Kebangkitan Industri Perfilman Nasional Di Tengah Kekosongan Festival Film Indonesia (1993—2005)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kebangkitan Industri Perfilman Nasional Di Tengah Kekosongan Festival Film Indonesia (1993—2005) Kebangkitan Industri Perfilman Nasional di Tengah Kekosongan Festival Film Indonesia (1993—2005) Marcia Audita, Muhammad Wasith Albar Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Nama : Marcia Audita Program Studi : Ilmu Sejarah Judul : Kebangkitan Industri Perfilman Nasional Di Tengah Kekosongan Festival Film Indonesia (1993—2005) Skripsi ini membahas mengenai kebangkitan industri perfilman nasional di tengah kekosongan Festival Film Indonesia (1993—2005). Festival Film Indonesia (FFI) merupakan sebuah kompetisi antar insan perfilman sebagai wujud apresiasi bangsa kepada para pekerja film dalam rangka membangkitkan sinema Indonesia. Pelaksanaan FFI sempat mengalami masa kekosongan selama lebih dari satu dasawarsa di tahun 1993—2003. Berakhirnya masa tugas Panitia Tetap FFI serta tingkat penurunan kuantitas dan kualitas film Indonesia telah memengaruhi arus peredaran film dalam hal produksi, distribusi dan eksibisi hingga menjelang era awal masa reformasi. Masa kekosongan tersebut rupanya diisi oleh aktivitas para sineas muda yang mulai berusaha untuk kembali membangitkan produksi perfilman nasional. Keberhasilan para sineas muda dalam mengembalikan penonton Indonesia mendorong FFI untuk hadir kembali di tahun 2004 dengan puncak jumlah produksi film serta prestasi internasional diraih di tahun 2005. Pada akhirnya skripsi ini membuktikan bahwa masa kekosongan berkepanjangan FFI rupanya tidak menyurutkan dan memengaruhi para sineas untuk terus berkarya membangkitkan kembali industri perfilman nasional yang sempat merosot. Skripsi ini menggunakan pendekatan desktiptif naratif melalui 4 tahapan metode sejarah: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Kata Kunci: FFI, Film, Sineas, Orde Baru, Reformasi, Produksi, Distribusi, Eksibisi. The Awaken of National Film Industries in the Middle of Indonesian Film Festival Emptiness (1993—2005) Abstract This thesis discusses about the revival of the national film industry in the middle of the emptiness Indonesian Film Festival (1993—2005). Indonesian Film Festival (FFI) is a competition between film- makers as an appreciation of the nation to film workers in order to raise Indonesian cinema. Implementation of the FFI had experienced a period of vacancy during a decade in the years 1993— 2003. The Expiration of the Standing Committee of FFI and the rate of decline in the quantity and quality of Indonesian films have affected the flow of circulation of the film in terms of production, distribution and exhibition of up ahead of the beginning of the reform era. The vacancy period apparently filled by the activities of the young filmmakers who began trying to re-generating national film production. The succeded of the young filmmakers in the audience restore Indonesia encouraged Kebangkitan Industri ..., Marcia Audita, FIB UI, 2016 FFI to be present again in 2004 and the peak in the number of international film production and performance achieved in 2005. At the end of this thesis proves that the prolonged vacancy of FFI apparently did not discourage and affect filmmakers to revive the national film industry which had declined before. This thesis uses descriptive narrative approach through 4 stages of the historical method: heuristic, verification, interpretation and historiography Keywords: FFI, film, filmmakers, New Order, Reform, Production, Distribution, Exhibition. Pendahuluan Satu dasawarsa kekosongan FFI yang kembali terulang menjadi sebuah refleksi penting perihal nasib sebenarnya industri perfilman nasional sejak tahun 1993—2003. Periode ini merupakan puncak beredarnya film impor dan film instan. Kejayaan sebelumnya yang didapatkan sineas di periode awal Orde Baru, seketika berbalik di tahun 1993. Krisis ekonomi akibat liberalisasi perbankan dan semakin besarnya hutang negara, menjadikan pemerintah mengesampingkan persoalan tersier, termasuk masalah perfilman. Dana yang seharusnya diberikan kepada Kementrian Penerangan untuk anggaran FFI harus dialihkan sementara ke urusan negara. Besarnya biaya memproduksi film mengakibatkan sebagian sineas kehabisan ide untuk terus berkarya dan mempertahankan pekerjaan. Sebagai dampaknya, film komersil dan instan yang ongkos produksinya lebih murah menjadi satu-satunya cara untuk dapat terus bertahan. Bersamaan dengan itu pula terjadi peralihan saham bioskop nasional ke bioskop jaringan modal asing yang memberikan ruang sempit bagi film Indonesia di bidang eksibisi. Kemunculan stasiun televisi swasta di awal tahun ‘90an seolah menjawab keresahan sineas akan nasib dan pekerjaan mereka sebagai pekerja layar lebar. Migrasi besar pekerja film ke dunia televisi menggambarkan bahwa saat itu situasi perfilman nasional sedang terpuruk dan kehilangan pasarnya. Sebagian besar pekerja film berbondong-bondong terjun ke dunia layar kaca dan sinetron yang saat itu lebih digemari. Mendekati tahun 1998 sebagai puncak krisis, film Indonesia semakin tidak mendapat perhatian. Harapan orang film, baik sineas maupun kritikus film agar FFI dapat diadakan harus kembali ditunda disebabkan kurangnya peran pemerintah akibat prioritas pembenahan sektor politik dan ekonomi. 1 Kebangkitan Industri ..., Marcia Audita, FIB UI, 2016 Untuk itu penulis memilih topik ini selain dikarenakan ketertarikan penulis terhadap dunia perfilman, banyak peneliti terdahulu membahas mengenai masalah perfilman, namun tidak menggabungkan dengan peran FFI itu sendiri sebagai suatu acuan untuk mengukur gerak-gerik dinamika perfilman nasional. Kekosongan FFI yang dialami selama 10 tahun telah merepresentasikan bagaimana kondisi media audio-visual tersebut hadir di tahun 1993—2003. Fokus terpenting penelitian ini adalah bagaimana kekosongan FFI selama satu dasawarsa dimanfaatkan oleh para sineas untuk memperjuangkan nasib film nasional yang pada akhirnya dapat mengembalikan penonton Indonesia untuk diakui di ajang internasional di sepanjang tahun 1993—2005. Skripsi ini membuktikan bahwa kekosongan FFI tidak memberikan pengaruh apapun kepada para sineas untuk terus beraktivitas dan berkarya dalam upaya membangkitkan industri perfilman nasional sehingga FFI 2004 dapat kembali diwujudkan. Tahun 1993—2003 merupakan masa dimana film Indonesia kehilangan bentuk, arah dan gairah, hingga pada akhirnya akan muncul sebuah generasi baru perfilman yang sebagian besar berangkat dari generasi berbeda dari pejuang film sebelumnya.1 Generasi ini disebut dengan generasi sineas muda, yang mulai terlihat di awal tahun 2000an. Permasalahan inilah yang sesungguhnya akan diangkat, yaitu bagaimana perjuangan sineas dalam mewujudkan kebangkitan film Indonesia yang memberikan dampak pada kembalinya FFI 2004. Metode Penelitian Dalam mengembangkan penelitian kualitatif ini digunakan metode sejarah untuk merekonstrusi kejadian di masa lampau yang mencakup pada 4 tahapan, yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Heuristik merupakan pengumpulan sumber-sumber terkait yang menjadi langkah pertama dalam penelitian sejarah. Pada tahap ini, sumber dikategorikan menjadi dua macam, yaitu sumber primer dan 1Rita Sri Hastuti dkk, Workshop Wartawan Film dan Sosialisasi Draft RUU Perfilman. (Jakarta : Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, 2007), h. 164. 2 Kebangkitan Industri ..., Marcia Audita, FIB UI, 2016 sekunder. Untuk sumber primer dapat diklasifikasikan pula menjadi dua kategori, yaitu tertulis dan lisan. Dalam sumber primer tertulis, penulis mengkaji studi kepustakaan melalui buku, surat kabar, majalah dan arsip terkait. Pada sumber primer lisan, penulis dapatkan melalui tahapan wawancara dengan tiga penggiat film: sineas (M. Abduh Azis, Jose Purnomo dan Muhammad Alwi Dahlan), pemerintah sezaman (Muhammad Alwi Dahlan sebagai Menteri Penerangan 1998) dan kritikus film (Ekky Imandjaya) sehingga pada proporsi penelitian ini tidak hanya dilihat oleh satu sisi saja. Setelah berhasil mengumpulkan sumber penelitian di dalam tahapan heuristik, perlu ada kritik mengenai kevalidan dan kredibilitas keseluruhan sumber tertulis dan lisan di dalam verifikasi sebagai tahapan kedua metode penelitian sejarah. Verifikasi dilakukan dengan cara melihat relevansi dari masing-masing sumber lalu membandingkannya dengan sumber lain. Tahapan ketiga, yaitu interpretasi adalah proses penafsiran dan menganalisis makna dari berbagai fakta dari sumber-sumber penelitian untuk kemudian dapat direkonstruksi ke dalam penulisan. Historiografi sebagai tahap akhir metode penulisan sejarah merupakan upaya untuk merangkai fakta yang telah dikritik dan dianalisis sebelumnya sehingga melahirkan sebuah penulisan sejarah untuk menciptakan kembali totalitas peristiwa masa lampau yang sesungguhnya terjadi.2 Perjalanan Festival Film Indonesia (FFI) : Wajah Film Sebelum Tahun 1993 Kategori film cerita pertama kali mulai berkembang di Perancis, Italia, Inggris kemudian Amerika Serikat hingga Asia (India) lalu masuk ke Asia Tenggara, salah satunya Hindia Belanda.3 Diperkirakan masyarakat Hindia Belanda mulai menonton film bisu dokumenter pada tanggal 5 Desember 1900 di sebuah rumah Maatschapij Fuchs Tanah Abang4, tertera dalam Surat Kabar Bintang Betawi: 2 Sartono Kartodirdjo. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif. (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 21. 3http://www.history.com/news/the-lumiere-brothers-pioneers-of-cinema (Diakses pada Senin, 14 Desember 2015 Pukul 20.00 WIB). 4Ekky Imandjaya. A to Z about
Recommended publications
  • Kajian Naratif Atas Tema Nasionalisme Dalam Film-Film Usmar Ismail Era 1950-An
    KAJIAN NARATIF ATAS TEMA NASIONALISME DALAM FILM-FILM USMAR ISMAIL ERA 1950-AN TESIS PENGKAJIAN SENI untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister dalam bidang Seni, Minat Utama Videografi Sazkia Noor Anggraini 1320789412 PROGRAM PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2017 UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi manapun. Tesis ini merupakan hasil pengkajian/penelitian yang didukung berbagai referensi dan sepengetahuan saya belum pernah ditulis dan dipublikasikan kecuali yang secara tertulis diacu dan disebutkan dalam kepustakaan. Saya bertanggungjawab atas keaslian tesis ini dan saya bersedia menerima sanksi apabila di kemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini. Yogyakarta, 10 Agustus 2017 Yang membuat pernyataan, Sazkia Noor Anggraini NIM. 1320789412 iii UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA KAJIAN NARATIF ATAS TEMA NASIONALISME DALAM FILM-FILM USMAR ISMAIL ERA 1950-AN Pertanggungjawaban Tertulis Program Penciptaan dan Pengkajian Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2017 Oleh Sazkia Noor Anggraini ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari klaim bahwa film-film sebelum Darah dan Doa (1950) tidak didasari oleh sebuah kesadaran nasional dan oleh karenanya tidak bisa disebut sebagai film Indonesia. Klaim ini perlu dipertanyakan karena punya tendensi akan pengertian sempit etno nasionalis yang keluar dari elite budaya Indonesia. Penelitian ini mencoba membangun argumen secara kritis dengan memeriksa kembali proyeksi tema nasionalisme dalam naratif film-film Usmar Ismail pada era 1950-an. Gagasan nasionalisme kebangsaan oleh Benedict Anderson digunakan sebagai konsep kerja utama dalam membedah naratif pada film Darah dan Doa, Lewat Djam Malam (1954), dan Tamu Agung (1955).
    [Show full text]
  • World Cinema Foundation, Sinematek Indonesia
    65th FESTIVAL DE CANNES (16 - 27 MAY 2012) OFFICIAL SELECTION – CANNES CLASSICS Lewat Djam Malam (After the Curfew) (1954) Kalpana (1948) Contact Info: 110 W. 57th Street, 5th Floor New York, NY 10019, USA www.worldcinemafoundation.org - [email protected] LEWAT DJAM MALAM (After the Curfew) Written by Usmar ISMAIL, Asrul SANI Director of Photography Max TERA Set Deisgner Abdul CHALID Original Music G.R.W. SINSU Sound B. SALTZMANN Editing SUMARDJONO Production PERSARI, PERFINI Starring A.N. ALCAFF(Iskandar), Netty HERAWATY (Norma), R.D. ISMAIL (Gunawan) Running Time 101’ Year of Production 1954 Country of Production INDONESIA Language INDONESIAN From NATIONAL MUSEUM OF SINGAPORE, WORLD CINEMA FOUNDATION, SINEMATEK INDONESIA Restored in 2012 by the National Museum of Singapore and the World Cinema Foundation, with support from the Konfiden Foundation and Kineforum of the Jakarta Arts Council. The restoration work was conducted by Cineteca di Bologna/L'Immagine Ritrovata Laboratory from original film elements preserved at the Sinematek Indonesia. Special thanks to the Usmar Ismail family. ABOUT THE FILM Lewat Djam Malam (After the Curfew) is a passionate work looking directly at a crucial moment of conflict in Indonesian history: the aftermath of the four-year Republican revolution which brought an end to Dutch rule. This is a visually and dramatically potent film about anger and disillusionment, about the dream of a new society cheapened and misshapen by government repression on the one hand and bourgeois complacency on the other. The film’s director, Usmar Ismail, is generally considered to be the father of Indonesian cinema, and his entire body of work was directly engaged with ongoing evolution of Indonesian society.
    [Show full text]
  • Q&A PROGRAM KINEFORUM MARET 2011 SEJARAH ADALAH SEKARANG 5 Page 1
    Q&A PROGRAM KINEFORUM MARET 2011 SEJARAH ADALAH SEKARANG 5 SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU 1 2 3 4 5 6 WARNA WARNI BUKAN SEKEDAR BOW: USMAR ISMAIL FESTIVAL 80-AN FILM ANAK INDONESIA FILM ANAK INDONESIA PEREMPUAN PROFESI BOW: USMAR ISMAIL GAMBAR TANGAN, LAYAR GAMBAR TANGAN, LAYAR TEREKAM, TERDENGAR, TEREKAM, TERDENGAR, PERAN PEMERAN LEBAR LEBAR TERLIHAT TERLIHAT FESTIVAL 80-AN WARNA WARNI PERAN PEMERAN GAMBAR TANGAN, LAYAR PEREMPUAN LEBAR kineforum 14.15: Perempuan Kedua 14.15: Raja Jin Penjaga 14.15: Red Cobex 14.15: Ira Maya Putri 14.15: Langitku, Rumahku 14.15: Djenderal Kantjil Pintu Kereta Api Cinderella 17.00: Darah dan Doa 17.00: Badut-badut Kota 17.00: Enam Djam di 17.00: Metamorfoblus 17.00: The Songstress and 17.00: Petualangan Sherina Djogdja the Seagull 19.30: Nakalnya Anak-anak 19.30: Sorga yang Hilang 19.30: Beranak Dalam 19.30: Kejarlah Daku, Kau 19.30: Tuan Tanah 19.30: Fiksi Kubur Kutangkap Kedawung 16:00 Diskusi Dari Gambar Acara Pendukung Tangan ke Layar Lebar GC III Pameran Sejarah Bioskop Pameran Sejarah Bioskop Pameran Sejarah Bioskop Pameran Sejarah Bioskop Pameran Sejarah Bioskop Pameran Sejarah Bioskop dan Kebijakan Film di dan Kebijakan Film di dan Kebijakan Film di dan Kebijakan Film di dan Kebijakan Film di dan Kebijakan Film di Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia 7 8 9 10 11 12 13 FESTIVAL 80-AN SUPERHERO BUKAN SEKEDAR TEREKAM, TERDENGAR, SUPERHERO FILM ANAK INDONESIA FILM ANAK INDONESIA PROFESI TERLIHAT WARNA WARNI WARNA WARNI GAMBAR TANGAN, LAYAR BOW: USMAR ISMAIL BUKAN
    [Show full text]
  • MUATAN FAKTA SEJARAH DALAM FILM SULTAN AGUNG KARYA HANUNG BRAMANTYO TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab Dan Ilmu Bu
    MUATAN FAKTA SEJARAH DALAM FILM SULTAN AGUNG KARYA HANUNG BRAMANTYO TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: Anna Eryana NIM: 15120104 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2020 PERNYATAAN KEASALIAN ii NOTA DINAS Kepada Yth., Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Assalamu’alaikum wr. wb. Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah skripsi berjudul: MUATAN FAKTA SEJARAH DALAM FILM SULTAN AGUNG KARYA HANUNG BRAMANTYO TAHUN 2018 yang ditulis oleh: Nama : Anna Eryana NIM : 15120104 Jurusan : Sejarah dan Kebudayaan Islam Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Wassalamu’alaikum wr. wb. Yogyakarta, 26 Maret 2020. Dosen Pembimbing Riswinarno, S.S, M.M. NIP. 19700129 199903 1 002 iii PENGESAHAN TUGAS AKHIR iv MOTTO “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Pramoedya Ananta Toer v PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk: Orang tua tercinta Ibu, papah, dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan doa, motivasi kepada penulis selama ini, Semua guru mulai dari TK, SD, SMP, MAN dan Dosen yang telah memberikan ilmu, membimbing dengan penuh kesabaran serta keikhlasan. Almamater Progam Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang saya banggakan. vi ABSTRAK MUATAN FAKTA SEJARAH DALAM FILM SULTAN AGUNG KARYA HANUNG BRAMANTYO TAHUN 2018 Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan muatan fakta sejarah didalam film yang bertemakan drama kolosal sejarah karya Hanung Bramantyo.
    [Show full text]
  • Editor Promo Film Di Pt. Kharisma Starvision Plus Kerja Praktik Mohkamad Adi Sucipto 15510160007
    EDITOR PROMO FILM DI PT. KHARISMA STARVISION PLUS KERJA PRAKTIK Program Studi DIV Komputer Multimedia Oleh: MOHKAMAD ADI SUCIPTO 15510160007 FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2018 EDITOR PROMO FILM DI PT. KHARISMA STARVISION PLUS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir Disusun Oleh: Nama : MOHKAMAD ADI SUCIPTO NIM : 15.51016.0007 Program : DIV (Diploma Empat) Jurusan : Komputer Multimedia FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2018 ii LEMBAR MOTTO “Berjanjilah untuk tidak berhenti mengejar mimpimu” iii LEMBAR PERSEMBAHAN Laporan Kerja Praktik ini saya persembahkan untuk: 1. Almarhum Kakek dan Almarhumah Nenek tercinta. 2. Kedua Orang Tua, Bapak Mujadi dan Ibu Ngatmini. 3. Adik dan kakak tercinta, yakni Septianingrum William Kusuma Wulandari dan adik Muhammad Guruh Triyono. 4. Almamater tercinta, Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. 5. Kepala Program Studi, Ir. Hardman Budiarjo, M.Med.Kom., MOS. 6. Dosen Pembimbing, Karsam, MA., Ph.D. 7. Ir. Chand Parwez Servia selaku Dirut PT. Starvision Plus. 8. Keluarga Besar PT. Kharisma Starvision Plus Jakarta. 9. Seluruh Dosen DIV Komputer Multimedia Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. 10. Keluarga besar DIV Komputer Multimedia Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. 11. Teman-teman Komunitas Film Surabaya. iv LEMBAR PENGESAHAN EDITOR PROMO FILM DI PT. KHARISMA STARVISION PLUS Laporan Kerja Praktik oleh Mohkamad Adi Sucipto NIM: 15.51016.0007 Telah diperiksa, diuji dan disetujui Surabaya, 8 Januari 2019 Disetujui : Pembimbing Penyelia Karsam, MA., Ph.D. Adit Hadi Suryadi NIDN. 0705076802 Koordinator Post Production Mengetahui, Ketua Program Studi DIV Komputer Multimedia Ir. Hardman Budiarjo, M.Med.Kom., MOS NIDN.
    [Show full text]
  • The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo's
    Basuki Resobowo as a Jack of All Trades: The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo’s Legacy in Indonesian Cinema Umi Lestari Southeast of Now: Directions in Contemporary and Modern Art in Asia, Volume 4, Number 2, October 2020, pp. 313-345 (Article) Published by NUS Press Pte Ltd DOI: https://doi.org/10.1353/sen.2020.0014 For additional information about this article https://muse.jhu.edu/article/770704 [ Access provided at 25 Sep 2021 00:27 GMT with no institutional affiliation ] This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Basuki Resobowo as a Jack of All Trades: The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo’s Legacy in Indonesian Cinema UMI LESTARI Abstract Basuki Resobowo (1916–99) is known primarily as a painter, activist and head of Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra, Institute for People’s Culture). He was affil- iated with left-wing politics during Sukarno’s Old Order (1945–65) and first entered the film industry in the 1940s when he played the role of Basuki in Jo An Djan’s film Kedok Ketawa (1940). During the Japanese Occupation (1942–45), Resobowo was part of Keimin Bunka Shidoso (Culture Centre). Literature on Resobowo’s artistic practice has mostly referred to his background in painting. However, in the 1950s, he joined Perusahaan Film Negara Indonesia (Perfini) as an art director and scriptwriter, making seven films, includingDarah dan Doa (Blood and Prayer) in 1950, which is regarded as the firstfilm nasional (national film). This article, while devoting some space to Resobowo’s overall career, chiefly endeavours to revisit the early Perfini films and examine the influence of Reso- bowo’s ideas about art and theatre on cinematographic mise-en-scene.
    [Show full text]
  • XLI Mostra Internazionale Del Cinema Libero Fondazione Cineteca Di Bologna
    XLI Mostra Internazionale del Cinema Libero Fondazione Cineteca di Bologna “Il cinema è l’istituzione più democratica e più internazionale... Apre spazio alla fantasia creativa degli spettatori [...] costretti e autorizzati a dare loro stessi un’anima a quei corpi in movimento; detto altrimenti: a scriversi il proprio testo per il film” “Cinema is the most democratic and most international of institutions... Provides space for the viewer’s creative imagination [...] compelled and enabled to give a soul to those moving bodies – or, to put it more simply, to write their own text for the pictures” Viktor Klemperer, 1912 “Procediamo con disordine. Il disordine dà qualche speranza, l’ordine nessuna” “Let’s start with disorder. Disorder gives you some hope, order none” Marcello Marchesi, 1963 Promosso da / Promoted by: FONDAZIONE CINETECA DI BOLOGNA Coordinator: Sara Mastrodomenico Fondazione Cineteca di Bologna Presidente / President: Carlo Mazzacurati Coordinamento Cinema Lumière 1 / Cinema Ente Mostra Internazionale del Cinema Libero Direttore / Director: Gian Luca Farinelli Lumière 1 coordinator: Andrea Peraro Consiglio di amministrazione / Board of Coordinamento Cinema Lumière 2 / Cinema Con il sostegno di / With the support of: Directors: Carlo Mazzacurati (Presidente), Lumière 2 coordinator: Nicola Di Battista Comune di Bologna Alina Marazzi, Valerio De Paolis Coordinamento Piazza Maggiore / Piazza Ministero per i Beni e le Attività Culturali - Maggiore coordinator: Silvia Fessia con Direzione Generale per il Cinema Ente Mostra Internazionale
    [Show full text]
  • Programming "Sejarah Adalah Sekarang" Bulan Film Nasional 2008 1-31 Maret 2010
    Programming "Sejarah adalah Sekarang" Bulan Film Nasional 2008 1-31 Maret 2010 Month: MARET 2010 MON TUE WED THU FRI SAT SUN MINGGU 1 2 3 4 5 6 7 Film Remaja Lintas Zaman Indonesia di Pentas Dunia Godaan Mata BOW: Soekarno M Noer Hantu-Hantu Indonesia Indonesia di Pentas Dunia Laki-Laki di Mata Lensa Film Indonesia Laki-Laki di Mata Lensa Film Indonesia Hantu-Hantu Indonesia Film Remaja Lintas Zaman Indonesia di Pentas Dunia BOW: Soekarno M Noer Film Remaja Lintas Zaman Indonesia di Pentas Dunia Indonesia di Pentas Dunia Godaan Mata Laki-Laki di Mata Lensa Film Indonesia Hantu-Hantu Indonesia Godaan Mata Godaan Mata KINEFORUM I 14.15: Lupus (Tangkaplah Daku Kau 14.15: Berbagi Suami 14.15: Puisi Tak Terkuburkan 14.15: Titian Serambut Dibelah Tujuh 14.15: Pocong 2 14.15: Jermal 14.15: 9 Lewat Djam Malam Kujitak) 17.30: Cinta Dalam Sepotong Roti 17.30: Angker Batu 17.30: Mengejar Matahari 17.30: Pasir Berbisik 17.30: Suci Sang Primadona 17.30: Langitku Rumahku 17.30: Pintu Terlarang 19.30: Naga Bonar Jadi 2 19.30: Opera Jakarta 19.30: Laki-laki Pilihan 19.30: Kuntilanak 1 19.30: Gie 19.30: Masa Topan dan Badai 17.30: Roro Mendut TEATER PAMERAN SEJARAH BIOSKOP PAMERAN SEJARAH BIOSKOP PAMERAN SEJARAH BIOSKOP PAMERAN SEJARAH BIOSKOP PAMERAN SEJARAH BIOSKOP PAMERAN SEJARAH BIOSKOP PAMERAN SEJARAH BIOSKOP STUDIO 8 9 10 11 12 13 14 Laki-Laki di Mata Lensa Film Indonesia Film Remaja Lintas Zaman Indonesia di Pentas Dunia Hantu-Hantu Indonesia Godaan Mata BOW: Soekarno M Noer Sejarah Industri Musik Indonesia BOW: Soekarno M Noer Indonesia di Pentas
    [Show full text]
  • BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam
    BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang analisis penerimaan (reception analysis) dari berbagai jurnal, media, dan surat kabar. No Nama Peneliti Judul Tahun/ Hasil penelitian Metode 1. Drs.Ido Prijana KHALAYAK 2009/ Dalam penelitian ini individu Hadi,M.Si MAYA analisis melakukan perannya sebagai b DALAM penerimaan agian dari sebuah interpretive MEDIA (Jurnal) community yang secara aktif ONLINE melakukan persepsi dengan interpretasi dan membangun i mage dari pesan yang mereka t erima ketika bersentuhan dengan media onli ne 2. Desliana Dwita RESEPSI 2012/ Resepsi khalayak di Batam MASYARAKA analisis tentang isi siaran televisi T penerimaan Singapura dan Malaysia dalam TERHADAP (Jurnal) penelitian ini dipengaruhi oleh SIARAN latar belakang etnis, budaya, TELEVISI bahasa, hubungan keluarga, ASING motivasi menambah wawasan, motivasi ingin bekerja ke luar negeri, motivasi belajar bahasa asing, sulit mengakses siaran televisi, pendidikan, kebutuhan akan siaran lokal, pekerjaan, serta pengalaman pribadi. 9 10 3. Michelia KONSTRUKSI 2013/ Dari pemaknaan yang Puspaseruni REALITAS analisis diberikan informan Ramadiati SOSIAL penerimaan penelitian ini terlihat INDONESIA (Skripsi) bahwa masing- PASCAREVOLUS masing memiliki I (ANALISIS pandangan yang berbeda RESEPSI satu sama lain selaku GENERASI audiens yang MUDA memaknai film. TERHADAP FILM LEWAT DJAM MALAM) 4. Ani Wardani SIMBOL-SIMBOL 2013/ Hasil penelitian KEAGAMAAN analisi menunjukkan bahwa DALAM FILM penerimaan interpretasi para (Analisis Resepsi (Skripsi) informan dapat Film Perempuan dikelompokkan sesuai Berkalung Sorban) posisi decoding khalayak menurut Hall Namun secara keseluruhan posisi pemaknaan para informan lebih kepada dua posisi, yaitu dominan-hegemonik dan oposisional. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1.
    [Show full text]
  • MANAJEMEN KEUANGAN DAN PEMASARAN DALAM FILM Oleh: Endah Wahyu Sulistianti
    MANAJEMEN KEUANGAN DAN PEMASARAN DALAM FILM Oleh: Endah Wahyu Sulistianti Abstract The implementation of financial management and marketing in film has been carried out by filmmakers, taking into account various aspects related to financial management and marketing in films including STDP (Segmenting, Targeting, Differentiation, and Positioning), and marketing mix consisting of 4 P (Product, Price, Place, Promotion). Although financial management and marketing have been carried out in the film, it turns out in terms of the number of viewers bringing different results in other words the number of viewers experiencing ups and downs. In 2007 the number of viewers was 1,389,454 increased to 4,631,841 in 2008, but decreased again from 2009 to 2011 to 748,842 viewers. In 2012 it increased again to 4,488,889 spectators and then decreased again in 2013 to 2015 to 1,270,509. Keywords: Financial Manajemen, Marketing, Film I. Pendahuluan Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu:1 1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva. 2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan. 3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin. Seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan harus mengetahui bagaimana mengelola segala unsur dan segi keuangan, hal ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Unsur manajemen keuangan harus diketahui oleh seorang manajer.
    [Show full text]
  • ABSTRAK Skripsi Ini Membahas Bagaimana Perkembangan Film-Film Perjuangan Di Masa Pemerintahan Soekarno Dari Tahun 1950-1965
    IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA xvii ABSTRAK Skripsi ini membahas bagaimana perkembangan film-film perjuangan di masa pemerintahan Soekarno dari tahun 1950-1965. Dengan tujuan untuk memberikan pehamanan bagaimana kondisi dan perkembangan industri film di Indonesia pada tahun 1950-1965.Penelitian menggunakan metode penelitian sejarah, diawali dengan heuristik, verifikasi sumber, interpretasi, dan diakhiri dengan historiografi. Penelitian ini menunjukan bahwa disamping film drama komersil yang masih menggunakan cara lama, film-fillm perjuangan pada masa ini mengangkat realita yang terjadi di masyarakat dan ciri nasionalisme yang kuat tanpa menghadirkan legitimasi. Berakhirnya revolusi kemerdekaan Indonesia semakin melahirkan spirit untuk mempertahankan kedaulatan bangsa. Hal ini dilakukan insan perfilman untuk berkarya dan berkontribusi dalam menanamkan karakter kebangsaan. Beberapa film yang muncul adalah Darah dan Doa (1950), Enam Djam di Jogja (1951), Lewat Djam Malam (1954), Pedjuang (1960), dan Pagar Kawat Berduri (1961). Contoh film-film diatas digunakan untuk melihat aspek keseharian pada masa revolusi dan dampak revolusi bagi rakyat Indonesia Kata Kunci: Film, Usmar Ismail, Perfini, Revolusi Indonesia. ABSTRACT This thesis discusses This thesis discusses how the development of revolutions film during the reign of Soekarno from 1950-1965. With goals to answers the main problems how the condition and development of the film industry in Indonesia in 1950-1965. This thesis uses historical method, which starts from heuristic, source verification, interpretation, ended with historiography. This study shows that in addition to commercially success of drama films, revolutions film at this time shows the reality that occurs in society and the characteristics of a strong nationalism without presenting any legitimacy of the government. The end of Indonesian revolution reinforced the nation to maintain and uphold its sovereignty within the Republic of Indonesia.
    [Show full text]
  • Peran Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia Dalam Perkembangan Perfilman Nasional Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam Faku
    PERAN SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PERFILMAN NASIONAL Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana komunikasi Islam (S. Kom. I) Oleh Muhamad Syamsul Fajri NIM 106051001849 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 PERAN SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PERFILMAN NASIONAL Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana komunikasi Islam (S. Kom. I) Oleh Muhamad Syamsul Fajri NIM 106051001849 Pembimbing Drs. Jumroni, M.si NIP. 196305151992031006 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini yang berjudul “PERAN SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PERFILMAN NASIONAL”, telah di ujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniksi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam Proram Strata (S-1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 03 Maret 2011 Panitia Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Drs. Mahmud Jalal, MA Umi Musyrrofah, MA NIP.19520422 198103 1 002 NIP.1970816 199703 2 002 Anggota, Penguji 1 Penguji II Prof. Dr.H.M. Yunan Yusuf Dr. Roudhonah, MA NIP.19490119 198003 1 001 NIP.1958910 1987703 2 001 Pembimbing Drs. Jumroni, M.si NIP.1963051 5199203 1 006 ABSTRAK Perkembangan perfilman nasional dewasa ini begitu meningkat, terbukti dengan banyaknya jumlah produksi perfilman didalam negeri ini. Fitrah film sebagai sebagai produk teknologi adalah sarana komunikasi massa.
    [Show full text]