Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

PENYELESAIAN KONFLIK DALAM ORGANISASI MASYUMI MENANGGAPI PERJANJIAN ROEM-ROYEN TAHUN 1949

Tommy Juliantara STID Al-Hadid, Surabaya [email protected]

Abstrak: Konflik dalam suatu organisasi selalu ada dan tidak dapat dihindari. Konflik bisa mengarah pada perilaku menyimpang dari aturan, prosedur kerja, dan mengganggu pencapaian sasaran organisasi bila diabaikan begitu saja. Sehingga, perlu adanya pengelolaan atau penyelesaian secara baik, agar organisasi tetap produktif mencapai sasaran-sasarannya meskipun dilanda konflik. Salah satu penyelesaian konflik yang dapat dijadikan pelajaran, ada pada organisasi Masyumi. Organisasi berbentuk partai politik Islam pertama dan terbesar di masanya ini, pernah mengalami konflik dan melakukan penyelesaian konfliknya dengan baik. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyelesaian konflik yang dilakukan oleh organisasi Masyumi menanggapi perjanjian Roem-Royen. Pendekatan yang digunakan studi ini adalah pendekatan manajemen konflik, spesifiknya yang membahas mengenai penyelesaian konflik. Metode studi ini adalah kualitatif dan studi pustaka. Hasil studi ini menunjukkan bahwa setelah perjanjian Roem-Royen menghasilkan kesepakatan antara pihak dan Belanda, terjadilah konflik di internal Masyumi yang bersumber dari perbedaan persepsi antara dua pihak. Konflik ini berjenis konflik antar kelompok, penyelesaiannya dilakukan oleh para pimpinan Masyumi secara integratif melalui metode akomodasi dan kompromi, serta kedua pihak pada akhirnya menerima hasil dari perjanjian Roem-Royen. Kata Kunci: Sumber Konflik, Jenis Konflik, Penyelesaian Konflik, Hasil Konflik, Perjanjian Roem-Royen.

Conflict Resolution in Organization of Masyumi Regarding to The Roem- Van Roijen Agreement In 1949. Abstract: A conflict in an organization always exists and cannot be avoided. It can lead to behavior deviating from rules, work procedure and disrupt the achievement of an organization if it is ignored. Therefore, it is necessary to manage and resolve a conflict well so that an organization remains productive to reach its targets. One of organizational resolutions whose lesson can be learnt is in Masyumi organization. This organization, forming as an Islamic political party, ever experienced a conflict and resolved it well. This study aims to describe a conflict resolution conducted by Masyumi regarding to the Roem-van Roijen agreement. It uses conflic management approach, specifically which discusses about conflict resolution. It uses qualitative and literature study method. Its result indicates that after Indonesian and Dutch parties finally made an agreement, called the Roem-van Roijen agreement, internal conflict occured in Masyumi. It originated from different perceptions between two groups. It is classified as an inter-group conflict. Its resolution was conducted by Masyumi leaders integratively through accommodation and compromise methods. Both groups finally accepted the result of the Roem-van Roijen agreement. Key words: Conflict sources, types of conflicts, conflict resolution, conflict results, Roem-van Roijen Agreement

Volume 02 - No.02 Januari 2021 373 Tommy Juliantara

Pendahuluan tertanam di beberapa pengurus SI seperti Konflik merupakan salah satu esensi dari Semaun, Darsono, dan Alimin Prawirodirdjo. kehidupan dan perkembangan manusia yang Akhirnya SI terpecah, ada yang berhaluan memiliki karakteristik yang beragam. sosialis komunis yang dipimpin Semaun (SI Manusia mempunyai perbedaan jenis Merah) dan yang dipimpin Tjokroaminoto (SI 2 kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem Putih). Menurut Muljono dalam Anggit pada hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, mulanya Tjokroaminoto bersikap sebagai aliran politik, serta budaya dan tujuan penengah, akan tetapi karena situasinya hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, benar-benar buruk, maka pada Oktober perbedaan atau adanya kesenjangan itulah 1921 anggota-anggota SI yang berhaluan yang dapat menimbulkan konflik. Konflik komunis harus keluar dari keanggotaan 3 selalu terjadi di dunia, dalam sistem sosial organisasi. Apabila sejak awal pimpinan SI bernegara, bangsa, organisasi, perusahaan, telah menyadari adanya bibit-bibit konflik dan bahkan dalam sistem sosial terkecil yang dapat memecah belah organisasi, seperti keluarga dan pertemanan.1 kemudian segera mengatasinya, maka mungkin saja perpecahan atau konflik bisa Pada kenyataannya, konflik dapat diselesaikan atau setidaknya diminimalisir. memengaruhi performa kerja SDM karena konflik itu sendiri adalah energi yang mampu Dari penjelasan di atas, dapat dilihat menggerakkan anggota organisasi dalam pentingnya setiap organisasi memahami mencapai tujuan. Konflik akan menjadi prinsip-prinsip manajemen konflik termasuk kekuatan apabila bersifat fungsional, artinya organisasi dakwah. Jika konflik yang ada konflik mampu mengangkat isu tentang menghambat proses pencapaian tujuan persoalan yang menghambat organisasi. organisasi, maka konflik tersebut bersifat Kemudian masalah yang ada dicarikan solusi, disfungsional. Oleh sebab, itu perlu ada maka konflik tadi akan berdampak pada pendekatan manajemen konflik sehingga perbaikan kinerja SDM organisasi. Eksistensi konflik yang arahnya pada tindakan negatif konflik juga terjadi di organisasi Islam atau dapat diarahkan menjadi optimal sesuai 4 dakwah. Kita bisa melihat contoh, kasus dengan yang diharapkan organisasi. konflik internal yang pernah terjadi pada organisasi . Menurut Noer Dalam organisasi dakwah, terdapat aktivitas- dalam Anggit, Organisasi dakwah yang aktivitas yang berkaitan dengan dakwah. bergerak di bidang ekonomi dan politik ini Dakwah sendiri menurut Musholi adalah mengalami konflik internal yang dipicu oleh merubah dan mengajak manusia dari suatu adanya inflitrasi komunis ke tubuh SI melalui kondisi kepada kondisi yang lebih baik SI cabang Semarang. Paham komunis dengan menjalankan ajaran Islam untuk

1. Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik Teori, http://www.inteleksia.stidalhadid.ac.id/index.php/int Aplikasi, dan Penelitian (: Salemba Humanika, eleksia/article/download/71/32 2010), 1-2. 3. Ibid. 2. Anggit Rizkianto, “Kepemimpinan Karismatik H.O.S. 4. Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi Tjokroaminoto di Sarekat Islam,” Jurnal Inteleksia, Vol. (Bandung: Alfabeta, 2011), 90. 2, No. 1 (2020): 67, doi:

374 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan dalam satu wadah partai politik.8 Masyumi akhirat.5 Para ilmuwan membagi dakwah merupakan badan federasi yang di dalamnya pada dua dimensi, yaitu dakwah struktural terdapat anggota biasa (perorangan) dan dan dakwah kultural. Menurut Ramli Ridwan anggota luar biasa (kolektif) seperti dalam Syahruddin mengatakan bahwa dan NU. Sifatnya yang dakwah struktural adalah aktivitas negara federatif inilah yang kemudian menjadi atau pemerintah dengan berbagai kekuatan dan kelemahan organisasi strukturnya untuk membangun tatanan berbentuk partai ini. Kekuatannya adalah masyarakat yang sesuai dengan petunjuk berhasil menarik banyak kelompok Muslim Allah dan Rasul-Nya dalam bingkai amar untuk bergabung bersama. Namun, di balik ma’ruf nahi munkar. 6 itu juga sering muncul penonjolan semangat golongan yang pada momentum tertentu Bila mengacu pernyataan-pernyataan di sempat mengalahkan semangat persatuan.9 atas, partai politik yang menjalankan politik Partai Masyumi pernah menjadi partai bernegara dengan didasarkan ajaran Islam terbesar di Indonesia, setidaknya hingga juga dapat dikategorikan organisasi dakwah, awal tahun 1950-an, yang dipengaruhi oleh seperti Partai Masyumi. Karena dalam peran organisasi Islam seperti NU dan Anggaran Dasarnya, organisasi tersebut Muhammadiyah.10 Pendiri dan pimpinan bertujuan menegakkan kedaulatan negara organisasinya merupakan tokoh-tokoh Republik Indonesia dan agama Islam dan besar Islam Indonesia yang pada hari ini melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan banyak dikenang sebagai pahlawan kenegaraan.7 Sehingga, segala aktivitas Nasional. dalam organisasi ini termasuk kategori Menurut Natsir dalam Rahman, Masyumi dakwah. Termasuk juga menjalankan memandang keterlibatannya secara aktivitas politik kenegaraan, seperti langsung dalam kekuasaan negara sebagai membela tanah airnya agar benar-benar suatu jalan untuk mewujudkan tujuan- terlepas dari penjajahan yang merupakan tujuannya. Dengan begitu, Islam bukan sebuah kezaliman atau kemungkaran. semata-mata religi dengan pengertian ruhaniah saja. Islam mengatur hubungan Masyumi berdiri pada tanggal 7-8 November antara manusia dan Allah dan antar sesama 1945. Ketika itu para ulama dan aktivis Islam manusia, Islam tidak mengenal pemisahan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) antara agama dan politik. Dalam masa berkumpul untuk menyatukan tekad revolusi umat Islam di Indonesia bukan saja memperjuangkan aspirasi kaum muslimin dijiwai oleh aspirasi nasional, melainkan juga

