STATUS BEDA AGAMA DALAM KA.HAN UNDANG-UNDANG NO. 1 T AHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Kasus l(eluarga Jamal Mirdad)

Oleh

MEGAWATI NIM : 203044101787

KONSETRASI PERADILAN AGAMA PROD I AL-AKHWAL ASY-SY AKHSIYY AH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM UIN SYARIF JUDA YATULLAH JAKARTA 1427 HI 2007 M STATUS PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM KAJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR I TAHUN 1974 TENTANG PEllKAWINAN (Studi Kasus Keluarga Jamal Mirdad)

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Unruk memenuhi salah satu syarat mencapai

Gelar Sa~jana I-Iukum Islam

Oleh:

MEGAWATI NIM: 203044101787

Di bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Muha nmad Amin Suma, SH, MA, MM. NIP: 150 210 422

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PRODIAL-AKHWAL ASY-SYAKHSIYY AH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA 1428 HI 2007 M Skripsi yang be1judul " Status Perkawinan Beda Agama dalam lrnjiaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Pcrflrnwinan ( Studi Kasus Keluarga Jamal Mirdad)" telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Juni 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar saijana Hukum Islam Pro grain Strata 1 (S 1) pada jurusan Al-Akhwal Al Asysyakhsiyyah.

Jakarta, 12 Juni 2007 Mengesahkan, Dekan.

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM NIP. 150 210 422

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA NIP. 130 789 745

Sekretaris :Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag NIP. 150 269 678

Pembimbing : Prof.Dr.H.M.Amin Suma, SH. MA. MM NIP. 150 210 422

Penguji I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA NIP. 130 789 745

Penguji II : Dra. Maskufa, M.Ag NIP. 150 268 590 KATA PENGANTAR

Segala Pt\ia teriring Pl!ii syukur penulispaf\jatkan ke hadirat Allah 'Azza wa Jalla, dengan karunia dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: "STATUS PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM KA.HAAN

UNDANG-UNI>ANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERK.A WINAN

(Studi Kasus Keluarga Lidya Kandao )" dan dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada seorang reformis sejati; pemabwa risalah suci yakni Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa umat manusia keluar dari kubangan lumpur jahiliyah ment\iu jalan yang ditidahai oleh

Allah swt.

Skripsi ini diajukan kcpada Fakultas Syariah dan Hukum UJN syarif Hidayatullah

Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesa~janaan SI (Strata I).

Dalam proses pcnyusunan skripsi ini, penulis, mendapa!kan banyak bantuaan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, patutlah dengan tutus penulis mengucapkan terima kasih kcpada:

I. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarata juga sebagai

pembimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk pengembangan pemikiran pcnulis dan senantiasa memberikan arahan dan nasehat demi terselesaikannya skripsi ini

dengan baik.

2. Bapak Drs. I-I. A. Basiq Djalil,S.H., MA. Ketua Jurusan Ahwal Syakhshiyyah

beserta staffnya yang telah membantu penulis selama mellialani kuliah dan

ketika penyusunan skripsi ini.

3. Kepada para dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan

pengalaman kepada penulis dengan penuh kesungguhan serta penuh kesabarnn.

4. Para Pimpinan beserta staff Perpustakaan yang telah berkenan meminjamkan

buku-buku clan literatur lainnya yang clibutuhkan penulis, yaitu Perpustakaan

Utama UIN Syarif l-Iiclayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Syariah clan

l-Iukum, Perpustakaan Umum Islam Iman Jama', dan Perpustakaan Nasional.

5. Orang tua tercinta Ayahancla Mujiyana, S.I-I., clan Ibuncla Titik Lestari yang

telah mencurahkan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menikmati dan

mengenyam penclidikan clari kecil hingga sekarang, Skripsi ini

clipersembahkan sebagai bukti ketulusan clan bakti penulis.

6. Aclikku satu-satunya, Lusiana yang hitam tapi manis, sclalu penulis ingat,

walaupun kadang-kadang mcngesalkan.

7. Sahabat karib M. Lutfi, yang selalu menyemangati penulis tmtuk segern

menyelesaikan skripsi ini, clikala sedih dan senang, semoga kebaikannya di balas

Allah SWT. Amien.

8. Kakal( Sulaeman, yang membantu clalan1 mencari solusi dalan1 kebingungan

penulis dalam menyelesaikan skripsinya. Good Luck ya Ka. 9. Teman-teman di Peradilan Agama angkatan 2003, kalian semua tak kan pemah ku

lupa .. Semangat yaa.

Akhirnya kepada Allah swt jualah penulis serahkru1 segalanya sei1a PaI\iatkan doa semoga runal kebajikru1 mereka diterima di sisi-Nya, se11a diberikan pahala yang berlipat ganda sesuai dengan amal perbuatrumya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat be1manfaat bagi penulis Idmsusnya, serta bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 7 Mei 2007

Penulis DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......

DAFTAR ISL ...... 1v

BABI PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang Masalah ......

B. ldentifikasi Masalah ...... 10

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... :...... I I

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... l I

E. Metode Penclitian...... I2

F. Sistematika Penulisan...... 14

BAB Jll RIW A YAT HID UP KELUARGA BESAR

A. Keluarga Jamal Mirdad ...... I 6

B. Keiuarga Lidya Kandao ...... I 8

C. Sejarah perkawinan Jamal Mirdad ...... 20

BAH III TINJAUAAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

A.Pengertian Pcrl

13. Syarat-Syarat dan Rukun Perkawinan ...... 29

C.Tujuan mensyariatkan Perkawinan...... 46

D.Hikmah disyariatkan Perkawinan...... 53 BAB IV STATUS PERKAWIN AN BEDA AG AMA DALAM

KA.JIAAN UNDANG-UNDANG NO. 1TAHUN1974

TENTANGPERKAWINAN

A. Pengertian Status Perkawinan Beda Agama Menurut UU

Perkawinan No. I Tahun 1974 ...... 59

B. Status Perkawinan Beda Agama sebelum UU Perkawinan

No. I Tahun 1974...... 64

C. Status Perkawinan beda Agama sesudah UU Perkawinan

No. I Tahun 1974 ...... 66

D. Akibat Perkawinan beda Agama keluarga

Jamal Mirdad ...... 69

BABV PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 77

B. Saran-saran ...... 78 BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Bclakang Masalah

Seiring perubahan budaya sekarang dan perilaku dewasa ini, pergaulaan manusia tidak lagi dapat dibatasi hanya dalam suatu lingkungan masyarakat yang kecil dan sempit seperti golongan, suku, ras nya saja, tetapi hubungan manusia telah berkernbang dengan begitu pesatnya satu dengm1 yang lainnya schingga menebus dinding-dinding batas golongan, suku, ras, dan agmnanya sendiri. Bagi mmmsia sekarang ini, dunia tidak lagi hanya "selebaran daun kelor" tetapi sudah meluas me1tjadi seluas bola dunia itu sendiri. Dalarn kondisi pergaulaan seperti ini, maka te~jadinya perkawinan beda suku, beda ras, beda golongan, dan beda agama, bukanlah sesuatu yang mustahil untuk terjadi. Perkawinan yang te~jadi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang masing-masing berbeda agamanya di Indonesia sudah sering terjadi, terutama sekali pada masyarakat perkotaan yang heterogen. Dan ter~1yata, perkawinan serupa itu scjak dahulu sampai sekarang selalu Ith!nimbulkan persoalaan baik di bidang sosial, maupun bidang hukum.

Di bidang hukum, perkawinan beda agama telah menimbulkan persoalaan­ persoalaan hukurn beda agama, yang dalam ilrnu hukum dikelompokan kedalarn cabang ihnu hukum antar golongan yang menurut Wi1:jono Projodikoro, mernpunyai tujuan untuk rnemecahkan persoalaan bentrokan antara berbagai hukum dengan tiada 2

perbatasan. 1 Dengan kata lain dapatlah kita katakan bahwa perkawinan beda agama itu mengandung juga persoalan hukum antar golongan yang perlu dicarikan pemecahannya. Un!uk mengetahui bagaimana pemecahan persoalan perkawinan beda agama di Indonesia haruslah di cari peraturan-peraturan tertentu dalan1 hnkum antar golongan baik di dalam Unclang-Undang maupun clalam hukum tak te1tulis. 2

Hazairin cla!am bukunya "Tinjauan Mengenai Undang-Undang Nernor I tahun

1974" rnenarnakan Unclang-Undang ini, sebagai suatu unifikasi yang unik clengan

rnenghorrnati secara penuh adanya variasi berclasarkan agarna dan kepercayaan yang

berketuhanan Yang Maha Esa." 3 Lagipula unifikasi tersebut bertujuan hendak

melengkapi segala apa yang di atur hukurnnya clalarn agama/kepercayaan, karena clalam hal tersebut, negara berhak mengaturnya sencliri sesnai clengan perkembangan

rnasyarakat clan ttmtunan zanian. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahnn 1974 pasal 1

clijelaskan bahwa : " Perkawinan aclalah ikatan lahir batin antara seorang pria clengan

seorang wanita sebagai suarni isteri clengan tujuan membentuk keluarga (nunah

tangga) yang bahagia clan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Ea."4 Tujuan

pcrkawinan yang tcrdapat clalam pasal I UU l'crkawinan memperliha!kan bahwa

pcrkawinan mcrupakan media untuk mcncapai kcbahagian clan kekal. 13ahagia dan

kekal di jadikan sebagai tujuan perkawinan disebabkan adanya pandangan umat Islam

1 R. Wiljono Projodikoro, Hukum Antar Golongan di Indonesia. (Jakarta: Sunrnr Bandung, 1981), Ccl. Kc-7, h. 93. 2 ' Ibid, h. 92 3 K. Wanjik Saleh, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1976), cet. Ke-4, h. 5-6 4 R. Subekti dan Tjitroudibyo, Kitab Undang-Undang hukum perdata, (Jakarta: Pramadya Paramita, 1996), cet. Ke- 28, h. 537 4

golongan dalam masyarakat kita. Di samping itu ia juga sekaligus telah meletakkan asas- asas hukum perkawinan nasional. 6 Undang-Undang perkawinan 1974, telah meletakkan "asas-asas hukum perkawinan nasional". Antara lain yang paling pokok

I. Tujuan perkawinan adalah membent11k keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Perkawinan yang merupakan ikatan lahir batin, harus berdasarkan perset1'iuan

kedua belah pihak yang akan melangsungkan perkawinan, tidak boleh

paksaan dari pihak manapun.

3. Untuk sah nya perkawinan harus di lakukan menurut hukum agama nya dan

kepercayaan itu, sesuai clengan undang-undang dasar.

4. Terhadap peristiwa perkawinan harus dilakukan pencatatan berdasarkan

peraturan yang acla.

5. Kedudukan suami istri adalah seimbang dalarn kehidupan rum ah tangga dan

pergaulaan hiclup bersama dalarn rnasyarakat, masing-masing pihak berhak

melakukan perbuataan hukum, dengan pembagiaan tugas, suami sebagai

kapala rumah tangga dan isteri sebagai ibu rurnah tangga.

6. Seorang pria hanya boleh rnempunyai seorang isteri, begitu juga seorang

wanita hanya boleh mempunyai seorang suarni.

6 As1nin, Status Perkai,vinan Antar Aga1na di Tinjau dari Ul! Perkawinan No 1 1'ahun 1974, (Jakarta : PT Dian Rakyat, 1986), Cet. Ke- I, h.16. 7 K. Wantjik Saleh, Op.Cit., Cet. Ke-4, h.5-6 5

7. Berdasarkan alasan dan syarat-syarat tertentu serta dengan ijin pengadilan,

scorang pria barn boleh beristcri lebih dari seorang.

8. lJntuk melangsungkan perkawinan di tentukan batas umur serendah- rendah

nya; pria harus sudah mencapai umur 19 tahun. Dan wanita harus sudah

mencapai mnur 16 tahun. Dan ijin orang tua masih di perlukan sampai yang

akan kawin itu mencapai umur 21 tahun.

9. Dalam hubungan dan keadaan tertentu (lrnb.darah, semenda, susuan, agama

atau peratuan, telah bercerai kedua kali, belum habis, waktu masa tunggu)

orang dilarang melangsungkan perkawinan.

I 0. Dalam hubungan tertentu suatu perkawinan dapat dicegah dan dibatalkan.

11. Perceraiaan hanya dapat dilakukan setelah nyata ada alasan tertentu dengan

suatu ijin/putusan pengadilan.

12. Walaupun telah tejadi perceraian masih ada kewajiban dan tanggtmg jawab

orang tua terhadap anak.

13. Sebelum atau pada waktu di!angsungkan perkawinan kedua belah pihak

yang akan kawin dapat mengadakan suatu perjanjiaan.

14. Semua harta benda yang di peroleh selama perkawinan menjadi harta bersama

suami isteri yang penggunaanya harus ada pesetujuaan salah satu pihak,

sedangkan harla benda yang di bawa oleh suami itu di kuasai masing- masing,

kecuali kalau di tentukan lain dalam perjanjian.

15. Seorang warga negara Indonesia dapat melakukan perkawinan dengan warga

negara asmg. 6

16. Perkawinan dapat juga di langsungkan diluar Indonesia.

17. Seorang dapat di anggap anak yang sah apabila di lahirkan karena perkawinan

yang sah, sedangkan anak yang di lahirkan di luar perkawinan di anggap

hanya mempunyai hubungan hukum perdata dengan ibunya.

18. Dalam hubungan dengan pengadilan, yang melakukan peradilan adalah

pengadilan dalam lingkungan peradilan agama bagi yang beragama islam dan

dalam lingkungan peradilan umum bagi yang lainnya.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, maka sernua peundang- undangan tentang perkawinan yang ada sebelum tahun 1974 dinyatakan tidak belaku sejauh telah di atur materinya dalarn undang- undang tersebut. Hal ini telah di tegaskan dalam pasal 66 yang berbunyi "untuk perkawinan dan segala

sesuatu yang berhubungan atas undang- undang ini, maka dengan berlakunya undang­ undang ini, ketentuaan- ketentuaaan yang di atur dalarn kitab Undang- Undang

Hukum Perdata (Burgelijk Wetbook), Ordonasi Perkawinan Indonesia K1isten

(Huwalijk Ordonantie Christen Indonesier, S. 1933 No. 74), peraturan perkawinan campuran ( Rege/ing Op De Gemengde Huwelijken, S. 1898 No. 158), clan peraturan

lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah di atur oleh undang-undang ini,

clinyatakan tidak berlaku, oleh K. Wantjik Saleh clalam buku Hazairin "Tinjauan

Mengenai Undang-Undang Nornor 1 Tahun 1974" rnenamakan Unclang-Unclang ini,

sebagai "suatu unifikasi yang unik dengan mnghonnati secara penuh aclanya variasi 7

berclasarkan agama clan kepercayaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa." 8

Pernyataan yang sangat tepat ini cliiringi pula clengan menjalinkan kalimat: "Lagi pula unifikasi tersebut bertujuaan henclak melengkapi segala apa yang di atur hukum nya clalam agarna atau kepercayaan, karena clalarn ha! tersebut, negara berhak mengaturnya sencliri sesuai clengan perkembangan masyarakat clan tuntunan zarnan".

Dalam Unclang-Unclang No .1 Tahun 1974 pasal I di jelaskan bahwa:

"Perkawinan aclalah ikatan lahir batin antara seorang pria clengan seorang wanita sebagai suami-isteri clengan tujuan membentuk keluarga (rurnah tangga) yang bahagia clan kekal berclasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa''. 9 Tujuan perkawinan yang terclapat clalam pasal 1 UU perkawinan memper!ihatkan bahwa perkawinan merupakan media untuk mencapai kebahagian clan kekal. Bahagia clan kekal di

10 jaclikan sebagai tujuan perkawinan di sebabkan masyarakat islarn yang "sektarian" •

Oleh karena itu, clari suclut panclangan umat Islam, sebab "kekal" clijaclikan sebagai tujuan perkawinan karena mayoritas umat Islam Indonesia aclalah pengikut aliran

Sunni clan UU Perkawinan, secara ticlak langsung, merupakan penolakan terhaclap pcmberlakuan nikah mu'tah.

Perkawinan bccla agama juga rnempengaruhi sahnya suatu perkawinan yang di clasarkan pacla kepercayaan agama-agarna nya. Mengenai salmya suatu perkawinan

8 ibid, 11. 3 9 R. Subekti dan Tjitrosudibyo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakai1a: Pramadya Paramita, I 996), Cet. Ke - 28, h. 537. 0 ' Jaih Mubarak, Moderinisaasi Hukum Perkmvinan Di Indonesia, (Banduug : Pustaka Bani Quraisy, 2005), Cct. Ke-I, h.62. 8

di atur dalam pasal 2 ayat I : Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya clan kepercayaannya itu.

Dijelaskan lagi bahwa yang di maksuclkan clengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, termasuk ketentuaan perunclang-unclangan yang berlaku bagi golongan agamanya clan kepercayannya itu sep

Seperti yang cliterangkan di atas Unclang-Unclang No I Tahun 1974 merupakan unifikatif hukum perkawinan bagi segala penclucluk atau waTga negara

Indonesia. Kalau begitu tujuaan unclang-unclang ini mengharuskan konflik hukum becla agama. Yang acla menurut hemat kita adalah pilihan agama dan kepercayaan.

Artinya j ika te1:jadi perkawinan antara dua cal on suami isteri yang berlainaan agama clan kepercayaan harus terlebih clahulu keclua belah pihak yang akan mengikat perkawinan memilih agama clan kepercayaan yang akan mereka peluk. Tanpa menentukan sikap alas agama clan kepercayaannya terlebih clulu. sesuai clengan ketentuaan pasal 2 ayat I ticlak mungkin clapat clilakukan perkawinan. Sebab ticlak mungkin sekaligus di pergunakan clua ketentuaan hukum agama clan kepercayaan, karena bagaimanapun sifat universalnya aturan agama-agama antar yang satu clengan yang lain, suclah clapat di perkirakaan terclapat perbeclaan-perbeclaan kaiclah hukum yang mengatur tata cara, persyarataan, clan rukun-rukun yang melanclasi upacara 9

ibadah keagamaan dan kepercayaannya mau tidak mau mereka harus menentukan pilihan salah satu agan1a dan berlainan agama yang mereka anut.

Di jelaskan lagi bahwa yang dimaksudkan dengan lmkum masing- masing agama dan kepercayaannya itu, termasuk ketentuaan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agarnanya dan kepercayaanya itu sepanjang tidak bertentangan atau tidak di tentukan lain dalarn Undang-Undang ini. Berarti sikap perkawinan yang dilakukan bertentangan dengan ketentuaan hukurn agama dengan sendirinya rnenurut hukurn perkawinan belum sah clan tidak mempunyai akibat hulcum sebagai ikatan perkawinan.

Pasal 2 Undang-Undang perkawinan ini terang rnenunjuk paling pertama kepada hukum masing-masing agamanya clan kepercayaanya bagi masing-masing pemeluknya. Oleh. Hazairin, dalam buku Moh. Idris Waluyo di tegaskan bahwa bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk kawin dengan rneianggar hukum agama nya sen clm..· II

Latar belakang sosial pasal 2 UU Perkawinan adalah bahwa keagaman agama yaiig di anul oleh bangsa indoncsia. Dari segi bentuk undang-undang, UlJ

Perkawinan adalah kodiikasi bukan unifikasi. Oleh karena itu,ia memberikan ruang bagi berlakunya hukum perkawinan agama-agamanya yang hidup clan berkembang di

Indonesia.

11 Moh.Idris Waluyo, llukzun Perkawinan lslatn, Suatu Analisis Dari Undang- Undang No 1 Tahun 197~ Dan Kampilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), Cet. Ke -5 , h. 194. 11

Indonesia merupakan negara hukum, untuk itu segalanya di atur oleh unclang­ undang, salah satunya adalah perkawinan. Berdasarkan uraian di atas, penulis mcrnbahas rnasalah yang bcrkaitaan dcngan perkawinan beda.

Untuk itu penulis memilih judul "STATUS PERKAWINAN BEDA

AGAMA DALAM KAJIAAN UNHANG-UNHANG NO. 1 TAHlJN 1974

TENTANG PERKA WINAN ( Studi Kasus Kcluarga Jamal Mirdad )."

A. Pcmbatasan Dan Pcrumusan Masalah

Melihat luasnya pennasalahan tentang status perkawinan beda agama di

Indonesia, maka untuk itu penulis hanya membatasi pada masalah status perkawinan beda agama dalam kajiaan Undang-Undang No.I Tahun 1974 saja. Dari pembatasan masalah tersebut maka penulis perlu membuat perumusan masalah agar pembahasannya lebih terarah, sebagai berikut:

I. Bagaimana status perkawinan beda agama dalam kajiaan UU No I Tahun

1974 Tentang Perkawinan?

2. Apa akibat perkawinan beda agama seperti yang terjadi dalam kasus keluarga

Jamal Mirdad?

B. Tujuan Dan Manfaat Pcnclitian

Tejuan dari pcnclitian :

1. Untuk mengetahui apa status perkawinan beda agama dalam kajiaan Undang­

Undang No. 1 Tahun 1974. 12

2. Untuk mengetahui akibat dari perkawinan beda agama dalam ha! ini keluarga

Jamal Mirdad

Manfaat dari penelitian

Manfaat dari penelitian ini, penulis mengartikan bahwa sebuah perkawinan dapat dikatakan sab atau tidaknya dasarnya adalab bukum agama dan bukan bukum negara sehinggga di barapkan tidak ada perkawinan yang dilakukan diluar bukum masimg-masing agama dan kepercayaan yang di akui di Indonesia, sebagaimana telah dikemukan pada pasal 2 ayat I Undang-Undang Perkawinan, " Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya".

Dan mengetahui akibat-akibat dari perkawinan beda agama dalam kasns keluarga

Jamal Mirdad.

C. Mctodc Penelitian

Sebagai sebuab karya ilmiah, jenis penelitiaan ini mernpakan penelitiaan deskriptif, yaitu penelitiaan ini merupakan penlitiaan deskriptif, yaitu penelitiaan yang menggambarkan data dan informasi dilapangan berdasarkan fakta yang diperoleh secara mendalam. Unt11k mendapatkan data-data tersebut maka metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah studi kasus, yakni penelitiaan ;ang menghasilkan uraiaan dan penjelasaan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau situasi sosial.

Dengan kata lain, studi kasus merupakan telaah atas seseorang, kelompok atau suatu 13

lembaga secara cem1at clan intensif climana peneliti berupaya menelaah sebanyak data mungkin mengenai objek yang cliteliti. 1 Sebagai suatu metode kualitatif, stucli kasus dalam ha! ini bertujuaan menyajikan pandangan objek yang cliteliti.

Bahan clan data penelitiaan ini cliperoleh dari penelitiaan lapangan (field research) yang dimaksudkan untuk memperoleh data, dimana peneliti terjun langsung ke lapangan. Oleh karena itu, data lapangan merupakan data primer, yaitu data utama yang akan clianalisa. Sedangakan data sekunder clalam penelitiaan ini adalal1 dokumen atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pokok bahasan karya tulis ini, yang juga didapatkan dari penelitiaan kepustakaan (library research).

Teknik pengumpulan data dalam penelitiaan lapangan ini adalah wawncAra mendalam yakni suatu bentuk komunikasi verbal untuk memperoleh informasi data yang valid clan akurat dari pihak-pihak yang dijadikan sebagai informan, dimana situasi wawancara lebih mirip situasi percakapan yang ditandai deangn spontanitas tetapi tetap tidak melenceng dari apa yang ingin dicapai dalam penelitiaan ini.

Adapun teknik penulisan ini berpedoman pada buku "pedoman penulisan skripsi, Fakultas Syari'ah clan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta 2005", dengan beberapa pengucualiaan:

a) Penulisan ayat Al-Qur'an tidak menggunakan catatan kaki, clan sebagai

sumber rujukan penulis menggunakan AL-Qur'an clan Terjemahnya yang

diterbitkan oleh Departemen Agama RI tahun 1998.

1 Dedi Mulyana, Metodologi Pene/itiaan kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. I 87 14

b) Dalam kepustakaan, Al-Qur'an al-Karim ditulis pada urntan pertama sebehm1

sumber-sumber lainnya, urntan selanjutnyna ditulis secarn alfabetis.

c) Kuti pan yang berasal dari buku ejaan lama ditulis dengan ejaan yang

disempurnkan kecuali nama pengarang dan pene1jemahnya.

d) Te1jemahan Al-Qur'an dan Hadits diketik saru spasi walaupun kurang dari

enam baris dan diketik dengan huruf miring (Italic).

D. Sisternatika Pcnulisan

Agar karya ilmiah ini tersusun secara sistematika, penulis menjabarkan nya dalam 4 bab, setiap bab terdiri clari sub-sub bab yaitu:

BAB! Mengemukakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan clan perumusan masalah, tujuan clan

manfaat penelitian, metocle penelitian dan sistematika penulis[m.

BAB II : Berisi tentang riwayat hidup keluarga Jamal Mirdad dan keluarga Lidya

Kandao, scjarah perkawinan Jamal Mirclacl dan Lidya Kandao.

BAB III Berisi tinjauaan umum tentang perkawinan syarat-syarat dan rukun

perkawinan, tqjuan mensyariatkan perkawinan, hikmah disyariatkan

perkawinan.

BAB IV Memuat pengertian perkawinan beda agama dalam k<1jiaan unclang­

unclang perkawinan no. I tahun 1974, dan perkawinan beda agama

sebelum dan sesuclah unclang- w1dang no I tahun 1974, juga unclang­

unclang no I tahun 1974 ticlak mengatur perkawinan beda agama, serta 15

akibat hukum dari perkawinan beda agama contoh dari keluarga Jamal

Mirdad.

BABY Merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang menyajikan kesimpulan

tcntang pembahasan yang tclah dilakukan serta saran- saran. BAB II

RIWAYAT HIDUP KELUARGA BESAR

A. Kcluarga Jamal Mirdad

Jamal Mirdad adalah seorang aktor/penyanyi pada jaman tahun 1980-an-

1990-an. Jamal mirdad lahir di Kudus, Jawa Tengah pada tahun 1960. Jamal sendiri lahir dari keluarga yang bcragama lslam.Beliau masih ada keturunan Jawa-

Arab. 1 Jamal merupakan anak yang dilahirkan dari keluarga yang mempunyai agama yang cukup kuat, sampai akhirnya beliau bertemu dengan pttjaan hatinya yang sekarang menjadi istrinya Lydia Kandao.

Dari perkawinan Jamal Mirdad clan Lydia Kandao, lahir empat anak.

Mereka adalah Hanna Natasya Mirdad, berusia 21 tahun, Kenangkana Mirdad, berusia 20 talllm, Naysilla Mirdad, berusia 19 tahun, dan Nathanagaja Mirdad, berusia 13 tahun.2 Hanna (Nana) Natasya dan Naysila telah mengikuti jejak karier orang tuanya. Keduanya bennain dalam sinetron produksi Sinem Art yang ditayangkan stasiun tclcvisi RCTI berjudul Liontin 2. Tema lagu: Menu11ggumu digarap Ariel Pete1pan dari album Senyawa yang cerita dan skenarionya digarap

Poetri Pranarka dan Alexis Lcirissa. Film televisi ini disutradarai oleh Noto l3agaskoro.3

Pernikahan mereka pun banyak menghalami banyak kontroversi, selain tentu saja dari para tokoh dan Ulama, dari keluarga sangat menentang perkawinan

1 Jania! Mirdad, Pclaku nikah Bcda Agama. H'awancara Pribadi, .Jakarta, JO April 2007 2 ibi

Islam yang cukup kuat, seperti yang telah dikemukan diatasJadi keluarga Jamal

sendiri tidak mudah untuk menerima begitu saja pada awalnya, selain karcna

agama yang berbeda dari pihak Jamal dan Lydia sendiri, keegoisaan mereka

dalam memepertahankan agamanya. Walaupun kekeuataan cinta mereka dapat

dibuktikan dahn pcrnikahan mercka yang telah menginjak 20 tahun.

Dari segi karier, Jamal Mirdad lebih dikenal sebagai penyanyi ketimbang

pcmain film. Padahal ia juga pernah berpcran di beberapa film. Pertama kali ia

bermain film lahun 1985 be~judul Pantang Mundur (Ganesha II). Namun suami

artis cantik Lydia kandao ini lebih mengutamakan dunia tarik suara, pada tahun

1995, ia pernah mengatakan "Sulit bagi saya pisah dari dunia musik."

Jamal berkecimpung dalam dunia tarik suara sejak awal tahun I 980an.

· Menggebrak dengan singlcnya Hati Selembut Sa/ju. Sebagai penyanyi pop manis

(sweet), Jamal bertahan hingga 1986. Kemudian ia membawakan lagu-lagu

jenaka, antara lain berjudul Jami/ah yangjuga sukses, Siti Julaiha dan Baru Lima

Men it.

Pada tahun 1992 Jamal mendirikan perusahaan PT. Citra Wiwitan Film,

dan tampil scbagai pcmain dalam film produksinya

dengan lawan main istrinya sendiri Lydia Kandou. Film tersebut meraih Citra

pada FF! 1992 scbagai Film Tcrbaik, Sutradara Terbaik Chaerul Umam, juga

untuk dua pemeran utamanya; Jamal dan Lydia. Namun setelah itu Jamal kembali

kc jalur musik. Baru bcrmain barcng Lydia lagi dalam serial sinctron Cinta di 18

Awai 30 (1998).4 Saat ini Jamal turut terjun dalam dunia politik dengan membuat

partai bernama Partai Nusa Bangsa.

B. Kcluarga Lydia Kaudao

Lydia Kandao adalah aktris senior yang namanya tidak asing lagi di mata

dan telinga pcngcmarnya, tidak kurang sudah 25 tahun ia hadir menyemarakan

dunia perfilman Indonesia. Lydia kandao yang bernama Iengkap Lydia Ruth

Elizabeth Kandao lahir di Jakarta, 21 Februari pada tahun 1963, mempunyai

hubungan darah Manado-Belanda, beragama Kristen.5 Lydia juga dilahirkan dari

keluarga yang cukup kuat dalam menjalani kehidupan rohaniaannya. Kehidupan

yang dijalaninya terbilang tidak mulus. Sejak kecil sering sakit-sakitan, tidak

boleh terlalu gembira, tidak boleh kaget dan terlalu sedih. Akibalnya, ia selalu

dipisahkan oleh ibunya dari kakak-kakaknya dan dilarang bermain dengan

saudara-saudara dan tcman-tcmannya.

Awalnya, ia scdih dan tak mengerti mengapa ibunya bersikap demikian .

. Akhirnya dia memahami bahwa apa yang dilakukan ibunya adalah untuk

kebaikannya semata.Akibat terlalu banyak menyendiri, ia tumbuh menjadi gadis

pcmalu dan tampil sederhana dalam bersikap maupun penampilan. Tawaran

menjadi model menjadi terhambat karena sifat yang pemalu tadi. Kariernya bisa

diraih setapak demi setapak terlalui alas usaha orang-orang yang sabar

membinanya.

1 • \Vikipcdia Indonesia, Loe.Cit 5 Jainal Mirdad, Pclaku nikah Heda Agan1a. lVawancara Pribadi, Jakarta l 0 April 2007 19

lbunya selalu mendukung dan memberikan motivasi kepadanya. Sejak

SMP, Lydia sudah mengenal kebiasaan merokok. Selain, suka makan. Untuk menjaga kondisi tubuhnya, ia melakukan kegiatan senam dan berenang. Memasak adalah kegemarannya.

Bermula sebagai model iklan Sakura Film, ia kemudian bertemu Imam

Tantowi dan diajak mendukung film arahanHas Manan, Wanita Segala Zaman, produksiRapi Film. Lewat film ini namanya melejit di saat usianya belum genap

17 tahun. Permainan aktingnya yang biasa-biasa saja dinilai produser untuk mengontraknya agar bcrmain film. Lydia Kandou kemudian bermain dalam film

Melodi Cinta, Bunga-Bunga SMA, Mahkotaku Hilang, Seindah Rembu/an. Ia pu11 akhirnya bisa menandatangani lrnntrak untuk empat sampai tujuh film sekaligus.6

Pada awal 1980, Gape Samtami dari Rapi Film memberinya peran dalam film Aladin dan Lampu Wasiat (Aladin and His Magic Lamp) yang terkenal itu.

Dalam film tersebut, ia bermain bersamaRano Karno. Raam Punjabi dari Parkit

Film memberi peran di berbagai film, antara lain; 5 Cewe .Jagoan (Five Deadly

Angels) dan Perawan Rimba (Jungle Virgin Force). Film-film yang dilakonkan mampu mcnempatkannya menjadi mtis terkenal di Indonesia untuk beberapa

1nasa. 7

Sibuk dengan keluarga dan seiring redupnya perfilman Indonesia, Lydia lama tidak terdengar kabarnya dalam dunia seni peran. Baru pada awal tahun

1990-an, ketika era serial komedi di layar kaca datang, Lidya kembali produktif tampil di layar kaca lcwat sinetron Gara-gara yang tercatat sebagai serial komedi

l> Wikipcdia Indonesia, "Ensiklopcdia bcbas bcrbahasa Indonesia", artikcl diaks~s tanggal 13 Juni 2007 dari bJ1p://id.\vikircdia.org/\\'iki/Lvdia Kandao 7 Ibid 20

terpanjang (5 tahun penanyangannya diRCTI) di mana ia bermain dalam 250 episode. Kesuksesan serial ini kemudian diangkat ke layar lebar.

Lydia Kandou merupakan pengagum Sophia Loren, Christine Hakim,

Rano Karno, dan Michael Jackson. Suka membaca novel karya Barbara Cartland.

Sclain scbagai arlis film, ia juga pcrnah membintangi bcbcrapa iklan, salah satunya iklan sabun GIV. Penulisan nama untuk Lydia Kandou ternyata mcmpunyai cjaan yang berbcda-beda, Lydia Kandou, Lydia Kandow, Lidya

Kandou dan Lidya Kandow. Namun umumnya lebih banyak menggunakan Lydia

Kandou.

C. Scjarab Pcrkawinan Jamal Mirdad dan Lydia Kaudao

Pada tahun I 986 Lydia Kandou menikah dengan aktor Jamal Mirdad .

Peristiwa ini menjadi begitu kontroversial, karena perbedaan agama. Lydia

Kandou yang beragama Kristen dan Jamal Mirdad yang beragama Islam.

Perbcdaan agama di anlara keduanya tidak menghentikan langkah keduanya memtju mahligai pernikahan, walaupun UU Perkawinan 1974 pasal 2 ayat I mcnghalangi mcrcka untuk bcrsalu sccara sah. Undang-undang lcrscbut menyatakan : "Pcrkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kcpercayaannya".

Untuk itu, sebuah perkawinan harus disahkan lebih dulu oleh agama yang bersangkutan sebelum didaftar ke Kntor Catatn Sipil. Konsekuensinya, banyak pasangan berbeda agama tidak dapat mendaftarkan pernikahan mereka di Kantor

Catalan Sipil. Karena Undang-Lmdang terscbut, bagi mereka yang akan menikah 2!

namun berbeda agama mclakukannya secara diam-diam maupun menikah diluar negeri. Namun pasangan Jamal mirdad dan Lydia Kandou nekad menikah di

Indonesia dan memperjuangkan status mereka mati-matian di Pengadilan Negeri.

Peristiwa yang terjadi tahun 1986 tersebut begitu menggemparkan.

Tentangan clan kccaman dari agamawan dan masyarakat mcnghantam secara

bertubi-tubi pasangan ini. Ketika mereka berdua memang pada saat itu sedang

berada dipuncak karir, lipulan berbagai media saat itu membuul peristiwa

pernikahan beda agama ini semakin heboh. Tetapi setelah melewati pe1juangan panjang dan melelahkan dan didasari cinta yang kuat diantara keduanya, akhirnya dengan bantuan pengacara, pernikahan mereka disahkan juga oleh pengadilan

pada tahun 1995.

lbunda Lydia adalah salah seorang menentang habis-habisan pernikahan

Lydia yang saat itu berumur 22 tahun dengan Jamal. Karenanya sang pun

pindah dari Jakarta kc Bandung. Lydia talm bahwa dia menyakiti hati ibunya,

, maka dua hari sekali Lydia dan Jamal menemui ibunya. Namun dalam kunjungan­

kunjungan itu Jamal selalu menunggu didepan rumah. Selama kurang lebih

sctahun, Jamal rcla bolak-balik Jakarta-Bandung dan tidur di mobil, semenlara

Lydia menginap di rumah sang !bu. Akhirnya lbunda Lydia menjadi luluh juga

hatinya. Suatu hari, Lydia hendak menginap di rumah lbundanya, dan tanpa

disangka, sang lbu menyuruh Lydia mengajak Jamal masuk ke dalam rumah.

Saat diterima, Jamal pun langsung meminta maafkepada lbunda Lydia.8

8 Wikipc

Agama dan ornngtua bukan masalah satu-satunya yang dihadapi pasangan

Lydia Kandou dan Jamal Mirdad ini. Masalah beda Budaya juga merupakan

masalah yang harus dihadapi keduanya. Lydia yang berdarah Manado-Belanda dan Jamal yang berdarah Jawa membuat mereka harus melakukan penyesuaian diri terhadap karakcr dan latar belakang budaya masing-masing. Namun dengan

prinsip perbedaan adalah pelajaran !mat mereka yang dianggap berharga dan

istimewa dan dengan kesabaran dan mcnghormati perbedaan, pasangan ini dapat

mclaluinya dengan baik sampai saat ini.

Dari perkawinan Lydia Kandou dan Jamal Mirdad lahir empat anak.

Mereka adalah Hanna Natasya Mirdad (21 ), Kenangkana (20), Naysilla (19), dan

Nathanagaja ( 13). Scbagaimana yang telah dijelaskan siatas. Sampai sekarang dari

keempat anaknya belum mempunyai agama yang pasti dengan alasan masih

dalam tahap pembelajaraan dan memehami betul dari kedua agama orang tua

mereka.9 Hanna (Nana) Natasya dan Naysila telah mengikuti jejak karier orang

tuanya, mercka bcrkccimpung di dunia entertainment. Nay (sapaan Naysilla)

sendiri sebcnarnya tclah mcmilih dalam hatinya agama mana yanga dia pilih,

walaupun dia mcngatakan pilihan agam ilu tidak pcrlu discbarluaskan.

') Naysilla tvlirdad, Anak Pclaku pcrka\vinan Bcda J\gama, wc111 1t111cara pribadi, 5 april 2007 BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

A. Pengcrtian pcrlrnwinan

Perkawinan merupakan suatu ha! yang di perintahkan oleh agama (Islam) dengan maksud untuk membangun rumah tangga yang bahagia s"jahtera yang penuh rasa kasih sayang mem~ju terciptanya keluarga yang baik. Perkawinan disyariatkan supaya manusia mempunyai keturunan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, di bawah naungan cinta kasih dan ridho illahi.

Di dalam buku "Pokok-pokok Hukum Perdata" Subekti menyatakan bahwa perkawinan adalah pertaliaan yang sah antara seorang laki·-laki dan seorang

perempuaan untuk waktu yang lama. 1 Perkawinan dapat di lihat dari 3 (tiga) segi

pimdangan :2

1. Dari scgi hukum

Dipandang dari segi hukum, perkawinan itu merupakan suatu

perjanjiaan. Sebagaimana firman Allah SWT, yang berbunyi:

Artinya: "Da11 1JJmka (istni-i.rlclivlll} Jc/ah mc11gamhil dari kam11 pcrja11jia11 yang k11at. (QS. /111-Nissa: 21)

1 Subckti, Pokok- Pokok !-Iuk1a11 JJerdala, (Jakarta: Intcrmasa, 1993), Cct. Kc-25,h. 23 :; Mohd. Idris Ran1ulyo, !iukun1 Perkmi 1inan lsla111; suatu analisis dari undang- undang /\'o. 1 Ta/Jun 197·1 dan Kon1pi/asi J-!uk11111 !s/a111, (Jakarta: Bun1i Aksara, 1999), Cct. Ke - 2, h. 16· 19 24

Disebut dcngan kata- kata " miitsaaghanghalizhan ". Juga dapat di kemukakan sebagai alasan untuk mengatakan perkawinan itu merupakan suatu pe1janjiaan ialah karena adanya:

a. Cara mengadakan ikatan perkawinan telah di atur terlebih dahulu

yaitu dengan akad nikah dan rukun syarat tertentu.

b. Cara menguraikan atau memutuskan ikatan perkawinan juga telah

di atur sebclumnya yaitu dengan proscdur talak, kemungkinan

fosakh, syiqaq dan sebagainya.

Pcrsetujuaan perkawinan itu pada dasarnya tidaklah sama dengan persetujuan-persetujuan yang lain, misalnya: persetujuan jual-beli, sewa­ menyewa, tukar-menukar dan lain-lain.

Menurut Wirjono Prodjodikoro., perbedaan antara persetujuan perkawinan dan persctujuan-persetujuan yang lainnya adalah dalam persetujuan biasa para pihak pada pokoknya penuh merdeka untuk menentukan sendiri isi dari persetujuan itu sesuka hatinya, asal saja persetqjuan itu tidak bertentangan dengan

Undang-Undang kesusilaan dan ketertiban umum. Sebaliknya dalam suatu pcrkawinan sudah sejak scmula ditcntukan olch hukum isi dari persctujuan antara suami istri itu.

Kalau scorang percmpuan dan seorang laki-laki berkata sepakat untuk melakukan perkawinan satu sama lain ini berarti mereka saling berjanji akan taat pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku mengcnai kewajiban dan hak-hak masing-masing pihak selama dan scsudah hidup bersama itu berlangsung, dan mengenai kedudukannya dalam masyarakat dari anak- anak keturunannya. Juga 25

dalam menghentikan perkawinan, suami dan istri tidak leluasa penuh untuk menentukan sendiri syarat- syarat untuk penghentian itu, melainkan terikat juga pada peraturan hukum perihal itu.3

2. Dari segi sosial

Dalam masyarakat setiap bangsa, ditemui suatu penilaiaan yang

umum bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga

rnempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mercka yang tidak

kawin.4

Dulu sebelum adanya peraturan tentang perkawinan wanita bisa

dimadu tanpa batas dan tanpa bisa berbuat apa-apa, tetapi menurut ajaran

Islam dalam perkawinan mengenai kawin poligami ini hanya dibatasi

paling banyak empat orang. itu pun dengan syarat-syarat yang te1tentu

pula.

3. Dari Segi Agama

Pandangan suatu perkawinan dari segi agama suatu segi yang

sangat pcnting. Dalam agama, perkawinan itu dianggap suatu Jembaga

yang suci. Upacara pcrkawinan adalah upacara yang suci yang kedua

pihak di hubungkan menjadi pasangan suarni isteri atau saling merninta

mcnjadi pasangan hidupnya dengan mcmpcrgunakan nama Allah scbagai

diingatkan olch finnan Allah sebagai berikut:

J R.. \Virjono ProdjoJikoro, /-Jukurn Perkawinan Di Indonesia, (Bandung: Sumur Bandung 1974), Cct. Ke-6, h. 8 1 · Sayuti 'rhalib. l!uku111 Kekeluurgaan !Ji Indonesia, (Jakarta: Univcrsitas Indonesia, 1982), Cct. Ke- 2. h. 48 26

A rtiJ!J'": " (!Jlilah pemyalaaJ1) pm111tJ1saJ1 PCJ{g!JJ1hm1gaJ1 daJipada Allah daJI lv1.wi-Nya {JaJ{g

dihadajJka1J) kt!/Jada ora11g-ora11g t1111!Jrikin ya11g kan111 (ka11111 11111sli111i11) te/ah

J!JCJ{gadakaJJ jmjmijim1 (dengm1 J11ereka)''. (Q.S. At-Tm1bah:1)

Perkawinan itu di anggap sebagai suatu lembaga yang suci dimana antara suam1 dan isteri dapat hidup tentram saling cinta, saling mengasihi antara satu terhadap yang lain dengan tujuan mengembangkan keturunan.

Selain itu pcrkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanila dan pria kedua mempelai saja, tetapi juga orangtua kedua belah pihak, saudara- saudaranya bahkan keluarga mereka masing-masing. Dengan tidak mengesampingkan unsur- unsur yang terlibat dalam lingkungannya, karena satu sama lain saling ikut melengkapi demi terciptanya kehannonisan hidup.

Banyak sa,jana Islam telah mencoba memberikan rumusan tentang arti

perkawinan, diantaranya adalah :

a. Sayuti Thalib:

·'Pcngc1tian perkawinan itu ialah perjanjiaan suci membentuk keluarga antara seorang laki- laki dcngan scorang perempuaan"5

b. M. idris Ramulyo:

'" Nilrnh artinya perkawinan sedangkan aqad artinya perjanjiaan. Jadi akad nikah

berarti pe1:iai1jiaan suci untuk mcngikatkan diri dalam perkawinan antara seoarang wanita dengan seorang pria membentuk keluarga bahagia dan kcki·d (abadi)".6

5 Sayuli Thalib, /-luk11111 Kekeluargaan Di lndonesia, Op.cit., h. 47. 27

b. H.S.A. Alhamdani:

" Perkawinan adalah sunnnatullah, hukum alam di dunia. Perkawinan dilakukan oleh manusia, hewan bahkan oleh tumbuh-tumbuhan."7

c. Surojo wignjodipuro:

" Perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam penghidupan masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai s~ja, tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara- saudaranya, bahkan keluarga-keluarga mereka masing-masing".8

Bermacam-macam pendapat yang dikemukakan orang mengena1 pcngertian pcrkawinan itu, tidaklah memperlihatkan adanya pertentangan yang sungguh-sungguh antara satu pendapat dengan yang lain tetapi lebih memperlihatkan keinginan pihak perumus dalam memasukkan unsur-unsur perkawinan itu ke dalam rumusannya.9

Sedangkan dalam Undang-Undang No.I tahun 1974 tentang perkawinan adalah: " perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai suam i isteri dengan tujuan untuk membentuk kcluarga (rumah tangga) yang bahagla dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa."

