View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE

provided by Universitas Ahmad Dahlan: UAD Scientific Journal

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X

GENDER DALAM PELABELAN NAMA KULINER NUSANTARA: SUATU TINJAUAN SEMIOTIK STUDI KASUS: KULINER DI KOTA DEPOK

Irwan Suswandi Program Studi Sastra , Fakultas Sastra, Budaya dan Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta [email protected]

DOI:https: ------

Article Info ABSTRACT The existence of culinary become an important necessity that cannot Article history: be separated from human beings. As something important, culinary were named to ease the identification. Hitherto, as a commercialization trend, culinary were given the additional name to be the name of the culinary owner. Interestingly, the additional

names have the same gender of the culinary owner for one type of cuisine. In this paper, the researcher will analyze the process of gender-labeled used in culinary product. Researcher used Pragmatic Semiotic theory from Peirce to analyze the names of culinary texts contained in Indonesia. The analysis provides information about the reasons behind the gender labeling for a similar kind of culinary. The conclusion of this paper is that gender labeling cannot be separated from the raw materials, the processing methods, the style of served, and the way of selling from the culinary.

Keyword: Culinary, gender, labeling, pragmatic semiotic

ABSTRAK

Keberadaan kuliner menjadi kebutuhan penting yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Sebagai sesuatu yang penting, kuliner diberi nama untuk memudahkan identifikasi. Sampai sekarang, sebagai tren komersialisasi, kuliner diberi nama tambahan menjadi nama pemilik kuliner. Menariknya, nama tambahan tersebut memiliki jenis kelamin yang sama dengan pemilik kuliner untuk satu jenis masakan. Dalam tulisan ini, peneliti akan menganalisis proses berlabel gender yang digunakan dalam produk kuliner. Peneliti menggunakan teori Semiotik Pragmatis dari Peirce untuk menganalisis nama-nama teks kuliner yang terdapat di Indonesia. Analisis ini memberikan informasi tentang alasan di balik pelabelan gender untuk jenis kuliner yang serupa. Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa pelabelan gender tidak dapat dipisahkan dari bahan baku, metode pengolahan, gaya penyajian, dan cara penjualan dari kuliner. Kata kunci: Kuliner, Gender, Pelabelan, Semiotik Pragmatis

1

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X

Fenomena budaya seperti itu I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa pemberian nama Dalam kehidupan sehari-hari, dalam suatu kuliner perlu dilakukan manusia sebagai makhluk hidup tidak karena dihadapkan pada kenyataan bahwa dapat dilepaskan dari segala hal yang nama memegang peranan sangat penting menyertainya. Tidak terkecuali sebagai dalam hidup dan kehidupan kita sehari- makhluk biologis, manusia tidak dapat hari. Apalagi di Indonesia, dengan bertahan hidup tanpa adanya makanan. beragamnya etnis dan suku, turut Sejak masa dahulu hingga masa modern memberikan sumbangan khazanah kuliner seperti sekarang ini, manusia menjadikan yang tidak terhitung lagi jumlahnya. makanan sebagai sesuatu yang penting Maka, diperlukan deskripsi, klasifikasi, yang tidak dapat diabaikan. dan kategori berupa nama-nama dalam Sebagai sesuatu yang penting dan setiap kuliner tersebut. berpengaruh bagi manusia, pada Salah satu yang unik berkaitan umumnya makanan itu akan diberi nama dengan penamaan dalam suatu brand untuk membedakan antara satu jenis kuliner di Indonesia adalah adanya makanan dengan jenis yang lainnya. peletakan nama pemilik atau pembuat Selain sebagai pembeda, keberadaan dari kuliner itu. Lebih menarik lagi, yang nama juga akan mempermudah manusia kemudian menjadi tanda budaya, adalah untuk bisa memilih dan memilah mayoritas dalam satu jenis nama kuliner makanan yang sesuai dengan selera dan Nusantara memiliki tambahan nama kebutuhannya. Penamaan terhadap brand yang segender antara pemilik makanan itu juga dilakukan sebagai tempat kuliner yang satu dengan pemilik sebuah bentuk identitas, eksistensi, tempat kuliner yang lainnya. Sebut saja maupun legitimasi. beberapa contoh kuliner yang ada di kota Dalam perkembangan yang lebih Depok, Jawa Barat, yaitu Nasi jauh, bentuk identitas, eksistensi, dan Mbak Irah dan Pecel Pincuk Ibu Ida. legitimasi yang muncul tersebut menjadi Apabila melihat penamaan pada kuliner acuan bagi individu maupun kelompok tersebut, maka muncul sebuah dalam melakukan pemberian nama merek pertanyaan, yaitu mengapa kuliner pecel atau brand terhadap suatu produk kuliner selalu diidentikkan dengan nama seorang atau makanan. Apalagi dalam tren dan perempuan. Sebaliknya, identitas meningkatnya gaya hidup manusia maskulinitas tampak melekat pada kuliner terhadap kuliner, pemberian merek martabak. Sebut saja Martabak Bangka menjadi hal yang dibutuhkan untuk Ko Hery dan Martabak Alim yang juga membedakan antara satu produsen terdapat di Kota Depok. dengan produsen yang lainnya. Meskipun Ditinjau dari kacamata semiotik, pada dasarnya, produk yang dihasilkan fenomena budaya semacam itu menjadi adalah kurang lebih sama. sebuah tanda yang dapat dianalisis untuk 2

