TRADISI ARISAN WALIMAH URUS PERKAWINAN DI DESA PANTI KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
SKRIPSI
AMINAH TUZZURIA SHK.152108
PEMBIMBING:
DRS. BAHARUDDIN AHMAD, M.H.I DIAN MUSTIKA, S.H.I., MA
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019
i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Aminah Tuzzuria NIM : SHK.152108 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syariah Alamat : Desa Panti, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul: “Tradisi Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Ditinjau Dari Hukum Islam” adalah hasil karya pribadi yang tidak mengandung plagiarisme dan tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung jawabkanya sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.
Jambi, November2019 Yang Menyatakan,
Aminah Tuzzuria NIM. SHK. 152108
ii
Pembimbing I : Drs. Baharudin Ahmad, M.H.I Pembimbing II : Dian Mustika, S.H.I., M.A Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021
Jambi, November 2019 Kepada Yth. Dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Di- JAMBI
PERSETUJUAN PEMBIMBING Assalamualaikum wr wb. Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudari Aminah Tuzzuria, SHK. 152108 yang berjudul: “Tradisi Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Ditinjau Dari Hukum Islam” Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana starata satu (S1) dalam jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa. Wassalamualaikum wr wb. Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Baharuddin Ahmad, M.H.I Dian Mustika, S.HI., M.A NIP. 19561221 198402 1 001 NIP. 19830622 201101 2 012
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Pandangan Tokoh Masyarakat Kelurahan Pulau Temiang Kecamatan Tebo Ulu Ditinjau Dari Hukum Islam” telah diujikan pada Sidang Munaqasah Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada tanggal Oktober 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Satu (S.1) dalam Jurusan Hukum Keluarga Islam.
Jambi, Oktober 2019
Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah
Dr. A. A. Miftah, M. Ag. NIP: 19731125 199603 1 001
Panitia Ujian: 1. Ketua Sidang : Dr. H. Bahrul Ma’ani, M.Ag (...... ) NIP. 19630217 199003 1004
2. Sekretaris Sidang : Irsadunas Noveri, SH,.MH (...... ) NIP. 19830622 201101 2012
3. Pembimbing I : Drs. H. Ibnu Kasir, M.H.I (...... ) NIP. 19561231 199102 1001
4. Pembimbing II : Drs. Rahmadi, M.H.I (...... ) NIP. 19661112 199302 1001
5. Penguji I : Dr. Lily Yanti, M.Ag (...... ) NIP.19710227 199401 2001
6. Penguji II : Masburiyah, S.Ag,M.Fil.I (...... ) NIP.19720116 20003 2003
MOTTO
ٰۖ ۡ َﻭﺡَ َﻉ َﺏﻭ ُّ ْﻯﺍ َﻉﻱَ ً ۡٱﻯﺏِ ِّﺭ َﻭٱﻯﺥَّ ۡﻕ َﻯ َٰﻱ َﻭ ََل ﺡَ َﻉ َﺏﻭ ُّ ْﻯﺍ َﻉﻱَ ً ٱۡ ِۡلﺙ ٌِ َﻭ ۡٱﻯﻉُ ۡﺩ ََٰﻭ ِۚ ُِ َﻭٱﺡَّﻕُ ْﻯﺍ ٱ َّ ّٰۖللَ
ﺇِ َّ ُ ٱ َّّللَ َﺵ ِﺩ َُﺩ ۡٱﻯ ِﻉﻕَﺏ ِﺓ ٢
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.1
1 QS. Al-Ma‟idah (5): 2
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakann pedoman tranliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai berikut: A. Konsonan Tunggal Huruf Nama Huruf Latin Keterangan Arab Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ﺍ Ba´ B Be ﺓ Ta´ T Te ﺙ (Sa´ Ṡ Es (dengan titik di atas ﺩ Jim J Je ﺝ (Ha´ Ḥ Ha (dengan titik di bawah ﺡ Kha´ KH Ka dan Ha ﺭ Dal D De ﺩ (Źal Ż Zat (dengan titik di atas ﺫ Ra´ R Er ﺭ Zai Z Zet ﺯ Sin S Es ﺱ Syin SY Es dan Ye ﺵ (Sád Ṣ Es (dengan titik di bawah ﺹ (Dad Ḍ De (dengan titik di bawah ﺽ (Ta´ Ṭ Te (dengan titik di bawah ﻁ (Za´ Ẓ Zet (dengan titik di bawah ﻅ Ain ´ Koma terbalik di atas ﻉ Gain G Ge ﻍ Fa F Ef ﻑ Qāf Q Qi ﻕ Kāf K Ka ﻙ Lam L El ﻩ Mim M Em ً Nun N En ُ Wawu W We ﻭ Ha´ H Ha ٓ Hamzah ' Apostrof ء Ya´ Y Ye ﻱ
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap Ditulis Muta„adiddah ٍﺥﻉﺩ ّﺩﺓ Ditulis „Iddah ّﻉﺩﺓ
v
C. Ta„ Marbutah di Akhir Kata 1. Bila dimatikan tulis h Ditulis Hikmah ﺩﻥ َﺕ Ditulis „illah ﻉﻱﺕ Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat,dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya. 2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. ‟Ditulis Karamatul al-auliya ﻡﺭ ٍﺕ ﺍأل و ىُﺏ ء Bila ta’ marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah dan dommah ditulis t Ditulis Zakatul fitri ﺯ ﻡﺏﺓ ﺍﻯﻑﻁﺭ
D. Vokal Pendek Ditulis A َ َ Ditulis I ِ َ Ditulis U ُ َ
E. Vokal Panjang Fathah alif Ditulis Ā Ditulis Jāhiliyyah ﺝﺏ ﻩﻱُﺕ Fathah ya‟ mati Ditulis ā Ditulis yas‟ā َﺱﻉ ً Kasrah ya‟ mati Ditulis Ĭ Ditulis Karĭm ﻡﺭ َ ٌ Dammah wawu mati Ditulis ũ Ditulis furũd ﻑﺭﻭﺽ
F. Vokal Rangkap Fathah alif Ditulis Ai Ditulis Bainakum ﺏ ُ ْﻥ ٌ Fathah wawu mati Ditulis Au Ditulis Qaul ﻕﻯﻩ
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof Ditulis A‟antum ﺍﺍّﺥ ٌ Ditulis U‟iddat ﺍﻉﺩ ﺙ Ditulis La‟in syakartum ﻯﺉ ِ ﺵﻥﺭﺡ ٌ
vi
H. Kata Sandang Alif Lam 1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah Ditulis Al-Qur‟an ﺍﻯﻕﺭ ﺍ ُ Ditulis Al-Qiyas ﺍﻯﻕُﺏ ﺱ
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkankan huruf/ (el) nya ‟Ditulis As-Sama ﺍﻯﺱَﺏء Ditulis Asy-Syams ﺍﻯ ﺵَﺱ
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya Ditulis Zawi al-furud ﺫﻭٌ ﺍﻯﻑﺭﻭﺽ Ditulis Ahl as-sunnah ﺍﻩﻭ ﺍﻯﺱْﺕ
vii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Tradisi Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Ditinjau Dari Hukum Islam”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sumbangan dalam arisan walimah urus perkawinan di Desa Panti, Bagaimana dampak positif dan negatif terhadap arisan walimah urus di Desa Panti, Bagaimana hukum sumbangan dalam arisan walimah urus ditinjau dari hukum Islam. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap tradisi arisan walimah urus. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang diperoleh hasil dan kesempulannya sebagai berikut: Pertama dalam masyarakat Desa Panti, terdapat berbagai macam cara mengadakan arisan walimah urus dalam pernikahan dengan cara menabung, arisan, uang pesta atau bantuan. Penelitian ini ialah penelitian lapangan yang di lakukan di Desa Panti, penelitian ini bersifat deskriftif analisis. Adapun untuk menganalisis kasus yang terjadi di Desa Panti dan menentukan boleh dan tidak bolehnya pengadaan arisan walimah urus yang menggunakan adat sumbangan dalam hajatan pada pesta perkawinan, maka peneliti menggunakan pendekatan normative terhadap Al- Qur‟an, Hadits dan ilmu Fikih dan ushul Fikih. Di simpulkan bahwa arisan walimah sesuai dengan ketentuan hukum islam karena didalam Al-Qur‟an dan Hadits tidak ada ketentuan mengenai Arisan Walimah Urus dalam hajatan tersebut. Walimah yang melalui sumbangan dalam hajatan hukumnya sah menurut hukum islam dan undang-undang yang berlaku di Indonesia dengan kata lain hukum adat sumbangan dalam hajatan adalah boleh (mubah), dan jangan sampai adat tersebut disalah gunakan, karena jika adat tersebut tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan adat maka adat tersebut akan banyak menimbulkan kemadharatan.
Kata Kunci: Tradisi, Arisan Walimah Urus, Hukum Islam.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu, tidak lupa pula iringan Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul ” Tradisi Adat Desa Panti Kecamatan Sarolangun
Kabupaten Sarolangun Terhadap Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Tinjau
Dari Hukum Islam” merupakan suatu penelitian terhadap tradisi adat arisan walimah urus perkawinan. Dan penulis juga meneliti bagaimana tinjau dari
Hukum Islam
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya, dan berkat doa bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M. A, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin jambi.
ix
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
3. Bapak H. Hermanton Harun, Lc., M. HI., Ph. D, Sebagai Wakil Dekan
Bidang Akademik.
4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S. Ag., M. HI, Sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.
5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., MHI, Sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan kerjasama.
6. Ibu Siti Marlina, S. Ag., M. HI. dan Ibu Dian Mustika, S.HI, M. A, Sebagai
Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Drs. Baharuddin Ahmad, MHI. dan Ibu Dian Mustika, S.HI, M. A,
Sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan Seluruh Karyawan/karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
x
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribuksi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah
SWT kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya. Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, September 2019
Penulis
Aminah Tuzzuria
SHK152108
xi
PERSEMBAHAN
„Allah yang selalu memberi nafas dalam setiap nadiku, Nabi SAW yang telah memberi tauladan dalam setiap langkahku, ibu, bapak serta keluargaku yang selalu mencurahkan kasih sayangnya secara lahir batin kepadaku, serta sahabat- sahabatku yang selalu menemani dan memberi insprirasi serta motivasi dalam setiap langkahku. Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan skripsi ini kepada kedua orangtuaku, ayahanda tercinta Ahmadi (Alm) dan ibunda tersayang Zuminah, dan juga yang merawat saya dari kecil kepada ibunda Nurasiah dan ayanda M. Soleh telah memberi kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan bapak bahagia karna kusadar selama ini belum bisa berbuat lebih. Teruntuk Alm. bapak walaupun kita tidak pernah bertemu sama sekali hanya ini yang aku persembahan untuk bapak, terima kasih sudah membuat saya bangkit dan menjadi anak yang kuat sampai saat ini, yang mandiri, ini semua aku hadiahkan untuk bapak disurga sana semoga bapak bahagia di surganya amin. Terimakasih juga untuk my brother Zuhdi Is Manto Dan Keluarga Besarku Tercinta terimakasih atas bantuan baik moril maupun materil selama ini. Kepedulian dan dukungan yang ikhlas dan tidak terhingga itu telah kalian berikan dengan tulus demi keberhasilanku. Sahabat atau Keluargaku „HKI 15‟ kalian semua orang-orang terhebatku terimakasih sudah menjadi bagian dari hidupku sampai kapanpun kita akan tetap menjadi satu keluarga.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...... i PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ...... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING...... iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...... iv MOTTO ...... v PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ...... vi ABSTRAK ...... viii KATA PENGANTAR ...... ix PERSEMBAHAN ...... xi DAFTAR ISI ...... xii DAFTAR SINGKATAN ...... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...... 7 D. Kerangka Teori ...... 8 E. Tinjauan Pustaka ...... 14
BAB II METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 17 B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...... 18 C. Jenis dan Sumber Data ...... 19 D. Instrumen Pengumpulan Data ...... 20 E. Populasi dan Sampel ...... 22 F. Teknik Pemilihan Informan ...... 23 G. Teknik Analisis Data ...... 23 H. Sistematika Penulisan ...... 24 I. Jadwal Penelitian ...... 26
xiii
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis Desa Panti ...... 27 B. Kondisi Kemasyarakatan ...... 28 C. Keadaan Penduduk ...... 29 D. Struktur Organisasi Pemerintah Desa ...... 34
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Sumbangan dalam Arisan Walimah Urus Perkawinan Desa Panti ...... 37 B. Dampak Positif dan Negatif Terhadap Arisan Walimah Urus Perkawinan Desa Panti ...... 39 C. Hukum Sumbangan dalam Arisan Walimah Urus Ditinjau dari Hukum Islam ...... 41
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 58 B. Saran...... 59 C. Kata Penutup ...... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN CURRICULUM VITAE
xiv
DAFTAR SINGKATAN
1. As : Alaih as-salam
2. Cet : Cetakan
3. Hlm : Halaman
4. UIN : Universitas Islam Negeri
5. Q.S : Al-Qur‟an Surah
6. SAW : Shollallahu Aalaihi Wasalam
7. SWT : Subhanahu Wata‟ala
8. HR : Hadist Riwayat
9. Alm : Almarhum
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari pengaulan sosial,
kenyataannya bahwa manusia hidup butuh bantuan, baik dari sesama
maupun dari makhluk lainnya, dalam berbagai aspek yang menunjang
kehidupan di muka bumi ini. Hal ini membuktikan bahwa manusia
diciptakan selain berbagai individu tetapi juga sebagai makhluk sosial
sehingga yang diharapkan saling membangun tata kehidupan yang tertib dan
teratur karena sesuai dengan fitrah yang diberikan dari yang maha pencipta
sebagai khalifah di bumi. ۡ ََٰٰٓ ٰۖ َﻭﺇِﺫ َﻕ َﺏﻩ َﺭ ُّﺏﻝَ ﻯِۡﻱ ََ َﻱﺉِ َﻥ ِﺕ ﺇِ ِّّ ٍ َﺝ ِﺏﻉ ٞﻭ ﻑِ ٍ ٱۡ َأل ۡﺭ ِﺽ َﺥﻱِ َُﻑ ﺕ َﻕﺏﻯُ َٰٓﻯ ْﺍ ﺃَ َﺡ ۡﺝ َﻉ ُﻭ ﻑِ َُﻩﺏ ٍَ ِ َُ ۡﻑ ِﺱ ُﺩ ﻑِ َُﻩﺏ َﻭ َ ۡﺱﻑِﻝُ ِّٱﻯﺩ ٍَﺏَٰٓ َء ٰۖ َﻭ َّ ۡﺫ ُ ِ ُّ َﺱ ِّﺏ ُﺥ ﺏِ َﺫ َۡ ِﺩﻙَ َﻭ ُّ َﻕ ِّﺩ ُﺱ َﻯﻝَ َﻕ َﺏﻩ ﺇِ ِّّ ٍَٰٓ ﺃَ ۡﻉ َﻱ ٌُ ٍَﺏ ََل َﺡ ۡﻉ َﻱ َُﻯ َُ ٠ٓ
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".2
2 QS. Al-Baqarah (30): 1
1
2
Untuk dapat menciptakan tata kehidupan yang tertib, diperlukan kesadaran manusia tentang keadaan dirinya karena berpentingan antar sesama manusia saling bersamaan dan berbenturan, sehingga diperlukan aturan-aturan dalam masyarakat. Aturan-aturan yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat atau biasa disebut norma, norma dapat dibedakan empat macam yakni norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum.
Termasuk juga dalam hal yang tidak lepas dari perhatian ajaran agama islam, adalah aturan-aturan perkawinan, yang dalam hukum islam dinyatakan sebagai akad yang kuat untuk mentaati perintah allah dan melaksanakannya termasuk ibadah, dengan tujuan pencapaian rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.
Ketentuan hukum perkawinan dalam ajaran agama islam telah dibahas secara rinci dan jelas mulai dari memilih pasangan, sampai dengan terlaksananya perkawinan hingga sampai akibat perkawinan tersebut. Dan tentunya masalah walimatul‟aqdi dan walimah perkawinan (walimah urus) juga telah mendapatkan ketentuan-ketentuan dalam hukum islam.
Pada pelaksanaan perkawinan, diperlukan syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Di antaranya, adanya rasa suka sama suka dari kedua calon mempelai, adanya ijab dan kabul, adanya mahar dan mas kawin, adanya wali, dan adanya saksi-saksi. Akad nikah adalah suatu batas hubungan seorang laki-laki dan perempuan semula haram menjadi halal dan juga merupakan ikatan baru dalam masyarakat. Oleh sebab itu akad nikah akan
3
lebih sempurna jika tidak hanya disaksikan oleh dua orang, melainkan juga
oleh masyarakat luas.3 Dalam ajaran islam, upacara perkawinan ada dua
macam. Yaitu upacara yang dilakukan antara calon suami dan wali dari
calon istri, yang disebut juga dangan walimatul‟aqdi dan upacara yang
dilakukan setelah terjadinya hubungan suami istri (ba;da dukhul), atau
sebelumnya disebut juga dengan walimah urus yang kini dikenal dengan
resepsi perkawinan.
Walimah urus dalam pengertian secara bahasa adalah al-walamah
berkumpul, dan al-„urus perkawinan. Walimatul diserap dalam bahasa
indonesia menjadi walimah. Di dalam fiqih islam, walimah mengandung
makna yang umum dan makna khusus. Makna yang umum adalah seluruh
bentuk perayaan yang melibatkan banyak orang, sedangkan walimah dalam
pengertian khusus disebut dengan walimah urus, yang mengandung
pengertian peresmian perkawinan yang tujuannya untuk memberitahukan
kepada khalayak ramai bahwa kedua pengantin telah resmi menjadi suami
istri, sekaligus rasa syukur kepada allah atas berlangsungnya perkawinan
tersebut.
Sebagai suatu tradisi yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat,
maka tentunya pelaksanaan walimah dalam perkawinan juga harus sejalan
dengan aturan-aturan islam dan norma-norma yang berjalan di masyarakat.
Meskipun saat ini untuk melaksanakannya, sedikit sulit karena terjadi
3 A. Zuhdi Muhdar, Memahami Hukum Perkawinan, (Bandung : al-Bayan, 1994), hlm. 64
4
akulturasi kebudayaan sehingga sedikit banyak menimbulkan kesulitan untuk membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.
Namun pada intinya jika suatu warga masyarakat muslim memiliki komitmen yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran islam, termasuk ajaran tentang pelaksanaan walimah urus. Sebenarnya islam tidak menghendaki kesulitan bagi umat dalam melaksanakan ajaran-ajarannya.
Salah satu bukti bahwa Islam tidak memberikan kesulitan dalam pelaksanaan ajarannya seperti dalam walimah urus atau resepsi perkawinan, islam hanya mengutamakan terlaksananya, walaupun hanya dikemas dengan sederhana. Dari pada memeriahkannya yang menjurus ke arah hura-hura dan menghambur-hamburkan biaya.
Walimah dalam perkawinan adalah selain sebagai pengumuman bahwa pasangan mempelai telah sah dan resmi sebagai suami istri, juga sebagai tanda rasa syukur kepada sang khaliqnya, walaupun hanya melaksanakannya menyembelih seekor kambing.
Berkaitan dengan hal tersebut, masyarakat Desa Panti dalam melaksanakan upacara perkawinan dilakukan dua kali dalam waktu yang berbeda. Yaitu pada waktu akad nikah, dan setelah akad nikah kebanyakan masyarakat desa panti melaksanakannya dalam dua waktu yang bersamaan.
Yaitu pada waktu pagi harinya dilaksanakan ijab dan qabul, sedangkan untuk resepsi perkawinannya dilakukan setelah ijab dan qabul terkadang dilakukan sampai malam. Setelah acara resepsi perkawinan, masih diselenggarakan tradisi sumbangan dalam hajatan, ketika waktu walimah
5
(hiburan) terjadi. Wujud dari pemberian sumbangan dalam hajatan, dalam hal ini diberikan kepada kedua orang tua mempelai dan kedua pengantin.
Dalam melaksankan pesta perkawinan ini berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Khususnya di Desa Panti Kecamatan
Sarolangun Kabupaten Sarolangun, memiliki upacara adat tersendiri dalam melaksanakan perkawinan. terdapat beberapa upacara adat istiadat perkawinan yang perlu ditinjau dari hukum islam. Adapun pelaksanaan pesta perkawinan dalam Tradisi Adat di Desa Panti kecamatan sarolangun kabupaten sarolangun, berlansung selama kurang lebih tujuh hari tujuh malam berturut-turut, dengan melibatkan hampir seluruh masyarakat setempat.
Dalam hukum adat yang berlaku di Desa Panti kecamatan sarolangun kabupaten sarolangun, bahwa penetapan mahar dalam perkawinan ditetapkan jumlahnya oleh hukum adat, yang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat setempat, tanpa membedakan antara orang miskin dan orang kaya. Dan hampir seluruh biaya pesta perkawinan dibebankan atas pihak laki- laki. Adapun keseluruhan biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pesta perkawinan ini membutuhkan biaya yang sangat besar, dan menghabiskan waktu berhari-hari. Serta melibatkan hampir seluruh masyarakat terkonsentrasi pemikirannya terhadap pesta perkawinan sehingga sulit untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Adapun tingkatan tersebut disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing kepala keluarga. Dalam hal ini tentunya masyarakat harus menunggu beberapa
6
tahun untuk dapat mengambil arisan Desa tersebut sesuai batas waktu yang
telah di tentukan, maka dalam hal ini setiap anggota dapat mengambil arisan
dengan cara mengajukan kepada pengurus arisan dengan syarat sudah sesuai
dengan lama waktu yang di tentukan dan ketika ada hajat seperti Walimatul
Ursy dan Walimatul Khitan guna untuk membantu biaya acara tersebut
Sebagai suatu tradisi yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat,
maka tentunya pelaksanaan walimah dalam perkawinan juga harus sejalan
dengan aturan-aturan islam dan norma-norma yang berjalan di masyarakat.
Meskipun saat ini untuk melaksanakannya, sedikit sulit karena terjadi
akulturasi kebudayaan sehingga sedikit banyak menimbulkan kesulitan
untuk membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.Melihat keadaan
tradisi adat perkawinan yang berlaku di Desa Panti kecamatan sarolangun
kabupaten sarolangun tersebut, telah menyentuh hati peneliti untuk
mengkaji hakikat pesta perkawinan yang sesuai syari‟at islam. dan itu lah
yang melatarbelakangi penulis untuk mengkajinya dalam bentuk skripsi
yang berjudul Tradisi Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti
Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Ditinjau Dari Hukum
Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis ceritakan diatas, maka
muncul pokok persoalan permasalahan yang akan diungkap dalam
penelitian proposal skripsi ini, yaitu :
7
1. Bagaimana pelaksanaan sumbangan dalam arisan walimah urus
perkawinan di Desa Panti?
2. Bagaimana dampak positif dan negatif arisan walimah urus di Desa
Panti?
3. Bagaimana hukum sumbangan dalam arisan walimah urus ditinjau dari
hukum Islam?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui Pelaksanaan sumbangan dalam arisan walimah
urus perkawinan di Desa Panti.
b. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif terhadap arisan
walimah urus di Desa Panti.
c. Untuk mengetahui hukum sumbangan dalam arisan walimah urus
ditinjau dari hukum Islam?
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Akademis
1) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan kepada masyarakat khususnya bagi masyarakat
Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun
dalam hal acara perkawinan.
8
2) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk
mengembangkan penelitian ini lebih lanjut guna kepentingan
ilmu pengetahuan khususnya studi Hukum Keluarga Islam.
b. Kegunaan Praktis
1) Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat beruna bagi
banyak pihak terutama bagi alim ulama, pemangku adat, dan
masyarakat pada umunnya di daerah Desa Panti Kecamatan
Sarolangun Kabupaten Sarolangun, Jambi.
2) Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran secara lengkap
tentang tinjauan hukum Islam tentang Arisan Walimah Urus
Perkawinan Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten
Sarolangun, Jambi.4
D. Kerangka Teori
1. Pengertian Maslahah
Pengertian Maslahah juga dikemukakan oleh Izz al-Din Abd al-
Salam. Dalam pandangan Izz al-Din „Abd al-Salam, Maslahah itu
identik denga al-khair (kebajikan), al-naf (kebermanfaatan), al-husn
(kebaikan). Sementara najm al-Din al-tufi berpendapat bahwa makna
maslahah dapat ditinjau dari segi „urfi dan syar‟i. Menurut al-Tufi,
4 Ishak, Metode Penelitian Hukum, (Kerinci : Stain Kerinci Press), hlm. 133.
9
dalam arti „urfi, maslahah adalah sebab yang membawa kepada tujuan
al-syar‟i, baik yang menyangkut ibadah maupun muamalah.5
Tidak ada satu pun masalah hukum yang muncul kecuali sudah ada
di dalam kitan allah petunjuk jalan solusi atasnya. Syariah islam
merupakan syariah yang selaras dengan fitrah kemanusiaan (syari‟at al-
fitrah), yanng memperhatikan segenap sissi kehidupan manusia, dan
yang menawarkan tuntunan hidup yanng berkeadilan. Syariah islam
juga merupakan syariah yang selaras dengan moralitas kemanusiaan
yang luhur, yang membebaskan manusia dari cengkeraman kuasa hawa
nafsu yanng destruktif. Syariah islam merupakan syariah yang bervisi
dan bermisi mulia. Syariah islam senantiasa memperhatikan realisasi
maslahah bagi segenap hamba-Nya. Karena itulah konsep maslahah
memberi saham besar bagi terwujudnya panduan yang layak
diperhatikan sang mujtahid guna mengetahui hukum allah atas perkara
yang tidak ditegaskan oleh nass Syara‟.
Penelitian yang mendalan atas sedemikian banyak nass al-Qur‟an
dan hadis memang menghasilkan kesimpulan yang menyakinkan bahwa
hukum-hukum syriah senantiasa dilekati hikmah dan „illah yang
bermuara kepada maslahah bahkan hukum-hukum dimaksud bukan saja
di bidang muamalat umum (non-ibadah mahdah), tetapi juga ibadah
mahdah. Jadi, semua bidang hukum dengan aneka norma hukum yang
telah digariskan oleh al-Qur‟an dan hadis berhulu dari, sekaligus
5 Najm al-Din ibn al-Tufi, syarh al-arba‟in al-nawawiyyah. Hlm19
10
bermuara kepada, maslahah bagi kehidupan umat manusia.
Mewujudkan maslahah merupakan elan vital syariah islam. Dalam
setiap aturan hukumnya, al-Syari mentrasmisikan maslahah sehingga
lahir kebaikan/kemanfaatan dan terhindar keburukan/kerusakan, yang
yang bagian terealisasinya kemakmuran dan kesejahteraan di muka
bumi dan kemurnian pengabdian kepada Allah. Sebab maslahah itu
sesungguhnya adalah memelihara dan memperhatikan tujuan-tujuan
syara‟, bukan oleh hawa nafsu manusia.
adat adalah aturan (perbuatan dsb) yang lazim diturut atau
dilakukan sejak dahulu kala.wujud gagasan kebudayaan yang terdiri
atas nilai- nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yang satu dan
lainnya berkaitan menjadi satu sistem.6
Tradisi aturan kebiasaan manusia dalam hidup bermasyarakat.
Sejak manusia itu diturunkan tuhan kemuka bumi, maka ia memulai
hidupnya dengan berkeluarga, kemudian bermasyarakat, dan kemudian
bernegara. Adapun hukum adat adalah hukum yang hidup dan tumbuh
di tengah–tengah masyarakat Indonesia yang tidak tertulis bersarkan
adat.7
Selain itu adat adalah kebiasaan masyarakat, dan kelompok-
kelompok masyarakat yang dilakukan secara turun temurun.
Adat berarti “ kebiasaan” atau “ tradisi “ masyarakat yang telah
dilakukan berulangkali secara turun temurun. Kata “adat “ disini lazim
6 Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hasan Alwi, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2002 ), hlm. 7. 7 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta), hlm. 168.
11
dipakai tanpa membedakan mana yang mempunyai sanksi, “ seperti
hukum adat”, dan mana yang tidak mempunyai sanksi, seperti disebut
“adat “ saja.8
2. Hubungan Tradisi Dengan Hukum Islam.
Hukum Islam yang biasa digunakan secara luas di masyarakat
adalah pengertian hukum seperti Fiqh yang dikemukankan oleh Al-
Ghazal, yaitu hukum syarak yang tetentu bagi perbuatan mukala, seperti
wajib, haram, mubah (kebolehan), sunnah, makruh, dan lain-lainnya.
Memang tidak mudah mempersamakan pengertian hukum dari dua
macam system hukum yang berbeda.
Bagi Hazairin yang satu menganut paham kemasyarakatan (Sistem
Hukum Romawi Dan Hukum Adat). Oleh karena itu, dalam teori hukum
Islam persoalan adat memiliki aturan tersendiri untuk diterapkan, yaitu di
kenal dengan adat kebiasaan atau „Urf bearti memilihara kemaslahatan
bagi masyarakat yang merupakan salah satu asas dan prinsip Hukum
Islam. Selama „Urf itu tidak merusak dan mengubah prinsip universal
syara‟.
Adat dalam istilah ushul fiqih bisa juga di sebut dengan „Urf, yang
mana „Urf adalah sikap, perbuatan, dan perkataan yang “biasa” dilakukan
oleh masyarakat daerah tertentu, dan terus-menerus dijalankan oleh
mereka. Masyarakat Arab jauh sebelum kedatangan Islam, telah mengenal
berbagai macam „Urf . „Urf secara bahasa bearti sesuatu yang telah
8 Nasrun Haroen, “ Adat Bersendi Syarak,” dalam Abdul Azis Dahlan dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003 ), hlm 21
12
dikenal dan dipandang baik serta dapat diterima akal sehat. „Urf yang
bermakna berbuat baik dapat dikemukan dalam firman Allah QS. Surah
Al-A‟raf (7):199 :
ْ ُﺥ ِﺯ ْﺍﻝ َﻉ ْﻑ َﻭ َﻭﺃ ُﻩ ْﺵ ﺕِ ْﺍﻝ ْﻉُﺵ ِﻑ َﻭﺃَ ْﻉ ِﺵ ْﺽ َﻉ ِﻱ ْﺍﻝ َﺝﺍ ِﻩﻝِ َﻱﻱ
Artinya : Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengrjakan yang ma‟ruf,
serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.
Dalam sistem hukum Islam, Al-„Adah dijadikan salah satu unsur yang di pertimbangkan dalam menetapkan hukum. Penghargaan hukum Islam terhadap adat ini menyebabkan sikap yang tolerance dan memberikan pengakuan terhadap hukum yang berdasar adat menjadi hukum yang diakui oleh hukum Islam.
Walaupun demikian pengakuan tersebut tidaklah mutlak, tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Hal ini adalah wajar demi untuk menjaga nilai-nilai prinsip-prinsip dan identitas Hukum Islam. Karena Hukum Islam bukanlah hukum yang menganut sitem terbuka secara penuh, tetapi bukan pula sistem tetutup secara ketat. „Urf yang shahih menambahkan vitalitas dan dinamika hukum islam.
Mengamati bentuk-bentuk „Urf. Dilihat dari segi keberadaannya, „Urf dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu „Urf Shahih dan „Urf Fasid.
a. „Urf Shahih adalah suatu kebiasaan yang telah dikenal secara baik dalam
masyarakat dan kebiasaan itu sejalan dengan nilai-nilai yang terdapat
dalam ajaran islam serta kebiasaan itu tidak menghalalkan yang
diharamkan dan tidak membatalkan (hukum) yang diwajibkan,
13
sebagaimana „Urf manusia dalam bentuk aqad isishna‟, „Urf dalam bentuk
pemberian sesuatu dari pelamar kepada perempuan yang dilamarnya
dalam bentuk perhiasan dan pakaian, merupakan hadiah bukan sebagai
mahar.
b. „Urf Fasid adalah suatu kebiasaan yang telah berjalan dalam masyarakat,
tetapi ajaram itu bertentangan dengan ajaran Islam atau menghalalkan
yang haram dan sebaliknya, membatalakan hukum yang diwajibkan.
Di tinjau dari segi pembagiannya, „Urf dibagi menjadi dua macam, „Urf
„Am dan „Urf Khash, :
a. „Urf „Am (adat kebiasaan umum ) adalah adat yang pemakainya tersebar
luas ke seluruh negeri Islam dan dipergunakan oleh semua orang di negeri
itu.
b. „Urf Khash (adat kebiasaan khusus) adalah adat istiadat yang tersebar di
negeri tertentu tapi tidak di negeri lainnya atau di kalangan masyarakat
yang menggunakan dialek tertentu.
Di tinjau dari segi objeknya, „Urf di bagi menjadi dua macam, „Urf Lafzhi dan „Urf „Amali :
a. „Urf Lafizhi adalah adalah „Urf yang tersebar luas di antara banyak orang
dalam menggunkan sebagai Lafazh atau susunan kalimat yang
mengandung makna tertentu dari aspek terjadinya makna itu dipahami
langsung tanpa adanya qarinah (indikasi) dan tanpa adanya „alaqah secara
„aqaliyah.
14
b. „Urf Amali adalah kebiasaan manusia tentang sesuatu dalam bentuk
perbuatan yang diadatkan atau dalam bentuk mu‟amalah yang bersifat
materi. Yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan manusia secara
individu dalam berbagai persoalan kehidupannya dalam rangka saling
tukar kemaslahatan dan mendapatkan berbagai hak, seperti halnya makan,
minum, pakaian, dan sebagainya. Sementara yang dimaksud dengan
Mu‟amalah Al-Madaniyah adalah transaksi-transaksi yang bertujuan untuk
memperoleh berbagai hak di antara manusia, baik transaksi dimaksud
dalam bentuk aqad atau lainnya, seperti nikah, jual beli dan sejenisnya.
3. Hakikat Perkawinan.
Dalam Kamus Hukum, bahwa Perkawinan adalah segala
sesuatu yang berkaitan atau menyangkut masalah kawin atau nikah.9
Adapun perkawinan menurut ahli fiqh adalah akad nikah yang
ditetapkan oleh syara‟ bahwa seorag suami dapat memamfaatkan dan
bersenang- senang dengan kehormaan seorang istri dan seluruh
tubuhnya.10
Adapun pengertian perkawinan menurut Undang- Undang
Perkawinan No. 1 tahun 1974, dalam pasal 1 yang berbunyi sebagai
berikut : perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
9 Kamus Hukum, Sudarsono, (Jakarta : Rineka Cipta,1992 ), hlm216 10Nur Djaman, Fiqih Munakahat, Semarang : Dina Utama Semarang, hal 2
15
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa.11
4. Hakikat Hukum Islam
Dalam kamus hukum bahwa yang dimaksud dengan hukum islam
adalah peraturan- peraturan dan ketentuan- ketentuan yang berkenaan
dengan kehidupan berdasarkan Al- Qur‟an ; hukum syara‟.12
Imam Syafi‟I (767- 820 M), mengartikan syariah dengan
peraturan- peraturan lahir bagi umat islam yang bersumber pada wahyu
dan kesimpulan yang dapat ditarik dari wahyu. Peraturan – peraturan
lahir ini mengenai cara bagaimana manusia berhubungan dengan Allah
dan sesama makhluk, khususnya sesama manusia.13
Syekh Muhammad Saltut mendefinisikan : “ syariah ialah
peraturan- peraturan yang diciptakan Allah, atau yang diciptakan
pokok- pokoknya supaya manusia berpegang kepadanya dalam
berhubungan dengan Tuhan, saudara sesame muslim, saudara sesama
manusia, serta hubungannya dengan alam selurunya dan hubungannya
dengan kehidupan”.
Orientalist Nicolas P. Aghnides dalam The Backgroun
Introduction to Muhammedan Law, mendefinisikan : “ kata syari‟ah
adalah nama umumnya yang diberikan kepada peraturan- peraturan atau
kaidah – kaidah agama islam dan para ahli dirumuskan sebagai sesuatu
11 Baharuddin Ahmad dan Yuliatin, Hukum Perkawinan Umat Islam di Indonesia, (Jakarta: Lamping Publishing), hlm. 16 12 Sudarsono, Kamus Hukum…, hlm 169 13 Abd. Shomad, Hukum Islam,( Jakarta : Kencana Prenada Media Group),hlm 24
16
yang tidak akan adanya, seandainya tidak ada wahyu ilahi, Hukum
Syari‟ah ( hukum syar‟i ) itu diartikan sebagai jenis, sifat, dan nilai yang
ditetapkan sebagai dari wahyu Ilahi.14
E. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelitian yang lebih integral seperti yang telah
dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penyusun berusaha untuk
melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya- karya yang
lebih mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti.
Pertama, Dalam pembahasaan ini lebih tertuju kepada pelaksanaan
walimah yang dikenal sebagai pesta pernikahan, adalah jamuan makan yang
diselenggarakan berkenaan dengan pernikahan. Biasa nya walimatul urus
dilaksanakan setelah akad nikah. Kata walimah berasal dari kata Al-Walamu
yang dalam bahasa indonesia bermakna “pertemuan”.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nurmi Yanti, Nim : SA.
100017, dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Yang di Tetapkan
Oleh Hukum Adat di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kebupaten
Sarolangun. Adapun pembahasan dalam penelitian ini lebih tertuju kepada
penetapan mahar yang ditetapkan langsung oleh adat.
Ketiga, penelitian terdahulu lebih banyak kepada pembahasan
penyelenggraan pesta pernikahan yang tergolong mubazir. Sedangkankan
dalam penelitian ini penulis akan membahas seputar tradisi adat perkawinan
14 Ibid .,hlm.24.
17
yang perlu dikaji ulang dari agama islam. Para ulama ahli hukum islam fiqih sepakat bahwa mengadakan pesta pernikahan hukumnya adalah sunnah muakkadah, yakni sebuah perbuatan yang dilakukan oleh nabi muhammad SAW dan karena itu dianjurkan bagi sang suami yang merupakan seorang laki-laki (rasyid) dan wali suami yang bukan rasyid.
Pembiayaan pesta pernikahan harus dibayar oleh sang suami. Meskipun demikian, pengadaan pesta pernikahan harus menyesuaikan kemampuan sang suami, karena tujuan adannya pesta pernikahan adalah untuk mengembirakan hati kedua pengantin.15
Menghadiri undangan walimah urus hukumnya adalah wajib atau fardhu ain, yaitu sebuah perbuatan yang apabila ditinggalkan mengakibatkan dosa. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa mendatangi sebuah walimah urus, merupakan sebuah fardhu kifayah, yaitu sebuah perbuatan yang apabila orang lain telah melakukan maka orang yang lain tidak wajib melakukannya. Mereka beranggapan bahwa esensi dan betujuan adanya sebuah pernikahan adalah untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa pasangan ini telah menikah dan membedakannya dari perbuatan zina.
Syarah-syarat yang menjadikan seorang muslim wajib menghadiri walimatul „ursy adalah:
a. Orang yang mengundang adalah kerabat atau saudara
b. Ditentukan orangnya
15 Drs. H. Ibnu Mas‟ud (2000). Fiqih Mazhab syafi‟i. CV.Pustaka Setia.
18
Jika undangan walimah urus bersifat umum (tidak menentukan orangnya), maka tidak wajib untuk menghadiri undangan tersebut, dan hukum menhadirinya adalah fardhu kifayah apabila orang lain telah melakukan maka orang yang lain tidak wajib melakukannya.16
a. Tidak ada halangan sah sesuai dengan ketentuan hukum islam
Misalnya saja sakit keras, hujan yang deras, banjir, dan lainya
b. Di tempat walimah urus tidak dapat perbuatan kemungkaran.
16 Drs. H. Imron Abu Amar (1983). Ter. Fat-hul Qarib. Menara Kudus
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. “Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.
Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran”. Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Desa Panti, Kecamatan
Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Dengan
pertimbangan bahwa tempat atau lokasi tersebut dapat memperoleh data
yang diperlukan untuk menyusun serta menyelesaikan skripsi ini.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April dan Mei 2019
19
20
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
yang pengumpulan data dilakukan di lapangan untuk mengadakan
pengamatan terhadap suatu fenomena dalam keadaan ilmiah dan
bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk memahami
fenomena mengenai apa yang dialami subjek penelitian.17 Ide penting
dari jenis penelitian ini adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan
untuk mengadakan pengamatan langsung tentang suatu fenomena yang
terjadi.
Ada dua sebab terjadinya penelitian lapangan, yaitu pertama
untuk membuktikan suatu teori benar atau tidak. Jadi, teori ini dites
kebenarannya di lapangan. Dalam hal ini testing dilakukan dengan
mencari apakah ada data-data yang mendukung teori tersebut. Sebab
kedua untuk mencari kemungkinan-kemungkinan dapat atau tidaknya
suatu teori yang baru ditemukan sesudah penelitian lapangan.18
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara lapangan yang dilakukan di
Desa Panti untuk memberi informasi yang berkaitan dengan tradisi adat
arisan walimah urus perkawinan di tinjau dari hukum islam. Kaidah
penelitian ini membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang
17 Irkhamiyati, “Evaluasi Persiapan Perpustakaan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta dalam Membangun Perpustakaan Digital,” Jurnal Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 13, No. 1, (Juni 2017), hlm. 41. 18 Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito Sosrodihardjo, Metode Penelitian Sosial (Edisi Revisi), (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), hlm. 12.
21
diperoleh dari bahan bacaan. Selain itu, kaidah ini juga digunakan
untuk mendapatkan informasi tambahan dan penyelesaian kepada
masalah yang dihadapi.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari
data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari peneliti kepada
masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara. Data primer
diperoleh peneliti sendiri secara mentah-mentah dari masyarakat
dan masih memerlukan analisa lebih lanjut. Adapun yang menjadi
data primer yang dikumpulkan meliputi tokoh-tokoh adat, ketua
adat, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat yang ada di Desa
Panti.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan melakukan
studi kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan
membaca, mengutip, mencatat buku-buku menalaah Undang-
Undang yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
2. Sumber Data
22
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer
dan sumber data sekunder. Yang termasuk sumber data primer adalah:
a. Kepala Desa.
b. Tokoh-Tokoh Agama.
c. Ketua Adat.
d. Tokoh-Tokoh Adat.
e. Tokoh-tokoh masyarakat
f. Masyarakat yang ada di Desa Panti.
Sedangkan data sekunder terdiri dari materi yang terdapat dalam
buku-buku, jurnal, dan literatur lainnya yang masih berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Data sekunder ini hanya diperlukan sebagai
penunjang atau pendukung data primer.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. Untuk penelitian kualitatif, alat
yang digunakan adalah si peneliti itu sendiri (human instrument).19 Untuk
mendapatkan informasi dari objek yang diteliti, hendaknya ada komunikasi
dan koordinasi yang terjalin secara harmonis.20
Instrumen pengumpulan data juga termasuk cara mengumpulkan data
yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam
19 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi…., hlm. 37. 20 Fenti Hikmawati, Metodologi Penelitian, (Depok: Rajawali Pers, 2017), hlm. 80.
23
penelitian jenis lapangan ini (field research), penulis menggunakan tiga
instrumen data, berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti
mencatat informasi sebagaimana peneliti saksikan selama dalam
penelitian.21 Observasi bertujuan untuk menguji hipotesis dengan cara
mempelajari dan memahami tingkah laku hukum masyarakat yang
dapat diamati dengan mata kepala.22 Melalui observasi, peneliti akan
lebih mampu memahami konteks data secara keseluruhan.23
Kedudukan peneliti hanya sebagai partisipan dalam suatu
lingkungan masyarakat yang diteliti. Selama proses observasi, peneliti
akan membuat catatan-catatan untuk keperluan analisis dan pengecekan
data kembali.24 Dan oleh karena itu data yang diperoleh dari observasi
disebut data primer.25
Melalui observasi dimaksud, maka peneliti mengadakan suatu
pengamatan langsung di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten
Sarolangun Terhadap Arisan Walimah Urus Perkawinan.
2. Wawancara
21 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 116. 22 Bahder Johan Nasution, Metode Peneltian Ilmu Hukum, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2016), hlm. 169. 23 Fenti Hikmawati, Metodologi Penelitian…, hlm. 81. 24 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 69. 25 Yogi Sugito, Metodologi Penelitian: Metode Percobaan dan Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2013), hlm. 113.
24
Wawancara adalah percakapan-percakapan yang dilakukan atas
dasar maksud tertentu dengan mengajukan pertanyaan secara langsung
oleh pewawancara guna mendapatkan informasi dan data-data yang
berhubungan dengan penelitian. Wawancara yang peneliti wawancarai
adalah meliputi:
a. Kepala Desa.
b. Ketua Adat.
c. Tokoh Agama.
d. Tokoh Adat.
e. Tokoh-tokoh Masyarakat dan masyarakat Desa Panti.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, buku surat kabar, laporan program kerja, transkip,
agenda dan lain-lain
a. Situasi dan kondisi Desa Panti Kecamatan Sarolangun.
b. Struktur Organisasi pemerintah Desa Panti Kecamatan Sarolangun.
E. Populasi dan Sampel
Istilah populasi dan sampel dapat digunakan jika penelitian yang
dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Populasi dalam
setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu yang berkenaan
dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup.
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh Masyarakat
25
Desa Panti Kecamatan Sarolangun. Yang sebelum perkawinan terjadi
sebuah tradisi arisan walimah urus perkawaninan. Mengingat luasnya
populasi dalam penelitian ini, maka penulis mengambil sampel. Sampel
adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti, sampel dalam penelitian
ini adalah orang yang melakukan tradisi adat arisan walimah urus yang
berada di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun.
F. Teknik Pemilihan Informan
Informan penelitian maksudnya adalah orang yang memberikan data
kepada penulis yang diambil dengan cara wawancara. Untuk memperoleh
data yang otentik penulis melakukan interview/wawancara dengan para key
informan yang posisinya sebagai pelaku yang pernah melakukan tradisi
langkahan. Untuk Memperoleh data yang menunjang juga penulis
melakukan wawancara kepada tokoh-tokoh masyarakat. Dengan cara
demikian penulis dapat memperoleh informasi-informasi yang berkaitan
dengan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Analisis data dapat dilakukan dengan mengorganisasikan
data, menjabarkannya ke dalam unit-unit melakukan sistem, menyusun ke
26
dalam pola, mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis
data yang penulis gunakan ada beberapa tahap, yaitu:
1. Deskripsi, penulis akan memberikan gambaran yang berkaitan dengan
bidang yang diteliti.
2. Reduksi Data, penulis mempertegas, memperpendek, membuat pokus,
membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan
pengumpulan data yang berkaitan dengan bidang yang diteliti. Proses
ini berlangsung terus menerus sampai laporan akhir penelitian selesai.
3. Penyajian Data, dari data yang dikumpulkan dan direduksi kemudian
disajikan menjadi informasi, selanjutnya penulis menarik kesimpulan
yang meliputi berbagai jenis keterangan.
H. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dan setiap babnya
terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan
tersendiri tetapi tetap saling berkaitan antar satu bab dengan bab berikutnya.
Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
BAB 1, Berisi tentang pendahuluan, sebagai pengantar secara
keseluruhan sehingga bab ini akan diperoleh gambaran umum tentang
pembahasan skripsi ini. Bab pertama ini berisi tentang pendahuluan sebagai
pengantar secara keseluruhan sehingga bab akan diperoleh gambaran umum
tentang pembahasan skripsi ini. Yaitu: Latar Belakang Masalah, Rumusan
27
Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Kerangka
Teori.
BAB II, Penulis membahas mengenai metode penelitian. Bab ini terdiri dari sub-sub sebagai berikut: Pendekatan Dan Jenis Penelitian, Jenis
Dan Sumber Data, Instrument Pengumpulan Data, Teknik Pemilihan
Informan, Teknik Analis Data, Sistematika Penulisan.
BAB III, Penulis akan menjelaskan gambaran umum Lokasi
Penelitian, Geografis, Keadaan Penduduk dan Mata Pencahariannya,
Keadaan Agama dan Pendidikan, Keadaan Tanah dan Iklim, dan Struktur
Organisasi Pemerintah Desa.
BAB IV, Yaitu bab akhir dari pembahasan masalah pokok dan analisis berikut: skripsi ini membahas tentang Tradisi Adat Desa Panti
Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Terhadap Arisan Walimah
Urus Perkawinan Di Tinjau Dari Hukum Islam.
BAB V, Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari kesimpulan hasil penulisan skripsi, saran-saran dan penutup.
28
J. Jadwal Penelitian
Untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitian ini maka
penulis menyusun jadwal sebagai berikut:
Tabel I
Jadwal Penelitian
Tahun 2018-2019 September November Desember Agustus Januari April Juni Juli
No. Kegiatan
4 1 2 4 1 2 1 1 2 1 2 1. Pengajuan X Judul 2. Pembuatan x Proposal 3. Penunjukan x Dosen Pembimbing 4. Keluar Jadwal X Seminar 5. Ujian Seminar X Proposal 6. Pengesahan Judul 7. Surat Izin Riset 8. Pengumpulan x x x x Data 9. Pengelolaan x x x dan Analisis Data 10. Bimbingan dan x x perbaikan Skripsi 11. Agenda dan Ujian Skripsi 12. Perbaikan dan Penjilidan
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA PANTI KECAMATAN SAROLANGUN
A. Sejarah dan Geografis Desa Panti
Gambaran umum kondisi wilayah memberikan informasi penting
dalam merencanakan pembangunan karena kita dapat mengindentifikasi
faktor-faktor atau berbagai aspek yang mempengaruhi optimalsasi
pencapaian keberhasilan pelaksanaan pembangunan di Desa Panti.
Menjelaskan secara singkat tentang sejarah Desa Panti, kondisi geografis,
keadaan penduduk dan struktur organisasi pemerintahan desa.
Pada mulanya desa panti kecamatan sarolangun disebut tempat
persinggahan, perdamaian atau tempat menyelesaikan masalah antar
kampung IV Seperti Desa: Sungai Baung, Sungai Abang dan Tingting
selanjutnya mereka menetap dan mendirikan sebuah dusun yang dinamakan
Desa Panti. Tidak ada yang tau pasti kapan sebenarnya tahun berdirinya
Desa Panti. Sejak zaman belanda desa ini telah berdiri, ini dibuktikan
adanya jalan yang dirintis oleh penjajah Belanda dan cerita dari masyarakat
bahwa mereka juga merasakan bagaimana susahnya saat dijajah oleh
belanda.
Secara administratif, Desa Panti termasuk dalam wilayah Kecamatan
Sarolangun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Luas wilayah Desa Panti
secara administratif Desa Panti terletak di jalan lintas sumatra sekitar 9 km
dari pusat kota sarolangun, 2 km dari gerbang kota sarolangun ke arah
29
30
barat. dan dari ibu kota provinsi lebih kurang 268 km. Secara geografis,
Desa Panti Kecamatan Sarolangun batas wilayah dengan:
1. Sebelah Timur berbatasan Batang Sungai Abang
2. Sebelah Selatan berbatasan Sungai Selembau
3. Sebelah Barat berbatasan Desa Sungai Baung dan Desa Baru
4. Sebelah Utara berbatasan Sungai Tambir
Desa Panti merupakan desa yang dilalui oleh jalur jalan lintas
sumatra. Karena letaknya yang strategis tersebut, maka kabupaten ini
menjadi suatu tempat yang bisa diperhitungkan untuk membuka lahan
usaha. Mayoritas penduduk desa panti beragama islam (100%) dengan
pekerjaan sebagai petani karet, sawit, bercocok tanam padi dan tanaman
muda. Meskipun ada juga yang bekerja di sektor swasta dan PNS.
Iklim Desa Panti sebagaimana umumnya iklim wilayah Indonesia
adalah Tropis. Ketinggian Desa Panti: 935 m, rata-rata curahan hujan: 130
mm / th, suhu rata-rata 23 c. Penduduk Desa Panti memilik luas tanah
seluas: 3.300 ha, tanah wakaf: 8 ha, pekarangan: 75 ha, persawahan: 10 ha,
perladangan: 1500 ha, perkebunan rakyat: 660 ha.
B. Kondisi Kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan Desa Panti Kecamatan Sarolangun dalam
kehidupan sehari-hari masih berpegang teguh dengan adat yang
bersendikan syarak “, yaitu dalam adat tersebut masih berlandaskan nilai-
nilai Islami. Hal ini tercermin dari pola hidup masyarakat yang menjunjung
31
tinggi nilai-nilai toleransi, bergotong-royong saling membantu satu sama
lain.
Sifat saling membantu ini dapat dilihat ketika salah satu keluarga
yang ditimpa musibah maka masyarakat di desa ini akan saling memberi
bantuan baik moril maupun materil, guna untuk meringankan beban orang
tersebut. Dalam sisi lain dapat juga kita lihat dalam acara pernikahan maka
mulai dari kaum kerabat, masyarakat setempat maupun masyarakat desa
tetangga, semuanya akan memberi sumbangan mulai dari mempersiapkan
kebutuhan acara tersebut hingga selesai, dan waktu yang digunakan dalam
menyelenggarakan acara pernikahan didesa panti kecamatan sarolangun.
Sumbangan materil yang diberikan oleh masyarakat yaitu berupa
beras, kelapa, ayam dan lain sebagainya yang akan digunakan untuk makan
dan minuman selama peyelenggaraan acara pernikahan tersebut.
C. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk merupakan parameter untuk menghimpun besarnya
kebutuhan hidup yang diperlukan masyarakat seperti ladang, pangan,
pendidikan dan sarana prasarana penunjang lainya, dimana itu dapat
direncanakan berdasarkan jumlah penduduk pada suatu wilayah yang
bersangkutan. Jumlah penduduk pada suatu wilayah erat hubunganya
dengan daya dukung wilayah tersebut, dimana pemrataan penyebarannya
berpengaruh terhadap ekonomi tingkat kesejahteraan masyarakat,
pertahanan dan keamanan.
32
Penduduk asli Desa Panti adalah suku Melayu, sedangkan jumlah
penduduk secara keseluruhan adalah 1.683 jiwa, yang terdiri dari 773 jiwa
(46%) adalah laki-laki dan 910 jiwa (54%) perempuan. Dapat dilihat dari
tabel dibawah ini:
Tabel II
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
NO Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-Laki 773 jiwa 46%
2. Perempuan 910 jiwa 54%
Jumlah 1.683 100%
(Sumber : Arsip Kantor Desa Panti)
Masyarakat Desa Panti Kecamatan Sarolangun Secara keselurahan
pemeluk agama Islam. Artinya, tidak ada seorangpun dari penduduk Desa
Panti Kecamatan Sarolangun penganut agama lain selain agama Islam. Hal
ini terjadi memang sudah turun temurun sejak nenek moyang dahulu. Bagi
masyarakat Desa Panti, masalah agama merupakan masalah yang sangat
penting, oleh karenanya pindah agama merupakan aib besar.
Oleh karena itu penduduk desa panti keseluruhannya dalam umat
islam, maka sarana ibadah yang ada hanya untuk umat Islam yang terdiri
dari masjid dan musholla. Secara dapat dilihat pada tabel berikut:
33
Tabel III
Sarana Peribadatan Desa Panti
NO Sarana Ibadah Jumlah Keterangan
1. Masjid 2 buah Kondisi Baik
2. Musholla 3 buah Kondisi Baik
Jumlah 5 buah
(Sumber : Arsip Kantor Desa Panti)
Dari segi pendidikan, masyarakat Desa Panti mau ketinggalan.
Mayoritas penduduk desa ini menyekolahkan anak-anaknya dari daerah desa ataupun keluar dari daerah Kecamatan, sampai ke Perguruan Tinggi.
Ini menunjukan tingkat pengetahuan dan keinginan mereka untuk maju sangat besar.
Tabel IV
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Keterangan
1. SD sederajat 171 Berijazah
2. SLTP sederajat 61 Berijazah
3. SLTA sederajat 99 Berijazah
4. Perguruan Tinggi 80 Berijazah
Jumlah 441
(Sumber: Arsip kantor Desa Panti)
34
Karena kondisi alam yang sangat mendukung dalam bidang pertanian, maka pada umumnya masyarakat desa Panti hidup bertani, disamping itu ada juga yang hidup sebagai pedagang, pertukangan, honorer, pensiunan, dan pegawai negeri.
Untuk jelasnya distribusi penduduk berdasarkan mata pencarian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel V
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
NO Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan
1 PNS/HONORER 15 Orang
2 TNI 1 Orang
3 Pegawai Swasta 15 Orang
4 Petani/kebun/peternak 165 Orang
5 Penyedia jasa 53 Orang
6 Wiraswata/Pedagang 25 Orang
(Sumber: Arsip Kantor Desa Panti)
Untuk menunjang kemajuan dan kemakmuran masyarakat desa Panti, pemerintah desa mendirikan sarana diantaranya:
1. Bidang perhubungan dengan membuat jembatan disetiap dusun yang
membutuhkan agar masyarakat mudah menjual hasil pertanian dan
peternakannya.
2. Bidang kesehatan dengan mendirikan Puskesmas Pembantu.
35
3. Bidang pendidikan dengan mendirikan sarana pendidikan dari jenjang
pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), dan
Sekolah Dasar (SD).
4. Mendirikan Koperasi Desa.
5. Bidang Seni dan Budaya.
6. Sarana Olahraga.
D. Sruktur Organisasi Pemerintah Desa
Desa Panti dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu oleh segenap
perangkat desa, mulai dari sekretaris, Kepalan Urusan (KAUR) yang
bertugas melayani masyarakat dalam bidang pelayanan tertentu, termasuk
dibantu juga Kepala Dusun (KADUS) dan ketua Rukun Tetangga (RT).
Selain dari itu, untuk menopang jalannya pemerintahan desa, didesa
panti dilengkapi dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga
Ketahan Desa (LKMD) Badab Usaha Milik Desa (BUMD) Dan Pendidikan
Kesejarahtaraan (PKK). Adapun struktur lembaga-lembaga tersebut dapat
dilihat pada bagan berikut:
36
STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA PANTI
KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN
BPD KEPALA DESA KHAIRUL SALEH
SEKRETARIS DESA ZAINAL ABIDIN
KA BI KAUR TU & KAUR KASI PEM KASI PELAYANAN KAUR KEUANGAN KESEJAHTERAAN UMUM PERENCANAAN RIZKY AKBAR UNES SAFITRI MISNA WATI SOLAHUL MUKMIN MELIA ERIKA SOBIRIN
KEPALA DUSUN I KEPALA DUSUN II KEPALA DUSUN III
37
STUKTUR ORGANISASI PERGERAKAN PKK DESA PANTI
KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN
PEMBINA KETUA KEPALA DESA PANTI Ny. MALIATI, Ks. KHAIRUL SALEH
BENDAHARA SEKRETARIS Ny. REPLINA Ny. PRETTY DWI
POKIA I POKIA II POKIA III POKIA IV
KETUA KETUA KETUA KETUA Ny.DASNI Ny.SITI ROHANI Ny.ROTMAWATI Ny.WARDATUL.I WAKIL KETUA WAKIL KETUA WAKIL KETUA WAKIL KETUA Ny. WITRIYANA Ny. NURBAITI Ny. MARDIAH Ny. JUSNAWATI SEKRETARIS SEKRETARIS SEKRETARIS SEKRETARIS Ny. SENIATI Ny. MELIA ERIKA Ny. MISNAWATI Ny. ERNI KURNIA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ARIDA Ny. SRI E.A.N Ny. BAINAR Ny. SIIT RAHMI ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA Ny.NURLELA Ny.HERLIN.W Ny.URNIYATI Ny.ENDAWATI ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA
Ny.WAHIDA Ny. RISNAWATI Ny.NORAINI Ny. INDAH HUSNA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA Ny.ASIA DARLANA Ny.DESMARENI Ny. LENI Ny. HELMAWATI
38
STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERMUSYAWATAN DESA (BPD)
DESA PANTI KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN
SAROLANGUN
KETUA AHMAD SUTISNA
WAKIL KETUA PADIANTO
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA HERLIN WIDA SWARA MUZMIN NURBAITI
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Sumbangan Dalam Arisan Walimah Urus Perkawinan Di
Desa Panti
Dalam hukum adat bahwa arisan merupakan salah satu bentuk
kegiatan perekonomian rakyat yang telah banyak dilakukan dalam praktek
kehidupan masyarakat indonesia. Apabila ditinjau dari segi tujuannya,
keberadaan arisan memang mempunyai tujuan yang relatif bervariasi, tetapi
hal yang paling utama adalah sebagai rasa tolong-menolong sesama
masyarakat yang ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Beberapa tokoh
masyarakat Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun
memberikan pendapat tentang latar belakang dan sejarah terbentuknya
arisan desa. Seperti yang disampaikan olah bapak Khalid:
“Kalau secara detail terbentuknya arisan desa ini karena mengakrapi yang
punya hajatan, jadi khusus orang punya hajatan yang boleh mengeluarkan
arisan. Kemudian itu lama-kelamaan berkembang karena dianggap sebagai
tabungan dan akhirnya yang memulai arisan itu parah tokoh desa. Jadi
ketika ada hajatan butuh uang lalu mengeluarkan arisan awalnya gitu.
Kalau awal mulai orang mengeluarkan arisan dulu itu khusus orang punya
hajatan, itupun waktu masih primitive aturan lama belum ada buku
kemudian terbentuk hanya sekedar arisan biasa cuma dibuat mengakrapi
orang punya hajatan itu saja”.
39
40
Jelas dinyatakan bahwa terbentuknya arisan desa karena unsur kebersamaan masyarakat ketika ada hajatan. Awal mula dilangsungkan arisan tersebut yaitu ketika ada hajatan saja boleh mengeluarkan arisan.
Kemudian seiring berkembangnya waktu karena masyarakat menganggap arisan tersebut sebagai tabungan, akhirnya terbentuk arisan desa yang dipelopori oleh tokoh masyarakat desa. Sehingga ketika masyarakat desa setempat mempunyai hajat bisa mengeluarkan arisan.
Begitu juga dengan paparan yang disampaikan oleh bapak Kadar tersebut bahwa:
“Asal-usul terbentuknya arisan ini karena kegotong-royongan masyarakat untuk membantu orang yang punya hajatan sehingga gimana caranya supaya tentangga bisa kumpul. Kalau sejarah mulainya arisan ini sejak nenek moyang”.
Dari hasil pemaparan beberapa masyarakat Desa Panti terkait latar belakang dan sejarah arisan. Menurut hasil penelitian bahwasanya yang melatar belakangi terbentuknya arisan desa ini karena ada unsur kebersamaan antar masyarakat ketika ada hajat seperti Walimatul Ursy dan
Walimatul Khitan sebagai upaya tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Dimana dalam hal tersebut telah menjadi kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat yang menjadi kebutuhan mereka, disepakati dan ada kemaslahatannya. Pada dasarnya sistem arisan sendiri di dalamnya terdapat unsur tolong menolong diantaranya sesama peserta
41
arisan. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi: ٰۖ ۡ َﻭ َﺡ َﻉ َﺏﻭ ُّ ْﻯﺍ َﻉ َﻱ ً ۡٱﻯﺏِ ِّﺭ َﻭٱﻯﺥَّ ۡﻕ َﻯ َٰﻱ َﻭ ََل َﺡ َﻉ َﺏﻭ ُّ ْﻯﺍ َﻉ َﻱ ً ٱۡ ِۡلﺙ ٌِ َﻭ ۡٱﻯﻉُ ۡﺩ ََٰﻭ ِۚ ُِ َﻭٱﺡَّﻕُ ْﻯﺍ ٱ َّ ّٰۖللَ ﺇِ َّ ُ ٱ َّّلل َ َﺵ ِﺩ َُﺩ ۡٱﻯ ِﻉ َﻕﺏ ِﺓ ٢
Artinya: “Dan tolong-menolong kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa akan pelanggaran dan bertakwalah kamu
kepada allah Sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya”.26
Ayat diatas menjelaskan bahwa ajakan agama islam untuk saling tolong menolong antar sesama dalam hal kebaikan dan tidak tolong menolong dalam hal keburukan yang merugikan orang lain maupun melanggar syariat. Sehingga semua perbuatan yang baik tidak dilarang asalkan tetap berlandaskan ajaran islam sebagaimana dalam praktek arisan pada umumnya.
Sesuai dengan kajian pustaka bahwasanya arisan kini telah menjadi
bagian gaya hidup masyarakat. Baik dilakukakan di desa, tempat kerja,
dengan keluarga atau antar anggota organisasi. Memang tidak semua orang
tidak tertarik mengikuti kegiatan arisan, banyak yang berpendapat kegiatan
ini membuang waktu. Padahal, selain sebagian ajang tolong menolong,
sebenarnya banyak manfaat positif yang bisa dipetik dari kegiatan tersebut.
26 Al-Maidah (5): 2.
42
B. Dampak Positif dan Negatif Terhadap Arisan Walimah Urus
Perkawinan Di Desa Panti
Sebagai tanda menghormati sesama muslim dengan menghadiri
undangan dan menjalin silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan /
ukhwah. Melaksanakan kewajiban terhadap sesamanya. Dapat menjadi
wahana untuk saling mengingat, menasehati dan mendo‟akan . mendapat
ridha dari allah atas melaksanakan bagi yang menghadirinya. Ulama
Mazhab Zhahiri, salah satu pendapat Imam Malik dan salah satu pendapat
Imam Syafi‟i menyatakan bahwa hukum mengadakan walimah adalah
wajib, karena Rasulullah SAW menggunakan fiil amar dalam hadis tersebut.
Antara lain yang mereka kemukakan adalah kisah perwakinan Ali bin Abi
Thalib dengan Fatimah anak Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis tersebut
juga mengandung kemestian untuk mengadakan walimah.
Selanjutnya memperindah pelaksanaan walimah dengan musik
nyanyian adalah suatu hal yang diperbolehkan dalam islam, selama tidak
disertai dengan hal-hal yang mengarah kepada perbuatan yang diharamkan.
Bahkan disunatkan dalam situasi gembira, guna melahirkan perasaan senang
dan menghibur hati seperti hari raya dan kedatangan orang yang sudah lama
ditunggu. Rasulullah sendiri pernah memerintahkan aisyah, ketika aisyah
mengantar seorang pengantin wanita agar iringan pengantin tersebut diiringi
dengan nyanyian.
Adapun berikut beberapa dampak positif terhadap arisan walimah urus
perkawinan di Desa Panti:
43
1. Bisa menunjang perekonomian dalam urusan walimah, mengingat
waktu menuju acara walimah
2. Sarana untuk mempererat tali silaturahmi baik antara keluarga kedua
mempelai dengan masyarakat
3. Dapat menjadi wahana untuk saling mengingatkan, menasehati dan
mendoakan.
Adapun dampak negatif dari dari arisan walimah urus perkawinan di
Desa Panti meliputi:
1. Kalau kita memandang dari segi posirif, tentu arisan walimah itu sangat
membantu untuk menyokong pendanaan walimah, namun bisa jadi
pemborosan apabila ada keluarga yang berada mengikuti arisan
walimah, tapi juga mempunyai pendanaan sendiri.
2. Adanya arisan walimah bisa membuat beberapa para calon kurang
berusaha mencari uang untuk acara waktu pernikahannya, dikarenakan
orang tua mereka yang mengikuti arisan walimah, walaupun dalam
hukum Islam tidak apa-apa mengenai orang tua yang membantu acara
pernikahannya.
C. Hukum Sumbangan Dalam Arisan Walimah Urus Ditinjau Dari
Hukum Islam
Hukum adat mengandung makna bahwa hukum yang sebagian besar
adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil adalah hukum Islam. Hukum
44
adat berakar pada kebudayaan tradisional dan merupakan suatu hukum yang hidup, karena ia menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat.27
„Urf merupakan salah satu sumber hukum yang digunakan oleh para mujtahid dalam menetapkan suatu hukum. „Urf (kebiasaan masyarakat) adalah sesuatu yang berulang-ulang dilakukan oleh masyarakat daerah tertentu, dan terus menerus diajalani oleh mereka, baik hal demikian terjadi sepanjang masa atau pada masa tertentu saja. Kata “sesuatu” dalam pengertian „urf mencakup hal yang baik ataupun hal yang buruk, mencakup pula hal yang bersifat perkataan (qauliy) dan hal yang bersifat perbuatan
(fi‟liy).28
Adapun salah satu kedudukan „urf sebagai dalil syara‟ dari ucapan sahabat Rasullah bernama Abdullah bin Mas‟ud:
َﻑ ََ َﺏﺭﺁ ُٓ ﺍﻯ َُ ْﺱﻱِ َُ ْﻯ َ ُ َﺩ َﺱ ًْﺏ َﻑﻩُ َﻯ ِﻉ ْْ َﺩ ََّّللاِ َﺩ َﺱ ٌ ِ َﻭ ٍَ َﺏﺭﺁ ُٓ ﺍﻯ َُ ْﺱﻱِ َُ ْﻯ َ ُ َﺱ ُْﺉًﺏ َﻑﻩُ َﻯ ِﻉ ْْ َﺩ ََّّللاِ َﺱ ٍْ ٌء
Artinya: “Sesuatu yang dinilai baik oleh kaum muslimin adalah baik di sisi
Allah, dan sesuatu yang mereka nilai buruk maka ia buruk di sisi
Allah”.
Maksud dari ungkapan Abdullah bin Mas‟ud di atas adalah baik dari segi redaksi maupun maksudnya, menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan baik yang berlaku di dalam masyarakat muslim sejalan dengan tuntutan umum syariat Islam juga merupakan sesuatu yang baik di sisi Allah.
27 Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1989), hlm. 3. 28 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 161.
45
Sebaliknya, hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan yang dinilai baik
oleh masyarakat, akan melahirkan kesulitan dan kesempitan sehari-hari.29
Pensyarah kitab al-Asybah wa an-Nadzhair menyatakan bahwa:
َّ ﺍﻯﺙﺏ ﺏِ ُﺝ ﺏِﺏﻯﻉُ ِﺭﻑ َﺙﺏﺏِ ٌﺝ ﺏِ َﺩﻯِ ٍُﻭ َﺵ ْﺭ ِﻉ ٍ ً
Artinya: “Diktum hukum yang ditetapkan berdasarkan „urf sama
dengan diktum hukum yang ditetapkan berdasarkan dalil
syar‟i.”30
Imam as-Sarkhasi dalam kitab al-Mabsudh berkata:
ﺍﻯﺙَّﺏ ﺏِ ُﺝ ﺏِ ْﺏﻯﻉُ ْﺭ ِﻑ َﻡﺏﻯﺙ َّﺏﺏِ ِﺝ ﺏِﺏﻯ َّْ ِّﺽ
Artinya: “Apa yang ditetapkan berdasarkan „urf statusnya seperti yang
ditetapkan berdasarkan nash.”31
Maksud dari dua perkataan tersebut itu adalah bahwa apa yang
ditetapkan berdasarkan „urf sama dengan yang ditetapkan berdasarkan dalil
syar‟i yang sederajat dengan nash sekiranya tidak terdapat nash.32
Penggolongan jenis-jenis „urf atau adat itu dapat dilihat dari beberapa
segi. Salah satunya dapat dilihat dari segi penilaian baik dan buruk „Urf
tersebut, yaitu:33
29 Abdul Rahman Dahlan, Ushul Fiqh…., hlm. 212-213. 30 Abdul Ghofur Anshori dan Yulkarnain Harahab, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya, (Jogjakarta: Kreasi Total Media, 2008), hlm. 186. 31 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, alih bahasa Saefullah Ma‟shum, dkk, (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 2008), hlm. 417. 32 Ibid, hlm. 417-418. 33 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2…., hlm. 392.
46
1. „Urf Shahih adalah adat yang berulang-ulang dilakukan, diterima oleh
orang banyak, tidak bertentangan dengan agama atau syara‟, sopan
santun, dan budaya yang luhur.
2. „Urf Fasid adalah adat yang berlaku di suatu tempat meskipun merata
pelaksanaannya, namun bertentangan dengan agama atau syara‟,
undang-undang negara, dan sopan santun.
Arisan desa untuk biaya pernikahan merupakan tradisi budaya mulai nenek moyang yang belum diketahui hukum kebolehannya melakukan kegiatan tersebut. Hal ini karenakan tidak dijelaskan detail didalm al-qur‟an maupun al-hadits.
Masyarakat Desa Panti dalam melaksanakan praktik arisan Desa guna untuk membantu dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan kehidupan seperti biaya walimatul ursy. Hal tersebut dilakukan masyarakat Desa Panti karena dianggap saling membantu satu sama lain. Alasan yang mereka katakan hamper semuanya sama, mengatakan bahwa praktik arisan itu bertujuan baik dan mengandung maslahat.
Jadi jika arisan Desa Panti kita tinjau melalui „urf, maka menurut peneliti mengkategorikan tradisi ini termasuk pada „urf shahih adalah kebiasaan yang berlaku di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash
(ayat atau hadits), tidak menghilangkan kemaslahatan dan tidak pula membawa kemudharatan. Tradisi arisan yang terjadi saat ini adalah kebiasaan yang telah dikenal secara baik dalam masyarakat Desa Panti dan
47
kebiasaan itu tidak bertentangan atau sejalan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran islam serta kebiasaan itu tidak menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang halal.
Praktik arisan di Desa Panti jika dilihat dari sudut „Urf, sudah memenuhi persyaratan sebagai „urf. Diantaranya persyaratan menurut Amir
Syarifudin.
1. Urf itu bernilai maslahat dan dapat diterima akal sehat.
Syarat ini mutlak pada „urf yang shohih sehingga dapat diterima
pada masyarakat umum. Sebaliknya apabila „urf itu mendatangkan
suatu kemudharatan dan tidak dapat diterima akal, maka ini tidak dapat
dibenarkan dalam Islam.
Tradisi arisan desa untuk biaya pernikahan yang terjadi pada saat
ini pada masyarakat memiliki sisi-sisi kemaslahatan, yaitu sebagai
upaya mempererat tali silaturrahmi dan ikatan kekerabatan antar
masyarakat yang telah berjalan sekian lama dalam masyarakat Desa
Panti. Arisan desa bertujuan untuk tolong menolong antar sesama guna
untuk membantu memenuhi kebutuhan anggota arisan dalam hajatan.
Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-Maidah ayat 2
berbunyi:
ٰۖ .… َﻭﺕَ َﻉ َﺍﻭ ًُ ْﻭﺍ َﻉ َﻝﻱ ۡٱﻝ ِﺙ ِّﺵ َﻭٱﻝﺕَّۡﻕ َﻭ َٰﻯ َﻭ ََل ﺕَ َﻉ َﺍﻭ ًُ ْﻭﺍ َﻉ َﻝﻱ ٱۡ ِۡلۡﺙ ِﻥ َﻭ ۡٱﻝ ۡﻉُﺫ ََٰﻭ ِۚ ِﻯ َﻭٱﺕَّﻕُ ْﻭﺍ ٱ َّ ّٰۖللَ ﺇِ َّﻯ ٱ َّّلل َ
َﺵ ِﺫ ُﻱﺫ ۡٱﻝ ِﻉﻕَ ِﺍﺏ ٢
48
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya”34
Ayat diatas menjelaskan bahwa ajakan agama Islam untuk saling
tolong menolong antar sesama dalam hal kebaikan dan tidak tolong
menolong dalam hal keburukan yang merugikan orang lain maupun
melanggar syariat. Sehingga semua perbutan yang baik tidak dilarang
asalkan tetap berlandaskan ajaran Islam sebagaimana dalam praktik
arisan pada umumnya.
2. „Urf itu berlaku umum dan merata dikalangan orang-orang yang berada
dalam lingkungan masyarakat atau dikalangan sebagian besar
warganya.
Maksud dari syarat kedua adalah „urf itu berlaku pada banyak
orang, dalam arti semua orang mengakui dan menggunakan „urf
tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kalau „urf itu hanya
berlaku pada sebagian kecil dari masyarakat, maka „urf itu tidak bisa
dijadikan sebagai dasar hukum.
Hakikatnya praktik arisan desa kepada masyarakat setempat
dengan tidak pandang status sosial, keturunan serta kedudukan lainya.
Tradisi arisan berlaku untuk umum di masyarakat Desa Panti, karena
sebagian besar warganya melakukan arisan desa.
34 Al-Maidah (5): 2.
49
3. „Urf yang dijadikan sandaran dalam penetapan hukum itu telah ada
(berlaku) pada saat itu, bukan „urf yang muncul kemudian.
Hal ini berarti „urf itu harus telah ada sebelum penetapan hukum.
Kalau „urf itu datang kemudian, maka tidak diperhitungkan.
Tradisi arisan desa ini telah berlangsung sebelum penetapan
hukum. Artinya arisan yang terjadi pada saat itu sudah dilakukan oleh
masyarakat Desa Panti yang kemudian datang ketetapan hukumnya
untuk dijadikan sandaran.
Tradisi arisan desa ini telah berlangsung sebelum penetapan
hukum. Artinya arisan yang terjadi pada saat itu sudah dilakukan oleh
masyarakat Desa Panti yang kemudian datang ketetapan hukumnya
untuk dijadikan sandaran.
4. „Urf tidak bertentangan dan melalaikan dalil syara‟ yang ada atau
bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.
Syarat ini sebenarnya memperkuat terwujudnnya „urf yang shahih
karena bila „urf bertentangan dengan nash atau bertentangan dengan
prinsip syara‟ yang jelas dan pasti, ia termasuk „urf yang fasid. Tradisi
yang dilakukan masyarakat tidak bertentangan dengan dalil syara‟
tidak menghalalkan yang haram dan tidak membatalkan yang wajib.
Apabila „urf itu bertentangan dengan nash, maka „urf tidak dapat
diterima. Adapun kemaslahatan yang dimaksudkan pada arisan desa
adalah meraih meraih manfaat dan menolak kemadharatan dalam
rangka memelihara tujuan syara‟. Yaitu, memelihara agama, jiwa, akal,
50
keturunan dan harta. Pelaksanaan arisan pada masyarakat Desa Panti tidak bertujuan untuk merusak agama, justru arisan desa bertujuan menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan saling tolong menelong dalam kebaikan.
Peneliti berpandangan bahwa arisan desa untuk biaya pernikahan dikatagorikan sebagai urf yang bernilai maslahat, adapun syarat- syaratnya adalah:
1. Kemaslahatan itu harus sesuai dengan maqasid syariah.
2. Kemaslahatan itu harus meyakinkan.
3. Kemaslahatan itu membawa kemudahan dan bukan
mendatangkan kesulitan yang di luar batas, dalam arti bisa
dilaksanakan.
4. Kemaslahatan itu memberi manfaat kepada sebagian
besar masyarakat bukan sebagian kecil masyarakat.58
Pesta perkawaninan atau yang disebut juga “walimah” adalah
artinya mengumpulkan. Karena dengan pesta َﻭ َﻝ َﻥ pecahan dari kata dari tersebut dimaksudkan memberi do‟a restu agar kedua mempelai mau bertemu dengan rukun. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam menerangkan bahwa al-Walimah adalah berkumpul, karena kedua mempelai pada waktu itu dipersandingkan, dan al-„urs adalah perkawinan. Walimah diserap dalam bahasa indonesia menjadi “walimah” dalam fikih Islam mengandung makna yang umum dan makna yang khusus. Makna umumnya adalah seluruh bentuk perayaan yang melibatkan orang
51
banyak. Sedangkan walimah dalam pengertian khusus disebut walimah
al-„urs mengandung pengertiam peresmian perkawinan, yang tujuannya
untuk menjadi suami istri, sekaligus sebagai rasa keluarga kedua belah
pihak telah atas berlangsung perkawninan tersebut.35
Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur Arab yang secara
arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak digunakan
untuk perkawinan dan tidak digunakan untuk perlehatan di luar perkawinan.
Sebagian ulama menggunakan kata walimah itu untuk setiap jamuan makna,
untuk setiap kesempatan mendapatkan kesenangan, hanya penggunaannya
untuk kesempatan perkawinan lebih banyak. Berdasarkan pendapat ahli
bahasa di atas untuk selain kesempatan perkawinan tidak digunakan kata
walimah meskipun juga menghidamgkan makanan, untuk secara jamuan
sedangkan untuk jamuan waktu ﺍﻝﻉﺯﺱﺝ makan untuk khitanan disebut
untuk jamuan kembalinya orang yang hilang ﺍﻝﺥﺵﺱﺡ kelahiran anak disebut
digunakan untuk sembelihan bagi anak yang telah lahir.36 Walimah berarti
penyajian makanan untuk secara pesta. Ada juga yang mengatakan, walimah
berarti segala macam makanan yang dihidangkan untuk secara pesta atau
lainnya.37
Sedangkan menurut Sayid Sabiq walimah itu berarti jamuan khusus
yang diadakan dalam perayaan pesta perwakinan atau setiap jamuan untuk
35 Abdul Aziz Dahlan(ed.),Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichatiar Baru Van Hoeve, 1996, hlm. 1917. 36 Amir Syaifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, jakarta, kencana, 2006, Hlm. 155 37 M. Abdul Ghoffar E.M. Fiqih Wanita (terj), Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2000, Hal. 487
52
pesta lainnya. Tetapi biasanya kalau menyebut walimah al-„urs artimya perayaan pernikahan.38 Dari beberapa kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa walimah adalah upacara sebagai tanda rasa syukur atas telah dilaksanakan akad pernikahan dengan mengadakan jamuan dan dalam rangka bergembira.
1. Dasar Hukum Walimah
Pelaksanaan walimah memiliki kedudukan tersendiri dalam munakahat. Rasulullah SAW sendiri melaksanakan walimah untuk dirinya dan memrintahkan kepada para sahabat untuk mengadakan walimah walaupun hanya dengan makan kurma dan roti serta seekor kambing, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Dalam sabda Rasulullah SAW “adakanlah walimah meski hanya dengan seekor kambing”. Terdapat dalil yang menunjukkan keharusan mengadakan walimah. Bagi yang mampu agar tidak mengurangi dari seekor kambing. Al-Qadhy sepakat bahwa tidak ada batasan minimal, boleh dilaksanakan menurut kemampuan. Menyembelih kambing pada upacara perkawinan itu tidak merupakan ukuran, tetapi berarti boleh dengan menyembelih seekor kambing atau selain kambing dan boleh juga tidak menyembelih apa-apa. Hal ini diserahkan kepada orang yang mengadakan walimah sesuai dengan kemampuan dan kewajiban.
Mengenai hal ini dikemukakan nabi SAW dalam hadistnya yang berbunyi:
38 Sayid Sabid, Fiqh sinnah 7 (terj. Moh Thalib), Bandung, PT. Alma‟arif, Hlm. 184
53
ﺍَ ْﻭﻯِ ٌْ َﻭ َﻯ ْﻯ ﺏِ َﺵﺏﺓ ٍ
Artinya: Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih
seekor kambing.39
Dari beberapa hadits yang telah dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rasullulah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk mengadakan walimah pada upacara pernikahan. Walimah tidaklah harus sampai menyembelih seekor kambing tetapi juga cukup hanya dengan hidangan buah kurma (sederhana) syari‟at islam membenarkan pelaksanaan walimah ini yang sesuai dengan kemampuan atau kesanggupan keluarga yang mempunyai hajat.
2. Tujuan dan hikmah walimah
Tujuan dan hikmah walimah dalam perkawaninan sangatlah besar, dilihat dari satu segi, upacara walimah bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa telah dilangsungkan pernikahan secara resmi dan sah salah seorang anggota masyarakat dalam keluarga tertentu. Jadi antara laki-laki dan perempuan yang telah menikah tersebut tidak membawa fitnah dalam masyarakat. Diiharapkan kepada masyarakat agar dapat menerima orang baru sebagai warga baru dalam masyarakat tersebut. Menurut sayyid syabiq tujuan dan hikmah walimah adalah agar terhindara dari nikah sirri yang terlarang dan untuk menyatakan rasa gembira yang dihalalkan oleh allah SWT dalam menikmati kebaikan. Karena perkawinan perbuatan yang haq untuk dipopulerkan agar dapat diketahui oleh orang banyak.
39 Hadits Shahih Riwayat al-Bukhori no. 2049 dan 5155.
54
Walimah dapat mempererat hubungan silaturrahmi antara sesama ahli family, kaum kerabat, sesama masyarakat, serta keluarga masing-masing pihak yaitu antara pihak suami dengan pihak istri. Adanya saling mengundang antara pihak suami dengan pihak istri dapat mempererat hubungan persaudaraan dan dapat mengenal lebih jauh saudara-saudara dekat dan saudara-saudara jauh dari masing-masing pihak. Menurut muhammad thalib, tujuan dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri karena perbuatan tersebut dilarang oleh ajaran islam. Walimah juga untuk mengungkapkan rasa gembira karena hal ini dibolehkan oleh allah. Walimah juga menyiarkan kepada khalayak ramai baik itu yang terdekat maupun yang terjauh dari mereka. Berfungsi juga mempengaruhi orang-orang yang lebih suka membujang dan tidak berkeinginan untuk kawin.
3. Waktu dan Masa Pelaksanaan Arisan Walimah
Waktu walimah adalah waktu kapan dilaksanakan walimah atau saat-saat
melaksanakan walimah, sebelum akad nikah atau sesudahnya. Atau ketika
hari perkawinan atau sesudahnya. Hal ini leluasa tergantung pada adat dan
kebiasaan.40 mengenai hal ini ulama fiqih berbeda pendapat.
Ulama mazhab maliki menyatakan bahwa penyelenggaraan dianjurkan
(sunnah) setelah terjadi hubungan antara kedua mempelai. Alasan mereka adalah riwayat bukhari disebutkan bahwa rasulullah mengundang orang- orang untuk walimah setelah beliau bercampur dengan zainab. Ulama
40 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah7 (terj. Moh. Thalib), 185-186
55
mazhab hanbali bahwa waktu pelaksanaan walimah tersebut disunnahkan setelah akad nikah berlangsung. sedangkan menurut ulama mazhab hanafi tidak menentukan waktu yang jelas, karena menurut mereka diserahkan kepada adat kebiasaan setempat.41
Dari beberapa pendapat ulama fiqih, waktu pelaksanaan walimah disunnahkan ketika akad nikah atau sesudahnya atau ketika hari perkawinan atau sesudahnya. Ini dapat diserahkan pada kebiasaan atau tradisi suatu daerah.
4. Masa Pelaksanaan Arisan Walimah
Mengenai hal diatas sesuai dengan pendapat mayoritas ulama
yang mengatakan bahwa walimah pada hari pertama adalah wajib,
pada hari kedua adalah sunat sedangkan pada hari ketiga adalah
termasuk riya dab sum‟ah oleh karena itu perbuatannya menjadi
haram, memenuhi undangannya pun menjadi haram juga. Menurut
imam nawawi mengatakan bahwa apabila diadakan walimah tiga
hari, maka pemenuhan undangan pada hari ketiga adalah makruh,
tidak wajib secara mutlak. Sekelompok ulama yang lain mengatakan
bahwa sesungguhnya tidak makruh pemenuhan pada hari yang
ketiga itu bagi orang ynag tidak di undang pada hari pertama dan
kedua. Imam Al-Bukhari sependapat dengan kelompok ulama ini,
41 Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, Hal. 1918
56
menurutnya tidak mengapa menjamu tamu walaupun hingga tujuh
hari.42
Dari hadis dan pendapat ulama di atas maka dapat dipahami
bahwa masa pelaksanaan walimah sebaiknya dilakukan dua hari
berturut-turut, jika terpaksa lebih dari masa tersebut, maka tidak
boleh berniat pamer karena hal tersebut merupakan perbuatan yang
dilarang.
5. Bentuk Pelaksanaan Walimah
Walaupun mengadakan walkmah itu sesuatu yang dianjurkan
agama, namun mengenai bentuk walimah itu tidak dijelaskan secara
terperinci. Hal ini dapat diartikan bahwa mengadakan walimah itu
bentuknya bebas, asal pelaksanaanya tidak bertantangan dengan ajaran
agama, dan boleh juga tergantung adat istiadat masyarakat. Hal yang
penting dalam melaksanakan walimah itu disesuaikan dengan
kemampuan dan tidak sampai terjadi pemborosan atau mubazir, serta
tidak ada maksud-maksud lain yang dilarang agama seperti
membanggakan diri, memamerkan kekayaan (riya) dan hal-hal lain
yang bertentangan dengan ajaran agama.
Selanjutnya Anas ra. Meriwayatkan bahwa proses walimah
antara nabi SAW dengan shafiyah, adalah ketika Nabi SAW masih
42 Muhammad Bin Ismail Al-Kahlani Subul as-Salam, Bandung Maktabah Dahlan Hal. 157
57
dalam perjalanan. Ummu Sulaim menyiapkan walimah bagi beliau, sebagai hadiah darinya untuk menyambut kedatangan beliau pada malam harinya. Pada esok harinya Nabi SAW juga mengatakan walimah, dimana beliau juga berkata kepada sahabat “siapa ,diantara kalian yang mempunyai kelebihan sesuatu di sisinya, maka datanglah kepada kami “. Beliaupun menghamparkan hambal yang terbuat dari kulit dan para sahabat datang dengan membawa sejenis keju, mentega serta kurma. Lalu para sahabat wanita membuat hidangan dari bahan- bahan tersebut untuk kemudian dihidangkan sebagai makanan.
Demikianlah beberapa sajian walimah yang dilaksanakan oleh
Rasulullah SAW. Melihat kepada pelaksanaan walimah Rasulullah
SAW. Jelas bahwa Rasulullah melakukan walimah itu dengan cara jamuan biasa dan sederhana, tanpa menghidangkan beberapa macam masakan / makanan yang nantinya akan sampai mendekati perbuatan mubazir / pemborosan. Hal ini menunjukan bahwa walimah itu memang harus dilaksanakan menurut kemampuan dan tidak boleh dipaksakan.
Selanjutnya Rubayyi‟ binti Mu‟awwidz bin afra pernah
bercerita, nabi muhammad SAW pernah datang dan masuk ke
rumahku ketika aku sedang dinikahkan. SAW pernah datang dan
masuk dan duduk di lantai. Lalu beberapa orang budak wanita kami
menabuh rebab seraya meratapi orang tua kami yang telah gugur pada
perang badar. Ketika salah seorang di antara mereka sedang bernyanyi
58
padahal ada di antara kami Nabi SAW yang mengetahui apa yang
terjadi hari esok. Maka Nabi SAW bersabda “tinggalk.an hal itu dan
ucapkanlah apa yang bisa diucapkan (dinyanyikan)”
6. Hukum Menghadiri Walimah
Menghadiri walimah merupakan suatu yang diperintahkan
Rasulullah SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis sebagai berikut:
ﺍِ َﺭﺍ ُﺩ ِﻉ َﻱ ﺍَ َﺡ ُﺫ ُﻙ ْﻥ ﺇِ َﻝﻱ َﻁ َﻉﺍ ٍﻡ َﻑ ْﻝ ِﻱُﺝ ْﺓ، َﻑﺍِ ْﻯ َﻙﺍ َﻯ ُﻩ ْﻑ ِﻁ ًﺵﺍ َﻑ ْﻝﻱَ ْﻁ َﻉ ْﻥ، َﻭﺍِ ْﻯ َﻙ َﺍﻯ َﺹﺍ ﺉِ ًﻭﺍ َﻑ ْﻝ َﻱُﺹ ِّﻝ. ﻱَ ْﻉ ٌِﻱ ﺍَ ُّﻝﺫ
َﻉﺍ َء
Artinya: Apabila seseorang dari kalian diundang makan, maka
penuhilah undangan itu. Apabila ia tidak berpuasa, maka
makanlah (hidangnya), tetapi jika ia sedang berpuasa, maka
hendaklah ia mendoakan (orang yang mengundangnya)43
Tujuan walimah adalah mengucapkan selamat dan berdo‟a kepada
kedua mempelai bukan mencicipi hidangan yang disediakan. Inti dari
menghadiri walimah itu adalah menyenangkan hati orang yang
mengundang hingga ia merasa terhormat dengan kehadiran dan dihargai
karena telah ikut berpartisipasi dalam kegembiraannya. Kalau
sendainya yang diundang tidak hadir akan mengecewakan dan terjadi
negative thinking (buruk sangka) pada yang diundang.
43 Hadits Shahih diriwayatkan oleh Muslim no. 1431 (106).
59
Memenuhi undangan walimah itu dihukumi wajib atau mustahab sebagaimana tersebut diatas, adalah apabila terdapat syarat-syarat sebagai berikut:
1. Undangan itu disampaikan kepada kaum keluarga, tetangga- tetangga kenalan-kenalan atau kawan-kawan sekerja, yang kaya maupun yang miskin, dengan tidak mengutamakan salah satu kelompok dan meninggalkan yang lain, umpamanya yang diundang hanya yang kaya-kaya saja, sedang yang miskin-miskin tidak.
2. Undangan itu disampaikan sendiri oleh si pengundang atau seorang utusannya. Adapun kalau undangan itu disampai dengan membuka pintu lalu berkata, “Mari, silakan masuk siapa saja yang mau”, itu tidak wajib dipenuhi dan juga tidak mustahab.
3. Tidak ada kemungkaran di sana, seperti minuman-minuman yang terlarang atau menari. Kalau itu ada, maka undangan pun wajib dan tidak mustahab dipenuhi.
4. Undangan disampaikan untuk hadir pada hari pertama perkawinan.
Jadi undangan yang disampaikan untuk hari kedua, tidak wajib dipenuhi, bahkan makruh untuk hari ketiga.
5. Yang memberi undangan itu orang islam. Maka tidak wajiblah memenuhi undangan orang kafir. Karena dengan memenuhi undangannya berarti mencintainya, padahal mencintai orang kafir itu
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, pada akhirnya dapat di simpulkan akhir tentang tradisi Arisan
Walimah Urus:
1. Kalau secara detail terbentuknya arisan desa ini karena mengakrapi
yang punya hajatan, jadi khusus orang punya hajatan yang boleh
mengeluarkan arisan. Kemudian itu lama-kelamaan berkembang karena
dianggap sebagai tabungan dan akhirnya yang memulai arisan itu parah
tokoh desa. Jadi ketika ada hajatan butuh uang lalu mengeluarkan arisan
awalnya gitu. Kalau awal mulai orang mengeluarkan arisan dulu itu
khusus orang punya hajatan, itupun waktu masih primitive aturan lama
belum ada buku kemudian terbentuk hanya sekedar arisan biasa cuma
dibuat mengakrapi orang punya hajatan itu saja.
2. Sebagai tanda menghormati sesama muslim dengan menghadiri
undangan dan menjalin silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan /
ukhwah. Melaksanakan kewajiban terhadap sesamanya. Dapat menjadi
wahana untuk saling mengingat, menasehati dan mendo‟akan mendapat
ridha dari allah atas melaksanakan bagi yang menghadirinya.
3. Mengucapkan selamat dan berdo‟a kepada kedua mempelai bukan
mencicipi hidangan yang disediakan. Inti dari menghadiri walimah itu
60
61
adalah menyenangkan hati orang yang mengundang hingga ia merasa
terhormat dengan kehadiran dan dihargai karena telah ikut
berpartisipasi dalam kegembiraannya. Kalau sendainya yang diundang
tidak hadir akan mengecewakan dan terjadi negative thinking (buruk
sangka) pada yang diundang.
B. SARAN
Melalui skripsi ini penulis akan memberikan beberapa saran mudah-
mudahan dapat di jadikan dan masukan kepada para pembaca, terutama bagi
masyarakat Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun.
Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan arisan desa hendaknya bagi pengurus arisan desa
mengajak anggota arisan dan memberi contoh yang baik. Bagi anggota
arisan agar datang tepat waktu yang telah ditentukan. Memakai pakaian
yang sopan karena hajatan merupakan acara yang sakral dan
meninggalkan tempat sampai arisan selesai dilaksanakan.
2. Masyarakat Desa Panti hendaknya tetap melestarikan tradisi-tradisi
yang ada terutama dalam tradisi arisan Desa ini. Memunculkan nilai-
nilai ta‟awun (tolong-menolong) agar masyarakat dalam memenuhi
biaya hajatan yang ditanamkan oleh orang-orang terdahulu yang tidak
bertentangan dengan hukum Islam.
62
C. KATA PENUTUP
Dengan mengucapkan alhamdulillah, serta segenap puji dan syukur
kehadirat Allah SWT akhirnya Skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan
segenap usaha dan kemampuan yang telah diberikan oleh Allah SWT yang
Maha Kuasa. Walaupun ada beberapa rintangan dan cobaan yang harus
dihadapi, tetapi semua itu merupakan penulis anggap sebagai motivasi
untuk meraih kejayaan dan kecemerlangan pada masa sekarang dan masa
yang akan datang.
Dalam hal ini penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna, masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan
dalam penulisannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritikan yang sifatnya membangun dari seluruh pembaca, guna
menyempurnakan Skripsi ini di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Terimakasih kepada Bapak Drs. Baharuddin Ahmad, M.HI sebagai
dosen pembimbing 1 dan Ibu Dian Mustika, S.H.I., MA Sebagai Dosen
pembimbing II dan telah berpartisipasi membimbing dan membantu
penyelesaiaan skripsi ini dari awal hingga akhir, semoga Allah membalas
kebaikan dan menjadi amal jariyah untuk Bapak dan Ibu. Amiin
63
DAFTAR PUSTAKA
A. LITERATUR
Al- Qur‟an dan Terjemahannya, Bandung : Salamadani, 2009
Abd Shomad, Hukum Islam, Jakarta : Kencana Perenada Media Group,2012
Baharuddin Ahmad dan Yuliatin, Hukum Perkawinan Umat islam di
Indonesia, Jakarta : Lamping Publishing, 2015
Daman Nur, Fikih Munakahat, Semarang : Dina Utama Semarang ( Dimas
), 1993
Dedi Junaidi, Bimbingan Perkawinan, Jakarta : Akademika Pressindo, 2003
Departemen Pendidikan Nasional (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Ensiklopedi hukum islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2003
Ibnu Hajar Asqalani, Bulughul Maram, Jakarta : PT Elek Media
Komputindo,2012
Ishaq,Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi,
Kerinci: Staiin Kerinci Press, Edisi Revisi, 2015
Kamal Muktar, Asas- Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Cet. Ke-3,
Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 1992
64
Khudary Bey, Usul Fiqh, Yogyakarta : Widjaya,1962
Lembaga Adat Provinsi Jambi, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan
Lurah, Jambi:2001
Lexi J. Elong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2010
Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,1995
Mubarok, Jaih, Kaidah Fiqh Sejarah Dan Kaidah-Kaidah Asasi Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002
Muhammad Asnawi, Nikah Dalam Perbincangan Dan Perdebatan,
Yogyakarta: Darussalam, 2004
M.Sanusi, Tuntunan Melamar Dan Menikah Secara Islam,Banguntapan :
Jogjakarta
Rahman Dahlan, Usul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2011
Suhar Am, Haji Metodologi Hukum Islam : Ushul Al-FiqhJambi : Salim
Media Indonesia,2015
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Dan R
Dan D, Bandung: Alfabeta,2012
65
B. Lain-Lain
Wawancara dengan bapak khalid, ketua adat Desa Panti Kecamatan
Sarolangun Kabupaten Sarolangun.
Wawancara dengan Tetuo Desa Panti
Arsip Desa Panti
Arsip kantor Kepala Desa Panti
66
LAMPIRAN
A. DOKUMENTASI
Kantor Desa Panti, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun.
Wawancara dengan Bapak Khairul Shaleh selaku Kepala Desa Panti, Kecamatan Sarolangun.
67
Wawancara dengan Bapak khalid selaku ketua adat Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun
68
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Aminah Tuzzuria Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal Lahir : Desa Panti, 10 Juli 1997 Alamat Asal : Desa Panti, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, Prov. Jambi. Alamat Sekarang : Komplek Trasito RT 09 Kel. Rawasari kec. Kota Baru, Kota Jambi. No. Telp/HP : 0823-7220-6089 Nama Ayah : Ahmadi Nama Ibu : Zuminah
B. Riwayat Pendidikan
SD/MI, Tahun Lulus : SDN 107 Desa Panti, 2009 SMP/MTs, Tahun Lulus : SMPN 11 Sungai Baung, 2012 SMA/MA, Tahun Lulus : MA Al-Falah Bandung, 2015
C. Pengalaman Organisasi 1. Anggota LDK Al-Uswah Tahun 2015. 2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Tahun 2016- 2017.