PERAN SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB DALAM PERKEMBANGAN PERFILMAN NASIONAL

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Muhamad Syamsul Fajri NIM 106051001849

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2011 PERAN SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PERFILMAN NASIONAL

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Muhamad Syamsul Fajri NIM 106051001849

Pembimbing

Drs. Jumroni, M.si NIP. 196305151992031006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini yang berjudul “PERAN SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PERFILMAN NASIONAL”, telah di ujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniksi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam Proram Strata (S-1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 03 Maret 2011

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Mahmud Jalal, MA Umi Musyrrofah, MA NIP.19520422 198103 1 002 NIP.1970816 199703 2 002

Anggota,

Penguji 1 Penguji II

Prof. Dr.H.M. Yunan Yusuf Dr. Roudhonah, MA NIP.19490119 198003 1 001 NIP.1958910 1987703 2 001 Pembimbing

Drs. Jumroni, M.si NIP.1963051 5199203 1 006 ABSTRAK

Perkembangan perfilman nasional dewasa ini begitu meningkat, terbukti dengan banyaknya jumlah produksi perfilman didalam negeri ini. Fitrah film sebagai sebagai produk teknologi adalah sarana komunikasi massa. Karena itu manfaatnya sangat tergantung dari yang memproduksi/membuat dan public/yang menggunakannya.

Agar film dapat bermanfaat dalam kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia, perlu adanya upaya dan kegiatan yang senantiasa menggunakan film sebagai sarana komunikasi massa, terutama dalam mencerdaskan bangsa. Upaya dan kegiatan yang berkesinambungan memerlukan sebuah organisasi dalam bidangnya. Lembaga itu adalah Kine Klub, yang kehadirannya dan keberadaannya sudah tumbuh di Indonesia. Peran sekretariat nasional kine klub Indonesia dalam pemberdayaan serta apresiasi terhadap masyarakat dengan harapan menjadikan masyarakat yang kritis, cerdas dan creative agar dapat membantu pertumbuhan perfilman nasional ini dengan baik.

Metodelogi yang peneliti gunakan adalah yang memungkinkan untuk mengumpulkan informasi mengenai peran sekretariat nasional kine klub Indonesia dan data-data yang diperoleh dianalisis kembali untuk di kembangkan lebih lanjut. Dalam menganalisis peneliti menggunakan analisis deskritif, yaitu menggambarkan sebagaimana mestinya secara sisematis mengenai aktivitas sekretariat nasional kine klub Indonesia.

Pemberdayaan serta apresiasi terhadap masyarakat perfilman, sebagai upaya sekretariat nasional kine klub Indonesia dalam membantu tumbuh kembangnya perfilman agar perfilman nasional berkembang dengan sehat. Karena masyarakatlah yang menentukan sebuah film yang baik dan sebaliknya.

i KATA PENGANTAR

 . .  

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERAN SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB

INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PERFILMAN NASIONAL”

sebagai bagian dari tugas penulis sebagai akademisi di Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya di program studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tak lupa pula shalawat beserta salam yang tak henti-hentinya dan selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia zaman kegelapan ilmu hingga zaman yang penuh ilmu pengetahuan sampai saat ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang selama ini telah banyak sekali membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. Sebagai bentuk penghargaan yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam merampungkan skripsi ini, maka izinkanlah penulis mengungkapkan ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ayah (M.Muhajirin) dan Mamah

(Juriyah) tercinta, yang telah memberikan kasih sayang dan perhatian mu yang tak terkira, sepanjang waktu, pengorbanan mu yang tak terkira, dan terima kasih atas pendidikan yang Ayah dan mamah berikan dari kecil hingga dewasa,

ii tersusunnya skripsi ini berkat Motivasi dan Do’a Ayah dan mamah terima kasih atas semuanya. Dan kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Drs. Wahidin Saputra, M.A, selaku

Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. M. Mahmud Jalal, M.A, selaku

Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs. Study Rizal LK, M.A,

selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Drs. Jumroni M.Si. selaku ketua jurusan KPI sekaligus diamanatkan

menjadi pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Umi Musyarofah, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah

memberikan kontribusi ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan

selalu bermanfaat disetiap waktu.

5. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Dakwah dan Komunikasi yang memberikan kemudahan dalam mendorong

terselesainya skripsi ini.

6. Bapak Akhlis Suryapati (Ketua Umum SENAKKI) yang telah membimbing

serta telah banyak meluangkan waktunya dalam membantu penulisan skripsi

ini. Dan Pengurus di SENAKKI Bapak Ali, Bapak Yusuf Pontoh yang telah

banyak membantu penulis dalam melakukan observasi dan riset di SENAKKI.

iii

7. Adik-adikku tersayang A.Fauzan, Najiatul amaliyah dan Nurul fadilah yang

selalu mendo’akan dan memberikan dukungannya untuk kakak.

8. Terima kasih buat teman-teman kosan Rury, Bukhori, Asykin, Ical, Irsan,

Dede, Zul, Fikri, Alma, Sail, Mukhtar, Doni dan semua teman-teman yang

telah banyak membantu dalam penulisan ini.

9. Teman-teman Ku seperjuangan khususnya KPI C angkatan 2006-2007. Yang

telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi.

10. Teman-teman di Forum Komunikasi Mahasiswa Attawa Jakarta (FKMA),

Voice Of Comunication (VOC), IRMAN, Basecamp Steam, Mata Film dan

Limajari Production video shooting dan photoghrapy yang senantiasa

mendukung dan memberikan semangat serta inspirasi dalam penulisan skripsi

ini.

11. Dan semua pihak yang telah terlibat dalam membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung yang tidak

penulis sebutkan satu persatu.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah

SWT dapat membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan menjadi amal soleh disisinya. Dengan segala kerendahan hati.

Jakarta, 08 Maret 2011

Penulis

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i

KATA PENGANTAR ...... ii

DAFTAR ISI ...... v

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...... 5

D. Metodelogi Penelitian ...... 6

E. Tinjauan Pustaka ...... 10

F. Sistematika Penulisan ...... 11

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Peran ...... 13

B. Ruanglingkup Dakwah ...... 15

1. Pengertian Dakwah ...... 15

2. Tujuan Dakwah ...... 16

3. Unsur-unsur Dakwah ...... 17

4. Metode Dakwah ...... 19

C. Organisasi ...... 20

1. Pengertian Organisasi ...... 22

2. Dasar Pembentukan Organisasi ...... 23

3. Tujuan berorganisasi ...... 23

4. Dasar-dasar Organisasi yang baik ...... 25 5. Organisasi Perfilman di Indonesia ...... 26

D. Pengertian Kine Klub ...... 29

E. Film dan Perfilman Nasional ...... 30

1. Film ...... 30

2. Film Nasional ...... 32

F. Sejarah Perkembangan Perfilman Nasional ...... 32

1. Lahirnya Film Nasional ...... 32

2. Perkembangan Perfilman Nasional ...... 37

BAB III GAMBARAN UMUM SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB

INDONESIA

A. Sejarah Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia ...... 40

B. Sturktur Pengurus Sekretariat Nasional Kine

Klub Indonesia ...... 42

C. Asas dan Tujuan Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia ...... 44

D. Tugas, Fungsi dan Wewenang Sekretariat Nasional Kine Klub

Indonesia ...... 44

E. Kode Etik Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia ...... 45

BAB IV PERAN SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB INDONESIA

A. Aktivitas Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI)

dalam perkembagan Perfilman Nasional ...... 47

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam

Pelaksanaan Program ...... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 57

B. Saran ...... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Melihat tentang perkembangan dunia perfilman, sejarah perfilman nasional tidak akan pernah terlupakan, karena sejarah yang mengemukakan perfilman di Indonesia sangatlah penting, betapa perlunya masyarakat juga mengetahui sejarah perfilman. Perfilman nasional itu tidak ada langsung begitu saja, ada sejarahnya, ada proses kelahirannya, ada masalah-masalah di hadapannya pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Semua itu harus dirangkum, dikemukakan dan dicatat, untuk bisa ditinggalkan kepada generasi-generasi berikutnya.

Saat ini perfilman nasional berada di 60 tahun perjalanannya, kemajuan serta dominasi film hollywod terhadap perfilman nasional sering terjadi. Bahkan pada era 1990an perfilman nasional sempat mati suri. Berbagai macam faktor menjadi permasalahan matinya perfilman nasional. Produksi yang menurun atau tingkat apresiasi penonton film nasional tidak begitu antusias dan pendidikan di bidang seni perfilman kurang begitu menyeluruh di Indonesia.

Perkembangan perfilman nasional tidak lepas dari peran serta masyarakat.

Antusias masyarakat terhadap kreativitas film dalam negeri ini cendrung meningkat di ikuti oleh banyaknya penikmat dan pecinta perfilman nasional dan banyak juga dari mereka yang membentuk organisasi ataupun klub para pecinta film.

1 2

Di Indonesia lahirnya Kine Klub bermula atas dorongan adanya kebutuhan sekelompok peminat film serius di kalangan intelektual dan seniman film, untuk mendapatkan kesempatan mengapresiasi film-film alternatif atau yang tidak beredar di jalur pemasaan komersial.1

Masalah pembinaan penonton saat ini kurang di perhatikan, sebelum akhrinya tingkat kepercayaan kepada film Indonesia runtuh kembali seperti pada dekade 1990-2000. pada masa itu untuk datang ke bioskop menjenguk film

Indonesia saja, penonton film Indonesia tidak bersemangat. Indikasi masyarakat akan semakin jenuh dengan film nasional mulai terasa ketika film-film dengan tema seks dan horor sebagai mana di produksi menjelang 1990-an saat ini mendominasi.2

Apresiasi film di Indonesia, seperti halnya dengan apresiasi seni lainnya, masih dirasakan belum berkembang dengan baik dan merata di tengah masyarakat luas. Seiring dengan perkembangan kreativitas seni itu sendiri, secara umum tingkat pengamatan dan pengkajian seni film yang ada masih terbatas kemampuan selektifitas alami yang terpengaruh dari latar belakang pendidikan umum, ekonomi, dan lingkungan sosial budaya, serta penyerapan informasi media massa dinilai belum cukup memadai untuk menjadi bekal masyarakat untuk menyeleksi dan menginterpretasikan seni film, tanpa mengikut sertakan jalur organisasi dan pendidikan guna membina dan meningkatkan pengetahuan apresiasi masyarakat.3

1 Akhlis suryapati. “SENAKKI dan strategi pemberdayaan masyarakat untuk perfilman” FFI hal.64 2 Wawancara dengan Akhlis Suryapati 3 Sejarah singkat dan permasalahan SENAKKI hal.1 3

Oleh karenanya pembinaan penonton di Indonesia sangatlah perlu diperhatikan agar produktivitas perfilman menjadi berkembang dengan baik, tidak hanya berkuantitas namun harus berkualitas dalam pertunjukannya.

Akhirnya pada tanggal 22 September 1990, melalui Musyawarah Besar

Kine Klub Indonesia di Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dibentuk organisasi Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia sebagai induk organisasi Kine Klub di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia mereformasikan diri sebagai organisasi perfilman yang independent berbasis apresiasi dan pemberdayaan film, dengan tekanan pada penyelamatan organisasi melalui program reorientasi dan reaktualisasi. Bersemangat reformasi dengan mengusung paradigma baru sebagai organisasi perfilman berbasis budaya yang mandiri dan independent.

Apresiasi dan pemberdayaan masyarakat untuk perfilman itulah pijakan operasional organisasi Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI) didalam kerangka visi dan misi menjadikan film sebagai karya cipta seni budaya, selain sebagai produk industri, punya peran strategis dalam memberikan konstribusi bagi kemanusiaan, termasuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pengabaian film dari fitrahnya sebagai karya cipta seni dan budaya, akan bias mengalihkan peran film dari jendela kebudayaan, menjadi sebaliknya sebagai perusak kebudayaan bahkan peradaban.4

4 Akhlis suryapati. “SENAKKI dan strategi pemberdayaan masyarakat untuk perfilman” FFI hal.64 4

Pentingnya apresiasi pembinaan dan pemberdayaan masyarakat untuk perfilman, tercantum dalam berbagai kajian, bahkan secara tegas juga di sebutkan dalam UU tentang perfilman dan pernah terulang di dalam garis-garis besar haluan negara (GBHN) 1998.

Dalam konteks inilah tugas dan tanggung jawab SENAKKI sesuai dengan cita-citanya, di rasakan cukup berat dan penting. Pada era demokrasi secara global dan pasar bebas yang sekarang dirasakan, masyarakat menjadi sumber dan pijakan akan pertumbuhan perfilman. Apresiasi dan pemberdayaan masyarakat untuk perfilman yang akan menentukan tingkat kualitas dan kemampuan hidup dari film dan industri perfilman di suatu Negara.

Masyarakat perlu mengerti, paham dan kritis, terhadap film dan perfilman.

Masyarakat harus diberdayakan untuk mencintai dan mendapatkan manfaat dari film dan perfilman. Itulah jika sebuah bangsa dan negara menghendaki film dan perfilman sebagai bagian dari wajah kebudayaannya, baik sebuah karya seni maupun sebagai sebuah industri.5

Film dapat bermanfaat dalam kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sebagai sebuah karya seni, perlu adanya upaya dan kegiatan yang senantiasa menggunakan film sebagai sarana komunikasi massa.

Upaya dan kegiatan yang berkesinambungan memerlukan sebuah organisasi dalam bidangnya. Lembaga itu adalah Kine Klub, yang kehadirannya dan keberadaannya sudah tumbuh di Indonesia sejak 22 september 1990. Peran sekretariat nasional kine klub Indonesia dalam pemberdayaan serta apresiasi terhadap masyarakat menjadi pijakan kine klub dengan harapan menjadikan

5 SENAKKI dan strategi pemberdayaan masyarakat untuk perfilman. FFI 2006 hal. 64 5

masyarakat yang kritis, cerdas dan kreative agar dapat membantu pertumbuhan perfilman nasional ini dengan baik.

Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi sebuah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi sekretariat nasional kine klub Indonesia (SENAKKI). Maka penulis membuat penelitian ini dengan tema

“Peran Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia Dalam Perkembangan

Perfilman Nasional”

6

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan ada sinkronisasi antara masalah yang peneliti angkat dengan pembahasannya, maka peneliti harus memberikan pembatasan yang akan diteliti, yaitu berfokus pada aktivitas Sekretariat Nasional

Kine Klub Indonesia pada periode 2006-2010. Dan berdasarkan batasan masalah di atas maka di rumuskan pada:

1. Bagaimana peran yang dilakukan Sekretariat Nasional Kine Klub

Indonesia (SENAKKI) dalam apresiasi dan pemberdayaan terhadap

perfilman nasional?

2. Apa saja kegiatan yang dilakukan Sekretariat Nasional Kine Klub

Indonesia dalam perkembangan perfilman nasional?

3. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam kegiatan

Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh Sekretariat Nasional Kine

Klub Indonesia dalam apresiasi dan pemberdayaan masyarakat terhadap perfilman

Nasional.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis

Menurut peneliti, hasil penelitian ini akan dijadikan informasi dan referensi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan lembaga perfilman 7

Indonesia dan juga diharapkan memperkaya khazanah Mahasiswa Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi dalam aktivitas lembaga perfilman Nasional.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang nyata berupa apresiasi dan informasi kepada pihak-pihak yang terkait dalam perkembangan.

Perfilman Nasional dan juga semoga membuat kita lebih antusias dalam mengapresiasikan perkembangan perfilman tanah air.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Metodelogi yang digunakan adalah kualitatif. Dengan menggunakan metode kualitatif, penulis mendeskritif dengan memberikan gambaran terlebih dahulu dan kemudian dianalisis secara apa adanya, setelah itu baru menyimpulkan hasil temuan dilapangan.

2. Metode pengumpulan data

Untuk memperoleh data-data yang lengkap dan akurat, di sini peneliti menggunakan data primer dan skunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

berupa hasil temuan penelitian observasi dan wawancara dengan pihak

Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI).

b. Data sekunder adalah data yang akan diperoleh dari sumber-sumber

tertulis yang terdapat dalam buku, jurnal, kutipan-kutipan, dokumentasi 8

atau arsip-arsip (lembaga) dan literature lainnya yang berkaitan dengan

penelitian mengenai aktivitas SENAKKI.

3. Subek dan obyek penelitian

a. Subyek penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia

(SENAKKI).

b. Objek penelitian

Objek penelitian adalah tentang aktivitas terhadap perkembangan perfilman nasional yang dilakukan Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia

(SENAKKI). Sumber data adalah mereka yang dapat memberikan informasi tentang objek penelitian.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Dan pada penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik obsevasi, interview dan dokumentasi.

a. Pengumpulan data melalui teknik obeservasi adalah cara pengambilan

data dengan menggunakan mata serta dibantu dengan alat standar lain

(handycamp, camera) untuk keperluan tersebut. 6

b. Dalam melakukan observasi, ada tiga elemen dalam situasi social.

Diantaranya lokasi tempat penelitian berlangsung, manusia-manusia

6 Moh. Nasir “Metode Penelitian Jakarta: Galia Indonesia, 1988 cet.3 hal.15 9

pelaku atau aktor yang menduduki status/posisi tertentu yang

memainkan peranan-peranan tertentu dan kegiatan atau aktivitas para

pelaku/ tempat berlangsungnya sesuatu situasi social.7

c. Teknik pengumpulan data melalui interview adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan peneliti dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab

atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan

wawancara.8

d. Pengumpulan data melalui teknik dokumentasi adalah mengumpulkan

semua dokumen-dokumen yang dapat dijadikan penguat dalam

keabsahan suatu penelitian.

5. Pengolahan dan analisis data

Setelah data-data yang diperoleh dikumpulkan, maka data tersebut harus diolah dan dianalisis agar dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Dan pada penelitian ini digunakan pengolahan dan analisis data dengan proses editing, memperlajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkasnya dapat di proses.

Adapun penyusunan skripsi ini secara teknis, peneliti menggunakan buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2007 Cet II oleh CeQDA (Center for Quality Deveploment

And Assurance)

7 Sanapiah Faisal, Penelitian Kulitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi, Malang: YA Malang;1990 8 Moh Nasir “Metode Penelitian Jakarta: alia Indonesia, 1988 cet.3 hal.15

10

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Penulis menemukan skripsi yang pernah membahas permasalahan seputar peran sebuah lembaga ataupun organisasi yang berhubungan dengan dunia perfilman, seperti “Peran Lembaga Sensor Film

Terhadap Perfilman Indonesia : Upaya Dakwah Melalui Sensor” Judul Skripsi ini di buat Oleh Achmad Fadli S.Sos.I (104051101929) Tahun 2008.. dari skripsi yang dibuat oleh Kanda Achmad Fadli menggali tentang tugas dasar dari lembaga sensor film yang berperan dan berupaya untuk mencegah hal-hal negative yang timbul dari efek media massa (film). Untuk menambah wawasan peneliti sejauh mana peranan lembaga perfilman di negeri ini saya mengangkat dengan judul

“Peran Sekretariat Kine Klub Indonesia dalam Perkembangan Perfilman

Nasional” dan sejauh ini judul yang penulis buat belum ada dalam pembahasan penulisan skripsi sebelumnya.

11

F. Sistematika Penulisan.

Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis dan terdiri dari lima bab.

Masing-masing babnya akan menjelaskan segala hal yang mendorong berhasilnya penelitian ini, antara lain:

BAB I : Dalam bab ini terdari dari latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta

metodelogi penelitian.

BAB II : Membahas kerangka teoritis tentang pengertian peran,

pengertian dakwah, tujuan dakwah, unsur-unsur dakwah dan

metode dakwah, pengertian organisasi, karakteristik organisasi,

unsur-unsur-unsur organisasi dan organisasi-organisasi

perfilman di Indonesia, pengertian kine klub, film dan sejarah

perilman di Indonesia kemudian perkembangan perfilman

nasional.

BAB III : Gambaran umum mengenai Sekretariat Nasional Kine Klub

Indonesia, meliputi latar belakang berdirinya Sekretariat

Nasional Kine Klub Indonesia, Sekretariat Nasional Kine Klub

Indonesia, struktur kelembagaan serta anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga Sekretariat Nasional Kine Klub

Indonesia.

BAB IV : Analisis mengenai bentuk kegiatan apresiasi dan pemberdayaan

Sekretarian Nasional Kine Klub Indonesia Dalam

Perkembangan Perfilman Nasional, Implementasi program

sekretariat nasional kine klub Indonesia, Faktor penghambat 12

dan pendukung dalam aktivitas Sekretariat Kine Klub

Indonesia (SENAKKI).

BAB V : Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dari pembahasan bab-

bab sebelumnya. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari

masalah yang ada. Bab ini di akhiri beberapa catatan sebagai

saran-saran dan juga terdapat daftar pustaka kemudian

lampiran-lampiran. BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Pengertian Peran

Kamus besar bahasa Indonesia, mengartikan bahwa peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.9 Sedangkan di dalam kamus ilmiah populer. “Peran memiliki makna sebagai fungsi kedudukan atau bagian kedudukan.10 Peran dalam kedua arti didalam kamus ini saling terkait antara tugas utama sebagai fungsi dari suatu organisasi tertentu, yang memiliki perbedaan tugas ataupun tingkatan sebuah kedudukan yang mengambil alih pekerjaannya.

Sejalan dengan itu N. Grass Masson dan A W. Mc Tachern sebagaimana dikutip oleh David Berry. Mendefinisikan bahwa peran adalah seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu, dan harapan tersebut merupakan keseimbangan dari norma yang ada dalam masyarakat, norma tersebut dapat diartikan sebagai kewajiban seseorang untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat dalam pekerjaanya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.11

Dari pemaparan di atas penulis mengartikan bahwa peran adalah kewajiban seseorang untuk melakukan hal-hal/tindakan yang diharapkan oleh masyarakat dalam pekerjaannya dan di dalam pekerjaan-pekerjaan lain.

9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pusataka.1998)h.669. 10 M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola. 1994).h.585 11 N. Grass. W. S Masson and A.W. Mc Eachen, Explorations Rote. Analisis data dalam David Berry. “Pokok-pokok pikiran dalam sosiologi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995).h.99- 100.

13 14

Teori Peran (Role Theory) adalah teory yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Dari ketiga bidang ilmu tersebut istilah peran diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh itu, ia diharapkan untuk berprilaku secara tertentu.12 Dalam perspektif psikologi sosial peran di definisikan dengan “suatu prilaku atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang memiliki suatu status dalam kelompok tertentu.13

Peran tidak dapat dipisahkan dari status (kedudukan) walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya, peran dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali seorang dikatakan berperan. Karena dia memiliki status dalam masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda antara satu dengan yang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan dengan statusnya.

Dan sebuah peran kini dapat di simpulkan sebagai tindakan suatu individu atau sekelompok organisasi tertentu yang fungsinya untuk memenuhi sebuah harapan-harapan dari sebuah individu ataupun kelompok tertentu.

12 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.2003) Cet.ke-5 h.209 13 Dr. W.A Gerungan Dipl. PSYCH. Psikologi saosial.(: PT. Eresso.1998) h.135 15

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian dakwah

Secara etimologis, perkataan dakwah berasal dari bahasa Arab dengan

waw yang berarti kecendrugan kepada sesuatu yang ( (و ain dan ( ع ) ,dal ( د ) akar

(دعاء )“ (di sebabkan suara dan kata-kata.14 Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja

Yad’u yang artinya memanggil, mengajak atau menyeru. Kata dakwah (يدع ) da’a memiliki banyak arti, diantaranya al-shaihah (teriakan) dan al-nida (seruan).15

Secara terminologi menurut Al-Khuli dan M Quraish Shihab dakwah memilki definisi “memindahkan umat dari situasi kesituasi lain. 16 dari definisi di atas dapat dipahami bahwa dakwah merupakan usaha memindahkan umat dari sesuatu yang negative kepada sesuatu yang positif.

Jalaludin Rahmat dalam buku Syaikh Ali Makhfudz, mengatakan bahwa dakwah bi al-qalam adalah dakwah media, mengingat kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan orang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah menyebar seluas-luasnya, maka dakwah melalui media di manfaatkan oleh teknologi informasi.17

14 Kamil Salmah Al-Qudsi, Ayat Al-Jihad Fi Al-Quranul Karim dialih bahasakan oleh Tajuddin dengan judul Jihad Qurani Trend Harakah sepanjan abad. (Jakarta: Firdaus, 1993) hal. 68 15 Komarudin Hidayat, “Memahami Bahasa Agama” Sebuah kajian hermeneutika (Jakarta: Paramadina, 1996) hal 101-102 16 Roger Garaudi “Promesses De L Islam” diterjemahkan oleh M.Rasjidi “Janji-janji Islam (Jakarta: Bulan bintang 1984) hal.184 17 Ali Syariati “Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi” diterjemahkan oleh M.S Nasrullah dan Afif Muhammad (Baandung Mizan, 1995. CetII) hal.81 16

Dari berbagai pengertian diatas yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mengajak manusia kejalan kebaikan.

2. Tujuan dakwah

Adapun mengenai tujuan dakwah dapat diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam kadar tertentu dengan segala usaha yang dapat dilakukan.

Tujuan memilki urgensi tersendiri dalam proses dakwah, tujuan dakwah merupakan landasan dari sebuah aktifitas-aktifitas dakwah yang akan dilakukan, tujuan juga merupakan penentu sasaran, strategi dari langkah-langkah operasional dakwah selanjutnya, tanpa adanya tujuan yang jelas suatu pekerjaan hanya akan menjadi sia-sia. Tujuan memiliki beberapa batasan, diantaranya hal yang hendak dicapai, jumlah atau kadar yang diinginkan, kejelasan yang ingin dicapai dan dituju.18

Tujuan dakwah sangatlah global, karena itu perlu dirinci dalam berbagai bidang yang spesifik, Syeh Ali Mahfud merumuskan tujuan dakwah yang dikutip dari Hasanuddin sebagai berikut:

Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan akidah dan meluruskan amal perbuatan manusia terutama budipekerti. Lebih lanjut di uraikan kembali mengenai tujuan dakwah adalah:

18 Shaleh “Manegement Dakwah Islam” hal. 19-20 17

1. Memindahkan hati manusia dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang

baik.

2. Membentuk persaudaraan dan menguatkan talipersaudaraan sesama

muslim

3. Menolak paham atheisme

4. Menolah sesuatu yang bid’ah, syubhat dan khurafat.19

Dari banyaknya pendapat yang telah di kemukakan, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah untuk menegakan ajaran Islam kepada setiap manusia agar mendorong dan menimbulkan pengertian, kesadaran, kepada sesuatu perbuatan yang lebih baik.

3. Unsur-unsur dakwah a. Da’i (pelaku dakwah)

Moh. Ali Aziz dalam bukunya yang berjudul ilmu dakwah berpendapat bahwa yang di maksud da‟i adalah orang yang melakukan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok yang berbentuk organisasi atau lembaga.

Everent M.Roger mengatakan da‟i sebagai bagian dari pengubah yang meniginkan perubahan tingkah laku pada komunikannya, kesuksesan usaha-usaha

19 Hasanudiin “Hukum Dakwah : Tinjauan Aspek Hukum Berdakwah di Indonesia (Jakarta. Pedoman Ilmu Jaya 1996) hal. 34-35 18

mereka dapat di ukur dengan adanya kesadaran dari komunikan, mampu menyesuaikan dan melaksanakan ide.20

Penulis mendefinisikan bahwa da‟i adalah pelaku kegiatan baik perorangan ataukah kelompok yang mengajak manusia kepada kebaikan. Dengan tujuan menginginkan adanya perubahan manusia kepada arah yang tentunya lebih baik. b. Mad’u (sasaran dakwah)

Sasaran dakwah adalah orang-orang yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah. A.H. Hasanuddin mendefinisikan sasaran dakwah adalah orang-orang yang diseru, dipanggil dan diundang.21 Dan dari pengertian ini penulis mendapat pengetahuan bahwa sasaran dakwah adalah manusia atau masyarakat luas dari lingkungan dan berbagai lapisan organisme yang hidup. c. Maddah (materi dakwah)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pesan mengandung arti perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus disampaikan kepada orang lain.22

Sementara Onong Ochajana Efendi mengatakan bahwa pesan (messege) merupakan seperangkat lambang makna yang disampaikan oleh komunikator.23

20 Ibid h.57 21 A.H Hasanuddin “Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan” (Surabaya:Usaha Nasional, 1992) Cet.I hal.33 22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta. Balai Pustaka, 1999) hal.761 23 Onong Ochajana Efendy “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” (Bandung.PT.Remaja Rosdakarya, 1994) hal.11 19

Dari pengertian diatas penulis mengemukakan bahwa materi atau pesan adalah seperangkat lambang-lambang yang disampaikan oleh seorang da’i sesuai dengan perintah, amanat ataupun permintaan mad’u.

5. Metode dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan

“hodos” (jalan atau cata).24 Dengan demikian metode diartikan sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. disini penulis mengambil metode yang dilakukan oleh Rasulullah diantaranya:

1. Pendekatan personal

Pendekatan personal ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehinga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reraksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui

2. Pendekatan pendidikan

Pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi di lembaga-lembaga pendidikan.

3. Pendekatan diskusi

Pendekatan diskusi pada saa ini sering dilakukan lewat berbagai diskusi, da’i sebagai narasumber sedangkan mad’u berperan sebagai audien. Tujuan dari

24 . M.Arfin “Ilmu Pendidikan Islam”. (Jakarta Bumi Aksara.1991) Cet II hal. 61 20

diskusi ini adalah membahas dan menemukan pemecahan semua problematika yang ada kaitannya dengan dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan dapat di temukan jalan keluarnya.

4. Pendekatan penawaran

Cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u neresponinya tidak dalam keadaan tertekanan bahkan iya melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.

5. Pendekatan misi

Dapat di pahami untuk saat ini, ada banyak organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah mengirimkan da’i ketempat domisili.25

Pendekatan-pendekatan diatas adalah sebagian kecil dari seluruh pendekatan yang ada dan semua itu bisa dijadikan acuan oleh para da‟i dalam melakukan kegiatan dakwahnya.

C. Organisasi

Organisasi merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan kumpulan dari bagian-bagian yang saling berhubungan di dalam sistem. Maksudnya bahwa dalam organisasi yang memiliki devisi, departemen dan unit-unit lainnya yang dipisah-pisah untuk menjalankan aktivitas yang berbeda dan khusus. Pada saat yang sama, agar dapat memertahankan kesatuan di antara bagian-bagian yang dideferensiasi dan keseluruhan bentuk yang lengkap, setiap sistem memiliki proses integrasi timbal-balik. Dalam organisasi, integrasi ini dicapai melalui

25 M. Munir, S.Ag. MA “Metode Dakwah” edisi revisi Jakarta Putra Grafika, cet ke3 2003 hal 21-22 21

perangkat-perangkat seperti tingkat hierarki yang terkoordinasi, supervisi langsung dan peraturan serta kebijakan.

Sebelum kurang lebih tahun 1960, teori organisasi cenderung didominasi oleh perspektif tertutup. Organisasi-organisasi pada dasarnya dipandang berdiri sendiri dan tertutup dari lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960, teori organisasi secara jelas mulai menerima perspektif sistem terbuka. Analisis- analisis yang semula hanya berfokus pada karakteristik intern dari organisasi, kemudian berubah menjadi pendekatan yang menekankan pentingnya organisasi memperhatikan peristiwa dan proses yang terjadi di lingkungan ekstern.26

Tabel berikut yang disajikan oleh Geoffley Hutton memberikan penjelasan awal tentang aspek-aspek struktur – proses-proses dan perilaku manusia sehubungan dengan organisasi-organisasi.27

Tabel 1.

Kerangka kerja (Framework) untuk studi tentang organisasi-organisasi

Apa Organisasi Itu Apa yang Mereka Apa yang Mereka Lakukan Miliki Wadah yang terorganisasi Struktur . Tumbuh . Berkembang . Berubah . Mengalami Kemunduran . Mengombinasi . Membagi Ia terdiri dari manusia Proses-proses . Berkomunikasi yang melaksanakan . Mengambil keputusan- kegiatan tertentu keputusan Mereka terdiri dari Perilaku manusia . Memotivasi . Memimpin

26 Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif, (Malang; UIN-Malang Press, 2008), h. 63-64. 27 Geoffry Hutton, Thinking About Organizations, Tavistock Publications, London, p. 162. 22

. Mengembangkan kelompok-kelompok . Mengembangkan iklim keorganisasian

Organisasi-organisasi merupakan proses-proses dinamika, yang dalam tata susunan mereka mencakup aneka macam subproses-subproses. Tetapi, apapun sudut pandangan kita tentang organisasi-organisasi tetap sang individulah yang merupakan komponen inti dari organisasi-organisasi.

Pada umumnya, kita dapat mengatakan bahwa organisasi-organisasi dibentuk manusia untuk memenuhi aneka macam kebutuhannya, seperti kebutuhan emosional, kebutuhan spiritual, kebutuhan intelektual, kebutuhan ekonomi dan kebutuhan politik.

1. Pengertian organisasi

Organisasi berasal dari bahasa latin “Organizare” yang berarti perpaduan dari satu bagian dengan lainnya. Kochler (1976) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara Wright (1977) dalam bukunya Arni Muahmmad “Komunikasi Organisasi” berpendapat bahwa organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang di koordinasi dari dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.28 Dari pengertian diatas dapat di ketahui bahwa organisasi merupakan suatu gabungan dari sistem-sistem yang saling bergantungan terhadap kelompok yang terdapat dalam bidangnya masing-masing dan mempunyai satu tujuan yang sama.

28 Dr, Arni Muahmmad “Komunikasi Organisasi” (Jakarta PT.Bumi Aksara. 2005) Cet.7 h.23-24 23

2. Dasar pembentukan organisasi

Manusia memiliki banyak kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisik yang bersifat jasmani, kebutuhan yang bersifat rohani atau psikologis dan kebutuhan yang bersifat sosial. Para ekonom sering berpendapat bahwa kebutuhan manusia itu tidak terbatas, sedangkan ketersediaan alat pemuas yang berupa barang dan jasa itu terbatas.

Kebutuhan yang bersifat jasmani dan fisik berupa makan dan minum, pakaian serta tempat tinggal. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan primer manusia. Sedangkan kebutuhan yang bersifat rohani atau psikologis berupa kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, kasih sayang, perhatian, prestise, kehormatan dan rasa aman. Adapun kebutuhan yang bersifat sosial meliputi kebutuhan untuk berserikat dan berkelompok, kebutuhan untuk bekerjasama, kebutuhan untuk mendapatkan ketulusan persahabatan.

Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terhitung banyak tersebut manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia membutuhkan orang lain atau pihak lain. Manusia butuh berkelompok dan berorganisasi. Kebutuhan dengan pihak lain terwujud dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.29

3. Tujuan berorganisasi

Dalam pembahasan sebelumnya bahwa hampir semua manusia untuk memenuhi kebutuhan perlu hidup berkelompok atau berorganisasi. Secara lebih

29 Ibid., h. 61. 24

terperinci tujuan seseorang masuk dalam organisasi menurut Wursanto (2002:7) antara lain:

a) Kelompok dapat memberikan perlindungan, sehingga seseorang

memperoleh rasa aman. Rasa aman dalam menyalurkan bakat dan

minatnya, keinginan untuk mendapatkan keadilan, keinginan diakui

sebagai anggota dalam suatu kelompok.

b) Kelompok dapat membantu seseorang untuk menghadapi kesulitan.

c) Kelompok dapat memberikan prestige, status sosial dan pengakuan.

d) Kelompok dapat memberikan dorongan dan semangat.

e) Kelompok dapat memberikan bimbingan dan pengarahan dalam rangka

meningkatkan prestasi seseorang.

f) Kelompok dapat memberikan kepuasan yang bersifat psikologis dan

kepuasan sosial.30

Suatu organisasi harus menciptakan (a) sebuah lingkungan pembelajaran yang konstan yang mendukung adanya tantangan positif, (b) sebuah lingkungan yang tidak menakutkan, tempat terjadinya komunikasi dan kolaborasi antara orang yang satu dengan yang lain, (c) sebuah lingkungan yang beragam, tempat orang berpikir dengan berbeda dan menghargai pemikiran orang lain, (d) cara baru memandang suatu masalah dan peluang serta sebuah kepekaan yang kuat atas adanya sesuatu yang mendesak, dan (e) sebuah budaya yang memengaruhi bakat secara efektif.31 Di dalam organisasi harus memiliki tujuan yang jelas, untuk

30 Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif, (Malang; UIN-Malang Press, 2008), h. 62. 31 Subir Chowdhury, ed., Organization 21 C: someday all organizations will lead this way. (T.tp.: Penerbit PT. Indeks kelompok Gramedia, 2005), h. 1. 25

membangun dan menghasilkan sesuatu pencapaian yang lebih baik, yang sesuai dengan keinginan secara bersama-sama. Oleh sebab itu, organisasi perlu menyediakan bagi bakat tersebut, sumber daya yang sesuai untuk inovasi.

4. Dasar-dasar organisasi yang baik

Untuk menyusun organisasi yang baik perlu memperhatikan hal-hal

berikut ini:

a) Memiliki tujuan yang jelas

Organisasi yang memiliki tujuan yang jelas berarti memiliki arah yang

jelas. Tujuan tersebut menentukan adanya keteraturan dalam gerak

langkah organisasi. Jika organisasi tidak memiliki arah yang jelas akan

menimbulkan masalah pada organisasi di masa mendatang.

b) Terdapat pendelegasian tugas dan wewenang

Pendelegasian memiliki beberapa manfaat antara lain: pertama,

pimpinan dapat memiliki fokus pada masalah kebijakan, rencana

strategis dan pengembangan organisasi. Kedua, bawahan memiliki rasa

percaya diri dalam menyelesaikan permasalahan pekerjaannya. Ketiga,

tingkat ketergantungan bawahan terhadap pimpinan berkurang.

c) Memiliki struktur yang mendorong kreativitas anggota

Era globalisasi mendorong kecepatan dalam merespon perubahan dan

pasar. Kecepatan anggota dalam merespon perubahan tersebut ter-

gantung dari kreativitas anggota. Dalam pendekatan teori organisasi,

struktur organisasi dapat mendukung terciptanya kreativitas karyawan

dan bawah. 26

d) Memiliki satu kesatuan komando

Organisasi yang baik menyaratkan adanya satu kesatuan komando.

Kesatuan komando diperlukan guna meminimalkan kebingungan dan

konflik bawahan. Tiap pekerjaan dideskripsikan dengan jelas agar

tidak tumpang-tindih, sehingga teratur dan terencana dengan baik.

e) Ada pembagian tugas yang jelas

Organisasi yang baik juga memperhatikan pembagian tugas yang jelas.

Pembagian tugas memiliki implikasi pada adanya keteraturan dan

kejelasan wewenang dan tanggung-jawab dalam suatu pekerjaan.32

5. Organisai perfilman di Indonesia

Perfilman nasional tumbuh dan berkembang di iringi oleh semakin banyaknya Organisasi perfilman di Indonesia yang mempunyai peranannya masing-masing, diantaranya adalah

a. Lembaga Sensor Film (LSF)

Lembaga sensor film adalah sebuah lembagas yang berhak dan berwenang untuk menyensor ataupun memotong satu adegan di luar batas aturan yang berlaku. Tak hanya itu LSF juga mempunyai wewenang meluluskan atau tidak diedarkannya, ataukah layak untuk di pertunjukan atau di tayangkan kepada publik.

32 Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif, (Malang; UIN-Malang Press, 2008), h. 62-63. 27

b. Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N)

Pada tahun 2006 Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) yang di posisikan kembali menjadi Dewan Perfilman Indonesia (DPI) yang fungsinya adalah menjalankan kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, dan pihak asing dalam rangka mendorong kebebasan berkarya-cipta di bidang perfilman untuk menongsong era persaingan bebas dan globalisasi.

c. Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI)

Sebagai sebuah organisasi perfilman PARFI juga mempunyai sebuah tujuan yaitu menjadi perekat serta pemersatu keluarga besar film, menjadi rumah yang nyaman bagi insan perfilman nasional dan mencerminkan bagi pertumbuhan dan perkembangan insan film yang kreatif dan berbudaya, berjuang untuk meningkatkan profesionalitas insan film agar terpandang, berwibawa, dan bermartabat, mendorong tumbuhnya industri perfilman nasional yang dapat bermanfaat bagi upaya pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran dengan memperluas lapangan kerja.

d. Gabungan Pengusaha/perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI)

Aktivitas dari GPBSI yaitu membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan dan kepentingan perusahaan bioskop dalam usaha mempertunjukan film, menciptakan dan mengembangkan iklim usaha perbioskopan yang memungkinkan ke ikut sertaan perusahaan bioskop untuk berperan serta dalam pembangunan nasional, menjadi wadah komunikasi dan konsultasi baik antara sesama perusahaan bioskop dengan pemerintah dan atau sebaliknya. 28

e. Gabungan Studio Film Indonesia (GASFI)

GASFI bertujuan mengembangkan usaha di bidang jaa teknik perfilman nasional pada umumnya dan dan pembangunan bidang perfilman pada khususnya dan berupaya melepaskan diri dari ketergantungan pada rekayasa dan teknologi asing. Serta berusaha mewujudkan agar semua film nasional dapat dikerjakan di dalam negri sebagai karya utuh bangsa.

f. Asosiasi Import Rekaman Video (ASIREVI)

Organisasi ini berupaya memberantas pembajakan dan penegakan hukum di bidang Hak Cipta khususnya di bidang perfilman. Sebagai sebuah organisasi yang mewadahi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan distribusi rekaman video. Program kerja dari ASIREVI didasarkan atas kepentingan anggotanya. Dalam kaitannya dengan pembajakan rekaman video, dangan kepentingan melindungi anggotanya dari kerugian akibat pembajakan rekaman video.

g. SINEMATEK Indonesia

Sebagai sebuah organisasi yang mengumpulkan dan merawat aset perfilman nasional yang kemudian berupaya memberikan akses bagi masyarakat yang membutuhkan data atau informasi tentang perfilman.33

h. Sekretariat Kine Klub Indonesia (SENAKKI)

33 SENAKKI dan strategi pemberdayaan masyarakat untuk perfilman” Festival Film Indonesia 2006 Hal.60-68 29

Sebagai sebuah induk organisasi kine klub indonesia SENAKKI mempunyai peran upaya apresiasi penonton terhadap perfilman nasional.

Pembinaan penonton menentukan kedepan perfilman nasional jauh lebih berkualitas.

Banyaknya organisasi perfilman di Indonesia tak menutup kemungkinan kemerosotan mudah terjadi, eksistensi anggotanya menjadi tanggung jawab besar dalam peranannya masing-masing.

D. Pengertian Kine Klub

KINE KLUB berasal dari Bahasa Inggris, Cine Club. Cine berasal dari kata cinema, bagian dari istilah cinematography. Sedangkan Cinematography merupakan akronim dari dua istilah, yaitu Cinema dan Photography. Dalam etimologis dapat diperoleh akar pengertian mengenai istilah Cinematography.

Yaitu berasal dari bahasa Yunani, Cinema dari kata Kinemathos, Photo dari

Photos, sedangkan Graphy dari kata Graphos. 34

Isitlah photography sering diartikan sebagai „melukis dalam cahaya‟

(painting with light), sementara itu kata Kinemathos sering diartikan sebagai

„gerak‟. Dengan begitu akronim istilah cinematography bisa diartikan sebagai

„melukis gerak dengan cahaya‟. Istilah cinematography sendiri diperkenalkan oleh

Lumiere Bersaudara di Grand Café, Paris, pada 28 Desember 1895 saat mereka memperkenalkan peralatan temuannya, sebuah perangkat alat potret yang sekaligus sebagai alat cetak dan proyektor film.

34 Akhlis Suryapati dalam sejarah perfilman. Dokumentasi SENAKKI 30

Pengertian dari aspek etimologi „melukis gerak dengan cahaya‟, bisa dikembangkan dalam pengertian konotatif sebagai suatu metoda atau proses kreatif penciptaan moving image atau „gambar hidup‟. Kata gerak, motion dan cinema, menjadi pengertian photography yang luas. Di seluruh dunia isitilah

Cinema menjadi populer untuk menyebutkan „pertunjukan gambar hidup‟.

Dari rangkaian istilah dan pengertian tersebut di atas, Kine Klub bisa diartikan sebagai „Komunitas Film‟. atau Kumpulan Pecinta Film. Di Eropa disebut Film Society. Di beberapa negara Eropa kata Cine dilafalkan dengan Kine atau Kino. Pemilihan istilah Kine Klub di Indonesia mengacu pada kedekatannya dengan kosakata Bahasa Indonesia.35

Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa kine klub adalah sebuah sebutan dari sebuah kumpulan, organisasi, kelompok pecinta/mencitai film dan perfilman.

E. Film dan Perfilman Nasional

1). Film

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, film adalah lakon (cerita), gambar hidup.36 Sedangkan secara etimologi, film adalah gambar hidup cerita hidup. Sedangkan dari beberapa pendapat, film adalah susunan gambar yang ada dalam selluloid, kemudian diputar dengan menggunakan teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi, dan bisa ditafsirkan dalam beberapa makna.37 Ada juga yang menjelaskan bahwa film adalah bayangan yang

35 Akhlis Suryapati dalam sejarah perfilman. Dokumentasi SENAKKI 36 Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia (jakarta: Balai Pustaka, 1976). 37 Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antologi Film Pendek, Eksperimental & Dokumenter, FFTV-IKJ dengan YLP (Jakarta :Fatma Press, 1997), h.22. 31

diangkat dari kenyatan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan sehari-hari, yang menyebabkan selalu ada kecenderungan relevansi antara fillm dengan realitas kehidupan.38

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya39

Menurut onong uchjana effendi (2000), film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Alex Shobur (2003), bahwa film merupakan bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan selalu ada kecendrungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan.

Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa film adalah sebuah cerita yang disampaikan melalui audio visual yang berisi tentang kehidupan sehari-hari ataupun kisah lainnya, yang mempunyai durasi dalam penayangannya.

38 Aep Kusnawan, dkk., Komunikasi dan Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004).h 95. 39 http://lsf.go.id/film.php?module=profil 32

2). Film Nasional

Sebuah film bisa disebutkan sebagai Film Nasional Indonesia. Adalah film yang dibuat orang dan perusahaan Indonesia dengan kebebasan berekpresi yang penuh sebagai banga Indonesia serta ide dan visualnya berpijak pada budaya

Indonesia. Dan dalam sebuah perbincangan di tahun 1966 antara dengan wartawan Harmoko (sebelum menjadi mentri penerangan), Usmar Ismail mengatakan konsep Film Indonesia adalah film yang dibuat oleh „orang-orang film yang harus berpijak pada bumi Indonesia‟.40 Efek dari sebuah film adalah peniruan yang diakibatkan oleh anggapan bahwa yang dilihatnya adalah wajar dan pantas untuk dilakukan setiap orang.

Tetapi lebih dari itu, bila dilihat lebih mendalam perfilman nasional tidak hanya sekedar cerita semata melainkan sebuah gambaran dalam kehidupan sosial sebuah komunitas. Film memiliki realitas kelompok masyarakat, baik realitas dalam bentuk imajinasi realitas Negeri ini.

F. Sejarah Perkembangan Perfilman Nasional

1. Lahirnya film nasional

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan pahlawan- pahlawannya.Tak terkecuali mengenai perjalanan perfilman indonesia. Teknologi film untuk pertama kalinya di populerkan 28 Desember 1895, oleh Lumiere

Bersaudara di Prancis, sedangkan penemuannya diduga dirintis sejak 1640 oleh

40 Buku 20th FFI dalam perjalanan sejarah perfilman, HFN tinjauan dan retropeksi dan Retropeksi h.9 33

Athanasius Kircher di Roma, Italia, yang menciptakan benda Magia Catoptrica atau Magic Lantern (Lentera Ajaib).41

Tahun 1900 mulai hadirnya pertunjukan film (bioskop) di Batavia, melalui peristiwa Pertoenjoekan Besar yang Pertama, di Manege, Tanah Abang,

Kebonjae. Peristiwa itu terpaut lima tahun setelah Robert Paul dari Inggris dan

Lumiere Bersaudara dari Prancis mendemonstrasikan proyektor temuannya, menandai dimulainya sejarah sinematografi atau seni gambar bergerak atau film.

Hingga tahun 1920-an perfilman di Indonesia hanya milik kaum Eropa, berupa film-film impor dari Prancis dan Amerika, meliputi film dokumenter dan film cerita yang semuanya bisu. Pembuatan film pun hanya dilakukan orang-orang

Belanda atau orang Eropa lainnya, berupa film dokumentasi tentang alam dan kehidupan Indonesia, atas pesanan pemerintahan Hindia Belanda. Yang disebut pembuat film waktu itu adalah orang yang mengoperasikan kamera dan pekerjaan teknis lainnya. Masa itu lahir film Onze Oost atau Timur Milik Kita yang dibuat tahun 1919, dibiayai Kolonial Institute atau Lembaga Kolonial.42

Di Indonesia film pertama kalinya dikenal pada tahun 1900 kemudian pertama kali ada pembuatan film di Indonesia pada tahun 1926, sedangkan pertama kali ada film di Indonesia, dalam pengertian ada film yang dibuat oleh orang Indonesia serta gaya penyampaiannya berciri Indonesia, pertama kali berlangsung pada 30 maret 1950, yaitu saat Usmar Ismail melakukan pengambilan gambar (syuting) yang pertama kali untuk film . Tanggal tersebut

41 Harun Suardi ”Pengantar Sejarah Film Dunia” Diklat Kuliah; 1999, hal.2 42 http://mengaisilmu.blogspot.com/2009/07/sejar-perfilman.html 34

kemudian ditetapkan oleh masyarakat film Indonesia sebagai hari film nasional, dan Usmar Ismail dianggap sebagai bapak perfilman Indonesia.43

Awal film di Indonesia berjudul Film (1926) kendati diproduksi oleh perusahaan Java Film Co milik L. Heuveldrop yang orang

Belanda, sekaligus bertindak sebagai seorang sutradaranya, tetaplah sering disebut sebagai film cerita pertama Indonesia. Dengan begitu, setidaknya embrio kelahiran Film Nasional sebenarnya dimulai sejak 1926 ketika dibuat film

Loetoeng Kasarung yang bercerita dengan legenda Jawa Barat.

Film kedua berjudul Terang Boelan (1937) di produksi oleh ANIF

(Algemeene Nederlandch Indiesche Filmbedrijf) perusahaan film Belanda bekerja sama dengan Wong Bersaudara. Sebelum tahun 1926 di Indonesia Praktis belum pernah dibuat film cerita, kendati bioskop sudah ada sejak 1900 yaitu ketika berlangsung „pertoendjukan gambar idoep jang pertama‟ di Manege, Kebonjahe,

Batavia. Tepanya pada 5 Desember 1900. Film yang di putar adalah film dokumenter bisu, penontonnya orang-orang Belanda, Eropa dan Cina kalangan atas.44

Film cerita yang dibuat oleh orang dan perusahaan Indonesia sebagaimana dimaksudkan, adalah film berjudul The Long March atau Darah dan Doa (1950), di produksi oleh perusahaan bernama ( Perusahaan Film Nasional

Indonesia yang juga merupakan perusahaan film nasional pertama dengan produser Djamaluddin Malik dan Surtadara Usmar Ismail.

43 Akhlis Suryapati. DVD Sejarah Film Indonesia, Sekretarian Nasional Kine Klub Indonesia, 2007 44 Akhlis Suryapati. Hari Film Nasional. Panitia Perfilman Nasional ke-60. Direktorat Perfilman 2010, hal.19 35

Pembuatan Film Darah dan Doa atau The Long March bukanlah film pembuatan cerita yang pertama di Indonesia. Karena jauh sebelumnya, pada tahun

1926 telah dibuat film berjudul Loetoeng Kasaroeng, dan setelah itu cukup banyak film cerita dibuat di Indonesia. Hanya saja film-film yang di produksi sebelum Darah dan Doa adalah film-film yang pembuatannya adalah orang asing atau non-pribumi. Usmar Ismail sendiri sebelum membuat film Darah dan Doa pernah menjadi asisten sutradara untuk film yang berjudul (1949) dan film yang berjudul (1949).45

Memang pertunjukan film dan produksi film sudah ada sejak tahun

1919an, banyak film di produksi di Indonesia. Namun dalam memproduksi film tersebut masih banyak campur tangan dari pihak asing. Sekarang jelaslah bahwa perfilman Nasional di mulai pada tahun 1950 dengan judul Darah dan Doa oleh

Usmar Ismail. Dan pada tanggal 30 Maret 1950 dijadikan Hari Film Indonesia atau hari kelahiran Film Indonesia.

Masa-masa berikutnya Perfilman Nasional tumbuh dalam semangat idealistik. Film merangkum perjuangan jati diri bangsa, pencerdasan masyarakat, dan nasionalisme industry. Sistem dan infrastruktur mulai tersusun dan banyak organisasi-organisasi perfilman mulai tumbuh seperti Persatuan Pers Film

Indonesia (PERFEPI) Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) di tahun 1956. adapun karya-karya Usmar Ismail setelah Dara dan Doa adalah Enam Djam di

Djogja (1950), Dosa tak Berampun (1951), Terimalah Laguku (1952), Kafedo

(1953), Krisis (1953), (1954), Lagi-Lagi Krisis (1955), Tamu

Agung (1955), (1956), Delapan Pendjuru Agung (1957), Asrama Dara

45 http://mengaisilmu.blogspot.com/2009/07/sejar-perfilman.html 36

(1956), Pedjuang (1959), Toho Pahlawan Bandung Selatan (1961), Bajangan di

Waktu Fajar (1962), Anak Perawan di Sarang Penjamoen (1962), Anak-anak

Revolusi (1964), Liburan Seniman (1965), Ja Mualim (1968), The Big Villag

(1969), dan Ananda (1970).

Jika Seorang Usmar Ismail yang kita ketahui adalah sebagai tokoh kreatif dalam kepeloporan film nasional, kita harus tahu juga bahwa Djamaluddin Malik termasuk kedalam pelopor film nasional yang menjadi mitra Usmar Ismail.

Mereka berdua sering di sebut sebagai Dwi Tunggal dalam perfilman Nasional, dengan perannya bagaikan dua sisi mata uang yang saling memberikan makna. Di samping itu tokoh ketiga yang sering di kaitkan dengan lahirnya perfilman nasional adalah Soerjo Soemanto.

Selain mendirikan PERFINI bersama Usmar Ismail dan Djamaluddin

Malik, Soerdjo Soemanto adalah seorang seniman pluralis yang menjadi pemimpin dalam setiap pertunjukan film, sandiwarawan tari untuk pusat kebudayaan. Sekenario film karyanya antara lain adalah Harimau Djampang

(1953), Putri dar Medan (1954), Mertua Singting (1954), Lagi-Lagi Krisis (1955),

Tamu Agung (1955), dan ia juga menjadi produser untuk film Embun (1951) dan

Dosa tak Berampun (1951)46. Meraka Bertigalah yang sering di sebut sebagai pelopor kelahiran perfilman nasional.

46 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional , Tinjauan dan Retropeksi (Jakarta. Panitia Hari Film Nasional Ke-60) Cet pertama hal.11 37

2. Perkembangan Perfilman Nasional

Setelah kita mengetahui bahwa pada tanggal 30 Maret 1950 telah di tetapkan sebagai kelahiran perfilman nasional dengan sejarah pengambilan gambar untuk film Dara dan Doa Oleh Usmar Ismail.

Saat ini iklim perfilman nasional berada dalam suasana yang menggairahkan dari sisi produksi. Jumlah film yan g dibuat dari tahun ke tahun . sejak kebang kitan kembali film Indosensia tahun 2002 setelah mati suri sepanjang satu dekade, terus menerus meningkat hingga pada tahun 2009 jumlah produksi mencapai 87 judul, tahun sebelumnya mencapai 77 judul, tahun sebelumnya lagi 34 judul. Sekedar mengingat bahwa titik terendah produksi film

Indonesia pada tahun 2000 yang hanya 2 judul.47

Suasana perfilman nasional saat ini memang sedang dalam suasana pesta, eforia berproduksi atau membuat film, bahkan kalangan Kine Klub dan komunitas film yang tumbuh menjamur, oreantasinya adalah menjadi film makers makers atau pembuat film, sementara masalah pembinaan penonton terasa kurang mendapat perhatian.

Ibarat dalam suasana pesta, semua pihak dalam perfilman sekarang ini ingin nampak paling necis, paling manis, paling berjasa, juga saling ingin mendapatkan peluang menguntungkan sebagai buah manfaat adanya kebangkitan perfilman nasional.

47 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional , Tinjauan dan Retropeksi (Jakarta. Panitia Hari Film Nasional Ke-60) Cet pertama hal.85 38

Setelah antara tahun 2004 sampai 2006 yang mengawali kebangkitan perfilman Indonesia banyak menampilkan para pelaku-pelaku industri film pendatang baru dari kalangan muda, mulai penghujung 2007 seperti:

1. Chand Parwez Servia (Kharisma Starvision) melahirkan film, Get

Meried, Tentang Cinta, Love Is Cinta, Heart, Virgin, Kafir.

2. Raam Punjambi (Multivision Pictures) melahirkan film Kangen, Kuntil

anak, Buruan Cium Gue. Gope Santani

3. (Rafi Films) melahirkan film Sundel Bolong, Merah itu Cinta, D‟Bijis,

Lentera Merah.

4. Leo Sutanto (Sinemart) melahirkan Cintacapucino, Mengejar Mas-Mas,

Mendadak Dangdut, Brownies, Di Sini Ada Setan.

5. Shankers RS (Indika Entertainment) melahirkan film Horor,

Terowongan Casablanca, , Hantu Jeruk Purut, Rumah Pondok

Indah.

6. Dedy Mizwar (Demi Gasela Film) melahirkan film Naga Bonar Jadi2,

Ketika, Kiamat Sudah Dekat.

7. Ram Soraya (Soraya Intercine Film) melahirkan Apa Artinya Cinta,

Eiffel A/m in Love.

Hingga saat inipun perfilman Indonesia terus tumbuh tiada henti, dapat dengan mudah dilihat dalam setiap gedung bioskop di Indonesia, saat ini 39

perfilman Indonesia mampu menjadi tuan rumah di negaranya sendiri dengan padatnya produksi film di negeri ini. BAB III

GAMBARAN UMUM SEKRETARIAT NASIONAL KINE KLUB

INDONESIA (SENAKKI)

A. Sejarah Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia

Sejarah kine klub di Indonesia dimulai pada tahun 1950 dengan berdirinya kine klub bernama liga film mahasiswa Universitas Indonesia (LFM-UI) di

Universitas Indonesia Salemba. Pada tahun 1960 berdiri liga film mahasiswa ITB

(LFM-ITB). Dan pada tahun 1969 lahirlah kine klub Dewan Kesenian Jakarta yang kemudian dikenal sebagai kine klub Jakarta (KKJ). Hingga menjelang tahun

1990 komunitas film dengan berbagai bentuk dan namanya, tumbuh di berbagai daerah di Indonesia.

Pada tanggal 19-22 september 1990, atas fasilitas Dewan Kesenian Jakarta

(DKJ) dilangsungkan sebuah pertemuan di pusat kesenian Taman Ismail Marzuki

(TIM) Jakarta, dengan mengundang para aktivis perfilman dan perwakilan komunitas-komunitas film. Pertemuan ini kemudian di berinama Musyawarah

Besar Kine Klub Indonesia yang pertama.48

Dari pertemuan ini peserta sepakat membentuk organisasi Sekretariat

Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI) sebagai Induk organisasi kine klub di seluruh Indonesia.

48 http://kineklubindonesia.or.id/about

40 41

Pada saat pembentukannya itu SENAKKI merupakan himpunan dari 42 kine klub di seluruh Indonesia, ketua umum terpilih adalah Chairul Umam yang selanjutnya menjabat sampai 1998.

Melalui musyawarah nasional kine klub pada tahun 1998, yang kemudian di sebut munas ke III, ketua umum SENAKKI digantikan oleh TB.Maulana Husni yang selanjutnya menjabat sampai 2005, separuh waktu belakang, merupakan periode ini menjadi masa-masa yang sulit bagi secretariat nasional kine klub In donesia bersamaan dengan iklim politik di Indonesia, dimana orde baru runtuh berganti dengan orde reformasi, departemen penerangan dibubarkan oleh pemerintah, dan perfilman nasional mati suri. Praktis organisasi-organisasi perfilman kehilangan induk. Sekretariat nasional kine klub Indonesia seperti juga organisasi perfilman nasional yang lain, di tantang untuk bertahan dengan semangat independent dan tanpa fasilitas pemerintah.

Program-program sekretariat nasional kine klub Indonesia yang bisa dilaksanakan sangat terrgantung dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam keadaan sulit seperti itu, bertumpu pada jajaran pengurus. Sekretariat nasional kine klub Indonesia tetap bertahan untuk terus hidup dan menjalankan program- program apresiasi sejauh yang bisa dilakukan. Pada periode ini terhimpun 33 kine klub di berbagai wilayah di Indonesia.49

Pada tanggal 5 januari 2006, telah berhasil membentuk kepengurusan periode 2006-2010 dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga serta

Progran keja dari keseluruhan aktivitas pada kepengurusan TB. Maulana Husni hari itu juga tersusun pengurus masa bakti 2006-2010.

49 Hari film nasional 61 Festival Film kine klub 2010/2011 SENAKKI 2010 42

B. Struktur Pengurus Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia Periode 50

2006-2010

Dewan Penasihat : Sri Hastanto

: TB. Maulana Husni

: George Kamarullah

: SM Ardan

: Ardi Artomo

Ketua Umum : Akhlis Suryapati

Sekretaris : Yusuf Pontoh

Bendahara : Faiz Basalamah

Bidang Program dan Pengembangan : Riri Riza

Bidang Organisasi dan Pemberdayaan: Aditya Gumay

Bidang Sarana dan Fasilitas : Sutaryanto

Bidang Hubungan Dalam Negeri : Dewi Irawan

Bidang Hubungan Luar Negeri : Mira Tedja

50 Dokument Sejarah singkat SENAKKI. 2004 43

Struktur Organisasi

DEWAN PENASIHAT Sri Hastanto

TB.Maulana Husni

George Kamarullah SM Ardan

Ardi Artomo

KETUA UMUM AKHLIS SURYAPATI

SEKRETARIS BENDAHARA YUSUF PONTOH FAIZ BASALAMAH

BID. PROGRAM DAN PENGEMBANGAN

RIRI RIZA BID. HUBUNGAN DALAM NEGERI DEWI IRAWAN

BID. ORGANISASI DAN PEMBERDAYAAN ADITYA GUMAY

BID. HUBUNGAN LUAR NEGERI

BID. SARANA DAN FASILITAS MIRA TEDJA

SUTARYANTO

44

Agar film dapat bermanfaat dalam kehidupan sosial kultur bangsa

Indonesia, perlu upaya dan kegiatan yang senantiasa menggunakan film

sebagai alat komunikasi massa, terutama dalam mencerdaskan bangsa. Upaya

serta kegiatan yang berkesinambungan memerlukan lembaga dengan program

yang mapan dan dinamis.51

C. Asas dan Tujuan Sekretariat Nasional Kine KLub Indonesia

1 Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI) berasaskan

PANCASILA

2. Tujuan utama menghimpun dan mendinamisasi semua Kine Klub atau

lembaga sejenis mengadakan kerja sama dalam mewujudkan film sebagai

sarana komunikasi dalam konteks budaya bangsa.

D. Tugas, Fungsi dan Wewenang

Tugas fungsi dan wewenang SENAKKI

1. Menjadi bagian dan pemangku kepentingan perfilman nasional

2. Memasyarakatkan penggunaan film sebagai sarana apresiasi, ekspresi,

komunikasi dalam konteks social budaya terutama dalam usaha ikut

mencerdaskan bangsa.

3. Menghimpun masyarakat penggemar dan peminat film untuk

meningkatkan apresiasi film serta pembelajaran pengetahuan film dan

perfilman

51 Wawancara dengan Akhlis Suryapati 45

4. Menyelenggarakan kegiatan apresiasi dan workshop perfilman sebagai

bagian dari peran serta masyarakat, untuk membangun kualitas penonton

di Indonesia.

5. Berperan serta dalam penyusunan kebijaksanaan-kebijaksanaan baik

dalam bentuk kode etik maupun peraturan-peraturan undang-undang di

bidang perfilman.

6. Membangun swadaya masyarakat untuk memelihara keberadaan kine klub

sebagai wahana kebudayaan

7. Memberikan sanksi berupa teguran, peringatan, skorsing atau hukuman

bagi anggota yang melanggar AD/ART SENAKKI

E. Kode Etik Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia

Kode etik adalah suatu pedoman etika untuk menjaga martabat dan kehormatan organisasi.

1. Anggota SENAKKI berpegang pada nilai-nilai moral yang berlaku di

masyarakat Indonesia.

2. Anggota SENAKKI dalam melakukan perbuatan dan kegiatan senantiasa

berada dalam koridor peraturan undang-undang yang berlaku, serta sejalan

dengan garis-garis fungsi, peran dan wewenang organisasi.

3. Dalam hal penggunaan pemanfaatan film, anggota SENAKKI patuh pada

fungsi dan tujuan organisasi.

4. Anggota SENAKKI bertanggunga jawab sepenuhnya terhadap film yang

dipergunakan untuk kegiatan organisasi. 46

5. Dalam menjalin kemitraan anggota senakki harus mempertahankan

independensinya dan tidak melibatkan diri dalam aspirasi dan atau

aktivitas yang tidak sejalan dengan garis-garis, fungsi, peran, dan

wewenang organisasi.

6. kode etik ini berlaku di untuk kalangan anggota SENAKKI dengan

penegakan kode etik oleh sebuah lembaga penegakan yang di bentuk oleh

pengurus organisasi.

7. Sanksi atas pelanggaran kode etik berupa sanksi moral dan bisa menjadi

landasan bagi pengurus SENAKKI untuk memberikan sanksi administrasi

organisasi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran.52

52 Dokument Sejarah singkat SENAKKI. 2004

BAB IV

PERAN SEKETARIAT NASIONAL KINE KLUB INDONESIA

A. Aktivitas Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI) dalam

Perkembangan Perfilman Nasional

Mengamati berbagai pengertian peran yang di kemukakan oleh beberapa tokoh diantaranya N. Grass Masson dan A W. Mc Tachern sebagaimana dikutip oleh David Berry. Dapat disimpulkan bahwa peran merupakan kewajiban seseorang untuk melakukan hal-hal/tindakan yang diharapkan oleh masyarakat didalam pekerjaannya dan didalam pekerjaan-pekerjaan lain.

Peran Sekretariat Nasional kine klub Indonesia dalam apresiasi dan pemberdayaan masyarakat untuk perfilman, menjadi pijakan operasional yang ada dalam kerangka visi dan misi menjadikan film sebagai karya cipta seni dan budaya sebagaimana yang diamanatkan UU No.8 tahun 1992 tentang perfilman.53

Bentuk Apresiasi terhadap perfilman nasional yang dilaksanakan sekretariat nasional kine klub Indonesia yakni memberikan perhatian pada film- film. Karena kine klub adalah kelompok pecinta film maka sebuah kine klub akan mendalami dan mengkritisi film-film itu. Bukan hanya film-film yang ada di industri akan tetapi film-film yang tidak beredar di Indonesia dan film-film yang tidak beredar di bioskop (film indie).54

Awal periode 2006-2010 bentuk apresiasi terhadap perfilman di awali dengan pemutaran film yang di laksanakan pada tanggal 3 februari 2006.

Pemutaran film itu dilaksanakan pada setiap hari jum’at di sinema kine klub.

Lantai 2 gedung film. Adapun film yang di putar adalah:

53 Festival film Indonesia 2006 JCC 21 Desember 2006 hal.64 54 Wawancara pribadi dengan Akhlis Suryapati. Ketua umum SENAKKI

47

48

1. Judul : /Sutradara Usmar Ismail /Produksi: Perfini 1955

Peraih penghargaan festival film Asia di Hongkong 1956

2. Judul : EXODUS: Wanita yang Berlari /Sutradara: Sherman Ong./Durasi

27 menit

3. Judul : Turtle Can Fly /Sutradara: Bahman Ghobadi /Produksi: BAC

Film (mesir (2004). Film berlatar belakang masyarakat kurdistan saat

invasi Amerika ke Irak, peraih penghargaan di Rotterdam film festival,

Chicago film festival, Tokyo film festival.

4. Judul : Titian Serambut Dibelah Tujuh /Sutradara: Chaerul Umam

/Produksi: KOFINA 1982. Peraih FFI 1983, Penghargaan PWI jaya seksi

film 1983.

5. Judul : Everlasting Kretek Heritage /Sutradara: Lasja Fauzi / Produksi:

Kuetnika. Film musik dan tari berdurasi 24 menit, menggambarkan

kehidupan industri kretek Kudus.

6. Judul : Osama /Sutradara: Siddig Barmak /Produksi: Marina Golbahari

(Afghanistan). Peraih penghargaan film terbaik di Golden globe film

festival 2004.

7. Judul : Ponirah Terpidana /Sutradara: Slamet Rahardjo /Produksi Sukma

Putra Film 1983. Peraih penghargaan di ajang FFI 1984, Penghargaan juri

festival film tiga benua III di Nates, Prancis,1984.

8. Judul : Sangat laki-laki /Sutradara: Fajar Nugroho /Produksi:

Nugrosinema yogya 2004. Film berdurasi 70 menit, bercerita tentang olah

raga sepak bola. 49

9. Judul : Musa /Sutradara: Kim Seong Su /Produksi: Sukma Intertainment

(Korea). Peraih penghargaan festival film Asia Pasifik di jakarta 2002.

10. Judul : Lewat Jam Malam /Sutradara: Usmarr Ismail /Produksi: Perfini,

Persari 1954. peraih penghargaan di ajang FFI 1955.

11. Judul : Durian /Sutradara: Farishad L Latjuba /Produksi: Asta

Entertainment. Film pendek berdurasi 15 menit.

12. Judul : Innocent Voices /Sutradara: Luis Mandok /Produksi: Lawrence

Bandar Production (Meksiko). Peraih penghargaan di berlin film festival,

Mexican film festival Academy Awards.

Peran SENAKKI dalam memberikan apresiasi pada perfilman nasional sudah dapat di lihat dari perhatian yang diberikan terhadap film dan perfilman.

Hingga saat ini kegiatan dalam apresiasi masih berlangsung di tiap-tiap kine klub dan di ruang theater sekretariat kine klub Indonesia.

Selain perannya memberikan apresiasi terhadap perfilman, sekretariat nasinal kine klub Indonesia juga melakukan pemberdayaan masyarakat, di mulai dari kine klub yang ada kemudian dilakukan pembinaan dan pengembangan kreativitas di tiap-tiap kine klub khususnya dan masyarakat perfilman pada umumnya.

Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mncapai kehidupan yang lebih baik. ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupa mereka sendiri dengan keinginan mereka. Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.55

55 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan pengembangan masyarakat dan intervensi komunitas, (Jakarta; Fakultas ekonomi UI, 2000) cet ke 1,h.32-33 50

Dalam pemberdayaan masyarakat, sekreteriat nasional kine klub Indonesia melakukan pembinaan masyarakat atau penonton film Indonesia, dimulai dari menanamkan rasa cinta pada masyarakat penonton, dan itu harus dengan film berekspresikan budaya yang selaras dengan cita rasa yang dimiliki dan dibanggakan masyarakat.56

Pemberdayaan masyarakat sering dilakukan secara individu dan kelompok. seperti melalui bimbingan, konseling pendidikan dan pelatihan produksi. Biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan, keterampilan dalam membantu perkembangan perfilman nasional kearah yang lebih baik.

Membina penonton adalah menanamkan kecintaan masyarakat penonton atau konsumen pada film Indonesia. Negara-negara yang perfilman nasionalnya bisa kokoh, setidaknya bisa mampu mengimbangi dominasi Hollywood, adalah karena disana memiliki penonton yang mencintai film produksi bangsanya sendiri.57

Dengan memberikan perhatian serta pembinaan masyarakat, dengan menanamkan kecintaan masyarakat terhadap perfilman yang telah dilakukan oleh sekretariat nasional kine klub Indonesia dapat mendorong masyarakat untuk lebih kritis, cerdas dan membantu industri film agar peredaran film Indonesia tumbuh berkembang dan berkualitas seperti apa yang diharapkan oleh semua masyarakat menjadi bagian dari tugas utama sekretariat nasional kine klub Indonesia.

Kegiatan dalam aktivitas SENAKKI kerap dilakukan dengan metode yang sama halnya dakwah Rasullah seperti:

56 Apa kabar sensor film-mei/juni 2010 hal.13 57.Apa kabar sensor film-mei/juni 2010 hal.12 51

1. Pendekatan personal

Pendekatan personal ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehinga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reraksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui pendekatan semacam ini dilakukan SENAKKI dengan melakukan pendekatan personal kepada angota-anggotanya.

2. Pendekatan pendidikan

Pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, dapat dilihat pendekatan pendidkan teraplikasi dalam lembaga-lembaga termasuk

SENAKKI.

3. Pendekatan diskusi

Pendekatan diskusi pada saa ini sering dilakukan lewat berbagai diskusi, da’i sebagai narasumber sedangkan mad’u berperan sebagai audien. Kegiatan semacam ini dapat dilakukan di berbagai kine klub.

4. Pendekatan penawaran

Cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u neresponnya tanpa tekanan. Untuk menjadi anggota ataupun perserta dalam kegiatan SENAKKI tanpa paksaan.

5. Pendekatan misi

Dapat di pahami untuk saat ini, ada banyak organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah mengirimkan da’i mereka tersebar luas kedaerah- daerah diluar tempat domisili. Angota SENAKKI ersebar luas ke wilayah

Indonesia dan berjalan sesuai dengan membawa misi yang ada dalam organisasi. 52

Amar ma’ruf nahi munkar, begitu juga yang dilakukan SENAKKI. Pembinaan penonton untuk lebih kritis dalam menentukan film yang baik. karena sebagai sarana komunikasi massa film sangatlah bergantung pada publik yang menerimanya. Baik dan buruknya film sudah diatur dalam kode etik perfilman yang dibuat oleh DFN dengan kriteria diantaranya, adanya nilai ketuhanan, larangan mengadu domba antar umat beragama dan suku, terdapat nilai kemanusiaan, mengandung unsur social budaya.58

B. Aktivitas Progam Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia dalam

Perkembangan Perfilman Nasional

Terlepas dari metode pembinaan dan apresiasi. Dalam kinerja sekretariat nasional kine klub Indonesia pada periode 2006/2010 ini merupakan program yang dilaksanakan berdasarkan semangat kemitraan dengan berbagai pihak. Di tahun pertamanya semenjak di pertanggung jawaban kepengurusan yang dilakukan pengurus SENAKKI adalah melakukan konsulidasi anggota, mereaktualisasikan anggota serta membangun kemitraan.

Pada tahap konsulidasi tercatat bahwa banyak dari kine klub yang tidak aktif ataupun berganti keanggotaan dan bentuk kegiatannya. Pada tahun 2006 sekretariat nasional kine klub Indonesia juga menemukan banyak komunitas film yang bermunculan , tak hanya kalangan kampus, melainkan juga di sekolah- sekolah SMK, SMA serta lingkungan kaum muda.

Selain mendata para anggota yang lama, sekretariat nasional kine klub

Indonesia juga menghimpun keanggotaan baru. Dengan begitu keanggotaan dari

58 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Retrospeksi (Jakarta Panitia Hari Film Nasional Ke-60) Cet pertama, 2010 hal 63 53

sekretariat nasional kine klub Indonesia menjadi berkesinambungan dengan aktifnya komunitas-komunitas film dari berbagai kalangan dan saat ini sekretariat nasional kine klub Indonesia terhimpun 76 kine klub yang berasal dari berbagai wilayah di Indoneisa.

Berbagai kegiatan yang di selenggarakan oleh sekretariat nasional kine klub Indonesia, melalui jalinan kemitraan telah dilakukan seperti:

1. Pengadaan sinema kine klub

Pengadaan sinema kine klub sebagai ruang theater untuk kegiatan apresiasi film dan pertemuan di sekertariat SENAKKI Jl.MT.Haryono 47-48 lantai 2 gedung film. Ruangan itu berkapasitas 50 tempat duduk dengan kursi sumbangan dari cineplek 21, serta fasilitas proyektor film selluloid, proyektor film digital player, VCD,DVD, Betamax VHS, U-Matic, Betacam serta player Divi.

2. Silaturahmi dengan organisasi perfilman

Sekretariat nasional kine klub Indonesia menjalin hubungan dengan organisasi dan institusi perfilman yang dihadiri oleh seluruh perwakilan organisasi film, Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film, Direktur perfilman dan sejumlah aktivis film.

3. Pengadaan bahan baku film digital

Kemitraan sekretariat nasional kine klub Indonesia dengan Fuji Film untuk pengadaan bahan baku film digital guna keperluan workshop dan pembinaan

SDM perfilman.

4. Kunjungan diskusi dan workshop

Berbagai kunjungan diskusi dan workshop dilakukan sekretariat nasional kine klub Indonesia antara lain komunitas film universitas hasanuddin Masakasar, 54

dan dihadiri juru bicara kepresidenan RI. Kine klub Sukabumi, kine klub universitas Islam negeri Ciputat, komunitas film INDEF Jakarta, komunitas broadcasting dan jurnalistik Bekasi.

5. Penyelenggaraan workshop, diskusi dan pameran

Penyelenggaraan workshop, diskusi dan pameran dilakukan di berbagai wilayah seperti di komunitas film UIN Ciputat, Komunitas Film Bekasi, ISI

Denpasar, Kanwil Budpar Sematera Selatan, Pekan Industri kreatif di Jakarta, komunitas film pelajar Cirebon, kine klub IKDW Jogjakarta, komunitas film

Universitas Parahiyangan Bandung komunitas film pelajar dan kine klub Jakarta.