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X dijelaskan dari segi kajian ilmiah. Tanda mengenai keberadaan suatu gender yang berupa pelabelan-pelabelan semacam itu melekat dalam nama-nama kuliner memiliki makna yang sengaja ingin Nusantara. disampaikan kepada penerima makna tersebut. II. METODE PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang Dalam melakukan penelitian ini, telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk peneliti menggunakan metode deskriptif menganalisis jenis gender dalam analisis. Metode ini dipilih dengan tujuan pelabelan nama kuliner Nusantara. Di supaya analisis semata-mata berdasarkan dalam penelitian ini, dianalisis mengenai pada fakta yang ada (Sudaryanto, 1998: faktor-faktor atau alasan-alasan yang 62). Tentunya, dengan penggunaan kemudian berpengaruh terhadap metode yang demikian dihasilkan tujuan pelabelan tersebut. Peneliti menggunakan yang hendak dicapai, yang terlepas dari teori utama dalam proses penganalisisan, subjektivitas penulis. yaitu teori semiotik. Adapun untuk Adapun pendekatan yang dipilih sumber data, peneliti menggunakan data adalah dengan pendekatan semiotik daftar nama-nama kuliner yang ada di pragmatis yang dikemukakan oleh Kota Depok berdasarkan website Charles Sanders Peirce. Pendekatan www.depokklik.com. semiotik jenis ini diambil karena akan mengacu pada proses pembentukan tanda Dalam penelitian ini, masalah yang bertolak dari representamen yang penelitian yang akan dirumuskan dan secara spontan berkaitan dengan object dibahas adalah bagaimana proses dalam kognisi manusia dan kemudian pelabelan gender dalam kuliner diberi penafsiran tertentu oleh manusia Nusantara. Berbagai kuliner, yang dalam yang bersangkutan sebagai interpretant hal ini menggunakan sampel di Kota (Hoed, 2014: 9). Dalam hal ini yang Depok, akan diteliti lebih jauh mengenai menjadi representamen adalah kuliner pelabelan tersebut dan alasan-alasan di Nusantara, yang kemudian dikaitkan baliknya. dengan pengalaman kognisi manusia yang menghasilkan object berupa label- Adapun tujuan yang hendak dicapai label gender dalam kuliner Nusantara dalam penelitian ini adalah untuk tersebut. menganalisis pemberian jenis gender Untuk menganalisis gender dalam dalam suatu kuliner Nusantara. Faktor- pelabelan kuliner Nusantara ini, peneliti faktor yang memengaruhi dalam menggunakan data berupa nama-nama pelabelan tersebut akan dideskripsikan kuliner yang ada di belakang nama dan dianalisis untuk mencari benang kuliner yang juga merupakan nama dari merah dalam gejala budaya tersebut. Dari pemilik atau pembuat kuliner tersebut. penelitian ini, pembaca akan memahami Untuk mempersempit wilayah penelitian, 3

