PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JA WA TENGAH 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan buku Investment Project Ready To Offer (IPRO) dan Profil Pengembangan Potensi dan Penyiapan Kewilayahan Investasi di Wilayah Kawasan Kedungsepur. Penyusunan profil dilatarbelakangi perlunya penyiapan wilayah pengembangan industry di luar wilayah pusat pengembangan industry nasional di Kedungsepur. Penyiapan wilayah tersebut, disamping untuk penyebaran investasi, juga untuk mendukung pengembangan industry di Kedungsepur serta mengoptimalkan pemanfaatan pembangunan infrastruktur wilayah, baik yang sudah terbangun maupun antisipasi tahap perencanaan. Adapun tujuan penyusunan profil adalah menyediakan informasi kesiapan pengembangan Kawasan industry di wilayah Kedungsepur ( Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten , Kota Semarang, Kota dan Kabupaten Grobogan). Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada narasumber dari Pemerintah Kabupaten/Kota, pihak-pihak terkait, maupun pendamping kegiatan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNIKA Soegijapranata, Semarang. Dengan harapan agar informasi ini dapat memicu tumbuhnya industry di Kawasan Kedungsepur.

Semarang, 2019

KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH

RATNA KAWURI, SH

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 3 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI

INVESTMENT PROJECT READY

TO OFFER

( IPRO)

REGIONAL KEDUNGSEPUR

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 2 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI

DI WILAYAH KEDUNGSEPURDPMPTSP PROVINSI JAWA TENGAH 1. Kabupaten Kendal

Pengembangan Area Obyek Wisata Air Terjun Curug Sewu Lokasi Desa Curug Sewu Kecamatan Patean Kabupaten Kendal Kondisi Eksisting

Zona Rencana

Aspek Manajemen dan Pola manajemen: Build-Operate-Transfer (BOT). Organisasi Aspek Keuangan Investasi: 32.551.668.000 (termasuk tanah, bangunan dan pemeliharaan) IRR : 25% NPV: Rp 420.607.000.195,89 BCR: Rp2,348145265 PP: tahun ke 5 Narahubung DPMPSTP Kabupaten Kendal

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 3 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI Kawasan Industri Kendal

Lokasi Kecamatan Kaliwungu Kondisi Eksisting Kawasan Industri Khusus: luas total 1.000 Ha (Masterplan Kawasan Industri)

Dalam perencanaan terdapat wilayah pelabuhan meliputi wilayah perairan dan daratan yang terbagi menjadi beberapa zona. Rel Kereta Api

Transportasi Kereta Api meliputi Rencana jaringan rel aktif 894 km (double track: 123) menghubungkan 35 kabupaten/kota dan semua provinsi di Pulau Jawa. Aspek Legalitas RDTR kawasan industri Kaliwungu, yakni tertuang dalam Perda Kabupaten Kendal Nomor 24 tahun 2007

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 4 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI

2. Kabupaten Demak

Kawasan Industri Sayung

Aspek Legalitas • JIPS memang telah didesain sebagai zona industri dalam RTRW- Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Demak. • JIPS secara resmi telah memperoleh lisensi KLIK (Kemudahan Layanan Investasi Langsung Konstruksi) dari BKPM lewat surat keputusan No.17/2017 Aspek Manajemen dan PT Jawa Tengah Lahan Andalan Organisasi Aspek Sosial dan Lingkungan Kawasan industri ini dibangun dengan sangat mempertimbangkan aspek-aspek yang ramah lingkungan serta berorientasi pada industri yang berkelanjutan (sustainable industry).

Pantai Morosari Aspek Sosial dan Lingkungan Ketersediaan SDM sangat memadai karena para pelaku usaha UMKM sudah siap untuk pekerjanya masing-masing

Aspek Keuangan - Rencana Investasi Rp 30 M - Pengunjung tahun 2017 sebanyak 23.751 wisatawan Narahubung DPMPSTP Kabupaten Demak

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 5 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI

DI WILAYAH KEDUNGSEPURDPMPTSP PROVINSI JAWA TENGAH 3. Kabupaten Semarang Pengembangan Wisata Tlogo Wening Lokasi Desa Delik, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah

AGROEDUPARK TLOGO WENING

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 6 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI Aspek Teknis Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Edupark Tlogo: 1. Pengembangan Kawasan Hotel & Resort, Perdagangan dan Komersil, Perkemahan di bagian bawah (11 Ha) dan atas (12 Ha); 2. Pembangunan Kawasan Hiburan dan Amphiteater (3 Ha); 3. Pembangunan Kawasan Eduwisata-Pertanian-Peternakan- Perkebunan (11 Ha); 4. Pembangunan Kawasan Hiburan Anak (5 Ha);

