STATUS PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM KA.HAN UNDANG-UNDANG NO. 1 T AHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Kasus l(eluarga Jamal Mirdad)
Oleh
MEGAWATI NIM : 203044101787
KONSETRASI PERADILAN AGAMA PROD I AL-AKHWAL ASY-SY AKHSIYY AH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM UIN SYARIF JUDA YATULLAH JAKARTA 1427 HI 2007 M STATUS PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM KAJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR I TAHUN 1974 TENTANG PEllKAWINAN (Studi Kasus Keluarga Jamal Mirdad)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Unruk memenuhi salah satu syarat mencapai
Gelar Sa~jana I-Iukum Islam
Oleh:
MEGAWATI NIM: 203044101787
Di bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Muha nmad Amin Suma, SH, MA, MM. NIP: 150 210 422
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PRODIAL-AKHWAL ASY-SYAKHSIYY AH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA 1428 HI 2007 M Skripsi yang be1judul " Status Perkawinan Beda Agama dalam lrnjiaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Pcrflrnwinan ( Studi Kasus Keluarga Jamal Mirdad)" telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Juni 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar saijana Hukum Islam Pro grain Strata 1 (S 1) pada jurusan Al-Akhwal Al Asysyakhsiyyah.
Jakarta, 12 Juni 2007 Mengesahkan, Dekan.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM NIP. 150 210 422
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA NIP. 130 789 745
Sekretaris :Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag NIP. 150 269 678
Pembimbing : Prof.Dr.H.M.Amin Suma, SH. MA. MM NIP. 150 210 422
Penguji I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA NIP. 130 789 745
Penguji II : Dra. Maskufa, M.Ag NIP. 150 268 590 KATA PENGANTAR
Segala Pt\ia teriring Pl!ii syukur penulispaf\jatkan ke hadirat Allah 'Azza wa Jalla, dengan karunia dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: "STATUS PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM KA.HAAN
UNDANG-UNI>ANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERK.A WINAN
(Studi Kasus Keluarga Lidya Kandao )" dan dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada seorang reformis sejati; pemabwa risalah suci yakni Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa umat manusia keluar dari kubangan lumpur jahiliyah ment\iu jalan yang ditidahai oleh
Allah swt.
Skripsi ini diajukan kcpada Fakultas Syariah dan Hukum UJN syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesa~janaan SI (Strata I).
Dalam proses pcnyusunan skripsi ini, penulis, mendapa!kan banyak bantuaan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, patutlah dengan tutus penulis mengucapkan terima kasih kcpada:
I. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarata juga sebagai
pembimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk pengembangan pemikiran pcnulis dan senantiasa memberikan arahan dan nasehat demi terselesaikannya skripsi ini
dengan baik.
2. Bapak Drs. I-I. A. Basiq Djalil,S.H., MA. Ketua Jurusan Ahwal Syakhshiyyah
beserta staffnya yang telah membantu penulis selama mellialani kuliah dan
ketika penyusunan skripsi ini.
3. Kepada para dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman kepada penulis dengan penuh kesungguhan serta penuh kesabarnn.
4. Para Pimpinan beserta staff Perpustakaan yang telah berkenan meminjamkan
buku-buku clan literatur lainnya yang clibutuhkan penulis, yaitu Perpustakaan
Utama UIN Syarif l-Iiclayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Syariah clan
l-Iukum, Perpustakaan Umum Islam Iman Jama', dan Perpustakaan Nasional.
5. Orang tua tercinta Ayahancla Mujiyana, S.I-I., clan Ibuncla Titik Lestari yang
telah mencurahkan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menikmati dan
mengenyam penclidikan clari kecil hingga sekarang, Skripsi ini
clipersembahkan sebagai bukti ketulusan clan bakti penulis.
6. Aclikku satu-satunya, Lusiana yang hitam tapi manis, sclalu penulis ingat,
walaupun kadang-kadang mcngesalkan.
7. Sahabat karib M. Lutfi, yang selalu menyemangati penulis tmtuk segern
menyelesaikan skripsi ini, clikala sedih dan senang, semoga kebaikannya di balas
Allah SWT. Amien.
8. Kakal( Sulaeman, yang membantu clalan1 mencari solusi dalan1 kebingungan
penulis dalam menyelesaikan skripsinya. Good Luck ya Ka. 9. Teman-teman di Peradilan Agama angkatan 2003, kalian semua tak kan pemah ku
lupa .. Semangat yaa.
Akhirnya kepada Allah swt jualah penulis serahkru1 segalanya sei1a PaI\iatkan doa semoga runal kebajikru1 mereka diterima di sisi-Nya, se11a diberikan pahala yang berlipat ganda sesuai dengan amal perbuatrumya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat be1manfaat bagi penulis Idmsusnya, serta bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, 7 Mei 2007
Penulis DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......
DAFTAR ISL ...... 1v
BABI PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang Masalah ......
B. ldentifikasi Masalah ...... 10
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... :...... I I
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... l I
E. Metode Penclitian...... I2
F. Sistematika Penulisan...... 14
BAB Jll RIW A YAT HID UP KELUARGA BESAR
A. Keluarga Jamal Mirdad ...... I 6
B. Keiuarga Lidya Kandao ...... I 8
C. Sejarah perkawinan Jamal Mirdad ...... 20
BAH III TINJAUAAN UMUM TENTANG PERKAWINAN
A.Pengertian Pcrl 13. Syarat-Syarat dan Rukun Perkawinan ...... 29 C.Tujuan mensyariatkan Perkawinan...... 46 D.Hikmah disyariatkan Perkawinan...... 53 BAB IV STATUS PERKAWIN AN BEDA AG AMA DALAM KA.JIAAN UNDANG-UNDANG NO. 1TAHUN1974 TENTANGPERKAWINAN A. Pengertian Status Perkawinan Beda Agama Menurut UU Perkawinan No. I Tahun 1974 ...... 59 B. Status Perkawinan Beda Agama sebelum UU Perkawinan No. I Tahun 1974...... 64 C. Status Perkawinan beda Agama sesudah UU Perkawinan No. I Tahun 1974 ...... 66 D. Akibat Perkawinan beda Agama keluarga Jamal Mirdad ...... 69 BABV PENUTUP A. Kesimpulan ...... 77 B. Saran-saran ...... 78 BABI PENDAHULUAN A. Latar Bclakang Masalah Seiring perubahan budaya sekarang dan perilaku dewasa ini, pergaulaan manusia tidak lagi dapat dibatasi hanya dalam suatu lingkungan masyarakat yang kecil dan sempit seperti golongan, suku, ras nya saja, tetapi hubungan manusia telah berkernbang dengan begitu pesatnya satu dengm1 yang lainnya schingga menebus dinding-dinding batas golongan, suku, ras, dan agmnanya sendiri. Bagi mmmsia sekarang ini, dunia tidak lagi hanya "selebaran daun kelor" tetapi sudah meluas me1tjadi seluas bola dunia itu sendiri. Dalarn kondisi pergaulaan seperti ini, maka te~jadinya perkawinan beda suku, beda ras, beda golongan, dan beda agama, bukanlah sesuatu yang mustahil untuk terjadi. Perkawinan yang te~jadi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang masing-masing berbeda agamanya di Indonesia sudah sering terjadi, terutama sekali pada masyarakat perkotaan yang heterogen. Dan ter~1yata, perkawinan serupa itu scjak dahulu sampai sekarang selalu Ith!nimbulkan persoalaan baik di bidang sosial, maupun bidang hukum. Di bidang hukum, perkawinan beda agama telah menimbulkan persoalaan persoalaan hukurn beda agama, yang dalam ilrnu hukum dikelompokan kedalarn cabang ihnu hukum antar golongan yang menurut Wi1:jono Projodikoro, mernpunyai tujuan untuk rnemecahkan persoalaan bentrokan antara berbagai hukum dengan tiada 2 perbatasan. 1 Dengan kata lain dapatlah kita katakan bahwa perkawinan beda agama itu mengandung juga persoalan hukum antar golongan yang perlu dicarikan pemecahannya. Un!uk mengetahui bagaimana pemecahan persoalan perkawinan beda agama di Indonesia haruslah di cari peraturan-peraturan tertentu dalan1 hnkum antar golongan baik di dalam Unclang-Undang maupun clalam hukum tak te1tulis. 2 Hazairin cla!am bukunya "Tinjauan Mengenai Undang-Undang Nernor I tahun 1974" rnenarnakan Unclang-Undang ini, sebagai suatu unifikasi yang unik clengan rnenghorrnati secara penuh adanya variasi berclasarkan agarna dan kepercayaan yang berketuhanan Yang Maha Esa." 3 Lagipula unifikasi tersebut bertujuan hendak melengkapi segala apa yang di atur hukurnnya clalarn agama/kepercayaan, karena clalam hal tersebut, negara berhak mengaturnya sencliri sesnai clengan perkembangan rnasyarakat clan ttmtunan zanian. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahnn 1974 pasal 1 clijelaskan bahwa : " Perkawinan aclalah ikatan lahir batin antara seorang pria clengan seorang wanita sebagai suarni isteri clengan tujuan membentuk keluarga (nunah tangga) yang bahagia clan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Ea."4 Tujuan pcrkawinan yang tcrdapat clalam pasal I UU l'crkawinan memperliha!kan bahwa pcrkawinan mcrupakan media untuk mcncapai kcbahagian clan kekal. 13ahagia dan kekal di jadikan sebagai tujuan perkawinan disebabkan adanya pandangan umat Islam 1 R. Wiljono Projodikoro, Hukum Antar Golongan di Indonesia. (Jakarta: Sunrnr Bandung, 1981), Ccl. Kc-7, h. 93. 2 ' Ibid, h. 92 3 K. Wanjik Saleh, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1976), cet. Ke-4, h. 5-6 4 R. Subekti dan Tjitroudibyo, Kitab Undang-Undang hukum perdata, (Jakarta: Pramadya Paramita, 1996), cet. Ke- 28, h. 537 4 golongan dalam masyarakat kita. Di samping itu ia juga sekaligus telah meletakkan asas- asas hukum perkawinan nasional. 6 Undang-Undang perkawinan 1974, telah meletakkan "asas-asas hukum perkawinan nasional". Antara lain yang paling pokok I. Tujuan perkawinan adalah membent11k keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Perkawinan yang merupakan ikatan lahir batin, harus berdasarkan perset1'iuan kedua belah pihak yang akan melangsungkan perkawinan, tidak boleh paksaan dari pihak manapun. 3. Untuk sah nya perkawinan harus di lakukan menurut hukum agama nya dan kepercayaan itu, sesuai clengan undang-undang dasar. 4. Terhadap peristiwa perkawinan harus dilakukan pencatatan berdasarkan peraturan yang acla. 5. Kedudukan suami istri adalah seimbang dalarn kehidupan rum ah tangga dan pergaulaan hiclup bersama dalarn rnasyarakat, masing-masing pihak berhak melakukan perbuataan hukum, dengan pembagiaan tugas, suami sebagai kapala rumah tangga dan isteri sebagai ibu rurnah tangga. 6. Seorang pria hanya boleh rnempunyai seorang isteri, begitu juga seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suarni. 6 As1nin, Status Perkai,vinan Antar Aga1na di Tinjau dari Ul! Perkawinan No 1 1'ahun 1974, (Jakarta : PT Dian Rakyat, 1986), Cet. Ke- I, h.16. 7 K. Wantjik Saleh, Op.Cit., Cet. Ke-4, h.5-6 5 7. Berdasarkan alasan dan syarat-syarat tertentu serta dengan ijin pengadilan, scorang pria barn boleh beristcri lebih dari seorang. 8. lJntuk melangsungkan perkawinan di tentukan batas umur serendah- rendah nya; pria harus sudah mencapai umur 19 tahun. Dan wanita harus sudah mencapai mnur 16 tahun. Dan ijin orang tua masih di perlukan sampai yang akan kawin itu mencapai umur 21 tahun. 9. Dalam hubungan dan keadaan tertentu (lrnb.darah, semenda, susuan, agama atau peratuan, telah bercerai kedua kali, belum habis, waktu masa tunggu) orang dilarang melangsungkan perkawinan. I 0. Dalam hubungan tertentu suatu perkawinan dapat dicegah dan dibatalkan. 11. Perceraiaan hanya dapat dilakukan setelah nyata ada alasan tertentu dengan suatu ijin/putusan pengadilan. 12. Walaupun telah tejadi perceraian masih ada kewajiban dan tanggtmg jawab orang tua terhadap anak. 13. Sebelum atau pada waktu di!angsungkan perkawinan kedua belah pihak yang akan kawin dapat mengadakan suatu perjanjiaan. 14. Semua harta benda yang di peroleh selama perkawinan menjadi harta bersama suami isteri yang penggunaanya harus ada pesetujuaan salah satu pihak, sedangkan harla benda yang di bawa oleh suami itu di kuasai masing- masing, kecuali kalau di tentukan lain dalam perjanjian. 15. Seorang warga negara Indonesia dapat melakukan perkawinan dengan warga negara asmg. 6 16. Perkawinan dapat juga di langsungkan diluar Indonesia. 17. Seorang dapat di anggap anak yang sah apabila di lahirkan karena perkawinan yang sah, sedangkan anak yang di lahirkan di luar perkawinan di anggap hanya mempunyai hubungan hukum perdata dengan ibunya. 18. Dalam hubungan dengan pengadilan, yang melakukan peradilan adalah pengadilan dalam lingkungan peradilan agama bagi yang beragama islam dan dalam lingkungan peradilan umum bagi yang lainnya. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, maka sernua peundang- undangan tentang perkawinan yang ada sebelum tahun 1974 dinyatakan tidak belaku sejauh telah di atur materinya dalarn undang- undang tersebut. Hal ini telah di tegaskan dalam pasal 66 yang berbunyi "untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan atas undang- undang ini, maka dengan berlakunya undang undang ini, ketentuaan- ketentuaaan yang di atur dalarn kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetbook), Ordonasi Perkawinan Indonesia K1isten (Huwalijk Ordonantie Christen Indonesier, S. 1933 No. 74), peraturan perkawinan campuran ( Rege/ing Op De Gemengde Huwelijken, S. 1898 No. 158), clan peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah di atur oleh undang-undang ini, clinyatakan tidak berlaku, oleh K. Wantjik Saleh clalam buku Hazairin "Tinjauan Mengenai Undang-Undang Nornor 1 Tahun 1974" rnenamakan Unclang-Unclang ini, sebagai "suatu unifikasi yang unik dengan mnghonnati secara penuh aclanya variasi 7 berclasarkan agama clan kepercayaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa." 8 Pernyataan yang sangat tepat ini cliiringi pula clengan menjalinkan kalimat: "Lagi pula unifikasi tersebut bertujuaan henclak melengkapi segala apa yang di atur hukum nya clalam agarna atau kepercayaan, karena clalarn ha! tersebut, negara berhak mengaturnya sencliri sesuai clengan perkembangan masyarakat clan tuntunan zarnan". Dalam Unclang-Unclang No .1 Tahun 1974 pasal I di jelaskan bahwa: "Perkawinan aclalah ikatan lahir batin antara seorang pria clengan seorang wanita sebagai suami-isteri clengan tujuan membentuk keluarga (rurnah tangga) yang bahagia clan kekal berclasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa''. 9 Tujuan perkawinan yang terclapat clalam pasal 1 UU perkawinan memper!ihatkan bahwa perkawinan merupakan media untuk mencapai kebahagian clan kekal. Bahagia clan kekal di 10 jaclikan sebagai tujuan perkawinan di sebabkan masyarakat islarn yang "sektarian" • Oleh karena itu, clari suclut panclangan umat Islam, sebab "kekal" clijaclikan sebagai tujuan perkawinan karena mayoritas umat Islam Indonesia aclalah pengikut aliran Sunni clan UU Perkawinan, secara ticlak langsung, merupakan penolakan terhaclap pcmberlakuan nikah mu'tah. Perkawinan bccla agama juga rnempengaruhi sahnya suatu perkawinan yang di clasarkan pacla kepercayaan agama-agarna nya. Mengenai salmya suatu perkawinan 8 ibid, 11. 3 9 R. Subekti dan Tjitrosudibyo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakai1a: Pramadya Paramita, I 996), Cet. Ke - 28, h. 537. 0 ' Jaih Mubarak, Moderinisaasi Hukum Perkmvinan Di Indonesia, (Banduug : Pustaka Bani Quraisy, 2005), Cct. Ke-I, h.62. 8 di atur dalam pasal 2 ayat I : Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya clan kepercayaannya itu. Dijelaskan lagi bahwa yang di maksuclkan clengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, termasuk ketentuaan perunclang-unclangan yang berlaku bagi golongan agamanya clan kepercayannya itu sep Seperti yang cliterangkan di atas Unclang-Unclang No I Tahun 1974 merupakan unifikatif hukum perkawinan bagi segala penclucluk atau waTga negara Indonesia. Kalau begitu tujuaan unclang-unclang ini mengharuskan konflik hukum becla agama. Yang acla menurut hemat kita adalah pilihan agama dan kepercayaan. Artinya j ika te1:jadi perkawinan antara dua cal on suami isteri yang berlainaan agama clan kepercayaan harus terlebih clahulu keclua belah pihak yang akan mengikat perkawinan memilih agama clan kepercayaan yang akan mereka peluk. Tanpa menentukan sikap alas agama clan kepercayaannya terlebih clulu. sesuai clengan ketentuaan pasal 2 ayat I ticlak mungkin clapat clilakukan perkawinan. Sebab ticlak mungkin sekaligus di pergunakan clua ketentuaan hukum agama clan kepercayaan, karena bagaimanapun sifat universalnya aturan agama-agama antar yang satu clengan yang lain, suclah clapat di perkirakaan terclapat perbeclaan-perbeclaan kaiclah hukum yang mengatur tata cara, persyarataan, clan rukun-rukun yang melanclasi upacara 9 ibadah keagamaan dan kepercayaannya mau tidak mau mereka harus menentukan pilihan salah satu agan1a dan berlainan agama yang mereka anut. Di jelaskan lagi bahwa yang dimaksudkan dengan lmkum masing- masing agama dan kepercayaannya itu, termasuk ketentuaan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agarnanya dan kepercayaanya itu sepanjang tidak bertentangan atau tidak di tentukan lain dalarn Undang-Undang ini. Berarti sikap perkawinan yang dilakukan bertentangan dengan ketentuaan hukurn agama dengan sendirinya rnenurut hukurn perkawinan belum sah clan tidak mempunyai akibat hulcum sebagai ikatan perkawinan. Pasal 2 Undang-Undang perkawinan ini terang rnenunjuk paling pertama kepada hukum masing-masing agamanya clan kepercayaanya bagi masing-masing pemeluknya. Oleh. Hazairin, dalam buku Moh. Idris Waluyo di tegaskan bahwa bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk kawin dengan rneianggar hukum agama nya sen clm..· II Latar belakang sosial pasal 2 UU Perkawinan adalah bahwa keagaman agama yaiig di anul oleh bangsa indoncsia. Dari segi bentuk undang-undang, UlJ Perkawinan adalah kodiikasi bukan unifikasi. Oleh karena itu,ia memberikan ruang bagi berlakunya hukum perkawinan agama-agamanya yang hidup clan berkembang di Indonesia. 11 Moh.Idris Waluyo, llukzun Perkawinan lslatn, Suatu Analisis Dari Undang- Undang No 1 Tahun 197~ Dan Kampilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), Cet. Ke -5 , h. 194. 11 Indonesia merupakan negara hukum, untuk itu segalanya di atur oleh unclang undang, salah satunya adalah perkawinan. Berdasarkan uraian di atas, penulis mcrnbahas rnasalah yang bcrkaitaan dcngan perkawinan beda. Untuk itu penulis memilih judul "STATUS PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM KAJIAAN UNHANG-UNHANG NO. 1 TAHlJN 1974 TENTANG PERKA WINAN ( Studi Kasus Kcluarga Jamal Mirdad )." A. Pcmbatasan Dan Pcrumusan Masalah Melihat luasnya pennasalahan tentang status perkawinan beda agama di Indonesia, maka untuk itu penulis hanya membatasi pada masalah status perkawinan beda agama dalam kajiaan Undang-Undang No.I Tahun 1974 saja. Dari pembatasan masalah tersebut maka penulis perlu membuat perumusan masalah agar pembahasannya lebih terarah, sebagai berikut: I. Bagaimana status perkawinan beda agama dalam kajiaan UU No I Tahun 1974 Tentang Perkawinan? 2. Apa akibat perkawinan beda agama seperti yang terjadi dalam kasus keluarga Jamal Mirdad? B. Tujuan Dan Manfaat Pcnclitian Tejuan dari pcnclitian : 1. Untuk mengetahui apa status perkawinan beda agama dalam kajiaan Undang Undang No. 1 Tahun 1974. 12 2. Untuk mengetahui akibat dari perkawinan beda agama dalam ha! ini keluarga Jamal Mirdad Manfaat dari penelitian Manfaat dari penelitian ini, penulis mengartikan bahwa sebuah perkawinan dapat dikatakan sab atau tidaknya dasarnya adalab bukum agama dan bukan bukum negara sehinggga di barapkan tidak ada perkawinan yang dilakukan diluar bukum masimg-masing agama dan kepercayaan yang di akui di Indonesia, sebagaimana telah dikemukan pada pasal 2 ayat I Undang-Undang Perkawinan, " Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya". Dan mengetahui akibat-akibat dari perkawinan beda agama dalam kasns keluarga Jamal Mirdad. C. Mctodc Penelitian Sebagai sebuab karya ilmiah, jenis penelitiaan ini mernpakan penelitiaan deskriptif, yaitu penelitiaan ini merupakan penlitiaan deskriptif, yaitu penelitiaan yang menggambarkan data dan informasi dilapangan berdasarkan fakta yang diperoleh secara mendalam. Unt11k mendapatkan data-data tersebut maka metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah studi kasus, yakni penelitiaan ;ang menghasilkan uraiaan dan penjelasaan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau situasi sosial. Dengan kata lain, studi kasus merupakan telaah atas seseorang, kelompok atau suatu 13 lembaga secara cem1at clan intensif climana peneliti berupaya menelaah sebanyak data mungkin mengenai objek yang cliteliti. 