Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur KAWISTARA VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102 PERTUMBUHAN MEGAURBAN KEDUNGSEPUR Saratri Wilonoyudho Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Email: [email protected]. ABSTRACT Over the last 20 years many urban areas have experienced dramatic growth, as a result of rapid population increase and the trans formation of the world economy because of a combination of rapid technological and political change. In the case of Kedungsepur, the area has seen more than twofold growth. Migrants come to the inner zones from both the area's core and elsewhere in the country. Net migration, in many case, contributes as much as two thirds of the population growth in these zones, whereas in the city cores, net migration contributes little to growth. A comprehensive model suggests that urbanization in Kedungsepur is influenced by structural and social demographic factors. Thus, the bal- ance between managing urban discharges to the environment and enhancing environmental resource capacity is the key determinant of sustainability. Keywords: economic growth, population growth, urbanization, megaurban. ABSTRAK Lebih dari 20 tahun banyak kawasan urban yang mengalami pertumbuhan dramatis sebagai hasil dari pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan transformasi ekonomi dunia akibat kombinasi dari perubahan teknologi dan politik. Dalam kasus di Kedungsepur, kawasan dalam didatangi para migran yang datang dari kawasan inti maupun dari pelosok negeri. Migrasi netto dalam banyak kasus memberi kontribusi bagi pertumbuhan penduduk di kawasan tersebut, sedangkan di kawasan inti migrasi netto kecil kontribusinya. Model yang komprehensif disarankan karena pertumbuhan megaurban Kedung- sepur dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi yang bersifat struktural dan sosial. Oleh karenanya kese- imbangan antara pelaksanaan manajemen lingkungan perkotaan dengan peningkatan kapasitas sum- berdaya lingkungan merupakan kunci utama bagai keberlanjutan di kawasan ini. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, urbanisasi, megaurban. 79 Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 79-91 PENGANTAR tersebut tidak terjadi di kota-kota besar (me- Tulisan ini dilatarbelakangi oleh feno- gacity) sebagaimana selama ini diperkirakan mena pesatnya pertumbuhan megaurban di orang, namun justru tumbuh di kota-kota kawasan ASEAN yang mengalami pertum- kecil dan menengah (dengan penduduk ku- buhan penduduk perkotaan yang luar biasa rang dari 500.000 jiwa) yang terdapat di cepatnya dalam enam dekade terakhir ini. negara-negara berkembang (Bremner, 2005). Pertumbuhan dan dinamika penduduk se- Hanya yang menjadi masalah, pertumbuhan perti ini terkait dengan pesatnya pertum- penduduk di perkotaan tersebut tidak diba- buhan ekonomi di kawasan tersebut, yang rengi dengan peningkatan pelayanan, se- cenderung membentuk sebuah formasi yang hingga di masa depan pertumbuhan kota- berbentuk “Extended Metropolitan Region” kota membutuhkan perencanaan yang lebih (EMR) yang dicirikan oleh pertumbuhan di baik, terutama dalam mengantisipasi keda- kota-kota inti yang meluber ke kawasan peri- tangan kaum migran yang banyak men- peri di sekitarnya (Firman, 2003, McGee, diami kampung-kampung kumuh dan liar. 1971 dan 1991). Dalam sebuah studinya, Hal lain yang menarik adalah temuan Firman (2003) juga menemukan bahwa dari Brown (2002) yang mengkaji pertum- kabupaten-kabupaten yang memiliki basis buhan ekonomi Hongaria pasca-peralihan industri, mengalami pertumbuhan pen- dari sistem sosialisme ke kapitalisme. Sistem duduk urban yang lebih cepat. Pertum- kapitalisme ternyata menghasilkan ketidak- buhan ini dapat dilihat kabupaten-kabupa- adilan. Ini terbukti oleh adanya pergerakan ten yang terletak di pantai Utara Jawa yang penduduk dari perdesaan yang jauh