SKRIPSI ANALISIS SEMIOTIK MAKNA MIMPI DALAM FILM 12 MENIT

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh : Zahrotunnisa_1110051000146

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH 2015

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul ANALISIS SEMIOTIK MAKNA MIMPI DALAM FILM 12 MENIT telah diajukan dalam siding rnunaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ihnu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.lakarta, pada tanggal 28 Noperrber 2014. Skripsi ini telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.l) pada Jurusan Komurrikasi dan Penyiaran Islam. (KPI)

Jakafta, I I Desernber2014

Panitia Sidang Munaqasah,

Fita lrokhmah, M.Si

NIP:19761129 NIP: 19830610 200912 2 001

Minangsih,

105 2001 t2 2 002 NIP: 19770424 200710 2 002

Pembimbing

Dr. Armawati Arbi, M.Si

NIP: 19650207 199103 2002 LEMBAR PER}IYATAAN

Dengan ini sayamenyatakan bahwa: Skripsi 1. ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata Strata Satu (Sl) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Semua 2. sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri OfNi Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika 3. di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karyu orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (;fg'syarif Hidayatullah Jakarta.

Nopember 2014 ABSTRAK

Zahrotunnisa

1110051000146

Analisis Semiotika Makna Mimpi Dalam Film 12 Menit

Mempunyai mimpi adalah sesuatu hal yang wajib dimiliki setiap makhluk hidup, setiap orang harus menggambarkan mimpinya masing-masing. Selain menggambarkan kita juga harus yakin kalau mimpi kita akan terlaksanakan, tidak pernah pantang menyerah dan terus berusaha dalam mewujudkan mimpi. Mimpi dikemas secara menarik dalam film “12 Menit”. Dalam film ini menceritakan ada lima mimpi yang ingin dicapai oleh maing-masing pemainnya, di sini juga di perlihatkan bagaimana kerja keras setiap pemain untuk mencapai mimpi yang mereka inginkan. Film 12 menit ini adalah film pertama tentang perjuangan sekelompok marching band untuk menjadi juara GPMB. Dengan alur cerita yang menarik dan membawa emosi seseorang yang menontonnya. Kemudian menimbulkan sebuah pertanyaan apa makna denotasi konotasi dan mitos makna mimpi dalam film “12 Menit”? apa pendapat penulis scenario tentang film “12 Menit”? Melihat konteks penelitian ini, kajian teori yang digunakan adalah teori semiotika Roland Barthes. Roland Barthes adalah salah satu pengikut Sausure, Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes lebih tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification). signifikansi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signinified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth).

Metodelogi yang digunakan peneliti adalah metode analisis semiotika yang bersifat kualitatif model deskriptif. Data yang didapat dari tailer film “12 Menit” serta digabung dengan novel dengan judul yang sama, dan wawancara.

Film 12 menit ini adalah film yang berisi edukasi, memberikan gambaran tentang seseorang untuk meraih mimpi mereka, digambarkan oleh sekelompok marching band Bontang Pupuk Kaltim, bagaimana mereka berjuang ribuan jam hanya untuk “12 Menit”. Membuat kita termotivasi untuk bisa berusaha mewujudkan mimpi-mimpi kita.

Kata Kunci: Film 12 Menit”, Barthes, Mimpi, Marching Band.

i

KATA PENGANTAR

Puju syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat iman, nikmat islam, serta nikmat sehat wal’afiat sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Shalawat serta salam marilah kita senandungkan kepada Nabi besar kita, Nabi

Muhammad SAW, juga bagi keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Analisis Semiotik Makna Mimpi Dalam Film 12 Menit”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di lingkungan Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis secara khusus ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua,

Ayahanda H. Jawahir dan Hj. Romlah yang tidak ada henti-hentinya untuk memanjatkan doa, mencurahkan kasih saying, memberikan pengorbanan yang tiada tara, yang terus memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selama masa penyusunan, penelitian, dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Baik dari lingkungan keluarga, sahabat, teman, civitas akademik kampus. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA,

Wakil Dekan I Bidang Akademik Bapak Suparto, M. Ed, Ph. D, Wakil Dekan II

Bidang Administrasi Umum, Bapak, Drs. Jumroni, M.si, serta Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan Bapak H. Sunandar, MA.

ii

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Rachmat Baihaky, MA, yang

selalu bersedia membantu penulisan memberikan informasi serta waktunya kepada

penulis untuk berkonsultasi mengenai kegiatan kuliah.

3. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Fita Fathurakhmah M.Si.

yang telah banyak membantu penulis dalam kelancaran kuliah dan penulisan skripsi

ini.

4. Dosen pembimbing Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si, yang telah membimbing,

mengarahkan dan menyemangati penulis dengan sabar untuk bisa menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.

6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan

buku dan fasilitas untuk mendapatkan referensi dan memperkaya isi skripsi ini.

7. Penulis skenario Film 12 Menit untuk Selamanya, Oka Aurora yang telah bersedia

menjadi narasumber.

8. Keluargaku Agus Salim, Afnan, Fauziah, Idham Khalid, atas segala doa dan

dukungannya selama ini, semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan untuk kita

semua.

9. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA), khususnya Shogy

Abdurrahman Sastra Negara, Fajaria Menur Widowati, Muthia Fariza, Grecy Astari

Puji Astuti, Tri Alvianto, yang sudah memberikan motivasi kepada penulis dan

membantu penulis dalam menyelesaikan skripni ini, telah memberikan banyak

pengalaman dan pembelajaran kepada penulis satu tahun belakangan ini, semoga

senantiasa kita selalu dilindungi Allah SWT.

iii

10. Sahabatku Hilda Risdayani, Sanzia Alfarist, Ayu Rahardian, Naziah, Siti Sudusiah,

Astuti, Firda Afriyani, M. Imron, M.Iman, Zaidahtulkhairani, A. Fadhilah Rosyadi,

yang selalu memberikan semangat serta selalu membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11. Temen-temen seperjuangan KPI angkatan 2010, khususnya KPI E atas kebersamaan

dan kekeluargaan yang telah kita lewati selama empat tahun terakhir. Semoga suatu

saat kita bisa bertemu kembali dalam suasana yang bahagia dan dirahmati oleh Allah

SWT.

Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan doanya

selama ini.

Jakarta, 24 Nopember 2014

Zahrotunnisa

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………… i KATA PENGANTAR…………………………………………………. ii DAFTAR ISI………………………………………………………….... v DAFTAR TABEL……………………………………………………… vii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… viii

BAB I PENDAHULUAN...... 1 A. Latar Belakang Masalah...... 1 B. Batasan dan Perumusan Masalah…………...... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….. 5 1. Tujuan Penelitian…………………………………………. 5 2. Manfaat Penelitian……………………………………….. 5 a. Manfaat Akademis…………………………………… 5 b. Manfaat Praktis………………………………………. 5 D. Metodologi Penelitian………………………………………… 6 1. Metode Penelitian………………………………………… 6 2. Subjek dan Objek Penelitian……………………………… 6 a. Tahapan Penelitian……………………………………. 6 b. Tahapan Pengolahan Data……………………………. 7 c. Tahapan Analisis Data………………………………... 7 E. Tinjauan Pustaka……………………………………………… 8 F. Sistematika Penulisan………………………………………… 10

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………. 12 A. Mimpi Dalam Pandangan Islam……………………………… 12 B. Pengertian Semiotik dan Teori Semiotik Roland Barthes…… 13 1. Pengertian Semiotik dan Sejarah………………………… 13 2. Teori Semiotik Roland Barthes………………………….. 16 C. Sejarah Perkembangan Film Dunia dan ………….. 19 1. Definisi Film…………………………………………….. 19 2. Sejarah Perkembangan Film Dunia……………………… 19 3. Sejarah Perkembangan Film Indonesia...... 21 4. Jenis-jenis Film………………………………………….. 36 D. Teknik Pengambilan Gambar………………………………… 37 1. Camera Angel………………………………………………….. 37 2. Frame Size……………………………………………….. 38 3. Moving Camera………………………………………………… 39 4. Komposisi ……………………………………………….. 40 E. Terapi Berpikir Positif………………………………………. 41 1. Keinginan yang Mnggebu……………………………….. 41 2. Keputusan yang Kuat……………………………………. 41 3. Bertanggung Jawab Penuh………………………………. 42 4. Menentukan Tujuan……………………………………… 42 5. Dukungan dari Dalam……………………………………. 42

v

BAB III GAMBARAN UMUM FILM 12 MENIT…………...... 37 A. Sinopsis Film 12 Menit……………………………………… 37 B. Profil Penulis Skenario……………………………………… 38 C. Profil Sutradara Film 12 Menit………………………………. 39 D. Profil Pemain Film 12 Menit………………………………… 40 E. Tim Produksi Film 12 Menit………………………………… 49

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN…………………………… 51 A. Temuan dan Hasil Penelitian………………………………… 51 B. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos yang Mempresentasikan Makna Mimpi Dalam Film 12 Menit Untuk Selamanya…………….. 53 C. Pendapat Penulis Skenario…………………………………… 95

BAB V PENUTUP……………………………………………………... 96 A. Kesimpulan…………………………………………………. 96 B. Saran-saran………………………………………………….. 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sikap Optimisme Pelatih.Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot ……………….. 53 Tabel 4.2 Rene Mencari Pemain. Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot ……………….. 56 Tabel 4.3 Kesungguhan Earine dalam Bermusik. Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot… 59 Tabel 4.4 Awal Pertemuan Rene dengan Tara Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot…… 64 Tabel 4.5 Tim Marching Band Mulai Berlatih Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot…… 66 Tabel 4.6 Permasalahan Kembali Datang Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot…………. 72 Tabel 4.7 Jakartaaaaa! Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot……………………………….. 77 Tabel 4.8 Kita Harus Menang Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot……………………… 81 Tabel 4.9 12 Menit Untuk Selamanya Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot…………….. 89

vii

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 3.1 Oka Aurora (Penulis Skenario Film 12 Menit)……………………... 38 2. Gambar 3.2 Hanny R Saputra (Sutradara Film 12 Menit Untuk Selamanya)...... 39 3. Gambar 3.3 Titi Rajo Bintang sebagai Rene……………………………………... 40 4. Gambar 3.4Arum Sekarwangi sebagai Tara……………………………………… 41 5. Gambar 3.5 Hudri sebagai Lahang……………………………………………….. 42 6. Gambar 3.6 Amanda susanto sebagai Ealine……………………………………… 43 7. Gambar 3.7 Olga Lydia sebagai Ibu Ealine……………………………………….. 44 8. Gambar 3.8Nobuyuki Suzuki sebagai Jesuke Higoshi……………………………. 44 9. Gambar 3.9 Didi Petet sebagai Kakek Tara……………………………………….. 45 10. Gambar 3.10 Niniek L Karim sebagai Nenek Tara………………………………… 46 11. Gambar 3.11 Verdi Soliman sebagai Manajer……………………………………. 47 12. Gambar 3.12 Egi Fedly sebagai Ayah Lahang…………………………………… 48 13. Gambar 3.13 Tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim………………………. 48

viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semiotika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang sebuah tanda dan

bagaimana tanda itu bekerja.

Menurut Ferdinan de Saussure di dalam bukunya “Course in General Linguistik. Bahasa adalahsuatu sistem tanda yang mengekspresikan ide-ide (gagasan-gagasan) dan karena itu dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf untuk orang bisu-tuli, simbol-simbol keagamaan, aturan-aturan sopan santun, dan sebagainya.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua

pengertian.

yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. yang kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar negatif.Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media digital.2

Beberapa pendapat para ahli tentang definisi Film. Murisan menjelaskan dalam

bukunya Strategi Mengelola Radio Dan Televise.

Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Kerjanya ibarat jarum hipodemik atau peluru yang banyak dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, dimana kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikan obat yang dapat langsung merasuk ke dalam jiwa penerima pesan.3

Sedangkan Adi Pranadjaya menjelaskan.

Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibanding dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya

1 Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika: Tanda- tanda dalam kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010) cet. 1 h. 4 2Artikel, diakses Jumat, 2 Mei 2014 pukul 17.52 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film 3Morisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005), h. 12 1

2

langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.4

Mimpi adalah energi bagi kehidupan. Sejatinya mimpi bisa membawa manusia

pada arah kehidupan yang lebih baik. Namun tidak banyak manusia yang percaya dengan

mimpinya, dan tidak sedikit juga yang karena badai perjuangan akhirnya memilih untuk

melupakan mimpi-mimpi besar tersebut. Secara sederhana 12 Menit kembali menegur

kita bahwa mimpi harus dipercayai agar terwujud; Dreaming is Bealiving”. Tidak ada

yang salah dengan mimpi, yang layak dipertanyakan adalah seberapa serius dan siap kita

mengejar mimpi tersebut. “Terbayangkan berarti terjangkau” begitu ujar Hideyoshi,

seorang tokoh besar Jepang dimasa lampau. Konsep ini pulalah kiranya yang diuji dalam

Film 12 Menit. Menjadi juara dalam Grand Prix Marching Band (GPMB) adalah mimpi

besar yang „coba‟ dibayangkan oleh segenap tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim.

Rene seorang pelatih Marching Band berpengalaman hadir sebagai pembawa

mimpi tersebut. Bagi Rene yang telah matang dalam dunia Marching Band dan telah

beberapa kali membawa tim lain ke puncak kejayaan tentu mimpi tersebut tidaklah

mustahil. Namun keyakinan Rene menjadi turut tergoncang saat berhadapan dengan

kenyataantim yang dibinanya. Jangankan untuk menjangkau, untuk membayangkan saja

personel tim sudah dihantam oleh berbagai rasa tidak enak dan konflik internal yang

menghalangi keyakinan mereka. Tara, Lahang dan Elaine adalah tiga tokoh sentral lain

dalam film ini. Tara, seorang pemain drum yang baik di masa lampau. Kini ia harus

berjuang mengembalikan permainan terbaiknya dalam keterbatasan pendengaran.

Hampir 80 persen pendengaran Tara hilang bersama kepergian Ayahnya dalam sebuah

kecelakaan maut. Rasa bersalah dan kehilangan adalah luka masa lalu yang menghambat

Tara untuk menatap masa depan. Lahang, pemuda dengan bekal pesan dari sang bunda

4 Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, (Jakarta: BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usman Ismail, 2000), h. 6 3 ingin menjadikan Tugu Monas sebagai loncatan bagi mimpi besar untuk mengunjungi berbagai tugu lain di dunia. Membentangkan sayap keberanian, terbang lebih tinggi seperti Elang.Dalam meretas mimpinya bersama Marching Band Lahang dihadapkan dengan sebuah dilema tentang keluarga. Kondisi Bapaknya yang kian parah, serta penyesalan karena tidak berada di sisi Ibunya saat sang bunda menghembuskan nafas terakhir membuat Lahang sulit beranjak dari sisi Bapaknya. Lahang meragu untuk mengejar mimpinya sementara sebuah janji telah terucap.Lahang telah berjanji kepada

Bapaknya untuk terus „hidup‟ dalam kehidupannya.Elaine, gadis pintar keturunan Jepang yang sangat mencintai musik dan meyakini musik adalah segala-galanya dalam hidupnya. Josuke sang ayah, sangat menginginkan Elaine menjadi seorang ilmuwan, dan baginya musik adalah sesuatu yang sia-sia. Elaine mempunyai peran vital dalam tim. Ia adalah satu-satunya field commander yang diharapkan setelah field commander yang sebelumnya mengalami cedera berat. Josuke menentang keras keinginan Elaine untuk tetap bergabung dalam tim.

Film ini adalah film pertama tentang marching band yang di tulis langsung oleh penulis skenario terbaik di pestival film Bandung pada tahun 2014 yaitu Oka Aurora.

Dan disutradarai oleh Hanny R Saputra, yang sudah dua tahun berturut-turut mendapatkan piala citra sebagai sutradara terbaik, dan pernah mendapatkan penghargaan sebagai film terbaik pada pestival sinetron Indonesia pada tahun 1997.

Film ini diangkat dari sebuah mimpi tim marching bandyang ada di sebuah kota di pelosok negri, yang ingin menjadi juara di acara Grand Prix Marching Band GPMB), sebuah perhelatan akbar bagi unit-unit Marching Band se-Indonesia, yang kebanyakan orang menganggapnya mustahil, mereka berlatih ribuan jam hanya demi 12 menit.

Mereka bertekad kepada dunia bahwa mimpi harus kau percayai agar terwujud. Pesan yang diangkat dalam film ini adalah sesuai dengan ayat al-Qur‟an (QS Al- Ra‟d:11) 4

“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sebuah bangsa sampai mereka

mengubah keadaan mereka sendiri” tentang bagaimana seseorang dapat percaya dan

bekerja keras untuk membuktikan kepada semua orang bahwa mimpinya akan terwujud.

Pada zaman sekarang, sebelum mereka mewujudkan mimpinya sudah pesimis

terlebih dahulu, menganggap kalau dia tidak mungkin menjadi apa yang dia inginkan dan

tidak sedikit juga yang karena badai perjuangan akhirnya memilih untuk melupakan

mimpi-mimpi besar tersebut. Secara sederhana 12 Menit kembali menegur kita bahwa

mimpi harus dipercayai agar terwujud.Tidak ada yang salah dengan mimpi, yang layak

dipertanyakan adalah seberapa serius dan siap kita mengejar mimpi tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud menyusun skripsi

dengan judul” Analisis Semiotik Makna Mimpi dalam Film 12 Menit”

B. Batasan dan Perumusa Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis ini membatasi pengambilan

potongan adegan-adegan dan teks dalam film 12 Menit, hanya yang dianggap memiliki

makna dari tanda atau simbol yang menggambarkan tentang mimpi. Penelitian ini

menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos yang mempresentasikan makna mimpi

dalam film 12 menit?