Peta Pengembangan Kawasan Wisata Edupark Tlogo

1 LahanLEGE milik Kawasan Kawasan Kawasan Hotel & Resort, 2 Kawasan Aspek Keuangan Nilai investasi yang diperlukan untuk proyek Pengembangan Kawasan Wisata Agroedupark Tlogo Wening sebesar Rp 361.500.000.000,00 (tiga ratus enam puluh satu milyar lima ratus juta rupiah) Narahubung DPMPTSP Kabupaten Semarang dengan alamat jalan Gatot Subroto 104 Telepon (024) 6921908 website www.dpmptsp.semarangkab.go.id email [email protected] dengan PIC: - Windarsih, SE, MT, Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan pada Bidang Penanaman Modal DPMPTSP Kabupaten Semarang, No. HP +6281228467576, email [email protected]

Penggemukan Sapi Lokasi Desa Barukan, Kecamatan Tengaran, Ungaran

Aspek Legalitas Aset milik Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang. Aspek Keuangan Pembiayaan bisnis menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh badan usaha atau investor.

Narahubung 1. Ir. Samsul Hidayat, Plt. Kepala Bidang Penanaman Modal (Sekretaris Dinas) pada DPMPTSP Kabupaten Semarang No. HP +62817-240-020, email [email protected]

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 7 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI

Kawasan Industri BAWEN

1. Lokasi: Kel. Harjosari & Ds. Lemahireng Kec. Bawen (lokasi di tepi jalan tol) Luas lahan : 183 ha. Akses langsung ke jln arteri primer 2. Jarak ± 2 km ke gerbang tol Bawen 3. Air bersih dari PT. Sarana Tirta Ungaran 4. IPAL terpadu dgn TPA Blondo 5. Kondisi lahan berbukit kemiringan 8-40% 6. Rencana pemindahan pusat pemerintaha

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 8 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI

DI WILAYAH KEDUNGSEPURDPMPTSP PROVINSI JAWA TENGAH

4. Kota Semarang

PROFIL PELUANG DAN POTENSI INVESTASI EXPO CENTER Aspek Teknis Lokasi di Kecamatan Pedurungan. Skenario pilihan teknis berupa bentuk kerjasama yang kami tawarkan adalah jenis Bangun Guna Serah (BGS)

Narahubung Drs. Ulfi Imran Basuki. Kepala DPM PTSP Kota Semarang. Jl. Pemuda 148 Semarang. HP 081 1299 2236.

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 9 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI

5. Kota Salatiga

Zona Industri Salatiga Lokasi Lokasi di Kelurahan Noborejo dan Kelurahan Randuacir dengan luas 79 Ha.

Aspek Legalitas • Peruntukan Lahan sudah sesuai RTRW • Status kepemilikan lahan adalah aset milik Pemkot Salatiga dan sebagian milik warga Aspek Manajemen dan Skema Investasi Swasta murni Organisasi Aspek Keuangan Harga tanah di kisaran Rp. 800.000 s/d Rp. 2.000.000,-

Narahubung - Henri Wahyu S. - Kasi Promosi DPMPTSP Kota Salatiga, Jl. Pemuda 2 Salatiga - HP. 085640005450

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 10 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PENGEMBANGAN POTENSI DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI

DI WILAYAH KEDUNGSEPURDPMPTSP PROVINSI JAWA TENGAH

6. Kabupaten Grobogan

PROFIL PELUANG DAN POTENSI INVESTASI KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DS. HARJOWINANGUN KEC. GODONG

Narahubung Dyah Prijatiningtyas, S.Psi.PSI. (Kasi. Promosi Penanaman Modal) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kab. Grobogan. Hp. 081329949376

Kawasan Peruntukan Industri Ds. Genagan Kecamatan Tegawanu

Narahubung Dyah Prijatiningtyas, S.Psi.PSI. (Kasi. Promosi Penanaman Modal) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kab. Grobogan. Hp. 081329949376

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 11 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PROVINSI JAWA TENGAH

2019

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 13 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pemerataan pertumbuhan investasi di Jawa Tengah yang kurang merata antar delapan wilayah regionalisasi berdampak pada perekonomian daerah, yakni kesenjangan ekonomi antar wilayah regional tersebut. Wilayah regionalitas yang diminati oleh investor akan menjadi konsentrasi investasi, sehingga memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih cepat, dan tenaga kerjapun terserap. Sebaliknya, wilayah regionalitas yang kurang diminati investor akan cenderung tumbuh lebih lambat, dan penyerapan tenaga kerja juga lemah. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan pemerataan investasi yang akan mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi secara lebih merata. Sehingga akan mampu memberikan kesempatan kerja yang lebih luas kepada masyarakat. 1.2. Permasalahan Upaya-upaya dalam mendorong peningkatan investasi di Jawa Tengah akan terus dilakukan. Tersedianya informasi profil pengembangan dan penyiapan kewilayahan investasi akan dapat memudahkan investor untuk menanamkan modalnya di Jawa Tengah sesuai dengan bidang usaha yang diminati. Regionalisasi kewilayahan di Jawa Tengah juga akan membantu investor untuk memilih lokasi yang tepat sesuai dengan bidang usaha yang diminati. Jika hal ini dapat terealisasi dengan baik, selain dapat meningkatkan realisasi investasi di Jawa Tengah, juga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan di semua wilayah, pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan uraian tersebut diatas, permasalahan yang terjadi di Wilayah Kedungsepur pertama, adalah kurangnya pemerataan penyebaran realisasi investasi di wilayah Kedungsepur. Kedua, Penguatan struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya alam.