0 Moch. Idris Ila1nulyo, l!uku111 Perkawinan ls/a111; sualu ana/isis dari undang- undang No. 1 Tahun 1974 dan Ko111pilasi !luk1u11 Isla, Op.ci.. t h. I 7 I-LS.A. Alha1ndani, Risa/ah Nikah: liuk11111 Perkawinan !s/a111 (Jakarta: Pustaka An1ani, 1989), eel. Kc -3, h. 15 8 Surojo \Vignjodipuro, Pe11gantar dan Asas-Asas l/11ku111 Adat, (Jakarta : PT. rfoko (Junung Agung, 1995). h. 122 9 Sayuti thalib. (Jp.C.'it., h. 47 28

Hukum mclakukan perkawinan menurut pendapat sebagian sarjana hukum

Islam adalah ibadah atau kebolehan atau halal. Tetapi berdasarkan kepada perubahan 'illahnya, hukum melakukan perkawinan itu dapat beralih menjadi sunnah, wajib, makruh dan haram. 10 Sedangkan sebagian sa1jana Islam lainnya ada yang menycbutkan sunnah dan bahkan ada yang mengatakan waj ib hukumnya.

Dalam perkawinan kita mengenal 3 macam sistem perkawianan, yaitu endogami, exogan1i, dan eleutherogarni : 11

a. Sistcm endogami

Dalam sistem ini orang hanya di perbolehkan kawin dengan seorng suku keluarganya scndiri. Sistem perkawinan ini kini jarang sekali terdapat di

indonesia. Menurut Van Vollenhoven hanya ada satu daerah saja yang secara

praktis mengenal sistem endogami ini, yaitu daerah Toraja. Tetapi dalam waktu dekat, di daerah ini punn sistem ini akan lenyap dengan sendirinya kalau

hubungan daerah itu dengan lain- lain daerah akan menjadi lebih mudah, era!, dan

meluas. Sebab sistem tersebut di daerah ini hanya terdapat secara praktis saja, lagi

pula endogami scbctulnya tidak sesuai dengan sifat susunan kekeluargaan yang ada di dacrah itu, yaitu parental.

b. Sistcm cxogami

Dalam sistem ini orang diharuskan kawin dengan orang di luar suku keluarganya. Sistem demikian ini terdapat misalnya di daerah Gayo, Alas,

Tapanuli, minangkabau, sumatera selatan, Buru, dan Scram.

10 Ibid 11 Sun~jo Wignjodipuro, Loe. (~it., h.132-133 29

Dalam pcrkembangan jaman ternyata, bahwa sistem exogami ini dalam dacrah-daerah terscbut di atas lambat-laun mengalami proses perlunakan seclemikian rupa, hingga larangan perkawinan itu cliperlakukan hanya pada lingkungan kekeluargaan yang sangat kecil saja. Dengan clemikian sistem ini dalam daerah- daerah tersebut dalam perkembangan rnasa akan mendekati sistem e/e11theroga111i.

c. Sistem eleutherogami

Sistem ini tidak mcngenal larangan- larangan atau keharusan- keharusan scperli halnya dalarn sislern cndogami ataupun exogami.

Larangan-larangan yang terdapat dalam sistcm ini adalah larangan­ larangan yang berlalian dengan ikatan kekeluargaan yakni larangan karena:

Nasab (tunman yang dekat), seperti kawin dengan ibu, nanek, anak kandung, cucu

(keturunan garis lurus ke atas dan ke bawah) juga dengan saudara kandung, saudara bapak atau ibu.

Musyaharah (per-iparan) seperti kawin dengan ibu tiri, menantu, mertua, anak tiri. E/eutherogami ternyata yang paling meluas di indonesia, terdapat misalnya di J\cch, Surnatcra Timur, Bangka Biliton, Kalimantan,

Minahasa,Sulawesi Sclatan,Ternate, lrian Barat Timor, Bali, Lombok, dan seluruh

Jawa Madura. Di kernudian hari sislem ini akan merata di Indonesia.

B. Syarat- Syarat Dan Rukun Pcrkawinan

Scbclum kila membicarakan tcntang syarat- syarat dan rukun pcrkawinan tersebut alangkah baiknyajika kita melihat bahwa perkawinan yang disyari'atkan 30

Sebelum kita membicarakan tentang syarat- syarat dan rukun perkawinan tersebut alangkah baiknya jika kita melihat bahwa perkawinan yang disyari'atkan oleh agama islam dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu: dari sudut hukum, sos1a. I, cl an aga1na. "-

Dari sudut hukum, perkawinan merupakan suatu perjanjiaan yang sangat kuat, "Mitsaaqaan Ghaliizhaan", sebagai disebutkan dalam Qur'an JV:2l. Dari sudut sosial, perkawinan merupakan sarana untuk meningkatkan status seseorang dalam masyarakat. Orang yang sudah berkeluarga lebih di hargai dari yang belum berkeluarga. Scdangkan dari sudut agama, perkawinan itu di anggap sebagai suatu lembaga suci, sebab pasangan suami isteri itu dihubungkan dengan mempergunakan nama Allah, sebagaimana firman Allah sebagai berikut:

\ • i.....;Ji )'._,_,_ ~· 1·.c. ·. 1·., .,,, . ;:,.,.1· "' ... t,r, :ill '.t': I "I' -Gll i-.'.IG ( • • ...,_. . _, ...,.. .J.J ....,.. c;;=_, • - J '-"'"' IY' r'''''«#- !'"".J -"' IY' ""' -

/'1 rti1!ya: "f--:{ai sekalia11 111c11111sia, hertaq1valah kepada l?.abh-1J111 yang t1t!ah 111eutipiakau ka1n11 dariyaug s11l11, da11 daripada1!ya Allah v1e11ciptaka11 i:rterti!Ja; d.111 daripada ked11t11fya Allah JJ/l!IJJperkelllhm(ghiakka11 laki-!aki da11 pemvp11a11 yang ba11yak. Da11 hC1taq1vulah kepada /l/lah yang d'1cga11 (v1eJJJpo;g1maka11) 11a1JJa-Nya kaJJJ!I sa!ilcg 111e111i11ta sat11 sc1111a lain, da11 (peliharalah) h11h11nga11 silat11rrahin1. S11s1111gg11h1!JC1

/lllah s11/a/J1 111111!/aga da111nenga1vasi kam11".

Sahnya suatu perbuatan hukum menurut hukum agama islam harus

memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan syarat. Rukun ialah unsur pokok (tiang) sedangkan syarat merupakan unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum. 13

"Sayuti Thalib, Op.Cit., h. 47-48 13 Dcparlcn1an Agan1a RI. Pedo111an Pegmt'ai Pencatat Nika/J (PPN). (Jakarta Proyck Pcn1binaan Sarana Kagan1aan Islan1, l)irjcn Bin1as Islan1 dan Urusan I·h~ji, Dcpurten1an Agan1a, 1984) h. 34 31

Tahun 1946 jo. Undang-Undang No. 32 Tahun 1974, sekarang Undang-Undang

Nomor I Tahun 1974 (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor I), dan kompilasi

Hukum Islam. (lnstruksi Presiden RI Nomor 1Tahun1991 jo. SK Menteri Agama

No. 154 Thun 1991). 14

Setelah Ditetapkan Undang-Undang No. Tahun 1974 tentang perkawinan, malrn dasar berlakunya Hukum Islam di bidang perkwianan, talak, rujuk, tentulah undang- undang Nomor I Tahun 1974 ini terutama pasal 2 ayat (I) dan pasal 2 ayat (2) yang menetapkan sebagai berikut:

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya itu. Tiap-tiap perkawinan dica/a/ menurut peraturan- peraturan, perundang- undangan yang berlaku.

Bagi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia mutlak adanya Undang- undang perkawinan nasional yang sekaligus menampung prinsip- prinsip dan memberikan landasan Hukum Perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat, dan bagi golongan orang-orang Islam harus diperlakukan Hukum Perkawinan Islam seperti yang ditctapkan oleh Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 tentang perkawinan tcrsebut di atas. 15

Sahnya perkawinan menurut Hukum Islam harus memenuhi rukun- rukun dan syarat- syarat sebagai berikut:

a. Rukun nikah

14 Mohd. Idris Ramu/yo. Op.Cit., h. 50 15 Ibid 32

Rukun nikah mempakan hal-hal yang harus dipenuhi pada waktu melangsungkan perkawinan. Jadi dapat digolongkan kedalam syarat formil, dan tcrdiri atas:

I) Adanya calon mcmpelai laki-laki dan wanita

2) Hams ada wali bagi calon mcmpelai perempuaan

3) Hams disaksikan oleh dua orang saksi

4) Akad nikah, yaitu ijab dari wali mempelai perempuan atau wakilnya

dan kabul dari mempelai laki-laki atau walinya.

Rukun nikah merupakan bagian dari pada hakekat perkawinan, artinya bila salah satu dari rukun nikah tidak dipenuhi, maka tidak akan te1jadi suatu

. 16 perk awman.

Bila tidak ada calon mempelai yang akan melangsungkan pcrkawinan, tidak ada suatu perkawinan. Calon mempelai masing- masing harus bebas dalam menyatakan persetujuannya, hal ini menuntut konsekuensi bahwa kedua calon mempelai haruslah sudah mampu untuk memberikan persetujuan untuk mengikalkan diri dalam suatu perkawinan, dan ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mampu berfikir mandiri, dewasa dan bebas dari tekanan pihak lain di luar dirinya, yang menurut istilah hukum Islam berarti sudah "Aqil Baligh"

(baligh berakal), dalam arti sudah mampu melakukan perkawinan (undang- undang No. 1/1974 menentukan usia 16 tahun untuk wanita, dan 19 tahun untuk pria). Dengan dasar ini sebenarnya Islam menganut asas kedewasaan jasmani dan

16 As111in, Status Perkau1inan Antar Agan1a; dilinjau dari Undang- Undang perkau1i11an No. I ta/111111974, (Jakarta: PT. Dian Rakyat,1986), h.30 33

rohani untuk dapat melangsungkan pernikahan. Perkawinan anak- anak hanyalah dimungkinkan dalam hal- hal atau keadaaan tertentu saja. 17

Sayuti Thalib mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah dan I-lazairin, dengan mengatakan bahwa memang dari segi hukum, wali bagi perempuan yang sudah dewasa tidak menjadi syarat sahnya pengikatan diri dalam perkawinan,

1 tetapi ada baiknya wanita itu memakai wali dalam melakukan ijab kabul. '

Rukun nikah yang keempat, yaitu ijab dan kabul, merupakan rukun nikah yang menentukan, karena dengan diucapkannya ijab (penegasan kehendak untuk

mcngikatkan diri dalam pcrkawinan) oleh wali mempelai pcrempuan atau wakilnya, dan kabul (penegasan penerimaan mengikatkan diri sebagai suami

isteri) yang dilakukan mempelai laki- laki atau wakilnya, maim akad nikah secara

yuridis mempunyai kekuataan mengikat bagi kedua mempelai, dalam arti bahwa

perkawinan mereka sudah sah. Jadi ijab kabul merupakan inti dari perkawinan

menurut agama islam. 19 Sehubungan dengan pelaksanaan ijab kabul, Sayuti

Thalib berpendapat, pengucapan ijab oleh mempelai wanita dan kabul oleh

mcmpelai pria adalah terbalik. Scyogyanya pihak mempelai prialah yang

mcngucapkan ijab dan mempelai wanila mengucapkan qabul.20

b. Syaral-syarat nikah

Syarat- syarat nikah menurut agama Islam diperinci ke dalam syarat-

syarat unluk mempclai wanita dan syaral-syaral untuk mcmpelai laki-laki. Syaral-

17 lbid 18 Sayuti 1'halib, ()p.(,i/., h. 64 19 Asmin. Loc.C~it., h. 31 '° Sayuli Thalib, Loe.Cit., h. 70 34

syarat nikah ini dapat digolongkan ke dalam syarat materiil dan harus dipenuhi agar dapat melangsungkan pernikahan.

Syarat bagi calon mempelai laki- laki :

a) Beragama islam

b) Terang laid- lakinya (bukan banci)

c) Tidak dipaksa (dengan kemauan sendiri)

d) Tidak beristeri lebih dari empat orang

e) Bukan mahram calon suami

f) Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan calon isteri nya.

g) Mengetahui calon istrinya tidak haram dinikahinya

h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah. 21

Syarat bagi calon mempalai wanita:

a) Beragama islam

b) Terang perempuaannya (bukan banci)

c) Telah memberi ijin kepada wali untuk menikahkannya.

cl) Tidak bersuam i, dan tidak dalam masa iddah

e) Bukan mah ram calon suami

t) Belum pernah di Li'an (sumpah Li'an) olch calon suaminya

g) Tcrang orangnya

h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.22

Tidak dipenuhinya syarat-syarat nikah tcrsebut di atas berakibat batal atau

tidak sah (fasid) nikahnya.

21 Dcparlcn1an Agama, Op.Cit., h. 38-39 22 Ibid 35

Yang dimaksud dengan syarat perkawinan ialah syarat yang bertalian

, dengan rukun-rukun perkawinan, yaitu syarat-syarat bagi calon mempelai, wali,

saksi, clan ijab qabul;23

Syarat- syarat suami :

a) Bukan mahram dari calon istcri

b) Tidak terpaksa, atas kemauan sendiri

c) Orang tertentu, jelas orangnya.

d) Tidak sedang menjalankan ihram haji.

Syarat-syarat isteri

a) Tidak ada halangan syar'i, yaitu tidak bersuarni, bukan mahrarn, tidak

sedang dalam iddah, merdeka, atas kemauannya sendiri.

b) Jelas orangnya.

c) Tidak sedang berihram haji

Syarat- syarat wali

a) Laki-laki

b) Baligh

c) Warns akalnya.

d) Tidak dipaksa

e) Adil

f) Tidak sedang ihram haji.

Syarat- syarat saksi

a) Laki-laki

23ll.S.A.Alhamdani, Op.Cit., h. 30-31 36

b) Baligh

c) Waras akalnya

d) Adil

e) Dapat mendengar dan melihat

f) Bebas, tidak dipaksa.

g) Tidak sedang mengerjakan ihram hajji.

h) Mcmahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab- qabul.

Untuk dipcrhatikan lebih lanjut masalah calon isteri adalah harus adanya ijin dari wali calon isteri yaitu: ayah, kakek atau kakak laki-lakinya. Tetapi apabila tidak ada salah satu pun dari mereka maka harus ada \jin dari pemerintah setempat.

Untuk dua orang saksi haruslah orang yang sangat dikenal luas sebagai orang-orang yang baik, yaitu orang- orang yang adil dan bukan yang fasiq. Dan apabila keadaan keduanya tidak dikenal, boleh juga diterima kesaksiaan mereka selama hal itu memang sangat diperlukan.

Syarat-syarat shighat: sighat hendaknya dilakukan dengan bahasa yang dapat dimcngcrti olch orang yang mclakukan akad, pcncrima akad dan saksi.

Shighat hendaknya mempergunkan ucapan yang menu1tjukkan waktu lampau, atau salah scorang mempergunakan kalimat yang menunjukan wakt•J yang akan datang.24

Mempelai laki-Jaki dapat mcminta kepada wali pengantin percmpuan: " kawinkanlah saya dngan anak perempuan bapak", kemudian di jawab: "saya

:N Ibid. h. 31 37

kawinkan dia (anak perempuan) dengan mu". Permintaan dan jawaban itu udah berart1 . per Irnwman.- . '5

Shighat itu hendaknya terikat dengan bahasa tertentu, supaya akad itu dapat berlaku, m isalnya dengan ucapan : "saya nikahkan engkau dengan anak perempuan saya". Kemudian pihak laid-laid menjawab: "ya, saya terima". Akad ini berlaku. Akad ada yang bergantung kepada syarat atau waktu tertentu atau untuk waktu tertentu, akad semacam ini tidak sah.26

Sebagaiman telah dikemukakan bahwa yang menjadi tujuan perkawinan menurut Undang-Undang No. I Tahun 1974 adalah membentuk keluarga (rumah langga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Juslru untuk mcnjamin tcrcapainya tujuan perkawinan harns memenuhi syarat-syarat tertentu serla melalui prosedur tertentu pula.27

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melangsungkan perkawinan menurut Undang-Undang No. I Tahun 1974 adalah sebagai berikut dibawah ini, sebagaimana disebutkan dalam pasal- pasal 6 sampai dengan 12 :

a) Adanya persetujuan kedua calon mempelai

b) Adanya ijin kedua orang tua atau wali bagi calon mempelai yang belum

berusia 21 tahun.

c) Usia calon mempelai pna sudah mencapai 19 tahun, clan usia calon

mempelai wanita sudah mencapai 16 tahun.

"Ibid °"Ibid 27 Ri

d) Antara calon mempelai pria dan calon mcmpelai wanita tidak dalam

hubungan darah yang tidak boleh kawin.

e) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya I peraturan lain yang berlaku,

dilarang kawin.

f) Tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain.

g) Bagi suami isteri yang telah bercerai lalu kawin lagi satu sama Jain dan

bercerai lagi untuk kedua kalinya, agama dan kepercayaan mereka tidak

melarang mereka kawin lagi unruk ketiga kalinya.

h) Tidak berada dalam waktu tunggu bagi calon mempelai wanita yangjanda.

Dalam Undang-Undang ini dinyatakan bahwa suatu perkawinan barn sah apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agama dan kepercayaan nya

itu. Jadi orang-orang yang beragama Islam perkawinan baru sah apabila dilakukan menurut hukum Islam. Tetapi disamping itu, ada keharusan pencatatan menurut

peraturan dan perundangan yang berlaku. Pencatatan setiap perkawinan smna

halnya dengan pcncatatan suatu peristiwa hukum dalam kehidupan seseorang

misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam suatu akta resmi (surat

ketcrangan) yang dimuat dim daftar pencatatan yang disediakan khusus untk itu.28

Adapun tata cara perkawinan :

Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan

kehendaknya itu kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan akan

dilangsungkan. Pemberitahuaan tersebut di lakukan sekurang-kurangnya I 0

(sepuluh) hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan. Pengecualiaan terhadap

---·------"Sayuli Thalib, Op.Cit .. h. 75 39

jangka waktu tersebut disebabkan sesuatu alasan yang penting dapat diberikan oleh Camat atas nama Bupati Kepala Daerah.29

Pemberitahuan secara lisan atau tcrtulis oleh calon mempelai atau oleh orang tua atau walinya.

Pemberitahuan mcmuat nama, umur, agama atau kepercayaan, pekerjaan, tcmpat kediaman calon mcmpelai dan apabila salah seoarang atau keduanya pernah kawin, disebutkan juga nama isteri atau suami terdahulu ( pasal 3,4 dan 5

PP 9 Tahun 1975 ). Surat persetujuan dan keterangan asal usu!.

Pegawai Pencatat Nikah Perkawinan atau P3NTR yang menerima pemberitahuaan kchendak nikah memeriksa calon suami, calon isteri, daan wali nikah tcntang ada atau tidaknya halangan pernikahan itu dilangsungkan baik karcna halangan melanggar hukum munakahat atau karena mclanggar peraturan tentang perkawinan. Selain surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) pcraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975 tentang kewajiban pcgawai Pencatat Nikah dan tata kerja Pengadilan Agama dalam melaksanakan

Pcraturan Perundang-undangan Perkawinan bagi yang beragama Islam atau disingkat PMA No. 3/l 975, yang bcrbunyi :30

I) Orang yang hendak menikah, talak, cerai dan rujuk harus membawa

surat keterangan dari kepala desanya masing-masing menurut contoh

model Na-Tra.

2) Orang yang tidak mampu harus pula membawa "surat keterangan

tidak mampu" dari Kepala Desanya.

"Mohd. Idris Ramulyo, Op.Cit., h. 171 30 Ibid 40

Maka di dalam pemerikasaan diperlukan pula penelitian terhadap:

1) Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai. Dalam

ha! tidak ada akta kelahiran atau surat kenal lahir, dapat dipergunakan

surat keterangan asal-usul calon mempeli yang diberikan oleh Kepala

Desa model Nf.

2) Persetujuan calon mempelai sebagai dimaksud pasal 6 ayat (l)

Undang- Undang Nomor l Tahun 1974.

3) Surat ketcrangan tcntang orang tua (ibu- bapak) dari kepala Desanya

menurut model Nb.

4) Surat ijin dri Pengadilan Agama sebagai dimaksud past 6 ayat (5)

Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 bagi calon mempelai yang

belum mencapai umur 21 tahun.

5) Surat dispensasi dari Pengadilan Agama, bagi calon suarn1 yang

belum mencapai umur 19 tahun dan bagi calon istri yang belum

mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

6) Surat ijin dari pcjabat menurut peraturan yang belaku baginya, jika

salah seorang calon mempelai atau keduanya anggota angkatan

bersenjata.

7) Surat kclcrangan pcjabat yang bcrwcnang mcncatat pcrkawinan

tentang ada atau tidaknya halangan menikah bagi calon isteri, karena

perbedaaan hukum dan atau kewarganegaran.

8) Bagi duda, janda yang hendak menikah lagi harus membawa: 41

9) Kutipan buku pendaftaraan talak, kutipan buku pendaftaraan cerai:

a tau

I 0) Surat keterangan kematian suami atau isteri yang dibuat oleh Kepala

Desa yang mewilayahi tempat tinggal atau walinya, menurut contoh

model Nd.

1 I) Bagi suami yng hendak beristeri lebih dari seorang, harus membawa

surat ijin dari Pengadilan Agama.

12) Apabila kutipan buku pendaftraan talak, kutipan buku pendaftaraan

cerai, rujuk hilang, maka diminta duplikatnya atau keterangan lain

sebagaimana di atur dalam pasal 39 PMA No. 3/1975 ini. Untuk

mendapatkan duplikat surat itu tidak dipungut biaya kecuali ada

peraturan lain. Duplikat surat-surat itu hrus dibubuhi materai menurut

peraturan yng berlaku. Apabila kantor yng dahulu mengeluarkan

surat-surat itu tidak bisa membuat duplikatnya disebabkan catatannya

tclah rusak atau hilang atau karena sebab-sebab lain, maka untuk

menctapkan adanya nikah, talak, cerai atau rujuk harus dibuktikan

dengan keputusan Pengadilan Agama.31 Hasil pemeriksaan itu ditulis

dan ditanda tangani oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR dan

mcreka yang berkepentingan dalam daftar pemeriksaan nikah

menurut contoh yang diumumkan oleh Menteri Agarna.

31 Ibid 42

P3NTR membuat daftar pemerikasaan nikah itu rangkap 2 (dua) sehelai dikirim kepada Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahinya beserta surat- surat yang diperlukan dan yng lain disimpan.

Calon suami, calon isteri dan wali nikah masing- masing mengisi ruang nomor Ill, IV dan V dari daftar pemeriksaan nikah scdang ruang-ruang lainnya diisi oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR.

Apabila mcreka tidak pandai menulis, maka ruang lll, IV, yaitu diisi oleh

Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR. Pengiriman lembar pertama daftar

pemeeriksaan nikah oleh P3NTR dilkukan selambat-lmbatnya 15 (lima belas) hari

sesudah akad nikah dilangsungkan. Apabila lembar- lembar pertama dari daftar

pemeriksan hilang, maka oleh P3NTR dibuatkan salinan dari daftar lembar kedua

dengan berita acara sebab- sebab hilangnya. Apabila calon suami atau wali nikah

karena betiempat tinggal di luar daerah, tidak hadir untuk diperiksa, maim

pemeriksaan padanya dimintakan pertolangan kepada Pegawai Pencatat Nikah

atau P3NTR yang mewilayahi tempat tinggalnya.32

Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR ini memeriksa calon uami atau wali

nikah itu, kcmudian mengirimkan daftar pcmeriksaannya kepada Pegawai

Pencatat Nikah atau P3NTR yang bersangkutan. Apabila ternyata dari

pemeriksaan itu terdapat halangan pernikahaan menurut hukum agama atau

peraturan perundang-undangan tentang perkawinan atau belum dipenuhi

persyarataan/ketentuaan tersebut dalam pasal 8 Peraturan Menteri Agama Nomor

G Tahun 1975 ini keadaan itu segera diberitahukan kepada calon suami dan wali

32 lbid 43

nikah atau wakilnya oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR menurut model 2

(lampiran XI) pasal 7 PP No. 9 Tahun I 975 jo. Pasal 9 dan 10 PMA No. 3/1975

Perkawinan di angggap sah dan mempunyai kekuataan hukum yang pasti apabila di akui oleh negara. Diakui oleh negara berarti harus telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dahn hukum positif. Hukum positif yang berlaku di

Indonesia mengenai Perkawinan adalah UU No. I tahun 1974.

Perkawinan yang dilaksanakan di Indonesia dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleb UU No. 1 tahun 1974 telah terpenuhi oleh masing- masing pihak yang ingin melangsungkan perkawinan.

Syarat-syarat perkawinan yang disebutkan terdahulu dapat dikategorikan menjadi syarat materiil dan syarat formil.

I) Yang termasuk syarat materiil perkawinan menurut Undang-Undang No. I

Tahun 1974

adapun yang tennasuk syarat materiil, yaitu syarnt-syarat mengenai pribadi dari calon mempelai, diantaranya adalah:

a) Adanya persetujuan dari calon mempelai

b) Usia pria sudah mencapai 19 (scmbilan belas) tahun scdangkan wanita

bcrusia 16 (cnam bclas) tahun.

c) Tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain

d) Waktu tunggu bagi seorang wanita yang putus perkawinannya.

e) Larangan perkawinan atau menunggu masa iddah.

f) ljin dari kedua orang tua bagi mereka yang belum mencapai usia 16

(en am be las) tahun. 44

2) Sedangkan yang termasuk syarat formil yaitu syarat yang menyangkut

fonnalitas atau tata cara yang harus dipenuhi sebelum dan pada saat

dilangsungkan perkawinan, dimana upacara dilangsungkannya perkawinan

harus dilakukan menurut ketentuaan-ketentuaan setempat. Perkawinan

yang dilangsungkan di indonsia haruslah mengikuti aturan- aturan yang

terdapat dalam Undang-Undang No. I Tahun 1974 yang antara lain:

a) Pemberitahuaan kehendak akan melangsungkan perkawinan kepada

Pegawai Pencatat Perkawinan.

b) Pengumuman oleh pegawai pencatat perkawinan.

c) Pelaksanaan perkawinan menurut hukum agamanya dan

kepercayaannya masing- masing.

d) Pencatat perkawinan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan.

Apabila seluruh persyaratan yang dikemukakan tersebut telah dapat dipenuhi oleh kedua calon suami isteri, malca perkawinan telah dapat dilaksanakan.

Pasal 5 Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 1975: "(orang yang hendak menikah memberilahukan kehendaknya kepada pegawai pencalal nikah atau kepaada P.3NTR yang mewilayahi tempal akan dilangsungkannya akad nikah) ".

Tentang kewajiban Pegawai Pencatat Nikah dan Tata Kerja Pengadilan

Agama dalam melaksanakan Peraturan Perundang- undangan Perkawinan bagi yang beragama Islam. 45

Kemudian, setelah melalui proses pemeriksaan terhadap syarat- syarat materiil dan pengumuman kehendak nikah (Bab Ill-Bab VI Peraturan Menteri

Agama tersebut), pernikahaan dapat dilangsungkan. Pegawai Pencatat Nikah

(PPN) dimaksud adalah PPN berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1946, yang diberlakukan untuk seluruh daerah luar jawa dan Madura dengan Undang­

Undang No. 3211954.33

Akad nikah dilangsungkan di Balai Nikah atau Mesjid atau tempat lain dengan ijin PPN, dihadiri oleh calon suami isteri, wali mempelai perempuaan, saksi-saksi dan PPN yang bersangkutan.

!jab dilakukan oleh wali mempelai perempuan dan kabul oleh mempelai

laki- laki atau walinya.

Dalam penandatanganan akta nikah, selain kedua rnempelai, saksi- saksi dan PPN, Wali disini juga turut menandatangainya. Dengan di ucapkannya \jab oleh wali rnempelai wanita dan kabul oleh mempelai laki- laki, maka pelaksanaan

pernikahaan menurut agama Islam telah selesai dan kedua mempelai resmi

scbagai suarni isteri. Pencatatan disini hanyalah bersifat administratif dan untuk memberikanjaminan kepastiaan hukum terhadap perkawinan tersebut.

Suatu ikatan lahir adalah ikatan yang dapat dilihat mengungkap adanya

suatu ikatan hukum antara seorang pria dan wanita .

.n Asn1in, (Jp.(~it., h. 34 46

C. Tujuan disyariatkan Perkawinan

Sebagaimana hukum-hukum yang lain, yang ditetapkan dengan tujuan pembentukannya, demikian juga halnya dengan perkawinan. Allah SWT telah menciptakan laid- laki dan perempuaan sehingga mereka dapat berhubungan satu sama lain, saling mencintai, menghasilkan keturunan, serta hidup dalam kedamaiaan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan Rasul Nya.

Keturunan adalah penting dalam rangka pembentukan umat Islam yaitu umat yang menjauhkan diri dari perbuataan-perbuatan maksiat, yang dilarang oleh agama, dan mcngamalkan syari'at Islam dengan memupuk rasa kasih sayang di dalam sesama anggota keluarga yang dalam lingkup yang luas juga akan dapat mcnimbulkan kedamaian di dalam masyarakat yang didasarkan pada rasa cinta kasih terhadap seama. Dengan melakukan perkawinan juga berarti bahwa seorang muslim telah mengikuti dan menghormati sunah Rasulnya, dan melalui

perkawinan akan dapat membuat terang keturunan, siapa anak siapa dan

keturunan siapa, schingga tidak akan ada orang-orang yang tidak jelas asal­

usulnya.

Nabi Muhammad SAW memerintahkan uma!nya agar segera mcnikah

bagi dia yang mampu. Keluarga merupakan inti dari masyarakat Islam, dan hanya

menikahlah merupakan cara untuk membentuk lembaga masyaraka! tersebut,

sedangkan hubungan campur di luar nikah merupakan hubungan yang terkutuk dan terlarang.

Cukup logis bahwa Islam menetapkan berbagai ketentuaan untuk

mengatur berfungsi nya keluarga, sehingga dengan itu kedua belah pihak suami- 47

isteri dapat memperoleh kedamaiaan, kecintaan, keamanan dan keterikataan

persaudaraan. Unsur-unsur ini sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan

perkawinan yang benar yaitu ibadah kepada Allah SWT.

Tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi kehutuhan biologis yang

mendasar untuk berkembangbiak. Anak- anak merupakan pernyataan dari rasa

keibuaan dan kebapakaan. Islam memperhatikan tersedianya lingkungan sehat dan

nyaman unluk mcmbesarkan anak dan keturunan. Melahirkan anak dan

mengabaikannya merupakan jenis kejahatan atau kriminal terhadap masyarakat, terhadap anak- anak itu sendiri dan terhadap kedua orang tuanya.

Selain pentingnya nilai-nilai moral ketenangan, kedamaian dan kasih

sayang, Islam tidak tuntas berhenti hingga di sini. !tu memperkuat konsep asal

keluarga ini dengan menentukan peranan laki-laki dan perempuaar. sedemikian

rupa sehingga masing- masing dapat berbuat sesuai dengan batas kemampuannya.

Laki-laki yang bersifat agresif, diwajibkan, menjalankan fungsi- fungsi yang

tersebut, mencari nafkah kehidupan, perlindungan, berhubungan dengan masalah

dunia luar dan menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Sedangkan dipercayakan

unluk mcngasuh dan mcndidik anak, mcnata rumah tangganya.

Soemiyati dalam bukunya memberikan pendapat yang tidak jauh berbeda

dengan tujuan perkawinan menurut Idris Ramulyo. Menurut beliau tujuan

perkawinan itu dapat dirumuskan dalam 5 ha!, yaitu sebagai berikut:

a) Memperoleh keturunan yang sah, yang akan melangsungkan keturunan serta

mempertimbangkan suku bangsa.

b) Memenuhi tuntunan naluri hidup kemanusiaan (hajat tabiat manusia) 48

c) Memelihara dan menjaga manusia dari kejahatan dan kerusakan.

d) Membentuk dan mengatur rumah tangga yang manjadi basis pertama dari

masyarakat yang besar atas dasar cinta dan kasih sayang.

e) Menimbulkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang halal

dan memperbesar rasa tanggungjawab.34

Dalam buku Ny. Soemiyati, disebutkan bahwa tujuan perkawinan dalam

Islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki- laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan satu keluarga bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuaan-ketentuaan yang telah diatur oleh syari'ah. Adapun rumusan tujuan perkawinan di alas dapat diperinci sebagai berikut:35

a) Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntunan hajat tabiat

kemanusiaan.

b) Mewujudkan suat kelurga dengan dasar cinta kasih.

c) Memperoleh keturunan yang sah.

Dari rumusan di alas, Filosof Islam Imam Ghazali membagi tujuan dan

faedah pcrkawinan kepada lima hal, sepcrti berikut:36

a) Memperoleh keturunan yang sah yang akan melangsungkan keturunan

serta memperkembangkan suku- suku bangsa manusia.

b) Memenuhi tuntutan naluriah hidup kemanusian

34 Socn1iyati,1Juku111 I1erka111ina11 !sla111 dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakartr1: Liberty, 1997 ), h. 8 35 Mohd. Idris Ramu Iyo. Op. Ci/., h. 27 36 Ibid 49

c) Memelihara manusia dari kerusakan

d) Membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis pertama dari

masyarakat yang besar di atas dasar kecintaan dan kasih sayang.

e) Menumbuhkan kesunggguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang

halal, dan memperbesar rasa tanggungjawab.

Pada dasarnya inti mengenai tujuan perkaawinan yang disebutkan dalam buku ketiga saijana tersebut tidak berbeda. Dari definisi perkawinan menurut pasal I Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 Tentang perkawinan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor I Tahun

1974 adalah bahwa perkawinan bertujuan membentuk kelurga (rumah tangga) yang bahagi dan kckal berdasarkan Kctuhanan Yang Maha Esa.

Untuk lebih jelasnya marilah kita melihat beberapa ayat-ayat dalam kitab

Suci Al- Quran dan hadits yang berhubungan dengan perkawinan. Finnan Allah dalam surah An-Nissa' (Q. IV: I) mengatakan, "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri

(Adam), dan daripadanya Allah menciptkan dan memperkembangbiakan lalci- laki perempuaan yang banyak.

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan periharalah hubungan silaturahmi.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu".

Sabda- sabda Rasulullah saw. Mengenai perkawinan dapat kita jumpai sebagai berikut:37

37 Ibid. h. 29 50

a) "Kawinlah kamu, berketurunanlah kamu, sesungguhnya aku ( muhammad)

bangga dengan kamu terhadap umat lain pada hari Qiamat".

b) "Kawinlah kamu, berketurunanlah kamu niscaya kamu menjadi banyak".

c) "Perempuaan berkulit hitam, banyak melahirkan lebih baik dari

perempuaan cantik yang mandul".

d) "Siapa yang meninggalkan nikah karena takut banyak keluarga, maim

bukanlah ia dari golongan kami".

e) "Hai para pemuda, barang siapa sudah mampu kawin, kawinlah. Maka

sesungguhnya kawin itu Jebih baik dapat memclihara pandangan mata

yang Jebih dapat memelihara dia dari perbuataan keji. Dan barang siapa

yang belum sanggup hendaknya bcrpuasa karena dengan puasa itu nafsu

syahwatnya akan berkurang".

Memperhatikan ayat- ayat Al Qur'an dan Hadits Rasulullh saw, tersebut di atas jelas bahwa Islam menganjurkan perkawinan, agar terwujud keluarga yang besar yang mampu mengatur kehidupan mereka di atas bumi ini, dan dapat menikmati serta memanfaatkan segala yang telah disediakan Tuhan.

Rasulullah saw, Menganjurkan kawin bagi mereka yang telah memenuhi syarat- syarat fisik dan mateeriil yang diperlukan, sebab manfaatnya kawin adalah untuk menjaga jangan terjerumus dan melanggar larangan Allah, yaitu melakukan zina yang sangat dimurkai Allah, yang akibatnya sangat merusak kepada dirinya keluarganya dan masyarakatnya.

Kecuali kalau memang persyaratan yang diperlukan belum terpenuhi

Rasullulah telah membcri pctunjuk, agar yang bersangkutan melakukan puasa, 51

sebab puasa adalah salah satu cara untuk mengekang syahwat, karena badannya lemah, maka syahwatnya pun lemah. Rezeki dan nikmat yang disediakan Tuhan jelas melebihi kebutuhan manusia dan mahluk lain umumnya.

Menjadi kewajiban manusialah, mengusahakan dan menggali kekayaan alam yang berlimpah ini, untuk bisa dinikmati bersama sam dengan cara- cara yng diridhai oleh Allah swt.

Jadi jclas bahwa yang mcncntukan kchidupan manusia sopenuhnya adalah

Allah swt. Dan bila dia telah memberikan rahmat- Nya kepada manusia baik berupa kekayaan, kesehatan, ilmu pengetahuaan, ketenteramaan dan kebahagiaan siapa pun tidak mampu menahan atau menghalang- halangi. Oleh karena itu kewajiban manusia ialah mcmohon dan berusaha scbagaimana m1~stinya.

Dalam pasal lJU No. I Tahun 1974 Tentang Perkawinan di rumuskan pengertian perkawinan sebagai perkawinan merupakan ikatan lah ir bat in antar seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan mcmbentuk kcluarga alau rumah langga yang bahagia dan kckal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dengan ikatan lahir batin dimaksudkan bahwa perkawinan itu tidak hanya cukup dcngan adanya ikatan lahir batin saja, tetapi kedua-duanya.

Suatu ikatan lahir batin adalah ikatan yang dapat di lihat mengungkapkan adanya suatu ikatan hukum antara seorang pria dan wanita untuk hidup bersama, sebagai suami isteri dengan kata lain dapat disebut dengan hubungan yang 52

form ii. 38 Hubungan formil ini nyata, bagi yang mengingatkan dirinya maupun

· bagi orang lain atau masyarakat, sebaliknya suatu ikatan batin adalah hubungan

yang tidak form ii yaitu suatu ikatan yang tidak dapat di lihat walaupun tidak nyata

tapi ikatan itu harus ada karena tanpa adanya ikatan batin, ikatan lahir akan

menJa. d"1 rapu h. 39

Adapun mengenai dasar perkawinan menurut Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 terdapat 6 dasar yaitu:40

a) Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal. Untuk itu suami-isteri perlu saling membantu dan melengkapi

agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu

dan mencapai kesejahteraan spritual dan material.

b) Dalam Undang-Undang ini menganut asas monogamy. Hanya apabila

dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan agama dari

yang bersangkutan mengijinkan seorang suami dapat beristcri lebih

dari satu.

c) Undang-Undang ini menganut prinsip bahwa calon suami isteri harus

telah masakjiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan.

d) Undang-Undang ini menegaskan bahwa suatu perkawinan adalah sah

apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu, dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus

dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang masih berlaku.

38 K.Wan~jik Saleh, fluk11111 Perkmvinan di Indonesia, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976), Cet. ke- 4, h. 14-15 39 Ibid 40 A.Rafiq, f-Iuku111 Js/a111 Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cct. Kc- 1, h. 56-57 53

e) Di dalam Undang-Undang ini juga menganut prinsip untuk

mempersulit terjadi nya suatu perceraiaan.

J) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dari kedudukan

suami baik dalam kehidupan rumah tangga mauptm dalam perdaulatan

masyarakat. Sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga

dapat dirundingkan dan diputuskan bersama oleh suami isteri.

D. Hikmah Disyariatkan Perkawinan

Allah menjadikan mahluk-Nya berpasang- pasangan, m~1tjadikan manusia laki-laki dan perempuan, menjadikan hewan jantan betina begitu pula tumbuh­ tumbuhan dan Jain sebaagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu liidup berpasang-pasangan, hidup dua sejoli, hidup suami isteri, membangun rumah tangga yang damai dan teratur.41 Untuk itu haruslah diadakan ikatan dan pertalian yang kokoh yang tak mungkin putus dan diputuskanyalah ikatan akad nikah atau ijlab qabul perkawinan.

Bila akad nikah telah dilangsungkan, maka mereka telah be~janji dan bcrsedia akan membangun satu rumah tangga yang damai dan teratur, akan sehidup semati, sesakit dan sesenang, merunduk sama bungkuk, melompat sama patah, ke bukit sama mendaki, Ice lereng sama menurun, bereng sama basah, terampai sama Jeering, terapung sama hanyut, sehingga mereka menjadi satu keluarga.

"' Mohd. Idris Ramu Iyo. Op. Cil., h. 31 54

Dalam pada itu mereka aakan melahirkan keturunan yang sah dalam

masyarakat. Kemudian keturunan mereka itu akan membangun pula rumah tangga

yang barn dan keluarga yang barn dan begitulah seterusnya. Dari beberapa

keluarga dan rumah tangga itu berdirilah kampong, berdirilah desa dan dari

beberapa desa lahirlah negeri dan dari negeri lahirlah Negara.

ltulah hikmah Allah menjadikan Adam jadi khalifoh di muka bumi,

sehingga anak- ankanya bcrkembang biak meramaikan bumi yang luas ini. Dalam

pada itu Allah menjadikan apa- apa yang di bumi ini untuk kebaikan dan

kemaslahatan anak Adam itu. Agama !slam menetapkan bahwa untuk

membangun rumah tangga yang damai dan teratur itu haruslah dengan

· perkawinan dan akad nikah yang sah, serta diketahui sekurang-kurangnya oleh

dua orang saksi, bahkan dianjurkan supaya diumumkan kepada tetangga dan karib

kerabat dengan mengadakan pesta perkawinan (walimah).42

Dengan demikian terpeliharalah keturnnan tiap- tiap kcluarga dan

mengenai tiap- tiap anak dan bapaknya, terjauh dari bercampur-aduk antara satu

keluarga dengan yang lain alau anak-anaknya yang tak kenal akan ayahnya. Lain

dari pada itu kchidupan suami istcri dcngan keturunan nya lurun--lcmurun adalah

bcrhubung rapat dan bersangkut paut bahkan bertali- temali, laksana rantai yang

sama kuat dan tak ada putusnya ketika anak masih kecil dan dipelihara oleh orang

tuanya, bi la anak sudah dewasa dan orang tuanya sud ah lemah dan tak sanggup

berusaha, maka dijaga dan dipelihara pula oleh anaknya.

12 · Ibid, h. 31-32 55

Begitulah seterusnya turun temurun, sehingga mereka hidup segar, sehat

dan makmur. Alangkah malangnya nasib seorang wanita yang menyia-nyiakan

kecanlikannya waktu muda dengan berfoya- foya dan bergaul bebas yang tak

terbatas. Dan kemudian setelah habis manis sepah dibuang, maka wanita itu

tinggal seorang diri, tidak ada suami yang memeliharanya dan tak ada yang

menyanyanginya, bahkan tak ada keluarga yang membujuknya, seolah- olah ia

tinggal dalam ncraka dunia, sesudah mengccap surga dunia beberapa waktu.

Berlainan sekali dengan nasib seorang wanita yang bersuami waktu

mudanya. Setelah dibawa tua, di samping ada suami yang memeliharanya dan

anak yang mencintainya, seolah- olab ia hidup dalam surga dunia sejak dari kecil

sampai waktu tuanya. Inilah hikmah berkawin,itulah faedah mendirikan rumah

tangga yang damai dan teratur. Lain dari pada itu faedah berkawin ialah

memcliharakan diri seseorang supaya jangan jatuh ke k:mbah kejahatan

(perzinaan). Karena bila ada isteri, di sampingnya tentu akan terhindarlah ia

· daripada melakukan pekerjaan keji itu. Begitu juga wanita yang disampingnya ada

suami, tentu akan terjauh dari maksiat tersebut.

Dokter-dokter telah sepakat, bahwa perzinaan itu menyebabkan penyakit­

penyakit kotor, di mana banyak orang melakukan pekerjaan keji itu maka di

sanalah muncul pcnyakit- penyakit kolor. Oleh Moh. Idris Waluyo, H. W. Miller,

dalam bukunya: "Jagalah kepada kesehatan,menerangkan dengan jalan dcmikian:

Sifilis atau raj a singa dan gonorhoa atau kencing nanah, ialah dua jenis penyakit

kotor yang berbahaya dan banyak terdapat di zaman sekarang".43

43 Ibid, h. 33 56

Sesungguhnya hama penyakit ini dapat juga masuk dalam badan dengan tidak melalui kemaluan tetapi boleh dikatakan bahwa penularan penyakit­ penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh persetubuhan. Kedua macam penyakit

ini telah banyak membinasahkan jiwa manusia. Penyakit kotor itu turun- temurun sampai pada anak cucu. Raja singa dan kencing nanah tidak saja melemahkan rohani dan jasmani tetapi juga membahayakan keselamatan rumah tangga.

a) Hindarilah penularan dengan menjauhkan diri dari perzinaan.

b) Jagalah orang yang menderita penyakit ini supaya ia tidak dapat

memindahkan penyakitnya itu kepada orang lain.

Ahmad Ramali menerangkan dalam bukunya; peraturan-peraturan untuk

memelihara kesehatan dalam hukum syara' Islam sebagai berikut: Coitus

(persetubuhan) adalah kehendak alam dan perlu; dan kawin adalah aturan yang

seharusnya diturut. 44

I). Perkawinan dan kelangsungan hidup manusia

Allah SWT menjadikan kelangsungan hidup manusia ini bergantung pada

hubungan antara laki- laki dan perempuan. Dan setiap manusia diberi oleh Allah

SWT dorongan nalsu syahwat untuk menjaga kclangsungan keturunan hidup

manusia, sckiranya tidak ada dorongan seks yang berpanduaan pada diri tiap-tiap

. manusia, tentu tidak ada yang mendorong untuk hidup bersama- sama dengan

lawan jenisnya. Tetapi Allah yang maha bijaksana dan maha mengetahui

mengikat antara laki- laki dan perempuaan dengan ikatan kasih sayang, baik laki-

4 .i Ibid 56

Sesungguhnya hama penyakit ini dapat juga masuk dalam badan dengan tidak melalui kemaluan tetapi boleh dikatakan bahwa penularan penyakit- penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh persetubuhan. Kedua macam penyakit ini telah banyak membinasahkan jiwa manusia. Penyakit kotor itu turun- temurun sampai pada anak cucu. Raja singa dan kencing nanah tidak saja melemahkan rohani dan jasmani tetapi juga membahayakan keselamatan rumah tangga.

a) Hindarilah penularan dengan menjauhkan diri dari perzinaan.

b) Jagalah orang yang menderita penyakit ini supaya ia tidak dapat

memindahkan penyakitnya itu kepada orang lain.

Ahmad Ramali menerangkan dalam bukunya: peraturan-peraturan untuk memelihara kesehatan dalam hukum syara' Islam sebagai berikut: Coitus

(persetubuhan) adalah kehendak alam dan perlu; dan kawin adalah aturan yang

. 44 se Irnrusnya d1turut.

I). Perkawinan dan kelangsungan hidup manusia

Allah SWT menjadikan kelangsungan hidup manusia ini bergantung pada hubungan antara laid- laki dan perempuan. Dan setiap manusia cliberi oleb Allah

SWT dorongan nafsu syahwat untuk menjaga kelangsungan keturunan hidup manusia, sekiranya tidak ada dorongan seks yang berpanduaan pada diri tiap-tiap manusia, tentu tidak ada yang mendorong untuk hidup bersama- sama dengan lawan jenisnya. Tetapi Allah yang maha bijaksana dan maha mengetahui mengikat antara laki- laki dan perempuaan dengan ikatan kasih sayang, baik lald-

44 Ibid 57

laki maupun perempuan supaya memakmurkan dunia ini dengan anak cucu yang saleh.45

2). Perkawinan sebagai Anugerah Allah SWT

kecintaan manusia terhadap laawan jenisnya adalah salah satu bukti kekuasaan Allah, sekaligus menunjukan keEsaan-Nya dalam wujud-Nya. Dalam perkawinan itu Allah telah memberikan anugerah kepada manusia, wanita adalah manusia yang diciptakan Allah dari tanah sebagaimana laki-laki. Dia adalah

bagian dari laki-laki yang berkedudukan sama dalam kemuliaan dan kemanusiannya. Sekaligus dengan keberadaannya timbul rasa kasih sayang.

Seandainya tidak ada nikmat atau anugerah kasih sayang itu, tentu seorang

laki-laki tidak akan mengakui. Tetapi Allah dengan kekuasaan Nya dan samudera

rahmat-Nya menanamkan rasa cinta kasih ini, yakni cinta kasih suami kepada

46 1sten. . dan se ba l'k1 nya.

3). Pernikahan sebagai ibadah

Pernikahan dalam pandangan Islam adalah ibadah, orang mukmin yang

melaksanakannya mendapat pahala, selama niatnya ikhlas dan berl.ujuan untuk

menjaga diri dari perbuatan haram (zina), dan tidak di dorong oleh nafsu birahi

semata. ltulah tiijuan perkawinan yang asasi, tidak ada tujuan yang paling mulia

dari ttijuan ini.

ltulah Islam, agama yang mengangkat kenikmatan birahi ke mmtabat yang

tinggi dan suci, yang menjadikan suatu kebiasaan sebagai ibadah. Hubungan

seksual sebagai salah satu untuk memperoleh ridha Allah, dengan satu isyarat,

15 ' • Soemiyati, Op. Cit., h.8 46 Ibid, h. 10- I I 58

yakni niat yang benar dan ikhlas. Nial yang benar tersebut ialah niat ingin

menjaga diri dari perbuatan dosa (zina), dan mewujudkan ttijuan Allah

menciptakan manusia, yakni mengembangbiakan keturunan dan anak cucu yang

saleh, yang mana tanpa tujuan tersebut kehidupan ini tidak akan berlanjut.47

4). Mendekatkan diri dan saling menimbulkan pengertian Antar Golongan

manusia untuk menjaga keselamatan hidup.48

5). Mempertahankan keturunan umat manusia.

Allah telah mensyariatkan perkawinan sebagai salah satu hal yang

melegalkan hub. Biologis antara Jawan jenis. Dengan adanya hal tersebut, maka

manusia akan menurunkan suatu penerus baru (anak- cucu) yang nantinya akan

menggantikan posisi orang terdahulu, sehingga pergantian akan terjadi dan ini

akan menjaga kelangsungan hidup manusia dimuka bumi ini.

6). Memenuhi atau mencukupkan kodrat hidup manusia yang telah menjadi

hukum bahwa antara laki-Jaki dan perempuan saling membutuhkan.49

Penulis berpendapat bahwa di syariatkannya perkawinan dalam hukum

islam merupakan salah satu bentuk realisasi syariat hukum Islam yang

menjunjung tinggi kemaslahatan bersama. Selain sebagai bentuk ibadah

pcrkawinan juga saling mcnimbulkan pcngertian antar golongan manusia untuk

mcnjaga kcsclamatan hidup, karcna Allah mcnciptakan Jaki-laki dan pcrcmpuan

adalah untuk saling mengenal.

47 Soemiyati, Op.Cit., h. 10-11 48 R. Abdul Jamali, Hukum Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1992 ), Cet. Ke- I, h. 75 49 Ibid. BAB IV

STATUS DAN AKI BAT PERKAWIN AN BEDA AGAMA

DALAM KAJIAAN UNDANG-UNDANG No. 1 TAJHUN 1974

A. Pengertian Perkawimm Beda Agama Menurut Undang-Undaug No. 1

Tahun 1974

Undang-Undang Perkawinan 1974 yang mulai berlaku secara efektif pada tanggal 1 Oktober 1975 adalah hasil usaha rakyat Indonesia untuk menciptakan hukum perkawinan yang bersifat nasional, yaitu hukum yang berlaku bagi seluruh warganegara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam butir 3 penjelasaan umum

Undang-Undang tersebut.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor I Tahun 1974, maka semua perundang-Undangan tentang perkawinan yang ada sebelum tahun 1974 dinyatakan tidak berlaku sejauh telah diatur materinya dalam Undang-Undang tersebut. Hal ini telah clitcgaskan dalam pasal 66 yang berbun)'i "untttlc perk.avvinan dan segala sesuatr: yang berhubungan berdasarkan alas Undang-Undang ini, maka dengan berlakunya

Undang-Undang ini ketentuaan-ketentuaan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (Burgel!jk Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen

(Huwal!ik Ordonantie Christen Jndonesiers S. 1933 No. 74 ), Peraturan Perkawinan

Campuran (Regeling op de Gernengde Huwe/Uken S. 1898 No. 158 ), dan Peraturan lain yang mengatur tentang Perkawinan sejauh telah di atur oleh Und311g-Undang ini, dinyatakan tidak berlaku". 60

Hazairin dalam bukunya " Tinjauan Mengenai Undang-Undang ini sebagai

"Suatu unifikasi yang unik dengan menghormati secara penuh adanya variasi berdasarkan agama dan kepercayaan yang ber-Ketnhanan Yang Maha Esa. Lagi pula

Unifikasi tersebut bertujuan hendak memperlengkapi segala apa yang tidak di atur hukumnya dalam agama dan kepercayaan, karena ha! tersebut Negara berhak mengaturnya sendiri sesuai dengan perkembangan masyarakat dan tuntunan zaman".

Oleh karena dihapusnya Peraturan-Peraturan tentang Perkawinan sebelum

1974 dan untuk unifikasi hokum Perkawinan, maim timbul pertanyaan tentang bagaimana posisi hukum perkawinan beda agama di Indonesia. Karena dalarn

Undang-Undang ini Perkawinan Campuran yang di rnaksud adalah "Perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hokum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewargan•egaraan Indonesia".

Bukan Perkawinan antar umat yang berbeda agama.

Dan untuk rnenjawab pertanyaan tersebut Muhammad Dami Ali membaginya kepada tiga pendapat. Pendapat pertama adalah pendapat yang rnengatakan bal1wa perkawinan antara orang- orang yang berbeda agarna dapat saja dilangsungkan sebagai pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan seseorang untuk menentukan pasangan nya. 1 Pendapat ini menyandarkan dasarnya kepada pasal 16 ayat ( 1)

Deklarasi Universal HAM PBB yang berbunyi " Pria dan wanita dewasa tanpa dibatasi ras, kebangsaan, atau agama memiliki hak untuk kawin dan membangun

1 Muhamn1ad Daud Ali, Perkau1;na11 Can1puran /lntara ()rang-Orang Berbeda /lgarna". (Jakarta Al­ Hikmah & Dit. Binbapera, 1993), hal. 57 61

suatu keluarga. Mereka memiliki hak-hak untuk kawin dan membangun suatu keluarga. lvfereka memiliki hak-hak sama perihal perkawinan, selama dalam perkawinan dan sesudah dibatalkan perkawinan ". 2 Lalu pasal 7 ayat 2 GI-JR S. 1898

No.158 yang berbunyi "perbedaan agama, bangsa a/au asal itu sama sekali bukanlah menjadi ha!angan untuk perkawinan ". 3

Pendapat inilah yang ternmus dalam pasal 11 ayat (2) Rm1cangan Undang-

Undang Perkawinan dahulu yang kemudian di tolak oleh DPR dan dikeluarkan dari

Undang-Undang Perkawinan, karena tidak sesuai dengan landasan Falsafah Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945.4

Pendapat kedua adalah pendapat yang mengatakan bahwa Undang-Undang

Nomor I T ahun 1974 tidak mengatur perkawinm1 campuran antara orang-orang yang

berbeda agama. Namun menurut pendapat ini, perkawinan m1tar pasangan yang

berbeda agama adalah suatau kenyataan. Hal ini didasarkan kepada Surat Ketua

Mahkamah Agung Nomor KMA/72/IV/1981 TANGGAL 20 April 1981 perihal

Pelaksanaan Perkawinan Campuran, yang ditunjukan kepada Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri. 5 Inti dari surat tersebut mengatakan bahwa karena Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 tidak mengatur perkawinan beda agama, malrn menurut

Pasal 66 Undang-Undang tersebut masih dimungkinkan bagi mereka yang ingin

melaksanakan perkawinan beda agama memakai dasm- GHR S. 1989 No. 158 dan

2 Syari f Nadi, "Bahaya Nikah Beda Agama., (Majalah Tabligh, Vol.O I /No.03/0ktober 2002). Hal.15 3 K. Wantijk Saleh, !Jukum Perkawin~m Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976 ), Cet. Ke-4, Hal. 210 1 • Muhammad Daud Ali, Op Cil., ha!. 57 5 0. S Eoh, Sh, MS. Perkau·inan Antar Agarna Da/a111 Teori dan Praktek, (Jakarta; P'f. Raja Grdfindo Pcrsada, 1996), Hal.14 62

untuk kepastiaan hukum , MA mengharapkan adanya petunjuk pelaksanaan dari dua

Departemen di atas tentang Pelaksanaan perkawinan beda agama.

Pendapal ketiga adalah yang menyatakan bahwa perkawinan campuran antara orang-orang yang brbeda agama tidak dikehendaki oleh pemben1uk undang-undang, yaitn Pemerintah dan DPR Republik Indonesia. Kehendak itu antara lain dengan tegas dinyatakan dalam pasal 2 ayat (I) mengenai salmya perkawinan, pasal 8 hurnf

(f) mengenai Larangan Perkawinan dan Pasal 57 mengenai Perkawinan Campman.

Dalam Pasal 8 huruf (f) Undang-Undang Perkawinan denganjelas dirumuskan bahwa

"Perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan yang berlaku dilarang kawin".

Artinya, Undang-Undang Perkawinan melarang dilangsungkan atau di sahkan perkawinan yang dilarang oleh agama dan peraturan lain yang berlaku di Negarn

Indonesia. Oleh karena itu pembenaraan atau pengeshan perkawinan campuran orang-orang yang berbeda agama selain bertentangan dengan hukum agama, sesungguhnya menurut pendapat ini bertentangan juga dengan Undang-Undang

Perkawinan yang berlaku bagi ssetiap warga negara clan penduduk Indonesia.

Dari ketiga pendapat di atas kalau di lihat dari kepentingan bersama, maka pendapat ketiga inilah yang merupakan kesepakatan bersania ralcyat Indonesia melalui Pemerintah clan DPR, karena biar bagaimana pun perkawinan beda agama pada akhirnya nanti akan menimbulkan terjadinya konflik kepentingan dalam keluarga, sehingga sulit untuk mewujudkan tujuan dari perkawinan yang 63

menginginkan terbentuknya keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa pada tanggal 1 Jlllll 1980 tentang haramnya pemikahan antara laki-laki muslim dengan wanita ahli kitab, maka ha! itu karena didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan. Meskipun fatwa tersebut di usung dengan mentjuk pada beberapa dalil naqli, tetap saja tidak bisa menghapus kebolehan menikahi wanita ahli kitab sebagaimana disebut dalam Surah al-Maidah ayat 5, apabila yang di maksud dengan wanita ahli kitab dalam fatwa itu adalah wanita Kristen atau wanita Yahudi di

Indonesia yang menurut Imam al- Syafi'i tidak dikategmikan sebagai ahli kitab. Dan ta~paknya fatwa itu dikeluarkan karena di dorong oleh kesadaran akan adanya persaingan keagarnaan. Para Ularna rnenganggap balw1a persaingna.'"! tersebut te!ah rnencapai titik rawan bagi kepentingan dan pertumbuhan masyarakat muslim.

Karenanya, rnenurut mereka, pintn kemungkinan pemikahan antar agarna harus ditutup sama sekali.

Fatwa Majelis Ularna Indonesia (MUI) tersebut selengkapnya sebagai berikut:

I. Pernikahan wanita rnuslirnah dengan laki-laki non muslirn adalal1 hararn

hukwnnya.

2. Seorang laki-laki rnuslirn diharamkan rnengawini wanita bukan rnuslirn.

Tentang pernikahan antara laki-laki rnuslirn dan wanita .ahli kitab terdapat perbedaan pendapat. Setelah mempertimbangkan bahwa maf;adahnya lebih besar dari pada maslahatnya, Majelis Ulama Indonesia mernfatwakan pernikahan tersebut 64

haram hukumnya.6 Dari penjelaan MlJI tersebut maka dapat kita artikan ba11wa dalam

Islam sudah menutup pintu rapat-rapat untuk pasangan yang ingin melakuakn pemikahan beda agama.

B. Status perlrnwinan beda agama sebelum Undang-Undang No. 1talmn1974

Dari uraiaan di muka, kita ketahui bahwa di Indonesia pernah ada suatu

peraturan dalam hukum antar golongan yang mengatur rnasalah perkawinan

campuran. Peraturan dimaksud ialah peraturan yang dahulu di keluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda yang bemama "Regelling op de Gemengde

Huwelijken" (GI-IR) a.tau Peraturan tentang Perkawinan Campuran sebagaimana di

muat dalam Staatsblaad 1898 No. 158

Menurut Pendapat kebanyakan ahli hukum dari Yurispudensi yang

dimaksudkan diatur selaku "perkawinan campuran" itu ialah perkawinan antara

takluk pada hukum yang berlainan.7

Pasal 1 dari Peraturan Pekawinan Campuran (GHR) tersebut mengatalcan:

"Y aog Jinamakan perkawinan campuran, ialah perkawinan antara orang-orang yang

di Indonesia tunduk kepada hukum-hukum yang berlainan".

6 Majelis Ulama Indonesia, "Himpunan Keputusan danfalwa Maje/is Ulama Indonesia", (Jakarta: Sekrctariat Majelis Ulama Indonesia Masjid Jstiqlal,!995 ), Hal. 91 7 R. Wi1:jono Projodikoro. Hukum Antar Go/ongan di Indonesia. (Jakarta: Sumur Bandung, 1981), Cet.ke - 7, h. 93 65

Perlu kiranya dikemukakan di sini, bahwa terhadap Pernmusan Perkawinan

Campuran (GHR) ini, ada tiga aliran pandapat di kalangan ahli hukum antara

golongan, yang mengenai pertanyaan apakah GHR berlaku pula untuk perkawinan

antar agama dan antar tempat. Ketiga aliran .tersebut adalah:

1. Mereka yang berpendiriaan "luas", berpendapat bahwa baik perkawinan

campuran antar agama maupim antar tempat termasuk dibawah GHR.

2. Mereka yang berpendiriaan "sempit", berpendapat bahwa baik perkawinan

campuran antar agama maupun antar tempat tidak termasuk di bawah GHR.

3. Mereka yang berpendiriaan "setengah luas setengah sempit", berpendapat

bahwa hanya perkawinan antara agama saja yang termasuk GHR, sedang

perkawinan anlar tern pat ticlak. 8

S. Gautama (Gouw Giok Siong) mengatakan sehubungan clengan hal tersebut,

bahwa pencliriaan yang luaslah yang banyak didukung oleh sm:jana hukum. 9 Ini

berarti bahwa GHR, disamping merupakan peraturan hukum antar golongan, juga

rnengatur hukun1 antar aga1na dan antar tempat.

Hal itu penling bagi kita, karena clari uraiaan di alas clapatlah clikatakan bahwa

sebelum berlakunya Unclang-Undang No. I tahun 1974 telah ada suatu ketentuaan

perunclang-w1clangm1 yang clapat memecahkan persoalam1 yang timbul clari adanya

perkawinan antar agama. Peraturan perundang-undangan itu ialah Peraturan tent.mg

Perkawinan Campman (GHR) sebagai dimaksud di atas. Dengan begitu pasangan

8 S. Gautama (Gouw Giok Siong), Hukum Antar go/ongan: suatu pengantar, (Jakark1: lchtiar Baru - Vanhoevc, l 980), Cet.Kc-5, h. l 30. 9 Ibid, h. 13 l 66

yang akan melangsungkan perkawinan antar agama boleh me:rasa terlindung dan terjamin kepastiaan hukum daripada perkawinan mereka dalam arti bahwa perkawinan mereka, walaupun menurut hukum agama mereka masing-masing diangggap tidak sah, setidak-tidaknya di akui oleh Negara. Keadaan mana sangat berpengaruh besar terhadap ketentraman jiwa kedua belah pihak.

C. Status perkawinan beda agama menurut UU No. 1 Tahun 1974

Berbeda dengan hukum perkawinan sebelumnya yang menganut konsepsi hukum perkawinan perdata, Undang-Undang No. I Tahun 1974 justru memberikan peranan yang sangat menentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan kepada hukum agama dan kepercayaan masing-masing calon mempelai, di samping unsur-unsur lain seperti unsur biologis, social dan unsur-unsur hukum adat.

Keadaan sebagai dimaksud, akan nampak dengan jelas dalam pasal 2, yang

!!!e!!jad!kan huku111 agan1a dan kepercayaan itu sebagai ukuran untuk 1nenentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan, pasal 8 sub f, mengenai larangan perkawinan berdasarkan agama dan pasal 51 ayat (3), yang menentukan bahwa wali dalam melaksanakan tugasnya wajib menghormati agama atau kepercayaan si anak ya.rig berada di bawah perwaliaannya.

Pemberiaan peran yang sangat besar kepada hukum agama ini akan lebih jelas lagi bi la kita baca penjelasaan pasal 2 ayat (I) yang menyatakan "Tidak ada perkawianan diluar hukum agamanya dan kepercayaannya itu". 67

Hazairin, secara tegas dan jelas memberi penafsiraan dari pasal 2 ayat (1) beserta penjelasaannya itu bahwa: "Bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk kawin dengan melanggar "Hukum agamanya sendiri". Demikian juga bagi orang

Kristen dan Bagi orang Hindu atau "Hindu-Budha" seperti yang dijumpai di

Indonesia". 10

Karenanya ha! itu berarti "Jalan buntu" bagi pasangan··pasangan yang akan melangsungkan perkawinan antar agama, sebab selain dari adanya ketentuaan tersebut di atas, mereka juga sudah tidak mungkin lagi untuk menggunakan saluran ketentuaan perkawinan campuran sebagai diatur dalam bagian ketiga dari Bab XII

Undang-Undang Perkawinan ini, karena rumusan yang diatur dalam pasal 57 itu pun tidaklah meliputi perkawinan antar agama clan dengan sendirinya ketentuaan tersebut tidak dapat diterapkan terhadap perkawinan semacam itu.

Kemungkinan akan timbul suatu pertanyaan mengenai, apakah sekarang ini tidak !!!cmgkin untuk rn~!>ggg1makan ketentuaan-ketentuaan dari Stb.1898/158?

Mengenai ha! ini kita akan melihatnya melalui ketentuaan pasal 66 dari UU No. I talmn 1974.

Pasal 66 tersebut menyatakan bahwa, dengan berlakunya Undang-Undang ini ketentuaan-ketentuaan yang diatur dalam kitab-kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(Burgerlijk Wetboek), Ordonosasi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijk

Ordonanlie Chris/en Indonesiaers, S. 1993 No. 74), Peraturan Perkawinan Campuran

!O 1-Iazairin., Tinjauaan 111engenai Undang-Undang Perkalvinan No1nor I No 1974 lentang [>erkalvinan (Jakarta: Tintamas, 1975), Cet.ke-1, h.5-6 63

(Regelling op de Gemengde !Iuweliiken S. 1898 No. 158) dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang Perkawinan sejauh telah di atur dalarn undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku.

Dari ketentuaan pasal 66 itu, jelas kepada kita bahwa ketentuaan-ketentuaan

GHR (Stb. 18981158) itu pun tidak dapat diberlakukan lagi karena disamping ketenluaannya telah rnendapat pengaturan dalam UU No. 1 Talmn 1974, GHR juga mengandung asas yang be1tentangan dengan asas keseimbangan kedudukan hukum antara suami isteri sebagai yang dianut oleh UU No. 1 Tahun 1974. Selain itu juga kita ketahui bal1wa rnmusan perkawinrn1 Crnnpuran dalam GHR berbeda dengan rumusan dalam UU No. I Tahun 1974 itu.

Jadi jclaslah bahwa UU No.] Tahun 1974 benar-benar telah menutup pintu bagi te1jadinya perkawinan antar agama, sepe1ii yang dijelaskan dalam penjelasaan pasal 2 ayat (I )-nya itu.

Di dalam prakteknya, sekarang ini perkawinan antar agama masih banyak terjadi dan dalrnn prakteknya itu pula perkawinan antar agrnna itu dilakukan di

Kantor Catalan Sipil setempal dan ha! ini terjadi karena memang hanya Kantor

Catalan Sipil itu sajalah yang bersedia melayani mereka alas dasar kebijaksanaan yang didasari pemikiran "Daripada mereka hidup bersrnna di luar perkawinan, lebih baik Catatan Sipil meresmikannya saja." Dan dalam kenyataanya sampai sekarang 69

belum pemah ada keputusan Pengadilan yang membatalkan ataupun menyatakan tidak sah perkawinan antar agama yang dilakukan di Kantor Catalan Sipil tersebnt. 11

Rusli dan R. Tama menyatakan, bahwa di dalam prakteknya, masyarakatjuga

beranggapan bahwa perkawinan yang dilakukan di Kantor Catatan Sipil sudah sah

menurut hukum Negara dan pelaksanan perkawinan menurut hukum agamanya

masing-masing diserahkan kepada kehendak pihak-pihak yang bersangkutan, yang

menurut mereka hanyalah menyangkut hukum agamanya saja 12

Mengenai formalitas dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat

melangsungkan perkawinan antar agama di Kantor Catatan Sipil, selanjutnya Rusli

dan R.Tarna mengata]

"Perkawinan biasa" (yaitu perkawinan bagi mereka yang bukan beragama Islam)

yang dilakukan di Kantor Catatan SipiL

D. Akibat Perkawinan Bcda Agama

Terwujudnya kebahagiaan rumah tangga yang kekal lahir batin berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan tujuan yang utama suatu ikatan perkawinan,

sesuai ketentuaan Yang Maha Esa, merupakan t~juan yang utama suatu ikatan

perkawinan, sesuai ketentuaan Pasal l UU Perkawinan. Baik dalarn lingkungan

masyarakat sekitar, maupun dalam lingkungan masyarakat sekitar, begitu pula

keturunan merupakan bagian tidakk terpisahkan dari suatu keluarga, karena

11 Rusli dan R.Tama, Perkawinan Anlar Agama dan Masa/ah1!va, (Bandung: Shantika Dhanna, 1984), h. 37. 12 Rusli dan R.Tama, Loe.Ci/ 70

merupakan salah satu tujuan perkawinan. Sebab itulah bagaimana pengaruh perkawinan beda agama dalam ha! itu perlu dikemukakan dalam bab ini.

a. Pengaruhnya Dalam Kehidupan Sosial

manusia sebagai mahluk social tidak bisa menghindar dari kenyataan yang

ada, yaitu harus hidup bermasyarakat, dan dia memerlukan masyarakat

keluarga. Keluarga adalah sebuah kelompok masyarakat yang terkecil, yang

dari beberapa masyarakat akan membentuk masyarakat dari beberapa

masyarakat akan terbentuk sebuah Negara, yang dari sebuah Negara tersebut

akan melahirkan berbagai macam peraturan ataupun berbagai hukurn untuk

mengatur tata cara hidup bermasyarakat.

Hukum adat merupakan sebuah Implementasi dari berbagai kesepakatan antara keluarga ataupun masyarakat yang ada dalam suatu kampung, hukum adat juga merupakan sebuah aturan yang sangat mengikat bagi setiap orang yang ada di dalam kekuasaan hukum adat tersebut, karena memang hukum adat lahir dari sebuah kebiasaan yang te1jadi pada suatu masyarakat, clan bisa dikatakan bahwa hukum adat adalah lmkum yang bersifat normative, yaitu berbicara tentang yang seharnsnya terjadi, bukan bicara mengenai suatu yang baru yang tidak semestinya te1:jadi.

Begitu juga dengan sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok. Dari pengertian diatas dapat kita pahami bahwa hukum adat juga merupakan suatu bahasan yang ada dalam sosiologi, dimana sosiologi juga membahas berbagai macam kebiasaan yang ada dalam masyarakat, 71

baik itu kebiasaan yang berbentuk perbuataan ataupun gejala-gejala yang ada dalam masyarakat.

Perkawinan beda agama yang ternyata memiliki arti penting dalam mengukur tingkat hubungan keserasiaan dan rasa solidaritas antar umat beragarna. Tindakan yang secara langsung menyinggung emosi keagamaan itu, paling tidak dapat digunakan untuk mengetahui sikap-sikap dan pelaku dan penganut agama. Sikap dan tingkah laku yang mtmcul ternyata tidak mengindikasikan menguatnya rasa permusuhan, melainkan sebalilmnya.

Beberapa sikap yang menandai semakin kuatnya hubungan social antara umat beragama antara lain:

a. Adanya kerja sama warga untuk menjaga rumah ibadah

b. Adanya kegiataan gotong royong membersihakan lingkungan.

Dalam hal pergaulaan antar umat beragama, pada prinsipnya setiap agama tidak melarang bergaul dengan penganut agama lain. Biasanya pergaulaan ini te1jadi pada organisasi social, upacara adat dan lain-lain. Beberapa jenis kegiataan social yang sering diikuti secara bersama-sama seperti kerja bakti, ronda kampong, clan lain­ lain.

Dalam masalah tipe-tipe kepeduliaan social terhadap masyarakat yang menghadapi kesulitan, tampaknya semua agama sepakat untuk membolehkan dan bahkan mew<\jibkan membantu sesama tanpa mengaitkan dengan agama dan etnis.

Apapun yang terjadi dalam masyarakat, dari permasalahan yang kecil sarnpai permasalahan yang besar merupakan lahan garapan bagi sosiolog untuk menelitinya. 72

Inilah yang menarik dari sosiologi, yaitu berbicara mengenai apa yang terjadi dewasa ini dan mengalir bcgitu saja tanpa hams diarahkan kemana suatu permasalahan di bawa. 13

Perkawinan beda agama merupakan sebuah fenomena yang terjadi dewasa ini dan masuk dalam kategori bahasan sosiologi, karena dalam masalah perkawinan beda agama akan menimbulkan berbagai macam pe1im1yaan yang harus di cari tau jawaban. Diantaranya :

Sebagaimana telah disebutkan bahwa kehidupan masyarakat terutama Jakarta sudah demikian kompleknya, siakap masyarakat kota tersebut pada umunya lebih moderat dibandingkan masyarakat desa yang biasanya lebih fanatic, khususnya dalam masalah hubungan antara penganut agama, bahkan dalam kehidupan tertentu ada pula daiantaranya yang terpaksa mengabaikan ajaraan agamanya.

Akan tetapi pada sebagian lainnya dari penduduk Jakarta itu terutama bagi yang bcragama Islam, hukum agama masih tetap dipegang teguh sebagai norma yang bcrpengaruh dalam segala aspek kehidupannya, termasuk dalam masalah perkawinan.

Baginya berlaku lmkum Islam sejak zaman penjajahan hingga sekarang, yang dahulu dianggap sebagai hukum adat bagi umat Islam Indonesia berdasarkan teori recepsi. 14

Masa silam umat Islam Jakarta masih peka terhadap gejala-gejala atau sikap tingkah laku masyarakat yang diyakini benar-benar telah melanggar hukum agama

13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1999), Cet.ke- 31, h. 22

14 Sayuti 1~halib, Receptio ,./ Contrario, Hubungan fluku111 Ada! dengan f!ukzan fs/0111, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), hal 13 73

Islam. Sikap itu terbukti ketika terjadi perkawinan campuran antara R.A Soemantri seorang wanita Islam dengan U.E Modellu pria Kristen, yang dilangsungkan di

Gereja dihadapan Pendeta Supit. Dalam kasus ini menunjukan bagaimana kerasnya uamt Islam menentang perkawinan itu. Sebanyak 5000 orang Islam berkumpul di ma~jid Tanah Abang dan 1500 orang Islam di masjid At-Taqwa Krukut, mengajukan resolusi kepada pemerintah agar membatalkan perkawinan itu dan menghapuskan

OHR. Stb. 1898-158 itu. 15

Kalan diperhatikan resolusi-resolusi dan demontrasi··demontrasi tersebut sangat beralasan. Pertama, perkawinaan tersebut, bertentangan dengan agama yang sudah merupakan kesadaran hukum masyarakat maka wajarlah sikap itu te1jadi, sehingga tidak mungkin disetl\iui. Kedua, masalah perkawinan itu tidak hanya menyangkut kepentingan individu, minimal segolongan umat akan merasakannya sebab menyangkut keyakinan yang diikuti bersama. Oleh karena itu peraturan dan perbuataan yng bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat, akan dianggap mengganggu ketertiban umum. Hal itu pula membuktikan bahwa masalah perkawinan bukan masalah perdata, tetapi lebih merupakan masalah public, karena

1tu. ,a k an men dapat perI iatian . masyara k at Iuas 16 .

Hal itu membuktikan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan ajaran agama tidak hanya urusan individu semata seperti di Baral, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari segala aspek kehidupannya. Oleh karena itu setiap

15 S Gautaina (Gouw Giok Siong), Segi-Segi Hukurn Peraluran Perkawinan l'cunpuran, (Bandung: Alumni. 1973), ha!. 188-189. 16 M yahya Harahap, Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional (Mcdan:CV "!\·ding Co, 1975), hal.5 74

perbuataan juga peraturan yang menyampaikan ketentuaan agama akan selalu gaga!, karena sulit sekali bagi setiap umat beragama untuk menerima hal-hal yang bertentangan dengan keyakinannya itu. 17

Pada masyarakat yang berpegang tegnh dan taat b~ragama, sebenarnya mempunyai toleransi besar terhadap sesama wnat beragama lainnya, karena agama manapun mengajurkan demikian. Tetapi sikap itu akan berubah menjadi fanatisme yang meluap-luap, manakala dihadapkan pada masalah-masalah yang langsw1g menyinggung persoalaan agamanya. Sebagaimana halnya terhadap perkawinan Beda

Agama yang diyakini bertentangan dengan hukwn agamanya. Sebagaimana halnya terhadap perkawinan Beda Agama yang diyakini bertentangan dengan hnkum agamanya, seperti pada kasus tersebut di atas, cukup menimbulkan reaksi menentang dari masyarakat. Oleh sebab itu perkawinan yang tidak dibenad-:a!1 agama yang bersangkutan, akan menimbulkan sikap kurang simpatik dan hubungan dengan masyarakat akan menjadi renggang.

Hal seperti itu tidak hanya dirasakan di Indonesia tetapi juga bisa te~jadi di negeri-negeri lain, terutama yang berpenduduk muslim. Bahkan di Negara Barnt sekalipun, pengaruh perkawinan antar orang berlainan agama dapat berpengaruh pula pada hubungan keluarga dan kerukunan hidup beragama, minimal hamhatan karena perbedaaan keyakinan itu.

17 A Gerungan, "Ps)'Chologi ~'>osial, Sualu Penganlar", (Jakarta:P1~ Eresco, 1997), hal.30 75

b. Pengaruhnya Terhadap Keluarga

Tujuan yang paling penting dari suatu dari sustu Perkawinan adalah, terciptanya kehidnpan rumah tangga yang damai dan tentram serta pergaulaan yang dilandasi rasa penuh kasih saying (Mawadah wa Rahmah) antara suami isteri.

Kebahagiaan rumah tangga itu amat luas dan pengertiaannya sangat dalam, menyangkut j asmaniyah dan rohaniyah, material dan spiritual, dalan1 hubungan antara suami dan isteri, bersama anak-anak dan orang tua, bahkan dengan masyarakatnya.

Tujuan Perkawinan tersebut akan dicapai apabila di antara suami-isteri selalu dapat diwujudkan kerukunan hidup, rasa toleransi, hormat rnenghormati, saling pengertian, dan keserasiaan dalam segala hal yang menyangkut kehidupan rumah tangga keadaan seperti itu akan dipengaruhi pula oleh bentuk perkawinan yang dilakukan. Hasbullah Bakiy Mengatakan, "kebahagiaan rumah tangga sudah harus dimulai dari awalnya, dari pintunya yakni perkawinan, supaya suami-isteri punya dasar 11idup yang sama aga1na yang sama sejak hari rumah ta11gg?. yang pertam2, yakni sejak dilangsungkan akad nikah menurut hukum agama." 18

Untuk lebih mengetahui tentang akibat dari perkawinan beda agama, penulis mcncoba mengambil contoh dari kehidupan Jamal Mirdad, pelaku pemikahan beda agama. Berdasarkan wawancara dengan Jamal Mirdad dan keluarga, ada beberapa masalah yang timbul dalam keluarga :

18 1-lasbulfah Bakry, ~'>ualu Ko111enlar lentang Undang-Undang No. 1 l'ahun 1974: Ku111pulan Lengkap Undang-Undang dan Peraturan Perkmvinan di Indonesia, (Jakarta: Jambatan. 1978), hal. 346 76

I . Keharmonisan rumah tangga

Menurut hasil wawancara, pada dasamya kehidupan keluarga mereka harmonis, karena adanya saling penge1iian dan kebijaksanaan kedua pasangan, dan selama tidak ada pemaksaan kehendak dari masing-masing pihak. namun secara tersirat terjadi "perang dingin" dalam menancapkan pengaruh terhadap anak-anak supaya mengiknti salah satu dari mereka.

2. Kesulitan untuk menentukan status agama anak

Berdasarkan basil wawancara dengan Jamal, dan kedua orang anaknya, Naysila dan Kenang, terdapat kesulitan dan kebimbangan dalarn rnenentukan pilihan agama bagi anak-analmya. Hal ini dapat dilihat umur anak-anaknya yang sndah rnencapai umur 20-an tahun belurn bisa menentukan pilihan agama mana yang harus di annt, dengan alasan masih membandingkan dan mempelajari aga.'Ua.

3. Kesulitan pembagian harta waris

Untuk harta warisan kepada anak-anaknya Jamal belurn menentukan hnkurn apa yang digunakan dalam membagi warisan. Namnn kalau diterapkan secara islam maka anak-anaknya tidak mendapatkan warisan, karena perkawinannya tidak sah, dan keturunannya dianggap sebagai anak haram BABY

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan dia atas terdapat beb1:rapa kcsimpulan antara lain :

I. Yang dimaksud perkawinan beda agama adalah perkawinan antara dua

orang yang berbeda agama dan masing-masing tetap mempertahankan

agama yang dianutnya. Undang-Undang perkawinan J\o. I Tahun 1974

tidak mengatur tentang perkawinan antar agama, maka kenyataan yang

te1:jadi dalam masyarakat apabila ada dua orang yang berbeda agama akan

mengadakan perkawinan sering mengalami hambatan, ha! ini disebabkan

antar lain karena para pejabat pelaksana perkawinan dan pemuka agama

atau Ulama menganggap bahwa perkawinan yang demikian dilarang dan

ticlak sah oleh agama, karena bertentangan dengan Undang-Undang

perkawinan No. I Tahun 1974. Berarti setiap perkawinan yang dilakukan

bcrlcnlangan dcngan kctcntuaan hukum agama dengan scndirinnya

menurut hukum perkawinan belum sah dan tidak mempunyai akibat

hukum sebagai ikatan perkawinan.

2. Akibat dari perkawinan beda agama contoh dari keluarga Jamal Mirdad

A. Kcharmon isan rum ah tangga

pada dasarnya kehidupan keluarga mereka harmonis, karena adanya

saling pengertian dan kebijaksanaan kedua pasangan, dan selama tidak 78

ada pemaksaan kehendak dari masing- masing pihak. namun secara

tersirat terjadi "perang dingin" dalam menancapkan pengaruh terhadap

anak-anak supaya mengikuti salah satu dari mereka.

B. Kesulitan untuk menentukan status agama anak

Jamal, dan kedua orang anak-anaknya, mendapat kesulitan dan

kebimbangan dalam menentukan pilihan agama bagi anak-anaknya.

Hal ini clapal dilihat umur anak-anaknya yang sudah mencapai umur

20-an tahun belum bisa menentukan pilihan agama mana yang harus di

anut, dengan alasan masih mcmbandingkan clan mempelajari agama

C. Kesulitan pembagian harta waris

Untuk harta warisan kepacla anak-anaknya Jamal belum mencntukan

hukum apa yang digunakan clalam membagi warisan. Namun kalau

cliterapkan secara islam maim anak-anaknya tidak menclapatkan

warisan, karena perkawinannya tidak sah, clan keturunannya clianggap

sebagai anak haram

B. Saran

I. Henclaknya bagi seluruh masyarakat yang ingin mclaksanakan perkawinan,

terlebih dahulu mengerti clan memahami arti sebuah perkawinan itu sendiri

karenajika mereka telah memahami arti sebuah perkawinan, maka mcreka

harus mempersiapkan segalanya clcngan baik dan matang, baik itu

persiapan rohani maupun jasmani, sehingga dalam mencari jodoh, mereka

harus benar-benar memilah clan memilih mana yang terbaik baginya, 79

baiknya untuk mempertimbangkan problem dan dampak-dampak yang

akan terjadi dari pcrkawinan tersebut.

2. Kepada anak-anak hasil perkawinan beda agama, hendaknya nada

memahami dan mengerti betul ajaran agama yang dianut kedua orangtua

anda, dan juga anda harus memahami dan mengetahui dampak-dampak

yang te~jadi akibat perkawinan yang dilakukan orang tua anda.

Bagaimanapun anda harus pintar-pintar mencari tahu hal-hal di atas, lain

hal jika orang tua anda termasuk orang tua yang terbuka kepada anak­

anaknya, maka anda tidak perlu repot-repot mencari tahu hal-ha! di alas.

Namun jika orang tua anda merupakan tipe orang tua yang te1tutup dan

bahkan sedikit memaksa anak-anaknya kepada keingina.n mereka, malca

anda menjadi orang yang pintar untuk memilih jalan hidup sendiri tanpa

ada paksaan dari pihak manapun, karena jika tidak, maka anda akan

menjadi salah satu korban akaibat perkawinan beda agama yanga akan

mendapat tekanan dan paksaan dari orang tua anda, dan kalaupun tidak

anda akan menjadi anak yang kurang mendapat perhatiaan dan kasih

sayang orang tua.

3. Kepada para tokoh atau pemuka agama, organisasi dan lembaga

keagamaan serta pakar hukum dibidangnya, agar lebih responsif terhadap

gejala-gajal yang timbul berkenaan dengan perkawinan beda agama itu,

apbila diyakini perakwinan itu bertentangan dengan ketentuaan agama

sekaligus melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan 80

cara ini diharapkan semua pihak terkait akan tergugah untuk memperbaiki

diri dari sikap yang menyimpang.

4. Tidak aka! pentingnya upaya menefektifkan pendidikan agama bagi

seluruh anggota masyarakat Indonesia, termasuk para remaja dan anak­

anak. Penngenalan agama tidak cukup hanyja tentang peribadatan yang

sifatnya formal, tetapi juga pengenalan hukum yang secara praktis dalam

kehidupan yang akan dialaminya, termasuk dalam masalah perkawinan.

Dengan pendidikan dan pemahaman agama serta hukum itu, diharapkan

setiap anggota masyarakat akan mengetahui seperlunya, sesuai ketentuaan

hukum agamnya. Dengan upaya itu diharapkan perkawinan beda agama

yang tidak diizinkan oleh hukum agamanya tidak akan te~jadi Iagi.

5. Terhadap pelanggaran ketentuaan Undang-Undang Nomor I Tahun 1974

khususnya berkaitan dengan perkawinan antar orang yang berlainan agama,

maka alangkah baiknya bila diatur pula tentang sanksi hulrnm pidana yang

tegas dan layak, sanksi tersebut dapat dikenakan baik terhadap pejabat

yang dengan sadar memberikan peluang te1jadinya perkawinan yang

memiliki halangan menurut hukum masing-masing agamanya, maupun

terhadap suam i isteri pelaku perkawinan tersebut, sanksi terse but dapat.

berupa hukuman penjara misalnya atau berupa denda, disamping ancaman

pembatalan perkawinan mereka. Tanpa sanksi pidana yang memadai,

pelanggaran terhadap ketentuaan perkawinan antar orang berlainan agama

tersebut akan selalu mungkin terjadi, dan penegakan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 secara ideal akan sulit dilakualrn, sebab terhadap 81

perkawinan tersebut selalu saja ada pihak yang bersikap pro dan kontra tentunya, oleh karena itu kepada pejabat yang be1wenang agar lebih mempertegas dan memperjclas tentang aturan dan hukum perkawinan beda agama tersebut. DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur 'an Al-Karim

Alhamdani. I-LS.A. Risa/ah Nikah: Hukum Perkawinan Lvlam. Jakarta: Pustaka Amani, 1989

Ali, Muhammad Daud, Perkawinan Campuran Antara Orang-Orang Berbeda Agama. Jakarta Al-Hikmah & Dit. Binbapera, 1993

Asmin. S.H. Status Perlwwinan Antar Agama di Ti1?iau dari UU Perk.awinan No 1 Tahun 1974. Jakarta: PT Dian Rakyat, 1986

Al-Quran dan Te1jemahnya, .Jakarta, Departemen Agama RI, 1998

Bakiy, K.H. Drs. S.H. Hasbullah. Suatu Komentar tentang Undang-Undang No. 1 Tahun 1974: Kumpulan Lengkap Undang-Undang dan Peraturan Perkawinan di Indonesia. Jakarta: Jambatan, 1978

Departeman Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putera, 1998

Departeman Agama RI. Pedoman Pegm1,ai Pencatal Nikah (PPN). Jakarta Proyek Pembinaan Sarana Kagamaan Islam, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Departeman Agama, 1984

Gautama, Prof. MR. DR. S. (Gouw Giok Siong), Hukum Antar golongan: suatu pengantar, Jakarta: Ichtim· Barn - Vanhoeve, 1980

Gerungan, A. "P.1ychologi Sosia/, Suatu Pengantar". Jakarta: PT Eresco 1997

Harahap, M Yahya, Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional. Medan:CV Trading Co, 1975

Hazairin. Prof. Dr .S.H. Tinjauaan mengenai Undang-Undang Perkmvinan Nomor 1 No 1974 tentang Perkawinan. Jakarta: Tintamas, 1975

J. Moleong. Dr. M.A. Lexy. Metodologi Penelitiaan Kualitatil Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1998

.Tamali, R. Abdul.S.H. Hukum Lvlam. Bandung: Mandar Maju, 1992 Rafiq. Drs. M.A. Ahmad. Hukum Islam di Indonesi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995

0'1 83

Majelis Ulama Indonesia, "Himpunan Keputusan dan fatwa lv!aje/is Ulama Indonesia". Jakarta: Sekretariat Majelis Ulama Indonesia Masjid Istiqlal, 1995

Mubarak, Jaih, Moderinisasi Hu/aim Perkawinan di Indonesia. Bandung : Pmtaka Bani Quraisy, 2005

MS, 0. S Eoh, Sh, Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. R<;ja Grafindo Persada, 1996

Nadi, Syarif, "Bahaya Nikah Beda Agama" Majalah Tabligh, Vol.Ol/No.03/0ktober 2002

Ramulyo, S.H. M.H. Moh.Idris. S.H. M.H. Hukum Perkawinan Jslam. Suatu Analisis Dari Undang- Undang No I Tahun 1974 Dan Kompilasi Hu/mm Islam. Jakarta: Bumi Aksara,

Rusli. S.H dan R.Tama S.H. Perkawinan Antar Agama dan lv!asalahnya. Bandung: Shantika Dharma, 1984

Saleh, K. Wanjik, Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakmia: PT. R

Soemiyati, S.H. Hu!aJm Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan. Yogyakarta: Liberty, 1997

Syahrani, Riduan, Perkawinan dan Perceraiaan bagi pegawai Negeri Sipil, Jakarta: PT. Media Sarana Press, 1986.

Subekti, R dan 1jitroudibyo, Kitab Undang- Undang hhukum perdata, Jakmia: Pramadya Paramita, 1996

Subekti, R, Pokok- Pokok J-lukum Perdata. Jakarta: Intermasa, 1993

Subekti, R, clan Tjitrosuclibyo, Kitab Undang- Undang J-Iukum Perdata. Jakarta: Pramadya Paramita, 1996

Thalib, S.H. Sayuti, Hukum Kekeluargaan Di Indonesia. Jakmia: Universitas Indonesia, 1982

Thalib, Sayuti, Receptio A Contrario, Hubungan Hukum Ada/ dengan J-Iukum 11'/am. Jakarta: Bina Aksara, 1985 84

Wirjono Prodjodikoro, R, Hukum Perkawinan Di Indonesia. Bandung: Sumur Bandung 197 4

------Hukum A nlar Golongan di Indonesia. Jakarta: Smnur Bandung, 1981

Wignjodipuro, S.H. Surojo, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995 Lampiran-Lampiran 1-Iasil Wawru1cara Nama yang diwawill1carai : Jill1ial Mirdad Jabatan : Pelaku Perkawinan Beda Agama ( artis ) Tempat wawill1cara : Di rumah yang bersill1gkutan Jin. Cirendeu Permai Lembah 2 No. 12 I-Iari Wawancara : I 0 April 2007

I. Tolong Bapak jamal sebutkan jumlah keluarga Bapak Jamal lengkap dengan nama, usia, asal, pekerjaan dan agama yang dianut masing-masing ? a. Saya sendiri Jamal Mirdad, usia 47 Talnm, asli Jawa-Arab, pekeijaan Wiraswasta dan penyanyi, Agill11a Islam b. Istri saya, Lidya Kandaow, usia 42 Tahun, asli Belanda-MMado, pekerjaan artis, Agama Kristen c. Anak pertama saya, Nana Mirdad,usia 21 Tahun, asal Jakruta, peke1jaan mtis, untulc Agama masih belum jelas agmnanya atau seclang pembelajaran cl. Anak kedua saya, Kenang Kanna Mirdad, usia 20 tahun, asal Jakarta, peke1jaan Mahasiswa di Prasetya Mui ya, untuk Agama masih belum jelas agamanya atau sedill1g pembelajarill1. e. Anak ketiga saya, Naysila Mirdad, usia 19 Tahun, asli Jakarta, pekerjaan artis, untuk Agama masih belum jelas agmnill1ya atau seclang pembelajaran. f. Anak keempat saya, Natanna Gaza Mirdad, usia 13 Tallun, asli Jakmta, peke1jaill1 pelajar Bakti Mulya, untuk Agama masih belum jelas agamm1ya atau sedang pembelajaran. 2. Apa faktor/ penyebab bapak Jamal sampai bapak Jamal bisa menikah dengill1 orang yang berbecla agama( !bu Lidya )? Ada beberapa ha! kalau di tanya tentnag hal itu, kalau ditanya mengenai Habclulminanas, karena fisik cantiknya, tapi kalau habduminnallah, karena niat baik clan ibaclah. 3. Selama Bapak Jamal berkeluarga dengan ibu Lidya, pernahkah te~jadi problem pada bapak/ anak-anak bapak yang menyangkut dengan agama? Bukan problem namanya, artinya panclang penclapat, bukan problem, kalau problem lebih pada masalah, tapi ini dikeluarga saya lebih cenderung bagaimana seseorang menafsirkan sehingga orang pendapat yang satu, berbeda clengan yang lai1mya berbecla, jadi agar dapat bisa dimengerti pendang pendapat tersebut. Tapi insyallah mudah-muclahill1 tidak ada keributan. 4. Anak-Anak Bapak Jamal clan Ibu Lidya, kan masih clalam tahap membandingkan atau tahap pembelajaran dari kedua agama Bapak Jamal dan I bu Liclya, apakah bapak memberikan batas waktu untuk memilih keclua agama yang di ill1Ut Bapak Jamal clill1 Ibu Liclya atau terserah anak-anak, kapan akan menentukan agill1ianya? Bukan terserah, juga tidak memberi batas waktu, tapi scbisa mungkindan sedinim mungkin, karena kematiaan itu tidak aakill1 pernah acla yang tahu. Kalau kita belum menentukan siapa Tuhan yang sebenarnya, dan kita belum menjalankan perintah Tuhan, kan kalau sudah meninggal kan saym1g, jadi intinya bukm1 terserah, semabah

OBSERVASI DAN WAWANCARA

~ngan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan

0 una /A~b.3'\...U*I m 2-0 '3 C) '-1 Li I 0 l q-a T ll'Ultas ;:;'-f ?Y2 i :?I-\ t/3'Vl MVl<:.,ulA.--- rnsan sPr.) . og. Studi petz?J'.?l L ?VI 'VG o\N'\ zy--'

~nar-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kami atau saya ama :J tyM(fJA,_ h\¥"~01.;;-t)

.bat an W\ 12,.?") vJ;Y)~ - ari dan tanggal wawancara I 0 - L/ - ?-OO T empat wawancara 1)\ \tZ-UtV\ 31~,

'emikianlah surat ini dibuat dengan sebenamya untuk dijadikan sebagai bukti otentik ila mana diperlukan.

Jakarta,

Y1mg Mewawancarai Yang Diwawancarai

( Megawati) ) Hasil Wawancara Nama yang diwawancarai : Naysilla Mirdad Jabatan : Anak hasil Perkawinan Beda Agama Tempat wawancara : Di rumah yang bersangkutan Jin. Cirendeu Permai Lembah 2 No. 12 Hari Wawancara : 5 April 2007

1. To long anda jelaskan jumlah keluarga anda lengkap dengan nama, usia, asal, peke1:jaan dan agama yang dianut masing-masing Keluarga inti aku ada 6 orang. a. Papah, Jamal Mirdad, usia 47 Tahun, asli Jawa-Arab, pekeijaan Wiraswasta dan penyanyi, Agama Islam b. Mamah, Lidya Kandaow, usia 42 Tahun, asli Belanda-Manado, peke1jaan artis, Agama Kristen c. Kakak pertama saya, Nana Mirdad,usia 21 Tahun, asa.l Ja.kmia, pekeijam1 miis, untuk Agama masih ada dihati kakak saya sendiri. cl. Ka.kale kedua saya, Kenang Kanna Mirdad, usia 20 tahun, asal Jakarta, pekerjaan Mahasiswa di Prasetya Mulya, untuk agama masih ada di hati kaka.k saya sencliri. e. Saya sencliri, Naysila Mirdacl, usia 19 Tahun, asli Jakarta, pekerjam1 miis, untuk Agmna masih acla clihati saya sendiri. f. Aclik Saya, Natanna Gaza Mirdacl, usia 13 Tahun, asli Jakarta, pekerjaan pelajar di Bakti Mulya, untuk Agmna masih acla clihati adik saya sendiri. 2. Apa yang Naysilla ketahui tentang Perkawinm1 Becla Agama, sebagaimana yang dilakukan oleh kedua orang tua Naysilla? Sebenarnya pernikahan beda agama bukan sesuatu yang baik ya, kalau menurut aku pada dasarnya, memang Tuhan hanya satu, tapi bagimanapun keagamaan itu juga mempunyai prinsip-prinsip, dasm·-clasar clan nilai-nilai yang berbeda. Jadi untuk membangun suatu keluarga yang utuh, walaupun dengan kebijaksanaan yang sangat besar, kalau kita menjalani dengan dua prinsip yang berbeda, ga akan jadi satu. 3. Bagaimana cara orang tua Naysilla dalan1 mendidik anak-anaknya, kaitannya dengan kebebasaan memilih agmna masing-masing atau pun jalur hidupnya kelakjika anak-ana.knya telah dewasa? Yaa .. kita jadi bisa lebih mengahm·gai prinsip orang, pendapat orm1g, hikmahnya kita bisa jadi lebih banya.k mengetahui apa yang mungkin orang­ orang ga tau. Papah clan Mamah mengajarkan kita untuk bijaksana gitu, bagaimana kita harus menentukan sikap, bagaimana kita harus mempunyai pencliriaan di saat-saat yang galau. 4. Apakah Naysilla mengetahui dampak yang akan timbul dengan diri Naysilla jika ternyata orang tua Naysilla berbecla agama? Ini tergantung pada anak-anaknya itu sencliri yaa, setiap manusia punya pikiran yang berbecla clan hati yang berbeda, tapi sebenarnya mau tanya ahli kejiwaan mana pun, menurut aku juga tetap aja ini ga baik untuk anak­ anaknya, climana mungkin acla kalanya sang anak itu jadi bingung, "acluh gw harus ke arah mana neh", ya walaupun orang tua itu menclidik clengan sangat­ sangat bijaksana, clengan sangat-sangat open mind, atau apalah, tetap aja pasti ada rasa bimbang, walaupun seclikit clihati anak-anaknya .. 5. Secara psikologis, apa yang Naysilla rasakan clengan kehiclupan keluarga Naysilla, apakah ada bcban mental yang Naysilla rasakan? Beban mental ngga gitu, karena bagimauapun kita teJbuka, kita sangat mengahargai gitu, secara psikologis awalnya juga sempel bingung, "ini gimana neh, nyokap gw begini, bokap gw begini", tapi lama-lama karena mungkin memang clari kecil cliajari untuk bisa menghargai, kalau bisa clibilang keluarga ini, bener-bener keluarga yang menurut aku seh yaa, ini habat banget bisa menerima perbeclaan apa aclanya. 6. Bagaimana lingkungan ( rumah, sekolah, clan teman main sinetron ) menilai atau memberikan respon kepacla Naysilla? Mereka Iebih menghargai keputusan aku, mereka juga rnembautu aku gitu, untuk menyakinkanapa sich yang aim mau sebenarnya. 7. Pernakal1 onmg tua Naysilla bicara tentang haiia yai1g abm clitinggalkan untuk anak-anaknya? Ngga pernah ngomongin warisan, lagi pula menurut aku buat apa cliomongin sekarang, kan orangi1ya masih ada. 8. Apa yang melatarbelakangi Naysilla tmtuk mempelajari keclua againa Orang Tua Naysilla, kenapa ticlak memilih saja cliantara dua againa itu? Untuk memilih, clalam hati kecila aim juga suclah memilih. aim suclah atu aku mau yang mana, akau mau kemana, tetapi menurut aim satu pilihan ga hai·us disebarluasin, yang pentinga bagaimana sikapa kita, perlakuaan kita, dai1 keputusan kita ini,agar bisa sangat halus cliterima sama orang. 9. Secara umum, bagaimana kehidupan keluarga Naysilla sc\ama ini, apakah hannonis atau ticlak? Masalah pasti acla, tapi kita scmua sclalu bisa menghancld itu dengan baik, clan dalam bidang agama, kita benar-benar punya kelonggaran yang sangat yaa, papah clan mamah juga selalu bilang, peh1jarin semua agama, agama apapun clan agama manapun pelajarin, sampai akhirnya karnu yakin clan kamu benai·-benar tahu apa yang kan karnu pilih nanti. I 0. Apakah Naysilla mempunyai teman-ternan yang nasibnya ticlak sebenrntung Naysilla, tapi posisinya sama clengai1 Naysilla, yaitu memiliki orai1g tua yang berbecla agarna, clari I 00%, berapa persen yang sama clengan Naysilla? Teman-teman aim acla mernpunyai nasib sama sepe1ii aku, yang orang tuanya berbeda agarna, clari I 00% teman-teman aku yaa, paling acla 30%-40%, jacli cukup besar juga akan.

2 11. Terakhir, apakah Naysilla mempunyai saran dan pesan untuk pasangan yang ingin nikah beda agama? Sada, saran dan pesan untuk pasangan yang ingin nikah beda agama, sebenatnya, kita membangun suatu gedung hams dengan fondasi yang kuat dan seirnbang, jadi kalau yang satu fondasinya tinggi, yang satu lebih pendek, walaupun itu curna 1 cm, berarti untuk rnembangun gedung ke atasnya ga akan jadi gedung yang kokoh. Jadi, apapun sebanarnya kita harus benar-benar sejalan, sekata dan satu prinsip. SURAT IIBTERANGAN

OBSERVASI DAN WA WANCARA

)engan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan

-Tama w \-J\€~awo-1-;

-Tim :;io;oy.4 '\ o ~117 lakultas Sar\'q)-\ &: on hv\<. urn urusan SAS

'rog. Studi : vero.ai\on C\3 q l'0 0. 3enar-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kami atau saya

-Tama \\JQ'j s,~ \\C\ \J\1 ( c\ 0 d labatan 0.1-1-IS clari dan tanggal wawancara

[empat wawancara

)emikianlah surat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dij adikan sebagai bu1.'ii otentik

)ila mana diperlukan.

Jakarta, t;- / o 4 { o 1

Yang Mewawancarai Yang Diwawancarai

( Megawati) ) Hasil Wawancara Nama yang diwawancarai : Kenang Kanna Mirdad Jab a tan : Anak hasil Perkawinan Beda Agill11a Tempat wawancara : Di rumah yang bersangkutan Jln. Cirendeu Permai Lembah 2 No. 12 Hari Wawru1cara : 5 April 2007

I. To long anda jclaskan jumlah keluarga anda lengkap dengan nama, usia, asal dan agama yang dianut masing-masing Jumlah keluarga saya 6 orang, a. Papah, Jamal Mirdad,usia 47 Tahun,asal Jawa-Arab, pekerjaan Wiraswasta clan penyMyi, agama Islam b. Mamah, Lidya Kandaow, usia 42 Tahun, asal Belanda-Manado, pekerjaan artis, agama Kristen c. Kakak Saya, Nru1a Mirdad, usia 21 Tahun, asal Jakarta, peke1jaan artis, Agama masih dalam tahap pembelajaran atau masih tahap membandingkan kedua agama orang tua d. Saya sendiri, Kenang Kanna Mirdad, 20 tahun, asal Jakarta, peke1jaan Mahasiswa di Prasetya Mulya, Agama masih dalam tahap pembeli\jaran atau masih tahap membandingkill1 kedua agama orill1g tua e. Adik Saya, Naysila Mirdad, usia 19 Tahun, asal Jakarta, peke1jaru1 artis, Agama masih dalam tahap pembelajaran atau masih tahap membandingkan kedua agama Orang Tua f. Adik Saya, Natanna Gaza Mirdad, usia 13 Tahun, asal .Takarta,pekerjaan sekolah di Bakti Mulya, Agama masih dalrun tahap pembelajaran atau masih tahap membandingkan kedua agama Orang Tua 2. Apa yang Kenang ketahui tentill1g Perkawinill1 Beda Agama, sebagaimana yang dilakukan oleh kedua orang tua Kenang? Saya tidak mengerti yang dimaksud Perkawinan Beda Agruna itu 3. Bagaimana earn orang tua Kenang dalam mendidik anak-anaknya, kaitannya dengan kebebasaan memilih agama masing-masing atau pun jalur hidupnya kelak jika anak-anaknya telah dewasa? Orang Tua, mill11a mengajarkan cara-cara baik dari Kristen, papah mengajarkan cara-cara baik dari Islam, tapi mereka tidak memaksa, mereka memberi tahu, tapi pada dasarnya keputusill1 ada di ill1ak-anaknya, jadi kami ke gereja clan ke masjid juga, itu semua tru1pa paksaan, karena memru1g ill1ak­ anaknya yang ingin belajar dua-dua nya. Kami melkukannya dari kecil sampai sekarang. 4. Apakah Kenill1g mengetahui dampak yang akan timbul dcngan diri Kenang jika temyata orang tua kenang berbeda agama? Mennrut saya, itu wajar-wajar aja sich, setiap orang punya jalan sendiri­ sendiri, mungkin ini saya dikasih yang diatas jalannya begini, jadi harus terima apa adanya. 5. Secara psikologis, apa yang Kenm1g rasakan dengan kehidupffil keluarga Kenffilg, apakah ada be ban mental ayffilg Kenang rasakm1? Beban mental sich ga ada, justru malah saya mendapat banyak pembelajarffil dari dua agama, banyak belajar yang positiv dari Islam dan Kristen. 6. Bagaimffila lingkungan ( rumah, kmnpus, dan teman main ) menilai atau memberikan respon kepada Kenang? Teman-teman saya yang ga ada yang berprotes apa-apa sich, karena ini memang jalffil hidup saya, teman saya ga ada yang turut Cffi11pur yaa, hanya memberikan nasihat, 'Ya Nang, lo ngelakuiin yang terbaik lah, coba pilih­ pilih, jffi1gffi1 salah pilih". 7. Pernakah orffilg tua Kenang bicara tentffilg harta ym1g akan ditinggalkan untuk anak-anaknya? Ngga, Orang Tua ga pernah membicarakan tentang yang kaya gitu. 8. Apa yang melatarbelakangi Kenang untuk mempelajari kedua agama Orang Tua Kenang, apakah ada paksaan dari orffilg tua Kenang? Ga ada paksaan untuk mempelajari kedua agama itu, karena menurut saya, agama itu pondasi banget, tanpa ada agmna ga akan ada kehidnpan. 9. Secara um1m1, bagaimana kehidupm1 keluarga Kenm1g selffilm ini, apakah harmonis atau tidak? Harmonis, justru harmonis banget, keduany saling menghargai, kalau anak­ anaknya sedang melakukan ibadah salah satu agama ora11g tua kami, maka papah mmnah mernbolehkan, rnalahan rnereka rnenyuruh untuk mernilih yang terbaik, karena agama bukan paksaan. I 0. Terakhir apakah Kenang rnempunyai ternffil-teman yang nasibnya tidak seberuntung Kenang, tapi posisinya sarna dengffil Kenang, yaitu memiliki orang tua yang berbeda agama, dari 100% berapa persen ayang sama dengan Kenang? Punya, mungkin sekitar I 0%-15%.

7 SURAT KETERANGAN

OBSERVASI DAN WA WANCARA

engan ini menyatakan bahwa mahasi~wa yang bersangkutan ama : (V\CU\ru..o0-A.~

Jill : /).D'S 0 '-/1'..J I 01"1-'2+ akultas : ~/ ~'i&i'- ~Stll"-10\'1 l \v_°c:.uM

.irusan : SA '> / fef'cwLl0-n o.qtAM.a rog. Studi : \( Qil:\.i:L\o-n °'Di

,enar-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kami atau saya rama : /

[ari dan tanggal wawancara : c;- _Lr_ oi- , Ko.fV' 1\

'empat wawancara : "(1-._ \.\ ('() 0."'

)emikianlah surat ini dibuat dengan sebenamya untuk dijadikan sebagai bukti otentik

1ila mana diperlukan.

Jakarta,

Yang Mewawancarai

( Megawati) ( ) Hasil Wawancara Nama yang diwawancarai : H.M. Isa Anshary Jabatan : Asisten Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Tempat wawancara : Ruang sekretaris MUI, Jakarta Pusat Hari wawancara : 11 April 2007

1. Bagaimana pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Perkawinan BedaAgama? "kalau ditanya tentang permasalahan hukum perkawinan beda agama, menurut agama-agama yang diakui di Indonesia terns terang saya tidak mengetahui seluruhnya, saya hanya mengetahui menurut hukum Islam saja. Kalan menurut Islam yang saya ketahui bahwa hukmn perkawinan beda agama sebagaimana bunyi ayat 5 surat al-Maidah, di situ diterangkan bahwa pria muslim boleh menikah dengan wanita ahli kitab, tetapi ahli kitab dikalangan Ulama timbul perbeclaan. Penclapat siapakah yang climaksucl ahli kitab tersebut. Lalu mengenai wanita muslimah menikah dengan pria non muslim ini juga ada perbeclaan pendapat, ada yang membolehkan, tetapi banyak juga yang mengaharamkan". 2. Lalu apa alasan MUI mengeluarkan fatwa haramnya Pernikahan Beda Agama, sebagaimana clalam Islam sencliri ada juga Ulama yang berpendapat membolehkan perkawinan tersebut? "Alasan MUI mengeluarkan fatwa tersebut mengambil kaidah saddudzari'ah yaitu mengambil maslahat dan menghindari mafsaclat, karena clalam perkawinan tersebut banyak sekali te1jaclinya hal-hal yang akan menimbulkan mafsadat clalam keluarga clalam pasangan perkawinan tersebut". 3. Bagaimana menurut Bapak tentang orang-orang atau golongan yang mengusung atas nama Bak Asasi Manusia clan juga contrac legal drafting yang mebolehkan perkawinan tersebut? Sekarang persoalannya, bagaimana pola barat atau pola Islam, kalau kita masuk ke clalam aganm Islam, berarti kita terlihat dengan koriclor sesuai clengan hukum-hukum Islam itu sencliri. Barat mengatakan clengan teorinya Secountriout, tokoh di Denmark atau Australia itu, seorang Expert, ahli dalam bidang ini, ilmuwan. Dia mengatakan, "saya senang dengan seorang wanita, kenapa ticlak boleh berhubungan secara biologis dengan wanita tersebut, saya mau, dia mau, senang, suka sama suka, kami adakan hubungan seksual bersama, lalu kenapa agama melarangnya". Kita punya agama Islam melarang kan, tapi dia senang sama senang menurut dia Bak Asasi Manusia, hak asasi inikah yang kita pertahankan kalau tidak sesuai clengan ajaran Islam, itulah bedanya Islam clengan Hale Asasi, asasi yang liberal, anda silakan tanya ke orang yang berfikiran liberal, kita silakan berpola fikir bebas, liberal, tapi kmidor kita punya Al-Qur'an clan hadits. Contolmya: saya senang sama seseorang, terns saya melakukan hub. Intim clengan dia di luar nikah, dalam Islam hukumnya Zina. Dalam Hak Asasi Manusia, tidak boleh diganggu. Contonya wakh1 saya ke Belanda, ada lbunya buka pintu, anaknya sedang melakukan hubungan intim dengan pasangannya di luar nikah atau seks bebas, malah orang hmnya minta maaf, karena telah mengganggu Hak Asasi oarang yang sedang nyaman. Orang tuanya merasa menganggu ketentraman orang lain. Apakah Islam mengajarkan demikaan, Islam punya hukum sesuai kaidah syariah, punya Al-Qur'an, Hadits, Rayu, ljtimah, Ijtihad. Koridor inilah yang membatasi kita, perbcdaan kita, hak asasi pola pikir yang liberal, dengan pola pikir yang dikoridori oleh syariatullah mclalui Al-Qur'an dan Hadits Nabi, clan sumbcr-sumber hukum yang lainnya. !tu pandangan Islam. Seperti orang Islam mengatakan Hak Asasi tentang Playboy (majalah pria dewasa di Indonesia) sumber ekspresi, karena itu seni. Menurut dia kan seni, tapi sisi lain mcnurut agama kita kan melarang membuka aura!. Jadi liberal silakan, tapi ada koridor hukum yang mengatur, tata cara kehidupan kita namanya Habduminallal1, yaitu alddal1. Habduminnas yaitu perkawinan, muamalat, munakahat, faraidth, dan lain sebagainya, itu horizontal, hubungannya dengan manusia. 4. Menurut Bapak sendiri, apa sebenarnya faktor yang menyebabkan te~jadi perkawinan beda agama tersebut? Tanya kepada orang yang membolehkan Perkawinan Beda Agama, Majelis Ulama Indonesia, mengeluarkan suatu fatwa tahun 1980, Perkawinan Beda Agama hukumnya haram, sampai sekarang orang yang melakukannya tetap zina, tidak sah. Indonesia saja melarang, di Indonesia saja tidak membolehkan Perkawinan Beda Agama, kalau menikah harus di Luar Negeri, kalau sampai ada KUA yang menikahkan bisa di copot. Indonesia ini negara yang melarang, tidak ada Undang-Undang yang mengatur tentang itu, Islam pun melarang, masih saja dilanggar, yaa tanya Hak Asasi yang melakukan,. Kalan tanya dasarnya silakan tanya Jamal Mirdad. 5. Terakhir, menurut bapak apa problem yang akan dihadapi dari Perkawinan Heda Agama tersebut dan dampak hukum bagi anak hasil perkawinan tersebut? Scmua yang diatur oleh agama, lnsyallah agama itu tidak bercerai-berai, yang kita carikan rahmatan agama itu kan, rahmatan Iii alamin dalam Islam itu no satunya, tujuan dari perkawinan itu sendiri kan sakinal1, mawadah, waramah. Bagaimana kedamaiaan akan terwujud kalau beda agama, yang satu salat, yang satu tidak, satu gereja, satu ke masjid. Tentu d:m1paknya terhadap keturunan tidak baik, mungkin juga ada misi tertentu, supaya anak hasil Perkawinan Beda Agama, Islamnya lemah atau tidak ada lagi yang masuk Islam. Maka itu, ada Undang-Undang No. I Tahun 1974, di Indonesia yang tidak mengatur tentang Nikah Beda Agama, clan Majelis Ulama Isndonesia sudah jelas melarang. Dan dampak hukum bagi anak, dalam Islam di atur hukum faraidh Al-Imran ayat 11 kalau tidak salah, diatur sedemikian rupa rinci sekali. Tidak terdapat perbedaan pendapat, 2 banding 1 syaratnya seagama, kalau tidak seagama tidak dapat waris, tapi anak, orang tua dalam Islam, tidak bisa dirubahkan bin dengan bintinya, tetap dia anaknya. Persoalaan akidah ini, persoalaan yang pokok. Inilah yang berakibat kawin beda agama, masalah hmta, jadi carut marut, anak akidahnya jadi entah kemana, dan kita terkesan fatwa Majelis Ulama Indonesia pada waktu itu, kalau tidak salah faktor adanya kristenisasi di Indonesia, secara pemurtadan orang Islam. Akhirnya melahirkan anak, anak yang clilahirkan, yang saya sebutkan tadi, semuanya masuk kafir, semuanya masuk kristen. Ya itu akibatnya. 6. Apa saran untuk pasangan yang ingin atau sudah melakukan Nikah Beda Agama? Jangan melakukan Perkawinan Beda Agmna, agan1a Islam sudah Jelas mengharamkan. Juga bagi pasangan yang sudah Menikah Beda Agama, menurut Majelis Ulama Indonesia, tetap hukumnya zina, perkawinannya tidak sah menurut agama. cw jLI!'""""" MAJELIS ULAMA INDC>NEGSIA WADAH MUSYAWARAH PARA ULAMA ZU'AMA DAN C':NDIKIAWAN MUSLIM Masjid Jstiqial Taman Wljayakusuma Telp. 3455471-3455472 Fax 3855412 Jakarta Pusat 10710 Website : http:/fwww.mui.6r.id ,,. __ E-mail: mui• ~cbn.net.ld ~~--"""·~-~·""""""2~!!!!!!!!~"!!!!!!!!!!!!!!!!"""""""""~"""~~,.,,

SURAT KETERANGAN OBSERVASI DAN WAWANCARJ, Ket-148/MUJ/IV /2007

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersant kutan

Nama : Megawati Nim : 203044101787 Fakultas : Syari'ah dan Huk cim Jurusan :SAS Prog. Studi : Peradilan Agama

Benar-benar telah melakukan observasi dan wawancara ::lengan H.M. Isa Anshary •IA Asisten Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dalam ran;;ka penulisan skripsi enganjudul :"Status Perkawinan Beda Agama di Tinjau Menmut Unclang-Undang No. Tahun 1974 ten tang Perkawinan" .. Untuk melengkapi syarat-s varat menyelesaikan studi i UIN Syarif Hidayatullah .Takai1a

Demikianlah surat ini di buat dengan sebenarnya untuk lijadikan sebagai bukti tentik bila mana diperlukan.

'ang Mewawancarai

Megmvati) Hasil Wawancara Nama yang diwawancarai : Moh. Monib Jab atan : Manager Program Tempat wawancara : Kantor Yayasan Wakaf Paramadina Hari wawancara : I 0 April 2007

1. Sebenarnya bagaimana pandangan Paramadina tentang persoalaan Pernikahan BedaAgama? Menurut pandangan Paramadina mengenai Perkawinan Beda Agama, ada dua ha! yang perlu dibahas, dilihat dari hukum positif negara memang tidak mengijinkan Perkawinan Beda Agama. Sedangkan dalan1 hu:kum agama yang umum ada pe1~jelasmmya. Yaitu secara eksplisit teks Al-Qur'an membolehkan laki-laki muslim menikah dengan perempuam1 non muslim dan itu terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 5 bahlcan, ada pembahasaan ulama yang lebih luas tentang ayat itu mengenai wanita ahli kitab itu hanya Yahudi dan Kristen. 2. Adakah praktik Pernikahan Beda Agama dalam sejarah Islmn? Nabi sendiri pernah menikah dengan Maria Koptik yang semula beragama non muslim dan Utsman kawin dengan salah seorang ahli kitab, ada yang dengan Kristen dan juga dengan Yahudi. Sampai sekarang praktik Pernikahan Beda Agama itu masih berjalan terus. Walaupun sebagian Ulama melm·ang, tapi teks secara ekspilisit membolehkan. Persoalaannya bagaimana kalau sebaliknya yakni laki-lakinya dan ha! ini tidak disebutkan dalam AI-Qur'an, di sini timbul beberapa pendapat, ada yang membolehkan dan ada juga yang melarang, yang membolehkat1 mempunyai landasatl, dan mayoritas ijtihad para Ulama termasuk di Indonesia tidak membolehkannya. 3. Lat1tas bagaimatla bapak menyimpulkat1 dari sesuatu yang tidak di eksplisitkan oleh Al-Qur'an? Oleh karena itu, tidak adatlya teks yang tegas tentang itu, maka menurut saya ijtihad yang berlaku tentang Perniakahan seperti itu perlu di tinjau kembali. 4. Yang menjadi persoalaan besar dalam Pernikahat1 Beda Agama adalah persoalaan atlak, bagaimana menurut bapak menyikapi persoalaan ini? Mengenai persoalaan anak yang penting menurut saya, bagaimana suami isteri itu mendidik anak secara baik. Karena dalam semua agatlia mengandung nilai moral yang sama clan Universal. Bagaimana orang tum1ya mendidik anaknya untuk berbuat baik pada orang tuanya. Mendidik anaknya supaya jm1gat1 berbuat jahat datl berbuat baik pada siapa saja. Say kira, itu nilai-nilai Universal yang sangat ditekankan semua agama. 5. bagaimana dengm1 masalah warisatlnya? Dalam masalah warisan, pendapat Ulama berbeda-beda ada yang membolehkan dan ada pula yng tidak. Tetapi betapa pun saya kira .:da solusi terbaik dari Al-Qur'atl, toh ada wasiat misalnya. 6. Ada hadits Nabi tentang Pernikahan yang memakai 4 kiiteria, dan yang clipentingkan clari kriteria itu aclalah agamanya. Artinya orang yang yang climaksucl itu adalah agama Islam.? Memang acla kriteria itu, tapi Nabi menganjurkan memilih agamanya. Artinya orang yang bermoral clalam arti agama aclalah nilai-nilai yang baik. Namun bila acla yang lebih memilih kekayaan clan kecantikan dalam urusan mencari jodaoh, ticlak di larang dan kawinnya tetap sah. 7. Dari wawancara ini, apakah Paramaclina menyetujui Perkawinan Beda Agama, clan pernahkah pihak Paramaclina menikahi pasangan tersebut? Memang clalam permasalahan ini k

OBSERVASI DAN WAWANCARA

an ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkntan /J;Je9wt1 Ii , JD'l0?-(41 tJ/ ft)? tas ), MJ/ci~ { ft(IW//l an 7 SA-> I Stu di ;~4r1~ r-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kruni atau saya ' µ 0-ti- (v( CJ IJ !IS . MA-NAp an ffO?r4fJ1

: 9eJ0l0 1 jru1 tanggal wawancara tojl)tJI ci] >at wawancara : [),'//clJzJ~ 11a_~ wc; uf~~ kianlah surat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dijadikru1 sebagai bukti otentik nana diperlukan.

.Jakarta,

Yang Mewawancarai Yang Diwawrumarai

( Megawati) ) Basil Wawancara Nama yang diwawancarai : Syahroni,S.Sos Jabatan : Staf Perkawinan Tempat wawancara : Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan Jakarta Selatan Bari wawancara : I 0 April 2007

I. Apa tugas dan wewenang Kantor Catalan Sipil? Tugas Kantor Catalan Sipil itu tugasnya mencatat peristiwa baik itu kelahiran, perkawinan, perceraiaan, pengakuaan dan pengesahaan anak, ini hubungannya dengan masalah keperdataan seseorang saja, tugas itu hanya mencatat perkawinan. 2. Bagaimana tanggapan Kantor Catatan Sipil mengenai Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang mernpakan pedoman dalam peraturan perkawinan dalam menanggapi terjadinya perkawinan beda agama yang terkesan main kucing­ kucingan cliantara pasangan yang hendak menikah, karena mereka harus berpindah agama, lalu kernbali lagi hanya untuk akta perkawinan. Kami rasa dalam Undang-Undang Perkawinan ini kan, sudah jelas yang dimaksud dengan perkawinan can1puran di sini, bukan bukan perkawinan beda agama, sudah jelas disebutkan bahwa perkawinan can1puran dalarn Unclang-Undang No. I tahun 1974 itu adalah perkawinan campuran antar warga nagara, yang salah satunya adalah warga negara Indonesia. Jadi, Perkawinan Beda Agama tidak ada Undang-Undang yang mengatur tentang ha! itu. Ini dia yaa, masalah itu untuk istilah mau main akal-akalan, istilahnya, kalau dalarn peraturan kalau kita melihat, kalau mereka pura-pura pindah agama, sedangkan mereka harus tahu tujuan dari perkawinan itu kan untuk membina suatu rumah tangga, sedangkan dalam perkawinan itu sudah dijelaskan, bahwa perkawinan adalah ikatan Iahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan sebagai suami isteri dengan tujuan mcmbentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam membina rumah tangga sudah saling membohongi, bagaimana untuk membina keluarga selanjutnya., tidak akan harmonis, dan itu hak mereka, kalau Kantor Catalan Sipil ini, tidak melihat seperli itu, yang kita lihat, mereka bisa menunjukan ke kami, kalau mereka sudah menikah secara agama, non Islam, untuk di catatkan. 3. Bagaiamana panclangan Bapak tentang wali nikah menurut agama-agama selain Islam, karena dalam Islam wali merupakan syarat sah dari sebuah pernikahan, yang jika tidak acla wali maka perkawinannya menjadi tidak sah? Dalam Kantor Catalan Sipil syarat-syarat perkawinan harus mereka penuhi. Syarat perkawinan itu acla a. Perkawinan harus berdasarkan persetujuaan calon mempelai b. Untuk melangsungkan perkawinan, seseorang yangbelum bernsia 21 tahun, hams mendapatkan ij in clari orangtuanya. c. Salah satu orang tua sudah meninggal atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka ijin yang dimaksud itu dari yang dibawal1 bapak ibunya, kakalmya atau sodaranya. d. Apabila kedua orangtua telah meninggal, maka wali dari ortu itu seperti lmbungan darah seperti garis keturunan ke atas, sernasa mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendalmya menjadi wali. Kalau dalam non muslim tidak dikenal wali nikah, yang memberkati atau yang menikahkan pasangan non muslim adalah pendata atau pastur. Dalam katolik adalah pastur, sedangkan prostestan adalah pendeta. Orang tua hanya melihat atau menyaksikan. 4. Pemakah terjadi Perkawinan Beda Agama, jika memang kedua agama tersebut memungkinkan untuk ha! itu, seperti dalam agama katolik, mereka dapat melakukan ha! itu jika ada izin dari uskup untuk melaksm1akannya dengan syarat tertentu misalnya? !tu kewenangan dari gereja, dispensasi yang dimalcsud di situ adalal1 dispensasi dari Ice Uskupan, perlu diketahui negara kita mempunyai 2 lembaga perkawinan a. Kantor Urusan Agama ym1g tugasnya mencatat perkawinm1 khusus Islam. b. Kantor Catalan Sipil yang tugasnya mencatat perkawina.n non Islam Salah satu beda agama, dari Katolik, ada dispensasi dari ke lJskupan, lalu Pasturnya mau rnernberkati, itu kewenm1gan agama mereka. Kan salah satu agama ynga diakui di Indonesia adalah Katolik, otomatis dengan diakuinya agama Katolik di negara kita, segala keluaran-keluarannya kita hormati, persyaratan pertarna di Kantor Catatan Sipil inti utamanya surat pemberkataan. 5. Bagaimana proses pendaftaran smnpai keluarnya kutipan akta nikah dalarn perkawinan? Proses permohonan pernbuataan akta perkawinan di Kantor Catatan Sipil, dinegara kita a. Menunjukan surat nikah dari gereja b. Pengantar dari Lurah yang menerangkan mereka ingin membuat akta perkawinan, dan mereka belum pemah menikah, lalu c. Foto copy KTP, Kartu Keluarga di legalisir oleh Lurah, akta kelahiran surat Baptis clan foto untuk akta perkawinanya itu. Setelah persyaratan mereka terpenuhi, mereka mendaftarkan di Kantor Catatan Sipil dimana tempat mereka tinggal, setelal1 mereka mendaftar, I 0 hari kemudiam1 mereka datang untuk menandatm1gani akta perkawinan dengan dihadiri oleh 2 orang saksi, yang usianya di atas 21 tahun, setelah penandatanganan itu 5 hari kemudian akta selasai. 6. Bagaimana tanggapan bapak mengenai Perkawinan Beda Agama? Di negara kita tidak mengenal perkawinan beda agama, karena tidak diatur dalam Undang-Undang No. I Tahun 1974. Biasanya pasangan yang melkukan beda agama melakukan perkawinm1 nya di luar Indonesia. Sekembalinya dari negara luar itu dicatatkan atau dilaporkan perkawinan mereka itu lee Kantor Catalan Sipil dimana tempat mereka tinggal. Jadi kalau di luar negeri Kantor Catalan Sipil seolah-olah adalah lembaga Perkawinan. Kalan dinegara kita kan tidak, Kantor Catalan Sipil adalah Lembaga pencatat saja. 7. Menurut bapak, dampak hukum yang akan timbul dari Perkawinan Beda agama terhadap anak-anak mereka itu seperti apa? Yaaa, tinggal dari orang tua nya bagaimana cara mendidik anaknya, salah yang satu orang tuanya Islam, yang satu non muslim. Yang jelas orang analmya, pasti akan bingung. Kecuali mereka sebelum perkawinan berdua ada pe~janjiaan yang tidak mengikat. 8. Secara pribadi, menurut bapak, apa dampak lain yang akan timbul terhadap kehidupan rumah tangga mereka? Menurut saya perkawinan beda agama, kalu bisa cmilah pasruigan yang seiman, jadi jangan sampai dikemudiaan hari timbul perselisihan, yang jelas­ jelas dalam Undang-Undang No. I Tahun 1974 sudah dijelaskan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seonmg wanita untuk membentuk suatu rumah tangga yang bahagia dan kekal. Kalau dari pertamanya mereka sudah beda pendapat, saling mempertahankan prinsip­ prinsip, untuk kemudiaan hari bagaimana. Sman saya kalau bisa carilah yang seiman, jadi mudah.

1 SURAT KETERANGAN

OBSERVASI DAN WAWANCARA

engan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan ama ~'l'~ im .R£) ~ 0 L{L( LD ( )-8> )- tkultas S0£ .J,.._ ~ ~'"'-''"---' irusan ~$/~Lu.A-~~

·og. Studi r~\s-.~~°' enar-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kami atau saya

v<.DAJ ; I <; • ama s y A-t-t ~ .S:.o tbatan ~~ \)fl-J'\J..61.W t~­

/ lO /·- ari dan tanggal wawancara ~ ~'-(-'U:lO ~o ~f/\\:'.Ji._~,w~&D-ut_c empat wawancara ~ c;-::&~ erllc«..-l-M. ~· emikianlah smat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dijadikan sebagai bukti otentik ila mana diperlukan.

Jakarta,

Yang Mewawancarai Yang Diwawancarai

( Megawati) ( ) Hasil Wawancara Nama pejabat yang diwawncarai : Drs.H.Hanif Bin Kasah Jabatan : Kepala Seksi Urusan Agama Islam (Urais) dan Selaetaris BP4 Departemen Agama Tempat wawancara : Kantor Departemen Agama Jakmta Selatan Jln. Buncit Raya No. 02 Pejaten Pasar Minggu Hari Wawancara : 5 April 2007

1. Bisakah bapak mcnjelaskan apa saja tugas dan wewenang Kepala Seksi Urusan Agama Islam ym1g ada di Depmtemen Agama ini? Kepala Seksi Urusm1 Agan1a Islam hanya sebagai fasilitator dari pelayanan pernikahan di Jakarta Selatan yang perkawinan sendiri dilakukm1 oleh penghulu-penghulu di KUA di Jakarta Selatan yang ada di Kecamatan, kita hanya memfasilitasi clan sekaligus memonitoring mereka. 2. Bagaimana tangggapan bapak tentang Perkawinan Beda Agmna? Unclm1g-Undang mengatakan bahwa pernikahan harus berdasarkan hukum agamanya masing-masing. Berarti itu harus berdasm·kan agamanya pelku itu ssendiri.muslim yaitu sama-sania Islmn, clan wadahnya sudah disediakan Departemen Agama. Untuk Islam di KUA yang ada di kecmnatm1. Untuk non muslim sudah diakomodir oleh pemerintah di Kantor Catatan Sipil. 3. Menurut Bapak, bagaimana dampak clari Perkawinan Beda Agama? Dampak dari perkawinan beda agmna itu diantaranya: a. Anak menjadi bingung harus ikut agmna siapa b. Kalau terjadi perpisahan, bagiamana dengan harta gono-·gini nya ( Menurut Hukum Islam atau Hukum Positif) c. Masalah Warisan di selesaikan di Pengadilan Agarna atau Pcngadilan Negeri. Inikan dualisme penyelesaiaan masalah semacam irn, membuat ada ketidakientramaan dikalangan masyarakaL Maka itulah dampak negatif perkawinan beda agama itu. 4. Bagaimana reaksi bapak, apabila te1jadi perkawinan beda agama pada suatu pasangan clan salah satu pasangan tersebut mengajak secarn paksa pasangannya untuk mcngikuti dan pindah kc agarna yang clianutnya? Kalau sudah menikah masuk agmna yang lainnya tidak ada masalah. !tu kewenangan pasangan itu sendiri. !tu bukan kewenangan kami. Yang dipermasalahkan adalah kegiataan atau himbauaan kita, supaya pernikahan dilakukan satu agama. Selain itu tidak bisa memaksaka.n agama, kan ada aturannya tidak bisa memaksakan agama kepada umat yang suclah beragm1ia. Kalau himbauaan boleh-boleh saja, tapi tidak boleh memaksakan. 5. Tolong bapak jelaskm1 tentang sebuah Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestariaan Perkawinan ( BP4) serta tugas clan wewenangnnya? BP4 itu adalah organisasi resmi yang kcbcradaannya diakui resmi oleh Departemen Agama. Tugasnya adalah memberikan bimbingan clan bantuaan kepada masyarakat, dalam arti melestarikan perkawinan itu, mempertinggi nilai itulah peran pokok BP4 itu. Sasarannya bagi calon pengantin maka kegiataannya itu kepada pelayanan Kursus Calon Pengantin. Itu bisa dilaksm1akan perkelompok atau beberapa pasang. Diberikmi bimbingmi, bisa dilakukan face to face, pasang demi pasang, dinasihati diberikan informasi tentang Kernmah Tmiggami, tentmig Hukum Perkawinm1, Hukwn Munakahat, Kewajiban Dmi Hak Suami Isteri. Itu dismnpaikan dalmn bentuk penasihatm1 perorangan. Juga di selenggarakan di Jakarta Selatan. Bimbingan dan penasihatan itu secara berkelompok I bulan 2 kali di semua kecamatan. Itu klrnsus calon pengantin, diselenggarakmi oleh BP4 dmi KUA kecmiiatmi. Dmi kami, Urusan Agama Islmn (Urais) memantau itu.. kadmig menjadi narasumber dalmn kegiatami tersebut. Bisa saja memberikan rnateri tentang Hukum Munakahat, Keluarga Bahagia Dan Sejahtera, juga bisa memberikan inlormasi tentang Undang-Undm1g Perkawinan. Tetapi bagi pasangm1 yang sudah melakukan perkawinan, kmni memberikan bimbingan dan informasi bagaimana supaya mempertahm1kan kelestariam1 rnmah tm1gga itu, yang berbentuk pendidikan dakwah, penerangan-penerm1gm1. Kita juga melakukan kegiatami pada moment-moment tertentu misalnya pada Hm·i Ulang Tahtm Jakarta, Hari !bu, kita memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada Ibu-Ibu PKK, Majelis Talim. Itu tugas BP4 juga. Kemudiaan bagi pasangmi-pasm1gm1 yang sedang mengalmni krisis rnmah tangga, BP4 itu menjadi konsultan bagi orang yang bem1asalah. BP4 memberikm1 bimbingm1 ke1iasihatm1 bagi orang yang scdang !crisis rumah tangga, supaya jmigan te1jadi perceraiaan, namun apabila juga te1jadi perceraiaan, kita sudah dakwahkan dampak perceraiaan itu sendiri. Dampaknya bagaimana terhadap pendidikan dan masa depan m1ak, itu sudal1 diberikan kepada pasm1gm1 itu sebelwn pasangmi itu berperkara di Pengadilan. Di tingkat kota BP4 menangani krisis rnmah tm1gga, ditingkat kecamatan tidak. BP4 di kecmi1atan berperan hanya memberikan penasihatmi bagi calon mempelai saja. 6. Alasan apakah yang diusung dari pihak sumni/ isteri sehingga ia bisa keluar/ pindah agama? Kami belum punya data tentang masalah itu, karena biasa nya perselisihan yang te1jadi bukm1 disebabkan karena ha! itu. Biasany disebabkan karena faktor ekonomi, akhlak, atu pihak ketiga. Kalo ptm ada mungkin hmiya sekitar satu atau dua pasangan. 7. Mcngcnai ha! ini adakah pasangan yang dapat didamaikan clan pasangan yang tidak dapat didamaikan di BP4 ini? 40%-50% yang dapat didamaikan, yang tidak dapat didamaikan itu berarti 60%. 60% itu bukan berarti tidak damai atau cerai. Mungkin mereka masih bcrfikir-fikir bisa damai, bisa juga tidak. Mungkin ada faktor lain, ya udah kita minta untuk di diamkm1

7 tahun tidak kembali-kembali lagi. Ada yang sudah damai, ada yang ke Pengadilan, tapi dalam sekian lama pasangan itu kembali, beararti dari jarak tidak kembali itu mereka rukun. SURAT KETERANGAN

OBSERVASI DAN WAWANCARA

)engan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan

-Tama Wl_Q!\_

-Tim .20W. 44\. 01. 181

1akultas :;ya1 ( o. ~ 'D \-\.""'\;::_'Lll~"' urusan ~A<;

'rog. Studi '?t""'Jl~\;i

-Jama VM.. \-\. \-\an~ \9:V\ \~"a\1. fabatan \4~ ~~i.:«\ 'llf'llS?..V\. 4~2\'(Y\'O\ t;:l?\.\•Y\.

:fari dan tanggal wawancara ~.qm\S, O'? A~r\L ;)007 fempat wawancara l/'-"'V\\bo \}?. /~?t\:YI:\ \Ql\7' ~;,>.\:::- ~eL )emikianlah surat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dijadikan sebagai bukti otentik

Jila rnana diperlukan.

Jakarta,

Yang Mewawancarai

( Megawati) ( \:\,, \-\.\-\an.~(- B1"' \:'.'?(A\\l '