<<

Journal of Community Service and Empowerment Vol. 1, No. 1, Oktober 2020

Diferensiasi Produk, Pengembangan Desain Kemasan, dan Pemasaran Online Bagi Kelompok Pengrajin Desa Bandung Kabupaten Kebumen

Sigit Wibawanto1, Marynta Putri Pratama2 1,2Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Putra Bangsa [email protected], 2 [email protected]

Abstrak

Judul usul pengabdian ini adalah PKM Kelompok Pengrajin Songkok

Desa Bandung Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Mitra kegiatan ini terdiri dari UMKM Songkok dengan merek Dollar Mas dan Bir Ali yang terletak di desa Bandung, kecamatan Kebumen, kabupaten Kebumen. Lokasi Mitra PKM ini jaraknya 7 km dari pusat kota Kebumen, dan 7,9 km dari STIE Putra Bangsa. Usaha songkok di

Indonesia terutama di desa Bandung kabupaten Kebumen merupakan penyuplai kopiah terbesar kedua setelah kabupaten Gresik. Namun dalam industrinya masih membutuhkan dukungan dan pendampingan

untuk meningkatkan hasil produksi dan pemasarannya, karena industri ini menjadi usaha yang diandalkan untuk menopang kehidupan ekonominya. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah membentuk

masyarakat mandiri secara ekonomi melalui: 1) pemberian pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk 2) pemberian pelatihan untuk memperluas pasar dan volume penjualan. Metode kegiatan yang dilakukan adalah dengan penyampaian materi pelatihan pengembangan produk dan pasar, serta praktek pembuatan varian songkok dan pembuatan desain songkok yang baru. Luaran kegiatan ini: a) meningkatnya kapasitas produksi harian, b) meningkatnya varian produk, c) meningkatnya kualitas tampilan produk, d) memiliki strategi pemasaran yang lebih baik, dan e) menghasilkan artikel ilmiah dalam jurnal nasional. Hasilnya adalah telah terlaksananya kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi Mitra PKM

sehingga wawasan dan pengetahuan pentingnya pengembangan produk dan pasar bertambah. Hasil pantauan menunjukkan indikasi meningkatnya motivasi Mitra untuk mengembangkan dan melanjutkan

industri Songkok sebagai andalan ekonomi keluarganya.

Kata kunci: diferensiasi, desain, pemasaran online, songkok

8 | S i g i t W i b a w a n t o & M a r y n t a P u t r i P r a t a m a

Journal of Community Service and Empowerment Vol. 1, No. 1, Oktober 2020

PENDAHULUAN

Songkok/ peci/ kopiah memiliki arti sebagai penutup kepala untuk pria. Di beberapa negara seperti Arab, Eropa dan Amerika, songkok dikenal dengan nama , taqiyat, fes, tharbusy, romap dan sebagainya. Songkok diadopsi dari bahasa Inggris yang dikenal dengan skull cap, kemudian berubah menjadi song kep, dan akhirnya menjadi songkok pada era kebangkitan . Perkembangan songkok saat ini disesuaikan dengan fungsi masing-masing yang kepentingannya berbeda-beda, baik do’a, simbol identitas dan kultur suatu daerah, bahkan karena kondisi iklim. Penyebaran songkok di Indonesia diawali dari rumpun Melayu pada abad ke- 13, bersama dengan perkembangan Nusantara. Menurut Rozan Yunos dalam "The Origin of the Songkok or Kopiah" dalam The Times, 23 September 2007. Songkok mulai ramai dipakai orang- orang Indonesia setelah kain lebih mudah diperoleh. Songkok, biasanya terbuat dari kain beludru yang diberi rangka plastik padat agar tegak. Perkembangan agama, adat istiadat, kultur budaya Indonesia menjadikan songkok semakin melekat terhadap masyarakat dan kebutuhannya. Pertumbuhan permintaan terhadap produk, saat ini masih terpacu pada aktivitas insidental event, upacara adat, maupun nasional. Dapat dikatakan bahwa bisnis industri ini terkesan tidak berkelanjutan, karena dilakukan melalui proses by , tidak rutin, dan biaya operasional tinggi. Masalah yang dimiliki industri ini diantaranya kapasitas produksi, kualitas dan kuantitas produk, inovasi yang kurang dan sulit untuk dikembangkan, pengetahuan marketing dan kemampuan komunikasi yang kurang oleh pengrajin. Salah satu industri songkok di Indonesia adalah di desa Bandung kecamatan Kebumen kabupaten Kebumen. Di desa ini sebagian besar penduduknya pengrajin songkok, dan merupakan penyuplai kopiah terbesar kedua setelah Gresik. Menurut sejarahnya, sejak tahun 1970 desa ini telah memproduksi songkok hitam yang sampai sekarang menyebar ke desa lain di sekelilingnya. Distribusi produk diantaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Kalimantan.

Proses produksi untuk membuat songkok ini meliputi persiapan alat, bahan baku, dan bahan tambahan/ penolong. Proses produksi yang dijalankan saat ini masih bersifat sederhana dan menggunakan peralatan seadanya. Berikut prosees pembuatan songkok yang masih tergolong sederhana dengan desain yang masih sederhana.

Konsumen dari industri songkok ini adalah pengecer dan distributor, transakasi perdagangan dilakukan di rumah, karena banyak pengrajin di desa Bandung Kebumen ini tidak memiliki kios/ toko untuk mendisplaykan hasil produksinya. Penjualan songkok ramai pada hari-hari besar keagamaan, peringatan khaul , serta pesanan lembaga , madrasah, ataupun lainnya. Perdagangan besar terjadi manakala distributor datang langsung memesan untuk jumlah yang besar.

9 | S i g i t W i b a w a n t o & M a r y n t a P u t r i P r a t a m a

Journal of Community Service and Empowerment Vol. 1, No. 1, Oktober 2020

PERMASALAHAN MITRA

Permasalahan yang ditemukan dari kelompok pengrajin mitra dibagi kedalam 2 aspek yakni produksi dan pemasaran. Pada permasalahan produksi, kapasitas produksi songkok masih rendah, hal ini dikarenakan keterbatasan peralatan dan ketiadaan mesin modern untuk meningkatkan kapasitas produksi. Varian produk songkok juga terbatas pada model dan desain yang biasa-biasa saja dan cenderung mempertahankan model yang berimbas pada harga jual yang rendah. Kemasan produk juga masih mempertahankan kemasan klasik yang sederhana dan di jual dalam kemasan grosir. Pada aspek pemasarannya model strategi pemasarannya masih bersifat tradisional dan sistem distribusi masih terbatas pasar lokal dan nasional yang tergantung pada pesanan.

SOLUSI YANG DITAWARKAN Berdasarkan permasalahannya solusi yang ditawarkan adalah membantu permasalahan Mitra, yaitu pada aspek produksi dan pemasaran, antara lain dengan 1) menambah peralatan produksi untuk meningkatkan produksi, 2) mendampingi Mitra melalui kegiatan pelatihan untuk untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, dan kreativitas mitra dalam pengembangan produk songkok dan variannya, 3) menambah bahan baku untuk meningkatkan kreativitas Mitra dalam pengembangan produk. Selain itu juga diberikan pelatihan untuk membantu permasalahan manajemen dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan pemasaran untuk membangun komunikasi dan jaringan pemasaran yang lebih luas.

MITRA SASARAN Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan dua mitra, yakni usaha kecil songkok merek Dollar Mas milik Bp. M. Bisri Mustofa dan usaha songkok merek Bir Ali milik Bp. Fajar Subhi. Kedua mitra merupakan pengrajin usaha songkok yang berdomisili di desa Bandung RT.06 RW.01 Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen.

10 | S i g i t W i b a w a n t o & M a r y n t a P u t r i P r a t a m a

Journal of Community Service and Empowerment Vol. 1, No. 1, Oktober 2020

METODE KEGIATAN

Metode pendekatan untuk mengatasi permasalahan mitra, yang ditawarkan ke Mitra diantaranya transfer ilmu dan teknologi, pendampingan, pelatihan. Transfer ilmu dan teknologi ini dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi secara interaktif dan berlangsung dua arah. Prosedur kerja untuk mendukung penerapan ilmu dan teknologi dilakukan sebagai berikut:

Tabel 1. Prosedur Kerja

No Jenis Metode Prosedur Kerja 1 Pelatihan/ a. Koordinasi pelaksanaan pelatihan Penyuluhan b. Penjadwalan pelatihan c. Persiapan bahan dan alat d. Pelaksanaan pelatihan desain; pengemasan; pelatihan pemasaran; dan pengembangan produk. 2 Pendampingan a. Koordinasi tim pelaksana b. Penentuan jadwal waktu c. Pelaksanaan pendampingan d. Evaluasi keberhasilan.