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 13 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

BAB II KONDISI UMUM PEREKONOMIAN KAWASAN KEDUNG SEPUR

Mengenai laju pertumbuhan ekonominya, secara rata-rata dalam lima tahun terakhir (2014-2018) berkisar antara 5 – 6.5 persen pertahun. Laju pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kota Semarang dengan rata-rata pertumbuhan 6,22 persen pertahun. Sementara itu, laju pertumbuhan paling rendah dialami oleh Kabupaten Grobogan dengan laju pertumbuhan 5,26 persen pertahun. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Grobogan juga lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah yang tumbuh dengan laju 5,31 persen pertahun. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pada berbagai bidang dapat dikatakan berhasil. Hal tersebut tercermin pada meningkatnya kualitas sumberdaya manusia yang ditujukan oleh kenaikan pada indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sebagaimana telah diketahui, IPM mencakup tiga elemen yakni status kesehatan, status pendidikan dan status ekonomi. Daerah dengan IPM tertinggi adalah Kota Semarang disusul Kota Salatiga. Kabupaten Grobogan memilki IPM terendah dan lebih rendah dibanding IPM Provinsi Jawa Tengah.

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 14 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

BAB III KAJIAN INVESTASI SEKTORAL

3.1. Location Quotient (LQ) Pendekatan LQ merupakan salah satu kajian yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan wilayah berbasis potensi lokal. Sektor basis dapat menjadi acuan arah pengembangan karena sebab sektor/subsektor yang teridentifikasi sebagai sector/subsector basis dapat memberikan efek akselerasi yang tinggi pada pertumbuhan ekonomi. Jika teridentifikasi sebagai sektor/subsektor basis berarti sektor/subsektor tersebut diyakini mampu mengekspor hasil-hasil produksinya keluar wilayah. Hal tersebut berarti hasil-hasil produksi tersebut menyebabkan terjadinya arus uang dari luar wilayah masuk ke daerah dan memberikan efek pengganda yang tinggi. Pada dasarnya metode LQ membandingkan peran relatif sektor tertentu terhadap nilai total regional PDRB dengan peran relatif sektor yang sama di tingkat yang lebih tinggi, yakni dengan Propinsi untuk tingkat Kabupaten dan Nasional untuk tingkat provinsi. Jika LQ > 1 dinyatakan sebagai produk, subsektor dan sektor basis dan LQ < 1 dinyatakan sektor/subsektor/produk non basis. Sektor basis diyakini memiliki efek akselerasi yang lebih besar dibanding sektor non basis karena sektor tersebut memiliki kemampuan ekspor.

3.1.1. LQ Sektoral Wilayah Regional Kedungsepur a. Sektor Pertanian, kehutanan dan Perikanan Perhitungan LQ sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menunjukkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis di Kabupaten Kendal, Demak, dan Grobogan. b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Perhitungan LQ pada sektor pertambangan dan penggalian pada semua kabupaten dan kota di kawasan regional Kedungsepur menunjukkan tidak ada satu kabupaten pun yang memiliki LQ lebih besar 1. Jadi sektor pertambangan dan penggalian bukan merupakan sektor basis atau bukan sektor unggulan di kawasan regional Kedungsepur.

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 15 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

c. Sektor Industri Pengolahan Sektor basis pada sektor industri pengolahan adalah kabupaten Kendal, dan Kabupaten Semarang. Keterbatasan kawasan lahan atau lokasi yang dapat dikembangkan sebagai kawasan industri di kota Semarang berimbas positif pada kedua Kabupaten tersebut. d. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas Sektor Pengadaan Listrik dan Gas merupakan sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kab. Demak, Kota Semarang dan Kota Salatiga. e. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Semua Kabupaten/Kota (kecuali Kabupaten Grobogan) yang berada kawasan regional Kedungsepur memiliki keunggulan pada sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang. f. Sektor Konstruksi Terkait sektor konstruksi, perhitungan LQ menunjukkan bahwa sektor konstruksi merupakan sektor basis di Kabupaten Semarang, Kota Semarang dan Kota Salatiga. g. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor merupakan sektor basis di Kabupaten Demak, Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan. h. Sektor Transportasi dan Pergudangan Sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor basis atau sektor unggulan di Kota Semarang, Kabupaten Grobogan dan Kota Salatiga. i. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Sektor penyediaan akomodasi dan air minum merupakan sektor unggulan di Kota Salatiga. Selain di kota Salaliga, sektor ini juga merupakan sektor unggulan di Kabupaten Kendal, Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan. j. Sektor Informasi dan Komunikasi Sektor Informasi dan komunikasi merupakan sektor unggulan di Kota Semarang.

