REPRESENTASI POLIGAMI DALAM FILM ( STUDI ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE)

Oleh: Erik Pandapotan Simanullang [email protected] Pembimbing: Chelsy Yesicha, S.Sos, M.I.Kom

Jurusan Ilmu Komunikasi – Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau, Pekanbaru Kampus Bina Widya Jl. HR. Subrantas Km. 12, 5 Simpang Baru Pekanbaru Telp/Fax. 0761-63277

Abstract

Athirah movie is a film that lifts the reality of polygamous life, polygamy is an issue that is still a debate in the community. This is quite interesting because polygamy is still something that causes pros and cons in Indonesian society. Different from previous polygamy- themed films, this film is a true story of a wife's struggle as well as the mother of Vice President Indonesia, Jusuf Kalla. In theory, many women have expressed disagreement on polygamous marriages, but in practice women are always in a cornered position, have no choice and are difficult to bid or even have no ability to reject men's desire for polygamy. Starting from this, some Indonesian filmmakers view the interesting polygamy phenomenon to be lifted into a film masterpiece. This study aims to determine the impact of polygamy for wives and children represented in Athirah films viewed from the level of reality, level of representation and ideology level. This study used qualitative methods analyzed by semiotic analysis of John Fiske. Subjects and objects in this study is the observation of the audio and visual display in the scenes of the film Athirah with data collection techniques used are observation, documentation, and literature study. The results of this study show there is a polygamy representation in the Athirah film. The polygamy representation contained in the film is seen from the three levels stated by Jhon Fiske: at the level of reality, the impact of polygamy on the wife and child is seen in aspects of appearance, manner of speech, behavior, gestures, expression and environment. At the representational level, the technical and conventional codes present in the Athirah film depicting the impact of polygamy on wives and children are reflected through aspects of camera, lighting, music and sound. The level of ideology that can be inferred, the depiction of the polygamy values and the polygamous wife's struggle so that the ideology concluded is the ideology of patriarchy and feminism.

Keywords: Representation, Film, Polygamy, Semiotics, Impact

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 1

PENDAHULUAN HAM tumpang tindih di dalamnya. Menurut undang-undang No.1 Tahun Berawal dari sinilah, beberapa sineas 1974 adalah ikatan lahir batin Indonesia memandang fenomena poligami antara laki-laki dan perempuan sebagai menarik untuk diangkat ke dalam sebuah suami isteri dengan tujuan keluarga (rumah karya film. tangga) yang bahagia dan kekal Di Indonesia, ada beberapa film yang berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. mengangkat film bertemakan poligami Berdasarkan undang-undang tersebut jelas yaitu film Berbagi Suami (tahun 2006), bahwa setiap manusia pasti mendambakan Ayat-Ayat Cinta, dan Surga yang Tak pernikahan. Pernikahan yang sifatnya dirindukan (tahun 2015). Satu lagi film sangat sakral dilakukan oleh lawan jenis yang mengangkat tema poligami adalah antara laki-laki dan perempuan dengan film Athirah tahun 2016 yang disutradari tujuan untuk membentuk, membangun oleh Riri Riza dibawah bendera produksi suatu keluarga yang diinginkan. Miles Film yang dirilis resmi pada 29 Suatu pernikahan akan menjadi September 2016. Film ini diangkat dari masalah jika dalam pernikahan tersebut, novel berjudul sama karya Alberthiene terdapat kesenjangan di dalamnya Endah. sehingga, dapat menjadi sebuah Athirah berkisah tentang hidup seorang perbincangan di masyarakat. Di Indonesia perempuan Bugis Makasar bernama sendiri, terdapat beberapa masalah Athirah, yang tak lain adalah dari pernikahan yang masih menjadi polemik Wakil Presiden Republik Indonesia saat ini, dalam masyarakat diantaranya seperti Jusuf Kalla. Potret seorang ibu yang harus pernikahan dini, yang kemungkinan menghadapi kenyataan hidup yang pahit disebabkan oleh hamil di luar nikah, tapi terus mencari cara untuk pernikahan beda agama serta pernikahan mempertahankan harga diri dan poligami yang masih menuai perdebatan di keluarganya. kalangan para tokoh masyarakat, Film dimulai dengan adegan hitam agamawan maupun masyarakat itu sendiri. putih perkawinan Bugis Makassar tahun Fenomena poligami di masyarakat dari 50an. Film ini mengambil latar waktu tahun dahulu menjadi isu yang sangat 50-an hingga 60-an bercerita tentang kontroversial dan sensitif untuk perjuangan Athirah saat dan setelah diperdebatkan sampai sekarang. suaminya menikah lagi. Film Athirah Istilah poligami berasal dari bahasa dibuka dengan adegan yang Yunani, Polus artinya banyak, Gamos menggambarkan kondisi rumah dan artinya perkawinan. Sering juga disamakan keluarga yang nyaris sempurna. Athirah dengan poligini. Kedua istilah tersebut dikisahkan harus pindah dari Bone menuju mempunyai kaitan erat dengan pernikahan Makasar bersama sang suami, Puang Aji di lebih dari satu orang. Poligami adalah suatu awal pernikahan mereka. Di Makasar, kebolehan suami untuk beristeri lebih dari mereka membangun bisnis keluarga dari satu orang dalam waktu bersamaan. nol hingga besar dan sukses. Semua karena Sebaliknya, perkawinan seorang kegigihan Puang Aji dan ketekunan perempuan dengan beberapa orang laki-laki Athirah. Keluarga yang harmonis ini kerap sering disebut poliandri. (KBBI, 1994:779) menghabiskan waktu berdiskusi bersama di Dari beberapa realitas yang terjadi meja makan dengan hidangan khas mengenai praktik poligami, pro dan kontra Sulawesi Selatan. mengiringi dan menjadi perdebatan hangat Permasalahan mulai menggerogoti di berbagai kalangan masyarakat. Poligami keluarga ini ketika Puang Ajji ‘melirik’ seakan memiliki daya tarik tersendiri untuk wanita lain. Di era tahun 50-an saat itu, terus di perdebatkan, karena di belakang itu fenomena lelaki beristeri lebih dari satu semua latar belakang agama, hukum, dan bukan menjadi hal yang aneh di Sulawesi