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X peneliti menggunakan studi kasus kuliner sudah dijelaskan, seperti martabak, roti yang terdapat di Kota Depok, Jawa Barat. bakar, dan , adalah representamen Ada dua sumber data yang yang diterima oleh indra penglihat. Lalu digunakan, yaitu data primer dan representamen-representamen tersebut sekunder. Data primer dalam penelitian dengan disertai pengalaman kognisi ini adalah daftar nama-nama kuliner yang memberikan label berupa gender terdapat dalam laman maskulin. Sebelum akhirnya diberikan https://www.depoklik.com/blog/23- label, terdapat interpretant berupa kuliner-legendaris-di-depok/. Untuk interpretasi dari para pemberi nama label mendukung dalam penelitian ini, penulis tersebut yang juga ditangkap oleh menggunakan data sekunder berupa studi penglihat object. kepustakaan yang dapat menunjang data Interpretasi pertama dari pelabelan dalam menjawab permasalahan gender maskulin pada representamen penelitian. yang telah disebutkan adalah dari bahan baku kuliner. Bahan baku penting dalam III. PEMBAHASAN pembuatan suatu kuliner. Selain itu, Dengan menggunakan teori bahan baku juga dapat menjadi indikator semiotik pragmatis yang dikemukakan dalam pemberian label gender pada suatu oleh Peirce, berikut adalah analisis yang kuliner. Apabila melihat pada dihasilkan terhadap pelabelan gender representamen yang diperoleh dari dalam nama-nama kuliner Nusantara. sumber data primer, yaitu bakso dan juga Terdapat tiga jenis gender yang melekat martabak telur, digunakan olahan daging dalam penamaan kuliner Nusantara, yaitu di dalam kuliner tersebut. Pada umumnya, kuliner bergender maskulin, kuliner daging yang digunakan adalah daging bergender feminin, dan kuliner bergender sapi. Setidaknya, bentuk kuliner yang netral. Penentuan atas interpretasi ketiga memiliki gender maskulin, sangat sedikit jenis gender itu didasarkan pada empat bahkan tidak sama sekali menggunakan faktor yang memengaruhinya, yaitu dari unsur sayuran di dalamnya. Lihat saja bahan baku, proses pengolahan, cara pada martabak atau , bahkan penyajian, dan cara berjualan dari suatu bakso pun amat sedikit sayur, hanya taoge jenis kuliner. dan caisim saja. Dapat dikatakan apabila kuliner yang menggunakan olahan Kuliner Gender Maskulin daging, kecenderungan kuliner tersebut Beberapa kuliner di Depok yang diidentikkan dengan gender maskulin. melabelkan gender maskulin pada nama Interpretasi kedua dari adanya kuliner mereka, yaitu Martabak Alim, pelabelan gender maskulin adalah dari Martabak Ko Heri, Roti Bakar Eddy, proses pengolahannya. Pada bakso, Bakso Kotak Cak Man, dan Bakso Hitam proses pengolahan daging menjadi bagian Pak Bewok. Jenis-jenis kuliner yang yang lembut, disertai dengan penambahan 4