dari membentang dari Jakarta hingga Semarang kota. Dinamika penduduk yang terjadi di melalui Cirebon. daerah perdesaan ini menunjukkan adanya Studi tentang formasi EMR dan hubung- ketidakadilan dalam pembangunan eko- an desa-kota di Jawa juga dilakukan oleh nomi. Daerah perdesaan pada tahun 1990- Jones (2001), dan McGee (1971 dan 1991). an menjadi tujuan para pendatang dari Globalisasi perdagangan, produksi, dan golongan ekonomi marginal, serta mencip- keuangan memunculkan banyak megaurban takan sebuah stratifikasi sosial antara desa- di Asia Pasifik (Douglass, 1995 dan 2000). kota. Dengan kata lain, dekonsentrasi pen- Hal yang sama juga ditemukan di banyak duduk di Hongaria boleh jadi bukan mencer- negara di Asia lainnya seperti Taiwan (Liu minkan perpindahan yang positif untuk and Tsai,1991), China (Yixing,1991) dan, mendapatkan kesempatan yang lebih baik Japan (Ginsburg, 1990 dan Latz, 1991). De- ke depan, serta bukan seperti yang terjadi ngan kata lain, fenomena EMR merupakan di kebanyakan negara-negara Barat sebagai bagian dari urbanisasi di Asia (Lin, 1994). “counter-urbanization”, namun lebih sebagai Fenomena megaurban di Indonesia yang hasil tekanan ekonomi yang memaksa pen- mencolok adalah pertumbuhan kawasan Ja- duduk untuk pindah karena mereka tidak bodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, memiliki pilihan hidup yang lain. Bekasi), Gerbangkertasusila (Gresik, Dari latar belakang masalah tersebut Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, tampak bahwa munculnya istilah Kedung- Lamongan), dan Kedungsepur (Kendal, De- sepur mengindikasikan bahwa Semarang mak, Semarang, Purwodadi). dan daerah di belakangnya seperti Kendal, Pada sisi lain, temuan dari United Na- Demak, Ungaran, Purwodadi, Kudus, dan tions juga mengatakan bahwa penduduk sebagainya bagaikan sebuah “region based dunia yang tinggal di perkotaan akan tum- urbanization”. Daerah di belakangnya terse- buh dari 3 miliar jiwa pada tahun 2003 men- but setidaknya menjadi satu sistem pertum- jadi sekitar 4,9 miliar jiwa pada tahun 2030, buhan regional, yang saling terkait satu de- atau dari 48% dari penduduk dunia menja- ngan yang lainnya. Ini artinya setiap per- di 60%. Yang menarik bahwa pertumbuhan ubahan yang terjadi di Semarang juga akan 80 Saratri Wilonoyudho -- Pertumbuhan Megaurban Kedungsepur berpengaruh terhadap daerah belakangnya, lebih menonjol jika dibandingkan “rural dan sebaliknya. Dari titik pemahaman inilah area”. Menurut Cohen (2006) hal ini disebab- artikel ini akan mempelajari pertumbuhan kan melambatnya pertumbuhan penduduk dan urbanisasi di daerah di belakang kota yang ada di daerah “rural”. Diperkirakan Semarang, sehingga muncul pertanyaan dua tahun ke depan pertumbuhan pen- penelitian: 1) Bagaimanakah proses perkem- duduk perdesaan akan menurun dari 3,3 bangan urbanisasi sehingga terjadi gejala miliar jiwa (2003) menjadi 3,2 miliar jiwa megaurban di kawasan Kedungsepur?; dan (2030). Kalau pada tahun 1950-an ada seki- 2) Faktor-faktor apa yang menjadi determi- tar 1,8 milyar orang yang tinggal di perde- nan pokok urbanisasi di Kedungsepur? saan atau rural area, namun pada tahun Secara umum, tujuan penelitian ini ada- 2000 jumlah itu menjadi 3,2 miliar jiwa. lah untuk mempelajari, menganalisis, dan Pada sisi lain, dalam 30 tahun jumlah pen- menjelaskan proses terjadinya urbanisasi di duduk kota bertambah 2 miliar jiwa. Kedungsepur. Dari hasil analisis diharapkan Menurut John Friedmann (dalam La- dapat diperoleh kejelasan hubungan antara quian, 2008), tipe-tipe urban fields akan me- urbanisasi dengan faktor-faktor sosial, eko- lebar ke luar dari batas administratif pusat nomi, demografi, politik atau kebijakan pem- kota sejauh 100 kilometer, termasuk di bangunan kota dan perubahan fisik ke- wilayah itu adalah bandara kota, lokasi in- ruangan di Kedungsepur. Dari titik inilah dustri baru, pusat