PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN DI MAN 4 JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mecnapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Ainu Rahmah

NIM. 11150110000010

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2020 M

ABSTRAK

Ainu Rahmah (11150110000010). Pendidikan Kepemimpinan di MAN 4 Jakarta. Skripsi Program Strata 1 (S1) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pendidikan Kepemimpinan di MAN 4 Jakarta, mengetahui urgensi OSIS di madrasah, mengetahui kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan OSIS, mengetahui fakor pendukung dan penghambat dalam pendidikan kepemimpinan, mengetahui fungsi OSIS dalam pendidikan kepemimpinan, dan evaluasi pendidikan kepemimpinan di MAN 4 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2019. Jenis Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data, triangulasi data terbagi menjadi tiga tahap yaitu triangulasi teknik, waktu, dan sumber. Analisis data dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan kepemimpinan di MAN 4 Jakarta sudah berjalan dengan baik dan efektif, madrasah mengadakan program LDKS dalam rangka membina dan mendidik sikap kepemimpinan siswa yang dilaksanakan untuk pengurus OSIS dan ekstrakurikuler. Untuk pengurus OSIS sendiri merupakan siswa pilihan yang dipilih langsung oleh guru dan juga pengurus OSIS sebelumnya melalui proses rekrutmen, wawancara, nilai akademik, akhlak dan juga harus hafal minimal 3 juz Al-Qur’an. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan OSIS sangat membentuk sikap kepemimpinan pada masing-masing pengurus, hal ini dapat dilihat dari 3 K (kepribadian, kedisiplinan, kerapihan) OSIS yang cukup baik sehingga dijadikan sebagai contoh bagi siswa lainnya. Kata kunci: Pendidikan, Kepemimpinan, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

i ABSTRACT Ainu Rahmah (11150110000010). Leadership Education at MAN 4 Jakarta. Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2019. This study aims to determine Leadership Education in MAN 4 Jakarta, find out the urgency of OSIS in madrasas, know the activities carried out by OSIS, find out the supporting and inhibiting factors in leadership education, find out the OSIS function in leadership education, and evaluate leadership education at MAN 4 Jakarta . This research was conducted in August to December 2019. This type of research is a descriptive qualitative research method. Data collection procedures used used observation, interviews, and documentation. Checking the validity of the data using data triangulation techniques, data triangulation is divided into three stages, namely technical triangulation, time, and source. Data analysis was performed in three stages, namely data reduction, data presentation, and verification of conclusions. The results of this study indicate that leadership education at MAN 4 Jakarta has been going well and effectively, madrassas hold LDKS programs in order to foster and educate student leadership attitudes that are carried out for student council and extracurricular management. For the student council management itself is a student chosen directly by the teacher and also the previous student council management through the process of recruitment, interviews, academic grades, morals and also must memorize at least 3 juz Al-Qur'an. The activities that have been carried out by the student council very much shape the leadership attitude of each board, this can be seen from the 3 K (personality, discipline, tidiness) of the student council that is good enough to serve as an example for other students.

Keywords: Education, Leadership, Student’s Council

ii KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan kasih sayang-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq hidayah serta inayah-Nya, sehingga atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Tak lupa sholawat serta salam penulis haturkan kepada teladan ummat, junjungan alam, yakni Nabiyyana wa Habibana Muhammad SAW yang senantiasa menjadi cahaya dan teladan bagi seluruh alam yang pertolongannya selalu dinantikan oleh ummatnya hingga hari akhir kelak.

Penulis menyadari banyak sekali kekurangan, hambatan, dan kesulitan dalam penulisan. Skripsi ini saya persembahkan untuk orang- orang terkasih. Segala kendala yang saya alami dalam penulisan ini tidak terlepas dari arahan dan bimbingan guru-guru, keluarga dan teman-teman sekalian. Oleh karena itu, perkenankan lah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin Lubis, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. 5. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan arahan dari awal perkuliahan hingga akhir masa perkuliahan.

iii 6. Dr. Dimyati, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Aceng Solihin, M. Pd, selaku Kepala Madrasah MAN 4 Jakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 8. Ibu Lisnur Azizah, M. Pd, Ibu Zuhrotunnisa, MA., dan pengurus OSIS, terima kasih atas waktu, doa, motivasi, informasi dan bantuanya yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian. 9. Teruntuk kedua orang tua saya ayahanda Nawawi, S. Pd,I dan Siti Khodijah serta adik saya Risyda Luthfi Da’iyah, Lia Najahussahla, dan M. Irfan Zidni terima kasih atas kasih sayang yang luar biasa, memberi motivasi dan mendo’akan, selalu memberi bantuan baik moril dan materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Mohon maaf untuk segala kekurangan dan kesalahan. Terima kasih telah menjadi support system saya. 10. Terkhusus kepada seseorang yang spesial, kakanda Fariz Abdul Rohman, S.E, Sy yang selalu setia menemani penulis, terima kasih atas semangat yang tiada hentinya, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam setiap langkah kehidupan. Semoga hajat kita selalu diridhoi oleh Allah SWT. 11. Sahabat seperjuangan Nisa Alimah, Aulia Rahman, Nada Bikriyah, Anna Nurviana, Elmiani Rahmah, Rahmatika Imanda, A. R. Aulia Azka, Humaeni Rizqi, Yuda Syahfitra, M. Husnul Amri, M. Fadhil Muammar, M. Ali Wahhab. Terima kasih telah mewarnai baik suka maupun duka selama masa perkuliahan dan berorganisasi, baik internal maupun eksternal, terima kasih atas canda tawa dan segala kisah yang telah kita lalui. 12. Keluarga besar HMI Distrik PAI yang mengajarkan banyak pengalaman dalam berorganisasi, yang mengajarkan arti kakak dan adik yang harus saling merangkul satu sama lain. Terkhusus kak

iv

Teguh Iswanto, kak M. Muhyidin, kak Maryam Meiriza, kak Hanifah Mahfudz, kak Ahmad Fairuz, juga Adinda Tuhfah Ummu, Fitri Azzahra, Fiki Umaidah, Shavira Ayu, Silvana Zakiyah dan kanda yunda sekalian yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semoga kita semua menjadi kader yang berkualitas Insan Cita dan bermanfaat bagi umat. 13. Keluarga Besar LAPENMI HMI cab. Ciputat, yang telah berjuang bersama dan memberikan amanah kepada saya untuk mengembangkan potensi diri diluar kampus. Terkhusus kepada Eni Purwaningsih, Windia Indri V, Desi Ayu L, M. S. Amarullah, M. Ridwan, Syahra Irfani, Resti Yolanda, dan Amirullah. 14. Teruntuk Rafika Aina Alfiah, Vira Nabila dan Nadya Hendriyan Putri terima kasih telah menjadi saudara sekaligus sahabat yang menjadi tempat bersandar dan berkeluh kesah penulis. 15. Keluarga besar Kahfi BBC Motivator School angkatan 17 La Fourmi, terima kasih sudah memberikan pelajaran dan menjadi bagian hidup saya. 16. Keluarga Besar ASSA (Association of Class A) PAI angkatan 2015 yang telah memberikan banyak pengalaman dan kebahagiaan kepada penulis selama berkuliah khususnya di dalam kelas, semoga tali silaturrahim kita dapat terus terjalin selamanya.

Serta semua pihak yang terlibat dan berjasa terhadap penulisan skripsi ini, mudah – mudahan bantuan, bimbingan, doa dan motivasi yang telah diberikan menjadi pintu pembuka kasih sayang Allah di dunia dan di akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya. Aamiin.

Jakarta, Januari 2020

Ainu Rahmah

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i ABSTRAK ...... ii

KATA PENGANTAR ...... iii

DAFTAR ISI ...... v

DAFTAR TABEL ...... vii

DAFTAR GAMBAR ...... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang ...... 1 B. Identifikasi Masalah ...... 12 C. Pembatasan Masalah ...... 12 D. Perumusan Masalah ...... 13 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 13

BAB II KAJIAN TEORI ...... 3

A. Pendidikan ...... 15

1. Pengertian Pendidikan ...... 15 2. Tujuan Pendidikan ...... 19

B. Kepemimpinan ...... 23

1. Pengertian Kepemimpinan ...... 23 2. Fungsi Kepemimpinan ...... 27 3. Faktor-Faktor Kepemimpinan ...... 30 4. Tipe kepemimpinan ...... 33

C. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) ...... 39

1. Pengertian OSIS ...... 39 2. Latar Belakang Berdirinya OSIS ...... 43

vi 3. Tujuan OSIS ...... 44 4. Struktur OSIS ...... 46

D. Hasil Penelitian yang Relevan ...... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...... 50

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 50 B. Metode Penelitian ...... 50 C. Prosedur Pengumpulan Data ...... 51 D. Pemeriksaan Keabsahan Data ...... 55 E. Analisis Data ...... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 59

A. Gambaran Umum MAN 4 Jakarta ...... 59 B. Pembahasan ...... 78 1. Pentingnya Keberadaan OSIS di MAN 4 Jakarta ...... 78 2. Bentuk Kegiatan OSIS MAN 4 Jakarta ...... 79 3. Bentuk Pendidikan Kepemimpinan di MAN 4 Jakarta ...... 92 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Kepemimpinan di MAN 4 Jakarta ...... 98 5. Fungsi OSIS dalam Pendidikan Kepemimpinan Siswa di MAN 4 Jakarta ...... 102 6. Evaluasi Pendidikan Kepemimpinan di MAN 4 Jakarta ...... 103

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 104 B. Implikasi ...... 105 C. Saran ...... 105

DAFTAR PUSTAKA ...... 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 110

vii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi observasi ...... 52

Tabel 3.2 Kisi-kisi wawancara ...... 52

Tabel 3.3 Kisi-kisi dokumentasi ...... 53

Tabel 4.1 Data kepala MAN 4 Jakarta ...... 64

Tabel 4.2 Data pendidik ...... 64

Tabel 4.3 Data kependidikan ...... 68

Tabel 4.4 Struktur kurikulum peminatan IPA ...... 71

Tabel 4.5 Struktur kurikulum peminatan IPS ...... 72

Tabel 4.6 Struktur kurikulum peminatan Bahasa ...... 73

Tabel 4.7 Struktur kurikulum peminatan Keagamaan ...... 74

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Denah madrasah ...... 61

Gambar 4.2 Kegiatan Qreateen ...... 81

Gambar 4.3 Kegiatan Upacara Peringatan Hari Santri Nasional ...... 82

Gambar 4.4 Mading OSIS ...... 83

Gambar 4.5 Kegiatan Konselor Sebaya ...... 84

Gambar 4.6 Kegiatan Pra LDKS ...... 86

Gambar 4.7 Kegiatan Garage Sale ...... 87

Gambar 4.8 Kegiatan Ligaman ...... 88

Gambar 4.9 Kegiatan BOFMAN 4 ...... 90

Gambar 4.10 Live Chat ...... 91

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Dokumentasi Kegiatan OSIS

Lampiran 2: Dokumentasi Wawancara

Lampiran 3: Hasil Wawancara

Lampiran 4: Hasil Observasi

Lampiran 5: Struktur Organisasi MAN 4 Jakarta

Lampiran 6: Struktur Penegak Kedisiplinan MAN 4 Jakarta

Lampiran 7: Struktur Pengurus OSIS periode 2018/2019

Lampiran 8: Lembar Uji Referensi

Lampiran 9: Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Lampiran 10: Surat Izin Penelitian

Lampiran 11: Surat Rekomendasi Penelitian Kementerian Agama DKI Jakarta

Lampiran 12: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam konteks pendidikan, kepemimpinan adalah bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari proses pendidikan itu sendiri. Dalam konteks Indonesia hari ini, banyak pihak yang menyatakan bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis kepemimpinan. Suara atau pernyataan-pernyataan tentang krisis kepemimpinan tersebut dapat kita simak dalam berbagai tulisan yang diunggah internet atau website. Berikut adalah beberapa contoh tentang pernyataan krisis kepemimpinan di Indonesia: “Indonesia dihadapi dua krisis, yakni krisis konstitusi dan krisis pemimpin, hal itu terkait dengan gejolak Pemilihan Presiden (Pilpres). Krisis konstitusi dan pemimpin, kalau tidak ada pemimpin maka tidak ada kesatuan. Kesatuan itu yang menjadikan seorang pemimpin.” Salah satu diktum barat, dimana adanya satu pasukan domba yang dipimpin oleh singa dapat dengan mudah mengalahkan pasukan singa yang dipimpin oleh domba. Dia tahu mempertahankan kedaulatan negara, bagaimana memuliakan rakyat dan lain-lain. Ini ada UUD jelas mendirikan pemerintahan negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpa darah Indonesia,”. Demikian yang disampaikan oleh Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Sri Edi Swasono dalam bincang konsolidasi bertajuk Keruntuhan Reformasi Penyelewangan Konstitusi dan Pembajakan di Hotel Grand Alia Cikini, Jl. Cikini Raya, No. 46, Jakarta Pusat, Minggu (19/5).1 Krisis kepemimpinan juga dikemukakan oleh Anis Matta pada KOMPAS.com, ketika melakukan safari politik ke Pondok Pesantren

1 RMOL Banten Republik Merdeka, Sri Edi Swasono: Indonesia Krisis Konstitusi Dan Kepemimpinan, molbanten.com/read/2019/05/20/8493/Sri-Edi-Swasono:-Indonesia-Krisis- Konstitusi-Dan-Kepemimpinan- Diakses pada 15 Agustus 2019 pukul 15.56.

1 2

Miftahul Huda II yang berada di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Ciamis, Selasa (10/4/2018).2 Anis mengatakan: “Indonesia bisa menjadi kekuatan kelima di dunia. Ini momentum yang harus kita raih di gelombang ketiga sejarah Indonesia, yang mana Indonesia sudah mengalami dua gelombang sejarah sebelumnya. Gelombang pertama ialah menjadi Indonesia yang puncaknya jatuh pada hari sumpah pemuda 1928 dan hari kemerdekaan 1945. Pasca- 1945 Indonesia memasuki masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi, bisa disebut gelombang kedua, yaitu menjadi bangsa modern. Artinya membangun konstitusi dan institusi negara yang masyarakatnya maju, kita membangun sistem kolektif yang bernama demokrasi yang harusnya output-nya kesajahteraan”. Anis menilai, demokrasi dan kesejahteraan memang tercapai, namun sayangnya ada tendensi di periode ini untuk mengedepankan sekuriti yang berlebihan. "Apa yang kita capai terlalu sedikit padahal yang kita punya banyak itulah paradoks besarnya. Karena selama ini bangsa tidak punya arah dan leadership atau kata lain karena kita mengalami krisis kepemimpinan”. Jika disimak, krisis kepemimpinan bangsa Indonesia pada dasarnya berkaitan dengan ketidakpuasan dari pihak rakyat terhadap kinerja kepemimpinan para pemimpin. Sesuai dengan spirit reformasi dan sistem pemerintahan yang dianut, bangsa Indonesia menghendaki pemimpin yang lebih pro rakyat, egaliter, dan terbuka, yakni pemimpin yang demokratis. Bagaimana menangani krisis kepemimpinan? Dalam bahasa psikologi, kata krisis bisa menunjuk pada dua konotasi, positif dan negatif. Konotasi negatif menyatakan bahwa krisis berhubungan dengan keadaan gawat atau genting, yang artinya saat ini Indonesia tak memiliki pemimpin yang benar-benar dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dan mengecewakan rakyat.

2 KOMPAS.com, Anis Matta: Kita Mengalami Krisis Kepemimpinan, https://regional.kompas.com/read/2018/04/12/05584131/anis-matta-kita-mengalami-krisis- kepemimpinan. Diakses pada 15 Agustus 2019 pukul 20.51.