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 2

Selatan dan menganalisis apa saja tanda yang (https://rizkachika.wordpress.com/2016/11 terdapat dalam film Athirah yang berkaitan /11/athirah-menyatukan-cinta-dan-budaya/ dengan nilai poligami dari level realitas, Diakses pada tanggal 8 Juni 2017 pukul level representasi dan level ideologi yang 13.44 Wib). Satu demi satu konflik merupakan bagian dari kode-kode televisi bermunculan. Athirah dan keluarganya John Fiske. mulai jadi bahan pergunjingan banyak Semiotika John Fiske orang. Anak-anaknya pun harus menyempurnakan model analisis yang menanggung ulah sang bapak. Salah dikemukakan oleh kedua ahli semiotika satunya, Jusuf Kalla atau yang akrab disapa Pierce dan Saussure yang berfokus pada dengan panggilan Ucu saat remaja. Athirah bidang linguistik (kata-kata) dan mulai gundah dan ingin meninggalkan sang mengesampingkan faktor budaya di dalam suami. Tapi di hati kecilnya, ia masih ingin model analisis semiotikanya. Fiske bersamanya pula. Tarik ulur ini sikap menambahkan unsur budaya (ideologi) ke Athirah ini membuat Ucu kesal pada dalam model analisis semiotika mereka. ketidak tegasan sang ibu. Model analisis Fiske bisa dipakai dalam Film "Athirah" meraih predikat menganalisis gambar bergerak seperti film sebagai Film Terbaik Festival Film maupun tayangan televisi. Fiske memiliki Indonesia (FFI) 2016. Film besutan Riri realitas, representasi, dan ideologi. Oleh Riza tersebut menyisihkan empat nomine karena itu, peneliti menggunakan metode lainnya yaitu "Aisyah, Biarkan Kami analisis semiotika John Fiske dalam Bersaudara", "Surat Dari Praha", penelitian ini. Tujuannya untuk "Salawaku", dan "Rudy Habibie". Pada memudahkan peneliti dalam menganalisis anugerah Piala Citra FFI, Minggu 6 film Athirah yang terdiri dari beberapa November 2016 di Teater Besar Taman scene dengan durasi 1 jam 15 menit 51 Ismail Marzuki Jalan Cikini Jakarta, film detik. "Athirah" meraih total enam Piala Citra. Peneliti tertarik mengangkat isu (Sumber:http://entertainment.kompas.com/ poligami, karena peneliti ingin mengetahui read/2016/11/07/121552310/film.athirah.s kehidupan poligami yang masih perdebatan abet.6.piala.citra.di.festival.film.indonesia. di masyarakat dalam film Athirah, yang 2016 (di akses pada tanggal 07 Juni 2017)) diharapkan melalui penelitian ini Selain Film Terbaik, film produksi Miles ditemukan sejumlah fakta penting dalam Films itu juga meraih Piala Citra di kategori mengungkap jumlah permasalahan seputar Pengarah Artistik Terbaik, Penata Busana poligami dalam rumah tangga. Dimana Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis potret Athirah begitu menarik, walaupun di Skenario Adaptasi Terbaik, dan Pemeran poligami, tetapi Athirah dengan penuh Utama Wanita Terbaik yang diraih aktris kesabaran, ia berjuang mempertahankan Cut Mini. Di tahun dan ajang yang berbeda, keutuhan rumah tangganya, tanpa film Athirah juga meraih beberapa menghilangkan rasa hormat dan bakti penghargaan di ajang Usmar Ismail Award kepada sang suami. 2017, yaitu dalam kategori Aktris Terbaik Berdasarkan latar belakang diatas, yang diraih oleh Cut Mini dan Penata maka penulis bermaksud mengadakan Artistik Terbaik diraih oleh Eros Eflin. penelitian dengan menggunakan analisis (Sumber: semiotika John Fiske dengan judul filmindonesia.or.id/movie/title/lf-a007-16- “Representasi Poligami Dalam Film 505124_athirah/award, diakses tanggal 10 Athirah (Studi Analisis Semiotika John November 2017) Fiske)”. Penelitian ini dilakukan untuk TINJAUAN PUSTAKA mengetahui tanda semiotika mengenai nilai Representasi poligami yang terdapat dalam film Athirah

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 3

Representasi menurut Kamus Besar bahkan pendidikan mengetahui atau Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perbuatan mengenal adanya poligami. mewakili, keadaan mewakili, apa yang Poligami banyak dipraktekkan mewakili, perwakilan. Representasi di dikalangan masyarakat. Berbagai macam pahami sebagai gambaran sesuatu yang alasan muncul yang menyebabkan praktek akurat atau realita. Dalam teori semiotika, pernikahan poligami menjadi marak proses pemaknaan gagasan, pengetahuan, dipraktekkan di kalangan masyarakat. atau pesan secara fisik disebut dengan Miftah (dalam Andriana Kurniaty, representasi. Representasi menunjuk baik 2013:29) menegaskan bahwa pada proses maupun peristiwa dari dibolehkannya pernikahan poligami bagi pemaknaan suatu tanda. Proses perubahan seorang pria adalah: konsep–konsep ideologi yang abstrak a. Isteri tidak dapat melahirkan dalam bentuk yang kongkret. keturunan sementara suami sangat Representasi merupakan sebuah proses menghendakinya; dimana kita mengkontruksi dunia sekitar b. Banyak wanita yang tidak menikah kita. Media massa sebagai sebuah medium karena jumlah wanita yang lebih dimana tanda-tanda dipertukarkan, banyak dari pada jumlah pria; merupakan tempat dimana realitas c. Wanita (janda) ditinggal wafat oleh dikontruksi. Isi media pada hakikatnya suaminya perlu sekali mendapatkan adalah hasil kontruski realitas dengan pertolongan, baik untuk dirinya bahasa sebagai perangkat dasarnya (Sobur, maupun untuk anak-anaknya yang 2004:89) telah menjadi yatim dan tidak dapat ditempuh dengan jalan lain kecuali Poligami dengan menikahinya; Secara etimologis kata poligami d. Isteri yang sudah diceraikan perlu berasal dari bahasa Yunani, yaitu gabungan (ingin) rujuk atau kembali menikah dari dua kata: poli atau polus yang berarti padahal suaminya sudah menikah banyak dan gamein dan gamos yang berarti dengn wanita lain; perkawinan. Dengan demikian poligami e. Seorang pria yang sudah beristeri berarti perkawinan yang banyak (Nasution, jatuh cinta kepada wanita lain yang 1996: 84). tidak dapat dihindarinya serta kalau Namun dalam bahasa sehari-hari tidak dinikahi maka dia akan terjun istilah poligami lebih populer untuk kepada perbuatanh zina; menunjuk perkawinan seorang suami f. Sebab-sebab lain yang menurut dengan lebih dari seorang isteri. Lawan dari pertimbangan yang masuk bahwa poligami adalah monogami, yakni sistem poligami merupakan satu-satunya perkawinan yang hanya membolehkan jalan yang halal dan dapat seorang suami memiliki seorang isteri ditempuh. dalam satu waktu. Poligami dikenal hampir Undang-Undang (UU) dan Peraturan semua masyarakat yang ada di dunia ini Pemerintah (PP) yang ada di Indonesia baik masyarakat primitif, semi modern mengenai perkawinan adalah UU Nomor 1 maupun masyarakat modern seperti Tahun 1974, PP Nomor 9 Tahun 1975, PP sekarang ini, berbagai macam pejabat dan Nomor 10 Tahun 1983 dan PP Nomor 45 berbagai macam golongan baik dari Tahun 1990. Banyak masalah sosial yang golongan orang kaya maupun miskin. muncul karena ketidak harmonisan dalam Bahkan berbagai macam negara yang ada di keluarga, sehingga dipandang perlu adanya dunia ini sangat mengenal adanya poligami. peraturan perundangan mengenai Pada masyarakat yang berbagai macam Perkawinan. jenis pekerjaan, golongan suku, bangsa Dalam penjelasan Pasal 3 Undang- Undang Perkawinan, ditegaskan bahwa

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 4

Undang-Undang Perkawinan menganut a) Isteri akan merasa terganggu dan asas monogami. Namun demikian, sakit hati bila melihat suaminya pengadilan dapat memberi izin kepada menikah lagi dengan wanita lain. seorang suami untuk beristeri lebih dari b) Terjadi konflik internal dalam seorang apabila dikendaki oleh pihak-pihak keluarga, baik diantara sesama yang bersangkutan, hanya apabila isteri, antara isteri dan anak tiri atau terpenuhinya syarat tersebut dalam Pasal diantara anak-anak yang berlainan 40-44 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun ibu. 1975. (Annisaa Nurbaiti, 2012:43) c) Ada persaingan yang tidak sehat Menurut ketentuan Pasal 4 ayat (1) diantara isteri. Hal itu dilakukan Undang-Undang Perkawinan ada 3 (tiga) hanya untuk menarik perhatian alasan yang bersifat alternatif bagi suami lebih banyak dari suaminya. Mereka yang akan beristeri lebih dari seorang, berjuang sedemikian rupa untuk yaitu; menjadi paling menarik dan paling a. Isteri tidak dapat menjalankan baik dihadapan suaminya agar kewajibannya sebagai isteri; mendapatkan perhatian yang lebih b. Isteri mendapat cacat badan atau dari suaminya. Permusuhan penyakit yang tidak dapat diantara isteri terjadi karena suami disembuhkan; biasannya lebih memperhatikan c. Isteri tidak dapat melahirkan isteri muda ketimbang isteri yang keturunan. terdahulu. Dalam Annisaa Nurbaiti, 2012:44, Senada dengan pendapat di atas, Jamruhi Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam (dalam Arya Verdi, 2008:1) pengajuannya kepada pengadilan harus mengemukakan beberapa pengaruh negatif didukung oleh ketiga syarat sebagai poligami terhadap perempuan: berikut: a) Timbulnya rasa dengki dan 1. Adanya persetujuan dari permusuhan diantara para isteri. isteri/isteri-isteri; Biasanya perasaan ini muncul 2. Adanya kepastian bahwa suami akibat suami lebih mencintai satu mampu menjamin keperluan- isteri dibandingkan dengan isteri keperluan hidup isteri-isteri dan yang lain atau karena kurang adanya anak-anak mereka; keadilan. 3. Adanya jaminan bahwa suami akan b) Timbulnya tekanan batin pada isteri berlaku adil terhadap isteri-isteri pertama karena suami akan lebih dan anak-anak mereka. mencintai isteri barunya. Perasaan Menurut LBH APIK Jakarta, Bila Suami ini mengakibatkan isteri pertama Anda Melakukan Poligami, dalam Annisaa merasakan kurang bahagia dalam Nurbaiti, 2012:45, adanya persetujuan isteri hidupnya. dalam poligami mutlak diperlukan karena Engineer (Dalam naskah publikasi poligami yang diperkuat dengan dipanggil Alawiya dan Retno Kumolohadi, 2007:5 dan didengarkannya keterangan isteri yang tentang Perilaku Coping Remaja dengan bersangkutan dalam pemeriksaan Ayah Poligami) mengungkapkan bahwa merupakan suatu hal yang penting poligami merupakan salah satu bentuk dilakukan, mengingat poligami tersebut diskriminasi kekerasan terhadap nantinya akan memberikan berbagai perempuan dan tidak menguntungkan pula dampak kepada isteri dan anak. bagi anak-anak. Menurut Musdah Mulia (2004:136-143), Anak-anak selalu menjadi korban bila poligami dapat memberikan dampak satu kehidupan keluarga tidak seimbang, psikologis pada isteri. Dampak yang penuh konflik dan pertikaian orang tua, dimaksud adalah:

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 5 perkembangan akan terhambat, dan ia bisa menimbulkan semangat, inovasi dan kreasi, menjadi ”anak bermasalah”. unsur politik, kapitalisme, hak asasi Secara umum, hasil penelitian maupun gaya hidup. menunjukkan bahwa persaingan dan Film adalah sebuah media gabungan dari kecemburuan yang terjadi diantara para unsur-unsur seni lainnya, yaitu drama, isteri dalam keluarga poligami akan teater, puisi, tari hingga novel. Film yang mengakibatkan masalah emosional yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur berat bagi anak-anaknya (Al-Krenawi seni lainnya tersebut membuat film itu dalam Elbedour, 2003). Owuamanam, dkk sendiri menjadi lebih hidup. Film juga (Elbedour, 2003), mengemukakan bahwa mempunyai kelebihan tersendiri dibanding anak-anak dari keluarga poligami memiliki unsur seni lain, diantaranya kemampuan resiko yang tinggi terhadap film dalam bergerak bebas, serta dapat penyalahgunaan psikis dan fisik. menghadirkan unsur audio visual secara Anak-anak yang kurang mendapatkan bersamaan. Sebagai media komunikasi perhatian dan kasih sayang dari orang tua massa, film turut mengekspresikan budaya selalu merasa tidak aman, merasa dari masyarakat. Bahasa film menyuguhkan kehilangan tempat berlindung dan tempat pemahaman makna dan pesan tentang hal- berpijak, untuk selanjutnya dikemudian hal yang berada dalam lingkungan hari mereka akan mengembangkan reaksi sekitarnya. (Oktavianus Wahyu, 2010: 22) kompensatoris dalam bentuk dendam dan sikap bermusuh terhadap dunia luar Semiotika John Fiske (Kartono, 2002 dalam Alawiya dan Retno Semiotika adalah studi mengenai Kumolohadi, 2007:8). pertandaan dan makna dari sistem tanda, Semua bentuk ketegangan batin dan bagaimana makna dibangun dalam teks konflik familial itu akan mengakibatkan media atau studi tentang bagaimana tanda bentuk ketidakseimbangan kehidupan dari jenis karya apapun dalam masyarakat psikis anak. Camara, dkk (Elbedour, 2000), yang mengkonsumsi makna (Fiske, 2004 : menunjukkan bahwa anggota dari keluarga 282). poligami memiliki kecenderungan untuk Pola pikir Fiske adalah tidak setuju cemburu, konflik, ketegangan, stress dengan teori bahwa khalayak massa emosional, ketidakamanan, dan kecemasan. mengkonsumsi produk yang ditawarkan Menurut Andry, dkk (Alawiya dan Retno kepada mereka tanpa berpikir. Fiske Kumolohadi, 2007:8), keadaan keluarga menolak gagasan “penonton” yang yang penuh konflik dan ketegangan juga mengasumsikan massa yang tidak kritis dan menyebabkan tidak berkembangnya tokoh menyarankan “audiensi” dengan berbagai ayah sebagai sumber otoritas bagi anak latar belakang dan sosial untuk laki-laki. menerima teks-teks yang berbeda (Vera, 2014:34). Film Kode-kode televisi (television codes) Film merupakan salah satu sarana adalah teori yang dikemukakan oleh John hiburan yang mempunyai daya tarik yang Fiske atau yang biasa disebut kode-kode cukup tinggi dalam berbagai kalangan yang digunakan dalam dunia pertelevisian. masyarakat, dari ekonomi menengah Menurut Fiske, kode-kode yang muncul sampai ekonomi atas, dari anak-anak atau yang digunakan dalam acara televisi hingga dewasa. Film bukan hanya sekedar tersebut saling berhubungan sehingga usaha untuk menampilkan “citra bergerak”, terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini melainkan terkadang tersimpan tanggung pula, sebuah realitas tidak muncul begitu jawab moral, membuka wawasan saja melalui kode-kode yang timbul, namun masyarakat, menyebar luaskan informasi juga diolah melalui penginderaan serat dan memuat unsur hiburan yang referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 6 televisi, sehingga sebuah kode akan dampak poligami bagi isteri dan anak dipersepsikan secara berbeda oleh orang dalam film Athirah dengan menggunakan yang berbeda juga. teknik analisis semiotika John Fiske. Ada Dalam kode-kode televisi yang tiga aspek yang terdapat pada semiotika diungkapkan dalam teori John Fiske, bahwa John Fiske, yakni; level realitas, level peristiwa yang ditayangkan dalam dunia representasi, dan level ideologi. televisi telah di en-kode oleh kode-kode sosial yang terbagi dalam tiga level sebagai Subjek dan Objek Penelitian berikut : Subjek penelitian menurut Arikunto 1. Level Realitas (Reality) (2006:152) sesuatu yang sangat penting Kode sosial yang termasuk kedudukannya dalam penelitian. Subjek didalamnya adalah appearance penelitian dapat berupa benda, hal, atau (penampilan), dress (kostum), orang. Dalam hal ini peneliti menetapkan make-up (riasan), environment subjek penelitian adalah film Athirah. Film (lingkungan), behavior (kelakuan), Athirah sendiri memiliki total keseluruhan speech (cara berbicara), gesture scene berjumlah 141 scene dan scene yang (gerakan) dan expression (ekspresi). memiliki tanda representasi poligami ada 2. Level Representasi sebanyak 19 scenes dan yang akan (Representation) digunakan sebagai instrumen analisis Kode-kode sosial yang termasuk adalah dialog dan visual dalam scene-scene didalamnya adalah kode teknis, dari film Athirah yang diproduksi oleh yang melingkupi camera (kamera), Miles Film dengan durasi 1 jam 15 menit 51 lighting (pencahayaan), editing detik. (perevisian), music (musik) dan Menurut Sugiyono (2012:38) Objek sound (suara). Serta kode Penelitian adalah suatu atribut atau sifat representasi konvensional yang atau nilai dari orang, objek atau kegiatan terdiri dari narative (naratif), yang mempunyai variasi tertentu yang conflict (konflik), character ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan (karakter), action (aksi), dialogue kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun (percakapan), setting (layar) dan objek dalam penelitian ini adalah Dialog casting (pemilihan pemain). dan Visual film Athirah. 3. Level Ideologi (Ideology) Kode sosial yang termasuk Teknik Pengumpulan Data didalamnya adalah individualism Observasi (individualisme), feminism Pengumpulan data melalui observasi (feminisme), race (ras), class dilakukan dengan melihat dan mengamati (kelas), materialism (materialisme), secara langsung peristiwa atau kejadian capitalism (kapitalisme) dan lain- melalui cara yang sistematik. Teknik ini lain. akan membawa peneliti untuk dapat menangkap arti fenomena dari segi METODE PENELITIAN pengertian subjek penelitian dan dapat Desain Penelitian merasakan apa yang dirasakan serta Penelitian ini menggunakan desain dihayati oleh subjek penelitian sehingga penelitian kualitatif deskriptif dengan unit meyakinkan peneliti bahwa subjek tersebut analisis semiotika. Peneliti berusaha dapat menjadi sumber data bagi penelitian menginterpretasikan pesan dalam film (Maleong, 2005:174) Athirah yang merepresentasikan poligami. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Representasi poligami dalam film yang observasi langsung dengan mengamati menjadi pokok penelitian ini akan setiap scene yang ada di dalam film Athirah menganalisis bagaimana representasi yang menampilkan representasi dampak

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 7 poligami bagi isteri dan anak guna juga bisa diperoleh dari informasi memperoleh data yang relatif lebih akurat. elektronik. Pengamatan film ini dilakukan secara berulang-ulang. Unit Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan unit Dokumentasi analisis data berupa scene pada film Menurut Sugiyono (2012:240) Athirah. Film Athirah sendiri memiliki total Dokumen merupakan catatan peristiwa keseluruhan scene berjumlah 141 scene dan yang sudah berlalu. Studi dokumentasi scene yang memiliki tanda representasi merupakan suatu teknik pengumpulan data poligami ada sebanyak 19 scenes. dengan menghimpun dan menganalisis Analisis isi film ini menggunakan unit dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, analisis isi per adegan yang dibagi menjadi gambar, hasil karya, maupun elektronik. dua yaitu dialog dan visual. Dari adegan- Dokumen yang telah diperoleh adegan tersebut, akan dipilih adegan- kemudian di analisis (diurai) dibandingkan adegan yang menampilkan aspek-aspek dan dipadukan (sintesis) membentuk suatu poligami di dalam film. hasil kajian yang sistematis, padu, dan utuh. Jadi studi dokumentasi tidak sekedar Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data mengumpulkan dan menuliskan atau Dalam menetapkan keabsahan data, melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan peneliti menggunakan teknik triangulasi tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian juga merupakan hasil yang memanfaatkan sesuatu yang lain analisis terhadap dokumen-dokumen (dalam Maleong, 2005:320). Ada empat tersebut. jenis triangulasi, yaitu sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang Studi Pustaka memanfaatkan penggunaan sumber, data, Studi pustaka merupakan metode metode, penyidik, dan teori. pengumpulan data dengan mencari Metode penelitian kualitatif mengatakan informasi lewat buku, majalah, koran, dan bahwa cara terbaik untuk menguji literarur lainnya yang bertujuan untuk keabsahan data suatu penelitian yaitu membentuk sebuah landasan teori dengan jalan membandingkannya dengan (Arikunto, 2007). Studi Kepustakaan berbagai sumber, metode atau teori (dalam merupakan segala usaha yang dilakukan Maleong, 2005:332). Dalam penelitian ini, oleh peneliti untuk menghimpun informasi peneliti menggunakan metode triangulasi yang relevan dengan topik atau masalah sumber, yaitu membandingkan atau yang akan atau sedang diteliti. Informasi mengecek ulang derajat kepercayaan suatu tersebut dapat diperoleh dari buku buku informasi yang diperoleh dari sumber yang ilmiah, laporan penelitian, karangan- berbeda. karangan ilmiah, tesis, serta disertai dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Level Realitas, dampak poligami Berdasarkan observasi dengan bagi isteri dan anak terlihat pada aspek mengamati film Athirah maka terdapatlah penampilan, cara berbicara, perilaku, gerak 19 scenes dari 141 keseluruhan scene yang tubuh, ekspresi dan lingkungan dalam film terdapat didalam film Athirah yang Athirah. Pada aspek penampilan, film menggambarkan dampak poligami bagi Athirah ini mencoba mengungkapkan cara isteri dan anak yang direpresentasikan dan berbusana di masyarakat kota Makassar yang dianalisis mengunakan semiotika pada zamannya sesuai setting tahun 1950- John Fiske sebagai berikut: an. Penampilan Athirah dilihat secara dominan adalah selalu tampil sederhana

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 8 dengan menggunakan sarung baik didalam merasa segan berbicara dengan ayah maupun di luar rumah. Pastinya dengan mereka dan sikap diam kepada ibu yang sarung yang berbeda warna dan motif. menandakan adanya protes terhadap sikap Selain itu, Athirah dalam film juga ibu dalam menghadapi poligami. Tetapi ditampilkan menggunakan kerudung atau seiring berjalannya waktu adanya penutup kepala dengan helaian kain jika penerimaan anak terhadap poligami yang bepergian ke luar rumah. Menandakan dilakukan ayah yang ditunjukkan dengan bahwa dia adalah seorang wanita muslim cara berbicara santai dan sopan terhadap yang taat, memegang teguh ajaran agama ayah. dan menjaga kehormatan dirinya. Dalam aspek perilaku film Athirah, Penampilan anak-anak Athirah juga dampak poligami terhadap istri ditampilkan dengan kesederhanaan dan diperlihatkan isteri sakit hati, sedih, merasa kepolosan. Sesuai dengan usia mereka yang dibohongi, tertekan batinnya dan kecewa masih remaja, diperlihatkan mereka kepada suami yang berpoligami apalagi jika memakai pakaian sekolah, dan jika mereka suami melakukannya secara tersembunyi di rumah memakai pakaian rumah yang dan isteri hanya bisa pasrah kepada keadaan sederhana dan rapi. (ditampilkan dalam scene 28, scene 31, Pada aspek cara berbicara, dalam film scene 32, scene 58, scene 103 dan scene Athirah ini semua tokoh ditampilkan 105). Berkurangnya waktu suami terhadap dengan logat bahasa Bugis Makassar, isteri (ditampilkan dalam scene 22). Isteri sesuai dengan latar belakang peristiwa film pertama harus bisa menyesuaikan diri yang ditampilkan, agar realitas yang ada dengan kedatangan isteri kedua dari dapat dirasakan oleh penonton. Dalam film suaminya, kasih sayang dan perhatian dampak poligami bagi isteri diperlihatkan suami yang berkurang (ditampilkan dalam tidak ada yang berubah dari tutur kata scene 100). Isteri yang menjadi korban Athirah selaku istri sebelum dan setelah dia poligami menjadi perbincangan orang dipoligami, ia tetap bertutur kata dengan sekitar (ditampilkan dalam scene 70). sopan, baik, dan pribadi yang hangat baik Suami yang tidak mampu berlaku adil, kepada suami dan anak-anaknya, hal itu karena lebih banyak bersama dengan isteri bertujuan agar tidak saling menyakiti satu muda (ditampilkan dalam scene 45, scene sama lain. Ini tercermin dari sikap ikhlas 91 dan scene 132). Poligami memberikan Athirah yang ingin membantu usaha dampak kemandirian pada isteri. Isteri tidak suaminya yang sedang dilanda krisis bergantung dengan pemberian nafkah dari dengan menyerahkan harta yang menjadi suami. Selain itu juga isteri mempunyai hasil usahanya berjualan sarung. kesibukan untuk mencari nafkah Dalam film juga ditampilkan walaupun (ditampilkan dalam scene 108). Dan Puang Aji melakukan pernikahan poligami, terakhir, seperti terlihat dalam film, dengan tetapi itu tidak membuat tutur katanya berbagai proses yang dilewati, adanya berubah terhadap istri dan anak-anaknya. penerimaan diri terhadap isteri Sebagai orang yang memegang teguh (ditampilkan dalam scene 140). ajaran agama yang dianutnya, ia selalu Sedangkan aspek perilaku film Athirah bertutur kata dengan lemah lembut dan terhadap dampak poligami terhadap anak berwibawa terhadap semua orang. Hal diperlihatkan terbentuk mindset pada anak tersebut tetap ia pertahankan, ia tetap bahwa poligami ayah adalah suatu tindakan bertutur kata dengan bicara yang halus dan yang tidak baik karena telah bersahaja dan selalu optimis didepan mengecewakan seluruh anggota keluarga. anaknya. Dampak poligami bagi anak Pemikiran itu mulai muncul ketika seorang dalam aspek cara berbicara ditunjukan anak merasa dirinya dan ibunya disakiti dengan adanya perubahan sikap yang serta dinodai kecintaan kepada ayahnya diperlihatkan, anak-anak menjadi kaku dan dengan melakukan poligami secara diam-

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 9 diam (ditampilkan dalam scene 37, scene keduanya. Athirah sedih dan sakit hati, dia 91 dan scene 94). Kurangnya waktu untuk hancur, mulut yang tertutup dan mata yang bertemu antara ayah dan anak, maka anak berkaca-kaca dan tidak berkedip kearah merasa kurang dekat dengan ayahnya dan Puang Aji, menampilkan rasa kecewa hebat kurang mendapatkan kasih sayang seorang yang dialami oleh Athirah. Dampak ayah (ditampilkan dalam scene 130). poligami terhadap anak pada aspek ekspresi Adanya respon negatif kepada anak pelaku diperlihatkan dengan sikap diam dan tidak poligami, seperti tidak ingin berteman dan ada dialog di meja makan menandakan menghindar dengan anak pelaku poligami bahwa anak-anak Puang Aji hanya bisa (ditampilkan dalam scene 88). Seperti pasrah menerima ayahnya menikah lagi. terlihat dalam film, dengan berbagai proses Tidak ada bentuk perlawanan yang yang dilewati, adanya penerimaan diri ditampilkan oleh anak-anak ini. Dalam terhadap anak korban poligami scene 94 nampak ekspresi kesal dan sedikit (ditampilkan dalam scene 133). marah yang ditampilkan Ucu saat Pada aspek gerak tubuh dalam film memandang kepergian ayahnya. Ini Athirah, dampak poligami terhadap istri menunjukkan walaupun remaja diperlihatkan Athirah yang mengetahui berdasarkan nilai normatif agama dan dirinya di poligami tidur membelakangi kebudayaan dimana dia tumbuh dan suaminya. Dan dia bahkan tidak mau berkembang dapat menerima poligami itu, menatap dan bersentuhan dengan Puang namun secara implisit remaja sangat Aji, untuk menunjukkan sakit hati yang menolak atas poligami yang dilakukan dirasakannya. Terlihat juga mata Athirah ayah. Dalam sebuah scene juga ditunjukkan yang berkedip-kedip menandakan dia ekpresi Ucu yang kesal dan terlihat begitu sedang banyak pikiran dan stress. Di kecewa kepada ibunya karena dia hamil beberapa scene juga Athirah sering lagi. melamun menunjukkan kesepian ditinggal Pada aspek lingkungan dalam film suami dan juga diperlihatkan menangis Athirah, Puang Aji ditampilkan sebagai yang mencerminkan rasa sedih dan sakit salah satu tokoh yang dikenal dan dihormati yang dialami oleh seorang istri yang masyarakat. Ini digambarkan dengan dipoligami. Dampak poligami terhadap dikelilingi oleh orang-orang yang menjadi anak dalam aspek gerak tubuh ditunjukkan tokoh masyarakat di Sulawesi Selatan. Ini dengan kecanggungan yang nampak juga yang membuat Puang Aji sering menunjukkan anak-anak belum bisa berkumpul bersosialisasi bersama rekan- menerima kenyataan ayah mereka menikah rekan dan bertemu orang-orang baru lagi dan adanya keraguan terhadap disekitarnya. Selain itu Puang Aji sering perubahan sikap yang dilakukan pelaku juga ditampilkan sedang berada di tempat poligami. usahanya, menandakan bahwa dia adalah Pada aspek ekspresi dalam film, seorang pengusaha yang giat dan sukses dampak poligami terhadap istri ditampilkan dalam berbisnis. Dampak poligami saat Athirah yang mendengar kabar terhadap isteri pada aspek lingkungan suaminya menikah lagi diperlihatkan memperlihatkan Athirah banyak dengan ekspresi raut wajah yang terpukul, ditampilkan berada dirumah bersama anak- sedih, dan menahan tangisnya. anaknya. Menggambarkan suatu budaya Menandakan secara psikologis semua istri patriarki, dimana Athirah adalah sosok ibu akan merasa sakit hati, sedih, kecewa, stres sekaligus istri yang sering menghabiskan berkepanjangan, serta benci karena merasa waktu dirumah, menyiapkan makanan, sudah dikhianati oleh suaminya. Ketegaran mengurus anak-anak dan suami dan dan ketenangan Athirah dalam menjalani mendukung setiap pekerjaan suaminya. poligami terlihat pada sikap Athirah saat Disisi lain setelah Puang Aji melakukan melihat Puang Aji membawa istri poligami, Athirah mencoba membuka

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 10 usaha barunya dengan berjualan sarung, setting yang tampak menggambarkan Athirah menjadi sering keluar rumah, suasana ramai dan berfokus pada ekspresi. bersosialisasi bersama pengrajin dan Pada aspek musik dan suara, dalam pelanggan-pelanggannya, dimana nantinya film ini terdapat beberapa musik yang hasil pekerjaannya itu yang akan membantu berbeda untuk setiap adegannya, dari musik suaminya dimasa-masa sulit. Ini dan lagu daerah lokal (ethnic instruments) menandakan bahwa Athirah tidak ingin yang dibawakan langsung ataupun rekaman berlarut menghadapi kenyataan bahwa dia radio, instrument dramatic (piano, gitar, dipoligami, tidak hanya menunggu cello) yang pelan/lambat untuk suasana kepulangan suami dari tempat kerja, tetapi sedih dan yang tempo cepat untuk suasana ia bekerja keras dengan berbisnis. tegang dan terakhir musik Ruang Bahagia Sedangkan dampak poligami terhadap anak oleh Endah N Rhesa (OST Film Athirah). pada aspek lingkungan ditunjukkan dengan Suara yang dimaksud disini lebih kepada terbiasanya anak-anak tanpa ayah dirumah. suara dimana para tokoh yang ada dalam Dari 19 scenes yang telah dianalisis film Athirah saat berbicara atau berdialog. dalam film Athirah, pada Level Dengan berlatar belakang budaya Bugis Representasi peneliti menarik kesimpulan Makassar Sulawesi Selatan, logat dan bahwa kode-kode teknis dan konvensional dialek yang digunakan adalah sesuai yang ada dalam film Athirah yang dengan realitas yang ada yaitu menggambarkan dampak poligami bagi menggunakan gaya bahasa setempat, isteri dan anak tercermin melalui aspek bahasa Indonesia yang sedikit dipadu kamera, pencahayaan, musik dan suara. dengan bahasa lokal. Pada aspek kamera, dampak poligami bagi Dalam Level Ideologi, peneliti isteri dan anak diperlihatkan pada teknik menemukan penggambaran nilai-nilai pengambilan gambar long shot, medium poligami dan perjuangan isteri yang long shot, two shot, medium shot, medium dipoligami sehingga ideologi yang peneliti close up dan close up. Dan gerakan kamera simpulkan adalah ideologi patriarki dan yang digunakan adalah pan dan tilt. Pada feminisme. Dalam lingkungan masyarakat aspek pencahayaan, apabila adegan terkecil yaitu keluarga, patriarki tumbuh dilakukan di dalam ruangan atau indoor, berkembang dalam setiap pribadi. Patriarki pencahayaan kurang atau gambar terkesan adalah sebuah cara pandang masyarakat gelap. Namun apabila adegan diambil di yang sudah ada sejak dahulu. Ideologi luar ruangan atau outdoor maka gambar tersebut memiliki pandangan tentang akan terlihat sedikit lebih terang. kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. Pencahayaan yang menggambarkan Pada akhirnya perempuan memiliki suasana di dalam ruangan adalah artificial karakter peran dan kedudukan yang light atau cahaya buatan dimana cahaya di dikehendaki laki-laki melalui ideologi buat dengan efek hard light dan high key patriarki tersebut. Kontrol laki-laki atas (sangat terang) dan soft light (lembut) untuk perempuan terasa dalam kehidupan sehari- memberikan kesan terang lembut dan hari, baik dalam keluarga, pergaulan sosial, pencahayaan low key dan back light untuk agama, hukum, sekolah dan lingkungan menciptakan suasana sebuah ruangan kerja. Dalam kehidupan rumah tangga, dimalam hari dengan memberikan perempuan menjalankan perannya seperti sentuhan-sentuhan cahaya yang sedikit biasa yang telah distereotipkan oleh sehingga mendukung setiap perilaku dan masyarakat bahwa ruang lingkup pekerjaan ekspresi . Sedangkan jika diluar ruangan perempuan hanya seputar ruang lingkup adalah natural light yaitu menggunakan domestik yaitu 3M, Masak (memasak), cahaya matahari dengan teknik key light Macak (bersolek), dan Manak (melahirkan) dan fill light karena pada setiap adegan (Sukri & Sofwan, 2001 dalam Wangkujaya 2009). Kesemuanya itu akibat ideologi

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 11 patriarki yang masih ada dalam ranah untuk mencapai kesetaraan harkat dan kehidupan keluarga. kebebasan perempuan dalam mengelola Dalam film Athirah, tidak adanya bentuk kehidupan dan tumbuhnya baik di ruang perlawanan dari isteri yang dipoligami domestik dalam rumah tangga maupun di menunjukkan bahwa budaya patriarki ruang publik dalam lingkungan masyarakat. sangat berperan besar dalam praktik Athirah memproduksi dan menjual poligami. Puang Aji memperlihatkan sarungnya sendiri, tanpa pernah sekalipun bahwa ia adalah pria yang kaya dan diperlihatkan ia meminta izin dari terpandang saat itu, tanpa pemberitahuan suaminya. Sebuah isyarat bahwa kala itu dan persetujuan dari isterinya telah Athirah sebenarnya juga punya kebebasan melakukan poligami. Kontruksi masyarakat memilih. Dalam sebuah adegan juga dalam nilai-nilai patriarki tergambar juga diperlihatkan keinginan Athirah dalam beberapa scene seperti, sewaktu mendirikan sebuah sekolah. Adegan ini Athirah mengajak suaminya untuk pergi merupakan sebuah keinginan yang datang bersama di suatu acara pernikahan, tapi dari dalam diri Athirah sendiri yang tak disini ia beralasan menandakan dimana pernah ia obrolkan sebelumnya dengan Puang Aji sebagai suami berhak suaminya atau juga Ucu. Adegan klimaks memutuskan segala kehendak yang dia ketika Athirah menyerahkan harta inginkan atau tidak. simpanannya kepada suaminya guna Dalam film Athirah terbentuk sebuah menyelamatkan usaha suaminya yang budaya patriarki yang membentuk stereotip bangkrut , juga memotret dua hal yang kultural yang berlangsung terus menerus. signifikan; Athirah punya kebebasan Stereotip kultural membentuk peran isteri menjalankan bisnisnya sendiri tanpa dalam keluarga, stereotip tersebut bayang-bayang suaminya, dan ia cerdas memunculkan pandangan bahwa karena mampu mengelolah bisnisnya perempuan harus menjalankan perannya dengan baik. Dua kualitas ini sebagai isteri yang baik bagi suami dan ibu memperlihatkan bahwa perempuan bisa yang bijaksana bagi anak-anaknya. Nilai- independen dan kemampuannya tak kalah nilai budaya patriarki yang melekat di baiknya dengan laki-laki. masyarakat, terutama masyarakat timur mengakibatkan efek psikologis pada wanita KESIMPULAN yang menyebabkan mereka tergantung Poligami yang digambarkan dalam film pada laki-laki dari segi emosional dan Athirah menggambarkan karakter finansial. Bagaimana mereka merasa perempuan yang berjuang mengaplikasikan hidupnya tidak lengkap apabila tidak ada keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani laki-laki disampingnya. pernikahan poligami dalam hidupnya. Dalam film Athirah ini setiap tokoh Poligami membuat perempuan berada perempuan digambarkan berada di dalam dalam posisi yang tidak dapat berbuat apa- ruang lingkup domestik mereka. Yang apa. Perempuan seolah-olah tidak memiliki sedikit berbeda adalah Athirah diceritakan upaya untuk menolak poligami yang mampu bekerja sebagai pedagang sarung dilakukan oleh laki-laki. Hal tersebut yang sukses tanpa campur tangan suami. muncul dari pandangan stereotip kultural Hal tersebut membuktikan bahwa dalam masyarakat, yang pada akhirnya perempuan juga mampu bekerja diluar menempatkan perempuan dalam keluarga ruang lingkup domestik mereka. Disini ada agar mampu menjadi ibu yang baik bagi semangat feminisme dalam diri Athirah. anak-anak mereka. Feminisme adalah sebuah paham yang Berdasarkan hasil penelitian dan muncul ketika wanita menuntut untuk pembahasan mengenai representasi mendapatkan kesetaraan hak yang sama poligami dalam film Athirah, penelitian dengan pria. Feminisme juga perjuangan yang berfokus pada audio dan visual serta

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 12 dianalisis melalui semiotika John Fiske, Fiske, John. 2004. Cultural And maka dapat disimpulkan beberapa Comunication Studies, Sebuah kesimpulan mengenai poligami dalam film Pengantar Paling Komprehensif. Athirah ini. Yogyakarta: Jalasutra. Film Athirah ini memperlihatkan Gamble, Michael W. 1986. Introducing bahwasannya representasi poligami yang Mass Communication. New York: Mc ada didalam film dilihat dari tiga level yang Graw Hill. dikemukakan oleh Jhon Fiske, yaitu: Pada Gerzon, Ayawila R. 2008. Dokumenter dari level realitas, dampak poligami bagi isteri ide sampai produksi. Jakarta: Fakultas dan anak terlihat pada aspek penampilan, Film dan Televisi, IKJ PRES (FFTV- cara berbicara, perilaku, gerak tubuh, IKJ). ekspresi dan lingkungan dalam film Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Athirah. Pada level representasi, kode-kode Barthes. Magelang: Yayasan teknis dan konvensional yang ada dalam Indonesiatera. film Athirah yang menggambarkan dampak Maleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian poligami bagi isteri dan anak tercermin Kualitatif. Bandung: PT Remaja melalui aspek kamera, pencahayaan, musik Rosdakarya. dan suara. Level ideologi yang dapat McQuail, Dennis. 2000. “Theory of Media disimpulkan, penggambaran nilai-nilai and Theory of Society” dalam Mass poligami dan perjuangan isteri yang Communication Theories, Sage dipoligami sehingga ideologi yang peneliti Publication: London. simpulkan adalah ideologi patriarki dan Monaco, James. 1997. Cara Menghayati feminisme. Sebuah Film. Jakarta: Yayasan Citra. Mulia, Siti Musdah. 1999. Pandangan DAFTAR PUSTAKA Islam tentang Poligami. Jakarta: Lembaga Kajian Agama Gender, Buku Solidaritas Perempuan, The Asia Ahmad, Sayyid M. 2008. Fiqih Cinta Kasih Foundation. Rahasia Kebahagiaan Rumah Tangga. Mulia, Siti Musdah. 2004. Islam Kairo: PT. Gelora Aksara Pratama. Menggugat Poligami. Jakarta: Ardianto & Erdiyana. 2005. Komunikasi Gramedia Pustaka Utama. Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Mulyono, Agus. 2012. Dasar-dasar Simbiosa Rekatama Media. Sinematografi. Yogyakarta: Jalasutra Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Nasution, Khoirudin. 1996. Riba & Penelitian (Suatu Pendekatan Poligami: Sebuah Studi Atas Praktek). Jakarta: PT. Rieneka Cipta. Pemikiran Muhammad Abduh. Baksin, Askurifai. 2003. Membuat Film Bandung: Pustaka Pelajara. Indi Itu Gampang. Bandung: Katarsis. Noviani, Ratna. 2002. Jalan Tengah Baksin, Askurifai. 2009. Jurnalistik Memahami Iklan. Yogyakarta: Pustaka Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Pelajar. PT Remaja Rosdakarya. Nurmila, Nina. 2008. “Negotiating Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Poligamy in Indonesia”, dalam Susan Komunikasi. Jakarta: PT. Blackburn etc. Indonesia Islam In A RajaGrafindo. New Era: How Woman Negotiate their Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Muslim Identities, (Clayton: Monash RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, University Press) (Jakarta: Balai Pustaka, 1994) Ramulyo, Idris Mohd. 1995. Hukum Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Perkawinan, Hukum Kewarisan, Pengantar Analisis Teks Media. Hukum Acara Agama, dan Zakat Yogyakarta: LKiS.

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 13

Menurut Hukum Islam. Jakarta: Sinar Keluarga Pada Pernikahan Poligami. Grafika. Fakultas Ilmu Pendidikan. UNY, Rohmaniyah, Inayah. 2009. Poligami Yogyakarta. dalam Perundang-undangan Nurbaiti, Annisaa. 2012. Skripsi. Poligami Indonesia Dalam Moh. Sodik. (ed), Oleh Pegawai Negeri Sipil Menurut Menyoal Keadilan dalam Poligami. Undang-Undang Perkawinan Dan Yogyakarta: PSW UIN Sunan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Kalijaga. Tahun 1983 Juncto Peraturan Sobur, Alex. 2001. Semiotika Komunikasi. Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Bandung: PT Rosdakarya. (Studi Kasus Putusan Nomor Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media; 1098/Pdt.G/2011/Pa.Mks). Fakultas Suatu Pengantar untuk Analisis Hukum Program Studi Ilmu Hukum, Wacana, Analisis Semiotik dan Depok. Analisis Framing. Bandung: PT. Reni, Sudarlilah. 2016. Skripsi: Remaja Rosdakarya. Representasi Praktik Poligami oleh Soewondo, S. 2001. Keberadaan Pihak Masyarakat dalam Novel Surga Yang Ketiga, Poligami dan Permasalahan Tak Dirindukan (Analisis Wacana Perkawinan (Keluarga) ditinjau dari Kritis). UIN Sunan Kalijaga, aspek psikologi, dalam Munandar, Yogyakarta. (Ed.), Bunga Rampai Psikologi Setya Rini, Endang. Tesis. 2006. Perkembangan Kepribadian dari Bayi Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sampai Lanjut Usia. Jakarta: UI Press. Dalam Keluarga Poligami Ditinjau Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun Kuantitatif Kualitatif dan R & D. 1974 Di Kabupaten Wonosobo. Pasca Bandung: Alfabeta. Sarjana Universitas Diponegoro, Sunarto, Aw. 2011. Komunikasi Semarang. Interpersonal. Yogyakarta: Graha Herdanto, Wimardana. 2010. Skripsi: Ilmu. Representasi Poligami dalam Film Suprapto, Bibit. 1990. Liku-liku Poligami. Ayat-Ayat Cinta. Departemen Ilmu Yogyakarta: Al-Kautsar. Komunikasi. Universitas Airlangga, UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 dan Surabaya. Kompilasi Hukum Islam (KHI) Wangkujaya, Laxmana Victor. 2009. Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika Dalam Skripsi. Representasi Poligami dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Film “Ayat-Ayat Cinta”. Fakultas Indonesia. Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Petra, Surabaya. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Jurnal Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami dalam Film Indonesia Skripsi dan Tesis Tahun 2006-2009 Arya Verdi Ramadhani. 2008. Problems Alexander J.A, Mhd Dandy. 2016. Skripsi: Mariage (Poligami). Diakses dari Representasi Poligami dalam Film website Surga Yang Tak Dirindukan Karya http://aryaverdiramadhani.blogspot.co Kuntz (Studi Semiotika Roland m/2008/05/vj32v2008-marriage- Barthes). Universitas Riau, Pekanbaru. problemspoligami.html pada tanggal Kurniawaty, Andriana. 2013. Skripsi. 23 Januari 2018 pukul 15.02 Wib. Dampak Psikologis Kehidupan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 14

Hartini & Wangge. 2013. Hubungan Internet antara Penerimaan Diri dengan Harga Diri pada Remaja Pasca filmindonesia.or.id/movie/title/lf-a007-16- Perceraian Orangtua. Jurnal 505124_athirah/award (diakses Psikologi Kepribadian dan Sosial. Vol. tanggal 10 November 2017) 2 No.1. http://entertainment.kompas.com/read/201 Marcia Wijaya, Priscilla. Representasi 6/11/07/121552310/film.athirah.sabet. Perempuan Pada Iklan Televisi 6.piala.citra.di.festival.film.indonesia. Dancow Calcium Plus Versi More 2016 (di akses pada tanggal 07 Juni Than A Woman. Desain Komunikasi 2017) Visual. Fakultas Seni dan Desain. http://makassar.tribunnews.com/2016/09/2 Universitas Kristen Petra. Surabaya. 7/film-athirah-kisah-perempuan- 2012 bugis-mengelola-lelaki-bugis?page=1 Mustari, Abdillah. 2014. Poligami dalam (di akses pada tanggal 07 Juni 2017) Reinterpretasi. Jurnal: UIN Alaudin http://print.kompas.com/baca/gaya- Makassar hidup/hiburan/2016/09/25/Athirah- Hikmah, Siti. Jurnal. 2012. Fakta Poligami Keagungan-Istri-yang-Dimadu (di sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap akses pada tanggal 12 Juni 2017) Perempuan. Fakultas Dakwah IAIN http://www.rappler.com/indonesia/147121 Walisongo, Semarang. -athirah-kisah-perempuan-bugis (di Alawiyah dan Retno Kumolohadi. 2007. akses pada tanggal 07 Juni 2017) Naskah Publikasi. Perilaku Coping https://filmbor.com/profile/riri-riza/ (di Remaja dengan Ayah Poligami. akses pada tanggal 12 Juni 2017) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial https://tariartika.wordpress.com/2016/10/0 Budaya Universitas Islam Indonesia, 8/athirah/ (di akses pada tanggal 07 Yogyakarta. Juni 2017) Tri Utomo, Octavianus Wahyu. Naskah https://www.docdoc.com/id/consider/apa- Publikasi. 2010. Poligami dalam Film itu-rasa-khawatir-gejala-penyebab- Berbagi Suami (Analisis Semiotik diagnosis-&-cara-mengobati- Potret Poligami dalam Masyarakat informasi-medis-di-docdoc (diakses dengan Latar Belakang Ekonomi dan pada tanggal 12 Januari 2018 pukul Sosial yang Berbeda dalam Film 18.20 Wib) “Berbagi Suami”). Fakultas Ilmu https://www.kompasiana.com/kacanglupak Sosial dan Ilmu Politik Universitas ulit/mengendalikan-rasa- Sebelas Maret, Surakarta. khawatir_55100f40813311ab36bc613 8 (Diakses pada tanggal 12 Januari 2018 pukul 18.29 Wib) https://rizkachika.wordpress.com/2016/11/ 11/athirah-menyatukan-cinta-dan- budaya/ (Diakses pada tanggal 05 Februari 2018 pukul 14.29 Wib)

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 15