Kamus Sejarah Indonesia Nation Formation Jilid I
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KAMUS SEJARAH INDONESIA NATION FORMATION JILID I KAMUS SEJARAH INDONOESIA NATION FORMATION JILID I KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2017 KAMUS SEJARAH INDONOESIA JILID I NATION FORMATION PENGARAH Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan) Triana Wulandari (Direktur Sejarah) NARASUMBER Suharja, Amurwani Dwi Lestariningsih, Abdurahman, Didik Pradjoko EDITOR Susanto Zuhdi, Nursam PEMBACA UTAMA Taufik Abdullah PENULIS Dian Andika Winda, Dirga Fawakih, Ghamal Satya Mohammad, Saleh As’ad Djamhari, Teuku Reza Fadeli, Tirmizi TATA LETAK DAN GRAFIS M. Abduh, Kurniawan SEKRETARIAT DAN PRODUKSI Tirmizi, Isak Purba, Bariyo, Haryanto, Maemunah, Dwi Artiningsih Budi Harjo Sayoga, Esti Warastika, Martina Safitry, Dirga Fawakih PENERBIT Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Tlp/Fax: 021-5725042017 ISBN 978-602-1289-76-1 KATA PENGANTAR DIREKTUR SEJARAH Kesulitan yang seringkali ditemukan guru sejarah dalam proses pembelajaran adalah munculnya istilah-istilah kesejarahan yang sulit dan tidak ditemukan penjelasannya dalam buku teks pelajaran sejarah. Ketiadaan penjelasan atau penjelasan yang tidak komprehensif dalam buku teks menjadi salah satu penghambat bagi guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, diperlukan buku kamus yang memuat daftar informasi kesejarahan yang dapat memudahkan guru khususnya dan umumnya masyarakat luas dalam mencari istilah-istilah sulit yang kerap ditemukan dalam pembelajaran sejarah. Berangkat dari permasalahan tersebut, Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggagas penyusunan kamus sejarah Indonesia. Penyusunan kamus ini bertujuan untuk memudahkan akses informasi kesejarahan sulit yang kerap muncul dalam teks-teks buku pelajaran sejarah, sehingga dapat menunjang kegiatan pembelajaran di dalam kelas khususnya. Kamus sejarah ini terdiri dari dua jilid buku, masing- masing jilid memuat informasi kesejarahan yang meliputi nama tokoh, peristiwa dan istilah yang disusun secara alfabetis, ringkas dan padat. Jilid I memuat daftar informasi kesejarahan pada kurun waktu 1900 – 1950, yakni pada masa pembentukan negara (nation formation). Jilid II memuat daftar informasi kesejarahan pada kurun waktu 1951 – 1998, yakni pada masa pembangunan negara (nation building). Dengan buku ini guru sejarah khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya diharapkan dapat mengakses berbagai informasi kesejarahan dengan mudah, cepat dan tepat. Selain itu, buku ini berperan sebagai pintu gerbang penyaji informasi awal dalam memahami sejarah Indonesia. Penyusunan buku ini tidak lepas dari berbagai kesilapan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari para pembaca sangat membantu dalam proses penulisan yang lebih baik kedepannya. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh elemen yang terlibat dalam penyusunan kamus sejarah Indonesia Jilid I dan II ini. Kepada tim penulis, tim editor dan tim sekretariat yang tidak lelah dalam menyajikan penulisan sejarah yang baik. Kami berharap buku ini dapat memudahkan para guru sejarah dalam peroses pembelajaran di sekolah. Dan lebih luas lagi, kami berharap buku ini bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai bahan acuan awal dalam mempelajari sejarah Indonesia. Direktur Sejarah Triana Wulandari KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru saja naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan parlemen Belanda bahwa pemerintah kolonial Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi terhadap bangsa bumiputera di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina mengejawantahkan panggilan moral tersebut ke dalam kebijakan politik etis yang kemudian diwujudkan dalam program Trias van Deventer yang meliputi irigasi, imigrasi dan edukasi. Selama masa pembentukan dan pembangunan bangsa, muncul banyak tokoh bangsa yang berjasa besar dalam mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka. Berbagai peristiwa besar dilewati oleh bangsa yang sedang menjajaki kemapanannya. Hal inilah yang bukan saja penting untuk diingat, tapi juga penting untuk dicatat dalam historiografi nasional, agar kemudian generasi masa kini dan akan datang memahami bahwa bangsa ini dibentuk dan dibangun tidak secara serta merta, namun dengan pengorbanan panjang yang menguras tenaga, pikiran dan materi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap sejarah bangsa berperan penting sebagai pemantik tumbuhnya kesadaran nasional yang akan terwujud dalam sikap cinta tanah air. Penyusunan dua jilid kamus ini bukan saja sebagai upaya pengarsipan sejarah nasional, namun lebih dari itu, dengan kamus ini diharapkan guru, siswa dan masayarakat luas dapat memetik pelajaran dari sejarah perjalanan bangsa yang pada akhirnya berimplikasi pada terbentuknya generasi yang tidak hanya cerdas tapi juga berkarakter. Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DIREKTUR SEJARAH .............................. i KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN .... iv DAFTAR ISI .......................................................................... vii A .......................................................................................... 1 B .......................................................................................... 30 C .......................................................................................... 42 D .......................................................................................... 50 E .......................................................................................... 70 F .......................................................................................... 73 G .......................................................................................... 75 H .......................................................................................... 84 I ........................................................................................... 90 J ........................................................................................... 105 K .......................................................................................... 109 L .......................................................................................... 131 M ......................................................................................... 136 N .......................................................................................... 157 O.......................................................................................... 165 P,Q ...................................................................................... 167 R .......................................................................................... 231 S .......................................................................................... 247 T .......................................................................................... 313 U .......................................................................................... 327 V .......................................................................................... 327 W, X ..................................................................................... 330 Y .......................................................................................... 334 Z .......................................................................................... 334 DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 339 NATION FORMATION (1900-1950) -A- A. M. Sangadji. Perintis dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Lahir di Rohomoni, Pulau Haruku, Maluku, berasal dari keluarga Sangaji Hatuhaha. Sangaji merupakan gelar untuk wakil Kesultanan Ternate pada masanya di Pulau Haruku. A.M. Sangaji, lebih dikenal dengan sebutan “Jago Tua,” hal ini tertulis di beberapa surat kabar ibu kota Republik, Yogyakarta. Belanda dan Jepang menyebut A.M Sangadji sebagai Pemimpin Tua. Abdul Kahar Muzakkar. Seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia berpangkat Letnan Kolonel yang terkemuka pada masa Revolusi. Karena kekecewaannya terhadap pemerintahan Sukarno, pada 1951, ia memimpin gerakan pemberontakan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Sulawesi Selatan. Pada Januari 1952, Kahar menghubungi Kartosoewirjo dan secara resmi menjadikan pemberontakannya sebagai bagian dari gerakan Darul Islam yang kala itu sedang bergolak di Jawa Barat. Dampak pemberontakan Kahar menyebar sampai dataran tinggi Toraja, Sulawesi Selatan. Kahar lahir di Luwu, Sulawesi Selatan pada 24 Maret 1921. Pada 3 Februari, ia dinyatakan tewas tertembak dalam Oprasi Tuntas yang dilakukan oleh Satuan Siliwangi 330. 1 KAMUS SEJARAH INDONESIA JILID I Abdul Latief Hendraningrat. Seorang prajurit Peta berpangkat Sudanco (komandan kompi). Ia adalah pengerek bendera Sang Saka Merah Putih pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945. Abdul Latief Hendraningrat berpangkat Chudancho (Komandan Kompi) PETA. Abdul Latief Hendraningrat, bersama Shodancho (Komandan Peleton) Singgih, berperan membantu para pemuda meyakinkan Sukarno dan Hatta agar Indonesia segera merdeka. Shodancho Singgih dan kawan-kawan membawa Sukarno dan Hatta salah satu Markas PETA di Rengasdengklok, untuk berunding dengan kesepakatan akhir atas nama bangsa Indonesia membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di kediaman Sukarno. Chudancho Abdul Latief Hendraningrat segera memerintahkan pasukannya untuk bersiaga di sekeliling rumah Sukarno agar pembacaan Proklamasi dapat berjalan lancar dan tidak diganggu