Bab 1 .. Pendahuluan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
Discourses Exploring the Space Between Tradition and Modernity in Indonesia
In the 8th International Indonesia Forum Conference DISCOURSES EXPLORING THE SPACE BETWEEN TRADITION AND MODERNITY IN INDONESIA i Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ii In the 8th International Indonesia Forum Conference DISCOURSES EXPLORING THE SPACE BETWEEN TRADITION AND MODERNITY IN INDONESIA Editorial Board: Hermanu Joebagio, Frank Dhont Pramudita Press iii In the 8th International Indonesia Forum Conference Sebelas Maret University, Solo, Indonesia 29 – 30 July 2015 Organized by: Sebelas Maret University and International Indonesia Forum DISCOURSES EXPLORING THE SPACE BETWEEN TRADITION AND MODERNITY IN INDONESIA Editorial Board: Hermanu Joebagio, Frank Dhont Paper Contributor: -
East-West Film Journal, Volume 5, No. 1
EAST-WEST FILM JOURNAL VOLUME 5 . NUMBER 1 SPECIAL ISSUE ON MELODRAMA AND CINEMA Editor's Note I Melodrama/Subjectivity/Ideology: The Relevance of Western Melodrama Theories to Recent Chinese Cinema 6 E. ANN KAPLAN Melodrama, Postmodernism, and the Japanese Cinema MITSUHIRO YOSHIMOTO Negotiating the Transition to Capitalism: The Case of Andaz 56 PAUL WILLEMEN The Politics of Melodrama in Indonesian Cinema KRISHNA SEN Melodrama as It (Dis)appears in Australian Film SUSAN DERMODY Filming "New Seoul": Melodramatic Constructions of the Subject in Spinning Wheel and First Son 107 ROB WILSON Psyches, Ideologies, and Melodrama: The United States and Japan 118 MAUREEN TURIM JANUARY 1991 The East-West Center is a public, nonprofit educational institution with an international board of governors. Some 2,000 research fellows, grad uate students, and professionals in business and government each year work with the Center's international staff in cooperative study, training, and research. They examine major issues related to population, resources and development, the environment, culture, and communication in Asia, the Pacific, and the United States. The Center was established in 1960 by the United States Congress, which provides principal funding. Support also comes from more than twenty Asian and Pacific governments, as well as private agencies and corporations. Editor's Note UNTIL very recent times, the term melodrama was used pejoratively to typify inferior works of art that subscribed to an aesthetic of hyperbole and that were given to sensationalism and the crude manipulation of the audiences' emotions. However, during the last fifteen years or so, there has been a distinct rehabilitation of the term consequent upon a retheoriz ing of such questions as the nature of representation in cinema, the role of ideology, and female subjectivity in films. -
Guru Bangsa Tjokroaminoto”
ANALISIS SEMIOTIK NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM FILM “GURU BANGSA TJOKROAMINOTO” Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Egy Giana Setyaningsih NIM : 1111051000141 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 29 Juli 2016 EGY GIANA SETYANINGSIH ii ABSTRAK Egy Giana Setyaningsih 1111051000141 Analisis Semiotik Nilai-Nilai NasionAalisme Dalam Film “Guru Bangsa Tjokroaminoto” Film “Guru Bangsa Tjokroaminoto” adalah salah satu film tokoh pahlawan nasional yang jejaknya hampir hilang di mata anak-anak bangsa. Ia adalah salah seorang tokoh pencetus generasi muda bangsa berbakat, dan juga berperan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno, Semaoen, Kartosoewiryo dan Musso. Berbagai konflik yang muncul dari film -
Prosiding Seminar Nasional Unimus 2010 Isbn:978.979.704.883.9
02/3)$).' 3%-).!2 .!3)/.!, 5.)-53 )3". KAJIAN SSOSIOLINGUISTIK DALAM Style (RAGAM BAHASA) DIALOG FILM INDONESIA (STUDI KASUS: NASKAH FILM INDONESIA TAHUN 2005 – 2008) Adiprana Yogatama, Yunita Nugraheni Fakultas Bahasa & Budaya Asing Universitas Muhammadiyah Semarang Abstrak Latar belakang : Kebangkitan dunia perfilman Indonesia telah dimulai pada tahun 2000 diawali dengan pemutaran film Petualangan Sherina di beberapa bioskop di Indonesia. Suksesnya penayangan film tersebut membangkitkan semangat sineas-sineas muda untuk memproduksi film dalam negeri. Hal ini ditunjukkan pada tahun-tahun selanjutnya dengan marak bermunculan film-film lokal dengan bermacam-macam genre. Tema yang paling sering muncul, seperti yang telah kita ketahui, adalah tema percintaan remaja dan horor. Bak jamur di musim penghujan, kedua tema tersebut tak pelak mendominasi dunia perfilman Indonesia 8 tahun terakhir. Inilah mengapa banyak para kritikus perfilman menyebut Indonesia sebagai negara jamur. Ketika satu tema film meledak di pasaran, dalam hitungan bulan muncul pula film-film ber- genre serupa. Namun, bagaimanakah kualitas film-film tersebut dibandingkan kuantitasnya? Layakkah pula film-film tersebut dikonsumsi oleh masyarakat? Pantaskah jika beberapa film tersebut menerima penghargaan? Metode : Penelitian ini akan menerapkan metode deskriptif-kualitatif. Disebut deskriptif karena merupakan metode penelitian yang mendeskripsikan sebuah situasi atau area permasalahan secara sistematis, faktual dan akurat (Isaac dan Michael, 1971:42). Penelitian ini juga disebut kualitatif dikarenakan tidak bergantung pada statistik data dan jumlah data yang ada dimunculkan untuk mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Hasil : Dari sepuluh film diambil 4 sampel yaitu “Gie”, “Ekskul”, “Nagabonar Jadi 2”, dan “Fiksi”. Keempatnya merupakan peraih penghargaan Film Terbaik FFI di tahunnya masing-masing. Dari keempat film tersebut penulis menilai film Gie sebagai film yang terbaik yang baik dan layak ditonton oleh semua umur. -
( STUDI ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE) Oleh
REPRESENTASI POLIGAMI DALAM FILM ATHIRAH ( STUDI ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE) Oleh: Erik Pandapotan Simanullang [email protected] Pembimbing: Chelsy Yesicha, S.Sos, M.I.Kom Jurusan Ilmu Komunikasi – Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau, Pekanbaru Kampus Bina Widya Jl. HR. Subrantas Km. 12, 5 Simpang Baru Pekanbaru Telp/Fax. 0761-63277 Abstract Athirah movie is a film that lifts the reality of polygamous life, polygamy is an issue that is still a debate in the community. This is quite interesting because polygamy is still something that causes pros and cons in Indonesian society. Different from previous polygamy- themed films, this film is a true story of a wife's struggle as well as the mother of Vice President Indonesia, Jusuf Kalla. In theory, many women have expressed disagreement on polygamous marriages, but in practice women are always in a cornered position, have no choice and are difficult to bid or even have no ability to reject men's desire for polygamy. Starting from this, some Indonesian filmmakers view the interesting polygamy phenomenon to be lifted into a film masterpiece. This study aims to determine the impact of polygamy for wives and children represented in Athirah films viewed from the level of reality, level of representation and ideology level. This study used qualitative methods analyzed by semiotic analysis of John Fiske. Subjects and objects in this study is the observation of the audio and visual display in the scenes of the film Athirah with data collection techniques used are observation, documentation, and literature study. The results of this study show there is a polygamy representation in the Athirah film. -
M. Cohen on the Origin of the Komedie Stamboelpopular Culture, Colonial Society, and the Parsi Theatre Movement
M. Cohen On the origin of the Komedie StamboelPopular culture, colonial society, and the Parsi theatre movement In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 157 (2001), no: 2, Leiden, 313-357 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/10/2021 12:19:15AM via free access MATTHEW ISAAC COHEN On the Origin of the Komedie Stamboel Popular Culture, Colonial Society, and the Parsi Theatre Movement Introduction . The Komedie Stamboel, also known as the Malay Opera, occupies a prom- inent place in Indonesia's cultural history.1 lts emergence in 1891 has been characterized as a 'landmark' in the development of modern popular theatre (Teeuw 1979:207). The theatre later contributed greatly to the birth of Indo- nesian contemporary theatre and film2 and played a formative role in mod- ern political discourse and representation (see Anderson 1996:36-7). The Komedie Stamboel has been celebrated as one of the most significant 'artistic achievements' of the Eurasian population of colonial Java (see Van der Veur 1968a), but also damned for its deleterious influence on Java's classical and 1 This article was written while a postdoctoral research fellow at the International Institute for Asian Studies (DAS). It was presented in part as lectures at KAS and the Fifth International Humanities Symposium, Gadjah Mada University, in 1998.1 would like to thank all the particip- ants in the research seminar, 'Popular theatres of Indonesia', Department of Southeast Asian and Oceanic Languages and Cultures, Leiden University, where I developed some of the ideas pre- sented here, as well as Kathryn Hansen, Rakesh Solomon, Catherine Diamond, Surapone Virulrak, Hanne de Bruin, and two anonymous BKI reviewers for their comments. -
Pesan Dakwah Dalam Karya Sastra
Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Volume 4, Nomor 4, 2019, 344-362 P-ISSN: 2622-9781, E-ISSN: 2622-9773 DOI: 10.15575/tabligh.v4i4.1054 Pesan Dakwah dalam Karya Sastra Nina Herlina1*, Dang Eif Saiful Amin 11, & Rohmanur Aziz2 1Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung 2Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung *Email : [email protected] ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur makro pesan dakwah dalam novel Athirah, Superstruktur pesan dakwah dalam novel Athirah, dan struktur mikro pesan dakwah dalam novel Athirah karya Alberthiene Endah. Metode penelitian menggunakan metode pendekatan analisis wacana bersifat kualitatif, Dalam analisis wacana model Teun A. Van Dijk ini meneliti tentang mencari struktur makro teks tentang tematik. sedangkan superstruktur dibahas dalam skematik, dan struktur mikro teks yaitu dari segi semantik, sintaksis, stilistik dan retoris. Hasil penelitian menunjukan yaitu secara struktur makro dalam novel ini disusun dalam tema kesabaran, dan ketangguhan seorang perempuan bernama Athirah dalam menghadapi cobaan hidup. Secara superstruktur Alberthiene Endah membuat novel ini dengan alur maju mundur, ada alur yang menceritakan masa lampau, namun tetap mudah dimengerti oleh pembaca. Sedangkan secara struktur mikro Alberthiene Endah menggunakan bahasa yang cukup luas dan bahasa kiasan atau perumpamaan. Bentuk kalimat yang digunakan kebanyakan menggunakan bentuk kalimat aktif. Kata Kunci : Pesan dakwah; Karya sastra; Novel ; Analisis Wacana Teun A. Van Djik ABSTRACT This paper aims to determine how the macro-structure of the novel Athirah propaganda message, superstructure message Athirah propaganda in the novel, and the microstructure of propaganda messages in the novel Athirah Endah Alberthiene work. -
Transformasi Perjuangan Perempuan Dalam Ekranisasi Novel Athirah Karya Alberthiene Endah Ke Film Athirah Karya Riri Riza: Kajian Ekranisasi
TRANSFORMASI PERJUANGAN PEREMPUAN DALAM EKRANISASI NOVEL ATHIRAH KARYA ALBERTHIENE ENDAH KE FILM ATHIRAH KARYA RIRI RIZA: KAJIAN EKRANISASI SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia oleh Etik Tarina 2111414021 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019 iii iv MOTO DAN PERSEMBAHAN Allah tidak akan memberikan keindahan yang sempurna tanpa didahului perjalanan terjal (Athirah) Persembahan: Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Keluarga tercinta (Bapak, Mama, Arifin) 2. Almamater saya, Universitas Negeri Semarang v SARI Tarina, Etik. 2019. “Transformasi Perjuangan Perempuan dalam Ekranisasi Novel Athirah Karya Alberthiene Endah ke Film Athirah Karya Riri Riza: Kajian Ekranisasi”. Skripsi. Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Suseno, S.Pd., M.A. Kata Kunci: perjuangan perempuan, ekranisasi, feminis, novel, film Dalam perkembangan kesenian juga sangat lumrah satu jenis kesenian mengambil kesenian lain sebagai sumbernya atau dikenal dengan istilah transformasi. Pada proses transformasi, media yang digunakan berbeda, sehingga akan menimbulkan perubahan. Pengubahan dari novel ke film atau bias disebut ekanisasi diharapkan mampu memberikan kesan dan pesan yang positif kepada penikmatnya. Fenomena ekranisasi tentu tidak lepas dari keterkenalan awal suatu karya. novel yang sukses tidak jarang menjadi pijakan awal bagi lahirnya film yang sukses juga. Hal itu sering menjadi acuan lahirnya kesuksesan baru suatu bentuk pengalihan, -
Kota Sebagai Ruang Sinematis Dan Latar Tempat Dalam Film Skripsi
UNIVERSITAS INDONESIA KOTA SEBAGAI RUANG SINEMATIS DAN LATAR TEMPAT DALAM FILM ( Studi Kasus: Film Laskar Pelangi dan Nagabonar jadi 2) SKRIPSI IRA MAYA SAPUTRI 0806456120 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN ARSITEKTUR DEPOK JULI 2012 Kota sebagai..., Ira Maya Saputri, FT UI, 2012 UNIVERSITAS INDONESIA KOTA SEBAGAI RUANG SINEMATIS DAN LATAR TEMPAT DALAM FILM ( Studi Kasus: Film Laskar Pelangi dan Nagabonar jadi 2) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur (S.Ars) IRA MAYA SAPUTRI 0806456120 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN ARSITEKTUR DEPOK JULI 2012 Kota sebagai..., Ira Maya Saputri, FT UI, 2012 Kota sebagai..., Ira Maya Saputri, FT UI, 2012 Kota sebagai..., Ira Maya Saputri, FT UI, 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Arsitektur Program Studi Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa peran berbagai pihak dalam memberikan bantuan serta bimbingan, selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi, sangat penting dalam proses penyelesaian skripsi ini. oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ir. Herlily, M.Urb.Des. selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu, memberikan inspirasi, arahan dan saran-saran yang sangat berarti untuk saya selama proses penulisan skripsi ini. (2) Dita Trisnawan, S.T., M.Arch., STD. dan Ir. Teguh Utomo Atmoko, MURP. sebagai penguji saat sidang. Prof. Ir. Triatno Judho Hardjoko, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M. Sc. sebagai peninjau. Terima kasih atas evaluasi dan saran-saran yang diberikan. -
Halaman Depan
DINAMIKA PERFILMAN INDONESIA (SEJARAH FILM INDONESIA TAHUN 1968-2000) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah OLEH Anselmus Ardhiyoga NIM: 034314001 JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 ii iii Look, if you had one shot, one opportunity To seize everything you ever wanted, one moment Would you capture it, or just let it slip? You own it; you better never let it go You only get one shot do not miss your chance to blow This opportunity comes once in a lifetime You can do anything You set your mind to (EMINEM) SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN KEPADA : ¯ TUHAN YESUS KRISTUS ¯ KAKEK DAN PAMANKU YANG TELAH ADA DI SURGA ¯ KELUARGA BESARKU YANG TERCINTA ¯ FITRIA SRI WULANDARI (Thnks Fr Th Mmmrs) ¯ Universitas Sanata Dharma (Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Sejarah) iv ABSTRAK Ardhiyoga, Anselmus. 2008. “Dinamika Perfilman Indonesia (Sejarah Film Indonesia Tahun 1968-2000)”. Skripsi Strata I (SI). Yogyakarta: Prodi Ilmu Sejarah, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh ideologi pembangunan terhadap perkembangan kebudayaan populer masyarakat. Akan tetapi secara khusus, penelitian ini lebih menyoroti tentang perkembangan film Indonesia karena merupakan film salah satu bagian dari kebudayaan populer dalam masyarakat. Penelitian tentang film, dibagi dalam tiga permasalahan: (1) Bagaimana pengaruh pembangunan terhadap perkembangan film tahun 1968-1980? (2) Bagaimana pengaruh pembangunan terhadap perkembangan film tahun 1980-1990? (3) Bagaimana pengaruh pembangunan terhadap perkembangan film tahun 1990- 2000? Dalam menjawab permasalahan tersebut, Penelitian ini mempergunakan metode penelitian pustaka atau tinjauan/studi pustaka dan menggunakan kritik intren untuk membandingkan data yang diketemukan Dari hasil penelitian tampak bahwa pada tahun 1968-1980, pemerintah ikut campur tangan dalam perkembangan film Indonesia. -
Alcoholic Beverages in Indonesian Movies
Ashdin Publishing Journal of Drug and Alcohol Research ASHDIN Vol. 7 (2018), Article ID 236062, 09 pages publishing doi:10.4303/jdar/236062 Research Article Alcoholic Beverages in Indonesian Movies Redi Panuju and Daniel Susilo* Faculty of Communications Science, Dr Soetomo University, Indonesia Address correspondence to Daniel Susilo, [email protected] Received 28 August 2018; Revised 08 November 2018; Accepted 14 November 2018 Copyright © 2018 Daniel Susilo, et al. This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. Abstract The State prohibition on free circulation of liquor Alcoholic beverages, or what is often referred to as liquor is a threat to is related to consequences of excessive consumption. people's lives due to destructive effects when consumed in excess. In Excessive consumption of liquor can lead to disruption Indonesia, the prohibition on using alcoholic beverages is regulated in of liver function, which can lead to hepatitis, gastric Criminal Code (KUHP). Dealers who cause drunkenness and anyone who makes children under the age of 16 drunk are subject to prison damage, damage to body tissues, increased risk of breast sentences. However, as a life story, the phenomenon of using alcoholic cancer, damage to brain function, and damage to the heart beverages is fascinating and because of that, many works of art such as and kidneys. This could result in a stroke, nerve paralysis movies make use of the phenomenon of using alcoholic beverages as and organ failure, which could lead to disability and even a story. -
Gelar a Tribute to Teguh Karya Slamet Rahardjo Dan Christine Hakim Kamis, 15 September 2005 Teater Populer Bakal Menggelar a Tr
Gelar A Tribute to Teguh Karya Slamet Rahardjo dan Christine Hakim Kamis, 15 September 2005 Teater Populer bakal menggelar A Tribute to Teguh Karya yang rencananya akan digelar di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (28/9) mendatang. Sejumlah penyanyi dan musisi akan terlibat dalam kegiatan tersebut. Misalnya, Idris Sardi dan Erros Djarot (komposer musik), Addie MS (konduktor), serta sejumlah penyanyi yang akan diiringi oleh Twilite Orchestra. Dalam konser ini akan ditampilkan original soundtrack film-film karya Teguh Karya seperti film Pacar Ketinggalan Kereta, November 28, Badai Pasti Berlalu, Ibunda, Wajah Seorang Lelaki dan lain-lain. Selain didukung oleh musisi kawakan, acara ini juga akan diramaikan oleh para penyanyi senior seperti Anna Mathovani yang pernah mengisi vokalnya di soundtrack film Cinta Pertama, Berlian Hutahuruk (Badai Pasti Berlalu), Aning Katamsi, Harvey Malaihollo, Ruth Sahanaya, Rafika Duri, Marini, Christopher Abimanyu, Fryda Luciana, serta para aktor kawakan lainnya yang pernah membintangi film-film karya Teguh Karya seperti Slamet Rahardjo, Christine Hakim, Roy Marten, Leny Marlina, Alex Komang, Jenny Rahman, Niniek L Karim, N. iantiarno, dan Rima Melati. Slamet Rahardjo yang menjadi salah satu penggagas acara ini mengatakan bahwa acara ini bukanlah upaya untuk mengkultuskan seorang Teguh Karya. Tetapi, dalam kegairahan perfilman saat ini perlu diberikan sebuah keteladanan yang bisa dipetik dari sosok Teguh Karya. "Kegiatan ini juga didasari oleh pengertian bahwa film bukan hanya sekedar akting saja, melainkan di dalamnya ada juga unsur musik yang mempengaruhi sebuah karya film," ujar Slamet Rahardjo di sanggar Teater Populer, Jalan Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Slamet mengatakan, A Tribute to Teguh Karya adalah salah satu wasiat yang diamanahkan kepada dirinya setahun sebelum Teguh Karya meninggal pada 11 Desember 2001 lewat ungkapan Teguh yang berbunyi "kreativitas tidak boleh mati".