ANALISIS WACANA FILM TITIAN SERAMBUT DIBELAH TUJUH KARYA CHAERUL UMAM
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ZAKKA ABDUL MALIK SYAM NIM: 105051001918
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1430 H ABSTRAK “Analisis Wacana Film Titian Serambut Dibelah Tujuh karya Chaerul Umam” Oleh : Zakka Abdul Malik Syam 105051001918
Film Titian Serambut dibelah Tujuh merupakan salah satu film ber-genre drama religi, mengusung tema seputar perjuangan sesosok guru muda yang bernama Ibrahim yang telah menimba ilmu dari pesantren. Dalam langkahnya sebagai guru muda yang ingin menerapkan ilmunya di tengah masyarakat ia menemui banyak sekali tantangan dan lika-liku dalam kehidupannya, namun semua itu ia hadapi dengan keikhlasan dan kesabaran serta perjuangan. Kemudian yang menjadi pertanyaan utama adalah bagaimana gagasan atau wacana yang terdapat dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh yang di sutradarai oleh Chaerul umam? Selanjutnya akan melahirkan sub-question mengenai nilai-nilai moral apa saja yang terdapat dalam film titian serambut dibelah tujuh ini? Metode yang digunakan adalah analisis wacana dari model Teun Van Dijk. Dalam model Van Dijk ada tiga dimensi yang menjadi objek penelitiannya, yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan juga konteks sosial adalah pandangan atau pemahaman komunikator terhadap situasi yang melatar belakangi dibuatnya film tersebut. Sedangkan dimensi teks adalah susunan struktur teks yang terdapat dalam film ini. Jika dianalisa, secara umum guru Ibrahim dalam film titian serambut dibelah tujuh ini hendak mengkonstruksi tema besar yakni tentang keikhlasan, kesabaran dan perjuangan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar serta cobaan yang dihadapinya. Dalam film ini juga tertangkap kesan kuat mengenai kepasrahan seorang manusia terhadap Tuhannya, kemudian agar lebih menggugah emosi para penonton disisipkan kata/kalimat yang berpetuah bijak. Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi wacana, komunikator dalam film ini dapat ditemukan dalam wacana Van Dijk yang meliputi elemen tematik, skematik, semantik, sintaksis, stalistik, maupun informasi percakapan dan ungkapan kiasan dalam strategi retoris. Komunikator melakukan strategi wacana melalui komposisi jumlah scene yang mempresentasikan wacana- wacana yang hendak di usung, komposisi peletakan scene, penekanan suatu pesan dan pelemahan suatu scene yang lain hingga penguatan karakter/tokoh dan pelemahan karakter/tokoh lain.
i KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur disampaikan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Film
Titian Serambut Dibelah Tujuh karya Chaerul Umam’’ ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw.
Banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, sepatutnyalah diberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, dan
Drs. Wahidin Saputra,MA., Drs. H. Mahmud Djalal, MA., serta Drs. Study
Rizal L.K, selaku Pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Dakwah dan
Komunikasi
2. Drs. Jumroni, M.Si., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
(KPI).
3. Hj. Umi Musyarofah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI).
4. Drs. S. Hamdani, MA., selaku dosen Pembimbing skripsi, yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
ii 5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang selama ini telah
memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat
bermanfaat. Juga kepada Staf Perpustakan Utama, dan Staf Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
6. Kedua orang tua tercinta, H. Syamsuddin dan Hj. Jawiyah atas segala kasih
sayang, perhatian, doa, dan segala bantuan baik berupa dukungan moril maupun
materiil.
7. Sutradara Film Titian Serambut Dibelah Tujuh Bapak Chaerul Umam, yang
telah meluangkan waktunya serta memberikan pencerahan tentang film nasional
ditengah sibuk jadwal syuting film sinteron religi ramadhan terbarunya.
8. Keluarga Besar (Alm.) Hj. Fatimah Binti H. Solihin, encang-encing, abang-
abang, mpok-mpok, yang selalu memberikan nasihat, masukan dan kritik untuk
kebaikan yang membuat hati ini bahagia dan termotivasi.
9. Kawan-kawan seperjuangan KPI B angkatan 2005, Irfanul Hakim, Indra
Gunawan, Afandi Sradak-sruduk, Acunk, Noviyanto, Erwin Item, Rif.Q, Laily,
Maryam, Yudithia Ahmad, dan yang hingga sampai saat ini entah dimana
kalian, seluruh KOMUNITAS DJUANDA Ray, Renal salam oke-oke, El-
Masyhar United.
10. Kawan-kawan KPI A, KPI C, KPI D. don’t miss me ok2x terima kasih buat
motivasi dan hangatnya arti perkawanan.
iii Akhirnya hanya Allah SWT jualah, penulis kembalikan semoga semua yang telah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah yang tak terhapus selamanya. Dengan demikian, mesti diakui masih terdapat banyak kekurangan dalam tulisan ini. Oleh karenanya, sangat diharapkan saran dan kritik juga ralat dari pembaca sekalian. Semoga tulisan ini bermanfaat. Sekian dan terima kasih.
Jakarta, 04 Maret 2010
Penulis
iv ANALISIS WACANA FILM TITIAN SERAMBUT DIBELAH TUJUH KARYA CHAERUL UMAM
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
ZAKKA ABDUL MALIK SYAM 105051001918
Pembimbing:
Drs. S. Hamdani, MA NIP.19550309 199403 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1430 H BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dewasa ini, media massa yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah seperti surat kabar, radio, televisi, internet dan film memberikan kemudahan bagi para da’i untuk menyampaikan pesan dakwahnya. Karena dengan menggunakan media massa maka jangkauan dakwah tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu.
Sebagaimana diketahui, film merupakan salah satu media komunikasi massa,1 Oleh karena itu film adalah medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan pendidikan (edukatif) secara penuh
(media yang komplit)2
Diantara beberapa media tersebut yang banyak diminati oleh masyarakat adalah film, karena film bisa memadukan dua unsur yaitu suara dan gambar.
Selain itu film juga merupakan salah satu dari hasil kebudayaan yang kehadirannya saat ini akrab dengan keseharian manusia.3
Film dimasukkan dalam kelompok komunikasi massa selain mengandung aspek hiburan, juga memuat aspek edukatif. Namun aspek sosial kontrolnya tidak
1 Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar (Jakarta: BP SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1999), h. 11. 2 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Cipta Aditya Bakti, 2003), h.207.
3 Mustafa Mansur, Jalan Dakwah, (Jakarta: Pustaka Ilmiah, 1994), h.26.
1 2
sekuat pada surat kabar, majalah serta televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta film ditampilkan secara abstrak dimana tema cerita bertolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan dari itu, dalam cerita dibuat secara imajinatif.4
Kehadiran keanekaragaman media komunikasi adalah salah satu yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam sebaik-baiknya sebagai sarana peningkatan iman dan takwa, media komunikasi juga dapat digunakan untuk penyampaian pesan moral baik yang terkandung dalam Islam maupun yang hanya disepakati oleh masyarakat. Oleh karena itu praktis dakwah dituntut unuk bisa berinovasi melalui media alternatif dalam menyampaikan nilai moral kepada masyarakat dan kebenaran Islam.5
Film sama dengan media artistik lainnya memliki sifat-sifat dasar dari media lainya yang terjalin dalam susunannya yang beragam. Film memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu, mengembangkan dan mempersingkatnya, menggerak majukan dan memundurkan secara bebas dalam batasan-batasan wilayah yang cukup lapang. Meski antara media film dan lainnya terdapat kesamaan-kesamaan, film adalah sesuatu yang unik.6
Salah satu kelebihan yang dimiliki film, baik yang ditayangkan lewat tabung televisi maupun layar perak, film mampu menampilkan realitas kedua (the
4 Marfi Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h.27. 5 Sean Mac Bried, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara Satu Dunia (Jakarta : PN Balai Pustaka Unesco, 1983), h. 120.
6 Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar, h. 6.
3
second reality) dari kehidupan manusia. Kisah-kisah yang ditayangkan bisa lebih bagus dari kondisi nyata sehari-hari, atau sebaliknya bisa lebih buruk. Film sebagai media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses komunikasi banyak mengandung pesan, baik pesan sosial, pesan moral, maupun pesan keagamaan.
“Mengikuti dunia perfilman, nampaknya kini film telah mampu merebut perhatian masyarakat. Lebih-lebih setelah berkembangnya tekhnologi komunikasi massa yang dapat memberikan kontribusi bagi perfilman. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk media massa lainnya, film memiliki efek ekslusif bagi penontonnya. Puluhan bahkan ratusan penelitian berkaitan dengan efek media massa film bagi kehidupan manusia betapa kuatnya media mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan para penontonnya.”7 Namun sebelum itu, saya akan menguraikan sedikit ekspresi kebudayaan
Islam di mana memainkan peranan yang signifikan bagi kebudayaan Islam. Pada dasarnya, ekspresi kebudayaan Islam tak terlepas dari sistem nilai dalam ajaran
Islam sebagai bentuk manifestasi dalam mengaktualisasikan ajaran Islam yang bersumbu pada doktrin tauhid. Di bawah ini saya akan menguraikan secara singkat konsepsi ajaran Islam yang memiliki implikasi pada karya seni dan kebudayaan Islam.
Di dalam Islam kita mengenal adanya konsep tauhid, suatu konsep sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat dari segala sesuatu, dan bahwa manusia harus mengabdikan diri sepenuhnya kepada-Nya. Konsep tauhid ini mengandung implikasi doktrinal lebih jauh bahwa tujuan kehidupan manusia tak lain kecuali menyembah kepada-Nya. Doktrin bahwa hidup harus diorientasikan
7 KH. Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, (Bandung: Pusdai Press,2000), h. 96.
4
untuk pengabdian kepada Allah inilah yang merupakan kunci dari seluruh ajaran
Islam.
Tapi kemudian ternyata bahwa sistem tauhid ini mempunyai arus balik kepada manusia. Dalam banyak sekali ayat kita melihat bahwa iman, yaitu keyakinan religius yang berakar pada pandangan teosentris, selalu dikaitkan dengan amal, yaitu perbuatan atau tindakan manusia; keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ini berarti bahwa iman harus selalu diaktualisasikan menjadi amal, bahwa konsep tentang iman, tentang tauhid, harus diaktualisasikan menjadi aksi kemanusiaan. Pusat dari perintah zakat-misalnya- iman, adalah keyakinan kepada Tuhan; tapi ujungnya adalah terwujudnya kesejahteraan sosial. Dengan demikian, di dalam Islam, konsep teosentrisme ternyata besifat humanistik. Artinya, menurut Islam, manusia harus memusatkan diri kepada Tuhan, tetapi tujuannya adalah untuk kepentingan manusia sendiri.
Humanisme-teosentris inilah yang merupakan nilai-inti (core-value) dari seluruh ajaran Islam.8
Humanisme-teosentris menjadi tema sentral peradaban Islam. Arti tema sentral inilah muncul sistem simbol. Sistem yang terbentuk karena proses dialetik antara nilai dan kebudayaan. Misalnya dalam Al-Qur’an, kita mengenal adanya rumusan amar ma’ruf nahi munkar ditujukan untuk serangkaian gerakan pembebasan dan emansipasi. Nahi Munkar, atau mencegah kemungkaran, berarti membebaskan manusia dari semua bentuk kegelapan (zhulumat) alam pelbagai
8 Ibnu Taymiyah, Amar ma’ruf nahi munkar. (Jakarta: Aras Pustaka, 1999). h, 11.
5
manifestasinya. Dalam bahasa ilmu sosial, ini juga berarti pembebasan dari kebodohan, kemiskinan, ataupun penindasan. Sementara itu, amar ma’ruf yang merupakan langkah berangkai dari gerakan nahi munkar, diarahkan untuk mengemansipasikan manusia kepada nur, kepada cahaya petunjuk ilahi, untuk mencapai keadaan fitrah. Fitrah adalah keadaan di mana manusia mendapatkan posisinya sebagai makhluk yang mulia.9
Amar ma’ruf nahi munkar adalah ajaran yang diturunkan Allah dalam kitab-kitabNya, yang dibawa oleh rasul-rasulNya, dan bagian dari agama.
Risalah Allah itu sesungguhnya adakalanya berupa berita (ikhbar), dan adakalanya pula berupa tuntutan (insya’). Ikhbar (berita) berkaitan dengan zatNya, makhlukNya, seperti tauhid dan kisah-kisah yang mengandung janji baik dan janji buruk (al-wa’d wa’l-wa’id). Sedangkan insya’ adalah amr (perintah), nahi (larangan) dan ibahah (pembolehan). Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT, dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf [157] diterangkan:10