1 Sebagai suatu metode kualitatif, stucli kasus dalam ha! ini bertujuaan menyajikan pandangan objek yang cliteliti. Bahan clan data penelitiaan ini cliperoleh dari penelitiaan lapangan (field research) yang dimaksudkan untuk memperoleh data, dimana peneliti terjun langsung ke lapangan. Oleh karena itu, data lapangan merupakan data primer, yaitu data utama yang akan clianalisa. Sedangakan data sekunder clalam penelitiaan ini adalal1 dokumen atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan pokok bahasan karya tulis ini, yang juga didapatkan dari penelitiaan kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data dalam penelitiaan lapangan ini adalah wawncAra mendalam yakni suatu bentuk komunikasi verbal untuk memperoleh informasi data yang valid clan akurat dari pihak-pihak yang dijadikan sebagai informan, dimana situasi wawancara lebih mirip situasi percakapan yang ditandai deangn spontanitas tetapi tetap tidak melenceng dari apa yang ingin dicapai dalam penelitiaan ini. Adapun teknik penulisan ini berpedoman pada buku "pedoman penulisan skripsi, Fakultas Syari'ah clan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta 2005", dengan beberapa pengucualiaan: a) Penulisan ayat Al-Qur'an tidak menggunakan catatan kaki, clan sebagai sumber rujukan penulis menggunakan AL-Qur'an clan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI tahun 1998. 1 Dedi Mulyana, Metodologi Pene/itiaan kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. I 87 14 b) Dalam kepustakaan, Al-Qur'an al-Karim ditulis pada urntan pertama sebehm1 sumber-sumber lainnya, urntan selanjutnyna ditulis secarn alfabetis. c) Kuti pan yang berasal dari buku ejaan lama ditulis dengan ejaan yang disempurnkan kecuali nama pengarang dan pene1jemahnya. d) Te1jemahan Al-Qur'an dan Hadits diketik saru spasi walaupun kurang dari enam baris dan diketik dengan huruf miring (Italic). D. Sisternatika Pcnulisan Agar karya ilmiah ini tersusun secara sistematika, penulis menjabarkan nya dalam 4 bab, setiap bab terdiri clari sub-sub bab yaitu: BAB! Mengemukakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan clan perumusan masalah, tujuan clan manfaat penelitian, metocle penelitian dan sistematika penulis[m. BAB II : Berisi tentang riwayat hidup keluarga Jamal Mirdad dan keluarga Lidya Kandao, scjarah perkawinan Jamal Mirclacl dan Lidya Kandao. BAB III Berisi tinjauaan umum tentang perkawinan syarat-syarat dan rukun perkawinan, tqjuan mensyariatkan perkawinan, hikmah disyariatkan perkawinan. BAB IV Memuat pengertian perkawinan beda agama dalam k<1jiaan unclang unclang perkawinan no. I tahun 1974, dan perkawinan beda agama sebelum dan sesuclah unclang- w1dang no I tahun 1974, juga unclang unclang no I tahun 1974 ticlak mengatur perkawinan beda agama, serta 15 akibat hukum dari perkawinan beda agama contoh dari keluarga Jamal Mirdad. BABY Merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang menyajikan kesimpulan tcntang pembahasan yang tclah dilakukan serta saran- saran. BAB II RIWAYAT HIDUP KELUARGA BESAR A. Kcluarga Jamal Mirdad Jamal Mirdad adalah seorang aktor/penyanyi pada jaman tahun 1980-an- 1990-an. Jamal mirdad lahir di Kudus, Jawa Tengah pada tahun 1960. Jamal sendiri lahir dari keluarga yang bcragama lslam.Beliau masih ada keturunan Jawa- Arab. 1 Jamal merupakan anak yang dilahirkan dari keluarga yang mempunyai agama yang cukup kuat, sampai akhirnya beliau bertemu dengan pttjaan hatinya yang sekarang menjadi istrinya Lydia Kandao. Dari perkawinan Jamal Mirdad clan Lydia Kandao, lahir empat anak. Mereka adalah Hanna Natasya Mirdad, berusia 21 tahun, Kenangkana Mirdad, berusia 20 talllm, Naysilla Mirdad, berusia 19 tahun, dan Nathanagaja Mirdad, berusia 13 tahun.2 Hanna (Nana) Natasya dan Naysila telah mengikuti jejak karier orang tuanya. Keduanya bennain dalam sinetron produksi Sinem Art yang ditayangkan stasiun tclcvisi RCTI berjudul Liontin 2. Tema lagu: Menu11ggumu digarap Ariel Pete1pan dari album Senyawa yang cerita dan skenarionya digarap Poetri Pranarka dan Alexis Lcirissa. Film televisi ini disutradarai oleh Noto l3agaskoro.3 Pernikahan mereka pun banyak menghalami banyak kontroversi, selain tentu saja dari para tokoh dan Ulama, dari keluarga sangat menentang perkawinan 1 Jania! Mirdad, Pclaku nikah Bcda Agama. H'awancara Pribadi, .Jakarta, JO April 2007 2 ibi Islam yang cukup kuat, seperti yang telah dikemukan diatasJadi keluarga Jamal sendiri tidak mudah untuk menerima begitu saja pada awalnya, selain karcna agama yang berbeda dari pihak Jamal dan Lydia sendiri, keegoisaan mereka dalam memepertahankan agamanya. Walaupun kekeuataan cinta mereka dapat dibuktikan dahn pcrnikahan mercka yang telah menginjak 20 tahun. Dari segi karier, Jamal Mirdad lebih dikenal sebagai penyanyi ketimbang pcmain film. Padahal ia juga pernah berpcran di beberapa film. Pertama kali ia bermain film lahun 1985 be~judul Pantang Mundur (Ganesha II). Namun suami artis cantik Lydia kandao ini lebih mengutamakan dunia tarik suara, pada tahun 1995, ia pernah mengatakan "Sulit bagi saya pisah dari dunia musik." Jamal berkecimpung dalam dunia tarik suara sejak awal tahun I 980an. · Menggebrak dengan singlcnya Hati Selembut Sa/ju. Sebagai penyanyi pop manis (sweet), Jamal bertahan hingga 1986. Kemudian ia membawakan lagu-lagu jenaka, antara lain berjudul Jami/ah yangjuga sukses, Siti Julaiha dan Baru Lima Men it. Pada tahun 1992 Jamal mendirikan perusahaan PT. Citra Wiwitan Film, dan tampil scbagai pcmain dalam film produksinya Ramadhan dan Ramona dengan lawan main istrinya sendiri Lydia Kandou. Film tersebut meraih Citra pada FF! 1992 scbagai Film Tcrbaik, Sutradara Terbaik Chaerul Umam, juga untuk dua pemeran utamanya; Jamal dan Lydia. Namun setelah itu Jamal kembali kc jalur musik. Baru bcrmain barcng Lydia lagi dalam serial sinctron Cinta di 18 Awai 30 (1998).4 Saat ini Jamal turut terjun dalam dunia politik dengan membuat partai bernama Partai Nusa Bangsa. B. Kcluarga Lydia Kaudao Lydia Kandao adalah aktris senior yang namanya tidak asing lagi di mata dan telinga pcngcmarnya, tidak kurang sudah 25 tahun ia hadir menyemarakan dunia perfilman Indonesia. Lydia kandao yang bernama Iengkap Lydia Ruth Elizabeth Kandao lahir di Jakarta, 21 Februari pada tahun 1963, mempunyai hubungan darah Manado-Belanda, beragama Kristen.5 Lydia juga dilahirkan dari keluarga yang cukup kuat dalam menjalani kehidupan rohaniaannya. Kehidupan yang dijalaninya terbilang tidak mulus. Sejak kecil sering sakit-sakitan, tidak boleh terlalu gembira, tidak boleh kaget dan terlalu sedih. Akibalnya, ia selalu dipisahkan oleh ibunya dari kakak-kakaknya dan dilarang bermain dengan saudara-saudara dan tcman-tcmannya. Awalnya, ia scdih dan tak mengerti mengapa ibunya bersikap demikian . . Akhirnya dia memahami bahwa apa yang dilakukan ibunya adalah untuk kebaikannya semata.Akibat terlalu banyak menyendiri, ia tumbuh menjadi gadis pcmalu dan tampil sederhana dalam bersikap maupun penampilan. Tawaran menjadi model menjadi terhambat karena sifat yang pemalu tadi. Kariernya bisa diraih setapak demi setapak terlalui alas usaha orang-orang yang sabar membinanya. 1 • \Vikipcdia Indonesia, Loe.Cit 5 Jainal Mirdad, Pclaku nikah Heda Agan1a. lVawancara Pribadi, Jakarta l 0 April 2007 19 lbunya selalu mendukung dan memberikan motivasi kepadanya. Sejak SMP, Lydia sudah mengenal kebiasaan merokok. Selain, suka makan. Untuk menjaga kondisi tubuhnya, ia melakukan kegiatan senam dan berenang. Memasak adalah kegemarannya. Bermula sebagai model iklan Sakura Film, ia kemudian bertemu Imam Tantowi dan diajak mendukung film arahanHas Manan, Wanita Segala Zaman, produksiRapi Film. Lewat film ini namanya melejit di saat usianya belum genap 17 tahun. Permainan aktingnya yang biasa-biasa saja dinilai produser untuk mengontraknya agar bcrmain film. Lydia Kandou kemudian bermain dalam film Melodi Cinta, Bunga-Bunga SMA, Mahkotaku Hilang, Seindah Rembu/an. Ia pu11 akhirnya bisa menandatangani lrnntrak untuk empat sampai tujuh film sekaligus.6 Pada awal 1980, Gape Samtami dari Rapi Film memberinya peran dalam film Aladin dan Lampu Wasiat (Aladin and His Magic Lamp) yang terkenal itu. Dalam film tersebut, ia bermain bersamaRano Karno. Raam Punjabi dari Parkit Film memberi peran di berbagai film, antara lain; 5 Cewe .Jagoan (Five Deadly Angels) dan Perawan Rimba (Jungle Virgin Force). Film-film yang dilakonkan mampu mcnempatkannya menjadi mtis terkenal di Indonesia untuk beberapa 1nasa. 7 Sibuk dengan keluarga dan seiring redupnya perfilman Indonesia, Lydia lama tidak terdengar kabarnya dalam dunia seni peran. Baru pada awal tahun 1990-an, ketika era serial komedi di layar kaca datang, Lidya kembali produktif tampil di layar kaca lcwat sinetron Gara-gara yang tercatat sebagai serial komedi l> Wikipcdia Indonesia, "Ensiklopcdia bcbas bcrbahasa Indonesia", artikcl diaks~s tanggal 13 Juni 2007 dari bJ1p://id.\vikircdia.org/\\'iki/Lvdia Kandao 7 Ibid 20 terpanjang (5 tahun penanyangannya diRCTI) di mana ia bermain dalam 250 episode. Kesuksesan serial ini kemudian diangkat ke layar lebar. Lydia Kandou merupakan pengagum Sophia Loren, Christine Hakim, Rano Karno, dan Michael Jackson. Suka membaca novel karya Barbara Cartland. Sclain scbagai arlis film, ia juga pcrnah membintangi bcbcrapa iklan, salah satunya iklan sabun GIV. Penulisan nama untuk Lydia Kandou ternyata mcmpunyai cjaan yang berbcda-beda, Lydia Kandou, Lydia Kandow, Lidya Kandou dan Lidya Kandow. Namun umumnya lebih banyak menggunakan Lydia Kandou. C. Scjarab Pcrkawinan Jamal Mirdad dan Lydia Kaudao Pada tahun I 986 Lydia Kandou menikah dengan aktor Jamal Mirdad . Peristiwa ini menjadi begitu kontroversial, karena perbedaan agama. Lydia Kandou yang beragama Kristen dan Jamal Mirdad yang beragama Islam. Perbcdaan agama di anlara keduanya tidak menghentikan langkah keduanya memtju mahligai pernikahan, walaupun UU Perkawinan 1974 pasal 2 ayat I mcnghalangi mcrcka untuk bcrsalu sccara sah. Undang-undang lcrscbut menyatakan : "Pcrkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kcpercayaannya". Untuk itu, sebuah perkawinan harus disahkan lebih dulu oleh agama yang bersangkutan sebelum didaftar ke Kntor Catatn Sipil. Konsekuensinya, banyak pasangan berbeda agama tidak dapat mendaftarkan pernikahan mereka di Kantor Catalan Sipil. Karena Undang-Lmdang terscbut, bagi mereka yang akan menikah 2! namun berbeda agama mclakukannya secara diam-diam maupun menikah diluar negeri. Namun pasangan Jamal mirdad dan Lydia Kandou nekad menikah di Indonesia dan memperjuangkan status mereka mati-matian di Pengadilan Negeri. Peristiwa yang terjadi tahun 1986 tersebut begitu menggemparkan. Tentangan clan kccaman dari agamawan dan masyarakat mcnghantam secara bertubi-tubi pasangan ini. Ketika mereka berdua memang pada saat itu sedang berada dipuncak karir, lipulan berbagai media saat itu membuul peristiwa pernikahan beda agama ini semakin heboh. Tetapi setelah melewati pe1juangan panjang dan melelahkan dan didasari cinta yang kuat diantara keduanya, akhirnya dengan bantuan pengacara, pernikahan mereka disahkan juga oleh pengadilan pada tahun 1995. lbunda Lydia adalah salah seorang menentang habis-habisan pernikahan Lydia yang saat itu berumur 22 tahun dengan Jamal. Karenanya sang ibunda pun pindah dari Jakarta kc Bandung. Lydia talm bahwa dia menyakiti hati ibunya, , maka dua hari sekali Lydia dan Jamal menemui ibunya. Namun dalam kunjungan kunjungan itu Jamal selalu menunggu didepan rumah. Selama kurang lebih sctahun, Jamal rcla bolak-balik Jakarta-Bandung dan tidur di mobil, semenlara Lydia menginap di rumah sang !bu. Akhirnya lbunda Lydia menjadi luluh juga hatinya. Suatu hari, Lydia hendak menginap di rumah lbundanya, dan tanpa disangka, sang lbu menyuruh Lydia mengajak Jamal masuk ke dalam rumah. Saat diterima, Jamal pun langsung meminta maafkepada lbunda Lydia.8 8 Wikipc Agama dan ornngtua bukan masalah satu-satunya yang dihadapi pasangan Lydia Kandou dan Jamal Mirdad ini. Masalah beda Budaya juga merupakan masalah yang harus dihadapi keduanya. Lydia yang berdarah Manado-Belanda dan Jamal yang berdarah Jawa membuat mereka harus melakukan penyesuaian diri terhadap karakcr dan latar belakang budaya masing-masing. Namun dengan prinsip perbedaan adalah pelajaran !mat mereka yang dianggap berharga dan istimewa dan dengan kesabaran dan mcnghormati perbedaan, pasangan ini dapat mclaluinya dengan baik sampai saat ini. Dari perkawinan Lydia Kandou dan Jamal Mirdad lahir empat anak. Mereka adalah Hanna Natasya Mirdad (21 ), Kenangkana (20), Naysilla (19), dan Nathanagaja ( 13). Scbagaimana yang telah dijelaskan siatas. Sampai sekarang dari keempat anaknya belum mempunyai agama yang pasti dengan alasan masih dalam tahap pembelajaraan dan memehami betul dari kedua agama orang tua mereka.9 Hanna (Nana) Natasya dan Naysila telah mengikuti jejak karier orang tuanya, mercka bcrkccimpung di dunia entertainment. Nay (sapaan Naysilla) sendiri sebcnarnya tclah mcmilih dalam hatinya agama mana yanga dia pilih, walaupun dia mcngatakan pilihan agam ilu tidak pcrlu discbarluaskan. ') Naysilla tvlirdad, Anak Pclaku pcrka\vinan Bcda J\gama, wc111 1t111cara pribadi, 5 april 2007 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. Pengcrtian pcrlrnwinan Perkawinan merupakan suatu ha! yang di perintahkan oleh agama (Islam) dengan maksud untuk membangun rumah tangga yang bahagia s"jahtera yang penuh rasa kasih sayang mem~ju terciptanya keluarga yang baik. Perkawinan disyariatkan supaya manusia mempunyai keturunan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, di bawah naungan cinta kasih dan ridho illahi. Di dalam buku "Pokok-pokok Hukum Perdata" Subekti menyatakan bahwa perkawinan adalah pertaliaan yang sah antara seorang laki·-laki dan seorang perempuaan untuk waktu yang lama. 1 Perkawinan dapat di lihat dari 3 (tiga) segi pimdangan :2 1. Dari scgi hukum Dipandang dari segi hukum, perkawinan itu merupakan suatu perjanjiaan. Sebagaimana firman Allah SWT, yang berbunyi: Artinya: "Da11 1JJmka (istni-i.rlclivlll} Jc/ah mc11gamhil dari kam11 pcrja11jia11 yang k11at. (QS. /111-Nissa: 21) 1 Subckti, Pokok- Pokok !-Iuk1a11 JJerdala, (Jakarta: Intcrmasa, 1993), Cct. Kc-25,h. 23 :; Mohd. Idris Ran1ulyo, !iukun1 Perkmi 1inan lsla111; suatu analisis dari undang- undang /\'o. 1 Ta/Jun 197·1 dan Kon1pi/asi J-!uk11111 !s/a111, (Jakarta: Bun1i Aksara, 1999), Cct. Ke - 2, h. 16· 19 24 Disebut dcngan kata- kata " miitsaaghanghalizhan ". Juga dapat di kemukakan sebagai alasan untuk mengatakan perkawinan itu merupakan suatu pe1janjiaan ialah karena adanya: a. Cara mengadakan ikatan perkawinan telah di atur terlebih dahulu yaitu dengan akad nikah dan rukun syarat tertentu. b. Cara menguraikan atau memutuskan ikatan perkawinan juga telah di atur sebclumnya yaitu dengan proscdur talak, kemungkinan fosakh, syiqaq dan sebagainya. Pcrsetujuaan perkawinan itu pada dasarnya tidaklah sama dengan persetujuan-persetujuan yang lain, misalnya: persetujuan jual-beli, sewa menyewa, tukar-menukar dan lain-lain. Menurut Wirjono Prodjodikoro., perbedaan antara persetujuan perkawinan dan persctujuan-persetujuan yang lainnya adalah dalam persetujuan biasa para pihak pada pokoknya penuh merdeka untuk menentukan sendiri isi dari persetujuan itu sesuka hatinya, asal saja persetqjuan itu tidak bertentangan dengan Undang-Undang kesusilaan dan ketertiban umum. Sebaliknya dalam suatu pcrkawinan sudah sejak scmula ditcntukan olch hukum isi dari persctujuan antara suami istri itu. Kalau scorang percmpuan dan seorang laki-laki berkata sepakat untuk melakukan perkawinan satu sama lain ini berarti mereka saling berjanji akan taat pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku mengcnai kewajiban dan hak-hak masing-masing pihak selama dan scsudah hidup bersama itu berlangsung, dan mengenai kedudukannya dalam masyarakat dari anak- anak keturunannya. Juga 25 dalam menghentikan perkawinan, suami dan istri tidak leluasa penuh untuk menentukan sendiri syarat- syarat untuk penghentian itu, melainkan terikat juga pada peraturan hukum perihal itu.3 2. Dari segi sosial Dalam masyarakat setiap bangsa, ditemui suatu penilaiaan yang umum bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga rnempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mercka yang tidak kawin.4 Dulu sebelum adanya peraturan tentang perkawinan wanita bisa dimadu tanpa batas dan tanpa bisa berbuat apa-apa, tetapi menurut ajaran Islam dalam perkawinan mengenai kawin poligami ini hanya dibatasi paling banyak empat orang. itu pun dengan syarat-syarat yang te1tentu pula. 3. Dari Segi Agama Pandangan suatu perkawinan dari segi agama suatu segi yang sangat pcnting. Dalam agama, perkawinan itu dianggap suatu Jembaga yang suci. Upacara pcrkawinan adalah upacara yang suci yang kedua pihak di hubungkan menjadi pasangan suarni isteri atau saling merninta mcnjadi pasangan hidupnya dengan mcmpcrgunakan nama Allah scbagai diingatkan olch finnan Allah sebagai berikut: J R.. \Virjono ProdjoJikoro, /-Jukurn Perkawinan Di Indonesia, (Bandung: Sumur Bandung 1974), Cct. Ke-6, h. 8 1 · Sayuti 'rhalib. l!uku111 Kekeluurgaan !Ji Indonesia, (Jakarta: Univcrsitas Indonesia, 1982), Cct. Ke- 2. h. 48 26 A rtiJ!J'": " (!Jlilah pemyalaaJ1) pm111tJ1saJ1 PCJ{g!JJ1hm1gaJ1 daJipada Allah daJI lv1.wi-Nya {JaJ{g dihadajJka1J) kt!/Jada ora11g-ora11g t1111!Jrikin ya11g kan111 (ka11111 11111sli111i11) te/ah J!JCJ{gadakaJJ jmjmijim1 (dengm1 J11ereka)''. (Q.S. At-Tm1bah:1) Perkawinan itu di anggap sebagai suatu lembaga yang suci dimana antara suam1 dan isteri dapat hidup tentram saling cinta, saling mengasihi antara satu terhadap yang lain dengan tujuan mengembangkan keturunan. Selain itu pcrkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanila dan pria kedua mempelai saja, tetapi juga orangtua kedua belah pihak, saudara- saudaranya bahkan keluarga mereka masing-masing. Dengan tidak mengesampingkan unsur- unsur yang terlibat dalam lingkungannya, karena satu sama lain saling ikut melengkapi demi terciptanya kehannonisan hidup. Banyak sa,jana Islam telah mencoba memberikan rumusan tentang arti perkawinan, diantaranya adalah : a. Sayuti Thalib: ·'Pcngc1tian perkawinan itu ialah perjanjiaan suci membentuk keluarga antara seorang laki- laki dcngan scorang perempuaan"5 b. M. idris Ramulyo: '" Nilrnh artinya perkawinan sedangkan aqad artinya perjanjiaan. Jadi akad nikah berarti pe1:iai1jiaan suci untuk mcngikatkan diri dalam perkawinan antara seoarang wanita dengan seorang pria membentuk keluarga bahagia dan kcki·d (abadi)".6 5 Sayuli Thalib, /-luk11111 Kekeluargaan Di lndonesia, Op.cit., h. 47. 