung pemula, angklung orkestra, dilakukan Udjo Ngalagena di SAU secara angklung masal dan arumba (alunan umum terangkum dalam 3 kegiatan besar, rumpun bambu). Di akhir pertunjukan, para yaitu produksi, pendidikan dan pertunjukan. penonton akan diajak untuk menari bersama Produksi disini adalah produksi angklung, anak–anak (https://angklung-udjo.co.id/, pendidikan berupa pelatihan memainkan 2018). angklung serta kesenian Sunda lainnya Masyarakat di sekitar Saung Angklung dan pertunjukan seni budaya Sunda, Udjo, di Desa Padasuka pada tahun 1960-an seperti wayang golek, tari topeng, tari adalah masyarakat asli Sunda. Suku Bangsa merak serta berbagai atraksi angklung. Sunda adalah orang yang secara turun Ketiga hal ini merupakan perpaduan temurun menggunakan bahasa ibu bahasa yang saling melengkapi dan memberikan Sunda serta dialeknya dalam kehidupan kontribusi besar dalam perkembangan sehari-hari dan berasal serta bertempat SAU yang kemudian bersinergi dengan tinggal di Jawa Barat, daerah yang juga peluang pariwisata sehingga menggerakan sering disebut dengan Tanah Pasundan masyarakat sekitar dan pengelolaan SAU atau Tatar Sunda (Harsojo, 2004: 307). menghasilkan nilai tambah secara ekonomi Sampai saat ini, pengelola dengan sengaja dan budaya bagi masyarakat sekitar dan menciptakan suasana perdesaan Jawa Barat pemerintah daerah. Spirit dan aktivitas pada tahun 60-an di Saung Angklung Udjo produksi angklung, pendidikan dan karena mereka mempertimbangkan aspek pertunjukan seni budaya Sunda dilakukan keunikan, naturalitas nuansa perdesaan, dengan prinsip silih asah, silih asih dan serta keotentikan tradisi dari Jawa Barat itu silih asuh (saling mengasah atau mengajari, sendiri. saling mengasihi, saling mengasuh), yang secara praktis terwujud dalam kegiatan Pengelola SAU sengaja tidak mendesain pemberdayaan masyarakat sekitar (Syafii, lokasi ini dengan kemewahan sebagaimana 2009). Hal ini merupakan nilai yang kebanyakan tempat wisata lainnya. SAU membuat aktivitas di SAU dekat dengan justru menawarkan kesederhanaan, masyarakat dan didukung masyarakat. alam, dan tradisi. Hal ini tentunya menarik pengunjung baik lokal maupun Seiring perjalanan waktu, metode mancanegara yang ingin mencari kedamaian pemberdayaan dalam aspek pendidikan dengan suasana perdesaan Sunda yang mengalami transformasi dan dikembangkan asli sambil menikmati tradisi-tradisi lokal secara lebih serius. Melalui misi untuk Jawa Barat. Dari awal berdiri hingga melestarikan dan mengembangkan budaya sekarang SAU memiliki konsep alam dan Sunda, SAU mengembangkan berbagai kebudayaan sehingga pengembangan lokasi metode dan kurikulum pendidikan angklung

558 Sosio Informa Vol. 4, No. 03, September - Desember, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial khususnya dan seni budaya lainnya. Aktivitas 3. Pencak . pendidikan ini merupakan kegiatan cultural 4. Karawitan. Terbagi dalam tiga bagian: development yang dilakukan sejak awal a. Vokal / Mamaos, mempelajari teknik berdirinya SAU hingga saat ini. Pendidikan bernyanyi secara profesional. angklung di SAU sering disebut dengan b. Kecapi Suling, mempelajari cara istilah akademi angklung. SAU membagi memainkannya dengan benar. Kelas 2 bagian dalam program pendidikannya, ini hanya untuk kelompok. yaitu: c. Gamelan, belajar secara bertahap 1. Beasiswa Seni dan Budaya Saung dengan peralatan gamelan lengkap. Angklung Udjo. Program ini berupa 5. Host/MC. Jika peserta memiliki minat pendidikan angklung