Partisipasi Mitra pada kegiatan ini adalah: 1) menyediakan sarana prasarana kegiatan, 2) Mitra berpartisipasi langsung dari persiapan hingga aplikasi ilmu dan teknologi yaitu melakukan kegiatan produksi sesuai dengan teknologi yang di instruksikan Tim Pelaksana PKM, 3) Kelompok mitra bertanggung jawab memelihara dan mengelola hasil program dan menyampaikan kepada Tim Pelaksana Program, 4) Pada tahap evaluasi dan desiminasi, mitra berpartisipasi dalam membantu memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi serta mengukur indikator yang harus dicapai. Evaluasi program ini diukur melalui indikator pengetahuan dan pemahaman (knowledge), dan keahlian/ ketrampilan (skill). Pada tahapan evaluasi program, kegiatannya dilakukan pada awal dan akhir program, yaitu dengan wawancara untuk mengetahui tingkat pengetahuan, pemahaman, skill dan kesadaran dasar (basic) yang dimiliki mitra sebelum mendapatkan program pada awal program. Sedangkan pada akhir program, dilakukan melalui pengamatan dan pendampingan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan program dalam meningkatkan dua indikator kinerja yaitu knowledge dan skill. Indikator keberhasilan ini berupa pemahaman bagaimana pentingnya meningkatkan produksi, kualitas produk yang memiliki daya saing. Peningkatan volume dan omzet penjualan dapat diketahui dengan cara membandingkan sebelum dan sesudah volume dan omzet penjualan dari pelaksanaan program.

11 | S i g i t W i b a w a n t o & M a r y n t a P u t r i P r a t a m a

Journal of Community Service and Empowerment Vol. 1, No. 1, Oktober 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan PKM ini diperkirakan telah mencapai 90%, yang dimulai dengan proses produksi pembuatan songkok yang meliputi persiapan alat, bahan baku, dan bahan tambahan/ penolong. Pengadaan alat yang perlu dipersiapkan dalam pembuatan songkok ini telah terpenuhi semuanya. Kegiatan pelatihan dimulai dari kegiatan pelatihan pengembangan produk, yang dimaksudkan untuk membuat perencanaan dan keberanian membuat keanekaragaman produksi yang dibuat mitra. Pengembangan produk disini adalah dengan membuat varian produk dari 3 varian menjadi 4 varian, yakni polos, AC, sablon, dan sekarang bertambah menjadi bordir.

Kegiatan pelatihan berikutnya adalah kegiatan pelatihan pengembangan pasar yang dimaksudkan untuk membekali mitra dalam kegiatan pelatihan manajemen pemasaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman mitra mengenai strategi pemasaran dan distribusi produk, baik secara manual maupun online. Kedua pelatihan ini memberikan dampak bagi kedua mitra program yakni memiliki motivasi yang cukup kuat untuk tetap menjaga eksistensi bisnis songkok, dan mengembangkan pasar nya melalui pemasaran teknologi (media sosial).

SIMPULAN Keseluruhan program PKM usaha songkok yang dilaksanakan di desa Bandung kabupaten Kebumen secara umum telah berhasil dengan baik. Kerja sama tim pengabdian dan peran serta aktif narasumber dalam kegiatan pengabdian masyarakat telah sesuai dengan yang diharapkan. Ada upaya bagi mitra untuk selalu berupaya untuk meningkatkan kapasitas, nilai tambah, serta keberlanjutan usaha produksi dan pemasarannya. Kegiatan ini mampu menjadi teknik pengembangan pemberdayaan masyarakat yang luas yang mampu menopang dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi keluarga maupun masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka BPS Kabupaten Kebumen. 2016. Kebumen Dalam Angka. Diakses dari: (http://kebumenkab.bps.go.id/ di unduh tanggal 26 Mei 2017 jam 19.30) Rozan Yunos. The Origin of the Songkok or Kopiah. The Brunei Times, 23 September 2007.

12 | S i g i t W i b a w a n t o & M a r y n t a P u t r i P r a t a m a