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X -bumbu pada olahan daging dan menggunakan gerobak. Gerobak, sebagai tepung membutuhan tenaga yang tidak sesuatu yang berat, tentu lebih banyak kecil. Maka dari itu, interpretasi dari didorong oleh seorang laki-laki. Apabila pemberian label itu adalah dari adanya tidak memiliki tempat mangkal berjualan, kebutuhan tenaga yang kuat dalam proses pedagang bakso dan roti bakar pada pengolahannya, yang biasanya tenaga umumnya akan berkeliling sambil kuat diidentikkan dengan laki-laki. Begitu mendorong gerobaknya. Oleh karenanya, juga dengan martabak dan roti bakar. maka sudah menjadi hal yang lumrah Seperti diketahui, sebelum disajikan apabila mayoritas pedagang martabak, sebagai makanan yang bisa dimakan, bakso, dan roti bakar adalah laki-laki. Hal martabak dan roti bakar melalui proses ini dikembalikan lagi kepada kelaziman pengolahan dengan alat-alat dapur yang yang terjadi di saat suatu kuliner harus tidak biasa digunakan pada dapur umum. dijajakan dengan bantuan alat yang Martabak manis atau terang bulan membutuhkan tenaga ekstra yang menggunakan palet besi yang kemudian umumnya akan dilakukan oleh laki-laki. di atasnya dimasukkan adonan martabak Pengaruh dari hal itu adalah identitas dari manis dan dibutuhkan tenaga yang tidak kuliner tersebut yang cenderung ke ringan untuk mengaduk dan memasaknya. gender maskulin. Pada martabak telur juga, pada Interpretasi keempat dari pelabelan pengolahannya digunakan tenaga yang nama kuliner sesuai dengan gender adalah tidak ringan. Adonan kulit martabak telur dari cara penyajiannya. Penyajian adalah membutuhkan kedua tangan untuk penampakan akhir dari penampilan suatu menjadikan gumpalan adonan hingga kuliner. Apabila merujuk pada kuliner berbentuk pipih tipis melebar. Di saat yang sudah disebutkan sebelumnya, proses memasaknya pun, diperlukan penyajian dari kuliner yang memiliki tenaga ekstra untuk membolak-balikkan gender maskulin cenderung lebih martabak dalam wajan panas berukuran menggunakan kemasan tanpa ada unsur besar. Proses pengolahan yang tidak jauh organik sama sekali. Seperti bakso, berbeda juga ada pada kuliner roti bakar. penyajian dari kuliner ini hanya Dalam membakar roti, diperlukan tenaga menggunakan mangkuk, dan apabila yang tidak kecil untuk membakar dan dibungkus menggunakan plastik. Begitu menjadikannya terbakar sempurna. pun dengan martabak dan roti bakar, yang Intepretasi ketiga dalam pelabelan umumnya akan menggunakan piring, dan ini adalah dari cara berjualan kuliner apabila dibungkus kedua jenis kuliner ini tersebut. Telah diketahui secara empiris akan menggunakan boks dari kertas atau dalam kognisi masyarakat Indonesia juga kertas nasi. mengenai cara bagaimana martabak, roti Itu adalah interpretasi-interpretasi bakar, dan bakso, yang sebagian besar yang menjadi faktor yang memengaruhi diperjualkan atau dijajakan dengan dalam pemberian label gender maskulin 5

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X dalam kuliner. Interpretasi terhadap Pincuk Ibu Ida yang ada di Depok, representamen, menghasilkan persepsi sayuran begitu tampak dalam olahan terhadap object yang merupakan output kuliner ini. Berbagai jenis sayuran hijau, dari interpretasi terhadap represement seperti bayam, kacang panjang, taoge, dan berupa kuliner-kuliner tersebut. mentimun, menjadi bahan utama dalam kuliner ini. bahkan tidak Kuliner Gender Feminin menggunakan sama sekali daging. Begitu Setelah melihat proses pun dengan nasi timbel, meskipun tidak penginterpretasian terhadap object kuliner sepenuhnya menggunakan sayur, namun yang dilabeli nama gender maskulin, terdapat sayuran di dalam keseluruhan selanjutnya ada juga beberapa nama kulinernya. kuliner yang dilabeli gender feminin. Di Interpretasi kedua dari pelabelan Kota Depok, sebut saja Nasi Pecel Mbak gender feminin dalam kuliner adalah dari Irah dan Pecel Pincuk Ibu Ida, serta Nasi segi proses pengolahannya. Penekanan Timbel Si Teteh yang sangat lekat dengan dari interpretasi ini adalah bagaimana identitas gender feminin. peran perempuan begitu berpengaruh Apabila dilihat dari semiosis yang dalam proses pengolahan kuliner-kuliner dipopulerkan oleh Peirce, tahap jenis ini, yang belum tentu dapat representamen dan object pada gender dilakukan oleh laki-laki. Menggunakan feminin ini sama dengan pada pelabelan istilah yang digunakan sebelumnya, yaitu gender maskulin yang sebelumnya sudah tentang kelaziman yang umum dalam dipaparkan. Perbedaan ada pada tahap masyarakat, dalam kuliner yang identik interpretant yang kemudian memengaruhi dengan gender feminin, terlihat dalam pemberian label gender feminin bagaimana kepiawaian tangan seorang dalam suatu kuliner. perempuan dalam proses pengolahannya. Interpretasi pertama dari pemberian Sebagai contoh adalah pembuatan nasi label feminin ini adalah dari bahan baku. pecel dan nasi timbel. kacang Kuliner yang identik dengan gender pada nasi pecel dan sambal cabai pada feminin pada umumnya terbuat dari nasi timbel yang dibuat menggunakan sayur-sayuran, atau setidaknya terdapat cobek dan ulekan yang identik dengan bahan berupa sayuran. Pada umumnya, peralatan dapur yang umumnya biasa dan kuliner-kuliner yang minim dalam hanya dilakukan oleh kaum perempuan. penggunaan daging adalah kuliner yang Ketelatenan dalam proses perebusan bergender feminin. Hal ini berlawanan sayur mayur dalam nasi pecel serta nasi dengan kuliner yang diidentikkan dengan yang dibungkus daun pisang dalam nasi kuliner yang bergender maskulin, yang timbel juga menjadi faktor lainnya, tidak dilepaskan dari adanya olahan atau mengapa kuliner-kuliner itu umumnya racikan daging. Pada kuliner nasi pecel, hanya perempuan yang mahir dalam yaitu Nasi Pecel Mbak Irah dan Pecel mengerjakannya. 6

