PEMIKIRAN TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA SERTA POLEMIKNYA DENGAN SOEKARNO

Sri Pajriah 1 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP-Universitas Galuh Ciamis Jl. R. E. Martadinata No. 150 Ciamis, 46274 Jawa Barat

ABSTRAK Tulisan ini berjudul “Pemikiran Mohammdad Natsir Tentang Hubungan Agama dan Negara serta Polemiknya dengan Soekarno”. Tulisan ini berawal dari keinginan sebagian umat Islam era sekarang untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara mempunyai landasan historis yang cukup panjang sejak awal kemerdekaan tahun 1945. Mohammad Natsir merupakan salah satu tokoh Islam yang paling awal menyuarakan secara terbuka bahwa Islam layak untuk dijadikan dasar negara. Adapun tujuan tulisan ini pertama, untuk memaparkan pemikiran Mohammad Natsir tentang hubungan antara agama (Islam) dan negara serta bagaimana ia menyanggah argumentasi pemikiran Soekarno yang menganut paham pemisahan agama dan negara. Kedua, latar belakang kehidupan Mohammad Natsir serta setting sosial politik yang mempengaruhi pola pikir Mohammad Natsir mengenai hubungan agama dan negara. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode sejarah. Metode ini mencakup empat tahapan kegiatan, yaitu heuristik (pencarian dan pengumpulan sumber tertulis), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil tulisan ini menunjukkan bahwa Mohammad Natsir menganut paham kesatuan agama dan negara yang merupakan lawan dari sekularisasi. Dalam melaksanakan hukum Islam perintahnya cukup jelas baik dalam Al-Qur`an maupun hadis. Negara bagi Natsir bukan tujuan, tetapi sebatas alat untuk melaksanakan hukum Islam yang merupakan keharusan bagi setiap penganut Islam sebagai konsekwensi dari keimanannya dan syahadatnya.

Kata Kunci: Pemikiran Moh. Natsir, agama dan negara, dan polemik

ABSTRACT This paper is entitled "Mohammdad Natsir's Thought About Religion and State Relationship With His Polemic with Soekarno". This paper begins with the desire of some Muslims of the present era to make Islam as the basis of a country that has a fairly long history base since the beginning of independence in 1945. Mohammad Natsir is one of the earliest Islamic figures Indonesia voiced openly is Islam worthy to be the basis of the country . As the purpose of this first paper, to expose Mohammad Natsir's thoughts about the relationship between religion (Islam) and the state as well as how to hum the arguments of 's thought of embracing religion and state. Second, the background of Mohammad Natsir's life as well as the sociopolitical setting of Mohammad Natsir's growing mindset regarding the relationship of religion and state. The method used in this paper is. This method includes four stages of activity, namely heuristics (search and written source conclusion), source criticism, interpretation, and historiography. The results of this paper show that Mohammad Natsir adheres to the unity of religion and state which is the opposite of secularization. In carrying out Islamic law his command is quite clear in both the Qur'an and the hadith. The country for Natsir is not an end in itself, but a tool to enforce Islamic law which is a means for every adherent of Islam as a consequence of his faith and his creed.

Keywords: Thought Moh. Natsir, religion and state, and polemic

1 Penulis Koresponden E-mail address: [email protected] doi: http://dx.doi.org/10.25157/ja.v4i2.910 Copyright©2017 Jurnal Artefak e-ISSN: 2580-0027

Halaman | 167 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017

PENDAHULUAN golongan yang menghendaki negara bebas dari pengaruh agama (nasionalisme) terjadi pada Sampai sekarang, masih ada umat Islam sidang hari ketiga (Hatta, 1982: 435). Salah satu Indonesia yang tetap memperjuangkan agar tokoh Islam yang menyuarakan dasar Negara Islam menjadi dasar negara Indonesia dengan Islam adalah Ki Bagoes Hadikoesomo. Akibat berbagai bentuk gerakan. Bentuk gerakan tidak adanya kesepakatan pada sidang pertama mereka ada yang terang-terangan dengan BPUPKI tentang dasar negara yang akan kekuatan senjata seperti yang dilakukan oleh dipakai, maka dibentuklah panitai kecil yang Imam Samudra, Amrozi, Umar Patek dan berjumlah 9 orang yang terdiri atas wakil sebagainya yang tergabung dalam Jamaah golongan Islam dan golongan nasionalis. Pada Islamiyah, tetapi ada juga yang melalui gerakan tanggal 22 Juni 1945, panitia 9 akhirnya dakwah seperti yang dilakukan Hizbut Tahrir mencapai modus vivendi (kesepakatan luhur) Indonesia (HTI) dengan jargonnya Khilafah dan dalam bentuk kompromis antara golongan Islam Syari`ah. Belum lama ini juga ramai diberitakan dan nasionalis, artinya keinginan kedua pihak munculnya gerakan Negara Islam Indonesia ditampung dalam suatu piagam yang disebut (NII) Komandemen Wilayah 9 yang berpusat di Piagam (Mahfud MD, 1993: 44). Az-Zaitun Indramayu dengan Dari uraian di atas terlihat bahwa pimpinan Abu Toto Abdussalam atau Syech AS. keinginan sebagian umat Islam era sekarang Panji Gumilang (Al Chaidar, 2000: 85). untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara Kemunculan kelompok yang mempunyai landasan historis yang cukup menginginkan Islam sebagai dasar negara panjang sejak awal kemerdekaan tahun 1945. Indonesia pada era tahun 2000-an di atas tidak Bahkan menurut Mahfud MD (1993: 4), terlepas dari gerakan serupa yang terjadi era perdebatan pada sidang BPUPKI antara tahun 50-an, yaitu ketika pada tanggal 7 Agustus kelompok Islam dan nasionalis tersebut 1949 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo merupakan kelanjutan dari perdebatan memproklamirkan berdirinya Negara Islam sebelumnya pada tahun 1940-an dimana pada Indonesia (NII) (Al Chaidar, 2000: 7). Negara tahun tersebut terjadi perdebatan sengit antara Islam Indonesia diproklamirkan di daerah yang Mohammad Natsir mewakili kelompok Islam dikuasai oleh Tentara Belanda, yaitu daerah dengan Soekarno yang mewakili kelompok Jawa Barat yang ditinggalkan oleh TNI (Tentara nasionalis. Nasional Indonesia) ke Jogya. Sebab daerah de- Mohammad Natsir merupakan salah satu facto R.I. pada saat itu hanya terdiri dari tokoh Islam Indonesia yang paling awal Yogyakarta dan kurang lebih 7 Kabupaten saja menyuarakan secara terbuka bahwa Islam layak (menurut fakta-fakta perundingan /kompromis untuk dijadikan dasar negara. Walaupun dengan Kerajaan Belanda; perjanjian Linggarjati perdebatannya dengan Soekarno berputar pada tahun 1947 hasilnya de-facto R.I. tinggal pulau wacana hubungan agama dan negara dan belum Jawa dan Madura, sedang perjanjian Renville berbicara dasar negara, namun materi polemik pada tahun 1948, de-facto R.I. adalah hanya mereka sudah menampilkan masalah-masalah terdiri dari Yogyakarta). Seluruh kepulauan yang sama dengan materi yang dibahas dalam Indonesia termasuk Jawa Barat kesemuanya perdebatan BPUPKI dan Konstituante mengenai masih dikuasai oleh Kerajaan Belanda. dasar negara. Karena itu, kajian terhadap Sebelum Proklamasi NII oleh SM pemikiran Natsir tentang hubungan agama dan Kartosoewirjo tahun 1949, pada awal negara menarik untuk dilakukan. Sebab kemerdekaan tahun 1945 ada usaha juga dari pemikiran inilah yang mewarnai gerakan- kelompok Islam untuk menjadikan Islam sebagai gerakan kelompok Islam selanjutnya yang dasar negara. Usaha itu terjadi pada sidang menginginkan Islam sebagai dasar negara atau BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha bahkan menginginkan berdirinya Negara Islam. kemerdekaan Indonesia). BPUPKI merupakan Dengan studi litelatur, karya ilmiah ini panitia yang dibentuk pemerintah Jepang untuk akan mengelaborasi pemikiran Natsir tentang mempersiapkan rancangan konstitusi yang akan hubungan antara agama (Islam) dan negara serta dipakai dalam Negara Indonesia yang akan bagaimana ia menyanggah argumentasi dimerdekakan oleh Jepang (Mahfud MD, 1993: pemikiran Soekarno yang menganut paham 30). Menurut Hatta, perdebatan tajam antara pemisahan agama dan negara. Dalam karya golongan yang menghendaki Negara Islam dan ilmiah ini juga dibahas latar belakang (back

Halaman | 168 Sri Pajriah Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Hubungan Agama Dan Negara Serta Polemiknya Dengan Soekarno ground) kehidupan Natsir serta setting sosial HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN politik yang mempengaruhi pola pikir Natsir mengenai hubungan agama dan negara. Riwayat Hidup Mohammad Natsir Tanah Minangkabau pada permulaan abad ke-20, dikenal sebagai salah satu daerah pelopor METODE PENELITIAN gerakan pembaharuan di Indonesia. Daerah ini turut melahirkan beberapa tokoh besar, baik Penulis menggunakan metode sejarah, dalam bidang keagamaan, intelektual, yaitu suatu proses menguji dan menganalisa kesusastraan, pendidikan, maupun politik secara kritis terhadap rekaman dan peninggalan Indonesia. Beberapa nama yang dapat masa lampau. (Louis Gottschalk, 1985: 32) disebutkan, antara lain , Haji Metode ini bertumpu pada empat kegiatan , Sutan Syahrir, Mohammad Natsir, pokok, sebagai berikut: dan Buya . 1. Heuristik, yaitu tahapan pengumpulan data Di ranah Minangkabau yang atau menghimpun bukti-bukti sejarah yang masyarakatnya dikenal kuat memegang dan relevan dengan objek penelitian. Dalam menjalankan syariat Islam itulah Mohammad pengumpulan data ini penulis mengguna-kan Natsir dilahirkan pada 17 Juli 1908. Dia dua metode, yaitu: Studi kepustakaan dan dilahirkan di Kampung Jembatan Berukir di kota wawancara. kecil nan sejuk bernama Alahan Panjang. Kota a. Studi kepustakaan ini sekarang termasuk dalam wilayah Kecamatan Dilakukan karena ditemukannya sum- Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi ber-sumber tertulis yang memberikan Sumatra Barat. Ayahnya, Idris Sutan Saripado, informasi seputar LDII, balk berupa buku, adalah seorang juru tulis kontrolir, sedangkan majalah, koran, SK. Pemerintah, dokumen- ibunya, Khadijah, berasal dari keturunan dokumen resmi LDII, kitab-kitab pegangan Chaniago. Sebagaimana masyarakat Minang LDII dan hasil-hasil MUBES LDII. lainnya, keluarga Idris ini pun merupakan b. Wawancara keluarga Muslim yang taat. (Dzulfikriddin, Untuk melengkapi data dokumen di 2010: 19). atas, penulis mengadakan wawancara kepada Ketika berusia 8 tahun, Natsir mulai tokoh-tokoh dan para pengikut LDII, tokoh- sekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) tokoh masyarakat Serta lembaga-lembaga Adabiyah Padang, sebuah sekolah partikelir yang sudah mengkaji masalah LDIL yang dipimpin oleh H. Abbdullah Ahmad. Hal 2. Kritik, yaitu data yang telah didapat, diuji itu disebabkan Natsir tidak diterima di sekolah atau dinilai baik secara intern ataupun ek- pemerintah, yang khusus bagi anak-anak stern untuk menemukan validitas dan kredi- pegawai pemerintah, seperti demang dan bilitasnya, sehingga secara otomatis akan wedana. Di Padang ini, Natsir tinggal bersama terpisah mana data yang layak untuk di-pakai makciknya yang bernama Rahim. dan mana data yang harus diting-galkan. Hanya beberapa bulan Natsir bersekolah 3. Interpretasi, yaitu tahap menafsirkan (eks- di HIS Adabiyah itu, dia dipindahkan oleh planasi) dan menganalisis data yang sudah ayahnya ke HIS pemerintah di Solok yang baru diyakini validitas dan kredibilitasnya, se- dibuka. Di sana, natsir tinggal bersama keluarga hingga memiliki pengertian yang jelas. Ak- Haji Musa, seorang saudagar yang dermawan. hirnya bisa dipahami makna sebenarnya yang Ketika di Solok itulah, dasar agama Natsir terkandung di dalam data tersebut. dibentuk dan dibina. Pagi hari dia belajar di HIS, 4. Hiatoriografi, yaitu tahap menyajikan sin- lalu belajar di Madrasah Diniyah pada sore hari, tesis baru berdasarkan bukti-bukti yang te-lah kemudian belajar mengaji Al-Qur`an dan ilmu dinilai, kemudian disusun secara sis-tematis agama Islam lainnya pada malam hari. Di Solok dalam sebuah karya tulis, sehingga itupun, Natsir tidak bertahan lama. Tiga tahun memunculkan suatu tulisan ilmiah yang da- kemudian, dia dipindahkan ke HIS Padang yang pat dipertanggungjawabkan. (Sartono Kar- empat tahun sebelumnya pernah menolaknya todirjo, 1992: 123) Dalam prosedur penu- karena diajak kakaknya Rabi`ah untuk tinggal lisanya, penulis berusaha untuk memapar- bersamanya (Yusuf Abdullah, 1978: 5-6). kan secara kronologis, dan di dalam penya- Setelah tamat dari HIS pada 1923, Natsir jiannya ditampilkan sesuai dengan tema-tema melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid pokok yang menjadi objek penelitian ini. Lager Onderwijs (MULO) setingkat SLTP

Halaman | 169 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017 sekarang di padang. Ketika di Mulo itu, dia Gunung Sahari, Lembang (Yusuf Abdullah, belajar main biola. Di samping itu, dia masuk 1978: 18). pandu National Islamische Padvindrij (Natipij), Pada 1930, Natsir merintis sebuah sekolah bagian dari perkumpulan di Bandung dan menamainya dengan (JIB) cabang Padang. Karena nilai Natsir selalu “Pendidikan Islam” (Pendis). Dia tidak berhenti baik, bahkan terbaik, dia mendapatkan beasiswa sampai di situ. Untuk memperdalam ilmu sebesar dua puluh rupiah setiap bulan dari pendidikan dan wawasannya, Natsir mengikuti pemerintah Belanda (Dewan Redaksi, 1993: 21). kursus guru diploma sejak pertengahan 1931. Beasiswa per bulan itu terus diterimanya sampai Kursus itu berhasil ditamatkannya hanya dalam tamat MULO pada 1927. satu tahun dengan memperoleh ijazah Lager Setamat dari MULO, Natsir melanjutkan Onderwijs (LO). Sebagai hasil dari kursus itu, sekolahnya ke Algemeene Middelbare School Natsir berhasil menyusun rumusan atau rencana (AMS) di Bandung. Untuk itu, dia harus berlayar “Pendidikan Islam” untuk sekolah rendah, jauh mengarungi lautan meninggalkan tanah sekolah menengah, dan sekolah guru. Sekolah kelahirannya. Pada Juli 1927, sewaktu dia “Pendidikan Islam” yang dibinanya terdiri dari berusia 19 tahun, mulailah Natsir belajar di empat tingkatan: Taman Kanak-Kanak AMS. Ketika belajar di AMS itu, Natsir aktif (Frobelschool), HIS, MULO, dan Sekolah Guru menjadi anggota JIB cabang Bandung, bahkan (Kweekschool). Sekolah itu terus berlangsung terpilih menjadi ketuanya sejak 1928 sampai dan Natsir menjadi direkturnya sampai Jepang 1932. Di JIB, Natsir berkenalan dengan Mr. datang dan menutup semua sekolah partikelir, Kasman Singodimedjo, Mr. Sjafruddin termasuk Pendis (Mohtar Naim, 1995: 1). Prawiranegara, Prawoto Mangkusasmito, Mr. Hal yang mendorong Natsir terjun ke Mohammad Roem, dan lain-lain (yang kelak lapangan pendidikan adalah keinginannya menjadi teman seperjuangannya di Masyumi). membangun satu sistem pendidikan yang lebih Saat itu pula, dia berkenalan dengan Noer Nahar, sesuai dengan hakikat ajaran Islam (Yusuf seorang pemudi yang kemudian menjadi Abdullah, 1978: 34). Hal itu muncul setelah dia istrinya, sewaktu gadis itu menjadi anggota JIB melihat akibat dari sistem pendidikan tradisional bagian putri. Di JIB itu pula, Natsir bertemu dalam pesantren dan madrasah yang tidak dapat dengan beberapa tokoh gerakan politik, seperti memenuhi hajat atau keinginan masyarakat. Haji Agus Salim, H.O.S. Tjokroaminoto, dan Pendidikan Islam, menurut Natsir, Syaikh Ahmad Syurkati yang sering ditujukan untuk membentuk manusia yang memberikan pengajaran dan menjadi tempat seimbang. Seimbang kecerdasan otaknya dengan bertanya pada anggota JIB. Di samping itu, keimanannya kepada Allah dan Rasul. Seimbang Natsir berkenalan dan banyak belajar dari Ustad pula ketajaman akalnya dengan kemahiran Ahmad Hassan, seorang ulama yang dikenal tangannya untuk bekerja. Manusia yang percaya berpaham radikal dan tokoh utama organisasi pada kekuataan sendiri, akan mampu berdiri Persatuan Islam (Persis) (Damanhuri, 1994: 3). sendiri dan tidak akan selalu bergantung pada Keempat orang terakhir itulah yang banyak harga ijazah untuk “makan gaji” sebagai memengaruhi alam pikiran intelektual dan pegawai. Bagi Natsir, pendidikan adalah bagian keagamaan Natsir. yang integral dari kehidupan, dan kehidupan itu Setelah tamat dari AMS pada 1930, Natsir sendiri adalah proses pendidikan sepanjang sebenarnya mempunyai kesempatan untuk hayat. Natsir melihat bahwa pendidikan harus meneruskan pendidikannya ke Rechts dikembalikan kepada dasar dan tujuan semula Hogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta diciptakannya manusia di muka bumi ini oleh atau ke Handels Hogeschool (Sekolah Tinggi Allah SWT. Antara dasar dan tujuan pendidikan Ekonomi) di Rotterdam dengan beasiswa dari dengan dasar dan tujuan penciptaan manusia di pemerintah Belanda, karena nilai-nilai akhir muka bumi haruslah identik dan sejalan. Dasar yang diraihnya sangat baik. Akan tetapi, Natsir dan tujuannya tidak lain adalah untuk mengabdi mengabaikan kesempatan emas itu. Dia lebih kepada Allah WST semata (QS Al-Dzariyat memilih menjadi guru agama dan jurnalis, di (51): 56). “Tujuan pendidikan ialah tujuan samping meneruskan kajian keagamaannya hidup,” begitu kata Natsir. dengan Ustad Ahmad Hassan. Natsir memberikan pelajaran agama di beberapa sekolah menengah, seperti sekolah MULO Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan Javastraat di Bandung dan sekolah guru di manusia melainkan supaya mereka

Halaman | 170 Sri Pajriah Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Hubungan Agama Dan Negara Serta Polemiknya Dengan Soekarno

mengabdi kepada-Ku.(QS. Adz- 1942-1945 (Dewan Redaksi, 1993: 21). Salah Dzariyat: 46) satu yang diurus oleh biro pendidikan yang dipimpin oleh Natsir itu adalah urusan pemuda. Di tengah perjuangan pendidikan itulah, Organisasi pemuda yang bernama Seinendan itu Natsir melamar dan mengajak gadis Noer Nahar dipimpin oleh Abdul Haris Nasution untuk membina rumah tangga. Ajakan itu (Hakim,1993: 105). Selain para pemuda, juga diterimanya dengan baik. Pada 22 Oktober 1934, melatih kemiliteran bagi ulama dan pemuda pernikahan keduanya berlangsung sangat Muslim. Natsir memayungi gerakan para sederhana dengan acara walimah (Hakim, 1993: pemuda dan ulama itu yang secara diam-diam 254). Sejak itulah keduanya melayarkan bahtera mulai menyusun dan melatih kekuatan rumah tangga dalam suasana suka dan duka perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. dinamika perjuangan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Masih berkenaan dengan pendidikan juga, Natsir menjadi anggotan Komite Nasional pada Maret 1936 di Bandung, Natsir bersama Indonesia Pusat (KNIP) bahkan dia kemudian para pemimpin Persatuan Islam (Persis) terpilih sebagai anggota badan Pekerjanya (BP- mendirikan Pesantren Persis. Ahmad Hassan KNIP) dan kemudian menjadi wakil ketua badan dipercaya sebagai pemimpin pesantren, itu (Noer, 1993: 23). Dalam sidang pembentukan sedangkan Natsir menjadi penasehat sekaligus Badan Pekerja (BP-KNIP) pada 25 November guru (Syafiq A. Mugni, 1994: 69). 1945, Natsir ditunjuk sebagai anggota. Natsir Sebagaimana dikemukakan terdahulu, menjadi anggota BP-KNIP sampai diangkat selain bekerja sebagai guru, Natsir juga menjadi menjadi Menteri Penerangan RI. jurnalis. Sebagai jurnalis, dia bekerja sama Waktu Belanda mengadakan Agresi dengan Hassan menerbitkan majalah Pembela Militer II pada 19 Desember 1948, Natsir Islam. Majalah itu memberikan kesempatan termasuk orang-orang yang ditahan oleh kepada Natsir untuk mengeluarkan pendapatnya Belanda. Penahanan para pemimpin RI di Pulau tentang Islam dan pembaharuan. Dalam tulisan- Bangka itu berakhir dengan dipulihkannya tulisannya, Natsir memakai nama samara Is kedaulatan RI atas dasar Perjanjian Roem-Royen (Noer, 1982: 100). Selain itu, Natsir juga yang ditandatangani pada 7 Mei 1949. mengirimkan karangan-karangannya ke Pandji Berdasarkan perjanjian itu, para pemimpin RI Islam dan Pedoman Masjarakat, dua majalah yang ditahan dikembalikan ke Yogyakarta mingguan Islam terkemuka saat itu yang terbit di (Abdullah, 1978: 85). Akan tetapi, perjanjian itu Medan. Di sini, Natsir memakai nama samara A. membuat kecewa PDRI pimpinan Mr. Muchlis (Ensiklopedia, 1990: 210). Tulisan- Sjafruddin Prawiranegara karena merasa tulisan Natsir di tiga media Islam itu dilangkahi dan tidak dihubungi sebelumnya. membuatnya dikenal dan diperhitungkan Tetapi akhirnya, Natsir berhasil meyakinkan sebagai tokoh muda yang dapat diharapkan umat pemimpin PDRI untuk mendukung NKRI Islam Indonesia pada masa mendatang. dibawah Soekarno (A. Hasyimi, 1985: 383). Natsir mulai berkecimpung dalam bidang Setelah Republik Indonesia Serikat (RIS) politik sejak diminta oleh Sabirin Ketua PSI sebagai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), cabang Bandung, untuk menjadi anggota Partai Natsir menjadi anggota Parlemen (DPR) RIS pada 1930. Ketika PSI terpecah dan menjadi Ketua Fraksi Masyumi (Noer, 1988: belah, Natsir bergabung dengan Partai Islam 106). Sewaktu menjadi anggota Parlemen itulah, Indonesia (PII) yang didirikan oleh dr. Soekiman salah satu prestasi kenegaraannya terjadi. Natsir Wirjosandjojo, K.H. Mas Mansur, R.Wiwoho menganggap bahwa bentuk negara yang terdiri Purbohadidjojo, dan Ki Bagus Hadikusumo pada dari negara-negara bagian sebagai hal yang 1938. Natsir terpilih sebagai ketua PII cabang membahayakan keutuhan Republik. Melihat Bandung sampai masuknya Jepang pada 1942 gejala disintegrasi itu, Natsir mengajukan mosi dan membubarkan semua partai politik yang ada di hadapan sidang DPR-RI pada 3 April 1950, saat itu. Natsir, sebagai tokoh Persis, aktif pula agar seluruh wilayah Indonesia dikembalikan ke dalam kepemimpinan MIAI. Pada masa bentuk negara kesatuan. Mosi itu terkenal pendudukan Jepang diubah menjadi Masyumi dengan nama Mosi Integral Natsir. (Saefudin, (Noer, 1987: 16). 1983: 110). Tatkala RI dinyatakan kembali Pada masa pendudukan Jepang, Natsir sebagai Negara kesatuan pada 17 Agustus 1950, diangkat sebagai Kepala Biro Pendidikan Kota Bung karno menunjuk Natsir sebagai Perdana Madya Bandung(Bandung Syiakusyo) pada Menteri pertama Negara Kesatuan RI karena

Halaman | 171 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017 terkesan oleh pandangan jauh dan strategi Natsir kegagalan G 30 S/PKI dan kejatuhan orde lama melalui mosi integralnya (Saidi, 1981, 35). (Busyari, 1989: 176). Sekeluarnya dari tahanan, Sejarah juga mencatat bahwa Natsir adalah Pemerintah Soeharto menutup pintu bagi Natsir pelopor pembentukan Zaken Kabinet, yakni dan kawan-kawannya separtai di Masyumi untuk kabinet yang para menterinya dipilih aktif kembali di panggung politik. Maka Natsir berdasarkan keahlian dan bukan atas partainya kembali ke bidang dakwah. Bersama teman- (Malik, 1978: 218). Kabinet Natsir memerintah teman seperjuangannya bekas Partai Masyumi, selama 233 hari. Meskipun hanya memegang Natsir mendirikan yayasan Dewan Dakwah kekuasaan relatif singkat, Kabinet Natsir mampu Islamiyah Indonesia (DDII) di Jakarta pada 26 melaksanakan tugas dengan baik disamping ada Februari 1967 (Hakim, 1993: 235). kegagalan-kegagalan. Sejak itu, Natsir kian berkibar bahkan ke Setelah itu, Natsir masuk kembali ke dunia internasional, terutama Dunia Islam. partai Masyumi. Berdasarkan hasil Pemilu 1955, Banyak sekali permintaan kepadanya untuk Natsir menjadi anggota Konstituante RI dan menghadiri konferensi, seminar, dan muktamar sekaligus Ketua Fraksi Masyumi (Basuit, 1972: (Harjono, 1993: 10). Sebenarnya perkenalan 434). Dalam masa itulah, dia tampil sebagai juru langsung Natsir dengan dunia Islam dan tokoh- bicara Islam di konstituante. Sebuah peranan tokohnya bermula dari kunjungannya ke negara- strategis yang sampai kini masih terus negara Islam : Pakistan, Irak, Iran, Lebanon, diperdebatkan orang, terutama berkaitan dengan Mesir, turki, dan Arab saudi, serta India, dan sikapnya terhadap Pancasila. Ketika itu, yang Birma. Di Negara-negara tersebut, Natsir paling alot dibicarakan di konstituante adalah diterima bagaikan tamu Negara walaupun dia masalah dasar negara (Harjono, 1993: 10). bukan lagi pejabat Negara. Dia juga bertemu Disebabkan oleh tidak tercapainya kesepakatan dengan kepala Negara/pemerintahan dan tokoh- anggota-anggota konstituante dalam tokoh Islam di negara-negara yang dia kunjungi. memutuskan dasar Negara itu, akhirnya Presiden Pada puncaknya, Mohammad Natsir soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 mendapat penghargaan Jaizat Al-malik Faisal juli 1959 yang menyatakan kembali berlakunya Al-`Alamiyat (The Internasional King Faisal UUD 1945 dan pembubaran konstituante. Award) dari Lembaga Hadiah Internasional Dengan berlakunya kembali UUD 1945 berarti Malik Faisal yang berkedudukan di Riyadh pada Pancasila kembali menjadi dasar Negara 1980, bersama Syaikh Hasan Al-Nadwi, seorang Indonesia. ulama besar dari Lucknow, India, atas Waktu konstituante dibubarkan, Natsir pengabdian dan pengkhidmatan keduanya sudah tidak berada di tengah para anggota kepada Islam dan umatnya (Dewan Redaksi, majelis yang terhormat itu. Oleh situasi yang 1993: 22). semakin panas dan mengancam keselamatan Akhirnya, takdir Allah SWT. datang juga. pribadi dan keluarganya, sejak akhir 1957, dia Sabtu 6 februari 1993/14 Sya`ban 1413 pukul hijrah ke Sumatra. Tanpa berkompromi terlebih 12.10 WIB, Sang Maha Pencipta memanggil dahulu, ternyata beberapa tokoh yang hamba-Nya, Dr. Mohammad Natsir. mengalami nasib yang sama dari Partai Mohammad Natsir merupakan generasi Masyumi, sosialis, dan Kristen telah berada pula Angkatan 1928 yang juga termasuk generasi di Sumatra. Di sanalah kemudian mereka Angkatan 1945. Dia telah mengabdikan bergabung dan membentuk Pemerintah sebagian besar dari hidupnya yang 85 tahun, Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang suatu usia yang terbilang istimewa, untuk menuntut agar Presiden Soekarno mematuhi kepentingan bangsa Indonesia dan umat Islam UUD 1945 (Saefudin dan Rais, 1988: 155). (Hakim, 1993: 44). Setelah kekuatan militer PRRI lumpuh, Soekarno menahan pimpinan PRRI, termasuk Latar Belakang Pemikiran Mohammad Natsir. Natsir Penahanan Natsir bukan disebabkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib pernah keterlibatan di PRRI, melainkan karena ia mengatakan: اُ ْن ُظ ْر َما قَا َل َوالَ تَ ْن ُظ ْر َم ْن قَا َل .dipandang membahayakan politik Soekarno Natsir ditahan awalnya di dekat Batu Malang Artinya: lihatlah apa yang seseorang katakana dan terakhir di Wisma Keagungan Jakarta. dan jangan melihat siapa yang Setelah ditahan sekitar 5 tahun, akhirnya Natsir mengatakannya. dibebaskan pada bulan Juli 1966 menyusul

Halaman | 172 Sri Pajriah Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Hubungan Agama Dan Negara Serta Polemiknya Dengan Soekarno

Dalam hal kebenaran memang demikian, terhadap keharusan upaya penerapan Al-Qur`an dari siapapun harus kita terima, walaupun dan hadis. Hal itu terlihat dalam perilaku politik keluarnya dari orang yang usinya lebih muda Natsir, baik ketika masih aktif di pemerintahan atau teman sebaya, Sebaliknya, walaupun dari maupun sebagai warga negara biasa, lebih-lebih ulama, , dosen kalau tidak benar jangan ketika berpolemik pemikiran dengan Soekarno diterima. Tetapi dalam konteks kajian pemikiran tentang hubungan agama dan Negara. seseorang, maka ungkapan Imam Ali di atas Disamping Ahmad Hasan, Haji Agus tidak sepenuhnya bisa diterapkan. Ungkapan Salim adalah orang yang banyak mempengaruhi yang tepat untuk memgkaji pemikiran seseorang pemikiran sekaligus aktivitas politik Natsir. adalah: Agus Salim mendidik Natsir dalam masalah politik dan pergerakan zaman itu. Salah satu اُ ْن ُظ ْر َما قَا َل َو ْلتَ ْن ُظ ْر َم ْن قَا َل Artinya: lihatlah apa yang seseorang katakana yang tampak dari pengaruh Agus Salim terhadap dan lihat juga siapa yang Natsir, menurut Ridwan Saidi (1995: 60) adalah mengatakannya. menjauhkan diri dari pembicaraan masalah- masalah yang bersifat Khilafiyah. Hal ini dapat Kalau ungkapan Imam Ali diatas, kita dilihat dari tulisan-tulisan Natsir yang tidak tidak perlu meneliti siapa orang yang berbicara, pernah berbicara tentang masalah yang menjadi asal ucapannya benar, kita mesti menerima. ikhtilaf di kalangan umat, bahkan dia berusaha Tetapi menurut ungkapan kedua ini, disamping mengajak umat Islam untuk bersatu. Dalam kita melihat, membaca, mendengar masalah ini, tepat penilaian Ali Yafie bahwa pembicaraan, pemikiran atau ide seseorang, kita pemikiran Natsir sangat moderat dan terbuka juga harus mengetahui latar belakang orang meskipun dia juga dikenal sebagai murid Ahmad tersebut. Karena pola piker, pola sikap dan pola Hassan yang mewariskan pemikiran keislaman tindak seseorang sangat dipengaruhi latar radikal. Adapun pengaruh Ahmad Syurkati belakangnya (Lidinillah, 2003: 3) terhadap pemikiran Natsir adalah pembaharuan Begitu juga untuk memahami pemikiran pemahaman dan pemikiran ajaran-ajaran Islam Natsir tentang hubungan agama dan Negara, (Dzulfikriddin, 2010: 47). maka kita perlu mengetahui latar belakang Dengan demikian, Ahmad Hasan kehidupan Natsir seperti yang telah digambarkan berperan dalam menanamkan ruh Islam dan dalam biografinya di atas. Disamping pemahaman keagamaan yang radikal pada diri biografinya, kita juga harus memahami setting Natsir. Lalu diwarnai oleh Ahmad Syurkati sosial politik ketika Natsir hidup, karena akan dengan pembaharuan dalam pemahaman dan sangat mewarnai pemikirannya tersebut. pemikiran ajaran Islam. Kemudian dilengkapi Menurut Dzulfikriddin (2010: 420), ada dua hal oleh Haji Agus Salim dengan sikap moderat yang menjadi latar belakang pemikiran dan untuk mempersatukan umat. Semuanya bersatu aktivitas Natsir, yakni guru-gurunya serta pada diri Natsir sehingga membentuk pemikiran polemik masalah keagamaan dan kebangsaan. dan karakter kepribadiannya sebagai seorang Menurut pengakuan Natsir sendiri, ada pemimpin umat yang tegas dan konsisten dalam tiga orang guru yang mempengaruhi pemikiran dan tindakan yang inovatif serta pemikirannya, yaitu Ahmad Hasan (pemimpin bersikap moderat. Persatuan Islam), Haji Agus Salim dan Syaikh Hal kedua yang menjadi latar belakang Ahmad Syurkati (pendiri Al-Irsyad) (Memoir, dan landasan bagi pemikiran dan aktivitas politik 1993: 82). Ada pula yang menilai Natsir Mohammad Natsir adalah adanya polemik dipengaruhi oleh H.O.S. Cokroaminoto masalah keagamaan dan kebangsaan pada (pemimpin Sarekat Islam) (Fauzan, 1993: 11). dekade 1930 sampai 1940-an. Polemik itu Dari keempat tokoh Islam itu, dua orang berlangsung antara kaum nasionalis yang diantaranya yang paling mempengaruhi diwakili Soekarno dan kelompok Islam yang pemikiran, sikap hidup dan aktivitas politik diantaranya Ahmad Hasan, Sirajuddin Abbas, Natsir, yakni Ahmad hasan dan Haji Agus Salim. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy dan Natsir sendiri Ahmad Hassan yang menurut Dawam (Dzulfikriddin, 2010: 50). Raharjo (1993: 82), beraliran rasional puritan Polemik itu diawali keinginan Soekarno dengan semboyan “ijtihad serta keharusan untuk meningkatkan pengetahuan dan kembali kepada Ak-Qur`an dan hadis” telah penghayatan tentang Islam dengan membaca mewariskan pemikiran keislaman “radikal” buku-buku Islam. Ketika dibuang Belanda ke kepada Natsir, dengan titik berangkat yang ketat Endeh di Pulau Plores, Soekarno

Halaman | 173 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017 berkorespondensi dengan Ahmad Hassan di Polemik terbuka mengenai dasar negara Bandung seraya minta dikirimi berbagai buku ini dimulai pada tahun 1940, yakni ketika terjadi agama (Hadikusumo, 1983: 9). Akan tetapi, polemik antara Soekarno dan Mohammad Natsir Soekarno tidak hanya sekedar minta dikirimi mengenai hubungan antara negara dengan buku oleh Ahmad Hassan tetapi juga dalam agama. Soekarno berpendirian bahwa demi surat-suratnya menggoreskan pemikiran dan kemajuan negara maupun agama itu sendiri kritik-kritiknya terhadap umat Islam Indonesia. maka negara dan agama harus dipisahkan, Atas izin Soekarno, Ahmad Hassan kemudian sedangkan Natsir berpendirian sebaliknya menerbitkan surat-surat Soekarno itu dalam bahwa hubungan agama dan negara harus bentuk buku dengan judul Surat-Surat Islam menjadi satu; artinya agama harus diurus oleh dari Endeh. Selanjutnya Soekarno melanjutkan Negara, sedangkan Negara diurus berdasarkan kritik dan pemikirannya tentang Islam lewat ketentuan-ketentuan agama (Mahfud MD, 1993: artikel cukup panjang yang dikirimkannya dan 5). dimuat di Majalah Pandji Islam di Medan dan Pikiran-pikiran yang diwakili oleh Majalah Pedoman masyarakat antara tahun 1938 Soekarno dan para pendukungnya yang sampai 1940-an. Isi tulisan Soekarno antara lain menyebutkan diri mereka sebagai kaum menghantam kekolotan, kebekuan, nasionalis ini di zaman perjuangan kemerdekaan ketakhayulan, dan kekeramatan. Dalam menjadikan kecintaan kepada bangsa dan tanah mengemukakan pendapat dan pemikirannya, air sebagai titik tolak perjuangannya (Noer, Soekarno banyak bercermin pada pembaruan di 1986: 5). Sedangkan kelompok Natsir yang Turki yang dimotori oleh Mustafa Kemal dikenal sebagai modernis Islam dengan Attaruk. Sehingga tidak aneh apabila Soekarno kecintaan terhadap bangsa dan tanah air yang juga berpendapat bahwa agama perlu dipisahkan tidak kurang dari kaum nasionalis itu dari Negara. mempunyai pendirian bahwa Islam merupakan Tulisan-tulisan Soekarno itu mendapat agama yang lengkap dan telah mengatur segala sanggahan yang gencar dari beberapa tokoh sesuatu termasuk mengatur negara. Islam pada waktu itu sehingga menimbulkan Sebenarnya polemik tentang hubungan polemik hebat. Tokoh-tokoh Islam yang antara agama dan Negara itu merupakan menanggapinya antara lain Ahmad Hassan, kelanjutan dari polemik antara kedua pihak yang Sirajuddin Abbas, TM. Hasbi Ashidieqy dan pernah terjadi pada tahun 1918 ketika Komite Mohammad Natsir. Natsir mengirimkan tulisan- untuk kebangsaan Jawa (Comite Voor het tulisannya dari Bandung ke majalah Al-Lisan Javanche Nasionalisme) mengecam kalangan dan Pandji Islam untuk menanggapi artikel- Sarekat Islam dengan menandaskan bahwa artikel Soekarno (Dzulfikriddin, 2010: 51). politik dan agama haruslah dipisahkan, Ketertarikan Natsir membahas diskursus sedangkan Sarekat Islam menolaknya dengan hubungan agama dan Negara setidaknya mengatakan bahwa gerakan mereka adalah Islam dilatarbelakangi oleh adanya polemik di atas, Nasionalis. terutama diterbitkannya tulisan-tulisan Soekarno Adapun komite untuk kebangsaan Jawa yang lebih berpaham sekularisme, yakni lahir karena peristiwa Jawi Hisworo yakni ketika pemisahan agama dan Negara seperti yang pada tahun 1916 koran berbahasa Jawa Jawi dilakukan di Turki. Natsir pun dengan segala Hisworo menghina Nabi dengan mengatakannya pengetahuan keislamannya membantah sebagai pemabok dan pemadat, satu sikap yang argumentasi Soekarno sambil memberikan kemudian membangkitkan ummat Islam untuk argumentasi tentang keharusan kesatuan agama mengadakan pembelaan. Untuk menandingi (Islam) dan negara. kebangkitan ummat Islam itu pendukung sikap Jawi Hisworo membentuk pula Comite Voor het Pemikiran Mohammad Natsir tentang Javanche Nasionalisme (Panitia Kebangsaan Hubungan Agama dan Negara Jawa). Komite ini menyatakan bahwa Untuk lebih memahami pemikiran Natsir pembelaan ummat Islam itu merupakan gerakan tentang hubungan agama dan Negara ini, terlebih asing yang hendak menekan klepercayaan- dahulu akan dipaparkan pemikiran Soekarno kepercayaan jawa. Padahal menurut mereka tentang hal yang sama, karena tulisan-tulisan orang Jawa berbeda dengan orang-orang lain di Natsir tentang agama dan Negara ini merupakan Nusantara ini karena mempunyai kebudayaan bantahan (counter) terhadap tulisan-tulisan sendiri yang mendekatkan hubungan antara satu Soekarno. dengan yang lain. Jadi polemik mengenai

Halaman | 174 Sri Pajriah Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Hubungan Agama Dan Negara Serta Polemiknya Dengan Soekarno hubungan Negara dengan agama sudah tumbuh adalah satu halangan yang besar sekali buat benihnya paling tidak sejak tahun 1916/1918. kesuburan Islam di Turki. Picu polemik yang secara langsung Tetapi sorotan Soekarno yang berbicara tentang hubungan antara Negara dan bersemangat terhadap Turki mendapat agama, seperti telah dikemukakan, ditarik oleh tanggapan di antaranya dari sahabatnya di Soekarno melalui majalah Pandji Islam pada Jakarta yang memintanya menulis lagi. Maka 1940. Di dalam majalah tersebut Soekarno ditulisnya artikel bersambung lagi melalui menulis artikel panjang dibawah judul; Pandji Islam dengan judul “Apa Sebab Turki “Memudakan Pengertian Islam” yang Memisahkan Agama dari Negara”. Di dalam merupakan tanggapan terhadap artikel di dalam artikelnya ini Soekarno kembali menunjukkan majalah Adil dan Pandji Islam mengenai kecenderungannya pada sikap mendukung “Memperhatikan gerakan Pemuda” yang ditulis tindakan Turki yang telah dengan berani oleh KHM Mansur. Artikel Soekarno tersebut memisahkan agama dari negara, kendati di (Soekarno, 1965: 370) secara lugas mengkritik dalam artikel itu pula soekarno mengatakan “kita kekolotan Islam sehingga memerlukan koreksi- tidak berhak menilai apakah tindakan Kemal koreksi terhadap berbagai pengertiannya. attaurk itu benar atau salah, baik atau buruk.” Esensi artikel Soekarno ini sebenarnya Benar atau salahnya ia punya perbuatan baik itu merupakan gugahan bagi umat Islam Indonesia bagi Islam, itu sebenarnya bukan kitalah yang untuk tidak terlalu bertaqlid secara fanatik. Ia dapat menjadi hakim. Yang dapat menjadi hakim mengajak untuk berpikir kembali tentang sejauh baginya hanyalah sejarah kelak kemudian hari”. mana kebenaran pengertian kita tentang Islam Demikian Soekarno mengemukakan berkali-kali dan menyesuaikan dengan berbagai kultur. Di secara bersamaan dengan ungkapan kekaguman dalam artikel itu pula Soekarno mulai yang berkobar-kobar pada tindakan Kemal menyinggung mengenai hubungan antara Pasya. Negara dan agama dengan penekanan sikapnya Secara panjang lebar soekarno bahwa negara dan agama harus dipisahkan demi mengemukakan alasan-alasan yang dianggap kebaikan bagi keduanya. Hal itu dikemukakan membenarkan tindakan sekularisasi di Turki oleh Soekarno ketika mengajak umat Islam dengan mengutip pendapat-pendapat para ahli melihat beberapa pusat pemikiran Islam di yang telah melakukan penelitian mendalam berbagai negara yaitu Turki, Mesir, Palestina, maupun memaparkan kondisi-kondisi obyektif India, dan Arabia. Ketika mencontohkan Turki, Turki menjelang sekularisasi itu. Soekarno kagum pada sikap negara tersebut di Dikemukakannya perkataan Menteri bawah pimpinan Kemal Attaturk pada 1928, Kehakiman Mahmud Essad Bey yang menghapus ketentuan konstitusinya tentang mengatakan bahwa agama itu perlu kedudukan Islam sebagai agama negara dan dimerdekakan dari belenggu pemerintah, agar menjadikan masalah agama sebagai urusan menjadi subur, sebab manakala agama dipakai perorangan. Menurut Soekarno dengan buat pemerintah, ia selalu dipakai sebagai alat penghapusan itu bukan berarti bahwa Islam penghukum oleh raja-raja, orang-orang dzalim dihapuskan oleh Turki, melainkan diserahkan dan orang-orang tangan besi. kepada manusia-manusia Turki sendiri dan tidak Menurut Soekarno memang boleh kepada Negara. Dan karena itu maka merupakan dikatakan secara adil bahwa tujuan dari tindakan kesalahan jika dengan sikapnya itu lalu kita Turki Muda di bawah Kemal Attaturk adalah menyatakan Turki adalah anti agama, anti Islam, untuk menyuburkan Islam, minimal menolong atau menyamakjannya dengan Rusia (Soekarno, Islam dari ikatan-ikatan yang menghambat 1965: 377). Dikutip pendapat Franches kesuburannya. Pengikatan Islam dengan Negara Woodsmall, bahwa Turki modern adalah anti telah menyebabkan keduanya, baik Negara kolot, anti gereja, tetapi tidak anti agama. Dan maupun Islam, menjadi mundur sebab sering dikutip pula pernyataan Halide adib Hanoum, kali negara sulit mengatasi masalah jelek yang bahwa jika Islam terancam bahaya kehilangan gtimbul dalam masyarakat yang oleh masyarakat pengaruhnya di atas rakyat Turki, maka itu dibela secara jumud atas nama agfama yang bukankah karena tidak diurus oleh pemerintah, dianut oleh Negara; dan sebaliknya Islam tetapi justru karena diurus oleh pemerintah, menjadi terikat pula dengan kebijaksanaan ummat Islam terikat kaki tangannya dengan pemerintahan. Pada saat mati hidupnya Turki rantai kepada politik pemerintah itu. Hal ini tergantung pada kekuasaan Negara, maka Kemal tidak mau sesuatu tindakan Negara yang amat

Halaman | 175 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017 perlu tidak dapat dijalankan oleh karena ulama- menghalanginya dengan alasan agama Islam ulama atau Syaikhul Islam mengatakan makruh adalah agama negara. atau haram. Posisi para ulama ini pula yang dapat Soekarno tidak melupakan kenyataan, menentukan kebijaksanaan negara yang menjadi bahwa ada keyakinan ummat Islam bahwa Islam lasan politik sekularisasi oleh Kemal Attaturk. telah mengatur berbagai hal termasuk Negara Ulama yang tampil sebagai pemeran penting sehingga agama tidak dapat dipisahkan dari dalam negara setelah surutnya peranan Sultan Negara. Tapi menurutnya dalam masalah ini dan Khalifah dianggap telah menghilangkan belum ada ijma`. Oleh karena itu dengan tegas kelaki-lakian Kerajaan Turki Usmaniah. Soekarno menyatakan Islam di Indonesia tidak Tampilnya ulama ini sebagai pemeran penting menjadi urusan Negara. dalam negara tidak lain merupakan warisan Sekularisasi di Turki menurut Soekarno budaya Byzantium yang berjaya di sana dan adalah sekularisasi atas praktek Islam, realitas menampilkan persatuan agama dan negara Islam yang telah memundurkan Negara maupun dalam pemerintahannya. Ini berarti bahwa Islam sendiri. Jadi sikap Turki waktu itu bukan persatuan agama dan negara tidaklah asli dari memotong ajaran Islam, isi perintah Islam atau tradisi Islam melainkan warisan Byzantium yang teori Islam. Oleh sebab itu tad dapatlah menjadikan agama Katholik sebagai agama dikatakan bahwa tokoh-tokoh Turki muda telah negara, namun setelah Islam melenyapkan memusuhi atau bertindak anti Islam, tetapi Byzantium dan menggantikannya dengan Turki, malah memerdekakannya dari keterikatan pada kebudayaan Byzantium yang menyatukan Negara agar dapat berkembang dengan baik. agama dan Negara tetap dipertahankan. Karena Tindakan sekularisasi itu mempunyai alasan-alasan itulah, menurut Soekarno, Kemal alasan-alasannya sendiri baik karena desakan- Attaturk melakukan sekularisasi yang maha desakan dalam kancah internasional maupun hebat umtuk membangun Turki dari kehancuran. karena alas an internal Turki sendiri. Secar Tetapi tak dapat disembunyikan bahwa internasional, waktu itu Turki dituntut untuk dari gaya dan aksentasi pemaparannya, mempertahankan eksistensinya sebagai bangsa Soekarno memang terkagum-kagum dan dengan kekuatan sendiri secara cepat tanpa mendukung tindakan Kemal Pasya serta boleh memikirkan terlalu lama karena keberatan memandang layak untuk diterapkan juga di atau fatwa-fatwa para ulama. Sedangkan secara Indonesia. Oleh sebab itu tak mengherankan jika internal dikemukakan alasan-alasan tradisi kuno, kalangan Islam condong berpendapat bahwa alasan ekonomi dan politik. Soekarno menyetujui langkah-langkah yang Tradisi-tradisi dan anggapan-anggapan dijalankan Kemal dengan sekularisasi di Turki. kuno tentang Islam telah menyebabkan Apalagi di dalam artikel yang berjudul “saya lemahnya sosial ekonomi rakyat, sebab yang kurang dinamis” Soekarno memperkuat menentukan wujud kehidupan rakyat itu kecondongan ke sekularisasi (Soekarno, 1965: bukanlah ajaran Islam, tetapi tradisi kuno dan 450). anggapan-anggapan Islam yang ternyata hidup Karena sangkaan itu maka timbul reaksi lebih dominan dari pada ajaran Islamnya itu dari kalangan muslim yang diwakili Muhammad sendiri. Natsir yang artikelnya muncul di bawah nama Alasan ekonomi yang dikemukakan ialah samara A. Muchlis. Namun sebelum kita jelajahi kartena dalam praktek ummat Islam di Turki pokok pikiran Natsir dalam membantah tidak mampu menyehatkan perekonomian Turki, Soekarno baiklah kita perhatikan dulu kondisi malahan melemahkan, mengendorkan dan dan kecenderungan aspirasi Islam di Indonesia mengkucar-kacirkannya. Bermacam-macam waktu itu. khurafat dan kekotoran Islam sudah membuat Deliar Noer (1986: 177-178), status ekonomi rakyat Turki jatuh ke tingkat mengemukakan beberapa sifat Islam di yang rendah. Begitu juga karena alasan agama Indonesia dalam zaman sebelum abad ke-20 Negara adalah agama Islam, maka berbagai bahwa pada umumnya diantara bidang-bidang kemalasan dan kebobrokan timbul karena alasan ajaran Islam yang mengambil kedudukan ibadah. penting adalah fiqh dan tarekat yang paling Negara tidak biasa mengambil tindakan berkembang. Umumnya juga dalam kedua atas praktek-praktek Islam yang seperti itu bidang ini terdapat jumud, kebekuan, dengan karena peraturan antara agama dengan negara mengiakan saja apa yang dikatakan guru tanpa telah memberi peluang pada syekh-syekh Islam mempersoalkannya apakah sesuai dengan ajaean

Halaman | 176 Sri Pajriah Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Hubungan Agama Dan Negara Serta Polemiknya Dengan Soekarno

Qur`an dan Sunnah sebagai sumber-sumber 6. Kaum tradisional pada umumnya tidak utama ajaran Islam. Sikap ini berhadapan dengan mencampuri masalah politik dan sikap luar yakni modernisasi yang kemudian menyerahkan masalah itu kepada golongan dipersoalkan apakah modernisasi itu sesuai atau golongan . Meskipun sikap dengan Islam atau tidak. Hal ini kemudian politik mereka sangat membenci Belanda melahirkan dua sikap yang merugikan yaitu namun mereka berlaku negative, tidak sikap isolasi diri dari perkembangan kehidupan melakyukan langkah-langkah untuk yang sebenarnya yang acap pula diiringi dengan mengusir Belanda. Meskipun ada (terutama sikap kebencian akan perkembangan itu sendiri, dalam tareqat), tetapi sangat sedikit yang atau melahirkan sikap menerima begitu saja membangun rasa benci para pengikutnya perkembangan dan modernisasi itu tanpa dasar kepada penjajah untuk kemudian keyakinan manfaatnya tetapi turut serta karena menggerakkannya menggunakan kekerasan sikap putus asa atau tak tahu menghalanginya. melawan penjajah (Noer, 1986: 180). Pada waktu itu Islam menampakkan ciri-ciri sebagai berikut: Dalam sifat Islam yang seperti itu, 1. Minimal oleh ummat Islam sendiri, Islam kemudian muncul sementara kalangan kaum disamakan dengan ketentuan yang muslimin yang menggugat keadaan itu. menunjukkan bangsa Indonesia sehinggga Kekuatan kolonial, penetrasi agama Kristen istilah pribumi pada umumnya diperuntukkan secara lebih luas dan intensif serta perjuangan ke bagi orang Islam, sedangkan orang-orang arah kemajuan di kalangan bangsa-bangsa Asia Kristen meskipun betul-betul pribumi lainnya telah menjadi penantang munculnya dianggap sebagai orang asing. kaum muslimin yangmenggugat kekurangan diri 2. Umat Islam berpegang pada kebiasaan- sendiri untuk mencari cara mengatasi kebiasaan yang berlaku yang mencampur- kelemahan-kelemahan Islam tradisional itu. adukkan praktek agamanya dengan takhayul- Mereka pada umumnya menginginkan adanya takhayul atau dengan animisme Hindu dan pembaharuan di kalangan ummat Islam, dan Budha. karena itu mereka disebut kaum modernis Islam. 3. Sikap tradisional itu sering mengakibatkan Pembaharuan atau modernisasi yang mereka kepatuhan yang membuta karena fiqh dan inginkan mempunyai garis pandangan seperti tarekat yang mereka anut, guru (Syekh atau berikut: kiai) dianggap ma`shum. Dalam keadaan ini 1. Ajaran Islam harus dikembalikan kepada Al- Islam tampaknya merupakan monopoli kiayi Qur`an dan Sunnah Rasul yang merupakan atau syekh, dan bahkan merupakan milik sumber-sumber pokok dari pemikiran dan penganutnya masing-masing, sehingga fatwa cita-cita kaum muslimin. Oleh sebab itui yang keluar dari kiayi dianggap sebagai pintu ijtihad menurut mereka terbuka dan hukum final. taqlid hendaknya dihentikan. Ajaran-ajaran 4. Sistem pendidikan dalam kaum tradisional ulama berbagai madzhab tetap dapat diterima yang telah memberikan kedudukan tinggi dengan catatan diberi peluang untuk kepada guru menitikberatkan pada hafalan diperiksa atau dipersoalkan kembali guna dan bukan pengertian atau pemahaman dicocokkan kesesuaiannya dengan Qur`an terhadap masalah-masalah yang dipelajari dan sunnah. Mereka berpendapat bahwa sebab murid tidak berani dan tidak diberi Islam mempunyai sifat-sifat yang tidak usang kesempatan untuk bertanya. Belajar di karena perputaran zaman. atau pesantren merupakan belajar searah 2. Lembaga ijtihad yang diperjuangkan oleh dengan menggunakan kitab-kitab yang kaum modertnis ini pada gilirannya dipergunakan oleh generasi-generasi mengantarkan kebiasaan untuk menghormati sebelumnya. Dalam keadaan ini dinamika pendapat, bukan menghormati orang (guru, ilmu pengetahuan menjadi tidak tampak. kiyai) seperti yang hidup di kalangan kaum 5. Pesantren atau surau tidak mempunyai tradisionalis dalam pengertian bahwa organisasi, tidak ada sistem kelas dan tidak penghormatan pada orang (guru, kiyai) masih ada kurikulum, sehingga kemajuan seorang ada tetapi tidak diletakkan pada kedudukan murid sangat tergantung pada murid itu yang ma`shum atau selalu benar. sendiri. Dan kelanjutan hidup pesantren atau 3. Pembicaraan tentang Islam tidak lagi terbatas surau sangat pula tergantung pada kiayi yang di surau-surau, mesjid atau pesantren tetapi bersangkutan. meluas ke berbagai mass media dan lembaga

Halaman | 177 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017

pendidikan formal juga member pendidikan Mohammad Natsir yang menanggapi agama Islam yang diajarkan oleh kaum artikel-artikel panjang Soekarno itu adalah modertnis. Melalui kegiatan-kegiatan yang eksponen modernitas Islam yang sangat terorganisir dengan baik oleh kaum modernis terkemuka di Indonesia. Tulisan Soekarno yang ini Islam kemudian menjadikekuatan sosial diketahui banyak mengambil sumbernya dari yang berkiprah pada level nasional, bukan tulisan-tulisan non-muslim itu ditanggapi oleh lagi lokal. Natsir/Muchlis dengan tempo, semangat, dan 4. Organisasi kaum modernis ini terbuka untuk gaya retorik yang tak kalah hangatnya melalui menerima cara-cara yang dibawa oleh majalah Al-manar dan Pandji Islam (dan dikutip penjajah maupun missi Kristen dalam oleh majalah-majalah Islam yang lain) secara pengajaran sepanjang cara-cara itu tidak bersambung. bertentangan dengan dasar-dasar IOslam. Melalui tulisannya yang berjudul Oleh sebab itu mereka mengakui manfaat “Porsekot” pertama-tama Natsir mengemukakan ilmu pengetahuan yang diperkenalkan oleh kecurigaannya bahwa tulisan-tulisan Soekarno Belanda pada sekolah-sekolah di Indonesia. tentang sepak terjang Kemal di Turki bukan 5. Gerakan modernis ini betapapun kecilnya sekedar laporan atau sekedar “kasi mengerti” telah berhasil menghambat proses sebab dalam kalangan yang dikatakan oleh pengasingan orang Indonesia yang soekarno “kaum fiqh yang tidak tahu sejarah” di berpendidikan Barat dari agama Islam yang Indonesia tidak ada yang meributkan Kemal dianut oleh nenek moyang mereka. Pasya, tidak ada yang menuduh Kemal kafir dan Hambatan atas pengasingan ini dilakukan sebagainya yang mengundang Soekarno untuk denagn cara mengadakan studi atau membelanya. Tetapi mengapa Soekarno organisasi yang bernafas Islam seperti Jong menggebu-gebu padahal di kalangan bangsa Ismam Leten Bond. Indonesia belum pernah terdengar kritikan 6. Kaum modernis yang semula terhadap Kemal (Natsir, 1957: 434). menitikberatkan perhatiannya dalam hal Natsir balik bertanya, bagaimana jika agama (dalam arti sempit) memperluas seumpama ada yang mengatakan bahwa ada perhatiannya ke bidang sosial dan politik ijma tentang itu, apakah Soekarno akan yang kemudian melahirkan keyakinan di menerima faham itu atau sebaliknya menolak kalangan muslim tentang persatuan agama dn dengan memberi alasan lain dengan mengatakan politik dalam Islam. Dari sini lahir visi bahwa bahwa itu cuma satu ijma`, satu gedachte- Al-Qur`an dan sunnah bukan hanya berisi traditie yang harus dilemparkan jauh-jauh. Di ajaran ibadah mahdloh tetapi juga mencakup sini Natsir menanyakan Soekarno, mengapa masalah-masalah sosial politik. Dari reaksi untuk menolak persatuan negara dan agama baik dan kesadaran seperti itulah kemudian Soekarno bertumpu pada tidak adanya ijma`, timbul reaksi baik dari pemerintah penjajah padahal dia sendiri mengatakan bahwa satu maupun dari kalangan orang muslim gedachte-traditie seperti ijma` harus Indonesia yang netral agama atau nasionalis dilemparkan jauh-jauh. sekuler (Noer, 1986: 182-184) Kemudian dalam artikel berikutnya natsir melanjutkan persolan ijma` ini dengan Gerakan modernis Islam di Indonesia menanyakan, apakah ada ijma` yang bermunculan pada dekade kedua dan ketiga abad menyatakan bahwa agama dan Negara tidak ke-20 dengan lahirnya , harus bersatu. Oleh karena itu, jika ijma` ulama Persatuan Islam, dan Al-Irsyad yang merupakan mau dijadikan alasan tentang bersatu atau gerakan sosial keagamaan serta Sarekat Islam tidaknya agama dengan negara ini pastilah yang yang sekaligus merupakan gerakan politik. satu bisa mengatakan “agama dan negara harus Kembali kepada Islam sejati dengan Al-Qur`an terpisah” karena tidak ada ijma` dan yang lain dan Sunnah sebagai dasarnya merupakan saran mengatakan “agama dan negara harus bersatu” kontrol dalam pemikiran modernis Islam. karena juga tidak ada ijma`. Setelah mengemukakan pokok-pokok Natsir tidak menyembunyikan sikapnya ajaran kaum modenis, maka kita kembali pada yang secara diametral berbeda dengtan sikap masalah polemic Soekarno-Natsir mengenai Soekarno dalam hal ini. Baginya agama dan hubungan Negara dan agama yang berpangkal negara tidak dapat dipisahkan, sebab dalam al- pada sekularisasi di Turki. Qur`an surat Adz-Dzariyat: 56, ditegaskan bahwa jin dan manusia tidak diciptakan selain

Halaman | 178 Sri Pajriah Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Hubungan Agama Dan Negara Serta Polemiknya Dengan Soekarno untuk beribadah, sehingga setiap muslim yang kemudian menjadi alasan sekularisasi Kemal hidup di dunia ini tentulah bercita-cita untuk menurut Natsir bukanlah negara Islam. Sebab menjadi hamba Allah dengan arti yang suatu negeri yang tidak peka terhadap kebutuhan sepenuhnya, mencapai kebahagiaan dunia dan rakyatnya, membiarkan kebodohan, menindas kemenangan akhirat yang tidak mungkin rakyat dengan kedok Islam, memakai ibadah dipisahkan oleh seorang muslim idealnya. sebagai kedok padahal kepala-kepala pemerintahan itu penuh maksiat dan membiarkan khurafat dan takhayul, seperti Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan keadaan pada zaman sultan-sultan Turki, maka manusia melainkan supaya mereka pemerintahan semacam itu bukanlah mengabdi kepada-Ku.(QS. Adz- pemerintahan Islam. Memang benar bahwa Dzariyat: 46) Usmaniyah Turki di bawah bendera Islam pada waktu itu sangat mundur, begitu juga kondisi Allah telah memberi pengaturan secara sosial ekonomi dan politik dari tindakan Kemal lengkap mengenai berbagai masalah yang attaurk. Tetapi siapapun tahu bahwa itu bukan keseluruhannya mencakup cara kita lantaran Islamnya, melainkan karena sikap berhubungan baik dengan Tuhan maupun mental oknum-oknum pemerintahannya yang dengan sesama manusia. Aturan-aturan yang telah melanggar dan tidak peduli lagi pada berhubungan antar sesama manusia, antara lain prinsip-prinsip pemerintahan menurut Islam. adalah mengenai kaidah yang berkenaan dengan Tetapi Kemal dengan gerakan “Turki Muda”nya hak dan kewajiban masyarakat terhadap diri telah mengalamatkan kesalahan itu terhadap seseorang. Dan inilah yang disebut sebagai Islam. Itulah yang dapat disimpulkan dari urusan kenegaraan. Dengan demikian Islam pandangan Natsir melalui artikelnya. tidak dapat lepas dari masalah negara. Kalau ada pendapat bahwa agama dan Dikatakannya bahwa pada umumnya sering Negara harus bersatu tidaklah tepat menjadikan dilupakan jika ajaran Islam itu mencakup agama Turki dibawah Bani Usman yang dzlaim dan dan Negara, tetapi sering diartikan bahwa Islam bobrok untuk menolak pendapat itu. Sebab itu semata-mata peribadatan. Padahal agama pemerintahan yang seperti itu tidaklah bias menurut Islam meliputi semua kaidah, hudud- disebut pemerintahan Islam karena telah hudud, dan muamalah yang secara garis besar kehilangan kemampuannya sebagai alat sudah dimuat dalam al-Qur`an dan Sunnah nabi. penjamin “kesempurnaan berlakunya undang- Dalam kaitan ini betapa pentingnya Negara bagi undang ilahi, baik yang berkenaan dengan peri Islam, sebab al-Qur`an dan Sunnah itu tidak kehidupan manusia sendiri maupun sebagai berkaki sendiri untuk menjaga supaya peraturan- anggota masyarakat”. peraturannya ditaati oleh manusia. Jadi negara Memang menurut Natsir bagi kaum diperlukan agar ajaran-ajaran Islam dapat muslimin Negara bukanlah tujuan, melainkan dilaksanakan di bawah lindungan negara itu. sekedar alat untuk menjamin pelaksanaan Dalam kaitan ini perlu dikemukakan pendapat aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam. Ibnu Taimiyah yang terdapat dalam bukunya Artinya tanpa Negara berbagai aturan-aturan Qomaruddin Khan ketika mengatakan, “maka sulit dilaksanakan dengan baik karena tidak ada agama yang benar wajib punya buku petunjuk lembaga yang bias memaksanya. Tidak dan pedang penolong” (Khan, 1973: 54). dikesampingkan pula munculnya pertanyaan Natsir menyayangkan juga persepsi mungkinkah Al-Qur`an mengatur Negara? bahwa jika ada pendapat bahwa agama dan Jawabnya jelas bahwa memang di dalam Al- negara harus bersatu lalu yang dilihat adalah Qur`an tidak ada petunjuk tentang perencanaan Islam yang keliru dalam praktek. Padahal anggaran belanja Negara, tidak ditemukan cara- pengertian itu tidak benar, sebab haruslah cara mengatur contingenteering, tidak ada dibedakan antara ajaran Islam sebagai ide perturan valuta dan devisa, tidak ada cara dengan praktek pelaksanaanya dalam mengatur radio, evakuasi dan penjagaan bahaya masyarakat. Hal yang dilakukan Kemal di Turki udara. yang dikagumi oleh Soekarno adalah “Tidak! Ini semua tentu tidak ada, dan mencampakkan ajaran islam dengan alasan memang tidak perlu diatur dengan wahyu :”Negara Islam” yang hidup dalam praktek ilahi yang bersifat kekal. Sebab semua ini tidaklah sesuai dengan ajaran islam. Apa yang adalah hal-hal yang berkenaan dengan hidup dalam kalangan Turki Usmani yang keduniaan yang selalu bertukar dan beredar

Halaman | 179 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017

menurut tempat, zaman dan keadaan. Yang kalau hanya Islam di bibir ? Menurut Natsir, diatur oleh Islam adalah dasar dan pokok- Islam bukan semata-mata tambahan yang harus pokok mengatur masyarakat manusia, yang dimasukan ke dalam negara, tetapi negara tidak berubah-ubah kepentingan dan diperlukan sebagai alat berlakunya hukum keperluanmu selama manusia masih Islam. Apakah dengan demikian Islam menolak bersifat manusia, baik ia manusia zaman demokrasi ? Islam adalah demokratis dengan onta ataupun manusia zaman kapal terbang, pengertian bahwa ia anti absolutism dan atau manusia zaman kapal stratusfeer, dan kesewenang-wenangan (Natsir, 1957: 453). lain-lainnya nanti” (Natsir, 1957: 447).

Ketika membantah Soekarno yang PENUTUP mengatakan bahwa Syeikh Abdul Razik (dari Mesir) pernah mengatakan “Rasulullah hanyalah Dari pembahasan di atas dapat mendirikan agama saja, tidak mendirikan disimpulkan bahwa dalam hubungan agama Negara” Natsir menyatakan bahwa setelah Islam dengan negara, Natsir menganut paham diteliti ternyata Abdul Razik tidak pernah kesatuan agama dan negara yang merupakan mengatakan seperti itu, malahan ia mengakui lawan dari sekularisasi. Walaupun tidak ada nash bahwa “Sesungguhnya Nabi SAW telah yang secara jelas memerintahkan mendirikan membawakan beberapa kaedah dan hukum yang negara Islam, tetapi menurut Natsir untuk umum, yang amat banyak berkenaan dengan melaksanakan hukum Islam perintahnya cukup perikehidupan dan urusan-urusan umat.” (Natsir, jelas baik dalam Al-Qur`an maupun hadis. 1957: 485). Dalam kerangka melaksanakan hukum Islam Memang Syeikh itu mengatakan pula itulah, maka negara menjadi sebuah bahwa kalau dikumpulkan aturan-aturan agama keniscayaan, karena hukum Islam tidak bisa yang berkenaan dengan urusan keduniawian dilaksanakan tanpa bantuan penguasa. Dengan maka dalam jumlah semuanya itu hanya demikian, negara bagi Natsir bukan tujuan, sebagian kecil sekali yang perlu untuk satu tetapi sebatas alat untuk melaksanakan hukum Negara modern, yakni yang berkenaan dengan Islam yang merupakan keharusan bagi setiap dasar undang-undang dan politik. Menurut penganut Islam sebagai konsekwensi dari Natsir hal itu memang benar. Tidak banyak yang keimanannya dan syahadatnya. ditetapkan wahyu ilahi berkenaan dengan Negara modern, akan tetapi yang sedikit itu justru yang perlu-perlu dan harus ada pada setiap DAFTAR PUSTAKA Negara modern ataupun tidak modern untuk menjamin keselamatan Negara dan masyarakat Al Chaidar. 2000. Sepak Terjang KW 9 Abu Toto itu sendiri. Masalahnya bukan terketak pada Menyelengkan NKA-NII Pasca S.M. sedikit atau banyaknya, tetapi dalam dijalankan Kartosuwiryo. Jakarta: Madani Press atau tidak. Anwar Harjono. 1995. Indonesia Kita: Natsir kokoh pada pandangannya bahwa Pemikiran Berwawasan Iman-Islam. Negara dan agama tidak dapat dipisahkan karena Jakarta: GIP amatlah diperlukan untuk menjamin terlaksana ------. 1993. “Pokok-Pokok Pikiran Pak Natsir baiknya peraturan-peraturan agama seperti Mendasar”, dalam Suara Mesjid, Nonor shalat, puasa, larangan judi, mabuk dan 221, Februari 1993 sebagainya. Dengan kata lain, ajaran Islam yang A. Hasyimi. 1985. Semangat Merdeka: 70 berkenaan dengan negara modern memang Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan sedikit, tetapi yang sedikit itu amat penting Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta: Bulan untuk menjamin pelaksanaan ajaran Islam dalam Bintang semua aspek kehidupan manusia. Mengenai . 1978. Mengabdi Pada Republik. kemungkina masuknya aturan-aturan Islam Jakarta: Gunung Agung melalui parlemen dengan cara memperbanyak Dzulfikriddin. 2010. Mohammad Natsir Dalam wakil Islam di dalamnya sesuai dengan jumlah Sejarah Politik Indonesia. Bandung: pemeluk Islam seperti dikatakan Soekarno, Mizan Natsir mempersoalkannya. Soalnya, bagaimana Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (1993). jika wakil-wakil Islam di Parlemen adalah Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar seperti Islamnya Kemal Pasya ? Bagaimana Baru Van Hoeve

Halaman | 180 Sri Pajriah Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Hubungan Agama Dan Negara Serta Polemiknya Dengan Soekarno

Damanhuri Zuhri. 1994. “Muhammad Natsir: Pendidik-Pejuang yang Istiqomah” dalam Harian Republika, Ahad, 17 Juli 1994 Deliar Noer. 1988. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES ------. 1986. Pengantar ke Pemikiran Politik. Jakarta: Rajawali Endin Lidinillah. 1993. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam FKIP Unigal Ciamis Hatta, Moh. 1982. Memoir. Jakarta: Tintamas Mahfud MD, Moh. 1993. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: UII Press Mochtar Naim. 1995. “Natsir, Mengharmoniskan Timur dan Barat” dalam Harian Republika, Selasa, 8 Agustus 1995. Qomaruddin Khan. 1973. The Political Thought of Ibnu Taimiyah. Islamabad: Islamic Research Institute Ridwan Saidi, 1981. “Hari ini 30 Tahun Yang Lalu” dalam Panji Masyarakat, Nomor 314, 10 Pebruari 1981. Syafiq A. Mughni. 1994. Hassan Bandung: Pemikir Islam Radikal. Surabaya: Bina Ilmu S.U. Basuit. 1972. Alam Pikiran dan Djedjak Perdjuangan Prawoto Mangkusasmito. Surabaya: Document Soekarno. 1965. Di Bawah Bendera Revolusi. Jakarta: Panitia Penerbit Yusuf Abdullah Puar. 1978. Mohammad Natsir 70 Tahun: Kenang-Kenangan Kehidupan dan Perjuangan. Jakarta: Pustaka Antara

Halaman | 181 Jurnal Artefak: History and Education, Vol.4 No.2 September 2017

Halaman | 182