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 16 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

k. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Untuk sektor jasa keuangan dan asuransi, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kabupaten Grobogan dan Kota Salatiga lebih unggul dari 2 wilayah lain di Kedungsepur. l. Sektor Real Estate Nilai LQ di sektor real estate lebih besar 1 ada di Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kabupaten Grobogan dan Kota Salatiga. m. Sektor Jasa Perusahaan Untuk sektor jasa perusahaan, nilai LQ lebih besar 1 berada di Kabupaten Semarang, Kota Semarang dan Kota Salatiga. n. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib terdapat 4 kabupaten dan 2 kota di kawasan regional Kedungsepur. o. Sektor Jasa Pendidikan Terdapat tiga kabupaten dengan sektor basis sektor Jasa Pendidikan antara lain : Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan dan Kota Salatiga. p. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan aktivitas sosial. Bertitik tolak dari perhitungan LQ, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan sektor basis di Kabupaten Grobogan dan Kota Salatiga. q. Sektor Jasa Lainnya Kategori ini (sebagai kategori sisaan) mencakup kegiatan reparasi komputer dan barang-barang rumah tangga dan barang pribadi, berbagai kegiatan jasa perorangan yang tidak dicakup di sektor lain dalam klasifikasi ini yang unggul adalah Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan. 3.2. Shiftshare 3.2.1. Shiftshare Provinsi Jawa Tengah Analisis pergeseran (shift share) digunakan untuk menganalisis sumber-sumber pertumbuhan regional, mencari kecenderungan penyebab perubahan struktur ekonomi atau sektor ekonomi, menentukan besar dan arah perubahan industri regional (Glasson, 1977; Arsyad,1999).

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 17 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

Terdapat tiga komponen utama dalam analisis shift share. Ketiga komponen tersebut adalah: (1) perekonomian nasional/perekonomian acuan (national growth component/provincial share), (2) bauran industri (industrial mix component), dan (3) daya saing wilayah atau keunggulan kompetitif sektor tertentu di wilayah setempat competitive effect component). 3.2.1. Shiftshare Kawasan Kedung Sepur Tabel 3.20 menyajikan hasil perhitungan komponen provincial share (PS) pada analisis Shiftshare kabupaten kota yang berada di kawasan regional Kedungsepur. Terlihat pada tabel tersebut, semua kabupaten kota memiliki angka PS positif. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi pada kabupaten/kota dari kawasan regional Kedungsepur secara positif dipengaruhi oleh pertumbuhan provinsi Jawa Tengah. Artinya, kebijakan-kebijakan umum provinsi Jawa Tengah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor-sektor pembangunan di kawasan Kedungsepur. Kebijakan umum yang dimaksud adalah berbagai kebijakan yang tertuang dalam RPJPD dan RPJMD provinsi Jawa Tengah serta berbagai kebijakan pendukung lainnya. Tabel 3.20 Provinsial Share Sektoral Kawasan Kedungsepur Kab. Kab. Kab. Kt. Kab. Kt. Kendal Demak Semarang Semarang Grobogan Salatiga Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 789.050 578.064 509.980 154.921 744.933 56.915 Pertambangan dan Penggalian 14.130 9.442 10.410 29.157 26.115 687 Industri Pengolahan 1.438.866 563.758 1.577.399 3.993.680 241.191 325.001 Pengadaan Listrik dan Gas 7.939 2.230 5.414 19.234 2.292 2.646 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 3.148 1.690 3.662 16.708 1.159 1.079 Limbah dan Daur Ulang Konstruksi 229.511 182.100 538.646 4.122.845 127.247 151.889 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 443.862 354.407 495.751 2.427.232 506.683 163.233 Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan 74.462 61.039 84.859 522.203 111.249 34.484 Penyediaan Akomodasi dan Makan 109.634 55.762 126.879 483.066 103.631 84.986 Minum Informasi dan Komunikasi 120.999 42.485 141.803 1.318.763 58.675 42.608 Jasa Keuangan dan Asuransi 66.389 49.873 135.025 641.937 85.004 39.154 Real Estate 28.304 27.533 126.559 444.892 52.129 56.764 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 75.120 83.253 126.322 525.272 85.536 66.814 dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 74.672 76.407 123.992 327.934 96.494 44.537 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 20.986 14.423 26.333 100.733 21.945 14.486 Jasa lainnya 45.759 53.601 46.295 169.004 62.703 11.519 Total 3.551.341 2.160.764 4.095.777 15.381.380 2.332.439 1.107.898 Sumber: BPS, Diolah 2019

