Program Magister Ilmu Religi Dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Program Magister Ilmu Religi Dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI MEMANDANG LAKI-LAKI DALAM FILM KOMEDI DEWASA: Analisis Visual Quickie Express dengan Perspektif Psikoanalisis Thesis Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M.Hum.) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Oleh: Maria Dovita 096322006 PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul: “Memandang Laki-Laki dalam Film Komedi Dewasa: Analisis Visual Quickie Express dengan Perspektif Psikoanalisis” merupakan hasil karya dan penelitian saya pribadi. Di dalam thesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Peminjaman karya sarjana lain adalah semata-mata untuk keperluan ilmiah sebagaimana diacu secara tertulis di dalam catatan kaki dan daftar pustaka. Yogyakarta, September 2013 Maria Dovita iii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Nama : Maria Dovita NIM : 096322006 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: Memandang Laki-Laki dalam Film Komedi Dewasa: Analisis Visual Quickie Express dengan Perspektif Psikoanalisis Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan pada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk perangkat data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis. Demikian pernyataaan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, September 2013 Maria Dovita iv PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Sedikit bercerita, penelitian ini terlalu lama di gagasan, begitupun di penulisan. Kalau diibaratkan nasi, bukannya sudah dingin, tapi lebih dari sekadar basi. Bagaimana bisa memakan waktu begitu panjang, bukan karena terlalu dihayati atau dipikir benar-benar. Melainkan disebabkan otak yang terlalu tumpul dan tangan yang terlampau berkarat. Apa yang saya lalui bukanlah sebuah detour, kalau boleh meminjam istilah Ricouer. Jalan-jalan itu tampak saling bertindihan. Begitu semrawut hingga sukar dibedakan mana jalan mana rerumputan. Meski dengan kondisi demikian, thesis ini selesai juga. Selesai sejauh yang dapat dituliskan dalam lembaran, tapi tidak terhenti di pemikiran. Dalam tempo yang tidak singkat itu, sudah banyak sekali pihak yang membantu saya: entah itu dengan sekadar bernyinyir-nyinyir, menyindir, atau yang meminjamkan bahan bacaan dan sumbang pemikiran secara sukarela. Di kertas yang masih terluang ini, untuk itu saya menyampaikan terimakasih kepada: 1. Dr. G. Budi Subanar, S.J. selaku Ketua Program Ilmu Religi dan Budaya dan pembimbing II, buku Visual Methodologies yang Romo pinjamkan sangat membantu saya dalam merancang penelitian ini. Dan, terimakasih atas program “satu hari, satu halaman”, yang terbukti ampuh mendisiplinkan saya dalam menulis.; 2. Dr. Katrin Bandel selaku pembimbing utama, terimakasih untuk kritisisme dan saran yang membantu saya untuk mempertajam analisis dalam penelitian ini; 3. Sri Mulyani, Ph.D. selaku reviewer, terimakasih telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca dan mengkritisi tulisan ini; v PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 4. Segenap dosen IRB, baik yang masih mengajar atau tidak: Dr. Baskara T. Wardaya, Dr. St. Sunardi, Dr. Budiawan, Dr. G. Junus Aditjondro, Y. Devi Ardhiani, M.Hum., Dr. Ishadi S.K., Dr. Hary Susanto, terimakasih atas segala bimbingan dan pengarahan; 5. Staf Sekretariat Pascasarjana, Mbak Desi, terimakasih atas semua „pesan-pesan mesranya‟ baik melalui SMS maupun Facebook yang selalu mengingatkan saya akan kewajiban-kewajiban administrasi di IRB. Terimakasih pula untuk Mas Mul yang membuat suasana kampus IRB menjadi begitu bersih dan menyenangkan; 6. Teman-teman IRB 2009, dengan urutan alfabetis: Abed (seorang „pendeta‟ metroseksual, pastinya bukan aseksual), Agus (jejaka Palembang yang selalu riang gembira), Anes (tipe idola para wanita), Elli (aktivis Marxist pemerhati rakyat kecil), Herlinatiens (novelis yang saya cemburui keproduktifannya), Leo (lelaki Jawa tulen yang saya puji ketenangan dan keluwesannya), Mbak Lulud (seorang suster sekaligus traveller berdaya juang tinggi), Luc (seorang antropolog luar dalam), Iwan (post-filsuf yang menolak gaek, sangat bergaya dalam fashion dan tulisan), May (seorang aktivis ekofeminis yang sekarang entah di mana), Mas Probo (cukup dua kata: analitis, dan problematis), Rino (sekarang esmod muda Jakarta yang ceria), Titus (pelawak seumur hidup yang jenial), dan Virus (sastrawan muda Jogja berbakat yang „katanya‟ tipe lelaki setia) - terimakasih atas lelucon- lelucon nakalnya yang lalu mengilhami saya melakukan penelitian ini; 7. Teman-teman IRB lintas angkatan lintas generasi yang terus menginspirasi saya dengan caranya masing-masing, utamanya untuk angkatan 2012, you guys rock!; 8. Keluarga besar di Batusangkar: Cibu, Apa, dan Dodo atas dukungan finansial dan pengertian yang tiada bandingan; vi PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 9. Sahabat-sahabat terkasih: Ndut, Runi, Mesi, dan Balo, terimakasih telah menemani saya menuntaskan tulisan ini, meski itu dengan dengkuran kalian; 10. M.C., terimakasih telah menjadi „konselor pribadi‟ yang menyenangkan. Without you, this thesis would be stylistically awful, as my life would be literally dreadful. Let‟s go home, shall we? Akan halnya atap rumah, terlalu lama berjemur, lama kelamaan tirislah di beberapa bagian. Thesis ini persis demikian. Dengan segera dapat ditemukan bolongan-bolongan yang mengganggu. Kacamata yang saya pakai, belum begitu terang dalam melihat. Kalaupun thesis ini tak dapat menjadi contoh bagaimana seharusnya thesis itu dibuat, setidaknya thesis ini dapat menjadi kebalikannya. Untuk ini, saya rela menjadi pengikut Jung, yang suatu kali bilang: “Mistakes are, after all, the foundations of truth, and if a man does not know what a thing is, it is at least an increase in knowledge if he knows what it is not.” Yogyakarta, September 2013 Maria Dovita 096322006 vii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI ABSTRAK Perempuan sebagai pajangan tentunya bukan hal yang asing dalam sinema kita. Begitupun dalam film komedi. Sedari masa jaya di tahun 1970- an hingga dewasa ini, wilayah dada dan paha perempuan tak pernah absen dipajankan. Kontras halnya dengan tubuh laki-laki. Tubuh laki-laki lebih sering dihadirkan dalam bingkai yang non-erotis. Laki-laki juga acap kali didudukkan sebagai penonton, ketimbang yang ditonton. Quickie Express, sebuah film komedi dewasa keluaran tahun 2007 berpotensi untuk menghadirkan seksualitas laki-laki dengan agak banyak. Maka, dengan menyorot film Quickie Express secara partikuler, penelitian ini hendak menunjukkan bagaimana persisnya tubuh laki-laki ditampilkan dan dikonsumsi. Penekanannya bukan soal apakah tubuh itu tampak atau tidak, tapi yang terpenting bagaimanakah kamera memposisikan „penonton‟ untuk memandang tubuh tersebut. Untuk mencapai tujuan itu, dipakailah pendekatan psikoanalisis seperti yang diterapkan oleh Neale. Pendekatan ini menimbang keterpandangan tubuh laki-laki dengan meninjau dimensi fetishisme, voyeurisme, dan identifikasi. Dengan demikian, perkara bingkai dan gerakan kamera, jalur cerita, lanjut arah pandang karakter di dalam layar, menjadi titik perhatian yang penting dalam melakukan analisis. Dari pengkajian yang dilakukan terlihat bahwa kamera masih bersikap hati-hati dalam menampilkan tubuh laki-laki. Di satu sisi, kamera ingin menjaga supaya tubuh itu kelihatan, di saat yang bersamaan berusaha pula untuk