5. Musholi, “Pengembangan Masyarakat dan No.1 (2016): 81, doi: Manajemen Dakwah”, Tasamuh: Jurnal Studi Islam, https://doi.org/10.21831/moz.v8i1.10769 Vol.9, No.2, (2017): 490, doi: https://e- 8. Ibid., 49-50. jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Tasamuh/article/vie 9. Waluyo, Dari “Pemberontak” Menjadi Pahlawan w/58 Nasional: dan Perjuangan Politik di 6. Syahruddin, “Kontribusi Dakwah Struktural dan Indonesia, di edit oleh M. Nursam (Yogyakarta: Ombak, Dakwah Kultura ldalam Pembangunan Kota Palopo”, 2009), 68. Jurnal Lentera, Vol. IV, No. 1 (2020): 67, doi: 10. Insan Fahmi Siregar, “Sejarah Pertumbuhan dan https://doi.org/10.21093/lentera.v2i2.1235 Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960)”, Jurnal 7. Novianto Ari, “Islam dan Demokrasi: Sebuah Ijtihad Thaqafiyyat, Vol. 14, No.1, (2013): 101, doi: Partai Politik Islam (Studi kasus Partai Masyumi dan http://ejournal.uin- Partai Keadilan Sejahtera)”, Jurnal Mozaik, Vol. 08, suka.ac.id/adab/thaqafiyyat/article/view/614

Volume 02 - No.02 Januari 2021 375 Tommy Juliantara

aspirasi Islam.11 Ketika masa awal suatu organisasi khususnya organisasi kemerdekaan, Indonesia dihadapkan dakwah. Sebab dalam penyelesaian kasus ini dengan agresi militer Belanda ke satu dan terdapat pelajaran dari para tokoh terdahulu dua. Oleh sebab itu, diselenggarakanlah dalam menanggapi konflik secara etis tanpa sebuah perundingan untuk mengatasi mengorbankan persatuan. meskipun kondisi gejolak itu. Perundingan tersebut dikenal atau situasinya pada masa awal sebagai perundingan Roem-Royen dan hasil kemerdekaan Indonesia yang jelas berbeda perundingannya dikenal menjadi perjanjian dengan masa sekarang, namun kita bisa Roem-Royen. Mohammad Roem adalah mengambil prinsip sunatullah dari konflik salah satu pimpinan organisasi Masyumi saat dan penyelesaiannya sehingga tetap dapat itu. Perjanjian itu pada akhirnya membawa berguna meskipun berbeda masa. Indonesia menuju Konferensi Meja Bundar yang secara resmi membuat Belanda Tujuan dari studi ini adalah untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Sehingga, mengeksplorasi sumber, jenis, dan metode Perjanjian Roem-Royen merupakan perihal penyelesaian konflik yang terjadi di peristiwa penting yang menentukan nasib internal Masyumi dalam menanggapi proses bangsa dan umat Islam Indonesia kala itu. dan hasil perjanjian Roem-Royen. Sehingga, Sehingga, aktivitas perundingan ini juga masalah-masalah di luar variabel tersebut dapat dikatakan upaya perlawanan terhadap tidak akan dibahas dalam studi ini. Menurut kemungkaran atau kezaliman penjajah yang Stevenin dalam Handoko (2001:48), jelas bertentangan dengan nilai Islam. Partai Setidaknya ada lima langkah untuk Masyumi yang berasaskan Islam melalui menyelesaikan konflik, apapun sumber kadernya menjadi penentu hasil masalahnya, lima langkah ini bersifat perundingan ini. mendasar untuk mengatasinya; a) Pengenalan terhadap masalah, jangan Hasil dari perundingan tersebut, kemudian sampai menganggap sesuatu adalah memunculkan pertentangan di internal masalah padahal bukan masalah, atau Masyumi. Pertentangan tersebut adalah sebaliknya sesuatu itu adalah masalah tapi karena adanya anggapan bahwa Roem diabaikan; b) Mendiagnosis masalah dengan menjadi delegasi perjanjian tidak sesuai instrument siapa, apa, mengapa, dimana, dengan prosedur seharusnya, dan hasil dan bagaimana konflik tersebut terjadi; c) perjanjiannya pun tidak memuaskan Kemudian menyepakati suatu solusi untuk sebagian kalangan yang ada di internal memecahkan konflik atau masalah tersebut; Masyumi. Pertentangan itu pada akhirnya d) Melaksanakan solusi yang telah disepakati bisa diatasi dengan baik oleh para pimpinan dan ditetapkan; e) Evaluasi hasil dari Masyumi, sehingga tidak menjadi masalah penyelesaian, apakah solusi pemecahan yang membuat perpecahan serius dalam berhasil atau menciptakan masalah baru.12 internal organisasi. Penyelesaian konflik Sehingga, pembahasan yang akan disajikan dalam kasus ini penting untuk dipelajari antara lain: suasana atau kondisi yang terjadi

11. Rahman, “Masyumi dalam Konstelasi Politik Orde 12. Mohamad Muspawi, “Manajemen Konflik (Upaya Lama,” (Prosiding Seminar Nasional Universitas Negeri Penyelesaian Konflik dalam Organisasi)”, Jurnal Makassar, 2017),160, doi: Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Vol. 16, https://ojs.unm.ac.id/semnaslemlit/article/view/3998 No. 2, (2014): 44.

376 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

di Indonesia maupun internal Masyumi Masyumi, tidak berfokus pada konflik yang sebelum; saat; dan sesudah perjanjian terjadi dalam organisasi Masyumi akibat Roem-Royen ini diselenggarakan; siapa saja perjanjian Roem-Royen. Selanjutnya, artikel subjek yang berkonflik; jenis konfliknya yang dikarang Moh Amirul Mukminin seperti apa; sumbernya apa; metode berjudul “ Hubungan NU dan Masyumi penyelesaian apa; dan hasil konfliknya (1945-1960) Konflik dan Keluarnya NU dari bagaimana; dari hasil perjanjian Roem- Masyumi”.14 Studi tersebut mendeskripsikan Royen yang memicu konflik di internal hubungan antara NU dan Masyumi yang Masyumi. Sehingga, Hasil dari studi ini memfokuskan pembahasan tentang struktur diharapkan dapat berguna bagi organisasi NU di Masyumi, konflik dan keluarnya NU dakwah ataupun manajer organisasi dakwah dari Masyumi, dan peran NU setelah keluar khususnya yang bergerak di dakwah dari Masyumi. Berbeda dengan studi ini, struktural sebagai wawasan terkait sumber karena tulisan tersebut tidak menjelaskan dan jenis konflik yang berpotensi muncul, bagaimana penyelesaian konfliknya. sehingga bisa menjadi pelajaran atau hikmah Kemudian ada jurnal yang berjudul “Friction dalam mengatasi konflik internal apabila in Masyumi: A Historical Studies on Internal muncul dikemudian hari. Kalaupun muncul Conflict Event of Islamic Party in Indonesia, konflik, mereka dapat menyelesaikan atau 1945-1960.”15 Artikel jurnal ini, mengelolanya dengan baik, demi menjaga mendeskripsikan adanya dominasi satu produktivitas organisasi. Kemudian, hasil kelompok dalam Masyumi yang akhirnya studi ini juga diharapkan dapat memberikan memicu konflik internal. Namun, tidak inspirasi dalam pengembangan studi dijelaskan pemecahan atau penyelesaian manajemen dakwah terutama persoalan konfliknya seperti apa. Terakhir, artikel manajemen konflik. jurnal dengan judul “Konflik Internal Organisasi di Lombok Sebelumnya, telah ada studi terdahulu yang Timur”.16 Jurnal ini, menjelaskan mengenai membahas mengenai manajemen konflik sejarah konflik yang terjadi dalam organisasi ataupun permasalahan yang ada dalam Nahdlatul Wathan di Lombok Timur, seperti Masyumi. Seperti artikel berjudul “Sejarah sejak kapan konflik di organisasi ini muncul Pertumbuhan dan Perkembangan Partai dan apa hal yang dikonflikkan. Jurnal Masyumi (1945 – 1960)” yang menjelaskan tersebut juga berbeda dengan apa yang akan tentang dinamika sejarah pertumbuhan dan dibahas dalam studi ini, karena di jurnal perkembangan partai Masyumi hingga tersebut tidak ada penjelasan mengenai cara bubarnya pada tahun 1960.13 Artikel penyelesaiannya, sedangkan studi ini tersebut menekankan pada sejarah berfokus pada deskripsi penyelesaian pertumbuhan dan perkembangan organisasi konflik.