2. Makna apa yang terdapat dalam film 12 Menit menurut penulis skenario?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah: 5

a. Untuk mengetahui apa makna denotasi, konotasi dan mitos yang

mempresentasikan makna mimpi dalam film 12.

b. Untuk mengetahui makna apa yang terdapat dalam film 12 Menit menurut penulis

skenario.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat menambah wawasan

keilmuan.

1) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi

pengembang ilmu komunikasi, serta sebagai tambahan referensi bahan

pustaka, khususnya semiotik dalam film yang menggunakan analisis model

Roland Barthes.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi perfilman

terutama untuk memberikan rujukan bagaimana membuat film yang sarat

muatan makna dan memberi pencerahan. Sedangkan untuk praktisi

komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran ideal

tentang bagaimana membaca makna yang terkandung dalam suatu produk

media massa, melalui pendekatan semiotik.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian 6

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif. Bog dan dan Taylor mendefinisikan metodologi sebagai

mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik

itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh

peneliti.5 Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode

pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti

penggunakan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.6Metode yang

digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif kemudian menggunakan

model Roland Barthes.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah penulis skenario serta potongan adegan visual

ataupun narasi dialog dalam film “12 Menit” yang berkaitan dengan makna mimpi

yang ingin disampaikan dalam film “12 Menit”. Sedangkan Objek penelitiannya

adalah film “12 Menit”.

a. Tahapan Penelitian

Prosedur penelitian, dibagi menjadi dua, yaitu:

 Data Primer adalah berupa data yang diperoleh dari rekaman video

film “12 Menit”. yang kemudian dibagi per scence dan dipilih

adegan-adegan sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk

penelitian.

 Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen, atau

literatur-literatur data yang mendukung data primer, seperti buku-

5Lexy J. Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2002) h. 3. 6Antonius Birowo, Metode Penelitian komunikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004) h.2. 7

buku yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, catatan kuliah,

kamus istilah, internet dan sebagainya.

b. Tahapan Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara:

 Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas

terhadap objek penelitian dan unit analisis. dengan cara menonton dan

mengamati adegan-adegan dan dialog dalam film “12 Menit”. Kemudian,

memilih dan menganalisa sesuai dengan model penelitian yang digunakan.

 Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji

berbagai literatur yang sesuai dan ada hubungannya dengan bahan

penelitian yang kemudian dijadikan bahan argumentasi. Seperti buku-

buku, artikel koran, arsip, kamus istilah, internet dan sebagainya.

c. Tahapan Analisis Data

Temuan dijelaskan berdasarkan kerangka konsep. Setelah data terklasifikasi dilakukan analisis data menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes.

Bartes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan penandaan, yaitu tingkatan denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna eksplisit untuk memahami makna tanda-tanda dalam film “12 Menit” mengenai mimpi.

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data yaitu analisis semiotika, sebagai sarana komunikasi massa penyampai pesan, dan cerminan realitas masyarakat, sebuah film dan berbagai unsur di dalamnya dapat dikaji salah satunya dengan analisis semiotika. 8

Semiotika didefinisikan oleh Ferdinand De Sausure di dalam Coure In

General Linguistic sebagai “ ilmuyang mengkaji tanda sebagai bagian dari

kehidupan sosial”7

Jadi secara sederhana semiotika dapat dipahami sebagai ilmu tentang tanda-

tanda. Semiotika juga dipelajari aturan yang membuat satu tanda tersebut dapat

memiliki arti.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan di

perpustakaan yang ada di Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta.Ada beberapa skripsi mahasiswa/i

yang hampir serupa, diantaranya yaitu:

Analisis Semiotika Wajah Islam dalam Film My Name Is Khan8.Persamaan yang

terdap dengan skripsi ini adalah sama-sama menggunakan teori Roland Barthes,

sedangkan perbedaannya terdapat pada objek penelitiannya.Dalam penelitian tersebut

objek yang ada setiap adegan yang mengandung makna Islam dalam film “My Name Is

Khan” sedangkan objek penelitian dalam skripsi ini adalah makna mimpi dalam film 12

Menit. Penciteraan mengenai islam disampaikan para tokoh dalam film tersebut terutama

tokoh utama dalam bentuk perilaku, dialog, karakter dan kejadian dalam film tersebut.

Analisis Semiotika Film A Mighty Heart.9Persamaan yang terdapat dalam skripsi

ini adalah sama-sama menggunakan teori Roland Barthes, sedangkan perbedaannya

adalah dalam objek penelitiannya.Dalam penelitian tersebut objek yang ada setiap adegan

7Yasraf Amir Piliang,Hipersemiotika, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003) h. 256 8Farouk Kahlil Gibran Bagawi, “Analisis Semiotika Wajah Islam dalam Film My Name Is Khan” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2011). 9Rizky Akmalsyah,Analisis Semiotika Film A Mighty Heart, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2010).

9

yang mengandung makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film “A Mighty Heart”

dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Makna konotasi dari sebuah film

diangkat berdasarkan kisah nyata yang berawal dari kehidupan Daniel dan Mariane

Pearl‟s yang dramatis di Pakistan. Sedangkan makna konotasi dari film yang diproduksi

Revolution Studio ini sutradara sengaja mengajak kinerja jurnalis yang rumit dan perasaan

orang-orang yang ditinggal pergi (mati) oleh mereka. Dan mitos dari film ini memang

diformulasikan dari kisah mendiang Daniel Pearl‟s, seorang jurnalis yang hilang dibunuh

dan diculik di akhir bulan Januari 2002 sedangkan objek penelitian dalam skripsi ini

adalah makna mimpi dalam film 12 Menit .

Analisis Semiotika Terhadap Film In The Name Of Allah.10Persamaan yang

terdapat dalam skripsi ini adalah sama-sama menggunakan teori Roland

Barthessedangkan perbedaannya adalah dalam objek penelitiannya.Dalam penelitian

tersebut objek yang ada setiap adegan yang mengandung makna denotasi, konotasi dan

mitos dalam film “In The Name Of Allah” dengan menggunakan analisis semiotik Roland

Barthes. Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran tentang potret kehidupan

orang-orang muslim, khususnya Pakistan, dan tiga benua di dunia. Makna konotasi yang

terlihat dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh tiga orang tokoh terkait

dengan islam yang ada pada diri mereka dan pengimplementasiannya dalam

kehidupan. Dan ada beberapa mitos yang terlihat dalam film ini, yaitu tentang wacana

tentang jihad dalam agama Islam yang berarti peperangan dan jihad dianggap sebagai

holy war atau perang suci.sedangkan objek penelitian dalam skripsi ini adalah makna

mimpi dalam film 12 Menit .

10Hani Taqiyya, Analisis Semiotika Terhadap Film In The Name Of Allah, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2011).

10

Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum

ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika tentang makna mimpi dalam

film “12 Menit” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu penulis

menggunakan analisis semiotika untuk film 12 Menit ini.

F. Sitematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian mengenai

pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka dari itu, peneliti menyusun

sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam bab-bab tersebut mengandung

beberapa sub bab yang akan dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penulisan

dapat dilihat sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori

Landasan Teori yang meliputi, Mimpi Dalam Pandangan Islam, Pengertian Semiotik,

Teori Semiotik menurut Roland Barthes, Definisi Film dan Sejarah Perkembangan Film di

Indonesia dan Dunia, Jenis-jenis Film, Teknik Pengambilan Gambar dan Terapi Berpikir

Positif.

BAB III Gambaran Film “12 Menit”

Dalam BAB III ini berisi gambaran Film “12 Menit ”Sinopsis Film “12 Menit”,

Profil Sutradara Film dan Profil Pemain Film “12 Menit”

11

BAB IV Temuan Hasil Penelitian

Dalam BAB IV ini menjabarkan temuan dan analisis semiotika Film “12 Menit

Untuk Selamanya”, Narasi Adegan Yang Diteliti, Makna Konotasi, Denotasi dan Mitos, dan Pendapat penulis skenario.

BAB V Penutup

DalamBAB V berisi Kesimpulan, Saran-saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Mimpi dalam Pandangan Islam

Mimpi dapat di definisikan sebagai keinginan atau cita-cita, harapan, dan khayalan

untuk suatu hal yang ingin terjadi di masa depan. Definisi lain dari mimpi adalah gambaran

aktivitas atau kejadian yang terjadi pada saat seseorang tidur.

Mimpi mempunyai kedudukan yang agung dalam Islam, bagaimana tidak padahal

Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menjadikannya sebagai isyarat akan datangnya kabar

gembira.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam

bahwa beliau bersabda:

“Kenabian tidak ada lagi selain berita-berita gembira.” Para sahabat bertanya, “Apa yang di maksud dengan kabar-kabar gembira?” Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam menjawab, “Mimpi yang baik”. (HR. Al-Bukhari no. 6990)

Adapun ciri orang yang benar mimpinya adalah seorang mukmin yang jujur, bila

memang mimpinya itu mimpi yang baik/bagus. Jika seseorang dikenal jujur ucapannya

ketika terjaga, ia memiliki iman dan takwa, maka secara umum mimpinya benar. Karena

itulah hadits ini pada sebagian riwayatnya datang dengan menyebutkan adanya syarat, yaitu

mimpi yang baik/bagus dari seorang yang shalih. Dalam Shahih Muslim dari hadits Abu

Hurairah Radhiyallahu „Anhu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu „Alaihi Wa Sallam

bersabda1:

1 Artikel, diakses Kamis 08, Januari 2015 pukul 12.59 WIB dari http://radio.sasfmsurabaya.net

12

13

“Orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya”.

dalam riwayat Imam Muslim no. 4200 dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu Anhu secara marfu‟2:

“Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang tidak benar. Dan orang yang paling benar mimpinya di antara kalian adalah yang paling benar ucapannya. Mimpi seorang muslim adalah sebagian dari 45 macam nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) Mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syetan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi, angan-angan, atau khayal seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain.”

Dari beberapa ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa mimpi sesuatu yang dikenal

dalam islam, dan lebih dari itu Allah menisyaratkan adanya kabar gembira melalui mimpi

yang baik. Dan mimpi di sini datangnya dari tiga aspek. Yang pertama: datang dari Allah

sebagai petunjuk kabar gembira, yang kedua datang dari syetan dan yang terakhir datang

karena berdasarkan ilusi atau angan-angan.

B. Pengertian Semiotik dan Semiotik Model Roland Barthes

1.Pengertian Semiotik dan Sejarah

Secara etimologi istilah semiotik berasal daribahasa Yunani semeion yang berarti

“tanda”. Tanda adalah sesuatu yang terdiri pada sesuatu yang lain atau menambah dimensi

yang berbeda pada sesuatu, dengan memakai apa pun yang dapat dipakai untuk

2 Artikel, diakses Kamis08, Januari 2015 pukul 12.59 WIB dari http://radio.sasfmsurabaya.net

14

mengertikan sesuatu hal yang lainnya. C.S Pierce menyebut tanda sebagai “suatu pegangan

seseorang akibat keterkaitan sesorang dengan tanggapan atau kapasitasnya” (1958,2:228).3

Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelaji

sederetan luas objek-objek, peristiwa, peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.4

Menurut kamus besar bahasa Indonesia semiotika adalah “ilmu atau teori tentang lambang

dan tanda (dl bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb)”.5Pengertian paling sederhana mengenai

semiotik dapat diartikan sebagai studi mengenai tanda dan bagaimana tanda itu bekerja.6

Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal dengan semiologi.Artinya adalah “kata-

kata mengenai tanda-tanda”. Menurut Ferdinan de Saussure di dalam bukunya “Course in

General Linguistik. Bahasa adalahsuatu sistem tanda yang mengekspresikan ide-ide

(gagasan-gagasan) dan karena itu dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf

untuk orang bisu-tuli, simbol-simbol keagmaan, aturan-aturan sopan santun, dan

sebagainya.7

Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinan de Saussure melalui

dikotomi system tanda: signified dan signifier atau signified dan significant yang bersifat

atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan antara yang

ditantai (signified) dan yang menandai (signifier) dengan sebuah idea tau petanda

(signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang

bermakna”. Tanda-tanda itu seperti selembaran kertas. Satu sisi adalah penanda sisi yang

lain menjadi petanda dan kertas itu sendiri adalah tanda. (Ferdinan de Saussure).

3Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), h. 1. 4 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Suatu Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95. 5 Artikel, diakses Jumat, 2 Mei 2014 pukul 17.52 WIB dari kbbi.web.id/semiotika 6 Andry Masri, Strategi visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 166. 7 Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010) cet. 1 h. 4 15

Untuk menyederhanakannya kemudiann Umberto Eco dalam bukunya A Theory of

Semiotics menjelaskan dan mempertimbangkan bahwa:

Semiotika berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai tanda-tanda.Suatu tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai pengganti yang signifikan untuk sesuatu lainnya.Segala sesuatu itu tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau mengaktualisasikan perihal dimana dan kapan suatu tanda memaknainya.

Umberto Eco juga menyebutkan tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda

ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Manurut

Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksi oleh kata-kata dan

tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial.8

Semiotika seperti yang kita ketahui dapat dikatakan baru karena berkembang sejak

awal abad 20. Memang sebelumnya pada abad 18 dan 19 banyak ahli teks (khususnya

Jerman) mengurai berbagai masalah yang berkaitan dengan tanda, namun mereka tidak

menggunakan pengertian semiotik.9

Semioitika oleh Ferdinan de Saussure di dalam Course in General Linguistik. Sebagai

ilmu yang mengakaji tentang sebagian tanda dari kehidupan sosial.10

Sedangkan semiotika menurut Roland Barthes adalah ilmu mengenai bentuk

(form).Studi ini mengkaji signifikasi yangterpisah dari sisinya (content). Semiotika tidak

hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat

mereka. Tanda yang berhubungan secara keseluruhan.11

8 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6, h. 87. 9 Tommy Cristomy, Semiotik Budaya, (Depok: Universitas Indonesia, 2004), cet. 1, h. 81. 10 Ferdinan de Saussure dikutip oleh Yasraf Amir Piliang dalam buku Hiper Semiotik Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, (Yogyakarta: Jalasutra,2003)h. 256. 11Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6, h. 122. 16

2. Teori Semiotik Roland Barthes

Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga menengah protestan di

Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik, di sebelah

baratdaya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang rajin

mempraktikkan model linguistic dan semiologi sausurean.12

Rolan Barthes adalah pakar semiotic Prancis yang pada tahun 1950-an menarik

perhatian dengan telaahnya tentang media dan budaya pop menggunakan semiotiksebagai

alat teoritisnya. Barthes menjelaskan dalam tesisnya bahwa struktur makna yang terbangun

di dalam produk dan genremedia diturunkan dari mitos-mitos kuno, dan sebagai peristiwa

media ini mendapatkan jenis signifikansi yang secara tradisional hanya dipakai dalam

ritual-ritual keagamaan.

Representasi menurut Barthes menunjukan bahwa pembentukan makna tersebut

mencakup sistem tanda menyeluruh yang mendaur ulang sebagai makna yang tertanam

dalam-dalam di budaya Barat misalnya, dan menyelewengkannya ke tujuan-tujuan

komersil.Hal ini kemudian disebut sebagai struktur.13

Roland Barthes adalah salah satu pengikut Sausure, Barthes membuat sebuah model

sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda.Fokus Barthes lebih tertuju pada

gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification).

12 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.115. 13 Denesi, Semiotik Media, h.28. 17

Frist Order Second Order

Reality sign culture

Konotation Denotation Signifier

Signified

Myth

Gambar 1

Signifikansi Dua Tahap Barthes

Dalamgambar di atas, Barthes, seperti dikutip Fiske, menjelaskan signifikansi tahap

pertama merupakan merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signinified

(petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal.Barthes menyebutnya sebagai

denotasi.Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi

tahap kedua.Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja

melalui mitos (myth).14

 Makna Denotasi:

Makna denotasi adalah Kata yang tidak mengandung makana atau perasaan-perasaan

tambahan yang bersifat langsug, dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda.

Dengan demikian, jika kita memperhatikan suatu objek, misalnya boneka Barbie, maka

14Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 127-128. 18

makna denotasi yang terkandung adalah “ini boneka yang panjangnya 11 ½ dan

mempunyai ukuran 5 ¼-3-4 ¼.Boneka ini kali pertama dibuat tahun 1959”.15

 Makna Konotasi:

Konotasi adalah makna yang mengandung makna arti tambahan, perasaan tertentu, atau

nilai rasa tertentu disamping makna yang sesungguhnya. Konotasi adalah istilah yang

digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan

yang terjadi ketika gambar bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-

nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai nilai subjektif atau paling tidak

intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakan pilihan terhadap konotasi, misalnya

kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”. Dengan kata lain, konotasi adalah

bagaimana cara kita menggambarkan suatu objek.16

 Mitos

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek

tentang realitas atau gejala alam.17dalam mitos, sekali lagi kita mendapati pola tiga

dimensi yang disebut Barthes sebagai penanda, petanda dan tanda.

Semiotik pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinan de Saussure yang mengatakan Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan antara yang ditantai dan yang menandai kemudian dikembangkan oleh Roland Barthes ketika makna itu muncul maka akan muncullah mitos atau persepsi masyarakat selama ini tentang tanda tersebut.

15Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), h. 65. 16Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 128. 17Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 128.