rekreasi, sumber air dan diharapkan dapat diperoleh kejelasan, ter- saluran pembuangan, pertanian, dan se- utama terkait dengan rekonseptualisasi ur- bagainya. Dalam istilah McGee fenomena banisasi berlebih yang “khas” dan “konteks- kewilayahan seperti itu disebut “desa kota”, tual” Indonesia khususnya di Kedungsepur. karena ada percampuran antara karakter Harapan lebih jauh, hasilnya dapat mem- kota dan karakter perdesaan yang unik. perkaya teori-teori tentang urbanisasi serta Industrialisasi di negara-negara ber- dapat digunakan sebagai landasan untuk kembang yang berdampak terhadap di- pengambilan keputusan dalam perencanaan namika penduduk, merupakan buah dari dan pembangunan kota yang berkelanjutan. penetrasi kapitalisme dunia, yang sering di- sebut globalisasi ekonomi. Menurut Tyner Megaurban dan Pertumbuhan Kota (2002), wilayah Asia adalah wilayah yang Kedungsepur sebagai “Extended Metro- paling dramatis terkena pengaruh globalisasi politan Region”, akan menjadi salah satu ekonomi. Perubahan struktur sosial ekonomi fenomena kota yang memiliki pertumbuhan merupakan harga wajar yang harus diba- penduduk yang luar biasa cepatnya. Menu- yar oleh pengaruh seperti ini, seperti per- rut berbagai hasil studi, antara tahun 2000- ubahan-perubahan pola investasi yang mu- 2030, jumlah penduduk dunia akan tumbuh lai meninggalkan daerah pusat kota untuk 1,8 % sampai 2 % setahun. Pada tahun 2030, dipindahkan ke kawasan pinggiran. Sebagai diperkirakan 61 % orang akan hidup di kota. akibatnya, kawasan pinggiran di kota-kota Pada awal abad XX hanya ada 16 kota di metropolitan berkembang sangat pesat, yang dunia yang berpenduduk lebih dari satu juta memunculkan istilah peri-peri, interzone, jiwa. Namun, sekarang ada sekitar 400 kota atau outer zone kawasan kota. di dunia yang berpenduduk satu juta jiwa Globalisasi ekonomi menciptakan hu- atau lebih. Dari jumlah itu, 70 % di antara- bungan kultural antara negara kapitalis
Recommended publications
  • Digitalize Indonesia 2019 Conference Material
    Ministry of Transportation Directorate General of Railway DIGITAL TRANSFORMATION IN RAILWAYS - Presented By: Member Of : Ir. Erni Basri, ST. M.Eng, IPM, ASEAN Eng. Deputy Director 1 Infrastructure Railway, Project Manager LRT Jabodebek, DGR, MOT POTENTIAL RAILWAY DEVELOPMENT IN INDONESIA 2030 - Special new development Urban Transport by new Capital city - 6 Metropolitan Cities prioritized for the development of rail-based urban mass public transport in 2020-2024, that is : 1 2 3 4 5 6 7 Medan – Binjai – Deli Makassar Urban LRT Medan LRT Batam LRT Cibubur – Bogor Bandung Urban Semarang Urban Serdang (Mebidang) (MAMINASATA) (22,74 Km) (55,47 Km) (26,4 Km) (15,6 Km) (78,4 Km) (61,59 Km) (62,73 Km) By cities Prioritized 2020-2024 1 2 Sumatera 8 1) Metropolitan Medan) (Mebidangro Java 3 Kalimantan 2) Metropolitan Surabaya New Capital City (Gerbangkertosusilo) Connectivity 3) Metropolitan Jakarta (Jabodetabek) 9 13 4) Metropolitan Bandung (Bandung Raya) 7 10 5) Metropolitan Semarang (Kedungsepur) Sulawesi 4 11 6 5 12 6) Metropolitan Makassar (Mamminasata) 14 8 9 10 11 12 13 14 Siantar – Kota Padang – Shortcut of Mengwitani - Lahat – Tarahan Kertajati Airport Tanjung – Parapat Pulau Baai Cibungur – Singaraja (Bali) (249,78 Km) Railway Banjarmasin (64,7 Km) (168,2 Km) Tanjung Rasa (90 Km) (213,93 Km) (95,520 Km) (10,62 Km) OUTLOOK FORWARD KABINET INDONESIA MAJU Human GWP Development and Government work plan Defense and Security Poverty Alleviation Stability Connectivity Economic and Equity Value Added Food Security, and Water, Energy and Employment the Environment Opportunities Disaster Vulnerability Transformasi Gender Equality Governance Socio Cultural and Climate Change Capital Digital How to get there? Development paths to complete urban mobility by Integrated city management * PN : Priority National HOW ` Source : Photo Drone PT.