13. Ibid., 88. Event of Islamic Party in Indonesia, 1945-1960”, 14. Moh Amirul Mukminin, “Hubungan NU dan International Journal for Historical Studies, Vol.8, No.1, Masyumi (1945-1960) Konflik dan Keluarnya NU dari (2016): 59-68, doi: Masyumi”, Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 3, No. 3, https://doi.org/10.2121/tawarikh.v8i1.719 (2015): 487, doi: 16. Supri, dkk. “Konflik Internal Organisasi Nahdlatul https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avata Wathan di Lombok Timur”, Jurnal Ilmiah Sosiologi ra/article/view/12808/11801 (SOROT), Vol. 1, No.2, (2019): 1-9, doi: 15. Achmad Hidayat dan Setia Gumilar, “Friction in https://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/view/5 Masyumi: A Historical Studies on Internal Conflict 4533

Volume 02 - No.02 Januari 2021 377 Tommy Juliantara

Studi ini menggunakan metode kepustakaan sebagai suatu organisasi termasuk adanya dengan pendekatan kualitatif. Menurut konflik pasca hasil perjanjian Roem-Royen Harahap, penelitian kepustakaan adalah dan gambaran penyelesaiannya. Teknik penelitian yang data-data atau bahan-bahan analisis datanya pertama mereduksi data- yang diperlukan dalam menyelesaikan data yang ditemukan kemudian memilih penelitian berasal dari perpustakaan baik mana yang perlu dianalisis atau tidak sesuai berupa buku, ensiklopedi, kamus, jurnal, dengan rumusan masalah, kemudian data dokumen, majalah dan lain sebagainya.17 akan disajikan secara deskriptif, dan terakhir Sedangkan pendekatan kualitatif adalah akan ditarik kesimpulan dari data-data yang pendekatan yang menekankan pada makna telah ditemukan untuk menjawab rumusan dan pemahaman dari dalam (verstehen), masalah dari studi ini. Data-data yang penalaran, definisi suatu situasi tertentu terkumpul tadi diuji keabsahannya dengan (dalam konteks tertentu), lebih banyak triangulasi sumber, yakni dengan mementingkan pada proses dibandingkan Menyintesis data dari berbagai sumber.19 dengan hasil akhir.18 Studi kepustakaan menjadi pilihan karena studi ini membahas mengenai sejarah dan datanya bergantung Teori Konflik pada sumber kepustakaan yang bersifat 1. Definisi Konflik sekunder dan kualitatif. Sumber data yang Menurut Cummings yang dikutip oleh akan digunakan dalam studi ini, Wahyudi (2011), konflik merupakan suatu menggunakan sumber sekunder proses interaksi sosial di mana dua orang bertemakan sejarah tentang Masyumi atau lebih, atau dua kelompok atau lebih, ataupun tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. berbeda atau betentangan dalam pendapat Sumber datanya antara lain adalah buku atau tujuan mereka.20 Menurut Wijono berjudul Partai Masjumi yang dikarang oleh dalam Wahyudi, unsur-unsur konflik adalah Remy Madinier, Nasionalisme & Revolusi sebagai berikut: (a) Ada dua pihak secara Indonesia yang ditulis George McTuran perseorangan ataupun kelompok yang Kahin, tulisan Yusril Ihza Mahendra yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling berjudul Modernisme dan Fundamentalisme bertentangan; (b) Timbul pertentangan dalam politik Islam, Mohammad Natsir dan antara dua pihak secara perseorangan Perjuangan Politik di Indonesia yang ataupun kelompok satu organisasi dalam dikarang Waluyo, serta artikel-artikel lainnya mencapai tujuan, memainkan peran dan yang berkaitan dengan Partai Masyumi adanya nilai-nilai atau norma yang saling maupun konflik internal terkait hasil berlawanan; (c) Munculnya interaksi yang perjanjian Roem-Royen. Sumber-sumber ditandai dengan perilaku yang direncanakan tersebut menyajikan data tentang sejarah untuk saling meniadakan, mengurangi, dan dan dinamika Masyumi selama masih aktif menekan terhadap pihak lain agar dapat

17. Nusapia Harahap, “Penelitian Kepustakaan”, Jurnal 19. Bachtiar Bachri, “Meyakinkan Validitas Data melalui Iqra, Vol. 8, No. 1, (2014): 1, doi: Triangulasi pada Penelitian Kualitatif”, Jurnal Teknologi http://dx.doi.org/10.30829/iqra.v8i1.65 Pendidikan, Vol. 10, No. 1, (2010): 55. 18. Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta 20. Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi Pemikiran Dasar Menggabungkannya”, Jurnal Studi (Bandung: Alfabeta, 2011),17. Komunikasi dan Media, Vol. 15, No. 1, (2011): 134, doi: http://dx.doi.org/10.31445/jskm.2011.150106

378 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

memperoleh keuntungan, seperti status, pandangan hidup sehingga memengaruhi jabatan, tanggung jawab, pemenuhan perilaku dalam bekerja. Konflik sering kali berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- terjadi karena adanya perbedaan nilai yang pangan materi dan kesejahteraan atau saling berlawanan.25 Keempat, gaya tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, individual. Ada orang-orang tertentu yang atau pemenuhan kebutuhan sosio- menyukai konflik, debat, dan argumentasi, psikologis, seperti rasa aman, kepercayaan dan hal tersebut dapat memicu suatu konflik diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri; tertentu yang disebabkan sifat-sifat individu (d) Munculnya tindakan yang saling tersebut.26 berhadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.21 Maka, bisa ditarik Sumber-sumber di atas, dapat dijadikan kesimpulan bahwa konflik merupakan sebagai pijakan dalam memahami sumber pertentangan yang terjadi antara dua pihak konflik yang terjadi di dalam organisasi. atau lebih. Entitas konflik itu sendiri dapat di Dengan begitu, pimpinan organisasi dapat identifikasi dengan memahami unsur-unsur menentukan cara yang tepat untuk konflik yang sudah disebutkan di atas. mengelola konflik agar aktivitas organisasi tetap produktif. Dalam studi ini, dapat 2. Sumber-Sumber Konflik dieksplorasi sumber-sumber konflik yang Agar konflik dapat berdampak positif bagi terjadi di Partai Masyumi dalam menanggapi organisasi, maka harus dikelola secara baik perjanjian Roem-Royen. dengan mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.22 Adapun penyebab 3. Jenis-Jenis Konflik atau sumber konflik dari dalam organisasi Konflik memiliki jenis-jenisnya, setiap pakar adalah sebagai berikut, pertama, konflik memiliki pandangan yang berbeda- keterbatasan sumber daya organisasi. beda dalam klasifikasi jenisnya. Menurut Sumber daya organisasi, ada batasnya, tidak Handoko T.H. dalam Wahyudi, (2011), semua kebutuhan terpenuhi sehingga sering konflik ada lima jenis, yaitu: (a) Konflik dalam menimbulkan persaingan dan pertentangan diri individu. Kepentingan individu seringkali antar unit kerja untuk memanfaatkan berbeda dengan tujuan organisasi; (b) sumber daya tersebut.23 Kedua, kegagalan Konflik antar individu dalam organisasi. komunikasi, disebabkan proses komunikasi Perbedaan antar individu dapat menjadi tidak dapat berlangsung baik, pesan sulit konflik tersendiri; (c) Konflik antar individu dipahami oleh bawahan karena perbedaan dengan kelompok. Konflik bisa muncul pengetahuan, kebutuhan, dan nilai-nilai karena kegagalan individu dalam yang diyakini masing-masing.24 Ketiga, menjalankan fungsi yang ditetapkan perbedaan nilai-nilai dan persepsi. Setiap kelompok; (d) Konflik antar kelompok, dapat anggota mewarisi nilai-nilai berdasarkan terjadi karena persaingan dan pertentangan latar belakang kehidupannya yang menjadi kepentingan kelompok; (e) Konflik antar

21. Andri Wahyudi, “Konflik, Konsep Teori dan 23. Ibid., 96. Permasalahan”, Jurnal Unita, Vol. 8, No. 1, (2015): 3-4, 24. Ibid. doi: http://jurnal- 25. Ibid. unita.org/index.php/publiciana/article/view/45 26. Ibid., 73. 22. Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi, 42.