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X

Interpretasi yang ketiga adalah dari membawa bakul atau tempat semacam segi cara penyajian kuliner. Salah satu keranjang dari anyaman bambu yang bentuk penyajian yang sangat diletakkan di punggung dengan diikatkan mencerminkan identitas feminin dalam selendang ke bagian dada. Penjual nasi kuliner Nusantara adalah adanya pecel itu lalu menjajakan dagangannya penggunaan daun sebagai pembungkus mengelilingi suatu tempat. Namun, tidak dalam penyajian kuliner. Apabila jarang juga ada penjual nasi pecel yang disajikan begitu saja, pada kuliner tidak berkeliling, tetapi menempati suatu feminin akan ada unsur-unsur penyajian tempat pangkalan dagangan, yang dari daun pisang. Begitu pun apabila biasanya tempat pangkalannya berada di kuliner-kuliner tersebut dibungkus, maka depan rumah. Sangat jarang ditemukan akan menggunakan daun pisang sebagai kuliner nasi pecel ini menggunakan pembungkusnya. Sebagaimana pada nasi gerobak dalam jualannya. Selain karena pecel, nasi dan isian dibungkus memang tidak begitu banyak peralatan membentuk suatu wadah atau pincuk yang dibutuhkan dalam dagangannya, yang khas yang tidak semua orang, perempuan pun sangat jarang yang terutama laki-laki, bisa melakukannya. mampu berjualan dengan mendorong Bungkusan itu kemudian ditutup dengan gerobak berkeliling. Begitu juga yang menggunakan tusukan lidi. Tidak jauh dilakukan oleh penjual nasi timbel. Pada berbeda juga, pada nasi timbel, nasi umumnya, para pedagang nasi timbel ini dibungkus menggunakan daun pisang tidak menggunakan gerobak dan membentuk lonjongan yang kedua berkeliling, melainkan hanya mendirikan ujungnya dibuat sedemikian rupa, sebuah warung tenda atau membuka sehingga nasi tidak keluar saat dimasak. lapak di depan rumah. Jadi, dari Penyajian seperti ini juga tidak semua interpretasi ini dapat dikatakan apabila orang dapat melakukannya. Diperlukan kuliner yang tidak memerlukan bawaan keahlian dan kepiawaian yang umumnya yang besar dan berat, biasanya dimiliki oleh kaum perempuan. diperjualkan oleh seorang perempuan, Interpretasi keempat adalah dari yang kemudian kulinernya diberi label segi cara berjualannya. Interpretasi ini nama bergender feminin. tampak yang paling mencolok Itu adalah empat interpretasi yang dibandingkan dengan tiga interpretasinya. memengaruhi dalam pemberian label Hal ini karena pada interpretasi ini, gender feminin pada kuliner-kuliner representamen begitu tampak melalui Nusantara. Dalam interpretasi ini terlihat pancaindra manusia sebagai sebuah object jelas perbedaan di antara kuliner yang yang identik dengan gender feminin. Nasi umumnya diidentikkan dengan gender pecel, sebagaimana diketahui, dalam maskulin dan kuliner yang diidentikkan pengalaman empiris kita diidentikkan dengan gender feminin. dengan seorang perempuan yang 7