3

Berbagai anggapan di atas menunjukan bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang berusaha mencari (untuk menemukan) sosok pemimpin yang benar-benar bisa memimpin, dalam arti mampu melindungi rakyat dan membawa perubahan-perubahan yang lebih baik. Bila dicermati, kedua konotasi krisis tersebut sebenarnya mengarah pada keadaan yang sama, yakni “Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin sejati, pemimpin yang benar-benar bisa memimpin.” Seperti apakah pemimpin yang diinginkan oleh bangsa Indonesia? Sesuai dengan era yang sekarang ini diinginkan, era reformasi yang menghendaki kehidupan demokratis, maka pemimpin yang diinginkan adalah pemimpin yang demokratis, pemimpin yang egaliter, mengayomi, mendengarkan, dan berpihak pada rakyat, dan yang selalu membuat kebijakan yang populis. Sulitnya menemukan figur kepemimpinan efektif pada saat ini mengindikasikan adanya kebutuhan untuk menyiapkan atau mendidik calon-calon pemimpin masa depan. Dalam konteks ini lembaga pendidikan dipandang sebagai institusi yang paling baik untuk mempersiapkan dan mendidik calon-calon pemimpin masa depan. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu menangani keragaman secara efektif. Di sekolah setiap siswa berinteraksi dengan sejumlah siswa lain yang unik dan berbeda dengan dirinya. Demikian pula, lembaga pendidikan merupakan tempat yang paling baik untuk menyelenggarakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Siswa merupakan makhluk sosial yang memiliki tanggung jawab sebagai penerus generasi bangsa, yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut sebagai khilafah. Manusia merupakan makhluk terbaik yang diciptakan Allah di muka bumi ini. Keunggulan manusia diantara makhluk lainnya bahwa manusia memiliki akal untuk berpikir. Dengan akalnya tersebut, manusia dapat menciptakan sesuatu yang luar biasa, dan dengan akal yang dimilikinya itu pula, manusia diamanahi tanggungjawab yang besar yaitu

4

amanah sebagai khalifah untuk mengurusi bumi.3 Seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 30: ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َوإ ْذ قَ َال َربُّ َك للَْمََلئ َكة إ ّّن َجاع لٌ ِف ْاْلَْرض َخل َيفةً قَالُوا َأََتْعَلُ ف َيها َم ْن ي ُْفسُد ف َيها َويَ ْسف ُك ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ّالدَماءَ َوََنْ ُن نُ َسبّ ُ حِبَ ْمدَك َون َُقّد ُس لَ َك قَ َال إ ّّن ْأَعلَُم َما ََل تَ ْعلَُم َون Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah: 30)

Tugas mengurus bumi yang diberikan kepada manusia sebagai khilafah bukanlah tanggung jawab yang mudah, perlu ilmu pengetahuan luas, kearifan dan skill kepemimpinan yang baik. Dengan pendidikan yang baik manusia tidak akan melakukan kerusakan di muka bumi, tetapi akan melakukan perbaikan-perbaikan berupa amal shaleh untuk bangsa dan negara. Konsep pendidikan, lebih-lebih di zaman modern ini diakui sebagai kekuatan yang menentukan perubahan, prestasi, dan produktivitas seseorang. Seseorang tidak berfungsi apa-apa di dalam masyarakat tanpa melalui proses pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Di dalam masyarakat secara kesuluruhan dalam konteks negara bangsa di dunia seseorang harus mengalami proses pendidikan. Menurut Tilaar, pendidikan bertugas untuk mengembangkan kesadaran atas tanggung jawab setiap warga negara terhadap lingkungan masyarakatnya, negara dan terhadap umat manusia. Peningkatan rasa tanggung jawab tersebut memerlukan informasi yang cepat dan tepat serta kecerdasan yang memadai. Tingkat kecerdasan suatu bangsa yang rendah sukar untuk dapat meningkatkan tanggung jawabnya terhadap perbaikan

3Yesi Lisnawati dkk, Konsep Khalifah dalam Al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam, Tarbawi, Vol. 2, Nomor 1, 2015, h. 47 5

kehidupannya sendiri apalagi kehidupan global. Oleh karena itu, negara dituntut untuk adanya pendidikan berkualitas.4 Pendidikan merupakan suatu usaha pembinaan, bimbingan, pengajaran dan pembentukan mental serta kedisiplinan yang dilakukan secara sadar oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah yang berlangsung di lingkungan rumah, sekolah, dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat berperan secara aktif dalam berbagai lingkungan hidup dengan penuh kreatif, inovatif yang berwawasan ilmu pengetahuan, karena memang tujuan utama pendidikan yaitu mencerdaskan anak yang berbudi luhur dan bertaqwa kepada Allah SWT. yang nantinya dapat tercipta generasi muda yang handal dan professional dalam menghadapi berbagai macam keadaan. 5 Tugas pertama dan yang paling penting bagi manusia adalah untuk menghayati nilai yang terkandung dalam pendidikan. Pendidikan kini sedang dirancukan sebagai usaha-usaha untuk mendapatkan kesarjanaan yang bersifat verbal. Banyak orang membaca buku, namun pengetahuan teks book saja bukanlah pendidikan. Pendidikan tidaklah hanya berisi proses membaca, menulis dan mendengar. Gelar akademis yang dicapai tidaklah mencerminkan suatu prestasi yang sejati dari proses belajar. Gelar tidak menjamin seseorang menjadi terdidik. Menguasai isi dari tumpukan buku-buku tidaklah membuat seseorang terdidik. Pendidikan yang sejati harus meningkatkan kepedulian kepada orang lain dan hanyalah dengan cara ini maka orang tersebut dapat dinilai. Kita tidak dapat mengandalkan sistem pendidikan yang hanya terpaku pada pencapaian akademis. Bersamaan dengan itu, sistem pendidikan harus memajukan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan sejati harus menjadikan seseorang penuh belas kasih dan rasa kemanusiaan. Pendidikan mesti tidak membuat seseorang mementingkan dirinya sendiri

4 A. R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 9 h. 4-5. 5 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problem Remaja, (Jakarta : Kalam Mulia, 1999), h. 2. 6

dan berpandangan sempit. Simpati yang spontan dan penghargaan terhadap semua makhluk mesti mengalir dari hati seseorang yang telah benar-benar terdidik. Pengetahuan akademis saja sama sekali tidaklah memiliki nilai yang mulia. Ia mungkin akan membantu seseorang untuk mencari penghidupan. Namun pendidikan mesti melampaui kegiatan yang hanya mencakup pencarian penghasilan. Pandangan bahwa sesorang mengejar pendidikan adalah untuk mencari pekerjaan merupakan pandangan yang sempit. Sebaliknya, pendidikan haruslah mempersiapkan seseorang untuk bisa menempuh kehidupan dan bukan sekedar untuk mencari nafkah, namun untuk menempuh kehidupan yang baik. Semua pendidikan yang hanya memberikan pengetahuan duniawi dan mengembangkan kegiatan- kegiatan untuk memajukan intelek tanpa memajukan karakter adalah sia- sia.6 Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan interaksi dan kerja sama dengan orang lain. Dalam lingkungan sekolah, terjadi proses interaksi antara kepala sekolah, guru, pegawai, pengawas, komite sekolah serta murid. Semua proses interaksi berlangsung, karena dipengaruhi fungsi pengorganisasian, pembagian tugas, komunikasi, motivasi, kewenangan dan keteladanan.7 Yang dibutuhkan oleh dunia modern sekarang ialah pemimpin dari kalangan biasa dengan karakter luar biasa sehingga dapat diteladani dan menjadi inspirasi, bukan superhero yang tanpa cacat, bukan tokoh besar dengan wewenang penuh ditangannya, apalagi diktator yang merasa memiliki hak untuk berbuat apa saja. Pemimpin ialah manusia biasa, orang yang ada di sekitar kita, bukan yang duduk di singgasana megah nun jauh disana. Pemimpin itu hadir dan selalu menginjakkan kaki di tanah, karena

6 Teerakiat Jareonsettasin, Pendidikan Sathya Sai Filosofi dan Praktisnya, Jakarta: Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia, 2002, h. 2-3. 7 Wahyudin Nur Nasution, Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah, Jurnal Tarbiyah, Vol. 22, No. 1, Januari-Juni 2015, h. 66.

7

itu ia selalu peka dengan suara-suara yang muncul sebelum orang lain memahaminya.8 Oleh karena itu, remaja adalah generasi harapan bangsa yang memiliki potensi dan vitalitas serta semangat patriotis yang tinggi. Syekh Musthafa Al Ghalayani mengatakan : ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُشبَّ ُان الْيَ ْوم رَج ُال الْغَد إ َّ ن ِْف يَدُكْم ْأَمَ رْلَُّمة َ و ِْف إقَْدام ُكْم َحيَاتَ َه ا فَأَقَْدُمْوا إقَْد َ ام ْاْلَ َسد الْبَاسِل َوانْ َه ُضْوا ِ ِ ِ ِ ن ُُهْو َض َّالرَو َ اَي ََتْ َت ذَات َّالصََلصِل ب ُكُ م ْاْلَُّمة.

Artinya: “Pemuda masa kini adalah bakal pemimpin masa depan. Sesungguhnya pada tangan kekuasaanmu memecahkan problema masyarakat.Karena itu, maju teruslah kamu, bagaikan majunya seekor harimau yang gagah berani.Dan bangkitlah semangat juang bergemuruh dan gegap gempita, niscaya dengan karyamu itu masyarakat hidup sejahtera.”9 Setiap kita adalah pemimpin.Itulah ungkapan yang telah menjadi pengetahuan umum.Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW.

ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ َّ َحَّدث َنَا عَبُْ د َّاَّلل بْ ُن َم ْسلََمةَ عَ ْن َمالك عَ ْن عَْب د َّاَّلل بْ ِن دينَار عَ ْن عَْب د َّاَّلل بْ ِن عَُمَر َّأَن َرُس َ ول َّاَّلل َصل َّاَّللُ ِ َّ ُّ ُّ ِ ِِ ِ َِّ ِ عَلَيْه َو َسلَم قَ َ ال َأََل ُكل ُك ْم َرٍاع َوُكل ُكْم َم ْسئُ ٌول عَ ْن َرعيَّته فَ ْاْلَمريُ الذي َعل َ ِالنَّاس َرٍاع عَلَيْهْم َوُهَو َم ْسئُ ٌول ِ ِِ ِ ِ ِ ِِ ِ عَْن ُهْم َو َّالرُجلُ َرٍاع عَلَ ْأَهل ب َيْته َوُهَو َم ْسئُ ٌول عَْن ُهْم َوالَْمْرأَةُ َراعيَةٌ عَلَ ب َيْت ب َْعلَها َوَ ولَدِ َوه َ َم ْسئُولَةٌ ِ ِ ِِ ُّ ُّ ِ ِِ عَْن ُهْم َوالْعَبُْد َرٍاع عَلَ َمال َسيّدِ َوُهَو َم ْسئُ ٌول عَنْهُ فَ ُكل ُكْم َرٍاع َوُكل ُكْم َم ْسئُ ٌول عَ ْن َرعي َّته Artinya: “Ibn umar r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya.” (bukhari, muslim).

8 Cris Kuntadi, Excellent Leadership Rahasia Menjadi Pemimpin Sukses, Jakarta: Republika, 2017, h. 9. 9 Sahilun A. Nasir, loc, cit.

8

Pada dasarnya, hadits di atas berbicara tentang etika kepemimpinan dalam Islam. Dalam hadits ini dijelaskan bahwa etika paling pokok dalam kepemimpinan adalah tanggung jawab. Namun, apa arti ungkapan tersebut dan bagaimana konsekuensinya, belum tentu semua orang mengetahuinya. Konsep tentang pemimpin dan kepemimpinan boleh saja berubah dari masa ke masa, tapi intinya tetap sama, yaitu tanggung jawab. Ketika dikatakan bahwa setiap kita adalah pemimpin, itu berarti setiap kita memikul tanggung jawab. Pertama-tama adalah, kita bertanggung jawab kepada diri sendiri, lalu kita perluas lagi. Seorang kepala bertanggung jawab terhadap anak buahnya, seorang suami bertanggung jawab terhadap istrinya, seorang bapak dan ibu bertanggung jawab terhadap anak- anaknya. Demikian pula, seorang majikan bertanggung jawab terhadap pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab terhadap bawahannya, dan seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya.10 Seorang pemimpin tidak sama dengan seorang yang mengerjakan tugas tertentu. Lebih baik dikatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang mengemban amanah dan memikul tanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan pengertian seperti itu memang tidak mudah menjadi pemimpin, sebab amanah dan tanggung jawab sering kali tidak kasat mata, tidak nyata. Berbeda dengan seseorang yang hanya melaksanakan tugas tertentu yang langsung dapat dilihat hasilnya, serta dinilai baik buruknya. Para pemimpin besar bahkan seringkali tidak terlihat hasil kerjanya ketika mereka masih hidup. Setelah mereka wafat, dan terkadang sudah lama sekali wafatnya, berpuluh bahkan beratus tahun, baru generasi berikutnya dapat melihat hasilnya. Mereka adalah para pemimpin visioner yang tidak bekerja untuk zaman mereka sendiri melainkan mempersembahkan kehidupan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

10 Cris Kuntadi, op, cit., h. 1-2.

9

Pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal merupakan proses terus menerus yang harus dijalani oleh manusia untuk mencapai kondisi ideal sebagai pembelajar. Lembaga pendidikan juga sebagai kawah candradimuka bagi siswa juga harus terus memberikan pendidikan yang baik secara konsisten sesuai dengan kebutuhan para siswanya. Oleh karenanya, lembaga pendidikan seharusnya tidak hanya bertujuan membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat akademik belaka, tetapi juga bertanggung jawab untuk mempersiapkan pemimpin masa depan dengan cara yang terstruktur. Meskipun banyak orang dengan berbagai macam alasan ingin menjadi pemimpin, menjadi pemimpin yang efektif tidaklah mudah. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif seseorang perlu memiliki karakteristik kepribadian tertentu, misalnya memiliki bakat memimpin atau jujur dan bertanggung jawab juga terdapat sejumlah kompetensi sosial yang bisa dipelajari atau dibelajarkan. Sebagian kecakapan memimpin mungkin merupakan sifat bawaan, dan sebagian yang lain merupakan hasil belajar. Pandangan ini tidak jauh berbeda dengan konsep kepemimpinan Pancasila yang sama-sama kita pakai sebagai slogan pendidikan Indonesia dimana menekankan pemimpin sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Trilogi kepemimpinan Pancasila digambarkan sebagai berikut: Ing Ngarsa Sung Tuladha: Pemimpin harus mampu menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Sifat dan perilakunya harus dapat diteladani. Ing Madya Mangun Karsa: Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat orang-orang yang dibimbingnya di dalam berprestasi dan berkreasi.

10

Ing Wuri Handayani: Pemimpin harus mampu mendorong orang- orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.11 Secara keseluruhan, kemampuan menjadi pemimpin efektif merupakan fungsi dari kecakapan bawaan dan hasil belajar. Pembelajaran juga perlu dilakukan bukan hanya untuk membantu seseorang mempelajari keterampilan kepemimpinan, tetapi juga mengeksplorasi, mengasah, dan mengembangan bakat kepemimpinannya. Jadi pembelajaran merupakan kegiatan yang penting dalam proses mempersiapkan pemimpin masa depan.12 Kepemimpinan terdapat di segenap organisasi, dari tingkat yang paling kecil seperti keluarga, nasional, internasional, di manapun dan kapanpun juga. Melalui kegiatan-kegiatan dan juga organisasi di luar jam belajar sekolah, siswa dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, khususnya mengembangkan sikap kepemimpinan. Pada lingkungan sekitar banyak sekolah yang peduli akan hal ini dengan mengaktifkan kegiatan Intrakurikuler, Kokurikuler dan juga Ekstrakurikuler. Khususnya di MAN 4 Jakarta yang memiliki OSIS dan juga 43 ekstrakurikuler yang sangat aktif dan terdapat beberapa kategori, di antaranya: Bidang KeIslaman, Bahasa, Olahraga, Sains, Bela Diri, Seni, Jurnalistik, Kesehatan dan lain-lain. Pada hakikatnya semua kegiatan dalam organisasi siswa diharapkan dalam mengembangkan karakter, kecerdasan, keterampilan, dan kecakapan peserta didik, sehingga mereka dapat memaksimalkan semua kreatifitas yang ada dalam diri mereka, mampu memimpin diri dan teman di sekitarnya dengan aktifitas yang lebih kreatif, inovatif, edukatif, serta penuh rasa tanggung jawab.