menutup-nutupinya. Di samping itu, laki-laki juga memiliki kontrol terhadap narasi, hingga ia mampu mengembalikan pandangan „penonton‟ bahkan balik mengobyektivikasi. Di sinilah letak bedanya antara pengkonsumsian terhadap tubuh perempuan dan laki-laki. Bila perempuan dapat dipandang dari segala arah dan oleh laki-laki mana saja, maka keterpandangan terhadap tubuh laki-laki serba terbatas. Dalam Quickie Express diperlihatkan tubuh laki-laki tidak dapat dinikmati sembarang wanita, melainkan melalui kaca mata tante-tante girang serta waria. Kata kunci: pandangan, „penonton‟, fetishisme, voyeurisme, identifikasi viii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI ABSTRACT Watching female flesh on the center of the screen is nothing extraordinary in Indonesian cinema. Comedy movies are no exception. Since the heyday of comedy on 1970s until recently, female breast and thigh have always been on display. In a stark contrast, male objectification is rare. Male body hardly connotes a sexual object. In fact, male used to be framed as a spectator, rather than a spectacle. Quickie Express, an adult comedy
Recommended publications
  • Discourses Exploring the Space Between Tradition and Modernity in Indonesia
    In the 8th International Indonesia Forum Conference DISCOURSES EXPLORING THE SPACE BETWEEN TRADITION AND MODERNITY IN INDONESIA i Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ii In the 8th International Indonesia Forum Conference DISCOURSES EXPLORING THE SPACE BETWEEN TRADITION AND MODERNITY IN INDONESIA Editorial Board: Hermanu Joebagio, Frank Dhont Pramudita Press iii In the 8th International Indonesia Forum Conference Sebelas Maret University, Solo, Indonesia 29 – 30 July 2015 Organized by: Sebelas Maret University and International Indonesia Forum DISCOURSES EXPLORING THE SPACE BETWEEN TRADITION AND MODERNITY IN INDONESIA Editorial Board: Hermanu Joebagio, Frank Dhont Paper Contributor:
    [Show full text]
  • B. Barendregt the Sound of Longing for Homeredefining a Sense of Community Through Minang Popular Music
    B. Barendregt The sound of longing for homeRedefining a sense of community through Minang popular music In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 158 (2002), no: 3, Leiden, 411-450 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/23/2021 02:24:12PM via free access BART BARENDREGT The Sound of 'Longing for Home' Redefining a Sense of Community through Minang Popular Music Why, yes why, sir, am I singing? Oh, because I am longing, Longing for those who went abroad, Oh rabab, yes rabab, please spread the message To the people far away, so they'll come home quickly (From the popular Minangkabau traditional song 'Rabab'.) 1. Introduction: Changing mediascapes and emerging regional metaphors Traditionally each village federation in Minangkabau had its own repertoire of musical genres, tunes, and melodies, in which local historiography and songs of origin blended and the meta-landscape of alam Minangkabau (the Minangkabau universe) was depicted.1 Today, with the ever-increasing disper- sion of Minangkabau migrants all over Southeast Asia, the conception of the Minangkabau world is no longer restricted to the province of West Sumatra. 1 Earlier versions of this article were presented at the 34th Conference of the International Council of Traditional Music, Nitra, Slovakia, August 1996, and the VA/AVMI (Leiden Uni- versity) symposium on Media Cultures in Indonesia, 2-7 April 2001. Its present form owes much to critical comments received from audiences there. I would like to sincerely thank also my colleagues Suryadi, for his suggestions regarding the translations from the Minangkabau, and Robert Wessing, for his critical scrutiny of my English.