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 18 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

Daya saing sektoral yang tercermin pada komponen Competitive effect/Differential Shift/keunggulan kompetitif. , untuk sektor pertanian menunjukkan nilai positif. Tabel 3.22 Differential Sektoral Kawasan Kedungsepur Kab. Kab. Kab. Kt. S Kab. Kt. Kendal Demak Semarang Emarang Grobogan Salatiga Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 448.099 -135.249 178.264 96.265 209.456 25.168 Pertambangan dan Penggalian 116.303 -11.888 -13.340 -46.589 -24.025 -2.051 Industri Pengolahan 575.216 614.020 973.578 2.233.362 215.302 169.647 Pengadaan Listrik dan Gas 1.458 2.204 2.529 14.977 1.594 1.169 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 1.442 728 181 481 209 -204 Limbah dan Daur Ulang Konstruksi 136.812 64.393 154.610 1.358.927 44.327 82.111 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 163.764 203.390 147.526 662.039 88.417 27.271 Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan 19.741 29.097 40.097 373.120 59.115 27.342 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 92.142 -9.248 25.581 201.930 -9.083 25.204 Informasi dan Komunikasi 98.678 30.874 86.511 715.271 13.970 -21.705 Jasa Keuangan dan Asuransi 10.175 14.301 64.006 225.987 51.644 4.322 Real Estate 45.963 14.209 53.571 261.567 20.611 27.782 Jasa Perusahaan 8.124 2.753 11.335 70.557 523 6.823 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 26.705 11.286 42.881 118.757 19.353 428 dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 49.370 50.593 108.008 239.929 29.911 25.940 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.946 4.728 3.796 40.303 -9.618 4.896 Jasa lainnya 15.033 30.959 14.727 100.808 22.200 -1.410 1.812.969 917.153 1.893.862 6.667.692 733.906 402.734 Sumber: BPS, Diolah 2019

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 19 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

BAB IV ANALISIS INPUT-OUPUT DALAM RANGKA KAJIAN POTENSI INVESTASI PROVINSI JAWA TENGAH

Analisis input output ini muncul berdasarkan gagasan bahwa suatu sektor saling berkaitan dengan sektor yang lainnya sehingga membentuk sebuah sistem perekonomian. Sebuah sektor menjadi input dalam proses produksi yang dilakukan oleh masing-masing sektor lainnya dalam perekonomian sehingga menghasilkan output dari sektor tersebut. Analisis input output ini memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan gambaran tentang struktur perekonomian yang dimiliki baik oleh sebuah negara, daerah, maupun antar daerah untuk periode tertentu secara lebih rinci Daya Penyebaran dan Daya Kepekaan a. Daya Penyebaran Untuk melihat keterkaitan ke belakang (backward linkages) antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah dapat diketahui melalui daya penyebaran. Apabila pertumbuhan setiap sektor dalam suatu wilayah memiliki pengaruh atau daya dorong yang kuat terhadap sektor lainnya maka dapat disimpulkan bahwa daya penyebaran sektor tersebut tinggi. Jumlah daya penyebaran yang merupakan jumlah dampak yang ditimbulkan karena perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh perekonomian di suatu wilayah dapat digambarkan dalam rumus sebagai berikut :

r = b + b +... +b =  b j 1j 2j nj i ij

Keterangan :

rj adalah jumlah dampak perubahan permintaan akhir sektor j terhadap output perekonomian total.

b1j adalah dampak yang terjadi terhadap output sektor i akibat perubahan permintaan akhir sektor j atau elemen matrik kebalikan output (I-A)-1 dari baris i kolom ke j dan A adalah matriks koefisien teknologi.

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 20 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

Dengan menghitung jumlah daya penyebaran maka akan diketahui dampak terjadinya perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output sektor ekonomi di suatu wilayah secara keseluruhan. Selanjutnya jumlah daya penyebaran tersebut dapat dilakukan normalisasi ke dalam bentuk indeks daya penyebaran untuk mengetahui perbandingan antar sektor yang digambarkan dalam rumus sebagai

n  bij i berikut : j = 1 n n   bij n i j

Keterangan : j = indeks daya penyebaran sektor j

-1 bij = elemen matrik kebalikan output (I-A) dari baris i kolom ke j n = banyaknya sektor matriks Indeks daya penyebaran dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu :

1. j = 1 berarti daya penyebaran sektor j sama dengan rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi

2. j > 1 berarti daya penyebaran sektor j berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi

3. j < 1 berarti daya penyebaran sektor j di bawah rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Derajat Kepekaan Derajat kepekaan (DK) digunakan sebagai salah satu ukuran untuk mengetahui jumlah output yang harus disediakan oleh suatu sektor untuk satu unit perubahan permintaan akhir terhadap sektor perekonomian suatu wilayah. Selain itu untuk mengetahui keterkaitan ke depan (forward linkages) antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah maka dilakukan analisis dengan mengukur derajat kepekaan (DK) yang dirumuskan sebagai berikut :

n bij i j = 1 n n bij n i j

Keterangan : j = indeks daya kepekaan sektor j

-1 bij = elemen matrik kebalikan output (I-A) dari baris i kolom ke j

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 21 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

n = banyaknya sektor matriks Indeks derajat kepekaan dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu :

1. j = 1 berarti derajat kepekaan sektor j sama dengan rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi

2. j > 1 berarti derajat kepekaan sektor j berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi

3. j < 1 berarti derajat kepekaan sektor j di bawah rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. b. Indeks Penyebaran dan Indeks Kepekaan Dalam menentukan sektor unggulan dilakukan menggunakan indeks penyebaran dan indeks derajat kepekaan yang telah dihitung sebelumnya. Untuk kebutuhan tersebut, sektor-sektor ekonomi di Jawa Tengah dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut : 1. Kelompok I: sektor-sektor dengan DP dan DK tinggi (DP>1 dan DK>1) 2. Kelompok II: sektor-sektor dengan DP rendah tetapi DK tinggi (DP<1 dan DK>1) 3. Kelompok III: sektor-sektor dengan DP dan DK rendah (DP<1 dan DK<1) 4. Kelompok IV: sektor-sektor dengan DP tinggi tetapi DK rendah (DP>1 dan DK<1) Gambaran sektor-sektor unggulan dan sektor bukan unggulan yang didapat dari analisis input-output semestinya menjadi dasar pengambilan kebijakan pengembangan sektoral untuk daerah-daerah yang berada di lingkup Provinsi Jawa Tenga

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 22 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

BAB V ACUAN DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI JAWA TENGAH

5.1. Perwilayahan Industri Nasional, Wilayah Pengembangan Industri dan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) Pengembangan perwilayahan industri dilaksanakan dalam rangka percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik , dengan sasaran sebagai berikut: 1. Peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan non-migas luar Jawa dibanding Jawa dari 28% : 72 % pada tahun 2013 menjadi 40% : 60% pada tahun 2035. 2. Peningkatan kontribusi investasi sektor industri pengolahan non-migas di luar Jawa terhadap total investasi sektor industri pengolahan non migas nasional. 3. Pertumbuhan kawasan industri sebanyak 36 kawasan yang memerlukan ketersediaan dengan lahan sekitar luas 50.000 Ha yang diprioritaskan berada di luar Jawa sampai dengan tahun 2035. 4. Pembangunan Sentra IKM baru minimal 1 Sentra IKM per Kabupaten/Kota, terutama di luar Jawa. 5.2. Bidang usaha prioritas unggulan di Jawa Tengah Bidang usaha prioritas unggulan di Jawa Tengah termaktub dalam peraturan daerah nomor 10 tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017-2037. Penetapan bidang usaha didasarkan pada tiga kriteria pokok: 1. Kriteria Keunggulan; mencakup faktor pemasaran, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku, dukungan SDM, dukungan kebijakan dan kelembagaan pemerintah. 2. Kriteria Manfaat; mencakup faktor nilai tambah ekonomi, nilai tambah sosial dan prestise/kekhasan daerah. 3. Kriteria Penerimaan Stakeholders; mencakup faktor kesiapan dan kesediaan masyarakat, pemerintah dan pelaku usaha.

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 23 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

5.3. RUPM Provinsi Jawa Tengah 5.3.1. Persebaran Penanaman Modal Arah kebijakan untuk mendorong persebaran penanaman modal di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut: a) Pengembangan wilayah melalui regionalisasi yang meliputi wilayah: Kedungsapur, Wanarakuti , Subosukowonosraten , Bergasmalang Petanglong, Barlingmascakeb, Purwomanggung dan Banglor. b) Pengembangan wilayah melalui regionalisasi mengutamakan pengembangan sektor basis. 5.3.2. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi a) Pangan Sasaran penanaman modal bidang pangan pada masing-masing komoditi dilakukan untuk mewujudkan: (i) swasembada beras berkelanjutan; (ii) mengurangi ketergantungan impor dan swasembada kedelai; (iii) swa sembada gula berkelanjutan; (iv) mengembangkan kluster pertanian dalam arti luas; dan (vi) mengubah produk primer menjadi produk olahan untuk ekspor. b) Infrastruktur Arah kebijakan pengembangan penanaman modal di bidang infrastruktur adalah sebagai berikut: 1) Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur yang saat ini sudah tersedia. 2) Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur sesuai strategi peningkatan potensi ekonomi di kabupaten/kota. 3) Pengintegrasian pembangunan infrastruktur nasional, provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Tengah. 4) Percepatan pembangunan infrastruktur terutama pada wilayah sedang berkembang dan belum berkembang. 5) Percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur melalui mekanisme skema Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) atau non KPS. 6) Percepatan pembangunan infrastruktur strategis yang diharapkan