19

C. Sejarah Perkembangan Film Dunia dan Indonesia

1) Definisi Film

Film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lakon (cerita) gambar

hidup.Film dalam bahasa inggris disebut motion picture (gambar hidup).Film sebagai

perekam sejarah yang baik.Film juga bisa mempunyai fungsi dari segi edukatif dan

instruktif, dari tingkat bawah sampai tingkat ilmiah.Dinilai berdasarkan hasil atau sasaran

yang telah ditentukan sebelumnya. Karya film merupakan hasil kerjasama atau kolektif

berbagai seniman atau seniwati serta karyawan-karyawan teknis, cabang-cabang seni seperti

seni lukis, seni arca, seni sastra, dan seni musik. (Siagian, 2006, h. 6-8).

Menurut Tjasmadi, (2008, h. 44) ada beberapa alasan yang amat mendasar tentang

gunanya orang membuat film, yaitu: film sebagai medium ekspresi seni peran, film sebagai

tontonan yang bersifat dengar-pandang (audio visual), dengan sendirinya berhubungan

dengan hiburan, dan film sebagai piranti menyampaikan pesan apa saja yang bersifat

dengar-pandang, sehingga film berkaitan erat dengan informasi. Dalam film, terdapat

klasifikasi penonton, yaitu: Film Anak-Anak (children films), Film Semua Umur (all ages),

Dengan Bimbingan Orangtua (parental guidance), Film Remaja (teenages), dan Film

Dewasa (adults).

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa film adalah sebuah media

komunikasi yang mepunyai fungsi edukatif dan instruktif yang berisi seni, yang

menggabungkan audiodenganvisualsehingga dianggap efektif untuk menyampaikan

suatu pesan kepada halayak.

2) Sejarah Perkembangan Film Dunia Berawal dari sebuah mimpi, “Aku ingin membuat gambar yang bergerak”, yang

tersimpan kira-kira 17.000 tahun yang lalu di gua Altamira, Spanyol.Ditemukan gambar 20

hewan berkaki banyak.Para ahli sejarah menyatakan, bisa saja ini adalah sebuah impian

manusia zaman purbakala untuk membuat gambar bergerak. Sebab itu, seakan

tersembullah ungkapan dari gambar itu, “ Aku ingin membuat gambar ini bergerak”18

Selain itu, sebelum terciptanya film pertama para ahli sejarah pada zaman dahulu

kala mereka berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan obor, obor yang

diputar-putar sebagai tanda mengiriman isyarat (pesan). Para ahli sejarah menjelaskan

jika obor digerakan maka akan terlihat seperti satu garis, sebagaimana lampu senter

digerakan di tempat yang gelap, maka sinar senter tersebut akan membentuk suatu garis.

Ini yang di sebut ajaib dan tipuan mata, sesuatu yang berhubungan erat dengan

pemutaran film.19

Berdasarkan hasil penemuan di atas munculah gagasan untuk membuat foto

bergerak.Dipelopori oleh Edward Muybridge, mahasiswa Standford Universityyang

membuat 16 framkuda sedang berlari.Dari ke-16 foto yang sedang berlari itu,

Maybridge mencoba merangkai dan menggerakan secara berurutan, hasilnya, foto

tersebut terlihat hidup dan berhasil menjadi foto bergerak pertama di dunia.Sekalipun

pada zaman itu teknologi untuk merekan belum ada, Muybridge menggunakan camera

foto biasa untuk menghasilkan gerakan lari kuda. Dengan kata lain diperlukan

pengambilan gambar beberapa kali untuk memperoleh gerakan lari kuda yang sempurna

saat di film kan. Sejarah mencatat peristiwa itu pada tahun 1878.Dari sinilah ide

membuat film pertama muncul.Sepuluh tahun setelah penemuan gambar bergerak

(1888), barulah muncul film pertama di dunia, ya paling tidak mendekati konsep film-

film yang sudah ada saat ini. Film ini dikenal dengan namaRoundhay Garden Scene

18 Seiichi Konishi & Kaiji Nakamura, penemuan film, (Jakarta, Elex Media Koputindi, 2002), cet-1 h. 5. 19Ibid, h. 7. 21

yang di'sutradarai' oleh Louis Le Prince yang berasal dari Prancis. Film pertama di dunia

ini hanya berdurasi sekitar 2 dekit, menggambarkan sejumlah anggota keluarga Le

Prince sedang berjalan-jalan menikmati hari di taman. Setahun kemudian(1889),

Amerika Serikat barulah memproduksi film pertamanya yang berjudul Monkeyshines

No. 1. Film ini berisikanGambar orang yang 'blur' dengan latar hitam yang sedang

melakukan gerakan-gerakan tangan dalam beberapa detik.20

Ide pembuatan film pertama muncul di dunia karena mimpi seseorang yang ingin

membuat gambar yang bergerak, akhirnya mimpi itu bisa terlaksana pada 17000 tahun

yang lalu, gambar bergerak pertama kali adalah gambar seekor kuda yang dipelopori

oleh Edward Muybridge. Dia membuat 16 gambar kuda yang kemudian disatukan dan

dia berhasil menciptakan gambar bergerak pertama di dunia.

3) Sejarah Perkembangan Film Indonesia21

Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1900-an masyarakat kita sudah

mengenal adanya film atau yang lebih dikenal dengan “Gambar Hidoep”. Hal ini

dibuktikan dengan adanya koranBintang Betawi No.278, 5 Desember 1900 yang

memuat iklan bioskop. Seni pertunjukkan film pada masa itu diselenggarakan oleh orang

Belanda.Jenis bioskop terbagi menjadi tiga golongan berdasarkan status penonton, yaitu

bioskop untuk orang Eropa, bioskop orang menengah, dan golongan orang pinggiran.

Pada tahun 1925 sebuah artikel di koran masa itu, De Locomotif, memberi usulan

untuk membuat film. Pada tahun 1926 dua orang Belanda bernama L. Heuveldorp dan

20Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 07.50 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews. 21Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 08.12 WIB dari http://montase.blogspot.com/2010/05/sekilas- sejarah-film-indonesia.html

22

G.Kruger mendirikan perusahaan film, Java Film Coy di Bandung dan pada tahun yang sama mereka memproduksi film pertamanya berjudul Loetoeng Kasarung (1926), yang diangkat dari legenda Sunda. Film ini tercatat sebagai film pertama yang diproduksi di

Indonesia dan ini dianggap sebagai sejarah awal perfilman Indonesia.Film ini diputar perdana pada 31 Desember 1926.Film berikutnya yang diproduksi adalah Eulis Atjih

(1927) berkisah tentang istri yang disia-siakan oleh suaminya yang suka foya-foya.

Dalam perkembangan berikutnya banyak bermunculan studio film yang dinominasi oleh orang-orang Cina. Pada tahun 1928 Wong Brothers dari Cina (Nelson

Wong, Joshua Wong, dan Othniel Wong) mendirikan perusahaan film bernama Halimun

Film dan memproduksi film pertamanya Lily Van Java (1928). Film ini berkisah tentang seorang gadis Cina yang dipaksa untuk menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya, padahal ia telah memiliki kekasih. Film ini sendiri kurang disukai oleh penonton pada masa itu.Wong Brothers akhirnya mendirikan perusahaan film baru bernama Batavia

Film.Selain Wong Brothers, ada pula Tan‟s Film, Nansing Film dan perusahaan milik

Tan Boen Swan.Nansing Film dan perusahaan Tan Boen Swan memproduksi Resia

Borobudur (1928) dan Setangan Berloemoer Darah (1928).

Setelah L.Heuveldorp menarik diri, G.Kruger mendirikan perusahaan film sendiri bernama Kruger Filmbedriff, yang memproduksi, Karnadi Anemer Bangkong (1930) dan Atma De Visher (1931). Selain itu orang Belanda lainnya yaitu F.Carli yang mendirikan perusahaan film bernama Cosmos Film Corp atau Kinowerk Carli yang memproduksi De Stem des Bloed (Nyai Siti, 1930) yang berkisah mengenai orang Indo, lalu juga Karina’s Zelfopoffering (1932). Sedangkan Tan’s Film dan Batavia Film pada 23 tahun 1930 memproduksi Nyai Dasima (1930), Si Tjonat (1930), Sedangkan Halimun film memproduksi Lari Ke Arab (1930).

Masuk era film bicara, tercatat dua film tercatat sebagai film bicara Indonesia pertama adalah Nyai Dasima (1931) yang di-remake oleh Tan‟s Film serta Zuster

Theresia (1931) produksi Halimun Film. Masa ini juga muncul The Teng Chun yang mendirikan perusahaan The Teng Chun ”Cino Motion Pict” dan memproduksi Boenga

Roos dari Tjikembang (1931) dan Sam Pek Eng Tai (1931). Sasarannya adalah orang- orang Cina dan kisahnya pun masih berbau budaya Cina.Sementara Wong Brothers juga memproduksi Tjo Speelt Voor de Film (1931).Sedangkan Kruger dan Tans‟s berkolaborasi memproduksi Terpaksa Menikah (1932). Di penghujung tahun 1932 beredar rumor kuat akan didirikan perusahaan film asal Amerika. Semua produser menjadi takut karena tak akan bisa menyaingi dan akhirnya Carli, Kruger dan Tan‟s

Film berhenti untuk memproduksi film. Studio yang masih bertahan adalah Cino Motion

Picture.

Beberapa tahun setelahnya muncul seorang wartawan yang mendirikan perusahaan Java Pasific Film dan bersama Wong Brothers memproduksi

Pareh (1935).Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses komersil.Balink dan Wong akhirnya sama-sama bangkrut.Pada tahun 1937, Balink mendirikan studio film modern di daerah Polonia Batavia yang bernama ANIF (Algemeene Nederland Indie Film

Syndicaat) dan memproduksi /Het Eilan der Droomen (1937).Film ini berkisah tentang lika-liku dua orang kekasih di sebuah tempat bernama Sawoba. Sawoba adalah sebuah tempat khayalan yang merupakan singkatan dari SA(eroen), Wo(ng),

BA(link) yang tak lain adalah nama-nama penulis naskah, penata kamera, editor, dan 24 sutradaranya sendiri. Walau meniru gaya film Hollywood The Jungle Princess (1936) yang diperankan Dorothy Lamoure namun film ini memasukkan unsur lokal seperti musik keroncong serta lelucon yang diadaptasi dari seni panggung. Film ini sukses secara komersil dan distribusinya bahkan sampai ke Singapura. Pemeran utama wanitanya, Rockiah setelah bermain di film ini menjadi bintang film paling terkenal pada masa itu

. Kala ini Terang Boelan (1937) adalah film yang amat populer sehingga banyak perusahaan yang menggunakan resep cerita yang sama. Pada tahun 1939 banyak bermunculan studio-studio baru seperti, Oriental Film, Mayestic Film, Populer Film,

Union Film, dan Standard Film. Film-film populer yang muncul antara lainAlang-alang

(1939) dan Rentjong Atjeh (1940).

Pada masa ini pula kaum pribumi mulai diberi kesempatan untuk menjadi sutradara yang perannya hanya sebagai pelatih akting dan dialog.Justru yang paling berkuasa pada masa itu adalah penata kamera yang didominasi orang Cina.Pada era ini pula muncul kritik dari kalangan intelek untuk membuat film yang lebih berkualitas yang dijawab melalui film, Djantoeng Hati (1941) dan Asmara Moerni (1941).Para pemain dari kedua film ini didominasi kaum terpelajar namun karena dirasa terlalu berat, para produsen film akhirnya kembali ke tren awal melalui film-film ringan seperti

Serigala Item (1941), TengkorakHidup (1941). Pada akhir tahun 1941, Jepang menguasai Indonesia.Semua studio film ditutup dan dijadikan media propaganda perang oleh Jepang.Jepang mendirikan studio film yang bernama Nippon Eiga Sha.Studio ini banyak memproduksi film dokumenter untuk propaganda perang. Sementara film cerita 25 yang diproduksi antara lainBerdjoang (1943) yang disutradarai oleh seorang pribumi,

Rd. Arifin namun didampingi oleh sutradara Jepang, Bunjin Kurata.

Pasca kemerdekaan RI pada tahun 1945, studio film milik Jepang yang sudah menjadi kementerian RI direbut oleh Belanda dan berganti nama Multi Film. Film-film yang diproduksi antara lainDjauh Dimata (1948) dan Gadis Desa (1948) yang diarahkan oleh . Di era ini pula muncul nama yang kelak akan menjadi pelopor gerakan film nasional. Pada tahun ini pula, 1949, para produser Cina lama mulai berani mendirikan studio lagi.The Theng Chun dan Fred Young mendirikan

Bintang Surabaja. Tan Koen Youw bersama Wong mendirikan Tan & Wong Bros. Salah satu film produksi Tan & Wong Bros yang populer adalah Air Mata Mengalir Di

Tjitarum (1948).

Pada tahun 1950 dibentuklah (Perusahaan Film Nasional).Perfini merupakan perusahaan film pertama milik pribumi.Beberapa bulan kemudian dibentuk pula Persani (Perseroan Artis Indonesia). Film pertama produksi Perfini adalah Long

March Of Siliwangi atau (1950) yang disutradarai oleh Usmar Ismail.

Syuting pertama film film ini tanggal 30 Maret 1950, kelak ini dijadikan sebagai hari film nasional. Sementara produksi besar lainnya adalah ”Dosa Tak Berampun” (1951).

Dalam dua tahun saja, Persani telah memiliki studio yang mewah dan megah.Studio ini merupakan studio film terbesar di Indonesia kala itu. Usmar Ismail dan Djamaludin

Malik nantinya akan ditetapkan sebagai Bapak Perfilman Nasional (resmi pada tahun

1999). Antara tahun 1954-1955 Perfini mengalami krisis finansial.Film arahan sutradara

Usmar Ismail, Krisis (1953) walau sukses komersil namun tetap saja tak mampu menutup hutang bank.Pada masa ini pula muncul kritik terhadap film-film produksi 26 studio milik orang Cina yang memproduksi film bermutu sangat rendah. Salah satunya adalah film Tans & Wong berjudul Topeng Besi (1953) yang diproduksi dengan biaya sangat murah. Namun di sisi lain, film-film dalam negeri juga bisa mulai bersaing dengan film-film impor dari Malaysia, Filipina, dan India. Pada Tahun 1954, Usmar dan

Djamaludin mempelopori berdirinya PPFI (Persatuan Perusahaan Film Nasional), lalu juga menjadi anggota FPA (Federatuion Of Motion Picture Produsers in Asia).

Persani dan Perfini bersama-sama memproduksi film (1954) disutradarai oleh Usmar Ismail. Film ini bercerita tentang mantan pejuang kemerdekaan yang menghadapi kekecewaan terhadap orang-orang seperjuangannya yang berubah menjadi seseorang yang tidak mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang telah mereka perjuangkan dengan susah payah. Konon film ini akan dikirim ke Festival Film Asia di

Tokyo namun pemerintah Indonesia melarang karena masa itu kita tengah konflik dengan pemerintah Jepang.

Pada tahun 1955 PPFI untuk pertama kalinya menyelenggarakan Festival Film

Indonesia (FFI) tercatat merupakan festival film pertama yang diselenggarakan di tanah air.Terpilih film terbaik adalah Lewat Djam Malam (1954). Namun sayangnya Usmar

Ismail tidak mendapat penghargaan apa pun dalam ajang ini. Film ini rencananya akan diputar di festival film Cannes pada 16-27 Mei 2012 setelah direstorasi penuh. Pada tahun 1955 film produksi Perfini (1955) mendapat penghargaan khusus komedi terbaik pada ajang bergengsi Festival Film Asia.Sejarah juga mencatat awal bulan Maret tahun 1956 para pemain dan pekerja film membentuk PARFI (Persatuan

Artis Film Nasional).Pada tahun 1957, PPFI memutuskan untuk menutup studio film mereka karena tak ada dukungan dari pemerintah kala itu.Djamaludin Malik ditangkap 27 tanpa alasan yang jelas.Studio Perfini disita bank karena tidak mampu membayar hutang.Setelah diadakan perundingan dengan pemerintah pada tanggal 26 April 1957 akhirnya studio dibuka kembali.Namun kondisinya tidak seperti dulu dan kondisi perfilman nasional menjadi lumpuh. Hasil negoisasi dengan pemerintah berupa janji pemerintah akan adanya kementerian khusus untuk membina para insan film baru dipenuhi pemerintah 7 tahun setelahnya.

Pada masa bersamaan sekitar tahun 1957 kondisi politik di Indonesia didominasi golongan komunis PKI atau sering disebut golongan kiri.Golongan kiri juga ingin menguasai dunia perfilman kala itu.Mereka mendirikan Sarfubis (Sarikat Buruh Film dan Sandiwara) namun kelompok ini tidak efektif di pasaran.Kala itu juga terjadi pertikaian antara PARFI dan golongan kiri. Usmar Ismail dan Djamaludin Malik sangat antipati dengan komunis. Sementara golongan kiri mengganggap kematian film nasional disebabkan impor film Amerika ke Indonesia. Golongan kiri juga menuduh Usmar

Ismail sebagai agen Amerika. Walaupun kondisi perfilman Nasional semakin krisis, beberapa film masih diproduksi. Usmar Ismail pada tahun 1956 mengarahkan

(1957) yang dirilis setahun setelahnya.