    [Show full text]
  • Public Transportation Or Private Transportation Case Study: Sarbagita Metropolitan Area
    The Dilemma of the Choice Between: Public Transportation or Private Transportation Case Study: Sarbagita Metropolitan Area I.G.A.A Karishma Maharani Raijaya1, Chotib2 {[email protected], [email protected]} 1 Master in Economics of Population and Labor (MEKK), Universitas Indonesia, 2Urban Studies Program, School of Strategic and Global Studies, Universitas Indonesia Abstract. Indonesia has entered a third trend of three mega-demographics trends, namely the transition of migration to non-permanent mobility such as commuter and circular movement. Most of the population does movement due to work factors. The higher rate of worker mobility, and the infrastructure of transportation are urgently needed. Commuting is a type of non-permanent movement where a person works in a different place from his residence. They leave the house, home, and apartment in the morning and return in the afternoon or evening every day or back to house, home, and apartment no longer than 24 hours. Many problems will arise when the rate of mobility is high. There are several problems regarding transportation facilities and infrastructure, for example, a severe traffic jam and no exception in the bali province. Another problem in Bali is declining support of trans sarbagita operational funds and the reduction in the number of fleets. This study aims to identify the probability of public transportation use by workers in the sarbagita region. This study uses sakernas 2018 data, using the binary logistic regression model. The results of this study are the use of public transportation depends on individual characteristics such as distance, sex, education, age, and marital status.
    [Show full text]
  • Profil Pengembangan Dan Penyiapan Kewilayahan Investasi Di Wilayah Kedungsepur
    PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JA WA TENGAH 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan buku Investment Project Ready To Offer (IPRO) dan Profil Pengembangan Potensi dan Penyiapan Kewilayahan Investasi di Wilayah Kawasan Kedungsepur. Penyusunan profil dilatarbelakangi perlunya penyiapan wilayah pengembangan industry di luar wilayah pusat pengembangan industry nasional di Kedungsepur. Penyiapan wilayah tersebut, disamping untuk penyebaran investasi, juga untuk mendukung pengembangan industry di Kedungsepur serta mengoptimalkan pemanfaatan pembangunan infrastruktur wilayah, baik yang sudah terbangun maupun antisipasi tahap perencanaan. Adapun tujuan penyusunan profil adalah menyediakan informasi kesiapan pengembangan Kawasan industry di wilayah Kedungsepur ( Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kota Salatiga dan Kabupaten Grobogan). Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada narasumber dari Pemerintah Kabupaten/Kota, pihak-pihak terkait, maupun pendamping kegiatan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNIKA Soegijapranata, Semarang. Dengan harapan agar informasi ini dapat memicu tumbuhnya industry di Kawasan Kedungsepur. Semarang, 2019 KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH RATNA KAWURI, SH PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 3 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN
    [Show full text]
  • Urbanization in Indonesia
    UNFPA Indonesia Monograph Series: No.4 Urbanization in Indonesia SEPTEMBER 2015 CONTRIBUTORS Authored by: Emeritus Professor Gavin Jones (Australian National University, Canberra and Murdoch University, Perth) Wahyu Mulyana (Executive Director, Urban and Regional Development Institute, Jakarta) DISCLAIMER: Funding for this work was provided by UNFPA, the United Nations Population Fund. The findings, interpretations and conclusions presented in this document are those of the authors, not necessarily those of UNFPA, and do not reflect the policies and positions of the Government of Indonesia. Foreword Urbanization in Indonesia, as in most developing countries today, is rapid, @ the population as a whole. The next 25 years will see this process continue, with a growing majority of the population living in urban environments and the rural population declining in absolute numbers. Urbanization has the potential to usher in a new era of well-being, resource home to high concentrations of poverty; nowhere is the rise of inequality clearer than in urban areas, where wealthy communities coexist alongside, and separated from, slums and informal settlements. If not managed well, urbanization can put considerable pressure on urban infrastructure and social services, such as housing, education, health care, electricity, water and sanitation and transportation. UNFPA, the United Nations Population Fund, works with partners in Government, the UN system and civil society to advocate for the welfare and sustainability of rapidly urbanizing communities. UNFPA believes that people who move to urban areas should have access to essential social services. In Indonesia, women of reproductive age and young people make up large numbers of those moving to urban centres each year.