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 24 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

7) sebagai prime mover seperti Bandar Udara, Pelabuhan dan Jalan Tol, jalan strategis nasional, jalan kolektif primer dan jalan arteri primer. 8) Pengembangan sektor strategis pendukung pembangunan infrastruktur, antara lain pengembangan industri semen dan eksplorasi bahan mineral/material bangunan yang tersedia di alam. c) Energi Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang energi adalah sebagai berikut: 1) Optimalisasi potensi dan sumber energi baru dan terbarukan serta mendorong penanaman modal infrastruktur energi untuk memenuhi kebutuhan listrik. 2) Peningkatan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan untuk mendukung efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup dalam pengelolaan energi. 3) Pengurangan energi fosil untuk alat transportasi, listrik, dan industri dengan substitusi menggunakan energi baru dan terbarukan (renewable energy) dan air sebagai sumber daya energi. 4) Pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman modal serta dukungan akses pembiayaan domestik dan infrastruktur energi, khususnya bagi sumber energi baru dan terbarukan. 5) Pemberdayaan pemanfaatan sumber daya air sebagai sumber daya energi, sumber kehidupan dan pertanian. 6) Pengembangan sektor strategis pendukung sektor energi, antara lain industri alat transportasi, industri mesin dan industri penunjang pionir/prioritas.

5.3.3. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment) Arah kebijakan Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment) adalah sebagai berikut: a) Perlunya bersinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup, khususnya program pengurangan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan, transportasi, industri, energi, dan limbah, serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 25 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

b) Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan, serta pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan. c) Pengembangan ekonomi hijau (green economy). d) Pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman modal diberikan kepada penanaman modal yang mendorong upaya- upaya pelestarian lingkungan hidup termasuk pencegahan pencemaran, pengurangan pencemaran lingkungan, serta mendorong perdagangan karbon (carbon trade). e) Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah ingkungan secara lebih terintegrasi dari aspek hulu hingga aspek hilir. f) Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan kemampuan atau daya dukung lingkungan.

PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 26 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

BAB VI POTENSI DAN PELUANG INVESTASI KEDUNGSEPUR JAWA TENGAH

6.1. Kabupaten Kendal NO NAMA PROYEK DESKRIPSI KETERANGAN 1 Pengembangan Penyediaan sarana Aset Pemda, Area Obyek Wisata penunjang berupa Studi Pemanfaatan Tanah Sekitar Obyek Wisata Air Terjun Curug bangunan komersial Air Terjun Curug Sewu Sewu (Hotel resort), lokasï: Transprtasi ke lokasi belem memadai Desa Curugsewu Kecamatan Patean 2 Kawasan Industri Kecamatan 1000 Ha, masterplan kawasan industri, Kaliwungu kebutuhan air baku masih harus ditingkatkan (saat ini diambil dari Kali Blorong) dengan membangun embung/waduk, Kebutuhan energy = gas, jaringan sudah ada di semarang dibutuhkan 7km untuk menuju industry, Kebutuhan listrik, diharapkan ada gardu.

6.2. Kabupaten Demak NO NAMA PROYEK DESKRIPSI KETERANGAN 1 Kawasan Industri Desa Batu dan PT LESSO Technology Indonesia, Sayung Wonokerto Kec. PT Catur Adi Manunggal Karangtengah PT Indo Bestinox CV Harum Sejahtera 2 Pengembangan Desa Bedono Tanah sudah dimiliki oleh Pemkab, wisata pantai morosari Kecamatan Sayung infrastruktur sudah memadai karena telah dibangun akses ke pantai

6.3. Kabupaten Semarang NO NAMA DESKRIPSI KETERANGAN PROYEK 1 KPI/KI Kawasan industri terutama Status siap jual (sudah clear and clean Bawen legalitas) 2 Tlogo Jenis investasi yang ditawarkan Sudah ada kajian Wening pada Pengembangan Kawasan Pengembangan Agroeduwisata: Wisata Agroedupark Tlogo a. Pengembangan Kawasan Hotel & Resort, Wening Kabupaten Semarang Perdagangan dan Komersil, Perkemahan di adalah sektor pariwisata dan bagian bawah (11 Ha) dan atas (12 Ha); ekonomi kreatif. b. Pembangunan Kawasan Hiburan dan Amphiteater (3 Ha); c. Pembangunan Kawasan Eduwisata- Pertanian-Peternakan-Perkebunan (11 Ha);Pembangunan Kawasan Hiburan Anak (5 Ha);