Volume 02 - No.02 Januari 2021 379 Tommy Juliantara

organisasi, misalnya akibat persaingan memengaruhi pilihan dan arah pada ekonomi dan sistem perekonomian suatu kelompok tertentu yang berkonflik; (e) negara.27 evaluasi. Penyelesaian itu bisa saja melahirkan masalah baru. Jika penyelesaian Dengan mengetahui jenis konfliknya, yang sebelumnya tidak berhasil, bisa dilihat pimpinan organisasi dakwah dapat apakah ada proses sebelumnya yang keliru, menentukan cara yang tepat dalam atau bisa kembali menjalankan langkah- mengelola konflik. Akan berbeda cara langkah sebelumnya.28 mengelola konflik antara individu dengan individu dan kelompok dengan kelompok. 5. Metode Penyelesaian Konflik Sehingga, studi ini juga akan menerangkan Metode penyelesaian konflik yang banyak jenis konflik yang ada di Partai Masyumi dari digunakan adalah, pertama, dominasi. kasus perjanjian Roem-Royen. Metode ini berusaha menekan konflik bukan menyelesaikannya. Dengan cara 4. Penyelesaian Konflik memaksakan, konflik diharapkan reda Menurut Stevenin dalam Handoko dengan sendirinya. Hasil dari metode ini (2001:48), ada lima langkah untuk adalah ada situasi menang-kalah, pihak yang menyelesaikan konflik. Apa pun sumber kalah harus menerima kenyataan bahwa masalahnya, lima langkah ini bersifat pihak lain mempunyai otoritas yang lebih mendasar dalam mengatasi konflik: (a) tinggi. Cara-caranya bisa dengan membujuk Pengenalan. Kesenjangan antara keadaan secara sepihak untuk mengikuti kemauan yang ada atau yang nampak dan bagaimana satu kelompok yang lebih dominan dan keadaan yang seharusnya. Kadang kala yang mengadakan pemungutan suara.29 Sehingga, menjadi perangkap adalah kesalahan dalam bisa ditarik unsur-unsur yang terdapat dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah metode ini adalah: ada pihak yang atau menganggap ada masalah namun berkonflik, ada paksaan atau kekuatan yang sebenarnya tidak ada); (b) Diagnosis. lebih unggul di satu pihak, ada pihak yang Metode yang benar dalam memahami menang (kekuatannya lebih dominan), ada konflik dengan instrumen siapa, apa, pihak yang kalah (kekuatannya lebih lemah). mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil Kedua, kompromi. Penyelesaian dengan diketahui. Pusatkan perhatian pada masalah jalan menghimbau pihak yang terlibat konflik utama bukan pada hal-hal sepele; (c) untuk mengorbankan tujuan masing-masing. Menyepakati suatu solusi. Kumpulkan Bisa dilakukan dengan cara memisahkan semua masukan mengenai jalan keluar yang pihak yang konflik hingga dicapai satu memungkinkan dari pihak yang terlibat pemecahan, melalui arbitrase, konflik. Singkirkan penyelesaian yang tidak menggunakan imbalan yang diberikan dapat diterapkan atau tidak realistis; (d) kepada salah satu pihak konflik.30 Adapun Pelaksanaan. Akan selalu ada peluang unsur-unsurnya adalah ada pihak yang keuntungan dan kerugian dalam sebuah terlibat konflik, masing-masing pihak keputusan, jangan biarkan pertimbangan ini menoleransi kondisi masing-masing, masing-

27. Ibid., 31-33. 29. Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi, 63- 28. Mohamad Muspawi, Manajemen Konflik, 44. 64. 30. Ibid.

380 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

masing menawarkan suatu penawaran, tidak ada pihak yang mencapai keinginannya masing-masing mengurangi tuntutan, tidak (kedua pihak dalam kondisi kalah). Hasil ini ada pihak yang menang atau kalah, masing- terjadi, apabila konflik diselesaikan dengan masing tidak mendapatkan apa yang sikap menghindar, akomodasi, meratakan diinginkan secara penuh dan juga tidak dan atau melalui kompromi. Kedua, kehilangan sepenuhnya. Menang-Kalah. Salah satu pihak yang terlibat konflik bermaksud untuk menyusun Ketiga, pemecahan problem secara berbagai kekuatan agar menang dari pihak integratif. Metode ini dapat mengalihkan lainnya. Bisa dicapai melalui kekuatan, konflik antar kelompok menjadi sebuah keterampilan yang superior, atau adanya situasi pemecahan masalah bersama. Pihak dominasi. Ketiga, Menang-Menang. Konflik yang berkonflik mencoba memecahkan yang memberikan keuntungan semua pihak persoalan dan hasilnya diterima bersama. yang terlibat konflik. Misalkan, dengan cara Caranya bisa dengan konsensus, konfrontasi konfrontasi kemudian pemecahan yang ada membandingkan pendapat masing-masing, dilakukan bersama untuk mengatasi dan penggunaan tujuan superordinat pertentangan yang ada. Konsepsi hasil-hasil sebagai tujuan bersama yang lebih tinggi dari konflik sebagaimana dijelaskan di atas, dapat pada kepentingan kelompok. 31 Sehingga, digunakan dalam studi ini untuk metode ini menggunakan gabungan mendeskripsikan hasil yang didapatkan metode-metode lainnya sebagai kesatuan pihak-pihak yang berkonflik di Partai cara untuk mengatasi konflik tertentu. Dari Masyumi dalam kasus perjanjian Roem- situ bisa kita pahami unsur-unsur yang ada Royen. antara lain: ada pihak yang terlibat konflik; ada upaya memecahkan persoalan dan pemecahan tersebut diterima oleh masing- Sistem Pemerintahan Negara masing pihak; menggunakan salah satu; dua Menurut Adolf dalam Moch. H. atau ketiga cara yang dijelaskan tadi. Kharismulloh, Negara adalah suatu Metode-metode di atas, dapat dijadikan organisasi dalam masyarakat yang sudah sebagai pedoman analisis untuk membaca memenuhi semua unsur yang harus ada metode yang digunakan Masyumi dalam dalam suatu negara. Dalam ketentuan menyelesaikan konflik kasus perjanjian Konvensi Montevidio tahun 1933, Roem-Royen. disebutkan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan sebagai sebuah negara bila sudah 6. Hasil-Hasil Konflik mempunyai unsur-unsur yaitu: penduduk Hasil-hasil konflik terdiri dari tiga kategori, yang tetap; wilayah tertentu; pemerintah yaitu sebagai berikut:32 pertama, Kalah- yang berdaulat; kemampuan mengadakan Kalah. Pendekatan penyelesaian yang hubungan dengan negara-negara lainnya; menghasilkan kondisi kalah-kalah, membuat dan pengakuan. 33

31. Ibid. 33. Moch. H. Kharismulloh, “Pembentukan 32. Juliana Lumitang, “Dinamika Konflik dalam Pemerintahan Darurat Republik Indonesia Tahun Organisasi”, E-Journal Acta Diurna, Vol. IV, No. 2, 1948-1948 dalam Perspektif Fiqh Siyasah dan Hukum (2015): 7-8, doi: Tata Negara”, Al-Mazahib, Vol.3, No.1, (2015): 175, https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnako doi: http://ejournal.uin- munikasi/article/view/7255/6758 suka.ac.id/syariah/almazahib/article/view/1387

Volume 02 - No.02 Januari 2021 381 Tommy Juliantara

Menurut Mahfud MD dalam Gede dkk, Bahasa Yunani Kuno (diploun) yang artinya wacana sistem pemerintahan landasannya melipat, (diploma) yang artinya perjanjian adalah pembagian kekuasaan negara. Di perdamaian. Pada awalnya, istilah ini samping itu, materi konstitusi tentang digunakan untuk menunjukkan suatu wewenang dan bekerjanya Lembaga- penandatanganan naskah perjanjian yang lembaga negara juga disebut sebagai sistem disepakati oleh kedua belah pihak yang pemerintahan negara. Di pandang dari sudut melewati jalan milik negara dan surat-surat penataan kekuasaan negara, kemudian yang dicetak pada piringan logam dobel dan ditegaskan bahwa sejarah pembagian dijahit menjadi satu dengan cara-cara kekuasaan negara diawali oleh adanya tertentu.37 Menurut Abdul Azis dalam pemisahan kekuasaan.34 Menurut John Subehan, dalam perkembangannya kata ini Locke, kekuasaan Negara dibagi tiga diserap ke Bahasa Latin menjadi perjanjian kekuasaan, yakni legislatif, eksekutif, dan perdamaian kerjasama bangsa Romawi federatif yang masing-masing terpisah. dengan suku bangsa asing di luar Romawi. 38 Kekuasaan legislatif berfungsi membuat Kondisi sebuah negara tidak selamanya akan undang-undang, eksekutif melaksanakan terus stabil, kondisi darurat dimungkinan undang-undang dan di dalamnya termasuk terjadi disebabkan oleh faktor-faktor kekuasaan pengadilan, dan federatif tertentu. Berkaitan dengan keadaan darurat berfungsi sebagai kekuasaan yang tersebut penguasa dapat membuat berhubungan dengan keamanan negara keputusan-keputusan yang menyimpang dalam kaitan hubungan luar negeri.35 atau tidak ada dalam aturan negaranya. Dengan demikian, Mahfud MD Menurut Herman dalam Kharismulloh, mengemukakan bahwa dilihat dari segi cara berdasarkan teori staatsnoodrecht di mana bekerja dan berhubungan, ketiga kekuasaan negara dalam keadaan bahaya, ukuran- negara tersebut dapat dikatakan sebagai ukuran tindakan penguasa adalah sistem pemerintahan negara. Sehingga, didasarkan kepada pertimbangan obyektif di sistem pemerintahan negara adalah sistem luar peraturan, dan penguasa memaklumi hubungan dan tata kerja antara Lembaga- bahwa tindakan yang dilakukannya adalah lembaga negara.36 dalam rangka menyelamatkan negara dari ancaman bahaya.39 Selain terjadinya hubungan dan tata kerja antara lembaga-lembaga internal negara, suatu negara juga dapat mengadakan Profil Masyumi hubungan dengan negara-negara lainnya. Masyumi terbentuk dalam dua suasana dan Dengan kata lain, adanya jalinan antar dua pilihan. Pertama, suasana revolusi negara yang biasanya diwakilkan oleh Indonesia. Kedua, suasana persaingan perwakilan diplomasi suatu negara. Menurut antara berbagai kelompok atau golongan Roy dalam Subehan, diplomasi berasal dari

34. Gededkk., Hukum Tata Negara Pasca Perubahan (2014): 237, doi: http://journal.uin- UUD NRI 1945, (Malang: Setara Press, 2016), 88. alauddin.ac.id/index.php/al_daulah/article/view/150 35. Ibid., 88. 8 36. Ibid., 89. 38. Ibid. 37. Subehan Khalik, “Hubungan-Hubungan 39. Kharismulloh, “Pembentukan Pemerinatahan Internasional di Masa Damai”, Al-Daulah, Vol. 3, No.2, Darurat”, 177.