    [Show full text]
  • Guru Bangsa Tjokroaminoto”
    ANALISIS SEMIOTIK NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM FILM “GURU BANGSA TJOKROAMINOTO” Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Egy Giana Setyaningsih NIM : 1111051000141 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 29 Juli 2016 EGY GIANA SETYANINGSIH ii ABSTRAK Egy Giana Setyaningsih 1111051000141 Analisis Semiotik Nilai-Nilai NasionAalisme Dalam Film “Guru Bangsa Tjokroaminoto” Film “Guru Bangsa Tjokroaminoto” adalah salah satu film tokoh pahlawan nasional yang jejaknya hampir hilang di mata anak-anak bangsa. Ia adalah salah seorang tokoh pencetus generasi muda bangsa berbakat, dan juga berperan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno, Semaoen, Kartosoewiryo dan Musso. Berbagai konflik yang muncul dari film
    [Show full text]
  • Download The
    CSEASPANORAMA2008 A (Balinese) Tempest Ian Falconer (MA, Asian Studies) starred as Prospero in the Department of Theatre and Dance’s version of the Bard’s lauded comedy, a performance infused with Balinese wayang and gamelan and Larry Reed’s famed shadowcasting. Center for Southeast Asian Studies University of Hawai‘i By Director Barbara Watson Andaya Dear friends and including the highlight of the Prospero, Miranda, Ariel and year, the Balinese shadow-play Caliban were given a new life as colleagues... version of Shakespeare’s The the shadows of human “puppets” In late July 2008, when I re- Tempest. Under the auspices of wearing specially made masks turned from twelve months’ the Department of Theatre and were projected onto a large sabbatical leave, I began to ask Dance, Kirstin invited Larry screen. And the “Southeast myself if my presence as director Reed, founder and artistic Asian” content was not merely was really necessary. So much had director of Shadowlight Produc- visual, for an important feature of CSEAS Panorama (Vol. XII) is published been accomplished in my absence tions and one of the few the production was the music annually by the Center Americans trained in wayang kulit, provided by the University of for Southeast Asian that I really felt quite dispensable! Studies at the or shadow puppetry, to spend a Hawai‘i Balinese Gamelan University of Hawai‘i. I would like to express my deep gratitude to Acting Director semester in Hawai‘i. Larry and Ensemble directed by a second For more information about the program, Kirstin Pauka (Professor, Asian Kirstin worked with students in artist-in-residence, Balinese please visit the Theatre and Dance to produce a puppet master, I Nyoman Center’s website at Theatre), Associate Director Paul www.hawaii.edu/cseas Rausch, and our graduate assis- memorable and innovative Sumandhi.
    [Show full text]
  • Prosiding Seminar Nasional Unimus 2010 Isbn:978.979.704.883.9
    02/3)$).' 3%-).!2 .!3)/.!, 5.)-53 )3". KAJIAN SSOSIOLINGUISTIK DALAM Style (RAGAM BAHASA) DIALOG FILM INDONESIA (STUDI KASUS: NASKAH FILM INDONESIA TAHUN 2005 – 2008) Adiprana Yogatama, Yunita Nugraheni Fakultas Bahasa & Budaya Asing Universitas Muhammadiyah Semarang Abstrak Latar belakang : Kebangkitan dunia perfilman Indonesia telah dimulai pada tahun 2000 diawali dengan pemutaran film Petualangan Sherina di beberapa bioskop di Indonesia. Suksesnya penayangan film tersebut membangkitkan semangat sineas-sineas muda untuk memproduksi film dalam negeri. Hal ini ditunjukkan pada tahun-tahun selanjutnya dengan marak bermunculan film-film lokal dengan bermacam-macam genre. Tema yang paling sering muncul, seperti yang telah kita ketahui, adalah tema percintaan remaja dan horor. Bak jamur di musim penghujan, kedua tema tersebut tak pelak mendominasi dunia perfilman Indonesia 8 tahun terakhir. Inilah mengapa banyak para kritikus perfilman menyebut Indonesia sebagai negara jamur. Ketika satu tema film meledak di pasaran, dalam hitungan bulan muncul pula film-film ber- genre serupa. Namun, bagaimanakah kualitas film-film tersebut dibandingkan kuantitasnya? Layakkah pula film-film tersebut dikonsumsi oleh masyarakat? Pantaskah jika beberapa film tersebut menerima penghargaan? Metode : Penelitian ini akan menerapkan metode deskriptif-kualitatif. Disebut deskriptif karena merupakan metode penelitian yang mendeskripsikan sebuah situasi atau area permasalahan secara sistematis, faktual dan akurat (Isaac dan Michael, 1971:42). Penelitian ini juga disebut kualitatif dikarenakan tidak bergantung pada statistik data dan jumlah data yang ada dimunculkan untuk mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Hasil : Dari sepuluh film diambil 4 sampel yaitu “Gie”, “Ekskul”, “Nagabonar Jadi 2”, dan “Fiksi”. Keempatnya merupakan peraih penghargaan Film Terbaik FFI di tahunnya masing-masing. Dari keempat film tersebut penulis menilai film Gie sebagai film yang terbaik yang baik dan layak ditonton oleh semua umur.