dan kesenian untuk menjadi pembawa acara, maka Sunda lainnya yang sifatnya gratis bagi dapat mempelajari teknik-tekniknya di masyarakat sekitar, khususnya anak- SAU dan memiliki kesempatan untuk anak. memandu pertunjukan bambu petang 2. Udjo School. Di Udjo School, peserta yang legendaris. dapat memilih dasar-dasar prinsip 6. Wayang. seni dan kompetensi yang akan dikembangkan. Tidak hanya itu, peserta Aktivitas cultural development yang juga akan belajar untuk menjadi seorang dilakukan di SAU memberikan banyak ahli yang dapat menggunakan bakat dampak baik bagi institusi maupun untuk pegangan hidup atau untuk masyarakat luas. Secara lebih rinci, dampak ketrampilan hidup. dari cultural development yang dilakukan di Ada dua orientasi pembelajaran yang SAU dapat dijelaskan sebagai berikut: dikembangkan di Udjo School, yaitu Dampak Bagi Institusi orientasi internal dan orientasi eksternal. Orientasi Internal dilakukan melalui Keberhasilan Udjo dalam berkreasi, pembukaan kelas-kelas dengan jadwal dan mengembangkan seni budaya Sunda tempat yang sudah ditetapkan. Sedangkan dan memberdayakan masyarakat selama orientasi eksternal dilakukan dengan bertahun-tahun akhirnya memberikan membuka kelas-kelas privat/khusus baik dampak pada keberhasilan SAU. Institusi individual maupun grup. Ada beberapa SAU yang awalnya sanggar budaya materi pembelajaran utama di Udjo School. kemudian menjadi yayasan dan CV tahun Peserta boleh memilih materi yang disukai. 1970-an kemudian berkembang menjadi Pemilihan materi pembelajaran ini adalah PT. Berbagai pembenahan terus dilakukan hal yang utama dalam proses pembelajaran sampai sekarang termasuk tata kelola karena membebaskan orang untuk memilih perusahaan. Pada tahun 2018 menurut data apa yang ingin dipelajari. Udjo School dari bagian SDM SAU, tercatat sedikitnya membaginya ke dalam beberapa materi 130 karyawan yang bekerja di lingkup utama (Musthofa, 2016), antara lain sebagai internal dan secara keseluruhan jumlah orang berikut yang terlibat dalam operasional mencapai 1.000 orang. 130 orang karyawan ini adalah 1. Angklung dan Arumba. karyawan resmi SAU yang memperoleh 2. Tari Tradisional. gaji bulanan, sedangkan 1000 orang yang

Pengembangan Budaya menuju Kesejahteraan Budaya: Pelajaran dari Pengembangan 559 Masyarakat di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat, Budiman Mahmud Musthofa terlibat dalam operasional adalah para ini Kementrian Pariwisata, meminta agar mitra, pengrajin angklung, pemasok bahan pemerintah segera mengajukan keberadaan dan lain sebagainya. angklung ke UNESCO sebagai alat musik tradisional milik Indonesia. Upaya ini Dampak Sosial ditindaklanjuti dengan disusunnya proposal Masyarakat sekitar dan seni budaya pengajuan yang kemudian diverifikasi Sunda merupakan dua komponen utama yang oleh tim UNESCO, bahkan sidang-sidang secara nyata memberikan kontribusi besar komite banyak dilakukan di SAU. Melalui dalam pengembangan SAU. Kreativitas kerja keras ini pada akhirnya angklung Udjo Ngalagena ini kemudian berkembang berhasil dikukuhkan sebagai salah satu dan berkolaborasi dalam aktivitas cultural warisan budaya dunia dari Indonesia atau development yang melibatkan partisipasi “Intangible World Heritage”. Pengakuan bersama di SAU. SAU menjadi tempat UNESCO atas keberadaan angklung berkumpul dan bermain bagi anak-anak, sebagai warisan budaya Indonesia akan tempat bersosialisasi bersama warga sejak tetap berlangsung dan tidak dicabut jika 50 tahun