27 b. H.S.A. Alhamdani: " Perkawinan adalah sunnnatullah, hukum alam di dunia. Perkawinan dilakukan oleh manusia, hewan bahkan oleh tumbuh-tumbuhan."7 c. Surojo wignjodipuro: " Perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam penghidupan masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai s~ja, tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara- saudaranya, bahkan keluarga-keluarga mereka masing-masing".8 Bermacam-macam pendapat yang dikemukakan orang mengena1 pcngertian pcrkawinan itu, tidaklah memperlihatkan adanya pertentangan yang sungguh-sungguh antara satu pendapat dengan yang lain tetapi lebih memperlihatkan keinginan pihak perumus dalam memasukkan unsur-unsur perkawinan itu ke dalam rumusannya.9 Sedangkan dalam Undang-Undang No.I tahun 1974 tentang perkawinan adalah: " perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai suam i isteri dengan tujuan untuk membentuk kcluarga (rumah tangga) yang bahagla dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa." 0 Moch. Idris Ila1nulyo, l!uku111 Perkawinan ls/a111; sualu ana/isis dari undang- undang No. 1 Tahun 1974 dan Ko111pilasi !luk1u11 Isla, Op.ci.. t h. I 7 I-LS.A. Alha1ndani, Risa/ah Nikah: liuk11111 Perkawinan !s/a111 (Jakarta: Pustaka An1ani, 1989), eel. Kc -3, h. 15 8 Surojo \Vignjodipuro, Pe11gantar dan Asas-Asas l/11ku111 Adat, (Jakarta : PT. rfoko (Junung Agung, 1995). h. 122 9 Sayuti thalib. (Jp.C.'it., h. 47 28 Hukum mclakukan perkawinan menurut pendapat sebagian sarjana hukum Islam adalah ibadah atau kebolehan atau halal. Tetapi berdasarkan kepada perubahan 'illahnya, hukum melakukan perkawinan itu dapat beralih menjadi sunnah, wajib, makruh dan haram. 10 Sedangkan sebagian sa1jana Islam lainnya ada yang menycbutkan sunnah dan bahkan ada yang mengatakan waj ib hukumnya. Dalam perkawinan kita mengenal 3 macam sistem perkawianan, yaitu endogami, exogan1i, dan eleutherogarni : 11 a. Sistcm endogami Dalam sistem ini orang hanya di perbolehkan kawin dengan seorng suku keluarganya scndiri. Sistem perkawinan ini kini jarang sekali terdapat di indonesia. Menurut Van Vollenhoven hanya ada satu daerah saja yang secara praktis mengenal sistem endogami ini, yaitu daerah Toraja. Tetapi dalam waktu dekat, di daerah ini punn sistem ini akan lenyap dengan sendirinya kalau hubungan daerah itu dengan lain- lain daerah akan menjadi lebih mudah, era!, dan meluas. Sebab sistem tersebut di daerah ini hanya terdapat secara praktis saja, lagi pula endogami scbctulnya tidak sesuai dengan sifat susunan kekeluargaan yang ada di dacrah itu, yaitu parental. b. Sistcm cxogami Dalam sistem ini orang diharuskan kawin dengan orang di luar suku keluarganya. Sistem demikian ini terdapat misalnya di daerah Gayo, Alas, Tapanuli, minangkabau, sumatera selatan, Buru, dan Scram. 10 Ibid 11 Sun~jo Wignjodipuro, Loe. (~it., h.132-133 29 Dalam pcrkembangan jaman ternyata, bahwa sistem exogami ini dalam dacrah-daerah terscbut di atas lambat-laun mengalami proses perlunakan seclemikian rupa, hingga larangan perkawinan itu cliperlakukan hanya pada lingkungan kekeluargaan yang sangat kecil saja. Dengan clemikian sistem ini dalam daerah- daerah tersebut dalam perkembangan rnasa akan mendekati sistem e/e11theroga111i. c. Sistem eleutherogami Sistem ini tidak mcngenal larangan- larangan atau keharusan- keharusan scperli halnya dalarn sislern cndogami ataupun exogami. Larangan-larangan yang terdapat dalam sistcm ini adalah larangan larangan yang berlalian dengan ikatan kekeluargaan yakni larangan karena: Nasab (tunman yang dekat), seperti kawin dengan ibu, nanek, anak kandung, cucu (keturunan garis lurus ke atas dan ke bawah) juga dengan saudara kandung, saudara bapak atau ibu. Musyaharah (per-iparan) seperti kawin dengan ibu tiri, menantu, mertua, anak tiri. E/eutherogami ternyata yang paling meluas di indonesia, terdapat misalnya di J\cch, Surnatcra Timur, Bangka Biliton, Kalimantan, Minahasa,Sulawesi Sclatan,Ternate, lrian Barat Timor, Bali, Lombok, dan seluruh Jawa Madura. Di kernudian hari sislem ini akan merata di Indonesia. B. Syarat- Syarat Dan Rukun Pcrkawinan Scbclum kila membicarakan tcntang syarat- syarat dan rukun pcrkawinan tersebut alangkah baiknyajika kita melihat bahwa perkawinan yang disyari'atkan 30 Sebelum kita membicarakan tentang syarat- syarat dan rukun perkawinan tersebut alangkah baiknya jika kita melihat bahwa perkawinan yang disyari'atkan oleh agama islam dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu: dari sudut hukum, sos1a. I, cl an aga1na. "- Dari sudut hukum, perkawinan merupakan suatu perjanjiaan yang sangat kuat, "Mitsaaqaan Ghaliizhaan", sebagai disebutkan dalam Qur'an JV:2l. Dari sudut sosial, perkawinan merupakan sarana untuk meningkatkan status seseorang dalam masyarakat. Orang yang sudah berkeluarga lebih di hargai dari yang belum berkeluarga. Scdangkan dari sudut agama, perkawinan itu di anggap sebagai suatu lembaga suci, sebab pasangan suami isteri itu dihubungkan dengan mempergunakan nama Allah, sebagaimana firman Allah sebagai berikut: \ • i.....;Ji )'._,_,_ ~· 1·.c. ·. 1·., .,,, . ;:,.,.1· "' ... t,r, :ill '.t': I "I' -Gll i-.'.IG ( • • ...,_. . _, ...,.. .J.J ....,.. c;;=_, • - J '-"'"' IY' r'''''«#- !'"".J -"' IY' ""' - /'1 rti1!ya: "f--:{ai sekalia11 111c11111sia, hertaq1valah kepada l?.abh-1J111 yang t1t!ah 111eutipiakau ka1n11 dariyaug s11l11, da11 daripada1!ya Allah v1e11ciptaka11 i:rterti!Ja; d.111 daripada ked11t11fya Allah JJ/l!IJJperkelllhm(ghiakka11 laki-!aki da11 pemvp11a11 yang ba11yak. Da11 hC1taq1vulah kepada /l/lah yang d'1cga11 (v1eJJJpo;g1maka11) 11a1JJa-Nya kaJJJ!I sa!ilcg 111e111i11ta sat11 sc1111a lain, da11 (peliharalah) h11h11nga11 silat11rrahin1. S11s1111gg11h1!JC1 /lllah s11/a/J1 111111!/aga da111nenga1vasi kam11". Sahnya suatu perbuatan hukum menurut hukum agama islam harus memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan syarat. Rukun ialah unsur pokok (tiang) sedangkan syarat merupakan unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum. 13 "Sayuti Thalib, Op.Cit., h. 47-48 13 Dcparlcn1an Agan1a RI. Pedo111an Pegmt'ai Pencatat Nika/J (PPN). (Jakarta Proyck Pcn1binaan Sarana Kagan1aan Islan1, l)irjcn Bin1as Islan1 dan Urusan I·h~ji, Dcpurten1an Agan1a, 1984) h. 34 31 Tahun 1946 jo. Undang-Undang No. 32 Tahun 1974, sekarang Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor I), dan kompilasi Hukum Islam. (lnstruksi Presiden RI Nomor 1Tahun1991 jo. SK Menteri Agama No. 154 Thun 1991). 14 Setelah Ditetapkan Undang-Undang No. Tahun 1974 tentang perkawinan, malrn dasar berlakunya Hukum Islam di bidang perkwianan, talak, rujuk, tentulah undang- undang Nomor I Tahun 1974 ini terutama pasal 2 ayat (I) dan pasal 2 ayat (2) yang menetapkan sebagai berikut: Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya itu. Tiap-tiap perkawinan dica/a/ menurut peraturan- peraturan, perundang- undangan yang berlaku. Bagi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia mutlak adanya Undang- undang perkawinan nasional yang sekaligus menampung prinsip- prinsip dan memberikan landasan Hukum Perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat, dan bagi golongan orang-orang Islam harus diperlakukan Hukum Perkawinan Islam seperti yang ditctapkan oleh Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 tentang perkawinan tcrsebut di atas. 15 Sahnya perkawinan menurut Hukum Islam harus memenuhi rukun- rukun dan syarat- syarat sebagai berikut: a. Rukun nikah 14 Mohd. Idris Ramu/yo. Op.Cit., h. 50 15 Ibid 32 Rukun nikah mempakan hal-hal yang harus dipenuhi pada waktu melangsungkan perkawinan. Jadi dapat digolongkan kedalam syarat formil, dan tcrdiri atas: I) Adanya calon mcmpelai laki-laki dan wanita 2) Hams ada wali bagi calon mcmpelai perempuaan 3) Hams disaksikan oleh dua orang saksi 4) Akad nikah, yaitu ijab dari wali mempelai perempuan atau wakilnya dan kabul dari mempelai laki-laki atau walinya. Rukun nikah merupakan bagian dari pada hakekat perkawinan, artinya bila salah satu dari rukun nikah tidak dipenuhi, maka tidak akan te1jadi suatu . 16 perk awman. Bila tidak ada calon mempelai yang akan melangsungkan pcrkawinan, tidak ada suatu perkawinan. Calon mempelai masing- masing harus bebas dalam menyatakan persetujuannya, hal ini menuntut konsekuensi bahwa kedua calon mempelai haruslah sudah mampu untuk memberikan persetujuan untuk mengikalkan diri dalam suatu perkawinan, dan ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mampu berfikir mandiri, dewasa dan bebas dari tekanan pihak lain di luar dirinya, yang menurut istilah hukum Islam berarti sudah "Aqil Baligh" (baligh berakal), dalam arti sudah mampu melakukan perkawinan (undang- undang No. 1/1974 menentukan usia 16 tahun untuk wanita, dan 19 tahun untuk pria). Dengan dasar ini sebenarnya Islam menganut asas kedewasaan jasmani dan 16 As111in, Status Perkau1inan Antar Agan1a; dilinjau dari Undang- Undang perkau1i11an No. I ta/111111974, (Jakarta: PT. Dian Rakyat,1986), h.30 33 rohani untuk dapat melangsungkan pernikahan. Perkawinan anak- anak hanyalah dimungkinkan dalam hal- hal atau keadaaan tertentu saja. 17 Sayuti Thalib mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah dan I-lazairin, dengan mengatakan bahwa memang dari segi hukum, wali bagi perempuan yang sudah dewasa tidak menjadi syarat sahnya pengikatan diri dalam perkawinan, 1 tetapi ada baiknya wanita itu memakai wali dalam melakukan ijab kabul. ' Rukun nikah yang keempat, yaitu ijab dan kabul, merupakan rukun nikah yang menentukan, karena dengan diucapkannya ijab (penegasan kehendak untuk mcngikatkan diri dalam pcrkawinan) oleh wali mempelai pcrempuan atau wakilnya, dan kabul (penegasan penerimaan mengikatkan diri sebagai suami isteri) yang dilakukan mempelai laki- laki atau wakilnya, maim akad nikah secara yuridis mempunyai kekuataan mengikat bagi kedua mempelai, dalam arti bahwa perkawinan mereka sudah sah. Jadi ijab kabul merupakan inti dari perkawinan menurut agama islam. 19 Sehubungan dengan pelaksanaan ijab kabul, Sayuti Thalib berpendapat, pengucapan ijab oleh mempelai wanita dan kabul oleh mcmpelai pria adalah terbalik. Scyogyanya pihak mempelai prialah yang mcngucapkan ijab dan mempelai wanila mengucapkan qabul.20 b. Syaral-syarat nikah Syarat- syarat nikah menurut agama Islam diperinci ke dalam syarat- syarat unluk mempclai wanita dan syaral-syaral untuk mcmpelai laki-laki. Syaral- 17 lbid 18 Sayuti 1'halib, ()p.(,i/., h. 64 19 Asmin. Loc.C~it., h. 31 '° Sayuli Thalib, Loe.Cit., h. 70 34 syarat nikah ini dapat digolongkan ke dalam syarat materiil dan harus dipenuhi agar dapat melangsungkan pernikahan. Syarat bagi calon mempelai laki- laki : a) Beragama islam b) Terang laid- lakinya (bukan banci) c) Tidak dipaksa (dengan kemauan sendiri) d) Tidak beristeri lebih dari empat orang e) Bukan mahram calon suami f) Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan calon isteri nya. g) Mengetahui calon istrinya tidak haram dinikahinya h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah. 21 Syarat bagi calon mempalai wanita: a) Beragama islam b) Terang perempuaannya (bukan banci) c) Telah memberi ijin kepada wali untuk menikahkannya. cl) Tidak bersuam i, dan tidak dalam masa iddah e) Bukan mah ram calon suami t) Belum pernah di Li'an (sumpah Li'an) olch calon suaminya g) Tcrang orangnya h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.22 Tidak dipenuhinya syarat-syarat nikah tcrsebut di atas berakibat batal atau tidak sah (fasid) nikahnya. 21 Dcparlcn1an Agama, Op.Cit., h. 38-39 22 Ibid 35 Yang dimaksud dengan syarat perkawinan ialah syarat yang bertalian , dengan rukun-rukun perkawinan, yaitu syarat-syarat bagi calon mempelai, wali, saksi, clan ijab qabul;23 Syarat- syarat suami : a) Bukan mahram dari calon istcri b) Tidak terpaksa, atas kemauan sendiri c) Orang tertentu, jelas orangnya. d) Tidak sedang menjalankan ihram haji. Syarat-syarat isteri a) Tidak ada halangan syar'i, yaitu tidak bersuarni, bukan mahrarn, tidak sedang dalam iddah, merdeka, atas kemauannya sendiri. b) Jelas orangnya. c) Tidak sedang berihram haji Syarat- syarat wali a) Laki-laki b) Baligh c) Warns akalnya. d) Tidak dipaksa e) Adil f) Tidak sedang ihram haji. Syarat- syarat saksi a) Laki-laki 23ll.S.A.Alhamdani, Op.Cit., h. 30-31 36 b) Baligh c) Waras akalnya d) Adil e) Dapat mendengar dan melihat f) Bebas, tidak dipaksa. g) Tidak sedang mengerjakan ihram hajji. h) Mcmahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab- qabul. Untuk dipcrhatikan lebih lanjut masalah calon isteri adalah harus adanya ijin dari wali calon isteri yaitu: ayah, kakek atau kakak laki-lakinya. Tetapi apabila tidak ada salah satu pun dari mereka maka harus ada \jin dari pemerintah setempat. Untuk dua orang saksi haruslah orang yang sangat dikenal luas sebagai orang-orang yang baik, yaitu orang- orang yang adil dan bukan yang fasiq. Dan apabila keadaan keduanya tidak dikenal, boleh juga diterima kesaksiaan mereka selama hal itu memang sangat diperlukan. Syarat-syarat shighat: sighat hendaknya dilakukan dengan bahasa yang dapat dimcngcrti olch orang yang mclakukan akad, pcncrima akad dan saksi. Shighat hendaknya mempergunkan ucapan yang menu1tjukkan waktu lampau, atau salah scorang mempergunakan kalimat yang menunjukan wakt•J yang akan datang.24 Mempelai laki-Jaki dapat mcminta kepada wali pengantin percmpuan: " kawinkanlah saya dngan anak perempuan bapak", kemudian di jawab: "saya :N Ibid. h. 31 37 kawinkan dia (anak perempuan) dengan mu". Permintaan dan jawaban itu udah berart1 . per Irnwman.- . '5 Shighat itu hendaknya terikat dengan bahasa tertentu, supaya akad itu dapat berlaku, m isalnya dengan ucapan : "saya nikahkan engkau dengan anak perempuan saya". Kemudian pihak laid-laid menjawab: "ya, saya terima". Akad ini berlaku. Akad ada yang bergantung kepada syarat atau waktu tertentu atau untuk waktu tertentu, akad semacam ini tidak sah.26 Sebagaiman telah dikemukakan bahwa yang menjadi tujuan perkawinan menurut Undang-Undang No. I Tahun 1974 adalah membentuk keluarga (rumah langga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Juslru untuk mcnjamin tcrcapainya tujuan perkawinan harns memenuhi syarat-syarat tertentu serla melalui prosedur tertentu pula.27 Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melangsungkan perkawinan menurut Undang-Undang No. I Tahun 1974 adalah sebagai berikut dibawah ini, sebagaimana disebutkan dalam pasal- pasal 6 sampai dengan 12 : a) Adanya persetujuan kedua calon mempelai b) Adanya ijin kedua orang tua atau wali bagi calon mempelai yang belum berusia 21 tahun. c) Usia calon mempelai pna sudah mencapai 19 tahun, clan usia calon mempelai wanita sudah mencapai 16 tahun. "Ibid °"Ibid 27 Ri d) Antara calon mempelai pria dan calon mcmpelai wanita tidak dalam hubungan darah yang tidak boleh kawin. e) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya I peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin. f) Tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain. g) Bagi suami isteri yang telah bercerai lalu kawin lagi satu sama Jain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya, agama dan kepercayaan mereka tidak melarang mereka kawin lagi unruk ketiga kalinya. h) Tidak berada dalam waktu tunggu bagi calon mempelai wanita yangjanda. Dalam Undang-Undang ini dinyatakan bahwa suatu perkawinan barn sah apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agama dan kepercayaan nya itu. Jadi orang-orang yang beragama Islam perkawinan baru sah apabila dilakukan menurut hukum Islam. Tetapi disamping itu, ada keharusan pencatatan menurut peraturan dan perundangan yang berlaku. Pencatatan setiap perkawinan smna halnya dengan pcncatatan suatu peristiwa hukum dalam kehidupan seseorang misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam suatu akta resmi (surat ketcrangan) yang dimuat dim daftar pencatatan yang disediakan khusus untk itu.28 Adapun tata cara perkawinan : Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya itu kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan akan dilangsungkan. Pemberitahuaan tersebut di lakukan sekurang-kurangnya I 0 (sepuluh) hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan. Pengecualiaan terhadap ---·------"Sayuli Thalib, Op.Cit .. h. 75 39 jangka waktu tersebut disebabkan sesuatu alasan yang penting dapat diberikan oleh Camat atas nama Bupati Kepala Daerah.29 Pemberitahuan secara lisan atau tcrtulis oleh calon mempelai atau oleh orang tua atau walinya. Pemberitahuan mcmuat nama, umur, agama atau kepercayaan, pekerjaan, tcmpat kediaman calon mcmpelai dan apabila salah seoarang atau keduanya pernah kawin, disebutkan juga nama isteri atau suami terdahulu ( pasal 3,4 dan 5 PP 9 Tahun 1975 ). Surat persetujuan dan keterangan asal usu!. Pegawai Pencatat Nikah Perkawinan atau P3NTR yang menerima pemberitahuaan kchendak nikah memeriksa calon suami, calon isteri, daan wali nikah tcntang ada atau tidaknya halangan pernikahan itu dilangsungkan baik karcna halangan melanggar hukum munakahat atau karena mclanggar peraturan tentang perkawinan. Selain surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) pcraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975 tentang kewajiban pcgawai Pencatat Nikah dan tata kerja Pengadilan Agama dalam melaksanakan Pcraturan Perundang-undangan Perkawinan bagi yang beragama Islam atau disingkat PMA No. 3/l 975, yang bcrbunyi :30 I) Orang yang hendak menikah, talak, cerai dan rujuk harus membawa surat keterangan dari kepala desanya masing-masing menurut contoh model Na-Tra. 2) Orang yang tidak mampu harus pula membawa "surat keterangan tidak mampu" dari Kepala Desanya. "Mohd. Idris Ramulyo, Op.Cit., h. 171 30 Ibid 40 Maka di dalam pemerikasaan diperlukan pula penelitian terhadap: 1) Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai. Dalam ha! tidak ada akta kelahiran atau surat kenal lahir, dapat dipergunakan surat keterangan asal-usul calon mempeli yang diberikan oleh Kepala Desa model Nf. 2) Persetujuan calon mempelai sebagai dimaksud pasal 6 ayat (l) Undang- Undang Nomor l Tahun 1974. 3) Surat ketcrangan tcntang orang tua (ibu- bapak) dari kepala Desanya menurut model Nb. 4) Surat ijin dri Pengadilan Agama sebagai dimaksud past 6 ayat (5) Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun. 5) Surat dispensasi dari Pengadilan Agama, bagi calon suarn1 yang belum mencapai umur 19 tahun dan bagi calon istri yang belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun. 6) Surat ijin dari pcjabat menurut peraturan yang belaku baginya, jika salah seorang calon mempelai atau keduanya anggota angkatan bersenjata. 7) Surat kclcrangan pcjabat yang bcrwcnang mcncatat pcrkawinan tentang ada atau tidaknya halangan menikah bagi calon isteri, karena perbedaaan hukum dan atau kewarganegaran. 8) Bagi duda, janda yang hendak menikah lagi harus membawa: 41 9) Kutipan buku pendaftaraan talak, kutipan buku pendaftaraan cerai: a tau I 0) Surat keterangan kematian suami atau isteri yang dibuat oleh Kepala Desa yang mewilayahi tempat tinggal atau walinya, menurut contoh model Nd. 1 I) Bagi suami yng hendak beristeri lebih dari seorang, harus membawa surat ijin dari Pengadilan Agama. 12) Apabila kutipan buku pendaftraan talak, kutipan buku pendaftaraan cerai, rujuk hilang, maka diminta duplikatnya atau keterangan lain sebagaimana di atur dalam pasal 39 PMA No. 3/1975 ini. Untuk mendapatkan duplikat surat itu tidak dipungut biaya kecuali ada peraturan lain. Duplikat surat-surat itu hrus dibubuhi materai menurut peraturan yng berlaku. Apabila kantor yng dahulu mengeluarkan surat-surat itu tidak bisa membuat duplikatnya disebabkan catatannya tclah rusak atau hilang atau karena sebab-sebab lain, maka untuk menctapkan adanya nikah, talak, cerai atau rujuk harus dibuktikan dengan keputusan Pengadilan Agama.31 Hasil pemeriksaan itu ditulis dan ditanda tangani oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR dan mcreka yang berkepentingan dalam daftar pemeriksaan nikah menurut contoh yang diumumkan oleh Menteri Agarna. 