    [Show full text]
  • The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema
    The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema Ekky Imanjaya Thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy University of East Anglia School of Art, Media and American Studies December 2016 © This copy of the thesis has been supplied on condition that anyone who consults it is understood to recognise that its copyright rests with the author and that use of any information derived there from must be in accordance with current UK Copyright Law. In addition, any quotation or extract must include full attribution. 1 Abstract Classic Indonesian exploitation films (originally produced, distributed, and exhibited in the New Order’s Indonesia from 1979 to 1995) are commonly negligible in both national and transnational cinema contexts, in the discourses of film criticism, journalism, and studies. Nonetheless, in the 2000s, there has been a global interest in re-circulating and consuming this kind of films. The films are internationally considered as “cult movies” and celebrated by global fans. This thesis will focus on the cultural traffic of the films, from late 1970s to early 2010s, from Indonesia to other countries. By analyzing the global flows of the films I will argue that despite the marginal status of the films, classic Indonesian exploitation films become the center of a taste battle among a variety of interest groups and agencies. The process will include challenging the official history of Indonesian cinema by investigating the framework of cultural traffic as well as politics of taste, and highlighting the significance of exploitation and B-films, paving the way into some findings that recommend accommodating the movies in serious discourses on cinema, nationally and globally.
    [Show full text]
  • Kota Sebagai Ruang Sinematis Dan Latar Tempat Dalam Film Skripsi
    UNIVERSITAS INDONESIA KOTA SEBAGAI RUANG SINEMATIS DAN LATAR TEMPAT DALAM FILM ( Studi Kasus: Film Laskar Pelangi dan Nagabonar jadi 2) SKRIPSI IRA MAYA SAPUTRI 0806456120 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN ARSITEKTUR DEPOK JULI 2012 Kota sebagai..., Ira Maya Saputri, FT UI, 2012 UNIVERSITAS INDONESIA KOTA SEBAGAI RUANG SINEMATIS DAN LATAR TEMPAT DALAM FILM ( Studi Kasus: Film Laskar Pelangi dan Nagabonar jadi 2) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur (S.Ars) IRA MAYA SAPUTRI 0806456120 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN ARSITEKTUR DEPOK JULI 2012 Kota sebagai..., Ira Maya Saputri, FT UI, 2012 Kota sebagai..., Ira Maya Saputri, FT UI, 2012 Kota sebagai..., Ira Maya Saputri, FT UI, 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Arsitektur Program Studi Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa peran berbagai pihak dalam memberikan bantuan serta bimbingan, selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi, sangat penting dalam proses penyelesaian skripsi ini. oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ir. Herlily, M.Urb.Des. selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu, memberikan inspirasi, arahan dan saran-saran yang sangat berarti untuk saya selama proses penulisan skripsi ini. (2) Dita Trisnawan, S.T., M.Arch., STD. dan Ir. Teguh Utomo Atmoko, MURP. sebagai penguji saat sidang. Prof. Ir. Triatno Judho Hardjoko, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M. Sc. sebagai peninjau. Terima kasih atas evaluasi dan saran-saran yang diberikan.