    [Show full text]
  • Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor…. Tahun… Tentang Rencana Zonasi Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Purwodadi
    PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR…. TAHUN… TENTANG RENCANA ZONASI KAWASAN PERKOTAAN KENDAL, DEMAK, UNGARAN, SALATIGA, SEMARANG, PURWODADI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka perencanaan zonasi kawasan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (4) Undang- Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional di Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Purwodadi; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5603); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL DI KAWASAN PERKOTAAN KENDAL, DEMAK, UNGARAN, SALATIGA, SEMARANG, PURWODADI. - 1 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat KSN adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. 2. Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Purwodadi yang selanjutnya disebut sebagai Kawasan Perkotaan Kedungsepur, adalah KSN
    [Show full text]
  • Roadmap Sistem Transportasi Kota Salatiga Tahun 2020
    R O A D M A P S I S T E M T R A N S P O R T A S I K O T A S A L A T I G A COVER B A P P E D A BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH i LAPORAN AKHIR 2020 R O A D M A P S I S T E M T R A N S P O R T A S I K O T A S A L A T I G A KATA PENGANTAR Interaksi spasial (orang dan barang) yang semakin kompleks membawa implikasi pada permasalahan pada jaringan (khususnya transportasi). Wujudnya adalah peningkatan kepadatan lalu lintas yang ditunjukkan dengan kinerja jalan yang semakin menurun dengan peningkatan volume lalu lintas dan penurunan kapasitas jalan. Permasalahan kinerja jaringan jalan dipicu pula oleh tumpang tindih jaringan trayek, meningkatnya operasi kendaraan pribadi di jaringan jalan. Inisiasi studi Road Map Sistem Transportasi oleh Pemerintah Kota Salatiga dalam hal ini BAPPEDA Kota Salatiga, diharapkan mampu menjawab permasalahan yang terjadi saat ini dan menemukan soluasi terbaik demi peningkatan Sistem Transportasi di Kota Salatiga. Laporan Akhir ini merupakan hasil pencapaian menyeluruh pada pentahapan kegiatan penyusunan studi Road Map Sistem Transportasi Kota Salatiga. Buku Laporan Akhir studi Roadmap Sistem Transportasi di Kota Salatiga ini berisikan pembahasan sebagai berikut: 1. Pendahuluan; 2. Tinjauan Teori; 3. Pendekatan dan Metodologi; 4. Gambaran Umum; 5. Analisis Transportasi 6. Kebijakan dan Strategi Transportasi Kota Salatiga (Roadmap) 7. Kesimpulan dan Rekomendasi Pada Laporan Akhir ini telah dilakukan pembahasan bersama Dinas/ Instansi terkait untuk mengerucutkan langkah berikutnya. Akhir kata, tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan buku Laporan Akhir ini.
    [Show full text]
  • Interregional Migration Flows in Indonesia Wajdi, Nashrul; Van Wissen, Leonardus; Mulder, Clara H
    University of Groningen Interregional migration flows in Indonesia Wajdi, Nashrul; van Wissen, Leonardus; Mulder, Clara H. Published in: Sojourn IMPORTANT NOTE: You are advised to consult the publisher's version (publisher's PDF) if you wish to cite from it. Please check the document version below. Document Version Publisher's PDF, also known as Version of record Publication date: 2015 Link to publication in University of Groningen/UMCG research database Citation for published version (APA): Wajdi, N., van Wissen, L., & Mulder, C. H. (2015). Interregional migration flows in Indonesia. Sojourn, 30(2), 371-422. Copyright Other than for strictly personal use, it is not permitted to download or to forward/distribute the text or part of it without the consent of the author(s) and/or copyright holder(s), unless the work is under an open content license (like Creative Commons). The publication may also be distributed here under the terms of Article 25fa of the Dutch Copyright Act, indicated by the “Taverne” license. More information can be found on the University of Groningen website: https://www.rug.nl/library/open-access/self-archiving-pure/taverne- amendment. Take-down policy If you believe that this document breaches copyright please contact us providing details, and we will remove access to the work immediately and investigate your claim. Downloaded from the University of Groningen/UMCG research database (Pure): http://www.rug.nl/research/portal. For technical reasons the number of authors shown on this cover page is limited to 10 maximum. Download date: 07-10-2021 Interregional Migration Flows in Indonesia Author(s): Nashrul Wajdi, Leo J.G.