382 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

politik dalam masyarakat Indonesia. dari Sumatera Barat), sedangkan pengurus Suasana revolusi dimulai ketika Soekarno besar terdiri dari para politisi karier, seperti dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Soekiman, Abikusno, Natsir dan M.Roem.43 Indonesia. Setelah itu, dilanjutkan dengan Adapun pada tahun 1949 Pimpinan Pusat perang kemerdekaan dan perjuangan Masyumi antara lain, Presiden: Soekiman, diplomasi selama kurang lebih empat tahun Wakil Ketua I Presidium: Kasman dalam rangka mempertahankan kedaulatan Singodimedjo, Wakil Ketua II Presidium: negara.40 Jusuf Wibisono, Ketua: Natsir, Wakil Ketua I: Prawoto Mangkusasmito, Wakil Ketua II: M. Dalam mempertahankan negara baru itu, Roem.44 berbagai kelompok politik saling bersaingan merebut kekuasaan dan pengaruh. Masyumi memiliki dua kategori Persaingan itu tidak jauh-jauh dari keanggotaan, yakni anggota biasa pertarungan ideologi. Tiga kelompok kuat (perorangan), dan anggota luar biasa yang bersaing pada saat itu adalah Islam, (kolektif) seperti Muhammadiyah dan NU. Nasionalisme Sekuler, dan Komunisme.41 Sifatnya yang federatif ini, menjadi sumber Tujuan dibentuknya Partai Masyumi adalah kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya “Melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan karena dapat menarik organisasi dan kenegaraan, hingga mewujudkan susunan kelompok muslim untuk bergabung bersama negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat Masyumi dalam menegakan Islam bersama- dan masyarakat, yang berdasar keadilan sama, tidak memandang latar belakang menurut ajaran-ajaran Islam”. Dan menurut aliran keislaman. Sedangkan, kelemahannya Yusril Ihza Mahendra, Partai Masyumi apabila terdapat semangat golongan yang dibentuk dengan tujuan; Pertama, lebih kuat dari pada kesatuan partai, yang menegakkan kedaulatan negara RI dan pada dapat memunculkan pertentangan dan agama Islam. Kedua, melaksanakan cita-cita ketegangan di dalamnya.45 Islam dalam urusan kenegaraan. Ketiga, melenyapkan kolonialisme dan imperialisme.42 Penyelesaian Konflik Internal Masyumi Menanggapi Hasil Dalam kepengurusan awal kali pada tahun 1945, unsurnya mencakup berbagai Perjanjian Roem-Royen golongan umat Islam. Dalam Majelis Syuro, Walaupun negara Republik Indonesia sudah ketua adalah Hasyim Asyari (NU dan diproklamirkan dan merdeka pada tanggal Wakilnya (NU), 17 Agustus 1945, namun kenyataannya (PSII), Syekh Djamil Djambek (Pembaharu beberapa tahun berselang, pihak Belanda belum mau mengakui negara yang baru lahir

40. YusrilIhza Mahendra, Modernisme dan (2020): 48, doi: Fundamentalisme dalam Politik Islam, diterjemahkan https://doi.org/10.35706/jpi.v5i1.3731 oleh Munim A. Sirry (Jakarta: Paramadina, 1999), 66. 44. Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, 41. Ibid., 67. (Jakarta: Grafiti Pers, 1987), 99. 42. Novianto Ari, Islam dan Demokrasi, 81. 45. Waluyo, Dari “Pemberontak” Menjadi Pahlawan 43. Argenti. “Ideologisasi Partai Islam Masyumi di Nasional: Mohammad Natsir dan Perjuangan Politik di Indonesia”, Jurnal Politikom Indonesiana, Vol. 5, No. 1, Indonesia, diedit oleh M.Nursam (Yogyakarta: Ombak, 2009), 68.

Volume 02 - No.02 Januari 2021 383 Tommy Juliantara

tersebut. Tentara NICA (Netherlands Indies pembicaraan Syafrudin Prawiranegara dan Civil Administration) yang diboncengi Teuku Mohammad Hasan. Tindakan tentara sekutu ingin menguasai kembali Syafrudin itu, bukan berdasarkan mandat wilayah kolonialnya di nusantara, sehingga yang dikirim oleh Presiden Soekarno dan Belanda sempat melakukan dua kali agresi Wakil Presiden , militernya di wilayah Indonesia. Pada Agresi melainkan murni inisiatif sendiri dan militer Belanda kedua, mereka berhasil pemimpin setempat. Sehingga, kemudian menguasai Ibu Kota Yogyakarta dan eksistensinya terdapat titik temu antara mengasingkan Presiden, Wakil Presiden, legalitas pusat dan inisiatif lokal. Itulah serta para pejabat tinggi Republik Indonesia kenapa Syafrudin menamakan dirinya lainnya.46 sebagai ketu PDRI bukan Presiden. 49

Menurut Mestika dalam Kharismulloh, Pada tahun 1948, agresi Militer Belanda II sebelum Presiden Soekarno dan Wakil memicu reaksi dunia internasional dan Presiden Hatta ditawan, mereka Dewan Keamanan LBB (Liga Bangsa-Bangsa) mengirimkan radiogram kepada Syafrudin sekarang bernama PBB, yang mendesak agar Prawiranegara. Isinya adalah meminta dibuka perundingan antara Belanda dan kepada Syafrudin Prawiranegara, Menteri Indonesia. Pihak Belanda diwakili oleh Van kemakmuran Republik Indonesia untuk Royen bersedia untuk mengadakan membentuk Pemerintahan Republik perundingan yang dilaksanakan di hotel des Indonesia Darurat di Sumatera.47 Hal itu indes bersama pihak Indonesia yang menunjukkan bahwa kondisi Indonesia saat diwakilkan Moh. Roem. 50 itu dalam keadaan darurat, sehingga penguasa (Soekarno) memutuskan untuk Menurut Mestika dalam Kharismulloh, pada menyerahkan mandatnya kepada Syafrudin saat itu Belanda mengajukan syarat hanya Prawiranegara. Namun, menurut Ajip dalam mau berunding dengan pemimpin Republik Kharismulloh yang menjadi sasaran Indonesia yang ditawan, bukan dengan PDRI. serangan tentara Belanda di Yogyakarta Dari situlah, muncul dilema di kalangan adalah memusnahkan stasiun radio dan pemimpin Republik Indonesia, dalam kantor telekomunikasi. Sehingga, radiogram memutuskan yang berhak mewakili Republik itu tidak pernah sampai ke alamat yang dalam perundingan, PDRI sebagai dituju.48 pemerintahan yang sah atau pemimpin yang sedang ditawan. Soekarno dan Hatta Menurut Chairul dalam Kharismulloh, akhirnya mengutus Roem sebagai embrio terbentuknya Pemerintahan Darurat perwakilan RI, meskipun ada keberatan dari Republik Indonesia berawal dari pihak PDRI, tentara Indonesia, dan oposisi

46. Agus Budiman, “Sejarah Diplomasi Roem-Rojen 49. Kharismulloh, Pembentukan Pemerinatahan Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Darurat, 167. Republik Indonesia Tahun 1949,” Jurnal Unigal Vol.4, 50. Tasnur dan Rijal, “Republik Indonesia Serikat: No. 1, (2017): 87-88, doi: Tinjauan Historis Hubungan Kausalitas Peristiwa- https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/jwp/article/view Peristiwa Pasca Kemerdekaan terhadap Pembentukan /388 Negara RIS (1945-1949), Jurnal Candra sangkala, Vol. 47. Kharismulloh, Pembentukan Pemerintahan Darurat, 5, No.2, (2019): 64, doi: 166. http://dx.doi.org/10.30870/candrasangkala.v5i2.6599 48. Ibid.

384 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

Pemerintah saat itu termasuk di dalamnya Menyetujui adanya Republik Indonesia Partai Masyumi.51 Sepertinya, desakan dari sebagai bagian dari NIS (Negara Indonesia Belanda itulah yang membuat Roem mau Serikat; (e) Berusaha dengan sungguh- tidak mau menjadi delegasi dari pemerintah sungguh supaya KMB segera diadakan pusat yang ditawan di samping adanya PDRI. sesudah pemerintah Republik kembali ke Perundingan ini dimulai pada 14 April 1949 Yogyakarta.53 Demikianlah hasil dari dengan pengawasan dari PBB yang perjanjian Roem-Royen. membentuk United Nations Commisions For Indonesia (UNCI). Selain Roem yang Perundingan tersebut ternyata menjabat sebagai delegasi Indonesia, ada menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan juga Natsir yang menjabat sebagai di Indonesia maupun Belanda. Di Indonesia, penasehat.52 Pada akhirnya, tanggal 7 Mei perundingan tersebut juga dipermasalahkan 1949 tercapailah kesepakatan antara RI dan oleh Partai Masyumi yang merupakan partai Belanda dalam perundingan yang dari Mohammad Roem. Menurut Roem, ditandatangani oleh Roem dan Royen. perjanjian yang dilakukannya dapat Dalam perundingan tersebut Delegasi membuka pintu bagi Indonesia untuk terus Indonesia Mohammad Roem memperjuangkan kepentingannya. Roem mengemukakan kesediaannya untuk; (a) menganggap bahwa keputusan tersebut Mengeluarkan perintah kepada penganut- bukanlah keputusan akhir. Roem yakin penganut Republik yang bersenjata untuk bahwa kembalinya pemerintah ke menghentikan perang gerilya; (b) Kerjasama Yogyakarta akan menuju kepada pengakuan untuk memulihkan dan mempertahankan dari segenap dunia terhadap eksistensi RI. ketertiban dan keamanan; (c) Turut serta Secara internasional, kedudukan RI akan dalam KMB dengan tujuan mempercepat bertambah kuat dibanding sebelumnya, dan penyerahan kedaulatan rakyat kepada kedudukan inilah yang perlu dimanfaatkan Negara Indonesia Serikat yang penuh dan untuk menghadapi perundingan dengan tanpa syarat. Belanda selanjutnya.54