11Ibid., h. 3-4. 12 Nanik Yuliati, Mempersiapkan Kepemimpinan Demokratis Masa Depan Melalui Program Pengembangan Kemampuan Perspective Taking Di Sekolah, Jurnal Psikologi: Teori dan Terapan, Vol. 3, No. 2, Februari 2013, h. 125-129. 11

Salah satu upaya untuk mewujudkan sikap kepemimpinan seperti di atas, salah satunya ialah melalui pendidikan kepemimpinan. Dimana siswa dapat melatih dan mengembangkan potensi dirinya meliputi kecerdasan, kewaspadaan terhadap kebutuhan orang lain, memahami tugasnya, memiliki inisiatif dan tekun dalam menghadapi masalah, keyakinan diri, dan keinginan untuk menerima tanggung jawab serta menduduki posisi dominasi dan kendali. Hal yang menyita perhatian penulis adalah melihat di lingkungan sekitar banyak sekali sekolah yang sangat mendukung siswa dalam mengembangkan sikap kepemimpinannya. Salah satunya yaitu MAN 4 Jakarta, madrasah yang bernaung dibawah Kementerian Agama Republik Indonesia. Keberhasilannya dalam mengembangkan potensi siswa melalui program pendidikan kepemimpinan yang dijalankan oleh bagian kesiswaan sekolah dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih organisasi yang disukai. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian lebih lanjut dan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Pendidikan Kepemimpinan Di MAN 4 Jakarta” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan guru dalam memberikan pembinaan, pembekalasan dan pengawasan dalam sikap kepemimpinan siswa. 2. Belum maksimalnya peran para pengurus OSIS/Ekskul dalam melaksanakan sebuah tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Kurangnya dukungan para orang tua siswa karena khawatir mengganggu kegiatan belajar para siswa yang menjadi pengurus. 4. Belum adanya kesadaran siswa bahwa aktif dalam berorganisasi dapat menumbuhkan sikap kepemimpinan.

12

C. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan memudahkan pokok persoalan agar tidak terlalu luas pembahaasannya, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut: 1. Pendidikan kepemimpinan yang dimaksud adalah pendidikan dan pembinaan yang dilakukan oleh guru/pembina dalam mengembangkan potensi siswa. 2. Kepemimpinan yang dimaksud adalah aktualisasi sikap siswa yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku fisik maupun psikis dalam sikap siap memimpin dan siap dipimpin, sikap disiplin, bertanggung jawab, dan sikap sosial dalam hubungan kerja sama. 3. Sikap dan perilaku siswa sebagai hasil dari pendidikan kepemimpinan, faktor pendukung dan penghambat serta jalan yang ditempuh untuk menyelesaikannya. 4. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa yang mengikuti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) tahun ajaran 2018-2019. 13

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah pada penulisan skripsi ini adalah “Bagaimana bentuk pelaksaan pendidikan kepemimpinan di MAN 4 Jakarta?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini diantaranya: 1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan OSIS dalam rangka pendidikan kepemimpinan siswa di MAN 4 Jakarta. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mengaktualisasikan sikap kepemimpinan siswa di MAN 4 Jakarta. 3. Untuk mengetahui fungsi OSIS dalam pelaksanaan pendidikan kepemimpinan siswa. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat: 1. Untuk pihak madrasah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dan informasi akan pentinya pembinaan sikap kepemimpinan siswa dan kegiatan OSIS. 2. Untuk segenap guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu perantara untuk meningkatkan kinerja dalam mendidik siswa bukan hanya dalam aspek kognitif, tetapi juga dalam hal mengembangkan sikap kepemimpinan siswa melalui kegiatan- kegiatan kesiswaan. 3. Untuk siswa, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk senantiasa menghidupkan secara aktif program kegiatan yang akan dilaksanakan, agar terbentuk sikap kepemimpinan. 4. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta wawasan ilmu pengetahuan dan

14

memberikan data-data untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya. 5. Untuk penulis, sebagai salat satu persyaratan mendapatkan gelar sarjana dalam jenjang pendidikan.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu pedagogi dan paedagoiek. Pedagogi berarti pendidikan, sedangkan paeda artinya ilmu pendidikan. Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah yang menyelidiki, merenung tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Istilah ini berasal dari kata Pedagogia (Yunani) yang berarti pergaulan dengan anak- anak. Sedangkan, yang sering menggunakan istilah paidagogos adalah seorang pelayan (bujang) pada zaman Yunani Kuno, yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Paidagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan paidagogos yang pada mulanya berarti pelayan, kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena, pengertian pai (dari paidagogos) berarti seorang yang tugasnya membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke arah mandiri dan bertanggung jawab.1 Dengan mengacu kepada definisi di atas maka pendidikan dapat diartikan sebagai proses edukatif berupa bimbingan atau arahan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak untuk membimbing perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Namun, ketika kita melihat definisi diatas, pendidikan nampak hanya ditekankan pada anak-anak, dan orang dewasa sebagai pembimbing, padahal prinsip belajar atau menuntut ilmu hendaknya dilakukan oleh manusia sejak ia dilahirkan sampai akhir hidupnya, karena itu penulis memahami bahwa pendidikan tidak ditentukan oleh

1 Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), h. 19.

15 16

faktor usia karenanya tidak menutup kemungkinan adanya peserta didik yang berumur dewasa bahkan tua dan pendidik lebih muda daripada peserta didiknya. Seperti yang dikemukakan oleh Prof. DR. M.J. Langeveld “Pendidikan itu ialah pemberian bimbingan atau bantuan rohani bagi yang masih memerlukan. Pendidikan itu terjadi melalui pengaruh dari seseorang yang telah dewasa kepada orang yang belum dewasa”.2 Dalam hal ini, Langeveld menegaskan bahwa tidak semua pengaruh yang datangnya dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa itu dapat disebut mendidik. Karena usaha membimbing haruslah dengan kesadaran dan dilaksanakan dengan sengaja. Oleh karena itu, Langeveld menggaris bawahi sifat dari pendidikan iala semua usaha, pengaruh, perlindungan, serta bantuan yang diberikan harus tertuju kepada kedewasaan anak didiknya. Menurut Ahmad D. Marimba, “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. 3 Dari definisi yang dikemukakan oleh Ahmad D. Marimba tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan adalah upaya-upaya yang bersifat membimbing dan mengarahkan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam kondisi sadar, untuk mengembangkan seluruh aspek peserta didik yang meliputi perkembangan jasmani yaitu pendidikan untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani serta kekuatan jiwa dan akal serta rohani yaitu pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang didasarkan atas agama. Dimana bimbingan tersebut dilakukan secara maksimal sehingga dapat mencapai tujuan yaitu

2 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 8 3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. IX h. 24

17

terbentuknya personalitas atau kepribadian yang utama pada peserta didik. Menurut W.J.S. Poerwadarminta, “Pendidikan berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.4 Dictionary Of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.5 Ki Hajar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan di Indonesia, mengatakan bahwa “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak) dan tubuh anak yang antara satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya”.6 Di Indonesia, menurut UU No. 20 Th. 2003 menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

4 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 13 5 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2013), h. 4 6 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. IX, h. 338 .

18

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”7 Pada kajian literatur berupa media cetak dan internet ditemukan banyak golongan memberi arti tentang pendidikan, diantaranya: Golongan pertama, pendidikan adalah proses belajar mengajar antara pengajar dan yang di ajar untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang diharapkan dan akan menjadi sebuah bekal untuk masa depannya. Golongan kedua, pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar di sekolah antara guru dan muridnya untuk mencerdaskan pada murid yang akan menjadi penerus bangsa. Golongan ketiga, pendidikan adalah proses pembelajaran secara langsung maupun tidak langsung antara seseorang maupun golongan yang dengan sengaja atau tidak disengaja melakukan kegiatan pembelajaran, baik di suatu ruangan maupun secara terbuka untuk menambahkan ilmu pengetahuan kepada seseorang yang belum paham akan pendidikan itu. Dari berbagai pengertian diatas, ungkapan dari golongan ketiga adalah ungkapan yang sangat kuat, oleh karena: a. Pendidikan dilakukan secara langsung maupun tak langsung b. Perseorangan atau golongan c. Di dalam ruangan maupun terbuka d. Untuk menambahkan wawasan kepada yang belum mengetahui akan wawasan itu.8

Oleh sebab itu, pengertian pendidikan bukanlah sekadar hanya dalam sekolah saja. Kita bermain juga termasuk belajar, karena tujuannya adalah untuk menambahkan wawasan.

7 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 4 8 Amos Neolaka, Grace Amialia A. Neolaka, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017, h. 12

19

Dalam pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan yaitu sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan tingkah laku juga potensi-potensi yang ada dalam diri manusia, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan sebagai tujuan untuk mendewasakan diri. Usaha-usaha yang dilakukan adalah dengan berlatih, karena sesungguhnya pendidikan adalah latihan, serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Karena itu, bagaimanapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. b. Tujuan Pendidikan

Pembahasan tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang penting, mengingat perjalanan setiap institusi yang memiliki visi yang jelas selalu dimulai dari tujuan (start from the end). Demikian pula pendidikan yang kini menjadi harapan mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik hendaknya selalu berangkat dari tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan yang akan dicapai sudah jelas, maka langkah selanjutnya dapat diteruskan dengan memikirkan perangkat-perangkat lain yang mendukung pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Menurut Langgulung tujuan pendidikan adalah tujuan hidup manusia itu sendiri, sebagaimana yang tersirat dalam peran dan kedudukannya sebagai khalifatullah dan „abdullah. Oleh karena itu, menurutnya, tugas pendidikan adalah memelihara kehidupan manusia agar dapat mengamban tugas dan kedudukan tersebut. Dengan demikian, tujuan pendidikan menurut Langgulung adalah membentuk

20

pribadi “khalifah” yang dilandasi dengan sikap ketundukan, kepatuhan, dan kepasrahan sebagaimana hamba Allah.9

Ahmad Tafsir menyatakan tiga tujuan pendidikan yaitu:

1) Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani danrohani, dan kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat, 2) Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat, tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, 3) Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.10

Selanjutnya, Abdurrahman Saleh Abdullah dalam buku Educational Theory a Qur‟anic Outlook, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Zayadi menyatakan bahwa tujuan pendidikan harus meliputi empat aspek, yaitu:

1) Tujuan jasmani (ahdaf al-jismiyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardh, melalui pendidikan kerterampilan fisik. Beliau berpijak pada pendapat Imam al- Nawawi yang menafsirkan al-Qawy sebagai kekuatan imam yang ditopang oleh kekuatan fisik. 2) Tujuan rohani dan agama (ahdaf al-ruhaniyah wa ahdaf al- diniyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya

9 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis Dan Pemikiran Para Tokoh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 10 10 Tatang, S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 62

21

kepada Allah semata, dan melaksanakan akhlak qurani yang diteladani oleh Nabi SAW sebagai perwujudan perilaku keagamaan. 3) Tujuan intelektual (ahdaf al-aqliyah). Bahwa proses pendidikan ditujukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia untuk menemukan kebenaran dan sebab- sebabnya, dengan menelaah ayat-ayat Nya (baik qauliyah dan kauniyah) yang membawa kepada perasaan keimanan kepada Allah. Tahapan pendidikan intelektual ini adalah : (a) pencapaian kebenaran ilmiah (ilmu al-yaqien); (b) pencapaian kebenaran empiris („ain al-yaqien); dan (c) pencapaian kebenaran kebenaran mataempiris, atau mungkin lebih tepatnya kebenaran filosofis (haqq al-yaqien). 4) Tujuan sosial (ahdaf al-ijtimayyah), bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka pembentukan kepribadian yang utuh. Pribadi disini tercermin sebagai al-nas yang hidup pada masyarakat yang plural.

Lebih lanjut Athiyah al-Ibrasy dalam buku Ruh al-Tarbiyyah wa al-Ta‟lim, menyatakan bahwa inti dari tujuan pendidikan adalah pendidikan akhlak. Tujuan tersebut berpijak pada sabda Nabi SAW:

ِم ِ ِ ِ ِ ِ إَّنَا بُعثْ ُ تِلَُتَّم َم َکارَ م ْاِلَ ْخََلق Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Baihaqi) Menurut Al-Ghazali dalam Fathiyah Hasan Sulaiman, tujuan pendidikan harus tercermin dari dua segi, yaitu: (1) Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarruban ila Allah); dan (2) insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

22

Ibnu Khaldun merusmuskan tujuan pendidikan dengan berpijak pada firman Allah sebagai berikut:

ِ ِ ِ ِ َواب ْتَ ِغ فيمَا َآَت َك ماَّللُ مالد َار ْاْلخ َرةَ ۖ َوََل ت َنْ َس نَصيبَ َك م َن ُّالدن ْيَا ۖ

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagian kamu dari kenikmatan duniawi” (QS. Al-Qashshas:77) Dari firman Allah tersebut, Ibnu Khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan terbagi atas dua macam, yaitu: (1) tujuan yang berorientasi ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah („abdullah), (2) tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.11

Tujuan pendidikan yang paling sederhana adalah “memanusiakan manusia”, atau “membantu manusia menjadi manusia”.

Menurut John Dewey, tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu means dan ends. Means merupakan tujuan yang berfungsi sebagai alat yang dapat mencapai ends. Means adalah tujuan “antara”, sedangkan ends adalah tujuan “akhir”. Dengan kedua kategori ini, tujuan pendidikan harus memiliki tiga kriteria, yaitu:

1) Tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi yang sudah ada, 2) Tujuan itu harus fleksibel, yang dapat disesuaikan dengan keadaan,

11 Heri Gunawan, Op, Cit., h. 11-12

23

3) Tujuan itu harus mewakili kebebasan aktifitas.12

Pada akhirnya, setiap tujuan harus mengandung nilai, yang dirumuskan melalui observasi, pilihan dan perencanaan, yang dilaksanakan dari waktu ke waktu. Apabila tujuan tidak mengandung nilai, bahkan dapat menghambat pikiran sehat peserta didik, itu dilarang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan yang paling sederhana adalah “memanusiakan manusia”, atau “membantu manusia menjadi manusia”. Dalam arti lain membantu manusia sejak manusia itu lahir sampai akhir hayatnya, baik itu pendidikan formal di sekolah dan perguruan tinggi, ataupun non formal yaitu di dalam keluarga dan di lingkungan masyarakat sekitarnya. Pendidikan juga bertujuan untuk menciptakan manusia yang berpikiran dewasa, yaitu menyangkut keimanan, ketakwaan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.

B. Kepemimpinan a. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata “pimpin” melahirkan kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing atau menuntun dan kata benda “pemimpin yaitu orang yang berfungsi memimpin atau orang yang membimbing atau menuntun. Sedangkan kepemimpinan yaitu kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan.13 Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi.