    [Show full text]
  • Analisis Semiotika Pesa Setan Seri Pert Jurusan Komuni Fakultas Institut Aga Isis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Film Pengabd Seta
    ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM FILM PENGABDI SETAN SERI PERTAMA KARYA JOKO ANWAR SKRIPSI Oleh : ZIAN NABILA NIM : 211014022 Pembimbing Dr. M. Irfan Riyadi, M. Ag 196601102000031001 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2018 ABSTRAK Nabila, Zian. 2018. Analisis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Film Pengabdi Setan Seri Pertama Karya Joko Anwar. Skripsi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Islam (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. M. Irfan Riyadi, M. Ag. Kata kunci : Film Pengabdi Setan, Semiotika, Pesan Dakwah. Di zaman modern seperti sekarang ini memang tidak bisa lepas dari media massa. Media massa menjadi fenomena dan trend tersendiri yang cukup menarik serta mempunyai ciri khas masing-masing dalam menyampaikan berbagai pesan dan informasi. Dari sekian banyak media massa, film merupakan media massa yang digandrungi oleh banyak kalangan, sebab ia merupakan audio visual yang dapat dinikmati di manapun dan kapan pun saja. Selain itu, film juga sebagai media dakwah yang sangat efektif, karena memiliki banyak keuntungan yang bisa dicapai. Salah satunya adalah film pengabdi setan karya Joko Anwar. Film tersebut memperingatkan kepada penonton tentang bagaimana seharusnya cara menjalani sebuah kehidupan yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Adapun penggambaran yang paling menonjol dalam film ini adalah mengenai perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah (1) Bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film pengabdi setan, (2) Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam film pengabdi setan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode semiotika, maksudnya penulis meneliti film pengabdi setan dengan menganalisis simbol-simbol, dalam hal ini pesan-pesan dakwah yang terkandung di dalamnya, baik dalam makna denotatif, konotatif maupun mitos.
    [Show full text]
  • Heirs to World Culture DEF1.Indd
    8 Performing Indonesia abroad1 Jennifer Lindsay In 1954, Sutanti was a young woman of twenty five.2 Her education had spanned three eras. She attended primary school during the Dutch colonial period, and when she was twelve had started study- ing Javanese classical dance at Kridha Beksa Wirama, the dance school established in 1918 by princes from the Yogyakarta palace.3 Sutanti attended junior high school in Yogyakarta during the Japa- nese occupation, was sixteen in 1945 when Indonesia declared its independence, and completed her schooling during the turbulent 1945-1949 revolutionary period. In the 1950s, she became a mem- ber of the newly established dance association Perkumpulan Kes- enian Irama Tjitra where she studied classical and contemporary adaptations of Javanese dance.4 In early 1954, Sutanti began working at the national govern- ment’s subdirectorate for the arts (Kantor Djawatan Kebudajaan 1 In 2010 I directed a 90 minute video documentary, titled ‘Menggelar Indonesia; Misi ke- senian ke manca negara 1952-1965’ (‘Presenting Indonesia: Cultural missions abroad 1952- 1965’) made up of extracts from interviews with 30 participants of the cultural missions of the 1950-1965 period, and illustrated with photographs from the interviewees’ personal collections. Copies of the documentary have been deposited in libraries of major centres of Indonesian/ Southeast Asian studies. Readers are encouraged to refer to the documentary. 2 There is some discrepancy on the date of Ibu Sutanti’s birth. Her employment records noted 1929, whereas her parents thought she was born in 1927. 3 Kridha Beksa Wirama was founded by P.A. Tejokusumo, P.A.
    [Show full text]
  • Reconfiguring Ideal Masculinity: Gender Politics in Indonesian Cinema
    Reconfiguring Ideal Masculinity: Gender Politics in Indonesian Cinema Evi Eliyanah A thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy Australian National University February 2019 © Copyright Evi Eliyanah All Rights Reserved I declare that the work presented in this thesis is my own. Where information has been derived from other sources, I confirm that this has been indicated in the thesis. Signed: 12 February 2019 Word Count: 77,081 Two roads diverged in a wood, and I— I took the one less travelled by, And that has made all the difference. Robert Frost, The Road Not Taken For Fadli. Thanks for being with me in travelling the less trodden path. Acknowledgements Praise to Allah, the Lord Almighty that I can finally get to the end of the tunnel. This thesis will never be in its final version without the constant support, confidence, and intellectually rigorous feedback and inspiration from my supervisor: Prof Ariel Heryanto. He was the one who convinced me that I could do a PhD, something previously unthinkable. He was also the one who convinced me to work in an area which I had never trodden before: masculinities. But, Robert Frost said that the road less travelled has ‘made all the difference’. It did and will always do so. My most sincere appreciation also goes to my two other highly supportive supervisors: Dr Ross Tapsell and Dr Roald Maliangkaij. Their confidence in me, intellectual insights and support have helped me build my self-confidence. They are just exceptionally kind and supportive. I would also like to thank Prof Kathryn Robinson for countless hours of fruitful discussion on masculinities in Indonesia and theories of masculinities.
    [Show full text]
  • Network Films: a Global Genre?
    Network Films: a Global Genre? Vivien Claire Silvey December 2012 A thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy of The Australian National University. ii This thesis is solely my original work, except where due reference is given. iii Acknowledgements I am extremely grateful for all the time and effort my dear supervisor Cathie Summerhayes has invested throughout this project. Her constant support, encouragement, advice and wisdom have been absolutely indispensable. To that master of words, puns and keeping his hat on during the toughest times of semester, Roger Hillman, I extend profound gratitude. Roger‟s generosity with opportunities for co-publishing, lecturing and tutoring, and enthusiasm for all things Turkish German, musical and filmic has been invaluable. For all our conversations and film-loans, I warmly say to Gino Moliterno grazie mille! I am indebted to Gaik Cheng Khoo, Russell Smith and Fiona Jenkins, who have provided valuable information, lecturing and tutoring roles. I am also grateful for the APA scholarship and for all the helpful administration staff in the School of Cultural Inquiry. At the heart of this thesis lies the influence of my mother Elizabeth, who has taken me to see scores of “foreign” and “art” films over the years, and my father Jerry, with whom I have watched countless Hollywood movies. Thank you for instilling in me a fascination for all things “world cinema”, for your help, and for providing a caring home. To my gorgeous Dave, thank you for all your love, motivation, cooking and advice. I am enormously honoured to have you by my side.
    [Show full text]
  • Hubungan Kegiatan Ekstrakurikuler Tahfidz Qur‟An Juz 30 Dengan Aktivitas Belajar Siswa Di Smp Negeri 54 Palembang
    HUBUNGAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TAHFIDZ QUR‟AN JUZ 30 DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 54 PALEMBANG SKRIPSI S.I Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Oleh: MARWANSYA NIM. 14210306 Program Studi Pendidikan Agama Islam FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG 2018 MOTTO Artinya: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah,: 11) “Orang-orang yang berhenti belajar, akan menjadi pemilik masa lalu”. “Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”. (Mario Teguh) “Asal kita bersungguh-sungguh, maka kita akan Menjadi apa yang diinginkan”. (Pejuang Skripsi) “Perjuanganku adalah Doaku” (Marwansya) PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: Ayah dan Mama, dengan penuh semangat mendorong pendidikanku dan tak lelah untuk senantiasa berusaha dan berdo’a Adik-adik penulis, semoga kalian bisa jauh lebih baik dari kakak kalian ini, serta seluruh keluargaku dan teman-teman semua yang tak pernah berhenti memberikan motivasi, perhatian, bimbingan, doa, semangat dan nasihat kalianlah hingga dapat menyelesaikan studiku Almamater tercinta, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang KATA PENGANTAR . Alhamdulillahirobbil‟alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam semesta‟ karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta kekuatan-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat merapungkan skripsi yang berjudul “Hubungan Kegiatan Ekstrakurikuler Tahfidz Qur‟an Juz 30 Dengan Aktivitas Belajar Siswa Di SMP Negeri 54 Palembang”. Kemudian shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau yang selalu istiqomah di jalan-Nya.
    [Show full text]