Hak Cipta Dan Penggunaan Kembali: Lisensi Ini Mengizinkan Setiap Orang Untuk Menggubah, Memperbaiki, Dan Membuat Ciptaan Turunan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Hak Cipta Dan Penggunaan Kembali: Lisensi Ini Mengizinkan Setiap Orang Untuk Menggubah, Memperbaiki, Dan Membuat Ciptaan Turunan Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP LAMPIRAN I BIODATA BENNY SETIAWAN 1. Personal Benni Setiawan dikenal sebagai penulis skenario dan sutradara film Indonesia. KARIR kiprahnya dalam dunia perfilman Indonesia dimulai dari tahun 2009, di mana dia menulis skenaro dan menyutradarai film BUKAN CINTA BIASA. Ia kemudian intens menulis skenario dan hingga kini sudah menelurkan lima judul film. Sedangkan sebagai seorang sutradara, Benni telah mengarahkan tiga judul film yang kesemuanya dia juga menulis skenarionya. Suksesnya dalam film 3 HATI DUA DUNIA, SATU CINTA membawa namanya melambung dan semakin dikenal. Selain penghargaan untuk Sutradara Terbaik film tersebut juga mendapat penghargaan sebagai Cerita Skenario dan Adaptasi Terbaik. 2. Pengalaman Sebagai penulis skenario : 2011 - KEJARLAH JODOH KAU KUTANGKAP 2010 - 3 HATI DUA DUNIA, SATU CINTA 2010 - CINTA 2 HATI 2009 - SELENDANG ROCKER 2009 - BUKAN CINTA BIASA xv Ananlisis Perbandingan..., Bernadus Anoki, FSD UMN, 2015 3. Pengalaman Sebagai sutradara : a. 2011 - 3 HATI DUA DUNIA b. 2010 - SATU CINTA c. 2010 - CINTA 2 HATI d. 2009 - BUKAN CINTA BIASA 4. Penghargaan - Penghargaan di tahun 2011 : a. Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia Kategori: Sutradara Terpuji Penghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung Pada film: 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta b. Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia Kategori: Penulis Skenario Terpuji Penghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung Pada film: 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta c. Unggulan Kategori: Sutradara Terbaik Penghargaan: Piala Citra Pada film: Masih Bukan Cinta Biasa xvi Ananlisis Perbandingan..., Bernadus Anoki, FSD UMN, 2015 d. Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia Kategori: Penulis Skenario Terbaik Penghargaan: Piala Citra Pada film: Masih Bukan Cinta Biasa e. Unggulan Kategori: Penulis Cerita Asli Terbaik Penghargaan: Piala Citra Pada film: Masih Bukan Cinta Biasa - Penghargaan di tahun 2010 : a. Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia Kategori: Penulis Skenario Cerita Adaptasi Terbaik Penghargaan: Piala Citra Pada film: 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta b. Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia Kategori: Sutradara Terbaik Penghargaan: Piala Citra Pada film: 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta xvii Ananlisis Perbandingan..., Bernadus Anoki, FSD UMN, 2015 LAMPIRAN II BIODATA MICHAEL DEVARAPRIYA 1. Personal Nama Lengkap : Michael Devarapriya Bismantara, S.Sn. Nama Panggilan: Mika Umur: 29 tahun Tempat / Tgl Lahir: 27 Mei 1985 Tinggi / BB: 165 cm / 48 Kg Agama: Katholik Kewarganegaraan: WNI Alamat Asal: Kendalrejo RT 03 RW 05 No.34 Kec. Talun, Kab Blitar, Jawa Timur Alamat Sekarang: JL. Diklat Pemda Sukabakti Perum Cluster Persada Curug Blok C / 05 Kelurahan Sukabakti Kec. Curug Tangerang – Banten 15810 Indonesia Status: Menikah Telepon: 0818651035 / 02193493000 2. Pendidikan SD: SDK Santo Yusuf Madiun, Tahun 1992 s/d 1997 – berijazah SMP: SMPK Santo Yusuf Madiun, Tahun 1997 s/d 2000 berijazah xviii Ananlisis Perbandingan..., Bernadus Anoki, FSD UMN, 2015 SMA: SMAK ST LOUIS 1 Surabaya, Tahun 2000 s/d 2003 berijazah Perguruan Tinggi: Institut Kesenian Jakarta, Tahun 2003 s/d 2008 Jurusan Seni Teater S-1 – berijazah. 3. Pengalaman Kerja a. Sebagai asisten dosen Manajemen Panggung Seni Pertunjukan dalam mata kuliah Event Organizer di Sekolah Tinggi Ekonomi & Keuangan Perbankan Indonesia (STEKPI), Kalibata, Jakarta Selatan. Sekarang menjadi Universitas TRILOGI. (Periode Kerja tahun 2007 s/d 2013). b. Sebagai Guru Seni Teater (intra maupun ekstra kurikuler) di Sekolah Terpadu PAHOA, Unit SMA. Summarecon Serpong, Tangerang. Banten. Prestasi : - Juara 3 Lomba Pantun Nasional di Sekolah Global Mandiri. - Juara 1 FLS2N Teater. Kabupaten Tangerang. 2013. - Juara Harapan 1 FLS2N Teater. Kabupaten Tangerang. 2014. (Periode Kerja 2009 s/d sekarang). c. Sebagai pelatih teater, Antara lain : o Sebagai pengajar tamu ekstra kurikuler teater di SMPK ST YUSUF Madiun. o Sebagai pengajar tamu ekstra kurikuler teater di SMPN 7 Madiun. o Sebagai pelatih teater di sanggar Pavita Sineastaka, Karawaci, Tangerang. o Sebagai pelatih teater di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Madiun, dalam rangka memperingati Natal. o Sebagai pelatih teater di Gereja Katolik Mater Dei Madiun, dalam rangka memperingati Natal dan Tahun Baru. xix Ananlisis Perbandingan..., Bernadus Anoki, FSD UMN, 2015 o Sebagai pelatih performing art dalam acara ”Sosialisasi Kerja Karyawan PT. Boringer Ingerhand Jerman”. Di Bukit Sentul. o Sebagai pelatih teater di GBI Bintaro “House of Shalom” dalam rangka memperingati Natal 2011. o Sebagai pelatih teater di Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Gading Serpong, dalam rangka memperingati Natal 2013. o Sebagai pelatih teater di Gereja Pantekosta Isa Almasih (GPIA) Kota Modern Tangerang, dalam rangka memperingati Natal 2013. o Sebagai pelatih teater KATAK di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang. o Sebagai pengajar ekstra kurikuler teater di SMAK 3 PENABUR Jakarta. Tahun ajaran 2013/2014. o Sebagai pelatih teater The MUSES di Universitas Prasetiya Mulya, BSD. o Sebagai pengajar ekstra kurikuler teater di SMA Pelita Kasih Jakarta. Tahun ajaran 2014/2015. d. Pengalaman Entertainment Ø Main Talent acara Asal-usul Trans 7. Ø Main Talent dalam Iklan “Kompas” Ø Sebagai Fery dalam FTV ”Panggung Asmara” Anteve. Ø Stage Manager pada naskah ”Hedda Gabler”, karya Hendrik Ibsen. Di Gedung Teater Luwes IKJ. Ø Stage Manager pada naskah ”Kuda Yang Terkekang”, karya Martin Walser. Di Gedung Teater Luwes IKJ. xx Ananlisis Perbandingan..., Bernadus Anoki, FSD UMN, 2015 Ø Stage Manager pada naskah ”Liang”, karya Bambang Widoyo SP. Di Taman Budaya Surakarta Solo. Ø Stage Manager dalam acara ”Peringatan 200 tahun Gereja Katholik di Jakarta” wilayah Jakarta Barat. Ø Stage Manager dalam pementasan Teater SMAK Tarakanita 1 dengan naskah ”Kuch-kuch Hota Hai” di Gedung Kesenian Jakarta. Ø Stage Manager dalam pementasan Teater oleh ikatan Abang-None Jakarta Utara dengan naskah ”Cinta Dasima” di Gedung Kesenian Jakarta. Ø Sutradara pada naskah ”Borok”, karya Gunawan Wibisono. Di Gedung Teater Luwes IKJ Ø Asisten Sutradara dalam acara paskah di Gereja Bartolomeus, Jakarta Timur. Ø Asisten Sutradara pementasan Bengkel Teater SMAK Tarakanita 2 dengan naskah ”Apa Sampek ada Engtay dengan Cinta?” di Gedung Kesenian Jakarta. Ø Dubbing bahasa Jawa dalam Film Serial tayangan untuk Televisi Lokal Jtv Surabaya. Ø MC dalam acara ”IKJ Banget” di Graha Bhakti Budaya, TIM. Ø MC dalam acara ”Satu IKJ Satu” di Graha Bhakti Budaya, TIM. Ø MC BNI Tappenas dalam acara ”Kompas Gramedia Fair” di Gelora Bung Karno. Ø MC dalam acara ”Olimpiade 73” di Institut Kesenian Jakarta. Ø MC dalam acara ”Safari 73” di Institut Kesenian Jakarta. Ø Koordinator Acara dalam ”Olimpiade 73” di Institut Kesenian Jakarta. Ø Koordinator Acara dalam ”Tenda Teroris” di Institut Kesenian Jakarta. xxi Ananlisis Perbandingan..., Bernadus Anoki, FSD UMN, 2015 Ø Performing Art Mahkamah Konstitusi. Ø Stage Manager dalam pementasan Teater oleh Ikatan Abang-None Jakarta dengan naskah ”Si Doel” di Gedung Kesenian Jakarta. Ø Stage Manager dalam pementasan Teater oleh Ikatan Abang-None Jakarta dengan naskah ”Sangkala 9/10” di Gedung Teater Besar/ Teater Jakarta, Kompleks TIM. Jakarta Pusat. Ø Stage Manager dalam pementasan Teater oleh Ikatan Abang-None Jakarta dengan naskah ”Soekma Djaja” di Gedung Kesenian Jakarta. Ø Asisten Sutradara pementasan Teater KATAK UMN dengan naskah ”Perkawinan” di Gedung Teater Kecil/Studio, Kompleks TIM. Jakarta Pusat. Ø Asisten Sutradara pementasan Teater KATAK UMN dengan naskah ”Dokter Gadungan” di Gedung Kesenian Jakarta. e. Pengalaman Lainnya Ø Lighting Designer pementasan Bengkel Teater Tarakanita 2 dengan naskah ”Suka-Suka” di Gedung Kesenian Jakarta. Ø Lighting Designer pementasan Teater Gonjang Ganjing dengan naskah ”Liang”, karya Bambang Widoyo SP. Di Taman Budaya Surakarta Solo. Ø Lighting Designer pementasan Teater Gonjang Ganjing dengan naskah ”Merindukan Selamat Tinggal”, karya Tennessee Williams. Dalam rangka Festifal Teater se-Jakarta. Ø Lighting Designer pementasan Teater dengan naskah “Sang Ayah”, karya August Strindberg. Di Gedung Teater Luwes IKJ. Ø Lighting Designer pementasan Teater dengan naskah “POLISI”, karya xxii Ananlisis Perbandingan..., Bernadus Anoki, FSD UMN, 2015 Slavomir Mrozek. Di Gedung Teater Luwes IKJ. Ø Lighting Designer pementasan Teater Tepanyaki SMA 8 dengan naskah ”SEL” dalam rangka Festival Teater SMA se-Jakarta. Di Gedung Teater Kecil, TIM Jakarta. Ø Lighting Designer pementasan dengan naskah ”Mainan Kaca”, karya Tennessee Williams. Di Gedung Teater Luwes IKJ. Ø Lighting Designer dalam acara Fashion Show dengan tema ”Iketeru Harazuku”. Di Japan Foundation Jakarta. Ø Lighting Designer pementasan Teater Tepanyaki SMA 8 dengan naskah ”Orang Asing” dalam rangka Festival Teater SMA se-Jakarta. Di GOR Bulungan, Jakarta Selatan. Ø Lighting Designer dalam acara Launching Product ”ICI Paint Colour of the year 2008”. Di Hotel Shangri-La Jakarta. Ø Lighting Designer pementasan Bengkel Teater SMAK Tarakanita 2 dengan naskah ”Apa Sampek ada Engtay
Recommended publications
  • The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema
    The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema Ekky Imanjaya Thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy University of East Anglia School of Art, Media and American Studies December 2016 © This copy of the thesis has been supplied on condition that anyone who consults it is understood to recognise that its copyright rests with the author and that use of any information derived there from must be in accordance with current UK Copyright Law. In addition, any quotation or extract must include full attribution. 1 Abstract Classic Indonesian exploitation films (originally produced, distributed, and exhibited in the New Order’s Indonesia from 1979 to 1995) are commonly negligible in both national and transnational cinema contexts, in the discourses of film criticism, journalism, and studies. Nonetheless, in the 2000s, there has been a global interest in re-circulating and consuming this kind of films. The films are internationally considered as “cult movies” and celebrated by global fans. This thesis will focus on the cultural traffic of the films, from late 1970s to early 2010s, from Indonesia to other countries. By analyzing the global flows of the films I will argue that despite the marginal status of the films, classic Indonesian exploitation films become the center of a taste battle among a variety of interest groups and agencies. The process will include challenging the official history of Indonesian cinema by investigating the framework of cultural traffic as well as politics of taste, and highlighting the significance of exploitation and B-films, paving the way into some findings that recommend accommodating the movies in serious discourses on cinema, nationally and globally.
    [Show full text]
  • Analisis Wacana Dalam Film Titian Serambut Dibelah
    ANALISIS WACANA FILM TITIAN SERAMBUT DIBELAH TUJUH KARYA CHAERUL UMAM Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: ZAKKA ABDUL MALIK SYAM NIM: 105051001918 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M / 1430 H ABSTRAK “Analisis Wacana Film Titian Serambut Dibelah Tujuh karya Chaerul Umam” Oleh : Zakka Abdul Malik Syam 105051001918 Film Titian Serambut dibelah Tujuh merupakan salah satu film ber-genre drama religi, mengusung tema seputar perjuangan sesosok guru muda yang bernama Ibrahim yang telah menimba ilmu dari pesantren. Dalam langkahnya sebagai guru muda yang ingin menerapkan ilmunya di tengah masyarakat ia menemui banyak sekali tantangan dan lika-liku dalam kehidupannya, namun semua itu ia hadapi dengan keikhlasan dan kesabaran serta perjuangan. Kemudian yang menjadi pertanyaan utama adalah bagaimana gagasan atau wacana yang terdapat dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh yang di sutradarai oleh Chaerul umam? Selanjutnya akan melahirkan sub-question mengenai nilai-nilai moral apa saja yang terdapat dalam film titian serambut dibelah tujuh ini? Metode yang digunakan adalah analisis wacana dari model Teun Van Dijk. Dalam model Van Dijk ada tiga dimensi yang menjadi objek penelitiannya, yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan juga konteks sosial adalah pandangan atau pemahaman komunikator terhadap situasi yang melatar belakangi dibuatnya film tersebut. Sedangkan dimensi teks adalah susunan struktur teks yang terdapat dalam film ini. Jika dianalisa, secara umum guru Ibrahim dalam film titian serambut dibelah tujuh ini hendak mengkonstruksi tema besar yakni tentang keikhlasan, kesabaran dan perjuangan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar serta cobaan yang dihadapinya.
    [Show full text]
  • Bab Ii Gambaran Obyek Penelitian
    BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN A. Fenomena Transgender Seks biologisdan gender adalah dua hal yang berbeda. Gender tidak berdasarkan pada anatomi fisik, tetapi berdasar pada apakah seseorang mengidentifikasi dirinya menjadi laki-laki atau perempuan dan bagaimana mereka hidup atau ingin menjalani kehidupan mereka. Di sisi lain, seks biologis melibatkan kromosom, gonad, hormon seks, struktur reproduksi internal dan genital eksternal. Saat lahir, kita mengidentifikasi individu sebagai laki-laki atau perempuan didasarkan pada faktor-faktor ini.Apakah anak-anak akan mengidentifikasikan dirinya sebagai laki-laki atau perempuan dapat menjadi cerita yang lain. Pada anak-anak, mereka akan menyadari dan mengidentifikasi gendernya pada usia 18 bulan dan 3 tahun. Tentu saja, kebanyakan orang mengembangkan identitas gender sesuai dengan seks biologis mereka. Namun terkadang, gender seseorang tidak sesuai dengan seks biologis mereka. Kondisi inilah yang sekarang diyakini sebagai asal-usul gender terjadi sebelum kelahiran. Kini ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pada anak-anak transgender, bagian dari otak dapat berkembang dengan jalur yang berbeda dari perkembangan seks fisik. Ketika ini terjadi, seorang anak mungkin lahir dengan ketidaksesuaian antara identitas gender dan penampilan seks. Meskipun begitu mungkin ada juga sejumlah faktor yang dapat berkontribusi untuk mengubah perkembangan awal dalam penetapan gender. Genetika, obat, faktor lingkungan, 28 stres atau trauma pada ibu selama kehamilan, semuanya mungkin saja menjadi pemicu perubahan gender. Selama bertahun-tahun, Asosiasi Psikiatrik Amerika, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders atau DSM, telah menggunakan istilah Kelainan Identitas Gender (Gender Identity Disorder) untuk menggambarkan orang-orang yang transgender. Dengan menggunakan istilah ini adalah bahwa ini dapat mencirikan semua orang-orang yang transgender dimasukkan dalam sakit mental.
    [Show full text]
  • BAB II GAMBARAN UMUM FILM SANG PENCERAH A. Film Sang
    BAB II GAMBARAN UMUM FILM SANG PENCERAH A. Film Sang Pencerah Film Sang Pencerah merupakan film karya Hanung Bramantyo yang berangkat dari kisah sejarah perjuangan salah satu tokoh besar K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah. Kisah ini diadopsi dan dikembangkan oleh Hanung Bramantyo menjadi skenario film yang selanjutnya diproduksi menjadi film yang berjudul “Sang Pencerah”. Film Sang Pencerah berdurasi 112 menit dan menghabiskan biaya 12 Miliyar ini ditulis dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini diproduseri oleh Raam Punjabi di bawah naungan PT Multivision Plus (MVP) dan mendapat dukungan penuh dari PP Muhammadiyah. Pemain film ini diantaranya: Lukman Sardi, Ihsan Taroreh, Slamet Rahardjo, Zazkia Adya Mecca, Yati Surachman, Pangki Suwito, Ikranegara, Sujewo Tejo, Ricky Perdana, Mario Irwansyah, Denis Adhiswara, Abdurrahman Afif, serta penampilan perdana dari Giring Nidji. Syuting perdana Film Sang Pencerah dimulai tanggal 21 Mei 2010 sekaligus menandai rangkaian proses produksi film yang menjadi kado istemewa Milad ke-100 warga Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Berbicara masalah proses pembuatan film serta sukses atau tidaknya dalam proses produksinya, tentu saja tidak akan pernah lepas dari peran tim kreatif yang terlibat. 30 Berikut beberapa tim kreatif yang terlibat di dalam proses produksi film, diantaranya : (Gambar 2 : Cover Film Sang Pencerah) Sumber: www.wikepedia.com B. Tokoh-tokoh Dalam Film Sang Pencerah Keberhasilan sebuah film ditentukan oleh performa pemain (cast) dan akting, keberhasilan film tentu juga tidak lepas dari orang-orang yang bekerja dibalik layar yang biasa dikenal sebagai crew film (Pratista, 2008: 154). Berikut adalah cast dan crew dalam film sang pencerah yang peneliti kaji. CAST Pemeran Tokoh - Ikhsan Taroreh - Muhammad Darwis - Lukman Sardi - Ahmad Dahlan - Yati Soerachman - Nyai Abubakar - Slamet Rahardjo Jarot - Kyai Penghulu Kamaludiningrat 31 - Giring Nidji - M.
    [Show full text]
  • Alcoholic Beverages in Indonesian Movies
    Ashdin Publishing Journal of Drug and Alcohol Research ASHDIN Vol. 7 (2018), Article ID 236062, 09 pages publishing doi:10.4303/jdar/236062 Research Article Alcoholic Beverages in Indonesian Movies Redi Panuju and Daniel Susilo* Faculty of Communications Science, Dr Soetomo University, Indonesia Address correspondence to Daniel Susilo, [email protected] Received 28 August 2018; Revised 08 November 2018; Accepted 14 November 2018 Copyright © 2018 Daniel Susilo, et al. This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. Abstract The State prohibition on free circulation of liquor Alcoholic beverages, or what is often referred to as liquor is a threat to is related to consequences of excessive consumption. people's lives due to destructive effects when consumed in excess. In Excessive consumption of liquor can lead to disruption Indonesia, the prohibition on using alcoholic beverages is regulated in of liver function, which can lead to hepatitis, gastric Criminal Code (KUHP). Dealers who cause drunkenness and anyone who makes children under the age of 16 drunk are subject to prison damage, damage to body tissues, increased risk of breast sentences. However, as a life story, the phenomenon of using alcoholic cancer, damage to brain function, and damage to the heart beverages is fascinating and because of that, many works of art such as and kidneys. This could result in a stroke, nerve paralysis movies make use of the phenomenon of using alcoholic beverages as and organ failure, which could lead to disability and even a story.
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Dakwah Dalam Film Sang Pencerah
    Nilai-nilai Dakwah dalam Film Sang Pencerah Edi Amin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstract: Religious movies have been largely produced nowadays. One of them is Sang Pencerah, a movie directed by Hanung Bramantyo and sponsored by one of the largest religious organization in Indonesia, Muhammadiyah. This is a biography movie from its founder, KH. Ahmad Dahlan. Since it describes about a religious leaders and his central role in establishing Muhammadiyah, we can find many experiences and facts from Dahlan during his proselytizing. Muhammadiyah is known as a proselytizing organization, with the main principles of amar makruf nahi munkar (call for goodness and forbidden disavowal). This article presents the proselytizing dimensions by Dahlan as seen in the movie. Keywords: Sang Pencerah, film religius, dakwah, KH. Ahmad Dahlan. A. Pendahuluan Tulisan ini melihat pesan-pesan dakwah yang disampaikan dalam film Sang Pencerah (SP). Film religi SP yang mengangkat perjuangan seorang tokoh pendiri organinisasi masa Islam Muhammadiyah, KH. Achmad Dahlan, pada dasarnya merupakan transformasi budaya masa lalu (sejarah). Bangsa besarlah yang mau becermin pada sejarah, dalam arti sejarah masa lalu dijadikan guru bagi menata visi dan misi bangsa ke depan. Film sebagai media komunikasi memiliki peran efektif dalam Kontekstualita, Vol. 25, No. 2, 2010 313 EDI AMIN menyampaikan pesan. Stephen W. Littlejohn dan Kareen A. Foss menyatakan bahwa media merupakan bagian dari kekuatan institusi suatu masyarakat (society’s institutional forces); penyebaran pesan dapat memengaruhi masyarakat sebagai representasi budaya.1 Sayangnya, nilai budaya tidak sepenuhnya dapat ditranformasikan, apalagi jika budaya itu dianggap telah lalu. Banyak kendala, selain persoalan dana atau biaya produksi, karena masih ada anggapan bahwa yang lama telah usang.
    [Show full text]
  • Gelar a Tribute to Teguh Karya Slamet Rahardjo Dan Christine Hakim Kamis, 15 September 2005 Teater Populer Bakal Menggelar a Tr
    Gelar A Tribute to Teguh Karya Slamet Rahardjo dan Christine Hakim Kamis, 15 September 2005 Teater Populer bakal menggelar A Tribute to Teguh Karya yang rencananya akan digelar di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (28/9) mendatang. Sejumlah penyanyi dan musisi akan terlibat dalam kegiatan tersebut. Misalnya, Idris Sardi dan Erros Djarot (komposer musik), Addie MS (konduktor), serta sejumlah penyanyi yang akan diiringi oleh Twilite Orchestra. Dalam konser ini akan ditampilkan original soundtrack film-film karya Teguh Karya seperti film Pacar Ketinggalan Kereta, November 28, Badai Pasti Berlalu, Ibunda, Wajah Seorang Lelaki dan lain-lain. Selain didukung oleh musisi kawakan, acara ini juga akan diramaikan oleh para penyanyi senior seperti Anna Mathovani yang pernah mengisi vokalnya di soundtrack film Cinta Pertama, Berlian Hutahuruk (Badai Pasti Berlalu), Aning Katamsi, Harvey Malaihollo, Ruth Sahanaya, Rafika Duri, Marini, Christopher Abimanyu, Fryda Luciana, serta para aktor kawakan lainnya yang pernah membintangi film-film karya Teguh Karya seperti Slamet Rahardjo, Christine Hakim, Roy Marten, Leny Marlina, Alex Komang, Jenny Rahman, Niniek L Karim, N. iantiarno, dan Rima Melati. Slamet Rahardjo yang menjadi salah satu penggagas acara ini mengatakan bahwa acara ini bukanlah upaya untuk mengkultuskan seorang Teguh Karya. Tetapi, dalam kegairahan perfilman saat ini perlu diberikan sebuah keteladanan yang bisa dipetik dari sosok Teguh Karya. "Kegiatan ini juga didasari oleh pengertian bahwa film bukan hanya sekedar akting saja, melainkan di dalamnya ada juga unsur musik yang mempengaruhi sebuah karya film," ujar Slamet Rahardjo di sanggar Teater Populer, Jalan Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Slamet mengatakan, A Tribute to Teguh Karya adalah salah satu wasiat yang diamanahkan kepada dirinya setahun sebelum Teguh Karya meninggal pada 11 Desember 2001 lewat ungkapan Teguh yang berbunyi "kreativitas tidak boleh mati".
    [Show full text]
  • MASA-MASA SURAM DUNIA PERFILMAN INDONESIA (Studi Periode 1957-1968 Dan 1992-2000)
    MASA-MASA SURAM DUNIA PERFILMAN INDONESIA (Studi Periode 1957-1968 dan 1992-2000) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Minat Utama: Riset dan Pengembangan Teori Komunikasi Oleh: EKA NADA SHOFA ALKHAJAR S220907002 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 MASA-MASA SURAM PERFILMAN INDONESIA (Analisis Sosio-Historis Industri Film Periode 1957-1968 dan 1992-2000) TESIS Disusun Oleh: EKA NADA SHOFA ALKHAJAR S220907002 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji: Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua : DR. Widodo Muktiyo, SE, MCom …………….. …………... NIP. 196402271988031002 Sekretaris : Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D ……………... …………... NIP. 197102171998021001 Anggota Penguji: 1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D ……………… …………… NIP. 195408051985031002 2. Drs. Subagyo, SU ……………… …………… NIP. 195209171980031001 Mengetahui, Ketua Program Studi : DR. Widodo Muktiyo, SE, MCom ……………………… Ilmu Komunikasi NIP. 196402271988031002 Direktur Program : Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D ……………………… Pascasarjana NIP. 195708201985031004 MASA-MASA SURAM PERFILMAN INDONESIA (Analisis Sosio-Historis Industri Film Periode 1957-1968 dan 1992-2000) TESIS Disusun Oleh: EKA NADA SHOFA ALKHAJAR S220907002 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing: Dewan Pembimbing: Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I : Prof. Drs. Pawito, Ph.D ……………… …………… NIP. 195408051985031002 Pembimbing II: Drs. Subagyo, SU ……………… …………… NIP. 195209171980031001 Mengetahui, Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Komunikasi DR. Widodo Muktiyo, SE, MCom NIP. 196402271988031002 KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul ”Masa-Masa Suram Dunia Perfilman Indonesia” ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sungguh kesempurnaan hanyalah milik-Nya.
    [Show full text]
  • Lontar Newsletter
    Mementoes In Indonesian there are several words for “souvenir.” One is oleh-oleh: gifts brought back from a trip, often snacks particular to the region visited (tempé crisps from Malang, for instance, or fermented cassava from Lontar Newsletter Purwakarta). Another is cinderamata: keepsake items given away at weddings and even funerals which are frequently of questionable taste and use—a Email: [email protected] November 2019 miniature wooden plaque, for instance, engraved with the words “Bagus & Feby Forever”—but, sometimes, at exclusive wedding receptions of only Greetings from the Ruminations by John McGlynn: 3,000 close friends for children of the super rich, a Montblanc pen (marred by the words “Bagus & Feby Forever”). A third is tanda-mata, a memento Executive Director Mementoes that might be material or immaterial in form. Doea Tanda Mata is a 1985 film by Teguh Karya which I subtitled as Mementoes. Storytelling has come a long way since the In Indonesian there are several words for “souvenir.” One is oleh-oleh: gifts bygone days when people – young and old – brought back from a trip, often snacks particular to the region visited Older friends of Teguh Karya, especially members of Sanggar Teater used to sit around a venerable figure under a (tempé crisps from Malang, for instance, or fermented cassava from big banyan tree and listen rapturously to Populer H.I. who performed in plays at Hotel Indonesia during the period Purwakarta). Another is cinderamata: keepsake items given away at weddings 1961–1972 when Teguh worked as the hotel’s artistic director, called him exciting tales of heroism, adventure and and even funerals which are frequently of questionable taste and use—a mystery.
    [Show full text]
  • Pemutaran Dihadiri Oleh Tinta, Pak Hadi, Prinka, Kuro, Faris, Dan Beberapa Komikus Yang Kebetulan Sedang Berada Di C2O: Dimas, Benny
    REPORT PEMUTARAN & DISKUSI FILM Tjoet Nja’Dhien | Eros Djarot (1986) Sabtu, 15 Agustus 2009 @ 17.00 Perpustakaan C2O, Jl. Dr. Cipto 20 Surabaya 60264 Pemutaran dihadiri oleh Tinta, Pak Hadi, Prinka, Kuro, Faris, dan beberapa komikus yang kebetulan sedang berada di C2O: Dimas, Benny. Erlin dan kat datang menyusul 15 menit kemudian, sementara Pundi dan Ayak setelah 1 jam kemudian. Kuro, Faris dan Prinka pergi keluar lebih dulu. Selama film berlangsung, banyak orang-orang keluar masuk, merokok di luar, membicarakan hal-hal lain (gigs, komik, pameran, dll). Suara film sendiri banyak naik turun sehingga banyak dialog yang tidak terdengar. Setelah film selesai, Pundi menginisiasi diskusi dengan melontarkan beberapa pertanyaan kepada Pak Hadi. Menurut Pak Hadi, Tjoet Nja’Dhien adalah film Indonesia terbaik, karena Eros Djarot serius melakukan risetnya. (Lihat artikel “Tjoet Nja’dhien Bukanlah Film Sejarah.”) Ini adalah film pertama dan terakhir Eros Djarot. Produksi film memakan biaya sangat besar, dengan banyak kerugian dari kantong produser/aktor sendiri. (Aktor-aktor tidak digaji untuk film ini, atau lebih tepatnya, gaji mereka habis untuk produksi. Lihat artikel “Christine Hakim: ‘Tjoet Nya’Dhien’ Perfilman Nasional.”) Pemutarannya sendiri, mengalami hambatan-hambatan (politik) dari “geng 21” / Cendana, sehingga pemutarannya sangat sebentar dan dihalang-halangi. (Berita ini berlawanan dengan data Katalog Film Indonesia 1926-2005 (Kristanto 2005) yang menyatakan film ini sebagai “Film Terlaris V di Jakarta, 1988, dengan 214.458 penonton menurut data Perfin.”) Kenapa Tjoet Nja’dhien yang dipilih untuk mewakili pemimpin Aceh? (Bukan, misalnya, Tjoet Meutia?) Padahal, di Aceh, tradisi literaturnya kuat, cenderung lebih melek dulu daripada pulau lain. Seorang penyair kuat sekali menggambarkan rasa pengkhianatan di sinopsis.
    [Show full text]
  • Film Exhibition Opens at the Museum of Modern Art and the Asia Society As Part of Festival of Indonesia, 1990-91
    PROJECTED RADIANCE The Cinema of Indonesia The Museum of Modern Art The Asia Society April 26-May 10,1991 May 1 -May 12,1991 FILM EXHIBITION OPENS AT THE MUSEUM OF MODERN ART AND THE ASIA SOCIETY AS PART OF FESTIVAL OF INDONESIA, 1990-91 In conjunction with the Festival of Indonesia, 1990-91, a national celebration of Indonesia's cultural heritage, concurrent programs devoted to Indonesian filmmaking are featured in PROJECTED RADIANCE: THE CINEMA OF INDONESIA at The Museum of Modern Art (April 26 - May 10, 1991) and The Asia Society (May 1-12, 1991). PROJECTED RADIANCE (the term is the literal translation of the Javanese word for film) surveys forty years of cinema since the country's independence in 1950. A complete schedule of films is attached. Indonesian cinema emerged with the War of Independence (1945-49). The work of pioneering filmmakers of this period became not only a record of the struggle against Dutch colonialism, but also an integral part of a process of national rediscovery, definition, and reconstruction. Earlier in the century, the Dutch had introduced filmmaking to Indonesian culture, which already possessed an art form of the projected image, the traditional shadow puppet theater {wayang kulit). World War II and occupation by the Japanese had halted all film production except for a few wartime propaganda documentaries. Postwar film production, with the use of amateur actors (some of whom later became political and military leaders) and stories of war, became 2 intertwined with the process of national independence. Such works in the exhibition include Arsul Sani's The Barbed Hire Fence {Pagar Kawat Berduri) (1961), a prisoner-of-war drama and prime example of revolutionary cinema, and Nya'Abbas Acub's Three Fugitives {Tiga Buronan) (1957), a comedy about a roving band of bandits humbled by an educated youth that touches upon the emergence of a new set of progressive values.
    [Show full text]
  • Contemporary Indonesian Film Indonesian
    This highly informative book explores the world of Post- film Indonesian Contemporary Soeharto Indonesian audio-visual media in the exiting era of Reform. From a multidisciplinary approach it considers a wide variety of issues such as mainstream and alternative Contemporary film practices, ceremonial and independent film festivals, film piracy, history and horror, documentary, television soaps, and Islamic films, as well as censorship from the state Indonesian film and street. Through the perspective of discourses on, and practices of film production, distribution, and exhibition, this book gives a detailed insight into current issues of Indone- Spirits of Reform and ghosts from the past sia’s social and political situation, where Islam, secular reali- ties, and ghosts on and off screen, mingle or clash. Dr. Katinka van Heeren was born on 7 January 1973 in Jakarta Indonesia. She has been a student of Indonesian Languages and Cultures since 1995. Over the years she built up a specialization in Javanese culture, Indonesian Islam, and contemporary audio-visual media. In 2000 she obtained her Masters degree at the University of Leiden with a thesis on media, identity politics and socio-political influences of New Order rule in Indonesian culture in the analysis of two Katinka van Heeren van Katinka Indonesian films. From 2001 to 2005 she was member of the Indonesian Mediations research project. This project was part of a larger Dutch KNAW research project of Indonesia in Transition. In June 2009 she obtained her doctorate. Between 2001 and 2010 she has organized several film screenings in the Netherlands and Indonesia, as well as took part at different film festivals as a member of the jury.
    [Show full text]