    [Show full text]
  • Integrating Population Dynamic Into Urban Development Plans
    KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Keynote Speech Integrating Population Dynamics into Urban Development Plans: Sustainable Cities, Human Mobility and International Migration Deputy Minister for Population and Labor Kementerian PPN/Bappenas Tuesday, November 28th 2017 1 Outline • Overview • Challenges • Policy responses 2 Overview: Urban Development 3 Urban Population Significantly Rose between 1971-2015 • Indonesia has been experiencing population structural changes in the last few decades as a result of successful community- based family planning program in 1970s • In 2015, Indonesia had the largest productive age group in the region • During the same period, urban population has increased as much as 7 (seven) times 1971 2010 2015 70-74 80-84 80-84 60-64 70-74 70-74 60-64 60-64 50-54 50-54 50-54 40-44 40-44 40-44 30-34 30-34 30-34 20-14 20-24 20-24 10-14 10-14 10-14 Thousand Thousand Thousand 0-4 0-4 0-4 20.000 10.000 0 10.000 20.000 20.000 10.000 0 10.000 20.000 20.000 10.000 0 10.000 20.000 Female Male Female Male Female Male Total Population 119.2 millions Total Population 237.6 millions Total Population 255.1 millions Life expectancy 55.1 years Life expectancy 69.8 years Life expectancy 70.8 years Urban population 14.6% Urban population 49.7% Urban population 53.1% Source: Census 1971 & 2010, Intercensal Survey 2015, Statistics Indonesia 4 Unequal Distribution of Urban Population Among Regions Provinces with Highest Population Density in 2016 Projected Population per Island in 2045 DKI Jakarta 15.478 West Java 1.339 Urbans with DIY 1.188 highest population Banten 1.263 density are in Java island.
    [Show full text]
  • BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN A. KERJASAMA ANTAR DAERAH Dalam Rangka Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Setiap D
    LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN A. KERJASAMA ANTAR DAERAH Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki. Namun mengingat berbagai keterbatasan yang ada di setiap daerah, maka hubungan kerjasama antar daerah menjadi sangat penting. Kerjasama antar daerah yang baik merupakan prasyarat untuk terbentuknya sinergitas dan sinkronisasi program-program pembangunan secara menyeluruh dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Program pembangunan nasional hanya akan dapat berhasil secara efektif jika didukung dengan program kerjasama antara daerah yang mengarah pada peningkat mantapan hubungan dan keterikatan daerah yang satu dengan daerah yang lain, keserasian pembangunan daerah, sinergitas pengelolaan potensi antar daerah. Kerjasama antar daerah yang dapat dilaksanakan dengan baik dapat mengeliminir kesenjangan antar daerah, khususnya dalam penyelenggaraan dan peningkatan kinerja pelayanan publik. Selanjutnya Pemerintah telah mengatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah serta turunannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah. Beberapa program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam rangka peningkatan kerjasama antar daerah antara lain : 1. Kerjasama Kedungsepur Kerjasama Kedungsepur adalah bentuk kerjasama antara kota Semarang dengan daerah hinterland-nya, yang mencakup Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Ungaran (Kabupaten Semarang), Kota Semarang, Kota Salatiga dan Purwodadi (Kabupaten Grobogan). Kerjasama ini telah menjadi komitmen bersama dan telah diatur dalam Keputusan Bersama No. 30 Tahun 2005, No. 130 / 0975, No. 130 / 02646, No. 63 tahun 2005, No. 130.1/A.00016, No. 130.1/4382 tanggal 15 Juni 2005 tentang Kerjasama Program Pembangunan di Wilayah Kedungsepur Kegiatan yang telah dilakukan dalam kerjasama Kedungsepur dan hasil yang telah dicapai pada tahun 2015 antara lain : Hal.
    [Show full text]
  • Does the Wagner's Law Exist in a Strategic National Area?