6. Menyelenggarakan apresiasi

Penyelenggarakan apresiasi pernah dilakukan melalui program televisi

Aku Cinta Film Indonesia di TVRI, dengan menerbitkan DVD sejarah perfilman nasional, penerbitan DVD FFI Bangkit menuju citra baru dan penerbitan buku

Hari film nasional.59

Dari sebuah program yang dapat di implementasikan oleh sekretariat nasional kine klub Indonesia ada program yang dijadikan sebagai program unggulan yaitu apresiasi dan workshop. Terbukti antusias masyarakat untuk mengikuti wokshop begitu tinggi pada saat Hari Film Nasional (HFN) ke 60 dengan tema “Aku Cinta Film Indonesia. Pegelaran Apresiasi, screening film, workshop pembuatan film berlangsung di pasar seni, Taman Impian Jaya Ancol pada tanggal 27-30 maret 2010.

Acara ini di selenggarakan dengan tujuan selain untuk membeikan wahana bagi para mahasiswa dan pelajar yang memiliki hobi dan bakat dalam pembuatan

59 Hari film nasional 61 Festival Film kine klub 2010/2011 SENAKKI 2010 55

film, juga untuk membangun sumberdaya film nasional dalam mengapresiasi film

Indonesia. “agar penonton tahu bagus dan jeleknya film yang di produksi.

Sehingga, ini dapat mendorong penonton untuk memilih film yang baik dan bagus yang mereka tonton, dan pada gilirannya akan memotivasi produser film untuk membuat film yang bagus dan berkualitas”.60 Pelaksanaan program semacam ini telah banyak menghasilkan beberapa film dan kesadaran masyarakat agar film

Indonesia berkembang dengan baik.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pelaksanaan program

1. Faktor pendukung

Ada beberapa faktor pendukung dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh

Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia, salah satu adanya mitra kerja yang tergabung dalam pelaksanaan program SENAKKI, seperti Fuji Film, Cineplek 21 dan Dinas Kebudayaan, selain mitra kerja Antusias masyarakat dan anggota kine klub menjadi dukungan tersendiri untuk menjalankan program-program yang telah di buat sekretariat nasional kine klub Indonesia. Karena masyarakatlah yang akan membawa arah perfilman nasional. Jika masyarakat senang dengan tontonan yang baik maka industri perfilman nasional juga terus berusaha untuk memproduksi tayangan yang baik-baik.

2. Faktor penghambat

Secara prinsip Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia tidak mempunyai hambatan, karena Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia hanya mengkritisi

60 Delta film “dari pecinta film untuk yang mencintai film” edisi 16 april 2010 Hal.35 56

film-film nasional agar berkembang lebih baik dengan fasilitas-fasilitas yang ada di sekretariat, seperti dokumen-dokumen film, ruang theater untuk mengapresiasi film.

Namun sekretariat nasional kine klub Indonesia bukanlah organisasi yang di biayai oleh sebuah pihak, bukan juga organisasi yang menarik iuran biaya dari anggotanya sehingga didalam organisasi ini tidak ada uang kas.

Selain itu pemerintah belum menganggap tanggung jawab sebagaimana diemban sekretariat nasional kine klub Indonesia yang juga merupakan tanggung jawab pemerintah yang perlu diimplementasikan dalam bentuk dukungan nyata melalui fasilitas pelaksanaan program-program sekretariat nasional kine klub

Indonesia, khususnya langsung bersentuhan sumber dana pembiayaan untuk membiayai program-program sebagaimana yang diharapkan anggota. Kendati begitu, sejumlah kine klub anggota diberbagi daerah, dengan upaya sendiri serta terus menjalakan program-program apresiasi dan dan pemberdayaan.

Begitu juga Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia, bisa melaksanakan program-program yang bisa di jangkau melalui pendanaan dan kantung-kantung pribadi pengurusnya, atau melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang menaruh kepedulian pada kegiatan apresiasi dan pemberdayaan61.

Hal inilah yang menjadi hambatan untuk Sekretariat Nasional Kine Klub

Indonesia sebagai lembaga independent untuk melaksanakan aktivitasnya didalam perkembangan perfilman nasional saat ini.

61 SENAKKI “stratgi dan pemberdayaan untuk perfilman” Festival film Indonesia 2006 JCC 21 Desember 2006 hal.65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Perkembangan perfilman di Indonesia tidak lepas dari peran serta masyarakat, perlu adanya pembinaan terhadap penonton negeri agar industri perfilman Indonesia berkembang dengan baik. sebagai organisasi independent, sekretariat nasional kine klub Indonesia telah berusaha memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan perfilman Indonesia saat ini.

Sebagai organisasi independent, sekretariat nasional kine klub Indonesia mampu memperlihatkan eksistensinya di dalam perkembangan perfilman nasional. Apresiasi dan pemberdayaan masyarakat menjadi pijakan sekretariat nasional kine klub Indonesia dengan memberikan perhatiannya dan pembinaan terhadap masyarakat untuk perfilman nasional.

Demi menciptakan masyarakat yang kritis dan berkualitas, sekretariat nasional kine klub Indonesia mencanangkan berbagai kegiatan sebagai langkah awal terkait dengan perfilman. Kegiatan diskusi film senantiasa dilakukan agar masyarakat kritis terhadap film-film khususnya film yang beredar di Indonesia, sedangkan pembinaan terhadap masyarakat agar tumbuh kreative dalam bidang perfilman, selain memberikan pembinaan, sekretariat nasional kine klub

Indonesia memiliki dokumen-dokumen yang dapat dijadikan sumber informasi untuk kine klub dan masyarakat dalam bidang perfilman.

57 58

Dalam menjalankan sebuah program, sekretariat nasional kine klub

Indonesia menjalin kerjasama dengan mitra kerja yang menjadi sponsor dalam sebuah program yang akan di implementasikan, ketidakadaan dana atau kas sering kali manjadi hambatan sekretariat nasional kine klub Indonesia untuk mengimplementasikan program tersebut. Namun dari ketidakadaan dana bukan berarti program tersebut tidak berjalan, program tersebut tetap berjalan dengan kegiatan yang dapat terjangkau dengan dana yang ada.

Dari semua program yang dilakukan sekretariat nasional kine klub

Indonesia sesuai dengan visi dan misi intinya adalah apresiasi dan pemberdayaan masyarakat untuk perfilman, agar penonton dapat mengetahui bagus dan jeleknya film yang di produksi, sehingga dapat mendorong penonton untuk memilih film yang baik dan bagus yang akan mereka tonton yang pada akhirnya akan memotivasi produser film untuk membuat film yang baik dan berkualitas.

Untuk bisa dikatakan film Islami dan bernilai dakwah yang berkualitas, sebuah film tentu perlu dicermati dari banyak sisi. Karena pada dasarnya film itu merupakan penggabungan antara sekian banyak aliran seni dan sekian macam disiplin ilmu.62 Di dalam sebuah film, hampir semua unsur itu ada. Sehingga menilai dan mengurai sebuah film itu bersifat Islami atau belum, perlu kajian yang mendalam. Dan kajian itu harus dilakukan sejak niat film itu hendak dibuat oleh para pembuatnya.

62 http://akeminissa.wordpress.com/2009/04/18/kriteria-film-islami/

59

B. Saran

Saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut:

Faktor internal, yakni dari sebagian pengurus belum begitu mempunyai rasa memiliki yang lebih terhadap organisasi sekretariat nasional kine klub

Indonesia. Sangat disadari betul sebagai lembaga independent, sekretariat nasional kine klub Indonesia untuk membangun eksistensi dirasakan begitu berat.

Kepedulian dari pengurus sangatlah diharapkan masyarakat luas untuk meningkatkan sebuah program jauh lebih baik dan efektif, agar perkembangan perfilman di Indonesia senantiasa berjalan di iringi oleh para senias muda dan masyarakat pecinta film yang baik. DAFTAR PUSTAKA

Arfin, M, “Ilmu Pendidikan Islam”. (Jakarta Bumi Aksara.1991) Cet II

Bogers, Joseph M, The Art of Wattherg film, (terj) Asrul Sani (Jakarta, yayasan corra Pusat perfilman Haji Usmar Ismail, 1986)

Chowdhury, Subir ed, Organization 21 C: someday all organizations wol lead this way. (T.tp.: Penerbit PT. Indeks kelompok Gramedia, 2005)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta. Balai Pustaka, 1999)

Faisal, Sanapiah, Penelitian Kulitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi, Malang: YA Malang;1990

Garaudi, Roger, “Promesses De L Islam” (Jakarta: Bulan bintang 1984)

Gerungan , W.A Dipl, PSYCH. Psikologi saosial.(Bandung: PT. Eresso.1998)

Hasanudiin,“Hukum Dakwah : Tinjauan Aspek Hukum Berdakwah di Indonesia (Jakarta. Pedoman Ilmu Jaya 1996)

Hidayat, Komarudin, “Memahami Bahasa Agama” Sebuah kajian hermeneutika (Jakarta: Paramadina, 1996)

Kusnawan, Aep dkk, Komunikasi dan Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004).

Muhammad, Arni, ”Komunikasi Organisasi” (Jakarta Bumi Aksara 2005) cet-7

Munir, M, “Metode Dakwah” edisi revisi Jakarta Putra Grafika, cet ke3 2003

Nasir, Moh,“Metode Penelitian Jakarta: Galia Indonesia, 1988 cet.3

Ochajana, Onong Efendy, “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” (Bandung.PT.Remaja Rosdakarya, 1994)

Pace, R Wayne dan Don F.Fales, ”Komunikasi Organisasi” Strategi meningkatkan kinerja perusahaan, PT.Remaja Rosdakarya (Bandung 2005) Cet-4

Prakoso, Gatot, Film Pinggiran-Antologi Film Pendek, Eksperimental & Dokumenter, FFTV-IKJ dengan YLP (Jakarta :Fatma Press, 1997) Pranajaya, Adi, Film & masayarakat : Sebuahh Pengantar (Jakarta, BP SDM Citra Pusat Pertumbuhan Haji Usmar Ismail, 1999)

Rakhmat, Jalaludin, Metode penelitian komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2004)

Rukminto, Isbandi Adi, Pemberdayaan pengembangan masyarakat dan intervensi komunitas, (Jakarta; Fakultas ekonomi UI, 2000)

Salmah, Kamil Al-Qudsi, Ayat Al-Jihad Fi Al-Quranul Karim l Jihad Qurani Trend Harakah sepanjan abad. (Jakarta: Firdaus, 1993)

Sucipto, Agus dan Siswanto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif, (Malang; UIN-Malang Press, 2008).

Syariati, Ali, “Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi” (Bandung Mizan, 1995. CetII)

Suryapati, Akhlis, DVD Hari Film Nasional Tinjauan dan Retrospeksi (Jakarta Panitia Hari Film Nasional Ke-60) Cet pertama, 2010

Wirawan, Sarwono Sarlito, Teori Psikologi Sosial (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.2003) Cet.ke-5

YS, Gunadi, ( Ed), Himpunan Istilah Komunikasi (jakarta : PT Grasindo,1980)

Dokumentasi

Dokumentasi siaran Kine Klub Indonesia 01-2006

Dokumentasi festival film Indonesia. JCC 2006

Apa kabar sensor film “kejar tayang kejar sensor”April-mei 20010

Apa kabar sensor film “Pembinaan penonton perlu perhatian” Mei/juni 20010

Apa kabar sensor film “kejar tayang kejar sensor” juli Agustus 20010

Delita film “dari pecinta film untuk yang mencintai film” April 2010

Festival Film Kine Klub 2010/2011

Website http://kineklubindonesia.or.id/about http://lsf.go.id/film.php?module=profil http://mengaisilmu.blogspot.com/2009/07/sejar-perfilman.html http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_sosial