yang lalu. Keberadaan SAU Indonesia berhasil memenuhi persyaratan membuat kehidupan sosial masyarakat dapat yang menjadi ketentuan UNESCO. terfasilitasi dan hubungan sesama warga Persyaratan yang harus dilakukan agar semakin akrab, penuh kekeluargaan, ada statusnya tidak dicabut antara lain harus keceriaan dan masyarakat lebih produktif. ada regenerasi, produksi, pertunjukan dan promosi. (Musthofa, 2016). Atas dasar Dampak Budaya inilah maka aktivitas cultural development Aktivitas produksi, pendidikan dan menjadi hal yang sangat penting di SAU. pertunjukan angklung membuat seni tradisi angklung bertahan dan berkembang di Selain itu, SAU juga berkontribusi masyarakat. Dampak yang paling dirasakan dalam melestarikan nilai-nilai dan norma adalah angklung yang tetap lestari dan dapat dan adat pergaulan masyarakat. Ada banyak dikembangkan dalam berbagai bentuk dan nilai-nilai tradisi yang diterapkan dalam digunakan untuk memainkan berbagai proses pemberdayaan masyarakat di SAU ragam musik. Dampak yang tertinggi adalah misalnya silih asah silih asih silih asuh diakuinya angklung sebagai warisan budaya (saling mengasah atau mengajari, saling Indonesia oleh UNESCO 2010. Proses mengasihi, saling mengasuh) serta nilai- menuju pengakuan UNESCO dimulai sekitar nilai keharmonian budaya dan alam. tahun 2007-an, disebutkan bahwa angklung Dampak Ekonomi berasal dari tepatnya berada di Pengelolaan SAU secara institusional kota Johor. Isu ini sempat memanaskan yang lebih baik membawa dampak bagi hubungan Indonesia-Malaysia, Kondisi ini perkembangan ekonomi masyarakat. direspon oleh pengelola SAU dan berbagai Meskipun secara statistik tidak ada data komunitas angklung dan seni budaya Sunda. yang pasti tentang dampak keberadaan Salah satu respon yang dilakukan oleh SAU dari tahun 1966 hingga saat ini, tetapi pengelola SAU terkait dengan hal tersebut menurut informasi dari anak-anak/keluarga di atas adalah dengan melakukan upaya Udjo dan masyarakat, keberadaan SAU untuk menemui pemerintah, dalam hal memberikan dampak yang sangat banyak

560 Sosio Informa Vol. 4, No. 03, September - Desember, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial bagi masyarakat sekitar. Hal ini paling mensejahterakan masyarakat. Community tidak dapat dilihat dari terbukanya lapangan development di bidang kebudayaan (cultural pekerjaan baru. Kehadiran wisatawan development) telah menjadi perhatian Ife membuat roda ekonomi berputar, adanya (2013) secara khusus karena era globalisasi transaksi dari wisatawan ke SAU maupun ke budaya menjadikan masalah baru bagi masyarakat berdampak pada meningkatnya berbagai komunitas untuk mempertahankan jumlah pengrajin angklung dan souvenir. keunikan budaya lokal meraka. Namun Jumlah pengunjung menurut data dari berbeda dengan kecenderungan umum bagian marketing, pada tahun 2017 ada dimana banyak budaya mengalami dampak 231.564 jumlah wisatawan. negatif dari adanya gobalisasi budaya, Udjo Ngalagena bersama SAU justru mampu Keberadaan SAU dan meningkatnya mempertahankan keunikan budaya Sunda jumlah wisatawan berdampak pada ditengah derasnya arus globalisasi. peningkatan jumlah pengrajin angklung, pengrajin souvenir dan kerajinan dari Pada sisi lain, Ife (2013) juga melakukan bambu lainnya, banyaknya warung-warung kritik bahwa semangat pengembangan dan toko di sepanjang Jalan Padasuka, budaya lebih menonjolkan aspek komoditas terbukanya lapangan kerja baru seperti dan komersialisasi budayanya. Fakta ini menjadi karyawan di SAU atau menjadi sekilas dapat diamati dan terlihat di SAU, kontributor dalam rantai bisnis di SAU, tetapi jika difahami lebih dalam maka berkembangnya bisnis transportasi dan apa yang dilakukan di SAU justru bagian akomodasi, meningkatnya lapangan dari memperlihatkan dan menyelamatkan pekerjaan sektor informal dan lain berbagai tradisi Sunda. Kritikan dari sebagainya. Ribuan orang terlibat dalam masyarakat bahwa SAU kini berorientasi mata rantai perputaran bisnis angklung bisnis diakui oleh anak-anak, bahkan pada dan bambu. Beragam kontribusi SAU ini saat Udjo Ngalagena masih hidup (1929- diakui oleh banyak pihak, baik dari tokoh 2001) kritik tersebut ada dan hal yang biasa. masyarakat, pengrajin, pihak kelurahan dan Namun perjalanan waktu membuktikan masyarakat sekitar. bahwa strategi yang dilakukan oleh Udjo melalui SAU nya ternyata tepat, SAU 2. Perwujudan Cultural Wellbeing Melalui berhasil bertahan dalam waktu yang Cultural Development sangat lama selain karena didukung oleh Budaya, dalam hal ini kesenian, masyarakat sekitar juga ada nilai tambah adat istiadat, nilai-nilai, dan kebiasaan ekonomi yang dihasilkan. Strategi bertahan masyarakat Sunda merupakan konten ini disadari oleh pengelola dan masyarakat utama yang dikemas oleh Udjo Ngalagena bahwa perpaduan strategi pelestarian dalam aktivitas kreatif dan pemberdayaan budaya dan peluang ekonomi membuat seni yang dilakukan di SAU. Kekayaan budaya angklung dapat berkembang hingga konten budaya ini menjadi menarik saat ini. untuk dikembangkan karena di Indonesia potensi seni budaya sangat besar untuk Pada tahun 1968, kunjungan wisatawan dikemas kembali, baik dari sisi pelestarian mulai ada dan terus meningkat jumlahnya. budaya maupun dikemas dalam kegiatan Sejak banyak dikunjungi wisatawan, yang menghasilkan nilai ekonomi untuk SAU menjadi salah satu objek daya tarik

Pengembangan Budaya menuju Kesejahteraan Budaya: Pelajaran dari Pengembangan 561 Masyarakat di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat, Budiman Mahmud Musthofa wisata yang fokus pada kesenian Sunda. Pengembangan budaya menjadi Sebuah obyek daya tarik wisata tentunya komponen yang sangat penting dalam memerlukan berbagai atraksi yang variatif pendekatan pemberdayaan masyarakat. agar menarik untuk dikunjungi, khususnya Apalagi Indonesia yang memiliki pariwisata budaya dan pariwisata kreatif keanekaragaman budaya yang tinggi, perlu (Hermantoro, 2011). Oleh karena itu, upaya serius dalam mengembangkannya. dikemaslah berbagai petunjukan yang Kekayaan budaya jika tidak dikelola variatif di SAU. Melalui pariwisata budaya dengan baik dapat menjadi sumber konflik, dan pariwisata kreatif, Udjo mencoba untuk tetapi pada saat yang sama dapat menjadi membangkitkan keunikan budaya lokal potensi menciptakan kesejahteraan dan dalam bentuk seni tradisi dalam berbagai keunggulan. Pengembangan budaya dalam bentuk pertunjukan, membuat lingkungan konteks pemberdayaan masyarakat (Ife, yang nyaman bernuansa Sunda, dan 2013), memiliki empat komponen, yaitu: memberikan akses kepada masyarakat untuk preserving and valuing local culture berkreasi dan berkarya dalam berbagai (melestarikan dan menghargai budaya pertunjukan. lokal), preserving and valuing indigenous culture (melestarikan dan menghargai Saung Angklung Udjo sebagai sebuah budaya asli), cultural diversity (menghargai objek daya tarik wisata tidak luput dari keragaman budaya) dan participatory pengaruh globalisasi, khususnya semakin culture (budaya partisipatif). Penjelasan dari banyaknya wisatawan asing. Saung keempat komponen dalam kaitannya dengan Angklung Udjo mempersiapkan sebuah pemberdayaan masyarakat dilakukan di atraksi wisata budaya yang tidak hanya untuk SAU adalah sebagai berikut: dinikmati oleh wisatawan lokal tapi juga wisatawan mancanegara. Pada tahun 2016 a. Preserving and valuing local culture jumlah wisatawan asing sebanyak 29.908, (melestarikan dan menghargai budaya sedangkan pada tahun 2017 sebanyak lokal) 26.240. Banyaknya kunjungan wistawan Kesenian angklung dan seni budaya asing membuat adanya standar internasional Sunda lainnya merupakan bagian yang dalam setiap pelayanan dan pertunjukan penting dalam kehidupan masyarakat yang diberikan SAU, mulai dari penerimaan Sunda. Seni budaya angklung tamu, pertunjukan, souvenir shop, brosur memiliki banyak peran dan fungsi bagi dan lain sebagainya. Pengaruh globalisasi masyarakat, misalnya sebagai bagian dan perkembangan pariwisata internasional dari sistem kesenian yang menggugah berdampak pada adanya permintaan akan rasa kebersamaan komunitas dan pertunjukan budaya yang lebih kreatif dan memberikan identitas masyarakat variatif, misalnya pertunjukan angklung (masyarakat Sunda) karena bermain jazz, kolaborasi angklung dengan musik angklung itu tidak bisa sendirian, harus bersama sama, sehingga ikatan sosial pop dan lain sebagainya. Hal ini menjadi semakin kuat (Azhari, 2011). Kecintaan peluang yang mendorong adanya kreativitas dan penghargaan Udjo Ngalagena bersama masyarakat untuk mempertunjukan terhadap angklung direalisasikan dengan kebudayaan dengan kemasan yang menarik mendirikan SAU yang di dalamnya ada wisatawan asing. kreativitas dalam bidang pendidikan,

562 Sosio Informa Vol. 4, No. 03, September - Desember, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial produksi dan pertunjukan. Udjo berhasil budaya yang homogen dan masyarakat menggali dan mengembangkan angklung yang homogen, baru sekitar tahun 1980- sebagai seni budaya yang dapat hidup an, banyak pendatang masuk Padasuka dan bertahan dalam berbagai situasi (Kelurahan Pasir Layung). Meski jaman melalui produksi, pendidikan demikian, pendatangpun mayoritas dan pertunjukan angklung. Selain masih orang Sunda, yaitu daerah disekitar itu, Udjo mampu menangkap realitas Bandung seperti Garut, Tasik, Sumedang sosial pada saat itu dimana seni bukan dan berbagai daerah sekitarnya, sekedar hiburan tetapi dapat menjadi sehingga homogen juga. Namun, media pendidikan dan pertunjukan yang jika dikaitkan dengan pengunjung, lebih menarik. Realitas ini tidak dapat keberagaman sangat terlihat di SAU, ditangkap oleh semua orang, hanya sejak tahun 70-an, pendatang-pendatang orang yang memiliki kejeniusan dan yang menikmati pertunjukan mayoritas kreativitaslah yang dapat menangkap wisatawan asing. Meski keberadaan hal ini (Musthofa, 2016). mereka tidak lama, tetapi masyarakat b. Preserving and valuing indigenous Padasuka telah disiapkan oleh Udjo culture (melestarikan dan menghargai dalam menerima dan menyambut budaya asli/pribumi). tamu-tamu asing tersebut sehingga Pelestarian dan penghargaan mereka mampu menghargai perbedaan terhadap budaya asli/pribumi adalah bahkan dapat berinteraksi dengan para isu penting dalam pengembangan wisatawan secara professional. Begitu masyarakat. Namun, penulis tidak juga dengan murid-murid yang belajar melihat perbedaan mendasar antara di SAU, ada beberapa orang dari luar melestarikan dan menghargai budaya Sunda dan ternyata tidak mengalami lokal dan melestarikan dan menghargai kendala dan hambatan karena bahasa budaya asli/pribumi di daerah Padasuka yang digunakanpun sudah menggunakan (saat ini Kelurahan Pasir Layung) bahasa Indonesia dan bahasa asing di atau di SAU. Keduanya menjadi satu SAU. Secara content pertunjukan aspek kesatuan, karena Udjo dan masyarakat menghargai keragaman sangat terlihat adalah pribumi, warga asli Sunda yang misalnya pertunjukan angklung yang memiliki identitas dan atribut budaya memainkan musik-musik tradisonal yang sama. dari berbagai wilayah, dari Aceh hingga Papua, memainkan musik-musik barat c. Cultural diversity (Menghargai barat, hingga menari bersawa wisatawan. keragaman budaya) d. Participatory culture (Budaya Salah satu tantangan dalam partisipatif). pengembangan budaya masyarakat adalah membantu masyarakat untuk Aspek final dari dari pemberdayaan menjaga kesatuan dan persatuan dalam masyarakat di bidang kebudayaan budaya yang beragam. Bagaimana berhubungan dengan partisipasi keragaman budaya dapat saling dalam aktivitas budaya.Keterlibatan berinteraksi dengan komunitas lokal masyarakat dalam aktivitas seni di SAU dan memperkaya pengalaman budaya telah berlangsung sejak lebih dari 50 untuk semua. SAU sendiri lahir dari tahun yang lalu.Udjo berhasil mengubah masyarakat melalui pemberdayaan

Pengembangan Budaya menuju Kesejahteraan Budaya: Pelajaran dari Pengembangan 563 Masyarakat di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat, Budiman Mahmud Musthofa masyarakat berbasis partisipatoris. SAU juga berdampak pada meningkatnya Bersama masyarakat Udjo mampu dukungan pemerintah dan peningkatan mengubah SAU menjadi daerah tujuan jumlah wisatawan. wisata. Meskipun secara geografis Melalui partisipasi dan perpaduan posisi SAU pada tahun 1966 termasuk nilai-nilai budaya maka pemberdayaan daerah pinggiran Bandung dengan akses yang sulit, namun kemampuan masyarakat di SAU berlangsung dari tingkat Udjo dalam mengkreasikan seni budaya individu hingga masyarakat luas. Partisipasi melalui partisipasi bersama masyarakat yang terjadi di SAU bukan saja partisipasi dalam produksi angklung, pendidikan formal dan seremonial, melainkan dan pertunjukan angklung berhasil partisipasi aktif, membangun kesadaran, mengundang wisatawan dan menjadi melatih dan mendidik masyarakat sehingga daya tarik tersendiri bagi datangnya ada keterlibatan masyarakat seutuhnya. banyak orang ke SAU. Terlebih lagi Menurut salah seorang informan, pada ketika SAU mulai membangun jejaring tahun 1980-1990 lebih dari 50% masyarakat dengan perusahaan tour and travel pada sekitar terlibat dan memperoleh manfaat dari tahun 1968, sejak saat itu wisatawan kegiatan di SAU. Partisipasi masyarakat semakin banyak yang berdatangan. yang terjadi seperti ini sejalan dengan Partisipatoris yang Udjo lakukan bukan konsep pemberdayaan masyarakat dimana saja partisipasi formal sebagaimana partisipasi merupakan salah satu kunci institusi formal dan seremonial bagi terciptanya kesejahteraan (Adi, 2013). sebagaimana pada umumnya, lebih Meningkatnya partisipasi berdampak pada dari itu, Udjo berhasil membangun semakin besarnya SAU, semakin besarnya partisipasi dengan mengemas seni SAU pada akahirnya berdampak pada tradisi dari hulu hingga hilir, sehingga semakin besarnya peningkatan pendapatan apa yang dilakukan oleh Udjo menjadi masyarakat. Semakin besarnya peningkatan solusi dalam mencapai kesejahteraan. pendapatan masyarakat ternyata juga Berbagai upaya yang dilakukan ini memberikan pengaruh pada peningkatan menguatkan pandangan Ife (2013: 250) partisipasi masyarakat dan hal ini terus bahwa budaya memiliki kekuatan untuk terjadi secara berulang di SAU. menginspirasi, membentuk dan menyatukan Faktor lain yang mendukung masyarakat. Khusus dalam studi kasus keberhasilan SAU dalam kegiatan cultural ini, terlihat bahwa pemberdayaan budaya development adalah yang dikembangkan ternyata mampu mengubah masyarakat di SAU sesuai dengan tradisi masyarakat Desa Padasuka selama lebih dari 50 sehingga tidak banyak kendala saat tahun khususnya dalam meningkatkan implementasinya. Hal ini sesuai dengan kesejahteraan masyarakat melalui kajian Gunawijaya (2011) yang menyatakan seni tradisi Sunda, seperti terbukanya bahwa kreativitas yang sesuai dengan tradisi lapangan pekerjaan untuk ribuan orang, akan lebih mudah diterima, karena tidak berkembangnya berbagai bisnis di sekitar berlawanan dengan budaya dan kebiasaan, SAU baik bisnis makanan, akomodasi, bahkan cenderung didukung masyarakat. transportasi, souvenir dan lain sebagainya. Kondisi harmoni antara masyarakat, budaya Pada perjalanannya, berkembangnya dan kebutuhan ekonomi inilah yang pada

564 Sosio Informa Vol. 4, No. 03, September - Desember, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial akhirnya penulis temukan di SAU untuk budaya dan kegiatan kreatif lainnya melalui menggambarkan tercapainya suatu kondisi pengembangan budaya, khususnya dimulai dari cultural wellbeing. kegitan produksi, pendidikan dan pertunjukan angklung. Pada akhirnya penulis menyimpulkan Puncak cultural wellbeing-nya berdasarkan temuan dan analisa di atas bahwa adalah ketika perjuangan bertahun- kondisi harmoni antara masyarakat, budaya dan tahun masyarakat dan institusi SAU terpenuhinya kebutuhan ekonomi dari aktivitas (didukung oleh institusi/komunita budaya sosial budaya menggambarkan tercapainya Sunda lainnya) bersama pemerintah suatu kondisi cultural wellbeing di masyarakat. memperjuangkan angkung untuk diakui oleh UNESCO sebagai kekayaan budaya milik DAFTAR PUSTAKA Indonesia berhasil dicapai.Angklung diakui oleh UNESCO pada tanggal 18 Nopember Adams, Don. (2002). Community, Culture and 2010 sebagai “Representative List of the Globalization, New York: Rockefeller Intangible Cultural Heritage of Humanity” Foundation. (Daftar Representatif Budaya Takbenda Adi, Isbandi Rukminto. (2013). Intervensi Warisan Manusia). Merujuk pada konsep Komunitas & Pengembangan cultural wellbeing sebagaimana dipaparkan Masyarakat Sebagai Upaya pada bagian terdahulu (Kementrian Pemberdayaan Masyarakat. : PT Kebudayaan dan Warisan Budaya New Raja Grafindo Persada. Zealand, 2002) maka penulis menyatakan bahwa konsep tersebut sangat relevan Azhari, Ajimurfi & Asri Andarini. 2011. Jurus dengan kajian ini dan satu hal yang bisa Kilat Jago Main Angklung. Bekasi: ditambahkan dalam konsep tersebut adalah Laskar AksaraCreswell, John W. (2010). adanya pengakuan secara formal baik dari Research Design Pendekatan Kualitatif, tingkat lokal maupun internasional. Kuantitatif, dan Mixed. : Pustaka Pelajar. PENUTUP Culture Action Europe, (2013) Measure The Keberhasilan Udjo Ngalagena dalam Impact Of Culture On Wellbeing. aktivitas community development khususnya A Definition Shaped By A Desire dalam bentuk cultural development For The Future. Brussels. www. memberikan dampak besar dalam terwujudnya Cultureactioneurope.Org, diakses cultural wellbeing. Kehadiran SAU mampu tanggal 14 Desember 2018. memberikan daya hidup bagi masyarakat dan kebudayaannya dalam aktivitas cultural Danandjaja, James. (2002). Folklor Indonesia. development. Keberadaan SAU berhasil Jakarta. Pustaka Utama Grafiti. memberikan kesempatan dan membuka ruang kreativitas masyarakat untuk berkreasi Gunawijaya, Jajang. (2011). “Tatali Paranti dan mengekspresikan seni tradisi sehingga Karuhun: Invensi Tradisi Komunitas budaya tetap lestari dan pada sisi lain Kasepuhan Gunung Halimun Di masyarakat memperoleh manfaat secara , Jawa Barat”, Disertasi sosial ekonomi. SAU mampu menggerakan Antropologi, FISIP UI. Depok. partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan Harsojo. (2004). Kebudayaan Sunda, dalam

Pengembangan Budaya menuju Kesejahteraan Budaya: Pelajaran dari Pengembangan 565 Masyarakat di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat, Budiman Mahmud Musthofa Koentjaraningrat, Manusia dan 2018. Doi:Https://Doi.Org/10.33007/ Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Ska.V5i1.158. Djambatan. Ministry For Culture and heritage (2018). Hermantoro, Henky. (2011). Creative-Based Cultural wellbeing what is it? https:// Tourism: Dari Wisata Rekreatif Menuju mch.govt.nz/what-we-do/our-projects/ Wisata Kreatif. Depok: Penerbit Aditri. completed/cultural-well-being, diakses https://angklung-udjo.co.id/,“attraction tanggal 3 Desember 2018. performance”, diakses tanggal New Zealand Local Government Act 3 Desember 2018. 2002 Amendment Bill (No 2). Human Resources Development SAU. (2018). https://www.parliament.nz/en/pb/ ”Dokumen SDM Saung Angklung hansard-debates/rhr/combined/ Udjo”, Bandung, Jawa Barat. HansDeb_20160615_20160615_28, diakses tanggal 3 Desember 2018. Ife, Jim. (2013). Community Development In An Uncertain World. New York. USA. Niezen, Ronald (2004). A World Beyond Cambridge University Press. Difference : Cultural Identity in the Age of Globalization, Malden, MA: Blackwell. Koentjaraningrat. (1990). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT Permas, A., C. Hasibuan-Sedyono, L.H. Pranoto, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta dan T. Saputro. (2003). Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan.Jakarta: Marketing and Business Development SAU. Pustaka Binaman Pressindo. (2018) “Data Pengunjung, Produksi, dan Mitra Saung Angklung Udjo”, Syafii, Sulhan. (2009). Udjo Diplomasi Bandung, Jawa Barat. Angklung. Jakarta: PT Grasindo.

Musthofa, Budiman Mahmud. (2016) Kekuatan Warren, Chris et all. 1997. Social action with Kreativitas Udjo Ngalagena: Tokoh children and families: A community Pendiri Saung Angklung Udjo. Disertasi development approach to child and S3 Ilmu Kesejahteraan Sosial.Fakultas family welfare, London: Routledge. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Zastrow, Charles. 2004. “Introduction to Indonesia.Depok. Social Work and Social Welfare”. Eight Musthofa, Budiman Mahmud; Gunawijaya, Edition. Pasific Grove: Brooke/Cole Jajang. Strategi Keberhasilan Proses Publishing Company. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Kreativitas Seni Tradisi: Studi Kasus Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat. Sosio Konsepsia, [S.L.], V. 5, N. 1, P. 325-339, Mar. 2016. Issn 2502-7921. Available At: . Date Accessed: 22 Nov.

566 Sosio Informa Vol. 4, No. 03, September - Desember, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial