( STUDI ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE) Oleh
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
REPRESENTASI POLIGAMI DALAM FILM ATHIRAH ( STUDI ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE) Oleh: Erik Pandapotan Simanullang [email protected] Pembimbing: Chelsy Yesicha, S.Sos, M.I.Kom Jurusan Ilmu Komunikasi – Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau, Pekanbaru Kampus Bina Widya Jl. HR. Subrantas Km. 12, 5 Simpang Baru Pekanbaru Telp/Fax. 0761-63277 Abstract Athirah movie is a film that lifts the reality of polygamous life, polygamy is an issue that is still a debate in the community. This is quite interesting because polygamy is still something that causes pros and cons in Indonesian society. Different from previous polygamy- themed films, this film is a true story of a wife's struggle as well as the mother of Vice President Indonesia, Jusuf Kalla. In theory, many women have expressed disagreement on polygamous marriages, but in practice women are always in a cornered position, have no choice and are difficult to bid or even have no ability to reject men's desire for polygamy. Starting from this, some Indonesian filmmakers view the interesting polygamy phenomenon to be lifted into a film masterpiece. This study aims to determine the impact of polygamy for wives and children represented in Athirah films viewed from the level of reality, level of representation and ideology level. This study used qualitative methods analyzed by semiotic analysis of John Fiske. Subjects and objects in this study is the observation of the audio and visual display in the scenes of the film Athirah with data collection techniques used are observation, documentation, and literature study. The results of this study show there is a polygamy representation in the Athirah film. The polygamy representation contained in the film is seen from the three levels stated by Jhon Fiske: at the level of reality, the impact of polygamy on the wife and child is seen in aspects of appearance, manner of speech, behavior, gestures, expression and environment. At the representational level, the technical and conventional codes present in the Athirah film depicting the impact of polygamy on wives and children are reflected through aspects of camera, lighting, music and sound. The level of ideology that can be inferred, the depiction of the polygamy values and the polygamous wife's struggle so that the ideology concluded is the ideology of patriarchy and feminism. Keywords: Representation, Film, Polygamy, Semiotics, Impact JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 1 PENDAHULUAN HAM tumpang tindih di dalamnya. Menurut undang-undang No.1 Tahun Berawal dari sinilah, beberapa sineas 1974 perkawinan adalah ikatan lahir batin Indonesia memandang fenomena poligami antara laki-laki dan perempuan sebagai menarik untuk diangkat ke dalam sebuah suami isteri dengan tujuan keluarga (rumah karya film. tangga) yang bahagia dan kekal Di Indonesia, ada beberapa film yang berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. mengangkat film bertemakan poligami Berdasarkan undang-undang tersebut jelas yaitu film Berbagi Suami (tahun 2006), bahwa setiap manusia pasti mendambakan Ayat-Ayat Cinta, dan Surga yang Tak pernikahan. Pernikahan yang sifatnya dirindukan (tahun 2015). Satu lagi film sangat sakral dilakukan oleh lawan jenis yang mengangkat tema poligami adalah antara laki-laki dan perempuan dengan film Athirah tahun 2016 yang disutradari tujuan untuk membentuk, membangun oleh Riri Riza dibawah bendera produksi suatu keluarga yang diinginkan. Miles Film yang dirilis resmi pada 29 Suatu pernikahan akan menjadi September 2016. Film ini diangkat dari masalah jika dalam pernikahan tersebut, novel berjudul sama karya Alberthiene terdapat kesenjangan di dalamnya Endah. sehingga, dapat menjadi sebuah Athirah berkisah tentang hidup seorang perbincangan di masyarakat. Di Indonesia perempuan Bugis Makasar bernama sendiri, terdapat beberapa masalah Athirah, yang tak lain adalah ibunda dari pernikahan yang masih menjadi polemik Wakil Presiden Republik Indonesia saat ini, dalam masyarakat diantaranya seperti Jusuf Kalla. Potret seorang ibu yang harus pernikahan dini, yang kemungkinan menghadapi kenyataan hidup yang pahit disebabkan oleh hamil di luar nikah, tapi terus mencari cara untuk pernikahan beda agama serta pernikahan mempertahankan harga diri dan poligami yang masih menuai perdebatan di keluarganya. kalangan para tokoh masyarakat, Film dimulai dengan adegan hitam agamawan maupun masyarakat itu sendiri. putih perkawinan Bugis Makassar tahun Fenomena poligami di masyarakat dari 50an. Film ini mengambil latar waktu tahun dahulu menjadi isu yang sangat 50-an hingga 60-an bercerita tentang kontroversial dan sensitif untuk perjuangan Athirah saat dan setelah diperdebatkan sampai sekarang. suaminya menikah lagi. Film Athirah Istilah poligami berasal dari bahasa dibuka dengan adegan yang Yunani, Polus artinya banyak, Gamos menggambarkan kondisi rumah dan artinya perkawinan. Sering juga disamakan keluarga yang nyaris sempurna. Athirah dengan poligini. Kedua istilah tersebut dikisahkan harus pindah dari Bone menuju mempunyai kaitan erat dengan pernikahan Makasar bersama sang suami, Puang Aji di lebih dari satu orang. Poligami adalah suatu awal pernikahan mereka. Di Makasar, kebolehan suami untuk beristeri lebih dari mereka membangun bisnis keluarga dari satu orang dalam waktu bersamaan. nol hingga besar dan sukses. Semua karena Sebaliknya, perkawinan seorang kegigihan Puang Aji dan ketekunan perempuan dengan beberapa orang laki-laki Athirah. Keluarga yang harmonis ini kerap sering disebut poliandri. (KBBI, 1994:779) menghabiskan waktu berdiskusi bersama di Dari beberapa realitas yang terjadi meja makan dengan hidangan khas mengenai praktik poligami, pro dan kontra Sulawesi Selatan. mengiringi dan menjadi perdebatan hangat Permasalahan mulai menggerogoti di berbagai kalangan masyarakat. Poligami keluarga ini ketika Puang Ajji ‘melirik’ seakan memiliki daya tarik tersendiri untuk wanita lain. Di era tahun 50-an saat itu, terus di perdebatkan, karena di belakang itu fenomena lelaki beristeri lebih dari satu semua latar belakang agama, hukum, dan bukan menjadi hal yang aneh di Sulawesi JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 2 Selatan dan menganalisis apa saja tanda yang (https://rizkachika.wordpress.com/2016/11 terdapat dalam film Athirah yang berkaitan /11/athirah-menyatukan-cinta-dan-budaya/ dengan nilai poligami dari level realitas, Diakses pada tanggal 8 Juni 2017 pukul level representasi dan level ideologi yang 13.44 Wib). Satu demi satu konflik merupakan bagian dari kode-kode televisi bermunculan. Athirah dan keluarganya John Fiske. mulai jadi bahan pergunjingan banyak Semiotika John Fiske orang. Anak-anaknya pun harus menyempurnakan model analisis yang menanggung ulah sang bapak. Salah dikemukakan oleh kedua ahli semiotika satunya, Jusuf Kalla atau yang akrab disapa Pierce dan Saussure yang berfokus pada dengan panggilan Ucu saat remaja. Athirah bidang linguistik (kata-kata) dan mulai gundah dan ingin meninggalkan sang mengesampingkan faktor budaya di dalam suami. Tapi di hati kecilnya, ia masih ingin model analisis semiotikanya. Fiske bersamanya pula. Tarik ulur ini sikap menambahkan unsur budaya (ideologi) ke Athirah ini membuat Ucu kesal pada dalam model analisis semiotika mereka. ketidak tegasan sang ibu. Model analisis Fiske bisa dipakai dalam Film "Athirah" meraih predikat menganalisis gambar bergerak seperti film sebagai Film Terbaik Festival Film maupun tayangan televisi. Fiske memiliki Indonesia (FFI) 2016. Film besutan Riri realitas, representasi, dan ideologi. Oleh Riza tersebut menyisihkan empat nomine karena itu, peneliti menggunakan metode lainnya yaitu "Aisyah, Biarkan Kami analisis semiotika John Fiske dalam Bersaudara", "Surat Dari Praha", penelitian ini. Tujuannya untuk "Salawaku", dan "Rudy Habibie". Pada memudahkan peneliti dalam menganalisis anugerah Piala Citra FFI, Minggu 6 film Athirah yang terdiri dari beberapa November 2016 di Teater Besar Taman scene dengan durasi 1 jam 15 menit 51 Ismail Marzuki Jalan Cikini Jakarta, film detik. "Athirah" meraih total enam Piala Citra. Peneliti tertarik mengangkat isu (Sumber:http://entertainment.kompas.com/ poligami, karena peneliti ingin mengetahui read/2016/11/07/121552310/film.athirah.s kehidupan poligami yang masih perdebatan abet.6.piala.citra.di.festival.film.indonesia. di masyarakat dalam film Athirah, yang 2016 (di akses pada tanggal 07 Juni 2017)) diharapkan melalui penelitian ini Selain Film Terbaik, film produksi Miles ditemukan sejumlah fakta penting dalam Films itu juga meraih Piala Citra di kategori mengungkap jumlah permasalahan seputar Pengarah Artistik Terbaik, Penata Busana poligami dalam rumah tangga. Dimana Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis potret Athirah begitu menarik, walaupun di Skenario Adaptasi Terbaik, dan Pemeran poligami, tetapi Athirah dengan penuh Utama Wanita Terbaik yang diraih aktris kesabaran, ia berjuang mempertahankan Cut Mini. Di tahun dan ajang yang berbeda, keutuhan rumah tangganya, tanpa film Athirah juga meraih beberapa menghilangkan rasa hormat dan bakti penghargaan di ajang Usmar Ismail Award kepada sang suami. 2017, yaitu dalam kategori Aktris Terbaik Berdasarkan latar belakang diatas, yang diraih oleh Cut Mini dan Penata maka penulis bermaksud mengadakan Artistik Terbaik diraih oleh Eros Eflin. penelitian dengan menggunakan analisis (Sumber: semiotika John Fiske dengan judul filmindonesia.or.id/movie/title/lf-a007-16- “Representasi Poligami Dalam Film 505124_athirah/award, diakses tanggal 10 Athirah (Studi Analisis Semiotika John November 2017) Fiske)”.