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X

Kuliner Gender Netral dalam kehidupan masyarakat Indonesia, Selain gender maskulin dan makanan-makanan yang dominasinya feminin, terdapat juga beberapa kuliner sayuran pada umumnya adalah hasil Nusantara yang dilabeli gender netral. kreasi dari kaum perempuan. Dalam ayam Pemberian gender netral ini disebabkan bakar pun tetap terdapat unsur-unsur karena interpretasi pada gender maskulin femininnya, yaitu dengan adanya lalapan dan interpretasi gender feminin dapat atau sayuran sebagai pelengkap yang ditemukan dalam jenis kuliner ini. tidak dapat dilepaskan keberadaannya di Artinya, jenis kuliner yang masuk gender kuliner ini. ini dapat juga dilabeli sebagai kuliner Interpretasi kedua adalah dari segi gender maskulin dan juga gender feminin. proses pengolahannya. Apabila dilihat Bila merujuk pada sumber data peneliti, secara kelaziman, pada umumnya proses berupa kuliner di Kota Depok, terdapat pembakaran, apalagi pada ayam, beberapa jenis kuliner yang bergender dibutuhkan tenaga yang tidak ringan netral, yaitu Mas Mono dan untuk mendapatkan pembakaran yang Ayam Bakar Christina. merata. Dengan menggunakan alat Empat interpretasi yang sudah pembakar di atas arang panas serta disebutkan sebelumnya, yaitu bahan pembolak-balikkan daging yang cukup baku, proses pengolahan, cara penyajian, membutuhkan tenaga ekstra, maka dan cara berjualan, dapat pula memiliki umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki. kesamaan yang dapat dilakukan oleh dua Itulah unsur maskulinitas yang terdapat gender sekaligus, sehingga menjadikan dalam kuliner ayam bakar ini. Meskipun kuliner tersebut bergender netral. begitu, bukan berarti hal tersebut hanya Penyebabnya adalah pada pengalaman bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum empiris di mana suatu tempat kuliner perempuan pun bisa saja melakukannya, yang menyediakan suatu jenis kuliner, meskipun itu tidak lazim atau sangat memiliki nama dengan jenis gender yang jarang. Di sisi lain, ada unsur feminin berbeda dari para pemiliknya. dalam proses pengolahan ayam bakar ini, Interpretasi pertama yang yaitu pada proses pembuatan sambal yang menjadikan pelabelan gender netral menggunakan cobek dan ulekan. Alat-alat adalah dari bahan bakunya. Mengambil dapur khas ini biasanya digunakan oleh contoh dari sumber data primer, terdapat perempuan untuk menghasilkan hasil ayam bakar yang menjadi kuliner dengan ulekan berupa sambal yang lembut. gender netral. Bahan baku utama dari Interpretasi ketiga adalah dari segi ayam bakar menggunakan daging ayam, cara penyajiannya. Dari interpretasi segi dan sayuran hanya sebagai pelengkap ini, ayam bakar dapat disajikan dalam dua semata. Namun, kuliner yang bergender cara penyajian. Di beberapa tempat, ayam feminin bukan berarti tidak lepas sama bakar ini menggunakan kertas nasi saja sekali dari daging. Hanya saja memang maupun boks kertas yang sangat identik 8