26 PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 27 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

3 Penggemukan Usaha penggemukan sapi Lokasi proyek Pengembangan Usaha Sapi potong merupakan salah satu Penggemukan Ternak Sapi Potong Mulyorejo mata pencaharian masyarakat Kabupaten Semarang berada di Eks – peternakan yang mempunyai Perkebunan Mulyorejo, Desa Barukan, prospek yang cerah untuk Kecamatan Tengaran. Jarak yang ditempuh dikembangkan dimasa depan dari Ungaran menuju objek ini tidak terlalu jauh, kurang lebih 40 km, dengan luas lahan ±18 Ha. Ketersediaan pakan ternak konsentrat sapi potong disupply dari beberapa penyedia atau pabrikan pakan ternak di Kabupaten Semarang, antara lain: a. BERKAH JAY A FEED b. AGNA FEED c. SUMBER REJEKI SR d. KARFEED KARFEED e. SULUR SARI SS f. GIE TUNG g. TUNAS BOGA TB h. ANDINI FEED BAF

6.4. Kota Semarang NO NAMA PROYEK DESKRIPSI KETERANGAN 1 Expo Center, sudah di 1,43 Ha, jasa persewaan Sudah ada kajian dan DED, keris jateng, nunggu gedung kecamatan pedurungan, saat ini proses selanjutnya pertemuan/pameran masih jadi kantor kecamatan

6.5. Kabupaten Grobogan NO NAMA PROYEK DESKRIPSI KETERANGAN 1 Kawasan Desa Harjo Winangun, 25, Ha Peruntukan Godong Industri 2 Kawasan Desa Genagan dan 90 Ha Peruntukan Mangunsari, Tegawanu Industri

6.6. Kota Salatiga

NO NAMA PROYEK DESKRIPSI KETERANGAN 1 Zona Industri Kota Lokasi di Kelurahan Noborejo Perusahaan eksisting: Salatiga dan Kelurahan Randuacir PT. SCI dengan luas 79 Ha. PT. Indo Design Mebel PT. Metinca PT. Indo Sakura PT. Unza Vitalis PT. Tripilar PT. Puhan PT. SPBE Noborejo PT. Tri Arta 26 PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 28 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

BAB VII PENUTUP

7.1. Kesimpulan 1. Sektor Basis Regional Kedugsepur menurut Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: a. Kabupaten Kendal memiliki sektor Basis pada sektor pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang serta Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum b. Kabupaten Demak memiliki sektor Basis Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan dan Jasa Lainnya. c. Kabupaten Semarang memiliki banyak sektor basis, diantaranya sektor pertambangan dan penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang; Konstruksi, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. d. Kota Semarang memiliki 11 sektor basis, yaitu: Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Etsate, Perusahaan Jasa, Administrasi Pemerintahan, dan Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, e. Kota Salatiga memiliki 13 sektor basis yaitu: Sektor Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Konstruksi, Transportasi dan Pegudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Penyediaan 26 PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 29 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR

f. Akomodasi dan Makan Minum, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. g. Kabupaten Grobogan memiiki sektor basis di Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Penyediaan Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta Jasa Lainnya. 2. Memperhatikan Peluang Investasi yang diunggulkan oleh Kabupaten/Kota Regional Kedungsepur dapat dilihat bahwa secara keseluruhan terdapat kesesuaian antara peluang investasi yang diusulkan dengan potensi investasi berdasarkan analisis LQ. 7.2. Saran Tindak Lanjut Bertitiktolak dari hasil analisis potensi dan peluang investasi Regional Kedungsepur menurut Kabupaten/kota serta dapat dirumuskan saran tindak lanjut sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan ada kesesuaian antara peluang investasi yang diusulkan dengan potensi investasi. 2. Pemerintah perlu menetapkan daerah prioritas untuk proyek investasi tertentu untuk menghindari persaingan yang justru dapat saling mematikan. 3. Konektivitas antara daerah perlu ditingkatkan agar antara daerah yang satu dengan daerah lain dapat saling mendukung, tercipta “simbiosis mutualisma antar daerah”. 4. Kawasan industri, transportasi dan pergudangan dapat menjadi prioritas untuk diunggulkan.

26 PROFIL PENGEMBANGAN DAN PENYIAPAN KEWILAYAHAN 30 INVESTASI DI WILAYAH KEDUNGSEPUR