31 Ibid 42 P3NTR membuat daftar pemerikasaan nikah itu rangkap 2 (dua) sehelai dikirim kepada Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahinya beserta surat- surat yang diperlukan dan yng lain disimpan. Calon suami, calon isteri dan wali nikah masing- masing mengisi ruang nomor Ill, IV dan V dari daftar pemeriksaan nikah scdang ruang-ruang lainnya diisi oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR. Apabila mcreka tidak pandai menulis, maka ruang lll, IV, yaitu diisi oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR. Pengiriman lembar pertama daftar pemeeriksaan nikah oleh P3NTR dilkukan selambat-lmbatnya 15 (lima belas) hari sesudah akad nikah dilangsungkan. Apabila lembar- lembar pertama dari daftar pemeriksan hilang, maka oleh P3NTR dibuatkan salinan dari daftar lembar kedua dengan berita acara sebab- sebab hilangnya. Apabila calon suami atau wali nikah karena betiempat tinggal di luar daerah, tidak hadir untuk diperiksa, maim pemeriksaan padanya dimintakan pertolangan kepada Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR yang mewilayahi tempat tinggalnya.32 Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR ini memeriksa calon uami atau wali nikah itu, kcmudian mengirimkan daftar pcmeriksaannya kepada Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR yang bersangkutan. Apabila ternyata dari pemeriksaan itu terdapat halangan pernikahaan menurut hukum agama atau peraturan perundang-undangan tentang perkawinan atau belum dipenuhi persyarataan/ketentuaan tersebut dalam pasal 8 Peraturan Menteri Agama Nomor G Tahun 1975 ini keadaan itu segera diberitahukan kepada calon suami dan wali 32 lbid 43 nikah atau wakilnya oleh Pegawai Pencatat Nikah atau P3NTR menurut model 2 (lampiran XI) pasal 7 PP No. 9 Tahun I 975 jo. Pasal 9 dan 10 PMA No. 3/1975 Perkawinan di angggap sah dan mempunyai kekuataan hukum yang pasti apabila di akui oleh negara. Diakui oleh negara berarti harus telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dahn hukum positif. Hukum positif yang berlaku di Indonesia mengenai Perkawinan adalah UU No. I tahun 1974. Perkawinan yang dilaksanakan di Indonesia dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleb UU No. 1 tahun 1974 telah terpenuhi oleh masing- masing pihak yang ingin melangsungkan perkawinan. Syarat-syarat perkawinan yang disebutkan terdahulu dapat dikategorikan menjadi syarat materiil dan syarat formil. I) Yang termasuk syarat materiil perkawinan menurut Undang-Undang No. I Tahun 1974 adapun yang tennasuk syarat materiil, yaitu syarnt-syarat mengenai pribadi dari calon mempelai, diantaranya adalah: a) Adanya persetujuan dari calon mempelai b) Usia pria sudah mencapai 19 (scmbilan belas) tahun scdangkan wanita bcrusia 16 (cnam bclas) tahun. c) Tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain d) Waktu tunggu bagi seorang wanita yang putus perkawinannya. e) Larangan perkawinan atau menunggu masa iddah. f) ljin dari kedua orang tua bagi mereka yang belum mencapai usia 16 (en am be las) tahun. 44 2) Sedangkan yang termasuk syarat formil yaitu syarat yang menyangkut fonnalitas atau tata cara yang harus dipenuhi sebelum dan pada saat dilangsungkan perkawinan, dimana upacara dilangsungkannya perkawinan harus dilakukan menurut ketentuaan-ketentuaan setempat. Perkawinan yang dilangsungkan di indonsia haruslah mengikuti aturan- aturan yang terdapat dalam Undang-Undang No. I Tahun 1974 yang antara lain: a) Pemberitahuaan kehendak akan melangsungkan perkawinan kepada Pegawai Pencatat Perkawinan. b) Pengumuman oleh pegawai pencatat perkawinan. c) Pelaksanaan perkawinan menurut hukum agamanya dan kepercayaannya masing- masing. d) Pencatat perkawinan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan. Apabila seluruh persyaratan yang dikemukakan tersebut telah dapat dipenuhi oleh kedua calon suami isteri, malca perkawinan telah dapat dilaksanakan. Pasal 5 Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 1975: "(orang yang hendak menikah memberilahukan kehendaknya kepada pegawai pencalal nikah atau kepaada P.3NTR yang mewilayahi tempal akan dilangsungkannya akad nikah) ". Tentang kewajiban Pegawai Pencatat Nikah dan Tata Kerja Pengadilan Agama dalam melaksanakan Peraturan Perundang- undangan Perkawinan bagi yang beragama Islam. 45 Kemudian, setelah melalui proses pemeriksaan terhadap syarat- syarat materiil dan pengumuman kehendak nikah (Bab Ill-Bab VI Peraturan Menteri Agama tersebut), pernikahaan dapat dilangsungkan. Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dimaksud adalah PPN berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1946, yang diberlakukan untuk seluruh daerah luar jawa dan Madura dengan Undang Undang No. 3211954.33 Akad nikah dilangsungkan di Balai Nikah atau Mesjid atau tempat lain dengan ijin PPN, dihadiri oleh calon suami isteri, wali mempelai perempuaan, saksi-saksi dan PPN yang bersangkutan. !jab dilakukan oleh wali mempelai perempuan dan kabul oleh mempelai laki- laki atau walinya. Dalam penandatanganan akta nikah, selain kedua rnempelai, saksi- saksi dan PPN, Wali disini juga turut menandatangainya. Dengan di ucapkannya \jab oleh wali rnempelai wanita dan kabul oleh mempelai laki- laki, maka pelaksanaan pernikahaan menurut agama Islam telah selesai dan kedua mempelai resmi scbagai suarni isteri. Pencatatan disini hanyalah bersifat administratif dan untuk memberikanjaminan kepastiaan hukum terhadap perkawinan tersebut. Suatu ikatan lahir adalah ikatan yang dapat dilihat mengungkap adanya suatu ikatan hukum antara seorang pria dan wanita . .n Asn1in, (Jp.(~it., h. 34 46 C. Tujuan disyariatkan Perkawinan Sebagaimana hukum-hukum yang lain, yang ditetapkan dengan tujuan pembentukannya, demikian juga halnya dengan perkawinan. Allah SWT telah menciptakan laid- laki dan perempuaan sehingga mereka dapat berhubungan satu sama lain, saling mencintai, menghasilkan keturunan, serta hidup dalam kedamaiaan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan Rasul Nya. Keturunan adalah penting dalam rangka pembentukan umat Islam yaitu umat yang menjauhkan diri dari perbuataan-perbuatan maksiat, yang dilarang oleh agama, dan mcngamalkan syari'at Islam dengan memupuk rasa kasih sayang di dalam sesama anggota keluarga yang dalam lingkup yang luas juga akan dapat mcnimbulkan kedamaian di dalam masyarakat yang didasarkan pada rasa cinta kasih terhadap seama. Dengan melakukan perkawinan juga berarti bahwa seorang muslim telah mengikuti dan menghormati sunah Rasulnya, dan melalui perkawinan akan dapat membuat terang keturunan, siapa anak siapa dan keturunan siapa, schingga tidak akan ada orang-orang yang tidak jelas asal usulnya. Nabi Muhammad SAW memerintahkan uma!nya agar segera mcnikah bagi dia yang mampu. Keluarga merupakan inti dari masyarakat Islam, dan hanya menikahlah merupakan cara untuk membentuk lembaga masyaraka! tersebut, sedangkan hubungan campur di luar nikah merupakan hubungan yang terkutuk dan terlarang. Cukup logis bahwa Islam menetapkan berbagai ketentuaan untuk mengatur berfungsi nya keluarga, sehingga dengan itu kedua belah pihak suami- 47 isteri dapat memperoleh kedamaiaan, kecintaan, keamanan dan keterikataan persaudaraan. Unsur-unsur ini sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan perkawinan yang benar yaitu ibadah kepada Allah SWT. Tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi kehutuhan biologis yang mendasar untuk berkembangbiak. Anak- anak merupakan pernyataan dari rasa keibuaan dan kebapakaan. Islam memperhatikan tersedianya lingkungan sehat dan nyaman unluk mcmbesarkan anak dan keturunan. Melahirkan anak dan mengabaikannya merupakan jenis kejahatan atau kriminal terhadap masyarakat, terhadap anak- anak itu sendiri dan terhadap kedua orang tuanya. Selain pentingnya nilai-nilai moral ketenangan, kedamaian dan kasih sayang, Islam tidak tuntas berhenti hingga di sini. !tu memperkuat konsep asal keluarga ini dengan menentukan peranan laki-laki dan perempuaar. sedemikian rupa sehingga masing- masing dapat berbuat sesuai dengan batas kemampuannya. Laki-laki yang bersifat agresif, diwajibkan, menjalankan fungsi- fungsi yang tersebut, mencari nafkah kehidupan, perlindungan, berhubungan dengan masalah dunia luar dan menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Sedangkan dipercayakan unluk mcngasuh dan mcndidik anak, mcnata rumah tangganya. Soemiyati dalam bukunya memberikan pendapat yang tidak jauh berbeda dengan tujuan perkawinan menurut Idris Ramulyo. Menurut beliau tujuan perkawinan itu dapat dirumuskan dalam 5 ha!, yaitu sebagai berikut: a) Memperoleh keturunan yang sah, yang akan melangsungkan keturunan serta mempertimbangkan suku bangsa. b) Memenuhi tuntunan naluri hidup kemanusiaan (hajat tabiat manusia) 48 c) Memelihara dan menjaga manusia dari kejahatan dan kerusakan. d) Membentuk dan mengatur rumah tangga yang manjadi basis pertama dari masyarakat yang besar atas dasar cinta dan kasih sayang. e) Menimbulkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang halal dan memperbesar rasa tanggungjawab.34 Dalam buku Ny. Soemiyati, disebutkan bahwa tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki- laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan satu keluarga bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuaan-ketentuaan yang telah diatur oleh syari'ah. Adapun rumusan tujuan perkawinan di alas dapat diperinci sebagai berikut:35 a) Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntunan hajat tabiat kemanusiaan. b) Mewujudkan suat kelurga dengan dasar cinta kasih. c) Memperoleh keturunan yang sah. Dari rumusan di alas, Filosof Islam Imam Ghazali membagi tujuan dan faedah pcrkawinan kepada lima hal, sepcrti berikut:36 a) Memperoleh keturunan yang sah yang akan melangsungkan keturunan serta memperkembangkan suku- suku bangsa manusia. b) Memenuhi tuntutan naluriah hidup kemanusian 34 Socn1iyati,1Juku111 I1erka111ina11 !sla111 dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakartr1: Liberty, 1997 ), h. 8 35 Mohd. Idris Ramu Iyo. Op. Ci/., h. 27 36 Ibid 49 c) Memelihara manusia dari kerusakan d) Membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis pertama dari masyarakat yang besar di atas dasar kecintaan dan kasih sayang. e) Menumbuhkan kesunggguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang halal, dan memperbesar rasa tanggungjawab. Pada dasarnya inti mengenai tujuan perkaawinan yang disebutkan dalam buku ketiga saijana tersebut tidak berbeda. Dari definisi perkawinan menurut pasal I Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 Tentang perkawinan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 adalah bahwa perkawinan bertujuan membentuk kelurga (rumah tangga) yang bahagi dan kckal berdasarkan Kctuhanan Yang Maha Esa. Untuk lebih jelasnya marilah kita melihat beberapa ayat-ayat dalam kitab Suci Al- Quran dan hadits yang berhubungan dengan perkawinan. Finnan Allah dalam surah An-Nissa' (Q. IV: I) mengatakan, "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri (Adam), dan daripadanya Allah menciptkan dan memperkembangbiakan lalci- laki perempuaan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan periharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". Sabda- sabda Rasulullah saw. Mengenai perkawinan dapat kita jumpai sebagai berikut:37 37 Ibid. h. 29 50 a) "Kawinlah kamu, berketurunanlah kamu, sesungguhnya aku ( muhammad) bangga dengan kamu terhadap umat lain pada hari Qiamat". b) "Kawinlah kamu, berketurunanlah kamu niscaya kamu menjadi banyak". c) "Perempuaan berkulit hitam, banyak melahirkan lebih baik dari perempuaan cantik yang mandul". d) "Siapa yang meninggalkan nikah karena takut banyak keluarga, maim bukanlah ia dari golongan kami". e) "Hai para pemuda, barang siapa sudah mampu kawin, kawinlah. Maka sesungguhnya kawin itu Jebih baik dapat memclihara pandangan mata yang Jebih dapat memelihara dia dari perbuataan keji. Dan barang siapa yang belum sanggup hendaknya bcrpuasa karena dengan puasa itu nafsu syahwatnya akan berkurang". Memperhatikan ayat- ayat Al Qur'an dan Hadits Rasulullh saw, tersebut di atas jelas bahwa Islam menganjurkan perkawinan, agar terwujud keluarga yang besar yang mampu mengatur kehidupan mereka di atas bumi ini, dan dapat menikmati serta memanfaatkan segala yang telah disediakan Tuhan. Rasulullah saw, Menganjurkan kawin bagi mereka yang telah memenuhi syarat- syarat fisik dan mateeriil yang diperlukan, sebab manfaatnya kawin adalah untuk menjaga jangan terjerumus dan melanggar larangan Allah, yaitu melakukan zina yang sangat dimurkai Allah, yang akibatnya sangat merusak kepada dirinya keluarganya dan masyarakatnya. Kecuali kalau memang persyaratan yang diperlukan belum terpenuhi Rasullulah telah membcri pctunjuk, agar yang bersangkutan melakukan puasa, 51 sebab puasa adalah salah satu cara untuk mengekang syahwat, karena badannya lemah, maka syahwatnya pun lemah. Rezeki dan nikmat yang disediakan Tuhan jelas melebihi kebutuhan manusia dan mahluk lain umumnya. Menjadi kewajiban manusialah, mengusahakan dan menggali kekayaan alam yang berlimpah ini, untuk bisa dinikmati bersama sam dengan cara- cara yng diridhai oleh Allah swt. Jadi jclas bahwa yang mcncntukan kchidupan manusia sopenuhnya adalah Allah swt. Dan bila dia telah memberikan rahmat- Nya kepada manusia baik berupa kekayaan, kesehatan, ilmu pengetahuaan, ketenteramaan dan kebahagiaan siapa pun tidak mampu menahan atau menghalang- halangi. Oleh karena itu kewajiban manusia ialah mcmohon dan berusaha scbagaimana m1~stinya. Dalam pasal lJU No. I Tahun 1974 Tentang Perkawinan di rumuskan pengertian perkawinan sebagai perkawinan merupakan ikatan lah ir bat in antar seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan mcmbentuk kcluarga alau rumah langga yang bahagia dan kckal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan ikatan lahir batin dimaksudkan bahwa perkawinan itu tidak hanya cukup dcngan adanya ikatan lahir batin saja, tetapi kedua-duanya. Suatu ikatan lahir batin adalah ikatan yang dapat di lihat mengungkapkan adanya suatu ikatan hukum antara seorang pria dan wanita untuk hidup bersama, sebagai suami isteri dengan kata lain dapat disebut dengan hubungan yang 52 form ii. 38 Hubungan formil ini nyata, bagi yang mengingatkan dirinya maupun · bagi orang lain atau masyarakat, sebaliknya suatu ikatan batin adalah hubungan yang tidak form ii yaitu suatu ikatan yang tidak dapat di lihat walaupun tidak nyata tapi ikatan itu harus ada karena tanpa adanya ikatan batin, ikatan lahir akan menJa. d"1 rapu h. 39 Adapun mengenai dasar perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 terdapat 6 dasar yaitu:40 a) Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami-isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spritual dan material. b) Dalam Undang-Undang ini menganut asas monogamy. Hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan agama dari yang bersangkutan mengijinkan seorang suami dapat beristcri lebih dari satu. c) Undang-Undang ini menganut prinsip bahwa calon suami isteri harus telah masakjiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan. d) Undang-Undang ini menegaskan bahwa suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang masih berlaku. 38 K.Wan~jik Saleh, fluk11111 Perkmvinan di Indonesia, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976), Cet. ke- 4, h. 14-15 39 Ibid 40 A.Rafiq, f-Iuku111 Js/a111 Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cct. Kc- 1, h. 56-57 53 e) Di dalam Undang-Undang ini juga menganut prinsip untuk mempersulit terjadi nya suatu perceraiaan. J) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dari kedudukan suami baik dalam kehidupan rumah tangga mauptm dalam perdaulatan masyarakat. Sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan bersama oleh suami isteri. D. Hikmah Disyariatkan Perkawinan Allah menjadikan mahluk-Nya berpasang- pasangan, m~1tjadikan manusia laki-laki dan perempuan, menjadikan hewan jantan betina begitu pula tumbuh tumbuhan dan Jain sebaagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu liidup berpasang-pasangan, hidup dua sejoli, hidup suami isteri, membangun rumah tangga yang damai dan teratur.41 Untuk itu haruslah diadakan ikatan dan pertalian yang kokoh yang tak mungkin putus dan diputuskanyalah ikatan akad nikah atau ijlab qabul perkawinan. Bila akad nikah telah dilangsungkan, maka mereka telah be~janji dan bcrsedia akan membangun satu rumah tangga yang damai dan teratur, akan sehidup semati, sesakit dan sesenang, merunduk sama bungkuk, melompat sama patah, ke bukit sama mendaki, Ice lereng sama menurun, bereng sama basah, terampai sama Jeering, terapung sama hanyut, sehingga mereka menjadi satu keluarga. "' Mohd. Idris Ramu Iyo. Op. Cil., h. 31 54 Dalam pada itu mereka aakan melahirkan keturunan yang sah dalam masyarakat. Kemudian keturunan mereka itu akan membangun pula rumah tangga yang barn dan keluarga yang barn dan begitulah seterusnya. Dari beberapa keluarga dan rumah tangga itu berdirilah kampong, berdirilah desa dan dari beberapa desa lahirlah negeri dan dari negeri lahirlah Negara. ltulah hikmah Allah menjadikan Adam jadi khalifoh di muka bumi, sehingga anak- ankanya bcrkembang biak meramaikan bumi yang luas ini. Dalam pada itu Allah menjadikan apa- apa yang di bumi ini untuk kebaikan dan kemaslahatan anak Adam itu. Agama !slam menetapkan bahwa untuk membangun rumah tangga yang damai dan teratur itu haruslah dengan · perkawinan dan akad nikah yang sah, serta diketahui sekurang-kurangnya oleh dua orang saksi, bahkan dianjurkan supaya diumumkan kepada tetangga dan karib kerabat dengan mengadakan pesta perkawinan (walimah).42 Dengan demikian terpeliharalah keturnnan tiap- tiap kcluarga dan mengenai tiap- tiap anak dan bapaknya, terjauh dari bercampur-aduk antara satu keluarga dengan yang lain alau anak-anaknya yang tak kenal akan ayahnya. Lain dari pada itu kchidupan suami istcri dcngan keturunan nya lurun--lcmurun adalah bcrhubung rapat dan bersangkut paut bahkan bertali- temali, laksana rantai yang sama kuat dan tak ada putusnya ketika anak masih kecil dan dipelihara oleh orang tuanya, bi la anak sudah dewasa dan orang tuanya sud ah lemah dan tak sanggup berusaha, maka dijaga dan dipelihara pula oleh anaknya. 12 · Ibid, h. 31-32 55 Begitulah seterusnya turun temurun, sehingga mereka hidup segar, sehat dan makmur. Alangkah malangnya nasib seorang wanita yang menyia-nyiakan kecanlikannya waktu muda dengan berfoya- foya dan bergaul bebas yang tak terbatas. Dan kemudian setelah habis manis sepah dibuang, maka wanita itu tinggal seorang diri, tidak ada suami yang memeliharanya dan tak ada yang menyanyanginya, bahkan tak ada keluarga yang membujuknya, seolah- olah ia tinggal dalam ncraka dunia, sesudah mengccap surga dunia beberapa waktu. Berlainan sekali dengan nasib seorang wanita yang bersuami waktu mudanya. Setelah dibawa tua, di samping ada suami yang memeliharanya dan anak yang mencintainya, seolah- olab ia hidup dalam surga dunia sejak dari kecil sampai waktu tuanya. Inilah hikmah berkawin,itulah faedah mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur. Lain dari pada itu faedah berkawin ialah memcliharakan diri seseorang supaya jangan jatuh ke k:mbah kejahatan (perzinaan). Karena bila ada isteri, di sampingnya tentu akan terhindarlah ia · daripada melakukan pekerjaan keji itu. Begitu juga wanita yang disampingnya ada suami, tentu akan terjauh dari maksiat tersebut. Dokter-dokter telah sepakat, bahwa perzinaan itu menyebabkan penyakit penyakit kotor, di mana banyak orang melakukan pekerjaan keji itu maka di sanalah muncul pcnyakit- penyakit kolor. Oleh Moh. Idris Waluyo, H. W. Miller, dalam bukunya: "Jagalah kepada kesehatan,menerangkan dengan jalan dcmikian: Sifilis atau raj a singa dan gonorhoa atau kencing nanah, ialah dua jenis penyakit kotor yang berbahaya dan banyak terdapat di zaman sekarang".43 43 Ibid, h. 33 56 Sesungguhnya hama penyakit ini dapat juga masuk dalam badan dengan tidak melalui kemaluan tetapi boleh dikatakan bahwa penularan penyakit penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh persetubuhan. Kedua macam penyakit ini telah banyak membinasahkan jiwa manusia. Penyakit kotor itu turun- temurun sampai pada anak cucu. Raja singa dan kencing nanah tidak saja melemahkan rohani dan jasmani tetapi juga membahayakan keselamatan rumah tangga. a) Hindarilah penularan dengan menjauhkan diri dari perzinaan. b) Jagalah orang yang menderita penyakit ini supaya ia tidak dapat memindahkan penyakitnya itu kepada orang lain. Ahmad Ramali menerangkan dalam bukunya; peraturan-peraturan untuk memelihara kesehatan dalam hukum syara' Islam sebagai berikut: Coitus (persetubuhan) adalah kehendak alam dan perlu; dan kawin adalah aturan yang seharusnya diturut. 44 I). Perkawinan dan kelangsungan hidup manusia Allah SWT menjadikan kelangsungan hidup manusia ini bergantung pada hubungan antara laki- laki dan perempuan. Dan setiap manusia diberi oleh Allah SWT dorongan nalsu syahwat untuk menjaga kclangsungan keturunan hidup manusia, sckiranya tidak ada dorongan seks yang berpanduaan pada diri tiap-tiap . manusia, tentu tidak ada yang mendorong untuk hidup bersama- sama dengan lawan jenisnya. Tetapi Allah yang maha bijaksana dan maha mengetahui mengikat antara laki- laki dan perempuaan dengan ikatan kasih sayang, baik laki- 4 .i Ibid 56 Sesungguhnya hama penyakit ini dapat juga masuk dalam badan dengan tidak melalui kemaluan tetapi boleh dikatakan bahwa penularan penyakit- penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh persetubuhan. Kedua macam penyakit ini telah banyak membinasahkan jiwa manusia. Penyakit kotor itu turun- temurun sampai pada anak cucu. Raja singa dan kencing nanah tidak saja melemahkan rohani dan jasmani tetapi juga membahayakan keselamatan rumah tangga. a) Hindarilah penularan dengan menjauhkan diri dari perzinaan. b) Jagalah orang yang menderita penyakit ini supaya ia tidak dapat memindahkan penyakitnya itu kepada orang lain. Ahmad Ramali menerangkan dalam bukunya: peraturan-peraturan untuk memelihara kesehatan dalam hukum syara' Islam sebagai berikut: Coitus (persetubuhan) adalah kehendak alam dan perlu; dan kawin adalah aturan yang . 44 se Irnrusnya d1turut. I). Perkawinan dan kelangsungan hidup manusia Allah SWT menjadikan kelangsungan hidup manusia ini bergantung pada hubungan antara laid- laki dan perempuan. Dan setiap manusia cliberi oleb Allah SWT dorongan nafsu syahwat untuk menjaga kelangsungan keturunan hidup manusia, sekiranya tidak ada dorongan seks yang berpanduaan pada diri tiap-tiap manusia, tentu tidak ada yang mendorong untuk hidup bersama- sama dengan lawan jenisnya. Tetapi Allah yang maha bijaksana dan maha mengetahui mengikat antara laki- laki dan perempuaan dengan ikatan kasih sayang, baik lald- 44 Ibid 57 laki maupun perempuan supaya memakmurkan dunia ini dengan anak cucu yang saleh.45 2). Perkawinan sebagai Anugerah Allah SWT kecintaan manusia terhadap laawan jenisnya adalah salah satu bukti kekuasaan Allah, sekaligus menunjukan keEsaan-Nya dalam wujud-Nya. Dalam perkawinan itu Allah telah memberikan anugerah kepada manusia, wanita adalah manusia yang diciptakan Allah dari tanah sebagaimana laki-laki. Dia adalah bagian dari laki-laki yang berkedudukan sama dalam kemuliaan dan kemanusiannya. Sekaligus dengan keberadaannya timbul rasa kasih sayang. Seandainya tidak ada nikmat atau anugerah kasih sayang itu, tentu seorang laki-laki tidak akan mengakui. Tetapi Allah dengan kekuasaan Nya dan samudera rahmat-Nya menanamkan rasa cinta kasih ini, yakni cinta kasih suami kepada 46 1sten. . dan se ba l'k1 nya. 3). Pernikahan sebagai ibadah Pernikahan dalam pandangan Islam adalah ibadah, orang mukmin yang melaksanakannya mendapat pahala, selama niatnya ikhlas dan berl.ujuan untuk menjaga diri dari perbuatan haram (zina), dan tidak di dorong oleh nafsu birahi semata. ltulah tiijuan perkawinan yang asasi, tidak ada tujuan yang paling mulia dari ttijuan ini. ltulah Islam, agama yang mengangkat kenikmatan birahi ke mmtabat yang tinggi dan suci, yang menjadikan suatu kebiasaan sebagai ibadah. Hubungan seksual sebagai salah satu untuk memperoleh ridha Allah, dengan satu isyarat, 15 ' • Soemiyati, Op. Cit., h.8 46 Ibid, h. 10- I I 58 yakni niat yang benar dan ikhlas. Nial yang benar tersebut ialah niat ingin menjaga diri dari perbuatan dosa (zina), dan mewujudkan ttijuan Allah menciptakan manusia, yakni mengembangbiakan keturunan dan anak cucu yang saleh, yang mana tanpa tujuan tersebut kehidupan ini tidak akan berlanjut.47 4). Mendekatkan diri dan saling menimbulkan pengertian Antar Golongan manusia untuk menjaga keselamatan hidup.48 5). Mempertahankan keturunan umat manusia. Allah telah mensyariatkan perkawinan sebagai salah satu hal yang melegalkan hub. Biologis antara Jawan jenis. Dengan adanya hal tersebut, maka manusia akan menurunkan suatu penerus baru (anak- cucu) yang nantinya akan menggantikan posisi orang terdahulu, sehingga pergantian akan terjadi dan ini akan menjaga kelangsungan hidup manusia dimuka bumi ini. 6). Memenuhi atau mencukupkan kodrat hidup manusia yang telah menjadi hukum bahwa antara laki-Jaki dan perempuan saling membutuhkan.49 Penulis berpendapat bahwa di syariatkannya perkawinan dalam hukum islam merupakan salah satu bentuk realisasi syariat hukum Islam yang menjunjung tinggi kemaslahatan bersama. Selain sebagai bentuk ibadah pcrkawinan juga saling mcnimbulkan pcngertian antar golongan manusia untuk mcnjaga kcsclamatan hidup, karcna Allah mcnciptakan Jaki-laki dan pcrcmpuan adalah untuk saling mengenal. 47 Soemiyati, Op.Cit., h. 10-11 48 R. Abdul Jamali, Hukum Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1992 ), Cet. Ke- I, h. 75 49 Ibid. BAB IV STATUS DAN AKI BAT PERKAWIN AN BEDA AGAMA DALAM KAJIAAN UNDANG-UNDANG No. 1 TAJHUN 1974 A. Pengertian Perkawimm Beda Agama Menurut Undang-Undaug No. 1 Tahun 1974 Undang-Undang Perkawinan 1974 yang mulai berlaku secara efektif pada tanggal 1 Oktober 1975 adalah hasil usaha rakyat Indonesia untuk menciptakan hukum perkawinan yang bersifat nasional, yaitu hukum yang berlaku bagi seluruh warganegara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam butir 3 penjelasaan umum Undang-Undang tersebut. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor I Tahun 1974, maka semua perundang-Undangan tentang perkawinan yang ada sebelum tahun 1974 dinyatakan tidak berlaku sejauh telah diatur materinya dalam Undang-Undang tersebut. Hal ini telah clitcgaskan dalam pasal 66 yang berbun)'i "untttlc perk.avvinan dan segala sesuatr: yang berhubungan berdasarkan alas Undang-Undang ini, maka dengan berlakunya Undang-Undang ini ketentuaan-ketentuaan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgel!jk Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwal!ik Ordonantie Christen Jndonesiers S. 1933 No. 74 ), Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de Gernengde Huwe/Uken S. 1898 No. 158 ), dan Peraturan lain yang mengatur tentang Perkawinan sejauh telah di atur oleh Und311g-Undang ini, dinyatakan tidak berlaku". 60 Hazairin dalam bukunya " Tinjauan Mengenai Undang-Undang ini sebagai "Suatu unifikasi yang unik dengan menghormati secara penuh adanya variasi berdasarkan agama dan kepercayaan yang ber-Ketnhanan Yang Maha Esa. Lagi pula Unifikasi tersebut bertujuan hendak memperlengkapi segala apa yang tidak di atur hukumnya dalam agama dan kepercayaan, karena ha! tersebut Negara berhak mengaturnya sendiri sesuai dengan perkembangan masyarakat dan tuntunan zaman". Oleh karena dihapusnya Peraturan-Peraturan tentang Perkawinan sebelum 1974 dan untuk unifikasi hokum Perkawinan, maim timbul pertanyaan tentang bagaimana posisi hukum perkawinan beda agama di Indonesia. Karena dalarn Undang-Undang ini Perkawinan Campuran yang di rnaksud adalah "Perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hokum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewargan•egaraan Indonesia". Bukan Perkawinan antar umat yang berbeda agama. Dan untuk rnenjawab pertanyaan tersebut Muhammad Dami Ali membaginya kepada tiga pendapat. Pendapat pertama adalah pendapat yang rnengatakan bal1wa perkawinan antara orang- orang yang berbeda agarna dapat saja dilangsungkan sebagai pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan seseorang untuk menentukan pasangan nya. 1 Pendapat ini menyandarkan dasarnya kepada pasal 16 ayat ( 1) Deklarasi Universal HAM PBB yang berbunyi " Pria dan wanita dewasa tanpa dibatasi ras, kebangsaan, atau agama memiliki hak untuk kawin dan membangun 1 Muhamn1ad Daud Ali, Perkau1;na11 Can1puran /lntara ()rang-Orang Berbeda /lgarna". (Jakarta Al Hikmah & Dit. Binbapera, 1993), hal. 57 61 suatu keluarga. Mereka memiliki hak-hak untuk kawin dan membangun suatu keluarga. lvfereka memiliki hak-hak sama perihal perkawinan, selama dalam perkawinan dan sesudah dibatalkan perkawinan ". 2 Lalu pasal 7 ayat 2 GI-JR S. 1898 No.158 yang berbunyi "perbedaan agama, bangsa a/au asal itu sama sekali bukanlah menjadi ha!angan untuk perkawinan ". 3 Pendapat inilah yang ternmus dalam pasal 11 ayat (2) Rm1cangan Undang- Undang Perkawinan dahulu yang kemudian di tolak oleh DPR dan dikeluarkan dari Undang-Undang Perkawinan, karena tidak sesuai dengan landasan Falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.4 Pendapat kedua adalah pendapat yang mengatakan bahwa Undang-Undang Nomor I T ahun 1974 tidak mengatur perkawinm1 campuran antara orang-orang yang berbeda agama. Namun menurut pendapat ini, perkawinan m1tar pasangan yang berbeda agama adalah suatau kenyataan. Hal ini didasarkan kepada Surat Ketua Mahkamah Agung Nomor KMA/72/IV/1981 TANGGAL 20 April 1981 perihal Pelaksanaan Perkawinan Campuran, yang ditunjukan kepada Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. 5 Inti dari surat tersebut mengatakan bahwa karena Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 tidak mengatur perkawinan beda agama, malrn menurut Pasal 66 Undang-Undang tersebut masih dimungkinkan bagi mereka yang ingin melaksanakan perkawinan beda agama memakai dasm- GHR S. 1989 No. 158 dan 2 Syari f Nadi, "Bahaya Nikah Beda Agama., (Majalah Tabligh, Vol.O I /No.03/0ktober 2002). Hal.15 3 K. Wantijk Saleh, !Jukum Perkawin~m Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976 ), Cet. Ke-4, Hal. 210 1 • Muhammad Daud Ali, Op Cil., ha!. 57 5 0. S Eoh, Sh, MS. Perkau·inan Antar Agarna Da/a111 Teori dan Praktek, (Jakarta; P'f. Raja Grdfindo Pcrsada, 1996), Hal.14 62 untuk kepastiaan hukum , MA mengharapkan adanya petunjuk pelaksanaan dari dua Departemen di atas tentang Pelaksanaan perkawinan beda agama. Pendapal ketiga adalah yang menyatakan bahwa perkawinan campuran antara orang-orang yang brbeda agama tidak dikehendaki oleh pemben1uk undang-undang, yaitn Pemerintah dan DPR Republik Indonesia. Kehendak itu antara lain dengan tegas dinyatakan dalam pasal 2 ayat (I) mengenai salmya perkawinan, pasal 8 hurnf (f) mengenai Larangan Perkawinan dan Pasal 57 mengenai Perkawinan Campman. Dalam Pasal 8 huruf (f) Undang-Undang Perkawinan denganjelas dirumuskan bahwa "Perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan yang berlaku dilarang kawin". Artinya, Undang-Undang Perkawinan melarang dilangsungkan atau di sahkan perkawinan yang dilarang oleh agama dan peraturan lain yang berlaku di Negarn Indonesia. Oleh karena itu pembenaraan atau pengeshan perkawinan campuran orang-orang yang berbeda agama selain bertentangan dengan hukum agama, sesungguhnya menurut pendapat ini bertentangan juga dengan Undang-Undang Perkawinan yang berlaku bagi ssetiap warga negara clan penduduk Indonesia. Dari ketiga pendapat di atas kalau di lihat dari kepentingan bersama, maka pendapat ketiga inilah yang merupakan kesepakatan bersania ralcyat Indonesia melalui Pemerintah clan DPR, karena biar bagaimana pun perkawinan beda agama pada akhirnya nanti akan menimbulkan terjadinya konflik kepentingan dalam keluarga, sehingga sulit untuk mewujudkan tujuan dari perkawinan yang 63 menginginkan terbentuknya keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa pada tanggal 1 Jlllll 1980 tentang haramnya pemikahan antara laki-laki muslim dengan wanita ahli kitab, maka ha! itu karena didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan. Meskipun fatwa tersebut di usung dengan mentjuk pada beberapa dalil naqli, tetap saja tidak bisa menghapus kebolehan menikahi wanita ahli kitab sebagaimana disebut dalam Surah al-Maidah ayat 5, apabila yang di maksud dengan wanita ahli kitab dalam fatwa itu adalah wanita Kristen atau wanita Yahudi di Indonesia yang menurut Imam al- Syafi'i tidak dikategmikan sebagai ahli kitab. Dan ta~paknya fatwa itu dikeluarkan karena di dorong oleh kesadaran akan adanya persaingan keagarnaan. Para Ularna rnenganggap balw1a persaingna.'"! tersebut te!ah rnencapai titik rawan bagi kepentingan dan pertumbuhan masyarakat muslim. Karenanya, rnenurut mereka, pintn kemungkinan pemikahan antar agarna harus ditutup sama sekali. Fatwa Majelis Ularna Indonesia (MUI) tersebut selengkapnya sebagai berikut: I. Pernikahan wanita rnuslirnah dengan laki-laki non muslirn adalal1 hararn hukwnnya. 2. Seorang laki-laki rnuslirn diharamkan rnengawini wanita bukan rnuslirn. Tentang pernikahan antara laki-laki rnuslirn dan wanita .ahli kitab terdapat perbedaan pendapat. Setelah mempertimbangkan bahwa maf;adahnya lebih besar dari pada maslahatnya, Majelis Ulama Indonesia mernfatwakan pernikahan tersebut 64 haram hukumnya.6 Dari penjelaan MlJI tersebut maka dapat kita artikan ba11wa dalam Islam sudah menutup pintu rapat-rapat untuk pasangan yang ingin melakuakn pemikahan beda agama. B. Status perlrnwinan beda agama sebelum Undang-Undang No. 1talmn1974 Dari uraiaan di muka, kita ketahui bahwa di Indonesia pernah ada suatu peraturan dalam hukum antar golongan yang mengatur rnasalah perkawinan campuran. Peraturan dimaksud ialah peraturan yang dahulu di keluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda yang bemama "Regelling op de Gemengde Huwelijken" (GI-IR) a.tau Peraturan tentang Perkawinan Campuran sebagaimana di muat dalam Staatsblaad 1898 No. 158 Menurut Pendapat kebanyakan ahli hukum dari Yurispudensi yang dimaksudkan diatur selaku "perkawinan campuran" itu ialah perkawinan antara takluk pada hukum yang berlainan.7 Pasal 1 dari Peraturan Pekawinan Campuran (GHR) tersebut mengatalcan: "Y aog Jinamakan perkawinan campuran, ialah perkawinan antara orang-orang yang di Indonesia tunduk kepada hukum-hukum yang berlainan". 6 Majelis Ulama Indonesia, "Himpunan Keputusan danfalwa Maje/is Ulama Indonesia", (Jakarta: Sekrctariat Majelis Ulama Indonesia Masjid Jstiqlal,!995 ), Hal. 91 7 R. Wi1:jono Projodikoro. Hukum Antar Go/ongan di Indonesia. (Jakarta: Sumur Bandung, 1981), Cet.ke - 7, h. 93 65 Perlu kiranya dikemukakan di sini, bahwa terhadap Pernmusan Perkawinan Campuran (GHR) ini, ada tiga aliran pandapat di kalangan ahli hukum antara golongan, yang mengenai pertanyaan apakah GHR berlaku pula untuk perkawinan antar agama dan antar tempat. Ketiga aliran .tersebut adalah: 1. Mereka yang berpendiriaan "luas", berpendapat bahwa baik perkawinan campuran antar agama maupim antar tempat termasuk dibawah GHR. 2. Mereka yang berpendiriaan "sempit", berpendapat bahwa baik perkawinan campuran antar agama maupun antar tempat tidak termasuk di bawah GHR. 3. Mereka yang berpendiriaan "setengah luas setengah sempit", berpendapat bahwa hanya perkawinan antara agama saja yang termasuk GHR, sedang perkawinan anlar tern pat ticlak. 8 S. Gautama (Gouw Giok Siong) mengatakan sehubungan clengan hal tersebut, bahwa pencliriaan yang luaslah yang banyak didukung oleh sm:jana hukum. 9 Ini berarti bahwa GHR, disamping merupakan peraturan hukum antar golongan, juga rnengatur hukun1 antar aga1na dan antar tempat. Hal itu penling bagi kita, karena clari uraiaan di alas clapatlah clikatakan bahwa sebelum berlakunya Unclang-Undang No. I tahun 1974 telah ada suatu ketentuaan perunclang-w1clangm1 yang clapat memecahkan persoalam1 yang timbul clari adanya perkawinan antar agama. Peraturan perundang-undangan itu ialah Peraturan tent.mg Perkawinan Campman (GHR) sebagai dimaksud di atas. Dengan begitu pasangan 8 S. Gautama (Gouw Giok Siong), Hukum Antar go/ongan: suatu pengantar, (Jakark1: lchtiar Baru - Vanhoevc, l 980), Cet.Kc-5, h. l 30. 9 Ibid, h. 13 l 66 yang akan melangsungkan perkawinan antar agama boleh me:rasa terlindung dan terjamin kepastiaan hukum daripada perkawinan mereka dalam arti bahwa perkawinan mereka, walaupun menurut hukum agama mereka masing-masing diangggap tidak sah, setidak-tidaknya di akui oleh Negara. Keadaan mana sangat berpengaruh besar terhadap ketentraman jiwa kedua belah pihak. C. Status perkawinan beda agama menurut UU No. 1 Tahun 1974 Berbeda dengan hukum perkawinan sebelumnya yang menganut konsepsi hukum perkawinan perdata, Undang-Undang No. I Tahun 1974 justru memberikan peranan yang sangat menentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan kepada hukum agama dan kepercayaan masing-masing calon mempelai, di samping unsur-unsur lain seperti unsur biologis, social dan unsur-unsur hukum adat. Keadaan sebagai dimaksud, akan nampak dengan jelas dalam pasal 2, yang !!!e!!jad!kan huku111 agan1a dan kepercayaan itu sebagai ukuran untuk 1nenentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan, pasal 8 sub f, mengenai larangan perkawinan berdasarkan agama dan pasal 51 ayat (3), yang menentukan bahwa wali dalam melaksanakan tugasnya wajib menghormati agama atau kepercayaan si anak ya.rig berada di bawah perwaliaannya. Pemberiaan peran yang sangat besar kepada hukum agama ini akan lebih jelas lagi bi la kita baca penjelasaan pasal 2 ayat (I) yang menyatakan "Tidak ada perkawianan diluar hukum agamanya dan kepercayaannya itu". 67 Hazairin, secara tegas dan jelas memberi penafsiraan dari pasal 2 ayat (1) beserta penjelasaannya itu bahwa: "Bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk kawin dengan melanggar "Hukum agamanya sendiri". Demikian juga bagi orang Kristen dan Bagi orang Hindu atau "Hindu-Budha" seperti yang dijumpai di Indonesia". 10 Karenanya ha! itu berarti "Jalan buntu" bagi pasangan··pasangan yang akan melangsungkan perkawinan antar agama, sebab selain dari adanya ketentuaan tersebut di atas, mereka juga sudah tidak mungkin lagi untuk menggunakan saluran ketentuaan perkawinan campuran sebagai diatur dalam bagian ketiga dari Bab XII Undang-Undang Perkawinan ini, karena rumusan yang diatur dalam pasal 57 itu pun tidaklah meliputi perkawinan antar agama clan dengan sendirinya ketentuaan tersebut tidak dapat diterapkan terhadap perkawinan semacam itu. Kemungkinan akan timbul suatu pertanyaan mengenai, apakah sekarang ini tidak !!!cmgkin untuk rn~!>ggg1makan ketentuaan-ketentuaan dari Stb.1898/158? Mengenai ha! ini kita akan melihatnya melalui ketentuaan pasal 66 dari UU No. I talmn 1974. Pasal 66 tersebut menyatakan bahwa, dengan berlakunya Undang-Undang ini ketentuaan-ketentuaan yang diatur dalam kitab-kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Ordonosasi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijk Ordonanlie Chris/en Indonesiaers, S. 1993 No. 74), Peraturan Perkawinan Campuran !O 1-Iazairin., Tinjauaan 111engenai Undang-Undang Perkalvinan No1nor I No 1974 lentang [>erkalvinan (Jakarta: Tintamas, 1975), Cet.ke-1, h.5-6 63 (Regelling op de Gemengde !Iuweliiken S. 1898 No. 158) dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang Perkawinan sejauh telah di atur dalarn undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku. Dari ketentuaan pasal 66 itu, jelas kepada kita bahwa ketentuaan-ketentuaan GHR (Stb. 18981158) itu pun tidak dapat diberlakukan lagi karena disamping ketenluaannya telah rnendapat pengaturan dalam UU No. 1 Talmn 1974, GHR juga mengandung asas yang be1tentangan dengan asas keseimbangan kedudukan hukum antara suami isteri sebagai yang dianut oleh UU No. 1 Tahun 1974. Selain itu juga kita ketahui bal1wa rnmusan perkawinrn1 Crnnpuran dalam GHR berbeda dengan rumusan dalam UU No. I Tahun 1974 itu. Jadi jclaslah bahwa UU No.] Tahun 1974 benar-benar telah menutup pintu bagi te1jadinya perkawinan antar agama, sepe1ii yang dijelaskan dalam penjelasaan pasal 2 ayat (I )-nya itu. Di dalam prakteknya, sekarang ini perkawinan antar agama masih banyak terjadi dan dalrnn prakteknya itu pula perkawinan antar agrnna itu dilakukan di Kantor Catalan Sipil setempal dan ha! ini terjadi karena memang hanya Kantor Catalan Sipil itu sajalah yang bersedia melayani mereka alas dasar kebijaksanaan yang didasari pemikiran "Daripada mereka hidup bersrnna di luar perkawinan, lebih baik Catatan Sipil meresmikannya saja." Dan dalam kenyataanya sampai sekarang 69 belum pemah ada keputusan Pengadilan yang membatalkan ataupun menyatakan tidak sah perkawinan antar agama yang dilakukan di Kantor Catalan Sipil tersebnt. 11 Rusli dan R. Tama menyatakan, bahwa di dalam prakteknya, masyarakatjuga beranggapan bahwa perkawinan yang dilakukan di Kantor Catatan Sipil sudah sah menurut hukum Negara dan pelaksanan perkawinan menurut hukum agamanya masing-masing diserahkan kepada kehendak pihak-pihak yang bersangkutan, yang menurut mereka hanyalah menyangkut hukum agamanya saja 12 Mengenai formalitas dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat melangsungkan perkawinan antar agama di Kantor Catatan Sipil, selanjutnya Rusli dan R.Tarna mengata] "Perkawinan biasa" (yaitu perkawinan bagi mereka yang bukan beragama Islam) yang dilakukan di Kantor Catatan SipiL D. Akibat Perkawinan Bcda Agama Terwujudnya kebahagiaan rumah tangga yang kekal lahir batin berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan tujuan yang utama suatu ikatan perkawinan, sesuai ketentuaan Yang Maha Esa, merupakan t~juan yang utama suatu ikatan perkawinan, sesuai ketentuaan Pasal l UU Perkawinan. Baik dalarn lingkungan masyarakat sekitar, maupun dalam lingkungan masyarakat sekitar, begitu pula keturunan merupakan bagian tidakk terpisahkan dari suatu keluarga, karena 11 Rusli dan R.Tama, Perkawinan Anlar Agama dan Masa/ah1!va, (Bandung: Shantika Dhanna, 1984), h. 37. 12 Rusli dan R.Tama, Loe.Ci/ 70 merupakan salah satu tujuan perkawinan. Sebab itulah bagaimana pengaruh perkawinan beda agama dalam ha! itu perlu dikemukakan dalam bab ini. a. Pengaruhnya Dalam Kehidupan Sosial manusia sebagai mahluk social tidak bisa menghindar dari kenyataan yang ada, yaitu harus hidup bermasyarakat, dan dia memerlukan masyarakat keluarga. Keluarga adalah sebuah kelompok masyarakat yang terkecil, yang dari beberapa masyarakat akan membentuk masyarakat dari beberapa masyarakat akan terbentuk sebuah Negara, yang dari sebuah Negara tersebut akan melahirkan berbagai macam peraturan ataupun berbagai hukurn untuk mengatur tata cara hidup bermasyarakat. Hukum adat merupakan sebuah Implementasi dari berbagai kesepakatan antara keluarga ataupun masyarakat yang ada dalam suatu kampung, hukum adat juga merupakan sebuah aturan yang sangat mengikat bagi setiap orang yang ada di dalam kekuasaan hukum adat tersebut, karena memang hukum adat lahir dari sebuah kebiasaan yang te1jadi pada suatu masyarakat, clan bisa dikatakan bahwa hukum adat adalah lmkum yang bersifat normative, yaitu berbicara tentang yang seharnsnya terjadi, bukan bicara mengenai suatu yang baru yang tidak semestinya te1:jadi. Begitu juga dengan sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok. Dari pengertian diatas dapat kita pahami bahwa hukum adat juga merupakan suatu bahasan yang ada dalam sosiologi, dimana sosiologi juga membahas berbagai macam kebiasaan yang ada dalam masyarakat, 71 baik itu kebiasaan yang berbentuk perbuataan ataupun gejala-gejala yang ada dalam masyarakat. Perkawinan beda agama yang ternyata memiliki arti penting dalam mengukur tingkat hubungan keserasiaan dan rasa solidaritas antar umat beragarna. Tindakan yang secara langsung menyinggung emosi keagamaan itu, paling tidak dapat digunakan untuk mengetahui sikap-sikap dan pelaku dan penganut agama. Sikap dan tingkah laku yang mtmcul ternyata tidak mengindikasikan menguatnya rasa permusuhan, melainkan sebalilmnya. Beberapa sikap yang menandai semakin kuatnya hubungan social antara umat beragama antara lain: a. Adanya kerja sama warga untuk menjaga rumah ibadah b. Adanya kegiataan gotong royong membersihakan lingkungan. Dalam hal pergaulaan antar umat beragama, pada prinsipnya setiap agama tidak melarang bergaul dengan penganut agama lain. Biasanya pergaulaan ini te1jadi pada organisasi social, upacara adat dan lain-lain. Beberapa jenis kegiataan social yang sering diikuti secara bersama-sama seperti kerja bakti, ronda kampong, clan lain lain. Dalam masalah tipe-tipe kepeduliaan social terhadap masyarakat yang menghadapi kesulitan, tampaknya semua agama sepakat untuk membolehkan dan bahkan mew<\jibkan membantu sesama tanpa mengaitkan dengan agama dan etnis. Apapun yang terjadi dalam masyarakat, dari permasalahan yang kecil sarnpai permasalahan yang besar merupakan lahan garapan bagi sosiolog untuk menelitinya. 72 Inilah yang menarik dari sosiologi, yaitu berbicara mengenai apa yang terjadi dewasa ini dan mengalir bcgitu saja tanpa hams diarahkan kemana suatu permasalahan di bawa. 13 Perkawinan beda agama merupakan sebuah fenomena yang terjadi dewasa ini dan masuk dalam kategori bahasan sosiologi, karena dalam masalah perkawinan beda agama akan menimbulkan berbagai macam pe1im1yaan yang harus di cari tau jawaban. Diantaranya : Sebagaimana telah disebutkan bahwa kehidupan masyarakat terutama Jakarta sudah demikian kompleknya, siakap masyarakat kota tersebut pada umunya lebih moderat dibandingkan masyarakat desa yang biasanya lebih fanatic, khususnya dalam masalah hubungan antara penganut agama, bahkan dalam kehidupan tertentu ada pula daiantaranya yang terpaksa mengabaikan ajaraan agamanya. Akan tetapi pada sebagian lainnya dari penduduk Jakarta itu terutama bagi yang bcragama Islam, hukum agama masih tetap dipegang teguh sebagai norma yang bcrpengaruh dalam segala aspek kehidupannya, termasuk dalam masalah perkawinan. Baginya berlaku lmkum Islam sejak zaman penjajahan hingga sekarang, yang dahulu dianggap sebagai hukum adat bagi umat Islam Indonesia berdasarkan teori recepsi. 14 Masa silam umat Islam Jakarta masih peka terhadap gejala-gejala atau sikap tingkah laku masyarakat yang diyakini benar-benar telah melanggar hukum agama 13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1999), Cet.ke- 31, h. 22 14 Sayuti 1~halib, Receptio ,./ Contrario, Hubungan fluku111 Ada! dengan f!ukzan fs/0111, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), hal 13 73 Islam. Sikap itu terbukti ketika terjadi perkawinan campuran antara R.A Soemantri seorang wanita Islam dengan U.E Modellu pria Kristen, yang dilangsungkan di Gereja dihadapan Pendeta Supit. Dalam kasus ini menunjukan bagaimana kerasnya uamt Islam menentang perkawinan itu. Sebanyak 5000 orang Islam berkumpul di ma~jid Tanah Abang dan 1500 orang Islam di masjid At-Taqwa Krukut, mengajukan resolusi kepada pemerintah agar membatalkan perkawinan itu dan menghapuskan OHR. Stb. 1898-158 itu. 15 Kalan diperhatikan resolusi-resolusi dan demontrasi··demontrasi tersebut sangat beralasan. Pertama, perkawinaan tersebut, bertentangan dengan agama yang sudah merupakan kesadaran hukum masyarakat maka wajarlah sikap itu te1jadi, sehingga tidak mungkin disetl\iui. Kedua, masalah perkawinan itu tidak hanya menyangkut kepentingan individu, minimal segolongan umat akan merasakannya sebab menyangkut keyakinan yang diikuti bersama. Oleh karena itu peraturan dan perbuataan yng bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat, akan dianggap mengganggu ketertiban umum. Hal itu pula membuktikan bahwa masalah perkawinan bukan masalah perdata, tetapi lebih merupakan masalah public, karena 1tu. ,a k an men dapat perI iatian . masyara k at Iuas 16 . Hal itu membuktikan, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan ajaran agama tidak hanya urusan individu semata seperti di Baral, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari segala aspek kehidupannya. Oleh karena itu setiap 15 S Gautaina (Gouw Giok Siong), Segi-Segi Hukurn Peraluran Perkawinan l'cunpuran, (Bandung: Alumni. 1973), ha!. 188-189. 16 M yahya Harahap, Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional (Mcdan:CV "!\·ding Co, 1975), hal.5 74 perbuataan juga peraturan yang menyampaikan ketentuaan agama akan selalu gaga!, karena sulit sekali bagi setiap umat beragama untuk menerima hal-hal yang bertentangan dengan keyakinannya itu. 17 Pada masyarakat yang berpegang tegnh dan taat b~ragama, sebenarnya mempunyai toleransi besar terhadap sesama wnat beragama lainnya, karena agama manapun mengajurkan demikian. Tetapi sikap itu akan berubah menjadi fanatisme yang meluap-luap, manakala dihadapkan pada masalah-masalah yang langsw1g menyinggung persoalaan agamanya. Sebagaimana halnya terhadap perkawinan Beda Agama yang diyakini bertentangan dengan hukwn agamanya. Sebagaimana halnya terhadap perkawinan Beda Agama yang diyakini bertentangan dengan hnkum agamanya, seperti pada kasus tersebut di atas, cukup menimbulkan reaksi menentang dari masyarakat. Oleh sebab itu perkawinan yang tidak dibenad-:a!1 agama yang bersangkutan, akan menimbulkan sikap kurang simpatik dan hubungan dengan masyarakat akan menjadi renggang. Hal seperti itu tidak hanya dirasakan di Indonesia tetapi juga bisa te~jadi di negeri-negeri lain, terutama yang berpenduduk muslim. Bahkan di Negara Barnt sekalipun, pengaruh perkawinan antar orang berlainan agama dapat berpengaruh pula pada hubungan keluarga dan kerukunan hidup beragama, minimal hamhatan karena perbedaaan keyakinan itu. 17 A Gerungan, "Ps)'Chologi ~'>osial, Sualu Penganlar", (Jakarta:P1~ Eresco, 1997), hal.30 75 b. Pengaruhnya Terhadap Keluarga Tujuan yang paling penting dari suatu dari sustu Perkawinan adalah, terciptanya kehidnpan rumah tangga yang damai dan tentram serta pergaulaan yang dilandasi rasa penuh kasih saying (Mawadah wa Rahmah) antara suami isteri. Kebahagiaan rumah tangga itu amat luas dan pengertiaannya sangat dalam, menyangkut j asmaniyah dan rohaniyah, material dan spiritual, dalan1 hubungan antara suami dan isteri, bersama anak-anak dan orang tua, bahkan dengan masyarakatnya. Tujuan Perkawinan tersebut akan dicapai apabila di antara suami-isteri selalu dapat diwujudkan kerukunan hidup, rasa toleransi, hormat rnenghormati, saling pengertian, dan keserasiaan dalam segala hal yang menyangkut kehidupan rumah tangga keadaan seperti itu akan dipengaruhi pula oleh bentuk perkawinan yang dilakukan. Hasbullah Bakiy Mengatakan, "kebahagiaan rumah tangga sudah harus dimulai dari awalnya, dari pintunya yakni perkawinan, supaya suami-isteri punya dasar 11idup yang sama aga1na yang sama sejak hari rumah ta11gg?. yang pertam2, yakni sejak dilangsungkan akad nikah menurut hukum agama." 18 Untuk lebih mengetahui tentang akibat dari perkawinan beda agama, penulis mcncoba mengambil contoh dari kehidupan Jamal Mirdad, pelaku pemikahan beda agama. Berdasarkan wawancara dengan Jamal Mirdad dan keluarga, ada beberapa masalah yang timbul dalam keluarga : 18 1-lasbulfah Bakry, ~'>ualu Ko111enlar lentang Undang-Undang No. 1 l'ahun 1974: Ku111pulan Lengkap Undang-Undang dan Peraturan Perkmvinan di Indonesia, (Jakarta: Jambatan. 1978), hal. 346 76 I . Keharmonisan rumah tangga Menurut hasil wawancara, pada dasamya kehidupan keluarga mereka harmonis, karena adanya saling penge1iian dan kebijaksanaan kedua pasangan, dan selama tidak ada pemaksaan kehendak dari masing-masing pihak. namun secara tersirat terjadi "perang dingin" dalam menancapkan pengaruh terhadap anak-anak supaya mengiknti salah satu dari mereka. 2. Kesulitan untuk menentukan status agama anak Berdasarkan basil wawancara dengan Jamal, dan kedua orang anaknya, Naysila dan Kenang, terdapat kesulitan dan kebimbangan dalarn rnenentukan pilihan agama bagi anak-analmya. Hal ini dapat dilihat umur anak-anaknya yang sndah rnencapai umur 20-an tahun belurn bisa menentukan pilihan agama mana yang harus di annt, dengan alasan masih membandingkan dan mempelajari aga.'Ua. 3. Kesulitan pembagian harta waris Untuk harta warisan kepada anak-anaknya Jamal belurn menentukan hnkurn apa yang digunakan dalam membagi warisan. Namnn kalau diterapkan secara islam maka anak-anaknya tidak mendapatkan warisan, karena perkawinannya tidak sah, dan keturunannya dianggap sebagai anak haram BABY PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan-penjelasan dia atas terdapat beb1:rapa kcsimpulan antara lain : I. Yang dimaksud perkawinan beda agama adalah perkawinan antara dua orang yang berbeda agama dan masing-masing tetap mempertahankan agama yang dianutnya. Undang-Undang perkawinan J\o. I Tahun 1974 tidak mengatur tentang perkawinan antar agama, maka kenyataan yang te1:jadi dalam masyarakat apabila ada dua orang yang berbeda agama akan mengadakan perkawinan sering mengalami hambatan, ha! ini disebabkan antar lain karena para pejabat pelaksana perkawinan dan pemuka agama atau Ulama menganggap bahwa perkawinan yang demikian dilarang dan ticlak sah oleh agama, karena bertentangan dengan Undang-Undang perkawinan No. I Tahun 1974. Berarti setiap perkawinan yang dilakukan bcrlcnlangan dcngan kctcntuaan hukum agama dengan scndirinnya menurut hukum perkawinan belum sah dan tidak mempunyai akibat hukum sebagai ikatan perkawinan. 2. Akibat dari perkawinan beda agama contoh dari keluarga Jamal Mirdad A. Kcharmon isan rum ah tangga pada dasarnya kehidupan keluarga mereka harmonis, karena adanya saling pengertian dan kebijaksanaan kedua pasangan, dan selama tidak 78 ada pemaksaan kehendak dari masing- masing pihak. namun secara tersirat terjadi "perang dingin" dalam menancapkan pengaruh terhadap anak-anak supaya mengikuti salah satu dari mereka. B. Kesulitan untuk menentukan status agama anak Jamal, dan kedua orang anak-anaknya, mendapat kesulitan dan kebimbangan dalam menentukan pilihan agama bagi anak-anaknya. Hal ini clapal dilihat umur anak-anaknya yang sudah mencapai umur 20-an tahun belum bisa menentukan pilihan agama mana yang harus di anut, dengan alasan masih mcmbandingkan clan mempelajari agama C. Kesulitan pembagian harta waris Untuk harta warisan kepacla anak-anaknya Jamal belum mencntukan hukum apa yang digunakan clalam membagi warisan. Namun kalau cliterapkan secara islam maim anak-anaknya tidak menclapatkan warisan, karena perkawinannya tidak sah, clan keturunannya clianggap sebagai anak haram B. Saran I. Henclaknya bagi seluruh masyarakat yang ingin mclaksanakan perkawinan, terlebih dahulu mengerti clan memahami arti sebuah perkawinan itu sendiri karenajika mereka telah memahami arti sebuah perkawinan, maka mcreka harus mempersiapkan segalanya clcngan baik dan matang, baik itu persiapan rohani maupun jasmani, sehingga dalam mencari jodoh, mereka harus benar-benar memilah clan memilih mana yang terbaik baginya, 79 baiknya untuk mempertimbangkan problem dan dampak-dampak yang akan terjadi dari pcrkawinan tersebut. 2. Kepada anak-anak hasil perkawinan beda agama, hendaknya nada memahami dan mengerti betul ajaran agama yang dianut kedua orangtua anda, dan juga anda harus memahami dan mengetahui dampak-dampak yang te~jadi akibat perkawinan yang dilakukan orang tua anda. Bagaimanapun anda harus pintar-pintar mencari tahu hal-hal di atas, lain hal jika orang tua anda termasuk orang tua yang terbuka kepada anak anaknya, maka anda tidak perlu repot-repot mencari tahu hal-ha! di alas. Namun jika orang tua anda merupakan tipe orang tua yang te1tutup dan bahkan sedikit memaksa anak-anaknya kepada keingina.n mereka, malca anda menjadi orang yang pintar untuk memilih jalan hidup sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun, karena jika tidak, maka anda akan menjadi salah satu korban akaibat perkawinan beda agama yanga akan mendapat tekanan dan paksaan dari orang tua anda, dan kalaupun tidak anda akan menjadi anak yang kurang mendapat perhatiaan dan kasih sayang orang tua. 3. Kepada para tokoh atau pemuka agama, organisasi dan lembaga keagamaan serta pakar hukum dibidangnya, agar lebih responsif terhadap gejala-gajal yang timbul berkenaan dengan perkawinan beda agama itu, apbila diyakini perakwinan itu bertentangan dengan ketentuaan agama sekaligus melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan 80 cara ini diharapkan semua pihak terkait akan tergugah untuk memperbaiki diri dari sikap yang menyimpang. 4. Tidak aka! pentingnya upaya menefektifkan pendidikan agama bagi seluruh anggota masyarakat Indonesia, termasuk para remaja dan anak anak. Penngenalan agama tidak cukup hanyja tentang peribadatan yang sifatnya formal, tetapi juga pengenalan hukum yang secara praktis dalam kehidupan yang akan dialaminya, termasuk dalam masalah perkawinan. Dengan pendidikan dan pemahaman agama serta hukum itu, diharapkan setiap anggota masyarakat akan mengetahui seperlunya, sesuai ketentuaan hukum agamnya. Dengan upaya itu diharapkan perkawinan beda agama yang tidak diizinkan oleh hukum agamanya tidak akan te~jadi Iagi. 5. Terhadap pelanggaran ketentuaan Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 khususnya berkaitan dengan perkawinan antar orang yang berlainan agama, maka alangkah baiknya bila diatur pula tentang sanksi hulrnm pidana yang tegas dan layak, sanksi tersebut dapat dikenakan baik terhadap pejabat yang dengan sadar memberikan peluang te1jadinya perkawinan yang memiliki halangan menurut hukum masing-masing agamanya, maupun terhadap suam i isteri pelaku perkawinan tersebut, sanksi terse but dapat. berupa hukuman penjara misalnya atau berupa denda, disamping ancaman pembatalan perkawinan mereka. Tanpa sanksi pidana yang memadai, pelanggaran terhadap ketentuaan perkawinan antar orang berlainan agama tersebut akan selalu mungkin terjadi, dan penegakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 secara ideal akan sulit dilakualrn, sebab terhadap 81 perkawinan tersebut selalu saja ada pihak yang bersikap pro dan kontra tentunya, oleh karena itu kepada pejabat yang be1wenang agar lebih mempertegas dan memperjclas tentang aturan dan hukum perkawinan beda agama tersebut. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur 'an Al-Karim Alhamdani. I-LS.A. Risa/ah Nikah: Hukum Perkawinan Lvlam. Jakarta: Pustaka Amani, 1989 Ali, Muhammad Daud, Perkawinan Campuran Antara Orang-Orang Berbeda Agama. Jakarta Al-Hikmah & Dit. Binbapera, 1993 Asmin. S.H. Status Perlwwinan Antar Agama di Ti1?iau dari UU Perk.awinan No 1 Tahun 1974. Jakarta: PT Dian Rakyat, 1986 Al-Quran dan Te1jemahnya, .Jakarta, Departemen Agama RI, 1998 Bakiy, K.H. Drs. S.H. Hasbullah. Suatu Komentar tentang Undang-Undang No. 1 Tahun 1974: Kumpulan Lengkap Undang-Undang dan Peraturan Perkawinan di Indonesia. Jakarta: Jambatan, 1978 Departeman Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putera, 1998 Departeman Agama RI. Pedoman Pegm1,ai Pencatal Nikah (PPN). Jakarta Proyek Pembinaan Sarana Kagamaan Islam, Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Departeman Agama, 1984 Gautama, Prof. MR. DR. S. (Gouw Giok Siong), Hukum Antar golongan: suatu pengantar, Jakarta: Ichtim· Barn - Vanhoeve, 1980 Gerungan, A. "P.1ychologi Sosia/, Suatu Pengantar". Jakarta: PT Eresco 1997 Harahap, M Yahya, Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional. Medan:CV Trading Co, 1975 Hazairin. Prof. Dr .S.H. Tinjauaan mengenai Undang-Undang Perkmvinan Nomor 1 No 1974 tentang Perkawinan. Jakarta: Tintamas, 1975 J. Moleong. Dr. M.A. Lexy. Metodologi Penelitiaan Kualitatil Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1998 .Tamali, R. Abdul.S.H. Hukum Lvlam. Bandung: Mandar Maju, 1992 Rafiq. Drs. M.A. Ahmad. Hukum Islam di Indonesi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995 0'1 83 Majelis Ulama Indonesia, "Himpunan Keputusan dan fatwa lv!aje/is Ulama Indonesia". Jakarta: Sekretariat Majelis Ulama Indonesia Masjid Istiqlal, 1995 Mubarak, Jaih, Moderinisasi Hu/aim Perkawinan di Indonesia. Bandung : Pmtaka Bani Quraisy, 2005 MS, 0. S Eoh, Sh, Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. R<;ja Grafindo Persada, 1996 Nadi, Syarif, "Bahaya Nikah Beda Agama" Majalah Tabligh, Vol.Ol/No.03/0ktober 2002 Ramulyo, S.H. M.H. Moh.Idris. S.H. M.H. Hukum Perkawinan Jslam. Suatu Analisis Dari Undang- Undang No I Tahun 1974 Dan Kompilasi Hu/mm Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Rusli. S.H dan R.Tama S.H. Perkawinan Antar Agama dan lv!asalahnya. Bandung: Shantika Dharma, 1984 Saleh, K. Wanjik, Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976 Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakmia: PT. R Soemiyati, S.H. Hu!aJm Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan. Yogyakarta: Liberty, 1997 Syahrani, Riduan, Perkawinan dan Perceraiaan bagi pegawai Negeri Sipil, Jakarta: PT. Media Sarana Press, 1986. Subekti, R dan 1jitroudibyo, Kitab Undang- Undang hhukum perdata, Jakmia: Pramadya Paramita, 1996 Subekti, R, Pokok- Pokok J-lukum Perdata. Jakarta: Intermasa, 1993 Subekti, R, clan Tjitrosuclibyo, Kitab Undang- Undang J-Iukum Perdata. Jakarta: Pramadya Paramita, 1996 Thalib, S.H. Sayuti, Hukum Kekeluargaan Di Indonesia. Jakmia: Universitas Indonesia, 1982 Thalib, Sayuti, Receptio A Contrario, Hubungan Hukum Ada/ dengan J-Iukum 11'/am. Jakarta: Bina Aksara, 1985 84 Wirjono Prodjodikoro, R, Hukum Perkawinan Di Indonesia. Bandung: Sumur Bandung 197 4 ------Hukum A nlar Golongan di Indonesia. Jakarta: Smnur Bandung, 1981 Wignjodipuro, S.H. Surojo, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995 Lampiran-Lampiran 1-Iasil Wawru1cara Nama yang diwawill1carai : Jill1ial Mirdad Jabatan : Pelaku Perkawinan Beda Agama ( artis ) Tempat wawill1cara : Di rumah yang bersill1gkutan Jin. Cirendeu Permai Lembah 2 No. 12 I-Iari Wawancara : I 0 April 2007 I. Tolong Bapak jamal sebutkan jumlah keluarga Bapak Jamal lengkap dengan nama, usia, asal, pekerjaan dan agama yang dianut masing-masing ? a. Saya sendiri Jamal Mirdad, usia 47 Talnm, asli Jawa-Arab, pekeijaan Wiraswasta dan penyanyi, Agill11a Islam b. Istri saya, Lidya Kandaow, usia 42 Tahun, asli Belanda-MMado, pekerjaan artis, Agama Kristen c. Anak pertama saya, Nana Mirdad,usia 21 Tahun, asal Jakruta, peke1jaan mtis, untulc Agama masih belum jelas agmnanya atau seclang pembelajaran cl. Anak kedua saya, Kenang Kanna Mirdad, usia 20 tahun, asal Jakarta, peke1jaan Mahasiswa di Prasetya Mui ya, untuk Agama masih belum jelas agamanya atau sedill1g pembelajarill1. e. Anak ketiga saya, Naysila Mirdad, usia 19 Tahun, asli Jakarta, pekerjaan artis, untuk Agama masih belum jelas agmnill1ya atau seclang pembelajaran. f. Anak keempat saya, Natanna Gaza Mirdad, usia 13 Tallun, asli Jakmta, peke1jaill1 pelajar Bakti Mulya, untuk Agama masih belum jelas agamm1ya atau sedang pembelajaran. 2. Apa faktor/ penyebab bapak Jamal sampai bapak Jamal bisa menikah dengill1 orang yang berbecla agama( !bu Lidya )? Ada beberapa ha! kalau di tanya tentnag hal itu, kalau ditanya mengenai Habclulminanas, karena fisik cantiknya, tapi kalau habduminnallah, karena niat baik clan ibaclah. 3. Selama Bapak Jamal berkeluarga dengan ibu Lidya, pernahkah te~jadi problem pada bapak/ anak-anak bapak yang menyangkut dengan agama? Bukan problem namanya, artinya panclang penclapat, bukan problem, kalau problem lebih pada masalah, tapi ini dikeluarga saya lebih cenderung bagaimana seseorang menafsirkan sehingga orang pendapat yang satu, berbeda clengan yang lai1mya berbecla, jadi agar dapat bisa dimengerti pendang pendapat tersebut. Tapi insyallah mudah-muclahill1 tidak ada keributan. 4. Anak-Anak Bapak Jamal clan Ibu Lidya, kan masih clalam tahap membandingkan atau tahap pembelajaran dari kedua agama Bapak Jamal dan I bu Liclya, apakah bapak memberikan batas waktu untuk memilih keclua agama yang di ill1Ut Bapak Jamal clill1 Ibu Liclya atau terserah anak-anak, kapan akan menentukan agill1ianya? Bukan terserah, juga tidak memberi batas waktu, tapi scbisa mungkindan sedinim mungkin, karena kematiaan itu tidak aakill1 pernah acla yang tahu. Kalau kita belum menentukan siapa Tuhan yang sebenarnya, dan kita belum menjalankan perintah Tuhan, kan kalau sudah meninggal kan saym1g, jadi intinya bukm1 terserah, semabah OBSERVASI DAN WAWANCARA ~ngan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan 0 una /A~b.3'\...U*I m 2-0 '3 C) '-1 Li I 0 l q-a T ll'Ultas ;:;'-f ?Y2 i :?I-\ t/3'Vl MVl<:.,ulA.--- rnsan sPr.) . og. Studi petz?J'.?l L ?VI 'VG o\N'\ zy--' ~nar-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kami atau saya ama :J tyM(fJA,_ h\¥"~01.;;-t) .bat an W\ 12,.?") vJ;Y)~ - ari dan tanggal wawancara I 0 - L/ - ?-OO T empat wawancara 1)\ \tZ-UtV\ 31~, 'emikianlah surat ini dibuat dengan sebenamya untuk dijadikan sebagai bukti otentik ila mana diperlukan. Jakarta, Y1mg Mewawancarai Yang Diwawancarai ( Megawati) ) Hasil Wawancara Nama yang diwawancarai : Naysilla Mirdad Jabatan : Anak hasil Perkawinan Beda Agama Tempat wawancara : Di rumah yang bersangkutan Jin. Cirendeu Permai Lembah 2 No. 12 Hari Wawancara : 5 April 2007 1. To long anda jelaskan jumlah keluarga anda lengkap dengan nama, usia, asal, peke1:jaan dan agama yang dianut masing-masing Keluarga inti aku ada 6 orang. a. Papah, Jamal Mirdad, usia 47 Tahun, asli Jawa-Arab, pekeijaan Wiraswasta dan penyanyi, Agama Islam b. Mamah, Lidya Kandaow, usia 42 Tahun, asli Belanda-Manado, peke1jaan artis, Agama Kristen c. Kakak pertama saya, Nana Mirdad,usia 21 Tahun, asa.l Ja.kmia, pekeijam1 miis, untuk Agama masih ada dihati kakak saya sendiri. cl. Ka.kale kedua saya, Kenang Kanna Mirdad, usia 20 tahun, asal Jakarta, pekerjaan Mahasiswa di Prasetya Mulya, untuk agama masih ada di hati kaka.k saya sencliri. e. Saya sencliri, Naysila Mirdacl, usia 19 Tahun, asli Jakarta, pekerjam1 miis, untuk Agmna masih acla clihati saya sendiri. f. Aclik Saya, Natanna Gaza Mirdacl, usia 13 Tahun, asli Jakarta, pekerjaan pelajar di Bakti Mulya, untuk Agmna masih acla clihati adik saya sendiri. 2. Apa yang Naysilla ketahui tentang Perkawinm1 Becla Agama, sebagaimana yang dilakukan oleh kedua orang tua Naysilla? Sebenarnya pernikahan beda agama bukan sesuatu yang baik ya, kalau menurut aku pada dasarnya, memang Tuhan hanya satu, tapi bagimanapun keagamaan itu juga mempunyai prinsip-prinsip, dasm·-clasar clan nilai-nilai yang berbeda. Jadi untuk membangun suatu keluarga yang utuh, walaupun dengan kebijaksanaan yang sangat besar, kalau kita menjalani dengan dua prinsip yang berbeda, ga akan jadi satu. 3. Bagaimana cara orang tua Naysilla dalan1 mendidik anak-anaknya, kaitannya dengan kebebasaan memilih agmna masing-masing atau pun jalur hidupnya kelakjika anak-ana.knya telah dewasa? Yaa .. kita jadi bisa lebih mengahm·gai prinsip orang, pendapat orm1g, hikmahnya kita bisa jadi lebih banya.k mengetahui apa yang mungkin orang orang ga tau. Papah clan Mamah mengajarkan kita untuk bijaksana gitu, bagaimana kita harus menentukan sikap, bagaimana kita harus mempunyai pencliriaan di saat-saat yang galau. 4. Apakah Naysilla mengetahui dampak yang akan timbul dengan diri Naysilla jika ternyata orang tua Naysilla berbecla agama? Ini tergantung pada anak-anaknya itu sencliri yaa, setiap manusia punya pikiran yang berbecla clan hati yang berbeda, tapi sebenarnya mau tanya ahli kejiwaan mana pun, menurut aku juga tetap aja ini ga baik untuk anak anaknya, climana mungkin acla kalanya sang anak itu jadi bingung, "acluh gw harus ke arah mana neh", ya walaupun orang tua itu menclidik clengan sangat sangat bijaksana, clengan sangat-sangat open mind, atau apalah, tetap aja pasti ada rasa bimbang, walaupun seclikit clihati anak-anaknya .. 5. Secara psikologis, apa yang Naysilla rasakan clengan kehiclupan keluarga Naysilla, apakah ada bcban mental yang Naysilla rasakan? Beban mental ngga gitu, karena bagimauapun kita teJbuka, kita sangat mengahargai gitu, secara psikologis awalnya juga sempel bingung, "ini gimana neh, nyokap gw begini, bokap gw begini", tapi lama-lama karena mungkin memang clari kecil cliajari untuk bisa menghargai, kalau bisa clibilang keluarga ini, bener-bener keluarga yang menurut aku seh yaa, ini habat banget bisa menerima perbeclaan apa aclanya. 6. Bagaimana lingkungan ( rumah, sekolah, clan teman main sinetron ) menilai atau memberikan respon kepacla Naysilla? Mereka Iebih menghargai keputusan aku, mereka juga rnembautu aku gitu, untuk menyakinkanapa sich yang aim mau sebenarnya. 7. Pernakal1 onmg tua Naysilla bicara tentang haiia yai1g abm clitinggalkan untuk anak-anaknya? Ngga pernah ngomongin warisan, lagi pula menurut aku buat apa cliomongin sekarang, kan orangi1ya masih ada. 8. Apa yang melatarbelakangi Naysilla tmtuk mempelajari keclua againa Orang Tua Naysilla, kenapa ticlak memilih saja cliantara dua againa itu? Untuk memilih, clalam hati kecila aim juga suclah memilih. aim suclah atu aku mau yang mana, akau mau kemana, tetapi menurut aim satu pilihan ga hai·us disebarluasin, yang pentinga bagaimana sikapa kita, perlakuaan kita, dai1 keputusan kita ini,agar bisa sangat halus cliterima sama orang. 9. Secara umum, bagaimana kehidupan keluarga Naysilla sc\ama ini, apakah hannonis atau ticlak? Masalah pasti acla, tapi kita scmua sclalu bisa menghancld itu dengan baik, clan dalam bidang agama, kita benar-benar punya kelonggaran yang sangat yaa, papah clan mamah juga selalu bilang, peh1jarin semua agama, agama apapun clan agama manapun pelajarin, sampai akhirnya karnu yakin clan kamu benai·-benar tahu apa yang kan karnu pilih nanti. I 0. Apakah Naysilla mempunyai teman-ternan yang nasibnya ticlak sebenrntung Naysilla, tapi posisinya sama clengai1 Naysilla, yaitu memiliki orai1g tua yang berbecla agarna, clari I 00%, berapa persen yang sama clengan Naysilla? Teman-teman aim acla mernpunyai nasib sama sepe1ii aku, yang orang tuanya berbeda agarna, clari I 00% teman-teman aku yaa, paling acla 30%-40%, jacli cukup besar juga akan. 2 11. Terakhir, apakah Naysilla mempunyai saran dan pesan untuk pasangan yang ingin nikah beda agama? Sada, saran dan pesan untuk pasangan yang ingin nikah beda agama, sebenatnya, kita membangun suatu gedung hams dengan fondasi yang kuat dan seirnbang, jadi kalau yang satu fondasinya tinggi, yang satu lebih pendek, walaupun itu curna 1 cm, berarti untuk rnembangun gedung ke atasnya ga akan jadi gedung yang kokoh. Jadi, apapun sebanarnya kita harus benar-benar sejalan, sekata dan satu prinsip. SURAT IIBTERANGAN OBSERVASI DAN WA WANCARA )engan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan -Tama w \-J\€~awo-1-; -Tim :;io;oy.4 '\ o ~117 lakultas Sar\'q)-\ &: on hv\<. urn urusan SAS 'rog. Studi : vero.ai\on C\3 q l'0 0. 3enar-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kami atau saya -Tama \\JQ'j s,~ \\C\ \J\1 ( c\ 0 d labatan 0.1-1-IS clari dan tanggal wawancara [empat wawancara )emikianlah surat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dij adikan sebagai bu1.'ii otentik )ila mana diperlukan. Jakarta, t;- / o 4 { o 1 Yang Mewawancarai Yang Diwawancarai ( Megawati) ) Hasil Wawancara Nama yang diwawancarai : Kenang Kanna Mirdad Jab a tan : Anak hasil Perkawinan Beda Agill11a Tempat wawancara : Di rumah yang bersangkutan Jln. Cirendeu Permai Lembah 2 No. 12 Hari Wawru1cara : 5 April 2007 I. To long anda jclaskan jumlah keluarga anda lengkap dengan nama, usia, asal dan agama yang dianut masing-masing Jumlah keluarga saya 6 orang, a. Papah, Jamal Mirdad,usia 47 Tahun,asal Jawa-Arab, pekerjaan Wiraswasta clan penyMyi, agama Islam b. Mamah, Lidya Kandaow, usia 42 Tahun, asal Belanda-Manado, pekerjaan artis, agama Kristen c. Kakak Saya, Nru1a Mirdad, usia 21 Tahun, asal Jakarta, peke1jaan artis, Agama masih dalam tahap pembelajaran atau masih tahap membandingkan kedua agama orang tua d. Saya sendiri, Kenang Kanna Mirdad, 20 tahun, asal Jakarta, peke1jaan Mahasiswa di Prasetya Mulya, Agama masih dalam tahap pembeli\jaran atau masih tahap membandingkill1 kedua agama orill1g tua e. Adik Saya, Naysila Mirdad, usia 19 Tahun, asal Jakarta, peke1jaru1 artis, Agama masih dalam tahap pembelajaran atau masih tahap membandingkan kedua agama Orang Tua f. Adik Saya, Natanna Gaza Mirdad, usia 13 Tahun, asal .Takarta,pekerjaan sekolah di Bakti Mulya, Agama masih dalrun tahap pembelajaran atau masih tahap membandingkan kedua agama Orang Tua 2. Apa yang Kenang ketahui tentill1g Perkawinill1 Beda Agama, sebagaimana yang dilakukan oleh kedua orang tua Kenang? Saya tidak mengerti yang dimaksud Perkawinan Beda Agruna itu 3. Bagaimana earn orang tua Kenang dalam mendidik anak-anaknya, kaitannya dengan kebebasaan memilih agama masing-masing atau pun jalur hidupnya kelak jika anak-anaknya telah dewasa? Orang Tua, mill11a mengajarkan cara-cara baik dari Kristen, papah mengajarkan cara-cara baik dari Islam, tapi mereka tidak memaksa, mereka memberi tahu, tapi pada dasarnya keputusill1 ada di ill1ak-anaknya, jadi kami ke gereja clan ke masjid juga, itu semua tru1pa paksaan, karena memru1g ill1ak anaknya yang ingin belajar dua-dua nya. Kami melkukannya dari kecil sampai sekarang. 4. Apakah Kenill1g mengetahui dampak yang akan timbul dcngan diri Kenang jika temyata orang tua kenang berbeda agama? Mennrut saya, itu wajar-wajar aja sich, setiap orang punya jalan sendiri sendiri, mungkin ini saya dikasih yang diatas jalannya begini, jadi harus terima apa adanya. 5. Secara psikologis, apa yang Kenm1g rasakan dengan kehidupffil keluarga Kenffilg, apakah ada be ban mental ayffilg Kenang rasakm1? Beban mental sich ga ada, justru malah saya mendapat banyak pembelajarffil dari dua agama, banyak belajar yang positiv dari Islam dan Kristen. 6. Bagaimffila lingkungan ( rumah, kmnpus, dan teman main ) menilai atau memberikan respon kepada Kenang? Teman-teman saya yang ga ada yang berprotes apa-apa sich, karena ini memang jalffil hidup saya, teman saya ga ada yang turut Cffi11pur yaa, hanya memberikan nasihat, 'Ya Nang, lo ngelakuiin yang terbaik lah, coba pilih pilih, jffi1gffi1 salah pilih". 7. Pernakah orffilg tua Kenang bicara tentffilg harta ym1g akan ditinggalkan untuk anak-anaknya? Ngga, Orang Tua ga pernah membicarakan tentang yang kaya gitu. 8. Apa yang melatarbelakangi Kenang untuk mempelajari kedua agama Orang Tua Kenang, apakah ada paksaan dari orffilg tua Kenang? Ga ada paksaan untuk mempelajari kedua agama itu, karena menurut saya, agama itu pondasi banget, tanpa ada agmna ga akan ada kehidnpan. 9. Secara um1m1, bagaimana kehidupm1 keluarga Kenm1g selffilm ini, apakah harmonis atau tidak? Harmonis, justru harmonis banget, keduany saling menghargai, kalau anak anaknya sedang melakukan ibadah salah satu agama ora11g tua kami, maka papah mmnah mernbolehkan, rnalahan rnereka rnenyuruh untuk mernilih yang terbaik, karena agama bukan paksaan. I 0. Terakhir apakah Kenang rnempunyai ternffil-teman yang nasibnya tidak seberuntung Kenang, tapi posisinya sarna dengffil Kenang, yaitu memiliki orang tua yang berbeda agama, dari 100% berapa persen ayang sama dengan Kenang? Punya, mungkin sekitar I 0%-15%. 7 SURAT KETERANGAN OBSERVASI DAN WA WANCARA engan ini menyatakan bahwa mahasi~wa yang bersangkutan ama : (V\CU\ru..o0-A.~ Jill : /).D'S 0 '-/1'..J I 01"1-'2+ akultas : ~/ ~'i&i'- ~Stll"-10\'1 l \v_°c:.uM .irusan : SA '> / fef'cwLl0-n o.qtAM.a rog. Studi : \( Qil:\.i:L\o-n °'Di ,enar-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kami atau saya rama : / [ari dan tanggal wawancara : c;- _Lr_ oi- , Ko.fV' 1\ 'empat wawancara : "(1-._ \.\ ('() 0."' )emikianlah surat ini dibuat dengan sebenamya untuk dijadikan sebagai bukti otentik 1ila mana diperlukan. Jakarta, Yang Mewawancarai ( Megawati) ( ) Hasil Wawancara Nama yang diwawancarai : H.M. Isa Anshary Jabatan : Asisten Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Tempat wawancara : Ruang sekretaris MUI, Jakarta Pusat Hari wawancara : 11 April 2007 1. Bagaimana pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Perkawinan BedaAgama? "kalau ditanya tentang permasalahan hukum perkawinan beda agama, menurut agama-agama yang diakui di Indonesia terns terang saya tidak mengetahui seluruhnya, saya hanya mengetahui menurut hukum Islam saja. Kalan menurut Islam yang saya ketahui bahwa hukmn perkawinan beda agama sebagaimana bunyi ayat 5 surat al-Maidah, di situ diterangkan bahwa pria muslim boleh menikah dengan wanita ahli kitab, tetapi ahli kitab dikalangan Ulama timbul perbeclaan. Penclapat siapakah yang climaksucl ahli kitab tersebut. Lalu mengenai wanita muslimah menikah dengan pria non muslim ini juga ada perbeclaan pendapat, ada yang membolehkan, tetapi banyak juga yang mengaharamkan". 2. Lalu apa alasan MUI mengeluarkan fatwa haramnya Pernikahan Beda Agama, sebagaimana clalam Islam sencliri ada juga Ulama yang berpendapat membolehkan perkawinan tersebut? "Alasan MUI mengeluarkan fatwa tersebut mengambil kaidah saddudzari'ah yaitu mengambil maslahat dan menghindari mafsaclat, karena clalam perkawinan tersebut banyak sekali te1jaclinya hal-hal yang akan menimbulkan mafsadat clalam keluarga clalam pasangan perkawinan tersebut". 3. Bagaimana menurut Bapak tentang orang-orang atau golongan yang mengusung atas nama Bak Asasi Manusia clan juga contrac legal drafting yang mebolehkan perkawinan tersebut? Sekarang persoalannya, bagaimana pola barat atau pola Islam, kalau kita masuk ke clalam aganm Islam, berarti kita terlihat dengan koriclor sesuai clengan hukum-hukum Islam itu sencliri. Barat mengatakan clengan teorinya Secountriout, tokoh di Denmark atau Australia itu, seorang Expert, ahli dalam bidang ini, ilmuwan. Dia mengatakan, "saya senang dengan seorang wanita, kenapa ticlak boleh berhubungan secara biologis dengan wanita tersebut, saya mau, dia mau, senang, suka sama suka, kami adakan hubungan seksual bersama, lalu kenapa agama melarangnya". Kita punya agama Islam melarang kan, tapi dia senang sama senang menurut dia Bak Asasi Manusia, hak asasi inikah yang kita pertahankan kalau tidak sesuai clengan ajaran Islam, itulah bedanya Islam clengan Hale Asasi, asasi yang liberal, anda silakan tanya ke orang yang berfikiran liberal, kita silakan berpola fikir bebas, liberal, tapi kmidor kita punya Al-Qur'an clan hadits. Contolmya: saya senang sama seseorang, terns saya melakukan hub. Intim clengan dia di luar nikah, dalam Islam hukumnya Zina. Dalam Hak Asasi Manusia, tidak boleh diganggu. Contonya wakh1 saya ke Belanda, ada lbunya buka pintu, anaknya sedang melakukan hubungan intim dengan pasangannya di luar nikah atau seks bebas, malah orang hmnya minta maaf, karena telah mengganggu Hak Asasi oarang yang sedang nyaman. Orang tuanya merasa menganggu ketentraman orang lain. Apakah Islam mengajarkan demikaan, Islam punya hukum sesuai kaidah syariah, punya Al-Qur'an, Hadits, Rayu, ljtimah, Ijtihad. Koridor inilah yang membatasi kita, perbcdaan kita, hak asasi pola pikir yang liberal, dengan pola pikir yang dikoridori oleh syariatullah mclalui Al-Qur'an dan Hadits Nabi, clan sumbcr-sumber hukum yang lainnya. !tu pandangan Islam. Seperti orang Islam mengatakan Hak Asasi tentang Playboy (majalah pria dewasa di Indonesia) sumber ekspresi, karena itu seni. Menurut dia kan seni, tapi sisi lain mcnurut agama kita kan melarang membuka aura!. Jadi liberal silakan, tapi ada koridor hukum yang mengatur, tata cara kehidupan kita namanya Habduminallal1, yaitu alddal1. Habduminnas yaitu perkawinan, muamalat, munakahat, faraidth, dan lain sebagainya, itu horizontal, hubungannya dengan manusia. 4. Menurut Bapak sendiri, apa sebenarnya faktor yang menyebabkan te~jadi perkawinan beda agama tersebut? Tanya kepada orang yang membolehkan Perkawinan Beda Agama, Majelis Ulama Indonesia, mengeluarkan suatu fatwa tahun 1980, Perkawinan Beda Agama hukumnya haram, sampai sekarang orang yang melakukannya tetap zina, tidak sah. Indonesia saja melarang, di Indonesia saja tidak membolehkan Perkawinan Beda Agama, kalau menikah harus di Luar Negeri, kalau sampai ada KUA yang menikahkan bisa di copot. Indonesia ini negara yang melarang, tidak ada Undang-Undang yang mengatur tentang itu, Islam pun melarang, masih saja dilanggar, yaa tanya Hak Asasi yang melakukan,. Kalan tanya dasarnya silakan tanya Jamal Mirdad. 5. Terakhir, menurut bapak apa problem yang akan dihadapi dari Perkawinan Heda Agama tersebut dan dampak hukum bagi anak hasil perkawinan tersebut? Scmua yang diatur oleh agama, lnsyallah agama itu tidak bercerai-berai, yang kita carikan rahmatan agama itu kan, rahmatan Iii alamin dalam Islam itu no satunya, tujuan dari perkawinan itu sendiri kan sakinal1, mawadah, waramah. Bagaimana kedamaiaan akan terwujud kalau beda agama, yang satu salat, yang satu tidak, satu gereja, satu ke masjid. Tentu d:m1paknya terhadap keturunan tidak baik, mungkin juga ada misi tertentu, supaya anak hasil Perkawinan Beda Agama, Islamnya lemah atau tidak ada lagi yang masuk Islam. Maka itu, ada Undang-Undang No. I Tahun 1974, di Indonesia yang tidak mengatur tentang Nikah Beda Agama, clan Majelis Ulama Isndonesia sudah jelas melarang. Dan dampak hukum bagi anak, dalam Islam di atur hukum faraidh Al-Imran ayat 11 kalau tidak salah, diatur sedemikian rupa rinci sekali. Tidak terdapat perbedaan pendapat, 2 banding 1 syaratnya seagama, kalau tidak seagama tidak dapat waris, tapi anak, orang tua dalam Islam, tidak bisa dirubahkan bin dengan bintinya, tetap dia anaknya. Persoalaan akidah ini, persoalaan yang pokok. Inilah yang berakibat kawin beda agama, masalah hmta, jadi carut marut, anak akidahnya jadi entah kemana, dan kita terkesan fatwa Majelis Ulama Indonesia pada waktu itu, kalau tidak salah faktor adanya kristenisasi di Indonesia, secara pemurtadan orang Islam. Akhirnya melahirkan anak, anak yang clilahirkan, yang saya sebutkan tadi, semuanya masuk kafir, semuanya masuk kristen. Ya itu akibatnya. 6. Apa saran untuk pasangan yang ingin atau sudah melakukan Nikah Beda Agama? Jangan melakukan Perkawinan Beda Agmna, agan1a Islam sudah Jelas mengharamkan. Juga bagi pasangan yang sudah Menikah Beda Agama, menurut Majelis Ulama Indonesia, tetap hukumnya zina, perkawinannya tidak sah menurut agama. cw jLI!'""""" MAJELIS ULAMA INDC>NEGSIA WADAH MUSYAWARAH PARA ULAMA ZU'AMA DAN C':NDIKIAWAN MUSLIM Masjid Jstiqial Taman Wljayakusuma Telp. 3455471-3455472 Fax 3855412 Jakarta Pusat 10710 Website : http:/fwww.mui.6r.id ,,. __ E-mail: mui• ~cbn.net.ld ~~--"""·~-~·""""""2~!!!!!!!!~"!!!!!!!!!!!!!!!!"""""""""~"""~~,.,, SURAT KETERANGAN OBSERVASI DAN WAWANCARJ, Ket-148/MUJ/IV /2007 Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersant kutan Nama : Megawati Nim : 203044101787 Fakultas : Syari'ah dan Huk cim Jurusan :SAS Prog. Studi : Peradilan Agama Benar-benar telah melakukan observasi dan wawancara ::lengan H.M. Isa Anshary •IA Asisten Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dalam ran;;ka penulisan skripsi enganjudul :"Status Perkawinan Beda Agama di Tinjau Menmut Unclang-Undang No. Tahun 1974 ten tang Perkawinan" .. Untuk melengkapi syarat-s varat menyelesaikan studi i UIN Syarif Hidayatullah .Takai1a Demikianlah surat ini di buat dengan sebenarnya untuk lijadikan sebagai bukti tentik bila mana diperlukan. 'ang Mewawancarai Megmvati) Hasil Wawancara Nama yang diwawancarai : Moh. Monib Jab atan : Manager Program Tempat wawancara : Kantor Yayasan Wakaf Paramadina Hari wawancara : I 0 April 2007 1. Sebenarnya bagaimana pandangan Paramadina tentang persoalaan Pernikahan BedaAgama? Menurut pandangan Paramadina mengenai Perkawinan Beda Agama, ada dua ha! yang perlu dibahas, dilihat dari hukum positif negara memang tidak mengijinkan Perkawinan Beda Agama. Sedangkan dalan1 hu:kum agama yang umum ada pe1~jelasmmya. Yaitu secara eksplisit teks Al-Qur'an membolehkan laki-laki muslim menikah dengan perempuam1 non muslim dan itu terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 5 bahlcan, ada pembahasaan ulama yang lebih luas tentang ayat itu mengenai wanita ahli kitab itu hanya Yahudi dan Kristen. 2. Adakah praktik Pernikahan Beda Agama dalam sejarah Islmn? Nabi sendiri pernah menikah dengan Maria Koptik yang semula beragama non muslim dan Utsman kawin dengan salah seorang ahli kitab, ada yang dengan Kristen dan juga dengan Yahudi. Sampai sekarang praktik Pernikahan Beda Agama itu masih berjalan terus. Walaupun sebagian Ulama melm·ang, tapi teks secara ekspilisit membolehkan. Persoalaannya bagaimana kalau sebaliknya yakni laki-lakinya dan ha! ini tidak disebutkan dalam AI-Qur'an, di sini timbul beberapa pendapat, ada yang membolehkan dan ada juga yang melarang, yang membolehkat1 mempunyai landasatl, dan mayoritas ijtihad para Ulama termasuk di Indonesia tidak membolehkannya. 3. Lat1tas bagaimatla bapak menyimpulkat1 dari sesuatu yang tidak di eksplisitkan oleh Al-Qur'an? Oleh karena itu, tidak adatlya teks yang tegas tentang itu, maka menurut saya ijtihad yang berlaku tentang Perniakahan seperti itu perlu di tinjau kembali. 4. Yang menjadi persoalaan besar dalam Pernikahat1 Beda Agama adalah persoalaan atlak, bagaimana menurut bapak menyikapi persoalaan ini? Mengenai persoalaan anak yang penting menurut saya, bagaimana suami isteri itu mendidik anak secara baik. Karena dalam semua agatlia mengandung nilai moral yang sama clan Universal. Bagaimana orang tum1ya mendidik anaknya untuk berbuat baik pada orang tuanya. Mendidik anaknya supaya jm1gat1 berbuat jahat datl berbuat baik pada siapa saja. Say kira, itu nilai-nilai Universal yang sangat ditekankan semua agama. 5. bagaimana dengm1 masalah warisatlnya? Dalam masalah warisan, pendapat Ulama berbeda-beda ada yang membolehkan dan ada pula yng tidak. Tetapi betapa pun saya kira .:da solusi terbaik dari Al-Qur'atl, toh ada wasiat misalnya. 6. Ada hadits Nabi tentang Pernikahan yang memakai 4 kiiteria, dan yang clipentingkan clari kriteria itu aclalah agamanya. Artinya orang yang yang climaksucl itu adalah agama Islam.? Memang acla kriteria itu, tapi Nabi menganjurkan memilih agamanya. Artinya orang yang bermoral clalam arti agama aclalah nilai-nilai yang baik. Namun bila acla yang lebih memilih kekayaan clan kecantikan dalam urusan mencari jodaoh, ticlak di larang dan kawinnya tetap sah. 7. Dari wawancara ini, apakah Paramaclina menyetujui Perkawinan Beda Agama, clan pernahkah pihak Paramaclina menikahi pasangan tersebut? Memang clalam permasalahan ini k OBSERVASI DAN WAWANCARA an ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkntan /J;Je9wt1 Ii , JD'l0?-(41 tJ/ ft)? tas ), MJ/ci~ { ft(IW//l an 7 SA-> I Stu di ;~4r1~ r-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kruni atau saya ' µ 0-ti- (v( CJ IJ !IS . MA-NAp an ffO?r4fJ1 : 9eJ0l0 1 jru1 tanggal wawancara tojl)tJI ci] >at wawancara : [),'//clJzJ~ 11a_~ wc; uf~~ kianlah surat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dijadikru1 sebagai bukti otentik nana diperlukan. .Jakarta, Yang Mewawancarai Yang Diwawrumarai ( Megawati) ) Basil Wawancara Nama yang diwawancarai : Syahroni,S.Sos Jabatan : Staf Perkawinan Tempat wawancara : Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan Jakarta Selatan Bari wawancara : I 0 April 2007 I. Apa tugas dan wewenang Kantor Catalan Sipil? Tugas Kantor Catalan Sipil itu tugasnya mencatat peristiwa baik itu kelahiran, perkawinan, perceraiaan, pengakuaan dan pengesahaan anak, ini hubungannya dengan masalah keperdataan seseorang saja, tugas itu hanya mencatat perkawinan. 2. Bagaimana tanggapan Kantor Catatan Sipil mengenai Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang mernpakan pedoman dalam peraturan perkawinan dalam menanggapi terjadinya perkawinan beda agama yang terkesan main kucing kucingan cliantara pasangan yang hendak menikah, karena mereka harus berpindah agama, lalu kernbali lagi hanya untuk akta perkawinan. Kami rasa dalam Undang-Undang Perkawinan ini kan, sudah jelas yang dimaksud dengan perkawinan can1puran di sini, bukan bukan perkawinan beda agama, sudah jelas disebutkan bahwa perkawinan can1puran dalarn Unclang-Undang No. I tahun 1974 itu adalah perkawinan campuran antar warga nagara, yang salah satunya adalah warga negara Indonesia. Jadi, Perkawinan Beda Agama tidak ada Undang-Undang yang mengatur tentang ha! itu. Ini dia yaa, masalah itu untuk istilah mau main akal-akalan, istilahnya, kalau dalarn peraturan kalau kita melihat, kalau mereka pura-pura pindah agama, sedangkan mereka harus tahu tujuan dari perkawinan itu kan untuk membina suatu rumah tangga, sedangkan dalam perkawinan itu sudah dijelaskan, bahwa perkawinan adalah ikatan Iahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan sebagai suami isteri dengan tujuan mcmbentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam membina rumah tangga sudah saling membohongi, bagaimana untuk membina keluarga selanjutnya., tidak akan harmonis, dan itu hak mereka, kalau Kantor Catalan Sipil ini, tidak melihat seperli itu, yang kita lihat, mereka bisa menunjukan ke kami, kalau mereka sudah menikah secara agama, non Islam, untuk di catatkan. 3. Bagaiamana panclangan Bapak tentang wali nikah menurut agama-agama selain Islam, karena dalam Islam wali merupakan syarat sah dari sebuah pernikahan, yang jika tidak acla wali maka perkawinannya menjadi tidak sah? Dalam Kantor Catalan Sipil syarat-syarat perkawinan harus mereka penuhi. Syarat perkawinan itu acla a. Perkawinan harus berdasarkan persetujuaan calon mempelai b. Untuk melangsungkan perkawinan, seseorang yangbelum bernsia 21 tahun, hams mendapatkan ij in clari orangtuanya. c. Salah satu orang tua sudah meninggal atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka ijin yang dimaksud itu dari yang dibawal1 bapak ibunya, kakalmya atau sodaranya. d. Apabila kedua orangtua telah meninggal, maka wali dari ortu itu seperti lmbungan darah seperti garis keturunan ke atas, sernasa mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendalmya menjadi wali. Kalau dalam non muslim tidak dikenal wali nikah, yang memberkati atau yang menikahkan pasangan non muslim adalah pendata atau pastur. Dalam katolik adalah pastur, sedangkan prostestan adalah pendeta. Orang tua hanya melihat atau menyaksikan. 4. Pemakah terjadi Perkawinan Beda Agama, jika memang kedua agama tersebut memungkinkan untuk ha! itu, seperti dalam agama katolik, mereka dapat melakukan ha! itu jika ada izin dari uskup untuk melaksm1akannya dengan syarat tertentu misalnya? !tu kewenangan dari gereja, dispensasi yang dimalcsud di situ adalal1 dispensasi dari Ice Uskupan, perlu diketahui negara kita mempunyai 2 lembaga perkawinan a. Kantor Urusan Agama ym1g tugasnya mencatat perkawinm1 khusus Islam. b. Kantor Catalan Sipil yang tugasnya mencatat perkawina.n non Islam Salah satu beda agama, dari Katolik, ada dispensasi dari ke lJskupan, lalu Pasturnya mau rnernberkati, itu kewenm1gan agama mereka. Kan salah satu agama ynga diakui di Indonesia adalah Katolik, otomatis dengan diakuinya agama Katolik di negara kita, segala keluaran-keluarannya kita hormati, persyaratan pertarna di Kantor Catatan Sipil inti utamanya surat pemberkataan. 5. Bagaimana proses pendaftaran smnpai keluarnya kutipan akta nikah dalarn perkawinan? Proses permohonan pernbuataan akta perkawinan di Kantor Catatan Sipil, dinegara kita a. Menunjukan surat nikah dari gereja b. Pengantar dari Lurah yang menerangkan mereka ingin membuat akta perkawinan, dan mereka belum pemah menikah, lalu c. Foto copy KTP, Kartu Keluarga di legalisir oleh Lurah, akta kelahiran surat Baptis clan foto untuk akta perkawinanya itu. Setelah persyaratan mereka terpenuhi, mereka mendaftarkan di Kantor Catatan Sipil dimana tempat mereka tinggal, setelal1 mereka mendaftar, I 0 hari kemudiam1 mereka datang untuk menandatm1gani akta perkawinan dengan dihadiri oleh 2 orang saksi, yang usianya di atas 21 tahun, setelah penandatanganan itu 5 hari kemudian akta selasai. 6. Bagaimana tanggapan bapak mengenai Perkawinan Beda Agama? Di negara kita tidak mengenal perkawinan beda agama, karena tidak diatur dalam Undang-Undang No. I Tahun 1974. Biasanya pasangan yang melkukan beda agama melakukan perkawinm1 nya di luar Indonesia. Sekembalinya dari negara luar itu dicatatkan atau dilaporkan perkawinan mereka itu lee Kantor Catalan Sipil dimana tempat mereka tinggal. Jadi kalau di luar negeri Kantor Catalan Sipil seolah-olah adalah lembaga Perkawinan. Kalan dinegara kita kan tidak, Kantor Catalan Sipil adalah Lembaga pencatat saja. 7. Menurut bapak, dampak hukum yang akan timbul dari Perkawinan Beda agama terhadap anak-anak mereka itu seperti apa? Yaaa, tinggal dari orang tua nya bagaimana cara mendidik anaknya, salah yang satu orang tuanya Islam, yang satu non muslim. Yang jelas orang analmya, pasti akan bingung. Kecuali mereka sebelum perkawinan berdua ada pe~janjiaan yang tidak mengikat. 8. Secara pribadi, menurut bapak, apa dampak lain yang akan timbul terhadap kehidupan rumah tangga mereka? Menurut saya perkawinan beda agama, kalu bisa cmilah pasruigan yang seiman, jadi jangan sampai dikemudiaan hari timbul perselisihan, yang jelas jelas dalam Undang-Undang No. I Tahun 1974 sudah dijelaskan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seonmg wanita untuk membentuk suatu rumah tangga yang bahagia dan kekal. Kalau dari pertamanya mereka sudah beda pendapat, saling mempertahankan prinsip prinsip, untuk kemudiaan hari bagaimana. Sman saya kalau bisa carilah yang seiman, jadi mudah. 1 SURAT KETERANGAN OBSERVASI DAN WAWANCARA engan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan ama ~'l'~ im .R£) ~ 0 L{L( LD ( )-8> )- tkultas S0£ .J,.._ ~ ~'"'-''"---' irusan ~$/~Lu.A-~~ ·og. Studi r~\s-.~~°' enar-benar telah melakukan observasi dan wawancara dengan instansi kami atau saya v<.DAJ ; I <; • ama s y A-t-t ~ .S:.o tbatan ~~ \)fl-J'\J..61.W t~ / lO /·- ari dan tanggal wawancara ~ ~'-(-'U:lO ~o ~f/\\:'.Ji._~,w~&D-ut_c empat wawancara ~ c;-::&~ erllc«..-l-M. ~· emikianlah smat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dijadikan sebagai bukti otentik ila mana diperlukan. Jakarta, Yang Mewawancarai Yang Diwawancarai ( Megawati) ( ) Hasil Wawancara Nama pejabat yang diwawncarai : Drs.H.Hanif Bin Kasah Jabatan : Kepala Seksi Urusan Agama Islam (Urais) dan Selaetaris BP4 Departemen Agama Tempat wawancara : Kantor Departemen Agama Jakmta Selatan Jln. Buncit Raya No. 02 Pejaten Pasar Minggu Hari Wawancara : 5 April 2007 1. Bisakah bapak mcnjelaskan apa saja tugas dan wewenang Kepala Seksi Urusan Agama Islam ym1g ada di Depmtemen Agama ini? Kepala Seksi Urusm1 Agan1a Islam hanya sebagai fasilitator dari pelayanan pernikahan di Jakarta Selatan yang perkawinan sendiri dilakukm1 oleh penghulu-penghulu di KUA di Jakarta Selatan yang ada di Kecamatan, kita hanya memfasilitasi clan sekaligus memonitoring mereka. 2. Bagaimana tangggapan bapak tentang Perkawinan Beda Agmna? Unclm1g-Undang mengatakan bahwa pernikahan harus berdasarkan hukum agamanya masing-masing. Berarti itu harus berdasm·kan agamanya pelku itu ssendiri.muslim yaitu sama-sania Islmn, clan wadahnya sudah disediakan Departemen Agama. Untuk Islam di KUA yang ada di kecmnatm1. Untuk non muslim sudah diakomodir oleh pemerintah di Kantor Catatan Sipil. 3. Menurut Bapak, bagaimana dampak clari Perkawinan Beda Agama? Dampak dari perkawinan beda agmna itu diantaranya: a. Anak menjadi bingung harus ikut agmna siapa b. Kalau terjadi perpisahan, bagiamana dengan harta gono-·gini nya ( Menurut Hukum Islam atau Hukum Positif) c. Masalah Warisan di selesaikan di Pengadilan Agarna atau Pcngadilan Negeri. Inikan dualisme penyelesaiaan masalah semacam irn, membuat ada ketidakientramaan dikalangan masyarakaL Maka itulah dampak negatif perkawinan beda agama itu. 4. Bagaimana reaksi bapak, apabila te1jadi perkawinan beda agama pada suatu pasangan clan salah satu pasangan tersebut mengajak secarn paksa pasangannya untuk mcngikuti dan pindah kc agarna yang clianutnya? Kalau sudah menikah masuk agmna yang lainnya tidak ada masalah. !tu kewenangan pasangan itu sendiri. !tu bukan kewenangan kami. Yang dipermasalahkan adalah kegiataan atau himbauaan kita, supaya pernikahan dilakukan satu agama. Selain itu tidak bisa memaksaka.n agama, kan ada aturannya tidak bisa memaksakan agama kepada umat yang suclah beragm1ia. Kalau himbauaan boleh-boleh saja, tapi tidak boleh memaksakan. 5. Tolong bapak jelaskm1 tentang sebuah Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestariaan Perkawinan ( BP4) serta tugas clan wewenangnnya? BP4 itu adalah organisasi resmi yang kcbcradaannya diakui resmi oleh Departemen Agama. Tugasnya adalah memberikan bimbingan clan bantuaan kepada masyarakat, dalam arti melestarikan perkawinan itu, mempertinggi nilai itulah peran pokok BP4 itu. Sasarannya bagi calon pengantin maka kegiataannya itu kepada pelayanan Kursus Calon Pengantin. Itu bisa dilaksm1akan perkelompok atau beberapa pasang. Diberikmi bimbingmi, bisa dilakukan face to face, pasang demi pasang, dinasihati diberikan informasi tentang Kernmah Tmiggami, tentmig Hukum Perkawinm1, Hukwn Munakahat, Kewajiban Dmi Hak Suami Isteri. Itu dismnpaikan dalmn bentuk penasihatm1 perorangan. Juga di selenggarakan di Jakarta Selatan. Bimbingan dan penasihatan itu secara berkelompok I bulan 2 kali di semua kecamatan. Itu klrnsus calon pengantin, diselenggarakmi oleh BP4 dmi KUA kecmiiatmi. Dmi kami, Urusan Agama Islmn (Urais) memantau itu.. kadmig menjadi narasumber dalmn kegiatami tersebut. Bisa saja memberikan rnateri tentang Hukum Munakahat, Keluarga Bahagia Dan Sejahtera, juga bisa memberikan inlormasi tentang Undang-Undm1g Perkawinan. Tetapi bagi pasangm1 yang sudah melakukan perkawinan, kmni memberikan bimbingan dan informasi bagaimana supaya mempertahm1kan kelestariam1 rnmah tm1gga itu, yang berbentuk pendidikan dakwah, penerangan-penerm1gm1. Kita juga melakukan kegiatami pada moment-moment tertentu misalnya pada Hm·i Ulang Tahtm Jakarta, Hari !bu, kita memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada Ibu-Ibu PKK, Majelis Talim. Itu tugas BP4 juga. Kemudiaan bagi pasangmi-pasm1gm1 yang sedang mengalmni krisis rnmah tangga, BP4 itu menjadi konsultan bagi orang yang bem1asalah. BP4 memberikm1 bimbingm1 ke1iasihatm1 bagi orang yang scdang !crisis rumah tangga, supaya jmigan te1jadi perceraiaan, namun apabila juga te1jadi perceraiaan, kita sudah dakwahkan dampak perceraiaan itu sendiri. Dampaknya bagaimana terhadap pendidikan dan masa depan m1ak, itu sudal1 diberikan kepada pasm1gm1 itu sebelwn pasangmi itu berperkara di Pengadilan. Di tingkat kota BP4 menangani krisis rnmah tm1gga, ditingkat kecamatan tidak. BP4 di kecmi1atan berperan hanya memberikan penasihatmi bagi calon mempelai saja. 6. Alasan apakah yang diusung dari pihak sumni/ isteri sehingga ia bisa keluar/ pindah agama? Kami belum punya data tentang masalah itu, karena biasa nya perselisihan yang te1jadi bukm1 disebabkan karena ha! itu. Biasany disebabkan karena faktor ekonomi, akhlak, atu pihak ketiga. Kalo ptm ada mungkin hmiya sekitar satu atau dua pasangan. 7. Mcngcnai ha! ini adakah pasangan yang dapat didamaikan clan pasangan yang tidak dapat didamaikan di BP4 ini? 40%-50% yang dapat didamaikan, yang tidak dapat didamaikan itu berarti 60%. 60% itu bukan berarti tidak damai atau cerai. Mungkin mereka masih bcrfikir-fikir bisa damai, bisa juga tidak. Mungkin ada faktor lain, ya udah kita minta untuk di diamkm1 7 tahun tidak kembali-kembali lagi. Ada yang sudah damai, ada yang ke Pengadilan, tapi dalam sekian lama pasangan itu kembali, beararti dari jarak tidak kembali itu mereka rukun. SURAT KETERANGAN OBSERVASI DAN WAWANCARA )engan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan -Tama Wl_Q!\_ -Tim .20W. 44\. 01. 181 1akultas :;ya1 ( o. ~ 'D \-\.""'\;::_'Lll~"' urusan ~A<; 'rog. Studi '?t""'Jl~\;i -Jama VM.. \-\. \-\an~ \9:V\ \~"a\1. fabatan \4~ ~~i.:«\ 'llf'llS?..V\. 4~2\'(Y\'O\ t;:l?\.\•Y\. :fari dan tanggal wawancara ~.qm\S, O'? A~r\L ;)007 fempat wawancara l/'-"'V\\bo \}?. /~?t\:YI:\ \Ql\7' ~;,>.\:::- ~eL )emikianlah surat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dijadikan sebagai bukti otentik Jila rnana diperlukan. Jakarta, Yang Mewawancarai ( Megawati) ( \:\,, \-\.\-\an.~(- B1"' \:'.'?(A\\l '