Pada tahun 1960-an dunia perfilman di Indonesia pecah menjadi dua blok, yakni golongan Usmar dan rekan-rekannya dengan golongan kiri. Pada tahun 1962,

Djamaludin Malik yang telah bebas dari penjara, menyelenggarakan FFI yang kedua serta mendirikan LESBUMI (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia) dengan Ketua

Umum Usmar Ismail. Film-film populer yang muncul di masa pelik ini antara lainPedjoang (1960) dan Anak-anak Revolusi (1964) karya Usmar Ismail. 28

Pada tahun 1961, Pedjoang mendapat penghargaan pemeran pria terbaik

(Bambang Hermantpo) di ajang Festival Film International di Moskow.Film fenomenal lainnya adalah Pagar Kawat Berduri (1961) dan Tauhid (1964) karya Asrul Sani.

Golongan kiri menuntut agar film Pagar Kawat Berduri (1961) ditarik dari peredaran, karena dianggap dapat membuat orang bersimpati pada Belanda.

Lalu juga ada Piso Surit (1960) dan Violtta (1962) karya Bahctiar Siagian, serta

Matjan Kemayoran (1965) karya .Pada tahun 1964 untuk pertama kalinya diadakan Festival Film Asia Afrika (FFAA) di Jakarta.Golongan kiri yang menguasai seluruh kepanitiaan FFAA mencetuskan berdirinya PAPFIAS (Panitia Aksi

Pemboikotan Film Imperialis Amerika).Tujuan PARFIAS adalah melarang beredarnya film-film produksi Amerika dan sekutunya di bioskop-bioskop Indonesia.Kondisi ini membuat bioskop-bioskop lokal dipenuhi film-film asing dari Rusia, Eropa Timur, dan

RRC.PARFIAS sendiri juga tak mampu menggangkat perfilman Indonesia, sehingga kondisi bioskop kala itu sepi pengunjung.

Setelah PKI ditumpas,kondisi industry film kita sedang mati suri maka untuk mengangkat perfilman nasional, sejak tahun 1967, kementerian penerangan mulai bersungguh-sungguh melaksanakan tugasnya. Hasilnya, film-film lokal bergairah kembali.

Tahun 1967, Wim Umboh memproduksi film berwarna Indonesia pertama yang berjudul Sembilan (1967) yang diproduksi dengan biaya sangat tinggi. Tahun 1969 pemerintah juga memproduksi film-film percontohan yang diharapkan dapat mengangkat perfilman nasional, seperti Apa Jang kau Tjari Palupi?(1969) karya Asrul

Sani, Djambang Mentjari Naga Hitam (1968) karya Lilik Sudjio, Mat Dower (1969) 29 karya Nya Abbas Acup, Nyi Ronggeng (1969) dan Kutukan Dewata (1969) karya Alam

Surawidjaya. Hasilnya ternyata cukup positif, pada tahun 1969 produksi film hanya 9 judul, tahun 1970 meningkat menjadi 20 judul, dan tahun 1971 meningkat menjadi 52 judul.

Awal tahun 70-an, tokoh-tokoh film nasional seperti Usmar Ismail dan

Djamaludin Malik telah tiada.Djamaludin Malik meninggal pada Juni 1970 dan tak lama kemudian Usmar Ismail juga berpulang.Tahun 1970 muncul desakan kepada pemerintah dari industri perfilman agar sensor terhadap film Indonesia dilonggarkan seperti perlakuan pada film-film impor.Maka muncul film-film yang memasukkan unsur erotisme seperti Djambang Mentjari Naga Hitam (1968) dan Bernafas Dalam Lumpur

(1970).Kedua film yang juga telah diproduksi berwarna ini ini merupakan pelopor dari film-film yang mengutamakan adegan berbau seksual dan penuh dengan adegan aksi yang kejam.

Namun pada akhir tahun 1972, Badan Sensor Film kembali bersikap tegas terhadap film-film yang berbau seksual.Sutradara memulai debutnya melalui Wadjah Seorang Lelaki (1971).Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses komersil.Teguh adalah seorang sutradara teater yang kelak menjadi sutradara berpengaruh di era 1980-an. Sementara sineas kawakan lainnya, Wim Umboh memproduksi film Pengantin Remadja (1971) yang sukses secara komersil.Pada Tahun

1973 dipelopori oleh Sumardjono diselenggarakan kembali FFI yang sempat vakum beberapa tahun. Hingga tahun 1980-an pemenang FFI masih didominasi oleh sineas- sineas seperti Wim Umboh, SyumanDjaya, Teguh Karya, serta Asrul Sani. Namun pada era ini juga sudah muncul sutradara-sutradara muda seperti, Ismail Subardjo, Slamet 30

Raharjo, dan Franky Rorempandey.Film-film yang populer tahun 70-an diantaranya

Ratapan Anak Tiri (1973), Bing Slamet Koboi Cengeng (1974), Karmila (1976) serta,

Inem Pelayan Sexy (1977).

Pada era 1980-an hingga awal 1990-an film-film yang paling populer masa ini adalah film-film komedi slapstick yang dibintangi oleh grup lawak legendaris, Warkop

DKI, yakni Dono, Kasino, Indro seperti Mana Tahaaan..(1979), Setan Kredit (1981),

Tahu diri Dong (1984), Maju Kena Mundur Kena (1983) dan Sabar Dulu dong (1989).

Dengan gaya banyolan yang unik dan konyol, Warkop telah memproduksi lebih dari 30 film dan hampir seluruhnya sukses komersil. Pada masa ini juga populer genre horor yang dipelopori sang ratu horor, Suzanna, seperti, Sundel Bolong (1981), Malam Jumat

Kliwon (1986), dan Malam Satu Suro (1988). Film aksi fantasi sejarah, Saur Sepuh:

Satria Madangkara (1987), yang diadaptasi dari sandiwara radio populer juga sukses besar dengan empat sekuelnya. Aktor laga, Barry Prima juga sukses dengan film aksi sejenis melalui Jaka Sembung (1981) dengan tiga sekuelnya.Sementara film remaja

Catatan Si Boy (1987) yang dibintangi Onky Alexanderd dan , juga sukses besar dengan empat sekuelnya. Sementara itu muncul pula film-film drama berkualitas dari sutradara-sutradara berpengaruh pada masa ini seperti, Doea Tanda

Mata(1984) karya Teguh Karya, Matahari-Matahari(1985) karya Arifin C Noer, Tjoet

Nyak Dien (1986) karya , Kodrat (1986), karya Djarot,

Kejarlah daku Kau Kutangkap (1985) karya Chaerul Umam, serta (????) karya Deddy Mizwar. Sementara PengkhianatanG-30-S PKI (1982) karya Arifin C.

Noer yang merupakan film propaganda fenomenal, menjadi film terlaris era 80-an dan kelak selalu diputar di televisi nasional tiap tahunnya selama era Orde baru. 31

Dimulai awal dekade 1990-an hingga awal dekade 2000-an kondisi perfilman

Indonesia mati suri dengan menurunnya jumlah produksi film nasional terutama sekali karena munculnya TV swasta di akhir era 80-an. Sejak Tahun 1993, FFI tidak lagi diselenggarakan karena minimnya produksi. Di tengah kondisi serba sulit ini sejak awal

90-an hingga tahun 1997, muncul film-film erotis berkualitas rendah yang mengeksploitasi seks semata dengan judul-judul yang bombastis, sebut saja macam

Gadis Metropolis (1992), Ranjang yang Ternoda (1993), Gairah Malam (1993),

Pergaulan Metropolis (1994), Gairah Terlarang (1995), Akibat Bebas Sex (1996),

Permainan Erotik (1996), serta Gejolak Seksual (1997). Namun film-film drama berkualitas masih muncul seperti seperti Taksi(1990) Arifin C Noer, Sri (1997) sutradara

Marselli Sumarno, Telegram(1997) karya Slamet Raharjo Djarot, serta Badut-Badut

Kota(1993) karya Ucik Supra. juga memulai debutnya dengan film- filmnya seperti Cinta Dalam Sepotong Roti (1990), Daun di Atas Bantal (1997), dan

Puisi Tak Terkuburkan (1999). Dewan Film Nasional juga membiayai Bulan Tertusuk

Ilalang (1994) karya Garin Nugroho dan Cemeng 2005(1995) karya sutradara N.

Riantiarno untuk menggairahkan kembali perfilman nasional seperti yang telah dilakukan pada era 60-an silam. Sementara dari kalangan sineas independen, muncul sineas-sineas intelek muda yang kelak berpengaruh pada dekade mendatang seperti Riri

Reza, Mira Lesmana, Rizal Mantovani, dan Nan Acnas dengan memproduksi Kuldesak

(1997).

Pasca reformasi dianggap sebagai momentum awal kebangkitan perfilman nasional.Momen ini ditandai melalui film musikal anak-anak Petualangan Serina (1999) karya Riri Reza serta diproduseri Mira Lesmana yang sukses besar di pasaran.Selang 32 beberapa tahun diproduksi dua film fenomenal yang sukses luar biasa yang selanjutnya memicu produksi film-film lokal. Pertama adalah film horor Jelangkung (2001) karya sutradara Jose Purnomo dan Rizal Mantovani dan kedua Ada Apa Dengan Cinta? (2001) karya Sutradara Rudi Soedjarwo yang diproduseri oleh Mira Lesmana dan Riri

Reza.AADC sukses fenomenal hanya dalam tiga hari diputar di Jakarta film ini telah meraih 62.217 penonton. Dua film ini dianggap sebagai film pelopor yang nantinya banyak bermunculan puluhan film-film dengan tema dan genre yang sama.

Film bertema remaja dan film horor bahkan hingga kini masih membanjir dan laris di pasaran.Mengikuti sukses AADC film-film roman dan melodrama remaja bermunculan dan tak jarang menggunakan bintang muda, penyanyi atau grup musik yang tengah naik daun. Film-film roman remaja yang populer antara lainEiffel I’m in

Love (2003) karya Nasri Ceppy, Heart (2005), Inikah Rasanya Cinta? (2005), Love in

Perth (2010), Purple Love (2011), Love is U (2012). Sineas Nayato Fio Fuala dikenal juga memproduksi film-film melodrama yang menyayat hati antara lain Cinta Pertama

(2006), The Butterfly (2007), sertaMy Last Love (2012). Melalui Virgin (2004) film remaja mulai berani mengambil tema-tema yang dianggap tabu sebelumnya.

Genre horor mendominasi pasar melalui film-film horor remaja yang umumnya mengambil cerita mitos atau legenda dari sebuah tempat atau lokasi angker yang menampilkan makhluk-makhluk gaib khas lokal, seperti kuntilanak, pocong, genderuwo, suster ngesot, tuyul, dan sebagainya.Pengaruh horor Jepang juga seringkali tampak dan tak jarang pula memasukkan unsur erotisme sebagai bumbu.Beberapa film horor populer diantaranya, Tusuk Jelangkung (2002), Kuntilanak (2006), Terowongan Casabanca

(2007), Tali Pocong Perawan (2008), serta Suster Keramas (2009). Bahkan Suzanna, 33 sang ratu horor pun masih sempat bermain dalam Hantu Ambulance (2008). Selain film- film horor bermunculan film-film slasher ala barat seperti Rumah Dara (2010), Air

Terjun Pengantin (2009), Pintu Terlarang (2009), hingga yang terbaru Modus Anomali

(2012). Genre horor juga sering dipadukan dengan genre komedi, seperti Setan Budeg

(2009), Poconggg Juga Pocong (2011), dan Nenek Gayung (2012).

Selain film roman dan horor, film bergenre komedi juga juga sukses besar di pasaran.Film ini rata-rata juga ditujukan untuk penonton remaja dan beberapa diantaranya berkualitas baik.Dalam perkembangan film komedi yang berbumbu seks juga semakin banyak diproduksi. Film-film komedi yang populer dan sukses diantaranya

Arisan! (2003) serta sekuelnya yang rilis tahun lalu, Get Married (2007) dengan dua sekuelnya, Get Married 2 (2009), dan Get Married 3 (2011), Sekuel Nagabonar, yaitu

Naga Bonar jadi 2 (2007), Quickie Express (2007), XL :Extra Large (2008) serta

Otomatis Romantis (2008).

Film anak-anak diproduksi tidak sebanyak film roman dan horor namun film bertema ini seringkali sukses besar di pasaran.Film umumnya berkisah tentang perjuangan seorang anak atau sekelompok anak-anak untuk menggapai impian dan cita- citanya. Film-film anak-anak yang populer antara lainDenias, Senandung di Atas Awan

(????) karya John De Rantau. Laskar Pelangi (2008) dan Sang Pemimpi (2009) karya

Riri Reza diangkat dari novel best seller karya Andrea Hirata.Laskar Pelangi (2008) menjadi film terlaris di Indonesia dengan penonton mencapai 4.606.785.Film anak-anak tidak jarang pula dipadukan dengan genre olah raga, seperti Garuda di Dadaku (2009),

King (2009), dan Tendangan Dari Langit (2011). 34

Industri perfilman kita melakukan terobosan dengan memproduksi film animasi musikal melalui Meraih Mimpi (2009).Film-film bergenre drama juga banyak muncul yang biasanya berkisah tentang perjuangan hidup, perncarian eksistensi diri, nilai-nilai moral, dan dan masalah sosial.Beberapa diantaranya berkualitas sangat baik dan sukses di beberapa ajang festival film intersnasional. Film-filmnya drama populer diantaranya

Cau Bau Kan (2001) dan Berbagi Suami (2006) yang keduanya karya sutradara Nia

Dinata, lalu Pasir Berbisik (2000) dan The Photograph (2007) karya Nan Achnas,

Eliana, Eliana (2002), 3 hari untuk Selamanya (????), dan Gie (2004) karya Riri Reza,

Mengejar Matahari (2004) karya Rudi Soedjarwo, Surat Kecil Untuk Tuhan (2011), dan pemenang Citra tahun lalu Sang Penari (2011) karya Ifa Irfansyah.

Film bertema religi Kiamat Sudah Dekat (2003) karya Deddy Mizwar memang sukses komersil namun adalah Ayat-ayat Cinta (2008) karya yang mengangkat genre religi menjadi populer hingga sekarang. Film religi kental sekali dengan nuansa agama (muslim) dan kisahnya berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari dan tak jarang pula dibumbui unsur roman.

Film-film religi populer seperti Ketika Cinta Bertasbih (2009), Ketika Cinta Bertasbih 2

(2009), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Dalam Mihrab Cinta (2010), Tanda

Tanya (2011), hingga film religi anak-anak, Negeri 5 Menara (2012). Film religi juga mengangkat kisah tokoh agama seperti Sang Pencerah (2010) dan yang baru dirilis

Soegija (2012). Sementara Cin(T)a (2009) serta 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010) mengangkat tema masalah beda agama.

Genre aksi baru mulai populer akhir dekade 90-an dan seringkali berpadu dengan tema kriminal dan perang, seperti Serigala Terakhir (2009), Merah Putih (2009), Darah 35

Garuda (2010), Merantau (2009), serta yang baru saja rilis The Raid (2012). The Raid bahkan sukses dirilis luas di Amerika dan sempat masuk 11 besar box office mingguan disana.Selain sukses secara komersil film ini juga sukses secara kritik karena adegan aksinya yang dikoreografi secara menawan.Film ini merupakan sejarah bagi kita karena sukses komersil di mancanegara hingga menjadi perbincangan banyak media dan pengamat film di dunia.Sedangkan dari para pembuat film non mainstream (non komersil) muncul pula film-film alternatif.Beberapa diantaranya abstrak, kompleks, dan ceritanya sulit dipahami orang awam.Tema film yang diangkat biasanya merupakan kritik dan respon terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik di negara ini.Garin Nugroho adalah satu diantara sineas yang memilih di jalur ini, dan seringkali justru film-filmnya mendapat apresiasi di festival-festival luar negeri.Film-filmnya seperti Opera Jawa

(2006), Under the Tree (2008), Generasi Biru (2008), serta Mata Tertutup (2012).Juga film-film semi abstrak seperti Novel Tanpa Huruf R (2003) dan Identitas (2009) karya

Aria Kusumadewa.Setelah vakum selama duabelas tahun, Festival Film Indonesia akhirnya mulai diselenggarakan kembali pada tahun 2004.Peraih Citra tahun 2006,

Ekskul (2006) membuat kontroversi dengan menggunakan ilustrasi musik film-film populer barat seperti Gladiator, Bourne Supremacy, Taegukgi, dan Munich.Sebagai bentuk protes, para peraih Piala Citra tahun tersebut seperti Riri Reza, Mira Lesmana, dan lainnya melakukan aksi pengembalian Piala Citra.Mereka pulalah yang membentuk festival film tandingan, yakni IMA (Indonesian Movie Award) yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 2007.

Dari sedikit penjelasan diatas terlihat perkembangan perfilman Indonesia dari masa ke masa yang dinamis.Hingga saat ini sinema kita masih berjuang mencari 36

bentuknya menuju industri film yang lebih mapan.Secara rata-rata, kualitas kita masih

dibawah industri film negara Asia lainnya seperti Jepang, Hong Kong, Korea, bahkan

Thailand.Secara teknis kita tidak kalah namun dari aspek cerita kita masih sangat lemah.

Para sineas kita masih harus lebih banyak belajar dan jeli mencari celah untuk bisa

bersaing dengan film-film dari negara lain. Sukses The Raid bisa menjadi secercah

harapan, bukan hal yang mustahil film kita bisa menembus pasar internasional.

4) Jenis-jenis Film

Jenis film terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah:

 Film Horor

Film jenis ini biasanya berhubungan dengan hal-hal yang supranatural,

yang selalu berhubungan dengan kematian atau hal yang di luar nalar kita. Film

ini memang dibuat begitu menyeramkan agar para penonton merasakan ketakutan.

 Film Drama

Film jenis ini lebih ringan dibandingkan dengan film horror, Karena film

jenis ini hanya bercerita tentang suatu konflik dalam kehidupan, hanya saja

terkadang dibuat berlebihan karena agar penonton ikut masuk ke dalam cerita

yang ada di dalam film tersebut.

 Film Komedi

Film jenis ini berisi tentang kelucuan dari alur cerita dan para pemainnya, film

ini dibuat sedemikian rupa agar para penonton dapat tertawa ketika menyaksikan

film ini.

37

 Film Musikal

Film jenis ini penuh dengan nuansa musik, alur ceritanya hampir sama dengan

drama hanya saja musikal dalam beberapa adegan para pemain bernyanyi, dan

dalam berdialog mereka menggunakan musik.

 Laga (action)

Film jenis isi banyak berisi adegan yang membahayakan seperti berantem di atas

gedung, loncat dari gedung satu ke gedung yang lain, dan lain sebagainya, film

jenis ini tak jarang membuat para penontonnya di buat menegangkan.

Film 12 menit ini termasuk ke dalam film drama, karena menceritakan

perjuangan seorang anak muda untuk mencapai mimpinya.

5) Teknik Pengambilan Gambar

Ada lima hal yang diperlukan dalam pengambilan gambar untuk jurnalistik

televisi, yaitu22:

1. Camera Angel: (sudut pengambilan gambar)

Camera Angeladalah posisi camera pada saat pngambilan gambar.Masing-masing

angel sudut punya makna tertentu.Camera Angeldalam sudut pengambilan gambar

ada lima bagian:

a. Bird Eye View

Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera

berada di atas ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas

dan benda-benda lain tampak kecil dan berserakan.

22“Teknik Pengambilan Gambar” diakses pada tanggal. Rabu 3 Desember pukul 21.30 WIB dari http://www.thingktep.wordpress.com 38

b. High Angle

Sudut pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat

kecil.Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai “kerdil”.

c. Low Angle

Sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi

terlihat besar.Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/

prominance, berwibawa, kuat, dominan.

d. Eye Level

Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek.Hasilnya memperlihatkan

tangkapan pandangan mata seseorang.Teknik ini tidak memiliki kesan

dramatis melainkan kesan wajar.

e. Frog Eye

Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan

alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-

olah mata penonton mewakili mata katak.

2. Framae Size (Ukuran Gambar)23

a. Extreme Close Up (ECU/XCU): pengambilan gambar yang terlihat sangat detail

seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu.

b. Big Close Up (BCU): pengambilan gambar dari sebatas kepala hingga dagu.

c. Close Up (CU): gambar diambil dari jarak dekat, hanya sebagian dari objek yang

terlihat seperti hanya mukanya saja atau sepasang kaki yang bersepatu baru

23 Amin Rois, “ Analisis Semiotik Film Negeri 5 Menara,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013, h. 40. 39

d. Medium Close Up: (MCU) hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan

diambil dari dada keatas.

e. Medium Shot (MS): pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka

yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas).

f. Knee Shot (KS): pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut.

g. Full Shot (FS): pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala sampai kaki.

h. Long Shot (LS): pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak

jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.

i. Medium Long Shot (MLS): gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika

misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu

orang maka tampak dari kepala sampai lutut.

j. Extreme Long Shot (XLS): gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang

ditonjolkan bukan objek lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat

diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya.

k. One Shot (1S): Pengambilan gambar satu objek.

l. Two Shot (2S): pengambilan gambar dua orang.

m. Three Shot (3S): pengambilan gambar tiga orang.

n. Group Shot (GS): pengambilan gambar sekelompok orang.

3. Moving Camera (gerakan kamera)

Moving Cameraadalah posisi kamera bergerak, sementara objek diam, dan

sebaliknya:

 Zoom In/ Zoom Out : kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan

menggunakan tombol zooming yang ada di kamera. 40

 Panning: gerakan kamera menoleh ke kiri dan ke kanan dari atas tripod.

 Tilting: gerakan kamera ke atas dan ke bawah. Tilt Up jika kamera

mendongak dan tilt down jika kamera mengangguk.

 Dolly : kedudukan kamera di tripod dan di atas landasan rodanya. Dolly In

jika bergerak maju dan Dolly Out jika bergerak menjauh.

 Follow : gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak.

 Crane shot : gerakan kamera yang dipasang di atas roda crane.

 Fading : pergantian gambar secara perlahan. Fade in jika gambar muncul dan

fade out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling

menggantikan secara bersamaan.

 Framing : objek berada dalam framing Shot. Frame In jika memasuki bingkai

dan frame out jika keluar bingkai.

 Objek bergerak sejajar dengan kamera.

 Walk In : Objek bergerak mendekati kamera.

 Walk Away : Objek bergerak menjauhi kamera.

4. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak dilihat.

Komposisi ada tiga yakni24:

a. Headroom (H), yakni mengatur frame di atas kepala objek.

b. Noseroom (N), jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya, baik ke kiri

maupun ke kanan.

c. Lookin gspace (L), yakni ruangan depan maupun belakang objek.

24 Askurifai, Baskin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 120-137. 41

6) Terapi Berpikir Positif

1. Keinginan yang menggebu25

Ketika ada seseorang pemuda yang bertanya kepada ilmuwan, penulis, dan perintis

Crystal Catherdar di New York, Dr. Robert Schuler, “Bagaimana aku bisa menjadi

penulis ternama seperti anda?” Dr. Schuler menjawab, “Ketika kamu memiliki

keinginan yang menggebu untuk mewujudkan impianmu. ”Pemuda itu kemudian

bertanya lagi “Apa yang dimaksud dengan keinginan yang menggebu?” Dr. Schuler

menjawab, “Ketika yang berpikir untuk menulis sebelum tidur. Ketika yang kau

pikirkan di pagi hari adalah keinginan untuk menulis. Ketika kau berpikir untuk

menulis dan mengatakannya kepada beberapa kesempatan yang memungkinkan.

Ketika kegiatan menulis menjadi sesuatu yang menguasai pikiranmu dan mengalir

dalam darahmu. Itulah keinginan yang menggebu.”

2. Keputusan yang Kuat26

Makna kata “keputusan” berarti kuat. Maka, keputusan yang diambil seseorang

harus kuat, tidak ada keraguan dalam kondisi apapun dan menghadapi apapun, baik

yang datang dari dalam diri atau dari luar diri. Orang yang mengaku sudah

memutuskan untuk berhenti merokok tapi masih melakukannya, berarti

keputusannya masil lemah. Tidak ada dorongan kuat. Tidak ada keinginan

menggebu sebagai pendorongnya. Keputusan yang kuat adalah keputusan yang

tegas, kuat, dan tidak ragu-ragu meski menghadapi berbagai tantangan. Karena, jika

kita bijaksana menghadapi tantangan maka ia akan berubah menjadi keterampilan

dan keahlian yang bisa kita dapatkan dalam perjalanan menuju puncak.

25Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 305. 26Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 308-310 42

3. Bertanggung Jawab Penuh27

Empat tahun setelah dilahirkan, anak kecil bernama Wilma Rudolf mengalami panas

tinggi sehingga membuat dirinya lumpuh separuh. Para dokter pun memutuskan

untuk memasang penopang besi di kakinya. Suatu hari sang ibu bertanya kepadanya,

“Wilma apa cita-citamu?” tanpa berpikir panjang ia menjawab “Aku ingin menjadi

wanita tercepat di dunia.” Sang ibu berkata “Dengan keyakinan dan usaha keras,

engkau dapat meraih cita-citamu. ”Untuk dapat mewujudkan impian yang besar kita

harus berani ambil keputusan, mempunyai keinginan yang menggebu, dan dapat

bertanggung jawab penuh atas segalanya.

Dengan prinsip yang dia pegang dan usaha serta kerja keras yang dia

jalankan selama ini pada tahun 1960, Wilma Rudolf berhasil menjadi memenangkan

kejuaraan lari seratus meter, dua ratus meter, tiga ratus meter. Dan ia berhasil

menjadi wanita tercepat di dunia.

4. Menentukan Tujuan

Tulislah apa yang kita inginkan dan susun sesuai skala prioritas. Setelah itu, tentukan

rentang waktu yang kita yakini dapat mewujudkan keinginan kita. Jangan lupa

tuliskan bagaimana cara anda menggapai impian itu. Kemudian tulis model

perbaikan yang akan kita lakukan ketika kita sudah mencapainya. Kemudian setelah

kita mencapainya apa yang akan kita lakukan selanjutnya.

5. Dukungan dari Dalam

“Jika Anda tidak mengetahui kemampuan Anda, tidak menghargainya, dan tidak menerimanya sebagai kenyataan, bagaimana mungkin Anda mengharap penghargaan dari orang lain?” 28

27Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 311-2012. 28Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 323. 43

Dukungan dari dalam akan membantu kita fokus kepada kemampuan kita dan membantu memperbaiki segala sesuatu yang ingin kita perbaiki dalam diri kita.Berhenti berpikir negatif tentang kemampuan dan diri kita.

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM 12 MENIT

A. Sinopsis Film 12 Menit

Elaine, remaja yang tumbuh dan besar di Jakarta, tiba-tiba harus pindah ke

Bontang (Kaltim) karena harus mengikuti sang ayah yang seorang insinyur kimia asli

Jepang yang ditugaskan untuk memimpin sebuah departemen di sebuah perusahaan besar

di Bontang. Elaine terpaksa meninggalkan segala sesuatu yang selama ini begitu berarti

baginya.

Di lain pihak, Tara memiliki gangguan berat. Sebuah kecelakaan mengakibatkan

dia kehilangan suaranya serta merenggut nyawa sang ayah. Setelah kejadian itu, Ibu Tara

harus melanjutkan kuliah ke luar negeri.Tara harus diasuh oleh opa dan omanya.Demi

menuruti kata sang ibu, Tara terus berjuang untuk melanjutkan hidupnya.

Lahang, keturunan Dayak, punya keinginan yang sangat kuat.Ia tidak ingin hanya

berkarya di kampungnya. Ayahnya sakit parah. Tak ada yang tahu apa penyakitnya.

Mereka hidup hanya berdua.Dan Lahang terjebak dalam dilema. Memilih antara

mencapai impiannya atau merawat sang Ayah.

Tiga anak remaja itu dipertemukan dalam sebuah grup Marching Band. Sebuah

kelompok besar yang memiliki misi yang sama besarnya. Rene, pelatih Marching Band

profesional, dipilih untuk membawa Marching Band Bontang ke tingkat nasional. Dan

bagi Rene ini adalah tantangan besar memimpin 120 anak dari kota kecil. Mereka datang

dari berbagai latar belakang.Jadwal latihan mereka sangat padat, berat dan keras. Elaine,

Tara, dan Lahang berusaha meraih mimpi mereka secara profesional walaupun

44

45

banyaknya masalah kehidupan mereka masing-masing.Dengan kegigihan danperjuangan,

grup Marching Band ini berhasil memenangkan kompetisi tingkat nasional.

Moral film ini : agar kita terus berjuang dalam menggapai apa yang kita inginkan,

sesulit apapun kondisi kita saat ini. Karena dengan kerja keras, dan tekad yang kuat kita

pasti bisa meraih apa yang kita inginkan.

B. Penulis Skenario Film

Gambar 3.1 Oka Aurora

Sumber: Google Image

Wanita kelahiran Jakarta, 19 Juli 1974 yang biasa dipanggil Oka ini baru saja mendapatkan penghargaan sebagai penulis skenario terbaik pada malam puncak Pestival

Film Bandung 2014, mengawali karier menulisnya dengan mencoba membuat beberapa skenario.tidak lama setelah di PHK dari sebuah perusahaan Telekomunikasi, Oka pun mendapatkan tawaran dari Titien Wattimena untuk membuat sebuah skenario. Oka membuat novel pertamanya 12 Menit yang diambil langsung dari skenario film 12 Menit. Sebelum film 12 Menit ini ditayangkan yang merupakan film ke empat yang ditulis Oka, novel dikeluarkan terlebih dahulu, di sampul novel tertulis tanggal diputarkannya film 12 menit. 46

C. Profil Sutradara Film1

Gambar 3.2 Hanni R Saputa

Sumber: Google Image

Film 12 Menit diangkat dari kisah nyata group marching band asal bontang desa

kecil yang berada di Kalimantan Timur menuju acara GPMB (Grand Prix Marching Band)

perhelatan akbar bagi unit-unit Marching Band se-Indonesia. Film yang menceritakan

tentang orang-orang yang tidak takut untuk meraih mimpi ini disutradarai oleh Hanny R

Saputra, yang memulai debut penyutradaraannya lewat film "Virgin" di tahun 2004

Hanny R Saputra Lahir lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 11 Mei

1965.Hanny adalah sutradara asal Indonesia.Ia memulai debut penyutradaraannya lewat film

"Virgin" di tahun 2004. Lewat film tersebut jugalahia langsung dinominasikan sebagai

Sutradara Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia 2005. Berbagai prestasi telah

diukirnya.Sinetron pertamanya, "Sepanjang Jalan Kenangan" pernah memenangkan

1Artikel, diakses Senin, 24 Juni 2014 pukul 01.53 WIB dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/hanny-r.-saputra.html

47

penghargaan Film Terbaik pada Festival Sinetron Indonesia 1997.Sebelumnya Hanny lebih

banyak bergerak di bidang film pendek (dokumenter) dan iklan. "Sepanjang Jalan Kenangan"

juga meraih 7 piala lain, untuk drama lepas terbaik serta aktor pembantu, sinefotografi, tata

artistik, penyunting, tata suara dan tata musik. Bersama Leo Sutanto ia membuat film "Lo

Fen Koei" yang memenangkan penghargaan telesinema untuk Best Cinematography dan Best

Editing dan dinominasikan sebagai Best Director di ajang Asian Television Technical &

Creative Award 2001. Film lainnya adalah "Nyanyian Burung" yang memperoleh Golden

Award di Cairo International Film Festival for Children (2000).Sampai tahun 2011 Hanny

telah memproduksi sekitar 10 film layar lebar.

D. Profil Pemain Film 12 Menit

Gambar 3.3 Titi Rajo Bintang (Rene)

Sumber: Google Image2

Titi Rajo Bintang, aktirs yang lahir di Jakarta, 10 Febuari 1981 berperan sebagai

Rene seorang pelatih Marching Band berpengalaman yang tegas, perfectionis, memiliki rasa

disiplin yang tinggi, semangat yang tinggi serta obsesi yang tinggi. Rene hadir sebagai

2Artikel, diakses Senin, 20 Juni 2014 pukul 16.05 WIB dari Titi Rajo Bintang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas_files 48 katalisator mimpi tersebut. Bagi Rene yang telah matang dalam dunia Marching Band dan telah beberapa kali membawa tim lain ke puncak kejayaan tentu mimpi tersebut tidaklah mustahil. Namun keyakinan Rene menjadi turut tergoncang saat berhadapan dengan realita tim yang dibinanya. Jangankan untuk menjangkau, untuk membayangkan saja personel tim sudah dihantam oleh berbagai rasa kecut dan konflik internal yang merong-rong keyakinan mereka.

Gambar 3.4 Arum Sekarwangi (Tara)

Sumber: Film 12 Menit

Arum sekarwangi berperan sebagai Tara seorang anak yang sensitive, seorang pemain drum yang baik di masa lampau. Kini ia harus berjuang mengembalikan permainan terbaiknya dalam keterbatasan pendengaran. Hampir 80 persen pendengaran Tara hilang bersama kepergian Ayahnya dalam sebuah kecelakaan maut. Rasa bersalah dan kehilangan adalah luka masa lalu yang menghambat Tara untuk menatap masa depan.

Setelah kejadian itu, Ibu Tara harus melanjutkan kuliah ke luar negeri.Tara harus diasuh oleh opa dan omanya.Demi menuruti kata sang ibu, Tara terus berjuang untuk melanjutkan hidupnya. 49

Gambar 3.5 Hudri (Lahang)

Sumber: Film 12 Menit

Hudri berperan sebagai Lahang, pemuda kampong dengan bekal pesan dari sang bunda ingin menjadikan Tugu Monas sebagai loncatan bagi mimpi besar untuk mengunjungi berbagai tugu lain di dunia. Membentangkan sayap keberanian, terbang lebih tinggi seperti

Elang.Dalam meretas mimpinya bersama Marching Band Lahang dihadapkan dengan sebuah dilema tentang keluarga. Kondisi Bapaknya yang kian parah, serta penyesalan karena tidak berada di sisi Ibunya saat sang bunda menghembuskan nafas terakhir membuat Lahang sulit beranjak dari sisi Bapaknya. Lahang meragu untuk mengejar mimpinya sementara sebuah janji telah terucap.Lahang telah berjanji kepada Bapaknya untuk terus ‘hidup’ dalam kehidupannya. 50

Gambar 3.6 Amanda Susanto (Elaine)

Sumber Gambar: Film 12 Menit

Amanda Susanto berperan sebagai Elaine, gadis pintar keturunan Jepang yang tumbuh dan besar di Jakarta, tiba-tiba harus pindah ke Bontang (Kaltim) karena harus mengikuti sang ayah yang seorang insinyur kimia asli Jepang yang ditugaskan untuk memimpin sebuah departemen di sebuah perusahaan besar di Bontang. Elaine terpaksa meninggalkan segala sesuatu yang selama ini begitu berarti baginya.Elaine sangat mencintai musik dan meyakini musik adalah segala-galanya dalam hidupnya. Josuke sang ayah, sangat menginginkan Elaine menjadi seorang ilmuwan, dan baginya musik adalah sesuatu yang sia- sia. Elaine mempunyai peran vital dalam tim. Ia adalah satu-satunya field commander yang diharapkan setelah field commander yang sebelumnya mengalami cedera berat. Josuke menentang keras keinginan Elaine untuk tetap bergabung dalam tim. 51

Gambar 3.7 Olga Lydia (Ibu Elaine)

Sumber Gambar: Film 12 Menit

Olga Lydia aktris yang lahir di Jakarta pada 4 Desember 1976 silam ini berperan sebagai ibu Elaine yang sangat mencintai keluarganya dan selalu mendukung kegiatan anaknya, karena dia selalu ingin melihat anaknya berkembang karena dia selalu yakin dalam hidup ini pengalaman sangatlah penting untuk mencoba hal yang baru dan untuk mencapai kebahagiaan yang tak akan diraih jika hanya mengandalkan kemampuan akademis saja.

Gambar 3.8 Nobuyuki Suzuki (Josuke Higoshi)

Sumber Gambar: Film 12 Menit

Nobuyuki Suzuki actor kelahiran Jepang ini berperan sebagai Josuke Higoshi (ayah

Elaine) yang menganggap akademis adalah segalanya, di sisi lain sosok Josuke ini adalah 52 sangat mementingkan keluarga untuk meneruskan perusahaan yang sedang dijalaninya, akan

tetapi tanpa dia sadari di dalam keluarganya memiliki tujuan yang berbeda.

Gambar 3.9 Didi Petet (Kakek Tara)

Sumber Gambar: Google.com

Didi Widiatmoko (lahir di Surabaya, Indonesia, 12 Juli1956; umur 58 tahun) atau lebih dikenal sebagai Didi Petet adalah seorang pemeran Indonesia.Ia telah membintangi banyak film dan teater, memerankan berbagai tokoh mulai dari Emon dalam Catatan si Boy,

Kabayan dalam Kabayan Saba Kota, sampai Suwito dalam Pasir Berbisik.

Ketika dunia sinetron merebak seiring dengan tumbuh maraknya stasiun televisi di tanah air, Didi pun terjun ke sana. Film iklan tak ketinggalan dirambahnya pula. Bahkan ia kemudian mendirikan sebuah production house. Di samping itu, ia aktif pula dalam sejumlah pementasan teater, seminar tentang seni peran dan tentu saja mengajar di

IKJ.3Dalam film 12 Menit ini dia berperan sebagai kakek Tara.

3Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.27 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Didi_Petet 53

Gambar 3.10 Niniek L Karim (Nenek Tara)

Sumber Gambar: Google.com

Niniek L. Karim (lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 14 Januari1949; umur 65 tahun)

adalah pemeranIndonesia. Ia selain berprofesi sebagai pemeran juga menjadi dosen di Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia. Niniek L. Karim pernah meraih Piala Citra sebagai pemeran

pembantu terbaik dalam film Ibunda. Lewat film yang sama, wanita berdarah Minang ini juga meraih

gelar aktris terbaik pada Festival Film Asia Pasifik tahun 1990.4Dalam Dilm 12 Menit ini berperan

sebagai nenek dari seorang gadis yang sensitive dan pesimis yang bernama Tara.

4Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.30 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Niniek_L._Karim 54

Gambar 3.11 Verdi Solaiman (Manager)

Sumber Gambar: wowkeren.com

Verdi adalah anak kedua dari aktor kawakan Henky Solaiman. Setelah 10 tahun kuliah dan bekerja di bidang Advertising Design di Amerika (Columbus, OH), ketika Ia pulang ke Indonesia Verdi jatuh cinta dengan akting tahun 2004 sewaktu secara tidak sengaja masuk ke sekolah akting Sakti Aktor Studio. Di Sakti Aktor Studio Ia digembleng oleh gurunya Eka D. Sitorus dimana Ia juga bertemu dengan Arifin Putra, Andhara Early, Ardina

Rasti, Olga Lydia dan lain-lain.

Di sekolah seni peran Verdi banyak terlibat dalam pementasan teater karya-karya off-broadway dan mementaskan "Mass Appeal" karya Bill C. Davis sebagai ujian akhirnya; sebuah naskah dua jam berbahasa Inggris yg dipentaskan bersama Arifin Putra.Peralihan ke dunia film layar lebar dimulai dengan debut-nya di Jakarta Undercover (film).Selain sebagai aktor Verdi juga bekerja sebagai creative director untuk promo film layar lebar sejak tahun

2006. Di mulai dari film "Jomblo" produksi Sinemart Pictures lalu berturut-turut, Pocong 55

(film), Maaf Saya Menghamili Istri Anda, Karma, Heart-Break.com, Ketika Cinta Bertasbih

dan lain-lain5. Dalam film 12 menit ini dia berperan sebagai manager yang menentang keras

kemauan Rene sebagai pelatih, dia tidak yakin kelompok marchingband yang dibina Rene

akan berhasil pada laga GPMB.

Gambar 3.12 Egy Fedly (Ayah Lahang)

Sumber Gambar: Film 12 Menit

Berperan sebagai ayah lahang yang bersal dari keluarga kurang mampu tapi selalu

mendukung mimpi anaknya, yang menjadikan tugu monas sebagai batu loncatannya untuk

melihat tugu-tugu yang lain di seluruh dunia.

Gambar 3.13 Tim Marching Band Bontang

5Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.43 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Verdi_Solaiman 56

E. Tim Produksi Film

Produser Eksekutif Henri Darmawan

Somad Sutedja

Produser Cindy Sutedja

Regina Septapi

Produser Pelaksana Lidia Nurrahmawati

Sutradara Hanny R Saputra

Penulis Skenario Oka Aurora

Vidio Editor PD laksana

Tim di Balik Layar Mbek-X

Yudustira

Momo

Promosi La Cuisine Event Management

Wulan Resnisari

Rainy Linardy

Ratna Linardy

Mr. Lucas Salet

Mehamed Hilman

Donnie Kurniawan

Reza Fahdi 57

Nunik Murtiningsih

Rendy Stevano

Arie Novarizano

Merchandise Nomoii Design

Stella Lukman

Pitasari Lukman

Dea Leatemia

Keuangan Tina Sugandi

Viliawati Rusli

Lucia Lea

BAB IV

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Temuan dan Hasil Penelitian

Dari beberapa scene yang terdapatdalam film 12 menit, peneliti menemukan

makna mimpi yang terkandung dalam film 12 Menit. Identifikasi tersebut terlihat sebagai

berikut:

1. Mimpi dari seorang pelatih yang bernama Rene: membawa group marching band menjadi juara GPMB. 2. Mimpi seorang gadis remaja berusia 15 tahun, yang ingin selalu bermain musik. Dengan tekad yang kuat gadis belia ini terus mewujudkan mimpinya mesti tidak direstui oleh sang ayah. 3. Bermimpi untuk mengembalikan permainan terbaiknya, sebelum dia mengalami kecelakaan. 4. Bermimpi untuk melihat tugu monas secara langsung, dan menjadikan tugu monas sebagai batu loncatan bagi mimpi besarnya untuk mengunjungi berbagai tugu di Dunia. 5. Marching Band Pupuk Kaltim yang bermimpi untuk menjadi juara GPMB.

1. Keinginan yang Menggebu

Keingin yang menggebu adalah dimana ketika kita mempunyai mimpi dan ingin benar-

benar mewujudkan mimpi itu. Berbagai hal kita lakukan agar keinginan kita itu tercapai.

1) Sikap Optimisme Pelatih (Rene)

Adegan pertama yang dipilih peneliti adalah adegan perdebatan antara

manajer Marching Band Bontang Pupuk Kaltim dan Rene sebagai pelatih baru.

58

59

Tabel 4.1

Visual Dialog/Suara Type Of Shot

Gambar 1 Medium Shot, Manager: anda masih yakin meperlihatkan bisa menang? tubuh manusia dari pinggang Rene: yakin! ke atas. Gesture serta ekspresi Manager: anak-anak yang baru wajah mulai latihan beberapa bulan, harus tampak. Sosok mengikuti lomba sebesar ini? manusia mulai

dominant dalam Rene: hah?? frame.

Gambar 2

Manager: jadi anda nggak Medium Close- yakin? up, pada jarak ini Rene: saya gak bilang, saya gak memperlihatka yakin pak, saya bilang, saya n manusia dari kehilangan beberapa anggota dada ke atas. inti

Manager: Jadi apa yang anda butuhkan sekarang?

Gambar 3

Rene: saya memang orang baru Medium Close- di marching band ini. Tapi up, pada jarak anda tahu sendiri saya bukan ini orang baru di marching band. memperlihatka Dan ini bukan kali pertama n manusia dari saya membawa sebuah tim jadi dada ke atas juara. Saya butuh anda percaya kepada saya. Kalau anda saya nggak percaya, bagaimana orang lain. Saya akan membuat marchingband ini jadi juara umum di GPMB tahun ini.

60 a. Makna Denotasi

Manajer memanggil Rene ke sebuah ruangan penyimpanan alat untuk

mempertanyakan kesiapan dari Rene sebagai pelatih untuk membawa tim Marching

Band Bontang Pupuk Kaltim untuk menjadi juara GPMB. Di dalam ruangan terlihat

Rene duduk dengan tegap menatap manajer.

b. Makna Konotasi

Adegan ini berada di dalam ruangan. Keadaan di dalam ruangan digambarkan

dengan sebuah ruangan yang kecil dan dipenuhi oleh alat-alat, yang mengesankan

bahwa grup Marching Band Bontang ini bukan sebuah grup yang besar.

Tabel ini diawali dengan shot yang frame size secara medium shot. Akan tetapi

saat Rene duduk tegap menatap manajer ditampilkan secara mediun close up.

Makna konotasi dari duduk tegap menatap lawan bicara adalah menunjukan

sebuah keyakinan. Badan yang tegap menunjukan sebuah kesiapan, dan menatap mata

lawan bicara menunjukan sikap percaya diri. Oleh karena itu ketika kita berbicara

dengan seseorang kita harus menatap matanya untuk menunjukan bahwa apa yang

kita bicarakan adalah benar.

Sikap optimis yang ditunjukan Rene kepada manajer didukung oleh keinginan

yang menggebu Rene untuk membawa tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim

menjadi juara GPMB. Sikap optimis tidak akan ada di dalam diri kita tanpa adanya

keinginan yang menggebu.

61 c. Makna Mitos

Keinginan yang menggebu adalah mimpi yang benar-benar ingin kita wujudkan.

Untuk mewujudkan mimpi kita tidak semudah membalikan telapak tangan, butuh

perjuangan dan pengorbanan.

Namun pada zaman sekarang ini tidak banyak orang yang percaya dengan

mimpinya, dan tidak sedikit juga yang karena badai perjuangan akhirnya memilih

untuk melupakan mimpi-mimpi besar tersebut. Dan bahkan ada mereka menyerah

sebelum mencoba untuk mewujudkannya. Padahal ketika kita yakin dengan mimpi

dan disertai keinginan yang menggebu dan terus berusaha untuk mewujudkannya

maka mimpi kita akan menjadi kenyataan. Karena tidak ada yang mustahil di dunia

ini selagi kita yakin dan mau berusaha.

2) Scene Awal Pertemuan Tara dengan Rene dan Tara Bergabung dalam Tim.

Setelah Rene berbicara dengan ayah Earine, Rene pergi ke sebuah tempat

untuk mencoba mencari solusi dari permasalahan yang ada. Dan ketika Rene

sedang berjalan-jalan ia seperti mendengar suara. Kemudian Rene mencoba

mencari sumber suara itu, setelah Rene menelusurinya, dia menemukan sumber

suara yang membuatnya penasaran, dan ternyata itu adalah suara yang berasal

dari seorang perempuan yang sedang latihan memukul alat. perempuan itu

bernama Tara, Tara sedang mencoba mengembalikan permainan terbaiknya,

setelah kecelakaan yang mengakibatkan gangguan pendengaran. disinilah awal

mula pertemuan Tara dengan Rene. Akan tetapi pada saat Rene mendekati Tara,

dia langsung bergegas pergi meninggalkan Rene. Kemudian Rene terus mengejar

Tara dan mencoba membujuk tara dan Rene berhasil membujuk Tara untuk

bergabung di dalam tim.

62

Tabel 4.2

Visual Dialog/Suara Type Of Shot Gambar 1 Sura seng dan Long shot, beberapa ember digunakan untuk yang di pukul. menunjukkan tempat adegan berada.

Gambar 2 Sura seng dan Long shot, beberapa ember digunakan untuk yang di pukul. menunjukkan tempat adegan

berada.

Gambar 3

Long shot, Rene: Tunggu digunakan untuk jangan pergi. menunjukkan

tempat adegan

berada.

Gambar 4 Extreme close Up. Rene: Fokus Tara Sudut pengambilan gambar dengan Tara: Ok ketinggian kamera sejajar dengan Rene: rasakan alas/dasar getarannya, focus! kedudukan objek atau lebih rendah. Tara: ya,,ya,,ya,, ini Hasilnya akan juga udah focus ka tampak seolah-olah mata penonton mewakili mata katak.

63

Gambar 5

Rene: kalau kamu Mid Shoot: tidak bisa pake pengambilan dari kuping kamu, kamu jarak sedang, jika pake mata kamu, objeknya orang kalau kamu tidak maka yang terlihat bisa pake mata hanya separuh kamu, kamu pake badannya saja (dari hati kamu pinggang keatas).

a. Makna Denotasi

Tara sedang melakukan latihan di tengah-tengah danau. Tara latihan

menggunakan alat seadanya, yang terdiri dari seng, galon dan ember bekas. Kemudian

muncul Rene dari jauh menghampiri Tara. Dia kaget dengan kedatangan Rene,

kemudian dia berusaha untuk pergi dari tempat itu dengan lari masuk ke dalam danau.

Akan tetapi Rene tetap mengejar Tara. Dan kemudian Rene berhasil membujuk Tara

bergabung ke dalam tim.

b. Makna Konotasi

Frame size diawali dengan long shot. Gambar ini diambil dari jarak yang sangat

jauh sehingga objek terlihat kecil dan latar belakang begitu jelas. Lokasi pertama

adalah di sebuah danau.

Tara sedang latihan dengan menggunakan alat seadanya. Latihan ini dilakukan

Tara untuk mengembalikan permainan terbaik sebelum dia kehilangan

pendengarannya akibat kecelakaan yang mengakibatkan ia menderita tunarungu dan

64

membuat sang ayah meninggal dunia. Sebelum mengalami kecelakaan Tara adalah

pemain Drum terbaik.

Tara dalam film ini, berperan sebagai seorang remaja yang menderita tunarungu.

Tuna berarti cacat, sedangkan rungu berarti pendengaran. Pengertian tunarungu

adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan

mendengar baik sebagian atau seluruhnya yag diakibatkan karena tidak berfungsinya

sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat

pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap

kehidupannya secara kompleks1. Tara kehilangan 80% pendengarannya, yang

mengakibatkan ia tidak dapat bermain Marching Band dengan bagus lagi.

Untuk mengembalikan permainan terbaik yang pernah dimilikinya, Tara terus

melakukan latihan setiap hari tanpa rasa lelah, Tara latihan di sebuah danau dengan

menggunakan alat seadanya. Karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu

usaha yang maksimal pula itu yang ia yakini selama ini.

Tara yang tadinya hanya latihan memakai seng, ember, galon dan sebagainya,

berkat usaha dan kerja kerasnya membuat Rene tertarik untuk mengajak Tara

bergabung dengan timnya.

c. Makna Mitos

Kesungguhan Tara menjadi pembelajaran tersendiri. Dimana ada kemauan di

sana ada jalan. yang artinya seseorang yang mau berusaha, pasti mendapatkan

kemudahan di saat kesulitan menghadang.

1 “sekilas pengertian tunarungu” diakses pada tanggal. Senin 12 Januari pukul 13.27 WIB dari http://kahilla16.blogspot.com/2009/06/sekilas-pengertian-tunarungu.html

65

Walapun sekarang sudah zaman modern akan tetapi tidak sedikit orang yang

menjadikan pribahasa ini sebagai penguat saat seseorang mulai lelah dan tidak yakin

dengan mimpinya.

2. Keputusan yang Kuat

Keputusan yang kuat adalah keputusan yang diambil seseorang harus kuat, tidak ada

keraguan dalam kondisi apapun dan menghadapi apapun, baik yang datang dari dalam

diri atau dari luar diri.

1) Kesungghan Earine dalam Bermusik

Hasil dari audisi, Rene menemukan beberapa pemain untuk melengkapi timnya.

Salah satunya adalah Earine murid baru asal Jakarta, permainan Earine ketika audisi

memukau Rene.

Gadis belia umur 15 tahun ini sangat mencintai musik, bagi Earine musik adalah

segalanya. Akan tetapi ayah Earine Jasuke Higoshi tidak mendukung Earine dalam

bermusik, karena baginya akademis adalah segalanya dan dengan Earine ikut

marching banditu akan sia-sia karena menurut orang yang mempunyai keturunan

Jepang ini memiliki pemikiran marching band tidak akan membuat Earine kaya.

66

Table 4.3

Visual Dialog/Suara Type Of Shot Gambar 1

Rene: Ini Penting Medium Shot, Pak Buat Tim meperlihatkan Kami, Tolong tubuh manusia Izinkan Earin. dari pinggang ke atas. Gesture Jasuke Higosi: serta ekspresi Kamu Tidak wajah mulai Penting Untuk tampak. Sosok Saya, Berarti manusia mulai Kamu Tidak dominant dalam Penting Juga Buat frame Earin. Gambar 2

Jasuke Higosi: Medium Shot: Silahkan Anda pengambilan dari Keluar. jarak sedang, jika objeknya orang Rene: Saya sadar maka yang bahwa saya sangat terlihat hanya beruntung sekali, separuh badannya mempunyai ayah saja (dari yang mengijinkan pinggang keatas) saya menjadi diri saya sendiri. Gambar 4

Suara marchingbell Extreme close Up. Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah- olah mata penonton mewakili mata katak

67 a. Makna Denotasi

Rene mencoba berbicara dengan Jasuke Higosi (ayah Earine) agar Earine dapat

diijinkan bermain Marching Band. Akan tetapi Jasuke Higosi tetap tidak mengijinkan

Earine bermain Marching Band, karena baginya mengikuti Marching Band itu tidak

penting.

Di lain tempat Rene bertemu dengan ayah Earine di suatu ruangan, dan di tempat

yang berbeda Earine sedang melakukan latihan marchingbell.

a. Makna Konotasi

Scene sebelum ini adalah Scene Jasuke Higosi (ayah Earine) mendatangi tempat

latihan dengan marah-marah dan menyuruh Earine pulang. Karena hal itu Rene

sebagai pelatih mencoba untuk berbicara dengan ayah Earine, agar Earine diijinkan

untuk bermain marching band.

Medium Shot saat ayah Earine menoleh ke sebelah kiri dan menjulurkan

tangannya keluar adalah bukti bahwa ayah Earine tidak peduli dengan apapun yang

dikatakan Rene kepadanya. Medium shot Rene menatap Jasuke Higosi

mengisyaratkan bahwa Rene terus berusaha untuk meyakinkan Jasuke Higosi

walaupun dia tidak mendengarkannya. Sedangkan Extreme Close Up Earine sedang

melakukan latihan menunjukan kecintaan Earine terhadap marching band, walaupun

Jasuke menentangnya.

Earine adalah murid baru asal Jakarta yang berdarah Jepang. Mengikuti audisi

marching band di tempat sekarang ia belajar, dan mengikuti jadwal latihan secara

rutin tentu karena tekad dan alasan yang kuat. Keputusan kuat yang diambil Earine

menunjukan tidak adanya keraguan di dalam kondisi apapun dan menghadapi

68

rintangan apapun, sekalipun ayahnya menentang keras dirinya untuk bermain

marching band.

b. Makna Mitos

Dalam mencapai sebuah kesuksesan tidak semudah membalikan telapak tangan.

Yang artinya sesuatu yang memerlukan usaha untuk mencapai kesuksesan. Rintangan

adalah salah satu yang harus kita hadapi untuk mencapai mimpi kita. Tidak ada jalan

yang mulus menuju sebuah keberhasilan dan kebahagiaan.

Seperti yang terdapat dalam pribahasa “Man Jadda Wajada” yang artinya barang

siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia. Keberhasilan akan menghampiri

mereka yang sudah berusaha dan bekerja keras.

3. Bertanggung Jawab penuh

Ketika kita mempunyai mimpi maka kita harus yakin, kerja keras dan berani untuk

mewujudkan mimpi kita, kita harus bertanggung jawab atas mimpi dan masa depan kita.

1) Rene Mencari Pemain

Setelah Rene ditanya oleh managernya tentang keyakinan dirinya untuk

membawa timmarching band Bontang Pupuk Kaltim menjadi juara GPMB, Rene

mengalami sebuah dilema akan sikap yang akan diambilnya untuk melatih anak-anak

didiknya di Bontang. Karena tim marching band yang dilatihnya sekarang, masih

kekurangan pemain karena ada yang keluar. Maka ia menemui anggota timnya untuk

mengadakan audisi, mencari beberapa pemain untuk melengkapi timnya.

69

Table 4.4

Visual Dialog/Suara Type Of Shot

Gambar 1 Medium Shot, - meperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominant dalam

frame Gambar 2

Suara terompet Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.

a. Makna Denotasi

Rene dan salah satu anggota timnya yang sedang memperhatikan salah satu

peserta audisi di dalam sebuah ruangan. Audisi dilaksanakan di dalam ruangan

penyimpanan alat-alat marching band, terlihat disana banyak alat-alat yang tersusun

dengan rapih dan ada seseorang yang sedang berdiri memainkan terompet di depan

mereka.

70 b. Makna Konotasi

Table ini diawali dengan shot yang frame size secara medium shot. Melihatkan

keseriusan Rene yang sedang melihat ke depan dengan tangan menopang dagu dan di

sebelah Rene ada seorang laki-laki yang fokus melihat ke depan. Seseorang yang

sedang bermain terompet ditampilkan secara long shot menunjukan bahwa di dalam

ruangan itu ada dua orang yang sedang memperhatikan dia bermain.

Makna konotasi dari tangan menopang dagu adalah sedang mempertimbangkan

sesuatu. Mata yang melihat ke depan menunjukan sedang memperhatikan sesuatu, dan

tangan yang terkepal dibawah dagu menandakan sedang berfikir.

Mengadakan audisi adalah salah satu cara yang dilakukan seseorang untuk

mencari pemain terbaik. Begitupun dengan Rene dan tim marching band nya, mereka

mengadakan audisi untuk menemukan pemain yang dapat mengisi pormatur yang

kosong yang di dalam timnya.

c. Makna Mitos

Audisi adalah salah satu cara untuk menemukan talenta-talenta terbaik yang

selama ini terpendam. Karena ketika kita tidak berusaha, maka kita tidak akan

mendapatkan apa yang kita inginkan.

Di zaman modern ini sudah banyak sekali intansi-intansi yang mengadakan audisi

untuk mencari talenta-talenta baru. Dan tidak sedikit orang-orang yang sudah berhasil

dan sukses di bidangnya masing-masing karena awalnya mereka mengikuti audisi.

2) Tim Marching Band Mulai Berlatih

Setelah Rene mencoba membujuk Tara untuk bergabung dengan

timmarching band Bontang Pupuk kaltim, akhirnya Tara bersedia untuk

71 bergabung. Dan timmarching band Bontang Pupuk Kaltim mulai berlatih. Mereka berlatih tak kenal waktu, pagi, siang, sore, dan malam. Dalam sehari latihan mereka bisa menghabiskan waktu belasan jam.

Table 4.5

Visual Dialog/Suara Type Of Shot

Gambar 1 Suara snare Long shot, band dan digunakan untuk symbal menunjukkan tempat adegan berada.

Gambar 2

Long shot, Suara bariton digunakan untuk horn atau menunjukkan euphonium tempat adegan

berada.

Gambar 3

Long shot,

digunakan untuk - menunjukkan

tempat adegan

berada.

72

Gambar 4 Suara: Long shot,

marching band digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.

a. Makna Denotasi

Kelompok snare drum dan symbal sedang melakukan latihan di atas dermaga

disebuah pantai di Bontang. Dan di pinggir pantai terdapat kelompok horlin sedang

latihan dengan pemandangan sunset. Kemudian di tempat lain terdapat sekelompok

yang memegang bendera sedang melakukan latihan juga. setelah mereka latihan

pertim, mereka melanjutkan latihan mereka dengan latihan gabungan yang disaksikan

oleh Rene dan beberapa anggota tim.

b. Makna Konotasi

Frame size di dalam tabel ini semua menggunakan long shot. Gambar diambil

dari jarak yang sangat jauh sehingga objek terlihat kecil dan latar belakang terlihat

jelas. Memperlihatkan kesungguhan tim marching band Bontang Pupuk Kaltim dalam

berlatih.

Latihan adalah cara yang sering dilakukan setiap orang untuk mengasah

kemampuan mereka. Namun setiap orang berbeda cara dan lama waktu yang mereka

lakukan untuk latihan tersebut. Begitupun dengan marching band Bontang Pupuk

Kaltim. Mereka memilih berlatih sepanjang hari dari pagi, siang, sore, sampai malam,

73

hal ini tampak pada gambar yang ada di tabel. Mereka berlatih ribuan jam untuk

mengikuti kejuaran GPMB.

Grand Prix Marching Band atau lebih dikenal dengan singkatan GPMB

merupakan ajang kompetisi orkes/ marching band tingkat Nasional yang

diselenggarakan oleh Yayasan GPMB di Indonesia. Seakan tidak kenal lelah, tim

marching band Bontang Pupuk Kaltim untuk mencapai mimpi dan prestasi mereka.

c. Makna Mitos

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Yang artinya adalah bersakit-

sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Sebuah keberhasilan dan kesuksesan tidak

akan kita dapatkan begitu saja tanpa adanya usaha dan kerja keras yang kita lakukan.

Karena sebuah mimpi dapat terwujud bukan karena keajaiban, melainkan

karena keringat dan kerja keras.

Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam Alqur’an sesungguhnya Allah tidak

akan merubah suatu kaum sampai ia merubah keadaan mereka sendiri.

4. Menentukan Tujuan

Tulislah apa yang kita inginkan dan susun sesuai skala prioritas. Setelah itu, tentukan

rentang waktu yang kita yakini dapat mewujudkan keinginan kita. Jangan lupa tuliskan

bagaimana cara anda menggapai impian itu.

1) Jakartaaaa!

Setelah mereka mengetahui penyebab menghilangnya Lahang, akhirnya Rene

memutuskan untuk menjenguk ayah Lahang sekaligus memberitahu bahwasanya

tim marching band Bontang Pupuk kaltim, besok akan berangkat ke Jakarta.

74

Awalnya Lahang memutuskan untuk tidak pergi ke Jakarta, akan tetapi sang ayah memintanya untuk pergi, dia tidak mau menjadi beban dalam hidup Lahang, sembari mengingatkan kembali tentang mimpi Lahang untuk melihat Monas sebagai bantu loncatan mimpi-mimpi berikutnya, yaitu melihat tugu-tugu diseluruh dunia.

Anak-anak Bontang berteriak kencang dan panjang begitu mereka menjajakan tapak di Bandara Soekarno Hatta.

“Jakartaaaaaaa!!”

Dua bus besar menjemput mereka di pintu kedatangan.Terlihat antusias yang sangat tinggi, ketika mereka selesai menaikan barang-barang ke atas bus mereka langsung berangkat menuju tempat penginapan.

Lahang, yang duduk di belakang, dia tampak sedang mencari-cari sesuatu, kemudian salah satu anggota tim yang bernama Rosmina mendekati lahang, dia memberitahu lahang, bahwasanya Monas masih jauh, dan dia berjanji akan memberitahu Lahang kalau sudah dekat.

Table 4.6

Visual Dialog/Suara Type Of Shot

Gambar 1 Mid Shoot: pengambilan dari - jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari pinggang keatas).

75

Gambar 2 - One shot: Pengambilan gambar satu objek.

Gambar 3

- Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.

Gambar 4

- Long shot, digunakan untuk menunjukkan tempat adegan berada.

a. Makna Denotasi

Lahang yang menggunakan jaket berwarna biru, dan tas berwarna coklat,

terlihat hendak bergegas pergi dan terlihat sang ayah mengikuti dirinya dari belakang,

menggunakan baju berwarna coklat dan ikat kepala barwarna putih. Tidak lupa pula

dia membawa foto Monas yang selama ini ingin sekali dia melihatnya secara

langsung. Sesampainya di Jakarta Lahang berhasil mewujudkan mimpinya untuk

melihat Monas secara langsung.

76

b. Makna Konotasi

Monumen Nasional adalah salah satu mimpi besar Lahang. Hal ini tampak pada

frame size yang menggunakan one shot pada gambar 2. Yaitu foto Monumen

Nasional yang terlihat sudah lusuh. Hal ini menggambarkan bahwa Lahang sudah

sejak lama bermimpi untuk melihat Monas secara langsung.

Lahang sudah menentukan tujuannya untuk melihat Monas secara langsung

agar dia bisa melihat tugu-tugu yang ada di Dunia. Oleh sebab itu Lahang selalu

membawa foto Monas itu kemanapun dia pergi. Untuk meyakinkan dirinya bahwa

suatu saat dia pasti bisa melihatnya.

c. Makna Mitos

Menentukan tujuan adalah salah satu cara kita untuk mewujudkan mimpi.

Dengan menulis apa yang kita inginkan dan disusun sesuai skala prioritas. Setelah itu

tentukan rentan waktu yang kita yakini untuk mewujudkan keinginan kita. Dan tidak

lupa pula untuk menulis bagaimana cara kita mencapai impian itu. Sesuai dengan

yang Lahang lakukan selama ini terhadap mimpinya.

5. Dukungan dari Dalam

Dukungan dari dalam akan membantu kita fokus kepada kemampuan kita dan

membantu memperbaiki segala sesuatu yang ingin kita perbaiki dalam diri kita. Berhenti

berpikir negatif tentang kemampuan dan diri kita.

77

1) 12 Menit Untuk Selamanya.

Rene dan Lahang langsung bergegas masuk kedalam untuk ketemu tim yang

lainnya, mereka bergumpul membuat satu lingkaran sebelum bertanding.

Table 4.7

Visual Dialog/Suara Type Of Shot Gambar 1

Rene: Siapaun kita, Long shot, dan dimanapun digunakan untuk kita sebelumnya, di menunjukkan sinilah kita tempat adegan sekarang. Di berada. tempat yang sama. Dengan impian

yang sama. Ribuan jam kita perjuangkan, demi dua belas menit ini. Demi orang-orang yang sekarang duduk di sebelah kita. Tataplah mereka. Dan, katakana kepada mereka, bahwa mereka bisa bergantung padamu. Sadarilah bahwa perjuanganmu tak akan berhasil tanpa kehadiran mereka. Berterimakasihlah, karena dengan hadirnya mereka, impianmu bisa terwujud. Dengan hadirnya mereka, dengan hadirnya kita semua di sini, kita sudah menang.

78

Gambar 2

Rene: Rayakan dua Mid belas menit terbaik Shoot:pengambilan dalam hidup dari jarak sedang, kalian, karena dua jika objeknya orang belas menit ini maka yang terlihat milik kalian milik hanya separuh kita semua di sini. badannya saja (dari

pinggang keatas). Gambar 3

Mid Shoot:pengambilan dari jarak sedang, - jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari pinggang keatas).

Gambar 4 Long shot, digunakan untuk Suara marching menunjukkan band tempat adegan berada.

Gambar 5 Mid Shoot:pengambilan - dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari pinggang keatas).

a. Makna Denotasi

Rene, anggota tim, dan tim marching band Bontang Pupuk Kaltim, mereka

berkumpul membuat satu lingkaran besar, mereka saling berangkulan satu sama lain.

79

Rene terus memotifasi tim marching band agar dapat merayakan dua belas menit

terbaik dalam hidup kalian, milik kita semua yang ada di sini.

Ealine memimpin anggota tim marching band Bontang Pupuk Kaltim, untuk

berjalan menuju ke dalam Istora Senayan. dan akhirnya mereka menjadi juara GPMB.

b. Makna Konotasi

Scene sebelum ini adalah scene Lahang mendapatkan kabar bahwa sang ayah

telah meninggal dunia. Hal itu sempat membuatnya menyerah untuk tidak mengikuti

lomba ini. Akan tetapi Rene berhasil membujuk Lahang dengan mengingatkan tujuan

mereka datang ke Jakarta. Akhirnya Lahang tetap melanjutkan mengikuti ajang

kompetisi ini. Kuncinya adalah saling memotivasi dan saling menguatkan satu sama

lain. Tidak hanya memikirkan diri sendiri akan tetapi harus memikirkan anggota tim

yang lain.

Frame size diawali dengan long shot. Gambar diambil dari jarak yang jauh

sehingga objek terlihat lebih kecil, dan latang belakang begitu jelas. Tim marching

band BontangPupuk Kaltim mereka membuat sebuah lingkaran besar dan saling

berangkulan satu sama lain.

Makna konotasi dari membuat sebuah lingkaran adalah mereka merupakan satu

kesatuan. Tangan yang saling berangkulan mengartikan sebuah kekuatan. Dengan

membuat sebuah lingkaran dan saling berangkulan mengartikan penyatuan sebuah

kekuatan, dari semua usaha dan kerja keras yang dilakukan selama ini, ini adalah saat

penentuannya.

80

c. Makna Mitos

Membuat lingkaran dengan tangan berangkulan adalah salah satu tradisi yang

dilakukan sebelum pertandingan. Membuat sebuah lingkaran biasanya dilakukan para

atlit dan pelatih sebelum mereka bertanding. Hal ini dilakukan dengan cara membuat

sebuah lingkaran dan saling berangkulan. Untuk pelatih biasanya untuk member

motivasi atau strategi dalam bermain. Sedangkan untuk pemain hal ini untuk menjaga

kekompakan satu sama lain.

B. Pendapat Penulis Skenario

Makna yang terdapat dalam film ini adalah makna mimpi, bahwasanya siapapun dapat

bermimpi.Seperti hal nya mimpi-mimpi yang ada di film 12 menit ini. Menurut Oka:

“Semua sineas akan bilang bahwa dalam filmnya, semua adegan adalah penting. Karena semua adegan itu menggambarkan upaya meraih sesuatu. Nggak ada adegan yang lebih nggak penting daripada yang lain2”

Mimpi yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan timmarching band

Bontang Pupuk Kaltim menjadi juara GPMB adalah karena sejak kecil Rene selalu

tertarik pada drum. Tara Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah

kehilangan 80% pendengarannya adalah karena dia yakin dia bisa, dan tidak ada yang

mustahil di dunia ini selama kita mau berusaha. Kemudian yang mendasari Earine

sehingga ia sangat mencintai music karena dia sekolah di sekolah musik. Mimpi Lahang,

dia ingin sekali melihat Monas karena Lahang menjadikan Monas sebagai batu loncatan

bagi mimpinya untuk melihat tugu-tugu yang ada di dunia ini.

2Wawancara pribadi dengan Oka Aurora. Jakarta 8 September 2014.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan dan menganalisis hasil temuan data yang telah ditemukan

pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan.

1. Makana Denotasi

Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran potret tentang

perjuangan sekelompok tim marching band yang ada di pelosok Negeri, yang

mempunyai mimpi yang sangat besar, untuk menjadi juara GPMB, yaitu

perhelatan akbar untuk unit-unit marching band se-Indonesia.

2. Makna Konotasi

Makna konotasi dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh

kelompok marching band Bontang Pupuk Kaltim, untuk mencapai mimpi mereka

masing-masing. Mimpi dari seorang pelatih yang bernama Rene: membawa group

marching band menjadi juara GPMB.Mimpi seorang gadis remaja berusia 15

tahun, yang ingin selalu bermain musik. Dengan tekad yang kuat gadis belia ini

terus mewujudkan mimpinya mesti tidak direstui oleh sang ayah.Bermimpi untuk

melihat tugu monas secara langsung, dan menjadikan tugu monas sebagai batu

loncatan bagi mimpi besarnya untuk mengunjungi berbagai tugu di Dunia.

Marching Band Pupuk Kaltim yang bermimpi untuk menjadi juara GPMB.

3. Mitos

Film ini menegaskan mitos bahwa untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan

butuh pengorbanan dan kerja keras. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Seperti

yang terdapat di sebuah pribahasa arab: Man jadda Wajada “barang siapa yang

bersungguh-sungguh maka sampailah ia”

81

82

B. Saran

Terkait dengan penelitian ini ada beberapa saran yang penulis dapat sampaikan.

1. Saat menonton sebuah film, kita harus cermat dalam memaknai setiap pesan yang

disampaikan. Kita jangan sampai menjadi penonton pasif, yang hanya menikmati

sebuah film tapi kita tidak dapat menilai dan mengambil pelajaran yang disampaikan

disetiap film.

2. Bagi penulis, film ini sangat layak untuk ditonton. Karena film ini film pertama di

Indonesia yang berkisah tentang perjuangan sebuah marching band menuju acara

GPMB. Dan film ini juga terdapat beberapa unsur, diantaranya unsur hiburan,

edukasi, dan juga informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Morisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005.

Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar. Jakarta: BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usman Ismail, 2000.

Lexy J. Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda, 2002.

Antonius, Birowo, Metode Penelitian zkomunikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004.

Yasraf, Amir, Piliang, Hipersemiotika, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003) .

Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010).

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Suatu Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006).

Andry Masri, Strategi visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010).

Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010) cet.1.

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6.

Tommy Cristomy, Semiotik Budaya, (Depok: Universitas Indonesia, 2004), cet. 1.

Ferdinan de Saussure dikutip oleh Yasraf Amir Piliang dalam buku Hiper Semiotik Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, (Yogyakarta: Jalasutra,2003)h. 256.

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6.

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).

Denesi, Semiotik Media, h.28. Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006).

Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010).

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006).

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 128. Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta, Homerian Pustaka, 2009).

Seiichi Konishi & Kaiji Nakamura, penemuan film, (Jakarta, Elex Media Koputindi, 2002), cet-1. Ibid, h.7

Sumber Lain: Artikel, diakses Rabu, 3 September 2014 pukul 01.02 WIB dari http://jl- hengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html.

Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 07.50 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.

Artikel, diakses Senin, 19 Juni 2014 pukul 01.30 WIB dari Mukjizatislam.blogspot.com

Artikel, diakses Jumat, 2 Mei 2014 pukul 17.52 WIB dari kbbi.web.id/semiotika

Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 08.12 WIB dari http://montase.blogspot.com/2010/05/sekilas-sejarah-film-indonesia.html

Artikel, diakses Senin, 24 Juni 2014 pukul 01.53 WIB dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/hanny-r.-saputra.html

Artikel, diakses Senin, 20 Juni 2014 pukul 16.05 WIB dari Titi Rajo Bintang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas_files

Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.27 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Didi_Petet

Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.30 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Niniek_L._Karim

Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.43 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Verdi_Solaiman Artikel, diakses Selasa, 2 September 2014 pukul 19.10 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Grand_Prix_Marching_Band

Artikel, diakses Rabu, 3 September 2014 pukul 01.02 WIB dari http://jlhengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html http://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film

KEMBNTERIAN AGAMA UNIVBRSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

Jl. lr. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 Indonesia Telepon/Fax : (021 ) 7 432728 / 74703580 Website: rvww.fdkuiniakarta.ac. id Ernail : dakrrah(0ltlk.rrrnjakana.ac.id

Nomor : tJn.0l/F'5/PP.00 .9lqfllnU4 .lakarta. ?-l-April l0 1 4 Lanrp : I ( satlr)bundel Y Hal : Bimbingan Sliripsi

Kepada Yth. Dr. Arm:uvati Arbi, M.Si. Dosen Fakultas ilrnu Dakrvah dan Ilmu K-onrrurikasi LllN Sy'ari f Hida,vatullah Jakarta

A s,su I u ntu' ttlaikt m lltr. II'b.

l3ersama ini karni sarnpaikau ourtiine dan naskah proposal skripsi 1'ang diajukau olclr rnahasiswa Fakultas llmu Dakrvah dan llnru Konrunikasi [JIN Syarif llidayatullah.lal

Nanra Zalrrotunnisa Nornor Pokok I I 1005 l00rJ l.:16

.l u rusan/Kousentrasi Komunikasi dan Penviaran lslarn Sernester VIII(Delaparr) -t'elp. 0896046i8328 .ludul Skripsi Analisis Scnriotik Ivlakna Ivlirnpi dalanr Ijilnr l2 lv,lcnir

Karni nttlhort kesecliaantr,va untr-tk nrcrn["rirnbing mahasiswa tcrscbut .lalan.r pcnvLlsunilu dan peny,'elesaian skripsirtva sclanra 6 (cnarn) Lrulan dari tnnggal 0l April s.rl. 0l Olitober'2014.

[)uniikiln, atas ;re rltertiarr dau l

ll tr;.: tr I tr nt t t' rt I u i ku ttt l,tr'r. l'l' lt.

arr. l)ckirn-

l.crrtbusarrr : l. I)ckan

2. Kctua.lunrsuu Kornunikasi clan I)en,r-- iaran I slanr ( Kl'} I ) KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax : (021) 7432728 I 74703580 Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 Indonesia Website: rm.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : dakrvah@ldk uiniakarta.ac.id

Nomor t Jn. 0 I /F5/P ? .00.s n2Lt4l/zo t,a .lakarJa, ) Aprrl2t)la Lampiran Hal lzin Penelitian (Skripsi)

Kepada Yth.

di Tempat

,4ss al e mu' ul u i kum Wr. Wb.

Dekan F'akultas Dakwah clan llmu Komunikasi UIN Syarif HidayatLrllah Jakarta menerangkan bahwa:

Namii Zahrotunnisa Nomor Pokok 1 1 10051000146 Ternpat/Tanggal Lahir Jakarta. 02 Agustus 1991 Senrester VIII (Delapan) J irrusanJKonsentrasi Komutikasi dan Pcnviaran Islam Alamat Telp. 089604638:i28

adalah benar rnaltasisu,a Fakultas Dakr,vah dan Ilmu Komunikasi tJlN Syarif Hiday.'atullah Jakarta yang akan rnelaksanakan penelitiar/mencari data dalarn rangka penulisan skripsi bcriudul Anulisis Semiotik h{impi dularu f'ilrn l2lv{enit. Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapat menerima,/mengizinkan mahasisrva kami tersebut dalarn pelaksanaan kegiatan dimaksud.

Dernikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terirna kasih.

W cr s s al amu' alai kuru l|tr. W b.

I)ekan-

ubhan, MA 110 19e303

'I'embusan : l. Wakil Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan/Prodi. Kon:unikasi dan Penyiaran Islam

(Cover Film 12 Menit Untuk Selamanya)

(Cover Novel 12 Menit)

Pertanyaan

What

1. Apa tujuan dibuatnya film serta novel 12 menit untuk selamanya? 2. Hal apa yang mendasari dibuatnya film ini? 3. Apa manfaat yang akan diperoleh penonton apabila meonton film ini? 4. Apa kendala yang dialami selama pembuatan film? Scene mana yang paling sulit dan yang paling mudah? 5. Apa pesan yang ingin disampaikan kepada penonton? 6. Apakah film ini dapat memotivasi tim marching band yang lain? 7. Apakah film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bontang? 8. Apa yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan tim marching band Bontang Pupuk Kaltimmenjadi juara GPMB? 9. Apa yang mendasari Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah kehilangan 80% pendengarannya? 10. Apa yang mendasari Earine sehingga ia sangat mencintai music? 11. Menurut anda,seberapa besar keberhasilan pemain dalam memvisualkan bahasa verbal sehingga mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam film ini? 12. Apakah ada unsur mimpi/cita-cita dalam film ini? Tolong sebutkan. Scene mana yang memperlihatkan tentang mimpi? 13. Berapa persen presentasi antara fakta dan fiktif yang terdapatdalam film ini? 14. Scene mana yang menurut anda paling penting dalam film ini? 15. Jika film ini dirangkum dalam satu scene,maka scene mana yang akan anda ambil?

When

1. Kapan film ini mulai diproduksi, berapa lama proses produksinya?

Who

1. Siapa pembuat skenario film ini? 2. Siapa penulis novel 12 menit? 3. Siapa Sutradara film ini? 4. Siapa target penonton film ini? 5. Siapa tokoh utama dalam film ini, dan mengapa menjadi tokoh utama?

Where

1. Dimana saja lokasi film ini dibuat? 2. Lokasi mana yang paling utama dalam pembuatan film ini?, mengapa dipilih lokasi di tempat tersebut? 3. Dimana saja film ini diputar?

Why

1. Kenapa Lahang ingin sekali melihat Monas? 2. Kenapa film ini harus diproduksi? 3. Kenapa film inii harus ditonton? 4. Kenapa film ini harus mengangkat kisah marching band Bontang, Kaltim?

How

1. Bagaimana Lahang dapat mengatasi dilema ketika ia dihadapi pada 2 pilihan, untuk terus memburu mimpinya atau merawat sang ayah? 2. Bagaimana cara Tara tetap bertahan di marching band ketika ia kehilangan 80% pendengarannya sedangkan marching band memerlukan pendengaran yang baik? 3. Bagaimana Eline dapat tetap bertahan ketika ia tidak mendapatkan izin dari ayahnya untuk mengikuti marching band? 4. Bagaimana cara Rene memimpin 120 anak dari kota kecil untuk memenangan kompetisi tingkat nasional? Apa yang membuatnya tetap bertahan memimpin grup marching band ini?

Hasil Wawancara Via Email

What

1. Apa tujuan dibuatnya film serta novel 12 menit untuk selamanya? Oka: untuk mengangkat kehidupan Marching Band. 2. Hal apa yang mendasari dibuatnya film ini? Oka: ketertarikan pada nilai-nilai yang dimiliki sebuah kelompok Marching Band. 3. Apa manfaat yang akan diperoleh penonton apabila meonton film ini? Oka: Penonton dapat termotivasi oleh film ini, tidak mudah pantang menyerah 4. Apa kendala yang dialami selama pembuatan film? Scene mana yang paling sulit dan yang paling mudah? Oka: Semua adegan memiliki kesulitan masing-masing. Adegan di dalam rumah pun bisa sulit ketika tingkat aktingnya harus tinggi. Adegan paling sulit salah satunya adalah adegan Tara, Rene, dan Opa di sungai. Pertama, karena sungai itu berbuaya. Kedua, karena tim Art Production harus membangun jembatan khusus untuk keperluan itu. Tapi, bukan berarti adegan di rumah tidak bisa sulit. Salah satu adegan rumah yang cukup sulit adalah di kamar Elaine, saat Elaine bersedih karena dilarang ke Jakarta. Sutradara harus berkali-kali mengambil adegan Elaine meneteskan sebutir air mata. 5. Apa pesan yang ingin disampaikan kepada penonton? Oka: bahwa siapa pun bisa bermimpi. 6. Apakah film ini dapat memotivasi tim marching band yang lain? Oka: silakan cek TL @12menithemovie. Kamu bisa melihat tanggapan para penonton (yang rata-rata adalah anak-anak Marching Band). 7. Apakah film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bontang? Oka: Kalau nanyanya ke saya, ya saya pasti akan jawab “Iya”. Tapi, menurut kamu sebagai pembaca/penonton, gimana? Ini pertanyaan yang harus dinilai oleh pembaca/penonton. Apakah memang lokalitas Bontang terasa sekali, ataukah Bontang hanya terasa sebagai tempelan? Karena kalau Bontang hanya terasa sebagai tempelan, berarti sebagai penulis/sineas saya telah gagal.  8. Apa yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan tim marching band Bontang Pupuk Kaltimmenjadi juara GPMB? Oka: Karena sejak kecil Rene selalu tertarik pada drum. 9. Apa yang mendasari Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah kehilangan 80% pendengarannya? Oka: Karena dia yakin dia bisa, dan tidak ada yang mustahil di dunia ini selama kita mau berusaha. 10. Apa yang mendasari Earine sehingga ia sangat mencintai music? Oka: karena dia sekolah di sekolah musik. 11. Menurut anda,seberapa besar keberhasilan pemain dalam memvisualkan bahasa verbal sehingga mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam film ini? Oka: menurut kamu, aktingnya cukup meyakinkan nggak? Kamu kan sudah baca novelnya. Setelah melihat filmnya, apakah sesuai dengan yang kamu baca? Apakah akting Tara, Elaine, Lahang, dan Rene bisa dipercaya? Sekali lagi, kalau nanyanya ke saya sebagai sineas, saya pasti akan jawab “Iya”. 12. Apakah ada unsur mimpi/cita-cita dalam film ini? Tolong sebutkan. Scene mana yang memperlihatkan tentang mimpi? Oka: semua adegan memperlihatkan tentang upaya meraih mimpi. Nggak bisa dilihat per adegan. Semua kejadian adalah proses menuju ke satu tempat. 13. Berapa persen presentasi antara fakta dan fiktif yang terdapatdalam film ini? Oka: 50%. 14. Scene mana yang menurut anda paling penting dalam film ini? Oka: Semua sineas akan bilang bahwa dalam filmnya, semua adegan adalah penting. Karena semua adegan itu menggambarkan upaya meraih sesuatu. Nggak ada adegan yang lebih nggak penting daripada yang lain. 15. Jika film ini dirangkum dalam satu scene,maka scene mana yang akan anda ambil? Oka: adegan terakhir, saat mereka tampil di Istora. Karena itulah esensi semua perjuangan mereka.

When

1. Kapan film ini mulai diproduksi, berapa lama proses produksinya? Oka: Awal 2013. Lama produksi 1 tahun.

Who

1. Siapa pembuat skenario film ini? Oka: saya sendiri. 2. Siapa penulis novel 12 menit? Oka: saya juga. 3. Siapa Sutradara film ini? Oka: Mas Hanny R Saputra 4. Siapa target penonton film ini? Oka: Seluruh anak-anak Indonesia yang mempunyai mimpi. 5. Siapa tokoh utama dalam film ini, dan mengapa menjadi tokoh utama? Oka: Rene harus jadi tokoh utama, karena pelatih adalah yang mewakili ruh pemimpin.

Where

1. Dimana saja lokasi film ini dibuat? Oka: Di Bontang dan Jakarta. 2. Lokasi mana yang paling utama dalam pembuatan film ini?, mengapa dipilih lokasi di tempat tersebut? Oka: Bontang. Karena tim marching band berasal dari Bontang. 3. Dimana saja film ini diputar? Oka: Silakan cek TL @12menithemovie

Why

1. Kenapa Lahang ingin sekali melihat Monas? Oka: Karena Lahang menjadikan Monas sebagai batu loncatan bagi mimpinya untuk melihat tugu-tugu yang ada di dunia ini. 2. Kenapa film ini harus diproduksi? Oka: Karena film ini patut untuk di jadikan tontotan dan tuntunan. 3. Kenapa film inii harus ditonton? Oka: Karena Film ini menceritakan tentang bagaimana seseorang meraih mimpi. 4. Kenapa film ini harus mengangkat kisah marching band Bontang, Kaltim? Oka: Karena MBBPKT adalah Marching Band dengan prestasi terbaik di Indonesia. Kamu bisa cek wikipedia untuk melihat daftar prestasi mereka.

How

1. Bagaimana Lahang dapat mengatasi dilema ketika ia dihadapi pada 2 pilihan, untuk terus memburu mimpinya atau merawat sang ayah? Oka: sang ayah yang memberikan motivasi kepada Lahang untuk terus mengejar mimpinya. 2. Bagaimana cara Tara tetap bertahan di marching band ketika ia kehilangan 80% pendengarannya sedangkan marching band memerlukan pendengaran yang baik? Oka: terus latihan, dan latihan. 3. Bagaimana Eline dapat tetap bertahan ketika ia tidak mendapatkan izin dari ayahnya untuk mengikuti marching band? Oka: ia terus meyakinkan sang ayah dengan dibantu oleh ibunya. 4. Bagaimana cara Rene memimpin 120 anak dari kota kecil untuk memenangan kompetisi tingkat nasional? Apa yang membuatnya tetap bertahan memimpin grup marching band ini? Oka: kerja keras, dan disiplin. Latihan terus menerus tak kenal lelah. Karena dia tak akan menyerak sebelum mimpinya terwujud untuk menjadikan group ini menjadi juara GPMB.