12 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistemologi Islam Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 86 13 Harbani Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 1

24

Dengan amat berat seolah-olah kepemimpinan dipaksa menghadapi berbagai macam faktor seperti: struktur atau tatanan, koalisi, kekuasaan, dan kondisi lingkungan organisasi. Sebaliknya, kepemimpinan rasanya dapat dengan mudah menjadi satu alat penyelesaian yang luar biasa terhadap persoalan apa saja yang sedang menimpa suatu organisasi. Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut: “Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan”.14 Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama (Peter G. Northouse).15 Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan- kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M. Stogdill). Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi (Sondang P. Siagian). Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan (Robert Dubbin). Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E. Fiedler).16

14 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011) cet. IV, h. 125 15 Peter G. Northouse, Kepemimpinan, Hak Cipta Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2013), h. 5 16 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, loc, cit.

25

Kepemimpinan adalah pemimpin membujuk pengikut untuk mencapai tujuan bersama (Burns). Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan bersama (Paul). Kepemimpinan adalah seni untuk membuujuk bawahan agar menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan (Koontz dan O‟Donnel). Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok untuk menentukan tujuan dan bagaimana bisa mencapainya (Tiedler). Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam situasi dan kondisi tertentu (Gibson). Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan (Robbins). Kepemimpinan merupakan proses pemimpin mempengaruhi pengikut untuk menginterpretasikan keadaan (lingkungan organisasi), pemilih tujuan organisasi, pengorganisasian kerja dan memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan organisasi mempertahankan kerjasama dan tim kerja, mengorganisasi dukungan dan kerjasama orang dari luar organisasi (Yukl). Menurut Yukl, sebagaimana yang dikutip oleh Husaini Usman beberapa definisi yang dianggap cukup mewakili selama seperempat abad adalah sebagai berikut : 1) Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas- aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal). 2) Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. 3) Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi.

26

4) Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi. 5) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. 6) Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. 7) Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberikan kontribusi yang efektif terhadap orde social, serta yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya.17

Purwanto berpendapat kepemimpinan sebagai tindakan atau perbuatan perseorangan dan kelompok yang menyebabkan banyak orang, seseorang, maupun kelompok maju kea rah tujuan-tujuan tertentu.

Hal senada juga dikemukakan oleh Ali, yang menyatakan kepemimpinan adalah suatu seni atau proses mempengaruhi kelompok orang sehingga mereka mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok.

Sedangkan Nawawi mengemukakan kepemimpinan adalah proses pengarahan, membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain.

Sementara itu Handayaningrat menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni untuk mengkoordinasikan dan memberikan

17 Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 273 .

27

dorongan terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.18

Menurut Suharsimi Arikunto, kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka dengan suka rela menyumbangkan kemampuannya secara maksimal demi pencapaian tujuan kelompok yang telah ditetapkan.19

Imam Machali, memberikan pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasihati, membina, emmbimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu) dengan maksud agar manusia sebagai bagian dari organisasi mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan dirinya sendiri maupun organisasi secara efektif dan efisien.20 Dari beberapa penjelasan tokoh mengenai definisi kepemimpinan, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan ialah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, memotivasi, mengkoordinir, melayani, serta melindungi individu lainnya dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Sebuah kepemimpinan di dalamnya juga terdapat pemimpin yang memberi pengaruh, ada orang yang dipimpin (anggota) yang menerima pengaruh, serta ada aktifitas, dimana kepemimpinan tersebut berlangsung. b. Fungsi Kepemimpinan Dalam kehidupan organisasi, fungsi kepemimpinan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Veithzal Rivai

18 Imam Gunawan, Djum Djum Noor Benty, Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar Praktik, (Bandung: Alfabeta, 2017, h. 542-543 19 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 183. 20 Imam Machali, Kepemimpinan Pendidikan Dan Pembangunan Karakter, (Yogyakarta: Pedagogia, 2012), h. 3

28

dalam bukunya “Kepemimpinan dan perilaku organisasi” mengemukakan bahwa : Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antarindividu di dalam situasi social suatu kelompok/organisasi. Dan dalam interaksi tersebut fungsi kepemimpinan mempunyai dua dimensi yaitu dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dan dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan.21 Kemudian masih menurut Veithzal Rivai berdasarkan kedua dimensi tersebut dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu : a. Fungsi Instruksi Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin seperti komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah. b. Fungsi Konsultasi Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi

21 Vethzal Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 34

29

yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. c. Fungsi Partisipasi Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam funsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. d. Fungsi Delegasi Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang- orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi. e. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.22

22 Ibid., h. 34-35

30

Kartini Kartono menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan ialah:

“memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi/ pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan”.23 c. Faktor-faktor Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam pendidikan memerlukan perhatian yang baik, karena melalui kepemimpinan yang baik akan lahir tenaga-tenaga yang berkualitas dalam berbagai bidang. Yang terpenting melalui pendidikan kita menyiapkan tenaga-tenaga yang berkualitas, tenaga yang siap pakai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik masyarakat industri maupun bidang kehidupan lainnya.

Proses kepemimpinan dapat terlaksana jika terjadi interaksi dua atau tiga orang atau lebih, maka disini terdapat faktor perilaku pengaruh dan yang memengaruhi dan siapa yang akan bisa jadi pemimpin. Ada beberapa faktor yang memengaruhi munculnya kepemimpinan yaitu: 1) Faktor Biologis Sampai saat ini masih ada orang beranggapan bahwa seorang pemimpintelah ditakdirkan menjadi pemimpin semenjak dilahirkan. Jika dilihat dari ilmu tauhid memang ada orang yang ditakdirkan Allah SWT untuk menjadi pemimpin semenjak lahir. Menurut Kartini, ada tiga teori yang menjadi sebab munculnya kepemimpinan yaitu:

23 Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan Apakah Pemimpin Abnormal Itu?, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. VII, h. 81

31

a. Teori genetis, yaitu pemimpin tidak dibuat akan tetapi dilahirkan jadi pemimpin oleh bakat-bakatnya yang luar biasa sejak lahir, dan dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga pasti akan menjadi pemimpin. b. Teori sosial, yaitu pemimpin-pemimpin itu harus disiapkan dan dibentuk tidak dilahirkan dan dibiarkan berkembang dengan sendirinya, dan setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha pennyiapan, pendidikan dan pelatihan secara intensional. c. Teori ekologis, yaitu sesorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat- bakat kepemimpinan dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan yang sesuai dengan tuntunan lingkungan ekologisnya. Soewarno Handayaningrat menyatakan bahwa bakat kepemimpinan itu telah ada sejak dilahirkan. Kepemimpinan tidak dapat dibentuk, tetapi dilahirkan. Paham ini menyatakan bahwa orang yang dilahirkan menjadi pemimpin mempunyai bakat yang terdapat dalam pribadi, mental dan fisiknya. 2) Faktor Sosial Ekonomi Didalam kehidupan di desa misalnya orang kaya sering dianggap sebagai orang terpandang dan dia dapat memengaruhi orang lain sehingga apa yang menjadi perintahnya sering dituruti, oleh karena itu orang yang kaya di desa biasanya menjadi pemimpin di desa itu. Dengan melirik faktor ekonomi ini seseorang yang menjadi pemimpin saat ini sangat mendasar, karena seorang telah mampu dengan ekonomi diharapkan tidak akan memprioritaskan perolehan ekonomi telebih dahulu dalam kepemimpinannya, tetapi produktivitas kerja yang diutamakan.

32

Sedangkan dalam sosial dapat dilihat ketika seorang dapat menjadi pemimpin dikarenakan dia seorang tokoh dalam bidang agama, karena dia dianggap serba tahu dalam bidang agama. Tokoh agama seperti Khomaini atau Wali Songo, merupakan contoh kepemimpinan yang timbul karena agama. 3) Faktor Kekuatan (Power) Seseorang dapat menjadi pemimpin dikarenakan ia paling kuat di antara sesamanya dalam suatu masyarakatnya sehingga apa saja yang dia mau diikuti oleh masyarakat tersebut. Kepemimpinan ini biasanya terjadi bagi pengikut yang rendah kematangan, kemampuan. Paul Harsey menyatakan, pengikut yang rendah kematangannya membutuhkan perilaku direktif yang kuat agar dapat produktif. Winardi menjelaskan dan mengklasifikasikan kekuatan yang berhubungan dengan kepemimpinan sebagai berikut: a. Kekuatan koersif (coersive power) karena adanya pengesahan (legitimate power). b. Kekuatan karena memiliki sesuatu keahlian (expert power). c. Kekuatan karena identifikasi dengan yang dikagumi (referent power). 4) Faktor Profesional Salah satu faktor yang sering menjadi pertimbangan dan harus diperhitungkan dalam kepemimpinan pada dewasa ini adalah faktor keahlian. Dari kelima faktor yang memngaruhi munculnya kepemimpinan maka yang paling penting adalah faktor profesional.24

24 Kompri, Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 57-60

33

d. Tipe-Tipe Kepemimpinan

Kepemimpinan seseorang dapat digolongkan ke dalam salah satu tipe dan mungkin setiap tipe memiliki berbagai macam gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan cara pemimpin dalam menggerakkan dan mengarahkan para bawahannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang terarah dalam mendukung pencapaian tujuan. 25Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka dalam ilmu kemimpinan saat ini, ada beberapa gaya kepemimpinan yang dikenal secara umum, yaitu:

1) Kepemimpinan Otokratis/Diktatorial (autocratic leadership) Pemimpin autokratik yaitu memusatkan kuasa dan pengambilan kepuasan bagi dirinya sendiri. Pemimpin berwenang penuh dan memikul tanggung jawab sepenuhnya. Manfaat dari pemimpin autokratik adalah bahwa gaya ini sering memuaskan pemimpin, memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat, memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten, dan menyediakan rasa aman dan keteraturan bagi para pegawai. Kelemahan gaya ini yang utama adalah bahwa orang-orang tidak menyukainya, terutama apabila mencapai suatu titik yang menimbulkan rasa takut dan keputusasaan. Pemimpin yang otokratis menganggap bahwa organisasi adalah miliknya sendiri, mendahulukan tujuan pribadi dari pada tujuan organisasinya. Pemimpin tipe ini tidak suka menerima kritik, saran, pendapat dan pengambilan keputusan dari orang-orang yang di dalam maupun luar

25 Toman Sony Tambunan, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h. 46- 54

34

organisasi. Dengan adanya pemimpin yang otoriter dalam suatu organisasi, maka tujuan untuk mensejahterakan karyawan dan memberikan kenyamanan bagi karyawan tidaklah mungkin dapat terjadi. Tipe pemimpin otoriter bukan tipe pemimpin yang ideal dan efektif bagi kelangsungan hidup organisasi ataupun negara. Jadi, pemimpin autokratik merupakan pemimpin yang berorientasi pada kepentingan dan kekuasaan dari pemimpin itu sendiri. 2) Kepemimpinan Militeristis (militerisme leadership) Kepemimpinan ini banyak dijumpai pada organisasi- organisasi militer atau organisasi sistem komando. Sifat-sifat yang dimiliki pemimpin militeristis adalah pemberian perintah dalam menggerakkan para bawahannya; bangga (bahkan timbul rasa angkuh) akan pangkat, jabatan serta kekuasaan yang dimiliknya; mengkaitkan kekuasaan dalam mengambil tindakan yang menggerakkan bawahannya; memandang para bawahannya merupakan sesuatu yang paling rendah dan tidak ada apa-apanya; suka kepada formalitas yang berlebihan dan upacara-upacara resmi untuk berbagai kegiatan; memiliki rasa solidaritas kepada kelompok/ komunitasnya. Pemimpin ini sering melimpahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada pejabat yang dibawahnya atau kepada para bawahannya. Dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin militeristis dapat melibatkan para bawahannya hanya pada situasi tertentu, namun keputusan-keputusan yang bersifat strategis atau penting hanya melibatkan para pejabat yang setingkat (sama level) atau setingkat lebih tinggi dari pemimpin tersebut. Pemimpin tipe ini terlalu menjaga wibawa dan jabatannya, sehingga pemimpin ini ingin selalu dihormati dan

35

disegani oleh para bawahannya, yang mengakibatkan kekakuan dan kurangnya komunikasi dengan para bawahannya.26 3) Kepemimpinan Paternalistik (paternalistic leadership) Pemimpin ini menganggap bahwa melalui peran kepemimpinannya akan memberikan harapan kepada para pengikutnya, dimana pemimpin tersebut diharapkan menjadi “bapak” bagi para pengikutnya, sehingga pemimpin tersebut menjadi tempat untuk memperoleh nasihat/ petunjuk dan memberikan kepeduliaan terhadap kebutuhan para pengikutnya. Pemimpin paternalistic lebih mngutamakan kepentingan bersama, sehingga semua bawahannya akan diperhatikan secara merata dan diperlakukan seadil mungkin. Pemimpin dalam berhubungan dengan para bawahannya bersifat informal, dimana tidak memiliki batasan tertentu antara pemimpin dan bawahannya. Hubungan yang bersifat informal ini dilandasi oleh pandangan bahwa para bawahannya belum dewasa, maka para bawahannya tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan memberikan pendapat. Para bawahannya juga tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan kreatifitasnya. Para bawahan yang memiliki ketergantungan dan harapan yang tinggi terhadap pemimpinnya, maka pemimpin itu sendiri akan merasa lebih tahu akan segala sesuatunya. Kepemimpinan paternalistik lebih menonjolkan keberadaan dari pemimpin itu sendiri sebagai pelindung, pengayom, penasehat, pengajar, atau pembimbing bagi para bawahannya. Pemimpin ini terpilih karena para pengikutnya menilai pemimpin tersebut adalah orang yang di-tua-kan, dihormati, diangkat berdasarkan golongan/ kasta, dan / atau berdasarkan kerturunan dari seorang pemimpin suku, sehingga

26 Ibid.,

36

tongkat estafet kepemimpinannya dilanjutkan oleh keluarganya. 4) Kepepemimpinan Partisipatif (participatice leadership) Pemimpin partisipatif yaitu pemimpin yang mendesentralisasi wewenang. Pemimpin dan kelompok bertindak sebagai suatu unit sosial. Inti dari kepemipinan partisipatif adalah kepemimpinan yang berusaha untuk melibatkan, mengikutsertakan, memberdayakan semua anggota organisasi di dalam mendukung peran dan tanggung jawab seorang pemimpin. Pemimpin partisipatif beranggapan bahwa dia bisa sukses dalam memimpin, bila melibatkan dan di dukung oleh para anggota atau pengikutnya. Oleh karenanya, pemimpin yang partisipatif akan terus melibatkan para anggotanya untuk bekerja bersama-sama dengan pemimpin tersebut.27 5) Kepemimpinan (Laissez faire) Gaya kepemimpinan ini umumnya memberi kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai. Pemimpin yang Laissez Faire beranggapan bahwa kehidupan organisasi akan berjalan dengan sendirinya melalui peran, tugas dan tanggung jawab para anggota organisasi. Pemimpin tidak selalu memberi perintah yang sedetailnya kepada bawahannya, sebab bawahannya dianggap sudah dewasa dan mampu menjalankan tugasnya sesuai tuntutan, tujuan dan sasaran organisasi. Nilai hubungan antara atasan dan bawahan yang selalu dianut pemimpin Laissez Faire adalah nilai yang didasarkan kepada saling mempercayai. Dengan nilai ini membuat pemimpin yang Laissez Faire beranggapan bahwa anggotanya akan selalu taat kepada peraturan-peraturan organisasi,

27 Ibid.,

37

bawahan tidak perlu diawasi seketat mungkin dalam kesehariannya bekerja, dan memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja (tim kerja yang solid). Pemimpin yang Laissez Faire juga kurang dalam menyusun struktur dan mengevaluasi tugas para bawahannya. Pemimpin ini lebih merasa nyaman dalam hal pendelegasian wewenang kepada bawahannya, pengambilan keputusan diserahkan kepada karyawan yang dianggap lebih mampu dan dipercayainya, serta tindakan untuk inovatif akan tugas-tugas diserahkan kepada para bawahan. Bila berpegangan dengan nilai dan prinsip organisasi, maka pemimpin yang Laissez Faire dianggap pemimpin yang kurang efektif dan kurang bertanggung jawab atas perannya sebagai pemimpin. Pemimpin Laissez Faire tidak bisa dikatakan pemimpin yang ideal dan efektif bagi suatu organisasi ataupun negara, sebab akan menyebabkan pemimpin yang bersifat “permisif dan pasif” yaitu pemimpin yang membiarkan para anggota organisasi boleh saja bekerja dan bertindak mengambil keputusan sesuai dengan kemampuan, keyakinan dan kemauan dalam pekerjaan mereka, serta membiarkan organisasi berjalan sendirinya tanpa banyak berperan aktif dalam menjalankan organisasi. Yang terpenting bagi pemimpin tersebut adalah pekerjaan bisa selesai sesuai standar kualitas dan waktu yang telah ditentukan, tujuan dan sasaran organisasi dapat tercapai, serta kepentingan bersama dapat terjaga dengan baik.28 6) Kepemimpinan Bebas Kendali (Free-rein leadership) Pemimpin bebas kendali yaitu pemimpin yang menghindari kuasa dan tanggung jawab. Pemimpin yang menghindari kuasa dan tanggung jawab. Pemimpin sebagian besar bergantung pada kelompok untuk menetapkan tujuan dan

28 Ibid.,

38

menanggulangi masalahnya sendiri. Anggota kelompok melatih dan menyediakan motivasi bagi diri mereka sendiri. Pemimpin hanya memainkan peran kecil, serta hanya memikirkan terlebih dulu akan kebutuhannya sendiri. Jenis kepemimpinan seperti ini kurang efektif di dalam menjalankan organisasi yang menghadapi persaingan. 7) Kepemimpinan Karismatis (charismatic leadership) Pemimpin yang berkarisma memiliki daya tarik yang tinggi, sehingga pemimpin tersebut memperoleh pengikut yang jumlahnya cukup banyak. Daya tarik tersebut tidak dapat diukur dari sudut apapun, baik itu dari segi kemapanan, fisik tubuh, usia yang matang, pengetahuan atau apapun yang bisa dinilai dari pemimpin. Griffin mengartikan kharisma adalah bentuk daya tarik interpersonal yang mengilhami dukungan dan penerimaan. Pemimpin yang karismatis cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi, keyakinan-keyakinan dan cita- cita yang kuat, serta kebutuhan yang kuat untuk mempengaruhi orang lain. Pemimpin yang karismatis masih tergolong pemimpin yang belum semua dimiliki oleh pemimpin-pemimpin yang ada, bahkan jumlahnya masih tergolong sedikit. Namun, kehadiran seorang pemimpin yang karismatis masih didambakan oleh semua pihak yang ingin bekerja, mengabdi dan berkarya bagi mereka. Pemimpin yang karismatis dapat menjadi pemimpin yang ideal dan efektif, bila pemimpin tersebut juga memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis dan partisipatif.29 8) Pemimpin Demokratis (democratic leadership)

29 Ibid.,

39

Pemimpin bergaya demokartis menggambarkan pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk mealtih karyawan. Tipe pemimpin demokratis beranggapan bahwa manusia adalah makhluk sempurna dan termulia di dunia, sehingga para anggota organisasi perlu ditempatkan sebagai aset sumber daya organisasi yang harus diperhatikan, dijaga, diberdayakan, disejahterakan, dilindungi serta diangkat harkat dan martabatnya.

Pemimpin demokratis akan menjalankan tugas, peran dan tanggung jawabnya dengan baik sebagai pemimpin. Pemimpin demokratis akan meyusun struktur, hirarki dan jenjang karir yang jelas bagi para anggota organisasinya. Disamping itu, pemimpin akan membangun fasilitas, sarana dan prasarana yang baik guna mendukung, pelaksanaan pekerjaan. Rencana, visi, misi, tujuan, sasaran, ketentuan- ketentuan, dan nilai-nilai organisasi di susun dan disampaikan dengan baik oleh pemimpin untuk memudahkan dalam menjalani kehidupan organisasi.30

C. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) a. Pengertian OSIS Setiap sekolah berkewajiban membentuk organisasi siswa yang diberi nama Organisasi Siswa Intra Sekolah yang disingkat OSIS. Wahjosumidjo mengatakan bahwa: “OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah untuk mencapai atau sebagai salah satu jalur tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. OSIS bersifat intra sekolah, artinya OSIS

30 Ibid.,

40

sebagai organisasi pada suatusekolah tidak ada hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain, dan tidak menjadi organisasi lain yangberada di luar sekolah”. Oleh karena OSIS merupakan satu-satunya organisasi intra sekolah, maka setiap siswa otomatis menjadi anggota OSIS dari sekolah yang bersangkutan. Keanggotaannya secara otomatis berakhir dengan keluarnya siswa dari sekolah yang bersangkutan. Untuk menegakkan OSIS sebagai satu-satunya organisasi intra sekolah, dibentuklah yang disebut perangkat OSIS, yang terdiri dari Pembina OSIS, perwakilan kelas dan pengurus OSIS. Pembina OSIS terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah karena jabatannya bertindak selaku ketua dan wakil ketua pembina. Sedang para guru secara bergantian setiap tahun pelajaran menjadi anggota pembina OSIS.31 Dalam Wikipedia, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) adalah suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menangah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS di urus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru dan dipilih oleh pihak sekolah. Anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat OSIS itu berada. Seluruh anggota OSIS berhk untuk memilih calonnya untuk kemudian menjadi pengurus OSIS.32 Dalam upaya mengenal, memahami dan mengelola Organisasi Intra Sekolah (OSIS) perlu penjelasan mengenai pengertian dan peranan tentang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Dengan

31 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik Dan Permasalahannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 244-245 32 Wikipedia, Organisasi Siswa Intra Sekolah, 2019, (https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Siswa_Intra_Sekolah) 7 sept 10. 46.

41

pengertian dan peranan yang jelas akan membantu para Pembina, pengurus dan perwakilan kelas untuk mendayagunakan OSIS ini sesuai dengan fungsinya. Pengertian OSIS, meliputi: a. Secara Semantis Di dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/0/1992 disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS. OSIS adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah. Masing-masing kata mempunyai pengertian: 1) Organisasi Organisasi merupakan tempat atau wadah bagi sekumpulan orang yang secara bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan bersama.33 2) Siswa Siswa atau peserta didik yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.34 3) Intra Intra adalah berarti terletak didalam dan diantara. Sehingga OSIS berarti suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan. Sesuai dengan apa yang diutarakan wahjosumidjo bahwa OSIS bersifat Intra sekolah artinya OSIS sebagai organisasi pada suatu sekolah tidak ada hubungan dengan organisatoris dengan sekolah lain.35 4) Sekolah Sekolah adalah perangkat/ institusi masyarakat yang ditata dan dikelola secara formal, mengikuti haluan yang

33 Toman Sony Tambunan, op, cit., h. 134 34 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 17 35 Wahjosumidjo, op, cit., h. 244

42

past yang tercermin di dalam filsafat dan tujuan, penjenjangan, kurikulum, pengadministrasian dan pengelolaannya.36 b. Secara Organisasi OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah di sekolah. Oleh karena itu setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian / alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah. c. Secara Fungsional Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan khususnya di bidang pembinaan kesiswaan arti yang terkandung lebih jauh dalam pengertian OSIS adalah sebagai salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan, di samping ketiga jalur yang lain yaitu : Latihan Kepemimpinan, Ekstrakurikuler dan Wawasan Wiyatamandala. d. Secara Sistematik Apabila OSIS dipandang suatu sistem, berarti OSIS sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini OSIS dipandang sebagai sistem, dimana sekumpulan para siswa mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan. Oleh karena OSIS sebagai suatu sistem ditandai beberapa ciri pokok: 1) berorientasi pada tujuan 2) memiliki susunan kehidupan kelompok 3) memiliki sejumlah peranan 4) terkoordinasi

36 Alisuf Sabri, op, cit., h. 27

43

5) berkelanjutan dalam waktu tertentu.37

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa secara sistematis OSIS merupakan: Kelompok kerja sama antara pribadi, yang pesertanya adalah siswa pada satuan pendidikan sesuai jenjangnya, yang terletak di dalam dan di antara lingkungan sekolah, yang tugasnya berkesinambungan guna mencapai tujuan bersama. Sedangkan secara organisasi pengertian OSIS itu sendiri merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan, dan merupakan salah satu sistem yang berfungsi sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.38

b. Latar Belakang Berdirinya OSIS

Tujuan nasional Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dan secara operasional diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pembangunan Nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan bangsa Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari Pembangunan Nasional. Di dalam garis-garis besar haluan Negara ditetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti,

37 Wikipedia, Organisasi Siswa Intra Sekolah, 2019, (https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Siswa_Intra_Sekolah) diakses pada 7 september 2019 pukul 11. 22 38 Ibid., Wikipedia.

44

memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama- sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Garis-garis Besar Haluan Negara juga menegaskan bahwa generasi muda yang di dalamnya termasuk para siswa adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945. Mengingat tujuan pendidikan dan pembinaan generasi muda yang ditetapkan baik di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 maupun di dalam garis-garis besar Haluan Negara amat luas lingkupnya, maka diperlukan sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang merupakan jalur pendidikan formal yang sangat penting dan strategis bagi upaya mewujudkan tujuan tersebut, baik melalui proses belajar mengajar maupun melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.39 c. Tujuan OSIS OSIS merupakan salah satu sarana untuk melaksanakan pembinaan kesiswaan. Tujuan pembinaan kesiswaan ini tercantum dalam Pasal 1 Permendiknas RI Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan yaitu bertujuan untuk: a. mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kreatifitas; b. memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; c. mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat;

39 Ibid., Wikipedia.

45

d. menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society).

Menurut Wahjosumidjo, pembinaan kesiswaan adalah untuk:

a. mengusahakan agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional; b. meningkatkan peran serta inisiatif para siswa untuk menjaga dan membina sekolah sebagai wiyatamandala, sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh yang bertentangan dengan kebudayaan nasional; c. menumbuhkan daya tangkap pada diri siswa terhadap pengaruh negatif yang datang dari luar maupun dari dalam lingkungan sekolah; d. memantapkan kegiatan ekstrakurikuler dalam menunjang pencapaian kurikulum; e. meningkatkan apresiasi dan penghayatan seni; f. menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara; g. meneruskan dan mengembangkan jiwa semangat serta nilai- nilai 45; h. menigkatkan kesegaran jasmani dan rohani.40 Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari OSIS adalah untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal agar terwujudnya kepribadian dan sikap yang baik sebagai pelajar menumbuhkan daya tangkap pada diri siswa terhadap pengaruh negatif yang datang dari luar maupun dari dalam lingkungan sekolah dan menjaga ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan.

40 Wahjosumidjo, op, cit., h. 242-243.

46

d. Struktur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Organisasi ini bersifat intra sekolah dan menjadi satu-satunya wadah yang menampung dan menyalurkan kreativitas baik melalui kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler yang menunjang kurikulum, tidak menjadi bagian dari organisasi lain di luar sekolah. Pada dasarnya setiap OSIS di satu sekolah memiliki struktur organisasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, biasanya struktur keorganisasian dalam OSIS terdiri atas: a. Seorang ketua dan dua orang wakil ketua b. Seorang sekretaris dan dua orang wakil sekretaris c. Seorang bendahara dan seorang wakil bendahara d. Delapan orang ketua seksi yaitu: 1) Seksi ketakwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa 2) Seksi kehidupan berbangsa dan bernegara 3) Seksi pendidikan dan pendahuluan bela negara 4) Seksi kepribadian dan budi pekerti luhur 5) Seksi organisasi pendidikan politik dan kepemimpinan 6) Seksi kesegaran jasmani dan daya kreasi 7) Seksi persepsi, apresiasi dan kreasi seni

Dan biasanya dalam struktur kepengurusan OSIS memiliki beberapa pengurus yang bertugas khusus mengkoordinasikan masing- masing kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

Adapun rincian tugas pengurus OSIS dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Pengurus harian Majelis Permusyawaratan Kelas, terdiri dari: 1) Ketua Majelis 2) Wakil Ketua Majelis 3) Sekretaris Majelis b. Ketua, Tugas:

47

1) Memimpin organisasi dengan baik dan bijaksana; 2) Mengkoordinasikan semua aparat kepengurusan; 3) Menetapkan kebijaksanaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan oleh aparat kepengurusan; 4) Memimpin rapat; 5) Menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat; 6) Setiap saat mengevaluasi kegiatan aparat kepengurusan c. Wakil Ketua, tugas: 1) Bersama-sama ketua menetapkan kebijaksanaan 2) Memberikan saran kepada ketua dalam rangka mengambil keputusan 3) Menggantikan ketua jika berhalangan 4) Membantu ketua dalam melaksanakan tugasnya 5) Bertanggung jawab kepada ketua 6) Wakil ketua bersama dengan wakil sekretaris mengkoordinasikan seksi-seksi d. Sekretaris, tugas: 1) Memberikan saran kepada ketua dalam rangka mengambil keputusan 2) Mendampingi ketua dalam memimpin setiap rapat 3) Menyiarkan, mendistribusikan dan menyimpan surat serta arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan 4) Menyiapkan laporan, surat, hasil rapat dan evaluasi kegiatan 5) Bersama ketua menandatangani setiap surat 6) Bertanggung jawab atas tertib administrasi organisasi 7) Bertindak sebagai notulis dalam rapat, atau diserahkan kepada wakil sekretaris. e. Wakil Sekretaris, tugas: 1) Aktif membantu pelaksanaan tugas sekretaris

48

2) Menggantikan sekretaris jika sekretaris berhalangan 3) Wakil sekretaris membantu wakil ketua mengkoordinir seksi-seksi f. Bendahara dan Wakil Bendahara, tugas: 1) Bertanggung jawab dan mengetahui segala pemasukan pengeluaran uang/biaya yang diperlukan 2) Membuat tanda bukti kuitansi setiap pemasukan pengeluaran uang untu pertanggung jawaban 3) Bertanggung jawab atas inventaris dan perbendaharaan 4) Menyampaikan laporan keuangan secara berkala g. Ketua Seksi, tugas: 1) Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan seksi yang menjadi tanggung jawabnya 2) Melaksanakan kegiatan seksi yang diprogramkan 3) Memimpin rapat seksi 4) Menetapkan kebijaksanaan seksi dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat 5) Menyampaikan laporan, pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan seksi kepada Ketua melalui Koordinator.41

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Sejauh ini beberapa penelitian yang membahas tentang kepemimpinan telah banyak yang dilakukan. Namun masing-masing penelitian tersebut memiliki fokus yang berbeda-beda. Adapun beberapa penelitian yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan judul yang diambil peneliti yang dijadikan telaah atau rujukan antara lain: Skripsi yang ditulis Nisa Nur Paula yang berjudul “Pengaruh Organisasi Siswa Intra Sekolah Terhadap Pembentukan Akhlak siswa studi kasus di MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan”. Skripsi ini membahas tentang pengaruh kegiatan OSIS dalam pembentukan akhlak

41 Wikipedia, op, cit.

49

siswa. Persamaan dari penelitian adalah sama-sama membahas tentang kegiatan OSIS dan dampaknya bagi siswa. Adapun perbedaannya adalah, skripsi ini lebih membahas tentang pengaruh OSIS terhadap pembentukan akhlak siswa. Sedangkan penelitian ini lebih membahas tentang bagaimana sekolah membina sikap kepemimpinan siswa melalui kegiatan OSIS yang ada di sekolah tersebut.42

42 Nisa Nur Paula, Pengaruh Organisasi Siswa Intra Sekolah Terhadap Pembentukan Akhlak siswa studi kasus di MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN 4 Jakarta, terletak di Jl. Ciputat Raya RT. 005 RW. 08 Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, Prov. DKI Jakarta. Adapun proses penelitian ini dilakukan pada peserta didik yang menjadi pengurus OSIS tahun ajaran 2019/2020. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2019 sampai selesainya skripsi ini. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji pendidikan kepemimpinan pada OSIS MAN 4 Jakarta adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari fenomena tersebut.1 Menurut Nazir metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Oleh Suharsimi Arikunto, ditegaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan.2 Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan langsung di lapangan dan

1 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 47 2 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 186

50 51

yang bersifat deskriptif kualitatif yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan fenomena sosial atau suatu peristiwa. C. Prosedur Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data merupakan tata cara atau langkah- langkah peneliti untuk mendapatkan data penelitian, peneliti harus menggunakan teknik dan prosedur pengumpulan data yang sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan partisipasi maupun non partisipasi. Partisipasi berarti peneliti juga turut serta dalam kegiatan yang sedang diteliti, sedangkan non partisipasi berarti peneliti hanya meneliti kegiatan tersebut, tanpa ikut serta sebagai pelaku kegiatan.3 Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi non-partisipan yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Dalam observasi jenis ini peneliti melihat atau mendengarkan pada situasi sosial tertentu tanpa partisipasi aktif di dalamnya. Dengan demikian peneliti akan lebih leluasa mengamati sikap dan tingkah laku yang terjadi, peneliti akan mengamati kegiatan-kegiatan OSIS, keadaan lingkungan sekolah dan juga sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberlangsungan kegiatan OSIS.

3 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 87

52

Tabel 3.1: Kisi-Kisi Observasi

Objek No. Indikator Pengamatan 1. 1 Kemampuan berkomunikasi pengurus OSIS dengan siswa lainnya 1.2 Peran OSIS sebagai ujung tombak penegak kedisiplinan 1.3 Prestasi akademik pengurus OSIS di sekolah 1.4 Peran OSIS dalam memberikan contoh yang baik kepada siswa lainnya. 1. Pengurus Osis 1.5 Tanggung jawab ssebagai pengurus OSIS 1.6 Aktif bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu. 1.7 Mampu mengatasi masalah internal dan eksternal OSIS 1.8 Saling bekerja sama antar pengurus dan memiliki tingkat solidaritas yang tinggi 2.1 Peran pembina OSIS dalam 2. Pembina OSIS membimbing, mengarahkan dan memotivasi pengurus OSIS 3.1 Peran Waka Kesiswaan sebagai Wakil Kepala 3. perwakilan dari sekolah yang mengawasi Kesiswaan seluruh kegiatan siswa. 4.1 Fasilitas yang diberikan kepada pengurus OSIS 4. Sekolah 4.2. Dukungan sekolah terhadap kegiatan OSIS

2. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimic responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.4 Menurut lexy J. Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

4 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia, 2010), h. 119

53

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.5 Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara tak terstruktur. Wawancara ini digunakan karena pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab secara bebas oleh responden tanpa terikat pada pola-pola tertentu.6 Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifat- sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan.7 Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai beberapa narasumber diantaranya: wakil kepada madrasah bidang kesiswaan, pembina OSIS, serta siswa yang menjadi pengurus OSIS. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan hasil data yang diperlukan. Agar peneliti lebih terarah, maka peneliti membuat kisi-kisi untuk dijadikan acuan dalam wawancara. Berikut kisi-kisi wawancara dalam penelitian ini:

Tabel 3.2: Kisi-Kisi Wawancara

No. Indikator Responden 1.1 Wakil Kepala madrasah Pendidikan, arahan, pembinaan, 1. bidang kesiswaan, serta motivasi guru kepada OSIS 1.2 Pembina OSIS. Program madrasah dalam rangka 2.1 Wakil Kepala madrasah 2. pendidikan kepemimpinan bidang kesiswaan. siswa. Bentuk kegiatan-kegiatan OSIS 3.1 Pengurus OSIS. 3. serta manfaatnya.

5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 186 6 W. Gulo, op, cit., h. 121 7 Lexy J. Moleong, op, cit., h. 191

54

4.1 Wakil Kepala madrasah bidang kesiswaan. Fasilitas madrasah dalam 4. 4.2 Pembina OSIS menunjang kegiatan siswa 4.3 Pengurus OSIS

Prestasi akademik pengurus 5.1 Pembina OSIS 5. OSIS 5.2 Pengurus OSIS 6.1. Wakil Kepala madrasah Fungsi OSIS dan kepemimpinan bidang kesiswaan. 6. di madrasah 6.2 Pembina OSIS 6.3 Pengurus OSIS 7.1 Wakil Kepala madrasah bidang kesiswaan. 7. Faktor kepemimpinan OSIS 7.2 Pembina OSIS 7.3 Pengurus OSIS 7.1 Wakil Kepala madrasah Faktor pendukung dan bidang kesiswaan. 8. penghambat berjalannya 7.2 Pembina OSIS kegiatan OSIS 7.3 Pengurus OSIS 8.1 Wakil Kepala madrasah Evaluasi dan harapan bidang kesiswaan. 9. kedepannya dalam pendidikan 8.2 Pembina OSIS kepemimpinan di madrasah 8.3 Pengurus OSIS

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto,

55

gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.8

Tujuan dari penggunaan metode ini adalah untuk memudahkan memperoleh data secara tertulis maupun tidak tertulis dengan kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan dan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan kepemimpinan di MAN 4 Jakarta. Metode ini digunakan dalam upaya melengkapi dan mengecek kesesuaian data yang berkaitan dengan penelitian, seperti dokumen-dokumen sekolah, kegiatan-kegiatan OSIS, foto-foto kegiatan dan lain-lain.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Dokumentasi

No. Indikator 1. madrasah 2. Sejarah singkat madrasah 3. Visi dan misi sekolah 4. Sarana dan kebijakan mutu madrasah 5. Kepala MAN 4 Jakarta dari masa ke masa 6. Pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa. 7. Mutan kurikulum 8. Ekstrakurikuler 9. Kegiatan OSIS di madrasah

D. Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan uji kredibilatas. Uji kredibilitas ini digunakan untuk membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Teknik yang digunakan diantaranya adalah :

8 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatfi, dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2015, h. 329

56

1. Triangulasi Data

Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, teknik, dan waktu.

2. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya diperoleh data melalui wawancara, lalu dicek melalui observasi atau dokumentasi. Bila menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lainnya. Hal itu dilakukan untuk memastikan data mana yang benar. Atau mungkin semuanya benar

karena sudut pandang yang berbeda. 3. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibiltas data dengan mengecek data yang sudah diperoleh melalui beberapa sumber. Apabila mendapatkan data dari tiga sumber yang berbeda, maka tidak dapat diratakan seperti penelitian kuantitaif, tetapi dideskripsikan, dispesifikan, mana pandangan yang berbeda, mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis peneliti dan menhasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan

dengan sumber data tersebut.

4. Triangulasi Waktu

Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan wawancara pada pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka menguji kredibelitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara atau obervasi kembali di waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji

57

menghasilkan data yang berbeda, maka lakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya.9

E. Teknik Analisis Data Analisis Data Kualitatif menurut Bogdan & Biklen sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.10 Peneliti mengikuti konsep Miles dan Huberman (1984), dalam penelitian yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.11 1. Reduksi Data (Data Reduction) Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk informasi yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Penulis mereduksi data dengan memfokuskan pada hal yang penting, dan membuat kategori berdasarkan macam atau jenisnya dan membuang data yang tidak diperlukan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data. 2. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

9 Ibid., h. 374 10 Lexy J. Moleong, Op.Cit., h. 248 11 Sugiyono, Op.Cit., h. 246

58

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.12 Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya yaitu mendisplay data. Dalam langkah ini dilakukan penyajian dengan memisahkan pola yang berbeda sesuai jenis dan macamnya sehingga strukturnya mudah dipahami. 3. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing/Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti- bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.13

12 Ibid., h. 249 13 Ibid., h. 252 BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada OSIS MAN 4 Jakarta, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan kepemimpinan di MAN 4 Jakarta sudah sangat efektif yang dilihat dari berbagai macam faktor, fungsi dan juga tipe kepemimpinan yang diterapkan sesuai dengan teori-teori kepemimpinan yang ada. Dengan adanya berbagai macam program OSIS, dapat melatih dan mendidik sikap kepemimpinan siswa. Dalam program-program tersebut, siswa sangat berperan aktif dalam melaksanakan sebuah kegiatan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Pengurus OSIS menjadi tolak ukur dalam penegakkan kedisiplinan siswa, mereka sadar bahwa dirinya merupakan contoh sehingga selalu berada di barisan terdepan dalam penegakkan tata tertib dan peraturan sekolah. Hal inilah yang membuat pengurus OSIS harus memiliki sikap kepemimpinan yang baik, mereka harus menjadi contoh bagi siswa lain yang bukan pengurus OSIS. Keterlibatan para pengurus OSIS dalam setiap kegiatan sekolah dapat menumbuhkan sikap kepemimpinan bagi para siswa, karena mereka diajarkan tentang sebuah kerja sama dalam satuan organisasi yang harus kompak dan mengerti satu sama lainnya. Berbagai kegiatan OSIS pun memiliki dampak positif dalam upaya mengembangkan sikap kepemipinan pengurus OSIS, pengurus OSIS lebih disiplin dalam menaati peraturan, memiliki sikap siap memimpin dan dipimpin. Diawali dengan kegiatan LDKS, sebagai upaya pelatihan awal kepada calon pengurus OSIS agar dapat memiliki sikap kepemimpinan dan berkelanjutan dalam kegiatan raker dan seterusnya. Dalam kesehariannya, sekolah juga berperan besar untuk terus melatih dan menumbuhkan sikap kepemimpinan siswa, berbagai macam fasilitas dan

104 105

kemudahan diberikan sekolah untuk menunjang program kerja OSIS MAN 4 Jakarta, hal inilah yang membuat pelaksanaan pendidikan kepemimpinan siswa dapat berjalan dengan baik dan efektif melalui kegiatan-kegiatan OSIS yang ada di MAN 4 Jakarta. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasinya adalah antara lain: 1. Penerapan pendidikan kepemimpinan siswa di seluruh sekolah dalam rangka menjaga siswa dari pengaruh negatif dunia luar. 2. Menyadarkan kembali siswa yang tidak mengikuti organisasi apapun di madrasah. 3. Menyiapkan diri untuk menghadapi setiap tantangan zaman melalui pikiran terbuka dan out of the box. C. Saran 1. Bagi Madrasah Disarankan untuk mempertahankan penyediaan fasilitas yang telah diberikan kepada OSIS. Memenuhi segala kebutuhan siswa dan memberikan solusi jika OSIS mengalami kesulitan. Mendukung proses pendidikan kepemimpinan di madrasah. 2. Bagi Guru Disarankan untuk terus memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan pengawasan terhadap OSIS, tidak hanya pembina OSIS dan Waka kesiswaan, tetapi berlaku untuk semua guru di MAN 4 Jakarta 3. Bagi Siswa Kesadaran dari siswa untuk terus belajar dan berlatih, aktif dalam kegiatan dalam kelas maupun di luar kelas dan menyadari bahwa pentingnya memiliki sikap kepemimpinan untuk menjalani kehidupan. 106

DAFTAR PUSTAKA

Lisnawati, Yesi, dkk, Konsep Khalifah dalam Al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam, Jurnal Tarbawi, Vol. 2, Nomor 1, 2015 Tilaar, A. R, Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, Cet. 9, 2008. Nasir, Sahilun A, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problem Remaja, Jakarta : Kalam Mulia, 1999 Teerakiat Jareonsettasin, Pendidikan Sathya Sai Filosofi dan Praktisnya, Jakarta: Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia, 2002. Wahyudin Nur Nasution, Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah, Jurnal Tarbiyah, Vol. 22, No. 1, Januari-Juni 2015. Kuntadi, Cris, Excellent Leadership Rahasia Menjadi Pemimpin Sukses, Jakarta: Republika, 2017. RMOL Banten Republik Merdeka, Sri Edi Swasono: Indonesia Krisis Konstitusi Dan Kepemimpinan, molbanten.com/read/2019/05/20/8493/Sri-Edi- Swasono:-Indonesia-Krisis-Konstitusi-Dan-Kepemimpinan- Diakses pada 15 Agustus 2019 pukul 15.56. KOMPAS.com, Anis Matta: Kita Mengalami Krisis Kepemimpinan, https://regional.kompas.com/read/2018/04/12/05584131/anis-matta-kita- mengalami-krisis-kepemimpinan. Diakses pada 15 Agustus 2019 pukul 20.51. Yuliati, Nanik, Mempersiapkan Kepemimpinan Demokratis Masa Depan Melalui Program Pengembangan Kemampuan Perspective Taking Di Sekolah, Jurnal Psikologi: Teori dan Terapan, Vol. 3, No. 2, Februari 2013. Sabri, M. Alisuf , Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. IX, 2010. S, Tatang, Ilmu Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2013. 107

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. IX, 2004. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Neolaka, Amos dan Neolaka, Grace Amialia A, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup, Depok: Kencana, 2017 Gunawan, Heri, Pendidikan Islam Kajian Teoritis Dan Pemikiran Para Tokoh, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014. Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistemologi Islam Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016. Pasolong, Harbani, Kepemimpinan Birokrasi, Bandung: Alfabeta, 2008. Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, cet. IV, 2011 Northouse, Peter G, Kepemimpinan, Hak Cipta Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2013. Usman, Husaini, Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Imam Gunawan, Imam, dan Noor Benty, Djum Djum, Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar Praktik, Bandung: Alfabeta, 2017 Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta: Rajawali Pers, 1990 Machali, Imam, Kepemimpinan Pendidikan Dan Pembangunan Karakter, Yogyakarta: Pedagogia, 2012. Rivai, Vethcal, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003 Kartono, Kartini, Pemimpin Dan Kepemimpinan Apakah Pemimpin Abnormal Itu?, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. VII, 1994. Kompri, Manajemen Sekolah Orientasi Kemandirian Kepala Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

108

Toman Sony Tambunan, Pemimpin dan Kepemimpinan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik Dan Permasalahannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Wikipedia, Organisasi Siswa Intra Sekolah, 2019, (https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Siswa_Intra_Sekolah) diaskes pada 7 September pukul 10. 46 Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Skripsi Paula, Nisa Nur, Pengaruh Organisasi Siswa Intra Sekolah Terhadap Pembentukan Akhlak siswa studi kasus di MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, Jakarta: Kencana, 2014 Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016. Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2016. Gulo, W, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia, 2010 Lexy J. Moleong, Metoddologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2016. Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatfi, dan R&D, Bandung:Alfabeta, 2015. Murhakim, dkk. Panduan Akademik Peserta Didik MAN 4 Jakarta Tahun Pelajaran 2018-2019. https://man4jkt.kemenag.go.id/2018/12/24/visi-madrasah/ diakses pada tanggal 2 Desember 2019 pukul 17.06 WIB https://man4jkt.kemenag.go.id/category/profil/ diakses pada tanggal 2 Desember 2019 pukul 17.06 WIB Wawancara dengan Ibu Lisnur Azizah adalah Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan MAN 4 Jakarta, Rabu, 27 November 2019 di ruang Madrasah Development Center MAN 4 Jakarta.

109

Wawancara dengan Ibu Zuhrotunnisa adalah Pembina OSIS MAN 4 Jakarta, Rabu, 27 November 2019 di ruang Pembina OSIS MAN 4 Jakarta. Wawancara dengan Alfayed Baihaqi, Aulia Yumna Zarifah, Galuh Aura Dianty, adalah Ketua Osis, Wakil Ketua OSIS, Sekretaris OSIS MAN 4 Jakarta, Kamis, 14 November 2019 di ruang MGMP MAN 4 Jakarta.

110

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Pada saat kegiatan MAN 4 Award

Pada saat kegiatan lomba memasak antar kelas

Pada saat kultum sesudah sholat berjama‟ah oleh pengurus OSIS

111

Pada saat kegiatan Apresiasi Seni dalam rangka peringatan Hari Guru

Ruang Kerja OSIS 112

Lampiran 2

Dokumentasi Wawancara

113

Wawancara dengan Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Umum OSIS

Wawancara dengan Pembina OSIS

114

Wawancara dengan Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan

115

Lampiran 3

Hasil Wawancara 1

Informan : Lisnur Azizah, M. Pd

Jabatan : Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan

Waktu : Rabu, 27 November 2019

Tempat : Ruang Madrasah Development Center (MDC) Lt. 1

Pertanyaan Jawaban 1. Apa latar belakang, tujuan dan Menurut PP No. 226 tahun 1992, Setiap fungsi dibentuknya OSIS di madrasah ketika sudah berdiri ada madrasah ini? organisasi siswa yaitu OSI. Jadi ketika man 4 berdiri, otomatis akan terbentuk organisasi2 salah satunya OSIS. Tujuannya untuk apa? Yaitu untuk memberikan aspirasi untuk siswa, karena tidak semua aspirasi itu dapat ditangani oleh guru. Jadi untuk memudahkan koordinasi dan memfasilitasi, maka dibentuklah OSIS, serta merupakan program pembelajaran untuk siswa yang tidak diterima di mata pelajaran apapun. Juga sangat membantu untuk jalannya kehidupan di madrasah.

2. Bagaimanakah sikap dan peran ibu Saya cukup terbantu dengan pembina dalam mendidik sikap osis, karena sebelumnya juga saya kepemimpinan siswa selaku waka menjadi pembina osis jadi mungkin bid. Kesiswaan? linier ketika di kesiswaan, jadi tau

116

kebutuhannya, serta peran apa saja yang harus dilakukan. Jadi, sebagai waka kesiswaan itu akan mengarahkan siswa khususnya OSIS, karena sebelumnya punya pengalaman di pembina osis bahwa yang harus jadi pimpinan atau ketua osis itu yang seperti apa, apa saja yang harus mereka butuhkan, bagaimana me-manage waktu antara organisasi dan proses pembelajaran, itu merupakan tugas waka kesiswaan untuk berkomunikasi langsung dengan orang tua, karena orang tua kebanyakan menitipkan anaknya di madrasah itu adalah untuk akademik sedangkan untuk intrakurikulernya diantaranya osis itu adalah sebagai sampingan. Dengan intrakurikuler yang menghabiskan waktu terkadang tujuan memasukkan anaknya ke sekolah itu menjadi bias, ini merupakan tugas saya sebagai waka kesiswaan untuk memberikan pandangan dan arahan bahwa proses pembelajaran itu tidak hanya dalam kelas, tetapi juga dalam berorganisasi, sehingga mereka bisa bersosialisasi dan bisa survive ketika di lapangan nanti. 3. Bagaimana peran madrasah dalam Ketika dari siswa mengajukan program memberikan pendidikan kegiatan, kami menjadi fasilitator ketika kepemimpinan pada siswa? anak-anak yang mempunyai mimpi dan keinginan bagaimana caranya agar

117

dapat terwujud, maka itu kami fasilitasi. Jika mereka kesulitan, kami akan membatu mencarikan solusi. Kalau berkenaan dengan materi atau kurangnya dana itu kami mencarikan solusi sehingga kegiatan-kegiatan yang terkendala karena tidak adanya dana itu adalah tugas madrasah melalui ibu sebagai waka kesiswaan. Mereka kami biarkan mandiri terlebih dahulu dengan konsep sendiri, mencari dana sendiri, nanti sesudah mereka melakukan hasil pekerjaan sampai melaporkan hasil pertanggungjawaban atau lpj, ketika lpj sudah sesuai maka kita akan mencarikan pengganti untuk dana yang sudah dikeluarkan. Mudah-mudahan itu dapat menjadikan siswa bukan merasa kecewa, tetapi membangkitkan bentuk semangat mereka. 4. Apakah osis dan ekskul memiliki Ya, jadi disini ada beberapa bidang pembina masing-masing? kegiatan yang diarahkan sesuai dengan passion nya. Diantaranya seni, olahraga, keagamaan, dll. Ini untuk memfasilitasi anak-anak yang ikut ekskul di bidang akademik, tetapi dia mempunyai keinginan untuk ikut kegiatan di bidang seni. Jadi misalnya dia ikut OSN, tapi dia suka nari. Nah difasilitasi dari sekolah program pembelajaran seperti tadi.

118

5. Bagaimana pola pendidikan yang Memang kami memberikan dilaksanakan pihak madrasah dalam kepercayaan kepada pengurus, tetapi di membina sikap kepemimpinan bawah pengawasan kami. Bagaimana siswa? pola kepemimpinannya? Mereka dididik untuk rekrutmen. Rekrutmen itu dengan mengisi formulir, mempersilahkan siswa siapapun yang berminat untuk mengikuti osis, dan tahapan-tahapan yang dilalui mereka misalnya, dari LDKS, mereka harus melaksanakan tugas, mereka harus menjalankan aturan-aturan dan mereka mempunyai komitmen bahwa sebagai osis itu memiliki motto sebagai pelopor dan penggerak. Itu benar-benar harus menjadi contoh. Ketika mereka melanggar aturan tersebut, punishment yang mereka terima akan lebih berat secara hukum sosial, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak ikut osis. 6. Apakah madrasah menyediakan Ya, kami berikan kepada osis yaitu sarana/fasilitas yang cukup kepada ruang sekretariat, kertas, ATK, wifi, OSIS dalam menjalankan program- tinta printer, serta bangunan dan programnya? fasilitas lain milik sekolah boleh digunakan oleh siapapun termasuk osis dan ekskul. 7. Apa saja faktor-faktor yang Karakter itu beda-beda ya, setiap anak menghambat program madrasah itu tidak sama, itu merupakan tantangan. dalam pembinaan kepemimpinan Ada yang kita coba untuk bina, kita

119

siswa? coba untuk arahkan, tetapi karena karakter mereka itu mungkin dipengaruhi oleh lingkungan dirumah, lingkungan sosial, menjadikan mereka merasa bahwa itu bukan dunia saya, sehingga ketika itu sudah menjadi persepsi mereka dan mereka menganggap itu lebih benar, itu merupakan salah satu hambatan. Tetapi itu tidak banyak, lebih banyaknya mereka itu kritis, walaupun terkadang kritisnya mereka itu terkesan menggurui itu ada, tapi kalau ibu menganggap itu wajar. Karena dengan begitu mereka mencoba mengungkapkan sesuatu yang menurut mereka itu logis dengan argumen-argumen yang mereka temukan. 8. Apa saja faktor-faktor yang Faktor yang mendukung diantaranya, mendukung program madrasah memberikan kesempatan untuk dalam pembinaan kepemimpinan berbicara di muka umum, memberikan siswa? kesempatan mereka untuk ikut ajang- ajang yang menjadi tolak ukur bahwa mereka itu adalah pemimpinan yang terbaik dalam artian dengan kriteria tertentu, yang ketiga memberikan kesempatan mereka untuk berkomunikasi dengan lembaga, departemen, yang menjadi rekan kita, misalnya jika ada pak menteri kita fasilitasi mereka untuk menjadi yang

120

penyambut, kemudian berkomunikasi, bisa melakukan wawancara, atau misalnya gubernur. Dengan mengizinkan kegiatan-kegiatan tersebut itu adalah salah satu bentuk dukungan kita. 9. Pada organisasi siswa apa saja ibu Semuanya, siswa yang ikut organisasi melihat kepemimpinan siswa bisa di itu akan berbeda pola pikirnya, gali? eksistensinya, leadership nya itu akan berbeda dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti organisasi. Mau osis, mau mpk, maupun ekskul. Kenapa? Di luar sana ketika mendapat informasi atau laporan-laporan itu yang dalam notabene nya maju dalam kepemimpinannya adalah yang rata-rata dulunya ikut kegiatan, walaupun misalnya ada anak madrasah khusus man 4, kemudian tidak mengikuti kegiatan di madrasah, kemudian di luar nanti bisa eksis itu persentase nya sangat kecil. Satu diantara seribu ibarat katanya seperti itu. Tapi kebanyakan mau ekskul apa saja, mau itu rohis, mau itu fmika, mau itu qira‟at, pasti kepercayaan dirinya berbeda dibandingkan dengan yang datang, duduk, pulang. Ibu dapat informasi itu banyak sekali anak man 4 yang jadi anggota dprd, manager ini, ketua ini, itu banyak sekali. Jadi mudah-mudahan 121

sampai nanti tidak memberikan kesan bahwa efek yang mengikuti organisasi itu malu-maluin itu tidak ada. 10. Apakah siswa MAN 4 Jakarta Alhamdulillah sudah, rata-rata siswa khususnya OSIS sudah disiplin ? disini datang tepat waktu, ke masjid tepat waktu. Paling ada satu atau dua anak yang telat. Karena kita pakai punishment. Bertahap, 3x telat ke wali kelas peringatan secara lisan. 4-5 kali peringatan secara tertulis. Jika masih begitu juga, maka akan di skors. Dan itu tidak banyak. Karena merasa malu, ya mereka sadar untuk tidak telat. 11. Apakah ibu mewajibkan kepada Ibu bilang seperti ini: kamu selama siswa untuk mengikuti osis dan disekolah ini jangan menjadi manusia ekskul? penikmat sejarah, masih mending kalau pengamat bisa memberikan kritik. Jadilah pelaku sejarah! Jangankan untuk ikut ekskul, ikut osis. Kalau kamu jadi petugas upacara saja, semua orang memperhatikan. Yang di belakang pasti “siapa nih yang baca ini?” “siapa nih yang mengibarkan bendera?” pasti kanseperti itu. Apalagi kalau kamu ikut ekskul, ikut osis. Secara khidmat ketika pelantikan nama kita disebut ketika upacara, pasti kita merasakan bangga, dan bagaimana dengan teman-teman yang lain? Pasti ada dalam benak mereka, “kok saya tidak disitu?”.

122

Memang ada sih yang cuek “ah itu tidak penting”, tetapi kesannya untuk kita agar dikenang kan beda, dibandingkan dengan anak “unik” tadi, tidak ada suatu kebanggaan yang diceritakan ke anak keturunan kan. “oh dulu bapak suka cabut” tidak jadi kebanggan itu. Kalaupun diceritakan kan tidak mungkin anak bilang “wah hebat bapak”. Tapi beda ceritanya kalau “ibu, ayah dulu menjadi pengurus osis ketika sekolah” kan dapat memotivasi anaknya. 12. Apa harapan ibu ke depannya untuk Harapan ibu untuk osis itu mereka harus OSIS di madrasah ini? mencoba out of the box, tidak terkunci dengan tradisi, karena kalau tradisi itu dipertahankan, itu dianggap paling benar. Ketika tidak mau keluar dari tradisi, mereka tidak berkembang. Itu yang bu lisnur harapkan, jadi mereka walaupun berat tradisi itu ditinggalkan itu menjadi salah satu tolak ukur kemajuan, dan kemajuan itu ketika mereka membuka cakrawala. Kalau mereka merasa terkungkung di sekolah saja, seperti katak dalam tempurung, merasa besar di dalam, ternyata diluar banyak yang lebih. Apalagi untuk menghadapi era 4.0 ini dituntut untuk lebih modern , tidak lagi berpikir saya tuh senior, saya itu „paling‟ di sekolah

123

karena saya itu di osis. Tidak, tapi harus bersikap terbuka.

124

Hasil Wawancara 2

Informan : Zuhrotunnisa, M. A

Jabatan : Pembina OSIS

Waktu : Rabu, 27 November 2019

Tempat : Ruang Pembina OSIS

Pertanyaan Jawaban 1. Sudah berapa lamakah ibu menjadi Baru 1,5 tahun, sebelumnya dibina oleh pembina osis? bu Lisnur 2. Sudah sejauh mana madrasah ini Melalui kegiatan ldks, untuk dalam memberikan pendidikan membentuk mental siswa terlebih kepemimpinan kepada siswanya? dahulu, kita juga sebagai guru2 memberikan motivasi2 kepada siswanya, untuk dana pun sekolah memberikannya. 3. Apakah madrasah selalu mendukung Ya, selalu setiap organisasi di madrasah ini? baik itu osis maupun ekskul? 4. Bagaimana tugas dan tanggung Sangat menyenangkan, karena bisa jawab ibu sebagai pembina osis di dekat dengan anak-anak, dan pengurus madrasah ini? osis itu kan bukan hanya pengurus osis nya saja ya, tetapi seluruh siswa merupakan anggota osis di madrasah ini. 5. Apakah osis disini sudah berjalan Alhamdulillah sudah sekali, dari ketua sesuai dengan fungsi dan tujuannya? sampai ke seksi-seksi nya, sangat bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya, baik itu tugas internal mereka sendiri, maupun tugas

125

dari sekolah, misalnya seksi keagamaan, mereka pagi-pagi sekali sudah di masjid untuk mengatur kegiatan sholat dhuha dan hafalan, seksi 2 tentang bela negara, jadi ketika upacara membantu petugas upacara dan membantu merapikan barisan. 6. Apakah ada kriteria khusus untuk Nilai akademiknya dilihat atau raport, menjadi pengurus osis? ranking, paling sedikit harus hafiz 3 juz, tes BTQ, wawancara, pengalaman sebelumnya, yang diseleksi langsung oleh guru-guru, tidak boleh berpacaran. 7. Upaya apa yang ibu lakukan untuk Harus memberikan tanggung jawab, pengembangan osis sebagai wadah harus menomor satukan akhlak, jadi pembentukan karakter siswa? mau sepintar apapun suatu kepemimpinan itu, kalau akhlak nya tidak bagus atau jelek, maka kedepannya tidak akan berhasil, jadi yang paling pertama dan utama itu akhlaknya, memberikan motivasi untuk siswa untuk mengembangkan dirinya dalam mengikuti apapun, ada workshop, ataupun lomba-lomba, apalagi ekskul ya, saya selalu memotivasi agar ekskul nya berprestasi, setiap tahun kan ada man 4 award, disitu diberikan prestasi2 penilaian ekskul terbaik, osis terbaik, mpk terbaik, murid berprestasi, murid terdisiplin dll. Jadi dapat menjadi

126

motivasi juga dengan adanya reward. 8. Apa target-target umum yang ibu Harus lebih bertanggung jawab, ber canangkan untuk osis & akhlakul karimah, minimal harus hafal pengurusnya? paling sedikit 3-5 juz, waktu awal ldks itu di tes dulu hafalannya, supaya seimbang tidak hanya pintar di umum tetapi di agama juga, apalagi osis sekarang banyak dari anak-anak olimpiade. 9. Apakah setiap kegiatan sekolah Ya, karena kan setiap kegiatan itu melibatkan seluruh pengurus osis? untuk siswa, jadi melibatkan siswa juga, contohnya PHBI, PHBN, upacara, dan lain-lain. 10. Apakah semua kegiatan osis hanya Ada kegiatan yang khusus untuk melibatkan pengurus saja tanpa pengurus osis, ada yang memberikan melibatkan siswa lain? kesempatan kepada siswa lain mengikuti kepanitiaan melalui proses rekrutmen. 11. Apakah setiap kegiatan osis Ya, sangat positif. memberikan dampak positif terhadap sikap kepemimpinan siswa? 12. Apakah terdapat perbedaan terhadap Banyak, yang menjadi pengurus akan tingkah laku siswa yang menjadi lebih bertanggung jawab, dan dia lebih pengurus OSIS dan yang bukan menjaga image, karena sebagai contoh pengurus OSIS dalam sikap untuk yang lain, jangan sampai telat, kepemimpinannya? jangan sampai pakaiannya melanggar, ulangan pun jangan sampai nilainya kecil. 13. Bagaimana hubungan interaksi Hubungannya sangat baik-baik, tidak

127

siswa yang menjadi pengurus OSIS ada yang nakal, karena ketika proses dengan siswa lain? seleksi jika akhlaknya kurang bagus tidak akan dipilih. 14. Adakah kendala-kendala dalam Tidak banyak, ada beberapa guru yang pelaksanaan kegiatan-kegiatan OSIS khawatir akan mengganggu nilai siswa. di dalam dan di luar madrasah? 15. Menurut ibu, bagaimana sikap dan Bagus, pas, agamis, bersahabat dengan gaya kepemimpinan ketua osis teman-temannya. disini? 16. Apakah sejauh ini kepengurusan Sudah sangat efektif, sangat membantu osis sudah efektif? sekolah dalam prestasi akademik maupun non akademik. 17. Apakah ada faktor-faktor Materi atau dana, waktu yang penghambat dalam pelaksanaan ditentukan suka berubah-ubah karena kegiatan-kegiatan osis? Apa saja? harus menyesuaikan dengan jadwal sekolah. 18. Apa sajakah faktor pendukung Guru, pengurus osis, siswa semuanya, dalam pelaksanaan kegiatan- karena memiliki sikap tanggung jawab kegiatan osis? Apa saja? dalam dirinya. 19. Apa sajakah evaluasi dalam Kita harus mandiri, tidak boleh pendidikan kepemimpinan mengharapkan apa-apa dari sekolah, madrasah saat ini? pembiasaan kesehariannya jangan sampai ada yang melanggar. 20. Apa harapan ibu ke depannya untuk Mudah-mudahan lebih baik lagi, lebih lembaga OSIS di madrasah ini? berprestasi, banyak membantu man4, dan dibutuhkan oleh man 4, lebih bertanggung jawab lagi, osis juga sebagai contoh harus taat dan patuh pada aturan dan tata tertib yang berlaku, karena osis itu merupakan

128

anak-anak piihan.

129

Hasil Wawancara 3

Informan : Alfayed Baihaqi, Aulia Yumna Zarifah, Galuh Aura Dianty

Jabatan : Ketua OSIS, Wakil Ketua 1, Sekretaris Umum

Waktu : Rabu, 27 November 2019

Tempat : Ruang Tamu MAN 4 Jakarta

Pertanyaan Jawaban 1. Menurut kalian, seberapa pentingkah Menurut saya, OSIS itu sangat penting keberadaan OSIS di madrasah ini? untuk ada di sekolah, karena sebagai wadah untuk teman-teman latihan berorganisasi, selain itu juga, OSIS punya peran untuk bantu sekolah dalam kegiatan apapun, baik dalam kegiatan kesiswaan maupun tidak. Justru membuat kegiatan-kegiatan di sekolah lebih bermanfaat lagi bagi siswanya. Kita juga di OSIS ini bukan belajar akademik, jadi benar-benar pelajaran untuk persiapan di kehidupan aku nantinya seperti apa, ibaratnya aku belajar soft skills nya disini dan itu tuh penting tapi kita tuh kadang tidak sadar, makannya sekolah itu ngadain kegiatan-kegiatan seperti ini untuk melatih jiwa kepemimpinan kita, bukan hanya dalam akademik saja. 2. Bagaimana proses pemilihan OSIS di Untuk pemilihan anggota OSIS disini madrasah ini? melalui LDKS, LDKS itu sekitar 3 bulan. Disitu kita dilatih soft skills,

130

latihan kepemimpinan juga, sikap, attitude nya diperbaiki selama LDKS. Supaya kedepannya ketika sudah menjadi pengurus OSIS sudah siap. Kurang lebih 150 orang yang mendaftar menjadi pengurus OSIS, tetapi disini ada seleksi alam selama 3 bulan itu siapa yang bertahan dalam setiap prosesnya dia yang akan terpilih. 3. Bagaimana proses pemilihan Untuk pemilihan ketua OSIS, pertama kandidat ketua OSIS? dipilih dari pengurus OSIS lama dan sekolah. Dilihat dari kognitif, dari nilai- nilai yang terbaik, dari sikapnya juga, karena sebenarnya kan pemimpin tidak hanya bagus dalam pribadi saja, tetapi juga dari sikap sosial nya pun harus bagus. 4. Siapa saja yang ikut LDKS? LDKS itu terpisah antara LDKS OSIS dan Ekskul, tetapi 2 tahun terakhir ini kita barengin di LDKS puncak nya. 5. Ketika menjabat sebagai pengurus Rancangan kerja, class meeting, OSIS, program kerja apa saja yang perpisahan OSIS mpk yang lama dan sampai saat ini telah anda jalankan? baru, man 4 award atau penghargaan untuk semua civitas man 4, hari kartini dan hari bumi, kegiatan islami, matsama, LDKS ekskul, LDKS OSIS, bofman 4, maulid nabi, hari guru dll. 6. Kegiatan apa yang paling Semua program kerja membentuk membentuk jiwa kepemimpinan? kedisiplinan dll, karena setiap kegiatan itu panitianya di rolling, tetapi yang

131

paling utama sekali itu ya LDKS OSIS. Karena benar-benar melatih membentuk sikap kepemimpinan kita. 7. Apakah setiap kegiatan-kegiatan Ya, dapat. Dari moral maupun materi. OSIS mendapat dukungan dari pihak Misal kalau kita ada masalah juga madrasah? pembina ikut membantu memberikan solusi dan bimbingan. Kalau dari dana kita dapat dari sekolah dan juga kita cari sendiri melalui donator dan juga sponsor. 8. Apakah ketika anda menjadi Tentu ada, karena dulu saya lebih pengurus OSIS di madrasah ini, tertutup, tetapi ketika saya di OSIS, terdapat perubahan tingkah laku anda apalagi mendapat amanah sebagai ketua khusunya dalam sikap OSIS, saya harus keluar dari zona kepemimpinan? nyaman, harus lebih terbuka sama teman-teman semua, tidak hanya angkatan saya saja, tetapi juga ke 2 angkatan di bawah dan juga sama kaka kelas. Juga melatih kedisiplinan kita, karena OSIS sebagai contoh disini, kita juga harus lebih disiplin. 9. Apakah anda merasa terbebani ketika Mungkin ada, tapi beban tersebut tidak anda menjalani dua peran sekaligus kami jadikan masalah yang besar dan yaitu sebagai pengurus OSIS dan berat untuk dijalani, tetapi dijadikan sebagai murid biasa di madrasah ini? sebagai penyemangat dalam menjalankan apapun untuk kedepannya . 10. Apakah manfaat yang anda rasakan Menurut saya diri sendiri saja kak yang dari keikutsertaan anda dalam tahu perbedaan kita yang dulu dan melaksanakan tugas-tugas dan sekarang, sama dari orang-orang sekitar

132

kegiatan OSIS? saja. Kita juga kan tidak mungkin dipuji secara spontan sama yang lain, jadi kalau misalnya kita melihat mereka senang dengan kita, mendukung kita, itu adalah sebuah apresiasi dari mereka untuk kita. Dan kita merasa sudah bermanfaat untuk orang lain itu sudah perubahan besar dalam diri saya. 11. Apakah seluruh pengurus OSIS Alhamdulillah aktif semua, mungkin aktif semua? yang tidak aktif dalam kegiatan itu yang sedang sakit saja kak. 12. Apakah OSIS disini saling Itu tergantung waktu nya saja kak, ada merangkul antar pengurus atau waktu ketika sangat solid, ada masa nya masing-masing individu? sedang biasa saja, ada masa sedang renggang-renggang nya, tergantung waktunya, mungkin kalau ada masalah kerjasama nya ada sedikit kurang, perebedaan pendapat, tetapi nanti cair kembali lama kelamaan. Kadang kalau ada yang sedang marahan antar sesama pengurus, dikasih tugas yang mengerjakannya harus bareng. Kan mau tidak mau harus dikerjain bareng, jadi cepat baikan.

13. Fasilitas yang diberikan madrasah Ruang sekretariat, ac, printer, untuk OSIS? komputer, lemari, atk, izin wilayah untuk kita pakai selama kegiatan itu diperbolehkan. 14. Apakah ekskul di madrasah ini Ekskul di bawah naungan OSIS, namun

133

dibawah naungan OSIS atau ada beberapa ekskul yang tidak langsung dinaungi sekolah? dibawah naungan OSIS, tetapi masuk ke kurikulum seperti ekskul2 sains, dan pramuka. 15. Apakah kalian merasa dibimbing Alhamdulillah kami sangat dibimbing dengan guru-guru di sekolah oleh pembina, kami juga cukup dekat sebagai pengurus OSIS khususnya secara emosional dengan beliau, jadi oleh pembina? ketika ada masalah atau bantuan kami pun tidak canggung untuk menyampaikannya kepada beliau. 16. Ketika ada masalah internal -gaada yang sampe pembina bener- pengurus OSIS apakah dapat bener turun, kita cukup diselesaikan diselesaikan oleh pengurus itu secara internal aja sendiri atau pembina harus turun tangan untuk menyelesaikannya?

17. Apakah yang sudah mengikuti OSIS Boleh, namun hanya menjadi anggota diperkenankan mengikuti ekskul biasa, tidak boleh menjadi ketua dan lain? wakil ekskul.

18. Sejauh ini apakah yang menjadi Banyak, mulai dari ekskul, dari anak- faktor pendukung pelaksanaan anak man 4 nya juga mendukung, dari kegiatan OSIS di madrasah ini? orang tua nya juga mendukung, sponsor dan juga sekolah juga sangat mendukung. 19. Lalu apakah ada faktor yang Yang pertama itu dana, waktu yang menghambat berjalannya atau bentrok dengan kegiatan sekolah pelaksaan kegiatan OSIS? sehinngga kami harus merubah jadwal yang sudah ditentukan. 20. Apa yang membuat siswa mengikuti Karena passionnya beda-beda, ada juga

134

OSIS dan tidak mengikuti OSIS? yang menganggap OSIS ini sibuk, jadi

tidak mau menghabiskan waktunya

untuk mengiktui OSIS, karena prioritasnya juga beda-beda, ada yang benar-benar fokus sama akademik tidak mau mengikuti ekskul apapun, ada juga yang maunya hanya fokus di akademik dan ekskul saja. 21. Apakah harapan anda untuk Banyak sekali, lebih khususnya untuk kedepannya pada OSIS di madrasah pengurus agar lebih solid lagi, ini? bertanggung jawab, lebih disiplin lagi, dan lebih semangat lagi dalam menjalankan program kerja OSIS dan harus memberikan contoh yang baik kepada teman-temannya dalam memperbaiki karakter siswa.

135

Lampiran 4

PEDOMAN OBSERVASI PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN DI MAN 4

JAKARTA

Berilah Tanda Check list sesuai dengan pengamatan!

1: Kurang Baik 3: Cukup Baik

2: Baik 4: Sangat baik

NILAI NO. ASPEK 1 2 3 4 Kemampuan berkomunikasi pengurus 1  OSIS dengan siswa lainnya. Pengurus OSIS berperan sebagai ujung 2  tombak penegak kedisiplinan siswa. Sekolah melibatkan OSIS dalam setiap 3  kegiatan sekolah. Peran guru pembina OSIS dalam 4  membimbing OSIS. Prestasi akademik para pengurus OSIS di 5  sekolah Peran OSIS dalam memberikan contoh 6  yang baik kepada siswa lainnya 7 Dukungan sekolah terhadap kegiatan OSIS  Fasilitas madrasah untuk OSIS dalam 8  menjalankan tugasnya. 9 Tanggung Jawab siswa pengurus OSIS.  Pengurus OSIS telah menjalankan tugas 10  sesuai fungsinya 11 Aktif bekerja sama dengan pihak tertentu. 

136

12 Mampu mengatasi masalah internal OSIS 

13 Mampu mengatasi masalah eksternal OSIS 

14 Saling bekerjasama antar pengurus OSIS  Memiliki sikap solidaritas yang tinggi antar 15  pengurus OSIS

137

Lampiran 5

Struktur Organisasi MAN 4 Jakarta

138

Lampiran 6

Struktur Penegak Kedisiplinan

KEPALA MADRASAH

si WAKAMAD KESISWAAN

PEMBINA KEDISIPLINAN

TENAGA PENDIDIK DAN GURU BK KEPENDIDIKAN ORANG TUA/WALI

PESERTA DIDIK

 Garis hitam : Jalur Instruksi

 Garis putus-putus : Jalur Konsultasi

139

Lampiran 7

Struktur Pengurus OSIS MAN 4 Jakarta Periode 2018/2019

Badan Pengurus Harian (BPH)

Ketua OSIS : Alfayed Baihaqi

Wakil Ketua 1 : Aulia Yumna Zarifah

Wakil Ketua 2 : Dzaky Ahnaf Rafi‟i

Sekretasi Umum : Galuh Aura Dianty

Sekretaris 1 : Azka Dhayita Faza

Sekretaris 2 : Fika Aditya Syabani

Sekretaris 3 : Muhammad Yudha Setiawan

Sekretaris 4 : Kyla Batrisya Salsabila F

Bendahara Umum : Haya Aqilah Hidayat

Bendahara 1 : Adzkia Hayyanal Alya

Bendahara 2 : Hana afifah

Bendahara 3 : Puti Syifa Imani

Seksi 1 OSIS (Ketakwaan dan Ketuhanan Yang Maha Esa)

Koordinator : Muhammad Fathur Rosyid

Sekretaris : Ghefira Nur Fathimah

Anggota : Muhammad Rizky Syahputra, Levi Rizky, Nelvi Nur Ramadhani

Seksi 2 OSIS (Pendidikan Berbangsa dan Bela Negara)

Koordinator :Wahyu Nogroho Jati

140

Sekretaris : Mawaddatul Husna

Anggota : Muhammad Raihan Alfajr Haznul, Nur Hana Nadira Putri

Seksi 3 OSIS (Keterampilan Berbahasa)

Koordinator : Saskia Maharani Sekretaris : Keyshia Alma Raharjo Anggota : Fara Ayu Nurrahmi, Dewi Kamila Seksi 4 OSIS (Kepribadian dan Budi Pekerti Luhur)

Koordinator : Muhammad Rafi Eltharik Sofyan

Sekretaris : Queena Qurrata Aini

Anggota : Magdala Nurrahma, Muhammad Zaki Listian

Seksi 5 OSIS (Politik dan Berorganisasi)

Koordinator : Alyssa Najwa Soraya

Sekretaris : Alifia Jilan Dini Nuraisyah

Anggota : Muhammad Lathifuddin

Seksi 6 OSIS (kewirausahaan)

Koordinator : Alisa Emmirani Azka Sekretaris : Puan Nazhira Maharani Anggota : Rafifa Ardellia Dynoeputri Isnandar, Ajmalia Nafsa Kamila Seksi 7 OSIS (Kesegaran Jasmani dan Daya Kreasi)

Koordinator : Defghi Arsy Muhammad Sekretaris : Puan Nazhira Maharani Anggota : Muhammad Fathur Rosyid, Rizky Pratama Putra Zulfikar Seksi 8 OSIS (Persepsi dan Apresiasi Seni) Koordinator : Nadiva Risa Azzahra Sekretaris : Alya Karimah Wibisono

141

Anggota : Sabila Cahya, Alifiah Fitri, Adilla Virizky Aulia

Seksi 9 OSIS (Ilmu Pengetahuan Umum dan Teknologi)

Koordinator : Nisa Abida Nandia Sekretaris : Ammara Putri Marsyanda Anggota : Marshanda Amelia Dzakiyyah Rahma, Jihan Almas Bilqis, Akasyah Muhammad Arsyi, Rajendra Gibran Alvaro Ramadhan

147

148

149

150