    Does the Wagner’s Law exist in a strategic national area? An evidence from Kedungsepur - Indonesia Gatot Sasongko, Andrian Dolfriandra Huruta, Anita Wardani To cite this version: Gatot Sasongko, Andrian Dolfriandra Huruta, Anita Wardani. Does the Wagner’s Law exist in a strategic national area? An evidence from Kedungsepur - Indonesia. Insights into Regional Develop- ment, Entrepreneurship and Sustainability Center, 2019, 1 (2), pp.99-117. 10.9770/ird.2019.1.2(2). hal-02163008 HAL Id: hal-02163008 https://hal.archives-ouvertes.fr/hal-02163008 Submitted on 27 Jun 2019 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. INSIGHTS INTO REGIONAL DEVELOPMENT ISSN 2669-0195 (online) http://jssidoi.org/IRD/ 2019 Volume 1 Number 2 (June) http://doi.org/10.9770/ird.2019.1.2(2) Publisher http://jssidoi.org/esc/home DOES THE WAGNER’S LAW EXIST IN A STRATEGIC NATIONAL AREA? AN EVIDENCE FROM KEDUNGSEPUR - INDONESIA* Gatot Sasongko¹, Andrian Dolfriandra Huruta², Anita Wardani3 1,2,3 Satya Wacana Christian University, Faculty of Economics and Business, Diponegoro 52-60, Salatiga, Indonesia E-mails:1 [email protected] ; [email protected] (corresponding author); [email protected] Received 6 April 2019; accepted 20 May 2019; published 30 June 2019 Abstract.
    [Show full text]
  • 10Pmhub015.Pdf
    MENTE~IPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN CETAK BIRU TRANSPORTASI ANTARMODAIMUL TIMODA TAHUN 2010 - 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA bahwa transportasi sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan mempunyai peranan penting serta strategis untuk memantapkan perwujudan Wawasan Nusantara, memperkukuh ketahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945: bahwa dalam rangka mewujudkan transportasi antarmoda/multirnoaa yang handal sebagai salah satu perwujudan dari Sistem Transporatsi Nasional agar tercapai arus barang dan mobilitas orang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Cetak Biru Transportasi Antarmodal Multimoda Tahun 2010-2030; bahwa Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda merupakan hasil dari semua pihak terkait yaitu jajaran Kementerian Perhubungan, Kemenko Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Pekerjaan Umum,· Bappenas, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupatenl Kota, PT. (Persero) Pelindo I s.d IV, PT. (Persero) Angkasa Pura I dan II, Perum Damri, PT.ASDP, Organda, Gapasdap, Maska, MTI, Gafeksi/lNFA, MAPPEL, Depalindo, APBMI, INSA,INACA dan Asosiasi Logistik Indonesia (All) Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); \ www.bphn.go.id 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005- 2025; 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 5.
    [Show full text]
  • World Bank Document
    CASE 8 GREATER THAN PARTS GREATER THAN PARTS THAN PARTS GREATER Semarang, Indonesia Public Disclosure Authorized Clustering and Connecting Locally Championed Metropolitan Solutions A Metropolitan Opportunity Wiwandari Handayani, Rukuh Setiadi, Bintang Septiarani, and Lincoln Lewis Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Editors Shagun Mehrotra, Lincoln Lewis, Mariana Orloff, and Beth Olberding © 2020 International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank 1818 H Street NW, Washington, DC 20433 Telephone: 202-473-1000; internet: www.worldbank.org Some rights reserved. This work is a product of the staff of The World Bank with external contri- butions. The findings, interpretations, and conclusions expressed in this work do not necessarily reflect the views of The World Bank, itsBoard of Executive Directors, or the governments they represent. The World Bank does not guarantee the accuracy of the data included in this work. The boundaries, colors, denominations, and other information shown on any map in this work do not imply any judgment on the part of The World Bank concerning the legal status of any territory or the endorsement or acceptance of such boundaries. Nothing herein shall constitute or be considered to be a limitation upon or waiver of the privileges and immunities of The World Bank, all of which are specifically reserved. Rights and Permissions This work is available under the Creative Commons Attribution 3.0 IGO license (CC BY 3.0 IGO) http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/igo. Un- der the Creative Commons Attribution license, you are free to copy, distribute, transmit, and adapt this work, including for commercial purposes, under the following conditions: Translations—If you create a translation of this work, please add the following disclaimer along with the attribution: This translation was not created by The World Bank and should not be considered an official World Bank translation.
    [Show full text]