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X dengan gender maskulin. Lalu, ada juga pelabelan jenis gender dalam suatu ayam bakar yang menggunakan daun kuliner. Meskipun ini tidak bersifat pisang untuk membungkus nasi yang mutlak, namun pengalaman empiris yang menjadi bagian dari ayam bakar ini, yang biasa dijumpai membuktikan hal menjadi identitas femininnya. Kedua jenis semacam itu. Tidak hanya itu, keberadaan gender begitu tampak melekat dalam cara label-label seperti tersebut juga menjadi penyajian kuliner ayam bakar. identitas yang selanjutnya menjadi Interpretasi keempat dalam kekayaan dan keunikan bahasa dan pelabelan gender netral ini adalah dari kebudayaan yang tidak dapat ditemukan segi cara berjualannya. Pada ayam bakar, di negara lainnya. Kekayaan dan dalam pengalaman empiris, cara berjualan keunikan ini menjadi makna yang yang umum dilakukan adalah dengan cara sepatutnya ditangkap secara bijak oleh berkeliling maupun berjualan hanya di masyarakat sebagai penerima dari makna suatu tempat pangkalan dagang. Mas tersebut. Mono sebagai pemilik waralaba kuliner Ayam Bakar Mas Mono, pada awalnya IV. KESIMPULAN menjajakan dagangan ayam bakarnya Dari penjelasan yang sudah dengan cara berkeliling, sebelum dipaparkan pada bagian sebelumnya, akhirnya sukses seperti sekarang ini. Dia terdapat beberapa hal yang dapat menggunakan gerobak untuk berkeliling disimpulkan dari penelitian ini. dengan membawa dagangannya dan akan a) Dalam teori toponimi, terdapat dua hal melakukan proses pengolahan di gerobak yang menjadi unsur dalam pelabelan itu. Tentu hal tersebut sangat identik nama-nama kuliner di Nusantara. sekali dengan label gender maskulin. Nama kuliner itu sendiri yang sudah Namun, berbeda halnya dengan Ayam dikenal secara luas sebagai elemen Bakar Christina, yang merupakan gender generik, lalu sebagai elemen spesifik feminin, berjualan ayam bakar dengan adalah nama pemilik atau pembuatnya, sudah menempati suatu tempat sejak awal yang juga sekaligus penanda dari suatu untuk berjualan tanpa harus berkeliling gender dari kuliner tersebut. Apabila dengan gerobak sebelumnya. Ada dua pemilik atau pembuat kuliner tersebut interpretasi, yaitu interpretasi cara adalah laki-laki, maka pemberian nama berjualan pada gender maskulin dan kuliner lebih cenderung ke gender feminin yang dapat juga dilakukan maskulin, begitu pun pada kuliner keduanya di gender netral ini. yang bergender feminin. b) Dalam kacamata semiotik, pemberian Itu adalah penafsiran-penafsiran atau pelabelan gender dari nama kuliner interpretasi yang mendorong adanya yang ada (object) adalah bentuk fenomena budaya dalam bidang kuliner interpretant yang sudah dilakukan oleh dan gender. Fenomena berupa adanya pemberi nama kepada kuliner yang 9

Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X

menjadi bahan dagangannya Jakarta. PT. Pradnya Paramita. (representamen). Ada tiga pelabelan 2008. gender apabila dilihat interpretant itu, Chandler, Daniel. The Basics Semiotics yaitu kuliner bergender maskulin, Second Edition. New York. feminin, dan netral. Routledge. 2002. c) Pelabelan gender dalam suatu jenis kuliner itu didasarkan pada Hoed, Benny. Semiotik & Dinamika pertimbangan bahan baku, proses Sosial Budaya. Depok. Komunitas pengolahan, cara penyajian, dan cara Bambu. 2014. berjualan dari kuliner itu. Lips, Hilary. Sex and Gender: An DAFTAR PUSTAKA Introduction Sixth Edition. New York. McGraw-Hill. 2008. Rais, Jacub, Lauder, Multamia, Panuti Sudaryanto. Metode Linguistik Bagian Sudjiman, dkk. Toponimi Kedua: Metode dan Aneka Teknik Indonesia: Sejarah Budaya Bangsa Pengumpulan Data. Yogyakarta. yang Panjang dari Permukiman Gadjah Mada University Press. Manusia & Tertib Administrasi. 1988.

10