Selanjutnya, Delegasi Belanda yang diwakili Sedangkan, Mohammad Natsir dan oleh van Royen menyatakan kesediaannya beberapa orang lainnya dari Masyumi untuk: (a) Menyetujui kembalinya berpendapat bahwa, Roem sebagai ketua pemerintahan RI ke Yogyakarta; (b) Delegasi RI mendapatkan mandat dari Menjamin penghentian gerakan-gerakan Soekarno dan Hatta yang tidak memiliki militer dan membebaskan semua tahanan wewenang lagi karena pada waktu itu politik; (c) Tidak akan mendirikan atau mereka tidak memiliki legitimasi sebagai mengakui negara-negara yang ada di daerah seorang presiden dan wakil presiden, yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember mereka berdua sedang ada dalam tahanan 1948, dan tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan Republik; (d)

51. Kharismulloh, Pembentukan Pemerintahan Darurat, 2, (2015): 40, doi: 164. http://doi.org/10.25273/ajsp.v5i02.885 52. AlfiHafidh, “Dinamika Partai Masyumi pada Masa 53. Agus Budiman, Sejarah Diplomasi Roem-Rojen, 96- Revolusi Fisik (1945-1949)”, Jurnal Agastya, Vol. 5, No. 97. 54. Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional,194.

Volume 02 - No.02 Januari 2021 385 Tommy Juliantara

Belanda.55 Mandat itu tidak sah, secara resmi perundingan tersebut dan menyatakan tidak Soekarno-hatta telah menyerahkan “mandat setuju dengan hasil-hasil yang dicapai di penuh” kepada Sjafruddin Prawiranegara dalamnya.58 Penyesalan lain dari Sjafruddin dari Masyumi untuk membentuk PDRI terhadap perundingan Roem-Royen adalah (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) di karena dalam perundingan-perundingan Sumatera Barat sebelum kedua tokoh itu sebelumnya Indonesia selalu dirugikan.59 ditangkap oleh Belanda. Sehingga, kedudukan Roem sebagai delegasi lemah, Dengan mempertahankan sikap yang karena Belanda akan dengan mudah menentang keabsahan pemerintah, memaksakan kehendaknya. 56 Sjafruddin secara terbuka menyampaikan penyesalannya atas persetujuan Roem- Dan menurut Natsir, hasil perjanjian Roem- Royen, sebagaimana isi perjanjian yang telah Royen, seharusnya dirundingkan dahulu dijelaskan sebelumnya dia mengatakan kepada Sjafruddin Prawiranegara sebagai “isinya terlalu lemah dan tidak Ketua PDRI. Perundingan tersebut juga mencerminkan kekuatan perlawanan PDRI, dinilai terlalu dini untuk diselesaikan. Natsir karena kita sebenarnya jauh lebih kuat dari beranggapan lebih baik apabila apa yang dibayangkan oleh orang-orang di perkembangan pembicaraan disampaikan Bangka (tempat Soekarno dan Hatta ditahan dahulu kepada PBB, sehingga nantinya oleh Belanda)”.60 delegasi dapat mengulur waktu untuk memantapkan kedudukan, karena Mohammad Roem menanggapi pendapat mengingat gerilyawan di daerah-daerah Natsir dkk. Menurutnya, Soekarno dan pada saat agresi militer itu semakin kuat. 57 Mohammad Hatta masih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Kabinet Hatta Sjafruddin sebagai ketua PDRI sekaligus juga masih tetap ada walaupun tidak dapat tokoh Masyumi waktu itu merasa marah dan menjalankan tugasnya. Tugas tersebut merasa tidak dianggap setelah mendengar dilakukan oleh PDRI. Menurut Roem, adanya perundingan dengan Belanda tanpa kedudukan Soekarno dan Hatta sebagai seizin PDRI. Dia merasa dilangkahi karena Presiden dan Wakil Presiden Indonesia juga menurutnya, jika pihak Republik terpaksa tetap diakui oleh Dewan Keamanan PBB. menempuh jalan perundingan, maka Ketika itu PDRI juga sengaja tidak dihubungi sebaiknya perundingan dilakukan oleh karena demi menjaga rahasia dan keamanan pemimpin PDRI yang saat itu resmi mereka agar tidak diketahui oleh Belanda. 61 memegang mandat pemerintahan, sebab Menurut Deliar Noer dalam Faridah, Natsir mereka yang mengetahui kekuatan yang merupakan pimpinan Masyumi yang Republik. Sjafruddin mengecam sedang menjabat sebagai Menteri

55. YusrilIhza, Modernisme dan Fundamentalisme, 128- https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/vie 129. w/12661 56. Ibid. 59. George McTurnan Kahin, Nasionalisme & Revolusi 57. Ibid. Indonesia di terjemahkan oleh Tim Komunitas Bambu 58. Yusri Indra dkk. “Peran Sjafruddin Prawira Negara (New York: Cornell University Press, 1952), 541. dalam Mempertahankan Kedaulatan NKRI dari Agresi 60. Remy Madinier, Partai Masyum: Antara Godaan Militer Belanda II di Riau, Tahun 1948-1949”, Jurnal Demokrasi & Islam Integral, diterjemahkan oleh Tonny Online Mahasiswa, Vol. 4, No.1, (2017): 10, doi: Pasuhuk (Jakarta: Mizan, 2013), 102. 61. Ibid.

386 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

Penerangan sekaligus delegasi meletakkan Roem membela hasil perundingan di jabatannya karena tetap tidak sepakat hadapan Partai, sedangkan Natsir dan dengan prosedur perjanjian Roem-Royen Sjafruddin tidak sepakat dengan hasilnya. yang menurutnya tidak sesuai prosedur Dilihat dari jenisnya, konflik ini bisa seharusnya. Ia merasa bahwa tantangan diidentifikasi konflik antar kelompok yang akan terlalu berat dan bahkan tidak sanggup diwakilkan oleh para pemimpin untuk mempertahankan hasil perundingan kelompoknya yakni kelompok Roem dan tersebut di hadapan partainya, Masyumi. 62 kelompok Natsir-Sjafruddin. Dari penjelasan di atas, mungkin tidak terlihat jelas siapa saja Sjafruddin berkomentar terhadap peranan kelompok Roem, tapi bisa kita identifikasi Roem dalam perjanjian tersebut: “Hanya melalui penjelasan selanjutnya bahwa akan sekali dia menyeleweng. Yakni tatkala dia ada rapat yang di dalamnya terdapat pihak menjalankan perintah atas permintaan yang pro dan kontra, yang pro dipimpin oleh yang waktu itu bukan menjabat Roem dan kontra dipimpin oleh Natsir. Dua Presiden, karena sedang dalam kelompok ini, mempertentangkan masalah pembuangan untuk berbicara dengan van perjanjian Roem-Royen yang masing-masing Roijen, yang menghasilkan apa yang lazim berbeda pendapat sebagaimana argumen- disebut ‘persetujuan Roem-van Roijen’”.63 argumen yang dilontarkan di atas tadi. Salah satu alasan di tentangnya kesepakatan Roem-Royen oleh Natsir dan Sjafruddin bisa 2. Sumber Konflik pada Kasus Perjanjian berhubungan dengan yang dialami oleh Roem-Royen Jenderal . Sebab, pada saat agresi Bila kita identifikasi permasalahan yang milter Belanda tersebut Jenderal Sudirman dipertentangkan kedua belah pihak di atas, beserta angkatan bersenjata dan laskar- dapat diketahui bahwa sumbernya adalah laskar rakyat berada pada posisi yang perbedaan nilai atau persepsi yang dimiliki menguntungkan untuk memukul mundur oleh masing-masing kelompok. Perbedaan pasukan Belanda di Yogyakarta.64 nilai atau persepsi yang dimaksud yakni Roem memiliki pendiriannya sendiri dengan 1. Subyek dan Jenis Konflik Kasus argumentasinya yang menganggap bahwa Perjanjian Roem-Royen perjanjian tersebut dapat membawa Terdapat dua pihak yang terlibat dalam dampak positif untuk Indonesia dan status interaksi yang bertentangan. Yakni pihak dia sebagai delegasi sah secara yang pro dan kontra terhadap hasil konstitusional. Namun, pihak Natsir- perundingan yang dilakukan oleh salah satu Sjafruddin memiliki pandangan atau kader Masyumi, yakni Roem. Pihak yang persepsi bahwa yang dilakukan oleh Roem berkonflik di sini adalah Roem sendiri tersebut tidak sah karena bukan berasal dari sebagai delegasi perundingan, Natsir sebagai pihak yang berkuasa secara sah yakni Ketua pimpinan Masyumi dan Sjafruddin sebagai PDRI, di samping itu perjanjian tersebut ketua PDRI sekaligus pimpinan Masyumi. justru dirasa melemahkan Indonesia, karena

62. Faridah, Peran Mohammad Natsir, 81. 64. A.H Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan 63. Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Para Tokoh Indonesia Jilid IX, (Bandung: Angkasa, 1995), 540. Muslim Mengawal NKRI, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2018), 167.

Volume 02 - No.02 Januari 2021 387 Tommy Juliantara

pada saat itu Indonesia sedang dalam kondisi Sekaligus mengungkapkan, “jangan kita yang menguntungkan untuk memukul berkecil hati melihat kaart” ia menegaskan mundur Belanda. bahwa kompromi itu hanyalah sebuah tahapan, yang meskipun tidak memuaskan 3. Metode Penyelesaian Konflik Kasus namun diperlukan, dalam rangka menuju Perjanjian Roem Royen Indonesia bersatu dan berkedaulatan. Pada tanggal 28 Mei 1949, Masyumi mengadakan rapat yang mempertemukan Menanggapi pidato Natsir itu, Sjafruddin dua kelompok pro-kontra atas perundingan menyampaikan ungkapan kekecewaan Roem-Royen. Pihak pro dipimpin Roem dan rakyat, meski akhirnya bersedia, demi kontra dipimpin Natsir. Di dalamnya, kedua persatuan, untuk tunduk pada kesepakatan pihak menyatakan pendapatnya masing- yang telah disetujui, Sjafruddin mengatakan masing terkait hasil perjanjian Roem-Royen. yang pada intinya adalah “jangan sampai Hasil dari rapat ini, Masyumi memberikan ketidakpuasan kita terhadap hasil perjanjian persetujuan terhadap perjanjian Roem- membuat bangsa menjadi terpecah belah”. Royen.65 Pada akhirnya, tanggal 14 Juni 1949 Sehingga, yang ditekankan adalah persatuan Sjafrudin Prawiranegara bersedia menerima dan kesatuan dari pada perpecahan.68 Pernyataan Roem-Royen dengan syarat: (a) Angkatan bersenjata republik harus berada Sjafruddin juga sempat mengkritik Roem dalam posisi yang saat itu didudukinya; (b) dengan mengomentari langkahnya yang Angkatan bersenjata Belanda berangsur dinilai tidak sesuai dengan prosedur ditarik dari posisi yang saat itu didudukinya; seharusnya, namun dalam kritik tersebut (c) Pengembalian pemerintah republik ke juga ditunjukkan pernyataan Sjafruddin Yogyakarta dilakukan tanpa syarat; (d) secara tegas walaupun berbeda pendirian, Kedaulatan republik atas Jawa, Madura, dan namun persatuan lebih penting.69 Meskipun Sumatera dan pulau-pulau sekitar harus sebagian pimpinan partai menentang diakui oleh Belanda dengan persetujuan perundingan itu, fakta bahwa perjuangan Linggarjati.66 Setelahnya, pada tanggal 18 diplomatik itu dipimpin oleh salah satu Juni, Sultan Jogja atas perintah PDRI anggota mereka, membuat Masyumi yakin memberikan perintah gencatan senjata bahwa hasil tersebut adalah perolehan untuk pasukan Indonesia yang ada di Jogja. terbaik dari kemungkinan terburuk. Sebagai persiapan penarikan pasukan Sehingga, akhirnya diterima oleh partai Belanda di daerah tersebut.67 melalui perdebatan yang sengit.70

Meski secara pribadi Natsir menentang isi Dalam kasus ini, pimpinan Masyumi persetujuan Roem-Royen, namun Natsir menggunakan metode penyelesaian secara tetap berupaya membela persetujuan itu integratif. Pertama, mereka melakukan saat berpidato di depan penduduk setempat konfrontasi yang ditandai dengan adanya dalam rapat umum tanggal 7 Juli 1949. rapat mendengarkan pendapat masing-

65. Faridah, Peran Mohammad Natsir, 81-82. 69. Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Para Tokoh 66. Kahin, Nasionalisme & Revolusi Indonesia, 594. Muslim Mengawal NKRI, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 67. Ibid. 2018), 168. 68. Madinier, Partai Masjumi, 103. 70. Ibid., 104.

388 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

masing pihak yang pro dan kontra. organisasi. Seperti kasus perjanjian Roem- Kemudian, muncul konsensus yang Royen ini, demi menjaga keutuhan bangsa menghasilkan penerimaan (akomodasi) dari dan negara Sjafruddin mengajukan syarat pihak kontra yang dipimpin Natsir atas apa agar dia mau menerima perjanjian Roem- yang sudah dilakukan oleh kelompok Roem. Royen itu. Syarat itu berdampak pada Mereka pada akhirnya menerima hasil dari kepentingan bangsa secara luas. Di atas itu perjanjian Roem-Royen. Kedua, adanya semua, Sjafruddin menerima persetujuan itu konsensus dengan mengambil kompromi demi persatuan dan kesatuan Indonesia. yang dapat dilihat ketika Sjafruddin Artinya, dia melakukan itu atas dasar menuntut empat poin syarat yang harus kepentingan bersama yang lebih penting dipenuhi pasca ditandatangani perjanjian dari tuntutan dan perbedaan yang tidak Roem-Royen. Dan tuntutan itupun dipenuhi, membuat dia tidak sepakat dengan yakni ketika Sultan Jogja memerintahkan perjanjian Roem-Royen. Syaratnya memang gencatan senjata agar pasukan Belanda untuk mengusulkan syarat atau tuntutan berangsur-angsur dapat menarik pasukan. diperlukan kewenangan dan kapasitas untuk Sehingga, dalam kasus ini Sjafruddin mengusulkan tuntutan sebagaimana mengambil kompromi, yakni menerima hasil Sjafruddin sebagai seorang Ketua PDRI. perundingan tapi dengan syarat yang harus dipenuhi atas konsekuensi dari perjanjian Kemudian, untuk mengambil keputusan Roem-Royen. Selain itu, Sjafruddin juga akomodasi bisa dilakukan ketika perselisihan memaklumi keputusan Roem yang bisa ditemukan titik terang secara bulat menyatakan bahwa dia hanya menjalankan dengan syarat satu pihak mengalah atas kewajibannya saja sebagai seorang delegasi. tuntutan atau kemauan satu pihak lainnya. Ketiga, penggunaan tujuan superordinat. Akomodasi baik dilakukan apabila satu pihak Yakni, ketika Natsir mengatakan persetujuan dalam organisasi yang mengalah, ketika ini adalah tahapan menuju Indonesia yang menerima tuntutan pihak lain tidak bersatu dan berdaulat. Sjafruddin pun mengorbankan banyak kepentingannya, mengatakan kurang lebih demikian, atau bahkan tidak mengorbankan apapun. bahwasannya walaupun perjanjian tersebut Mungkin bisa saja ada konflik karena tidak memuaskan, namun tetaplah jaga perbedaan nilai, persepsi, atau kepentingan persatuan dan kesatuan ke dalam dan atas kebijakan tertentu, ketika dilakukan keluar. Persatuan adalah tujuan yang lebih rapat atau musyawarah ternyata persepsi penting dan genting dilakukan dari pada yang awalnya bertentangan bisa diluruskan perdebatan pro dan kontra atas perjanjian dan pihak yang kontra awalnya menentang Roem-Royen. menjadi menerima karena persepsinya sudah diluruskan. Dari sini, bisa diambil pelajaran bahwasanya penyelesaian dengan cara kompromi bisa 4. Hasil Konflik Kasus Perjanjian Roem dilakukan ketika konsensus bisa dicapai Royen secara bulat dengan syarat satu pihak dalam Untuk penyelesaian masalah yang dilakukan organisasi memiliki tuntutan tertentu yang oleh Natsir seusai rapat, hasil konflik perlu dipenuhi, tuntutan itu juga diperlukan tersebut adalah Natsir mengalah untuk dalam organisasi ataupun eksternal kepentingan kesatuan dan persatuan,

Volume 02 - No.02 Januari 2021 389 Tommy Juliantara

karena pihak Natsir kala itu menerima prosedur dan dampak dari hasil persetujuan. (mengakomodasi) perjanjian Roem-Royen. Konflik ini, berjenis konflik antar kelompok Sedangkan data terkait Sjafruddin yang yang diwakilkan oleh masing-masing memberikan syarat dalam rangka tokohnya. Pada akhirnya, konflik ini dapat menanggapi persetujuan tersebut, pada terselesaikan dengan menggunakan awalnya Sjafruddin tidak menerima penyelesaian masalah integratif yang damai perjanjian tersebut lalu akhirnya menerima melalui metode akomodasi khususnya Natsir dengan syarat seperti yang dijelaskan dkk. dan kompromi oleh Sjafruddin, serta sebelumnya. Sjafruddin sebagai PDRI ketika penggunaan tujuan superordinat. Hasil dari itu menyelamatkan eksistensi Republik, konflik ini adalah tidak ada yang menang dan Roem memimpin perjuangan diplomatik, tidak ada yang kalah, kedua pihak sedangkan Natsir mengakurkan keduanya. mendapatkan apa yang mereka harapkan walaupun tidak semuanya terpenuhi, dan Setelah itu, hasil dari perjanjian Roem-Royen tidak kehilangan seluruhnya yang mereka pun dijalankan seperti poin-poin yang sudah miliki. disepakati. Tidak lama setelah itu pasukan Belanda yang ada di Yogyakarta menarik diri, Sebagai rekomendasi dari hasil studi ini bagi Yogyakarta kembali menjadi pusat pengembangan organisasi dakwah, adalah pemerintahan dan Sjafruddin bahwa penyelesaian konflik harus dilakukan mengembalikan mandatnya sebagai ketua dengan cara-cara yang relevan dengan apa PDRI kepada Soekarno. Dilaksanakannya yang dipermasalahkan serta kondisi masing- perjanjian ini membuat situasi politik masing pihak yang berkonflik. Konflik dalam nasional yang saat itu sedang tegang karena organisasi tidak boleh dianggap enteng lalu agresi militer Belanda, menjadi lebih tenang dibiarkan begitu saja tanpa ada penyelesaian hingga pada puncaknya Indonesia dan atau pengelolaan. Organisasi perlu memiliki Belanda mengadakan Konferensi Meja prosedur yang disepakati bersama dalam Bundar (KMB) yang dalam pertemuan itu mengatasi konflik yang ada. Seperti rapat Belanda mengakui secara resmi kedaulatan atau musyawarah yang umum dilakukan Indonesia. dalam organisasi. Agar apabila ada yang berkonflik, mereka memiliki kesadaran untuk melakukan prosedur penyelesaian Kesimpulan yang sudah disepakati. Sehingga, konflik Dalam kasus perjanjian Roem-Royen yang ada lebih terkendali dan tidak berlarut- terdapat konflik dalam internal Masyumi. larut. Ketika mengatasi konflik sebaiknya Ada pihak yang pro dan kontra terhadap pimpinan dan anggota organisasi senantiasa perjanjian tersebut. Pihak yang pro dipimpin menganalisa kesesuaian metode oleh Roem dan pihak yang kontra dipimpin penyelesaian masalahnya dengan asumsi oleh Natsir dan Sjafruddin. Konflik ini, persoalan konflik yang sedang terjadi. bersumber dari perbedaan nilai atau persepsi antara satu sama lain terkait

390 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Masyumi Menanggapi Perjanjian Roem-Royen Tahun 1949

Bibliografi Argenti. “Ideologisasi Partai Islam Masyumi di Indonesia.” Jurnal Politikom Indonesiana, Vol. 5, No. 1, (2020) : 48. doi: https://doi.org/10.35706/jpi.v5i1.3731 Ari, Novianto. “Islam dan Demokrasi: Sebuah Ijtihad Partai Politik Islam (Studi kasus Partai Masyumi dan Partai Keadilan Sejahtera).” Jurnal Mozaik, Vol. 08, No.1, (2016) : 81. https://doi.org/10.21831/moz.v8i1.10769 Bachri, Bachtiar. “Meyakinkan Validitas Data melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif.” Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 10, No. 1, (2010). Budiman, Agus. “Sejarah Diplomasi Roem-Royen Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1949.” Jurnal Unigal. Vol. 4, No. 1, (2017) : 86-112. doi: https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/jwp/article/view/388 Daru, Septi. “Mohammad Roem: Seorang Pejuang Indonesia (1946-1949).” Skripsi—Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2007. Faridah. “Peranan Mohammad Natsir dalam Partai Politik Islam Masyumi.” Skripsi–IAIN , Surabaya, 1992. Hafidh, Alfi. “Dinamika Partai Masyumi pada Masa Revolusi Fisik (1945-1949).” Jurnal Agastya, Vol. 5, No. 2, (2015) : 40. doi: http://doi.org/10.25273/ajsp.v5i02.885 Hakiem, Lukman. Jejak Perjuangan Para Tokoh Muslim Mengawal NKRI. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2018. Harahap, Nusapia. “Penelitian Kepustakaan”, Jurnal Iqra, Vol. 8, No. 1, (2014): 1. doi: http://dx.doi.org/10.30829/iqra.v8i1.65 Hidayat, Achmad & Gumilar, Setia. “Friction in Masyumi: A Historical Studies on Internal Conflict Event of Islamic Party in Indonesia, 1945-1960.” International Journal for Historical Studies, Vol.8, No.1, (2016): 59-68. doi: https://doi.org/10.2121/tawarikh.v8i1.719 Ihza, Yusril, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam: Perbandingan Partai Masyumi (Indonesia) dan Partai Jamaat-i-Islami (Pakistan). Diterjemahkan oleh Munim A. Sirry. Jakarta: Paramadina, 1999. Indra, Yusri dkk. “Peran Sjafruddin Prawiranegara dalam Mempertahankan Kedaulatan NKRI dari Agresi Militer Belanda II di Riau, Tahun 1948-1949.” Jurnal Online Mahasiswa, Vol. 4, No.1, (2017) : 10. doi: https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/12661 Khalik, Subehan. “Hubungan-Hubungan Internasional di Masa Damai.” Al-Daulah, Vol. 3, No.2, (2014): 237. doi: http://journal.uin- alauddin.ac.id/index.php/al_daulah/article/view/1508 Kharismulloh, Moch.H. “Pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia Tahun 1948- 1948 dalam Perspektif Fiqh Siyasah dan Hukum Tata Negara.” Al-Mazahib, Vol.3, No.1, (2015): 161-187. doi: http://ejournal.uin- suka.ac.id/syariah/almazahib/article/view/1387 Kahin, McTurnan. Nasionalisme & Revolusi Indonesia. Di terjemahkan oleh Tim Komunitas Bambu. New York: Cornell University Press, 1952. Lumintang, Juliana. “Dinamika Konflik dalam Organisasi.” E-Journal Acta Diurna, Vol. IV, No. 2, (2015): 7 - 8. doi: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/7255/67 58

Volume 02 - No.02 Januari 2021 391 Tommy Juliantara

Madinier, Remy. Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi & Islam Integral. Diterjemahkan oleh Tonny Pasuhuk. Jakarta: Mizan, 2011. Mukminin, Moh Amirul. “Hubungan NU dan Masyumi (1945-1960) Konflik dan Keluarnya NU dari Masyumi.” Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 3, No. 3, (2015): 487. doi: https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/12808/11801 Mulyadi, Mohammad. “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya.” Jurnal Studi Komunikasi dan Media, Vol. 15, No. 1, (2011): 134. doi: http://dx.doi.org/10.31445/jskm.2011.150106 Musholi. “Pengembangan Masyarakat dan Manajemen Dakwah.” Tasamuh: Jurnal Studi Islam, Vol.9, No.2, (2017): 490. doi: https://e- jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Tasamuh/article/view/58 Muspawi, Mohamad. “Manajemen Konflik (Upaya Penyelesaian Konflik dalam Organisasi).” Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Vol. 16, No. 2, (2014) Noer, Deliar. Partai Islam di Pentas Nasional. Jakarta: Grafiti Pers, 1987. Rahman, Abdul. “Masyumi dalam Konstelasi Politik Orde Lama.” Prosiding Seminar Nasional Universitas Negeri Makassar, 2017: 160. doi: https://ojs.unm.ac.id/semnaslemlit/article/view/3998 Rizkianto, Anggit. “Kepemimpinan Karismatik H.O.S. Tjokroaminoto di Sarekat Islam.” Jurnal Inteleksia, Vol. 2, No. 1, (2020): 67. doi: http://www.inteleksia.stidalhadid.ac.id/index.php/inteleksia/article/download/71/32 Siregar, Insan Fahmi. “Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960).” Jurnal Thaqafiyyat, Vol. 14, No.1, (2013): 101. doi: http://ejournal.uin- suka.ac.id/adab/thaqafiyyat/article/view/614 Supri, dkk. “Konflik Internal Organisasi Nahdlatul Wathan di Lombok Timur.” Jurnal Ilmiah Sosiologi (SOROT), Vol. 1, No.2, (2019): 1-9. doi: https://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/view/54533 Syahruddin. “Kontribusi Dakwah Struktural dan Dakwah Kultural dalam Pembangunan Kota Palopo.” Jurnal Lentera, Vol. IV, No. 1, (2020): 67. doi: https://doi.org/10.21093/lentera.v2i2.1235 Tasnur dan Rijal. “Republik Indonesia Serikat: Tinjauan Historis Hubungan Kausalitas Peristiwa- Peristiwa Pasca Kemerdekaan terhadap Pembentukan Negara RIS (1945-1949).” Jurnal Candrasangkala, Vol. 5, No.2, (2019): 64. doi: http://dx.doi.org/10.30870/candrasangkala.v5i2.6599 Wahyudi, Andri. “Konflik, Konsep Teori dan Permasalahan.” Jurnal Unita, Vol. 8, No. 1, (2015): 3-4. doi: http://jurnal-unita.org/index.php/publiciana/article/view/45 Wahyudi. Manajemen Konflik dalam Organisasi. Bandung: Alfabeta, 2011. Waluyo. Dari “Pemberontak” Menjadi Pahlawan Nasional: Mohammad Natsir dan Perjuangan Politik di Indonesia.diedit oleh M. Nursam (Yogyakarta: Ombak, 2009). Wirawan. Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan penelitian. Jakarta: Salemba Humanika, 2010. Yusa, I Gede. Hukum Tata Negara Pasca Perubahan UUD NRI 1945. Malang: Setara Press, 2016.

392 INTELEKSIA – Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah